Top Banner
i PENELITIAN DOSEN MUDA ANALISA THREE POINT LIGHTING PADA FILM CERITA SI JOKO TIM PENGUSUL Ketua: I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn (001602198601) Anggota: Ni Kadek Dwiyani, S.S.,M.Hum (0013018102) Dibiayai oleh: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Nomor: 235/IT5.3/PG/2016 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR NOVEMBER 2016
66

PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

Nov 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

i

PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISA THREE POINT LIGHTING

PADA FILM CERITA SI JOKO

TIM PENGUSUL

Ketua:

I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn (001602198601)

Anggota:

Ni Kadek Dwiyani, S.S.,M.Hum (0013018102)

Dibiayai oleh:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda

Nomor: 235/IT5.3/PG/2016

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

NOVEMBER 2016

Page 2: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

ii

Analisa Three Point Lighting

pada Film Cerita Si Joko

Oleh: I Kadek Puriartha S.Sn., M.Sn

ABSTRAK

Three point lighting adalah prinsip dasar yang menjadi dasar pemahaman mengenai mengatur posisi/ penempatan lampu, arah cahaya, dan intensitas cahaya dalam produksi sebuah film yang terdiri dari; key light/ cahaya utama, fill-in light/ cahaya pengisi, dan back light/ cahaya belakang. Jika memposisikan/ menempatkan lampu tidak sesuai dengan prinsip three point lighting pencahayaan akan menjadi tidak sempurna dan cendrung memberikan kesan flat/ datar, meposisikan pencahayaan asal terang saja tidak akan memberikan fokus perhatian terhadap objek yang akan direkam. Dari permasalahan dan kendala mahasiswa dalam memposisikan pencahayaan pada produksi sebuah film menjadi daya tarik peneliti untuk meneliti lebih jauh teori prinsip dasar three point lighting dalam produksi sebuah film dengan menampilkan skema penempatan lampu di dalam setiap scene pada film Cerita Si Joko yang menceritakan tentang perjalanan driver Gojek dalam mengantarkan sebuah paket sehingga mahasiswa lebih mudah mengerti dan memahami penempatan atau memposisikan lampu yang baik dan benar sesuai dengan skema penempatan lampu Berdasarkan gambaran latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalah yang ingin dipecahkan yaitu bagaimanakah penempatan lampu yang baik dan benar sesuai dengan teori three point lighting pada film Cerita Si Joko?

Guna dapat mendeskripsikan analisa three point lighting pada film Cerita Si Joko ini, maka peneliti menggunakan metodologi kualitatif. Peneliti memerlukan strategi untuk dapat mengungkapkan makna-makna yang tersembunyi hingga bias yang muncul dalam peristiwa tersebut. Dalam proses pengumpulan data, peneliti secara langsung terjun ke lapangan, karena mengamati secara langsung bagaimana penerapan three point lighting dalam produksi sebuah film.

Hasil dan luaran yang dicapai yaitu sinopsis film, naskah film, kemudian dilanjutkan membahas tata cahaya per scene atau per adegan dalam film Cerita Si Joko dan dilengkapi pula dengan sketsa atau berupa gambar penempatan lampu, kamera, dan posisi talent pada setiap scene atau pengadegan. Kata Kunci : Three point lighting, Film Cerita Si Joko  

Page 3: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

iii

Analysis of Three Point Lighting

on Cerita Si Joko Film

by: I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn

ABSTRACT

Three point lighting is the basic principle on which to base an understanding of the positioning / placement of light, direction of light, and the light intensity in the production of a film consisting of: key light / main light, fill-in light, and back light. If the positioning / placing the lamp does not comply with the principle of three-point lighting, the lighting will be imperfect and tend to give the impression of a flat, positioning bright lighting will not give focused attention to the object to be recorded. Of problems and constraints for students in positioning the lighting in the production of a film to attract researchers to investigate further the theory of the basic principles of three-point lighting in the production of a film by showing placement scheme lights in every scene in the Cerita Si Joko film which tells the story of the driver Gojek in ushering in a package so that students more easily understand and grasp the placement or positioning the light is good and right in accordance with the scheme of lighting placement. Based on the description of the background of the above problems, then formulated the problems to be solved is how the placement of the light is good and right in accordance with the theory of three point lighting in the Cerita Si Joko Film? In order to be able to describe the three point lighting analysis on the Cerita Si Joko Film, the researchers used a qualitative methodology. Researchers need a strategy to be able to reveal hidden meanings to arising in the incident. In the process of data collection, researchers plunge into the field, because observe firsthand how the application of the three point lighting in the production of a film. Results and outcomes achieved are synopsis of the film, screenplay, and then proceed to discuss lighting a scene in the Cerita Si Joko film and equipped with a sketch or an image placement of lights, cameras, and position talent in every scenes. Key words: Three Point Lighting, Cerita Si Joko Film

Page 4: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tahunan akhir

penelitian yang berjudul “Analisa Three Point Ligting pada Film Cerita Si Joko”

ini tepat pada waktunya. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dan memberi

dukungan sehingga terwujudnya laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih

penulis berikan kepada :

1. Bapak Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar, M.Hum selaku Rektor Institut

Seni Indonesia Denpasar.

2. Bapak Dr. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg, selaku Ketua LP2M

Institut Seni Indonesia Denpasar.

3. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan

Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.

4. Semua keluarga dan teman-teman yang membantu dalam terlesaikannya

laporan kemajuan penelitian ini.

Demikian penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa laporan akhir ini

masih jauh dari sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang baik untuk

penyempurnaan karya selanjutnya. Demikian laporan ini, untuk itu penulis

ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, November 2016

                                                                   Penulis

Page 5: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

PRAKATA ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Tata Cahaya dan Three Point Lighting ...................................................... 8

2.2 Film ............................................................................................................ 11

2.3 Film Cerita Si Joko ..................................................................................... 13

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT .............................................................. 15

3.1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 15

3.2. Manfaat Penelitian .................................................................................... 15

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 16

4.1 Subjek Penelitian ........................................................................................ 16

4.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 16

4.3 Desain Penelitian ........................................................................................ 17

4.4 Penentuan Informan ................................................................................ 17

4.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 17

4.6 Metode Analisis Data ................................................................................ 18

4.7 Metode Pendekatan ................................................................................. 19

BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ........................................ 20

5.1 Sinopsis Film Cerita Si Joko. ..................................................................... 20

5.2 Naskah Film Cerita Si Joko ........................................................................ 21

5.3 Skema Penempatan dan Posisi Lampu pada Film Cerita Si Joko .............. 31

VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .............................................. 55

Page 6: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

vi

VII SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 56

7.1 Simpulan ................................................................................................... 56

7.2 Saran ........................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 60

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 ......................................................................................... 32

Gambar Sketsa 5.1 Penempatan Lampu pada Scene 1 ................................... 32

Gambar 5.2 ...................................................................................................... 34

Gambar Sketsa 5.2 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 2 .................. 34

Gambar 5.3 ...................................................................................................... 35

Gambar Sketsa 5.3 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 3 .................. 36

Gambar 5.4 ...................................................................................................... 37

Gambar Sketsa 5.4 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 4 ................ 37

Gambar 5.5 ...................................................................................................... 39

Gambar Sketsa 5.5 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 5 .................. 40

Gambar 5.6 ...................................................................................................... 41

Gambar Sketsa 5.6 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 6 .................. 42

Gambar 5.7 ...................................................................................................... 43

Gambar Sketsa 5.7 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 7 .................. 44

Gambar 5.8 ...................................................................................................... 45

Gambar Sketsa 5.8 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 8 .................. 46

Gambar 5.9 ...................................................................................................... 47

Gambar Sketsa 5.9 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 9 .................. 48

Gambar 5.10 .................................................................................................... 49

Gambar Sketsa 5.10 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 10 ............. 50

Gambar 5.11 .................................................................................................... 51

Gambar Sketsa 5.11 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 11 ............. 52

Gambar 5.12 .................................................................................................... 53

Gambar Sketsa 5.12 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 12 ............. 54

 

 

 

Page 8: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film atau dikenal dengan sinema secara harfiah berasal dari kata

sinematographie yaitu cinema (gerak), tho atau phytos berarti cahaya, dan graphie

atau grhap berarti tulisan, gambar atau citra. Guna melukiskan gerak dengan

cahaya tersebut maka diperlukan alat khusus untuk memproduksi yang disebut

kamera. Film secara umum dibentuk oleh unsur naratif dan unsur sinematik.

Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain

untuk membentuk sebuah film. Unsur naratif merupakan bahan/ materi yang akan

diolah sedangkan unsur sinematik adalah cara/ gaya mengolahnya. Unsur naratif

berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film memiliki unsur-

unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan lainnya. Unsur-unsur

naratif tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain sehingga

membentuk sebuah jalinan cerita/ peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film yang

terdiri dari mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara. Mise-en-scene adalah

segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen

pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan tata rias, acting dan

pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya

serta hubungan kamera dengan objek yang direkam. Editing adalah pengolahan

transisi sebuah gambar/ shot ke gambar/ shot lainnya. Sedangkan suara adalah

segala hal dalam film yang mampu ditangkap melalui indra pendengaran. Seluruh

unsur sinematik tersebut saling terkait, saling mengisi, serta bekesinambungan

satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan. (Pratista,

2008)

Mise-en-scene adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan

diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise-en-scene berasal dari

Page 9: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

2

bahasa Prancis yang berarti “putting in the scene”. Mise-en-scene terdiri dari

empat aspek utama yaitu, latar atau setting, kostum dan tata rias, tata cahaya atau

lighting, para pemain dan pergerakkannya (acting). Dengan demikian bisa

dikatakan separuh dari kekuatan film berada pada aspek-aspek mise-en-scene.

Salah satu unsur terpenting dalam mise-en-scene adalah tata cahaya atau lighting.

Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan

pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas, dan menciptakan

ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan

suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti

halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa

berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti

apa bentuk objek, di mana dia saling berhubungan dengan objek lainnya, dengan

lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.

Kerja kamera video elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem

pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar

oleh kamera video elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya

sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar. Tata

cahaya dalam film dapat dikelompokan menjadi empat unsur yaitu, sumber

cahaya, intensitas cahaya, arah cahaya, dan warna cahaya. Keempat unsur ini

sangat mempengaruhi tata cahaya dalam membuat suasana serta atmosfir sebuah

film.

