LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2013 PERAN OBAT PREMEDIKASI TERHADAP RISIKO TERJADINYA MUAL MUNTAH PADA KEMOTERAPI BLEOMYCIN, ONCOVIN, MITOMYCIN DAN PLATINUM (BOMP) KASUS KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA TIM PENELITI: RINI NOVIYANI, S.Si.,M.Si., Apt (Ketua) DR. ANAK AGUNG SAGUNG SAWITRI, MPH (Anggota) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS UDAYANA 2013 DIBIAYAI DARI DANA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan PenelitianNo : 74.100/UN 14.2/PNL.01.03.00/2013 tanggal 16 Mei 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA
UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2013
PERAN OBAT PREMEDIKASI TERHADAP RISIKO TERJADINYA MUAL MUNTAH PADA KEMOTERAPI
BLEOMYCIN, ONCOVIN, MITOMYCIN DAN PLATINUM (BOMP) KASUS KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA
TIM PENELITI: RINI NOVIYANI, S.Si.,M.Si., Apt (Ketua)
DR. ANAK AGUNG SAGUNG SAWITRI, MPH (Anggota)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS UDAYANA 2013
DIBIAYAI DARI DANA PNBP UNIVERSITAS UDAYANA dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan PenelitianNo : 74.100/UN 14.2/PNL.01.03.00/2013 tanggal 16
KEMOTERAPI BLEOMYCIN ONCOVIN MITOMYCIN PLATINUM PADA PASIEN KANKER SERVIKS SEL SKUAMOSA STADIUM IIB-IIIB
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dengan gelar : Rini Noviyani, S.Si., M.Si.,Apt b. Pangkat/Gol/NIP : III/ B/ 197711042008122001 c. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/Jurusan : Jurusan Farmasi f. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan g. Alamat Rumah/HP :jl. Batas Dukuh Sari gg. Punglor no 10,Denpasar i. E-mail : [email protected]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua ) orang ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4. Pembimbing
a. Nama lengkap dengan gelar : dr Tangking Widarsa, MPH b. Pangkat/Gol/NIP : IV/B/ c. Jabatan Fungsional / Struktural : Penata d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi / Jurusan :Ilmu kesehatan masyarakat f. Fakultas :Kedokteran
7. Jangka waktu penelitian : 6 bulan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8. Biaya Penelitian : Rp.7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah). -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Denpasar, 15 November 2013 Mengetahui: Dekan Fak Mipa Universitas Udayana Ir.A. AGde Raka Dalem, M.Sc (Hons) NIP: 196507081992031004
3.1. Alur kerja penelitian ............................................................................ 18
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Curriculum vitae ............................................................................ 36
2. Curriculum vitae ............................................................................ 38
3. Curriculum vitae ............................................................................ 40
4. Surat Pernyataan ............................................................................ 44
5. Hasil SPSS ..................................................................................... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang (Edianto, 2006). Berdasarkan hasil survei kesehatan
oleh World Health Organization (2010), kejadian kanker serviks sebesar 500.000
kasus baru di dunia dan sebanyak 250.000 meninggal setiap tahunnya. Kanker
serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara yang sering
diderita pada wanita (MenKes, 2010).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2005 terdapat
29.696 kasus kanker dimana sebanyak 55% diantaranya adalah kasus kanker
serviks. Kejadian kanker serviks di RSUP Sanglah meningkat setiap tahunnya,
dimana terdapat 804 kasus kanker serviks pada tahun 2005, 1554 kasus pada
tahun 2006, 2026 kasus pada tahun 2007 (Prapti et al., 2012). Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUP Sanglah, pasien kanker serviks
pada tahun 2011 sekitar 23% dari 585 pasien kanker dan pada tahun 2012 sekitar
29% pasien kanker serviks dari 611 pasien kanker.
