Top Banner
i PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 7 KEBUMEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN MEDIA PUZZLE TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nurhayati NIM 122140051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016
298

peningkatan kemampuan berpikir kritis

Dec 12, 2022

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: peningkatan kemampuan berpikir kritis

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISDAN KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIA

SMP NEGERI 7 KEBUMEN DENGAN MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

BERBANTUAN MEDIA PUZZLETAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :Nurhayati

NIM 122140051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

Page 2: peningkatan kemampuan berpikir kritis

ii

Page 3: peningkatan kemampuan berpikir kritis

iii

Page 4: peningkatan kemampuan berpikir kritis

iv

Page 5: peningkatan kemampuan berpikir kritis

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Janganlah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dengan

langkah pertama

Tetap berpikir diluar kotak, Tetap eksekusi didalam kotak

Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Al-Insyirah: 6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku (Bapak Muhajir dan Ibu Sringatun) yang selalu mendukung

dan mendoakan saya. Terima kasih atas doa dan segala kesabaran serta

ketulusan yang telah kalian berikan padaku.

Kakak dan Adik ( Rahmi, Agus, Taufik, Ari, Safi’i, Fajar, dan Fafa ) yang selalu

memberikan semangat dan dukungannya.

Rijalali dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Teman-teman satu angkatan FKIP Matematika yang selalu memberikan

semangat dan dorongan

Page 6: peningkatan kemampuan berpikir kritis

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dengan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle Pelajaran

2015/2016”.

Penulis menyadari dalam skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo

yang telah memberikan kesempatan penulis dalam menyusun skripsi ini;

2. Yuli Widiyono, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin untuk

mengadakan penelitian;

3. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah membantu dalam perizinan penelitian;

4. Dr. H. Bambang Priyo Darminto, M.Kom., Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, serta

petunjuk dalam penyusunan skripsi ini;

5. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam penyusunan skripsi ini;

Page 7: peningkatan kemampuan berpikir kritis

vii

6. Dra. Murilah, Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang telah memberikan izin

untuk mengadakan penelitian dan mengambil data;

7. Rosidah, S.Pd., Guru kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan mengambil data;

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini dengan limpahan rahmat dan hidayah-

Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah

pengetahuan khususnya bidang pendidikan.

Purworejo, Agustus 2016

Penulis

Nurhayati

Page 8: peningkatan kemampuan berpikir kritis

viii

ABSTRAK

Nurhayati. 122140051. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis danKreatif Matematis Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dengan ModelPembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle TahunPelajaran 2015/2016.Skripsi. Pendidikan Matematika. FKIP. UniversitasMuhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuanberpikir kritis dan kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika diSMP Negeri 7 Kebumen kelas VII A dengan model pembelajaran berbasismasalah (PBM) berbantuan media puzzle.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukanpada siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen tahun pelajaran 2015/2016sebanyak 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kalipertemuan. Pada setiap akhir siklus diadakan tes siklus. Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket dan soal tes berpikir kritisdan kreatif matematis. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakananalisis kualitatif dengan pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika denganmodel pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle terdapatpeningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditunjukan pada kegiatansiklus I siswa belum mampu untuk memberikan penilaian atau pertimbanganterhadap suatu permasalahan matematika, pada siklus II siswa mampumemberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu permasalahanmatematika. Selain itu, perolehan rerata lembar angket berpikir kritis pada siklus I65,11% dengan kategori “cukup” pada siklus II meningkat menjadi 77,72%dengan kategori “baik” sedangkan rerata tes berpikir kritis siswa dari 60,07%dengan kategori “cukup” pada siklus I meningkat menjadi 78,42% dengankategori “ baik” pada siklus II. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa yang ditunjukan pada kegiatan siklus I siswa belum mampumengembangkan gagasan yang dimiliki serta siswa belum mampu memberikanpenyelesaian masalah dengan cara yang berbeda, pada siklus II siswa sudahmampu mengembangkan gagasan yang dimiliki serta siswa sudah mampumemberikan penyelesaian masalah dengan cara yang berbeda. Selain itu,perolehan rerata lembar angket berpikir kreatif siswa pada siklus I dari 61,72%dengan kategori “cukup” pada siklus II meningkat menjadi 76,41% dengankategori “baik” sedangkan rerata tes berpikir kreatif matematis siswa dari 65,55%dengan kategori “cukup” pada siklus I meningkat menjadi 78,36% dengankategori “baik” pada siklus II.

Kata kunci: Berpikir kritis, berpikir kreatif, Pembelajaran Berbasis Masalah(PBM), dan puzzle.

Page 9: peningkatan kemampuan berpikir kritis

ix

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL..................................................................................... IPERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. IiPENGESAHAN............................................................................................ IiiSURAT PERNYATAAN.............................................................................. IvMOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ VKATA PENGANTAR.................................................................................. ViABSTRAK.................................................................................................... ViiiDAFTAR ISI................................................................................................. IxDAFTAR TABEL......................................................................................... XiDAFTAR GAMBAR.................................................................................... XiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. XiiiBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................... 1B. Identifikasi Masalah......................................................... 4C. PembatasanMasalah........................................................ 6D. PerumusanMasalah.......................................................... 6E. Tujuan Penelitian.............................................................. 7F. Manfaat Penelitian............................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DANKERANGKA BERPIKIRA. Kajian Teori...................................................................... 9B. Tinjauan Pustaka.............................................................. 26C. Kerangka Berpikir............................................................. 27D. Hipotesis Tindakan .......................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................ 33B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 33C. Subjek dan Objek Penelitian...................................... 34D. Desain Penelitian ..................…………........................... 35E. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 38F. Teknik Uji Validitas Data............................................... 41G. Teknik Analisis Data........................................................ 41H. Instrumen Penelitian................................................ 44I. Indikator Keberhasilan .................................................... 46

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................... 48B. Pembahasan ..................................................................... 92

BAB V PENUTUPA. Simpulan........................................................................... 112B. Saran................................................................................. 113

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 115

Page 10: peningkatan kemampuan berpikir kritis

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................ 15Tabel 2. Waktu Penelitian......................................................................... 34Tabel 3. Kriteria Analisis Data Angket Berpikir Kritis dan Kreatif ........... 43Tabel 4. Kriteria Analisis Data Tes Angket Berpikir Kritis dan Kreatif..... 44Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ........................... 48Tabel 6. Kegiatan Pra Penelitian Tindakan Kelas...................................... 49Tabel 7. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I ................................ 63Tabel 8. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I ...................................... 65Tabel 9. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I .............................. 67Tabel 10. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ................................... 69Tabel 11. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus II ............................... 84Tabel 12. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II............................. 86Tabel 13. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus II..................................... 88Tabel 14. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .................................. 89Tabel 15. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II............ 95Tabel 16. Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II ................. 99Tabel 17. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II ......... 103Tabel 18. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II ............... 107

Page 11: peningkatan kemampuan berpikir kritis

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir dalam Penelitian ........................... 31Gambar 2. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas......................... 36Gambar 3. Siswa Menyusun Puzzle ........................................................ 55Gambar 4. Siswa Mempresentasikan Materi Keliling.............................. 60Gambar 5. Kegiatan Tes Siklus I ............................................................ 62Gambar 6. Peneliti Ketika Memberikan Rangsangan Berpikir ................ 76Gambar 7. Siswa Mengerjakan Hasil Diskusi ......................................... 77Gambar 8. Diagram Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II. 99Gambar 9. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-1 .......... 100Gambar 10. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-2 .......... 101Gambar 11. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-3 .......... 101Gambar 12. Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-4 .......... 102Gambar 13. Diagram Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II ...... 102Gambar 14. Diagram Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II 106Gambar 15. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-1 ........ 107Gambar 16. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-2 ........ 108Gambar 17. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-3 ........ 109Gambar 18. Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-4 ........ 110Gambar 19. Diagram Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II .... 110

Page 12: peningkatan kemampuan berpikir kritis

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran................................................ 118

1.1 Silabus Pembelajaran................................................................... 1191.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)........................... 1261.3 Lembar Materi......………………..…………………………….. 1401.4 Lembar Diskusi Siswa I ...…....................................................... 1411.5 Lembar Diskusi Siswa II…......................................................... 1421.6 Puzzle.........................................................…………………….. 1441.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)…...................... 1451.8 Lembar Diskusi Siswa III............................................................ 1571.9 Lembar Diskusi Siswa IV............................................................ 1581.10 Materi........................................................................................... 159

Lampiran 2. Instrumen Penelitian........................................................... 162

2.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran......... 1632.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan............................................... 1642.3 Kisi-Kisi Angket Berpikir Kritis Siswa......................…............. 1672.4 Validasi Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa.…………......… 1712.5 Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa....…......……................... 1742.6 Kisi-Kisi Angket Berpikir Kreatif Siswa…………..................... 1772.7 Validitas Angket Berpikir Kreatif Siswa…................................. 1802.8 Lembar Angket Berpikir Kreatif Siswa....................................... 1842.9 Kisi–Kisi Soal Tes Siklus I.......................................................... 1882.10 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II......................................................... 1912.11 Soal Tes Siklus I.......................................................................... 1942.12 Kunci Jawaban Tes Siklus I.....…..….......................................... 1962.13 Pedoman Penilaian Tes Berpikir Kritis dan Kreatif Siklus I....... 2002.14 Validitas Soal Tes Siklus I........................................................... 2042.15 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II......................................................... 2072.16 Soal Tes Siklus II......................................................................... 2102.17 Kunci Jawaban Tes Siklus II ……............................................... 2122.18 Pedoman Penilaian Tes Siklus II.................................................. 2172.19 Validitas Soal Tes Siklus II.......................................................... 221

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian.............................................................. 224

3.1 Analisis Lembar Angket Berpikir Kritis Siklus I.....................… 225

3.2 Analisis Lembar Angket Berpikir Kritis Siklus II....................... 226

3.3 Rekapitulasi Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan 227

Page 13: peningkatan kemampuan berpikir kritis

xiii

Siklus II.........................................................................................3.4 Rekapitulasi Rerata Lembar Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus

I dan Siklus II................................................................................228

3.5 Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus I………….....……..……...... 229

3.6 Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus II………………....……....... 2303.7 Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus

II................................................................................................... 231

3.8 Rekapitulasi Rerata Tes Berpikir Kritis Siswa I dan Siklus II….. 232

3.9 Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus I………….…....…...... 233

3.10 Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus II……………......…… 234Rekapitulasi Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I danSiklus II........................................................................................

235

3.11 Rekapitulasi Rerata Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II …... 236

3.12 Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus I………………....………… 2373.13 Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus II………………...……..…. 2383.14 Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan

Siklus II.........................................................................................239

3.15 Rekapitulasi Rerata Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I danSiklus II.........................................................................................

240

Lampiran 4. Dokumentasi............................................................................ 241

4.1 Daftar Nama Siswa Kelas VII A.................................................. 2424.2 Lembar Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa...……….……….... 2434.3 Lembar Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa.......….………….. 2494.4 Lembar Jawab Tes Siklus I.......................................................... 2574.5 Lembar Jawab Tes Siklus II......................................................... 2614.6 Hasil Pembelajaran Menggunkan Media Puzzle.......................... 2664.7 Foto Kegiatan............................................................................... 2694.8 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran........................ 274

Lampiran 5. Administrasi............................................................................ 285

5.1 Surat Penetapan Dosen Pembimbing.....………………………. 2865.2 Surat Izin Penelitian...………………………………………… 2875.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………..……… 2885.4 Surat Pernyataan Validator..………………………………...... 2895.5 Kartu Bimbingan......................................................................... 290

Page 14: peningkatan kemampuan berpikir kritis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan bangsa di masa depan, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa

dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan

tujuan agar terbentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pada

studi TIMMS tahun 2011 terungkap bahwa siswa Indonesia lemah/rendah

dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin, mengambil dan mengajukan

argumen pembenaran simpulan. Hasil TIMSS yang rendah ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor penyebabnya antara lain

karena siswa di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal

kontekstual yang menuntut penalaran, argumentasi,dan kreativitas dalam

menyelesaikannya.

Proses pembelajaran matematika di Indonesia cenderung menekankan

pada kegiatan menghafal rumus-rumus dan menghitung saja, sehingga

menghambat proses berpikir siswa, sehingga proses pengembangan nalar dan

daya pikir kreativitas siswa terabaikan. Di sekolah siswa hanya dilatih dengan

pemberian rumus mutlak, atau pemberian konsep-konsep saja tanpa

mengetahui bagaimana konsep itu terbentuk yang dilanjutkan dengan

pemberian contoh soal, sehingga siswa hanya dilatih dan terpacu dengan satu

jawaban yang bersifat tunggal atau seragam dan tidak berpikir untuk

1

Page 15: peningkatan kemampuan berpikir kritis

2

menyelesaikan atau mencari alternatif jawaban lain. Dalam pembelajaran

matematika, penyelesaian masalah merupakan proses yang sangat penting

untuk menata nalar dan kreativitas siswa. Melalui keterampilan pemecahan

masalah, siswa menjadi terbiasa dan terlatih untuk berpikir dan bertindak

memecahkan masalah. Dalam hal ini yaitu siswa dilatih untuk berpikir kritis

dan berpikir kreatif matematis.

Menurut Ennis dalam Susanto(2013:121), “berpikir kritis adalah suatu

berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang

diyakini atau dilakukan”. Sedangkan berpikir kreatif menurut

Munandar(1999:48) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan

jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada

kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban berdasarkan data atau

informasi yang tersedia.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat penting bagi siswa

karena dengan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat lebih mudah memahami

konsep, peka akan masalah yang terjadi, siswa dapat mengembangkan diri

dalam pembuatan keputusan sehingga dapat memahami dan menyelesaikan

masalah, serta mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika disekolah

menurut Depdiknas (2003) adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar

dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang

melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan

pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,

Page 16: peningkatan kemampuan berpikir kritis

3

serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;

dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan

mengomunikasikan gagasan. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan berpikir kreatif, maka perlu adanya suatu aktivitas

yang dapat mengakomodasi pengembangan kedua kemampuan tersebut.

Salah satu cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif atau langsung.

Berdasarkan hasil observasi sebelum penelitian dilakukan di kelas VII-

A SMP Negeri 7 Kebumen pada bulan November 2015, kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis pada kenyataannya belum dapat dikembangkan

dengan baik dalam kegiatan pembelajaran matematika. Hal tersebut karena

siswa umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal-soal

rutin dengan mengaplikasikan rumus saja sehingga aktivitas kelas didominasi

dengan kegiatan mencatat atau menyalin. Kegiatan pembelajaran masih

berpusat pada guru, menggunakan metode ceramah, siswa pasif, pertanyaan

dari siswa jarang muncul, siswa lebih menyukai menunggu jawaban di papan

tulis dari pada menemukan atau memikirkan jawaban sendiri, siswa

cenderung berorientasi pada satu jawaban tunggal, tidak mengeksplorasi

banyak cara penyelesaian. Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak

mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis tetapi hanya mengakomodasi kemampuan berpikir tingkat rendah,

seperti mengingat dan mengaplikasikan rumus. Selain itu, kemampuan

berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII A

Page 17: peningkatan kemampuan berpikir kritis

4

masih tergolong rendah. Sehingga menyebabkan prestasi belajar siswakelas

VII-A SMP Negeri 7Kebumen semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016

memperoleh rata-rata nilai UAS 45,47 sehinggasebanyak 100 % dari 32 siswa

kelas VII-A belum mencapai Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

matematika di sekolah tersebut yaitu 75.

Menyikapi permasalahan yang ada, terutama berkaitan dengan

pembelajran matemtika di kelas dan pentingnya meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematis, maka peneliti memiliki upaya inovatif

untuk menanggulanginya yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran

melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.

Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle adalah suatu

model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah,

melalui diskusi dengan peserta didik lain, diharapkan siswa dapat terlibat

langsung secara aktif sehingga siswa akan lebih terlatih dalam meningkatkan

kemampuan berpikirnya. Pemecahan masalah dilakukan dengan

menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yakni kemampuan analisis-

sintesis, evaluasi, dan menciptakan atau menggunakan kemampuan dalam

rangka memecahkan suatu masalah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat masalah

yang dapat diidentifikasi, antara lain:

Page 18: peningkatan kemampuan berpikir kritis

5

1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII-A SMP Negeri 7

Kebumen masuk kategori rendah, mungkin disebabkan karena

pembelajaran matematika di dalam kelas, siswa tidak terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran, sepertihanya menyelesaikan soal-

soal latihan rutin dengan mengaplikasikan rumus-rumus saja, sehingga

mengakibatkan pertanyaan dari siswa jarang muncul dan siswa cenderung

pasif.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP Negeri 7

Kebumen masuk kategori rendah, mungkin disebabkan karena

pembelajaran matematika di dalam kelas masih bersifat konvensioanal

atau berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan siswa dalam

menyelesaikan soal berorientasi pada satu jawaban tunggal saja, siswa

lebih menyukai menunggu jawaban di papan tulis daripada menemukan

atau memikirkan jawaban sendiri, tidak mengeksplorasi banyak cara

penyelesaian.

3. Belum diterapkannya model-model pembelajaran yang efektif dalam

proses belajar mengajar di dalam kelas, mungkin disebabkan karena

aktivitas kelas didominasi dengan kegiatan mencatat atau menyalin,

pembelajaran hanya berpusat pada guru, sekolah masih menggunakan

metode ceramah sehingga proses pembelajaran matematika di dalam kelas

cenderung pasif.

Page 19: peningkatan kemampuan berpikir kritis

6

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang dikaji di atas, maka penulis membatasi

masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran untuk penelitian ini adalah dengan

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan

media puzzle

2. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritisdan

kemampuan berpikir kreatif matematis.

3. Penelitian terhadap kemampuan berpikir kritis ditinjau dalam aspek

berpikir kritis pada materi pelajaran matematika.

4. Penilitian tentang kreativitas dibatasi pada aspek berpikir kreatif

matematika

5. Subjek peneliti dibatasi pada siswa kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen

tahun pelajaran 2015/2016.

6. Materi dalam penelitian ini yaitu bangun datar (segiempat) semester II

kelas VII.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen setelah mengikuti

Page 20: peningkatan kemampuan berpikir kritis

7

pembelajarandengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berbantuan media puzzle?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

kelas VII-A SMP Negeri 7 Kebumen setelah mengikuti pembelajaran

dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media

puzzle?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VII-A

SMP Negeri 7 Kebumen melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah

berbantuan media puzzle.

2. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A

SMP Negeri 7 Kebumen melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah

berbantuan media puzzle.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam pembelajaran

matematika.

2. Bagi guru matematika

Page 21: peningkatan kemampuan berpikir kritis

8

Dapat menambah wawasan guru untuk menerapkan model

pembelajaran berbasis masalah, dan sebagai umpan balik untuk

mengetahui kesulitan siswa.

3. Bagi peserta didik

Meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran dan mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.

4. Bagi sekolah

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan

pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang efektif dan

tepat untuk pembelajaran yang akan datang.

Page 22: peningkatan kemampuan berpikir kritis

9

BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Berpikir Kritis

a. Definisi Berpikir Kritis

Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang

dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan

menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

sedangkan berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Berpikir mampu mempersiapkan peserta didik berpikir

pada berbagai disiplin serta dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan

intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.

Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda antara satu dengan

lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Berpikir terjadi dalam setiap

aktivitas mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau

menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari alasan.

Menurut Handayani dalam Ibrahim (2011:330) menyatakan bahwa

berpikir kritis mengarah pada kegiatan menganalisa ide atau gagasan ke arah

yang lebih spesifik, membedakan sesuatu hal secara tajam, memilih,

mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkan ke arah yang lebih

sempurna.

Berpikir kritis menurut Susanto(2013:121) adalah suatu kegiatan

melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan

Page 23: peningkatan kemampuan berpikir kritis

10

dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan.

Berpikir kritis juga dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisa ide

atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara

tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya

ke arah yang lebih sempurna.

Menurut Ennis dalam Susanto (2013:121), “berpikir kritis adalah

suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa

yang diyakini atau dilakukan”. Berpikir kritis merupakan kemampuan

menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan

pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran

tertentu.

Menurut Halpen dalam Susanto (2013:122), berpikir kritis adalah

memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam

menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,

mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Berpikir

kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam

rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,

mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan

ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam

konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan

mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil

ketika menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat

keputusan.

Menurut Anggelo dalam Susanto (2013:122), berpikir kritis adalah

mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi

kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan

pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis

adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang

apa yang diyakini atau dilakukan yang terarah dan jelas yang digunakan

dalam kegiatan mental seperti kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan

Page 24: peningkatan kemampuan berpikir kritis

11

kesimpulan yang akan diambil ketika menentukan beberapa faktor pendukung

untuk membuat keputusan.

b. Indikator Berpikir Kritis

Indikator kemampuan berpikir kritis, menurut Ennis dalam Happy

(2011:12) dapat diturunkan dari aktivitas siswa yaitu:

1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pernyataan,

2) mencari alasan,

3) berusaha mengetahui informasi dengan baik,

4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya,

5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan,

6) berusaha tetap relevan dengan ide utama,

7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar,

8) mencari alternatif,

9) bersikap dan berpikir terbuka,

10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan

sesuatu,

11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan,

12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dan

keseluruhan masalah.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas 1

adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus).

Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 3, 4, dan 7adalah

mampu mengungkapkan fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

suatu masalah (clarity). Indikator yang diturunkan dari aktivitas 2, 6,

dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat

(reasons). Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 8, 10, dan 11

adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang

berbeda (overview). Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis 5

dan 9 adalah mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu

pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan (inference).

Menurut Nickerson dalam Happy (2011:13) ciri-ciri orangyang

berpikir kritisdalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan kebiasaan dalam

bertindak adalah:

1) menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur,

2) mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas,

logis, atau masuk akal,

Page 25: peningkatan kemampuan berpikir kritis

12

3) mengidentifikasi kecukupan data,

4) menciba untuk mengantisispasi kemungkinan konsekuensi dan

berbagai kegiatan,

5) memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya,

6) dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian,

7) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam dominan lain dari

yang sudah dipelajarinya,

8) dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam

cara formal,

9) mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi

dari suatu pandangan,

10) sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu

kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya,

11) mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan

kemungkinan bias dalam pendapat,

Selanjutnya Ennis dalam Susanto (2013:125) mengidentifikasi 12

indikator berpikir kritis yang dikelompokannya dalam lima besar aktivitas

sebagai berikut:

1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi memfokuskan

pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan

2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas

mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan

mengenai serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi

3) Menyimpulkan yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau

mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan

nilai pertimbangan

4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi

istilah-istilah dan definisi pertimbangan, serta mengidentifikasi

asumsi

5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan

tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan

aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

Page 26: peningkatan kemampuan berpikir kritis

13

1. focus: merumuskan pokok-pokok permasalahan (menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan dari soal)

2. clarity: menjelaskan istilah yang digunakan (mengubah pernyataan dalam

bentuk simbol matematis dan memberikan penjelasannya

3. reasons: mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat

4. inference: mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan

yang diambil sebagai suatu keputusan.

2. Berpikir Kreatif Matematis

a. Definisi Berpikir Kreatif

Kreativitas tidak hanya dipandang dari suatu barang yang dicipta atau

hasil karya yang berbeda. Menurut Guildford dalam Munandar (2012:10) ciri-

ciri utama dari kreativitas dibedakan antara aptitude (berpikir kreatif)dan non-

aptitude traits (sikap kreatif). Barron dalam Munandar (2012:21) menyatakan

bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan

sesuatu yang baru. Berpikir kreatif menurut Guilford dalam Munandar

(2012:31) adalah “kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

Menurut Susanto (2013:105) kemampuan berpikir kreatif adalah

tingkat kesanggupan berpikir untuk menemukan sebanyak-banyaknya,

seberagam mungkin dan relevan, jawaban atas suatu masalah, lentur, asli dan

terperinci, berdasar data dan informasi yang tersedia.

Torrence dan Filsaime dalam Susanto (2013:109) menganggap bahwa

berpikir kreatif merupakan sebuah proses menjadi sensitif atau sadar

Page 27: peningkatan kemampuan berpikir kritis

14

terhadap masalah-masalah, kekurangan dan celah-celah di dalam

pengetahuan yang untuknya tidak ada solusi yang dipelajari,

membawa serta informasi yang ada dari gudang memori atau-atau

sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau

mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi,

menduga, menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan

masalah, menguji dan menguji kembali alternatif-alternatif tersebut,

menyempurnakannya dan akhirnya mengomunikasikan hasilnya.

Menurut Gildford dalam Susanto (2013:109). Berpikir kreatif disebut

dengan istilah berpikir divergen.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk menciptakan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan, ide atau karya nyata dalam menyelesaikan suatu

masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk membuat suatu penyelesaian dari

suatu persoalan dengan cara yang baru, beragam dan berbeda.

b. Indikator Berpikir Kreatif

Menurut Torrance dalam Susanto (2013:101) menggambarkan ada

empat komponen kreativitas yaitu:

1) kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

sejumlah ide,

2) keluwesan dan fleksibilitas (flexibility) yaitu kemampuan

menghasilkan ide-ide beragam,

3) kerincian atau elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan

mengembangkan, membumbui atau mengeluarkan sebuah ide, dan

4) orisinalitas (originality) yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide

yang tak biasa di antara kebanyakan atau jarang.

Menurut Guilford dalam Munandar (2012:10) mengatakan bahwa

“berpikir kreatif menunjuk pada kemampuan yang ditandai oleh empat

komponen, yaitu fluency (kelancaran), flexibilty (keluwesan), originality

(keaslian), dan elaboration (penguraian)”. Sedangkan menurut Guilford

Page 28: peningkatan kemampuan berpikir kritis

15

dalam Husen (2014:15) mengemukakan indikator dari berpikir kreatif ada

lima yaitu:

1) Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi

(mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan,

situasi dan masalah.

2) Kelancaraan (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan.

3) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan

bermacam-macam, pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

4) Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang

diberikan kebanyakaan orang.

5) Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau

masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail,

yang didalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar, model, dan

kata-kata.

Rincian ciri-ciri dari fluency (kelancaran), flexibilty (keluwesan),

originality (keaslian), dan elaboration (penguraian) dikemukakan Munandar

dalam Susanto(2013:111):

Tabel 1

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif

Komponen

Kreativitas

Ciri-ciri

Fluency 1. Mencetuskan banyak ide, banyak

jawaban, banyak penyelesaian masalah,

banyak pertanyaan dengan lancar

2. Memberikan banyak cara atau saran

untuk melakukan berbagai hal

3. Selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban

Flexibility 1. Menghasilkan gagasan, jawaban atau

pertanyaan yang bervariasi, dapat

melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda

2. Mencari banyak alternatifatau arah yang

berbeda-beda

3. Mampu mengubah cara pendekatan atau

cara pemikiran

Originality 1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru

Page 29: peningkatan kemampuan berpikir kritis

16

dan unik

2. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi

yang tidak lazim dari bagian-bagian atau

unsur-unsur

Elaboration 1. Mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau

produk

2. Menambah atau memperinci detil-detil

atau menguraikan secara runtut dari

suatu obyek, gagasan, atau situasi

sehingga menjadi lebih menarik

Menurut Susanto(2013:115) berpikir kreatif dibagi menjadi lima

tahap, yaitu: stimulus, eksplorasi, perencanaan, aktivitas, dan review. Masing-

masing tahapan ini dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a) Stimulus.

Untuk dapat berpikir secara kreatif perlu adanya stimulus dari

pikiran lain. Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa

sebuah masalah harus dapat diselesaikan, atau suatu perasaan yang

tidak jelas bahwa ada ide yang tidak begitu dapat ditangkap atau

disadari sepenuhnya.

b) Eksplorasi

Siswa dibantu untuk memperhatikan alternatif-alternatif

pilihan sebelum membuat suatu keputusan. Untuk berpikir secara

kreatif, siswa harus mampu menginvestigasi lebih lanjut, dan

melihat lagi apa lagi yang mereka perlukan. Teknik-teknik atau

prinsip-prinsip tertentu dapat diterapkan untuk meningkatkan range

dan kualitas dari ide-ide yang dikumpulkan. Teknik-teknik ini

meliputi:

(1) Divergent thinking, yaitu jenis berpikir yang membangun

banyak jawaban yang berbeda, tidak terbatas pada berpikir

konvergen yang mencari satu jawan benar atau absolute.

(2) Differing judgement, yaitu prinsip berpikir sekarang,

pertimbangankan kemudian menghilangkan kecemasan bahwa

itu benar, dan mencegah imajinasi yang ditahan oleh

pertimbangan. Prinsip ini berguna ketika siswa bekerja sendiri,

memikirkan ide-ide dalam satu kelompok.

Page 30: peningkatan kemampuan berpikir kritis

17

(3) Extending effort, yaitu untuk memperluas upaya siswa perlu

diberi kesempatan, dukungan, minat pertanyaan, dan stimulus

oleh orang dewasa.

(4) Allowing time, yaitu memberi siswa cukup waktu untuk

membangun ide-ide dengan tahapan penting dalm proses

kreatif. Ini salah satu teknik yang beguna untuk aktivitas

pemecahan masalah.

(5) Encourading play, yaitu untuk melihat seberapa jauh suatu ide

dapat diperluas, berikan siswa kesempatan untuk

membangunnya, menggambarkannya, mempresentasikannya,

bertindak , dan mengujinya dalam tindakan.

c) Perencanaan.

Setelah diadakan stimulus berupa masalah kemudian

melakukan eksplorasi untuk pemecahan masalah tersebut,

selanjutnya membuka berbagai rencana atau strategi untuk

pemecahan masalah.Dari beragam rencana yang telah dibuat, dapat

diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi.

d) Aktivitas.

Proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau kumpulan ide.

Untuk dapat memfokuskan pada produktivitas ide-ide seseorang

dapat bertanya: Apa yang dapat dilakukan dengan ide ini? Ke

mana ide ini mengarah?bagaimana ide dapat menjadi tindakan?

Kita perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk menyadari

berpikir kreatif mereka dalam bentuk tindakan dengan kata lain

setelah perencanaannya matang kemudian dilakukan aktivitas satau

melakukan berbagai rencana yang lebih ditetapkan.

e) Review.

Siswa perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali

pekerjaan.Apa yang dikerjakan? Seberapa besar

keberhasilannya?Apakah kita telah mencapai tujuan?Apa yang

telah dipelajari? Siswa dapat dilatih untuk menggunakan judgment

dan imajinasi mereka untuk mengevaluasi.

Berdasarkan beberapa kajian tersebut, dalam penelitian ini aspek dan

indikator berpikir kreatif matematis yang digunakan adalah:

1. Kelancaran (fluency): menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah

2. Keluwesan(flexibility): menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda

Page 31: peningkatan kemampuan berpikir kritis

18

3. Keaslian(originalty): kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan orang.

4. Elaborasi (elaboration): menguraikan secara runtut langkah penyelesaian

masalah.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

a. Definisi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) selanjutnya

disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat

memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pendekatan PBM berkaitan

dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam

sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang

bermakna, relevan dan kontekstual.

Menurut Boud dan Feletti dalam Rusman (2013:230) mengemukakan

bahwa “PBM adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan”.

Margetson dalam Rusman (2013:231) mengemukakan bahwa “kurikulum

PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar

sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar

aktif”.

Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2013:241) mengemukakan bahwa

“PBM merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk

merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada

masalah dunia nyata”. Moffit dalam Rusman (2013:241) mengemukakan

Page 32: peningkatan kemampuan berpikir kritis

19

bahwa “PBM merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.

Dari pengertian-pengertian di atas, tampak bahwa PBM adalah suatu

pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau

student centereduntuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi

yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Proses pembelajaran seperti ini

lebih menekankan pada aktivitas siswa dan menjadikan siswa lebih banyak

berinteraksi dengan obyek dan peristiwa sehingga siswa memperoleh

pemahaman. Siswa tidak hanya menghafal dan mengerjakan latihan saja,

namun siswa dituntut untuk memahami konsep dan membangun pemahaman,

kemudian menerapkannya untuk memecahkan masalah yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Karakteristik PBM dari Oon Seng Tan dalam Rusman (2013:232)

yaitu:

1) permasalahan menjadi starting point dalam belajar

2) permasalahn yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata dan yang tidak terstruktur

3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective)

4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar

5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalam PBM

Page 33: peningkatan kemampuan berpikir kritis

20

7) belajar adalah kolabiratif, komunikasi, dan kooperatif

8) pengembangan keterampilan inqury dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari

solusi dari sebuah permasalahan

9) keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses belajar

10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa inti dari PBM dalam

pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa

pada permasalahan matematika yang nyata dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam

menyelesaikan masalah. Dengan adanya suatu masalah yang dihadapi, siswa

terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kriitisnya untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah tersebut. Selain itu, siswa juga

terdorong untuk berpikir kreatif dalam mencari alternatif solusi lain dalam

menyelesaikan suatu masalah.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Dari Pierce dan Jones dalam Susanto (2013:242) mengemukakan

bahwa langkah-langkah dalam proses PBM antara lain:

1) Engagement (keterlibatan) yaitu mempersiapkan siswa untuk

berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama,

2) Inquiry and invetigation (berpikir dan investigasi) yaitu

mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi

3) Performance (performansi) yaitu menyajikan temuan

4) Debriefimg (tanya jawab) yaitu menguji keakuratan dari solusi

5) Reflection (refleksi) yaitu refleksi terhadap pemecahan masalah

Engagement mencakup beberapa hal seperti:

1) mempersiapkan siswa untuk dapat berperan sebagai self directed,

problem solver yang dapat berkolaborasi dengan pihak lain,

2) kegiatan mengidentifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa,

3) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mendorong siswa

untuk mampu menemukan masalahnya, dan

Page 34: peningkatan kemampuan berpikir kritis

21

4) meneliti hakekat permasalahan yang dihadapi sambil mengajukan

dugaan-dugaan, rencana penyelesaian masalah dan lain-lain

Inquiry and invetigation meliputi kegiatan:

1) mengeksplorasi banyak cara untuk mendapatkan solusi masalah

2) mengumpulkan serta mendistribusikan informasi dalam kelompok

kemudian memprioritaskan satu solusi masalah

Performance meliputi kegiatan mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Debriefing merupakan kegiatan melakukan refleksi atas

efektivitas seluruh pendekatan yang telah digunakan dalam

penyelesaian masalah.

Menurut Fogarty dalam Rusman (2013:243) langkah-langkah pada

proses PBM antara lain:

1) Menemukan masalah

2) Mendefinisikan masalah

3) Mengumpulkan fakta

4) Pembuatan hipotesis

5) Penelitian

6) Rephrasing masalah

7) Menyuguhkan alternatif

8) Mengusulkan solusi

Dari Ibrahim dan Nur dalam Susanto (2013:243) mengemukakan

bahwa langkah-langkah PBM adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar

3) Membimbing pengalaman individual/kelompok

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

proses pembelajaran PBM yaitu: engagement, inquiry and investigation,

performance, debriefing dan reflection.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Smith dalam Rahayu (2014:365), mengemukakan bahwa manfaat

PBM yaitu bahwa siswa akan meningkat kecakapan pemecahan

masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamnnya,

Page 35: peningkatan kemampuan berpikir kritis

22

meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik,

mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan

kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi

siswa.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) adalah sebagai berikut:

Kelebihannya adalah:

1) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalh yang akan

membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai

suatu materi

2) Memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh

kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri

3) Membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran

4) Membantu siswa untuk mempelajari bagaimana cara untuk mentransfer

pengetahuan siswa ke dalam masalah dunia nyata

5) Dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta

kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang

baru

6) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa

7) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

8) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata

Page 36: peningkatan kemampuan berpikir kritis

23

Kekurangannya adalah:

1) Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru dan guru

merupakan narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara

belajar sendiri dalam pemecahan masalah

2) Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalh yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka siswa akan

merasa enggan untuk mencoba masalah memerlukan cukup waktu untuk

persiapan

3) Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari maka siswa tidak akan belajar apa yang siswa

ingin pelajari

4. Puzzle

Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disususn dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal menurut Sanjaya

dalam Nuriah (2013:7). Metode ini menggunakan permainan dalam proses

pembelajarannya. Metode ini tetap relevan dengan materi pelajaran, tetapi

lebih dapat memotivasi dan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar. Park

dan Park dalam Nuriah(2013:7) dalam analisisnya menyebutkan bahwa

“permainan puzzle dapat meningkatkan konsentrasi, minat serta

mengembangkan kecerdasan”. Jenis permainan yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah Spelling puzzle. Spelling puzzle adalah puzzle yang

Page 37: peningkatan kemampuan berpikir kritis

24

terdiri dari gambar-gambar dan huruf-huruf acak untuk dijodohkan untuk

menjadi kosakata yang benar. Puzzle merupakan alat peraga sederhana yang

mudah dibuat tetapi sangat mengasyikkan digunakan sebagai media belajar

siswa. Menurut Chumala dalam Nuriah (2013:8), manfaat puzzle adalah

sebagai berikur:

a) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melakukan

percobaan

b) Membedakan bagian-bagian dari sebuah benda dan meminta anak-

anak untuk menyatukannya kembali

c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

d) Mengembangkan koordinasi motorik halus

Puzzle secara bahasa Indonesia diartikan sebagai tebakan. Tebakan

adalah sebuah masalah atau “enigma” yang diberikan sebagai hiburan yang

biasanya ditulis, atau dilakukan. Banyak tebakan berakar dari masalah

matematika dan logika serius. Puzzle merupakan bentuk permainan yang

menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan

munculnya motivsi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun

tetap menyenangkan sebab dapat di ulang-ulang. “Tantangan dalam

permainan ini akan memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba,

mencoba dan terus mencoba hingga berhasil” menurut Syukron dalam Nuriah

(2013:8).

Puzzle termasuk salah satu alat permainan edukatif yang dirancang

untuk mengembangkan kemampuan anak belajar sejumlah keterampilan,

misal motorik halus, melatih anak untuk memusatkan perhatian dan melatih

konsep tertentu seperti bentuk, warna, ukuran, dan jumlah. “Puzzle dibuat

dengan bahan yang mudah dibongkar pasang, mempunyai gerigi yang

Page 38: peningkatan kemampuan berpikir kritis

25

berpasangan satu sama lain”. Gerigi tersebut apabila dipasangkan satu sama

lain akan membentuk suatu gambar yang utuh, menurut Wahyuni dan

Maurren dalam Nuriah (2013:8).

Syukron dalam Nuriah (2013:8) menyatakan bahwa “pada umumnya

siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan melatih cara

penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron”.

Berikut ini beberapa jenis puzzle yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan memahami kosa kata:

a) Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri dari gambar-gambar dan huruf-

huruf acak untuk dijodohkan untuk menjadi kosakata yang benar.

b) Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa beberapa pertanyaan untuk

dijawab kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk

dirangkai menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban pertanyaan yang

paling akhir.

c) The thing puzzle, yakni puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang

berhubungan dengan gambar-gambar benda untuk dijodohkan.

d) The letter(s) readiness puzzle yang berupa gambar-gambar disertai dengan

huruf-huruf nama gambar tersebut, tetapi huruf itu belum lengkap.

e) Crosswords puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab dengan cara memasukan jawaban tersebut ke dalam kotak-

kotak yang tersedia baik secara horisonal maupun vertikal.

Page 39: peningkatan kemampuan berpikir kritis

26

B. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan

beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penerapan atau penggunaan

model pembelajaran matematika. Hasil penelitian yang dilakukan Lulus

Priyoananto (2007) meneliti tentang Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika dengan Metode PBL pada Pokok Bahasan Logika Matematika

menunjukkan bahwa hasil metode PBL lebih baik dari metode ceramah dan

ekspositori. Indikator ini tampak dari perbedaan rerata prestasi belajar siswa

pada siklus 1 yaitu rerata kelas PTK= 69,25 dan rerata kelas kontrol= 64,00

sedangkan pada siklus 2 rerata kelas PTK= 74,00 dan rerata kelas kontrol=

68,75.

Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2014) yaitu Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Relasional Matematik Siswa Mengenai Luas

bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah,

mengungkapkan bahwa siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah mempunyai kemampuan pemahaman relasional metematik

lebih baik bila dibandingkan siswa yang diajar dengan pendekatan

pembelajaran konvensional, baik ditinjau dari rerata pretes dan postes

kemampuan pemahaman relasional matematik siswa (0,59 > 0,38). Penelitian

ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Daya Utama Bekasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Lia Kurniawati (2011) yaitu

Developing Mathematical Reflektive Thinking Skills Through Problem Based

Learning (Mengembangkan Keterampilan Berpikir Reflektif Matematika

melalui Pembelajaran Berbasis Masalah) mengungkapkan bahwa siswa yang

Page 40: peningkatan kemampuan berpikir kritis

27

diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah mampu mendorong

kemampuan berpikir reflektif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan nalar dan daya

kreatif peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan

kebutuhan masyarakat dan negara. Namun, pendidikan formal di Indonesia

khususnya pada pembelajaran matematika lebih mementingkan hasil akhir

daripada proses pembelajaran, sementara pengembangan nalar dan daya pikir

kreatif terabaikan. Bahkan pada beberapa sekolah cenderung menghambat

daya nalar dan kretivitas siswa itu sendiri. Di sekolah siswa hanya dilatih

dengan pemberian rumus saja, atau pemberian konsep-konsep saja tanpa

mengetahui bagaimana konsep itu terbentuk, kemudian pemberian contoh

soal rutin yang mengakibatkan siswa menjadi terlatih dan terpacu dengan satu

jawaban yang bersifat tunggal atau seragam dan tidak berpikir untuk

menyelesaikan atau mencari alternatif jawaban lain, siswa lebih menyukai

menunggu jawaban di papan tulis daripada menemukan atau memikirkan

jawaban sendiri sehingga pembelajaran di kelas didominasi dengan kegiatan

mencatat atau menyalin, pertanyaan dari siswa jarang muncul.

Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih berjalan

secara konvensional. Banyak guru matematika yang mendominasi

pembelajaran sehingga aktivitas siswa cenderung kurang. Sehingga perlu

dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan

Page 41: peningkatan kemampuan berpikir kritis

28

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya

komunikasi dua arah yaitu antara guru dan siswa. Hal ini dapat dapat

menyebabkan siswa menjadi aktif dan terlibat secara langsung, sehingga

secara tidak langsung siswa akan memiliki motivasi untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya sendiri, kemampuan berpikir tersebut meliputi

kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Peningkatan berpikir kritis dan berpikir kreatif sangat diperlukan,

karena dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa dapat lebih mudah

memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi, siswa dapat

mengembangkan diri dalam pembuatan keputusan sehingga dapat memahami

dan menyelesaikan masalah, serta mampu mengaplikasikan konsep dalam

situasi yang berbeda serta manfaat untuk jangka panjang yaitu akan

memberikan bekal kepada siswa pada masa depan dalam memecahkan

masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari secara cepat dan tepat serta

siswa dapat mengembangkan diri dalam pembuatan keputusan.

Pembelajaran matematika harus dirancang menjadi pembelajaran yang

dapat mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis. Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat digunakan

adalah model Pembelajarn Berbasis Masalah (PBM). PBM adalah salah satu

model pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa. Model

PBM dilaksanakan melalui tahap engagement, inquiry and investigation,

performance, dan debriefing. Pada tahap engagement aspek-aspek berpikir

Page 42: peningkatan kemampuan berpikir kritis

29

kritis dan kreatif matematis yang dapat dikembangkan adalah focus dan

clarity. Pada tahap inquiry and investigation aspek-aspek yang dapat

dikembangkan adalah fluency, inference, dan elaboration. Pada tahap

performance aspek yang dapat dikembangkan adalah originality. Pada tahap

debriefing aspek yang dapat dikembangkan adalah inference dan originality.

Penggunaan media pembelajaran diperlukan pada PBM, hal ini sesuai

dari fungsi atau manfaat dari metode pembelajaran dengan puzzleyaitu untuk

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, puzzle

merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan

siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivsi untuk senantiasa

mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab dapat di

ulang-ulang. Dengan demikian,melalui model PBM berbantuan

permainanpuzzle diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP

negeri 7 Kebumen.

Johnson dalam Happy(2011:21) mengemukakan berpikir tingkat

tinggi meliputi berpikir kreatif dan berpikir kritis. Rindell dan Wheeler dalam

Happy (2011:22), menemukan bahwa PBM dapat melatih kecakapan berpikir

tingkat tinggi siswa, termasuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Tahapan-tahapan pada PBM berbantuan media puzzle akan mampu

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, karena pada

PBM siswa akan dihadapkan pada masalah nyata atau masalah yang

disimulasikan dengan puzzle untuk dipecahkan oleh siswa. Menurut Mulyana

Page 43: peningkatan kemampuan berpikir kritis

30

dalam Happy (2011:21) kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

siswa sangat berperan ketika siswa berada pada suatu episode pemecahan

masalah. Pada saat siswa memahami masalah, siswa harus menggunakan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa, misalkan merumuskan pokok-

pokok permasalahan, mengidentifikasi, memilih model matematis yang

paling tepat untuk menyelesaikan masalah dan sebagainya. Selain itu, siswa

harus menggunakan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, misalnya

merumuskan model matematis dalam beberapa cara, menemukan gagasan

penyelesaian masalah dengan beberapa cara, dan sebagainya. Bagan dari

kerangka berpikir pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Page 44: peningkatan kemampuan berpikir kritis

31

Gambar 1.

Bagan Kerangka Berpikir dalam Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Menurut Sugiyono(2009:64) “Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitiantelah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan”.

Berdasarkan tinjauan pustaka, pendapat para ahli dan kerangka

berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah

1. Siswa terbiasa dengan menghafal

2. Siswa terlatih dengan satu

penyelesaian tunggal atau seragam 3. pembelajaran matematika di dalam

kelas masih bersifat konvensioanal

atau berpusat pada guru

kemampuan berpikir

kritis siswa rendah

Menerapkan model

Pembelajaran Berbasis Masalah

berbantuan media Puzzle

1. engagement

2. inquiry and investigation

3. performance

4. debriefing.

kemampuan berpikir

kreatif siswa rendah

Page 45: peningkatan kemampuan berpikir kritis

32

penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

pada kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen tahun pelajaran 2015/2016.

Page 46: peningkatan kemampuan berpikir kritis

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan pendekatan penelitian kualitatif yang didukung dengan

pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena

dalam penelitian ini lebih mengutamakan proses pembelajaran. Menurut

Mulyasa dalam Ma’arif (2015:31) “penelitian tindakan kelas adalah suatu

upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan

memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”.

Penelitian ini dilakukan oleh guru bersama dengan siswa, dengan tujuan

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen.

2. WaktuPenelitian

Dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2015/2016.Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai

dengan bulan Mei 2016.

33

Page 47: peningkatan kemampuan berpikir kritis

34

Tabel 2.

Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Bulan

Nov

2015

Des

2015

Jan

2016

Feb

2016

Mar

2016

Apr

2015

Mei

2016

Juni

2016

1. Observasi dan

Pengajuan Judul

2. Pembuatan

Proposal

3.

Menyusun

Instrumen

Penelitian

4. Pelaksanaan Tindakan

a.

5. Pengolahan Data

6. Penulisan Laporan

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-ASMP Negeri

7KebumenTahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 terdiri dari 18

siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah

keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan

penerapan model pembelajaran berbasis masalah berantuan permainan

puzzleuntuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 7 Kebumen tahun

pelajaran 2015/2016

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah data proses

pembelajaran matematika dengan PBM berbantuan media puzzle dan data

Page 48: peningkatan kemampuan berpikir kritis

35

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas VII-A SMP

Negeri 7 Kebumen tahun ajaran 2015/2016.

E. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara

peneliti dan guru matematika kelas VII-A SMP Negeri 7Kebumen untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa. Ciri dari PTK adalah adanya perbaikan proses terus

menerus sehingga kepuasan peneliti sering menjadi tolak ukur berhasil atau

tidaknya siklus tersebut. Menurut Kemmis & McTaggart dalamArikunto,

Suharsimi (2010:137) penelitian tindakan terdiriatas empat tahap, yaitu:

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan

refleksi (reflecting). Penelitian ini terbagi menjadi beberapa siklus dan siklus

ini dinyatakan berhenti apabila kondisi kelas sudah stabil dan tujuan yang

diinginkan sudah tercapai.Masing – masing siklus dilakukan melalui tahap

perencanaa, pelaksanaan tindakan, observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dan refleksi.Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan

sebagai perbaikan siklus yang pertama, begitu seterusnya aturan untuk

perbaikan pada setiap siklus ke siklus berikutnya. Menurut Kemmis &

McTaggart menggambarkan siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Page 49: peningkatan kemampuan berpikir kritis

36

Gambar 2

Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus-siklus. Penjabaran kegiatan

setiap siklus sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini dilakukan berbagai persiapan dalam perencanaan

sebagai berikut:

1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi segiempat,

2) merancang pembelajaran dengan mengelompokan siswa ke dalam

kelompok-kelompok yang heterogen,

3) menyusun lembar materi siswa

4) menyusunLembarDiskusi Kelompok,

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Jika meningkat disimpulkan, jika belum

meningkat lanjut siklus berikutnya.

Page 50: peningkatan kemampuan berpikir kritis

37

5) menyusunkisi-kisi dan lembar observasi keterlaksanaan model

Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan media Puzzle,

6) menyusun kisi-kisi dan lembar angket berpikir kritis dan berpikir kreatif

siswa,

7) menyusunkisi-kisi dan soal tes kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada akhir tiap siklus.

b. Tindakan/pelaksanaan (acting)

Tahap pelaksanaan adalah tahap pembelajaran menggunakan

modelPembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.

Peneliti bertindak sebagai guru dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai

rencana pembelajaran yang telah dibuat.

c. Pengamatan (observing)

Kegiatan pada tahap ini adalah pengumpulan data, atau dengan kata

lain observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data

yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen

pengumpulan data (angket, observasi, tes dan lain-lain).

Observasi dilakukan oleh observer sebagai pengamat, selain itu

peneliti bertugas sebagai guru dalam proses pembelajaran. Lembar observasi

dibuat untuk mengetahui keterlaksanaan berlangsungnya kegiatan

pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

Page 51: peningkatan kemampuan berpikir kritis

38

d. Refleksi (reflecting)

Langkaakhir dari PTK adalah melakukan refleksi (kajian atau analisis)

terhadap apa yang telah dilakukan pada waktu tindakan. Kegiatan refleksi

ini biasanya dilakukan setelah peneliti selesai melakukan tindakan. Pada saat

ini peneliti mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi dalam proses

tindakan dan menulisnya.

2. Siklus Lanjutan

Kegiatan yang dilakukan pada siklus lanjutan ditujukan sebagai

perbaikan dari siklus yang sebelumnya (siklus pertama), dengan kata lain

siklus ini ada jika indikator pengisian pada siklus pertama belum semuanya

tercapai. Pada siklus ini dilalui tahapan perencanaan dari hasil refleksi siklus

sebelumnya, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan penarikan

kesimpulan berdasarkan hasil refleksi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian, maka

penggunaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:

1. Metode Observasi

MenurutWidoyoko(2014:46) “Pengamatan atau observasi merupakan

salah satu metode pengumpulan data di mana pengumpul data mengamati

secara visual gejala yang diamati serta menginterpretasikan hasil pengamatan

tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada

Page 52: peningkatan kemampuan berpikir kritis

39

kemampuan observer”. Lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembar

keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.

Lembar observasi ini dibuat berdasarkan pedoman langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah yaitu mempersiapkan siswa untuk berperan

sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama (Engagement),

mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi (Inquiry and Investigation),

menyajikan temuan (Performance), menguji keakuratan dari solusi

(Debriefing), dan refleksi terhadap pemecahan masalah (Reflection).

2. Metode Tes

Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Bentuk tes yang digunakan yaitu tes essay. Tes ini diberikan disetiap akhir

siklus.Metode tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran

tingkatkemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif

matematissiswa pada setiap siklus. Tes dilakukan kepada seluruh siswa kelas

VII-A SMP Negeri 7 Kebumen tahun ajaran 2015/2016 pada akhir siklus

untuk mengukur peningkatan kemampuan kritis dan kreatif matematis siswa

setelah diberikan tindakan.

3. Metode Angket

Menurut Arifin(2013:166) mengatakan bahwa “angket termasuk alat

untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham

dalam hubungan kausal”. Arifin(2013:166) mengatakan bahwa “bentuk

angket berstruktur adalah angket yang menyediakan beberapa kemungkinan

Page 53: peningkatan kemampuan berpikir kritis

40

jawaban”. Sedangkan bentuk angket terstruktur dengan jawaban tertutup

menurut Arifin(2013:167) adalah “angket yang setiap pertanyaannya sudah

tersedia berbagai alternatif jawaban”. Angket ini berupa pertanyaaan-

pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang digunakan untuk memperoleh

jawaban responden tentang dirinya sendiri. Angket ini digunakan untuk

meneliti tentang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif

siswa dalam pembelajaran. Dengan angket akan diketahui seberapa besar

presentase kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif siswa

terhadap pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM)berbantuanmediapuzzle.

4. Metode Dokumentasi

Menurut Sugiyono(2009:240), “dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini

digunakan untuk memperkuat penelitian ini, antara lain digunakan untuk

mengambil gambar ketika pembelajaran dengan model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle. Bentuk dokumentasi yang

digunakan adalah bentuk tulisan dan gambar. Bentuk tulisan dapat berupa

catatan nama siswa, catatan nilai akhir siswa, catatan lapangan, dan catatan

yang diperlukan saat penelitian. Sedangkan bentuk gambar dalam penelitian

ini adalah berupa foto.

Page 54: peningkatan kemampuan berpikir kritis

41

5. Catatan lapangan

MenurutKunandar(2008:197 ) “catatan lapangan adalah catatan yang

dibuat oleh peneliti yang melaakukan pengamatan atau observasi terhadap

subjek dan objek penelitian tindakan kelas”. Catatn lapangan dalam penelitian

ini berisi apa saja yang terjadi di dalam kelas.

G. Teknik Uji Validitas Data

Sugiyono(2009:267) mengatakan bahwa “validitas merupakan derajad

ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang

dapat dilaporkan oleh peneliti”. Validitas data dilakukan dengan

triangulasi.Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada (Sugiyono, 2009:241). Dalam penelitian ini digunakan

triangulasi teknik, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Penelitian

menggunakan lembar obsevasi, tes, angket, dan dokumentasi untuk sumber

data yang sama.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis data kualitatif

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa

tahapan.Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009:246), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

Page 55: peningkatan kemampuan berpikir kritis

42

berlangsung secara terus menerussampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Hal yang dilakukan dalam reduksi data yaitu merangkum dan memilih

hal-hal yang penting untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.Dalam

penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan menggunakan hasil catatan

lapangan, hasil pekerjaan siswa dan hasil angket siswa.Kegiatan ini bertujuan

untuk memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data.Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dengan uraian singkat

yang bersifat naratif. Penyajian data bertujuan untuk memudahkan peneliti

memahami apa yang terjadi, merencanakan kegiatan dalam siklus selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan

Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan didukung

oleh bukti-bukti yang valid.

2. Analisis data kuantitatif

Hasil masing-masing data dari masing-masing instrumen sebagai

berikut:

Page 56: peningkatan kemampuan berpikir kritis

43

a. Analisis Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Data dari angket kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa,

kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus:

NP = 𝑅

𝑆𝑀× 100 %(Ngalim Purwanto, 2009: 102)

Keterangan:

NP : Nilai persen yang dicari

R : Nilai awal yang diperoleh dari pengamatan

SM : Nilai maksimum ideal dari pengamatan

100 : Bilangan tetap

Dalam menentukan kategori berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa

berdasarkan penilaian penghargaan kualitatif, selanjutnya nilai-nilai persen

itu diubah ke dalam nilai huruf yang terdapat dalam tabel.

Tabel 3.

Kriteria Analisis Data Angket Berpikir Kritis dan Kreatif

Tingkat Penguasaan Predikat

85% < x ≤ 100% Sangat Baik

75% < x ≤ 85% Baik

59 % < x ≤ 75% Cukup

54 % < x ≤ 59% Kurang Baik

x ≤ 54% Kurang Sekali

(Ngalim Purwanto, 2009: 103)

b. Analisis Data Hasil TesKemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Secara Tertulis dengan Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Puzzle

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa dapat dilihat dan dianalisis dengan menggunakan

Page 57: peningkatan kemampuan berpikir kritis

44

data tes essay. Untuk mengukur atau menghitung hasil yang diperoleh

setiap siswa dihitung dari skor jawaban yang benar dan dengan langkah

penyelesaian yang bervariasi dengan menggunakan rumus:

S = 𝑅

𝑁× 100% (Ngalim Purwanto, 2009: 112)

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = Skor maksimum dari tes tersebut

Selanjutnya nilai-nilai persen itu ditransfer ke dalam nilai huruf

yang terdapat dalam tabel.

Tabel 4.

Kriteria Analisis Data Hasil Tes Berpikir kritis dan Kemampuan

Berpikir Kreatif Tertulis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Berbantuan Media Puzzle

Tingkat Penguasaan Predikat

85% < x ≤ 100% Sangat Baik

75% < x ≤ 85% Baik

59 % < x ≤ 75% Cukup

54 % < x ≤ 59% Kurang Baik

x ≤ 54% Kurang Sekali

(Ngalim Purwanto, 2009: 103)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk memperoleh data tentang berpikir kritis

dan berpikir kreatif siswa. Sebelum digunakan, peneliti terlebih dahulu

melakukan uji validitas terhadap instrumen, berikut instrumen yang

digunakan:

Page 58: peningkatan kemampuan berpikir kritis

45

1) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

berbantuan media puzzle. Lembar observasi keterlaksanaan untuk

penerapan model PBM dibuat berdasarkan langkah-langkah pembelajaran

yang berlangsung di dalam kelas.

2) Angket

Angket berpikir kritis dan kreatif siswa digunakan untuk memperoleh

informasi atau jawaban dari respon di dalam kelas. Di dalam angket

terdapat beberapa macam pernyataan yang berhubungan dengan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Di dalam angket

juga terdapat beberapa pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(ST), Ragu-ragu (RG), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk teknik penskoran pernyataan menurut skala Likertdalam

Sukardi(2011:147) adalah sebagai berikut:

a) Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) = skor 5

Setuju (ST) = skor 4

Ragu-ragu (RG) = skor 3

Tidak Setuju (TS) = skor 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1

b) Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) = skor 1

Setuju (ST) = skor 2

Ragu-ragu (RG) = skor 3

Tidak Setuju (TS) = skor 4

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 5

Cara menyusun angket menurut (Sudjana, 2009:104)adalah sebagai

berikut:

Page 59: peningkatan kemampuan berpikir kritis

46

a) Membuat pengantar yang isinya permohonan mengisi angket,

kemudian dijelaskan maksud dan tujuan membuat angket.

b) Menjelaskan petunjuk atau cara pengisian angket yang benar.

c) Membuat kolom identitas responden. Di dalam identitas terdapat

nama, kelas, dan nomer urut.

d) Membuat pertanyaan yang terdiri dari beberapa kategori atau bagian

sesuai dengan masalah penelitian, sehingga memudahkan analisisnya.

e) Membuat rumusan pertanyaaan yang singkat tetapi jelas sehingga

tidak membingungkan dan salah penafsiran.

f) Menghubungan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang

lain dalam satu rangkaian logika yang sistematis.

g) Mempertimbangkan teknis penyusunan angket dengan cara

pengolahannya, diolah dengan manual atau komputer.