Prinsip dasar dalam tata cahaya yang menjadi rumusan dan dasar dalam

memproduksi sebuah film yaitu three point lighting yang terdiri dari; key light/

cahaya utama, fill-in light/ cahaya pengisi, dan back light/ cahaya belakang. Key

light merupakan cahaya utama yang di arahkan pada subjek. Key light merupakan

sumber pencahayaan paling dominan dan juga sebagai kunci atau patokan dari

settingan lampu yang lainnya. Fill-in light merupakan cahaya pengisi yang

berfungsi untuk menghilagkan bayangan subjek yang disebabkan oleh key light.

Fill-in light ditempatkan berseberangan dengan subjek yang mempunyai jarak

yang sama dengan key light. Intensitas pencahayaan fill-in light lebih rendah dari

Page 10: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

3

key light bertujuan untuk memberikan dimensi terhadap subjek. Back light

merupakan pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan

dimensi agar memisahkan subjek dengan latar belakang. Intensitas pencahyaan

back light sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill-in light, dan tentu

saja tergantung pada subjeknya. (Andi Purba, 2013)

Cahaya menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari

alam, seperti cahaya matahari ( avaluable light/ natural light/ daylight) dan

Cahaya buatan atau cahaya yang bersumber dari lampu, api (artifisial light).

Kedua sumber cahaya tersebut mempunyai karakteristik jenis cahaya dan

intensitas cahaya yang berbeda-beda. Seperti teori dasar tata cahaya, dalam setiap

pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada, apapun

kondisinya hasilnyapun akan mengikuti kondisi tata cahaya tersebut.

Prinsip dasar three point lighting yang menjadi dasar pemahaman

mengenai mengatur posisi/ penempatan lampu, arah cahaya, dan intensitas cahaya

dalam produksi sebuah film sering kali menjadi hambatan dan kendala

mahasiswa, karena kurang memahami prinsip dasar dari three point lighting.

Dalam produksi sebuah film pentingnya pemahaman tentang posisi/ penempatan

lampu sangatlah penting dalam visualisasi gambar karena memposisikan/

penempatan lampu yang baik akan menghasilkan pencahayaan yang baik pula

sehingga menghasilkan visualisasi gambar yang baik sesuai dengan tuntutan

sutradara dalam skenario. Cahaya adalah roh dalam film karena videografi

merupakan melukis dengan cahaya, tanpa adanya cahaya kamera video tidak akan

bisa merekam objek apa saja yang ada di depan kamera. Oleh karena itu peranan

cahaya sangat penting dalam memproduksi sebuah film. Memposisikan key light

(cahaya utama) dengan baik akan memberikan fokus perhatian kepada objek.

Memposisikan fill-in light (cahaya pengisi) yang baik adalah berlawanan dengan

key light dan intensitas cahayanya lebih rendah dari pada key light sehingga

menghasilkan dimensi terhadap objek. Memposisikan back light yang baik adalah

mampu memberikan efek pemisahan objek terhadap latar dan intensitas

cahayanya bisa lebih besar dari pada key light karena memberikan efek rim light

Page 11: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

4

terhadap objek. Ketiga prinsip dasar ini jika diposisikan atau di tempatkan dengan

baik dan benar dan intensitas cahayanya diatur sesuai dengan fungsi

pencahayaannya niscaya akan menghasilkan pencahayaan yang baik sesuai

dengan fungsi tata cahaya yaitu sebagai penerangan, menimbulkan dimensi, dan

membentuk atmosfir dalam ruangan. Jika memposisikan/ menempatkan lampu

tidak sesuai dengan prinsip three point lighting pencahayaan akan menjadi tidak

sempurna dan cendrung memberikan kesan flat/ datar karena meposisikan

pencahayaan asal terang saja sehingga tidak memberikan fokus perhatian terhadap

objek yang akan direkam. Dari permasalahan dan kendala mahasiswa dalam

memposisikan pencahayaan pada produksi sebuah film menjadi daya tarik peneliti

untuk meneliti lebih jauh teori prinsip dasar three point lighting dalam produksi

sebuah film dengan menampilkan skema penempatan lampu di dalam setiap scene

pada film Cerita Si Joko sehingga mahasiswa lebih mudah mengerti dan

memahami penempatan atau memposisikan lampu yang baik dan benar sesuai

dengan skema penempatan lampu.

Film Cerita Si Joko yang di produksi oleh Sri Rejeki Film dan disutradarai

oleh Raditya Pandet yang masuk dalam 20 finalis lomba film pendek ”Gojek”

2016 pilihan dewan juri dari 600 film diseluruh Indonesia. Film Cerita Si Joko

menceritakan tentang driver gojek yang mendapat orderan untuk mengirimkan

sebuah paket rahasia kepada Sari dan paket tersebut harus sampai tepat waktu.

Sesampainya depan rumah Sari, Joko dihadang oleh anak buah pamannya Sari

yang hendak merebut paket rahasia tersebut. Ternyata paket tersebut berisikan

kaset rekaman pembagian harta warisan. Dipandang dari segi tata cahaya, film

Cerita Si Joko menerapkan konsep dasar three point lighting pada setiap shotnya

dimana fungsi dasar tata cahaya yaitu sebagai penerangan, menimbulkan sebuah

dimensi, membentuk suasana, dan membentuk atmosfir disetiap pengadegan. Film

Cerita Si Joko menarik perhatian peneliti untuk menganalisa prinsip dasar three

point lighting yang diterapkan dalam setiap shotnya mulai dari sumber cahaya,

arah pencahayaan, intensitas cahaya, dan warna cahaya.

Page 12: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

5

Pada program studi (prodi) Film dan TV ISI Denpasar, materi tata cahaya

masuk dalam matakuliah Kamera I dan Kamera II diperoleh pada semester III dan

IV. Materi tata cahaya yang diberikan pada Prodi Film dan TV tentunya memiliki

karakteristik berbeda dengan prodi lainnya. Tata cahaya pada Prodi Film dan TV

lebih banyak mendalami mengenai definisi tata cahaya, sumber cahaya, arah

cahaya, intensitas cahaya, warna cahaya dalam set/ latar dalam pengadegan

sebuah film dan TV. Materi yang spesifik ini merupakan masalah bagi pengampu

mata kuliah tersebut untuk dapat menyesuaikan kebutuhan tata cahaya dalam

produksi sebuah film.

Luaran dari matakuliah Kamera I adalah mahasiswa mampu memahami

jenis-jenis kamera video, format video, type of shot, pergerakan kamera, dan

teknik dasar pencahayaan, sedangkan luaran Kamera II adalah mahasiswa mampu

menerapkan jenis-jenis kamera video, type of shot, pergerakan kamera, dan teknik

tata cahaya dalam film sesuai tuntutan skenario. Dari capaian kelas Kamera ini

diharapkan mahasiswa setelah mendapatkan mata kuliah Kamera selama 2

semester, mahasiswa mampu dan memahami bagaimana pengoperasian kamera

video dengan baik dan benar, pemilihan angle dan type of shot, pergerakan

kamera, dan penerapan teknik dasar tata cahaya dengan baik dan benar sesuai

dengan tuntutan skenario dalam produksi sebuah film, mahasiswa bisa mensetting

peralatan yang dibutuhkan Direktor of Photography (DOP) sesuai dengan

skenario, dan terakhir mahasiswa mampu untuk memilih peralatan yang

dibutuhkan oleh Direktor of Photography (DOP) untuk kebutuhan produksi film.

Guna menghasilkan luaran di atas maka diperlukan materi-materi

pendukung untuk bahan ajar. Buku-buku materi tentang tata cahaya atau lighting

secara umum banyak beredar di pasaran, namuan materi yang spesifik yang

khusus membahas mengenai tata cahaya untuk perfilman dari pengamatan peneliti

belum banyak ditulis. Sedangkan materi tata cahaya untuk perfilman yang

memiliki karakteristik yang berbeda dengan tata cahaya pada umumnya sehingga

sangat penting diberikan kepada mahasiswa prodi Film dan TV pemahaman

mengenai teori dan teknik dasar tata cahaya .

Page 13: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

6

Berdasarkan permasalahan di atas, menarik peneliti untuk menganalisis

teori teknik dasar tata cahaya three point lighting pada film Cerita Si Joko.

Analisis penerapan teknik dasar tata cahaya three point lighting ini dapat

menjelaskan tahapan-tahapan dalam konsep tata cahaya dalam film dengan jelas

dan menarik. Analisa ini sangat diperlukan untuk menghasilkan lulusan ISI

Denpasar khususnya pada Prodi Film dan TV agar mampu memahami dan

menerapan teknik dasar tata cahaya three point lighting dengan baik dan benar

agar dapat bersaing di dunia kerja. Sehingga dengan tercapainya luaran yang siap

pakai tentunya mendukung visi ISI Denpasar sebagai center of excellence.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

permasalah yang ingin dipecahkan yaitu bagaimanakah penempatan lampu yang

baik dan benar sesuai dengan teori three point lighting pada film Cerita Si Joko?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsep dasar dan penerapan tata

cahaya three point lighting pada film Cerita Si Joko sehingga melahirkan analisa

pencahayaan mulai dari sumber cahaya, penempatan atau posisi cahaya, arah

pencahayaan, intensitas cahaya, dan warna cahaya.

Luaran dari hasil penelitian ini dapat digubah dalam bentuk artikel yang

nantinya dipublikasikan secara ilmiah pada jurnal lokal baik jurnal seni maupun

jurnal komunikasi yang mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi.

Selain itu luaran dari penelitian ini adalah sangat berpotensi untuk dikembangkan

dalam bahan buku ajar mata kuliah Kamera khsusnya untuk Prodi Film dan TV

ISI Denpasar. Dengan keterlibatan mahasiswa Prodi Film dan Tv ISI Denpasar,

maka luaran yang ingin dihasilkan adalah analisa three point lighting pada film

Cerita Si Joko berupa sketsa penempatan lampu.

Dari sudut pandang teoritis, signifikansi hasil penelitian ini diharapkan

dapat:

Page 14: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

7

a. Melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya, khususnya yang berkaitan

dengan studi tata cahaya atau lighting pada film, yang menggunakan

paradigma positivis, interpretatif maupun kritis.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam melengkapi konsep dan teori

dalam bidang tata cahaya atau lighting pada umumnya, khususnya

pencahayaan untuk konsumsi dunia perfilman.

c. Mendorong tumbuhnya keinginan untuk melakukan penelitian lanjutan

lainnya.

