Top Banner

of 25

Dosen Muda Perpus

Oct 16, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    1. Judul Penelitian : Keengganan Dosen Menjadi Anggota

    Perpustakaan (Latar Belakang, Implikasi,

    dan Saran Tindak Penanggulangannya)

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Buku merupakan salah satu kebutuhan penting dalam proses pembelajaran.

    Kebutuhan ini terjadi pada seluruh jenjang pendidikan dari pendidikan dasar,

    menengah, dan terlebih lagi pada jenjang pendidikan tinggi. Di jenjang perguruan

    tinggi, kebutuhan akan buku sebagai sarana pembelajaran jauh lebih tinggi

    dibandingkan pada jenjang-jenjang pendidikan di bawahnya. Hal ini disebabkan

    proses pembelajaran yang menuntut tingkat kemandirian yang lebih tinggi

    sehingga peranan pengajar tidak terlampau dominan.

    Manfaat buku sebagai sarana pembelajaran tidak hanya dirasakan oleh peserta

    didik. Pendidik juga membutuhkan buku yang relevan dengan penambahan

    khazanah pengetahuan untuk mengajar. Seperti halnya pada peserta didik,

    kebutuhan akan buku juga beragam sesuai dengan jenjang pendidikannya.

    Pendidik di jenjang perguruan tinggi memiliki kebutuhan akan buku-buku

    penunjang melebihi pendidik yang mengajar di jenjang pendidikan dasar atau

    menengah. Perbedaan kebutuhan ini selain terkait langsung dengan keluasan serta

    kedalaman materi pengajaran, juga terkait dengan Tri Dharma dosen yang tidak

    hanya terkait dengan bidang pengajaran, tapi juga pada bidang penelitian, serta

    pengabdian kepada masyarakat (Soedibyo, 1987: 3-4; Basuki, 1991).

    Kebutuhan akan buku bagi dosen maupun mahasiswa di perguruan tinggi

    dapat dipenuhi dengan membeli sendiri atau meminjam (Aryani, dkk., 2006).

    Peminjaman dapat dilakukan secara pribadi, maupun melalui perpustakaan.

    Kebutuhan akan buku yang dapat dipinjam melalui perpustakaan inilah yang

    kemudian mendorong seluruh institusi pendidikan terutama pendidikan tinggi

    membangun perpustakaannya masing-masing. Pengembangan perpustakaan

    juga dilakukan oleh Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). UPT

    Perpustakaan telah memiliki gedung perpustakaan yang representatif dengan

    koleksi yang cukup memadai. Koleksi ini meliputi karya cetak dan non cetak.

  • 2

    Karya cetak terdiri dari buku, jurnal-jurnal, terbitan berseri, dll yang berjumlah

    76.247 eksemplar. Karya non cetak meliputi disket, kaset, CD, VCD, dll yang

    berjumlah 1.176 eksemplar (Data Perpustakaan IKIPN Singaraja per Desember

    2006).

    Akses terhadap bahan pustaka di Perpustakaan Undiksha dapat dilakukan

    dengan dua cara, yakni dengan membaca bahan pustaka tersebut langsung di

    perpustakaan, atau dengan meminjam. Berbeda dengan membaca bahan pustaka

    langsung di perpustakaan, peminjaman hanya dapat dilakukan oleh anggota

    perpustakaan. Keanggotaan perpustakaan ini diberikan kepada segenap civitas

    academica Undiksha dengan beberapa persyaratan yakni; mengisi formulir

    pendaftaran, menyerahkan foto 3x4 sebanyak dua lembar, serta membayar biaya

    administrasi keanggotaan sebesar Rp.2.000,00.

    Hingga akhir tahun 2006, jumlah anggota perpustakaan mencapai 3.090

    orang. Dari keseluruhan jumlah anggota perpustakaan, 3.029 orang diantaranya,

    atau 98% dari keseluruhan anggota perpustakaan adalah mahasiswa, sedangkan

    hanya 51 orang atau 2% dari anggota perpustakaan berasal dari kalangan dosen

    (UPT Perpustakaan Undiksha, 2006). Angka ini cukup memprihatinkan terutama

    apabila jumlah dosen yang menjadi anggota perpustakaan ini dibandingkan

    dengan keseluruhan jumlah dosen. Prosentase anggota perpustakaan dari kalangan

    dosen hanya sebesar 14% dari keseluruhan dosen Undiksha yang berjumlah 376

    orang (UPT Perpustakaan Undiksha, 2006).

    Rendahnya minat dosen menjadi anggota perpustakaan merupakan fenomena

    yang memprihatinkan terutama apabila dikaitkan dengan peranan perpustakaan

    dalam mengembangkan budaya akademik yang sehat (Santoso, 1987; Nawawi,

    2000). Upaya untuk meningkatkan jumlah anggota perpustakaan dari kalangan

    dosen bukannya tidak pernah dilakukan. Bahkan secara formal, seluruh dosen di

    lingkungan Undiksha diwajibkan untuk menjadi anggota perpustakaan (Surat

    Edaran Nomor 823/K.16.16/TU/2005). Namun, hingga saat ini, pendekatan

    formal seperti ini belum memberikan hasil yang memuaskan terbukti dengan

    tiadanya peningkatan berarti dalam jumlah dosen yang menjadi anggota

    perpustakaan.

  • 3

    Konsekuensi dari tidak masuknya dosen sebagai anggota perpustakaan adalah

    tidak diperkenankannya dosen yang bersangkutan meminjam koleksi bahan

    pustaka untuk dibawa pulang. Sesuai tata aturan perpustakaan, apabila dosen yang

    tidak memiliki kartu keanggotaan perpustakaan ingin memanfaatkan pelayanan

    perpustakaan mereka hanya dapat menikmatinya di perpustakaan pada jam-jam

    pelayanan. Namun, dari pengamatan kancah, tata aturan ini seringkali dilanggar.

    Banyak dosen yang tidak memiliki kartu anggota perpustakaan dapat meminjam

    buku di perpustakaan untuk dibawa pulang. Data terakhir menunjukkan terdapat

    60 orang dosen yang meminjam koleksi bahan pustaka tanpa mempergunakan

    kartu keanggotaan dengan total koleksi buku yang dipinjam mencapai 259

    eksemplar.