Kemoterapi merupakan terapi yang dilakukan pada kanker serviks stadium
IIB hingga stadium IIIB dengan menggunakan obat-obatan baik dalam bentuk
tunggal atau kombinasi. Pada protap RSUP Sanglah, bleomicyn, oncovin,
mitomycin, dan cisplatin (BOMP) merupakan obat yang digunakan untuk
kemoterapi kanker serviks (Komite Medik, 2011). BOMP menghasilkan respon
2
pada pengobatan kanker serviks stadium lanjut yaitu IIB ke atas yang ditentukan
berdasarkan klasifikasi International Federation of Ginecology (FIGO)
Selain memberikan efek terapi, BOMP juga dapat menimbulkan berbagai
efek samping. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah
(Smith, 2012). Untuk mencegah mual dan muntah pasien diberikan obat
pramedikasi sebelum terapi BOMP. Obat pramedikasi yang diberikan yaitu
deksametason, metoklopramid, ondansetron, dan vitamin B6. Walaupun mual dan
muntah dapat dikontrol dengan antiemetik, apabila tidak mendapatkan pengobatan
yang optimal dan tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kondisi tubuh
melemah, berkurangnya nafsu makan dan minum, dehidrasi, gangguan elektrolit,
status gizi berkurang sehingga pasien menolak untuk menjalani kemoterapi
selanjutnya dan kesembuhan pasien tertunda (Hamadani et al., 2007). Menurut
Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0 (NCI CTCAE),
derajat mual muntah bervariasi yang dapat dibedakan menjadi ringan, sedang,
berat, mengancam jiwa, dan kematian (NCI, 2006).
Masalah mual dan muntah tersebut perlu ditangani dengan baik oleh praktisi
kesehatan khususnya farmasis melalui pemantauan kepada pasien. Pemantauan
sangat penting dilakukan untuk mengontrol kejadian mual dan muntah sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien (Yoshimi et al., 2013). Dalam hal ini
prevalensi dan derajat mual muntah perlu dipantau dimana dengan data tersebut
dapat digunakan untuk melengkapi protokol terapi sehingga meningkatkan
kewaspadaan terhadap kejadian mual dan muntah selama terapi.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
efek samping mual dan muntah pada pasien kanker serviks stadium IIB – IIIB
yang mendapatkan kemoterapi BOMP di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Berapakah prevalensi pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB yang
mengalami efek samping mual dan muntah dengan kemoterapi BOMP yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar?
1.2.2 Apakah ada perbedaan derajat efek samping mual dan muntah pada pasien
kanker serviks stadium IIB-IIIB yang mendapatkan kemoterapi BOMP?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui berapa prevalensi pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB
yang mengalami efek samping mual dan muntah pada kemoterapi BOMP
yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan derajat efek samping mual dan muntah pada
pasien kanker serviks stadium IIB-IIB yang mendapatkan kemoterapi
BOMP.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Penulis
Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan pelayanan
di bidang farmasi klinis khususnya mengenai prevalensi dan perbedaan derajat
efek samping mual muntah yang disebabkan oleh kemoterapi BOMP.
1.4.2 Dokter dan Farmasis
Memberi informasi tambahan untuk dokter dan farmasis tentang
prevalensi dan perbedaan derajat mual dan muntah untuk bahan pertimbangan
terapi sehingga mampu mempersiapkan penatalaksanaan kejadian mual dan
muntah yang disebabkan oleh kemoterapi BOMP.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks atau biasa disebut kanker leher rahim (cervical cancer) adalah
kanker yang terjadi pada daerah serviks uterus. Serviks uterus adalah daerah organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak di
antara rahim (uterus) dan vagina (Smart, 2010; Adib, 2011).
2.1.1 Karsinoma Skuamosa
Karsinoma skuamosa merupakan 75 persen penyebab dari semua lesi invasif
dan sekitar 20-25 persen dari kanker serviks invasif meliputi adenokarsinoma atau
karsinoma adenoskuamosa campuran. Kanker ini terbentuk dari sel-sel yang
melapisi bagian dalam leher rahim yang disebut dengan sel skuamosa.
Peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa terkait dengan hubungan seksual pada
pada usia terlalu muda (Altekruse et al., 2003). Karsinoma skuamosa dapat dibagi
atas karsinoma sel kecil (diferensiasi lesi kurang baik) dan karsinoma sel besar
yaitu lesi dapat berdiferensiasi lebih baik (Hacker and Moore, 2001).
2.1.2 Stadium Kanker Serviks
Penentuan stadium klinis sangat penting dalam memperkirakan penyebaran
penyakit dan merupakan faktor kunci dalam penentuan terapi yang tepat.
