i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISDAN KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIA
SMP NEGERI 7 KEBUMEN DENGAN MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
BERBANTUAN MEDIA PUZZLETAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :Nurhayati
NIM 122140051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Janganlah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dengan
langkah pertama
Tetap berpikir diluar kotak, Tetap eksekusi didalam kotak
Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Al-Insyirah: 6)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku (Bapak Muhajir dan Ibu Sringatun) yang selalu mendukung
dan mendoakan saya. Terima kasih atas doa dan segala kesabaran serta
ketulusan yang telah kalian berikan padaku.
Kakak dan Adik ( Rahmi, Agus, Taufik, Ari, Safi’i, Fajar, dan Fafa ) yang selalu
memberikan semangat dan dukungannya.
Rijalali dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
Teman-teman satu angkatan FKIP Matematika yang selalu memberikan
semangat dan dorongan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematis Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle Pelajaran
2015/2016”.
Penulis menyadari dalam skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo
yang telah memberikan kesempatan penulis dalam menyusun skripsi ini;
2. Yuli Widiyono, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian;
3. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah membantu dalam perizinan penelitian;
4. Dr. H. Bambang Priyo Darminto, M.Kom., Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, serta
petunjuk dalam penyusunan skripsi ini;
5. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam penyusunan skripsi ini;
vii
6. Dra. Murilah, Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang telah memberikan izin
untuk mengadakan penelitian dan mengambil data;
7. Rosidah, S.Pd., Guru kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan mengambil data;
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini dengan limpahan rahmat dan hidayah-
Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah
pengetahuan khususnya bidang pendidikan.
Purworejo, Agustus 2016
Penulis
Nurhayati
viii
ABSTRAK
Nurhayati. 122140051. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis danKreatif Matematis Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dengan ModelPembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle TahunPelajaran 2015/2016.Skripsi. Pendidikan Matematika. FKIP. UniversitasMuhammadiyah Purworejo. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuanberpikir kritis dan kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika diSMP Negeri 7 Kebumen kelas VII A dengan model pembelajaran berbasismasalah (PBM) berbantuan media puzzle.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukanpada siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen tahun pelajaran 2015/2016sebanyak 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kalipertemuan. Pada setiap akhir siklus diadakan tes siklus. Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket dan soal tes berpikir kritisdan kreatif matematis. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakananalisis kualitatif dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika denganmodel pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle terdapatpeningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditunjukan pada kegiatansiklus I siswa belum mampu untuk memberikan penilaian atau pertimbanganterhadap suatu permasalahan matematika, pada siklus II siswa mampumemberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu permasalahanmatematika. Selain itu, perolehan rerata lembar angket berpikir kritis pada siklus I65,11% dengan kategori “cukup” pada siklus II meningkat menjadi 77,72%dengan kategori “baik” sedangkan rerata tes berpikir kritis siswa dari 60,07%dengan kategori “cukup” pada siklus I meningkat menjadi 78,42% dengankategori “ baik” pada siklus II. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa yang ditunjukan pada kegiatan siklus I siswa belum mampumengembangkan gagasan yang dimiliki serta siswa belum mampu memberikanpenyelesaian masalah dengan cara yang berbeda, pada siklus II siswa sudahmampu mengembangkan gagasan yang dimiliki serta siswa sudah mampumemberikan penyelesaian masalah dengan cara yang berbeda. Selain itu,perolehan rerata lembar angket berpikir kreatif siswa pada siklus I dari 61,72%dengan kategori “cukup” pada siklus II meningkat menjadi 76,41% dengankategori “baik” sedangkan rerata tes berpikir kreatif matematis siswa dari 65,55%dengan kategori “cukup” pada siklus I meningkat menjadi 78,36% dengankategori “baik” pada siklus II.
Kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kreatif, Pembelajaran Berbasis Masalah(PBM), dan puzzle.
ix
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL..................................................................................... IPERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. IiPENGESAHAN............................................................................................ IiiSURAT PERNYATAAN.............................................................................. IvMOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ VKATA PENGANTAR.................................................................................. ViABSTRAK.................................................................................................... ViiiDAFTAR ISI................................................................................................. IxDAFTAR TABEL......................................................................................... XiDAFTAR GAMBAR.................................................................................... XiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. XiiiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1B. Identifikasi Masalah......................................................... 4C. PembatasanMasalah........................................................ 6D. PerumusanMasalah.......................................................... 6E. Tujuan Penelitian.............................................................. 7F. Manfaat Penelitian............................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DANKERANGKA BERPIKIRA. Kajian Teori...................................................................... 9B. Tinjauan Pustaka.............................................................. 26C. Kerangka Berpikir............................................................. 27D. Hipotesis Tindakan .......................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................ 33B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 33C. Subjek dan Objek Penelitian...................................... 34D. Desain Penelitian ..................…………........................... 35E. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 38F. Teknik Uji Validitas Data............................................... 41G. Teknik Analisis Data........................................................ 41H. Instrumen Penelitian................................................ 44I. Indikator Keberhasilan .................................................... 46
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................... 48B. Pembahasan ..................................................................... 92
BAB V PENUTUPA. Simpulan........................................................................... 112B. Saran................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 115
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................ 15Tabel 2. Waktu Penelitian......................................................................... 34Tabel 3. Kriteria Analisis Data Angket Berpikir Kritis dan Kreatif ........... 43Tabel 4. Kriteria Analisis Data Tes Angket Berpikir Kritis dan Kreatif..... 44Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ........................... 48Tabel 6. Kegiatan Pra Penelitian Tindakan Kelas...................................... 49Tabel 7. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I ................................ 63Tabel 8. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I ...................................... 65Tabel 9. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I .............................. 67Tabel 10. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ................................... 69Tabel 11. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus II ............................... 84Tabel 12. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II............................. 86Tabel 13. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus II..................................... 88Tabel 14. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .................................. 89Tabel 15. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II............ 95Tabel 16. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II ................. 99Tabel 17. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II ......... 103Tabel 18. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II ............... 107
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir dalam Penelitian ........................... 31Gambar 2. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas......................... 36Gambar 3. Siswa Menyusun Puzzle ........................................................ 55Gambar 4. Siswa Mempresentasikan Materi Keliling.............................. 60Gambar 5. Kegiatan Tes Siklus I ............................................................ 62Gambar 6. Peneliti Ketika Memberikan Rangsangan Berpikir ................ 76Gambar 7. Siswa Mengerjakan Hasil Diskusi ......................................... 77Gambar 8. Diagram Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II. 99Gambar 9. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-1 .......... 100Gambar 10. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-2 .......... 101Gambar 11. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-3 .......... 101Gambar 12. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-4 .......... 102Gambar 13. Diagram Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II ...... 102Gambar 14. Diagram Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II 106Gambar 15. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-1 ........ 107Gambar 16. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-2 ........ 108Gambar 17. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-3 ........ 109Gambar 18. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-4 ........ 110Gambar 19. Diagram Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II .... 110
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran................................................ 118
1.1 Silabus Pembelajaran................................................................... 1191.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)........................... 1261.3 Lembar Materi......………………..…………………………….. 1401.4 Lembar Diskusi Siswa I ...…....................................................... 1411.5 Lembar Diskusi Siswa II…......................................................... 1421.6 Puzzle.........................................................…………………….. 1441.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)…...................... 1451.8 Lembar Diskusi Siswa III............................................................ 1571.9 Lembar Diskusi Siswa IV............................................................ 1581.10 Materi........................................................................................... 159
Lampiran 2. Instrumen Penelitian........................................................... 162
2.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran......... 1632.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan............................................... 1642.3 Kisi-Kisi Angket Berpikir Kritis Siswa......................…............. 1672.4 Validasi Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa.…………......… 1712.5 Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa....…......……................... 1742.6 Kisi-Kisi Angket Berpikir Kreatif Siswa…………..................... 1772.7 Validitas Angket Berpikir Kreatif Siswa…................................. 1802.8 Lembar Angket Berpikir Kreatif Siswa....................................... 1842.9 Kisi–Kisi Soal Tes Siklus I.......................................................... 1882.10 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II......................................................... 1912.11 Soal Tes Siklus I.......................................................................... 1942.12 Kunci Jawaban Tes Siklus I.....…..….......................................... 1962.13 Pedoman Penilaian Tes Berpikir Kritis dan Kreatif Siklus I....... 2002.14 Validitas Soal Tes Siklus I........................................................... 2042.15 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II......................................................... 2072.16 Soal Tes Siklus II......................................................................... 2102.17 Kunci Jawaban Tes Siklus II ……............................................... 2122.18 Pedoman Penilaian Tes Siklus II.................................................. 2172.19 Validitas Soal Tes Siklus II.......................................................... 221
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian.............................................................. 224
3.1 Analisis Lembar Angket Berpikir Kritis Siklus I.....................… 225
3.2 Analisis Lembar Angket Berpikir Kritis Siklus II....................... 226
3.3 Rekapitulasi Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan 227
xiii
Siklus II.........................................................................................3.4 Rekapitulasi Rerata Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus
I dan Siklus II................................................................................228
3.5 Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus I………….....……..……...... 229
3.6 Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus II………………....……....... 2303.7 Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus
II................................................................................................... 231
3.8 Rekapitulasi Rerata Tes Berpikir Kritis Siswa I dan Siklus II….. 232
3.9 Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus I………….…....…...... 233
3.10 Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus II……………......…… 234Rekapitulasi Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I danSiklus II........................................................................................
235
3.11 Rekapitulasi Rerata Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II …... 236
3.12 Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus I………………....………… 2373.13 Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus II………………...……..…. 2383.14 Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan
Siklus II.........................................................................................239
3.15 Rekapitulasi Rerata Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I danSiklus II.........................................................................................
240
Lampiran 4. Dokumentasi............................................................................ 241
4.1 Daftar Nama Siswa Kelas VII A.................................................. 2424.2 Lembar Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa...……….……….... 2434.3 Lembar Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa.......….………….. 2494.4 Lembar Jawab Tes Siklus I.......................................................... 2574.5 Lembar Jawab Tes Siklus II......................................................... 2614.6 Hasil Pembelajaran Menggunkan Media Puzzle.......................... 2664.7 Foto Kegiatan............................................................................... 2694.8 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran........................ 274
Lampiran 5. Administrasi............................................................................ 285
5.1 Surat Penetapan Dosen Pembimbing.....………………………. 2865.2 Surat Izin Penelitian...………………………………………… 2875.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………..……… 2885.4 Surat Pernyataan Validator..………………………………...... 2895.5 Kartu Bimbingan......................................................................... 290
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan bangsa di masa depan, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa
dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan
tujuan agar terbentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pada
studi TIMMS tahun 2011 terungkap bahwa siswa Indonesia lemah/rendah
dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin, mengambil dan mengajukan
argumen pembenaran simpulan. Hasil TIMSS yang rendah ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor penyebabnya antara lain
karena siswa di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal
kontekstual yang menuntut penalaran, argumentasi,dan kreativitas dalam
menyelesaikannya.
Proses pembelajaran matematika di Indonesia cenderung menekankan
pada kegiatan menghafal rumus-rumus dan menghitung saja, sehingga
menghambat proses berpikir siswa, sehingga proses pengembangan nalar dan
daya pikir kreativitas siswa terabaikan. Di sekolah siswa hanya dilatih dengan
pemberian rumus mutlak, atau pemberian konsep-konsep saja tanpa
mengetahui bagaimana konsep itu terbentuk yang dilanjutkan dengan
pemberian contoh soal, sehingga siswa hanya dilatih dan terpacu dengan satu
jawaban yang bersifat tunggal atau seragam dan tidak berpikir untuk
1
2
menyelesaikan atau mencari alternatif jawaban lain. Dalam pembelajaran
matematika, penyelesaian masalah merupakan proses yang sangat penting
untuk menata nalar dan kreativitas siswa. Melalui keterampilan pemecahan
masalah, siswa menjadi terbiasa dan terlatih untuk berpikir dan bertindak
memecahkan masalah. Dalam hal ini yaitu siswa dilatih untuk berpikir kritis
dan berpikir kreatif matematis.
Menurut Ennis dalam Susanto(2013:121), “berpikir kritis adalah suatu
berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang
diyakini atau dilakukan”. Sedangkan berpikir kreatif menurut
Munandar(1999:48) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada
kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban berdasarkan data atau
informasi yang tersedia.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat penting bagi siswa
karena dengan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat lebih mudah memahami
konsep, peka akan masalah yang terjadi, siswa dapat mengembangkan diri
dalam pembuatan keputusan sehingga dapat memahami dan menyelesaikan
masalah, serta mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika disekolah
menurut Depdiknas (2003) adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
3
serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;
dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan
mengomunikasikan gagasan. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir kreatif, maka perlu adanya suatu aktivitas
yang dapat mengakomodasi pengembangan kedua kemampuan tersebut.
Salah satu cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif atau langsung.
Berdasarkan hasil observasi sebelum penelitian dilakukan di kelas VII-
A SMP Negeri 7 Kebumen pada bulan November 2015, kemampuan berpikir
kritis dan kreatif matematis pada kenyataannya belum dapat dikembangkan
dengan baik dalam kegiatan pembelajaran matematika. Hal tersebut karena
siswa umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal-soal
rutin dengan mengaplikasikan rumus saja sehingga aktivitas kelas didominasi
dengan kegiatan mencatat atau menyalin. Kegiatan pembelajaran masih
berpusat pada guru, menggunakan metode ceramah, siswa pasif, pertanyaan
dari siswa jarang muncul, siswa lebih menyukai menunggu jawaban di papan
tulis dari pada menemukan atau memikirkan jawaban sendiri, siswa
cenderung berorientasi pada satu jawaban tunggal, tidak mengeksplorasi
banyak cara penyelesaian. Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak
mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis tetapi hanya mengakomodasi kemampuan berpikir tingkat rendah,
seperti mengingat dan mengaplikasikan rumus. Selain itu, kemampuan
berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII A
4
masih tergolong rendah. Sehingga menyebabkan prestasi belajar siswakelas
VII-A SMP Negeri 7Kebumen semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016
memperoleh rata-rata nilai UAS 45,47 sehinggasebanyak 100 % dari 32 siswa
kelas VII-A belum mencapai Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
matematika di sekolah tersebut yaitu 75.
Menyikapi permasalahan yang ada, terutama berkaitan dengan
pembelajran matemtika di kelas dan pentingnya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis, maka peneliti memiliki upaya inovatif
untuk menanggulanginya yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.
Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle adalah suatu
model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah,
melalui diskusi dengan peserta didik lain, diharapkan siswa dapat terlibat
langsung secara aktif sehingga siswa akan lebih terlatih dalam meningkatkan
kemampuan berpikirnya. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yakni kemampuan analisis-
sintesis, evaluasi, dan menciptakan atau menggunakan kemampuan dalam
rangka memecahkan suatu masalah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat masalah
yang dapat diidentifikasi, antara lain:
5
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII-A SMP Negeri 7
Kebumen masuk kategori rendah, mungkin disebabkan karena
pembelajaran matematika di dalam kelas, siswa tidak terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran, sepertihanya menyelesaikan soal-
soal latihan rutin dengan mengaplikasikan rumus-rumus saja, sehingga
mengakibatkan pertanyaan dari siswa jarang muncul dan siswa cenderung
pasif.
2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP Negeri 7
Kebumen masuk kategori rendah, mungkin disebabkan karena
pembelajaran matematika di dalam kelas masih bersifat konvensioanal
atau berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan siswa dalam
menyelesaikan soal berorientasi pada satu jawaban tunggal saja, siswa
lebih menyukai menunggu jawaban di papan tulis daripada menemukan
atau memikirkan jawaban sendiri, tidak mengeksplorasi banyak cara
penyelesaian.
3. Belum diterapkannya model-model pembelajaran yang efektif dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas, mungkin disebabkan karena
aktivitas kelas didominasi dengan kegiatan mencatat atau menyalin,
pembelajaran hanya berpusat pada guru, sekolah masih menggunakan
metode ceramah sehingga proses pembelajaran matematika di dalam kelas
cenderung pasif.
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang dikaji di atas, maka penulis membatasi
masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran untuk penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan
media puzzle
2. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritisdan
kemampuan berpikir kreatif matematis.
3. Penelitian terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau dalam aspek
berpikir kritis pada materi pelajaran matematika.
4. Penilitian tentang kreativitas dibatasi pada aspek berpikir kreatif
matematika
5. Subjek peneliti dibatasi pada siswa kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen
tahun pelajaran 2015/2016.
6. Materi dalam penelitian ini yaitu bangun datar (segiempat) semester II
kelas VII.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen setelah mengikuti
7
pembelajarandengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
berbantuan media puzzle?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen setelah mengikuti pembelajaran
dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media
puzzle?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII-A
SMP Negeri 7 Kebumen melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah
berbantuan media puzzle.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A
SMP Negeri 7 Kebumen melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah
berbantuan media puzzle.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi guru matematika
8
Dapat menambah wawasan guru untuk menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah, dan sebagai umpan balik untuk
mengetahui kesulitan siswa.
3. Bagi peserta didik
Meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.
4. Bagi sekolah
Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan
pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang efektif dan
tepat untuk pembelajaran yang akan datang.
9
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Berpikir Kritis
a. Definisi Berpikir Kritis
Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang
dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan
menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
sedangkan berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Berpikir mampu mempersiapkan peserta didik berpikir
pada berbagai disiplin serta dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan
intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.
Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda antara satu dengan
lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Berpikir terjadi dalam setiap
aktivitas mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau
menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari alasan.
Menurut Handayani dalam Ibrahim (2011:330) menyatakan bahwa
berpikir kritis mengarah pada kegiatan menganalisa ide atau gagasan ke arah
yang lebih spesifik, membedakan sesuatu hal secara tajam, memilih,
mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkan ke arah yang lebih
sempurna.
Berpikir kritis menurut Susanto(2013:121) adalah suatu kegiatan
melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan
10
dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan.
Berpikir kritis juga dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisa ide
atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara
tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya
ke arah yang lebih sempurna.
Menurut Ennis dalam Susanto (2013:121), “berpikir kritis adalah
suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa
yang diyakini atau dilakukan”. Berpikir kritis merupakan kemampuan
menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran
tertentu.
Menurut Halpen dalam Susanto (2013:122), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Berpikir
kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam
rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan
ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil
ketika menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat
keputusan.
Menurut Anggelo dalam Susanto (2013:122), berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi
kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis
adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang
apa yang diyakini atau dilakukan yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan
11
kesimpulan yang akan diambil ketika menentukan beberapa faktor pendukung
untuk membuat keputusan.
b. Indikator Berpikir Kritis
Indikator kemampuan berpikir kritis, menurut Ennis dalam Happy
(2011:12) dapat diturunkan dari aktivitas siswa yaitu:
1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pernyataan,
2) mencari alasan,
3) berusaha mengetahui informasi dengan baik,
4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya,
5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan,
6) berusaha tetap relevan dengan ide utama,
7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar,
8) mencari alternatif,
9) bersikap dan berpikir terbuka,
10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan
sesuatu,
11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan,
12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dan
keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas 1
adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus).
Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 3, 4, dan 7adalah
mampu mengungkapkan fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu masalah (clarity). Indikator yang diturunkan dari aktivitas 2, 6,
dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat
(reasons). Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 8, 10, dan 11
adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang
berbeda (overview). Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 5
dan 9 adalah mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu
pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan (inference).
Menurut Nickerson dalam Happy (2011:13) ciri-ciri orangyang
berpikir kritisdalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan kebiasaan dalam
bertindak adalah:
1) menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur,
2) mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas,
logis, atau masuk akal,
12
3) mengidentifikasi kecukupan data,
4) menciba untuk mengantisispasi kemungkinan konsekuensi dan
berbagai kegiatan,
5) memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya,
6) dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian,
7) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam dominan lain dari
yang sudah dipelajarinya,
8) dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam
cara formal,
9) mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi
dari suatu pandangan,
10) sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu
kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya,
11) mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan
kemungkinan bias dalam pendapat,
Selanjutnya Ennis dalam Susanto (2013:125) mengidentifikasi 12
indikator berpikir kritis yang dikelompokannya dalam lima besar aktivitas
sebagai berikut:
1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan
mengenai serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi
3) Menyimpulkan yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan
nilai pertimbangan
4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi
istilah-istilah dan definisi pertimbangan, serta mengidentifikasi
asumsi
5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan
aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
13
1. focus: merumuskan pokok-pokok permasalahan (menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan dari soal)
2. clarity: menjelaskan istilah yang digunakan (mengubah pernyataan dalam
bentuk simbol matematis dan memberikan penjelasannya
3. reasons: mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat
4. inference: mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan
yang diambil sebagai suatu keputusan.
2. Berpikir Kreatif Matematis
a. Definisi Berpikir Kreatif
Kreativitas tidak hanya dipandang dari suatu barang yang dicipta atau
hasil karya yang berbeda. Menurut Guildford dalam Munandar (2012:10) ciri-
ciri utama dari kreativitas dibedakan antara aptitude (berpikir kreatif)dan non-
aptitude traits (sikap kreatif). Barron dalam Munandar (2012:21) menyatakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan
sesuatu yang baru. Berpikir kreatif menurut Guilford dalam Munandar
(2012:31) adalah “kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
Menurut Susanto (2013:105) kemampuan berpikir kreatif adalah
tingkat kesanggupan berpikir untuk menemukan sebanyak-banyaknya,
seberagam mungkin dan relevan, jawaban atas suatu masalah, lentur, asli dan
terperinci, berdasar data dan informasi yang tersedia.
Torrence dan Filsaime dalam Susanto (2013:109) menganggap bahwa
berpikir kreatif merupakan sebuah proses menjadi sensitif atau sadar
14
terhadap masalah-masalah, kekurangan dan celah-celah di dalam
pengetahuan yang untuknya tidak ada solusi yang dipelajari,
membawa serta informasi yang ada dari gudang memori atau-atau
sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau
mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi,
menduga, menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan
masalah, menguji dan menguji kembali alternatif-alternatif tersebut,
menyempurnakannya dan akhirnya mengomunikasikan hasilnya.
Menurut Gildford dalam Susanto (2013:109). Berpikir kreatif disebut
dengan istilah berpikir divergen.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk menciptakan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan, ide atau karya nyata dalam menyelesaikan suatu
masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk membuat suatu penyelesaian dari
suatu persoalan dengan cara yang baru, beragam dan berbeda.
b. Indikator Berpikir Kreatif
Menurut Torrance dalam Susanto (2013:101) menggambarkan ada
empat komponen kreativitas yaitu:
1) kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk menghasilkan
sejumlah ide,
2) keluwesan dan fleksibilitas (flexibility) yaitu kemampuan
menghasilkan ide-ide beragam,
3) kerincian atau elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan
mengembangkan, membumbui atau mengeluarkan sebuah ide, dan
4) orisinalitas (originality) yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide
yang tak biasa di antara kebanyakan atau jarang.
Menurut Guilford dalam Munandar (2012:10) mengatakan bahwa
“berpikir kreatif menunjuk pada kemampuan yang ditandai oleh empat
komponen, yaitu fluency (kelancaran), flexibilty (keluwesan), originality
(keaslian), dan elaboration (penguraian)”. Sedangkan menurut Guilford
15
dalam Husen (2014:15) mengemukakan indikator dari berpikir kreatif ada
lima yaitu:
1) Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi
(mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan,
situasi dan masalah.
2) Kelancaraan (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan.
3) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam, pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4) Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang
diberikan kebanyakaan orang.
5) Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail,
yang didalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar, model, dan
kata-kata.
Rincian ciri-ciri dari fluency (kelancaran), flexibilty (keluwesan),
originality (keaslian), dan elaboration (penguraian) dikemukakan Munandar
dalam Susanto(2013:111):
Tabel 1
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
Komponen
Kreativitas
Ciri-ciri
Fluency 1. Mencetuskan banyak ide, banyak
jawaban, banyak penyelesaian masalah,
banyak pertanyaan dengan lancar
2. Memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan berbagai hal
3. Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban
Flexibility 1. Menghasilkan gagasan, jawaban atau
pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda
2. Mencari banyak alternatifatau arah yang
berbeda-beda
3. Mampu mengubah cara pendekatan atau
cara pemikiran
Originality 1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru
16
dan unik
2. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri
3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi
yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur
Elaboration 1. Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau
produk
2. Menambah atau memperinci detil-detil
atau menguraikan secara runtut dari
suatu obyek, gagasan, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik
Menurut Susanto(2013:115) berpikir kreatif dibagi menjadi lima
tahap, yaitu: stimulus, eksplorasi, perencanaan, aktivitas, dan review. Masing-
masing tahapan ini dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a) Stimulus.
Untuk dapat berpikir secara kreatif perlu adanya stimulus dari
pikiran lain. Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa
sebuah masalah harus dapat diselesaikan, atau suatu perasaan yang
tidak jelas bahwa ada ide yang tidak begitu dapat ditangkap atau
disadari sepenuhnya.
b) Eksplorasi
Siswa dibantu untuk memperhatikan alternatif-alternatif
pilihan sebelum membuat suatu keputusan. Untuk berpikir secara
kreatif, siswa harus mampu menginvestigasi lebih lanjut, dan
melihat lagi apa lagi yang mereka perlukan. Teknik-teknik atau
prinsip-prinsip tertentu dapat diterapkan untuk meningkatkan range
dan kualitas dari ide-ide yang dikumpulkan. Teknik-teknik ini
meliputi:
(1) Divergent thinking, yaitu jenis berpikir yang membangun
banyak jawaban yang berbeda, tidak terbatas pada berpikir
konvergen yang mencari satu jawan benar atau absolute.
(2) Differing judgement, yaitu prinsip berpikir sekarang,
pertimbangankan kemudian menghilangkan kecemasan bahwa
itu benar, dan mencegah imajinasi yang ditahan oleh
pertimbangan. Prinsip ini berguna ketika siswa bekerja sendiri,
memikirkan ide-ide dalam satu kelompok.
17
(3) Extending effort, yaitu untuk memperluas upaya siswa perlu
diberi kesempatan, dukungan, minat pertanyaan, dan stimulus
oleh orang dewasa.
(4) Allowing time, yaitu memberi siswa cukup waktu untuk
membangun ide-ide dengan tahapan penting dalm proses
kreatif. Ini salah satu teknik yang beguna untuk aktivitas
pemecahan masalah.