    Fenomena ini menjadi lebih memprihatinkan apabila dikaitkan dengan

    pelakunya yang merupakan staff dosen. Dosen dengan tingkat intelektualitas yang

    tinggi diasumsikan memiliki standar moralitas yang juga tinggi. Dengan standar

    moralitas ini, seseorang akan dapat mengembangkan budaya dosa (sin culture),

    budaya malu (shame culture), serta budaya salah (guilt culture) yang akan

    menghindarkannya dari prilaku-prilaku yang menyimpang (Soemardjan, 1993).

    Selain apabila dilihat dari sisi pelakunya, pelanggaran ini akan menjadi lebih

    kompleks apabila dikaitkan dengan modus pelaksanaanya. Peminjaman oleh

    dosen non anggota perpustakaan umumnya dilakukan melalui pegawai

    perpustakaan sendiri. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pelanggaran yang

    dilakukan oleh staff dosen dilakukan atas bantuan petugas perpustakaan yang

    seharusnya berfungsi menegakkan tata aturan.

    Tidak dipatuhinya aturan peminjaman berimplikasi pada tidak tercatatnya

    judul buku yang dipinjam berikut jumlah eksemplarnya dalam kartu buku

    peminjam, kartu kontrol, dan slip buku. Praktek seperti ini tentu saja dapat

    menimbulkan permasalahan dalam tertib administrasi pada UPT Perpustakaan

    Undiksha yang pada akhirnya akan berdampak pada timbulnya masalah

    pengelolaan perpustakaan secara keseluruhan. Padahal pengelolaan yang baik

    merupakan kunci dari keberhasilan perpustakaan dalam mendukung,

    memperlancar, dan meningkatkan kualitas pelaksanaan program kegiatan

    perguruan tinggi secara optimal (Soedibyo, 1987; Basuki, 1991; Murti, 2005)

  • 4

    Dengan kenyataan ini, penelitian untuk mengetahui latar belakang

    keengganan dosen menjadi anggota perpustakaan penting untuk dilakukan.

    Apalagi jika dikaitkan dengan tindakan menyimpang dosen dalam meminjam

    buku di perpustakaan. Selanjutnya pemahaman ini akan sangat bermanfaat bagi

    upaya untuk meningkatkan minat dosen untuk menjadi anggota perpustakaan

    sekaligus mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya tata

    aturan peminjaman buku. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan tertib

    administasi perpustakaan yang akan bermuara pada peningkatan peran

    perpustakaan dalam menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi.

  • 5

    BAB II

    PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui adanya keengganan

    dosen menjadi anggota perpustakaan. Di pihak lain, terdapat banyak dosen yang

    lebih memilih meminjam bahan pustaka tanpa mengikuti prosedur resmi dengan

    menjadi anggota perpustakaan terlebih dahulu. Tindakan ini pada akhirnya

    berimplikasi pada tidak terlaksananya tertib administrasi perpustakaan dengan

    baik. Dalam konteks ini terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang menarik

    untuk dijawab, yaitu:

    1. Mengapa mayoritas dosen enggan menjadi anggota perpustakaan dan

    lebih memilih meminjam buku di perpustakaan tanpa mengikuti prosedur

    peminjaman resmi?

    2. Bagaimana implikasi peminjaman buku tanpa mengikuti prosedur

    peminjaman resmi ini terhadap administrasi perpustakaan?

    3. Bagaimanakah saran tindak yang disampaikan oleh informan untuk

    meningkatkan minat dosen menjadi anggota perpustakaan sekaligus

    meniadakan praktek peminajaman buku secara tidak resmi?

  • 6

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana dipaparkan di

    atas diperlukan tinjauan pustaka guna merumuskan kerangka teori atau landasan

    teori. Hal ini sangat penting, mengingat bahwa landasan teori bisa dipakai dasar

    atau pijakan dalam pemecahan masalah. Adapun pokok pikiran yang terkait

    dengan pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    3.1 Pelanggaran terhadap Tertib Administrasi Perpustakaan

    Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, buku serta bahan pustaka

    lainnya merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap dosen. Dalam pemenuhannya,

    kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui berbagai cara yakni dengan membeli,

    meminjam kepada orang lain, maupun meminjam di perpustakaan (Aryani, dkk.

    2006). Apabila pemenuhan kebutuhan akan bahan pustaka ini diperoleh melalui

    perpustakaan, maka dosen yang bersangkutan haruslah mentaati setiap tata aturan

    peminjaman yang diterapkan oleh perpustakaan.

    Parson (dalam Soekanto, 1986) mengemukakan bahwa tindakan manusia

    dalam memenuhi kebutuhannya akan sangat dipengaruhi kondisi-kondisi

    situasional yang dihadapi serta harus tunduk kepada tata aturan yang berlaku.

    Dalam konteks pemenuhan kebutuhan bahan pustaka, kondisi-kondisi situasional

    ini dapat berupa ketersediaan dana, ketersediaan bahan pustaka di pasar, akses

    terhadap perpustakaan, dll. Kondisi-kondisi situasional ini akan berpengaruh

    terhadap alasan pemilihan berbagai alternatif yang tersedia.

    Tata aturan akan memberikan panduan mengenai tindakan yang boleh serta

    tidak boleh dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan. Dalam konteks pemenuhan

    kebutuhan bahan pustaka, kondisi-kondisi situasional yang dihadapi seorang

    dosen, akan menentukan bagaimana dosen memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya,

    apabila dosen yang bersangkutan memenuhi kebutuhan bahan pustakanya dengan

    meminjam di perpustakaan, maka dia harus mentaati segenap tata aturan

  • 7

    perpustakaan, khususnya tata aturan yang berkaitan dengan peminjaman bahan

    pustaka.