2) Tes

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan siswa

terhadap materi yang telah diajarkan serta untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis dan kreatif siswa.Tes tersebut berupa soal-soal yang

berbetuk uraian.Soal tersebut mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan

sesuai dengan silabus.Sebelum digunakan, soal tersebut dilakukan uji

validitas soal.Uji validitas yang digunakan validitas isi dan validatornya

adalah dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo dan guru SMP N

7Kebumen.Tes ini dilakukan setiap akhir siklus.

Page 60: peningkatan kemampuan berpikir kritis

47

I. Indikator Keberhasilan

Penelitian dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berbantuan media puzzle pada pembelajaran matematika dikatakan berhasil

jika:

1. Meningkatnyakemampuan berpikir kritis siswa kelas VII-ASMP Negeri 7

Kebumen dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah

yang ditinjau dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil angket

kemampuan berpikir kritis, minimal termasuk dalam kategori baik.

2. Meningkatnyakemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-ASMP Negeri

7 Kebumen dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Masalahyang ditinjau dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil

angket kemampuan berpikir kreatif, minimal termasuk dalam kategori

baik.

Page 61: peningkatan kemampuan berpikir kritis

48

BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai tanggal 18 April

2016 sampai dengan 30 April 2016. Penelitian ini terdiri dari dua siklus,

dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Proses pembelajaran di

SMP Negeri 7 Kebumen dimulai pada pukul 07.00 WIB. Jadwal pelaksanaan

pembelajaran matematika selama proses penelitian di kelas VII A sebagai

berikut:

Tabel 5.

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Selama Penelitian

Siklus Pertemuan

ke-

Hari/Tanggal Waktu Materi

I 1 Selasa/19

April 2016

08.30-

10.15

Sifat-sifat persegi,

persegi panjang, dan

jajargenjang berdasarkan

sisi, sudut dan diagonal

2 Jum’at/22

April 2016

07.45-

08.30

Keliling persegi, persegi

panjang, dan jajargenjang

3 Sabtu/23

April

07.00-

08.30

Tes akhir siklus I

II 1 Selasa/26

April 2016

08.30-

10.15

Luas persegi, persegi

panjang, dan jajargenjang

2 Jum’at/28

April 2016

07.45-

08.30

Penerapan keliling dan

luas persegi, persegi

panjang, dan jajargenjang

dalam pemecahan

masalah

3 Sabtu/30

April 2016

07.00-

08.30

Tes akhir siklus II

Page 62: peningkatan kemampuan berpikir kritis

49

1. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Sebelum Siklus 1

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan

kegiatan pra siklus I yaitu meliputi observasi, meninjau nilai hasil Ujian

Akhir Semester 1, dan wawancara dengan guru. Kegiatan pra siklus I yang

dilakukan antara lain:

Tabel 6.

Kegiatan Pra Penelitian Tindakan Kelas

No Waktu Kegiatan

1. November 2015 Observasi proses pembelajaran

matematika kelas VII A SMP Negeri 7

Kebumen

2. November 2015 Wawancara dengan guru mengenai

kegiatan pembelajaran seperti metode

pembelajaran yang digunakan,

kelemahan-kelemahan siswa atau

kekurangan-kekurangan siswa dalam

pembelajaran

3. November 2015 Menyampaikan kepada guru tentang

aspek yang akan menjadi variabel

penelitian

4. Desember 2015 Membuat kesepakatan dengan guru

mengenai waktu penelitian yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan observasi peneliti mengamati proses pembelajaran

matematika di kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen. Jumlah siswa kelas VII

A SMP Negeri 7 Kebumen adalah 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa putra

dan 14 siswa putri. Guru pengampu pelajaran matematika di kelas VII A

bernama Rosidah, S. Pd. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 7

Kebumen ada 4 jam pelajaran tiap minggunya. Untuk satu jam pelajaran

memiliki waktu 45 menit.

Page 63: peningkatan kemampuan berpikir kritis

50

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, peneliti

menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam proses

pembelajaran, antara lain pembelajaran di kelas cenderung pasif, karena tidak

adanya pertanyaan yang muncul dari siswa, siswa kesulitan menyelesaikan

suatu soal matematika yang bersifat tidak rutin atau suatu soal yang berbeda

dengan contoh soal yang disampaikan guru seperti soal penerapan dalam

kehidupan sehari-hari, siswa cenderung tidak mau berpikir sendiri untuk

menemukan suatu jawaban ketika mereka diberikan suatu soal, siswa lebih

menyukai untuk menulis atau menyalin jawaban yang sudah ada, hal ini yang

menyebabkan siswa selalu terpacu dengan satu cara penyelasaian saja tanpa

berfikir untuk mengerjakannya dengan cara yang berbeda.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti

mengambil kesimpulan mengenai kekurangan dalam pembelajaran tersebut,

yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Kemudian

peneliti berusaha untuk mencari suatu cara untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatifsiswa, khususnya dalam proses pembelajaran di

kelas. Akhirnya peneliti menemukan suatu model pembeljaran yang dirasa

mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

siswa yaitu dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Selain

dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, peneliti juga

menambahkan suatu alat atau perangkat yang dirasa mampu merangsang

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas VII A yaitu

dengan berbantuan media puzzle.

Page 64: peningkatan kemampuan berpikir kritis

51

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan ini, peneliti merencanakan dan

mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian, antara lain merencanakan

dan mempersiapkan:

1) Menentukan materi yang akan diajarkan kepada siswa yaitu

mengidentifikasi sifat-sifat segi empat, keliling segi empat, luas segi

empat, dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling

dan luas segi empat.

2) Menyusun dan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

berbantuan media puzzle pada pokok bahasan segi empat khususnya

bangun persegi, persegi panjang dan jajargenjang.

3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan selama tahap

tindakan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) berbantuan media puzzle.

4) Mempersiapkanpuzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran.

5) Mempersiapkan Lembar materi yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

6) Mempersiapkan Lembar Diskusi Siswa yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

Page 65: peningkatan kemampuan berpikir kritis

52

7) Menyusun dan mempersiapkan lembar angket untuk mengetahui tingkat

berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa setelah proses pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media

puzzle.

8) Menyusun soal tes berpikir kritis dan kreatif yang akan diberikan pada

akhir siklus I.

9) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer, dimana

observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas.

b. Tahap Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disepakati dengan

menggunakan Lembar Diskusi yang telah dibuat sedemikian hingga agar

mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Selama proses pembelajaran, peneliti didampingi oleh guru matematika yang

bersangkutan untuk mengawasi jalannya proses pembelajaran, selain itu

peneliti juga dibantu oleh rekan peneliti dalam mengevaluasi proses

pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

apakah sudah sesuai dengan langkah pembelajaran PBM atau belum. Pada

siklus I pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen dilaksanakan

dalam 2 kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk evaluasi pembelajaran

atau tes siklus I. Adapun rincian kegiatan pembelajaran pada siklus I antara

lain:

Page 66: peningkatan kemampuan berpikir kritis

53

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2016 pukul

09.00 sampai dengan pukul 10.15. Pada saat pertama kali peneliti, rekan

peneliti, dan guru masuk untuk melakukan penelitian, guru yang

bersangkutan yang terlebih dahulu mengucapkan salam dan kemudian

memperkenalkan peneliti dan rekan peneliti kepada siswa-siswi kelas VII A

SMP Negeri 7 Kebumen. Pada kesempatan perkenalan tersebut, guru

matematika yang bersangkutan memberikan pesan kepada siswa-siswi kelas

VII A untuk belajar bersungguh-sungguh tanpa membedakan guru dengan

peneliti, selain itu guru juga menyampaikan maksud dan tujuan peneliti

mengajar atau melakukan penelitian di kelas tersebut yaitu untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Setelah guru memperkenalkan dan menyampaikan maksud dan tujuan

peneliti, selanjutnya peneliti memulai proses pembelajaran.

a) Kegiatan Pendahuluan

Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai, peneliti terlebih

dahulu memperkenalkan diri dan kemudian mengabsen siswa sambil

menghafal nama-nama siswa. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi

yang akan dipelajari pada hari itu dan bagaimana mempelajarinya yaitu

proses pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle. Siswa

banyak yang mengajukan pertanyaan mengenai model pembelajaran tersebut

dan puzzle yang akan digunakan, dan peneliti kemudian

Page 67: peningkatan kemampuan berpikir kritis

54

menjelaskannya.Selain itu, peneliti juga menyampaikan mengenai tujuan

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.

b) Kegiatan Inti

Peneliti membagi siswa ke dalam 8 kelompok yang heterogen, dengan

masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.Pada saat kegiatan membentuk

kelompok, suasana kelas cukup kondusif, semua siswa mencari kelompoknya

tidak dengan suara yang gaduh sehingga cukup tenang. Setelah siswa

berkelompok dengan kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar

materi, lembar diskusi dan puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa

bersama kelompoknya mulai berdiskusi setelah mendengarkan pengarahan

dari peneliti. Pada saat siswa berdiskusi, peneliti ikut mendampingi dan

mengawasi jalannya kegiatan diskusi. Peneliti memberikan waktu 5 menit

kepada setiap kelompok untuk menyusun puzzle sesuai perintah yang terdapat

pada lembar diskusi. Selang waktu 5 menit, peneliti mendatangi masing-

masing kelompok untuk memeriksa hasil puzzle yang mereka susun. Dan

hasilnya sangat mengejutkan karena terdapat banyak siswa yang mampu

mengeksplorasi kemampuan mereka untuk menyusun puzzle. Walaupun

puzzle yang mereka susun kurang tepat, tetapi mereka mampu berpikir kreatif

untuk menyusun puzzle tersebut. Karena kurang tepat dalam menyusun

puzzle,peneliti kemudian menjelaskan kembali dengan sedikit memberikan

arahan agar mereka mampu berpikir kritis, siswapun mulai menyusun

kembali puzzle tersebut dan akhirnya semua siswa dapat menyusun puzzle

dengan benar dan tepat.

Page 68: peningkatan kemampuan berpikir kritis

55

Gambar 3.

Siswa Menyusun Puzzle

Pada saat berdiskusi bersama kelompoknya, sebagian besar siswa

dapat bekerja sama dengan baik bersama anggota kelompok lain. Hal ini

dapat dilihat ketika peneliti menghampiri setiap kelompok diskusi, semua

anggota kelompok terlihat antusias dan mencoba untuk bertanya serta

menjawab pertanyaan dari peneliti, selain itu siswa juga memperhatikan

dengan baik penjelasan yang disampaikan peneliti. Ketika siswa selesai

menyusun puzzle, tiba-tiba bel istirahat berbunyi, dan semua siswa keluar

kelas untuk beristirahat.

Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa memasuki kelas dan tidak

sedikit siswa yang datang terlambat masuk kelas, sehingga waktu

pembelajaran sedikit terulur. Ketika semua siswa sudah masuk kelas, kegiatan

diskusi langsung dilanjutkan. Dalam menyelesaikan Lembar Diskusi yang

diberikan, masih terdapat siswa yang bertanya maksud dari lembar materi

yang diberikan dengan Lembar Diskusi, penelitipun menjelaskan maksud dari

Page 69: peningkatan kemampuan berpikir kritis

56

Lembar diskusi dan Lembar Materi. Setelah peneliti menjelaskan, kelompok

tersebut merasa sudah paham dan mencoba memperlihatkan hasil pekerjaan

siswa kepada peneliti untuk membantu memeriksa hasil diskusi yang

dikerjakan.

c) Kegiatan Penutup

Pada saat siswa menyelesaikan Lembar Diskusi, bel pergantian jam

berbunyi yang menandakan bahwa pembelajaran matematika sudah berakhir.

Karena pada pertemuan pertama dirasa kurang waktunya, sehingga siswa

belum sempat untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing

kelompok. Peneliti meminta untuk menyelesaikan Lembar Diskusi di rumah

bersama kelompoknya, dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Kemudian peneliti menutup kegiatan pembelajaran tersebut dengan

memberikan salam.

Pada pertemuan I ini, kegiatan siswa dalam menyusun puzzle dan

menyelesaikan Lembar Diskusi berjalan cukup lancar, hanya saja pembagian

waktu pembelajaran tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga menyebabkan

kegiatan presentasi di depan kelas tidak terlaksana.Dalam kegiatan diskusi,

semua anggota kelompok terlihat antusias dan mau untuk berpartisipasi dan

berdiskusi secara aktif. Walaupun masih banyak kelompok yang bertanya

kepada peneliti mengenai perintah yang terdapat pada Lembar Diskusi. Selain

itu, terdapat satu siswa yang terlihat sangat antusias yaitu siswa yang bernama

Dede Restu Aji, siswa ini tergolong siswa yang sangat aktif di dalam kelas.

Selama peneliti mengamati Dede pada pertemuan pertama ini, setiap kali

Page 70: peningkatan kemampuan berpikir kritis

57

peneliti mendatangi kelompok Dede, Dede selalu ingin yang menjelaskan

kepada peneliti. Tidak hanya asal menjelaskan, tetapi Dede dapat

menjelaskan dan mendengarkan setiap arahan dari peneliti dengan baik. Dede

juga selalu tenang dan tertib duduk dikelompok Dede, tanpa berjalan-jalan.

Namun, berbeda dengan siswa yang bernama Galih, Galih adalah siswa

kebalikan dari Dede. Galih adalah siswa yang sering berjalan-jalan sendiri

mengganggu teman yang lain. Walaupun seperti itu, ketika peneliti datang

menghampiri kelompok Galih, Galih juga turut menjelaskan hasil diskusi

kelompok Galih. Tetapi, kelompok galih kurang tepat dalam menyusun

puzzle, dan akhirnya peneliti memberikan arahan yang tepat untuk menyusun

puzzle. Peneliti menjaga agar Galih tidak jalan-jalan, yaitu dengan cara

meminta Galih untuk menyusun puzzle sendiri sesuai arahan dari peneliti.

Akhirnya Galih dapat menyusun puzzle dengan benar dan baik.

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2016 pukul

07.45-08.30. Peneliti dan rekan peneliti memasuki kelas. Peneliti membuka

pelajaran dengan memberi salam dan siswa menjawab salam tersebut. Guru

menanyakan kepada seluruh siswa kelas VII A apakah ada siswa yang tidak

hadir, dan siswapun menjawab bahwa seluruh siswa kelas VII A hadir semua.

Pada pertemuan kedua ini, siswa-siswa terlihat lebih bersemangat dan

antusias, hal ini ditunjukkan dengan respon siswa ketika peneliti akan

memulai proses pembelajaran yaitu beberapa siswa mengingatkan bahwa

diskusi pada pertemuan sebelumnya belum selesai dan para siswa dengan

Page 71: peningkatan kemampuan berpikir kritis

58

sendirinya mengumpulkan hasil diskusi kepada peneliti. Peneliti dan semua

siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi pada pertemuan

sebelumnya. Setelah peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi

diskusi pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan pertanyaan kepada

siswa yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis siswa.

a) Kegiatan Pendahuluan

Sebelum peneliti memulai materi baru, peneliti menanyakan kembali

mengenai materi pada pertemuan sebelumnya, apakah semua siswa sudah

paham atau belum.

b) Kegiatan Inti

Peneliti meminta semua siswa untuk membentuk kelompok lagi, dan

pada pertemuan ini siswa meminta untuk membentuk kelompok sendiri, dan

peneliti menyetujuinya. Setelah semua siswa duduk dengan kelompoknya

masing-masing, peneliti membagikan puzzle dan Lembar Diskusi untuk

dikerjakan kembali bersama anggota kelompoknya. Pada saat siswa

berdiskusi, guru datang untuk mendampingi peneliti, dan memberikan sedikit

pengalaman mengenai mengajar. Tidak lama kemudian, gurupun pergi

meninggalkan kelas.

Peneliti mulai mengawasi dan mendampingi jalannya kegiatan

diskusi. Pada saat peneliti berputar mengelilingi siswa, terdapat kelompok

yang bertanya mengenai prosedur mengerjakan Lembar Diskusi yang

Page 72: peningkatan kemampuan berpikir kritis

59

dibagikan peneliti. Peneliti kemudian menjelaskan cara mengisi Lembar

Diskusi tersebut.

Setelah semua selesai mengerjakan Lembar Diskusi, peneliti meminta

beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok yang

mempresentasikan hasil diskusi ialah kelompok 3, kelompok 3 dalam

mempresentasikannya masih berpacu dengan hasil lembar diskusi, kelompok

tersebut belum dapat mengungkapkan hasil diskusi mereka secara langsung

dan menjelaskannya melalui menggambar di papan tulis. Ketika kelompok 3

mempresentasikan mengenai keliling persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang, ada sebuah kelompok yang memberikan pendapat lain mengenai

cara menentukan keliling sebuah bangun segi empat, pada kesempatan

presentasi inilah kemampuan berpikir kritis siswa sedikit terlihat, hal ini dapat

dilihat dari adanya siswa yang sudah mulai bertanya dan menyanggah.Peneliti

dalam kegiatan presentasi berperan sebagai pengawas dan pengontrol

jalannya presentasi tersebut. Meskipun siswa yang mempresentasikan hasil

diskusinya terlihat masih malu-malu namun presentasi tersebut daapat

dikatakan sudah cukup baik.

Page 73: peningkatan kemampuan berpikir kritis

60

Gambar 4.

Siswa Mempresentasikan Materi Keliling

c) Kegiatan Penutup

Setelah salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi, peneliti bersama semua siswa menyimpulkan

hasil diskusi. Ketika menyimpulkan hasil diskusi, peneliti tidak serta merta

langsung menyimpulkan, namun peneliti hanya memandu menyimpulkan

seperti memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa turut serta untuk

berfikir dan menyimpulkan. Peneliti kemudian membenarkan dan

memberikan penjelasan ketika siswa ada yang kurang benar dalam

menyimpulkan. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya mengenai materi yang belum paham. Terdapat satu siswa

yang bertanya mengenai cara menghitung keliling dengan tepat, lalu peneliti

menjelaskannya dengan bantuan gambar dipapan tulis.

Sebelum peneliti menutup kegiatan pembelajaran, peneliti

menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi

mengenai pengertian, sifat, dan keliling persegi, persegi panjang, dan

Page 74: peningkatan kemampuan berpikir kritis

61

jajargenjang. Peneliti meminta semua siswa untuk belajar sebelum evaluasi.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan peneliti memberikan salam dan siswa

menjawab salam tersebut.

Pada pertemuan kedua ini, sudah terdapat peningkatan yaitu adanya

siswa yang bertanya dan menyanggah dalam kegiatan presentasi. Siswa yang

mau menyanggah dan bertanya ketika kelompok 3 presentasi yaitu Dede.

3) Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016.

Guru dan peneliti masuk ke dalam ruang kelas VII A, peneliti kemudian

memberikan salam dan menyampaikan bahwa hari ini akan ada evaluasi.

Peneliti juga menanyakan kepada semua siswa apakah sudah siap untuk

evaluasi atau ujian, semua siswa menjawab siap namun dengan sedikit

keraguan. Pada hari evaluasi atau tes siklus I, semua siswa kelas VII A hadir,

sehingga dapat mengikuti kegatan evaluasi.

Kegiatan evaluasi dimulai dengan membagikan lembar soal dan

lembar jawaban. Peneliti meminta kepada semua siswa agar mengerjakan

sendiri tanpa contek mencontek. Pada saat kegiatan evaluasi berlangsung,

peneliti berjalan mengelilingi bangku semua siswa untuk memastikan tidak

ada yang mencontek. Ketika waktu berakhir, peneliti meminta

mengumpulkan jawaban mereka tetapi banyak siswa yang mengatakan belum

selesai mengerjakannya, karena ada soal yang dianggap sulit. Setelah selesai

mengumpulkan, peneliti membagikan angket berpikir kritis dan angket

berpikir kreatif matematis, karena waktu yang tersisa dirasa kurang peneliti

Page 75: peningkatan kemampuan berpikir kritis

62

meminta untuk mengisi angket tersebut di rumah dan dikumpulkan pada

pertemuan selanjutnya, serta peneliti berpesan agar mengisi angket tersebut

sendiri dan mengisinya sesuai dengan yang ada pada diri sendiri.

Gambar 5.

Kegiatan Tes Siklus

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan kepada semua siswa kelas VII A SMP Negeri 7

Kebumen selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran yang telah

dilakukan.Berikut ini adalah hasil lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran, angket berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis, serta tes

berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis siklus I.

1. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I

diperoleh data sebagai berikut:

Page 76: peningkatan kemampuan berpikir kritis

63

a) Pertemuan pertama, siswa belum mampu menyusun puzzle dengan tepat.

Siswa belum memahami fungsi puzzle terhadap Lembar Diskusi. Masih

terdapat siswa yang tidak turut aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.

b) Pertemuan Kedua, semua siswa sudah mampu menyusun puzzle dengan

tepat. Sebagian siswa sudah mulai memahami fungsi puzzle terhadap

Lembar Diskusi siswa. Siswa belum mampu memberikan pemecahan

masalah yang berbeda.

2. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kritis siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle

diketahui persentase angket berpikir kritis siswa adalah 71,78 % termasuk

dalam kategori cukup, hal ini menunjukkan bahwa persentase berpikir kritis

siswa belum mencapai indikator. Adapun hasil angket berpikir kritis siswa

dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 7.

Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I

No Pernyataan Persentase

1.

Ketika guru memberikan soal

matemataika, saya mampu

membayangkan dan menuliskan

yang diketahui dari soal

69,37

2.

Ketika guru memberikan soal

matemataika, saya mampu

menuliskan yang ditanyakan dari

soal

69,37

3.

Jika guru membacakan sebuah soal

matematika, saya tidak mampu

memahami inti dari soal tersebut

61,25

4.

Jika guru memberikan sebuah

permasalahan matematika, saya

mampu mengemukakan pendapat

59,37

Page 77: peningkatan kemampuan berpikir kritis

64

saya dengan logis mengenai

permasalahan tersebut

5.

Jika diberikan suatu masalah

matematika, saya tidak mempunyai

gambaran atau ide mengenai masalah

tersebut

60,00

6.

Ketika diberikan suatu soal atau

penjelasan matematika, saya

berusaha mengetahui informasi soal

tersebut dengan baik

73,75

7.

Saya mampu mengubah pernyataan

matematika dalam bentuk simbol

matematis

60,00

8.

Saya mampu menjawab pertanyaan

dari guru dengan jawaban yang logis,

relevan dan akurat

61,25

9.

Saya mampu menyanggah atau

menolak pendapat yang diberikan

siswa lain

58,12

10.

Saya tidak mampu memberikan

penjelasan sederhana dari suatu

pernyataan matematika

71,87

11. Saya dapat memilah pendapat yang

dikemukakan siswa lain 63,75

12.

Saya dapat menyelesaikan soal

sesuai dengan pendapat yang saya

buat

65,62

13.

Saya tidak mampu

mempertimbangkan pendapat dari

siswa lain mengenai soal matematika

yang diberikan guru

69,37

14.

Saya tidak mampu menentukan

penyelesaian dengan

mempertimbangkan konsep

matematika yang ada

68,75

15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan

sesuai fakta yang telah dikemukakan 63,12

16.

Jika ada penjelasan dari guru

matematika yang belum saya

pahami, saya langsung

menanyakannnya

60,62

Rerata 64,72

Page 78: peningkatan kemampuan berpikir kritis

65

Dari hasil angket berpikir kritis siswa pada siklus I belum dapat

dikatakan baik, respon siswa terhadap pembelajaran dengan model

pembeljaran berbasis masalah belum mendapatkan respon yang cukup baik.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil angket berpikir kritis siswa yang masih

banyak memberikan respon ragu-ragu dan tidak setuju, meskipun terdapat

sebagian siswa yang memberikan respon setuju. Karena respon siswa yang

belum memenuhi indikator keberhasilan, maka diperlukan tindakan pada

siklus II agar indikator yang diharapkan terpenuhi.

3. Tes Berpikir Kritis Siswa

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada

siklus I diperoleh data rerata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 60,07%

dengan kategori cukup. Hasil ini belum memenuhi indikator keberhasilan,

yang mana indikator keberhasilan haruslah lebih dari 75%.

Persentase untuk tiap indikator berpikir kritis secara keseluruhan

belum memenuhi kategori baik, begitupun dengan rerata dari keseluruhan

nilai tes kemampuan berpikir kritis yang belum memenuhi kriteria atau

kategori baik, karena hasil rerata tes berpikir kritis pada siklus I masih

dibawah 75%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi hasil tes berpikir kritis

siswa.

Tabel 8.

Hasil Tes Berpikir Kritis siswa Siklus I

Indikator Persentase (%)

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus)

57,81

2. Menjelaskan istilah yang digunakan 59,15

Page 79: peningkatan kemampuan berpikir kritis

66

(clarity)

3. Mampu memilih argumen logis,

relevan dan akurat (reasons)

64,24

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari suatu

pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan (inference)

59,06

Rerata 60,07

Adapun data berpikir kritis siswa yang diperoleh pada lembar jawab

tes adalah sebagai berikut:

a) Masih banyak siswa yang belum mampu menuliskan yang diketahui dan

yang ditanyakan dari setiap soal

b) Siswa belum mampu menjelaskan istilah-istilah yang muncul dalam soal

dan jawaban yang diberikan

c) Masih banyak siswa yang belum mampu memilih argumen yang logis

dalam menjawab soal

d) Siswa masih bingung dalam menentukan kesimpulan dari setiap jawaban

yang dipikirkan

4. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kreatif siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle

diketahui persentase angket berpikir kreatif siswa adalah 61,72 % dan masuk

dalam kategori cukup pada siklus I. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada

siklus I belum dapat dikatakan baik, hal ini menunjukkan bahwa persentase

berpikir kreatif siswa belum mencapai indikator dikarenakan masih

banyaknya siswa yang masih memberikan respon ragu-ragu dan tidak setuju

Page 80: peningkatan kemampuan berpikir kritis

67

pada hasil angket berpikir kreatif, hal ini berdampak pada hasil rerata angket

berpikir kreatif siswa yang masih dibawah 75%.Karena hasil angket berpikir

kreatif siswa masih belum mencapai indikator maka perlu adanya perbaikan

pada siklus II. Adapun hasil data angket berpikir kreatif siswa dapat disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 9.

Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I

No Pernyataan Presentase

1.

Saya mampu memberikan pendapat atau saran

terhadap suatu soal yang diberikan guru

matematika

58,75

2. Ketika guru memberikan soal matematika,

saya tidak berani mencoba mengerjakannya 73,75

3.

Ketika guru matematika memberikan soal,

saya merasa tertantang untuk menyelesaikan

soal tersebut dengan cara yang berbeda

60,62

4.

Jika guru matematika memberikan gambar ,

cerita atau masalah, maka saya dapat

memberikan penafsiran yang beragam

terhadap soal gambar, cerita atau masalah

tersebut

56,25

5.

Saya tidak mampu memikirkan cara yang

tidak lazim untuk menyelesaikan soal

matematika yang diberikan guru

71,25

6.

Saya merasa tidak mampu menemukan suatu

penyelesaian yang baru terhadap soal

matematika yang pernah saya kerjakan

60,00

7.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

mampu menuliskan ide atau gagasan saya ke

dalam bentuk tulisan atau simbol matematika

51,87

8.

Saya senang memikirkan dan mencoba cara-

cara baru yang saya anggap praktis untuk

mempelajari matematika

68,12

9.

Bila saya diberi soal matematika dari pokok

bahasan yang sudah saya pelajari maka saya

dapat langsung membayangkan langkah-

langkah penyelesaiannya

62,50

10.

Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya

mampu memberikan saran atau tanggapan

terhadap jawaban siswa lain

65,00

Page 81: peningkatan kemampuan berpikir kritis

68

11.

Saya mampu mengkombinasikan berbagai ide

atau penyelesaian untuk menghasilkan

penyelesaian yang baru

53,75

12.

Walaupun saya sudah menjawab dengan benar

soal-soal latihan matematika, tetapi

penyelesaiannya panjang, maka saya mencari

cara menyelesaikan yang lebih praktis

61,25

13.

Jika diberi suatu masalah, saya dapat

memikirkan bermacam-macam cara yang

berbeda untuk memecahkan masalah tersebut

57,50

14.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

tidak mampu menemukan lebih dari satu ide

atau gagasan untuk menyelesaiakannya

61,87

15. Saya tidak mampu mencetuskan penyelesaian

dengan strategi yang berbeda 56,87

16.

Jika saya sudah mengetehui berbagai

penyelesaian matematika, saya mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu

penyelesaian atau gagasan

63,75

17. Saya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat

siswa lain terhadap suatu soal matematika 58,75

18. Saya mampu mengungkapkan gagasan atau

ide atau penyelesaian secara rinci 61,25

19. Saya mampu menyelesaikan tugas individual

tanpa bantuan siswa lain 63,12

20.

Siswa suka mempertimbangkan masukan dan

kritikan dari siswa lain untuk penyempurnaan

penyelesaian tugas

68,12

Rerata 61,72

5. Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa

Hasil tes berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I diperoleh

rerata sebesar 65,55% dengan kategori cukup. Hasil ini belum memenuhi

indikator keberhasilan, yang mana indikator keberhasilan haruslah lebih

dari 75%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi hasil tes berpikir kreatif

siswa.

Page 82: peningkatan kemampuan berpikir kritis

69

Tabel 10.

Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I

Indikator Persentase/Indikator (%)

1. Menghasilkan banyak

gagasan pemecahan masalah

(kelancaran)

67,96

2. Menyelesaikan dengan cara

yang berbeda (keluwesan)

77,5

3. Kemampuan untuk

mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, jarang

diberikan kebanyakan orang

(keaslian)

61,16

4. Menguraikan secara runtut

langkah penyelesaian

masalah

55,55

Rerata 65,55

Adapun data berpikir kreatif yang diperoleh pada lembar jawab tes

adalah sebagai berikut:

a) Siswa belum dapat menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah.

b) Siswa belum dapat mencari dan menjawab dengan cara yang berbeda

yang sebelumnya dipelajari.

c) Siswa belum dapat menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan

permasalahan yang diberikan.

d) Sebagian besar siswa belum mampu menuliskan jawaban secara detail,

siswa hanya menuliskan jawaban masing-masing secara singkat.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus I selesai, hal

ini dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dan

kekurangan-kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Peneliti

Page 83: peningkatan kemampuan berpikir kritis

70

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam belajar

matematika. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan

siklus I, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle belum

sepenuhnya terlaksana dengan baik, sehingga masih ada beberapa hal yang

perlu diperbaiki untuk rencana pada siklus berikutnya. Dari siklus I dapat

didentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) sudah berjalan, tetapi kurang maksimal. Hal ini dikarenakan

alokasi waktu siswa dalam menyelesaikan Lembar Diskusi dan

menyusun puzzle masih kurang.

2. Masih terdapat siswa yang asyik dengan diri sendiri, sehingga siswa

kurang aktif dalam kegiatan berfikir.

3. Sebagian siswa masih terlihat malu-malu dalam mengungkapkan

pendapatnya.

4. Masih banyak siswa yang selalu terpaku dengan catatan-catatan yang

terdapat pada buku panduan dalam menyelesaikan permasalahan yang

diberikan.

5. Dalam mengerjakan soal siswa belum dapat menggunakan cara-cara

yang berbeda.

Page 84: peningkatan kemampuan berpikir kritis

71

Dari masalah yang timbul maka peneliti memiliki pemikiran untuk

masalah tersebut, hal ini berguna untuk perbaikan pada siklus II. Beberapa

perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghindari kekurangan waktu dalam pelaksanaan proses

pembelajaran dengan model Pembelajran Berbasis Masalah (PBM)

berbantuan media puzzle, peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk

mempelajari terlebih dahulu materi pada pertemuan selanjutnya.

Sehingga diharapkan diskusi kelompok akan berjalan efektif dan tidak

banyak waktu yang terbuang.

2. Sebelum peneliti memulai diskusi kelompok, peneliti terlebih dahulu

merangsang berpikir siswa kemudian peneliti meminta siswa untuk maju

ke depan kelas untuk mengerjakan soal. Hal ini diharapkan siswa akan

siap untuk memulai kegiatan berpikir pada kegiatan diskusi kelompok

dan tidak lagi asyik dengan diri sendiri.

3. Agar siswa tidak lagi malu mengungkapkan pendapatnya, pada saat

peneliti merangsang berpikir siswa, peneliti meminta beberapa siswa atau

menunjuk beberapa siswa untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai

materi yang sedang dijelaskan peneliti.

4. Agar siswa tidak lagi terpaku dengan catatan-catatan yang terdapat pada

buku panduan, peneliti meminta siswa untuk menutup buku panduan

yang dimiliki ketika kegiatan diskusi berlangsung.

5. Pada saat kegiatan diskusi untuk mengerjakan masalah pada lembar

diskusi, peneliti meminta dalam menyelesaikan atau menjawab masalah

Page 85: peningkatan kemampuan berpikir kritis

72

pada lembar diskusi tidak hanya dengan satu cara, tetapi diminta untuk

mengerjakan dengan beberapa cara. Peneliti meminta perwakilan

beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas dan mengerjakannya di

papan tulis. Untuk tiap satu masalah pada lembar diskusi, peneliti

meminta satu atau dua kelompok maju untuk mengerjakannya dengan

cara yang berbeda apabila memungkinkan.

3. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Pada siklus II terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Pada tiap-tiap tindakan dalam siklus II tidak

berbeda jauh dengan tahapan pada siklus II, seperti pada tahap perencanaan

siklus I, tahap perencanaan pada siklus II juga tidak berbeda jauh.

a. Tahap Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan ini, peneliti merencanakan dan

mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian pada siklus II dilakukan,

antara lain merencanakan dan mempersiapkan. Perencanaan tindakan pada

siklus II dikembangkan berdasarkan refleksi siklus I. Penyusunan

perencanaan pembelajaran berpedoman pada masalah yang ada dan

pemecahan yang telah ditetapkan. Berikut perencanaan kegiatan yang

dilakukan pada siklus II.

1) Menyusun dan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

berbantuan media puzzle pada pokok bahasan segi empat khususnya

Page 86: peningkatan kemampuan berpikir kritis

73

bangun persegi, persegi panjang dan jajargenjang yang disesuaikan

dengan hasil refleksi siklus I.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan selama tahap

tindakan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzleyang disusun setelah

dilakukannya refleksi.

3) Mempersiapkanpuzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran.

4) Mempersiapkan Lembar materi yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

5) Mempersiapkan Lembar Diskusi Siswa yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

6) Menyusun dan mempersiapkan lembar angket untuk mengetahui tingkat

berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa setelah proses pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media

puzzle.

7) Menyusun soal tes berpikir kritis dan kreatif yang akan diberikan pada

akhir siklus I.

8) Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer, dimana

observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dengan hasil yang diperoleh pada siklus I, peneliti berusaha agar

pelaksanaan pada siklus II akan lebih baik dan benar-benar mampu

Page 87: peningkatan kemampuan berpikir kritis

74

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen.

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disepakati dengan

menggunakan Lembar Diskusi yang telah dibuat sedemikian hingga agar

dapat mampu merangsang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

siswa. Selama proses pembelajaran, peneliti didampingi oleh guru

matematika yang bersangkutan untuk mengawasi jalannya proses

pembelajaran, selain itu peneliti juga dibantu oleh rekan peneliti dalam

mengevaluasi proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) apakah sudah sesuai dengan langkah pembelajaran

PBM atau belum. Pada siklus II pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 7

Kebumen dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan diskusi dan satu kali

pertemuan untuk evaluasi pembelajaran atau tes siklus II, sehingga semua

terdapat 3 kali pertemuan. Adapun rincian kegiatan pembelajaran pada siklus

II antara lain:

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2016

pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.15. Pada saat pertama kali peneliti,

rekan peneliti, dan guru masuk untuk melakukan penelitian, guru yang

bersangkutan yang terlebih dahulu mengucapkan salam.

(1) Kegiatan Pendahuluan

Page 88: peningkatan kemampuan berpikir kritis

75

Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai, peneliti terlebih

dahulu menanyakan kabar siswa untuk melihat respon siswa apakah sedang

dalam keadaan yang baik dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran di

kelas. Selanjutnya, peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

hari itu dan bagaimana mempelajarinya yaitu proses pembelajaran akan

dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

(PBM) berbantuan media puzzle. Siswa banyak yang mengajukan pertanyaan

mengenai model pembelajaran tersebut dan puzzle yang akan digunakan, dan

peneliti kemudian menjelaskannya. Selain itu, peneliti juga menyampaikan

mengenai tujuan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan media puzzle.

(2) Kegiatan Inti

Kegiatan pada pembelajaran kali ini sedikit berbeda dengan proses

pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, sebelum

peneliti meminta siswa untuk berdiskusi, peneliti akan memberikan sedikit

rangsangan untuk membangun kegiatan berpikir siswa sebelum berdiskusi.

Sebelumnya peneliti sedikit mengulas mengenai materi pada pertemuan

sebelumnya, kemudian peneliti menggambar sebuah bangun dipapan tulis dan

kemudian peneliti meminta salah satu siswa untuk menjawab, siswa itu

adalah Galih. Pada saat Galih menjawab nama bangun itu, peneliti

melanjutkannya dengan menambahkan gambar lain pada bangun yang

sebelumnya, lalu peneliti meminta Galih untuk mengutarakan atau

mengemukakan pendapatnya mengenai gambar yang telah peneliti gambar di

Page 89: peningkatan kemampuan berpikir kritis

76

papan tulis. Awalnya galih sedikit ragu-ragu, namun peneliti membantunya

sedikit dengan memberikan contoh. Rangsangan yang diberikan peneliti tidak

hanya diberikan kepada Galih saja, tetapi juga kepada siswa lain. Setelah

Galih, kemudian peneliti meminta siswa yang sebelumnya juga kurang aktif

dalam kegiatan diskusi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai gambar

yang dibuat peneliti di papan tulis, siswa tersebut adalah Irfan. Awalnya Irfan

tidak mau menjawab dan tidak mau menemukakan pendapatnya, namun

peneliti terus meminta untuk sedikit menjawab dengan cara menuntunnya

sedikit.

Gambar 6.

Peneliti Ketika Memberikan Rangsangan Berpikir

Kegiatan dilanjutkan dengan membentuk kelompok, peneliti membagi

siswa ke dalam 8 kelompok yang heterogen, dengan masing-masing

kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada saat kegiatan membentuk kelompok,

suasana kelas cukup kondusif, semua siswa mencari kelompoknya tidak

dengan suara yang gaduh sehingga cukup tenang. Setelah siswa berkelompok

dengan kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar diskusi dan

Page 90: peningkatan kemampuan berpikir kritis

77

puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa bersama kelompoknya mulai

berdiskusi setelah mendengarkan pengarahan dari peneliti. Pada saat siswa

berdiskusi, peneliti ikut mendampingi dan mengawasi jalannya kegiatan

diskusi. Peneliti memberikan waktu 5 menit kepada setiap kelompok untuk

menyusun puzzle sesuai perintah yang terdapat pada lembar diskusi. Selang

waktu 5 menit, peneliti meminta perwakilan dari dua kelompok untuk maju

kedepan dan menuliskan rumus luas dari masing-masing bangun. Setelah

perwakilan siswa menulis luas bangun, peneliti memberikan pertanyaan

kepada masing-masing siswa yang maju ke depan kelas. Peneliti bertanya

mengenai jawaban mereka, dan ternyata siswa mampu menjawab pertanyaan

peneliti dengan benar.

Gambar 7.

Siswa Mengerjakan Hasil Diskusi

Kegiatan diskusi pada siklus II berjalan lebih baik dari pada siklus I,

sebagian besar siswa dapat bekerja sama dengan baik bersama anggota

kelompok lain. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti meminta perwakilan

kelompok untuk maju ke depan kelas setelah mereka diberi waktu

Page 91: peningkatan kemampuan berpikir kritis

78

beberapamenit dan semua kelompok sudah siap dengan jawaban mereka

masing-masing. Semua anggota kelompok terlihat antusias dan mencoba

untuk maju ke depan kelas menjawab pertanyaan yang ada di Lembar

Diskusi. Selain itu siswa juga memperhatikan dengan baik penjelasan yang

disampaikan peneliti dan siswa yang maju ke depan kelas. Ketika siswa

selesai menjawab pertanyaan mengenai luas tiba-tiba bel istirahat

berbunyi,namun peneliti meminta untuk tidak istirahat terlebih dahulu dan

melanjutkan kegiatan diskusi dan semua kelompok mendapat giliran untuk

maju ke depan kelas menulis jawaban diskusi mereka.

(3) Penutup

Setelah semua pertanyaan pada lembar diskusi terjawab semua,

kemudian peneliti meminta semua siswa untuk duduk kembali ke bangku

masing-masing. Peneliti bersama semua siswa menyimpulkan mengenai

materi pada pertemuan hari ini. Kemudian, peneliti memberikan kesempatan

kepada semua siswa untuk bertanya apabila ada yang belum paham dan

apabila memiliki sebuah pertanyaan.Ternyata tidak ada siswa yang bertannya,

sehingga peneliti menutup kegiatan pembelajaran tersebut dengan

memberikan salam.

Pada pertemuan I ini, kegiatan siswa dalam menyelesaikan Lembar

Diskusi berjalan cukup lancar, hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dan

keaktifan semua siswa yang besar untuk maju kedepan kelas dan mencoba

untuk menjawab permasalahan yang tercantum pada lembar diskusi. Selain

itu, sudah tidak ada siswa yang banyak beranya untuk menjawab lembar

Page 92: peningkatan kemampuan berpikir kritis

79

diskusi. Siswa yang sebelumnya pada pertemuan siklus I terlihat kurang

antusias, pada pertemuan ini sudah mau terlibat dalam kegiatan proses

pembelajaran dan mau turut serta untuk berpikir. Galih yang pada siklus I

kurang bersemangat untuk turut serta berpikir, pada pertemuan ini sudah

banyak bertanya dan sudah mau berpendapat. Begitu juga dengan siswa lain

yang pada siklus I masih terlihat malu untuk maju ke depan kelas

mempresentasikan diskusi mereka, pada pertemuan ini tanpa ditunjuk mereka

sudah antusias untuk maju mempresentasikan sendiri.

2) Pertemuan II

Pertemuan keduadilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2016 pukul

07.45-08.30. Peneliti dan rekan peneliti memasuki kelas. Peneliti membuka

pelajaran dengan memberi salam dan siswa menjawab salam tersebut. Guru

menanyakan kepada seluruh siswa kelas VII A apakah ada siswa yang tidak

hadir, dan siswapun menjawab bahwa seluruh siswa kelas VII A hadir semua.

Pada pertemuan kedua ini, siswa-siswa terlihat lebih bersemangat dan

antusias. Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

hari itu, yaitu mengenai penerapan keliling dan luas persegi, persegi panjang

dan jajargenjang.

(1) Awal Pembelajaran

Sebelum peneliti memulai materi baru, peneliti menanyakan kembali

mengenai materi pada pertemuan sebelumnya, apakah semua siswa sudah

paham atau belum. Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa yang

Page 93: peningkatan kemampuan berpikir kritis

80

berhubungan dengan materi yang telah dibahas untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis siswa.

(2) Kegiatan Inti

Peneliti meminta semua siswa untuk membentuk kelompok lagi, dan

pada pertemuan peneliti meminta dalam membentuk kelompok sebaiknya

dengan bangku depannya atau bangku belakangnya, dan siswa

menyetujuinya. Setelah semua siswa duduk dengan kelompoknya masing-

masing, peneliti membagikan Lembar Diskusi untuk dikerjakan kembali

bersama anggota kelompoknya.

Peneliti meminta masing-masing kelompok untuk membaca soal

nomer 1 pada lembar diskusi, kemudian peneliti memberikan waktu 5 menit

untuk berdiskusi penyelesaian dari soal nomor satu tanpa menuliskannya

terlebih dahulu di buku atau lembar diskusi. Kemudian selang waktu 5 menit.

Peneliti meminta salah satu siswa perwakilan dari kelompok untuk maju ke

depan kelas dan mengerjakan jawaban nomor satu di papan tulis. Pada waktu

peneliti meminta untuk mengerjakannya didepan kelas, banyak siswa yang

ingin mengerjakannya hingga akhirnya yang maju adalah Tsabit. Setelah

selesai menuliskan jawaban, peneliti meminta untuk semua kelompok

mengoreksi hasil jawaban Tsabit. Dan ternyata, semua kelompok setuju

dengan jawaban Tsabit dan peneliti juga menyetujuinya. Begitupun

selanjutnya dengan soal nomor dua sampai dengan lima yang tercantum pada

lembar diskusi. Hampir semua perwakilan kelompok maju kedepan kelas

untuk menuliskan jawaban soal yang mereka kerjakan. Namun, siswa yang

Page 94: peningkatan kemampuan berpikir kritis

81

mengerjakan jawaban soal nomor tiga di pepen tulis masih salah, begitu juga

dengan kelompok lain. Kemudian peneliti memberikan arahan dalam

mengerjakannya, lalu peneliti meminta siswa lain untuk mengerjakannya

sesuai arahan yang diberikan peneliti. Hingga akhirnya semua kelompok

dapat menjawab soal nomor tiga dengan benar.

(3) Penutup

Setelah semua soal pada lembar diskusi selesai dikerjakan, peneliti

menanyakan kepada semua siswa apakah ada yang belum paham dan

memberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada yang ingin ditanyakan.

Terdapat satu siswa yang menyakan kembali mengenai menghitung keliling

dan luas jika bangunnya tidak beraturan. Kemudian peneliti menjelaskannya

dengan lebih rinci.

Sebelum peneliti menutup kegiatan pembelajaran, peneliti

menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi

mengenai luas dan keliling persegi, persegi panjang, dan jajargenjang, serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah. Peneliti meminta semua siswa

untuk belajar sebelum evaluasi. Setelah tidak ada yang ditanyakan, peneliti

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Karena sebelumnya

bel pergantian pembelajaran sudah berbunyi. Semua siswa menjawab salam

dan mengucapkan terima kasih kepada peneliti.

Pada pertemuan kedua ini, sudah meningkat yaitu adanya banyaknya

antusiasme siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan antusias siswa yang

bertanya dan menyanggah dalam kegiatan presentasi. Pada pertemuan ini,

Page 95: peningkatan kemampuan berpikir kritis

82

siswa yang mau menyanggah dan berpendapat tidak hanya satu atau dua

siswa, tetapi hampir semua siswa. Ketika siswa lain menjawab sebuah

pertanyaan namun dianggap salah, akan ada banyak siswa lain yang mau

menyanggah dan berpendapat. Pada pertemuan ini, siswa yang duduk

dibelakang juga sudah terlihat adanya peningkatan untuk berpartisipasi dalam

mengerjakan didepan kelas dan mau berpartisipasi mengemukakan

pendapatnya, seperti Adam, Risma, Putri dan juga Tsabit. Selain itu, Dede

yang dari awal selalu antusias dengan pembelajaran ini, pada setiap

pertemuan juga selalu mengemukakan pendapatnya dan mau untuk

mengerjakan di depan kelas. Sementara siswa yang bernama Galih, ketika

berdiskusi sudah tidak lagi asyik dengan diri sendiri, Galih sudah terlihat

antusias untuk berdiskusi dengan kelompok Galih dan sudah turut mau

mengemukakan pendapat.

3) Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 April 2016.

Guru dan peneliti masuk ke dalam ruang kelas VII A, peneliti kemudian

memberikan salam dan menyampaikan bahwa hari ini akan ada evaluasi.

Peneliti juga menanyakan kepada semua siswa apakah sudah siap untuk

evaluasi atau ujian, semua siswa menjawab siap dan mantap tanpa keraguan.

Pada hari evaluasi atau tes siklus I, semua siswa kelas VII A hadir, sehingga

dapat mengikuti kegatan evaluasi.

Kegiatan evaluasi dimulai dengan membagikan lembar soal dan

lembar jawaban, dengan cara peneliti memberikan kepada beberapa siswa

Page 96: peningkatan kemampuan berpikir kritis

83

untuk membagikannya kepada semua siswa. Peneliti meminta kepada semua

siswa agar mengerjakan sendiri tanpa ada kegiatan contek mencontek. Setelah

selesai mengumpulkan, peneliti membagikan angket berpikir kritis dan angket

berpikir kreatif matematis, seperti pada evaluasi sebelumnya peneliti berpesan

agar mengisi angket tersebut sendiri dan mengisinya sesuai dengan yang ada

pada diri sendiri. Selain itu, peneliti juga meminta untuk menyelesaikannya

pada hari itu juga. Setelah bel jam istirahat berbunyi, baru sebagian siswa

yang mengumpulkan angket, kemudian peneliti meminta untuk

mengumpulkannya setelah jam istirahat berakhir.

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan kepada semua siswa kelas VII A SMP Negeri 7

Kebumen selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kekurangan dan kelebihan pada proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Berikut ini adalah hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,

angket berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis, serta tes berpikir kritis

dan berpikir kreatif matematis siklus I.

1. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I

diperoleh data sebagai berikut:

a) Pertemuan pertama, siswa belum mampu menyusun puzzle dengan tepat.

Siswa belum memahami fungsi puzzle terhadap Lembar Diskusi. Masih

terdapat siswa yang tidak turut aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.

Page 97: peningkatan kemampuan berpikir kritis

84

b) Pertemuan Kedua, semua siswa sudah mampu menyusun puzzle dengan

tepat. Sebagian siswa sudah mulai memahami fungsi puzzle terhadap

Lembar Diskusi siswa. Siswa belum mampu memberikan pemecahan

masalah yang berbeda.

2. Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kritis siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle

diketahui persentase angket berpikir kritis siswa adalah 77,72% dan masuk

dalam kategori baik. Adapun hasil rekapitulasi data angket berpikir kritis

dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 11.

Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus II

No Pernyataan Persentase

1.

Ketika guru memberikan soal

matemataika, saya mampu

membayangkan dan menuliskan

yang diketahui dari soal

86,87

2.

Ketika guru memberikan soal

matemataika, saya mampu

menuliskan yang ditanyakan dari

soal

77,50

3.

Jika guru membacakan sebuah soal

matematika, saya tidak mampu

memahami inti dari soal tersebut

73,12

4.

Jika guru memberikan sebuah

permasalahan matematika, saya

mampu mengemukakan pendapat

saya dengan logis mengenai

permasalahan tersebut

74,37

5.

Jika diberikan suatu masalah

matematika, saya tidak mempunyai

gambaran atau ide mengenai masalah

tersebut

72,50

6. Ketika diberikan suatu soal atau

penjelasan matematika, saya 80,62

Page 98: peningkatan kemampuan berpikir kritis

85

berusaha mengetahui informasi soal

tersebut dengan baik

7.

Saya mampu mengubah pernyataan

matematika dalam bentuk simbol

matematis

75,00

8.

Saya mampu menjawab pertanyaan

dari guru dengan jawaban yang logis,

relevan dan akurat

74,37

9.

Saya mampu menyanggah atau

menolak pendapat yang diberikan

siswa lain

73,75

10.

Saya tidak mampu memberikan

penjelasan sederhana dari suatu

pernyataan matematika

84,37

11. Saya dapat memilah pendapat yang

dikemukakan siswa lain 76,87

12.

Saya dapat menyelesaikan soal

sesuai dengan pendapat yang saya

buat

72,50

13.

Saya tidak mampu

mempertimbangkan pendapat dari

siswa lain mengenai soal matematika

yang diberikan guru

76,87

14.

Saya tidak mampu menentukan

penyelesaian dengan

mempertimbangkan konsep

matematika yang ada

74,37

15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan

sesuai fakta yang telah dikemukakan 75,00

16.

Jika ada penjelasan dari guru

matematika yang belum saya

pahami, saya langsung

menanyakannnya

80,00

Rerata 76,75

Dari tabel angket berpikir kritis siswa diatas diperoleh bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II sudah dapat dikatakan baik

dibandingkan hasil angket berpikir kritis pada siklus I, hasil angket berpikir

kritis pada siklus II lebih baik, dikarenakan respon siswa terhadap

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

Page 99: peningkatan kemampuan berpikir kritis

86

media puzzle juga lebih baik dibandingkan pada siklus sebelumnya. Sebagian

siswa sudah banyak yang memberikan respon setuju.

3. Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan angket berpikir kreatif siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzle

diketahui persentase angket berpikir kreatif siswa adalah 76,79% dan masuk

dalam kategori baik pada siklus II. Adapun hasil data angket berpikir kreatif

dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 12.

Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus II

No Pernyataan Presentase

1.

Saya mampu memberikan pendapat atau saran

terhadap suatu soal yang diberikan guru

matematika

77,50

2. Ketika guru memberikan soal matematika,

saya tidak berani mencoba mengerjakannya 86,25

3.

Ketika guru matematika memberikan soal,

saya merasa tertantang untuk menyelesaikan

soal tersebut dengan cara yang berbeda

76,87

4.

Jika guru matematika memberikan gambar ,

cerita atau masalah, maka saya dapat

memberikan penafsiran yang beragam

terhadap soal gambar, cerita atau masalah

tersebut

77,50

5.

Saya tidak mampu memikirkan cara yang

tidak lazim untuk menyelesaikan soal

matematika yang diberikan guru

78,75

6.

Saya merasa tidak mampu menemukan suatu

penyelesaian yang baru terhadap soal

matematika yang pernah saya kerjakan

76,25

7.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

mampu menuliskan ide atau gagasan saya ke

dalam bentuk tulisan atau simbol matematika

75,62

8.

Saya senang memikirkan dan mencoba cara-

cara baru yang saya anggap praktis untuk

mempelajari matematika

77,50

9. Bila saya diberi soal matematika dari pokok 75,62

Page 100: peningkatan kemampuan berpikir kritis

87

bahasan yang sudah saya pelajari maka saya

dapat langsung membayangkan langkah-

langkah penyelesaiannya

10.

Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya

mampu memberikan saran atau tanggapan

terhadap jawaban siswa lain

75,00

11.

Saya mampu mengkombinasikan berbagai ide

atau penyelesaian untuk menghasilkan

penyelesaian yang baru

73,12

12.

Walaupun saya sudah menjawab dengan benar

soal-soal latihan matematika, tetapi

penyelesaiannya panjang, maka saya mencari

cara menyelesaikan yang lebih praktis

75,00

13.

Jika diberi suatu masalah, saya dapat

memikirkan bermacam-macam cara yang

berbeda untuk memecahkan masalah tersebut

76,87

14.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

tidak mampu menemukan lebih dari satu ide

atau gagasan untuk menyelesaiakannya

71,87

15. Saya tidak mampu mencetuskan penyelesaian

dengan strategi yang berbeda 75,62

16.

Jika saya sudah mengetehui berbagai

penyelesaian matematika, saya mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu

penyelesaian atau gagasan

75,62

17. Saya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat

siswa lain terhadap suatu soal matematika 75,00

18. Saya mampu mengungkapkan gagasan atau

ide atau penyelesaian secara rinci 75,62

19. Saya mampu menyelesaikan tugas individual

tanpa bantuan siswa lain 76,87

20.

Siswa suka mempertimbangkan masukan dan

kritikan dari siswa lain untuk penyempurnaan

penyelesaian tugas

75,62

Rata-rata 76,41

Dari tabel hasil angket berpikir kreatif siswa diatas diperoleh

bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II sudah termasuk

dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan indikator yang diharapkan dalam

penelitian ini sudah tercapai. Respon siswa terhadap pembelajaran ini

Page 101: peningkatan kemampuan berpikir kritis

88

semakin baik, sebagian besar siswa sudah setuju dengan pernytaan-

pernyataan pada angket.

4. Tes Berpikir Kritis Siswa

Hasil tes berpikir kritis matematis siswa pada siklus II diperoleh rerata

sebesar 78,42% dengan kategori baik. Hasil ini sudah memenuhi indikator

keberhasilan, yang mana indikator keberhasilan rerata haruslah lebih dari

75%. Adapun hasil tes berpikir kritis siswa dapat disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

Tabel 13.

Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus II

Indikator Persentase/Indikator (%)

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus) 78,75

2. Menjelaskan istilah yang

digunakan (clarity) 80,47

3. Mampu memilih argumen

logis, relevan dan akurat

(reasons)

78,39

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari suatu

pernyataan yang diambil

sebagai suatu keputusan

(inference)

76,09

Rerata 78,42

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase untuk tiap

indikator berpikir kritis secara keseluruhan sudah memenuhi kategori baik,

begitupun dengan rerata dari keseluruhan nilai tes kemampuan berpikir kritis

yang sudah memenuhi kriteria atau kategori baik, karena hasil rerata tes

berpikir kritis pada siklus II sudah diatas 75%. Adapun data berpikir kritis

yang diperoleh pada lembar jawab tes adalah sebagai berikut:

Page 102: peningkatan kemampuan berpikir kritis

89

a) Siswa telah dapat menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan dari

setiap soal

b) Siswa telah dapat menjelaskan istilah-istilah yang muncul dalam soal dan

jawaban yang diberikan

c) Sebagian besar siswa sudah mampu memilih argumen yang logis dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan

d) Siswa telah dapat dalam menentukan kesimpulan dari setiap jawaban

yang dipikirkan dan yang diputuskan

5. Tes Berpikir Kreatif Siswa

Hasil tes berpikir kreatif matematis siswa pada siklus II diperoleh

rerata sebesar 78,36%. Hasil ini sudah memenuhi indikator keberhasilan,

yang mana indikator keberhasilan lebih dari75%. Adapun hasil tes berpikir

kreatif siswa dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 14.

Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus II

Indikator Persentase/Indikator (%)

1. Menghasilkan banyak gagasan

pemecahan masalah

(kelancaran)

78,75

2. Menyelesaikan dengan cara

yang berbeda (keluwesan)

82,36

3. Kemampuan untuk

mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, jarang

diberikan kebanyakan orang

(keaslian)

78,57

4. Menguraikan secara runtut

langkah penyelesaian masalah

73,75

Rerata 78,36

Page 103: peningkatan kemampuan berpikir kritis

90

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase untuk tiap

indikator berpikir kritis secara keseluruhan sudah memenuhi kategori baik,

hanya indikator 4 yang belum mencapai kategori baik. Tetapi rerata nilai tes

kemampuan berpikir kreatif sudah diatas 75%, sehingga sudah mencapai

indikator keberhasilan. Adapun data berpikir kreatif yang diperoleh pada

lembar jawab tes adalah sebagai berikut:

a) Siswa dapat menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah.

b) Siswa telah dapat mencari dan menjawab suatu permasalahan dengan cara

yang berbeda dengan yang sebelumnya dipelajari.

c) Sebagian besar siswa telah dapat menggunakan caranya sendiri untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

d) Sebagian siswa belum mampu menuliskan jawaban secara detail, siswa

hanya menuliskan jawaban masing-masing secara singkat. Namun, dalam

hal ini juga sudah terdapat banyak siswa yang mampu menuliskan

jawaban mereka secara rinci, lengkap, dan tepat.

d. Tahap Refleksi

Tahap refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus II selesai, hal ini

dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dan kekurangan-

kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Peneliti menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

(PBM) berbantuan media puzzle yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam belajar matematika.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus II,

Page 104: peningkatan kemampuan berpikir kritis

91

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah (PBM) berbantuan media puzzlesudah sepenuhnya

terlaksana dengan baik. Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh pada

siklus II menunjukkan bahwa indikator penelitian sudah tercapai. Berpikir

kritis dan berpikir kreatif matematis siswa sudah mencapai indikator yang

ditentukan yaitu pada kategori baik. Hasil angket berpikir kritis dan berpikir

kreatif siswa mencapai kategori baik dan sudah sesuai dengan indikator yang

telah ditentukan. Sedangkan tes berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa

mencapai kategori baik dan sudah sesuai dengan indikator yang telah

ditentukan. Dari pelaksanaan pembelajaran evaluasi pada siklus II, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berpikir kritis siswa ada dalam pembelajaran matematika

2. Berpikir kreatif siswa ada dalam pembelajaran matematika

3. Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) berbantuan media puzzle meningkatkan kemampuan

berpikir siswa.