(5) Encourading play, yaitu untuk melihat seberapa jauh suatu ide
dapat diperluas, berikan siswa kesempatan untuk
membangunnya, menggambarkannya, mempresentasikannya,
bertindak , dan mengujinya dalam tindakan.
c) Perencanaan.
Setelah diadakan stimulus berupa masalah kemudian
melakukan eksplorasi untuk pemecahan masalah tersebut,
selanjutnya membuka berbagai rencana atau strategi untuk
pemecahan masalah.Dari beragam rencana yang telah dibuat, dapat
diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi.
d) Aktivitas.
Proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau kumpulan ide.
Untuk dapat memfokuskan pada produktivitas ide-ide seseorang
dapat bertanya: Apa yang dapat dilakukan dengan ide ini? Ke
mana ide ini mengarah?bagaimana ide dapat menjadi tindakan?
Kita perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk menyadari
berpikir kreatif mereka dalam bentuk tindakan dengan kata lain
setelah perencanaannya matang kemudian dilakukan aktivitas satau
melakukan berbagai rencana yang lebih ditetapkan.
e) Review.
Siswa perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali
pekerjaan.Apa yang dikerjakan? Seberapa besar
keberhasilannya?Apakah kita telah mencapai tujuan?Apa yang
telah dipelajari? Siswa dapat dilatih untuk menggunakan judgment
dan imajinasi mereka untuk mengevaluasi.
Berdasarkan beberapa kajian tersebut, dalam penelitian ini aspek dan
indikator berpikir kreatif matematis yang digunakan adalah:
1. Kelancaran (fluency): menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah
2. Keluwesan(flexibility): menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda
18
3. Keaslian(originalty): kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan orang.
4. Elaborasi (elaboration): menguraikan secara runtut langkah penyelesaian
masalah.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Definisi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pendekatan PBM berkaitan
dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam
sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang
bermakna, relevan dan kontekstual.
Menurut Boud dan Feletti dalam Rusman (2013:230) mengemukakan
bahwa “PBM adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan”.
Margetson dalam Rusman (2013:231) mengemukakan bahwa “kurikulum
PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar
sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar
aktif”.
Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2013:241) mengemukakan bahwa
“PBM merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada
masalah dunia nyata”. Moffit dalam Rusman (2013:241) mengemukakan
19
bahwa “PBM merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.
Dari pengertian-pengertian di atas, tampak bahwa PBM adalah suatu
pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau
student centereduntuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Proses pembelajaran seperti ini
lebih menekankan pada aktivitas siswa dan menjadikan siswa lebih banyak
berinteraksi dengan obyek dan peristiwa sehingga siswa memperoleh
pemahaman. Siswa tidak hanya menghafal dan mengerjakan latihan saja,
namun siswa dituntut untuk memahami konsep dan membangun pemahaman,
kemudian menerapkannya untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Karakteristik PBM dari Oon Seng Tan dalam Rusman (2013:232)
yaitu:
1) permasalahan menjadi starting point dalam belajar
2) permasalahn yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata dan yang tidak terstruktur
3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective)
4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBM
20
7) belajar adalah kolabiratif, komunikasi, dan kooperatif
8) pengembangan keterampilan inqury dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
solusi dari sebuah permasalahan
9) keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar
10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa inti dari PBM dalam
pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada permasalahan matematika yang nyata dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam
menyelesaikan masalah. Dengan adanya suatu masalah yang dihadapi, siswa
terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kriitisnya untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah tersebut. Selain itu, siswa juga
terdorong untuk berpikir kreatif dalam mencari alternatif solusi lain dalam
menyelesaikan suatu masalah.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Dari Pierce dan Jones dalam Susanto (2013:242) mengemukakan
bahwa langkah-langkah dalam proses PBM antara lain:
1) Engagement (keterlibatan) yaitu mempersiapkan siswa untuk
berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama,
2) Inquiry and invetigation (berpikir dan investigasi) yaitu
mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi
3) Performance (performansi) yaitu menyajikan temuan
4) Debriefimg (tanya jawab) yaitu menguji keakuratan dari solusi
5) Reflection (refleksi) yaitu refleksi terhadap pemecahan masalah
Engagement mencakup beberapa hal seperti:
1) mempersiapkan siswa untuk dapat berperan sebagai self directed,
problem solver yang dapat berkolaborasi dengan pihak lain,
2) kegiatan mengidentifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa,
3) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mendorong siswa
untuk mampu menemukan masalahnya, dan
21
4) meneliti hakekat permasalahan yang dihadapi sambil mengajukan
dugaan-dugaan, rencana penyelesaian masalah dan lain-lain
Inquiry and invetigation meliputi kegiatan:
1) mengeksplorasi banyak cara untuk mendapatkan solusi masalah
2) mengumpulkan serta mendistribusikan informasi dalam kelompok
kemudian memprioritaskan satu solusi masalah
Performance meliputi kegiatan mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
Debriefing merupakan kegiatan melakukan refleksi atas
efektivitas seluruh pendekatan yang telah digunakan dalam
penyelesaian masalah.
Menurut Fogarty dalam Rusman (2013:243) langkah-langkah pada
proses PBM antara lain:
1) Menemukan masalah
2) Mendefinisikan masalah
3) Mengumpulkan fakta
4) Pembuatan hipotesis
5) Penelitian
6) Rephrasing masalah
7) Menyuguhkan alternatif
8) Mengusulkan solusi
Dari Ibrahim dan Nur dalam Susanto (2013:243) mengemukakan
bahwa langkah-langkah PBM adalah sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada masalah
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
3) Membimbing pengalaman individual/kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
proses pembelajaran PBM yaitu: engagement, inquiry and investigation,
performance, debriefing dan reflection.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
Smith dalam Rahayu (2014:365), mengemukakan bahwa manfaat
PBM yaitu bahwa siswa akan meningkat kecakapan pemecahan
masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamnnya,
22
meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik,
mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi
siswa.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis
masalah (PBM) adalah sebagai berikut:
Kelebihannya adalah:
1) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalh yang akan
membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai
suatu materi
2) Memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh
kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri
3) Membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran
4) Membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentransfer
pengetahuan siswa ke dalam masalah dunia nyata
5) Dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta
kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang
baru
6) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa
7) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
8) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata
23
Kekurangannya adalah:
1) Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru dan guru
merupakan narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara
belajar sendiri dalam pemecahan masalah
2) Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalh yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka siswa akan
merasa enggan untuk mencoba masalah memerlukan cukup waktu untuk
persiapan
3) Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari maka siswa tidak akan belajar apa yang siswa
ingin pelajari
4. Puzzle
Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disususn dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal menurut Sanjaya
dalam Nuriah (2013:7). Metode ini menggunakan permainan dalam proses
pembelajarannya. Metode ini tetap relevan dengan materi pelajaran, tetapi
lebih dapat memotivasi dan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar. Park
dan Park dalam Nuriah(2013:7) dalam analisisnya menyebutkan bahwa
“permainan puzzle dapat meningkatkan konsentrasi, minat serta
mengembangkan kecerdasan”. Jenis permainan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Spelling puzzle. Spelling puzzle adalah puzzle yang
24
terdiri dari gambar-gambar dan huruf-huruf acak untuk dijodohkan untuk
menjadi kosakata yang benar. Puzzle merupakan alat peraga sederhana yang
mudah dibuat tetapi sangat mengasyikkan digunakan sebagai media belajar
siswa. Menurut Chumala dalam Nuriah (2013:8), manfaat puzzle adalah
sebagai berikur:
a) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melakukan
percobaan
b) Membedakan bagian-bagian dari sebuah benda dan meminta anak-
anak untuk menyatukannya kembali
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
d) Mengembangkan koordinasi motorik halus
Puzzle secara bahasa Indonesia diartikan sebagai tebakan. Tebakan
adalah sebuah masalah atau “enigma” yang diberikan sebagai hiburan yang
biasanya ditulis, atau dilakukan. Banyak tebakan berakar dari masalah
matematika dan logika serius. Puzzle merupakan bentuk permainan yang
menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan
munculnya motivsi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun
tetap menyenangkan sebab dapat di ulang-ulang. “Tantangan dalam
permainan ini akan memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba,
mencoba dan terus mencoba hingga berhasil” menurut Syukron dalam Nuriah
(2013:8).
Puzzle termasuk salah satu alat permainan edukatif yang dirancang
untuk mengembangkan kemampuan anak belajar sejumlah keterampilan,
misal motorik halus, melatih anak untuk memusatkan perhatian dan melatih
konsep tertentu seperti bentuk, warna, ukuran, dan jumlah. “Puzzle dibuat
dengan bahan yang mudah dibongkar pasang, mempunyai gerigi yang
25
berpasangan satu sama lain”. Gerigi tersebut apabila dipasangkan satu sama
lain akan membentuk suatu gambar yang utuh, menurut Wahyuni dan
Maurren dalam Nuriah (2013:8).
Syukron dalam Nuriah (2013:8) menyatakan bahwa “pada umumnya
siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan melatih cara
penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron”.
Berikut ini beberapa jenis puzzle yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan memahami kosa kata:
a) Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri dari gambar-gambar dan huruf-
huruf acak untuk dijodohkan untuk menjadi kosakata yang benar.
b) Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa beberapa pertanyaan untuk
dijawab kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk
dirangkai menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban pertanyaan yang
paling akhir.
c) The thing puzzle, yakni puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang
berhubungan dengan gambar-gambar benda untuk dijodohkan.
d) The letter(s) readiness puzzle yang berupa gambar-gambar disertai dengan
huruf-huruf nama gambar tersebut, tetapi huruf itu belum lengkap.
e) Crosswords puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dengan cara memasukan jawaban tersebut ke dalam kotak-
kotak yang tersedia baik secara horisonal maupun vertikal.
26
B. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penerapan atau penggunaan
model pembelajaran matematika. Hasil penelitian yang dilakukan Lulus
Priyoananto (2007) meneliti tentang Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika dengan Metode PBL pada Pokok Bahasan Logika Matematika
menunjukkan bahwa hasil metode PBL lebih baik dari metode ceramah dan
ekspositori. Indikator ini tampak dari perbedaan rerata prestasi belajar siswa
pada siklus 1 yaitu rerata kelas PTK= 69,25 dan rerata kelas kontrol= 64,00
sedangkan pada siklus 2 rerata kelas PTK= 74,00 dan rerata kelas kontrol=
68,75.
Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2014) yaitu Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Relasional Matematik Siswa Mengenai Luas
bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah,
mengungkapkan bahwa siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah mempunyai kemampuan pemahaman relasional metematik
lebih baik bila dibandingkan siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran konvensional, baik ditinjau dari rerata pretes dan postes
kemampuan pemahaman relasional matematik siswa (0,59 > 0,38). Penelitian
ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Daya Utama Bekasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Lia Kurniawati (2011) yaitu
Developing Mathematical Reflektive Thinking Skills Through Problem Based
Learning (Mengembangkan Keterampilan Berpikir Reflektif Matematika
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah) mengungkapkan bahwa siswa yang
27
diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah mampu mendorong
kemampuan berpikir reflektif siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan nalar dan daya
kreatif peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan
kebutuhan masyarakat dan negara. Namun, pendidikan formal di Indonesia
khususnya pada pembelajaran matematika lebih mementingkan hasil akhir
daripada proses pembelajaran, sementara pengembangan nalar dan daya pikir
kreatif terabaikan. Bahkan pada beberapa sekolah cenderung menghambat
daya nalar dan kretivitas siswa itu sendiri. Di sekolah siswa hanya dilatih
dengan pemberian rumus saja, atau pemberian konsep-konsep saja tanpa
mengetahui bagaimana konsep itu terbentuk, kemudian pemberian contoh
soal rutin yang mengakibatkan siswa menjadi terlatih dan terpacu dengan satu
jawaban yang bersifat tunggal atau seragam dan tidak berpikir untuk
menyelesaikan atau mencari alternatif jawaban lain, siswa lebih menyukai
menunggu jawaban di papan tulis daripada menemukan atau memikirkan
jawaban sendiri sehingga pembelajaran di kelas didominasi dengan kegiatan
mencatat atau menyalin, pertanyaan dari siswa jarang muncul.
Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih berjalan
secara konvensional. Banyak guru matematika yang mendominasi
pembelajaran sehingga aktivitas siswa cenderung kurang. Sehingga perlu
dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan
28
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya
komunikasi dua arah yaitu antara guru dan siswa. Hal ini dapat dapat
menyebabkan siswa menjadi aktif dan terlibat secara langsung, sehingga
secara tidak langsung siswa akan memiliki motivasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya sendiri, kemampuan berpikir tersebut meliputi
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Peningkatan berpikir kritis dan berpikir kreatif sangat diperlukan,
karena dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa dapat lebih mudah
memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi, siswa dapat
mengembangkan diri dalam pembuatan keputusan sehingga dapat memahami
dan menyelesaikan masalah, serta mampu mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang berbeda serta manfaat untuk jangka panjang yaitu akan
memberikan bekal kepada siswa pada masa depan dalam memecahkan
masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari secara cepat dan tepat serta
siswa dapat mengembangkan diri dalam pembuatan keputusan.
Pembelajaran matematika harus dirancang menjadi pembelajaran yang
dapat mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis. Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat digunakan
adalah model Pembelajarn Berbasis Masalah (PBM). PBM adalah salah satu
model pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa. Model
PBM dilaksanakan melalui tahap engagement, inquiry and investigation,
performance, dan debriefing. Pada tahap engagement aspek-aspek berpikir
29
kritis dan kreatif matematis yang dapat dikembangkan adalah focus dan
clarity. Pada tahap inquiry and investigation aspek-aspek yang dapat
dikembangkan adalah fluency, inference, dan elaboration. Pada tahap
performance aspek yang dapat dikembangkan adalah originality. Pada tahap
debriefing aspek yang dapat dikembangkan adalah inference dan originality.
Penggunaan media pembelajaran diperlukan pada PBM, hal ini sesuai
dari fungsi atau manfaat dari metode pembelajaran dengan puzzleyaitu untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, puzzle
merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan
siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivsi untuk senantiasa
mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab dapat di
ulang-ulang. Dengan demikian,melalui model PBM berbantuan
permainanpuzzle diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP
negeri 7 Kebumen.
Johnson dalam Happy(2011:21) mengemukakan berpikir tingkat
tinggi meliputi berpikir kreatif dan berpikir kritis. Rindell dan Wheeler dalam
Happy (2011:22), menemukan bahwa PBM dapat melatih kecakapan berpikir
tingkat tinggi siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Tahapan-tahapan pada PBM berbantuan media puzzle akan mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, karena pada
PBM siswa akan dihadapkan pada masalah nyata atau masalah yang
disimulasikan dengan puzzle untuk dipecahkan oleh siswa. Menurut Mulyana
30
dalam Happy (2011:21) kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
siswa sangat berperan ketika siswa berada pada suatu episode pemecahan
masalah. Pada saat siswa memahami masalah, siswa harus menggunakan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa, misalkan merumuskan pokok-
pokok permasalahan, mengidentifikasi, memilih model matematis yang
paling tepat untuk menyelesaikan masalah dan sebagainya. Selain itu, siswa
harus menggunakan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, misalnya
merumuskan model matematis dalam beberapa cara, menemukan gagasan
penyelesaian masalah dengan beberapa cara, dan sebagainya. Bagan dari
kerangka berpikir pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
31
Gambar 1.
Bagan Kerangka Berpikir dalam Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono(2009:64) “Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitiantelah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan tinjauan pustaka, pendapat para ahli dan kerangka
berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah
1. Siswa terbiasa dengan menghafal
2. Siswa terlatih dengan satu
penyelesaian tunggal atau seragam 3. pembelajaran matematika di dalam
kelas masih bersifat konvensioanal
atau berpusat pada guru
kemampuan berpikir
kritis siswa rendah
Menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Masalah
berbantuan media Puzzle
1. engagement
2. inquiry and investigation
3. performance
4. debriefing.
kemampuan berpikir
kreatif siswa rendah
32
penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
pada kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen tahun pelajaran 2015/2016.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan pendekatan penelitian kualitatif yang didukung dengan
pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
dalam penelitian ini lebih mengutamakan proses pembelajaran. Menurut
Mulyasa dalam Ma’arif (2015:31) “penelitian tindakan kelas adalah suatu
upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan
memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”.
Penelitian ini dilakukan oleh guru bersama dengan siswa, dengan tujuan
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen.
2. WaktuPenelitian
Dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016.Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai
dengan bulan Mei 2016.
33
34
Tabel 2.
Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Nov
2015
Des
2015
Jan
2016
Feb
2016
Mar
2016
Apr
2015
Mei
2016
Juni
2016
1. Observasi dan
Pengajuan Judul
2. Pembuatan
Proposal
3.
Menyusun
Instrumen
Penelitian
4. Pelaksanaan Tindakan
a.
5. Pengolahan Data
6. Penulisan Laporan
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-ASMP Negeri
7KebumenTahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 terdiri dari 18
siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah
keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah berantuan permainan
puzzleuntuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 7 Kebumen tahun
pelajaran 2015/2016
D. Data dan Sumber Data Penelitian
Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah data proses
pembelajaran matematika dengan PBM berbantuan media puzzle dan data
35
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP
Negeri 7 Kebumen tahun ajaran 2015/2016.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara
peneliti dan guru matematika kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa. Ciri dari PTK adalah adanya perbaikan proses terus
menerus sehingga kepuasan peneliti sering menjadi tolak ukur berhasil atau
tidaknya siklus tersebut. Menurut Kemmis & McTaggart dalamArikunto,
Suharsimi (2010:137) penelitian tindakan terdiriatas empat tahap, yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi (reflecting). Penelitian ini terbagi menjadi beberapa siklus dan siklus
ini dinyatakan berhenti apabila kondisi kelas sudah stabil dan tujuan yang
diinginkan sudah tercapai.Masing – masing siklus dilakukan melalui tahap
perencanaa, pelaksanaan tindakan, observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dan refleksi.Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan
sebagai perbaikan siklus yang pertama, begitu seterusnya aturan untuk
perbaikan pada setiap siklus ke siklus berikutnya. Menurut Kemmis &
McTaggart menggambarkan siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
36
Gambar 2
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus-siklus. Penjabaran kegiatan
setiap siklus sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap ini dilakukan berbagai persiapan dalam perencanaan
sebagai berikut:
1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi segiempat,
2) merancang pembelajaran dengan mengelompokan siswa ke dalam
kelompok-kelompok yang heterogen,
3) menyusun lembar materi siswa
4) menyusunLembarDiskusi Kelompok,
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
Jika meningkat disimpulkan, jika belum
meningkat lanjut siklus berikutnya.
37
5) menyusunkisi-kisi dan lembar observasi keterlaksanaan model
Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan media Puzzle,
6) menyusun kisi-kisi dan lembar angket berpikir kritis dan berpikir kreatif
siswa,
7) menyusunkisi-kisi dan soal tes kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada akhir tiap siklus.
b. Tindakan/pelaksanaan (acting)
Tahap pelaksanaan adalah tahap pembelajaran menggunakan
modelPembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.
Peneliti bertindak sebagai guru dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai
rencana pembelajaran yang telah dibuat.
c. Pengamatan (observing)
Kegiatan pada tahap ini adalah pengumpulan data, atau dengan kata
lain observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data
yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen
pengumpulan data (angket, observasi, tes dan lain-lain).
Observasi dilakukan oleh observer sebagai pengamat, selain itu
peneliti bertugas sebagai guru dalam proses pembelajaran. Lembar observasi
dibuat untuk mengetahui keterlaksanaan berlangsungnya kegiatan
pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
38
d. Refleksi (reflecting)
Langkaakhir dari PTK adalah melakukan refleksi (kajian atau analisis)
terhadap apa yang telah dilakukan pada waktu tindakan. Kegiatan refleksi
ini biasanya dilakukan setelah peneliti selesai melakukan tindakan. Pada saat
ini peneliti mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi dalam proses
tindakan dan menulisnya.
2. Siklus Lanjutan
Kegiatan yang dilakukan pada siklus lanjutan ditujukan sebagai
perbaikan dari siklus yang sebelumnya (siklus pertama), dengan kata lain
siklus ini ada jika indikator pengisian pada siklus pertama belum semuanya
tercapai. Pada siklus ini dilalui tahapan perencanaan dari hasil refleksi siklus
sebelumnya, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan penarikan
kesimpulan berdasarkan hasil refleksi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian, maka
penggunaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Metode Observasi
MenurutWidoyoko(2014:46) “Pengamatan atau observasi merupakan
salah satu metode pengumpulan data di mana pengumpul data mengamati
secara visual gejala yang diamati serta menginterpretasikan hasil pengamatan
tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada
39
kemampuan observer”. Lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembar
keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.
Lembar observasi ini dibuat berdasarkan pedoman langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah yaitu mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama (Engagement),
mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi (Inquiry and Investigation),
menyajikan temuan (Performance), menguji keakuratan dari solusi
(Debriefing), dan refleksi terhadap pemecahan masalah (Reflection).
2. Metode Tes
Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Bentuk tes yang digunakan yaitu tes essay. Tes ini diberikan disetiap akhir
siklus.Metode tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran
tingkatkemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
matematissiswa pada setiap siklus. Tes dilakukan kepada seluruh siswa kelas
VII-A SMP Negeri 7 Kebumen tahun ajaran 2015/2016 pada akhir siklus
untuk mengukur peningkatan kemampuan kritis dan kreatif matematis siswa
setelah diberikan tindakan.
3. Metode Angket
Menurut Arifin(2013:166) mengatakan bahwa “angket termasuk alat
untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham
dalam hubungan kausal”. Arifin(2013:166) mengatakan bahwa “bentuk
angket berstruktur adalah angket yang menyediakan beberapa kemungkinan
40
jawaban”. Sedangkan bentuk angket terstruktur dengan jawaban tertutup
menurut Arifin(2013:167) adalah “angket yang setiap pertanyaannya sudah
tersedia berbagai alternatif jawaban”. Angket ini berupa pertanyaaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang digunakan untuk memperoleh
jawaban responden tentang dirinya sendiri. Angket ini digunakan untuk
meneliti tentang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam pembelajaran. Dengan angket akan diketahui seberapa besar
presentase kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif siswa
terhadap pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)berbantuanmediapuzzle.
4. Metode Dokumentasi
Menurut Sugiyono(2009:240), “dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk memperkuat penelitian ini, antara lain digunakan untuk
mengambil gambar ketika pembelajaran dengan model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle. Bentuk dokumentasi yang
digunakan adalah bentuk tulisan dan gambar. Bentuk tulisan dapat berupa
catatan nama siswa, catatan nilai akhir siswa, catatan lapangan, dan catatan
yang diperlukan saat penelitian. Sedangkan bentuk gambar dalam penelitian
ini adalah berupa foto.
41
5. Catatan lapangan
MenurutKunandar(2008:197 ) “catatan lapangan adalah catatan yang
dibuat oleh peneliti yang melaakukan pengamatan atau observasi terhadap
subjek dan objek penelitian tindakan kelas”. Catatn lapangan dalam penelitian
ini berisi apa saja yang terjadi di dalam kelas.
G. Teknik Uji Validitas Data
Sugiyono(2009:267) mengatakan bahwa “validitas merupakan derajad
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang
dapat dilaporkan oleh peneliti”. Validitas data dilakukan dengan
triangulasi.Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, 2009:241). Dalam penelitian ini digunakan
triangulasi teknik, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Penelitian
menggunakan lembar obsevasi, tes, angket, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis data kualitatif
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahapan.Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009:246), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
42
berlangsung secara terus menerussampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
a. Reduksi data
Hal yang dilakukan dalam reduksi data yaitu merangkum dan memilih
hal-hal yang penting untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.Dalam
penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan menggunakan hasil catatan
lapangan, hasil pekerjaan siswa dan hasil angket siswa.Kegiatan ini bertujuan
untuk memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data.Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dengan uraian singkat
yang bersifat naratif. Penyajian data bertujuan untuk memudahkan peneliti
memahami apa yang terjadi, merencanakan kegiatan dalam siklus selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan
Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan didukung
oleh bukti-bukti yang valid.
2. Analisis data kuantitatif
Hasil masing-masing data dari masing-masing instrumen sebagai
berikut:
43
a. Analisis Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Data dari angket kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa,
kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus:
NP = 𝑅
𝑆𝑀× 100 %(Ngalim Purwanto, 2009: 102)
Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari
R : Nilai awal yang diperoleh dari pengamatan
SM : Nilai maksimum ideal dari pengamatan
100 : Bilangan tetap
Dalam menentukan kategori berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa
berdasarkan penilaian penghargaan kualitatif, selanjutnya nilai-nilai persen
itu diubah ke dalam nilai huruf yang terdapat dalam tabel.
Tabel 3.
Kriteria Analisis Data Angket Berpikir Kritis dan Kreatif
Tingkat Penguasaan Predikat
85% < x ≤ 100% Sangat Baik
75% < x ≤ 85% Baik
59 % < x ≤ 75% Cukup
54 % < x ≤ 59% Kurang Baik
x ≤ 54% Kurang Sekali
(Ngalim Purwanto, 2009: 103)
b. Analisis Data Hasil TesKemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Secara Tertulis dengan Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa dapat dilihat dan dianalisis dengan menggunakan
44
data tes essay. Untuk mengukur atau menghitung hasil yang diperoleh
setiap siswa dihitung dari skor jawaban yang benar dan dengan langkah
penyelesaian yang bervariasi dengan menggunakan rumus:
S = 𝑅
𝑁× 100% (Ngalim Purwanto, 2009: 112)
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes tersebut
Selanjutnya nilai-nilai persen itu ditransfer ke dalam nilai huruf
yang terdapat dalam tabel.
Tabel 4.
Kriteria Analisis Data Hasil Tes Berpikir kritis dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Tertulis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Media Puzzle
Tingkat Penguasaan Predikat
85% < x ≤ 100% Sangat Baik
75% < x ≤ 85% Baik
59 % < x ≤ 75% Cukup
54 % < x ≤ 59% Kurang Baik
x ≤ 54% Kurang Sekali
(Ngalim Purwanto, 2009: 103)
H. Instrumen Penelitian
Instrumen digunakan untuk memperoleh data tentang berpikir kritis
dan berpikir kreatif siswa. Sebelum digunakan, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji validitas terhadap instrumen, berikut instrumen yang
digunakan:
45
1) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
berbantuan media puzzle. Lembar observasi keterlaksanaan untuk
penerapan model PBM dibuat berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas.