Pembagian stadium klinis yang ditetapkan oleh The International Federation of
Gynecologi and Obstetric (FIGO) yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
6
Tabel 2.1 Pembagian Stadium Kanker Serviks Berdasarkan The International
Federation of Gynecologi and Obstetric (Williams and Wilkins, 2001) Stadium Kriteria
0 Karsinoma in-situ atau karsinoma intraepitel I Kanker terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uterus diabaikan)
IA Kanker invasif hanya didiagnosis secara mikroskopis IA1 Ukuran invasi stroma kedalamannya < 3 mm dan lebarnya ≤ 7 mm IA2 Ukuran invasi stroma kedalamannya 3-5 mm dan lebarnya ≤ 7 mm IB Lesi klinis mengurung serviks atau lesi preklinis yang melebihi stadium IA IB1 Ukuran lesi klinis ≤ 4 cm IB2 Ukuran lesi klinis > 4 cm II Kanker menyebar di luar serviks tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis dan 1/3 bagian
bawah vagina IIA Kanker mengenai 2/3 bagian vagina atas, tidak jelas keterlibatan parametrium IIB Kanker jelas menginvasi parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis III Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina atau menginvasi parametrium sampai
dinding pelvis; atau kanker menimbulkan hidronefrosis atau insufisiensi ginjal IIIA Kanker menginvasi 1/3 bagian bawah vagina, tidak terjadi perluasan ke dinding pelvis IIIB Perluasan ke dinding pelvis atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal IV Penyebaran kanker melewati pelvis minor atau kanker menginvasi mukosa buli-buli atau
mukosa rektum IVA Kanker bermetastasis ke organ yang berdekatan IVB Kanker bermetastasis ke organ jauh
2.1.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks
Kemoterapi merupakan penggunaan obat–obat sitotoksik untuk membunuh
sel kanker dengan aksi target tidak hanya pada sel ganas, namun juga
mempengaruhi sel normal. Kemoterapi kanker serviks umumnya diberikan secara
intravena dan bersiklus yang diselingi dengan waktu istirahat untuk membatasi
kerusakan sel-sel sehat. BOMP merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien
dengan kanker serviks yang tidak bisa menjalankan radioterapi ataupun
kemoradioterapi (Cornes et al., 2011).
7
1. Bleomycin
Bleomycin memiliki mekanisme kerja yaitu mengikat DNA dan paling efektif
pada fase G2 dan M dari siklus sel (Sweetman, 2009). Dosis bleomycin adalah
masing-masing 15 mg infus drip dalam 500 cc dekstrosa 5% dalam waktu 12 jam
(15 tetes/menit) pada dua kali pemberian yaitu pada hari pertama dan kedua (dosis
total = 30 mg). Efek samping bleomycin yang paling sering timbul terjadi pada
kulit dan selaput lendir yaitu ruam, eritema, pruritis, hiperkeratosis,
hiperpigmentasi, stomatitis, dan toksisitas pada paru-paru (Sweetman, 2009).
2. Oncovin
Oncovin memiliki mekanisme kerja dengan mengganggu metabolisme
glutamat dan sintesis asam nukleat, dan memiliki beberapa aktivitas
imunosupresan (Sweetman, 2009). Menurut prosedur kemoterapi kanker serviks
di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah pemberian dan dosis
Oncovin adalah 2 mg dalam 20 cc aquabidest secara intravena pelan pada hari
pertama. Efek samping oncovin yaitu dapat menyebabkan neurotoksisitas pusat
dan perifer (Sweetman, 2009).
3. Mitomycin
Mitomycin merupakan antibiotik toksisitas tinggi yang memiliki aktivitas
antikanker dengan mekanisme kerja menekan sintesis asam nukleat. Merupakan
agen nonspesifik pada siklus sel, tetapi paling aktif pada fase G1 dan awal fase S
(Sweetman, 2009). dosis bleomycin adalah masing-masing 15 mg infus drip
dalam 500 cc dekstrosa 5% dalam waktu 12 jam (15 tetes/menit) pada dua kali
pemberian yaitu pada hari pertama dan kedua dengan dosis total 30 mg (Komite
8
Medik, 2006). Efek samping terjadi pada gastrointestinal, dermatitis, alopecia, dan
kardiotoksisitas juga dapat terjadi (Sweetman, 2009).
4. Cisplatin
Cisplatin memiliki mekanisme kerja yaitu dapat membunuh sel pada semua tahap
siklus sel dengan menghambat biosintesis DNA, mengikat DNA melalui
pembuatan cross link pada ikatan utama N7 guamin dan juga terjadi interaksi
kovalen dengan adenin dan sitosin sehingga menghambat perbaikan DNA
(Sweetman, 2009). Menurut protap kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar
jumlah pemberian dan dosis cispatin 50-60 mg dalam 500 cc dekstrosa 5% selama
2 jam dengan 80 tetes/menit (Komite Medik, 2006). Efek samping cisplatin yaitu
2009).Beberapa reseptor neurotransmiter terletak di pusat muntah, CTZ dan
gastrointestinal. Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara lain reseptor
kolinergik dan histamin, dopaminergik, opiat, serotonin, neurokinin dan
benzodiazepin.