Dari hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

observasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan sepenuhnya

sesuai prosedur yang ada, selain itu hasil dari angket dan tes berpikir kritis

dan kreatif matematis siswa mengalami peningkatan dari kategori cukup

menjadi kategori baik. Sehingga ketuntasan belajar sudah mencapai indikator

Page 105: peningkatan kemampuan berpikir kritis

92

penelitian. Dengan hasil yang diperoleh, maka indikator penelitian telah

tercapai dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

peneliti sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan

berjalan dengan lancar. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus

I, terlihat banyak siswa yang masih bingung dalam menyusun puzzle

meskipun sebagaian besar siswa sudah menyusun puzzle tersebut dengan cara

yang beragam namun belum tepat serta dalam menyelesaikan Lembar Diskusi

siswa, selain itu siswa juga masih banyak yang bertanya dan beberapa siswa

terlihat belum aktif dalam kegiatan diskusi. Sedangkan pada siklus II setelah

dilakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dengan

menanyakan kembali materi yang sudah dipelajari pada kegiatan diskusi

sebelumnyadan memberikan arahan serta rangsangan kepada siswa sehingga

siswa sudah mulai paham terhadap materi dan turut aktif dalam kegiatan

diskusi kelompok. Sebagian besar siswa sudah cukup baik dan aktif dalam

kegiatan diskusi. Apabila ada yang belum paham, siswa bertanya kepada

anggota kelompoknya maupun kepada peneliti. siswa terlihat saling menukar

ide/gagasan untuk menyelesaikan masalah dalam Lembar Diskusi. Sebagian

besar siswa juga menuliskan jawaban hasil diskusi secara individu dalam

buku catatan masing-masing.

Page 106: peningkatan kemampuan berpikir kritis

93

Dari hasil observasi dan catatan lapangan diperoleh data bahwa pada

siklus I, siswa masih belum dapat memahami permasalahan dalam Lembar

Diskusi siswa, sehingga siswa kebingungan dalam menyelesaikan soal pada

Lembar Diskusi. Siswa juga belum dapat menyelesaikan permasalahan

dengan cara yang berbeda, namun sebagian besar siswa sudah banyak yang

mau untuk meyelesaiakan Lembar Diskusi dengan caranya sendiri, masih

banyak siswa yang belum dapat menuliskan penyelesaian soal dengan detail

seperti yang diketahui dan ditanyakan meskipun sebagian besar jawaban atau

penyelesaian yang diberikan siswa sudah tepat. Karena siswa masih belum

memahami permasalahan dalam Lembar Diskusi yang berhubungan dengan

puzzle yang dibagikan peneliti, sehingga menyebabkan sebagian besar siswa

tidak paham dalam mengungkapkan alasan berupa kata-kata atau teks tertulis

secara jelas, siswa belum mampu menjelaskan istilah-istilah yang digunakan

seperti membuat simbol untuk mengungkapkan ekspresi matematis, dan

sebagian besarsiswa masih banyak yang kesulitan dalam menuliskan

kesimpulan dari penyelesaian yang diberikan.

Namun pada siklus II, setelah dilakukan perbaikan dengan

menyesuaikan Lembar Diskusi yang diberikan permasalahan yang berkaitan

dengan penggunaan beberapa cara yang berbeda, memberikan motivasi

kepada siswa sebaiknya dalam mengerjakan soal tidak menggunakan cara

seperti yang sudah dicontohkan oleh peneliti dan guru, dan memberikan

arahan agar siswa menuliskan simbol-simbol untuk mengungkapkan ekspresi

matematis ketika menyelesaikan soal, serta memberikan kesempatan kepada

Page 107: peningkatan kemampuan berpikir kritis

94

siswa untuk berpendapat dengan cara memberikan rangsangan. Siswa dapat

dengan mudah menuliskan apa saja yang diketahui dan ditanyakan dari suatu

soal. Soal-soal pada Lembar Diskuisi siklus II yang diberikan oleh peneliti,

membuat siswa terbiasa untuk selalu mengidentifikasi dahulu masalah yang

diberikan, kemudian baru menyelesaikan masalah tersebut. Siswa terlihat

aktif dalam menyelesaikan soal pada Lembar Diskusi siklus II, hal ini dapat

dilihat dengan antusisas siswa ketika peneliti meminta untuk beberapa siswa

menuliskan jawaban Lembar Diskusi dipapan tulis secara langsung setelah

peneliti memberikan kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk

membaca permasalahan pada tiap soal. Dengan diarahkan oleh peneliti siswa

terbiasa menggunakan cara-cara yang berbeda dalam menyelesaikan

permasalahan tidak terpaku dengan cara yang dicontohkan oleh peneliti,

siswa juga mencoba untuk menggunakan caranya sendiri ketika

menyelesaikan soal. Karena siswa mulai paham dalam memahami

permasalahan matematis, sehingga dalam mengungkapkan alasan berupa

kata-kata atau teks tertulis sudah mulai jelas dan logis, siswa mulai bisa

membuat simbol untuk mengungkapkan ekspresi matematis.

Adapun data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dan

siklus II sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pengukuran kemampuan berpikir kritis menggunakan dua cara yaitu

menggunakan angket dan tes kemampuan berpikir kritis siswa.

a. Angket Berpikir Kritis Siswa

Page 108: peningkatan kemampuan berpikir kritis

95

Pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa dengan angket berpikir

kritis siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II.

Dari hasil analisis angket berpikir kritis siswa pada siklus I menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masuk kategori cukup. Sedangkan

hasil angket berpikir kritis siswa pada siklus II menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa masuk kategori baik, hal ini menunjukkan

bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media puzzle.

Berikut rincian hasil angket berpikir kritis siswa :

Tabel 15.

Hasil Angket Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus)

69,53 81,56

2. Menjelaskan istilah yang

digunakan (clarity)

65,63 77,03

3. Mampu memilih argumen

logis, relevan dan akurat

(reasons)

58,63 76,25

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari suatu

pernyataan yang diambil

sebagai suatu keputusan

(inference)

66,67 76,04

Rerata 65,11 77,72

Berikut analisis angket berpikir kritis yang diberikan kepada siswa:

1) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan

Indikator untuk aspek ini adalah siswa mampu menggunakan

informasi/permasalahan yang diberikan dalam menyusun pertanyaan atau

pernyataan dari sebuah informasi. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus

Page 109: peningkatan kemampuan berpikir kritis

96

I sebesar 69,53% termasuk dalam kategori cukup.Hal ini menunjukkan

bahwa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) berbantuan media puzzle, siswa merasa belum mampu

untuk menuliskan pokok-pokok permasalahan dari soal latihan yang

diberikan pada saat kegiatan diskusi, sehingga kebanyakan siswa

memberikan respon ragu-ragu. Sedangkan pada siklus II rerata siswa

sebesar 81,56% termasuk dalam kategori baik.Pembelajaran pada siklus II

berdasarkan pada hasil angket berpikir kritis, siswa merasa sudah mampu

menganalisa dan menuliskan pokok-pokok permasalahan dari

permasalahan yang diberikan. Sebagian besar siswa yang pada siklus I

memberikan jawaban ragu-ragu, pada siklus II siswa memberikan jawaban

setuju.

2) Kemampuan menjelaskan istilah yang digunakan

Indikator untuk aspek kedua adalah menjelaskan istilah yang

digunakan. Maksud dari aspek ini adalah siswa mampu menjelaskan

informasi yang digunakan yang berhubungan dengan yang diberikan untuk

menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan benar dan tepat. Dalam

aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 65,63% termasuk dalam

kategori cukup. Pada siklus I siswa belum mampu mengubah suatu

pernyataan ke dalam bentuk simbol matematis, siswa masih menuliskan

dalam bentuk kata atau tulisan. Sebagian besar siswa memberikan respon

jragu-ragu.Sedangkan pada siklus II sebesar 77,03% termasuk kategori

baik. Dalam aspek ini siswasudah cukup mahir dalam memberikan

Page 110: peningkatan kemampuan berpikir kritis

97

penjelasan dari suatu pernyataan dan simbol matematis yang ditulis dalam

bangun segi empat. Sehingga respon siswa juga lebih baik, yaitu menjadi

setuju atau sangat setuju.

3) Kemampuan memilih argumen logis, relevan, dan akurat

Indikator untuk aspek ketiga adalah mampu memilih argumen logis,

relevan, dan akurat. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu

memberikan dan memilih argumen atau pendapat yang logis dari sebuah

pernyataan. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 58,63%

termasuk kategori cukup. Sebagian besar siswa belum mampu

memberikan penjelasan ataupun pendapat yang logis berdasarkan jawaban

soal latihan yang dikerjakan dalam keegiatan diskusi, sehingga respon

siswa kurang positif yaitu respon ragu-ragu yang diberikan pada angket.

Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 76,25% termasuk dalam

kategori baik. Pada siklus IIini, siswa mulai berusaha dalam memberikan

argumen logis dan relevanmengenai jawaban yang mereka tulis. Sehingga

respon siswa terhadap angket berpikir kritis meningkat yaitu menjadi

setuju atau sangat setuju.

4) Kemampuanmenentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang

diambil sebagai suatu keputusan

Indikator untuk aspek ke-empat adalah mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan. Maksud dari aspek ini adalah siswa mampu menyelesaikan

pernyataan yang dibuat dengan baik dan menyimpulkan solusi dari

Page 111: peningkatan kemampuan berpikir kritis

98

penyelesaian pertanyaan yang dibuat siswa. Dalam aspek ini rerata siswa

pada siklus I sebesar 66,67% termasuk dalam kategori cukup. Dalam aspek

ini hanya sebagian kelompok siswa yang menuliskan kesimpulan dari

jawaban yang ditulis. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar

76,04% termasuk dalam kategori baik. Melalui arahan dan penjelasan dari

peneliti, pada siklus II siswa sudah mulai mampu untuk mencari solusi dari

suatu masalah dan mampu untuk menyimpulkan solusi yang diambil.

Sehingga respon siswa terhadap angket berpikir kritis meningkat, sebagian

besar merespon sering.

Hasil angket diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik

angket berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 8.

Diagram Angket Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II

b. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa dengan tes berpikir kritis

siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SIKLUS 1SIKLUS 2

65,1177,72

Page 112: peningkatan kemampuan berpikir kritis

99

dari tes berpikir kritis siswa pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masuk kategori cukup. Sedangkan hasil tes berpikir

kritis siswa pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa masuk kategori baik. Berikut rincian hasil tes berpikir kritis siswa :

Tabel 16.

Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus)

57,81 78,75

2. Menjelaskan istilah yang

digunakan (clarity)

59,15 80,47

3. Mampu memilih argumen

logis, relevan dan akurat

(reasons)

64,24 78,39

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari

suatu pernyataan yang

diambil sebagai suatu

keputusan (inference)

59,06 76,09

Rerata 60,07 78,42

Hasil analisis tes berpikir kritis siswa dari tiap indikator/aspek berpikir

kritis adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 60,07% termasuk

dalam kategori cukup. Sebagian besar siswa dalam menyelesaikan evaluasi

pada siklus I belum menyertakan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dari soal. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,42%

termasuk dalam kategori baik. Pada evaluasi siklus II siswa sudah mulai

menyertakan yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal.Hal ini

Page 113: peningkatan kemampuan berpikir kritis

100

menunjukan bahwa siswa sudah mampu merumuskan pokok-pokok

permasalahan yang ada.

Gambar 9.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-1

2) Menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 59,15% termasuk

dalam kategori kurang. Pada evaluasi siklus I, siswa tidak menuliskan atau

mengubah pernyataan matematis ke dalam bentuk simbol matematis, serta

siswa belum mampu menjelskan pernyataan dari soal. Sedangkan pada

siklus II sebesar 78,42% termasuk kategori baik. Pada evaluasi siklus II,

siswa sudah mampu mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol dan

mampu menjelaskan istilah yang digunakan. Hal ini menunjukan siswa

sudah mampu mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol (clarity).

Gambar 10.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa indikator ke-2

3) Mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 64,24% termasuk

kategori cukup. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,39%

termasuk dalam kategori baik. Pada evaluasi siklus I, siswa tidak mampu

memberikan argumen yang logis dan relevan khususnya pada nomor 4.

Page 114: peningkatan kemampuan berpikir kritis

101

Sedangkan pada evaluasi siklus II, siswa dalam memberikan atau memilih

argumen yang logis sudah mengalami peningkatan, siswa mampu

mengungkapkan argumennya sesuai pengetahuan yang dimiliki dan juga

logis.Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu menguasai

kemampuan reasons.

Gambar 11.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-3

4) Mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan yang

diambil sebagai suatu keputusan (inference)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 59,06% termasuk

dalam kategori kurang. Pada evaluasi siklus I, sebagian besar siswa tidak

menuliskan kesimpulan dari jawaban yang mereka tulis. Sedangkan pada

siklus II rerata siswa sebesar 76,09% termasuk dalam kategori baik. Secara

keseluruhan dalam aspek ini siswa sudah mampu untuk menyimpulkan

solusi yang dibuat sesuai dengan penyelesaian/keputusan yang diambil.

Gambar 12.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa Indikator ke-4

Page 115: peningkatan kemampuan berpikir kritis

102

Hasil tes kemampuan berpikir kritis diatas dapat ditampilkan dalam

bentuk grafik. Grafik tes berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 13.

Diagram Tes Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Pengukuran kemampuan berpikir kreatif menggunakan dua cara yaitu

menggunakan angket dan tes kemampuan berpikir kreatif siswa.

a) Angket Berpikir Kreatif Siswa

Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dengan angket berpikir

kreatif siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus

II. Hasil dari angket berpikir kreatif siswa pada siklus I menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori cukup.

Sedangkan hasil angket berpikir kreatif siswa pada siklus II menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori baik. Berikut

rincian hasil angket berpikir kreatif siswa :

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

SIKLUS 1SIKLUS 2

60,07 78,42

Page 116: peningkatan kemampuan berpikir kritis

103

Tabel 17.

Hasil Angket Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II

1. Menghasilkan banyak

gagasan pemecahan

masalah (kelancaran)

71,87 84,5

2. Menyelesaikan dengan cara

yang berbeda (keluwesan) 61,5

78,38

3. Kemampuan untuk

mencetuskan gagasan

dengan cara-cara yang asli,

jarang diberikan

kebanyakan orang

(keaslian)

66,13 76,5

4. Menguraikan secara runtut

langkah penyelesaian

masalah

47,38 66,25

Rerata 61,72

76,41

Dari hasil analisis angket berpikir kreatif siswa diperoleh data

bahwa siswamemberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media

puzzle. Berikut analisis angket berpikir kreatif yang diberikan kepada

siswa.

1) Kelancaran

Indikator untuk aspek ini adalah siswa mampu menghasilkan banyak

gagasan pemecahan masalah. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I

sebesar 71,87% termasuk dalam kategori cukup. Pada indikator ini,

sebagian besar siswa memberikan respon ragu-ragu, yang artinya siswa

hanya mampu memikirkan satu gagasan pemecahan masalah saja.

Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 84,5% termasuk dalam

Page 117: peningkatan kemampuan berpikir kritis

104

kategori baik. Pada siklus II jumlah siswa yang memberikan respon setuju

sudah cukup meningkat, yang artinya siswa sudah mampu memikirkan

banyak gagasan pemecahan masalah.

2) Keluwesan

Indikator untuk aspek kedua adalah menyelesaikan dengan cara yang

berbeda namun tetap tepat. Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I

sebesar 61,5% termasuk dalam kategori cukup. Sebagian besar siswa

dalam menyelesaikan soal latihan pada Lembar Diskusi masih

menggunakan cara yang sama dengan apa yang pernah peneliti contohkan.

Sedangkan pada siklus II sebesar 78,38% termasuk kategori baik. Dalam

aspek ini siswa sudah mampu menyelesaikan masalah yang diberikan

dengan cara yang berbeda dengan yang dicontohkan peneliti, setiap

kelompok dalam kegiatan diskusi memberikan cara yang berbeda dalam

menjawabnya. Respon terhadap angket berpikir kreatif siswa sebagian

besar merespon setuju.

3) Keaslian

Indikator untuk aspek ketiga adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagasan dengan cara-cara yang asli dan jarang diberikan kebanyakan

orang. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu menyelesaiakan

persoalan dengan cara yang tidak menyimpang namun cara

penyelesaiannya jarang diberikan kebanyakan orang. Dalam aspek ini

rerata siswa pada siklus I sebesar 66,13% termasuk kategori cukup. Pada

saat pembelajaran pada siklus I, masih banyak siswa yang mengerjakan

Page 118: peningkatan kemampuan berpikir kritis

105

soal dengan melihat pada buku panduan yang ada. Sedangkan pada siklus

II rerata siswa sebesar 76,5% termasuk dalam kategori baik. Dengan

arahan yang diberikan peneliti, siswa dalam setiap kelompok diminta

untuk mengerjakan dengan cara yang mungkin tidak dipikirkan kelompok

lain. Dengan arahan inilah siswa memberikn respon setuju pada angket

berpikir kreatif.

4) Elaborasi

Indikator untuk aspek ke-empat adalah mampu menguraikan secara

runtut langkah penyelesaian masalah. Maksud dari aspek ini adalah siswa

mampu menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah, setelah

siswa menemukan gagasan/penyelesaian yang beragam dan berbeda.

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 47,38% termasuk dalam

kategori yang kurang. Jika dilihat pada kegiatan diskusi siklus I, siswa

masih banyak yang menuliskan jawaban dari soal hanya inti dari jawaban

mereka saja, tanpa menulis keterangan dan memberikan penjelasan yang

lebih rinci. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 66,5% termasuk

dalam kategori cukup. Respon siswa pada siklus II mengalami

peningkatan, sebagian besar siswa sudah mulai memberikan respon yang

baik. Siswa merasa mampu menuliskan jawaban mereka secara lebih rinci,

tidak hanya jawaban akhir yang mereka tulis.

Hasil angket diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik

angket berpikir kreatif tersebut adalah sebagai berikut:

Page 119: peningkatan kemampuan berpikir kritis

106

Gambar 14.

Diagram Angket Berpikir Kreatif Siklus I dan Siklus II

b) Tes Berpikir Kreatif Siswa

Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dengan tes berpikir

kreatif siswa dilakukan dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus

II. Hasil dari tes berpikir kreatif siswa pada siklus I menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir kreatif siswa masuk kategori cukup. Sedangkan hasil

tes berpikir kreatif siswa pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif siswa masuk kategori baik. Berikut rincian hasil tes

berpikir kreatif siswa :

Tabel 18.

Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa

Indikator Siklus I Siklus II

1. Menghasilkan banyak

gagasan pemecahan

masalah (kelancaran)

67,97 78,75

2. Menyelesaikan dengan cara

yang berbeda (keluwesan)

77,50 82,37

3. Kemampuan untuk

mencetuskan gagasan

dengan cara-cara yang asli,

61,16 78,57

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SIKLUS 1SIKLUS 2

61,7276,41

Page 120: peningkatan kemampuan berpikir kritis

107

jarang diberikan

kebanyakan orang

(keaslian)

4. Menguraikan secara runtut

langkah penyelesaian

masalah (elaborasi)

55,55 73,75

Rerata 65,55 78,36

Berdasarkan tabel diatas terlihat hasil tes berpikir kreatif siswa dari

tiap indikator/aspek.

1) Kelancaran

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 67,97% termasuk

dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu

menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah. Sedangkan pada siklus

II rerata siswa sebesar 78,75% termasuk dalam kategori baik. Pada siklus

II siswa sudah mampu menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah,

masing-masing siswa dapat memberikan banyak gagasan pemecahan

masalah (fluency).

Gambar 15.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-1

2) Keluwesan (flexibility).

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 77,5% termasuk

dalam kategori baik. Pada siklus I siswa sudah mampu menyelesaikan

permasalahan dengan cara yang berbeda dengan siswa yang lain.

Page 121: peningkatan kemampuan berpikir kritis

108

Sedangkan pada siklus II sebesar 82,37% termasuk kategori baik.

Meskipun pada siklus I dan siklus II sama-sama masuk kategori baik,

tetapi dalam indikator ini tetap mengalami peningkatan. Pada siklus II

banyak siswa yang menjawab dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini

menunjukan bahwa siswa sudah mampu untuk menyelesaikan

permasalahan dengan bermacam-macam cara yang berbeda (flexibility).

Gambar 16.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-2

3) Keaslian (originality)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 61,16% termasuk

kategori cukup. Dalam tes siklus I, karena masih belum pahamnya

terhadap materi mengakibatkan banyak siswa menjawab dengan cara yang

kurang tepat. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 78,57%

termasuk dalam kategori baik. Pada tes siklus II, karena pengarahan dari

peneliti untuk belajar lebih, sehingga banyak siswa yang sudah mampu

menjawab tes dengan cara mereka sendiri dan tidak menyimpang. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa sudah mampu meyelesaikan permasalahan

dengan cara mereka sendiri (originality).

Page 122: peningkatan kemampuan berpikir kritis

109

Gambar 17.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-3

4) Elaborasi (elaboration)

Dalam aspek ini rerata siswa pada siklus I sebesar 55,55% termasuk

dalam kategori yang kurang. Sebagian besar siswa dalam menuliskan

jawaban mereka tidak pada lembar soal, namun pada lembar kertas yang

lain sehingga pada lembar jawaban mereka hanya menuliskan jawaban

akhirnya saja. Sedangkan pada siklus II rerata siswa sebesar 73,75%

termasuk dalam kategori cukup. Meskipun siswa belum mampu

menuliskan jawaban mereka dengan baik, namun pada indikator ini sudah

mengalami peningkatan, karena sebelumnya peneliti meminta siswa untuk

menuliskan catatan perhitungan mereka pada lembar jawaban mereka. Hal

ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menambahkan penjelasan

dari sebuah solusi secara detail (elaborasi).

Page 123: peningkatan kemampuan berpikir kritis

110

Gambar 18.

Contoh Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Indikator ke-4

Hasil tes diatas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik tes

berpikir kreatif tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 19.

Diagram Tes Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilihat dari hasil angket,

hasil tes, dan hasil catatan lapangan diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika dengan model pembelajarann berbasis masalah

(PBM) berbantuan media puzzle kemampuan berpikir kritis dan berpikir

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SIKLUS 1SIKLUS 2

65,5578,36

Page 124: peningkatan kemampuan berpikir kritis

111

kreatif amtematis siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Siklus II dipandang berhasil dengan alasan sebagai berikut:

(1) Siswa dapat merumuskan pokok-pokok permasalahan dengan baik.

(2) Siswa dapat menjelaskan istilah-istilah (mengubah pernyataan ke

dalam bentuk simbol matenatis) dalam materi segiempat khususnya

bangun persegi, persegi panjang, dan jajargenjang dengan baik.

(3) Siswa mulai dapat memilih argumen yang logis dalam berpendapat.

(4) Siswa dapat menarik kesimpulan dari suatu pernyataan untuk

mendapatkan solusi.

(5) Siswa mulai dapat menghasilkan banyak gagasan sesuai pemikiran

siswa.

(6) Siswa dapat mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah.

(7) Siswa mulai dapat mencetuskan gagasan dengan cara-caranya sendiri.

(8) Siswa mulai dapat menambah situasi atau penjelasan sesuai

penyelesaian atau pemecahan yang diambil dengan rinci.

Page 125: peningkatan kemampuan berpikir kritis

112

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) berbantuan media puzzle pada siswa kelas VII A SMP Negeri 7

Kebumen, sebagai berikut:

1. Siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen menunjukkan peningkatan

berpikir kritis siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) berbantuan media puzzle. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan

pada kegiatan siklus I tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan,

memberikan sebuah pendapat, dan siswa belum mampu untuk

memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu permasalahan,

pada siklus II terdapat beberapasiswa yang mengajukan pertanyaan dan

memberikan pendapat mereka secara logis serta memberikan

pertimbangan atau penilaianterhadap suatu permasalahan matematis.

Perolehan angket berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 65,11%

dengan kategori cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi

77,72% dengan kategori baik. Sedangkan untuk tes kemampuan berpikir

kritis siswa pada siklus I sebesar 60,07% dengan kategori cukup. Pada

siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,42% dengan kategori baik.

2. Siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen menunjukkan peningkatan

berpikir kreatif siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) berbantuan media puzzle. Hal ini ditunjukkan dengan

Page 126: peningkatan kemampuan berpikir kritis

113

kegiatanpada siklus I siswa tidak mau untuk berpikir sendiri dalam

menyelesaikan suatu permasalahan matematika sehingga mengakibatkan

siswa cenderung mengandalkan jawaban teman, siswa belum mampu

mengembangkan gagasan yang dimiliki, serta siswa belum mampu

memberikan penyelesaian permasalahan dengan cara yang berbeda, pada

siklus II siswa sudah mau berusaha berpikir sendiri untuk menyelesaikan

suatu permasalahan matematika dengan cara mereka sendiri dan dengan

penyelesaian yang berbeda, serta siswa mampu mengembangkan gagasan

yang dimiliki . Selain itu, perolehan angket berpikir kreatif siswa pada

siklus I sebesar 61,72% dengan kategori cukup. Pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 76,41% dengan kategori baik. Sedangkan untuk tes

kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I sebesar 65,55% dengan

kategori cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,36%

dengan kategori baik.

3. Pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) berbantuan media puzzle berjalan dengan baik dan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model ini pada siklus II lebih baik

daripada siklus I. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

Page 127: peningkatan kemampuan berpikir kritis

114

1. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa perlu ditingkatkan dalam

pembelajaran matematika, upaya peningkatan ini dapat menggunakan

model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle.

2. Diharapkan dalam pembelajaran matematika guru lebih memberi

kesempatan dan ruang kepada siswa dalam menyampaikan pendapat atau

bertanya sehingga kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat

dikembangkan.

3. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) berbantuan media puzzle, diharapkan dapat dikembangkan

untuk diaplikasikan pada materi pembelajaran matematika yang berbeda.

.

Page 128: peningkatan kemampuan berpikir kritis

115

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Happy, Nurina. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Pada

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Fakultas Pendidikan Matematika

Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/

id/eprint/2103. Diakses pada tanggal 20 November 2015

Hasyim, Muttaqin. 2009. Tujuan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:

https://MuttaqinHasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-

matematika/. Diakses pada tanggal 26 November 2015

Husen, Irfan Zaini. 2014. Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Berfikir

Kreatif Serta Disposisi Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan

Saintific.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP

Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315. [Online]. Tersedia: http://publikasi.

stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP-2014.pdf.

Diakses pada tanggal 3 Desember 2015

Ibrahim. 2011. Pengembangan kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Siswa melaui Pembelajaran Berbasis masalah yang Menghadirkan

Kecerdasan Emosional. Prosiding Seminar Nasional Matematika

Pendidikan Matematika universitas Negeri Yogyakarta ISBN: 978-979-

16353-6-3.

Julita. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Melalui

Pembelajaran Pencapaian Konsep. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315.

[Online]. Tersedia:http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/

Prosiding-Semnas-STKIP-2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember

2015

Kunandar.2008. LangkahMudahPenelitianTindakanKelas sebagai Pengembangan

Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Kurniawati, Lia. 2011. Developing Mathematical Reflektive Thinking Skills

Through Problem Based Learning (Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Reflektif Matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah).

Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Matematika UIN Syarif

Page 129: peningkatan kemampuan berpikir kritis

116

hidayatullah Jakarta ISSN: 978-979-16353-7-0. [Online]. Tersedia:

http://uny.ac.id/id/eprint/1344. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015

Ma’arif, Syamsul. 2015. Peningkatan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa dengan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas

VII F SMP Negeri 18 Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Fakultas

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta

Nana Sudjana, Ma’arif. 2009. Penenlitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Grasindo

Nuriah, Alfiatun. 2013. Efektivitas kombinasi Pembelajaran Kooperatif Time Token dengan Picture Puzzle pada Materi Sistem Peredaran darah di SMP N 2 Gabus Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang.

Purwanto, Ngalim. 2009.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya.

Priyoananto, Lulus. 2007. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan

Metode PBL pada Pokok Bahasan Logika Matematika. Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Rahayu, Wilda. 2014. Mengembangkan kemampuan pemecahan Masalah Dan

Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran

Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika

STKIP Siliwangi Bandung ISSN: 2338-8315. [Online]. Tersedia: http://

publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-Semnas-STKIP-

2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: raja grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunardi. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Relasional Matematik

Siswa Mengenai Luas bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan

Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika STKIP Siliwangi Bandung ISBN: 2338-8315. [Online].