2) Angket
Angket berpikir kritis dan kreatif siswa digunakan untuk memperoleh
informasi atau jawaban dari respon di dalam kelas. Di dalam angket
terdapat beberapa macam pernyataan yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Di dalam angket
juga terdapat beberapa pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju
(ST), Ragu-ragu (RG), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Untuk teknik penskoran pernyataan menurut skala Likertdalam
Sukardi(2011:147) adalah sebagai berikut:
a) Pernyataan Positif
Sangat Setuju (SS) = skor 5
Setuju (ST) = skor 4
Ragu-ragu (RG) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1
b) Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) = skor 1
Setuju (ST) = skor 2
Ragu-ragu (RG) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 5
Cara menyusun angket menurut (Sudjana, 2009:104)adalah sebagai
berikut:
46
a) Membuat pengantar yang isinya permohonan mengisi angket,
kemudian dijelaskan maksud dan tujuan membuat angket.
b) Menjelaskan petunjuk atau cara pengisian angket yang benar.
c) Membuat kolom identitas responden. Di dalam identitas terdapat
nama, kelas, dan nomer urut.
d) Membuat pertanyaan yang terdiri dari beberapa kategori atau bagian
sesuai dengan masalah penelitian, sehingga memudahkan analisisnya.
e) Membuat rumusan pertanyaaan yang singkat tetapi jelas sehingga
tidak membingungkan dan salah penafsiran.
f) Menghubungan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang
lain dalam satu rangkaian logika yang sistematis.
g) Mempertimbangkan teknis penyusunan angket dengan cara
pengolahannya, diolah dengan manual atau komputer.
2) Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan serta untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa.Tes tersebut berupa soal-soal yang
berbetuk uraian.Soal tersebut mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan
sesuai dengan silabus.Sebelum digunakan, soal tersebut dilakukan uji
validitas soal.Uji validitas yang digunakan validitas isi dan validatornya
adalah dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo dan guru SMP N
7Kebumen.Tes ini dilakukan setiap akhir siklus.
47
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
berbantuan media puzzle pada pembelajaran matematika dikatakan berhasil
jika:
1. Meningkatnyakemampuan berpikir kritis siswa kelas VII-ASMP Negeri 7
Kebumen dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
yang ditinjau dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil angket
kemampuan berpikir kritis, minimal termasuk dalam kategori baik.
2. Meningkatnyakemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-ASMP Negeri
7 Kebumen dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalahyang ditinjau dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil
angket kemampuan berpikir kreatif, minimal termasuk dalam kategori
baik.
48
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai tanggal 18 April
2016 sampai dengan 30 April 2016. Penelitian ini terdiri dari dua siklus,
dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Proses pembelajaran di
SMP Negeri 7 Kebumen dimulai pada pukul 07.00 WIB. Jadwal pelaksanaan
pembelajaran matematika selama proses penelitian di kelas VII A sebagai
berikut:
Tabel 5.
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Selama Penelitian
Siklus Pertemuan
ke-
Hari/Tanggal Waktu Materi
I 1 Selasa/19
April 2016
08.30-
10.15
Sifat-sifat persegi,
persegi panjang, dan
jajargenjang berdasarkan
sisi, sudut dan diagonal
2 Jum’at/22
April 2016
07.45-
08.30
Keliling persegi, persegi
panjang, dan jajargenjang
3 Sabtu/23
April
07.00-
08.30
Tes akhir siklus I
II 1 Selasa/26
April 2016
08.30-
10.15
Luas persegi, persegi
panjang, dan jajargenjang
2 Jum’at/28
April 2016
07.45-
08.30
Penerapan keliling dan
luas persegi, persegi
panjang, dan jajargenjang
dalam pemecahan
masalah
3 Sabtu/30
April 2016
07.00-
08.30
Tes akhir siklus II
49
1. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Sebelum Siklus 1
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan
kegiatan pra siklus I yaitu meliputi observasi, meninjau nilai hasil Ujian
Akhir Semester 1, dan wawancara dengan guru. Kegiatan pra siklus I yang
dilakukan antara lain:
Tabel 6.
Kegiatan Pra Penelitian Tindakan Kelas
No Waktu Kegiatan
1. November 2015 Observasi proses pembelajaran
matematika kelas VII A SMP Negeri 7
Kebumen
2. November 2015 Wawancara dengan guru mengenai
kegiatan pembelajaran seperti metode
pembelajaran yang digunakan,
kelemahan-kelemahan siswa atau
kekurangan-kekurangan siswa dalam
pembelajaran
3. November 2015 Menyampaikan kepada guru tentang
aspek yang akan menjadi variabel
penelitian
4. Desember 2015 Membuat kesepakatan dengan guru
mengenai waktu penelitian yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan observasi peneliti mengamati proses pembelajaran
matematika di kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen. Jumlah siswa kelas VII
A SMP Negeri 7 Kebumen adalah 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa putra
dan 14 siswa putri. Guru pengampu pelajaran matematika di kelas VII A
bernama Rosidah, S. Pd. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 7
Kebumen ada 4 jam pelajaran tiap minggunya. Untuk satu jam pelajaran
memiliki waktu 45 menit.
50
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, peneliti
menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam proses
pembelajaran, antara lain pembelajaran di kelas cenderung pasif, karena tidak
adanya pertanyaan yang muncul dari siswa, siswa kesulitan menyelesaikan
suatu soal matematika yang bersifat tidak rutin atau suatu soal yang berbeda
dengan contoh soal yang disampaikan guru seperti soal penerapan dalam
kehidupan sehari-hari, siswa cenderung tidak mau berpikir sendiri untuk
menemukan suatu jawaban ketika mereka diberikan suatu soal, siswa lebih
menyukai untuk menulis atau menyalin jawaban yang sudah ada, hal ini yang
menyebabkan siswa selalu terpacu dengan satu cara penyelasaian saja tanpa
berfikir untuk mengerjakannya dengan cara yang berbeda.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti
mengambil kesimpulan mengenai kekurangan dalam pembelajaran tersebut,
yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Kemudian
peneliti berusaha untuk mencari suatu cara untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatifsiswa, khususnya dalam proses pembelajaran di
kelas. Akhirnya peneliti menemukan suatu model pembeljaran yang dirasa
mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
siswa yaitu dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Selain
dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, peneliti juga
menambahkan suatu alat atau perangkat yang dirasa mampu merangsang
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas VII A yaitu
dengan berbantuan media puzzle.
51
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada kegiatan perencanaan ini, peneliti merencanakan dan
mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian, antara lain merencanakan
dan mempersiapkan:
1) Menentukan materi yang akan diajarkan kepada siswa yaitu
mengidentifikasi sifat-sifat segi empat, keliling segi empat, luas segi
empat, dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling
dan luas segi empat.
2) Menyusun dan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
berbantuan media puzzle pada pokok bahasan segi empat khususnya
bangun persegi, persegi panjang dan jajargenjang.
3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan selama tahap
tindakan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah (PBM) berbantuan media puzzle.
4) Mempersiapkanpuzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran.
5) Mempersiapkan Lembar materi yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
6) Mempersiapkan Lembar Diskusi Siswa yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
52
7) Menyusun dan mempersiapkan lembar angket untuk mengetahui tingkat
berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa setelah proses pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media
puzzle.
8) Menyusun soal tes berpikir kritis dan kreatif yang akan diberikan pada
akhir siklus I.
9) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer, dimana
observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas.
b. Tahap Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disepakati dengan
menggunakan Lembar Diskusi yang telah dibuat sedemikian hingga agar
mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.
Selama proses pembelajaran, peneliti didampingi oleh guru matematika yang
bersangkutan untuk mengawasi jalannya proses pembelajaran, selain itu
peneliti juga dibantu oleh rekan peneliti dalam mengevaluasi proses
pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
apakah sudah sesuai dengan langkah pembelajaran PBM atau belum. Pada
siklus I pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dilaksanakan
dalam 2 kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk evaluasi pembelajaran
atau tes siklus I. Adapun rincian kegiatan pembelajaran pada siklus I antara
lain:
53
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2016 pukul
09.00 sampai dengan pukul 10.15. Pada saat pertama kali peneliti, rekan
peneliti, dan guru masuk untuk melakukan penelitian, guru yang
bersangkutan yang terlebih dahulu mengucapkan salam dan kemudian
memperkenalkan peneliti dan rekan peneliti kepada siswa-siswi kelas VII A
SMP Negeri 7 Kebumen. Pada kesempatan perkenalan tersebut, guru
matematika yang bersangkutan memberikan pesan kepada siswa-siswi kelas
VII A untuk belajar bersungguh-sungguh tanpa membedakan guru dengan
peneliti, selain itu guru juga menyampaikan maksud dan tujuan peneliti
mengajar atau melakukan penelitian di kelas tersebut yaitu untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.
Setelah guru memperkenalkan dan menyampaikan maksud dan tujuan
peneliti, selanjutnya peneliti memulai proses pembelajaran.
a) Kegiatan Pendahuluan
Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai, peneliti terlebih
dahulu memperkenalkan diri dan kemudian mengabsen siswa sambil
menghafal nama-nama siswa. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada hari itu dan bagaimana mempelajarinya yaitu
proses pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle. Siswa
banyak yang mengajukan pertanyaan mengenai model pembelajaran tersebut
dan puzzle yang akan digunakan, dan peneliti kemudian
54
menjelaskannya.Selain itu, peneliti juga menyampaikan mengenai tujuan
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.
b) Kegiatan Inti
Peneliti membagi siswa ke dalam 8 kelompok yang heterogen, dengan
masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.Pada saat kegiatan membentuk
kelompok, suasana kelas cukup kondusif, semua siswa mencari kelompoknya
tidak dengan suara yang gaduh sehingga cukup tenang. Setelah siswa
berkelompok dengan kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar
materi, lembar diskusi dan puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa
bersama kelompoknya mulai berdiskusi setelah mendengarkan pengarahan
dari peneliti. Pada saat siswa berdiskusi, peneliti ikut mendampingi dan
mengawasi jalannya kegiatan diskusi. Peneliti memberikan waktu 5 menit
kepada setiap kelompok untuk menyusun puzzle sesuai perintah yang terdapat
pada lembar diskusi. Selang waktu 5 menit, peneliti mendatangi masing-
masing kelompok untuk memeriksa hasil puzzle yang mereka susun. Dan
hasilnya sangat mengejutkan karena terdapat banyak siswa yang mampu
mengeksplorasi kemampuan mereka untuk menyusun puzzle. Walaupun
puzzle yang mereka susun kurang tepat, tetapi mereka mampu berpikir kreatif
untuk menyusun puzzle tersebut. Karena kurang tepat dalam menyusun
puzzle,peneliti kemudian menjelaskan kembali dengan sedikit memberikan
arahan agar mereka mampu berpikir kritis, siswapun mulai menyusun
kembali puzzle tersebut dan akhirnya semua siswa dapat menyusun puzzle
dengan benar dan tepat.
55
Gambar 3.
Siswa Menyusun Puzzle
Pada saat berdiskusi bersama kelompoknya, sebagian besar siswa
dapat bekerja sama dengan baik bersama anggota kelompok lain. Hal ini
dapat dilihat ketika peneliti menghampiri setiap kelompok diskusi, semua
anggota kelompok terlihat antusias dan mencoba untuk bertanya serta
menjawab pertanyaan dari peneliti, selain itu siswa juga memperhatikan
dengan baik penjelasan yang disampaikan peneliti. Ketika siswa selesai
menyusun puzzle, tiba-tiba bel istirahat berbunyi, dan semua siswa keluar
kelas untuk beristirahat.
Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa memasuki kelas dan tidak
sedikit siswa yang datang terlambat masuk kelas, sehingga waktu
pembelajaran sedikit terulur. Ketika semua siswa sudah masuk kelas, kegiatan
diskusi langsung dilanjutkan. Dalam menyelesaikan Lembar Diskusi yang
diberikan, masih terdapat siswa yang bertanya maksud dari lembar materi
yang diberikan dengan Lembar Diskusi, penelitipun menjelaskan maksud dari
56
Lembar diskusi dan Lembar Materi. Setelah peneliti menjelaskan, kelompok
tersebut merasa sudah paham dan mencoba memperlihatkan hasil pekerjaan
siswa kepada peneliti untuk membantu memeriksa hasil diskusi yang
dikerjakan.
c) Kegiatan Penutup
Pada saat siswa menyelesaikan Lembar Diskusi, bel pergantian jam
berbunyi yang menandakan bahwa pembelajaran matematika sudah berakhir.
Karena pada pertemuan pertama dirasa kurang waktunya, sehingga siswa
belum sempat untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing
kelompok. Peneliti meminta untuk menyelesaikan Lembar Diskusi di rumah
bersama kelompoknya, dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Kemudian peneliti menutup kegiatan pembelajaran tersebut dengan
memberikan salam.
Pada pertemuan I ini, kegiatan siswa dalam menyusun puzzle dan
menyelesaikan Lembar Diskusi berjalan cukup lancar, hanya saja pembagian
waktu pembelajaran tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga menyebabkan
kegiatan presentasi di depan kelas tidak terlaksana.Dalam kegiatan diskusi,
semua anggota kelompok terlihat antusias dan mau untuk berpartisipasi dan
berdiskusi secara aktif. Walaupun masih banyak kelompok yang bertanya
kepada peneliti mengenai perintah yang terdapat pada Lembar Diskusi. Selain
itu, terdapat satu siswa yang terlihat sangat antusias yaitu siswa yang bernama
Dede Restu Aji, siswa ini tergolong siswa yang sangat aktif di dalam kelas.
Selama peneliti mengamati Dede pada pertemuan pertama ini, setiap kali
57
peneliti mendatangi kelompok Dede, Dede selalu ingin yang menjelaskan
kepada peneliti. Tidak hanya asal menjelaskan, tetapi Dede dapat
menjelaskan dan mendengarkan setiap arahan dari peneliti dengan baik. Dede
juga selalu tenang dan tertib duduk dikelompok Dede, tanpa berjalan-jalan.
Namun, berbeda dengan siswa yang bernama Galih, Galih adalah siswa
kebalikan dari Dede. Galih adalah siswa yang sering berjalan-jalan sendiri
mengganggu teman yang lain. Walaupun seperti itu, ketika peneliti datang
menghampiri kelompok Galih, Galih juga turut menjelaskan hasil diskusi
kelompok Galih. Tetapi, kelompok galih kurang tepat dalam menyusun
puzzle, dan akhirnya peneliti memberikan arahan yang tepat untuk menyusun
puzzle. Peneliti menjaga agar Galih tidak jalan-jalan, yaitu dengan cara
meminta Galih untuk menyusun puzzle sendiri sesuai arahan dari peneliti.
Akhirnya Galih dapat menyusun puzzle dengan benar dan baik.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2016 pukul
07.45-08.30. Peneliti dan rekan peneliti memasuki kelas. Peneliti membuka
pelajaran dengan memberi salam dan siswa menjawab salam tersebut. Guru
menanyakan kepada seluruh siswa kelas VII A apakah ada siswa yang tidak
hadir, dan siswapun menjawab bahwa seluruh siswa kelas VII A hadir semua.
Pada pertemuan kedua ini, siswa-siswa terlihat lebih bersemangat dan
antusias, hal ini ditunjukkan dengan respon siswa ketika peneliti akan
memulai proses pembelajaran yaitu beberapa siswa mengingatkan bahwa
diskusi pada pertemuan sebelumnya belum selesai dan para siswa dengan
58
sendirinya mengumpulkan hasil diskusi kepada peneliti. Peneliti dan semua
siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi pada pertemuan
sebelumnya. Setelah peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi
diskusi pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan pertanyaan kepada
siswa yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa.
a) Kegiatan Pendahuluan
Sebelum peneliti memulai materi baru, peneliti menanyakan kembali
mengenai materi pada pertemuan sebelumnya, apakah semua siswa sudah
paham atau belum.
b) Kegiatan Inti
Peneliti meminta semua siswa untuk membentuk kelompok lagi, dan
pada pertemuan ini siswa meminta untuk membentuk kelompok sendiri, dan
peneliti menyetujuinya. Setelah semua siswa duduk dengan kelompoknya
masing-masing, peneliti membagikan puzzle dan Lembar Diskusi untuk
dikerjakan kembali bersama anggota kelompoknya. Pada saat siswa
berdiskusi, guru datang untuk mendampingi peneliti, dan memberikan sedikit
pengalaman mengenai mengajar. Tidak lama kemudian, gurupun pergi
meninggalkan kelas.
Peneliti mulai mengawasi dan mendampingi jalannya kegiatan
diskusi. Pada saat peneliti berputar mengelilingi siswa, terdapat kelompok
yang bertanya mengenai prosedur mengerjakan Lembar Diskusi yang
59
dibagikan peneliti. Peneliti kemudian menjelaskan cara mengisi Lembar
Diskusi tersebut.
Setelah semua selesai mengerjakan Lembar Diskusi, peneliti meminta
beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusi ialah kelompok 3, kelompok 3 dalam
mempresentasikannya masih berpacu dengan hasil lembar diskusi, kelompok
tersebut belum dapat mengungkapkan hasil diskusi mereka secara langsung
dan menjelaskannya melalui menggambar di papan tulis. Ketika kelompok 3
mempresentasikan mengenai keliling persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang, ada sebuah kelompok yang memberikan pendapat lain mengenai
cara menentukan keliling sebuah bangun segi empat, pada kesempatan
presentasi inilah kemampuan berpikir kritis siswa sedikit terlihat, hal ini dapat
dilihat dari adanya siswa yang sudah mulai bertanya dan menyanggah.Peneliti
dalam kegiatan presentasi berperan sebagai pengawas dan pengontrol
jalannya presentasi tersebut. Meskipun siswa yang mempresentasikan hasil
diskusinya terlihat masih malu-malu namun presentasi tersebut daapat
dikatakan sudah cukup baik.
60
Gambar 4.
Siswa Mempresentasikan Materi Keliling
c) Kegiatan Penutup
Setelah salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi, peneliti bersama semua siswa menyimpulkan
hasil diskusi. Ketika menyimpulkan hasil diskusi, peneliti tidak serta merta
langsung menyimpulkan, namun peneliti hanya memandu menyimpulkan
seperti memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa turut serta untuk
berfikir dan menyimpulkan. Peneliti kemudian membenarkan dan
memberikan penjelasan ketika siswa ada yang kurang benar dalam
menyimpulkan. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai materi yang belum paham. Terdapat satu siswa
yang bertanya mengenai cara menghitung keliling dengan tepat, lalu peneliti
menjelaskannya dengan bantuan gambar dipapan tulis.
Sebelum peneliti menutup kegiatan pembelajaran, peneliti
menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi
mengenai pengertian, sifat, dan keliling persegi, persegi panjang, dan
61
jajargenjang. Peneliti meminta semua siswa untuk belajar sebelum evaluasi.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan peneliti memberikan salam dan siswa
menjawab salam tersebut.
Pada pertemuan kedua ini, sudah terdapat peningkatan yaitu adanya
siswa yang bertanya dan menyanggah dalam kegiatan presentasi. Siswa yang
mau menyanggah dan bertanya ketika kelompok 3 presentasi yaitu Dede.
3) Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016.
Guru dan peneliti masuk ke dalam ruang kelas VII A, peneliti kemudian
memberikan salam dan menyampaikan bahwa hari ini akan ada evaluasi.
Peneliti juga menanyakan kepada semua siswa apakah sudah siap untuk
evaluasi atau ujian, semua siswa menjawab siap namun dengan sedikit
keraguan. Pada hari evaluasi atau tes siklus I, semua siswa kelas VII A hadir,
sehingga dapat mengikuti kegatan evaluasi.
Kegiatan evaluasi dimulai dengan membagikan lembar soal dan
lembar jawaban. Peneliti meminta kepada semua siswa agar mengerjakan
sendiri tanpa contek mencontek. Pada saat kegiatan evaluasi berlangsung,
peneliti berjalan mengelilingi bangku semua siswa untuk memastikan tidak
ada yang mencontek. Ketika waktu berakhir, peneliti meminta
mengumpulkan jawaban mereka tetapi banyak siswa yang mengatakan belum
selesai mengerjakannya, karena ada soal yang dianggap sulit. Setelah selesai
mengumpulkan, peneliti membagikan angket berpikir kritis dan angket
berpikir kreatif matematis, karena waktu yang tersisa dirasa kurang peneliti
62
meminta untuk mengisi angket tersebut di rumah dan dikumpulkan pada
pertemuan selanjutnya, serta peneliti berpesan agar mengisi angket tersebut
sendiri dan mengisinya sesuai dengan yang ada pada diri sendiri.
Gambar 5.
Kegiatan Tes Siklus
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan kepada semua siswa kelas VII A SMP Negeri 7
Kebumen selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran yang telah
dilakukan.Berikut ini adalah hasil lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, angket berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis, serta tes
berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis siklus I.
1. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I
diperoleh data sebagai berikut:
63
a) Pertemuan pertama, siswa belum mampu menyusun puzzle dengan tepat.
Siswa belum memahami fungsi puzzle terhadap Lembar Diskusi. Masih
terdapat siswa yang tidak turut aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.
b) Pertemuan Kedua, semua siswa sudah mampu menyusun puzzle dengan
tepat. Sebagian siswa sudah mulai memahami fungsi puzzle terhadap
Lembar Diskusi siswa. Siswa belum mampu memberikan pemecahan
masalah yang berbeda.
2. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle
diketahui persentase angket berpikir kritis siswa adalah 71,78 % termasuk
dalam kategori cukup, hal ini menunjukkan bahwa persentase berpikir kritis
siswa belum mencapai indikator. Adapun hasil angket berpikir kritis siswa
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7.
Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I
No Pernyataan Persentase
1.
Ketika guru memberikan soal
matemataika, saya mampu
membayangkan dan menuliskan
yang diketahui dari soal
69,37
2.
Ketika guru memberikan soal
matemataika, saya mampu
menuliskan yang ditanyakan dari
soal
69,37
3.
Jika guru membacakan sebuah soal
matematika, saya tidak mampu
memahami inti dari soal tersebut
61,25
4.
Jika guru memberikan sebuah
permasalahan matematika, saya
mampu mengemukakan pendapat
59,37
64
saya dengan logis mengenai
permasalahan tersebut
5.
Jika diberikan suatu masalah
matematika, saya tidak mempunyai
gambaran atau ide mengenai masalah
tersebut
60,00
6.
Ketika diberikan suatu soal atau
penjelasan matematika, saya
berusaha mengetahui informasi soal
tersebut dengan baik
73,75
7.
Saya mampu mengubah pernyataan
matematika dalam bentuk simbol
matematis
60,00
8.
Saya mampu menjawab pertanyaan
dari guru dengan jawaban yang logis,
relevan dan akurat
61,25
9.
Saya mampu menyanggah atau
menolak pendapat yang diberikan
siswa lain
58,12
10.
Saya tidak mampu memberikan
penjelasan sederhana dari suatu
pernyataan matematika
71,87
11. Saya dapat memilah pendapat yang
dikemukakan siswa lain 63,75
12.
Saya dapat menyelesaikan soal
sesuai dengan pendapat yang saya
buat
65,62
13.
Saya tidak mampu
mempertimbangkan pendapat dari
siswa lain mengenai soal matematika
yang diberikan guru
69,37
14.
Saya tidak mampu menentukan
penyelesaian dengan
mempertimbangkan konsep
matematika yang ada
68,75
15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan
sesuai fakta yang telah dikemukakan 63,12
16.
Jika ada penjelasan dari guru
matematika yang belum saya
pahami, saya langsung
menanyakannnya
60,62
Rerata 64,72
65
Dari hasil angket berpikir kritis siswa pada siklus I belum dapat
dikatakan baik, respon siswa terhadap pembelajaran dengan model
pembeljaran berbasis masalah belum mendapatkan respon yang cukup baik.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil angket berpikir kritis siswa yang masih
banyak memberikan respon ragu-ragu dan tidak setuju, meskipun terdapat
sebagian siswa yang memberikan respon setuju. Karena respon siswa yang
belum memenuhi indikator keberhasilan, maka diperlukan tindakan pada
siklus II agar indikator yang diharapkan terpenuhi.
3. Tes Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
siklus I diperoleh data rerata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 60,07%
dengan kategori cukup. Hasil ini belum memenuhi indikator keberhasilan,
yang mana indikator keberhasilan haruslah lebih dari 75%.
Persentase untuk tiap indikator berpikir kritis secara keseluruhan
belum memenuhi kategori baik, begitupun dengan rerata dari keseluruhan
nilai tes kemampuan berpikir kritis yang belum memenuhi kriteria atau
kategori baik, karena hasil rerata tes berpikir kritis pada siklus I masih
dibawah 75%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi hasil tes berpikir kritis
siswa.
Tabel 8.
Hasil Tes Berpikir Kritis siswa Siklus I
Indikator Persentase (%)
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus)
57,81
2. Menjelaskan istilah yang digunakan 59,15
66
(clarity)
3. Mampu memilih argumen logis,
relevan dan akurat (reasons)
64,24
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari suatu
pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan (inference)
59,06
Rerata 60,07
Adapun data berpikir kritis siswa yang diperoleh pada lembar jawab
tes adalah sebagai berikut:
a) Masih banyak siswa yang belum mampu menuliskan yang diketahui dan
yang ditanyakan dari setiap soal
b) Siswa belum mampu menjelaskan istilah-istilah yang muncul dalam soal
dan jawaban yang diberikan
c) Masih banyak siswa yang belum mampu memilih argumen yang logis
dalam menjawab soal
d) Siswa masih bingung dalam menentukan kesimpulan dari setiap jawaban
yang dipikirkan
4. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kreatif siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle
diketahui persentase angket berpikir kreatif siswa adalah 61,72 % dan masuk
dalam kategori cukup pada siklus I. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada
siklus I belum dapat dikatakan baik, hal ini menunjukkan bahwa persentase
berpikir kreatif siswa belum mencapai indikator dikarenakan masih
banyaknya siswa yang masih memberikan respon ragu-ragu dan tidak setuju
67
pada hasil angket berpikir kreatif, hal ini berdampak pada hasil rerata angket
berpikir kreatif siswa yang masih dibawah 75%.Karena hasil angket berpikir
kreatif siswa masih belum mencapai indikator maka perlu adanya perbaikan
pada siklus II. Adapun hasil data angket berpikir kreatif siswa dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 9.
Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I
No Pernyataan Presentase
1.
Saya mampu memberikan pendapat atau saran
terhadap suatu soal yang diberikan guru
matematika
58,75
2. Ketika guru memberikan soal matematika,
saya tidak berani mencoba mengerjakannya 73,75
3.
Ketika guru matematika memberikan soal,
saya merasa tertantang untuk menyelesaikan
soal tersebut dengan cara yang berbeda
60,62
4.
Jika guru matematika memberikan gambar ,
cerita atau masalah, maka saya dapat
memberikan penafsiran yang beragam
terhadap soal gambar, cerita atau masalah
tersebut
56,25
5.
Saya tidak mampu memikirkan cara yang
tidak lazim untuk menyelesaikan soal
matematika yang diberikan guru
71,25
6.
Saya merasa tidak mampu menemukan suatu
penyelesaian yang baru terhadap soal
matematika yang pernah saya kerjakan
60,00
7.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
mampu menuliskan ide atau gagasan saya ke
dalam bentuk tulisan atau simbol matematika
51,87
8.
Saya senang memikirkan dan mencoba cara-
cara baru yang saya anggap praktis untuk
mempelajari matematika
68,12
9.
Bila saya diberi soal matematika dari pokok
bahasan yang sudah saya pelajari maka saya
dapat langsung membayangkan langkah-
langkah penyelesaiannya
62,50
10.
Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya
mampu memberikan saran atau tanggapan
terhadap jawaban siswa lain
65,00
68
11.
Saya mampu mengkombinasikan berbagai ide
atau penyelesaian untuk menghasilkan
penyelesaian yang baru
53,75
12.
Walaupun saya sudah menjawab dengan benar
soal-soal latihan matematika, tetapi
penyelesaiannya panjang, maka saya mencari
cara menyelesaikan yang lebih praktis
61,25
13.
Jika diberi suatu masalah, saya dapat
memikirkan bermacam-macam cara yang
berbeda untuk memecahkan masalah tersebut
57,50
14.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
tidak mampu menemukan lebih dari satu ide
atau gagasan untuk menyelesaiakannya
61,87
15. Saya tidak mampu mencetuskan penyelesaian
dengan strategi yang berbeda 56,87
16.
Jika saya sudah mengetehui berbagai
penyelesaian matematika, saya mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu
penyelesaian atau gagasan
63,75
17. Saya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat
siswa lain terhadap suatu soal matematika 58,75
18. Saya mampu mengungkapkan gagasan atau
ide atau penyelesaian secara rinci 61,25
19. Saya mampu menyelesaikan tugas individual
tanpa bantuan siswa lain 63,12
20.
Siswa suka mempertimbangkan masukan dan
kritikan dari siswa lain untuk penyempurnaan
penyelesaian tugas
68,12
Rerata 61,72
5. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa
Hasil tes berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I diperoleh
rerata sebesar 65,55% dengan kategori cukup. Hasil ini belum memenuhi
indikator keberhasilan, yang mana indikator keberhasilan haruslah lebih
dari 75%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi hasil tes berpikir kreatif
siswa.
69
Tabel 10.
Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I
Indikator Persentase/Indikator (%)
1. Menghasilkan banyak
gagasan pemecahan masalah
(kelancaran)
67,96
2. Menyelesaikan dengan cara
yang berbeda (keluwesan)
77,5
3. Kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, jarang
diberikan kebanyakan orang
(keaslian)
61,16
4. Menguraikan secara runtut
langkah penyelesaian
masalah
55,55
Rerata 65,55
Adapun data berpikir kreatif yang diperoleh pada lembar jawab tes
adalah sebagai berikut:
a) Siswa belum dapat menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah.
b) Siswa belum dapat mencari dan menjawab dengan cara yang berbeda
yang sebelumnya dipelajari.
c) Siswa belum dapat menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
d) Sebagian besar siswa belum mampu menuliskan jawaban secara detail,
siswa hanya menuliskan jawaban masing-masing secara singkat.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus I selesai, hal
ini dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dan
kekurangan-kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Peneliti
70
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam belajar
matematika. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan
siklus I, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik, sehingga masih ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki untuk rencana pada siklus berikutnya. Dari siklus I dapat
didentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) sudah berjalan, tetapi kurang maksimal. Hal ini dikarenakan
alokasi waktu siswa dalam menyelesaikan Lembar Diskusi dan
menyusun puzzle masih kurang.
2. Masih terdapat siswa yang asyik dengan diri sendiri, sehingga siswa
kurang aktif dalam kegiatan berfikir.
3. Sebagian siswa masih terlihat malu-malu dalam mengungkapkan
pendapatnya.
4. Masih banyak siswa yang selalu terpaku dengan catatan-catatan yang
terdapat pada buku panduan dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
5. Dalam mengerjakan soal siswa belum dapat menggunakan cara-cara
yang berbeda.
71
Dari masalah yang timbul maka peneliti memiliki pemikiran untuk
masalah tersebut, hal ini berguna untuk perbaikan pada siklus II. Beberapa
perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghindari kekurangan waktu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dengan model Pembelajran Berbasis Masalah (PBM)
berbantuan media puzzle, peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk
mempelajari terlebih dahulu materi pada pertemuan selanjutnya.
Sehingga diharapkan diskusi kelompok akan berjalan efektif dan tidak
banyak waktu yang terbuang.
2. Sebelum peneliti memulai diskusi kelompok, peneliti terlebih dahulu
merangsang berpikir siswa kemudian peneliti meminta siswa untuk maju
ke depan kelas untuk mengerjakan soal. Hal ini diharapkan siswa akan
siap untuk memulai kegiatan berpikir pada kegiatan diskusi kelompok
dan tidak lagi asyik dengan diri sendiri.
3. Agar siswa tidak lagi malu mengungkapkan pendapatnya, pada saat
peneliti merangsang berpikir siswa, peneliti meminta beberapa siswa atau
menunjuk beberapa siswa untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai
materi yang sedang dijelaskan peneliti.
4. Agar siswa tidak lagi terpaku dengan catatan-catatan yang terdapat pada
buku panduan, peneliti meminta siswa untuk menutup buku panduan
yang dimiliki ketika kegiatan diskusi berlangsung.
5. Pada saat kegiatan diskusi untuk mengerjakan masalah pada lembar
diskusi, peneliti meminta dalam menyelesaikan atau menjawab masalah
72
pada lembar diskusi tidak hanya dengan satu cara, tetapi diminta untuk
mengerjakan dengan beberapa cara. Peneliti meminta perwakilan
beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas dan mengerjakannya di
papan tulis. Untuk tiap satu masalah pada lembar diskusi, peneliti
meminta satu atau dua kelompok maju untuk mengerjakannya dengan
cara yang berbeda apabila memungkinkan.
3. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
Pada siklus II terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Pada tiap-tiap tindakan dalam siklus II tidak
berbeda jauh dengan tahapan pada siklus II, seperti pada tahap perencanaan
siklus I, tahap perencanaan pada siklus II juga tidak berbeda jauh.
a. Tahap Perencanaan
Pada kegiatan perencanaan ini, peneliti merencanakan dan
mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian pada siklus II dilakukan,
antara lain merencanakan dan mempersiapkan. Perencanaan tindakan pada
siklus II dikembangkan berdasarkan refleksi siklus I. Penyusunan
perencanaan pembelajaran berpedoman pada masalah yang ada dan
pemecahan yang telah ditetapkan. Berikut perencanaan kegiatan yang
dilakukan pada siklus II.
1) Menyusun dan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
berbantuan media puzzle pada pokok bahasan segi empat khususnya
73
bangun persegi, persegi panjang dan jajargenjang yang disesuaikan
dengan hasil refleksi siklus I.
2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan selama tahap
tindakan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzleyang disusun setelah
dilakukannya refleksi.
3) Mempersiapkanpuzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran.
4) Mempersiapkan Lembar materi yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
5) Mempersiapkan Lembar Diskusi Siswa yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
6) Menyusun dan mempersiapkan lembar angket untuk mengetahui tingkat
berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa setelah proses pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media
puzzle.
7) Menyusun soal tes berpikir kritis dan kreatif yang akan diberikan pada
akhir siklus I.
8) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer, dimana
observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dengan hasil yang diperoleh pada siklus I, peneliti berusaha agar
pelaksanaan pada siklus II akan lebih baik dan benar-benar mampu
74
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis
siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen.
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disepakati dengan
menggunakan Lembar Diskusi yang telah dibuat sedemikian hingga agar
dapat mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
siswa. Selama proses pembelajaran, peneliti didampingi oleh guru
matematika yang bersangkutan untuk mengawasi jalannya proses
pembelajaran, selain itu peneliti juga dibantu oleh rekan peneliti dalam
mengevaluasi proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) apakah sudah sesuai dengan langkah pembelajaran
PBM atau belum. Pada siklus II pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 7
Kebumen dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan diskusi dan satu kali
pertemuan untuk evaluasi pembelajaran atau tes siklus II, sehingga semua
terdapat 3 kali pertemuan. Adapun rincian kegiatan pembelajaran pada siklus
II antara lain:
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2016
pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.15. Pada saat pertama kali peneliti,
rekan peneliti, dan guru masuk untuk melakukan penelitian, guru yang
bersangkutan yang terlebih dahulu mengucapkan salam.
(1) Kegiatan Pendahuluan
75
Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai, peneliti terlebih
dahulu menanyakan kabar siswa untuk melihat respon siswa apakah sedang
dalam keadaan yang baik dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
hari itu dan bagaimana mempelajarinya yaitu proses pembelajaran akan
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
(PBM) berbantuan media puzzle. Siswa banyak yang mengajukan pertanyaan
mengenai model pembelajaran tersebut dan puzzle yang akan digunakan, dan
peneliti kemudian menjelaskannya. Selain itu, peneliti juga menyampaikan
mengenai tujuan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
berbantuan media puzzle.
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan pada pembelajaran kali ini sedikit berbeda dengan proses
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, sebelum
peneliti meminta siswa untuk berdiskusi, peneliti akan memberikan sedikit
rangsangan untuk membangun kegiatan berpikir siswa sebelum berdiskusi.
Sebelumnya peneliti sedikit mengulas mengenai materi pada pertemuan
sebelumnya, kemudian peneliti menggambar sebuah bangun dipapan tulis dan
kemudian peneliti meminta salah satu siswa untuk menjawab, siswa itu
adalah Galih. Pada saat Galih menjawab nama bangun itu, peneliti
melanjutkannya dengan menambahkan gambar lain pada bangun yang
sebelumnya, lalu peneliti meminta Galih untuk mengutarakan atau
mengemukakan pendapatnya mengenai gambar yang telah peneliti gambar di
76
papan tulis. Awalnya galih sedikit ragu-ragu, namun peneliti membantunya
sedikit dengan memberikan contoh. Rangsangan yang diberikan peneliti tidak
hanya diberikan kepada Galih saja, tetapi juga kepada siswa lain. Setelah
Galih, kemudian peneliti meminta siswa yang sebelumnya juga kurang aktif
dalam kegiatan diskusi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai gambar
yang dibuat peneliti di papan tulis, siswa tersebut adalah Irfan. Awalnya Irfan
tidak mau menjawab dan tidak mau menemukakan pendapatnya, namun
peneliti terus meminta untuk sedikit menjawab dengan cara menuntunnya
sedikit.
Gambar 6.
Peneliti Ketika Memberikan Rangsangan Berpikir
Kegiatan dilanjutkan dengan membentuk kelompok, peneliti membagi
siswa ke dalam 8 kelompok yang heterogen, dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada saat kegiatan membentuk kelompok,
suasana kelas cukup kondusif, semua siswa mencari kelompoknya tidak
dengan suara yang gaduh sehingga cukup tenang. Setelah siswa berkelompok
dengan kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar diskusi dan
77
puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa bersama kelompoknya mulai
berdiskusi setelah mendengarkan pengarahan dari peneliti. Pada saat siswa
berdiskusi, peneliti ikut mendampingi dan mengawasi jalannya kegiatan
diskusi. Peneliti memberikan waktu 5 menit kepada setiap kelompok untuk
menyusun puzzle sesuai perintah yang terdapat pada lembar diskusi. Selang
waktu 5 menit, peneliti meminta perwakilan dari dua kelompok untuk maju
kedepan dan menuliskan rumus luas dari masing-masing bangun. Setelah
perwakilan siswa menulis luas bangun, peneliti memberikan pertanyaan
kepada masing-masing siswa yang maju ke depan kelas. Peneliti bertanya
mengenai jawaban mereka, dan ternyata siswa mampu menjawab pertanyaan
peneliti dengan benar.
Gambar 7.
Siswa Mengerjakan Hasil Diskusi
Kegiatan diskusi pada siklus II berjalan lebih baik dari pada siklus I,
sebagian besar siswa dapat bekerja sama dengan baik bersama anggota
kelompok lain. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti meminta perwakilan
kelompok untuk maju ke depan kelas setelah mereka diberi waktu
78
beberapamenit dan semua kelompok sudah siap dengan jawaban mereka
masing-masing. Semua anggota kelompok terlihat antusias dan mencoba
untuk maju ke depan kelas menjawab pertanyaan yang ada di Lembar
Diskusi. Selain itu siswa juga memperhatikan dengan baik penjelasan yang
disampaikan peneliti dan siswa yang maju ke depan kelas. Ketika siswa
selesai menjawab pertanyaan mengenai luas tiba-tiba bel istirahat
berbunyi,namun peneliti meminta untuk tidak istirahat terlebih dahulu dan
melanjutkan kegiatan diskusi dan semua kelompok mendapat giliran untuk
maju ke depan kelas menulis jawaban diskusi mereka.
(3) Penutup
Setelah semua pertanyaan pada lembar diskusi terjawab semua,
kemudian peneliti meminta semua siswa untuk duduk kembali ke bangku
masing-masing. Peneliti bersama semua siswa menyimpulkan mengenai
materi pada pertemuan hari ini. Kemudian, peneliti memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk bertanya apabila ada yang belum paham dan
apabila memiliki sebuah pertanyaan.Ternyata tidak ada siswa yang bertannya,
sehingga peneliti menutup kegiatan pembelajaran tersebut dengan
memberikan salam.
Pada pertemuan I ini, kegiatan siswa dalam menyelesaikan Lembar
Diskusi berjalan cukup lancar, hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dan
keaktifan semua siswa yang besar untuk maju kedepan kelas dan mencoba
untuk menjawab permasalahan yang tercantum pada lembar diskusi. Selain
itu, sudah tidak ada siswa yang banyak beranya untuk menjawab lembar
79
diskusi. Siswa yang sebelumnya pada pertemuan siklus I terlihat kurang
antusias, pada pertemuan ini sudah mau terlibat dalam kegiatan proses
pembelajaran dan mau turut serta untuk berpikir. Galih yang pada siklus I
kurang bersemangat untuk turut serta berpikir, pada pertemuan ini sudah
banyak bertanya dan sudah mau berpendapat. Begitu juga dengan siswa lain
yang pada siklus I masih terlihat malu untuk maju ke depan kelas
mempresentasikan diskusi mereka, pada pertemuan ini tanpa ditunjuk mereka
sudah antusias untuk maju mempresentasikan sendiri.
2) Pertemuan II
Pertemuan keduadilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2016 pukul
07.45-08.30. Peneliti dan rekan peneliti memasuki kelas. Peneliti membuka
pelajaran dengan memberi salam dan siswa menjawab salam tersebut. Guru
menanyakan kepada seluruh siswa kelas VII A apakah ada siswa yang tidak
hadir, dan siswapun menjawab bahwa seluruh siswa kelas VII A hadir semua.
Pada pertemuan kedua ini, siswa-siswa terlihat lebih bersemangat dan
antusias. Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
hari itu, yaitu mengenai penerapan keliling dan luas persegi, persegi panjang
dan jajargenjang.
(1) Awal Pembelajaran
Sebelum peneliti memulai materi baru, peneliti menanyakan kembali
mengenai materi pada pertemuan sebelumnya, apakah semua siswa sudah
paham atau belum. Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa yang
80
berhubungan dengan materi yang telah dibahas untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa.
(2) Kegiatan Inti
Peneliti meminta semua siswa untuk membentuk kelompok lagi, dan
pada pertemuan peneliti meminta dalam membentuk kelompok sebaiknya
dengan bangku depannya atau bangku belakangnya, dan siswa
menyetujuinya. Setelah semua siswa duduk dengan kelompoknya masing-
masing, peneliti membagikan Lembar Diskusi untuk dikerjakan kembali
bersama anggota kelompoknya.
Peneliti meminta masing-masing kelompok untuk membaca soal
nomer 1 pada lembar diskusi, kemudian peneliti memberikan waktu 5 menit
untuk berdiskusi penyelesaian dari soal nomor satu tanpa menuliskannya
terlebih dahulu di buku atau lembar diskusi. Kemudian selang waktu 5 menit.
Peneliti meminta salah satu siswa perwakilan dari kelompok untuk maju ke
depan kelas dan mengerjakan jawaban nomor satu di papan tulis. Pada waktu
peneliti meminta untuk mengerjakannya didepan kelas, banyak siswa yang
ingin mengerjakannya hingga akhirnya yang maju adalah Tsabit. Setelah
selesai menuliskan jawaban, peneliti meminta untuk semua kelompok
mengoreksi hasil jawaban Tsabit. Dan ternyata, semua kelompok setuju
dengan jawaban Tsabit dan peneliti juga menyetujuinya. Begitupun
selanjutnya dengan soal nomor dua sampai dengan lima yang tercantum pada
lembar diskusi. Hampir semua perwakilan kelompok maju kedepan kelas
untuk menuliskan jawaban soal yang mereka kerjakan. Namun, siswa yang
81
mengerjakan jawaban soal nomor tiga di pepen tulis masih salah, begitu juga
dengan kelompok lain. Kemudian peneliti memberikan arahan dalam
mengerjakannya, lalu peneliti meminta siswa lain untuk mengerjakannya
sesuai arahan yang diberikan peneliti. Hingga akhirnya semua kelompok
dapat menjawab soal nomor tiga dengan benar.
(3) Penutup
Setelah semua soal pada lembar diskusi selesai dikerjakan, peneliti
menanyakan kepada semua siswa apakah ada yang belum paham dan
memberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada yang ingin ditanyakan.
Terdapat satu siswa yang menyakan kembali mengenai menghitung keliling
dan luas jika bangunnya tidak beraturan. Kemudian peneliti menjelaskannya
dengan lebih rinci.
Sebelum peneliti menutup kegiatan pembelajaran, peneliti
menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi
mengenai luas dan keliling persegi, persegi panjang, dan jajargenjang, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Peneliti meminta semua siswa
untuk belajar sebelum evaluasi. Setelah tidak ada yang ditanyakan, peneliti
mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Karena sebelumnya
bel pergantian pembelajaran sudah berbunyi. Semua siswa menjawab salam
dan mengucapkan terima kasih kepada peneliti.
Pada pertemuan kedua ini, sudah meningkat yaitu adanya banyaknya
antusiasme siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan antusias siswa yang
bertanya dan menyanggah dalam kegiatan presentasi. Pada pertemuan ini,
82
siswa yang mau menyanggah dan berpendapat tidak hanya satu atau dua
siswa, tetapi hampir semua siswa. Ketika siswa lain menjawab sebuah
pertanyaan namun dianggap salah, akan ada banyak siswa lain yang mau
menyanggah dan berpendapat. Pada pertemuan ini, siswa yang duduk
dibelakang juga sudah terlihat adanya peningkatan untuk berpartisipasi dalam
mengerjakan didepan kelas dan mau berpartisipasi mengemukakan
pendapatnya, seperti Adam, Risma, Putri dan juga Tsabit. Selain itu, Dede
yang dari awal selalu antusias dengan pembelajaran ini, pada setiap
pertemuan juga selalu mengemukakan pendapatnya dan mau untuk
mengerjakan di depan kelas. Sementara siswa yang bernama Galih, ketika
berdiskusi sudah tidak lagi asyik dengan diri sendiri, Galih sudah terlihat
antusias untuk berdiskusi dengan kelompok Galih dan sudah turut mau
mengemukakan pendapat.
3) Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 April 2016.
Guru dan peneliti masuk ke dalam ruang kelas VII A, peneliti kemudian
memberikan salam dan menyampaikan bahwa hari ini akan ada evaluasi.
Peneliti juga menanyakan kepada semua siswa apakah sudah siap untuk
evaluasi atau ujian, semua siswa menjawab siap dan mantap tanpa keraguan.
Pada hari evaluasi atau tes siklus I, semua siswa kelas VII A hadir, sehingga
dapat mengikuti kegatan evaluasi.
Kegiatan evaluasi dimulai dengan membagikan lembar soal dan
lembar jawaban, dengan cara peneliti memberikan kepada beberapa siswa
83
untuk membagikannya kepada semua siswa. Peneliti meminta kepada semua
siswa agar mengerjakan sendiri tanpa ada kegiatan contek mencontek. Setelah
selesai mengumpulkan, peneliti membagikan angket berpikir kritis dan angket
berpikir kreatif matematis, seperti pada evaluasi sebelumnya peneliti berpesan
agar mengisi angket tersebut sendiri dan mengisinya sesuai dengan yang ada
pada diri sendiri. Selain itu, peneliti juga meminta untuk menyelesaikannya
pada hari itu juga. Setelah bel jam istirahat berbunyi, baru sebagian siswa
yang mengumpulkan angket, kemudian peneliti meminta untuk
mengumpulkannya setelah jam istirahat berakhir.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan kepada semua siswa kelas VII A SMP Negeri 7
Kebumen selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Berikut ini adalah hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,
angket berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis, serta tes berpikir kritis
dan berpikir kreatif matematis siklus I.
1. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I
diperoleh data sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama, siswa belum mampu menyusun puzzle dengan tepat.
Siswa belum memahami fungsi puzzle terhadap Lembar Diskusi. Masih
terdapat siswa yang tidak turut aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.
84
b) Pertemuan Kedua, semua siswa sudah mampu menyusun puzzle dengan
tepat. Sebagian siswa sudah mulai memahami fungsi puzzle terhadap
Lembar Diskusi siswa. Siswa belum mampu memberikan pemecahan
masalah yang berbeda.
2. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle
diketahui persentase angket berpikir kritis siswa adalah 77,72% dan masuk
dalam kategori baik. Adapun hasil rekapitulasi data angket berpikir kritis
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11.
Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus II
No Pernyataan Persentase
1.
Ketika guru memberikan soal
matemataika, saya mampu
membayangkan dan menuliskan
yang diketahui dari soal
86,87
2.
Ketika guru memberikan soal
matemataika, saya mampu
menuliskan yang ditanyakan dari
soal
77,50
3.
Jika guru membacakan sebuah soal
matematika, saya tidak mampu
memahami inti dari soal tersebut
73,12
4.
Jika guru memberikan sebuah
permasalahan matematika, saya
mampu mengemukakan pendapat
saya dengan logis mengenai
permasalahan tersebut
74,37
5.
Jika diberikan suatu masalah
matematika, saya tidak mempunyai
gambaran atau ide mengenai masalah
tersebut
72,50
6. Ketika diberikan suatu soal atau
penjelasan matematika, saya 80,62
85
berusaha mengetahui informasi soal
tersebut dengan baik
7.
Saya mampu mengubah pernyataan
matematika dalam bentuk simbol
matematis
75,00
8.
Saya mampu menjawab pertanyaan
dari guru dengan jawaban yang logis,
relevan dan akurat
74,37
9.
Saya mampu menyanggah atau
menolak pendapat yang diberikan
siswa lain
73,75
10.
Saya tidak mampu memberikan
penjelasan sederhana dari suatu
pernyataan matematika
84,37
11. Saya dapat memilah pendapat yang
dikemukakan siswa lain 76,87
12.
Saya dapat menyelesaikan soal
sesuai dengan pendapat yang saya
buat
72,50
13.
Saya tidak mampu
mempertimbangkan pendapat dari
siswa lain mengenai soal matematika
yang diberikan guru
76,87
14.
Saya tidak mampu menentukan
penyelesaian dengan
mempertimbangkan konsep
matematika yang ada
74,37
15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan
sesuai fakta yang telah dikemukakan 75,00
16.
Jika ada penjelasan dari guru
matematika yang belum saya
pahami, saya langsung
menanyakannnya
80,00
Rerata 76,75
Dari tabel angket berpikir kritis siswa diatas diperoleh bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II sudah dapat dikatakan baik
dibandingkan hasil angket berpikir kritis pada siklus I, hasil angket berpikir
kritis pada siklus II lebih baik, dikarenakan respon siswa terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
86
media puzzle juga lebih baik dibandingkan pada siklus sebelumnya. Sebagian
siswa sudah banyak yang memberikan respon setuju.
3. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kreatif siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle
diketahui persentase angket berpikir kreatif siswa adalah 76,79% dan masuk
dalam kategori baik pada siklus II. Adapun hasil data angket berpikir kreatif
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12.
Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II
No Pernyataan Presentase
1.
Saya mampu memberikan pendapat atau saran
terhadap suatu soal yang diberikan guru
matematika
77,50
2. Ketika guru memberikan soal matematika,
saya tidak berani mencoba mengerjakannya 86,25
3.
Ketika guru matematika memberikan soal,
saya merasa tertantang untuk menyelesaikan
soal tersebut dengan cara yang berbeda
76,87
4.
Jika guru matematika memberikan gambar ,
cerita atau masalah, maka saya dapat
memberikan penafsiran yang beragam
terhadap soal gambar, cerita atau masalah
tersebut
77,50
5.
Saya tidak mampu memikirkan cara yang
tidak lazim untuk menyelesaikan soal
matematika yang diberikan guru
78,75
6.
Saya merasa tidak mampu menemukan suatu
penyelesaian yang baru terhadap soal
matematika yang pernah saya kerjakan
76,25
7.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
mampu menuliskan ide atau gagasan saya ke
dalam bentuk tulisan atau simbol matematika
75,62
8.
Saya senang memikirkan dan mencoba cara-
cara baru yang saya anggap praktis untuk
mempelajari matematika
77,50
9. Bila saya diberi soal matematika dari pokok 75,62
87
bahasan yang sudah saya pelajari maka saya
dapat langsung membayangkan langkah-
langkah penyelesaiannya
10.
Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya
mampu memberikan saran atau tanggapan
terhadap jawaban siswa lain
75,00
11.
Saya mampu mengkombinasikan berbagai ide
atau penyelesaian untuk menghasilkan
penyelesaian yang baru
73,12
12.