Prevalensi mual dan muntah dapat digunakan sebagai data evaluasi dalam
mencegah terjadinya mual dan muntah selama kemoterapi. Adapun hasil
pengamatan prevalensi efek samping mual dan muntah akut terhadap pasien
kemoterapi BOMP selama dirumah sakit dapatdilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Prevalensi Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP
Siklus
Kemoterapi
Prevalensi
mual muntah
I 2/6 2/6
II 3/6 2/6
III 3/6 3/6
26
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat prevalensi efek samping mual dan
muntah kemoterapi BOMP pada siklus 1sebanyak 2 pasien mual dan 1 pasien
muntah dari 6 pasien sedangkan pada siklus kedua prevalensi kejadian mual yaitu
sebanyak 3 pasien yang mengalami mual dari 6 pasien, sedangkan pervalensi
kejadian muntah sebanyak 2 pasien yang mengalami muntah dari 6 pasien. Pada
siklus kemoterapi ketiga terjadi peningkatan prevalensi muntah yaitu sebanyak 3
pasien.Dari hasil yang didapat terjadi peningkatan prevalensi mual dan muntah
setiap siklusnya.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Molasiotis et al
(2008) kejadian mual dan muntah dapat meningkat setiap siklusnya.Dalam
penelitian laintelah menunjukkan bahwa kecemasan dapat meningkatkan risiko
mual dan muntah selama pengobatan (Koga, 2008).
4.3 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Kemoterapi BOMP
Berdasarkan Common Terminology Criteria for Adverse Events version 3.0
(CTCAE), derajat derajat mual dan muntah dapat diklasifikasikan menjadi ringan,
sedang, berat, mengancam jiwa dan kematian.Mual ringan ditandai dengan
kehilangan nafsu makan tanpa mengubah kebiasaan makan.Mual sedang ditandai
dengan perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan yang masuk berkurang
tanpa penurunan berat badan, dehidrasi dan malnutrisi yang signifikan.Mual berat
ditandai dengan tidak bisa makan selama 1 hari, Total Parenteral Nutrition
(TPN). Muntah ringan merupakan muntah yang terjadi 1-2 kali interval waktu 5
menit dalam 24 jam. Muntah sedang ditandai dengan terjadinya muntah 3-5 kali
interval waktu 5 menit dalam 24 jam. Muntah berat ditandai dengan muntah lebih
27
dari 6 kali interval waktu 5 menit dalam 24 jam, Total Parenteral Nutrition
(TPN). Dari hasil pengamatan selama di rumah sakit didapatkan data-data dari
pasien yang mengalami mual dan muntah setiap siklus kemoterapi. Adapun hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 1
Kemo terapi
ke
Hasil Pengamatan
Kehilangan
nafsu makan
Perubahan
Kebiasaan makan
Jumlah makanan
masuk berkuran
g
Dehi drasi
Mal nutrisi
Penurunan
berat badan
TPN
Dera jat
Mual Fre
kuensi muntah
Derajat muntah
1 √ √ √ - - - - sedang 3x sedang 2 √ √ √ - - - - sedang 4x sedang 3 √ √ √ - - - - sedang 4x sedang Dari data pada tabel 4.3 pasien 1 mengalami penurunan nafsu makan, dimana
mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan pasien tidak dapat makan,
terjadi perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang baik pada
siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga. Pasien tersebut juga mengalami
muntah sebanyak 3 kali dengan total volume muntah 52 cc pada kemoterapi
pertama, muntah sebanyak 4 kali dengan total volume muntah 120 cc pada
kemoterapi ketiga, muntah sebanyak 4 kali dengan total volume muntah 108 cc.
Menurut CTCAE pasien 1 mengalami derajat mual sedang dan muntah sedang
pada setiap siklusnya, yaitu siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga.
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 2
Dari data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasien 2 tidak mengalami efek
samping mual dan muntah kemoterapi pada siklus kemoterapi pertama sehingga
tidak terdapat derajat mual dan muntah baik ringan, sedang dan berat. Pada siklus
kemoterapi kedua pasien 2 mengalami penurunan nafsu makan, akan tetapi tidak
mempengaruhi kebiasaan makan dan jumlah makanan yang masuk sehingga
digolongkan menjadi derajat mual ringan. Sedangkan pada siklus kemoterapi
ketiga derajat mual sedang terjadi pada pasien 2 dimana ditandai dengan
penurunan jumlah makanan yang masuk yang disebabkan oleh berkurangnya
nafsu makan serta pasien mengalami muntah sebanyak 1 kali dengan total volume
muntah 48 cc sehingga digolongkan pada derajat muntah ringan.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 3
Kemo terapi
ke
Hasil Pengamatan
Kehilangan
nafsu makan
Perubahan
Kebiasaan
makan
Jumlah makanan
masuk berkurang
Dehi drasi
Mal nutrisi
Penurunan berat badan
TPN
Dera jat
Mual
Fre kuensi munta
h
Derajat muntah
1 √ √ √ - - - - sedang 2x ringan 2 √ √ √ - - - - sedang 3x sedang 3 √ √ √ - - - - sedang 3x sedang Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada Menurut CTCEAE versi 3 dari hasil data pada tabel 4.5 pasien 3 termasuk
dalam derajat mual sedang pada siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga
dimana mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan pasien tidak dapat
makan, terjadi perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang.