Dari sudut kepentingan praktis:

a. Penelitian ini sangat penting untuk mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi

Film dan TV ISI Denpasar sebagai panduan bahan ajar untuk matakuliah

Kamera.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan dan gambaran

bagi pengajar pengampu matakuliah Kamera.

Tabel I.1 Rencana Target Capaian

NO Jenis Luaran Indikator Capaian

1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN) Publised

2 Pemakalah dalam temu ilmiah Nasional

Lokal Sudah dilaksanakan

3 Bahan ajar Draft

4 Luaran lainnya jika ada (teknologi tepat guna, model/ purwarupa/ desain/ karya seni/ rekayasa sosial)

Penerapan

5 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 9

Page 15: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tata cahaya dan Three Point Lighting

Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan

peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas, dan

menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang,

waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu

pementasan. Seperti halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya

yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton

akan bisa melihat seperti apa bentuk objek, di mana dia saling berhubungan

dengan objek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.

Kerja kamera video elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan

. Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera

video elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah

penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar. Tata cahaya

dalam film dapat dikelompokan menjadi empat unsur yaitu, sumber cahaya,

intensitas cahaya, arah cahaya, dan warna cahaya. Keempat unsur ini sangat

mempengaruhi tata cahaya dalam membuat suasana serta atmosfir sebuah film.

2.1.1 Sumber Cahaya

Cahaya menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari alam,

seperti cahaya matahari ( natural light/avaluable light) dan Cahaya yang

diciptakan atau bersumber dari cahaya buatan seperti cahaya lampu (artifisial

light). Sumber cahaya dari alam yaitu cahaya matahari yang memiliki

pencahayaan yang terang dan merata, memberikan warna-warna alami dan

kedalaman fokus yang mencukupi. Karakter cahaya alami atau cahaya matahari

yaitu memberikan pencahayaan yang keras (hard light) dan intensitas cahayanya

tergantung dari cuaca atau keadaan alam. Sedangkan sumber cahaya buatan yaitu

Page 16: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

9

cahaya yang bersumber dari lampu. Sumber cahaya buatan banyak dipergunakan

dalam studio film karena memberikan banyak kemudahan bagi senias untuk

menyeting atau mengatur pencahayaan sesuai dengan kebutuhan skenario film.

Karakter cahaya buatan tergantung dari jenis lampu yang dipergunakan. Ada

banyak sekali jenis lampu yang beredar dipasaran sehingga memberikan banyak

pilihan terhadap karakter lampu. Cahaya alami dan cahaya buatan juga bisa

dikombinasikan untuk menghasilkan pencahayaan yang baik.

2.1.2 Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya sangan dipengaruhi oleh terang redupnya suatu cahaya.

Cahaya terang atau hard light menghasilkan pencahayaan yang keras sehingga

menimbulkan efek yang dihasilkan bentuk obyek serta bayangan yang jelas dan

tajam. Cahaya lembut atau soft light menghasilkan pencahayaan yang menyebar

dan merata sehingga menimbulkan efek bayangan yang tipis. Sinar matahari atau

cahaya lampu yang menyorot sangat tajam merupakan cahaya yang keras atau

hard light. Hard light membuat objek tampak kontras dengan lingkungannya.

Sementara cahaya matahari yang cerah merupakan soft light, pencahayaannya

merata dan tidak menghasilkan kekontrasan yang tinggi (Andi Purba, 2013)

2.1.3 Arah Cahaya

Arah cahaya bersumber dari posisi sumber cahaya terhadap obyek yang

dituju. Obyek yang dituju biasanya adalah pelaku cerita (aktor/aktris) dan yang

paling sering dituju adalah bagian wajah. Arah cahaya dapat dibagi menjadi lima

jenis yakni:

1. Cahaya depan (front light) merupakan pencahayaan yang datangnya dari

arah depan obyek. Cahaya depan memberikan efek menghapus bayangan

dan menegaskan bentuk sebuah obyek atau wajah karakter.

2. Cahaya samping (side light) merupakan pencahayaan yang datangnya dari

arah samping kanan maupun samping kiri obyek. Cahaya samping

memberikan efek menampilkan bayangan ke arah samping tubuh

aktor/aktris dan menimbulkan kontras dan tekstur pada obyek.

Page 17: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

10

3. Cahaya belakang (back light) merupakan pencahayaan yang datang dari

arah belakang obyek. Cahaya belakang memberikan efek siluet yang

dramartis pada obyek dan memisahkan antara obyek dengan latar

belakang.

4. Cahaya bawah (buttom light) merupakan pencahayaan yang datang dari

arah bawah objek. Cahaya bawah memberikan efek seperti cahaya senter

atau cahaya api ungun yang diarahkan dari arah bawah. Cahaya bawah

biasanya digunakan untuk mendukung efek horor atau seram pada film

horor.

5. Cahaya atas (top light) merupakan pencahayaan yang datang dari arah atas

obyek. Pencahayaan dari atas biasanya digunakan untuk menimbulkan

efek hair light atau rim light dan juga untuk memisahkan antara obyek dan

latar belakang. (Pratista, 2008)

2.1.4 Warna Cahaya

Warna cahaya yang bersumber pada penggunaan warna dari sumber

cahaya. Warna cahaya secara natural hanya terbatas pada dua warna saja, yakni

putih ( sinar matahari) dan kuning muda (lampu) (Pratista, 2008). Namun dengan

menggunakan filter, bisa menghasilkan efek warna cahaya sesuai dengan yang

diinginkan. Seperti pada adegan yang menggunakan cahaya api atau lilin bisa

dengan mengunakan filter berwarna kuning atau orange yang dipasang di depan

lampu. Warna cahaya juga bisa sebagai petanda waktu, pembentuk suasana, dan

menumbuhkan emosi dari setiap adegan.

2.1.4 Three Point Lighting

Tata cahaya merupakan proses kreatif dari seorang penata cahaya dalam

mendukung suatu proses produksi sebuah film. Three point lighting merupakan

tiga prinsip dasar tata cahaya dalam mensetting dan penempatan lampu

diantaranya; key light (cahaya utama), Fill-in light (cahaya pengisi), Back light

(cahaya belakang).

Page 18: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

11

1. Key light (cahaya utama) merupakan cahaya utama yang mengarah ke

obyek dan menghasilkan bayangan yang kuat, memberikan tekanan pada

sisi yang menarik dari wajah artis/ tokoh dan membentuk dimensi pada

kepala dan wajah artis/ tokoh dalam pengadegan sebuah film. Key light

merupakan cahaya utama yang menjadi kuncian atau patokan dalam

menata cahaya pada produksi sebuah film.

2. Fill-in light (cahaya pengisi) merupakan cahaya yang digunakan untuk

melunakkan bayangan yang dihasilkan oleh lampu key light. Fill-in light

di arahkan ke sisi obyek yang berlawanan dengan key light (cahaya

utama). Intensitas cahaya pada fill-in light lebih kecil atau rendah dan

menyebar terhadap key ligh (cahaya utama) sehingga menghasilkan

dimensi yang baik terhadap obyek dan menimbulkan daya tarik.

3. Back light (cahaya belakang) merupakan cahaya yang bersumber dari

belakang obyek dan arah cahayanya jatuh pada kepala dan bahu.

Pencahayaan back light memberikan efek memisahkan obyek dengan latar

belakang dan membentuk garis tepi pada obyek sehingga kontras yang

dihasilkan oleh pencahayaan back light menambah ketajaman obyek dan

meberikan kesan tiga dimensi. (Andi Purba, 2013)

2.2 Film

Film atau dikenal dengan sinema secara harfiah berasal dari kata

sinematographie yaitu cinema (gerak), tho atau phytos berarti cahaya, dan graphie

atau grhap berarti tulisan, gambar atau citra. Guna melukiskan gerak dengan

cahaya tersebut maka diperlukan alat khusus untuk memproduksi yang disebut

kamera. Film diartikan sebagai sederetan gambar dengan ilusi gerak, sehingga

terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melaui proyektor dan diproduksi

secara mekanis sehingga dapat dilihat dan didengar (Darojah, 2011). Film

digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu mengkomunikasikan

suatu gagasan, pesan atau kenyataan (Raimukti, 2013). Film dikelompokkan

menjadi film nyata dan tidak nyata. Film tidak nyata merupakan film yang

Page 19: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

12

penggambaran ceritanya, tidak diperagakan langsung oleh makhluk hidup,

misalnya film kartun dan film animasi (Herdiannanda, 2010).

Film terdiri dari beberapa jenis yaitu film dokumenter, film cerita pendek,

film cerita panjang, film jenis lain (profil perusahaan), iklan tv, program tv dan

video klip. Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai

cara dan dibuat dalam berbagai tujuan. Pada perinsipnya film dokumenter tidak

terlepas dari unsur informasi, pendidikan dan propaganda. Film cerita pendek

adalah film yang memiliki durasi dibawah 60 menit (pendek). Umumnya

digunakan sebagai batu loncatan untuk dapat memulai untuk membuat film fiksi

dengan durasi panjang. Film cerita panjang lazimnya berdurasi 90-100 menit.

Biasanya film tersebut diputar di bioskop. Bahkan film India memiliki durasi

lebih dari 100 menit yaitu 120 hingga 180 menit. Film jenis lainnya seperti profil

perusahaan, yaitu film yang diproduksi untuk kepentingan institusi, lembaga yang

digunakan untuk media promosi dan presentasi. Iklan di Tv juga disebut sebagai

film yang diproduksi untuk menyebarkan informasi, baik untuk produksi iklan

produk maupun iklan layanan masyarakat. Program tv adalah film yang

diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi biasanya dikenal dengan ftv (film

televisi). Video klip adalah film yang diproduksi untuk memvisualkan audio atau

musik yang telah tercipta (Effendy, 2002).

Film secara umum dibentuk oleh unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua

unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk

membentuk sebuah film. Unsur naratif merupakan bahan/ materi yang akan diolah

sedangkan unsur sinematik adalah cara/ gaya mengolahnya. Unsur naratif

berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film memiliki unsur-

unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan lainnya. Unsur-unsur

naratif tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain sehingga

membentuk sebuah jalinan cerita/ peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film yang

terdiri dari mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara. Mise-en-scene adalah

segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen

Page 20: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

13

pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan tata rias, acting dan

pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya

serta hubungan kamera dengan objek yang rekam. Editing adalah pengolahan

transisi sebuah gambar/ shot ke gambar/ shot lainnya. Sedangkan suara adalah

segala hal dalam film yang mampu ditangkap melalui indra pendengaran. Seluruh

unsur sinematik tersebut saling terkait, saling mengisi, serta bekesinambungan

satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan.