Walaupun saya sudah menjawab dengan benar
soal-soal latihan matematika, tetapi
penyelesaiannya panjang, maka saya mencari
cara menyelesaikan yang lebih praktis
75,00
13.
Jika diberi suatu masalah, saya dapat
memikirkan bermacam-macam cara yang
berbeda untuk memecahkan masalah tersebut
76,87
14.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
tidak mampu menemukan lebih dari satu ide
atau gagasan untuk menyelesaiakannya
71,87
15. Saya tidak mampu mencetuskan penyelesaian
dengan strategi yang berbeda 75,62
16.
Jika saya sudah mengetehui berbagai
penyelesaian matematika, saya mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu
penyelesaian atau gagasan
75,62
17. Saya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat
siswa lain terhadap suatu soal matematika 75,00
18. Saya mampu mengungkapkan gagasan atau
ide atau penyelesaian secara rinci 75,62
19. Saya mampu menyelesaikan tugas individual
tanpa bantuan siswa lain 76,87
20.
Siswa suka mempertimbangkan masukan dan
kritikan dari siswa lain untuk penyempurnaan
penyelesaian tugas
75,62
Rata-rata 76,41
Dari tabel hasil angket berpikir kreatif siswa diatas diperoleh
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II sudah termasuk
dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan indikator yang diharapkan dalam
penelitian ini sudah tercapai. Respon siswa terhadap pembelajaran ini
88
semakin baik, sebagian besar siswa sudah setuju dengan pernytaan-
pernyataan pada angket.
4. Tes Berpikir Kritis Siswa
Hasil tes berpikir kritis matematis siswa pada siklus II diperoleh rerata
sebesar 78,42% dengan kategori baik. Hasil ini sudah memenuhi indikator
keberhasilan, yang mana indikator keberhasilan rerata haruslah lebih dari
75%. Adapun hasil tes berpikir kritis siswa dapat disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 13.
Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus II
Indikator Persentase/Indikator (%)
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus) 78,75
2. Menjelaskan istilah yang
digunakan (clarity) 80,47
3. Mampu memilih argumen
logis, relevan dan akurat
(reasons)
78,39
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari suatu
pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan
(inference)
76,09
Rerata 78,42
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase untuk tiap
indikator berpikir kritis secara keseluruhan sudah memenuhi kategori baik,
begitupun dengan rerata dari keseluruhan nilai tes kemampuan berpikir kritis
yang sudah memenuhi kriteria atau kategori baik, karena hasil rerata tes
berpikir kritis pada siklus II sudah diatas 75%. Adapun data berpikir kritis
yang diperoleh pada lembar jawab tes adalah sebagai berikut:
89
a) Siswa telah dapat menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan dari
setiap soal
b) Siswa telah dapat menjelaskan istilah-istilah yang muncul dalam soal dan
jawaban yang diberikan
c) Sebagian besar siswa sudah mampu memilih argumen yang logis dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan
d) Siswa telah dapat dalam menentukan kesimpulan dari setiap jawaban
yang dipikirkan dan yang diputuskan
5. Tes Berpikir Kreatif Siswa
Hasil tes berpikir kreatif matematis siswa pada siklus II diperoleh
rerata sebesar 78,36%. Hasil ini sudah memenuhi indikator keberhasilan,
yang mana indikator keberhasilan lebih dari75%. Adapun hasil tes berpikir
kreatif siswa dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 14.
Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus II
Indikator Persentase/Indikator (%)
1. Menghasilkan banyak gagasan
pemecahan masalah
(kelancaran)
78,75
2. Menyelesaikan dengan cara
yang berbeda (keluwesan)
82,36
3. Kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, jarang
diberikan kebanyakan orang
(keaslian)
78,57
4. Menguraikan secara runtut
langkah penyelesaian masalah
73,75
Rerata 78,36
90
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase untuk tiap
indikator berpikir kritis secara keseluruhan sudah memenuhi kategori baik,
hanya indikator 4 yang belum mencapai kategori baik. Tetapi rerata nilai tes
kemampuan berpikir kreatif sudah diatas 75%, sehingga sudah mencapai
indikator keberhasilan. Adapun data berpikir kreatif yang diperoleh pada
lembar jawab tes adalah sebagai berikut:
a) Siswa dapat menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah.
b) Siswa telah dapat mencari dan menjawab suatu permasalahan dengan cara
yang berbeda dengan yang sebelumnya dipelajari.
c) Sebagian besar siswa telah dapat menggunakan caranya sendiri untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
d) Sebagian siswa belum mampu menuliskan jawaban secara detail, siswa
hanya menuliskan jawaban masing-masing secara singkat. Namun, dalam
hal ini juga sudah terdapat banyak siswa yang mampu menuliskan
jawaban mereka secara rinci, lengkap, dan tepat.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus II selesai, hal ini
dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dan kekurangan-
kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Peneliti menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
(PBM) berbantuan media puzzle yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus II,
91
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzlesudah sepenuhnya
terlaksana dengan baik. Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh pada
siklus II menunjukkan bahwa indikator penelitian sudah tercapai. Berpikir
kritis dan berpikir kreatif matematis siswa sudah mencapai indikator yang
ditentukan yaitu pada kategori baik. Hasil angket berpikir kritis dan berpikir
kreatif siswa mencapai kategori baik dan sudah sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan. Sedangkan tes berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa
mencapai kategori baik dan sudah sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan. Dari pelaksanaan pembelajaran evaluasi pada siklus II, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berpikir kritis siswa ada dalam pembelajaran matematika
2. Berpikir kreatif siswa ada dalam pembelajaran matematika
3. Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBM) berbantuan media puzzle meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.
Dari hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan sepenuhnya
sesuai prosedur yang ada, selain itu hasil dari angket dan tes berpikir kritis
dan kreatif matematis siswa mengalami peningkatan dari kategori cukup
menjadi kategori baik. Sehingga ketuntasan belajar sudah mencapai indikator
92
penelitian. Dengan hasil yang diperoleh, maka indikator penelitian telah
tercapai dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
B. Pembahasan
Dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
berjalan dengan lancar. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I, terlihat banyak siswa yang masih bingung dalam menyusun puzzle
meskipun sebagaian besar siswa sudah menyusun puzzle tersebut dengan cara
yang beragam namun belum tepat serta dalam menyelesaikan Lembar Diskusi
siswa, selain itu siswa juga masih banyak yang bertanya dan beberapa siswa
terlihat belum aktif dalam kegiatan diskusi. Sedangkan pada siklus II setelah
dilakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dengan
menanyakan kembali materi yang sudah dipelajari pada kegiatan diskusi
sebelumnyadan memberikan arahan serta rangsangan kepada siswa sehingga
siswa sudah mulai paham terhadap materi dan turut aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok. Sebagian besar siswa sudah cukup baik dan aktif dalam
kegiatan diskusi. Apabila ada yang belum paham, siswa bertanya kepada
anggota kelompoknya maupun kepada peneliti. siswa terlihat saling menukar
ide/gagasan untuk menyelesaikan masalah dalam Lembar Diskusi. Sebagian
besar siswa juga menuliskan jawaban hasil diskusi secara individu dalam
buku catatan masing-masing.
93
Dari hasil observasi dan catatan lapangan diperoleh data bahwa pada
siklus I, siswa masih belum dapat memahami permasalahan dalam Lembar
Diskusi siswa, sehingga siswa kebingungan dalam menyelesaikan soal pada
Lembar Diskusi. Siswa juga belum dapat menyelesaikan permasalahan
dengan cara yang berbeda, namun sebagian besar siswa sudah banyak yang
mau untuk meyelesaiakan Lembar Diskusi dengan caranya sendiri, masih
banyak siswa yang belum dapat menuliskan penyelesaian soal dengan detail
seperti yang diketahui dan ditanyakan meskipun sebagian besar jawaban atau
penyelesaian yang diberikan siswa sudah tepat. Karena siswa masih belum
memahami permasalahan dalam Lembar Diskusi yang berhubungan dengan
puzzle yang dibagikan peneliti, sehingga menyebabkan sebagian besar siswa
tidak paham dalam mengungkapkan alasan berupa kata-kata atau teks tertulis
secara jelas, siswa belum mampu menjelaskan istilah-istilah yang digunakan
seperti membuat simbol untuk mengungkapkan ekspresi matematis, dan
sebagian besarsiswa masih banyak yang kesulitan dalam menuliskan
kesimpulan dari penyelesaian yang diberikan.
Namun pada siklus II, setelah dilakukan perbaikan dengan
menyesuaikan Lembar Diskusi yang diberikan permasalahan yang berkaitan
dengan penggunaan beberapa cara yang berbeda, memberikan motivasi
kepada siswa sebaiknya dalam mengerjakan soal tidak menggunakan cara
seperti yang sudah dicontohkan oleh peneliti dan guru, dan memberikan
arahan agar siswa menuliskan simbol-simbol untuk mengungkapkan ekspresi
matematis ketika menyelesaikan soal, serta memberikan kesempatan kepada
94
siswa untuk berpendapat dengan cara memberikan rangsangan. Siswa dapat
dengan mudah menuliskan apa saja yang diketahui dan ditanyakan dari suatu
soal. Soal-soal pada Lembar Diskuisi siklus II yang diberikan oleh peneliti,
membuat siswa terbiasa untuk selalu mengidentifikasi dahulu masalah yang
diberikan, kemudian baru menyelesaikan masalah tersebut. Siswa terlihat
aktif dalam menyelesaikan soal pada Lembar Diskusi siklus II, hal ini dapat
dilihat dengan antusisas siswa ketika peneliti meminta untuk beberapa siswa
menuliskan jawaban Lembar Diskusi dipapan tulis secara langsung setelah
peneliti memberikan kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk
membaca permasalahan pada tiap soal. Dengan diarahkan oleh peneliti siswa
terbiasa menggunakan cara-cara yang berbeda dalam menyelesaikan
permasalahan tidak terpaku dengan cara yang dicontohkan oleh peneliti,
siswa juga mencoba untuk menggunakan caranya sendiri ketika
menyelesaikan soal. Karena siswa mulai paham dalam memahami
permasalahan matematis, sehingga dalam mengungkapkan alasan berupa
kata-kata atau teks tertulis sudah mulai jelas dan logis, siswa mulai bisa
membuat simbol untuk mengungkapkan ekspresi matematis.
Adapun data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dan
siklus II sebagai berikut:
1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pengukuran kemampuan berpikir kritis menggunakan dua cara yaitu
menggunakan angket dan tes kemampuan berpikir kritis siswa.
a. Angket Berpikir Kritis Siswa
95
Pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa dengan angket berpikir
kritis siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II.
Dari hasil analisis angket berpikir kritis siswa pada siklus I menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masuk kategori cukup. Sedangkan
hasil angket berpikir kritis siswa pada siklus II menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa masuk kategori baik, hal ini menunjukkan
bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.
Berikut rincian hasil angket berpikir kritis siswa :
Tabel 15.
Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus)
69,53 81,56
2. Menjelaskan istilah yang
digunakan (clarity)
65,63 77,03
3. Mampu memilih argumen
logis, relevan dan akurat
(reasons)
58,63 76,25
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari suatu
pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan
(inference)
66,67 76,04
Rerata 65,11 77,72
Berikut analisis angket berpikir kritis yang diberikan kepada siswa:
1) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan
Indikator untuk aspek ini adalah siswa mampu menggunakan
informasi/permasalahan yang diberikan dalam menyusun pertanyaan atau
pernyataan dari sebuah informasi. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus
96
I sebesar 69,53% termasuk dalam kategori cukup.Hal ini menunjukkan
bahwa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah (PBM) berbantuan media puzzle, siswa merasa belum mampu
untuk menuliskan pokok-pokok permasalahan dari soal latihan yang
diberikan pada saat kegiatan diskusi, sehingga kebanyakan siswa
memberikan respon ragu-ragu. Sedangkan pada siklus II rerata siswa
sebesar 81,56% termasuk dalam kategori baik.Pembelajaran pada siklus II
berdasarkan pada hasil angket berpikir kritis, siswa merasa sudah mampu
menganalisa dan menuliskan pokok-pokok permasalahan dari
permasalahan yang diberikan. Sebagian besar siswa yang pada siklus I
memberikan jawaban ragu-ragu, pada siklus II siswa memberikan jawaban
setuju.
2) Kemampuan menjelaskan istilah yang digunakan
Indikator untuk aspek kedua adalah menjelaskan istilah yang
digunakan. Maksud dari aspek ini adalah siswa mampu menjelaskan
informasi yang digunakan yang berhubungan dengan yang diberikan untuk
menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan benar dan tepat. Dalam
aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 65,63% termasuk dalam
kategori cukup. Pada siklus I siswa belum mampu mengubah suatu
pernyataan ke dalam bentuk simbol matematis, siswa masih menuliskan
dalam bentuk kata atau tulisan. Sebagian besar siswa memberikan respon
jragu-ragu.Sedangkan pada siklus II sebesar 77,03% termasuk kategori
baik. Dalam aspek ini siswasudah cukup mahir dalam memberikan
97
penjelasan dari suatu pernyataan dan simbol matematis yang ditulis dalam
bangun segi empat. Sehingga respon siswa juga lebih baik, yaitu menjadi
setuju atau sangat setuju.
3) Kemampuan memilih argumen logis, relevan, dan akurat
Indikator untuk aspek ketiga adalah mampu memilih argumen logis,
relevan, dan akurat. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu
memberikan dan memilih argumen atau pendapat yang logis dari sebuah
pernyataan. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 58,63%
termasuk kategori cukup. Sebagian besar siswa belum mampu
memberikan penjelasan ataupun pendapat yang logis berdasarkan jawaban
soal latihan yang dikerjakan dalam keegiatan diskusi, sehingga respon
siswa kurang positif yaitu respon ragu-ragu yang diberikan pada angket.
Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 76,25% termasuk dalam
kategori baik. Pada siklus IIini, siswa mulai berusaha dalam memberikan
argumen logis dan relevanmengenai jawaban yang mereka tulis. Sehingga
respon siswa terhadap angket berpikir kritis meningkat yaitu menjadi
setuju atau sangat setuju.
4) Kemampuanmenentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu keputusan
Indikator untuk aspek ke-empat adalah mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan. Maksud dari aspek ini adalah siswa mampu menyelesaikan
pernyataan yang dibuat dengan baik dan menyimpulkan solusi dari
98
penyelesaian pertanyaan yang dibuat siswa. Dalam aspek ini rerata siswa
pada siklus I sebesar 66,67% termasuk dalam kategori cukup. Dalam aspek
ini hanya sebagian kelompok siswa yang menuliskan kesimpulan dari
jawaban yang ditulis. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar
76,04% termasuk dalam kategori baik. Melalui arahan dan penjelasan dari
peneliti, pada siklus II siswa sudah mulai mampu untuk mencari solusi dari
suatu masalah dan mampu untuk menyimpulkan solusi yang diambil.
Sehingga respon siswa terhadap angket berpikir kritis meningkat, sebagian
besar merespon sering.
Hasil angket diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik
angket berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 8.
Diagram Angket Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II
b. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa dengan tes berpikir kritis
siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil
0%
20%
40%
60%
80%
100%
SIKLUS 1SIKLUS 2
65,1177,72
99
dari tes berpikir kritis siswa pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa masuk kategori cukup. Sedangkan hasil tes berpikir
kritis siswa pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa masuk kategori baik. Berikut rincian hasil tes berpikir kritis siswa :
Tabel 16.
Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus)
57,81 78,75
2. Menjelaskan istilah yang
digunakan (clarity)
59,15 80,47
3. Mampu memilih argumen
logis, relevan dan akurat
(reasons)
64,24 78,39
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari
suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu
keputusan (inference)
59,06 76,09
Rerata 60,07 78,42
Hasil analisis tes berpikir kritis siswa dari tiap indikator/aspek berpikir
kritis adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 60,07% termasuk
dalam kategori cukup. Sebagian besar siswa dalam menyelesaikan evaluasi
pada siklus I belum menyertakan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,42%
termasuk dalam kategori baik. Pada evaluasi siklus II siswa sudah mulai
menyertakan yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal.Hal ini
100
menunjukan bahwa siswa sudah mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan yang ada.
Gambar 9.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-1
2) Menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 59,15% termasuk
dalam kategori kurang. Pada evaluasi siklus I, siswa tidak menuliskan atau
mengubah pernyataan matematis ke dalam bentuk simbol matematis, serta
siswa belum mampu menjelskan pernyataan dari soal. Sedangkan pada
siklus II sebesar 78,42% termasuk kategori baik. Pada evaluasi siklus II,
siswa sudah mampu mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol dan
mampu menjelaskan istilah yang digunakan. Hal ini menunjukan siswa
sudah mampu mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol (clarity).
Gambar 10.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa indikator ke-2
3) Mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 64,24% termasuk
kategori cukup. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,39%
termasuk dalam kategori baik. Pada evaluasi siklus I, siswa tidak mampu
memberikan argumen yang logis dan relevan khususnya pada nomor 4.
101
Sedangkan pada evaluasi siklus II, siswa dalam memberikan atau memilih
argumen yang logis sudah mengalami peningkatan, siswa mampu
mengungkapkan argumennya sesuai pengetahuan yang dimiliki dan juga
logis.Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu menguasai
kemampuan reasons.
Gambar 11.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-3
4) Mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu keputusan (inference)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 59,06% termasuk
dalam kategori kurang. Pada evaluasi siklus I, sebagian besar siswa tidak
menuliskan kesimpulan dari jawaban yang mereka tulis. Sedangkan pada
siklus II rerata siswa sebesar 76,09% termasuk dalam kategori baik. Secara
keseluruhan dalam aspek ini siswa sudah mampu untuk menyimpulkan
solusi yang dibuat sesuai dengan penyelesaian/keputusan yang diambil.
Gambar 12.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-4
102
Hasil tes kemampuan berpikir kritis diatas dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik. Grafik tes berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 13.
Diagram Tes Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Pengukuran kemampuan berpikir kreatif menggunakan dua cara yaitu
menggunakan angket dan tes kemampuan berpikir kreatif siswa.
a) Angket Berpikir Kreatif Siswa
Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dengan angket berpikir
kreatif siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus
II. Hasil dari angket berpikir kreatif siswa pada siklus I menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori cukup.
Sedangkan hasil angket berpikir kreatif siswa pada siklus II menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori baik. Berikut
rincian hasil angket berpikir kreatif siswa :
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
SIKLUS 1SIKLUS 2
60,07 78,42
103
Tabel 17.
Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II
1. Menghasilkan banyak
gagasan pemecahan
masalah (kelancaran)
71,87 84,5
2. Menyelesaikan dengan cara
yang berbeda (keluwesan) 61,5
78,38
3. Kemampuan untuk
mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli,
jarang diberikan
kebanyakan orang
(keaslian)
66,13 76,5
4. Menguraikan secara runtut
langkah penyelesaian
masalah
47,38 66,25
Rerata 61,72
76,41
Dari hasil analisis angket berpikir kreatif siswa diperoleh data
bahwa siswamemberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media
puzzle. Berikut analisis angket berpikir kreatif yang diberikan kepada
siswa.
1) Kelancaran
Indikator untuk aspek ini adalah siswa mampu menghasilkan banyak
gagasan pemecahan masalah. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I
sebesar 71,87% termasuk dalam kategori cukup. Pada indikator ini,
sebagian besar siswa memberikan respon ragu-ragu, yang artinya siswa
hanya mampu memikirkan satu gagasan pemecahan masalah saja.
Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 84,5% termasuk dalam
104
kategori baik. Pada siklus II jumlah siswa yang memberikan respon setuju
sudah cukup meningkat, yang artinya siswa sudah mampu memikirkan
banyak gagasan pemecahan masalah.
2) Keluwesan
Indikator untuk aspek kedua adalah menyelesaikan dengan cara yang
berbeda namun tetap tepat. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I
sebesar 61,5% termasuk dalam kategori cukup. Sebagian besar siswa
dalam menyelesaikan soal latihan pada Lembar Diskusi masih
menggunakan cara yang sama dengan apa yang pernah peneliti contohkan.
Sedangkan pada siklus II sebesar 78,38% termasuk kategori baik. Dalam
aspek ini siswa sudah mampu menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan cara yang berbeda dengan yang dicontohkan peneliti, setiap
kelompok dalam kegiatan diskusi memberikan cara yang berbeda dalam
menjawabnya. Respon terhadap angket berpikir kreatif siswa sebagian
besar merespon setuju.
3) Keaslian
Indikator untuk aspek ketiga adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli dan jarang diberikan kebanyakan
orang. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu menyelesaiakan
persoalan dengan cara yang tidak menyimpang namun cara
penyelesaiannya jarang diberikan kebanyakan orang. Dalam aspek ini
rerata siswa pada siklus I sebesar 66,13% termasuk kategori cukup. Pada
saat pembelajaran pada siklus I, masih banyak siswa yang mengerjakan
105
soal dengan melihat pada buku panduan yang ada. Sedangkan pada siklus
II rerata siswa sebesar 76,5% termasuk dalam kategori baik. Dengan
arahan yang diberikan peneliti, siswa dalam setiap kelompok diminta
untuk mengerjakan dengan cara yang mungkin tidak dipikirkan kelompok
lain. Dengan arahan inilah siswa memberikn respon setuju pada angket
berpikir kreatif.
4) Elaborasi
Indikator untuk aspek ke-empat adalah mampu menguraikan secara
runtut langkah penyelesaian masalah. Maksud dari aspek ini adalah siswa
mampu menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah, setelah
siswa menemukan gagasan/penyelesaian yang beragam dan berbeda.
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 47,38% termasuk dalam
kategori yang kurang. Jika dilihat pada kegiatan diskusi siklus I, siswa
masih banyak yang menuliskan jawaban dari soal hanya inti dari jawaban
mereka saja, tanpa menulis keterangan dan memberikan penjelasan yang
lebih rinci. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 66,5% termasuk
dalam kategori cukup. Respon siswa pada siklus II mengalami
peningkatan, sebagian besar siswa sudah mulai memberikan respon yang
baik. Siswa merasa mampu menuliskan jawaban mereka secara lebih rinci,
tidak hanya jawaban akhir yang mereka tulis.
Hasil angket diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik
angket berpikir kreatif tersebut adalah sebagai berikut:
106
Gambar 14.
Diagram Angket Berpikir Kreatif Siklus I dan Siklus II
b) Tes Berpikir Kreatif Siswa
Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dengan tes berpikir
kreatif siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus
II. Hasil dari tes berpikir kreatif siswa pada siklus I menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori cukup. Sedangkan hasil
tes berpikir kreatif siswa pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa masuk kategori baik. Berikut rincian hasil tes
berpikir kreatif siswa :
Tabel 18.
Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa
Indikator Siklus I Siklus II
1. Menghasilkan banyak
gagasan pemecahan
masalah (kelancaran)
67,97 78,75
2. Menyelesaikan dengan cara
yang berbeda (keluwesan)
77,50 82,37
3. Kemampuan untuk
mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli,
61,16 78,57
0%
20%
40%
60%
80%
100%
SIKLUS 1SIKLUS 2
61,7276,41
107
jarang diberikan
kebanyakan orang
(keaslian)
4. Menguraikan secara runtut
langkah penyelesaian
masalah (elaborasi)
55,55 73,75
Rerata 65,55 78,36
Berdasarkan tabel diatas terlihat hasil tes berpikir kreatif siswa dari
tiap indikator/aspek.
1) Kelancaran
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 67,97% termasuk
dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu
menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah. Sedangkan pada siklus
II rerata siswa sebesar 78,75% termasuk dalam kategori baik. Pada siklus
II siswa sudah mampu menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah,
masing-masing siswa dapat memberikan banyak gagasan pemecahan
masalah (fluency).
Gambar 15.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-1
2) Keluwesan (flexibility).
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 77,5% termasuk
dalam kategori baik. Pada siklus I siswa sudah mampu menyelesaikan
permasalahan dengan cara yang berbeda dengan siswa yang lain.
108
Sedangkan pada siklus II sebesar 82,37% termasuk kategori baik.
Meskipun pada siklus I dan siklus II sama-sama masuk kategori baik,
tetapi dalam indikator ini tetap mengalami peningkatan. Pada siklus II
banyak siswa yang menjawab dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukan bahwa siswa sudah mampu untuk menyelesaikan
permasalahan dengan bermacam-macam cara yang berbeda (flexibility).
Gambar 16.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-2
3) Keaslian (originality)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 61,16% termasuk
kategori cukup. Dalam tes siklus I, karena masih belum pahamnya
terhadap materi mengakibatkan banyak siswa menjawab dengan cara yang
kurang tepat. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,57%
termasuk dalam kategori baik. Pada tes siklus II, karena pengarahan dari
peneliti untuk belajar lebih, sehingga banyak siswa yang sudah mampu
menjawab tes dengan cara mereka sendiri dan tidak menyimpang. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sudah mampu meyelesaikan permasalahan
dengan cara mereka sendiri (originality).
109
Gambar 17.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-3
4) Elaborasi (elaboration)
Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 55,55% termasuk
dalam kategori yang kurang. Sebagian besar siswa dalam menuliskan
jawaban mereka tidak pada lembar soal, namun pada lembar kertas yang
lain sehingga pada lembar jawaban mereka hanya menuliskan jawaban
akhirnya saja. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 73,75%
termasuk dalam kategori cukup. Meskipun siswa belum mampu
menuliskan jawaban mereka dengan baik, namun pada indikator ini sudah
mengalami peningkatan, karena sebelumnya peneliti meminta siswa untuk
menuliskan catatan perhitungan mereka pada lembar jawaban mereka. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menambahkan penjelasan
dari sebuah solusi secara detail (elaborasi).
110
Gambar 18.
Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-4
Hasil tes diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik tes
berpikir kreatif tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 19.
Diagram Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilihat dari hasil angket,
hasil tes, dan hasil catatan lapangan diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika dengan model pembelajarann berbasis masalah
(PBM) berbantuan media puzzle kemampuan berpikir kritis dan berpikir
0%
20%
40%
60%
80%
100%
SIKLUS 1SIKLUS 2
65,5578,36
111
kreatif amtematis siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.
Siklus II dipandang berhasil dengan alasan sebagai berikut:
(1) Siswa dapat merumuskan pokok-pokok permasalahan dengan baik.
(2) Siswa dapat menjelaskan istilah-istilah (mengubah pernyataan ke
dalam bentuk simbol matenatis) dalam materi segiempat khususnya
bangun persegi, persegi panjang, dan jajargenjang dengan baik.