Derajat muntah ringan terjadi pada siklus kemoterapi pertama dengan frekuensi
muntah 2 kali volume total 72 cc sedangkan derajat muntah sedang terjadi pada
29
siklus kemoterapi kedua dengan frekuensi muntah 3 kali total volume 63 cc. Pada
siklus kemoterapi ketiga pasien 3 muntah sebanyak 3 kali dengan volume total
85cc sehingga termasuk derajat muntah sedang.
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 4
Kemo terapi
ke
Hasil Pengamatan Kehilangan nafsu
makan
Perubahan
Kebiasaan makan
Jumlah makanan masuk
berkurang
Dehi drasi
Mal nutrisi
Penurunan berat badan TPN
Dera jat
Mual
Fre kuensi muntah
Derajat muntah
1 - - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - - -
Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada Berdasarkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa pasien 4 tidak mengalami
efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP selama 3 siklus kemoterapi
sehingga tidak mengalami efek dari mual dan muntah berdasarkan karakteristik
yang ditentukan oleh CTCEAE versi 3 yaitu tidak mengalami kehilangan nafsu
makan, perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk berkurang,
dehidrasi, malnutrisi, penurunan berat badan, TPN, dan frekuensi muntah.
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 5
Kemo terapi
ke
Hasil Pengamatan
Kehilangan nafsu makan
Perubahan
Kebiasaan makan
Jumlah makanan masuk
berkurang
Dehi drasi
Mal nutrisi
Penurunan berat badan
TPN
Dera jat
Mual
Fre kuensi muntah
Derajat muntah
1 √ - - - - - - ringan - -
2 √ - - - - - - ringan - -
3 - - - - - - - - - -
Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada
30
Dari data pada tabel 4.7 pasien 5 pada siklus kemoterapi pertama dan kedua
mengalami penurunan nafsu makan, akan tetapi tidak terjadi perubahan kebiasaan
makan, jumlah makanan yang masuk berkurang, muntah sehingga digolongkan
menjadi derajat mual ringan. Sedangkan pada siklus kemoterapi ketiga pasien 5
tidak mengalami mual dan muntah.
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Efek Samping Mual dan Muntah pada Pasien 6
Kemo terapi
ke
Hasil Pengamatan
Kehilangan nafsu makan
Perubahan
Kebiasaan makan
Jumlah makanan masuk
berkurang
Dehi drasi
Mal nutrisi
Penurunan berat badan
TPN
Dera jat
Mual
Fre kuensi muntah
Derajat muntah
1 - - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - - -
Keterangan: - : Tidak ada √ : Ada Berdasarkan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa pasien 6 tidak mengalami
efek samping mual dan muntah kemoterapi paklitaksel karboplatin selama 3 siklus
kemoterapi sehingga tidak mengalami efek dari mual dan muntah berdasarkan
karakteristik yang ditentukan oleh CTCEAE versi 3 yaitu tidak mengalami
kehilangan nafsu makan, perubahan kebiasaan makan, jumlah makanan masuk
berkurang, dehidrasi, malnutrisi, penurunan berat badan, TPN, dan frekuensi
muntah.