    Ketaatan terhadap suatu tata aturan bergantung kepada seberapa jauh

    pelembagaan tata aturan tersebut (Soekanto, 1996). Sebuah tata aturan yang sudah

    terlembaga dengan baik dimulai dari proses diketahuinya tata aturan tersebut,

    untuk kemudian dipahami, ditaati serta dihargai. Sebuah tata aturan harus terlebih

    dahulu disosialisasikan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengetahui serta

    memahaminya. Setelah itu, diharapkan tata aturan tersebut dapat secara otomatis

    ditaati dan dihargai oleh pihak-pihak yang terkait. Dengan kata lain, suatu tata

    aturan haruslah melalui proses sosialisasi (diketahui dan dipahami) untuk dapat

    terinternalisasi (ditaati dan dihormati) (Ritzer, 2004).

    Selain ditentukan oleh seberapa jauh proses sosialiasi dan internalisasi,

    ketaatan terhadap tata aturan juga terkait dengan kuat serta lemahnya kontrol.

    Kontrol dapat berasal dari dalam diri pribadi kontrol internal maupun dari luar

    diri pribadi, atau kontrol eksternal. Kontrol internal dapat dimiliki apabila

    seseorang memiliki budaya dosa (sin culture) apabila melakukan palanggaran

    (Soermardjan, 1993). Budaya dosa ini terkait dengan pemahaman bahwa setiap

    pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan hukuman dari Tuhan. Pemahaman

    ini akan membuat orang berusaha untuk tidak melanggar norma agar tidak

    mendapatkan hukuman dari Tuhan. Sanksi terhadap kontrol internal ini adalah

    perasaan bersalah pada diri pelaku.

    Kontrol ekternal yang berasal dari luar diri pribadi dapat terjadi pada

    masyarakat yang memiliki budaya malu (shame culture) dan budaya salah (guilt

    cukture) (Soemardjan, 1993). Budaya malu merupakan kontrol masyarakat

    terhadap perilaku menyimpang seseorang. Dengan kata lain, orang yang

    melakukan penyimpangan akan mendapatkan sanksi dari masyarakatnya. Sanksi

    ini dapat berupa cemoohan, gunjingan, ejekan, dll. Budaya salah merupakan

    kontrol yang bersifat formal kelembagaan dan berasal dari lembaga yang

    mengeluarkan tata aturan. Setiap pelanggaran dikenai sanksi secara formal

    kelembagaan pula. Dalam konteks tata aturan perpustakaan, sanksi ini dapat

    berupa teguran lisan maupun tertulis, pengenaan denda, penghentian status

    keanggotaan, dll.

  • 8

    Kondisi budaya dimana organisasi berada juga dapat berpengaruh terhadap

    ketaatan akan tata aturan yang berlaku. Budaya paternalistik menempatkan orang

    yang berada pada posisi yang lebih tinggi dalam struktur sosial pada posisi yang

    menguntungkan. Apabila orang-orang ini melakukan pelanggaran, petugas yang

    kebetulan berada pada posisi yang lebih rendah secara struktural akan memiliki

    perasaan segan atau ewuh untuk memberikan sanksi secara langsung. Selain

    terkait dengan posisi dalam struktur sosial, pelanggaran juga dapat dikaitkan

    dengan kepemilikan modal sosial. Modal sosial dalam hal ini merupakan jaringan

    sosial yang dapat dipergunakan oleh individu untuk memperoleh dukungan sosial

    (Giddens, 2003; Forse, 2004). Modal sosial dapat berupa jaringan pertemanan,

    kekerabatan, balas budi, dll. Seseorang yang memiliki modal sosial yang besar

    akan dapat bertindak bertentangan dengan tata aturan apabila didukung oleh

    jaringan sosialnya yang memiliki posisi sebagai penegak tata aturan.

    3.2 Sistem Pengelolaan Perpustakaan

    Terdapat dua aktivitas pokok yang terkait dengan pengelolaan perpustakaan.

    Kedua aktivitas tersebut adalah pengadaan bahan pustaka, serta pengelolaan

    bahan pustaka.

    3.2.1 Pengadaan Bahan Pustaka

    Kegiatan yang amat penting dalam organisasi perpustakaan adalah pengadaan

    bahan pustaka, karena mustahil ada buku tanpa ada kegiatan pengadaan. Ada

    beberapa metode pengadaan yang umum dilakukan oleh perpustakaan, yakni : (1)

    pembelian berupa pemesanan langsung pada penerbit atau toko; (2) pertukaran,

    berupa tukar menukar koleksi antara perpustakaan satu dengan yang lain; dan (3)

    hadiah, berupa buku-buku sumbangan (Soedibyo, 1987).

    3.2.2 Pengelolaan Perpustakaan

    Bahan-bahan pustaka ada, baik melalui pembelian, pertukaran maupun hadiah,

    harus ditempatkan pada perpustakaan. Bahan-bahan tersebut masih memerlukan

    sentuhan lebih lanjut agar bisa berfungsi secara baik dan benar. Untuk itu bahan

    pustaka yang baru datang dari proses pengadaan tersebut perlu dikelola lebih

    lanjut, yaitu dengan diolah terlebih dulu. Pengolahan buku-buku tersebut

    mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut (Bafadal, 2005):

  • 9

    a. Pencataan bahan pustaka pada buku induk; ini bertujuan agar buku-buku

    yang dibeli sesuai dengan pesanan dan ini juga berguna untuk mengetahui

    jumlah bahan pustaka yang ada

    b. Klasifikasi bahan pustaka; bertujuan untuk memudahkan pemakai

    perpustakaan dalam mencari bahan pustaka yang diinginkan serta

    memudahkan dalam menyimpan kembali bahan pustaka pada raknya.

    c. Katalogisasi bahan pustaka; tujuan katalogisasi adalah untuk memudahkan

    pemakai perpustakaan dalam mendapatkan informasi bahan pustaka yang

    diinginkan, karena dalam katalog pemakai bisa mengetahui judul buku,

    pengarang, subjek buku dan informasi yang lainnya.

    d. Peneraan/stempel; ini dilakukan agar bahan pustaka yang dimiliki

    perpustakaan tidak mudah hilang.

    e. Pemasangan nomor panggil; biasanya nomor ini dipasang pada punggung

    buku berupa stiker, ini bertujuan untuk memudahkan penyusunan buku

    pada rak buku.

    f. Pemasangan label tanggal dan kantong; memudahkan dalam pencatatan

    peminjaman dan pengembalian.

    g. Pengecekan ulang; memastikan bahwa nomor klasifikasi dan penulisan

    katalog sudah benar.

    h. Penempatan pada rak; kegiatan penyusunan bahan pustaka pada rak tidak

    kalah pentingnya dengan kegiatan-kegiatan lain dalam rangkaian

    pengelolaan perpustakaan. Apabila buku disusun dengan baik dan teratur,

    pengunjung akan mudah menemukan koleksi yang diinginkan sehingga

    waktu pemakai/pengunjung dapat dihemat.