2.3 Film Cerita Si Joko

Film Cerita Si Joko yang di produksi oleh Sri Rejeki Film dan disutradarai

oleh Raditya Pandet yang masuk dalam 20 finalis lomba film pendek ”GO Gojek”

2016 pilihan dewan juri dari 600 peserta film diseluruh Indonesia. Film Cerita Si

Joko menceritakan tentang driver gojek yang mendapat orderan untuk

mengirimkan sebuah paket rahasia kepada Sari dan paket tersebut harus sampai

tepat waktu. Sesampainya depan rumah Sari, Joko dihadang oleh anak buah

pamannya Sari yang merebut paket rahasia tersebut dan Joko berlari mengejar ke

dua orang tersebut. Joko kelelahan di ujung gang yang bercabang bingung

menetukan lewat jalan yang mana, tiba-tiba seorang lelaki menyergapnya dari

belakang dan membawanya kehadapan Dayat (pamannya Sari). Dayat

mengintrogasi Joko mengenai paket rahasia tersebut dengan siksaan dan Ranti

(adiknya Sari) datang dan berhasil membawa Joko kabur dari sergapan Dayat.

Sesampainya di rumah Sari sudah ada pengacara dan seluruh anggota keluarga

untuk mendengarkan kaset wasiat dari orang tua Sari yang berisikan warisan

keluarga Darmo (ayah Sari) diwariskan kepada dua anak kandungnya Sari dan

Ranti dengan harapan mereka bisa menjaga harta keluarga dengan sebaik-baiknya.

Setelah mendengarkan kaser warisan tersebut, pengacara bergegas untuk kembali

ke kantornya untuk memproses surat warisan. Di pintu depan terlihat Ranti sedang

mengobati lukanya Joko dan Sari pun mneghampiri mereka trus berkata

“pokoknya saya tidak nyesel deh udah milih gojek buat nganterin paket saya....

terima kasih ya mas Joko...” Dipandang dari segi tata cahaya, film Cerita Si Joko

menerapkan konsep dasar three point lighting pada setiap shotnya dimana fungsi

Page 21: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

14

dasar tata cahaya yaitu sebagai penerangan, menimbulkan sebuah dimensi,

membentuk suasana, dan membentuk atmosfir disetiap pengadegan. Film Cerita

Si Joko menarik perhatian peneliti untuk menganalisa prinsip dasar three point

lighting yang diterapkan dalam setiap shotnya mulai dari sumber cahaya, arah

pencahayaan, intensitas cahaya, dan warna cahaya.

Page 22: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

15

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki beberapa tujuan sebagai tonggak awal

meneliti. Secara formal tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas

sebagai dosen yaitu melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yang salah satu

butirnya adalah melakukan penelitian dan pengkajian. Karena dalam penelitian ini

sangat diperlukan riset untuk mendapatkan keaktualan data.

Tujuan lainnya adalah:

1. Untuk memberikan wawasan terhadap masyarakat tentang konsep dasar

three point lighting dalam produksi sebuah film.

2. Menyadarkan masyarakat khsusnya sineas muda untuk memahami tata

cahaya secara mendalam mengenai penempatan dan memposisikan lampu

yang baik dan benar sesuai dengan konsep three point lighting dalam

produksi sebuah film.

2.2 Manfaat Penelitian

Setiap proses sudah tentu mempunyai target dan manfaat penelitian.

Target tersebutlah yang menjadi tujuan dalam suatu kegiatan dan bermanfaat bagi

khalayak banyak. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai referensi memperdalam

pemahaman konsep dasar three point lighting dalam produksi sebuah film.

2. Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kajian seni film dan televisi di

Bali khususnya tentang tata cahaya dalam film.

3. Dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya

pengembangan ilmu seni film dan televisi agar masyarakat memahami tata

cahaya dalam sebuah film.

Page 23: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

16

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian terkait dengan analisa three point lighting pada film Cerita Si

Joko yang diproduksi oleh Sri Rejeki Film dan disutradarai oleh Raditya Pandet

produksi 2016, untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif dimana subyek penelitian yang digunakan disesuaikan dengan bentuk

asli dari subjek yang dimaksud.

Guna dapat mendeskripsikan analisa three point lighting pada film Cerita

Si Jokoko ini, maka peneliti akan menggunakan metodologi kualitatif. Peneliti

memerlukan strategi untuk dapat mengungkapkan makna-makna yang

tersembunyi hingga bias yang muncul dalam peristiwa tersebut. Dalam proses

pengumpulan data, peneliti secara langsung terjun ke lapangan, karena mengamati

secara langsung bagaimana penerapan three point lighting dalam produksi sebuah

film.

3.1 Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah analisa penerapan three point

lighting pada film Cerita Si Joko yang diproduksi oleh Sri Rejeki Film dan

disutradarai oleh Raditya Pandet produksi 2016.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian tentang analisa penerapan three point lighting pada film Cerita

Si Joko dilaksanakan di wilayah Denpasar, Khususnya ISI Denpasar. Karena

Semua adegan dalam film Cerita Si Joko mengambil lokasi di ISI Denpasar,

dengan mewawancarai Produser, Sutradara, dan Direktor of Photography (DOP)

yang terlibat dalam produksi film Cerita Si Joko.

Page 24: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

17

3.3 Desain Penelitian

Penelitian kualitatif memposisikan peneliti sebagai instrumen kunci yang

memegang peranan yang penting dalam penelitian. Data yang teerkumpul sangat

tergantung dari kecakapan peneliti dalam mengorek data narasumber. Selain

memahami teori peneliti juga harus menguasai keragaman latar belakang

informan.

3.4 Penentuan Informan

Teknik penentuan informan menggunakan teknik snow ball yang akan

mengarahkan peneliti untuk dapat mencari konsep three point lighting dalam

produksi sebuah film dan juga bagaimana penerapan konsep three point lighting

yang baik agar sesuai dengan skenario dengan mewawancarai produser film,

sutradara, dan direktor of photography (DOP). Peneliti juga memiliki hubungan

dengan informan-informan yang ahli di bidang lighting film di Bali maupun di

luar Bali, maka tidak menutup kemungkinan penelitian ini mengambil informan

dari luar Bali dengan teknik wawancara via telephone.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian diklasifikasikan menjadi data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan langsung,

pemotretan, perekaman, wawancara dengan pakar dan akademisi dalam bidang

tata cahaya atau lighting yang terlibat dalam syuting film. Sedangkan untuk data

sekunder diambil melalui studi pustaka yang didukung oleh pakar dan akademisi

seni yang dihasilkan dalam bentuk buku, hasil seminar, jurnal ilmiah dan

sebagainya.

3.5.2 Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mendapatkan data yang valid untuk mendukung keabsahan hasil

penelitian. Adapun metode tersebut dapat dibagi menjadi studi kepustakaan,

Page 25: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

18

wawancara, observasi dan dokumentasi (Sutrisno: 183:139). Berikut adalah

penjelasan dari metode tersebut diatas:

a. Studi Kepustakaan

Metode ini berfungsi untuk memperjelas setiap teoritis ilmiah tentang

studi kasus yang diambil dengan cara mencari dan mempelajari berbagi

jenis referensi bacaan baik itu buku, jurnal, monografi dan sebagainya.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan data secra langsung tentang informasi kasus baik

mengenai konsep, filosofi dan hal-hal yang berhubungan dengan kasus

penelitian dapat dilakukan dengan mewawancarai narasumber-narasumber

yang mengetahui secara pasti terkait subjek atau data yang akan diteliti.

c. Observasi

Untuk memperoleh pengalaman detail terhadap kasus yang sedang diteliti

dapat dilakukan melalui metode pengumpulan data dengan jalan

melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian secara langsung.

d. Dokumentasi

Data yang diperoleh melalui hasil dokumentasi merupakan data faktual

sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pengumpulan

data dengan menggunakan metode dokumentasi dapat dilakukan dengan

mencatat, merekam atau melalui foto terkait dengan subjek yang diteliti.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan dimana data yang akan digunakan dalam

penelitian diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga lebih mudah

untuk dipahami. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan dan analisis

data dilakukan setelah data yang diperoleh memiliki keterkaitan antara yang satu

dengan yang lainnya. Model analisis data seperti ini dikenal dengan Metode

Analisis Interaktif yang merupakan teori yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman (Sutopo, 1996: 85). Rumusan singkat berupa pokok-pokok informasi

penting yang dibuat berdasarkan temuan yang ada di lapangan, yang kemudian

dilanjutkan dengan penyajian data yang dilengkapi dengan sajian gambar

Page 26: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

19

bergerak atau foto. Langkah berikutnya adalah merumuskan simpulan dari hasil

analisis data. Bila nantinya hasil kesimpulan dirasa belum mampu mewakili hasil

penelitian secara menyeluruh maka pengumpulan data yang lebih terfokus dapat

dilakukan kembali.

3.7 Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, dimana fokus

penelitian adalah analisa penerapan three point lighting pada film Cerita Si Joko

yang diproduksi oleh Sri Rejeki Film dan disutradarai oleh Raditya Pandet,

produksi tahun 2016. Analisa penerapan three point lighting secara menyeluruh

secara verbal meliputi arah cahaya, intensitas cahaya, sumber cahaya dan warna

cahaya, yang tentunya disertakan dengan gambar dan foto yang merupakan

pelengkap utama untuk nantinya mengahsilkan sebuah analisa penerapan three

point lighting pada film Cerita Si Joko. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan

dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002:3) yang menyatakan metodologi

kualitatif sebagai prosedur dalam penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut dengan penelitian deskriptif-

kualitatif karena tidak menggunakan perhitungan dalam menentukan hasil akhir

dari penelitian. Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metode kualitatif

itu sendiri, karena metode kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data

deskriptif berupa data tertulis atau lisan yang diperlukan dari sumber tertentu yang

memiliki latar belakang yang terkait dengan keperluan penelitian. Hasil yang

diperoleh dari informan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian diharapkan

mampu memberikan data yang merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga hasil

penelitian keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan

bermanfaat bagi masyarakat luas nantinya.