4.4 Perbedaan Derajat Efek Samping Mual dan Muntah Pasien pada
Kemoterapi BOMP
Dari hasil data pengamatan efek samping mual dan muntah akut kemoterapi
BOMP selama di rumah sakit ditentukan derajat mual dan muntah pasien. Adapun
31
derajat efek samping mual dan muntah kemoterapi BOMP pada pasien dapat
dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Derajat Efek Samping Mual dan Muntah kemoterapi BOMP
Pasien Derajat Mual dan Muntah pada Siklus Kemoterapi
1 2 3 Mual Muntah Mual Muntah Mual Muntah
1 sedang sedang Sedang Sedang Sedang Sedang 2 - - Ringan - Sedang Ringan 3 sedang ringan Sedang Sedang sedang sedang 4 - - - - - - 5 ringan - Ringan - - - 6 - - - - - -
Dari data pada tabel 4.9 untuk melihat perbedaan derajat efek samping mual
dan muntah pasien pada kemoterapi BOMPdilakukan dengan analisa SPSS 16.0
melalui uji Chi-Square yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11
Tabel 4.10 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Mual Kemoterapi BOMP
Derajat Mual Siklus Kemoterapi
Kemoterapi 1 Kemoterapi 2 Kemoterapi 3
Tidak mual 3 2 3
Mual ringan 1 2 0
Mual sedang 2 2 3
Total 6 6 6
p = 0,638
Berdasarkan dari uji Chi Square (α = 0,05) pada tabel 4.7 nilai p adalah 0,632
(lebih besar dari α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan
derajat efek samping mual pasien pada siklus kemoterapi pertama kedua dan
ketiga.
32
Tabel 4.11 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Derajat Muntah Kemoterapi BOMP
Derajat Muntah Siklus Kemoterapi
Kemoterapi 1 Kemoterapi 2 Kemoterapi 3
Tidak ada muntah 4 4 3
Muntah ringan 1 0 1
Muntah sedang 1 2 2
Total 6 6 6
p = 0,812
Dari hasil uji Chi Square (α = 0,05) pada tabel 4.11 nilai p adalah 0,493 (lebih
besar dari α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan derajat
efek samping muntah pasien pada siklus kemoterapi pertama, kedua dan ketiga.
Tidak teradpatnya perbedaan derajat efek samping mual, muntah pada
pemberian kemoterapi bomp karena adanya pemberian obat premedikasi sebelum
pasien di kemoterapi yang cukup efektif pada pasien dalam menekan rasa mual
dan muntahnya.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 3 pasien dari 6 pasien yang mengalami mual muntah pada
kemoterapi I, 4 pasien yang mengalami mual muntah pada kemoterapi
kedua dan terdapat 3 pasien yang mengalami mual muntah pada
kemoterapi ketiga.
2. Tidak terdapat perbedaan derajat mual muntah pada pasien yang
mendapatkan kemoterapi BOMP baik pada kemoterapi pertama, kedua
maupun ketiga.
5.2 Saran
1. .Perlu dilakukan pemberian obat premedikasi yang lebih kuat
efektivitasnyabaik pada kemoterapi seri I, II maupun III sehingga mual
dan muntah pada pasien tidak terjadi
2. Perlunya diterapkan pengobatan dan penanganan secara individual untuk
masing-masing psaien yang mendapatkan kemoterapi BOMP pada kasus
kanker serviks.
3. Perlu diberikan terapi untuk mengatasi rasa cemas yang diderita pasien
selama menjalani kemoterapi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, MF. 2002. Skrening dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Jakarta : FK – UI
Altekruse SF, Lacey JVJ, Brinton LA, Gravitt PE,Silverberg S, Barnes, WAJ, Greenberg MD, Hadjimichael OC, McGowan L, Mortel R, Schwartz PE, Hildesheim A. Comparison of human papillomavirus genotypes, sexual, and reproductive risk factors ofcervical adenocarcinoma and squamous cell carcinoma.Northeastern United States.Am J Obstet Gynecol, 2003; 188: 657–663.
Dipiro, J. T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke. B. G. Wells. L. M. Posey. 2005. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 6th Edition. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc
Donowati, M. W. 2005. Evaluasi Kerasionalan dan Analisis Farmakoekonomi Peresepan Antibiotika Pada Pasien Bedah Sesar di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta (Tesis). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Edianto D. 2006. Kanker Serviks dalam Onkologi Ginekologi. Ed I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. pp : 442-54.
Hacker,Moore. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Jakarta: Hipokrates
Hawkins Rebecca, MSN, ANP,AONCN, Steven Grunberg, MD. 2009. Chemoteraphy-Induced Nausea and Vomitting: Challenges and Opportunities for Improved Patents Outcomes. Clinical Journal of Oncology Nursing Volume 13, Number 1.
Jordan Karin, dkk. 2007. Guidelines for Antiemetic Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Past, Present, and Future Recommendations. TheOncologist2007;12:1143–1150
Keiichi Fujiwara, MD, PhD, Noriyuki Katsumata, MD, PhD, and Takashi Onda, MD, PhD. 2012. Dose-Dense Chemotherapy and Neoadjuvant Chemotherapy for Ovarian Cancer. American Society of Clinical Oncology.1092-9118/10/1-10
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (MenKes RI). 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/Menkes/SK.VII/2010 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
35
National Cancer Institute (NCI). 2008. What You Need to Know About Cervical Cancer. U.S Department of Health and Human Services: National Institutes of Health Publication. 13.