    Apabila kedelapan prosedur tersebut telah dilengkapi, maka bahan pustaka secara

    administratif telah dikelola dengan baik. Bahan pustaka tersebut secara teknis

    telah siap melakukan pelayanan pembaca.

    Pelayanan pembaca adalah kegitan lanjutan setelah bahan pustaka yang ada

    diolah. Pelayanan pembaca terdiri dari pelayanan sirkulasi dan pelayanan

    referensi (Bafadal, 2005). Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayani

    peminjaman dan pengembalian buku. Proses administrasi peminjaman dimulai

    dengan pencatatan buku yang dipinjam oleh anggota di bagian sirkulasi pada kartu

  • 10

    peminjaman dan kartu kontrol. Kartu peminjam dikembalikan kepada anggota

    perpustakaan yang meminjam buku, sedangkan kartu kontrol disimpan oleh

    petugas pada rak khusus setelah sebelumnya diinput ke dalam data base

    komputer. Tujuan input data ke computer ini adalah untuk mengurangi stok buku

    yang ada di perpustakaan pada layanan OPAC (On-line Public Access Cataloge)

    sehingga apabila ada pengunjung yang mencari buku dengan judul yang sama,

    maka akan diketahui dari informasi yang tersedia pada OPAC.

    Sementara itu, pelayanan referensi adalah pelayanan pemberian informasi dan

    pemberian bimbingan pembaca. Pelayanan ini ditujukan untuk memberikan

    jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pengunjung

    perpustakaan. Layanan bimbingan pembaca ditujukan untuk memberi bimbingan

    kepada pengunjung bagaimana menemukan informasi yang dibutuhkan

    pengunjung serta bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi

    (Sumardji,1992).

    Walaupun pemakai perpustakaan dapat diibaratkan sebagai sahabat buku,

    namun mereka bisa menjadi musuh buku. Karena mereka bisa melakukan

    tindakan yang tidak bertanggungjawab terhadap apa yang dimiliki perpustakaan.

    Misalnya, mereka tega merobek/menggunting isi buku guna memiliki apa yang

    ada didalam buku tersebut. Banyak juga yang melipat-lipat kertas buku guna

    menandai batas baca terakhir. Selain manusia, musuh buku dapat pula berasal dari

    serangga, misalnya kecoa, ngengat, kutu buku, dll. Begitu pula kerusakan bahan

    pustaka juga bisa terjadi akibat sinar matahari. Untuk meminimalkan kerusakan

    akibat sinar matahari bisa diakali dengan cara merancang ruang perpustakaan agar

    rak-rak buku tidak berhadapan dengan sinar matahari, menurunkan tingkat

    pencahayaan lampu atau kalau perlu mematikan listrik, serta pengawasan sirkulasi

    udara (Basuki, 1991). Dengan demikian, petugas perpustakaan tidak hanya

    melayani konsumen, tetapi juga melakukan kontrol sosial terhadap pengguna,

    mengenakan sanksi atas pelanggaran yang mereka lakukan, dan melakukan

    kegiatan pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka.

    Sanksi yang dikenakan kepada pengunjung perpustakaan dapat dikenakan

    kepada pengunjung yang terlambat mengembalikan buku, menimbulkan

    kerusakan terhadap buku hingga menghilangkan buku yang telah dipinjam (UPT

  • 11

    Perpustakaan Undiksha, 2003). Sanksi yang dikenakan untuk pengunjung yang

    melakukan kelalaian ini adalah kewajiban untuk membayar denda berupa uang

    hingga kewajiban untuk mengganti buku yang dihilangkan.

    Dalam rangka pemeliharaan buku atau segala koleksi milik perpustakaan, dan

    juga untuk memberikan pelayanan prima kepada pengguna perpustakaan, maka

    perpustakaan tidak saja memerlukan ruang yang memadai, tetapi juga sumber

    daya teknologi, yakni rak buku, meja baca, dll. Sumber daya teknologi diatur

    sedemikian rupa, dengan pertimbangan agar koleksi terjamin keamanannya, tanpa

    mengurangi kenyamanan pengguna perpustakaan, baik dosen maupun mahasiswa

    (Soedibyo, 1987; Basuki, 1993).

    Dapat disimpulkan, sebagai sebuah sistem, aktivitas pengelolaan perpustakaan

    terdiri dari berbagai prosedur kegiatan yang saling terkait. Sesuai dengan

    karakteristik sistem, apabila terdapat permasalahan dalam suatu prosedur akan

    dapat mempengaruhi prosedur lain, bahkan mengganggu sistem secara

    keseluruhan (Mulyadi, 1996).

    3.3 Penanggulangan Permasalahan Tertib Administrasi Perpustakaan

    Kendala yang mengganggu penyelenggaraan perpustakaan memerlukan

    pemecahan agar misi perpustakaan berjalan dengan baik. Penanggulangan

    dilakukan dengan cara menerapkan dan atau mengikuti gagasan etik, yakni teori-

    teori baku (Pelto dan Pelto, 1970) yang berlaku dalam ilmu perpustakaan. Jika tata

    aturan baku ilmu perpustakaan bisa diterapkan, maka kendala bisa dinetralisir,

    sehingga pengelolaan perpustakaan secara baik dan benar akan terwujudkan.