Tersedia: http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-

Semnas-STKIP-2014.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Page 130: peningkatan kemampuan berpikir kritis

117

Syukronsahara. 2010. Penggunaan Media Game Puzzle. [Online]. Tersedia:

https://blogspot.com/2011/05/penggunaan-media-games-puzzle.html.

Diakses pada tanggal 28 November 2015

Widiyoko, S. Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Wulie Okti. 2014. TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study).

[Online]. Tersedia: http://wulieokti.blogspot.co.id/2014/04/times-trends-

international-mathematics.html?m=1. Diakses pada tanggal 21 November

2015

Page 131: peningkatan kemampuan berpikir kritis

119

Lam

piran

1.1

SILABUS

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII

Semester : 2

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok/

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

6.1

Mengident

i fikasi sifat-sifat

segitiga

berdasarka

n sisi dan sudutnya

Segiempat dan

segitiga

Mendiskusikan

jenis-jenis

segitiga berdasarkan

sisi-sisinya

dengan

menggunakan model segitiga

Menjelaska

n jenis-

jenis segitiga

berdasarka

n sisi-

sisinya

Tes tulis Tes isian Dari segitiga

ABC

diketahui sisi AB = BC,

Segitiga ABC

merupakan

segitiga .......

2x40

menit

Buku

penunjang

belajar Matematika

untuk

SMP/MTs

Kelas 7

Referensi dan

artikel yang sesuai

Mendiskusikan jenis-jenis

segitiga

berdasarkan

sudut-sudutnya dengan

menggunakan

model segitiga

Menjelaskan jenis-

jenis

segitiga

berdasarkan besar

sudutnya

Tes tulis

Tes isian

Pada segitiga PQR

diketahui

sudut P = 600

dan sudut = 80

0. Segitiga

PQR

merupakan segitiga ......

2x40 menit

Page 132: peningkatan kemampuan berpikir kritis

120

Lam

piran

1.1

6.2

Menginde

n tifikasi

sifat-sifat persegi

ang,

persegi, trapesium,

jajargenja

ng, belah ketupat

dan

layang-

layang

Segiempat dan

segitiga

Menggunakan

lingkungan

untuk

mendiskusikan pengertian

jajargenjang,

persegi, persegi panjang, belah

ketupat,

trapesium, dan layang-layang

menurut

sifatnya

Menjelaska

n

pengertian

jajar genjang,

persegi,

persegi panjang,

belah

ketupat, trapesium

dan layang-

layang

menurut sifatnya.

Tes

lisan

Daftar

pertanyaan

Lihatlah di

seluruh ruang

kelasmu!

Benda-benda manakah

yang

berbentuk persegi?

Benda-benda

manakah yang

berbentuk

persegi

panjang?

1x40

menit

Mendiskusikan

sifat-sifat segi empat ditinjau

dari diagonal,

sisi, dan sudutnya

Menjelaska

n sifat sifat segi empat

ditinjau

dari sisi, sudut, dan

diagonalny

a.

Tes

lisan

Daftar

pertanyaan

Apakah

panjang semua sisi

jajargenjang

sama panjang?

Apakah kedua

diagonal persegi saling

tegak lurus?

1x40

menit

Page 133: peningkatan kemampuan berpikir kritis

121

Lam

piran

1.1

6.3

Menghitun

g keliling

dan luas bangun

segi empat

serta mengguna

kannya

dalam pemecaha

n masalah

Segiempat dan

segitiga

Menemukan

rumus keliling

bangun segi

empat dengan cara mengukur

panjang sisinya

Menurunka

n rumus

keliling

bangun segi empat

Tes tulis Tes isian

Keliling

segitga ABCD sama

dengan .........

2x40

menit

Menemukan luas persegi

dan persegi

panjang

menggunakan petak-

petak(satuan

luas)

Menemukan

luas segitiga dengan

menggunakan

luas persegi

panjang Menemukan

luas

jajargenjang,

Menurunkan rumus

luas bangun

segitiga dan

segiempat

Luas persegi

panjang

ABCD adalah .......

2x40 menit

D C

B A

D C

B A

Page 134: peningkatan kemampuan berpikir kritis

122

Lam

piran

1.1

trapesium,

layang-layang,

dan belah

ketupat dengan menggunakan

luas segitiga

dan luas persegi atau

persegi panjang

Menggunakan rumus keliling

dan luas

bangun segitiga dan segi empat

untuk

menyelesaikan

masalah

Menyelesaikan

masalah

yang berkaitan

dengan

menghitung

keliling dan luas bangun

segitiga dan

segi empat

Tes tulis

Tes uraian

Pak Surya mempunyai

kebun

berbentuk persegipanjan

g dengan

panjang 1 km

dan lebar 0,75 km. Kebun

tersebut akan

ditanami pohon kelapa

yang berjarak

10 m satu dengan yang

lain. Berapa

banyak bibit

pohon kelapa yang

diperlukan

pak Surya?

2x40 menit

Page 135: peningkatan kemampuan berpikir kritis

123

Lam

piran

1.1

6.3 Melukis

segitiga, garis

tinggi,

garis bagi,

garis berat dan garis

sumbu

Segitiga Menggunakan

penggaris, jangka, dan

busur untuk

melukis

segitiga jika diketahui:

- ketiga sisinya

- dua sisi dan satu sudut

apitnya

- satu sisi dan

dua sudut

Melukis

segitiga yang

diketahui

tiga sisinya,

dua sisi satu sudut

apitnya

atau satu sisi dan dua

sudut

Tes tulis Tes uraian Lukislah

sebuah segitiga jika

diketahui

panjang sisi-

sisinya 2 cm, 3 cm, dan 1,5

cm.

2x40

menit

Page 136: peningkatan kemampuan berpikir kritis

124

Lam

piran

1.1

Melukis

segitiga

samasisi dan

segitiga samakaki

dengan

menggunakan penggaris,

jangka dan

busur derajat

Melukis

segitiga

samasisi

dan segitiga samakaki

Tes tulis Tes uraian Lukislah

sebuah

segitiga ABC

dengan AC = BC = 3 cm.

2x40

menit

Menggunakan

penggaris dan

jangka untuk melukis garis

sumbu, garis

bagi, garis

berat, dan garis tinggi suatu

segitiga

Melukis

garis tinggi,

garis bagi, garis berat,

dan garis

sumbu.

Tes tulis

Tes kinerja

Lukislah ketiga garis

tinggi dari

masing-masing

segitiga

tersebut. Apakah yang

kalian

dapatkan?

2x40

menit

Page 137: peningkatan kemampuan berpikir kritis

125

Lam

piran

1.1

Karakter siswa yang diharapkan: Disiplin (discipline)

Rasa hormat dan perhatian (respect)

Tekun (diligence)

Tanggung jawab (responsibility)

Purworejo, April 2016

Mengetahui,

Guru Matematika

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 138: peningkatan kemampuan berpikir kritis

126

Lampiran 1.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.2.Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi,

trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-

layang.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang menurut sifatnya.

b. Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

B. Materi Ajar

Pengertian dan sifat-sifat,persegi, persegi panjang, dan jajargenjang

Page 139: peningkatan kemampuan berpikir kritis

127

Lampiran 1.2

1. Persegi

Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan

keempat sudutnya sama besar, yaitu 90°.

Sifat-sifat persegi:

a. Keempat sisinya sama panjang

b. Keempat sudutnya siku-siku

c. Kedua diagonalnya sama panjang, saling berpotongan, saling tegak

lurus di satu titik, dan saling membagi dua sama panjang

d. Diagonalnya membagi sudut-sudut menjadi sama besar

Gambar

Bangun Persegi

2. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki empat sisi lurus (dua

pasang sisi) dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat

sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat persegi panjang:

a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

b. Keempat sudutnya siku-siku

c. Kedua diagonalnya sama panjang

d. Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua

sama panjang

Page 140: peningkatan kemampuan berpikir kritis

128

Lampiran 1.2

Gambar

Persegi Panjang

3. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar

dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

Sifat-sifat jajargenjang:

a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

b. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang (berpotongan

di titik tengah)

c. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

d. Sudut-sudut yang berdekatan saling berpenglurus

Gambar

Jajargenjang

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Page 141: peningkatan kemampuan berpikir kritis

129

Lampiran 1.2

- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan

tentang pentingnya mempelajari materi ini.

- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap

kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :

Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah

masalah dengan bekerja sama)

Guru menjelaskan tentang cara kerja model pembelajaran

Guru membagikan lembar materi tentang materi sifat-sifat

segiempat

Masing-masing kelompok mempelajari lembar materi (Langkah 2:

Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)

Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi

Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan

Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang

tercantum pada Lembar Diskusi dan menuliskannya pada Lembar

Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan)

Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan satu atau dua

kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas (Langkah

4: Menguji keakuratan dari solusi)

Page 142: peningkatan kemampuan berpikir kritis

130

Lampiran 1.2

Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau

menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya

Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan

meminta peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar

Diskusi .

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta

didik

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil

diskusi

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum

paham

Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan

berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.

Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

E. Alat dan Sumber Belajar.

Sumber :

- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi

Nuharini dan Tri Wahyuni

- Buku referensi lain yang relevan

Alat :

Page 143: peningkatan kemampuan berpikir kritis

131

Lampiran 1.2

- Spidol

- Papan Tulis

- Lembar Materi, Lembar Diskusi dan puzzle

F. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 144: peningkatan kemampuan berpikir kritis

132

Lampiran 1.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling persegi, persegi panjang,

dan jajargenjang.

b. Peserta didik dapat menghitung keliling persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

B. Materi Ajar

Keliling suatu bangun datar adalah jumlah panjang semua sisi yang

membatasi bangun tersebut.

1. Persegi

Karena ke-empat sisinya sama, maka:

Page 145: peningkatan kemampuan berpikir kritis

133

Lampiran 1.2

Keliling persegi = sisi + sisi + sisi + sisi

= 4 × 𝑠𝑖𝑠𝑖

Karena panjang dan lebarnya sama, maka ruas garis pada persegi disebut

sisi.

Gambar

Bangun Persegi

2. Persegi Panjang

Keliling persegi panjang = panjang + lebar + panjang + lebar

= panjang + panjang + lebar + lebar

= 2 × panjang + 2 × lebar

K = 2𝑝 + 2𝑙

Gambar

Persegi Panjang

3. Jajargenjang

Keliling = AB + BC + CL + LA

= 2 (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶)

Page 146: peningkatan kemampuan berpikir kritis

134

Lampiran 1.2

Gambar

Jajargenjang

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan

tentang pentingnya mempelajari materi ini.

- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap

kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :

Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah

dengan bekerja sama)

Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi

Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan

(Langkah 2: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)

Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum

pada Lembar Diskusi dan menuliskannya pada Lembar Diskusi

(Langkah 3: Menyajikan temuan)

Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi

Page 147: peningkatan kemampuan berpikir kritis

135

Lampiran 1.2

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan satu atau dua

kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas (Langkah

4: Menguji keakuratan dari solusi)

Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti

meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk

menuliskan jawaban mereka di papan tulis.

Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau

menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya

Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta

peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham

Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan

berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.

Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Page 148: peningkatan kemampuan berpikir kritis

136

Lampiran 1.2

E. Alat dan Sumber Belajar

Sumber :

- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi

Nuharini dan Tri Wahyuni

- Buku referensi lain yang relevan

Alat :

- Spidol

- Papan Tulis

- Lembar Diskusi dan puzzle

F. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika.

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 149: peningkatan kemampuan berpikir kritis

137

Lampiran 1.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang,

jajargenjang trapesium, belah ketupat dan layang-

layang.

6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian persegi, persegi panjang, dan

jajar genjang.

b. Peserta didik dapat menjelaskan dan menyebutkan sifat-sifat persegi,

persegi panjang, dan jajar genjang ditinjau dari sisi, sudut, dan

diagonalnya

c. Peserta didik dapat menghitung keliling bangun persegi, persegi panjang,

dan jajargenjang

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Page 150: peningkatan kemampuan berpikir kritis

138

Lampiran 1.2

B. Materi Ajar

Pengertian dan sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang serta

menghitung keliling persegi, persegi panjang dan jajargenjang.

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Guru menyampaikan bahwa hari ini akan

diadakan tes

- Guru menyampaikan tata tertib untuk mengerjakan tes

Kegiatan Inti

Guru mengatur tempat duduk siswa, kemudian meminta untuk tenang.

Guru membagikan soal dan lembar jawaban siswa

Siswa menulis identitas pada lembar jawaban siswa.

Guru meminta siswa mengerjakan tes

Siswa mengerjakan tes dengan tenang

Setelah selesai mengerjakan tes, siswa mengumpulkan lembar jawaban

kepada guru, kemudian kembali duduk tenang seperti semula

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang siklus 1, apakah ada yang

sulit atau tidak. Dan membahas soal yang dianggap paling sulit.

Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.

Page 151: peningkatan kemampuan berpikir kritis

139

Lampiran 1.2

E. Alat

Alat :

- Lembar soal dan lembar jawaban tes

- Perlengkapan menulis

F. Penilaian Hasil Belajar

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika.

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 152: peningkatan kemampuan berpikir kritis

140

Lampiran 1.3

LEMBAR MATERI

Page 153: peningkatan kemampuan berpikir kritis

141

Lampiran 1.4

K.D: Menjelaskan dan mengidentifikasi pengertian dan sifat-sifat

persegi, persegi panjang, dan jajargenjang ditinjau dari sudut, sisi, dan

diagonalnya.

Tunjukkan berlakunya sifat dari masing-masing bangun, berdasarkan sifat-sifat

yang telah tertulis pada lembar materi dan sesuai dengan hasil puzzle yang telah

kalian pecahkan!

1. PERSEGI

2. PERSEGI PANJANG

3. JAJARGENJANG

Page 154: peningkatan kemampuan berpikir kritis

142 Lampiran 1.5

K. D: Menurunkan rumus keliling persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang

Tuliskan pengertiang dari keliling suatu bangun datar, kemudian berdasarkan

pengertian yang kalian tulis tentukan rumus keliling masing-masing bangun

dengan bantuan puzzle yang telah kalian pecahkan!

Pengertian Keliling: ...........................................................................................

...........................................................................................................................

1. PERSEGI

2. PERSEGI PANJANG

3. JAJARGENJANG

Page 155: peningkatan kemampuan berpikir kritis

143 Lampiran 1.5

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan runtut!

1. Perbandingan panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 4 : 3. Jika

keliling persegi panjang tersebut 28 cm, tentukan panjang dan lebarnya!

2. Sisi sebuah persegi (3x+1) cm dan kelilingnya 28 cm. Tentukan panjang sisi

persegi!

3. Dalam sebuah jajargenjang diketahui setengah alasnya adalah 1 cm

kurangnya dari panjang sisi miring jajargenjang tersebut. Jika panjang

jajargenjang 6 cm , hitunglah alas dan kelilingnya!

Page 156: peningkatan kemampuan berpikir kritis

144

L

ampiran

1.6

PUZZLE

Page 157: peningkatan kemampuan berpikir kritis

145

Lampiran 1.7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menurunkan rumus luas persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang.

b. Peserta didik dapat menghitung luas persegi, persegi panjang, dan

jajargenjang

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

B. Materi Ajar

Luas bangun datar adalah sesuatu yang menyatakan besarnya daerah.

Page 158: peningkatan kemampuan berpikir kritis

146

Lampiran 1.7

1. Persegi

Karena panjang dan lebarnya sama, maka ruas garis pada persegi disebut

sisi.

Luas persegi = sisi × sisi

= 𝑠 × 𝑠

Gambar

Bangun Persegi

1. Persegi Panjang

Luas persegi panjang = panjang × lebar

Gambar

Persegi Panjang

2. Jajargenjang

Luas jajargenjang = 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

= 𝑎 × 𝑡

Gambar

Jajargenjang

Page 159: peningkatan kemampuan berpikir kritis

147

Lampiran 1.7

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan

tentang pentingnya mempelajari materi ini.

- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Guru merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa, dengan jalan

memberikan imajinasi kemudian guru meminta beberapa siswa untuk

berpendapat mengenai gambaran yang diberikan guru.

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap

kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :

Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah

dengan bekerja sama)

Guru membagikan puzzle dan Lembar Diskusi

Masing-masing kelompok menyusun puzzle yang telah diberikan

(Langkah 2: Mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi)

Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum

pada Lembar Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan), dan

meminta siswa untuk menutup buku paket mereka.

Guru membimbing jalannya diskusi

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Page 160: peningkatan kemampuan berpikir kritis

148

Lampiran 1.7

Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan salah satu

anggota kelompok mengerjakan ke depan kelas secara langsung

setelah membaca dan mempelajari soal pada Lembar Diskusi

(Langkah 4: Menguji keakuratan dari solusi)

Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti

meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk

menuliskan jawaban mereka di papan tulis.

Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau

menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya

Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta

peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham

Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan

berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.

Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

E. Alat dan Sumber Belajar.

Sumber :

- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi

Nuharini dan Tri Wahyuni

Page 161: peningkatan kemampuan berpikir kritis

149

Lampiran 1.7

- Buku referensi lain yang relevan

Alat :

- Spidol

- Papan Tulis

- Lembar Diskusi dan puzzle

F. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika.

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 162: peningkatan kemampuan berpikir kritis

150

Lampiran 1.7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghitung keliling persegi, persegi panjang, dan jajargenjang

b. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghitung luas persegi, persegi panjang, dan jajargenjang

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

B. Materi Ajar

Keliling dan Luas persegi, persegi panjang dan jajargenjang

Page 163: peningkatan kemampuan berpikir kritis

151

Lampiran 1.7

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan

tentang pentingnya mempelajari materi ini.

- Menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Guru merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa, dengan jalan

memberikan imajinasi kemudian guru meminta siswa untuk

berpendapat mengenai gambaran yang diberikan guru dan meminta

siswa untuk mengerjakan ke depan kelas.

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, tiap

kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa (Langkah 1 :

Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah

dengan bekerja sama)

Guru membagikan Lembar Diskusi

Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang tercantum

pada Lembar Diskusi (Langkah 2: Mengeksplorasi dan

mendistribusikan informasi), penelitit meminta siswa untuk menutup

buku paket mereka.

Salah satu atau beberapa anggota kelompok diminta untuk menuliskan

hasil diskusi pada Lembar Diskusi (Langkah 3: Menyajikan temuan)

Guru membimbing jalannya diskusi

Page 164: peningkatan kemampuan berpikir kritis

152

Lampiran 1.7

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan jalan salah satu

anggota kelompok dari baberapa kelompok mengerjakan hasil diskusi

ke depan kelas (Langkah 4: Menguji keakuratan dari solusi)

Setelah salah satu siswa selesai mengerjakan di papan tulis, peneliti

meminta kelompok lain yang memiliki cara penyelesaian berbeda untuk

menuliskan jawaban mereka di papan tulis.

Kelompok lain diperbolehkan untuk mengajukan pendapat atau

menyangkal dengan alasan masing-masing dari kelompoknya

Guru memberikan evaluasi dari hasil presentasi tersebut dan meminta

peserta didik menyempurnakan jawaban dari Lembar Diskusi .

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan dari hasil diskusi

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

pembelajaran pada pertemuan ini yang dirasa belum paham

Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi pada pertemuan

berikutnya, yaitu tentang keliling dan luas segiempat.

Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Page 165: peningkatan kemampuan berpikir kritis

153

Lampiran 1.7

E. Alat dan Sumber Belajar.

Sumber :

- Buku paket Matematika “Matematika Konsep dan Aplikasinya 1” Dewi

Nuharini dan Tri Wahyuni

- Buku referensi lain yang relevan

Alat :

- Spidol

- Papan Tulis

- Lembar Diskusi

F. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian proses : Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika.

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 166: peningkatan kemampuan berpikir kritis

154

Lampiran 1.7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Kebumen

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 2 (Dua)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).

A. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghitung keliling bangun persegi, persegi panjang, dan jajar genjang.

b. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghitung luas bangun persegi, persegi panjang, dan jajar genjang.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

B. Materi Ajar

Keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan jajar genjang serta

penerapannya dalam pemecahan masalah

Page 167: peningkatan kemampuan berpikir kritis

155

Lampiran 1.7

C. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan media puzzle

D. Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan : - Apersepsi : Guru menyampaikan bahwa hari ini akan

diadakan tes

- Guru menyampaikan tata tertib untuk mengerjakan tes

Kegiatan Inti

Guru mengatur tempat duduk siswa, kemudian meminta untuk tenang.

Guru membagikan soal dan lembar jawaban siswa

Siswa menulis identitas pada lembar jawaban siswa.

Guru meminta siswa mengerjakan tes

Siswa mengerjakan tes dengan tenang

Setelah selesai mengerjakan tes, siswa mengumpulkan lembar jawaban

kepada guru, kemudian kembali duduk tenang seperti semula

Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang ulangan 2, apakah ada yang

sulit atau tidak. Dan membahas soal yang dianggap paling sulit.

Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa.

E. Alat

Alat :

- Lembar soal dan lembar jawaban tes

- Perlengkapan menulis

Page 168: peningkatan kemampuan berpikir kritis

156

Lampiran 1.7

F. Penilaian Hasil Belajar

Teknik : 1. Tes tertulis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif matematis siswa.

2. Lembar angket untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan

berpikir kreatif matematis siswa

Instrumen : Terlampir

Mengetahui,

Guru Mapel Matematika.

Rosidah, S.Pd.

NIP.19641116 1985012 001

Kebumen, April 2016

Peneliti

Nurhayati

NIM. 122140051

Page 169: peningkatan kemampuan berpikir kritis

157 Lampiran 1.8

K.D: Menurunkan rumus luas persegi, persegi panjang, dan jajargenjang

Tuliskanlah pengertian dari luas suatu bangun datar, kemudian dengan pengertian

luas yang kalian tulis, identifikasi atau tentukan rumus luas dari masing-masing

bangun dengan bantuan puzzle yang telah kalian pecahkan!

Pengertian Luas: ..................................................................................................

..............................................................................................................................

1. PERSEGI

2. PERSEGI PANJANG

3. JAJARGENJANG

Page 170: peningkatan kemampuan berpikir kritis

158 Lampiran 1.9

K.D : Menggunakan rumus keliling dan luas bangun datar untuk

menyelesaikan masalah

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!

1. Perhatikan gambar berikut! Lukisan berbentuk persegi panjang berukuran

40 𝑐𝑚 × 50𝑐𝑚 dipasang pada bingkai berbentuk persegi dengan panjang sisi

60 cm. Tentukan luas daerah yang tidak tertutup gambar!

2. Sebuah lantai berukuran 8 𝑚 × 8 𝑚, akan dipasang ubin yang berbentuk

jajargenjang dengan ukuran alas 20 cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah banyak

ubin yang dibutuhkan!

3. Diketahui ABCD dan KLMN adalah dua buah persegi yang tersusun seperti

pada gambar berikut. Hitunglah luas dan keliling daerah yang diarsir!

4. Adi mempunyai kawat sepanjang 20 cm yang akan dibuat model persegi dan

persegi panjang. Berapakah sebanyak-banyaknya persegi dan persegi panjang

yang dapat dibuat oleh Adi?

5. Sebuah jajargenjang memiliki panjang alas dua kali dari panjang sisi miring.

Panjang sisi miring juga dua kali tinggi jajargenjang. Jika keliling

jajargenjang adalah 60 cm. Berapakah luas jajargenjang tersebut?

Page 171: peningkatan kemampuan berpikir kritis

159 Lampiran 1.10

MATERI

Materi Pokok : Bangun Datar (Segi Empat)

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : 6.2 Menginden tifikasi sifat-sifat persegi ang, persegi,

trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-

layang

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Pengertian, Sifat-sifat, Luas dan Keliling Segi Empat

1. Persegi

Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat

sudutnya sama besar, yaitu 90°.

Sifat-sifat persegi:

1) Keempat sisinya sama panjang

2) Keempat sudutnya siku-siku

3) Kedua diagonalnya sama panjang, saling berpotongan, saling tegak lurus

di satu titik, dan saling membagi dua sama panjang

4) Diagonalnya membagi sudut-sudut menjadi sama besar

Luas Persegi

Luas adalah besar area atau wilayah daerah . Jadi Luas persegi adalah: L= s

× 𝑠

Keliling Persegi

Keliling adalah jumlah panjang sisi-sisi yang membatasi bangun tersebut.

Jadi, Keliling Persegi adalah:

Page 172: peningkatan kemampuan berpikir kritis

160 Lampiran 1.10

K= 4× 𝑠

dimana s adalah panjang sisi persegi

Gambar 2

Bangun Persegi

2. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki empat sisi lurus (dua

pasang sisi) dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat

sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat persegi panjang:

1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

2) Keempat sudutnya siku-siku

3) Kedua diagonalnya sama panjang

4) Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama

panjang

Luas Persegi Panjang adalah:

L= 𝑝 × 𝑙

Keliling Persegi Panjang adalah:

K= 2× (𝑝 + 𝑙)

Dimana 𝑝 adalah panjang persegi panjang dan 𝑙 adalah lebar persegi panjang

Page 173: peningkatan kemampuan berpikir kritis

161 Lampiran 1.10

Gambar 2

Bangun Persegi Panjang

3. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan

sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

Sifat-sifat jajargenjang:

1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar

2) Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang (berpotongan di

titik yengah)

3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

4) Sudut-sudut yang berdekatan saling berpenglurus

Luas jajar genjang adalah:

L= 𝑎 × 𝑡

Keliling Jajar Genjang adalah:

K= AB + BC + CL + AL

Dimana 𝑎 adalah panjang alas dari jajar genjang dan 𝑡 besar tinggi dari jajar

genjang

Gambar 3

Bangun Jajargenjang

Page 174: peningkatan kemampuan berpikir kritis

163

Lampiran 2.1

Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pokok Bahasan : Bangun Datar (Segiempat)

Kelas/Semester : VII/2

No. Aspek yang diamati Uraian Nomor

Butir

I Pra pembelajaran 1. Kesiapan pembelajaran 1.1, 1.2

II Kegiatan awal 1. Memberikan apersepsi

2. Memotivasi peserta didik

3. Mengkomunikasikan tujuan

pembelajaran

2.1

2.2

2.3

III Kegiatan inti 1. Guru membimbing siswa mem-

bentuk kelompok.

2. Menjelaskan tentang cara kerja

model pembelajaran.

3. Guru membagi lembar materi,

lembar diskusi dan puzzle

4. Siswa belajar bersama untuk

mempelajari buku siswa

5. Siswa bersama menyusun puzzle

6. Siswa berdiskusi dalam kelompok

untuk menyelesaikan lembar

diskusi

7. Siswa menuliskan hasil diskusi.

8. Siswa mempresentasikan hasil

mengerjakan lembar diskusi.

9. Mengadakan analisis tanya jawab.

10. Membahas lembar diskusi dan

menyimpulkan

3.1

3.2

3.3, 3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

3.10

3.11

3.12, 3.13

IV Penutup 1. Memberi kesempatan siswa untuk

bertanya

2. Menyampaikan pembelajaran

yang akan datang

3. Menutup kegiatan pembelajaran

4.1

4.2

4.3

Page 175: peningkatan kemampuan berpikir kritis

164

Lampiran 2.2

Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Berbantuan Media Puzzle

Pokok Bahasan : Bangun Datar (Segiempat)

Kelas / Semester : VII-A / 2

Siklus / Pertemuan : 2 / 2

Hari / Tanggal :

Waktu :

Petunjuk pengisian

Berilah tanda (√) pada pilihan yang sesuai. Tuliskan deskripsi hasil pengamatan

selama kegiatan pembelajaran.

No. Aspek yang diamati Pelaksanaan

Deskripsi Ya Tidak

I. Pra pembelajaran

1.1 Guru mengecek kehadiran siswa.

1.2 Guru mengkondisikan siswa.

II. Kegiatan Awal

2.1 Memberikan apersepsi.

2.2 Mengkomunikasikan model

pembelajaran yang akan

digunakan yaitu model

Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM).

2.3 Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran pada siswa agar

dapat mengidentifikasi sifat-sifat

segi empat.

Page 176: peningkatan kemampuan berpikir kritis

165

Lampiran 2.2

III. Kegiatan inti pembelajaran

3.1 Siswa membentuk kelompok

kecil (setiap kelompok terdiri

dari 4 siswa).

3.2 Siswa mendengarkan penjelasan

guru tentang cara kerja model

Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM).

3.3 Siswa diberikan buku siswa

untuk dipelajari siswa

3.4 Siswa diberikan suatu

permasalahan yang disajikan

dalam bentuk puzzle yang

menimbulkan teka-teki atau

pertanyaan.

3.5 Guru membagikan Lembar

Diskusi tentang aplikasi

penerapan sifat-sifat dari

segiempat.

3.6 Siswa diminta mempelajari buku

siswa

3.7 Siswa diminta untuk menyusun

puzzle

3.8 Siswa melakukan kegiatan

berdiskusi kelompok.

3.9 Siswa diminta menuliskan hasil

diskusi.

3.10 Dua kelompok

Page 177: peningkatan kemampuan berpikir kritis

166

Lampiran 2.2

mempresentasikan hasil

mengerjakan kartu masalah di

depan kelas.

3.11 Siswa bersama guru

mengadakan analisis jawaban

melalui tanya jawab.

3.12 Siswa bersama guru membahas

Lembar Diskusi yang telah

dikerjakan.

3.13 Siswa bersama guru membuat

kesimpulan.

IV. Penutup

4.1 Siswa diberikan kesempatan

untuk menanyakan hal-hal yang

belum jelas.

4.2 Guru menyampaikan materi

pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.

4.3 Guru menutup kegiatan

pembelajaran.

SARAN:

....................................................................................................................................

............................................................................................................................ ........