Page 27: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

20

BAB V

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Uraian BAB V ini membahas secara mendalam tentang penempatan lampu

sesuai dengan konsep three point lighting. Hal tersebut terkait dengan rumusan

masalah penelitian mengenai bagaimana penempatan lampu yang baik dan benar

sesuai dengan teori three point lighting pada film Cerita Si Joko. Adapun fokus

bahasan yakni sinopsis film, naskah film, kemudian dilanjutkan membahas tata

cahaya perscene atau peradegan dalam film Cerita Si Joko dan dilengkapi pula

dengan sketsa atau berupa gambar penempatan lampu, kamera, dan posisi talent

pada setiap scene atau pengadegan.

5.1 Sinopsis Film Cerita Si Joko

Pada suatu hari, Joko (20 tahun) seorang driver GoJek mendapat orderan

untuk mengirimkan sebuah paket. Joko kemudian bertemu dengan Sari (25 tahun)

yang menitipkan sebuah paket untuk diantarkan oleh Joko. Saat akan

mengantarkan paket tersebut ke tujuan, Joko diserang oleh 2 orang tak dikenal

yang merebut paket tersebut dari tangan Joko.

Saat mengejar kedua orang tersebut, Joko diserang lagi oleh 2 orang tak

dikenal lainnya yang ternyata merupakan anak buah seorang bos mafia bernama

Dayat (40 tahun). Joko kemudian diinterogasi oleh Dayat tentang keberadaan

paket tersebut. Saat sedang diinterogasi oleh Dayat, Joko diselamatkan oleh

seorang gadis bernama Ranti (23 tahun). Joko dan Ranti kemudian melacak

keberadaan paket tersebut dan berhasil mengambilnya dari Jarwo (25 tahun) dan

Roso (22 tahun).

Page 28: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

21

Akhirnya paket tersebut berhasil diantarkan oleh Joko. Paket tersebut

berisi rekaman suara dari bapak Dharmo (orangtua Sari dan Ranti) tentang harta

warisan.

5.2 Naskah Film Cerita Si Joko

Skenario

Scene 01 – Ext – Jalanan kota - Siang Kota terlihat penuh sesak. Mobil dan motor memenuhi jalanan.

VO - JOKO

(narasi tentang padatnya kota dan perlunya sarana transportasi umum)

Terlihat Joko yang sedang mengendarai motornya. Ia menggunakan jaket dan helm GoJek. Di sini wajah Joko belum terlihat.

VO – JOKO

(narasi singkat tentang GoJek – insert animasi sistem GoJek) Sebagai driver GoJek, kita harus selalu kasih sevis yang memuaskan. Jadi kita

harus hafal karakter - karakter orang yang ngorder kita. (lanjut karakter penumpang)

Montase Joko sedang mengantarkan berbagai jenis penumpang.

VO – JOKO

Selama setahun jadi driver GoJek, saya gak pernah gagal nyelesaiin orderan. Percayalah, ini bukan tugas yang gampang. Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga

buat ngasi yang terbaik ke pelanggan. Nama saya Joko… dan ini cerita saya…

Masuk movie tittle CUT TO

Scene 02 – EXT – Pinggir jalan - Siang

Joko mengendarai motornya perlahan sambil sesekali melihat ke Hp-nya

VO – JOKO

Page 29: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

22

Saya selalu percaya, selama kita punya dedikasi yang besar sama pekerjaan kita, kita nggak perlu mikirin soal lain. kita gak perlu terganggu dengan kenyataan bahwa umur kita 22 tahun, dan belum pernah punya pacar. Toh kita gak bakal

punya waktu juga buat pacaran.

Joko berhenti di pinggir jalan. Celingukan sambil sesekali melihat HP-nya. Tiba-tiba dari belakangnya seorang perempuan memanggilnya. Wajah

perempuan itu berkeringat dan nafasnya tersengal-sengal.

SARI Mas…

JOKO

Iya mbak… mbak yang ngorder GoJek?

SARI Iya mas…

Mas tolong anterin paket ini (memberi paket ke Joko) Paket ini harus nyampe di lokasi satu jam lagi

Jangan sampai telat ya mas…

JOKO Oke mbak! Kalau sama saya pasti tepat waktu

SARI

Oh iya… satu lagi mas… Paket ini jangan sampai jatuh ke tangan orang lain

Kalau ada yang tanya soal paket ini, jangan dijawab Nanti mas masuk aja langsung ke rumahnya

Kasi paketnya sama orang di dalam Bilang aja ini paket dari Sari…

JOKO Tenang mbak… paket mbak aman di tangan saya…

SARI

(mengeluarkan uang 500ribu dan memberikannya ke Joko) Ini untuk ongkos kirimnya. Sisanya buat kamu… Kamu jalan sekarang, dan cepetan sampai di sana.

Page 30: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

23

JOKO Eh? Tapi mbak ini kebanyakan…

SARI

Udah! Gak usah banyak omong lagi! Buruan berangkat!

JOKO

Eh… iya iya mbak…

Joko menyalakan sepeda motornya dan bergegas menuju ke lokasi pengiriman. Saat Joko sudah berlalu, terlihat beberapa pria mengenakan

pakaian serba hitam menghampiri dan hendak menangkap Sari, Sari berlari dan dikejar oleh pria-pria tersebut.

CUT TO

Scene 03 – EXT – Jalanan depan rumah besar

Joko berkendara menuju ke lokasi pengiriman. Hingga sampai di depan

rumah yang dituju, ternyata gerbang rumah tersebut tertutup. Joko hendak memencet bel rumah tersebut. Tiba – tiba dari belakang Joko datang 2 orang yang langsung menyerang Joko. Setelah menyerang Joko, kedua orang itu mengambil paket yang dibawa oleh Joko dan kabur. Joko

kaget, kemudian berlari berusaha mengejar kedua orang itu.

CUT TO

Scene 04 – EXT – Lorong dan gang Joko mengejar dua orang yang melarikan paketnya, namun Joko kehilangan

jejak di sebuah gang. Di gang itu, ada seseorang yang sedang menelepon (video call), Joko

bertanya pada orang tersebut.

LELAKI DI GANG (video call di tablet)

Ya loe taro aja kamera depan karakter satu gitu Dia suruh aja diem, kamera juga diem

Page 31: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

24

Ya ntar penonton pasti mikir ada yang tersirat gitu, ada artinya Deep deep gimana gitu ya…

JOKO

Eemm… permisi mas… mau nanya…

LELAKI DI GANG Kenapa mas??

JOKO

Tadi ada liat orang berdua lari ke arah sini gak?

LELAKI DI GANG Kayaknya tadi ke sana mas… (menunjuk arah lari)

JOKO

Oh… oke… makasi mas…

Joko berlari ke arah yang ditunjuk lelaki tersebut. Di belakang Joko terlihat 2 orang mengikuti Joko.

CUT TO

SCENE 05 – EXT – Gang

Joko kelelahan di ujung gang yang bercabang. Bingung mau menentukan lewat jalan yang mana. Tiba tiba seorang lelaki menepuk bahu Joko dari

belakang. ANAK BUAH DAYAT

Mas…

Joko menoleh, lelaki itu langsung menyarangkan pukulannya ke wajah Joko. Joko jatuh terhuyung, kemudian lelaki kedua menutup wajah Joko dengan

karung

CUT TO

Page 32: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

25

Scene 06 – INT – Gedung rusak

Karung yang menutup wajah Joko dibuka. Joko duduk di kursi dengan posisi terikat. Seorang lelaki (Dayat) dengan wajah bengis duduk di hadapan Joko. Joko berusaha melepaskan ikatannya. Dayat memandang Joko dengan

tajam. Ia kemudian mengambil cerutu dan membakarnya.

DAYAT Mas…

Apa saja yang dititipkan sama anaknya Darmo?

Joko terdiam sesaat, kemudian menjawab

JOKO Saya enggak ngerti maksud bapak…

Dayat menghisap cerutunya dalam dalam, kemudian memberikan kode ke

anak buahnya. Anak buah Dayat mendekati Joko, kemudian menoreh telapak tangannya dengan pisau. Joko berteriak kesakitan.

DAYAT

Masih belum mau bicara?

Joko terdiam. Dayat memberikan kode lagi kepada anak buahnya. Anak buah Dayat menyiram tangan Joko dengan alkohol. Joko berteriak.

Kemudian Dayat memberi kode lagi untuk melepaskan ikatan Joko. Anak buah Dayat membuka ikatan Joko.

DAYAT Jadi di mana paketnya?

Coba kamu katakan, kamu mau apa? Saya juga belum tau seberapa besar yang akan kita dapatkan…

Tapi yang pasti kamu akan dapat bagian… Seumur hidup kamu tidak perlu bekerja lagi…

Hidup kamu akan berubah…

Dayat tersenyum. Joko kemudian menjawab.

JOKO Saya bener bener enggak ngerti maksud bapak…

Page 33: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

26

Senyum di wajah Dayat menghilang. Dayat kemudian berdiri dari kursinya dan menendang Joko hingga jatuh ke lantai. Dayat kemudian menodongkan

pistol ke wajah Joko

Dayat KECOAK!

Kamu mau bicara tidak?

Tiba tiba sebuah granat gas air mata jatuh diantara mereka. Anak buah Dayat kebingungan

ANAK BUAH DAYAT

Mbah Dayaaat…

Sesosok perempuan (Ranti) berdiri di atas mereka. Angin mengibarkan rambut dan baju perempuan itu.

Ranti meloncat ke arah mereka, melumpuhkan 2 anak buah Dayat dengan cepat kemudian berlari ke arah Joko. Ia memegang Joko dan membantunya

kabur. Dayat yang panik menembakkan pistolnya namun tidak ada yang kena.

CUT TO

SCENE 07 – EXT – Gang

Joko dan Ranti berhenti setelah berlari cukup lama. Mereka tampak kelelahan. Ranti tiba tiba memegang kerah Joko dan mendorongnya ke

tembok.

RANTI Di mana paketnya!?

JOKO

Eh…?? Tung..tunggu dulu mbak…

RANTI Udah… kamu gak usah pura pura di depan saya

Saya ngikutin waktu kamu dikasi paket itu sama Sari Tapi saya kehilangan jejak kamu waktu Sari diserang

Page 34: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

27

JOKO Tapi mbak…

RANTI Denger!

Sari bilang paket itu harus sampai satu jam lagi kan? Waktu kamu buat ngirim paket itu tinggal lima belas menit!

Kalau kamu gak segera ngirim paket itu, semuanya bisa berantakan! Sekarang kamu gak usah banyak omong, ambil paketnya, terus kirim ke rumah

itu!

JOKO Tapi mbak, paketnya udah diambil orang…

Saya juga gak tau siapa yang ngambil… Saya diserang waktu mau masuk ke rumah itu mbak…

Ranti terdiam sejenak, kemudian ia makin menekan Joko ke tembok

RANTI Goblok!