    Selain gagasan etik, maka gagasan emik, yakni pengetahuan informan atau

    pelaku budaya (Pelto dan Pelto, 1970) tidak kalah pentingnya. Hal ini bisa

    dipakai landasan untuk perbaikan suatu sistem, karena menurut filsafat

    fenomenologi bahwa aktor yang paling tahu tentang apa makna tindakan yang

    mereka lakukan (Salim, 2001; Bogdan dan Taylor, 1993; Strauss dan Corbin,

    2003). Berkenaan dengan itu mereka tentu memiliki pula gagasan tentang cara

    untuk mengatasi kendalah penyelenggaraan sistem pengelolaan perpustaakan.

    Lebih-lebih adanya kenyataan bahwa manusia bisa menggali pengetahuan guna

  • 12

    mengatasi masalah yang mereka hadapi dengan cara belajar dari pengalaman

    maupun dengan cara menggunakan nalar (Budianto, 2005).

    Bertolak dari gagasan ini maka pemahaman emik tidak kalah pentingnya

    dalam mengatasi kendala yang ada dalam pengelolaan perpustakaan. Walaupun

    demikian, gagasan etik tidak bisa diabaikan. Gagasan emik yang akan dijadikan

    solusi pemecahan permasalahan, tidak boleh bertentangan dengan gagasan etik

    yang telah ada. Karena itu, meminjam gagasan Sanderson (1993) maka secara

    sosiokultural, cara yang bisa digunakan untuk menanggulangi kendala

    penyelenggaraan perpustakaan adalah memadukan kreativitas maupun gagasan

    para aktor, tanpa mengabaikan aspek-aspek yang ada dalam budaya materi

    (infrastruktur material) maupun sistem budaya (superstruktur ideologi) yang di

    dalamnya mencakup pengetahua etik (ilmu pengetahuan) maupun pengetahuan

    emik (pengetahuan empirik).

    3.4. Kerangka Berpikir

    Berdasarkan gagasan di atas maka dapat disusun kerangka konsep guna

    memecahkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, sebagaimana terlihat pada

    bagan 1 sebagai berikut.

  • 13

    Bagan 1

    Pemenuhan Kebutuhan Dosen akan Bahan Pustaka

    Sebagaimana terlihat dalam bagan, interaksi dosen dengan perpustakaan

    terjadi ketika dosen memerlukan pelayanan dalam aktivitas peminjaman dan

    pengembalian buku. Dalam interaksi ini, perpustakaan dan dosen bergerak

    berdasarkan tata aturan perpustakaan yang berlaku. Tata aturan berfungsi sebagai

    kontrol sosial terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Kontrol sosial dapat

    berupa kontrol internal (kontrol yang berasal dari diri pribadi) dan kontrol internal

    (kontrol yang berasal dari dari luar diri pribadi).

    Agar dapat berfungsi dengan baik, setiap tata aturan membutuhkan sanksi.

    Sanksi dapat berupa sanksi formal dan informal. Sanksi formal merupakan sanksi

    Tata Aturan Perpustakaan

    Perpustakaan

    Aspek Situasional

    Memberi

    pelayanan

    dalam

    peminjaman

    dan

    pengembalian

    buku

    Dosen

    Menuntut

    pelayanan

    dalam

    peminjaman

    dan

    pengembalian

    buku

    Kontrol Sosial:

    - Internal - Eksternal

    Sanksi:

    - Formal - Non formal

    Penumbuhan:

    - Budaya Dosa - Budaya Malu - Budaya Salah

    - Modal Kuasa

    - Modal Sosial

  • 14

    yang dijatuhkan secara organisatoris, seperti pemberian teguran secara tertulis,

    pengenaan denda, pemberhentian keangootaan perpustakaan, dll. Sanksi informal

    merupakan sanksi yang diberikan di luar prosedur organisatoris, seperti

    cemoohan, ejekan, gunjing, dll yang diberikan terhadap suatu pelanggaran. Pada

    akhirnya, tata aturan dikatakan berhasil apabila telah dapat menumbuhkan budaya

    dosa, budaya malu, serta budaya salah dalam diri seseorang. Selanjutnya, budaya

    dosa, budaya malu, serta budaya salah ini dapat mencegah seseorang melakukan

    pelanggaran.

    Pelaksanaan suatu tata aturan juga sangat tergantung kepada aspek-aspek

    situasional yang meliputi modal kuasa dan modal sosial. Seseorang yang memiliki

    modal kuasa dan modal sosial dapat memanfaatkan modal yang dimilikinya ini

    untuk melanggar tata aturan yang berlaku. Modal kuasa dapat dipergunakan

    secara langsung atau tidak langsung untuk melanggar aturan. Kondisi ini bisa

    terjadi terutama apabila penegak aturan berada pada posisi subordinat. Modal

    sosial dalam bentuk jaringan sosial juga dapat dimanfaatkan secara negatif

    untuk melanggar tata aturan.

  • 15

    Bab 4. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan bisa mewujudkan beberapa tujuan. Adapun tujuan yang

    ingin diwujudkan adalah sebagai berikut.

    1. Untuk memahami alasan mayoritas dosen enggan menjadi anggota

    perpustakaan dan lebih memilih meminjam buku di perpustakaan tanpa

    mengikuti prosedur peminjaman yang resmi.

    2. Untuk memahami implikasi peminjaman buku tanpa mengikuti prosedur

    peminjaman resmi ini terhadap administrasi perpustakaan

    3. Untuk mendapatkan gagasan berbentuk saran tindak yang bersifat emik

    yang bisa digunakan untuk meningkatkan minat dosen menjadi anggota

    perpustakaan sekaligus meniadakan praktek peminjaman buku secara tidak

    resmi.