(3) Siswa mulai dapat memilih argumen yang logis dalam berpendapat.
(4) Siswa dapat menarik kesimpulan dari suatu pernyataan untuk
mendapatkan solusi.
(5) Siswa mulai dapat menghasilkan banyak gagasan sesuai pemikiran
siswa.
(6) Siswa dapat mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah.
(7) Siswa mulai dapat mencetuskan gagasan dengan cara-caranya sendiri.
(8) Siswa mulai dapat menambah situasi atau penjelasan sesuai
penyelesaian atau pemecahan yang diambil dengan rinci.
112
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) berbantuan media puzzle pada siswa kelas VII A SMP Negeri 7
Kebumen, sebagai berikut:
1. Siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen menunjukkan peningkatan
berpikir kritis siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) berbantuan media puzzle. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan
pada kegiatan siklus I tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan,
memberikan sebuah pendapat, dan siswa belum mampu untuk
memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu permasalahan,
pada siklus II terdapat beberapasiswa yang mengajukan pertanyaan dan
memberikan pendapat mereka secara logis serta memberikan
pertimbangan atau penilaianterhadap suatu permasalahan matematis.
Perolehan angket berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 65,11%
dengan kategori cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi
77,72% dengan kategori baik. Sedangkan untuk tes kemampuan berpikir
kritis siswa pada siklus I sebesar 60,07% dengan kategori cukup. Pada
siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,42% dengan kategori baik.
2. Siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen menunjukkan peningkatan
berpikir kreatif siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) berbantuan media puzzle. Hal ini ditunjukkan dengan
113
kegiatanpada siklus I siswa tidak mau untuk berpikir sendiri dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika sehingga mengakibatkan
siswa cenderung mengandalkan jawaban teman, siswa belum mampu
mengembangkan gagasan yang dimiliki, serta siswa belum mampu
memberikan penyelesaian permasalahan dengan cara yang berbeda, pada
siklus II siswa sudah mau berusaha berpikir sendiri untuk menyelesaikan
suatu permasalahan matematika dengan cara mereka sendiri dan dengan
penyelesaian yang berbeda, serta siswa mampu mengembangkan gagasan
yang dimiliki . Selain itu, perolehan angket berpikir kreatif siswa pada
siklus I sebesar 61,72% dengan kategori cukup. Pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 76,41% dengan kategori baik. Sedangkan untuk tes
kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I sebesar 65,55% dengan
kategori cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,36%
dengan kategori baik.
3. Pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) berbantuan media puzzle berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model ini pada siklus II lebih baik
daripada siklus I. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
114
1. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa perlu ditingkatkan dalam
pembelajaran matematika, upaya peningkatan ini dapat menggunakan
model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.
2. Diharapkan dalam pembelajaran matematika guru lebih memberi
kesempatan dan ruang kepada siswa dalam menyampaikan pendapat atau
bertanya sehingga kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat
dikembangkan.
3. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) berbantuan media puzzle, diharapkan dapat dikembangkan
untuk diaplikasikan pada materi pembelajaran matematika yang berbeda.
.
115
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Happy, Nurina. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kreatif Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Pada
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Fakultas Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/
id/eprint/2103. Diakses pada tanggal 20 November 2015
Hasyim, Muttaqin. 2009. Tujuan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:
https://MuttaqinHasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-
matematika/. Diakses pada tanggal 26 November 2015
Husen, Irfan Zaini. 2014. Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Berfikir
Kreatif Serta Disposisi Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan
Saintific.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP
Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315. [Online]. Tersedia: http://publikasi.
stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP-2014.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2015
Ibrahim. 2011. Pengembangan kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis
Siswa melaui Pembelajaran Berbasis masalah yang Menghadirkan
Kecerdasan Emosional. Prosiding Seminar Nasional Matematika
Pendidikan Matematika universitas Negeri Yogyakarta ISBN: 978-979-
16353-6-3.
Julita. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Melalui
Pembelajaran Pencapaian Konsep. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315.
[Online]. Tersedia:http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/
Prosiding-Semnas-STKIP-2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember
2015
Kunandar.2008. LangkahMudahPenelitianTindakanKelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Kurniawati, Lia. 2011. Developing Mathematical Reflektive Thinking Skills
Through Problem Based Learning (Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Reflektif Matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah).
Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Matematika UIN Syarif
116
hidayatullah Jakarta ISSN: 978-979-16353-7-0. [Online]. Tersedia:
http://uny.ac.id/id/eprint/1344. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015
Ma’arif, Syamsul. 2015. Peningkatan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas
VII F SMP Negeri 18 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Fakultas
Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Nana Sudjana, Ma’arif. 2009. Penenlitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Grasindo
Nuriah, Alfiatun. 2013. Efektivitas kombinasi Pembelajaran Kooperatif Time Token dengan Picture Puzzle pada Materi Sistem Peredaran darah di SMP N 2 Gabus Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang.
Purwanto, Ngalim. 2009.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Priyoananto, Lulus. 2007. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan
Metode PBL pada Pokok Bahasan Logika Matematika. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Rahayu, Wilda. 2014. Mengembangkan kemampuan pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika
STKIP Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315. [Online]. Tersedia: http://
publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP-
2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: raja grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunardi. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Relasional Matematik
Siswa Mengenai Luas bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika STKIP Siliwangi Bandung ISBN: 2338-8315. [Online].
Tersedia: http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-
Semnas-STKIP-2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
117
Syukronsahara. 2010. Penggunaan Media Game Puzzle. [Online]. Tersedia:
https://blogspot.com/2011/05/penggunaan-media-games-puzzle.html.
Diakses pada tanggal 28 November 2015
Widiyoko, S. Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Wulie Okti. 2014. TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study).
[Online]. Tersedia: http://wulieokti.blogspot.co.id/2014/04/times-trends-
international-mathematics.html?m=1. Diakses pada tanggal 21 November
2015
119
Lam
piran
1.1
SILABUS
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Semester : 2
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
6.1
Mengident
i fikasi sifat-sifat
segitiga
berdasarka
n sisi dan sudutnya
Segiempat dan
segitiga
Mendiskusikan
jenis-jenis
segitiga berdasarkan
sisi-sisinya
dengan
menggunakan model segitiga
Menjelaska
n jenis-
jenis segitiga
berdasarka
n sisi-
sisinya
Tes tulis Tes isian Dari segitiga
ABC
diketahui sisi AB = BC,
Segitiga ABC
merupakan
segitiga .......
2x40
menit
Buku
penunjang
belajar Matematika
untuk
SMP/MTs
Kelas 7
Referensi dan
artikel yang sesuai
Mendiskusikan jenis-jenis
segitiga
berdasarkan
sudut-sudutnya dengan
menggunakan
model segitiga
Menjelaskan jenis-
jenis
segitiga
berdasarkan besar
sudutnya
Tes tulis
Tes isian
Pada segitiga PQR
diketahui
sudut P = 600
dan sudut = 80
0. Segitiga
PQR
merupakan segitiga ......
2x40 menit
120
Lam
piran
1.1
6.2
Menginde
n tifikasi
sifat-sifat persegi
ang,
persegi, trapesium,
jajargenja
ng, belah ketupat
dan
layang-
layang
Segiempat dan
segitiga
Menggunakan
lingkungan
untuk
mendiskusikan pengertian
jajargenjang,
persegi, persegi panjang, belah
ketupat,
trapesium, dan layang-layang
menurut
sifatnya
Menjelaska
n
pengertian
jajar genjang,
persegi,
persegi panjang,
belah
ketupat, trapesium
dan layang-
layang
menurut sifatnya.
Tes
lisan
Daftar
pertanyaan
Lihatlah di
seluruh ruang
kelasmu!
Benda-benda manakah
yang
berbentuk persegi?
Benda-benda
manakah yang
berbentuk
persegi
panjang?
1x40
menit
Mendiskusikan
sifat-sifat segi empat ditinjau
dari diagonal,
sisi, dan sudutnya
Menjelaska
n sifat sifat segi empat
ditinjau
dari sisi, sudut, dan
diagonalny
a.
Tes
lisan
Daftar
pertanyaan
Apakah
panjang semua sisi
jajargenjang
sama panjang?
Apakah kedua
diagonal persegi saling
tegak lurus?
1x40
menit
121
Lam
piran
1.1
6.3
Menghitun
g keliling
dan luas bangun
segi empat
serta mengguna
kannya
dalam pemecaha
n masalah
Segiempat dan
segitiga
Menemukan
rumus keliling
bangun segi
empat dengan cara mengukur
panjang sisinya
Menurunka
n rumus
keliling
bangun segi empat
Tes tulis Tes isian
Keliling
segitga ABCD sama
dengan .........
2x40
menit
Menemukan luas persegi
dan persegi
panjang
menggunakan petak-
petak(satuan
luas)
Menemukan
luas segitiga dengan
menggunakan
luas persegi
panjang Menemukan
luas
jajargenjang,
Menurunkan rumus
luas bangun
segitiga dan
segiempat
Luas persegi
panjang
ABCD adalah .......
2x40 menit
D C
B A
D C
B A
122
Lam
piran
1.1
trapesium,
layang-layang,
dan belah
ketupat dengan menggunakan
luas segitiga
dan luas persegi atau
persegi panjang
Menggunakan rumus keliling
dan luas
bangun segitiga dan segi empat
untuk
menyelesaikan
masalah
Menyelesaikan
masalah
yang berkaitan
dengan
menghitung
keliling dan luas bangun
segitiga dan
segi empat
Tes tulis
Tes uraian
Pak Surya mempunyai
kebun
berbentuk persegipanjan
g dengan
panjang 1 km
dan lebar 0,75 km. Kebun
tersebut akan
ditanami pohon kelapa
yang berjarak
10 m satu dengan yang
lain. Berapa
banyak bibit
pohon kelapa yang
diperlukan
pak Surya?
2x40 menit
123
Lam
piran
1.1
6.3 Melukis
segitiga, garis
tinggi,
garis bagi,
garis berat dan garis
sumbu
Segitiga Menggunakan
penggaris, jangka, dan
busur untuk
melukis
segitiga jika diketahui:
- ketiga sisinya
- dua sisi dan satu sudut
apitnya
- satu sisi dan
dua sudut
Melukis
segitiga yang
diketahui
tiga sisinya,
dua sisi satu sudut
apitnya
atau satu sisi dan dua
sudut
Tes tulis Tes uraian Lukislah
sebuah segitiga jika
diketahui
panjang sisi-
sisinya 2 cm, 3 cm, dan 1,5
cm.
2x40
menit
124
Lam
piran
1.1
Melukis
segitiga
samasisi dan
segitiga samakaki
dengan
menggunakan penggaris,
jangka dan
busur derajat
Melukis
segitiga
samasisi
dan segitiga samakaki
Tes tulis Tes uraian Lukislah
sebuah
segitiga ABC
dengan AC = BC = 3 cm.
2x40
menit
Menggunakan
penggaris dan
jangka untuk melukis garis
sumbu, garis
bagi, garis
berat, dan garis tinggi suatu
segitiga
Melukis
garis tinggi,
garis bagi, garis berat,
dan garis
sumbu.
Tes tulis
Tes kinerja
Lukislah ketiga garis
tinggi dari
masing-masing
segitiga
tersebut. Apakah yang
kalian
dapatkan?
2x40
menit
125
Lam
piran
1.1
Karakter siswa yang diharapkan: Disiplin (discipline)
Rasa hormat dan perhatian (respect)
Tekun (diligence)
Tanggung jawab (responsibility)
Purworejo, April 2016
Mengetahui,
Guru Matematika
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
126
Lampiran 1.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.2.Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-
layang.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang menurut sifatnya.
b. Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Materi Ajar
Pengertian dan sifat-sifat,persegi, persegi panjang, dan jajargenjang
127
Lampiran 1.2
1. Persegi
Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan
keempat sudutnya sama besar, yaitu 90°.
Sifat-sifat persegi:
a. Keempat sisinya sama panjang
b. Keempat sudutnya siku-siku
c. Kedua diagonalnya sama panjang, saling berpotongan, saling tegak
lurus di satu titik, dan saling membagi dua sama panjang
d. Diagonalnya membagi sudut-sudut menjadi sama besar
Gambar
Bangun Persegi
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki empat sisi lurus (dua
pasang sisi) dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat
sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang:
a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
b. Keempat sudutnya siku-siku
c. Kedua diagonalnya sama panjang
d. Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua
sama panjang
128
Lampiran 1.2
Gambar
Persegi Panjang
3. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar
dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat jajargenjang:
a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
b. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang (berpotongan
di titik tengah)
c. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
d. Sudut-sudut yang berdekatan saling berpenglurus
Gambar
Jajargenjang
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
129
Lampiran 1.2
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya mempelajari materi ini.
- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :
Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah dengan bekerja sama)
Guru menjelaskan tentang cara kerja model pembelajaran
Guru membagikan lembar materi tentang materi sifat-sifat
segiempat
Masing-masing kelompok mempelajari lembar materi (Langkah 2:
Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)
Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi
Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan
Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang
tercantum pada Lembar Diskusi dan menuliskannya pada Lembar
Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan)
Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan satu atau dua
kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas (Langkah
4: Menguji keakuratan dari solusi)
130
Lampiran 1.2
Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau
menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya
Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan
meminta peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar
Diskusi .
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta
didik
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil
diskusi
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum
paham
Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
E. Alat dan Sumber Belajar.
Sumber :
- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi
Nuharini dan Tri Wahyuni
- Buku referensi lain yang relevan
Alat :
131
Lampiran 1.2
- Spidol
- Papan Tulis
- Lembar Materi, Lembar Diskusi dan puzzle
F. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
132
Lampiran 1.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling persegi, persegi panjang,
dan jajargenjang.
b. Peserta didik dapat menghitung keliling persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Materi Ajar
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah panjang semua sisi yang
membatasi bangun tersebut.
1. Persegi
Karena ke-empat sisinya sama, maka:
133
Lampiran 1.2
Keliling persegi = sisi + sisi + sisi + sisi
= 4 × 𝑠𝑖𝑠𝑖
Karena panjang dan lebarnya sama, maka ruas garis pada persegi disebut
sisi.
Gambar
Bangun Persegi
2. Persegi Panjang
Keliling persegi panjang = panjang + lebar + panjang + lebar
= panjang + panjang + lebar + lebar
= 2 × panjang + 2 × lebar
K = 2𝑝 + 2𝑙
Gambar
Persegi Panjang
3. Jajargenjang
Keliling = AB + BC + CL + LA
= 2 (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶)
134
Lampiran 1.2
Gambar
Jajargenjang
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya mempelajari materi ini.
- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :
Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah
dengan bekerja sama)
Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi
Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan
(Langkah 2: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)
Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum
pada Lembar Diskusi dan menuliskannya pada Lembar Diskusi
(Langkah 3: Menyajikan temuan)
Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi
135
Lampiran 1.2
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan satu atau dua
kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas (Langkah
4: Menguji keakuratan dari solusi)
Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti
meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk
menuliskan jawaban mereka di papan tulis.
Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau
menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya
Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta
peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham
Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
136
Lampiran 1.2
E. Alat dan Sumber Belajar
Sumber :
- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi
Nuharini dan Tri Wahyuni
- Buku referensi lain yang relevan
Alat :
- Spidol
- Papan Tulis
- Lembar Diskusi dan puzzle
F. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika.
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
137
Lampiran 1.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang,
jajargenjang trapesium, belah ketupat dan layang-
layang.
6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian persegi, persegi panjang, dan
jajar genjang.
b. Peserta didik dapat menjelaskan dan menyebutkan sifat-sifat persegi,
persegi panjang, dan jajar genjang ditinjau dari sisi, sudut, dan
diagonalnya
c. Peserta didik dapat menghitung keliling bangun persegi, persegi panjang,
dan jajargenjang
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
138
Lampiran 1.2
B. Materi Ajar
Pengertian dan sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang serta
menghitung keliling persegi, persegi panjang dan jajargenjang.
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Guru menyampaikan bahwa hari ini akan
diadakan tes
- Guru menyampaikan tata tertib untuk mengerjakan tes
Kegiatan Inti
Guru mengatur tempat duduk siswa, kemudian meminta untuk tenang.
Guru membagikan soal dan lembar jawaban siswa
Siswa menulis identitas pada lembar jawaban siswa.
Guru meminta siswa mengerjakan tes
Siswa mengerjakan tes dengan tenang
Setelah selesai mengerjakan tes, siswa mengumpulkan lembar jawaban
kepada guru, kemudian kembali duduk tenang seperti semula
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang siklus 1, apakah ada yang
sulit atau tidak. Dan membahas soal yang dianggap paling sulit.
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.
139
Lampiran 1.2
E. Alat
Alat :
- Lembar soal dan lembar jawaban tes
- Perlengkapan menulis
F. Penilaian Hasil Belajar
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika.
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
141
Lampiran 1.4
K.D: Menjelaskan dan mengidentifikasi pengertian dan sifat-sifat
persegi, persegi panjang, dan jajargenjang ditinjau dari sudut, sisi, dan
diagonalnya.
Tunjukkan berlakunya sifat dari masing-masing bangun, berdasarkan sifat-sifat
yang telah tertulis pada lembar materi dan sesuai dengan hasil puzzle yang telah
kalian pecahkan!
1. PERSEGI
2. PERSEGI PANJANG
3. JAJARGENJANG
142 Lampiran 1.5
K. D: Menurunkan rumus keliling persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang
Tuliskan pengertiang dari keliling suatu bangun datar, kemudian berdasarkan
pengertian yang kalian tulis tentukan rumus keliling masing-masing bangun
dengan bantuan puzzle yang telah kalian pecahkan!
Pengertian Keliling: ...........................................................................................
...........................................................................................................................
1. PERSEGI
2. PERSEGI PANJANG
3. JAJARGENJANG
143 Lampiran 1.5
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan runtut!
1. Perbandingan panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 4 : 3. Jika
keliling persegi panjang tersebut 28 cm, tentukan panjang dan lebarnya!
2. Sisi sebuah persegi (3x+1) cm dan kelilingnya 28 cm. Tentukan panjang sisi
persegi!
3. Dalam sebuah jajargenjang diketahui setengah alasnya adalah 1 cm
kurangnya dari panjang sisi miring jajargenjang tersebut. Jika panjang
jajargenjang 6 cm , hitunglah alas dan kelilingnya!
145
Lampiran 1.7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menurunkan rumus luas persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang.
b. Peserta didik dapat menghitung luas persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Materi Ajar
Luas bangun datar adalah sesuatu yang menyatakan besarnya daerah.
146
Lampiran 1.7
1. Persegi
Karena panjang dan lebarnya sama, maka ruas garis pada persegi disebut
sisi.
Luas persegi = sisi × sisi
= 𝑠 × 𝑠
Gambar
Bangun Persegi
1. Persegi Panjang
Luas persegi panjang = panjang × lebar
Gambar
Persegi Panjang
2. Jajargenjang
Luas jajargenjang = 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
= 𝑎 × 𝑡
Gambar
Jajargenjang
147
Lampiran 1.7
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya mempelajari materi ini.
- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa, dengan jalan
memberikan imajinasi kemudian guru meminta beberapa siswa untuk
berpendapat mengenai gambaran yang diberikan guru.
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :
Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah
dengan bekerja sama)
Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi
Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan
(Langkah 2: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)
Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum
pada Lembar Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan), dan
meminta siswa untuk menutup buku paket mereka.
Guru membimbing jalannya diskusi
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
148
Lampiran 1.7
Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan salah satu
anggota kelompok mengerjakan ke depan kelas secara langsung
setelah membaca dan mempelajari soal pada Lembar Diskusi
(Langkah 4: Menguji keakuratan dari solusi)
Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti
meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk
menuliskan jawaban mereka di papan tulis.
Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau
menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya
Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta
peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham
Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
E. Alat dan Sumber Belajar.
Sumber :
- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi
Nuharini dan Tri Wahyuni
149
Lampiran 1.7
- Buku referensi lain yang relevan
Alat :
- Spidol
- Papan Tulis
- Lembar Diskusi dan puzzle
F. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika.
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
150
Lampiran 1.7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling persegi, persegi panjang, dan jajargenjang
b. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas persegi, persegi panjang, dan jajargenjang
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Materi Ajar
Keliling dan Luas persegi, persegi panjang dan jajargenjang
151
Lampiran 1.7
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya mempelajari materi ini.
- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa, dengan jalan
memberikan imajinasi kemudian guru meminta siswa untuk
berpendapat mengenai gambaran yang diberikan guru dan meminta
siswa untuk mengerjakan ke depan kelas.
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :
Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah
dengan bekerja sama)
Guru membagikan Lembar Diskusi
Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum
pada Lembar Diskusi (Langkah 2: Mengeksplorasi dan
mendistribusikan informasi), penelitit meminta siswa untuk menutup
buku paket mereka.
Salah satu atau beberapa anggota kelompok diminta untuk menuliskan
hasil diskusi pada Lembar Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan)
Guru membimbing jalannya diskusi
152
Lampiran 1.7
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan salah satu
anggota kelompok dari baberapa kelompok mengerjakan hasil diskusi
ke depan kelas (Langkah 4: Menguji keakuratan dari solusi)
Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti
meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk
menuliskan jawaban mereka di papan tulis.
Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau
menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya
Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta
peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham
Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
153
Lampiran 1.7
E. Alat dan Sumber Belajar.
Sumber :
- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi
Nuharini dan Tri Wahyuni
- Buku referensi lain yang relevan
Alat :
- Spidol
- Papan Tulis
- Lembar Diskusi
F. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika.
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
154
Lampiran 1.7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2 (Dua)
Standar Kompetensi : GEOMETRI
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling bangun persegi, persegi panjang, dan jajar genjang.
b. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas bangun persegi, persegi panjang, dan jajar genjang.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Materi Ajar
Keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan jajar genjang serta
penerapannya dalam pemecahan masalah
155
Lampiran 1.7
C. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi : Guru menyampaikan bahwa hari ini akan
diadakan tes
- Guru menyampaikan tata tertib untuk mengerjakan tes
Kegiatan Inti
Guru mengatur tempat duduk siswa, kemudian meminta untuk tenang.
Guru membagikan soal dan lembar jawaban siswa
Siswa menulis identitas pada lembar jawaban siswa.
Guru meminta siswa mengerjakan tes
Siswa mengerjakan tes dengan tenang
Setelah selesai mengerjakan tes, siswa mengumpulkan lembar jawaban
kepada guru, kemudian kembali duduk tenang seperti semula
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang ulangan 2, apakah ada yang
sulit atau tidak. Dan membahas soal yang dianggap paling sulit.
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.
E. Alat
Alat :
- Lembar soal dan lembar jawaban tes
- Perlengkapan menulis
156
Lampiran 1.7
F. Penilaian Hasil Belajar
Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif matematis siswa.
2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif matematis siswa
Instrumen : Terlampir
Mengetahui,
Guru Mapel Matematika.
Rosidah, S.Pd.
NIP.19641116 1985012 001
Kebumen, April 2016
Peneliti
Nurhayati
NIM. 122140051
157 Lampiran 1.8
K.D: Menurunkan rumus luas persegi, persegi panjang, dan jajargenjang
Tuliskanlah pengertian dari luas suatu bangun datar, kemudian dengan pengertian
luas yang kalian tulis, identifikasi atau tentukan rumus luas dari masing-masing
bangun dengan bantuan puzzle yang telah kalian pecahkan!
Pengertian Luas: ..................................................................................................
..............................................................................................................................
1. PERSEGI
2. PERSEGI PANJANG
3. JAJARGENJANG
158 Lampiran 1.9
K.D : Menggunakan rumus keliling dan luas bangun datar untuk
menyelesaikan masalah
Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!
1. Perhatikan gambar berikut! Lukisan berbentuk persegi panjang berukuran
40 𝑐𝑚 × 50𝑐𝑚 dipasang pada bingkai berbentuk persegi dengan panjang sisi
60 cm. Tentukan luas daerah yang tidak tertutup gambar!
2. Sebuah lantai berukuran 8 𝑚 × 8 𝑚, akan dipasang ubin yang berbentuk
jajargenjang dengan ukuran alas 20 cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah banyak
ubin yang dibutuhkan!
3. Diketahui ABCD dan KLMN adalah dua buah persegi yang tersusun seperti
pada gambar berikut. Hitunglah luas dan keliling daerah yang diarsir!
4. Adi mempunyai kawat sepanjang 20 cm yang akan dibuat model persegi dan
persegi panjang. Berapakah sebanyak-banyaknya persegi dan persegi panjang
yang dapat dibuat oleh Adi?
5. Sebuah jajargenjang memiliki panjang alas dua kali dari panjang sisi miring.
Panjang sisi miring juga dua kali tinggi jajargenjang. Jika keliling
jajargenjang adalah 60 cm. Berapakah luas jajargenjang tersebut?
159 Lampiran 1.10
MATERI
Materi Pokok : Bangun Datar (Segi Empat)
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar : 6.2 Menginden tifikasi sifat-sifat persegi ang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-
layang
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Pengertian, Sifat-sifat, Luas dan Keliling Segi Empat
1. Persegi
Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat
sudutnya sama besar, yaitu 90°.
Sifat-sifat persegi:
1) Keempat sisinya sama panjang
2) Keempat sudutnya siku-siku
3) Kedua diagonalnya sama panjang, saling berpotongan, saling tegak lurus
di satu titik, dan saling membagi dua sama panjang
4) Diagonalnya membagi sudut-sudut menjadi sama besar
Luas Persegi
Luas adalah besar area atau wilayah daerah . Jadi Luas persegi adalah: L= s
× 𝑠
Keliling Persegi
Keliling adalah jumlah panjang sisi-sisi yang membatasi bangun tersebut.