(diam sejenak) Apa orang yang ngambil paketnya satu badannya besar, yang satu lagi pendek?

JOKO

Eh.. iya mbak… Kok mbak tau?

RANTI

Ayo ikut! (Ranti melepaskan Joko) Aku tau di mana mereka!

Ranti menarik Joko dan membawa Joko pergi dari tempat itu.

CUT TO

SCENE 08 – INT – Gudang tua

Jarwo dan Roso sedang duduk duduk santai. Di sebelah mereka terlihat paket milik Sari di atas meja.

Page 35: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

28

JARWO Weh… tumben nih si bos ngasi kita duit banyak

ROSO

Iya, tapi inget. Itu paket harus kita jaga ampe besok! Kalo ampe itu paket ilang, kita bisa dibunuh sama si bos.

Tiba tiba Ranti dan Joko masuk ke gudang itu

RANTI

He! Jarwo! Roso! Kembalikan paket yang kalian bawa itu!

JOKO Nah mbak! Bener itu mereka yang nyerang saya!

Jarwo dan Roso terkejut dengan kedatangan Ranti dan Joko. Sebelum mereka sempat berpikir, Joko dan Ranti berlari ke arah mereka. Joko

menyerang Roso. Ranti menyerang Jarwo. Selama perkelahian antara Ranti dan Jarwo, Roso berhasil menghindar dari

Joko dan mengambil paket milik Sari. Roso mencoba kabur, dan Joko mengejarnya. Sementara itu, Jarwo melayangkan pukulannya ke arah Ranti,

namun Ranti yang lebih gesit berhasil menghindar dan naik ke atas tubuh Jarwo. Ranti kemudian menghantam kepala Jarwo dengan sikunya sehingga

Jarwo jatuh pingsan. Joko berhasil menarik baju Roso. Joko kemudian membenturkan kepala Roso ke tembok. Roso pingsan dengan darah keluar

dari hidungnya. Ranti datang menghampiri Joko. Joko kemudian mengambil paket dari tangan Roso.

CUT TO

SCENE 09 – INT – Ruang Tamu Rumah Besar

Di sebuah meja besar, paket milik Sari sudah terbuka, di sebelahnya terdapat sebuah kotak kaset yang sudah dibuka, di kotak itu terdapat tulisan

“Wasiat Bpk. Dharmo Mangkulangit”. Sementara itu, sebuah tape sedang memutar kaset yang berisi rekaman suara Pak Dharmo

VO – DHARMO

Page 36: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

29

Karena pertimbangan pertimbangan yang sudah saya sebutkan tadi, maka saya wariskan seluruh harta kekayaan saya kepada kedua anak kandung saya Ranti dan Sari. Dengan harapan mereka bisa menjaga harta keluarga dengan sebaik baiknya.

Beberapa orang yang mengelilingi meja itu bersorak. Sementara, di sudut ruangan, terlihat Dayat dengan muka kesal meremas cerutunya. Di sudut lainnya, seorang wanita terlihat memarahi Jarwo dan Roso. Seorang lelaki

(pengacara) berdiri dan menyatakan selamat kepada Sari.

PENGACARA Selamat untuk anda dan kakak anda. Untuk surat surat legalisasi harta ayah anda,

kita urus besok di kantor saya.

SARI Baik pak, terima kasih.

Pengacara itupun berdiri bersama rekannya, kemudian melangkah

meninggalkan ruangan itu. Di pintu depan ruangan itu, Joko sedang duduk. Tangannya sedang diperban oleh Ranti. Sari kemudian menghampiri Joko.

SARI

Maaf ya mas, udah melibatkan mas di masalah saya. Saya Sari, adiknya Ranti.

RANTI Dan tadi yang nyekap kamu itu paman saya Dayat. Terus Jarwo dan Roso itu anak

buah ibu tiri saya. Maaf sudah bikin mas…

JOKO Joko… nama saya Joko…

RANTI

Oh… mas Joko… maaf sudah bikin mas sampai seperti ini…

JOKO Oh, gak apa apa mbak… itu memang sudah tugas saya untuk ngasi servis yang

terbaik untuk pelanggan…

SARI Yah… pokoknya saya enggak nyesel deh udah milih GoJek buat nganter paket

saya…

Page 37: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

30

Sekali lagi makasi ya mas…

Joko kemudian berdiri hendak pamit

JOKO Oh gak apa apa mbak… saya juga terima kasih…

Saya balik dulu ya mbak… mau istirahat

SARI Oh iya mas… makasi ya mas…

Joko berjalan menjauhi Ranti dan Sari. Namun baru beberap langkah, Ranti

memanggil.

RANTI Mas Joko…

JOKO

(menoleh) Ya… knapa mbak?

RANTI

Emm.. ah… enggak knapa mas… makasi ya mas…

Joko tersenyum, kemudian melanjutkan jalannya. Ranti menatap Joko dari kejauhan. Sari kemudian menepuk punggung Ranti

SARI

Naaa… kamu jatuh cinta ya…

RANTI Kalau aja aku ketemu dia tadi pagi…

SARI

Lah… kamu kan bangun tidur siang terus… Untung aja aku pilih GoJek… rekaman papa aman, dan kamu ketemu ama dia…

(tersenyum menggoda)

RANTI Ahh… udah ah… masuk yuk!

Page 38: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

31

Ranti dan Sari masuk ke dalam rumah. Di depan rumah, terlihat Joko sedang menghidupkan motornya dan menatap ke arah gerbang rumah yang

besar. Iapun kemudian pergi dari rumah itu.

-END-

5.3 Skema Penempatan dan Posisi Lampu pada Film Cerita Si Joko

1. Scene 1

Gambar 5.1

Gambar Skema 5.1 Penempatan Lampu pada Scene 1

Page 39: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

32

Keterangan:

Sinar Matahari

Reflektor

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 1 terdapat dua talent. Talent perempuan sebagai

Sari dengan posisi berdiri dan talent laki-laki sebagai Joko dengan posisi sedang

duduk di atas sepeda motor. Dipandang dari segi sudut pengambilan gambar,

scene 1 menggunakan type of shot long shot dengan angle eyes level (sejajar

mata) bertujuan untuk menampilkan realitas yang ada. Dari segi tata cahaya

menggunakan avaluable light (sinar matahari) dan dua reflektor untuk

memantulkan arah cahaya matahari. Lokasi shooting di luar ruangan

mengharuskan kita menggunakan cahaya matahari sebagai key light dan back light

dan dua reflektor sebagai fill in light. Untuk menghasilkan pencahayaan yang baik

tentunya kita harus mengatur posisi dan arah cahaya yang kita inginkan. Pada

scene 1 arah cahaya matahari berada di belakang atas objek sehingga

menghasilkan efek rim light yang baik dan wajah talent sedikit gelap. Agar wajah

talent keliatan terang dibutuhkan alat yang bisa memantulkan cahaya yang di

sebut dengan reflektor. Penambahan dua reflektor dari depan talent yang

berfungsi sebagai cahaya pengisi (fill in light) menjadikan pencahayaan kian

sempurna.

Page 40: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

33

2. Scene 2

Gambar 5.2

Gambar Skema 5.2 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 2

Page 41: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

34

Keterangan:

Sinar Matahari

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 2 terdapat tiga talent. 2 talent berperan sebagai

preman perebut paket rahasia dan satu talent berperan sebagai Joko. Pengadegan

pada scene 2 di ambil dengan menggunakan type of shot long shot dengan angle

eyes level (sejajar mata). Secara komposisi menggunakan komposisi simetris

terlihat dari background gapura Bali yang kedua sisinya terlihat sama. Tata

cahaya pada scene 2 pengadegan ini hanya menggunakan avaluable light (cahaya

matahari langsung) karena lokasi shooting di luar ruangan. Dalam scene 2 ini,

posisi matahari berada tepat disebelah samping kanan atas talent sehingga

menghasilkan pencahayaan cahaya samping 45 derajat yang ideal untuk dijadikan

key light. Pencahayaan pada scene 2 hanya terdapat satu sumber cahaya yang

bersumber dari matahari.

3. Scene 3

Gambar 5.3

Page 42: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

35

Gambar Skema 5.3 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 3

Keterangan:

Lamu Studio

Sinar Matahari

Reflektor

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 3 terdapat dua talent. Kedua talent berperan

sebagai preman perebut paket rahasiadan 1 talent berperan sebagai Joko. Pada

adegan scene 3 ini merupakan adegan saling kejar mengejar antara preman

dengan Joko. Pengadegan pada scene 2 di ambil dengan menggunakan type of

shot medium shot dengan angle eyes level (sejajar mata) bertujuan untuk

menampilkan kesan sempit dari gang yang mereka lalui. Tata cahaya pada scene 3

Page 43: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

36

pengadegan ini menggunakan pencahayaan kombinasi antara avaluable light (

cahaya matahari) dengan artifisial light (lampu studio) dan reflektor. Posisi

cahaya matahari berada di belakang atas talent sehingga pencahayaan yang

dihasilkan membentuk garis putih di belakang talent (rim light) dan wajah talent

kelihatan sedikit gelap sehingga dibutuh reflektor untuk memantulkan cahaya ke

arah depan talent dengan menempatkan reflektor di depan talent sehingga cahaya

yang di hasilkan oleh pantulan reflektor memberikan penerangan pada depan

talent sehingga dijadikan key light sebagai cahaya utama di dalam memposisikan/

penempatan dan penambahan lampu berikutnya. Penempatan lampu studio pada

sisi kiri talent sebagai cahaya pengisi ( fill-in light) agar menambah dimensi

terhadap gambar yang dihasilkan. Sesuai dengan konsep three point lighting

dimana reflektor sebagai key light, lampu studio sebagai fill in light dan cahaya

matahari sebagai back light.