    Kontribusi Penelitian

    Penelitian ini tidak saja diharapkan mewujudkan suatu tujuan, tetapi juga

    memberikan kontribusi kepada lembaga, antara lain:

    1. Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan bagi pimpinan lembaga,

    yakni rektorat, staf dekan, dan jurusan guna merumuskan kebijakan yang

    tepat dan bersinergi untuk meningkatkan minat dosen menjadi anggota

    perpustakaan. Hal ini penting mengingat peran sentral yang dapat

    dibangun oleh perpustakaan dalam menciptakan iklim akademik yang

    sehat sekaligus mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

    2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kepada

    Perpustakaan Undiksha, dalam konteks penanggulangan permasalahan

    tertib administrasi yang terkait dengan peminjaman bahan pustaka oleh

    dosen tanpa mengikuti prosedur peminjaman resmi. Terciptanya tertib

    administrasi ini merupakan sasaran awal bagi tercapainya tujuan pendirian

    perpustakaan.

  • 16

    Bab 5. Metode Penelitian yang Dipergunakan

    Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan metode penelitian kualitatif

    (Musthafa, 2002). Karena itu, sasaran penelitian ini bukan pada pengukuran,

    melainkan pada pemahaman terhadap fenomena sosial dari perspektif para

    partisipan atau menurut perspektif emik. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar yang

    berlaku pada paradigma fenomenologi yang melandasi metode penelitian

    kualitatif yang menyatakan bahwa apapun yang dilakukan oleh aktor dalam

    kehidupan bermasyarakat maupun interaksi mereka dalam suatu lembaga sangat

    tergantung pada pemaknaan mereka tentang sesuatu. Dengan demikian, jika

    peneliti ingin memahami suatu perilaku, maka pemahaman dari sudut pandang

    sang aktor atas apa yang mereka lakukan pemahaman emik, menjadi mutlak

    adanya. Mereka adalah pelaku sehingga merekalah yang paling faham atas apa

    yang mereka lakukan. Pemahaman orang luar pemahaman etik hanya bersifat

    melengkapi (Spradley, 1997; Strauss dan Corbin, 2003; Zamroni, 1992).

    Pemaknaan sesuatu berkaitan dengan kebudayaan yang mereka miliki, mengingat

    bahwa kebudayaan tidak sekedar resep bertindak, tetapi juga pemberi makna

    terhadap tindakan sang aktor (Geertz, 1998). Karena itulah, penelitian kualitatif

    pada dasarnya juga bersifat pengungkapan latar belakang budaya atau alasan

    maknawi dari tindakan aktor dalam suatu jaringan.

    5.1 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Universitas

    Pendidikan Ganesha. Penelitian terutama dilakukan pada bagian sirkulasi dan

    komputer. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan karena bagian sirkulasi dan

    komputer merupakan bagian yang paling memahami aktivitas peminjaman dan

    pengembalian bahan pustaka.

    5.2 Informan Penelitian

    Informan dalam penelitian ini ditunjuk secara purposive. Penunjukan ini

    ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa sejauh mana mereka memahami

    masalah yang dikaji sebagaimana yang dirumuskan dalam masalah penelitian,

  • 17

    posisi dalam struktur organisasi, serta pengalaman mereka dalam memanfaatkan

    perpustakaan Undiksha. Untuk itu, informan akan terdiri dari; Kepala Unit

    Pelaksana Teknis Perpustakaan Undiksha, staff UPT perpustakaan Undiksha

    terutama pada bagian sirkulasi dan komputer, staff pimpinan di tingkat rektorat,

    staff dosen, dll. Berapa banyak informan tidak ditentukan secara pasti dari awal,

    melainkan tergantung pada tingkat kejenuhan data. Namun semua komponen

    tersebut harus ada yang mewakilinya, sehingga cakupan data menjadi lebih luas

    dan bervariasi.

    5.3 Teknik Pengumpulan Data

    Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan, dengan cara

    menerapkan berbagai teknik pengumpulan data, yakni:

    (a) Teknik Wawancara Mendalam

    Informan yang telah ditentukan sebagaimana dipaparkan di atas akan

    diwawancarai dengan memakai teknik wawancara mendalam. Agar wawancara

    mendalam bisa berlangsung secara terarah, disusun pedoman wawancara yang

    memuat pokok-pokok pikiran yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dengan

    cara ini diharapkan wawancara berlangsung secara fleksibel. Begitu pula

    informasi yang digali, tidak saja bertumpu pada apa yang mereka ucapkan, tetapi

    disertai pula dengan penggalian yang mendalam tentang pemaknaan mereka

    terhadap ucapan maupun perilaku mereka. Dengan kata lain bisa pula dikatakan

    bahwa melalui wawancara mendalam akan tergali aspek explicit knowledge

    maupun tacit knowledge yang melekat pada informan. Untuk menghindarkan

    distorsi data, maka pencatatan hasil wawancara dilakukan secara manual atau

    disertai dengan perekaman.

    Wawancara yang dilakukan terhadap pihak-pihak tersebut bertujuan;

    a. Staff dosen: untuk mengetahui alasan pemanfaatan perpustakaan, alasan

    menjadi anggota perpustakaan, alasan keengganan menjadi anggota

    perpustakaan, kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan perpustakaan, serta

    saran tindak yang dapat diberikan dosen dalam mengatasi permasalahan yang

    dihadapi dalam pengelolaan perpustakaan.

  • 18

    b. UPT Perpustakaan: wawancara dengan kepala perpustakaan untuk mengetahui

    kebijakan perpustakaan pusat terkait peningkatan minat menjadi anggota

    perpustakaan, upaya penerapan tata aturan perpustakaan secara taat asas, serta

    sanksi terhadap pelanggaran tata tertib perpustakaan.

    c. Staff perpustakaan: terkait dengan aktivitas peminjaman dan pengembalian

    bahan pustaka

    d. Rektorat: wawancara dengan PR I untuk mengetahui kebijakan pihak Rektorat

    dalam pengembangan perpustakaan lembaga secara keseluruhan.

    (b) Teknik Observasi

    Observasi terutama dilakukan untuk melihat keberadaan perpustakaan

    Undiksha. Observasi dilakukan terhadap kondisi koleksi perpustakaan, tempat

    penyimpanan, akses terhadap koleksi perpustakaan, dll. Dari observasi ini

    diharapkan dapat diperoleh pemahaman mengenai aktivitas pengelolaan

    perpustakaan.