,

Observer,

( Ika rahmawati )

Page 178: peningkatan kemampuan berpikir kritis

167

Lampiran 2.2

Page 179: peningkatan kemampuan berpikir kritis

167

L

ampiran

2.3

KISI-KISI ANGKET

BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Berpikir kritis adalah suatu berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan yang

terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang akan

diambil ketika menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.

Aspek Indikator No Item

Jumlah Positif Negatif

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus)

1. Siswa mampu menuliskan yang diketahui

dari soal

1

4

2. Siswa mampu menuliskan yang

ditanyakan dari soal

2

3. Siswa memahami inti dari soal 3

4. Siswa berusaha mengetahui informasi

dengan baik

6

Page 180: peningkatan kemampuan berpikir kritis

168

L

ampiran

2.3

2. Menjelaskan istilah yang

digunakan (clarity)

1. Siswa mampu mengubah pernyataan

dalam bentuk simbol matematis

7

4

2. Siswa mampu memberikan penjelasan

sederhana dari suatu pernyataan

10

3. Siswa mampu menyanggah atau menolak

pendapat dari siswa lain

9

4. Siswa senang menanyakan hal yang

belum dipahami

16

3. Mampu memilih argumen

logis, relevan, dan akurat

(reasons)

1. Siswa mampu mengemukakan pendapat

yang logis

4

5

2. Siswa mampu menjawab pertanyaan dari

guru dengan jawaban yang logis, relevan

dan akurat

8

3. Siswa memiliki gambaran ide

penyelesaian dari suatu permasalahan

5

4. Siswa dapat mempertimbangkan

pendapat dari siswa lain

13

5. Siswa dapat memilah pendapat dari siswa 11

Page 181: peningkatan kemampuan berpikir kritis

169

L

ampiran

2.3

lain

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari

suatu pernyataan yang

diambil sebagai suatu

keputusan (inference)

1. Siswa mampu menentukan penyelesaian

dengan mempertimbangan konsep yang

ada

14

3 2. Siswa dapat menarik kesimpulan sesuai

fakta yang relevan

15

3. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai

dengan kesimpulan yang dibuat

12

Jumlah 10 6 16

Page 182: peningkatan kemampuan berpikir kritis

170

L

ampiran

2.3

VALIDASI ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA

Petunjuk:

Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kritis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada tiap item

dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.

No

. Hal yang diamati

Penelitian

Ket Bahasa

Kesesuaian

dengan

indikator

Item yang digunakan

Mudah dipahami Sulit

dipahami

Ya Tidak Diterima Direvisi

1. Siswa mampu menuliskan yang

diketahui dari soal

2. Siswa mampu menuliskan yang

ditanyakan dari soal

3. Siswa tidak memahami inti dari soal

4. Siswa mampu mengemukakan

pendapat yang logis

Page 183: peningkatan kemampuan berpikir kritis

171

L

ampiran

2.3

5. Siswa memiliki gambaran ide

penyelesaian dari suatu permasalahan

6. Siswa berusaha mengetahui informasi

dengan baik

7. Siswa mampu mengubah pernyataan

dalam bentuk simbol matematis

8. Siswa mampu menjawab pertanyaan

dari guru dengan jawaban yang logis,

relevan dan akurat

9. Siswa mampu menyanggah atau

menolak pendapat dari siswa lain

10. Siswa tidak mampu memberikan

penjelasan sederhana dari suatu

pernyataan

11. Siswa dapat memilah pendapat dari

siswa lain

12. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai

dengan kesimpulan yang saya buat

Page 184: peningkatan kemampuan berpikir kritis

172

L

ampiran

2.3

13. Siswa dapat mempertimbangkan

pendapat dari siswa lain

14. Siswa tidak mampu menentukan

penyelesaian dengan

mempertimbangan konsep yang ada

15. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan

sesuai fakta yang relevan

16. Siswa senang menanyakan hal yang

belum dipahami

Saran: ............................................................................................................................. ....................................................................

Page 185: peningkatan kemampuan berpikir kritis

171

L

ampiran

2.4

VALIDASI ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA

Petunjuk:

Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kritis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada tiap item

dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.

No

. Hal yang diamati

Penelitian

Ket Bahasa

Kesesuaian

dengan

indikator

Item yang digunakan

Mudah dipahami Sulit

dipahami

Ya Tidak Diterima Direvisi

1. Siswa mampu menuliskan yang

diketahui dari soal

2. Siswa mampu menuliskan yang

ditanyakan dari soal

3. Siswa tidak memahami inti dari soal

4. Siswa mampu mengemukakan

pendapat yang logis

Page 186: peningkatan kemampuan berpikir kritis

172

L

ampiran

2.4

5. Siswa memiliki gambaran ide

penyelesaian dari suatu permasalahan

6. Siswa berusaha mengetahui informasi

dengan baik

7. Siswa mampu mengubah pernyataan

dalam bentuk simbol matematis

8. Siswa mampu menjawab pertanyaan

dari guru dengan jawaban yang logis,

relevan dan akurat

9. Siswa mampu menyanggah atau

menolak pendapat dari siswa lain

10. Siswa tidak mampu memberikan

penjelasan sederhana dari suatu

pernyataan

11. Siswa dapat memilah pendapat dari

siswa lain

12. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai

dengan kesimpulan yang saya buat

Page 187: peningkatan kemampuan berpikir kritis

173

L

ampiran

2.4

13. Siswa dapat mempertimbangkan

pendapat dari siswa lain

14. Siswa tidak mampu menentukan

penyelesaian dengan

mempertimbangan konsep yang ada

15. Siswa tidak dapat menarik kesimpulan

sesuai fakta yang relevan

16. Siswa senang menanyakan hal yang

belum dipahami

Saran: ............................................................................................................................. ....................................................................

Page 188: peningkatan kemampuan berpikir kritis

174

Lampiran 2.5

ANGKET BERPIKIR KRITIS SISWA

DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

I. Petunjuk Pengisian Angket:

1. Angket ini berisikan pertanyaan tentang apa yang anda rasakan atau

lakukan dalam proses belajar matematika

2. Isilah identitas diri anda

3. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri

4. Bubuhkan tanda “cek (√)” pada jawaban yang sesuai dengan anda

II. Identitas Siswa

Nama :

NIS :

Tiap item atau pertanyaan tersedia lima pilihan yaitu:

SS = Sangat Setuju

ST = Setuju

RG = Ragu-ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan Jawaban

SS ST RG TS STS

1.

Ketika guru memberikan soal

matemataika, saya mampu

membayangkan dan menuliskan yang

diketahui dari soal

2. Ketika guru memberikan soal

Page 189: peningkatan kemampuan berpikir kritis

175

Lampiran 2.5

matemataika, saya mampu menuliskan

yang ditanyakan dari soal

3.

Jika guru membacakan sebuah soal

matematika, saya tidak mampu

memahami inti dari soal tersebut

4.

Jika guru memberikan sebuah

permasalahan matematika, saya mampu

mengemukakan pendapat saya dengan

logis mengenai permasalahan tersebut

5.

Jika diberikan suatu masalah

matematika, saya tidak mempunyai

gambaran atau ide mengenai masalah

tersebut

6.

Ketika diberikan suatu soal atau

penjelasan matematika, saya berusaha

mengetahui informasi soal tersebut

dengan baik

7.

Saya mampu mengubah pernyataan

matematika dalam bentuk simbol

matematis

8.

Saya mampu menjawab pertanyaan dari

guru dengan jawaban yang logis,

relevan dan akurat

9. Saya mampu menyanggah atau menolak

pendapat yang diberikan siswa lain

10.

Saya tidak mampu memberikan

penjelasan sederhana dari suatu

pernyataan matematika

11. Saya dapat memilah pendapat yang

dikemukakan siswa lain

Page 190: peningkatan kemampuan berpikir kritis

176

Lampiran 2.5

12. Saya dapat menyelesaikan soal sesuai

dengan pendapat yang saya buat

13.

Saya tidak mampu mempertimbangkan

pendapat dari siswa lain mengenai soal

matematika yang diberikan guru

14.

Saya tidak mampu menentukan

penyelesaian dengan

mempertimbangkan konsep matematika

yang ada

15. Saya tidak dapat menarik kesimpulan

sesuai fakta yang telah dikemukakan

16.

Jika ada penjelasan dari guru

matematika yang belum saya pahami,

saya langsung menanyakannnya

Page 191: peningkatan kemampuan berpikir kritis

177

Lam

piran

2.6

KISI-KISI ANGKET

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, ide atau karya nyata

dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk membuat suatu penyelesaian dari suatu persoalan dengan

cara yang baru, beragam dan berbeda.

Aspek Indikator No Item

Jumlah Positif Negatif

1. Kelancaran (fluency) adalah

kemampuan untuk

menghasilkan banyak gagasan

1. Siswa mampu memberikan pendapat atau

saran terhadap suatu masalah 1

5

2. Siswa mampu memikirkan penyelesaian

lebih dari satu penyelesaian 13

3. Siswa mampu menemukan lebih dari satu

ide atau gagasan 14

4. Siswa mampu mengimajinasikan atau 9

Page 192: peningkatan kemampuan berpikir kritis

178

Lam

piran

2.6

membayangkan suatu permasalahan

5. Siswa berani mencoba 2

2. Keluwesan (flexibility) adalah

kemampuan untuk

mengemukakan bermacam-

macam pemecahan atau

pendekatan terhadap masalah.

1. Siswa mampu mencetuskan penyelesaian

dengan sudut strategi yang berbeda 15 12

5

2. Siswa tertantang untuk menyelesaikan suatu

permasalahn dengan cara yang bebeda 3

3. Siswa mampu memberikan saran atau

tanggapan terhadap jawaban siswa lain 10

4. Siswa mampu menyelesaikan tugas

individual tanpa bantuan siswa lain 19

5. Siswa mampu memberikan penafsiran yang

beragam 4

3. Keaslian (originalty) adalah

kemampuan untuk

mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, tidak klise,

dan jarang diberikan

kebanyakan orang

1. Siswa mampu menemukan suatu

penyelesaian yang baru 6

5

2. Siswa mampu memikirkan cara yang tidak

lazim untuk menyelesaikan suatu masalah 5

3. Siswa mampu mengkombinasikan berbagai

ide untuk menghasilkan penyelesaian yang

baru

11

Page 193: peningkatan kemampuan berpikir kritis

179

Lam

piran

2.6

4. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh

pendapat siswa lain 17

5. Siswa senang memikirkan dan mencoba

cara-cara baru 8

4. Elaborasi (elaboration) adalah

kemampuan menguraikan

secara runtut langkah

penyelesaian masalah.

1. Siswa mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau ide 16

5

2. Siswa senang mencari penyelesaian yang

praktis 12

3. Siswa senang mempertimbangkan masukan

dan kritikan dari siswa lain untuk

penyempurnaan penyelesaian tugas

20

4. Siswa mampu menuliskan ide atau gagasan

yang ada ke dalam bentuk tulisan 7

5. Siswa mampu mengungkapkan gagasan

atau ide secara rinci 18

Jumlah 14 6 20

Page 194: peningkatan kemampuan berpikir kritis

180

Lam

piran

2.6

Page 195: peningkatan kemampuan berpikir kritis

180

L

ampiran

2.7

VALIDASI ANGKET BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

Petunjuk:

Untuk memberikan penilaian terhadap angket berpikir kreatif matematis siswa, Bapak/Ibu/Saudara dimohon memberi penilaian pada

tiap item dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia dan dimohon memberi penjelasan pada kolom keterangan.

No. Hal yang diamati

Penelitian

Ket Bahasa

Kesesuaian

dengan

indikator

Item yang digunakan

Mudah

dipahami

Sulit

dipahami

Ya Tidak Diterima Direvisi

1. Siswa mampu memberikan pendapat atau

saran terhadap suatu masalah

2. Siswa berani mencoba

3.

Siswa tertantang untuk menyelesaikan

suatu permasalahn dengan cara yang

bebeda

4. Siswa mampu memberikan penafsiran

Page 196: peningkatan kemampuan berpikir kritis

181

L

ampiran

2.7

yang beragam terhadap suatu masalah

5. Siswa mampu memikirkan cara yang tidak

lazim untuk menyelesaikan suatu masalah

6. Siswa mampu menemukan suatu

penyelesaian yang baru

7. Siswa mampu menuliskan ide atau gagasan

yang ada ke dalam bentuk tulisan

8. Siswa mampu mengimajinasikan suatu

permasalahan

9.

Siswa senang memikirkan dan mencoba

cara-cara baru yang dianggap praktis untuk

mempelajari matematika

10. Siswa mampu memberikan saran atau

tanggapan terhadap jawaban siswa lain

11.

Siswa mampu mengkombinasikan

berbagai ide untuk menghasilkan

penyelesaian yang baru

12. Siswa senang memikirkan dan memcoba

Page 197: peningkatan kemampuan berpikir kritis

182

L

ampiran

2.7

mencari penyelesaian yang praktis

13. Siswa mampu memikirkan penyelesaian

lebih dari satu penyelesaian

14. Siswa mampu menemukan lebih dari satu

ide atau gagasan

15. Siswa mampu mencetuskan penyelesaian

dengan strategi yang berbeda

16. Siswa mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau ide

17. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh

pendapat siswa lain

18. Siswa mampu mengungkapkan gagasan

atau ide secara rinci

19. Siswa mampu menyelesaikan tugas

individual tanpa bantuan siswa lain

20.

Siswa suka mempertimbangkan masukan

dan kritikan dari siswa lain untuk

penyempurnaan penyelesaian tugas

Page 198: peningkatan kemampuan berpikir kritis

183

L

ampiran

2.7

Page 199: peningkatan kemampuan berpikir kritis

184 Lampiran 2.8

ANGKET BERPIKIR KREATIF SISWA

DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PBM)

I. Petunjuk Pengisian Angket:

1. Angket ini berisikan pertanyaan tentang apa yang anda rasakan atau

lakukan dalam proses belajar matematika

2. Isilah identitas diri anda

3. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri

4. Bubuhkan tanda “cek (√)” pada jawaban yang sesuai dengan anda

II. Identitas Siswa

Nama :

NIS :

Tiap item atau pertanyaan tersedia lima pilihan yaitu:

SS = Sangat Setuju

ST = Setuju

RG = Ragu-ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan Jawaban

SS ST RG TS STS

1.

Saya mampu memberikan pendapat atau

saran terhadap suatu soal yang diberikan

guru matematika

2.

Ketika guru memberikan soal

matematika, saya tidak berani mencoba

mengerjakannya

Page 200: peningkatan kemampuan berpikir kritis

185 Lampiran 2.8

3.

Ketika guru matematika memberikan

soal, saya merasa tertantang untuk

menyelesaikan soal tersebut dengan cara

yang bebeda

4.

Jika guru matematika memberikan

gambar, cerita atau masalah, maka saya

dapat memberikan penafsiran yang

beragam terhadap soal gambar, cerita

atau masalah tersebut

5.

Saya tidak mampu memikirkan cara yang

tidak lazim untuk menyelesaikan soal

matematika yang diberikan guru

6.

Saya merasa tidak mampu menemukan

suatu penyelesaian yang baru terhadap

soal matematika yang pernah saya

kerjakan

7.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

mampu menuliskan ide atau gagasan saya

ke dalam bentuk tulisan atau simbol

matematika

8.

Saya senang memikirkan dan mencoba

cara-cara baru yang saya anggap praktis

untuk mempelajari matematika

9.

Bila saya diberi soal matematika dari

pokok bahasan yang sudah saya pelajari

maka saya dapat langsung

membayangkan langkah-langkah

penyelesaiannya

10. Dalam mendiskuskan suatu masalah, saya

Page 201: peningkatan kemampuan berpikir kritis

186 Lampiran 2.8

mampu memberikan saran atau

tanggapan terhadap jawaban siswa lain

11.

Saya mampu mengkombinasikan

berbagai ide atau penyelesaian untuk

menghasilkan penyelesaian yang baru

12.

Walaupun saya sudah menjawab dengan

benar soal-soal latihan matematika, tetapi

penyelesaiannya panjang, maka saya

mencari cara menyelesaikan yang lebih

praktis

13.

Jika diberi suatu masalah, saya dapat

memikirkan bermacam-macam cara yang

berbeda untuk memecahkan masalah

tersebut

14.

Jika saya diberikan soal matematika, saya

tidak mampu menemukan lebih dari satu

ide atau gagasan untuk

menyelesaiakannya

15.

Saya tidak mampu mencetuskan

penyelesaian dengan strategi yang

berbeda

16.

Jika saya sudah mengetehui berbagai

penyelesaian matematika, saya mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu

penyelesaian atau gagasan

17.

Saya tidak mudah terpengaruh oleh

pendapat siswa lain terhadap suatu soal

matematika

18. Saya mampu mengungkapkan gagasan

Page 202: peningkatan kemampuan berpikir kritis

187 Lampiran 2.8

atau ide atau penyelesaian secara rinci

19. Saya mampu menyelesaikan tugas

individual tanpa bantuan siswa lain

20.

Siswa suka mempertimbangkan masukan

dan kritikan dari siswa lain untuk

penyempurnaan penyelesaian tugas

Page 203: peningkatan kemampuan berpikir kritis

188

L

ampiran

2.9

KISI-KISI SOAL TES SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Kebumen Alokasi Waktu : 60 menit

Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 5 soal

Kelas/Semester : VII A/II Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mengindentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang.

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Keterangan :

C4: Menganalisis C5: Mengevaluasi C6: Menciptakan

Indikator Pencapaian

Kompetensi Indikator Soal

No

Soal

Indikator

Berpikir

Kritis

Indikator

Berpikir

Kreatif

Aspek yang

diukur

1 2 3 4 1 2 3 4 C4 C5 C6

6.2 Mengidentifikasi

unsur-unsur persegi,

1. Menjelaskan dan mengidentifikasi

unsur-unsur dan pengertian pada 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √

Page 204: peningkatan kemampuan berpikir kritis

189

L

ampiran

2.9

persegi panjang, jajar

genjang, belah

ketupat, layang-

layang dan trapesium:

sisi, sudut, diagonal.

persegi.

2. Menjelaskan dan mengidentifikasi

unsur-unsur atau bagian-bagian

yang terdapat pada bangun persegi

panjang dan jajargenjang

2 √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Menjelaskan dan mengidentifikasi

unsur-unsur atau bagian-bagian

yang terdapat pada jajar genjang.

3a √ - √ √ √ - √ - √ √ -

3b - - √ √ √ - √ - √ √ -

3c - - √ √ √ - √ √ √ √ -

4. Mengidentifikasi atau mencari

besar sudut pada jajargenjang

4a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4b - √ - √ - - √ √ - √ -

4c - - √ √ - - - √ √ √ -

6.3 Menghitung keliling

bangun segi empat serta

menggunakannya dalam

pemecahan masalah

5. Menggunakan rumus keliling

bangun persegi untuk

menyelesaikan masalah

5a √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √

5b - - √ √ - √ √ √ √ √ √

Page 205: peningkatan kemampuan berpikir kritis

190

L

ampiran

2.9

Indikator kemampuan berpikir kritis:

1. merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)

2. menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)

3. mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)

4. mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan

yang diambil sebagai suatu keputusan (inference)

Indikator kemampuan berpikir kreatif:

1. menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah

(Kelancaran)

2. menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda

(Keluwesan)

3. kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara

yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan

orang (Keaslian)

4. menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah

(Elaborasi)

Page 206: peningkatan kemampuan berpikir kritis

194

Lampiran 2.11

SOAL TES SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII A/II

Alokasi Waktu : 60 menit

Petunjuk:

1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.

2. Isilah nama dan nomor urut di sudut kanan atas lembar jawaban.

3. Kerjakan dahulu soal-soal yang dianggap mudah.

4. Periksalah kembali pekerjaanmu sebelum diserahkan kepada Bapak/Ibu guru.

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. “Persegi adalah suatu segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar”.

Apakah pernyataan tersebut cukup untuk menggambarkan persegi? Jelaskan!

2. Apakah yang dapat kamu kemukakan mengenai bangun dibawah ini?

3.

ABCD suatu jajar genjang, benarkah pernyataan-pernyataan berikut ini?

Berilah alasan!

a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶

b. Panjang 𝐴𝐸 = Panjang 𝐵𝐸

c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐵𝐶𝐷

4.

Page 207: peningkatan kemampuan berpikir kritis

195

Lampiran 2.11

ABCD adalah suatu jajargenjang. Jika besar ∠𝐺𝐸𝐵 = 134° dan besar

∠𝐺𝐴𝐷 = 34°.

a. Berapakah besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸?

b. Berapakah besar sudut ∠𝐵𝐶𝐷?

c. Berapakah besar sudut ∠𝐵𝐴𝐷?

5. “Seorang pelari berlari mengelilingi suatu lapangan yang berbentuk persegi,

pelari tersebut telah berlari sepanjang 348 meter. ”

a. Jika panjang sisi 3𝑥 − 7 dan 2𝑥 + 5, maka berapa meterkah keliling

lapangan tersebut?

b. Berapa kali pelari tersebut telah mengelilingi lapangan?

Page 208: peningkatan kemampuan berpikir kritis

196

Lampiran 2.12

KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 1

Nomor

Soal Kriteria Penilaian Skor

1. Diketahui: Persegi adalah suatu segi empat dengan sisi-sisi

yang berhadapan sejajar

Ditanya : Apakah pernyataan tersebut cukup untuk

menggambarkan persegi?

Jawab :

Tidak cukup,

Karena sesuai dengan pengertian dari persegi yaitu segi

empat yang memiliki dua pasang sisi berhadapan sejajar dan

sama panjang serta ke-empat sudutnya siku-siku.

Jadi dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

pernyataan tersebut tidak cukup atau kurang tepat untuk

menggambarkan suatu persegi karena kurangnya suatu

pernyataan “sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama

panjang serta ke-empat sudutnya siku-siku”.

Jika tidak ditambahkan pernyataan tersebut, maka

pernyataan diatas dapat menggambarkan suatu bangun segi

empat yang lain seperti persegi panjang.

1

2

8

3

Jumlah Skor 15

2. Diketahui: Bangun persegi panjang

Ditanyakan: Apakah maksud dari gambar tersebut?

Jawab:

Gambar tersebut menggambarkan sebuah persegi panjang,

dimana persegi panjang tersebut memiliki tiga warna. Dari

warna tersebut akan dapat membentuk sebuah bangun segi

empat yang baru yaitu jajargenjang, seperti gambar dibawah

ini:

Hal ini menunjukkan bahwa jajargenjang dapat diturunkan

dari sebuah persegi panjang. Selain itu, kedua bangun

1

4

3

7

Page 209: peningkatan kemampuan berpikir kritis

197

Lampiran 2.12

tersebut juga memiliki kesamaan sifat yaitu, sisi-sisi yang

berhadapan sama panjang dan sejajar.

Jumlah Skor 15

3. Diketahui : sebuah jajar genjang ABCD

Ditanya : Menentukan benar atau salah, serta

penjelasannya:

a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶

b. Luas daerah ∆𝐷𝐵𝐴 = Luas daerah ∆𝐵𝐷𝐶

c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐴𝐷𝐶

Jawab :

a. 𝐴𝐷 // 𝐵𝐶 benar,

Karena sisi AD dan sisi BC berhadapan, sehingga sesuai

salah satu sifat dari jajar genjang yaitu sisi-sisi yang

berhadapan sejajar.

b. Panjang 𝐴𝐸 = Panjang 𝐵𝐸 tidak benar,

Karena sesuai dengan salah satu sifat dari jajar genjang

yaitu diagonal pada jajar genjang berpotongan di satu

titik dan saling membagi dua sama panjang dan sisi yang

berhadapan sejajar serta sama panjang, sehingga panjang

diagonal 𝐴𝐸 akan sama dengan panjang diangonal 𝐶𝐸,

sedangkan panjang diagonal 𝐵𝐸 akan sama dengan

panjang diagonal 𝐷𝐸

c. Ukuran ∠𝐷𝐴𝐵 = ukuran ∠𝐴𝐷𝐶 salah atau tidak sama,

Karena sesuai dengan salah satu sifat dari jajar genjang

sudut-sudut yang berhadapan yang memiliki besar sudut

yang sama, sedangkan ∠𝐷𝐴𝐵 dan ∠𝐴𝐷𝐶 adalah sudut

yang berdekatan sehingga kedua sudut tersebut

merupakan sudut berpelurus dan bukan sudut yang

berhadapan. Seharusnya ∠𝐷𝐴𝐵 berhadapan dengan sudut

∠𝐵𝐶𝐷 yang akan mengakibatkan besar sudut tersebut

sama besar

1

2

4

2

4

5

2

5

Jumlah Skor 25

4. Diketahui: Sebuah jajargenjang ABCD seperti pada gambar

di bawah ini. Besar ∠𝐺𝐸𝐵 = 134° dan besar

∠𝐺𝐴𝐷 = 34°

1

Page 210: peningkatan kemampuan berpikir kritis

198

Lampiran 2.12

Ditanyakan: a. besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸?

b. besar sudut ∠𝐵𝐶𝐷?

c. besar sudut ∠𝐵𝐴𝐷?

Jawab:

a. Untuk mencari besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸, kita dapat menarik

sebuah gari lurus, seperti gambar dibawah ini:

Dengan menarik sebuah garis lurus akan membentuk dua

buah segitiga siku-siku.

∠𝐺𝐸𝐶 = 180° − ∠𝐺𝐸𝐵

∠𝐺𝐸𝐶 = 180° − 134° ∠𝐺𝐸𝐶 = 46° Misalkan salah satu segitiga siku-siku tersebut ∆𝐺𝐸𝐻,

sehingga ∠𝐸𝐻𝐺 = 90° karena siku-siku.

∠𝐸𝐺𝐻 = 180° − 90° − 46° = 44° ∠𝐴𝐺𝐼 = 180° − 90° − 34° = 56° Jadi besar sudut ∠𝐴𝐺𝐸 = 180° − 56° − 44° = 80°

b. ∠𝐵𝐶𝐷 = ∠𝐵𝐸𝐺

∠𝐵𝐶𝐷 = 180° − ∠𝐺𝐸𝐶

∠𝐵𝐶𝐷 = 180° − 46° ∠𝐵𝐶𝐷 = 134° Jadi besar ∠𝐵𝐶𝐷 adalah 134°

c. ∠𝐵𝐴𝐷 = ∠𝐵𝐶𝐷 = 134° Karena pada jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan

sama besar

4

4

2

3

4

3

2

3

Jumlah Skor 26

5. Diketahui: “Seorang pelari berlari mengelilingi suatu

lapangan yang berbentuk persegi, pelari tersebut

telah berlari sepanjang 348 meter”

1

H

I

Page 211: peningkatan kemampuan berpikir kritis

199

Lampiran 2.12

Ditanyakan: a. Berapa meterkah keliling lapangan jika

panjang sisi 3𝑥 − 7 dan 2𝑥 + 5?

b. Berapa kali pelari berlari mengelilingi

lapangan?

Jawab:

a. Karena persegi memiliki sifat yaitu panjang semua

sisinya sama, maka:

3𝑥 − 7 = 2𝑥 + 5

3𝑥 − 2𝑥 = 5 + 7

𝑥 = 12

Jadi panjang sisi persegi:

(3 × 12) − 7 = (2 × 12) + 5

36 − 7 = 24 + 5

29 = 29 (meter)

Karena panjang sisi persegi 29 meter, maka keliling

persegi tersebut, sesuai dengan pengertian keliling

persegi = 29 + 29 + 29 + 29 = 116 (meter)

Jadi keliling lapangan tersebut adalah 116 meter

b. Karena keliling lapangan tersebut 116 meter, maka untuk

menempuh satu kali putaran lapangan tersebut sama

dengan keliling persegi tersebut. Karena pelari sudah

berlari sejauh 348 meter, maka 348 ∶ 116 = 3

Jadi peleari tersebut telah berlari sebanyak 3 kali putaran

4

2

2

3

4

3

Jumlah Skor 19

Total Skor 100

Nilai 100

Page 212: peningkatan kemampuan berpikir kritis

200

L

ampiran

2.1

3

PEDOMAN PENILAIAN TES

BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SIKLUS 1

No Aspek yang

Dinilai Kriteria Nilai Skor

Skor Tiap Soal

1 2 3a 3b 3c 4a 4b 4c 5a 5b

1. merumuskan

pokok-pokok

permasalahan

(focus)

Tidak menuliskan yang diketahui

dan yang ditanyakan dari soal 0

2 2 2 - - 2 - - 2 - Menuliskan yang diketahui atau

yang ditanyakan dari soal 1

Menuliskan yang diketahui dan

yang ditanyakan dari soal 2

2. menjelaskan istilah

yang digunakan

(clarity)

Tidak mampu menjelaskan istilah

yang digunakan 0

2 2 2 - - 2 - - 2 - mampu menjelaskan istilah yang

digunakan tetapi belum tepat 1

mampu menjelaskan istilah yang

digunakan dengan tepat 2

3. mampu memilih

argumen logis,

relevan, dan akurat

(reasons)

Tidak dapat memberikan argumen

sama sekali 0

2 2 2 2 2 2 - 2 2 2 Mampu memberikan argumen

tetapi belum tepat 1

Mampu memberikan argumen

dengan tepat 2

4. mampu Tidak dapat memaparkan 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Page 213: peningkatan kemampuan berpikir kritis

201

L

ampiran

2.1

3

menentukan

akibat/kesimpulan

dari suatu

pernyataan yang

diambil sebagai

suatu keputusan

(inference)

kesimpulan dari argumen

matematis yang diberikan

Mampu memaparkan konsep

kesimpulan dari argumen

matematis yang diberikan tetapi

belum sesuai

1

Mampu memaparkan kesimpulan

dari argumen matematis yang

diberikan tetapi belum tepat 2

Total Skor Maksimal

8 8 8 4 4 8 2 4 8 4

S = 58

58× 100%

= 100 %

Page 214: peningkatan kemampuan berpikir kritis

202

L

ampiran

2.1

3

PEDOMAN PENILAIAN TES

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SIKLUS 1

No Aspek yang

Dinilai Kriteria Nilai Skor

Skor Tiap Soal

1 2 3a 3b 3c 4a 4b 4c 5a 5b

1. menghasilkan

banyak

gagasan

pemecahan

masalah

(Kelancaran)

.