Perwitasari Aryani Dyah,Msi, Arir Atthobari, PhD,et al. 2011. Impact of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting on Quality of Life in Indonesian Patients With Gynecologic Cancer. International Journal of Gynecological Cancer & Volume 22, Number 1, January 2012.
Price, S.A. dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1295–1297.
Suartini Ayu. 2012. Kajian Interaksi Obat Yang Potensial Pada Pasien Kanker Serviks Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 2011 (Skripsi).Denpasar : Universitas Udayana.
Vasilev., S.A., S.E. Lentz., dan A.E.Axtell. 2011. Gynecologic Oncology Evidence-Based Perioperative and Supportive Care. New Jersey : John Wiley and Sons. Inc. 299–303.
WHO, 2010.Cervical Cancer and The Human Papilloma Virus (HPV) diakses pada tanggal 9 september 2012 dari http://www.who.int/reproductivehealth/topics/cancers/en/index.html
Williams, L. dan Wilkins. 2001. Cancer Principles and Practice of Oncology 6th Edition. Philadelphia: A Wolters Kluwer Company. 1529–1549.
World Health Organization (WHO), PATH, and the United nations population fund (2009). Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines: Key points for policymakers and health professionals. Geneva, CH: WHO; 2007. Available at: www.who.int/reproductivehealth/publications/cervical_cancer_keypoints/cerv_cancer_hpv_keypts.pdf
36
CURRICULUM VITAE
A. Kepala Proyek
A.1
Nama lengkap dan gelar
Tempat/Tanggal Lahir
NIP
Jabatan / Pangkat/Golongan
Institusi
Bidang Keahlian
:
:
:
:
:
:
Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt
Semarang / 4 November 1977
197711042008122001
Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I / IIIb
Jurusan Farmasi, F. MIPA UNUD
Farmasi Klinik
A.2. Pendidikan
Universitas / Institusi, Lokasi Gelar Tahun
Selesai Bidang Studi
Universitas Surabaya/Surabaya Sarjana Sains (S.Si) 2000 Ilmu Farmasi
Universitas Surabaya/Surabaya Apoteker(Apt) 2001 Apoteker
Universitas Gadjah Mada/Farmasi,
Yogyakarta
Magister Sains (M.Si) 2002 Manajemen Farmasi
Rumah Sakit
A.3. Publikasi
1 Pola Persepan Antibiotika Diare di Apotek Kabupaten Blora
Peneliti Utama
2 Evaluasi Kualitas Pelayanan Apotek Kapal di Kecamatan Badung Kabupaten Mengwi Bali
Keynote Speaker
Presentasi makalah bebas
3 Pola Penulisan Resep Pediatri di Apotek- Apotek Kota Denpasar
Peneliti Utama DIPA 2010 /Konggres Nasional Ikatan Farmakologi Indonesia(IKAFI), 29-31 Oktober 2010/ dan Presentasi makalah Bebas
37
4 Studi Penggunaan Antibiotika pada Ibu Hamil
Peneliti Utama DIPA 2011/ICPAPS-Yogyakarta
5 Pemantauan Penggunaan Azitromisin pada pasien Faringitis Pediatri Rawat jalan
Educations 1. Medical Doctor at Udayana University, 1977.
2. Master of Public Health at Hawaii University, 1983.
Research experiences 1. PI: Survei Kesehatan Penduduk Migran yang tinggal di kawasan kumuh Kota Denpasar, Bali, 2010.
2. PI: Determinant Factors of Maternal Mortality: Case Study at Muntigunung Village, Karangasem, Bali, 2010..
3. Co Investigator: Pemberian ekstrak seredelai meningkatkan kadar serum feritin tikus, 2010.
4. PI: Identifikasi makanan permentasi yang berpotensi sebagai pengikat besi, 2009/2010.
5. PI: Study Benefit Monitoring and Evaluation Project DHS-1 Province of Bali, 2008.
6. Co Investigator: Sero Survei Ko-Infeksi HIV Pasien TB di Bali, tahun 2008.
7. PI: Feasibility study of Klungkung Hospital, 2007.
8. PI: Assessment for Upgrade the Hospital Status from Class C to Class B Klungkung Hospital, 2007.
9. PI: Survey on Achievement of “Bali Sehat 2005 Indicators”, 2005
10. PI: Survey on Bali Health Status, 2004
41
11. PI : Situation Analysis of Dengue at Badung District, Bali, 2003.
12. Co Investigator: Study of Effect 90 Iron Tablets to Hemoglobin and Erythrocyte Indexes Among Pregnant Women in Bali, 2003.