    (c) Penggunaan Dokumen

    Sumber data lainnya adalah dokumen, misalnya catatan tentang koleksi buku

    yang tersedia, data peminjaman, tata aturan peminjaman, dll. Sebelum

    digunakan, dokumen tersebut dikritik, baik berbentuk kritik internal maupun

    eksternal.

    Dalam rangka menjamin kesahihan data, dilakukan triangulasi. Triangualasi

    bisa berbentuk teknik pengumpulan data, misalnya wawancara dipadukan dengan

    pengamatan dan atau dibandingkan pula dengan dokumen. Triangulasi bisa pula

    antarinforman, yakni data yang diberikan oleh informan yang satu dengan yang

    lain, dicek silang dengan data yang diberikan oleh informan lainnya. Bahkan yang

    tidak kalah pentingnya, triangulasi bisa pula antarpeneliti, yakni masalah yang

    (data yang meragukan) ditanyakan secara ulang oleh peneliti lainnya. Dengan

    adanya triangulasi kasahihan data diharapkan lebih terjamin yang sekaligus berarti

    hasil penelitian inipun menjadi lebih akurat adanya.

  • 19

    5.4 Analisis Data

    Data yang terkumpul berwujud data kualitatif atau bisa pula dalam bentuk

    angka-angka. Data dianalisis dengan melakukan serangkaian kegiatan, yakni

    reduksi data, menyajikan data serta menganalisis data dan menarik simpulan.

    Kesemuanya itu merupakan suatu kegiatan yang berkaitan, bisa dilakukan di

    kancah maupun di luar kancah. Proses analisis dapat digambarkan dalam

    Diagram 1 berikut ini:

    Diagram 1

    Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

    s

    Sumber: Miles dan Haberman (1992:20).

    Reduksi data meliputi berbagai kegiatan, yakni penyeleksian, pemfokusan,

    simplifikasi, pengkodean, penggolongan, pembuatan pola, foto dokumentasi

    untuk situasi atau kondisi yang memiliki makna subyektif, kutipan wawancara

    yang memiliki makna subyektif, kutipan wawancara yang memiliki makna

    subyektif, dan catatan reflektif. Penyajian data dan penafsiran berkaitan dengan

    penyusunan teks naratif dalam kesatuan bentuk, keteraturan, pola-pola,

    penjelasan, konfigurasi, alur sebab akibat dan preposisi. Sedangkan penarikan

    kesimpulan verifikasi antara lain mencakup hal-hal yang hakiki, makna subyektif,

    temuan konsep dan proses universal.

    Pengumpul-an

    data Penyajian

    Data dan

    penafsiran

    Menarik

    kesimpulan/Verifi-

    kasi

    Reduksi

    Data

  • 20

    Kesemuanya ini tidak terlepas dari masalah yang ditelaah dalam penelitian ini.

    Kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penarikan kesimpulan dan penyajian

    data, merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan bisa berlangsung secara

    ulang-alik, sampai mendapatkan hasil penelitian akhir, yang bersifat holistik dan

    sarat makna, dalam konteks pemberian jawaban terhadap masalah yang dikaji.

    Hubungan antara pertanyaan penelitian, data, instrument, sumber data, serta

    analisis data digambarkan dalam tabel 1 berikut ini:

    Tabel 1. Pertanyaan Penelitian, Data, Instrumen, Sumber Data, serta

    Analisis Data

    No Pertanyaan Penelitian

    Data Instrumen Sumber Data Analisis

    Data

    1 Mengapa mayoritas

    dosen enggan menjadi

    anggota perpustakaan

    dan lebih memilih

    meminjam buku di

    perpustakaan tanpa

    mengikuti prosedur

    peminjaman resmi?

    Hasil

    wawancara

    Panduan

    wawancara

    Dosen yang tidak

    menjadi anggota

    perpustakaan

    serta dosen yang

    tidak menjadi

    anggota

    perpustakaan

    namun

    meminjam tanpa

    mengikuti

    prosedur resmi

    Analisis

    kualitatif

    2 Bagaimana implikasi

    peminjaman buku tanpa

    mengikuti prosedur

    peminjaman resmi ini

    terhadap administrasi

    perpustakaan?

    a. Hasil wawancara

    b. Hasil observasi

    a. Panduan wawancara

    b. Check list observasi

    a. Staff perpustakaan

    b. Observasi aktivitas

    peminjaman

    dan

    pengembalian

    buku

    Analisis

    kualitatif

    3 Bagaimanakah saran

    tindak yang disampaikan

    oleh informan untuk

    meningkatkan minat

    dosen menjadi anggota

    perpustakaan sekaligus

    meniadakan praktek

    peminajaman buku

    secara tidak resmi?

    Hasil

    wawancara

    Panduan

    wawancara

    Dosen yang tidak

    menjadi anggota

    perpustakaan

    serta dosen yang

    tidak menjadi

    anggota

    perpustakaan

    namun

    meminjam tanpa

    mengikuti

    prosedur resmi

    Analisis

    kualitatif

  • 21

    Bab 6. Jadwal Pelaksanaan

    Penelitian ini dirancang selesai dalam waktu delapan bulan yang terdiri dari

    tiga tahap kegiatan sebagai berikut:

    1) Kegiatan Persiapan Penelitian

    Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan meliputi menetapkan

    pembagian kerja diantara tim peneliti, serta menyusun format

    pengumpulan data. Waktu yang dialokasi dalam kegiatan ini adalah adalah

    satu bulan.

    2) Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

    Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : pengumpulan data,

    pereduksian data, penyajian data, maupun penarikan kesimpulan peneltian.

    Kegiatan ini dilakukan merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait

    dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai mendapatkan hasil

    penelitian akhir, yang bersifat holistik dan sarat makna, dalam konteks

    pemberian jawaban terhadap masalah yang dikaji. Waktu yang

    dialokasikan dalam kegiatan ini adalah empat bulan

    3) Kegiatan Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

    Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : menyusun konsep

    laporan, mendiskusikan konsep laporan dengan anggota tim dan konsultasi

    dengan rekan senior seprofesi dan menyusun laporan akhir. Waktu yang

    dialokasikan dalam kegiatan ini sekitar satu bulan.