Jadi, Keliling Persegi adalah:
160 Lampiran 1.10
K= 4× 𝑠
dimana s adalah panjang sisi persegi
Gambar 2
Bangun Persegi
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki empat sisi lurus (dua
pasang sisi) dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat
sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang:
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
2) Keempat sudutnya siku-siku
3) Kedua diagonalnya sama panjang
4) Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama
panjang
Luas Persegi Panjang adalah:
L= 𝑝 × 𝑙
Keliling Persegi Panjang adalah:
K= 2× (𝑝 + 𝑙)
Dimana 𝑝 adalah panjang persegi panjang dan 𝑙 adalah lebar persegi panjang
161 Lampiran 1.10
Gambar 2
Bangun Persegi Panjang
3. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan
sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Sifat-sifat jajargenjang:
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2) Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang (berpotongan di
titik yengah)
3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
4) Sudut-sudut yang berdekatan saling berpenglurus
Luas jajar genjang adalah:
L= 𝑎 × 𝑡
Keliling Jajar Genjang adalah:
K= AB + BC + CL + AL
Dimana 𝑎 adalah panjang alas dari jajar genjang dan 𝑡 besar tinggi dari jajar
genjang
Gambar 3
Bangun Jajargenjang
163
Lampiran 2.1
Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pokok Bahasan : Bangun Datar (Segiempat)
Kelas/Semester : VII/2
No. Aspek yang diamati Uraian Nomor
Butir
I Pra pembelajaran 1. Kesiapan pembelajaran 1.1, 1.2
II Kegiatan awal 1. Memberikan apersepsi
2. Memotivasi peserta didik
3. Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran
2.1
2.2
2.3
III Kegiatan inti 1. Guru membimbing siswa mem-
bentuk kelompok.
2. Menjelaskan tentang cara kerja
model pembelajaran.
3. Guru membagi lembar materi,
lembar diskusi dan puzzle
4. Siswa belajar bersama untuk
mempelajari buku siswa
5. Siswa bersama menyusun puzzle
6. Siswa berdiskusi dalam kelompok
untuk menyelesaikan lembar
diskusi
7. Siswa menuliskan hasil diskusi.
8. Siswa mempresentasikan hasil
mengerjakan lembar diskusi.
9. Mengadakan analisis tanya jawab.
10. Membahas lembar diskusi dan
menyimpulkan
3.1
3.2
3.3, 3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12, 3.13
IV Penutup 1. Memberi kesempatan siswa untuk
bertanya
2. Menyampaikan pembelajaran
yang akan datang
3. Menutup kegiatan pembelajaran
4.1
4.2
4.3
164
Lampiran 2.2
Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika
dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Berbantuan Media Puzzle
Pokok Bahasan : Bangun Datar (Segiempat)
Kelas / Semester : VII-A / 2
Siklus / Pertemuan : 2 / 2
Hari / Tanggal :
Waktu :
Petunjuk pengisian
Berilah tanda (√) pada pilihan yang sesuai. Tuliskan deskripsi hasil pengamatan
selama kegiatan pembelajaran.
No. Aspek yang diamati Pelaksanaan
Deskripsi Ya Tidak
I. Pra pembelajaran
1.1 Guru mengecek kehadiran siswa.
1.2 Guru mengkondisikan siswa.
II. Kegiatan Awal
2.1 Memberikan apersepsi.
2.2 Mengkomunikasikan model
pembelajaran yang akan
digunakan yaitu model
Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM).
2.3 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada siswa agar
dapat mengidentifikasi sifat-sifat
segi empat.
165
Lampiran 2.2
III. Kegiatan inti pembelajaran
3.1 Siswa membentuk kelompok
kecil (setiap kelompok terdiri
dari 4 siswa).
3.2 Siswa mendengarkan penjelasan
guru tentang cara kerja model
Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM).
3.3 Siswa diberikan buku siswa
untuk dipelajari siswa
3.4 Siswa diberikan suatu
permasalahan yang disajikan
dalam bentuk puzzle yang
menimbulkan teka-teki atau
pertanyaan.
3.5 Guru membagikan Lembar
Diskusi tentang aplikasi
penerapan sifat-sifat dari
segiempat.
3.6 Siswa diminta mempelajari buku
siswa
3.7 Siswa diminta untuk menyusun
puzzle
3.8 Siswa melakukan kegiatan
berdiskusi kelompok.
3.9 Siswa diminta menuliskan hasil
diskusi.
3.10 Dua kelompok
166
Lampiran 2.2
mempresentasikan hasil
mengerjakan kartu masalah di
depan kelas.
3.11 Siswa bersama guru
mengadakan analisis jawaban
melalui tanya jawab.
3.12 Siswa bersama guru membahas
Lembar Diskusi yang telah
dikerjakan.
3.13 Siswa bersama guru membuat
kesimpulan.
IV. Penutup
4.1 Siswa diberikan kesempatan
untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas.
4.2 Guru menyampaikan materi
pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
4.3 Guru menutup kegiatan
pembelajaran.
SARAN:
....................................................................................................................................
............................................................................................................................ ........
,
Observer,
( Ika rahmawati )
167
L
ampiran
2.3
KISI-KISI ANGKET
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
Berpikir kritis adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang akan
diambil ketika menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Aspek Indikator No Item
Jumlah Positif Negatif
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus)
1. Siswa mampu menuliskan yang diketahui
dari soal
1
4
2. Siswa mampu menuliskan yang
ditanyakan dari soal
2
3. Siswa memahami inti dari soal 3
4. Siswa berusaha mengetahui informasi
dengan baik
6
168
L
ampiran
2.3
2. Menjelaskan istilah yang
digunakan (clarity)
1. Siswa mampu mengubah pernyataan
dalam bentuk simbol matematis
7
4
2. Siswa mampu memberikan penjelasan
sederhana dari suatu pernyataan
10
3. Siswa mampu menyanggah atau menolak
pendapat dari siswa lain
9
4. Siswa senang menanyakan hal yang
belum dipahami
16
3. Mampu memilih argumen
logis, relevan, dan akurat
(reasons)
1. Siswa mampu mengemukakan pendapat
yang logis
4
5
2. Siswa mampu menjawab pertanyaan dari
guru dengan jawaban yang logis, relevan
dan akurat
8
3. Siswa memiliki gambaran ide
penyelesaian dari suatu permasalahan
5
4. Siswa dapat mempertimbangkan
pendapat dari siswa lain
13
5. Siswa dapat memilah pendapat dari siswa 11
169
L
ampiran
2.3
lain
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari
suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu
keputusan (inference)
1. Siswa mampu menentukan penyelesaian
dengan mempertimbangan konsep yang
ada
14
3 2. Siswa dapat menarik kesimpulan sesuai
fakta yang relevan
15
3. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai
dengan kesimpulan yang dibuat
12
Jumlah 10 6 16
170
L
ampiran
2.3
VALIDASI ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA
Petunjuk:
Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kritis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada tiap item
dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.
No
. Hal yang diamati
Penelitian
Ket Bahasa
Kesesuaian
dengan
indikator
Item yang digunakan
Mudah dipahami Sulit
dipahami
Ya Tidak Diterima Direvisi
1. Siswa mampu menuliskan yang
diketahui dari soal
2. Siswa mampu menuliskan yang
ditanyakan dari soal
3. Siswa tidak memahami inti dari soal
4. Siswa mampu mengemukakan
pendapat yang logis
171
L
ampiran
2.3
5. Siswa memiliki gambaran ide
penyelesaian dari suatu permasalahan
6. Siswa berusaha mengetahui informasi
dengan baik
7. Siswa mampu mengubah pernyataan
dalam bentuk simbol matematis
8. Siswa mampu menjawab pertanyaan
dari guru dengan jawaban yang logis,
relevan dan akurat
9. Siswa mampu menyanggah atau
menolak pendapat dari siswa lain
10. Siswa tidak mampu memberikan
penjelasan sederhana dari suatu
pernyataan
11. Siswa dapat memilah pendapat dari
siswa lain
12. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai
dengan kesimpulan yang saya buat
172
L
ampiran
2.3
13. Siswa dapat mempertimbangkan
pendapat dari siswa lain
14. Siswa tidak mampu menentukan
penyelesaian dengan
mempertimbangan konsep yang ada
15. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan
sesuai fakta yang relevan
16. Siswa senang menanyakan hal yang
belum dipahami
Saran: ............................................................................................................................. ....................................................................
171
L
ampiran
2.4
VALIDASI ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA
Petunjuk:
Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kritis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada tiap item
dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.
No
. Hal yang diamati
Penelitian
Ket Bahasa
Kesesuaian
dengan
indikator
Item yang digunakan
Mudah dipahami Sulit
dipahami
Ya Tidak Diterima Direvisi
1. Siswa mampu menuliskan yang
diketahui dari soal
2. Siswa mampu menuliskan yang
ditanyakan dari soal
3. Siswa tidak memahami inti dari soal
4. Siswa mampu mengemukakan
pendapat yang logis
172
L
ampiran
2.4
5. Siswa memiliki gambaran ide
penyelesaian dari suatu permasalahan
6. Siswa berusaha mengetahui informasi
dengan baik
7. Siswa mampu mengubah pernyataan
dalam bentuk simbol matematis
8. Siswa mampu menjawab pertanyaan
dari guru dengan jawaban yang logis,
relevan dan akurat
9. Siswa mampu menyanggah atau
menolak pendapat dari siswa lain
10. Siswa tidak mampu memberikan
penjelasan sederhana dari suatu
pernyataan
11. Siswa dapat memilah pendapat dari
siswa lain
12. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai
dengan kesimpulan yang saya buat
173
L
ampiran
2.4
13. Siswa dapat mempertimbangkan
pendapat dari siswa lain
14. Siswa tidak mampu menentukan
penyelesaian dengan
mempertimbangan konsep yang ada
15. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan
sesuai fakta yang relevan
16. Siswa senang menanyakan hal yang
belum dipahami
Saran: ............................................................................................................................. ....................................................................
174
Lampiran 2.5
ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
I. Petunjuk Pengisian Angket:
1. Angket ini berisikan pertanyaan tentang apa yang anda rasakan atau
lakukan dalam proses belajar matematika
2. Isilah identitas diri anda
3. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri
4. Bubuhkan tanda “cek (√)” pada jawaban yang sesuai dengan anda
II. Identitas Siswa
Nama :
NIS :
Tiap item atau pertanyaan tersedia lima pilihan yaitu:
SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS ST RG TS STS
1.
Ketika guru memberikan soal
matemataika, saya mampu
membayangkan dan menuliskan yang
diketahui dari soal
2. Ketika guru memberikan soal
175
Lampiran 2.5
matemataika, saya mampu menuliskan
yang ditanyakan dari soal
3.
Jika guru membacakan sebuah soal
matematika, saya tidak mampu
memahami inti dari soal tersebut
4.
Jika guru memberikan sebuah
permasalahan matematika, saya mampu
mengemukakan pendapat saya dengan
logis mengenai permasalahan tersebut
5.
Jika diberikan suatu masalah
matematika, saya tidak mempunyai
gambaran atau ide mengenai masalah
tersebut
6.
Ketika diberikan suatu soal atau
penjelasan matematika, saya berusaha
mengetahui informasi soal tersebut
dengan baik
7.
Saya mampu mengubah pernyataan
matematika dalam bentuk simbol
matematis
8.
Saya mampu menjawab pertanyaan dari
guru dengan jawaban yang logis,
relevan dan akurat
9. Saya mampu menyanggah atau menolak
pendapat yang diberikan siswa lain
10.
Saya tidak mampu memberikan
penjelasan sederhana dari suatu
pernyataan matematika
11. Saya dapat memilah pendapat yang
dikemukakan siswa lain
176
Lampiran 2.5
12. Saya dapat menyelesaikan soal sesuai
dengan pendapat yang saya buat
13.
Saya tidak mampu mempertimbangkan
pendapat dari siswa lain mengenai soal
matematika yang diberikan guru
14.
Saya tidak mampu menentukan
penyelesaian dengan
mempertimbangkan konsep matematika
yang ada
15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan
sesuai fakta yang telah dikemukakan
16.
Jika ada penjelasan dari guru
matematika yang belum saya pahami,
saya langsung menanyakannnya
177
Lam
piran
2.6
KISI-KISI ANGKET
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, ide atau karya nyata
dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk membuat suatu penyelesaian dari suatu persoalan dengan
cara yang baru, beragam dan berbeda.
Aspek Indikator No Item
Jumlah Positif Negatif
1. Kelancaran (fluency) adalah
kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan
1. Siswa mampu memberikan pendapat atau
saran terhadap suatu masalah 1
5
2. Siswa mampu memikirkan penyelesaian
lebih dari satu penyelesaian 13
3. Siswa mampu menemukan lebih dari satu
ide atau gagasan 14
4. Siswa mampu mengimajinasikan atau 9
178
Lam
piran
2.6
membayangkan suatu permasalahan
5. Siswa berani mencoba 2
2. Keluwesan (flexibility) adalah
kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-
macam pemecahan atau
pendekatan terhadap masalah.
1. Siswa mampu mencetuskan penyelesaian
dengan sudut strategi yang berbeda 15 12
5
2. Siswa tertantang untuk menyelesaikan suatu
permasalahn dengan cara yang bebeda 3
3. Siswa mampu memberikan saran atau
tanggapan terhadap jawaban siswa lain 10
4. Siswa mampu menyelesaikan tugas
individual tanpa bantuan siswa lain 19
5. Siswa mampu memberikan penafsiran yang
beragam 4
3. Keaslian (originalty) adalah
kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, tidak klise,
dan jarang diberikan
kebanyakan orang
1. Siswa mampu menemukan suatu
penyelesaian yang baru 6
5
2. Siswa mampu memikirkan cara yang tidak
lazim untuk menyelesaikan suatu masalah 5
3. Siswa mampu mengkombinasikan berbagai
ide untuk menghasilkan penyelesaian yang
baru
11
179
Lam
piran
2.6
4. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh
pendapat siswa lain 17
5. Siswa senang memikirkan dan mencoba
cara-cara baru 8
4. Elaborasi (elaboration) adalah
kemampuan menguraikan
secara runtut langkah
penyelesaian masalah.
1. Siswa mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau ide 16
5
2. Siswa senang mencari penyelesaian yang
praktis 12
3. Siswa senang mempertimbangkan masukan
dan kritikan dari siswa lain untuk
penyempurnaan penyelesaian tugas
20
4. Siswa mampu menuliskan ide atau gagasan
yang ada ke dalam bentuk tulisan 7
5. Siswa mampu mengungkapkan gagasan
atau ide secara rinci 18
Jumlah 14 6 20
180
L
ampiran
2.7
VALIDASI ANGKET BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
Petunjuk:
Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kreatif matematis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada
tiap item dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.
No. Hal yang diamati
Penelitian
Ket Bahasa
Kesesuaian
dengan
indikator
Item yang digunakan
Mudah
dipahami
Sulit
dipahami
Ya Tidak Diterima Direvisi
1. Siswa mampu memberikan pendapat atau
saran terhadap suatu masalah
2. Siswa berani mencoba
3.
Siswa tertantang untuk menyelesaikan
suatu permasalahn dengan cara yang
bebeda
4. Siswa mampu memberikan penafsiran
181
L
ampiran
2.7
yang beragam terhadap suatu masalah
5. Siswa mampu memikirkan cara yang tidak
lazim untuk menyelesaikan suatu masalah
6. Siswa mampu menemukan suatu
penyelesaian yang baru
7. Siswa mampu menuliskan ide atau gagasan
yang ada ke dalam bentuk tulisan
8. Siswa mampu mengimajinasikan suatu
permasalahan
9.
Siswa senang memikirkan dan mencoba
cara-cara baru yang dianggap praktis untuk
mempelajari matematika
10. Siswa mampu memberikan saran atau
tanggapan terhadap jawaban siswa lain
11.
Siswa mampu mengkombinasikan
berbagai ide untuk menghasilkan
penyelesaian yang baru
12. Siswa senang memikirkan dan memcoba
182
L
ampiran
2.7
mencari penyelesaian yang praktis
13. Siswa mampu memikirkan penyelesaian
lebih dari satu penyelesaian
14. Siswa mampu menemukan lebih dari satu
ide atau gagasan
15. Siswa mampu mencetuskan penyelesaian
dengan strategi yang berbeda
16. Siswa mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau ide
17. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh
pendapat siswa lain
18. Siswa mampu mengungkapkan gagasan
atau ide secara rinci
19. Siswa mampu menyelesaikan tugas
individual tanpa bantuan siswa lain
20.
Siswa suka mempertimbangkan masukan
dan kritikan dari siswa lain untuk
penyempurnaan penyelesaian tugas
184 Lampiran 2.8
ANGKET BERPIKIR KREATIF SISWA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PBM)
I. Petunjuk Pengisian Angket:
1. Angket ini berisikan pertanyaan tentang apa yang anda rasakan atau
lakukan dalam proses belajar matematika
2. Isilah identitas diri anda
3. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri
4. Bubuhkan tanda “cek (√)” pada jawaban yang sesuai dengan anda
II. Identitas Siswa
Nama :
NIS :
Tiap item atau pertanyaan tersedia lima pilihan yaitu:
SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS ST RG TS STS
1.
Saya mampu memberikan pendapat atau
saran terhadap suatu soal yang diberikan
guru matematika
2.
Ketika guru memberikan soal
matematika, saya tidak berani mencoba
mengerjakannya
185 Lampiran 2.8
3.
Ketika guru matematika memberikan
soal, saya merasa tertantang untuk
menyelesaikan soal tersebut dengan cara
yang bebeda
4.
Jika guru matematika memberikan
gambar, cerita atau masalah, maka saya
dapat memberikan penafsiran yang
beragam terhadap soal gambar, cerita
atau masalah tersebut
5.
Saya tidak mampu memikirkan cara yang
tidak lazim untuk menyelesaikan soal
matematika yang diberikan guru
6.
Saya merasa tidak mampu menemukan
suatu penyelesaian yang baru terhadap
soal matematika yang pernah saya
kerjakan
7.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
mampu menuliskan ide atau gagasan saya
ke dalam bentuk tulisan atau simbol
matematika
8.
Saya senang memikirkan dan mencoba
cara-cara baru yang saya anggap praktis
untuk mempelajari matematika
9.
Bila saya diberi soal matematika dari
pokok bahasan yang sudah saya pelajari
maka saya dapat langsung
membayangkan langkah-langkah
penyelesaiannya
10. Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya
186 Lampiran 2.8
mampu memberikan saran atau
tanggapan terhadap jawaban siswa lain
11.
Saya mampu mengkombinasikan
berbagai ide atau penyelesaian untuk
menghasilkan penyelesaian yang baru
12.
Walaupun saya sudah menjawab dengan
benar soal-soal latihan matematika, tetapi
penyelesaiannya panjang, maka saya
mencari cara menyelesaikan yang lebih
praktis
13.
Jika diberi suatu masalah, saya dapat
memikirkan bermacam-macam cara yang
berbeda untuk memecahkan masalah
tersebut
14.
Jika saya diberikan soal matematika, saya
tidak mampu menemukan lebih dari satu
ide atau gagasan untuk
menyelesaiakannya
15.
Saya tidak mampu mencetuskan
penyelesaian dengan strategi yang
berbeda
16.
Jika saya sudah mengetehui berbagai
penyelesaian matematika, saya mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu
penyelesaian atau gagasan
17.
Saya tidak mudah terpengaruh oleh
pendapat siswa lain terhadap suatu soal
matematika
18. Saya mampu mengungkapkan gagasan
187 Lampiran 2.8
atau ide atau penyelesaian secara rinci
19. Saya mampu menyelesaikan tugas
individual tanpa bantuan siswa lain
20.
Siswa suka mempertimbangkan masukan
dan kritikan dari siswa lain untuk
penyempurnaan penyelesaian tugas
188
L
ampiran
2.9
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Kebumen Alokasi Waktu : 60 menit
Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 5 soal
Kelas/Semester : VII A/II Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.2 Mengindentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang.
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Keterangan :
C4: Menganalisis C5: Mengevaluasi C6: Menciptakan
Indikator Pencapaian
Kompetensi Indikator Soal
No
Soal
Indikator
Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir
Kreatif
Aspek yang
diukur
1 2 3 4 1 2 3 4 C4 C5 C6
6.2 Mengidentifikasi
unsur-unsur persegi,
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi
unsur-unsur dan pengertian pada 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √
189
L
ampiran
2.9
persegi panjang, jajar
genjang, belah
ketupat, layang-
layang dan trapesium:
sisi, sudut, diagonal.
persegi.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi
unsur-unsur atau bagian-bagian
yang terdapat pada bangun persegi
panjang dan jajargenjang
2 √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi
unsur-unsur atau bagian-bagian
yang terdapat pada jajar genjang.
3a √ - √ √ √ - √ - √ √ -
3b - - √ √ √ - √ - √ √ -
3c - - √ √ √ - √ √ √ √ -
4. Mengidentifikasi atau mencari
besar sudut pada jajargenjang
4a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4b - √ - √ - - √ √ - √ -
4c - - √ √ - - - √ √ √ -
6.3 Menghitung keliling
bangun segi empat serta
menggunakannya dalam
pemecahan masalah
5. Menggunakan rumus keliling
bangun persegi untuk
menyelesaikan masalah
5a √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √
5b - - √ √ - √ √ √ √ √ √
190
L
ampiran
2.9
Indikator kemampuan berpikir kritis:
1. merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)
2. menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)
3. mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)
4. mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan
yang diambil sebagai suatu keputusan (inference)
Indikator kemampuan berpikir kreatif:
1. menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah
(Kelancaran)
2. menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda
(Keluwesan)
3. kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara
yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan
orang (Keaslian)
4. menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah
(Elaborasi)
194
Lampiran 2.11
SOAL TES SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII A/II
Alokasi Waktu : 60 menit
Petunjuk:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Isilah nama dan nomor urut di sudut kanan atas lembar jawaban.
3. Kerjakan dahulu soal-soal yang dianggap mudah.
4. Periksalah kembali pekerjaanmu sebelum diserahkan kepada Bapak/Ibu guru.
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. “Persegi adalah suatu segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar”.
Apakah pernyataan tersebut cukup untuk menggambarkan persegi? Jelaskan!
2. Apakah yang dapat kamu kemukakan mengenai bangun dibawah ini?
3.
ABCD suatu jajar genjang, benarkah pernyataan-pernyataan berikut ini?
Berilah alasan!
a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶
b. Panjang 𝐴𝐸 = Panjang 𝐵𝐸
c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐵𝐶𝐷
4.
195
Lampiran 2.11
ABCD adalah suatu jajargenjang. Jika besar ∠𝐺𝐸𝐵 = 134° dan besar
∠𝐺𝐴𝐷 = 34°.
a. Berapakah besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸?
b. Berapakah besar sudut ∠𝐵𝐶𝐷?
c. Berapakah besar sudut ∠𝐵𝐴𝐷?
5. “Seorang pelari berlari mengelilingi suatu lapangan yang berbentuk persegi,
pelari tersebut telah berlari sepanjang 348 meter. ”
a. Jika panjang sisi 3𝑥 − 7 dan 2𝑥 + 5, maka berapa meterkah keliling
lapangan tersebut?
b. Berapa kali pelari tersebut telah mengelilingi lapangan?
196
Lampiran 2.12
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 1
Nomor
Soal Kriteria Penilaian Skor
1. Diketahui: Persegi adalah suatu segi empat dengan sisi-sisi
yang berhadapan sejajar
Ditanya : Apakah pernyataan tersebut cukup untuk
menggambarkan persegi?
Jawab :
Tidak cukup,
Karena sesuai dengan pengertian dari persegi yaitu segi
empat yang memiliki dua pasang sisi berhadapan sejajar dan
sama panjang serta ke-empat sudutnya siku-siku.
Jadi dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pernyataan tersebut tidak cukup atau kurang tepat untuk
menggambarkan suatu persegi karena kurangnya suatu
pernyataan “sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama
panjang serta ke-empat sudutnya siku-siku”.
Jika tidak ditambahkan pernyataan tersebut, maka
pernyataan diatas dapat menggambarkan suatu bangun segi
empat yang lain seperti persegi panjang.
1
2
8
3
Jumlah Skor 15
2. Diketahui: Bangun persegi panjang
Ditanyakan: Apakah maksud dari gambar tersebut?
Jawab:
Gambar tersebut menggambarkan sebuah persegi panjang,
dimana persegi panjang tersebut memiliki tiga warna. Dari
warna tersebut akan dapat membentuk sebuah bangun segi
empat yang baru yaitu jajargenjang, seperti gambar dibawah
ini:
Hal ini menunjukkan bahwa jajargenjang dapat diturunkan
dari sebuah persegi panjang. Selain itu, kedua bangun
1
4
3
7
197
Lampiran 2.12
tersebut juga memiliki kesamaan sifat yaitu, sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar.
Jumlah Skor 15
3. Diketahui : sebuah jajar genjang ABCD
Ditanya : Menentukan benar atau salah, serta
penjelasannya:
a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶
b. Luas daerah ∆𝐷𝐵𝐴 = Luas daerah ∆𝐵𝐷𝐶
c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐴𝐷𝐶
Jawab :
a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶 benar,
Karena sisi AD dan sisi BC berhadapan, sehingga sesuai
salah satu sifat dari jajar genjang yaitu sisi-sisi yang
berhadapan sejajar.
b. Panjang 𝐴𝐸 = Panjang 𝐵𝐸 tidak benar,
Karena sesuai dengan salah satu sifat dari jajar genjang
yaitu diagonal pada jajar genjang berpotongan di satu
titik dan saling membagi dua sama panjang dan sisi yang
berhadapan sejajar serta sama panjang, sehingga panjang
diagonal 𝐴𝐸 akan sama dengan panjang diangonal 𝐶𝐸,
sedangkan panjang diagonal 𝐵𝐸 akan sama dengan
panjang diagonal 𝐷𝐸
c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐴𝐷𝐶 salah atau tidak sama,
Karena sesuai dengan salah satu sifat dari jajar genjang
sudut-sudut yang berhadapan yang memiliki besar sudut
yang sama, sedangkan ∠𝐷𝐴𝐵 dan ∠𝐴𝐷𝐶 adalah sudut
yang berdekatan sehingga kedua sudut tersebut
merupakan sudut berpelurus dan bukan sudut yang
berhadapan. Seharusnya ∠𝐷𝐴𝐵 berhadapan dengan sudut
∠𝐵𝐶𝐷 yang akan mengakibatkan besar sudut tersebut
sama besar
1
2
4
2
4
5
2
5
Jumlah Skor 25
4. Diketahui: Sebuah jajargenjang ABCD seperti pada gambar
di bawah ini. Besar ∠𝐺𝐸𝐵 = 134° dan besar
∠𝐺𝐴𝐷 = 34°
1
198
Lampiran 2.12
Ditanyakan: a. besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸?
b. besar sudut ∠𝐵𝐶𝐷?
c. besar sudut ∠𝐵𝐴𝐷?
Jawab:
a. Untuk mencari besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸, kita dapat menarik
sebuah gari lurus, seperti gambar dibawah ini:
Dengan menarik sebuah garis lurus akan membentuk dua
buah segitiga siku-siku.