4. Scene 4

Gambar 5.4

Page 44: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

37

Gambar Skema 5.4 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 4

Keterangan:

Lamu Studio

Sinar Matahari

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 4 terdapat tiga talent. 1 talent berperan sebagai

Joko dan 2 talent berperan sebagai preman anak buahnya Dayat yang juga ingin

merebut paket rahasia dari tangan Sari. Pengadegan pada scene 4 diambil dengan

menggunakan type of shot medium shot dengan angle eyes level (sejajar mata)

bertujuan untuk menampilkan realita yang terjadi pada pengadengannya. Tata

cahaya pada scene 4 pengadegan ini menggunakan pencahayaan kombinasi antara

avaluable light ( cahaya matahari) dengan artifisial light (lampu studio). Posisi

lampu studio 1 berada di sebelah kanan talent sehingga menghasilkan cahaya

Page 45: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

38

samping yang sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang menjadi

patokan dalam memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2

berada di posisi belakang talent untuk menghasilkan back light sehingga

memberikan kesan menonjolkan objek utama dari pada background. Cahaya

matahari berada di depan samping kiri talent sebagai fill-in light (cahaya pengisi)

karena lokasi shooting yang rindang menyebabkan cahaya matahari tidak bisa

secara langsung menerpa model sehingga menghasilkan pencahayaan difiusser

(cahaya merata atau flat) pencahayaan yang merata seperti ini sangat cocok

dijadikan fil-in light. Sesuai dengan konsep three point lighting dimana posisi

lampu studio 1 sebagai key light, cahaya matahari sebagai fill in light dan, lampu

studio 2 sebagai back light.

5. Scene 5

Gambar 5.5

Page 46: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

39

Gambar Skema 5.5 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 5

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 5 terdapat dua talent. Talent yang close-up

berperan sebagai Dayat sedang mengintrogasi Joko mengenai paket rahasia

tersebut. Pengadegan pada scene 5 di ambil dengan menggunakan type of shot

over the shoulder dengan angle eyes level (sejajar mata) bertujuan untuk

menampilkan suasana percakapan yang terjadi antara Dayat dengan Joko. Tata

cahaya pada scene 5 pengadegan ini menggunakan pencahayaan artifisial light

(lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada di sebelah kanan talent sehingga

menghasilkan cahaya samping yang sempurna untuk dijadikan key light (cahaya

utama) yang menjadi patokan dalam memposisikan penempatan lampu yang

lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi kiri talent untuk menghasilkan fill-in

Page 47: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

40

light sehingga shadow yang dihasilkan oleh key light bisa dilunakan dan intensitas

cahaya pada lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1 sehingga

terbentuk sebuah dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu studio 3 berada di

posisi belakang kiri talent sebagai back light untuk memberikan penyinaran pada

rambut yang disebut dengan hair light dan memberikan garis pinggir putih di

sekeliling tubuh model yang disebut dengan rim light sehingga memberikan kesan

menonjolkan model dari pada background. Sesuai dengan konsep three point

lighting dimana posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2 sebagai

fill in light dan, lampu studio 3 sebagai back light.

6. Scene 6

Gambar 5.6

Page 48: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

41

Gambar Skema 5.6 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 6

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 6 terdapat dua talent. Talent yang close-up

menghadap ke belakang berperan sebagai anak buahnya Dayat dan talent yang

blur/tidak fokus sebagai background berperan sebagai Ranti. Pengadegan pada

scene 6 di ambil dengan menggunakan type of shot close-up dengan angle eyes

level (sejajar mata) bertujuan untuk menampilkan sosok Ranti yang sedang

mengintai tempat penyergapan Joko. Tata cahaya pada scene 6 pengadegan ini

menggunakan pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1

berada di sebelah kiri talent 1 sehingga menghasilkan cahaya samping yang

sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang menjadi patokan dalam

Page 49: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

42

memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi

kanan talent 2 untuk menghasilkan fill-in light dan intensitas cahaya pada lampu

studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1 sehingga terbentuk sebuah dimensi

dan jarak yang jauh antara talent 1 dengan talent 2 pada gambar. Lampu studio 3

berada di posisi belakang kiri talent sebagai back light untuk memberikan

penyinaran pada pada talent 1 dan sebagai side light pada talent 2 yang berada

jauh di belakang talent 1 sehingga membentuk dimensi yang dramartis. Sesuai

dengan konsep three point lighting dimana posisi lampu studio 1 sebagai key

light, lampu studio 2 sebagai fill in light dan, lampu studio 3 sebagai back light.

7. Scene 7

Gambar 5.7

Page 50: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

43

Gambar Skema 5.7 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 7

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 7 terdapat dua talent. Talent pertama berperan

sebagai Joko dan talent kedua berperan sebagai Ranti yang berhasil

menyelamatkan Joko dari sergapan Dayat. Pengadegan pada scene 7 di ambil

dengan menggunakan type of shot medium shot dengan angle eyes level (sejajar

mata) bertujuan untuk menampilkan suasana percakapan yang terjadi antara Ranti

dengan Joko. Tata cahaya pada scene 7 pengadegan ini menggunakan

pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada pada

posisi di sebelah kanan talent sehingga menghasilkan cahaya samping yang

sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang menjadi patokan dalam

Page 51: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

44

memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi

kiri talent untuk menghasilkan fill-in light sehingga shadow yang dihasilkan oleh

key light bisa dilunakan dan intensitas cahaya pada lampu studio 2 lebih rendah

dari pada lampu studio1 sehingga terbentuk sebuah dimensi yang sempurna pada

gambar. Lampu studio 3 berada di posisi belakang kanan talent sebagai back light

untuk memisahkan model dengan background sehingga percakapan antara Ranti

dengan Joko menjadi fokus perhatian. Sesuai dengan konsep three point lighting

dimana posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2 sebagai fill in light

dan, lampu studio 3 sebagai back light.

8. Scene 8

Gambar 5.8

Page 52: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

45

Gambar Skema 5.8 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 8

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 8 terdapat dua talent. Kedua talent tersebut

berperan sebagai preman yang merebut paket rahasia dari tangan Joko. Kedua

preman tersebut adalah Sopo dan Jarwo. Pengadegan pada scene 8 di ambil

dengan menggunakan type of shot two shot dengan angle eyes level (sejajar mata)

bertujuan untuk menampilkan suasana percakapan yang terjadi antara Sopo

dengan Jarwo. Tata cahaya pada scene 8 pengadegan ini menggunakan

pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada pada

posisi di sebelah kanan talent sehingga menghasilkan cahaya samping yang

sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang menjadi patokan dalam

Page 53: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

46

memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi

kiri talent untuk menghasilkan fill-in light yaitu cahaya pengisi bertujuan untuk

melembutkan shadow yang dihasilkan oleh key light dan intensitas cahaya pada

lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1 sehingga terbentuk sebuah

dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu studio 3 berada di posisi belakang

kanan talent sebagai back light sehingga membentuk sebuah garis putih di

sekeliling talent. Pencahayaan seperti itu disebut dengan rim light. Pencahayaan

dari belakang (back light) selain memberikan efek rim light juga berfungsi untuk

memisahkan talent dengan background sehingga percakapan antara Sopo dengan

Jarwo menjadi pusat perhatian dan menonjol pada gambar. Sesuai dengan konsep

three point lighting dimana posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2

sebagai fill in light dan, lampu studio 3 sebagai back light.

9. Scene 9

Gambar 5.9

Page 54: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

47

Gambar Skema 5.9 Penempatan dan Posisi Lampu pada Scene 9

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 9 terdapat dua talent. Talent pertama berperan

sebagai Jarwo dan talent kedua (perempuan) berperan sebagai Ranti. Scene 9

merupakan pengadegan action dimana dalam scene 9 terdapat adegan pertarungan

antara Jarwo dengan Ranti dan pertarungan tersebut dimenangkan oleh Ranti.

Pengadegan pada scene 9 diambil dengan menggunakan type of shot long shot

dengan mengikuti pergerakan talent bertujuan untuk agar penonton ikut

merasakan suasana pertarungan tersebut serta membangun suasana tegang dalam

gambar. Tata cahaya pada scene 9 pengadegan ini menggunakan pencahayaan

artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada pada posisi di

sebelah kanan talent sehingga menghasilkan cahaya samping yang sempurna

Page 55: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

48

untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang merupakan pencahayaan yang

paling dominan dalam gambar sehingga menjadi patokan dalam memposisikan

penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi kiri model

untuk menghasilkan fill-in light yaitu cahaya pengisi bertujuan untuk

melembutkan shadow yang dihasilkan oleh key light dan intensitas cahaya pada

lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1 sehingga terbentuk sebuah

dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu studio 3 berada di posisi belakang

kanan model sebagai back light sehingga membentuk sebuah garis putih di

sekeliling model. Pencahayaan seperti itu disebut dengan rim light. Pencahayaan

dari belakang (back light) selain memberikan efek rim light juga berfungsi untuk

memisahkan model dengan back ground. Sesuai dengan konsep three point

lighting dimana posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2 sebagai

fill in light dan, lampu studio 3 sebagai back light.

10. Scene 10

Gambar 5.10

Page 56: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

49

Gambar Skema 5.10 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 10

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 10 terdapat satu model yaitu Joko. Scene 10

merupakan pengadegan action kejar-kejaran antara Sopo dengan Joko. Sopo

berhasi kabur membawa paket rahasia tersebut dan Joko mengejarnya, akhirnya

Sopo pun terjatuh ke dalam lubang galian proyek. Pengadegan pada scene 10

diambil dengan menggunakan type of shot long shot dengan angle eyes level

(sejajar mata). Tata cahaya pada scene 10 pengadegan ini menggunakan

pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada pada

posisi di sebelah kanan kamera sehingga menghasilkan cahaya samping yang

sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang merupakan pencahayaan

yang paling dominan dalam gambar sehingga menjadi patokan dalam

Page 57: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

50

memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi

kanan depan model untuk menghasilkan fill-in light yaitu cahaya pengisi

bertujuan untuk melembutkan shadow yang dihasilkan oleh key light dan

intensitas cahaya pada lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1

sehingga terbentuk sebuah dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu studio 3

berada di posisi atas model sebagai top light memberikan pencahayaan kepada

rambut model yang sering disebut dengan hair light. Selain itu pencahayaan dari

atas (top light) di atas juga memberikan efek garis lurus terhadap pilar-pilar

bangunan pada back ground sehingga adanya kesan ke dalaman terhadap gambar.

Pencahayaan dari atas juga memberikan efek back light terhadap model karena

arah cahayanya jatuh hanya mengenai setengah tubuh model sehingga menambah

kesan dramartis pada gambar. Sesuai dengan konsep three point lighting dimana

posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2 sebagai fill in light dan,

lampu studio 3 sebagai back light.

11. Scene 11

Gambar 5.11

Page 58: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

51

Gambar Skema 5.11 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 11

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 11 terdapat dua model. Model pertama berperan

sebagai pengacara dan model kedua (perempuan) berperan sebagai Sari. Scene 9

merupakan pengadegan pembacaan wasiat harta warisan orang tua Sari.