    Keseluruhan kegiatan tersebut secara rinci dapat dituangkan dalam suatu tabel

    sebagaimana terlihat pada tabel 2 sebagai berikut.

  • 22

    Tabel 2

    Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Kegiatan Bulan Ke

    I II III IV V VI VII VIII

    1. Kegiatan Persiapan :

    - Pembagian kerja

    - Penyusunan format pengumpulan

    data

    2. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian :

    - Pengumpulan data

    - Reduksi data

    - Penyajian data

    - Penarikan kesimpulan

    3. Kegiatan Penyusunan Laporan

    Penelitian :

    - Penyusunan konsep laporan

    - Konsultasi dengan rekan senior

    - Penyusunan laporan akhir

  • 23

    Lampiran 1

    DAFTAR PUSTAKA

    Alwasilah, A. Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang dan

    Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

    Andari, Ni Nyoman. 2005. Layanan Perpustakaan. Denpasar:Badan Perpustakaan

    Daerah Bali..

    Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia

    Pustaka Utama.

    Bodgan, Robert dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif. Dasar-dasar Penelitian.

    [Penerjemah: Khozin Affandi]. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

    Budianto, Irmayanti M. 2005. Realitas dan Objektivitas. Refleksi Kritis Atas Cara

    Kerja Ilmiah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

    Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo

    Persada.

    Faisal. Sanapiah. 2005. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrafindo

    Persada.

    Forse, Michel. 2004. Hubungan Sosial Sebagai Sumber Daya. Dalam Philippe Cabin dan Jean Franois Dortier, ed. Sosiologi Sejarah dan Berbagai

    Pemikirannya. [Penerjemah: Ninik Rochani Sjams]. Yogyakarta: Kreasi

    Wacana.

    Gardner, Richard K. 1981. Library Collection. New York: McGraw-Hill.

    Geertz, Clifford. 1998. After The Fact. Dua Negeri, Empat Dasawarsa, Satu

    Antropolog. Yogyakarta: LKiS

    Giddens, Anthony. 2003. Jalan Ketiga & Kritik-kritiknya. [Penerjemah: Imam

    Khoiri, Yogyakarta: IRCiSod.

    Herlina. 2005. Katalogisasi. Denpasar:Badan Perpustakaan Daerah Bali..

    Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Antropologi. Jakarta: Pustaka Baru.

    Mandra, I Ketut. 2005. Pengembangan Minat Baca. Denpasar: Badan

    Perpustakaan Daerah Bali..

  • 24

    Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber

    tentang Metode-Metode Baru. (Tjetjep Rohendi Rohidi Penerjemah).

    Jakarta: UI Press.

    Murti, I.B. Gana. 2005. Manajemen Perpusdokinfo. Denpasar: Badan

    Perpustakaan Daerah Bali.

    Musthafa, Bachrudin. 2002. Menaksir Kualitas Penelitian Kualitatif: Beberapa Kriteria Dasar. Dalam A. Chaedar Alwasilah. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

    Nawawi, H. Hadari. 2000. Manajemen Strategik. Organisasi Non Profit Bidang

    Pemerintahan dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan. Yogyakarta:

    Gadjah Mada University Press.

    Pelto, Pertti J dan Gretel H. Pelto. 1984. Anthropological Research.. Cambridge:

    Cambridge University Press.

    Rosbaedi. 2005. Klasifikasi Perpustakaan dan Tajuk Subyek. Denpasar: Badan

    Perpustakaan Daerah Bali.

    Rostini, Nyoman. 2005. Kerjasama Perpustakaan. Denpasar: Badan Perpustakaan

    Daerah Bali..

    Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara

    Wacana Yogya.

    Sanderson, SK. 1993. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan terhadap Realitas

    Sosial. [Penerjemah: Farid Wajidi dan S. Menno]. Jakarta: Raja Grafindo

    Perkasa.

    Santoso, Slamet Iman. 1987. Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung.

    Sedanayasa, Gede, Desak Putu Parmiti dan I Ketut Artana. 2003. Studi

    Pemanfaatan Bahan Pustaka Sebagai Sumber Informasi Dalam

    Menunjang Kegiatan Akademik Mahasiswa Pada Perpustakaan IKIP

    Negeri Singaraja. (Penelitian Dosen Muda yang dibiayai oleh Proyek

    Penelitian Dikti tidak diterbitkan)

    Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metode Penelitian. Bandung:

    Mandar Maju.

    Spradley, James. P. 1972. Culture and Cognition. Rules, Maps and Plan.

    Chandler Publishing Company

    Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif

    Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi data. [Penerjemah:

    Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  • 25

    Sudaadnyana, I Gusti Putu. 2005. Pengetahuan Literatur. Denpasar: Badan

    Perpustakaan Daerah Bali.

    Sukarna, Jaya. 2005. Pengembangan Koleksi. Denpasar: Badan Perpustakaan

    Daerah Bali.

    Sumardji, P. 1992. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.

    Sunardi, St. 2006. Nietzche. Yogyakarta: LKiS.

    Surayana, I Gusti Nyoman. 2005. Pengantar Pelestarian Bahan Pustaka.

    Denpasar: Badan Perpustakaan Daerah Bali.

    Suwena, I Ketut. 2005. Penelusuran Informasi dan Jasa Rujukan. Denpasar:

    Badan Perpustakaan Daerah Bali.

    Tarigan, Josep R. dan M. Suparmoko. 2000. Metode Pengumpulan Data.

    Yogyakarta: BPFE.

    Tirtayasa, I Gusti Nyoman. 2005. Pengkajian Pengembangan Perpusdokinfo.

    Denpasar: Badan Perpustakaan Daerah Bali.

    Tokoh (Denpasar), 28 Mei 3 Juni 2006. Hal:4.

    UPT Perpustakaan IKIP Negeri Singaraja. 2003. Buku Panduan Perpustakaan

    IKIP Negeri Singaraja

    Yusup, Pawit M. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung: Remaja

    Rosdakarya.

    Zamroni, DR. 1992. Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.