13. PI : Survey of Bali Base Line Data, 2002.
14. PI: Study of Maternal Mortality in Bali: Cohort Study, 1998 – 2000
15. PI : Survey Infertility of Eligible Couple in Bali, 1995.
16. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Shipmen at Benoa Bali, 1993
17. PI: Study qualitative of Knowledge, Attitude and Risk Behaviors of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers, 1992
18. Co Investigator: Study Qualitative of Sexual Risk Behaviors among Migrant Labor in Bali, 1992
19. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in Lombok, 1992.
20. Co Investigator: Survey of Acute Diarrhea in Bali, 1990.
21. PI: Qualitative research on determinant factors related to community health cadre’s drop-out in Bali, 1986.
22. Co Investigator: Survey of Nutrition Profile of Children Under Five Year of Old in Bali, 1986.
Publications 1. Home Treatment of Acute Diarrhea in Bali, Indonesia. Published at Journal Diarrhea Diseases Research, Bangladesh, 1991.
2. Utilization Rate of Health Care Services among Kerambitan Health Insurance members 1992. Published at Udayana Medical Journal, July-October 1993.
3. Knowledge, Attitude, and Risk Behavior of Sexual Transmitted Diseases among Jawa-Bali Truck Drivers. Published at Journal Medica Indonesia, 1993.
42
4. Factors Associated with the Use of Oral Rehydration Solution Among Mothers in West Lombok, Indonesia. Published at Journal Diarrhea Disease Research, Bangladesh, 1994.
5. Development of Culturally Appropriate Educational Material to Improve Home Case Management of Diarrhea in Rural Lombok, Indonesia. Published at Journal Community Health Education, 1994.
6. Estimate number of infertile couple in Bali, 1996. Published at Indonesian Journal of Epidemiology, Volume 1, 1997.
7. Determinant factors of maternal death in Bali: Case-Control Study. Published at Udayana Medical Journal, 2000
Seminar and Workshop 1. Participant in The National Seminar on Urbanization and Health, Bali, 4 October 2010
2. Participant in The International Conference on Biotechnology for a Sustainable Future, Bali, 15-16 September 2009
3. Participant of Seminar on Health and Tourism. Bali, 2008
4. Participant at the workshop on Public Health Professional Education. Surabaya: January 22-23, 2008.
5. Poster presentation on Effect 90 iron tablets to index erythrocyte I Bali at the Indonesian Public Health Association Congress. Palembang, 2007
6. Participant of Seminar on the development of Health Financial Model for Bali. Denpasar, September 30, 2005.
Training and Short Course 1. Training “Skiled Consultant”, IAKMI: Bandung, August 1st and 2nd, 2010
2. Short Course on Hum Reduction to prevent HIV/AIDS among Drug User, Burnet Institute Melbourne: November 24th to December 6th, 2008
3. Training on Structural Equation Modeling at UNAIR, Surabaya, November 18th – 19th, 2007
4. Continuing Medical Education VIII: Pediatrics Sciences, Sanur, July 21th - 22th, 2007.
43
5. Training on writing course material. Unverity of Udayana, Denpasar, July 24th - 25th, 2007.
6. Continuing Medical Education XV: Internal Medicine, Sanur, September 15th -16th, 2007.
7. Training on Establishing an Effective Surveillance System for HIV/AIDS, University of Indonesia, Jakarta, March 23th - 27th, 1992
8. Summer Training/Research Seminar Program. Ann Arbor, Michigan, May 30th, 1986 – August 30th, 1986.
44
LAMPIRAN 4.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
1. Nama Lengkap : Rini Noviyani, S. Si, M.Si., Apt. NIP : 197711042008122001 P.S./Fakultas. : MIPA/Farmasi Status dalam penelitian/Pengabdian : Ketua/ Anggota
2. Nama Lengkap : dr. A.A.Sagung Sawitri, MPH
NIP : 132233226 P.S./Fakultas. : Kedokteran/IKK-IKP Status dalam penelitian/Pengabdian : Ketua/ Anggota
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian/pengabdian kepada masyarakat, yang berjudul “Peran Ondansetron Terhadap Risiko Terjadinya Mual Muntah Pada Terapi Kombinasi Radiasi Cisplatin 40 Kasus Kanker Serviks Sel Skuamosa”, dengan jumlah usulan dana sebesar Rp. 7.500.000,-.
Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam surat kontrak Perjanjian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.