∠𝐺𝐸𝐶 = 180° − ∠𝐺𝐸𝐵
∠𝐺𝐸𝐶 = 180° − 134° ∠𝐺𝐸𝐶 = 46° Misalkan salah satu segitiga siku-siku tersebut ∆𝐺𝐸𝐻,
sehingga ∠𝐸𝐻𝐺 = 90° karena siku-siku.
∠𝐸𝐺𝐻 = 180° − 90° − 46° = 44° ∠𝐴𝐺𝐼 = 180° − 90° − 34° = 56° Jadi besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸 = 180° − 56° − 44° = 80°
b. ∠𝐵𝐶𝐷 = ∠𝐵𝐸𝐺
∠𝐵𝐶𝐷 = 180° − ∠𝐺𝐸𝐶
∠𝐵𝐶𝐷 = 180° − 46° ∠𝐵𝐶𝐷 = 134° Jadi besar ∠𝐵𝐶𝐷 adalah 134°
c. ∠𝐵𝐴𝐷 = ∠𝐵𝐶𝐷 = 134° Karena pada jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan
sama besar
4
4
2
3
4
3
2
3
Jumlah Skor 26
5. Diketahui: “Seorang pelari berlari mengelilingi suatu
lapangan yang berbentuk persegi, pelari tersebut
telah berlari sepanjang 348 meter”
1
H
I
199
Lampiran 2.12
Ditanyakan: a. Berapa meterkah keliling lapangan jika
panjang sisi 3𝑥 − 7 dan 2𝑥 + 5?
b. Berapa kali pelari berlari mengelilingi
lapangan?
Jawab:
a. Karena persegi memiliki sifat yaitu panjang semua
sisinya sama, maka:
3𝑥 − 7 = 2𝑥 + 5
3𝑥 − 2𝑥 = 5 + 7
𝑥 = 12
Jadi panjang sisi persegi:
(3 × 12) − 7 = (2 × 12) + 5
36 − 7 = 24 + 5
29 = 29 (meter)
Karena panjang sisi persegi 29 meter, maka keliling
persegi tersebut, sesuai dengan pengertian keliling
persegi = 29 + 29 + 29 + 29 = 116 (meter)
Jadi keliling lapangan tersebut adalah 116 meter
b. Karena keliling lapangan tersebut 116 meter, maka untuk
menempuh satu kali putaran lapangan tersebut sama
dengan keliling persegi tersebut. Karena pelari sudah
berlari sejauh 348 meter, maka 348 ∶ 116 = 3
Jadi peleari tersebut telah berlari sebanyak 3 kali putaran
4
2
2
3
4
3
Jumlah Skor 19
Total Skor 100
Nilai 100
200
L
ampiran
2.1
3
PEDOMAN PENILAIAN TES
BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SIKLUS 1
No Aspek yang
Dinilai Kriteria Nilai Skor
Skor Tiap Soal
1 2 3a 3b 3c 4a 4b 4c 5a 5b
1. merumuskan
pokok-pokok
permasalahan
(focus)
Tidak menuliskan yang diketahui
dan yang ditanyakan dari soal 0
2 2 2 - - 2 - - 2 - Menuliskan yang diketahui atau
yang ditanyakan dari soal 1
Menuliskan yang diketahui dan
yang ditanyakan dari soal 2
2. menjelaskan istilah
yang digunakan
(clarity)
Tidak mampu menjelaskan istilah
yang digunakan 0
2 2 2 - - 2 - - 2 - mampu menjelaskan istilah yang
digunakan tetapi belum tepat 1
mampu menjelaskan istilah yang
digunakan dengan tepat 2
3. mampu memilih
argumen logis,
relevan, dan akurat
(reasons)
Tidak dapat memberikan argumen
sama sekali 0
2 2 2 2 2 2 - 2 2 2 Mampu memberikan argumen
tetapi belum tepat 1
Mampu memberikan argumen
dengan tepat 2
4. mampu Tidak dapat memaparkan 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
201
L
ampiran
2.1
3
menentukan
akibat/kesimpulan
dari suatu
pernyataan yang
diambil sebagai
suatu keputusan
(inference)
kesimpulan dari argumen
matematis yang diberikan
Mampu memaparkan konsep
kesimpulan dari argumen
matematis yang diberikan tetapi
belum sesuai
1
Mampu memaparkan kesimpulan
dari argumen matematis yang
diberikan tetapi belum tepat 2
Total Skor Maksimal
8 8 8 4 4 8 2 4 8 4
S = 58
58× 100%
= 100 %
202
L
ampiran
2.1
3
PEDOMAN PENILAIAN TES
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SIKLUS 1
No Aspek yang
Dinilai Kriteria Nilai Skor
Skor Tiap Soal
1 2 3a 3b 3c 4a 4b 4c 5a 5b
1. menghasilkan
banyak
gagasan
pemecahan
masalah
(Kelancaran)
.
Tidak dapat memberikan
pendapat/gagasan sama sekali 0
2 2 - 2 2 2 - - 2 -
Mampu memberikan
pendapat/gagasan tetapi belum tepat 1
Mampu memberikan
pendapat/gagasan dengan tepat 2
2. menyelesaikan
masalah
dengan cara
yang berbeda
(Keluwesan)
Sama sekali tidak dapat
menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika
0
2 2 2 - - 2 - - 2 - Dapat menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika tetapi belum
tepat
1
Dapat menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika dengan tepat 2
3. kemampuan
untuk
mencetuskan
gagasan
Tidak menjawab/menyelesaikan
persoalan matematika dengan konsep
matematika yang ada
0 2 2 2 - 2 2 2 - 2 2
Menjawab/menyelesaikan persoalan 1
203
L
ampiran
2.1
3
dengan cara-
cara yang asli,
tidak klise dan
jarang
diberikan
kebanyakaan
orang
(Keaslian)
matematika dengan konsep
matematika yang ada tetapi belum
tepat
Menjawab/menyelesaikan persoalan
matematika dengan konsep
matematika yang ada dengan tepat 2
4. menguraikan
secara runtut
langkah
penyelesaian
masalah
(Elaborasi)
Tidak menulis
kesimpulan/penyelesaian dari
persoalan matematika
0
2 2 - 2 2 2 2 2 2 2
Menulis kesimpulan/penyelesaian dari
persoalan matematika tetapi belum
sesuai
1
Menulis kesimpulan/penyelesaian dari
persoalan matematika dengan runtut
dan tepat
2
Total Skor Maksimal
6 6 2 4 6 8 4 2 6 4
S = 48
48× 100%
= 100 %
207
Lam
piran
2.1
5
KISI-KISI SOAL TES SIKLUS 2
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Kebumen Alokasi Waktu : 60 menit
Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 5 soal
Kelas/Semester : VII A/II Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.2 Mengindentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang.
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Keterangan :
C3: Aplikasi/Penerapan C4: Menganalisis C5: Mengevaluasi C6: Menciptakan
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Indikator Soal No
Soal
Indikator Berpikir
Kritis
Indikator Berpikir
Kreatif
Aspek yang diukur
1 2 3 4 1 2 3 4 C3 C4 C5 C6
6.2 Mengidentifikasi
unsur-unsur
persegi, persegi
1. Menjelaskan dan
mengidentifikasi suatu
1a √ - √ √ √ √ - √ - √ √ √
1b - - √ √ √ √ - √ - √ √ √
208
Lam
piran
2.1
5
panjang, jajar
genjang, belah
ketupat, layang-
layang dan
trapesium: sisi,
sudut, diagonal.
bangun jajargenjang.
6.3 Menghitung
keliling dan luas
bangun segi empat
serta
menggunakannya
dalam pemecahan
masalah
2. Menjelaskan dan
mengidentifikasi luas
dan keliling bangun
persegi dan persegi
panjang
2 √ - √ √ √ - √ √ √ √ √ √
3. Mengidentifikasi dan
menghitung luas
persegi panjang.
3a √ √ √ √ - - √ √ - √ √ -
3b - - - √ √ √ √ √ - - √ √
3c - - - √ - √ √ √ - - √ √
4. Menggunakan rumus
luas untuk menghitung
luas bangun tak
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √
209
Lam
piran
2.1
5
beraturan
5. Menggunakan rumus
keliling dan luas untuk
menyelesaikan masalah
5a √ - - √ - √ √ √ √ - √ √
5b - √ - √ - - √ √ - √ √ -
5c - √ - √ √ √ - √ - √ √ √
Indikator kemampuan berpikir kritis:
1. merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)
2. menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)
3. mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)
4. mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan
yang diambil sebagai suatu keputusan (inference)
Indikator kemampuan berpikir kreatif:
1. menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah
(Kelancaran)
2. menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda
(Keluwesan)
3. kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara
yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan
orang (Keaslian)
4. menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah
(Elaborasi)
210
Lampiran 2.16
SOAL TES SIKLUS 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII A/II
Alokasi Waktu : 60 menit
Petunjuk:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Isilah nama dan nomor urut di sudut kanan atas lembar jawaban.
3. Kerjakan dahulu soal-soal yang dianggap mudah.
4. Periksalah kembali pekerjaanmu sebelum diserahkan kepada Bapak/Ibu guru.
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Apa yang terjadi jika pada luas jajargenjang yang baru:
a. Tingginya dua kali tinggi jajargenjang semula?
b. Alas dan tingginya dua kali alas dan tinggi jajargenjang semula?
2. Apakah mungkin kamu menggambar persegi dan persegi panjang dengan luas sama
tetapi kelilingnya berbeda? Jelaskan jawabanmu!
3. Kamar Rani berbentuk persegi panjang. Ayah berencana untuk memasang keramik
dilantai kamar Rani. Keramik yang akan dipasang berbentuk persegi (bujur sangkar).
a. Misalkan sepanjang sisi lantai kamar yang panjang dapat dipasang sebanyak 5 ubin
dan sepanjang sisi lantai kamar yang pendek terpasang 4 ubin, maka bagaimanakah
hubungan antara bilangan 5, 4, dan 20?
b. Buatlah bangun datar yang luasnya sama dengan 20 dan tunjukkan ukuran-
ukurannya
c. Perhatikan satu bangun datar yang telah kamu buat pada soal b. Tunjukkan cara
yang berbeda untuk membuat bangun datar itu
4. Hitunglah luas dan keliling bangun yang diarsir!
211
Lampiran 2.16
5. Kakek Marijan mempunyai sepetak sawah dikampungnya. Bentuk sawah kakek seperti
terlihat pada gambar berikut ini:
a. Berapakah keliling dan luas sawah kakek Marijan?
b. Pada panen kemarin, sawah kakek menghasilkan 54 kuintal padi. Berapa kg rata-rata
padi yang dihasilkan setiap 𝑚2?
c. Terdiri dari berapa macam bangunkah sawah kakek Marijan dan berapa banyak
masing-masing bangun yang kalian sebutkan?
30m
13m 12m
212
Lampiran 2.17
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 2
Nomor
Soal Kriteria Penilaian Skor
1. Diketahui: Sebuah jajargenjang
Ditanya : a. Apakah yang akan terjadi jika tinggi
jajargenjang dua kali tinggi jajargenjang
semula?
b. Apakah yang akan terjadi jika alas dan
tingginya dua kali alas dan tinggi jajargenjang
semula?
Jawab :
a. Jika tinggi sebuah jajargenjang menjadi dua kali tinggi
jajargenjang semula, maka lebar jajargenjang juga kan
menjadi lebih lebar dua kali lebar semula, mengikuti
tinggi dan alas jajargenjang tersebut, namun alas
jajargenjang tersebut akan tetap. Selain itu, luas dan
keliling jajar genjang kan menjadi lebih besar dua kali
luas dan keliling jajargenjang semula.
Misal alas jajargenjang 15 cm dan tinggi jajar genjang 3
cm. Maka luasnya= 15 × 3 = 45
Jika tingginya dua kali tinggi semula, maka tingginya
menjadi 6 cm, sehingga luasnya menjadi = 15 × 6 = 90
Begitu juga dengan keliling jajargenjang menjadi dua
kali luas dan keliling jajargenjang semula.
b. Jika alas dan tinggi jajargenjang menjadi dua kali alas
dan tinggi jajargenjang semula, maka luas dan keliling
jajargenjangpun akan menjadi lebih besar dari luas dan
keliling jajargenjang semula.
Misal alas jajargenjang semula 7 cm dan tinggi 4 cm,
maka luasnya = 7 × 4 = 28 , sedangkan kelilingnya
= 7 + 5 + 7 + 5 = 24 𝑐𝑚 Jika alas dan tinggi menjadi dua kali alas dan tinggi
semula, maka alas menjadi 14 cm dan tinggi menjadi 8
cm, maka luasnya menjadi = 14 × 8 = 112. Sehingga
luas jajargenjang setelah alas dan tinggi lebih besar dua
kali alas dan tinggi semula, luasnya akan empat kali
lebih besar dari luas semula. Sedangkan keliling
jajargenjang = 14 + 10 + 14 + 10 = 48 , akan menjadi
dua kali keliling jajargenjang semula.
1
2
2
3
2
2
3
Jumlah Skor 15
2. Diketahui: Bangun persegi dan persegi panjang
Ditanyakan: Apakah mungkin dengan luas sama tetapi
keliling persegi dan persegi panjang berbeda?
1
213
Lampiran 2.17
Jawab:
Mungkin,
Karena pada persegi panjang dua pasang sisi berhadapan
sejajar tetapi tidak sama panjang, sedangkan pada persegi
semua sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
Sehingga akan mengakibatkan besar kelilingnya berbeda.
Pada intinya sisi pada persegi panjang memiliki dua pasang
sisi yang berbeda panjangnya, sedangkan pada persegi
semua panjang sisinya sama.
Contoh: Luas persegi dan persegi panjang 36 𝑐𝑚2 . Kita
akan menghitung keliling persegi dan persegi panjang.
Misal panjang sisi pada persegi adalah 36 yaitu 6 cm,
sehingga akan memperoleh keliling persegi= 4× 6 = 24 cm
Sedangkan pada persegi panjang misal salah satu panjang
sisi 9 cm maka panjang sisi yang lain 36
9 = 4 cm. Sehingga
akan diperoleh keliling persegi panjang yaitu 2 × 9 + 2 × 4 = 26𝑐𝑚
Jadi dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan luas sama belum tentu akan memiliki keliling yang
sama juga.
2
5
4
3
Jumlah Skor 15
3. Diketahui : Kamar berbentuk persegi panjang. Panjang
lantai kamar 5 ubin, dan lebar kamar 4 ubin
Ditanya : a. Apa hubungan antara bilangan 4, 5, dan 20?
b. Bangun datar yang luasnya sama dengan 20
dan tunjukkan ukuran-ukurannya
c. Dari jawaban soal b, pilihlah salah satu
bangun kemudian buatlah bangun tersebut
dengan cara yang berbeda
Jawab :
a. Karena kamar tersebut berbentuk persegi panjang, maka
kamar tersebut akan memiliki panjang, lebar, luas, serta
keliling. Dalam hal ini lantai kamar yang panjang sebagai
panjang dari kamar tersebut yang besarnya 5 ubin, sisi
lantai kamar yang pendek sebagai lebar dari kamar
tersebut yang besarnya 4 ubin, sehingga untuk besar luas
dan keliling kamar tersebut dapat dicari.
Untuk luasnya yaitu dengan mengalikan besar panjang
dan lebarnya= 5 × 4 = 20 (ubin), sedangkan keliling dari
kamar tersebut dapat dihitung dengan menjumlahkan
semua besar sisi-sisi dari kamar tersebut yaitu 5+4+5+4 =
18 (ubin).
Sesuai dengan penjabaran diatas dapat diketahui
hubungan antara bilangan 5, 4, dan 20 yaitu 5 sebagai
1
2
4
3
214
Lampiran 2.17
panjang dari kamar yang berbentuk persegi panjang, 4
sebagai lebar kamar yang berbentuk persegi panjang,
sedangkan 120 sebagai luas dari kamar yang berbentuk
persegi panjang.
b. Bangun jajargenjang dengan besar alas 8 (ubin) dan
tinggi 2,5 (ubin) ; panjang alas 10 (ubin) dan tinggi
2(ubin), panjang alas 20 (ubin) dan tinggi 1 (ubin)
c. Untuk membuat bangun jajar genjang kita bisa
membuatnya dengan persegi panjang, seperti pada
gambar dibawah:
6
2
2
3
Jumlah Skor 23
4. Diketahui: Sebuah bangun tak beraturan.
Ditanyakan: luas bangun yang diarsir dan keliling bangun
tersebut?
Jawab:
Untuk mencari luas bangun yang diarsir dapat dicari dengan
beberapa cara, salah satunya kita bisa membuat sebuah garis
bantu seperti di atas. Kemudian kita bisa menghitung luas
tersebut satu persatu.
1
2
8
215
Lampiran 2.17
Misal luas bangun paling kiri L1= 4 × 3 = 12, L2= 7 ×3 = 21, L3= 10 × 2 = 20, L4= 5 × 2 = 10. Kemudian
untuk mencari luas bangun yang diarsir kita cukup
menambahkan masing-masing luas, mulai dari L1 sampai
L4 yaitu 12 + 21 + 20 + 10 = 63𝑐𝑚2
Jadi luas bangun yang diarsir adalah 63𝑐𝑚2
Untuk mencari keliling bangun diatas yaitu cukup dengan
menjumlahkan masing-masing panjang sisi yang
mengelilingi bangun tersebu
𝐾 = 10 + 5 + 2 + 2 + 3 + 5 + 3 + 3 + 4 = 40 𝑐𝑚 Jadi keliling bangun tersebut adalah 40 cm
3
4
3
Jumlah Skor 21
5. Diketahui: Sebuah sawah berbentuk seperti di bawah ini:
Ditanyakan: a. Berapakah keliling dan luas sawah tersebut?
b. Berapa kg rata-rata padi yang dihasilkan
setiap 𝑚2, jika pada panen kemarin
menghasilkan 54 kuintal?
c. Terdiri dari berapa macam bangunkah sawah
tersebut dan berapa banyak masing-masing
bangun yang kalian sebutkan?
Jawab:
a. Keliling sawah = 30 + 12 + 30 + 12 = 84 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Luas sawah dapat dicari dengan beberapa cara, salah
satunya yaitu:
𝐿 = 𝑝 × 𝑙 = 30 × 12
= 360 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2)
Jadi keliling sawah Kakek Marijan adalah 84 meter dan
luas sawah Kakek Marijan adalah 360 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2
b. Hasil panen padi sawah tersebut 54 kuintal = 5400 kg
Luas sawah 360 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2. Rata-rata hasil panen =5400 𝑘𝑔: 360𝑚2 = 15 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑚2
Jadi rata-rata setiap 𝑚2 sawah Kakek Marijan
menghasilkan 15 𝑘𝑔 padi
c. Sawah tersebut terdiri dari empat bangun, yaitu persegi
panjang, segitiga, jajargenjang, dan trapesium.
Segitiga ada 1, jajargenjang ada 1, trapesium ada 3, dan
1
4
2
3
4
3
6
13m
30m
12m
217
L
ampiran
2.1
7
PEDOMAN PENILAIAN TES
BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SIKLUS 2
No Aspek yang
Dinilai Kriteria Nilai Skor
Skor Tiap Soal
1a 1b 2 3a 3b 3c 4 5a 5b 5c
1. merumuskan
pokok-pokok
permasalahan
(focus)
Tidak menuliskan yang diketahui
dan yang ditanyakan dari soal 0
2 - 2 2 - - 2 2 - - Menuliskan yang diketahui atau
yang ditanyakan dari soal 1
Menuliskan yang diketahui dan
yang ditanyakan dari soal 2
2. menjelaskan istilah
yang digunakan
(clarity)
Tidak mampu menjelaskan istilah
yang digunakan 0
2 - 2 2 - - 2 - 2 2 mampu menjelaskan istilah yang
digunakan tetapi belum tepat 1
mampu menjelaskan istilah yang
digunakan dengan tepat 2
3. mampu memilih
argumen logis,
relevan, dan akurat
(reasons)
Tidak dapat memberikan argumen
sama sekali 0
2 2 2 2 - - 2 2 - - Mampu memberikan argumen
tetapi belum tepat 1
Mampu memberikan argumen
dengan tepat 2
4. mampu Tidak dapat memaparkan 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
218
L
ampiran
2.1
7
menentukan
akibat/kesimpulan
dari suatu
pernyataan yang
diambil sebagai
suatu keputusan
(inference)
kesimpulan dari argumen
matematis yang diberikan
Mampu memaparkan konsep
kesimpulan dari argumen
matematis yang diberikan tetapi
belum sesuai
1
Mampu memaparkan kesimpulan
dari argumen matematis yang
diberikan tetapi belum tepat 2
Total Skor Maksimal
6 4 6 8 2 2 8 4 4 4
S = 48
48× 100%
= 100 %
219
L
ampiran
2.1
7
PEDOMAN PENILAIAN TES
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SIKLUS 2
No Aspek yang
Dinilai Kriteria Nilai Skor
Skor Tiap Soal
1a 1b 2 3a 3b 3c 4 5a 5b 5c
1. menghasilkan
banyak
gagasan
pemecahan
masalah
(Kelancaran)
.
Tidak dapat memberikan
pendapat/gagasan sama sekali
0
2 2 2 2 - 2 2 - - 2
Mampu memberikan
pendapat/gagasan tetapi belum tepat 1
Mampu memberikan
pendapat/gagasan dengan tepat 2
2. menyelesaikan
masalah
dengan cara
yang berbeda
(Keluwesan)
Sama sekali tidak dapat
menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika
0
2 2 2 - 2 2 2 2 - 2 Dapat menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika tetapi belum
tepat
1
Dapat menyelesaikan atau menjawab
persoalan matematika dengan tepat 2
3. kemampuan
untuk
mencetuskan
gagasan
Tidak menjawab/menyelesaikan
persoalan matematika dengan konsep
matematika yang ada
0 2 - 2 2 2 2 2 2 2 -
Menjawab/menyelesaikan persoalan 1
220
L
ampiran
2.1
7
dengan cara-
cara yang asli,
tidak klise dan
jarang
diberikan
kebanyakaan
orang
(Keaslian)
matematika dengan konsep
matematika yang ada tetapi belum
tepat
Menjawab/menyelesaikan persoalan
matematika dengan konsep
matematika yang ada dengan tepat
2
4. menguraikan
secara runtut
langkah
penyelesaian
masalah
(Elaborasi)
Tidak menulis
kesimpulan/penyelesaian dari
persoalan matematika
0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Menulis kesimpulan/penyelesaian
dari persoalan matematika tetapi
belum sesuai
1
Menulis kesimpulan/penyelesaian
dari persoalan matematika dengan
runtut dan tepat
2
Total Skor Maksimal
6 6 4 6 6 8 6 6 4 6
S = 58
58× 100%
= 100 %
228
Lam
piran
3.4
Rekapitulasi Hasil Rerata Lembar Angket Berpikir Kritis
Siklus I dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
1. Merumuskan pokok-pokok
permasalahan (focus) 69,53 81,56 Meningkat
2. Menjelaskan istilah yang digunakan
(clarity) 65,63 77,03 Meningkat
3. Mampu memilih argumen logis,
relevan dan akurat (reasons) 58,63 76,25 Meningkat
4. Mampu menentukan
akibat/kesimpulan dari suatu
pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan (inference)
66,67 76,04 Meningkat
Rerata 65,11 77,72 Meningkat
Kategori Cukup Baik Meningkat
232
Lam
piran
3.8
Rekapitulasi Hasil Rerata Tes Berpikir Kritis
Siklus dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
1. Merumuskan pokok-pokok permasalahan
(focus)
57,81 78,75 Meningkat
2. Menjelaskan istilah yang digunakan (clarity) 59,15 80,47 Meningkat
3. Mampu memilih argumen logis, relevan dan
akurat (reasons)
64,24 78,39 Meningkat
4. Mampu menentukan akibat/kesimpulan dari
suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu
keputusan (inference)
59,06 76,09 Meningkat
Rerata 60,07 78,42 Meningkat
Kategori Cukup Baik Meningkat
236
Lam
piran
3.1
2
Rekapitulasi Hasil Rerata Lembar Angket Berpikir Kreatif
Siklus dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
1. Menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah
(kelancaran)
71,87 84,5 Meningkat
2. Menyelesaikan dengan cara yang berbeda (keluwesan) 61,5 78,38 Meningkat
3. Kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-
cara yang asli, jarang diberikan kebanyakan orang
(keaslian)
66,13 76,5 Meningkat
4. Menguraikan secara runtut langkah penyelesaian
masalah
47,38 66,25 Meningkat
Rerata 61,72 76,41 Meningkat
Kategori Cukup Baik Meningkat
240
L
ampiran
3.1
6
Rekapitulasi Hasil Rerata Tes Berpikir Kreatif
Siklus dan Siklus II
Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
1. Menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah
(kelancaran)
67,97 78,75 Meningkat
2. Menyelesaikan dengan cara yang berbeda (keluwesan) 77,50 82,37 Meningkat
3. Kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-
cara yang asli, jarang diberikan kebanyakan orang
(keaslian)
61,16 78,57 Meningkat
4. Menguraikan secara runtut langkah penyelesaian
masalah (elaborasi)
55,55 73,75 Meningkat
Rerata 65,55 78,36 Meningkat
Kategori Cukup Baik Meningkat
242
Lampiran 4.1
Daftar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen
Tahun Pelajaran 2015/2016
No Nama Keterangan
1. Adam Noval F. L
2. Anindya Putri F. P
3. Arlingga Dimar F. L
4. Dede Restu Aji L
5. Deden Pangestu L
6. Dewi Astuti P
7. Difa Nofanda L
8. Dwi Susanti P
9. Fatwa Nurngaini P
10. Fernanda Prasetyo L
11. Firmansyah Agung P. L
12. Fitri Azizatun N. P
13. Galih L
14. Imam Wijaya L
15. Khairy Aziz F. L
16. Linda Sundari P
17. M. Andreas Janasutra L
18. Mei Asa Pratami P
19. Moh. Irfan A. L
20. Nafa Salsabila P
21. Putri Rahmawati P
22. Rafli Naufala Putra L
23. Revinda Putri A. P
24. Ridho Alkahfi L
25. Rifka Rachmadani P
26. Rio Assifa N. L
27. Risma Firda S. P
28. Ristanti P. P
29. Silvia Meiliana P
30. Sixtian Yuli P. L
31. Tsabit Fuadi L
32. Wildan Evendi P. L