Pengadegan pada scene 10 diambil dengan menggunakan type of shot two shot

dengan angle eyes level (sejajar mata). Tata cahaya pada scene 10 pengadegan ini

menggunakan pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1

berada pada posisi di sebelah samping kanan depan model sehingga menghasilkan

cahaya samping yang sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang

merupakan pencahayaan yang paling dominan dalam gambar sehingga menjadi

patokan dalam memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2

Page 59: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

52

berada di posisi samping kiri depan model untuk menghasilkan fill-in light yaitu

cahaya pengisi bertujuan untuk melembutkan shadow yang dihasilkan oleh key

light dan intensitas cahaya pada lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu

studio1 sehingga terbentuk sebuah dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu

studio 3 berada di posisi belakang kiri atas model sebagai top light memberikan

pencahayaan kepada rambut model yang sering disebut dengan hair light. Selain

itu pencahayaan dari atas juga memberikan efek back light terhadap model karena

arah cahayanya jatuh hanya mengenai setengah tubuh model sehingga menambah

kesan dramartis pada gambar. Sesuai dengan konsep three point lighting dimana

posisi lampu studio 1 sebagai key light, lampu studio 2 sebagai fill in light dan,

lampu studio 3 sebagai back light.

12. Scene 12

Gambar 5.12

Page 60: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

53

Gambar Skema 5.12 Penempatan dan Posisi Lighting pada scene 12

Keterangan:

Lamu Studio

Model

Kamera

Pengadegan pada scene 12 terdapat tiga model. Model pertama berperan

sebagai Joko, model kedua (perempuan) berperan sebagai Ranti dan model ketiga

(peremuan) berperan sebagai Sari. Scene 12 merupakan ending cerita di mana

dalam scene 12 ini terdapat percakapan antara Sari, Ranti, dan Joko yang

menyatakan kepuasannya Sari terhadap jasa antar Gojek. Pengadegan pada scene

12 diambil dengan menggunakan type of shot three shot dengan angle eyes level

(sejajar mata). Tata cahaya pada scene 9 pengadegan ini menggunakan

pencahayaan artifisial light (lampu studio). Posisi lampu studio 1 berada pada

posisi di sebelah kiri depan model sehingga menghasilkan cahaya samping yang

Page 61: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

54

sempurna untuk dijadikan key light (cahaya utama) yang merupakan pencahayaan

yang paling dominan dalam gambar sehingga menjadi patokan dalam

memposisikan penempatan lampu yang lainnya. Lampu studio 2 berada di posisi

kanan depan model untuk menghasilkan fill-in light yaitu cahaya pengisi

bertujuan untuk melembutkan shadow yang dihasilkan oleh key light dan

intensitas cahaya pada lampu studio 2 lebih rendah dari pada lampu studio1

sehingga terbentuk sebuah dimensi yang sempurna pada gambar. Lampu studio 3

berada di posisi belakang kanan atas model sebagai back light sehingga

membentuk sebuah garis putih di sekeliling model. Pencahayaan seperti itu

disebut dengan rim light. Pencahayaan dari belakang (back light) selain

memberikan efek rim light juga berfungsi untuk memisahkan model dengan back

ground. Sesuai dengan konsep three point lighting dimana posisi lampu studio 1

sebagai key light, lampu studio 2 sebagai fill in light dan, lampu studio 3 sebagai

back light.

Page 62: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

55

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Merujuk pada tahapan rancana penelitian yang telah dibuat dan diajukan

dalam proposal penelitian, sebagaimana terlampir dalam tabel bi bawah ini maka

ada beberapa hal yang dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

seperti pengumpulan data penelitian, analisis data, pelaporan, seminar penelitian

dan pembuatan publikasi penelitian.

No. Jadwal

Kegiatan

Bulan, 2016

Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt

1. Persiapan Awal

2.

Pelaksanaan

3. Pengum- pulan Data

4. Pengolahan Data

5. Penyusunan Laporan

6. Kesimpulan

7. Seminar Hasil Peneli- tian

8. Pengadaan, Penjilidan, Pengiriman Laporan

Page 63: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

56

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Prinsip dasar dalam tata cahaya yang menjadi rumusan dan dasar dalam

memproduksi sebuah film yaitu three point lighting yang terdiri dari; key light/

cahaya utama, fill-in light/ cahaya pengisi, dan back light/ cahaya belakang. Key

light merupakan cahaya utama yang di arahkan pada subyek. Key light merupakan

sumber pencahayaan paling dominan dan juga sebagai kunci atau patokan dari

settingan lampu yang lainnya. Fill-in light merupakan cahaya pengisi yang

berfungsi untuk menghilagkan bayangan subyek yang disebabkan oleh key light.

Fill-in light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak

yang sama dengan key light. Intensitas pencahayaan fill-in light lebih rendah dari

key light bertujuan untuk memberikan dimensi terhadap subyek. Back light

merupakan pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan

dimensi agar memisahkan subjek dengan latar belakang. Intensitas pencahyaan

back light sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill-in light, dan tentu

saja tergantung pada subyeknya.

Terkait pada film Cerita Si Joko menerapan konsep dasar tata cahaya three

point lighting pada setiap shot dalam setiap scenenya. Dipandang dari sumber

cahayanya, film Cerita Si Joko menggunakan pencahayaan avaluable light

(cahaya alami/ matahari) dan artivisual light (cahaya buatan/ lampu studio) karena

menggunakan dua lokasi yaitu out door dan in door. Pada lokasi out door dalam

film Cerita Si Joko menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama/

key light karena cahaya matahari sebagai sumber cahaya yang paling dominan dan

menggunakan reflektor untuk mengarahkan dan memantulkan cahaya matahari ke

arah objek sebagai fill-in light, sedangkan pada lokasi in door menggunakan

lampu studio sebagai sumber cahaya baik sebagai key light, fill-in light, dan back

light. Terkait pada penempatan/ memposisikan lampu dalam posisi lokasi out

Page 64: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

57

door posisi key light mengikuti posisi cahaya matahari karena cahaya matahari

adalah cahaya yang paling dominan dalam posisi out door. Pencahayaan yang

baik untuk key light menggunakan cahaya matahari adalah cahaya samping/ side

light tepatnya mulai jam 07.00 am – 10.00 am dan 15.00pm-18.00pm karena

menghasilkan cahaya samping yang sempurna untuk dijadikan key light. Pada in

door posisi/ penempatan lampu ditentukan oleh penata cahaya yang biasanya

dipimpin oleh DOP (director of photography) dan posisi/ penempatan lampu bisa

diatur sesuai dengan kebutuhan pengadegan di setiap scene. Pada film Cerita Si

Joko penempatan lampu key light ditempatkan pada sisi kiri maupun kanan depan

objek dan penempatan lampu fill-in light berlawanan dengan key light dan

intensitas cahayanya lebih rendah daripada key light bertujuan utuk meminimalisir

shadow yang di hasilkan oleh key light dan sebagai cahaya pengisi. Sedangkan

posisi back light berada pada posisi belakang objek baik belakang kanan, kiri, dan

atas berfungsi sebagai rim light, hair light dan memberikan efek memisahkan

objek dengan background agar objek utama menjadi fokus perhatian.

7.2 Saran

Saran dari hasil penelitian konsep dasar tata cahaya three point lighting

pada film cerita si Joko ini yaitu pertama harus mengenal sumber cahaya beserta

mengetahui kualitas/ intensitas cahaya, warna cahaya dan arah pencahayaan yang

dapat diterapkan beserta pemanfaatanya dalam produksi sebuah film untuk

menghasilkan pencahayaan yang baik, dan kedua harus juga memahami peralatan

penataan cahayaan seperti lampu studio, reflektor, cutter light, dan filter gel

sehingga pencahayaan dapat diatur sedemikian rupa untuk mencapai hasil visual

sesuai yang diinginkan sutradara dan tuntutan skenario pada produksi sebuah film.

Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan

pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas, dan menciptakan

ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan

suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Dengan

pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk objek, di mana dia

Page 65: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

58

saling berhubungan dengan objek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan

peristiwa itu terjadi.

Prinsip dasar dalam tata cahaya yang menjadi rumusan dan dasar dalam

memproduksi sebuah film yaitu three point lighting yang terdiri dari; key light/

cahaya utama, fill-in light/ cahaya pengisi, dan back light/ cahaya belakang. Three

point lighting merupakan teori dasar dalam memposisikan dan menempatkan

lampu sesuai dengan pesan yang diinginkan pada setiap scene pada film.

Memposisikan tiga lampu tidak semata-mata harus menempatkan tiga lampu

studio pada settingan peradegan akan tetapi bisa menggunakan peralatan tata

cahaya yang bisa memantulkan cahaya seperti reflektor sebagai sumber cahaya

dan cutter light untuk menutup/ menghalau cahaya yang tidak diperlukan.

Memahami sumber cahaya, kualitas/ intensitas cahaya, arah cahaya dan warna

cahaya serta memahami peralatan pencahayaan dengan baik, akan memudahkan

penata cahaya untuk memposisikan dan menempatkan lampu sesuai dengan

konsep three point lighting. Memposisikan dan menempatkan tiga lampu atau tiga

sumber cahaya dengan baik akan menimbulkan pencahayaan yang baik pula

sesuai dengan fungsi tata cahaya yaitu sebagai penerangan, menimbulkan

dimensi, dan membentuk atmosfir dalam ruangan. Pencahayaan juga salah satu

aspek yang bisa digunakan untuk menciptakan situasi dan nuansa yang sesuai

dengan pesan naratif cerita dalam sebuah film.

Page 66: PENELITIAN DOSEN MUDA - ISI DPS

59

DAFTAR PUSTAKA

Andi Purba, Januarius. 2013. Shooting yang Benar Jadikan Vidio Anda Sekelas

Karya Videografer Profesional. C.V Andi Offset (Penerbit ANDI).

Yogyakarta

Darojah, R. U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Media

Film Animasi pada Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta. Skripsi.

UNY, Yogyakarta

Effendy, Heru. 2004. Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser.

Yogyakarta: Panduan

Herdiannanda, D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media

Bantu Siswa dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin di SMA

Negeri 4 Surakarta. Laporan Tugas Akhir (DIII). UNS. Surakarta

Maleong, L.J. 1990. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka

Raimukti. 2013. Perkembangan Film Animasi di Indonesia .

http://repository.stisitelkom.ac.id/72/2/

perkembangan_film_animasi_di_ Indonesia.pdf. Diakses tanggal 18

Mei 2016