Tidak dapat memberikan

pendapat/gagasan sama sekali 0

2 2 - 2 2 2 - - 2 -

Mampu memberikan

pendapat/gagasan tetapi belum tepat 1

Mampu memberikan

pendapat/gagasan dengan tepat 2

2. menyelesaikan

masalah

dengan cara

yang berbeda

(Keluwesan)

Sama sekali tidak dapat

menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika

0

2 2 2 - - 2 - - 2 - Dapat menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika tetapi belum

tepat

1

Dapat menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika dengan tepat 2

3. kemampuan

untuk

mencetuskan

gagasan

Tidak menjawab/menyelesaikan

persoalan matematika dengan konsep

matematika yang ada

0 2 2 2 - 2 2 2 - 2 2

Menjawab/menyelesaikan persoalan 1

Page 215: peningkatan kemampuan berpikir kritis

203

L

ampiran

2.1

3

dengan cara-

cara yang asli,

tidak klise dan

jarang

diberikan

kebanyakaan

orang

(Keaslian)

matematika dengan konsep

matematika yang ada tetapi belum

tepat

Menjawab/menyelesaikan persoalan

matematika dengan konsep

matematika yang ada dengan tepat 2

4. menguraikan

secara runtut

langkah

penyelesaian

masalah

(Elaborasi)

Tidak menulis

kesimpulan/penyelesaian dari

persoalan matematika

0

2 2 - 2 2 2 2 2 2 2

Menulis kesimpulan/penyelesaian dari

persoalan matematika tetapi belum

sesuai

1

Menulis kesimpulan/penyelesaian dari

persoalan matematika dengan runtut

dan tepat

2

Total Skor Maksimal

6 6 2 4 6 8 4 2 6 4

S = 48

48× 100%

= 100 %

Page 216: peningkatan kemampuan berpikir kritis

204

L

ampiran

2.1

4

Page 217: peningkatan kemampuan berpikir kritis

205

L

ampiran

2.1

4

Page 218: peningkatan kemampuan berpikir kritis

206

L

ampiran

2.1

4

Page 219: peningkatan kemampuan berpikir kritis

207

Lam

piran

2.1

5

KISI-KISI SOAL TES SIKLUS 2

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 7 Kebumen Alokasi Waktu : 60 menit

Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 5 soal

Kelas/Semester : VII A/II Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mengindentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang, dan jajargenjang.

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Keterangan :

C3: Aplikasi/Penerapan C4: Menganalisis C5: Mengevaluasi C6: Menciptakan

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Indikator Soal No

Soal

Indikator Berpikir

Kritis

Indikator Berpikir

Kreatif

Aspek yang diukur

1 2 3 4 1 2 3 4 C3 C4 C5 C6

6.2 Mengidentifikasi

unsur-unsur

persegi, persegi

1. Menjelaskan dan

mengidentifikasi suatu

1a √ - √ √ √ √ - √ - √ √ √

1b - - √ √ √ √ - √ - √ √ √

Page 220: peningkatan kemampuan berpikir kritis

208

Lam

piran

2.1

5

panjang, jajar

genjang, belah

ketupat, layang-

layang dan

trapesium: sisi,

sudut, diagonal.

bangun jajargenjang.

6.3 Menghitung

keliling dan luas

bangun segi empat

serta

menggunakannya

dalam pemecahan

masalah

2. Menjelaskan dan

mengidentifikasi luas

dan keliling bangun

persegi dan persegi

panjang

2 √ - √ √ √ - √ √ √ √ √ √

3. Mengidentifikasi dan

menghitung luas

persegi panjang.

3a √ √ √ √ - - √ √ - √ √ -

3b - - - √ √ √ √ √ - - √ √

3c - - - √ - √ √ √ - - √ √

4. Menggunakan rumus

luas untuk menghitung

luas bangun tak

4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √

Page 221: peningkatan kemampuan berpikir kritis

209

Lam

piran

2.1

5

beraturan

5. Menggunakan rumus

keliling dan luas untuk

menyelesaikan masalah

5a √ - - √ - √ √ √ √ - √ √

5b - √ - √ - - √ √ - √ √ -

5c - √ - √ √ √ - √ - √ √ √

Indikator kemampuan berpikir kritis:

1. merumuskan pokok-pokok permasalahan (focus)

2. menjelaskan istilah yang digunakan (clarity)

3. mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat (reasons)

4. mampu menentukan akibat/kesimpulan dari suatu pernyataan

yang diambil sebagai suatu keputusan (inference)

Indikator kemampuan berpikir kreatif:

1. menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah

(Kelancaran)

2. menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda

(Keluwesan)

3. kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara

yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan

orang (Keaslian)

4. menguraikan secara runtut langkah penyelesaian masalah

(Elaborasi)

Page 222: peningkatan kemampuan berpikir kritis

210

Lampiran 2.16

SOAL TES SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII A/II

Alokasi Waktu : 60 menit

Petunjuk:

1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.

2. Isilah nama dan nomor urut di sudut kanan atas lembar jawaban.

3. Kerjakan dahulu soal-soal yang dianggap mudah.

4. Periksalah kembali pekerjaanmu sebelum diserahkan kepada Bapak/Ibu guru.

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Apa yang terjadi jika pada luas jajargenjang yang baru:

a. Tingginya dua kali tinggi jajargenjang semula?

b. Alas dan tingginya dua kali alas dan tinggi jajargenjang semula?

2. Apakah mungkin kamu menggambar persegi dan persegi panjang dengan luas sama

tetapi kelilingnya berbeda? Jelaskan jawabanmu!

3. Kamar Rani berbentuk persegi panjang. Ayah berencana untuk memasang keramik

dilantai kamar Rani. Keramik yang akan dipasang berbentuk persegi (bujur sangkar).

a. Misalkan sepanjang sisi lantai kamar yang panjang dapat dipasang sebanyak 5 ubin

dan sepanjang sisi lantai kamar yang pendek terpasang 4 ubin, maka bagaimanakah

hubungan antara bilangan 5, 4, dan 20?

b. Buatlah bangun datar yang luasnya sama dengan 20 dan tunjukkan ukuran-

ukurannya

c. Perhatikan satu bangun datar yang telah kamu buat pada soal b. Tunjukkan cara

yang berbeda untuk membuat bangun datar itu

4. Hitunglah luas dan keliling bangun yang diarsir!

Page 223: peningkatan kemampuan berpikir kritis

211

Lampiran 2.16

5. Kakek Marijan mempunyai sepetak sawah dikampungnya. Bentuk sawah kakek seperti

terlihat pada gambar berikut ini:

a. Berapakah keliling dan luas sawah kakek Marijan?

b. Pada panen kemarin, sawah kakek menghasilkan 54 kuintal padi. Berapa kg rata-rata

padi yang dihasilkan setiap 𝑚2?

c. Terdiri dari berapa macam bangunkah sawah kakek Marijan dan berapa banyak

masing-masing bangun yang kalian sebutkan?

30m

13m 12m

Page 224: peningkatan kemampuan berpikir kritis

212

Lampiran 2.17

KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 2

Nomor

Soal Kriteria Penilaian Skor

1. Diketahui: Sebuah jajargenjang

Ditanya : a. Apakah yang akan terjadi jika tinggi

jajargenjang dua kali tinggi jajargenjang

semula?

b. Apakah yang akan terjadi jika alas dan

tingginya dua kali alas dan tinggi jajargenjang

semula?

Jawab :

a. Jika tinggi sebuah jajargenjang menjadi dua kali tinggi

jajargenjang semula, maka lebar jajargenjang juga kan

menjadi lebih lebar dua kali lebar semula, mengikuti

tinggi dan alas jajargenjang tersebut, namun alas

jajargenjang tersebut akan tetap. Selain itu, luas dan

keliling jajar genjang kan menjadi lebih besar dua kali

luas dan keliling jajargenjang semula.

Misal alas jajargenjang 15 cm dan tinggi jajar genjang 3

cm. Maka luasnya= 15 × 3 = 45

Jika tingginya dua kali tinggi semula, maka tingginya

menjadi 6 cm, sehingga luasnya menjadi = 15 × 6 = 90

Begitu juga dengan keliling jajargenjang menjadi dua

kali luas dan keliling jajargenjang semula.

b. Jika alas dan tinggi jajargenjang menjadi dua kali alas

dan tinggi jajargenjang semula, maka luas dan keliling

jajargenjangpun akan menjadi lebih besar dari luas dan

keliling jajargenjang semula.

Misal alas jajargenjang semula 7 cm dan tinggi 4 cm,

maka luasnya = 7 × 4 = 28 , sedangkan kelilingnya

= 7 + 5 + 7 + 5 = 24 𝑐𝑚 Jika alas dan tinggi menjadi dua kali alas dan tinggi

semula, maka alas menjadi 14 cm dan tinggi menjadi 8

cm, maka luasnya menjadi = 14 × 8 = 112. Sehingga

luas jajargenjang setelah alas dan tinggi lebih besar dua

kali alas dan tinggi semula, luasnya akan empat kali

lebih besar dari luas semula. Sedangkan keliling

jajargenjang = 14 + 10 + 14 + 10 = 48 , akan menjadi

dua kali keliling jajargenjang semula.

1

2

2

3

2

2

3

Jumlah Skor 15

2. Diketahui: Bangun persegi dan persegi panjang

Ditanyakan: Apakah mungkin dengan luas sama tetapi

keliling persegi dan persegi panjang berbeda?

1

Page 225: peningkatan kemampuan berpikir kritis

213

Lampiran 2.17

Jawab:

Mungkin,

Karena pada persegi panjang dua pasang sisi berhadapan

sejajar tetapi tidak sama panjang, sedangkan pada persegi

semua sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang

Sehingga akan mengakibatkan besar kelilingnya berbeda.

Pada intinya sisi pada persegi panjang memiliki dua pasang

sisi yang berbeda panjangnya, sedangkan pada persegi

semua panjang sisinya sama.

Contoh: Luas persegi dan persegi panjang 36 𝑐𝑚2 . Kita

akan menghitung keliling persegi dan persegi panjang.

Misal panjang sisi pada persegi adalah 36 yaitu 6 cm,

sehingga akan memperoleh keliling persegi= 4× 6 = 24 cm

Sedangkan pada persegi panjang misal salah satu panjang

sisi 9 cm maka panjang sisi yang lain 36

9 = 4 cm. Sehingga

akan diperoleh keliling persegi panjang yaitu 2 × 9 + 2 × 4 = 26𝑐𝑚

Jadi dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dengan luas sama belum tentu akan memiliki keliling yang

sama juga.

2

5

4

3

Jumlah Skor 15

3. Diketahui : Kamar berbentuk persegi panjang. Panjang

lantai kamar 5 ubin, dan lebar kamar 4 ubin

Ditanya : a. Apa hubungan antara bilangan 4, 5, dan 20?

b. Bangun datar yang luasnya sama dengan 20

dan tunjukkan ukuran-ukurannya

c. Dari jawaban soal b, pilihlah salah satu

bangun kemudian buatlah bangun tersebut

dengan cara yang berbeda

Jawab :

a. Karena kamar tersebut berbentuk persegi panjang, maka

kamar tersebut akan memiliki panjang, lebar, luas, serta

keliling. Dalam hal ini lantai kamar yang panjang sebagai

panjang dari kamar tersebut yang besarnya 5 ubin, sisi

lantai kamar yang pendek sebagai lebar dari kamar

tersebut yang besarnya 4 ubin, sehingga untuk besar luas

dan keliling kamar tersebut dapat dicari.

Untuk luasnya yaitu dengan mengalikan besar panjang

dan lebarnya= 5 × 4 = 20 (ubin), sedangkan keliling dari

kamar tersebut dapat dihitung dengan menjumlahkan

semua besar sisi-sisi dari kamar tersebut yaitu 5+4+5+4 =

18 (ubin).

Sesuai dengan penjabaran diatas dapat diketahui

hubungan antara bilangan 5, 4, dan 20 yaitu 5 sebagai

1

2

4

3

Page 226: peningkatan kemampuan berpikir kritis

214

Lampiran 2.17

panjang dari kamar yang berbentuk persegi panjang, 4

sebagai lebar kamar yang berbentuk persegi panjang,

sedangkan 120 sebagai luas dari kamar yang berbentuk

persegi panjang.

b. Bangun jajargenjang dengan besar alas 8 (ubin) dan

tinggi 2,5 (ubin) ; panjang alas 10 (ubin) dan tinggi

2(ubin), panjang alas 20 (ubin) dan tinggi 1 (ubin)

c. Untuk membuat bangun jajar genjang kita bisa

membuatnya dengan persegi panjang, seperti pada

gambar dibawah:

6

2

2

3

Jumlah Skor 23

4. Diketahui: Sebuah bangun tak beraturan.

Ditanyakan: luas bangun yang diarsir dan keliling bangun

tersebut?

Jawab:

Untuk mencari luas bangun yang diarsir dapat dicari dengan

beberapa cara, salah satunya kita bisa membuat sebuah garis

bantu seperti di atas. Kemudian kita bisa menghitung luas

tersebut satu persatu.

1

2

8

Page 227: peningkatan kemampuan berpikir kritis

215

Lampiran 2.17

Misal luas bangun paling kiri L1= 4 × 3 = 12, L2= 7 ×3 = 21, L3= 10 × 2 = 20, L4= 5 × 2 = 10. Kemudian

untuk mencari luas bangun yang diarsir kita cukup

menambahkan masing-masing luas, mulai dari L1 sampai

L4 yaitu 12 + 21 + 20 + 10 = 63𝑐𝑚2

Jadi luas bangun yang diarsir adalah 63𝑐𝑚2

Untuk mencari keliling bangun diatas yaitu cukup dengan

menjumlahkan masing-masing panjang sisi yang

mengelilingi bangun tersebu

𝐾 = 10 + 5 + 2 + 2 + 3 + 5 + 3 + 3 + 4 = 40 𝑐𝑚 Jadi keliling bangun tersebut adalah 40 cm

3

4

3

Jumlah Skor 21

5. Diketahui: Sebuah sawah berbentuk seperti di bawah ini:

Ditanyakan: a. Berapakah keliling dan luas sawah tersebut?

b. Berapa kg rata-rata padi yang dihasilkan

setiap 𝑚2, jika pada panen kemarin

menghasilkan 54 kuintal?

c. Terdiri dari berapa macam bangunkah sawah

tersebut dan berapa banyak masing-masing

bangun yang kalian sebutkan?

Jawab:

a. Keliling sawah = 30 + 12 + 30 + 12 = 84 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)

Luas sawah dapat dicari dengan beberapa cara, salah

satunya yaitu:

𝐿 = 𝑝 × 𝑙 = 30 × 12

= 360 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2)

Jadi keliling sawah Kakek Marijan adalah 84 meter dan

luas sawah Kakek Marijan adalah 360 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2

b. Hasil panen padi sawah tersebut 54 kuintal = 5400 kg

Luas sawah 360 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟2. Rata-rata hasil panen =5400 𝑘𝑔: 360𝑚2 = 15 𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑚2

Jadi rata-rata setiap 𝑚2 sawah Kakek Marijan

menghasilkan 15 𝑘𝑔 padi

c. Sawah tersebut terdiri dari empat bangun, yaitu persegi

panjang, segitiga, jajargenjang, dan trapesium.

Segitiga ada 1, jajargenjang ada 1, trapesium ada 3, dan

1

4

2

3

4

3

6

13m

30m

12m

Page 228: peningkatan kemampuan berpikir kritis

216

Lampiran 2.17

persegi panjang ada 1 3

Jumlah Skor 26

Total Skor 100

Nilai 100

Page 229: peningkatan kemampuan berpikir kritis

217

L

ampiran

2.1

7

PEDOMAN PENILAIAN TES

BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SIKLUS 2

No Aspek yang

Dinilai Kriteria Nilai Skor

Skor Tiap Soal

1a 1b 2 3a 3b 3c 4 5a 5b 5c

1. merumuskan

pokok-pokok

permasalahan

(focus)

Tidak menuliskan yang diketahui

dan yang ditanyakan dari soal 0

2 - 2 2 - - 2 2 - - Menuliskan yang diketahui atau

yang ditanyakan dari soal 1

Menuliskan yang diketahui dan

yang ditanyakan dari soal 2

2. menjelaskan istilah

yang digunakan

(clarity)

Tidak mampu menjelaskan istilah

yang digunakan 0

2 - 2 2 - - 2 - 2 2 mampu menjelaskan istilah yang

digunakan tetapi belum tepat 1

mampu menjelaskan istilah yang

digunakan dengan tepat 2

3. mampu memilih

argumen logis,

relevan, dan akurat

(reasons)

Tidak dapat memberikan argumen

sama sekali 0

2 2 2 2 - - 2 2 - - Mampu memberikan argumen

tetapi belum tepat 1

Mampu memberikan argumen

dengan tepat 2

4. mampu Tidak dapat memaparkan 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Page 230: peningkatan kemampuan berpikir kritis

218

L

ampiran

2.1

7

menentukan

akibat/kesimpulan

dari suatu

pernyataan yang

diambil sebagai

suatu keputusan

(inference)

kesimpulan dari argumen

matematis yang diberikan

Mampu memaparkan konsep

kesimpulan dari argumen

matematis yang diberikan tetapi

belum sesuai

1

Mampu memaparkan kesimpulan

dari argumen matematis yang

diberikan tetapi belum tepat 2

Total Skor Maksimal

6 4 6 8 2 2 8 4 4 4

S = 48

48× 100%

= 100 %

Page 231: peningkatan kemampuan berpikir kritis

219

L

ampiran

2.1

7

PEDOMAN PENILAIAN TES

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SIKLUS 2

No Aspek yang

Dinilai Kriteria Nilai Skor

Skor Tiap Soal

1a 1b 2 3a 3b 3c 4 5a 5b 5c

1. menghasilkan

banyak

gagasan

pemecahan

masalah

(Kelancaran)

.

Tidak dapat memberikan

pendapat/gagasan sama sekali

0

2 2 2 2 - 2 2 - - 2

Mampu memberikan

pendapat/gagasan tetapi belum tepat 1

Mampu memberikan

pendapat/gagasan dengan tepat 2

2. menyelesaikan

masalah

dengan cara

yang berbeda

(Keluwesan)

Sama sekali tidak dapat

menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika

0

2 2 2 - 2 2 2 2 - 2 Dapat menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika tetapi belum

tepat

1

Dapat menyelesaikan atau menjawab

persoalan matematika dengan tepat 2

3. kemampuan

untuk

mencetuskan

gagasan

Tidak menjawab/menyelesaikan

persoalan matematika dengan konsep

matematika yang ada

0 2 - 2 2 2 2 2 2 2 -

Menjawab/menyelesaikan persoalan 1

Page 232: peningkatan kemampuan berpikir kritis

220

L

ampiran

2.1

7

dengan cara-

cara yang asli,

tidak klise dan

jarang

diberikan

kebanyakaan

orang

(Keaslian)

matematika dengan konsep

matematika yang ada tetapi belum

tepat

Menjawab/menyelesaikan persoalan

matematika dengan konsep

matematika yang ada dengan tepat

2

4. menguraikan

secara runtut

langkah

penyelesaian

masalah

(Elaborasi)

Tidak menulis

kesimpulan/penyelesaian dari

persoalan matematika

0

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Menulis kesimpulan/penyelesaian

dari persoalan matematika tetapi

belum sesuai

1

Menulis kesimpulan/penyelesaian

dari persoalan matematika dengan

runtut dan tepat

2

Total Skor Maksimal

6 6 4 6 6 8 6 6 4 6

S = 58

58× 100%

= 100 %

Page 233: peningkatan kemampuan berpikir kritis

225

Lam

piran

3.1

Analisis Angket Berpikir Kritis Siklus I

Page 234: peningkatan kemampuan berpikir kritis

226

L

ampiran

3.2

Analisis Angket Berpikir Kritis Siklus II

Page 235: peningkatan kemampuan berpikir kritis

22

7

Lam

piran

3.3

Rekapitulasi Hasil Lembar Angket Berpikir Kritis

Siklus I dan Siklus II

Page 236: peningkatan kemampuan berpikir kritis

228

Lam

piran

3.4

Rekapitulasi Hasil Rerata Lembar Angket Berpikir Kritis

Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II Keterangan

1. Merumuskan pokok-pokok

permasalahan (focus) 69,53 81,56 Meningkat

2. Menjelaskan istilah yang digunakan

(clarity) 65,63 77,03 Meningkat

3. Mampu memilih argumen logis,

relevan dan akurat (reasons) 58,63 76,25 Meningkat

4. Mampu menentukan

akibat/kesimpulan dari suatu

pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan (inference)

66,67 76,04 Meningkat

Rerata 65,11 77,72 Meningkat

Kategori Cukup Baik Meningkat

Page 237: peningkatan kemampuan berpikir kritis

229

Lam

piran

3.5

Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus I

Page 238: peningkatan kemampuan berpikir kritis

230

Lam

piran

3.6

Analisis Tes Berpikir Kritis Siklus II

Page 239: peningkatan kemampuan berpikir kritis

231

Lam

piran

3.7

Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kritis

Siklus I dan Siklus II

Page 240: peningkatan kemampuan berpikir kritis

232

Lam

piran

3.8

Rekapitulasi Hasil Rerata Tes Berpikir Kritis

Siklus dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II Keterangan

1. Merumuskan pokok-pokok permasalahan

(focus)

57,81 78,75 Meningkat

2. Menjelaskan istilah yang digunakan (clarity) 59,15 80,47 Meningkat

3. Mampu memilih argumen logis, relevan dan

akurat (reasons)

64,24 78,39 Meningkat

4. Mampu menentukan akibat/kesimpulan dari

suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan (inference)

59,06 76,09 Meningkat

Rerata 60,07 78,42 Meningkat

Kategori Cukup Baik Meningkat

Page 241: peningkatan kemampuan berpikir kritis

233

Lam

piran

3.1

0

Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus I

Page 242: peningkatan kemampuan berpikir kritis

234

Lam

piran

3.1

1

Analisis Angket Berpikir Kreatif Siklus II

Page 243: peningkatan kemampuan berpikir kritis

235

Lam

piran

3.1

1

Rekapitulasi Hasil Lembar Angket Berpikir Kreatif

Siklus I dan Siklus II

Page 244: peningkatan kemampuan berpikir kritis

236

Lam

piran

3.1

2

Rekapitulasi Hasil Rerata Lembar Angket Berpikir Kreatif

Siklus dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II Keterangan

1. Menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah

(kelancaran)

71,87 84,5 Meningkat

2. Menyelesaikan dengan cara yang berbeda (keluwesan) 61,5 78,38 Meningkat

3. Kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-

cara yang asli, jarang diberikan kebanyakan orang

(keaslian)

66,13 76,5 Meningkat

4. Menguraikan secara runtut langkah penyelesaian

masalah

47,38 66,25 Meningkat

Rerata 61,72 76,41 Meningkat

Kategori Cukup Baik Meningkat

Page 245: peningkatan kemampuan berpikir kritis

237

Lam

piran

3.1

3

Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus I

Page 246: peningkatan kemampuan berpikir kritis

238

Lam

piran

3.1

4

Analisis Tes Berpikir Kreatif Siklus II

Page 247: peningkatan kemampuan berpikir kritis

239

Lam

piran

3.1

5

Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kreatif

Siklus I dan Siklus II

Page 248: peningkatan kemampuan berpikir kritis

240

L

ampiran

3.1

6

Rekapitulasi Hasil Rerata Tes Berpikir Kreatif

Siklus dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II Keterangan

1. Menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah

(kelancaran)

67,97 78,75 Meningkat

2. Menyelesaikan dengan cara yang berbeda (keluwesan) 77,50 82,37 Meningkat

3. Kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-

cara yang asli, jarang diberikan kebanyakan orang

(keaslian)

61,16 78,57 Meningkat

4. Menguraikan secara runtut langkah penyelesaian

masalah (elaborasi)

55,55 73,75 Meningkat

Rerata 65,55 78,36 Meningkat

Kategori Cukup Baik Meningkat

Page 249: peningkatan kemampuan berpikir kritis

242

Lampiran 4.1

Daftar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 7 Kebumen

Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Keterangan

1. Adam Noval F. L

2. Anindya Putri F. P

3. Arlingga Dimar F. L

4. Dede Restu Aji L

5. Deden Pangestu L

6. Dewi Astuti P

7. Difa Nofanda L

8. Dwi Susanti P

9. Fatwa Nurngaini P

10. Fernanda Prasetyo L

11. Firmansyah Agung P. L

12. Fitri Azizatun N. P

13. Galih L

14. Imam Wijaya L

15. Khairy Aziz F. L

16. Linda Sundari P

17. M. Andreas Janasutra L

18. Mei Asa Pratami P

19. Moh. Irfan A. L

20. Nafa Salsabila P

21. Putri Rahmawati P

22. Rafli Naufala Putra L

23. Revinda Putri A. P

24. Ridho Alkahfi L

25. Rifka Rachmadani P

26. Rio Assifa N. L

27. Risma Firda S. P

28. Ristanti P. P

29. Silvia Meiliana P

30. Sixtian Yuli P. L

31. Tsabit Fuadi L

32. Wildan Evendi P. L

Page 250: peningkatan kemampuan berpikir kritis

243

Lampiran 4.2

Page 251: peningkatan kemampuan berpikir kritis

244

Lampiran 4.2

Page 252: peningkatan kemampuan berpikir kritis

245

Lampiran 4.2

Page 253: peningkatan kemampuan berpikir kritis

246

Lampiran 4.2

Page 254: peningkatan kemampuan berpikir kritis

247

Lampiran 4.2

Page 255: peningkatan kemampuan berpikir kritis

248

Lampiran 4.2

Page 256: peningkatan kemampuan berpikir kritis

249 Lampiran 4.3

Page 257: peningkatan kemampuan berpikir kritis

250 Lampiran 4.3

Page 258: peningkatan kemampuan berpikir kritis

251 Lampiran 4.3

Page 259: peningkatan kemampuan berpikir kritis

252 Lampiran 4.3

Page 260: peningkatan kemampuan berpikir kritis

253 Lampiran 4.3

Page 261: peningkatan kemampuan berpikir kritis

254 Lampiran 4.3

Page 262: peningkatan kemampuan berpikir kritis

255 Lampiran 4.3

Page 263: peningkatan kemampuan berpikir kritis

256 Lampiran 4.3

Page 264: peningkatan kemampuan berpikir kritis

257 Lampiran 4.4

Page 265: peningkatan kemampuan berpikir kritis

258 Lampiran 4.4

Page 266: peningkatan kemampuan berpikir kritis

259 Lampiran 4.4

Page 267: peningkatan kemampuan berpikir kritis

260 Lampiran 4.4

Page 268: peningkatan kemampuan berpikir kritis

261 Lampiran 4.5

Page 269: peningkatan kemampuan berpikir kritis

262 Lampiran 4.5

Page 270: peningkatan kemampuan berpikir kritis

263 Lampiran 4.5

Page 271: peningkatan kemampuan berpikir kritis

264 Lampiran 4.5

Page 272: peningkatan kemampuan berpikir kritis

265 Lampiran 4.5

Page 273: peningkatan kemampuan berpikir kritis

266 Lampiran 4.6

Page 274: peningkatan kemampuan berpikir kritis

267 Lampiran 4.6

Page 275: peningkatan kemampuan berpikir kritis

268 Lampiran 4.6

Page 276: peningkatan kemampuan berpikir kritis

274 Lampiran 4.8

Page 277: peningkatan kemampuan berpikir kritis

275 Lampiran 4.8

Page 278: peningkatan kemampuan berpikir kritis

276 Lampiran 4.8

Page 279: peningkatan kemampuan berpikir kritis

277 Lampiran 4.8

Page 280: peningkatan kemampuan berpikir kritis

278 Lampiran 4.8

Page 281: peningkatan kemampuan berpikir kritis

279 Lampiran 4.8

Page 282: peningkatan kemampuan berpikir kritis

280 Lampiran 4.8

Page 283: peningkatan kemampuan berpikir kritis

281 Lampiran 4.8

Page 284: peningkatan kemampuan berpikir kritis

282 Lampiran 4.8

Page 285: peningkatan kemampuan berpikir kritis

283 Lampiran 4.8

Page 286: peningkatan kemampuan berpikir kritis

284 Lampiran 4.8

Page 287: peningkatan kemampuan berpikir kritis

285 Lampiran 4.8

Page 288: peningkatan kemampuan berpikir kritis

269

Lampiran 4.7

Page 289: peningkatan kemampuan berpikir kritis

270

Lampiran 4.7

Page 290: peningkatan kemampuan berpikir kritis

271

Lampiran 4.7

Page 291: peningkatan kemampuan berpikir kritis

272

Lampiran 4.7

Page 292: peningkatan kemampuan berpikir kritis

273

Lampiran 4.7

Page 293: peningkatan kemampuan berpikir kritis

286 Lampiran 5.1

Page 294: peningkatan kemampuan berpikir kritis

287 Lampiran 5.2

Page 295: peningkatan kemampuan berpikir kritis

288

Lampiran 5.3

Page 296: peningkatan kemampuan berpikir kritis

289 Lampiran 5.4

Page 297: peningkatan kemampuan berpikir kritis

290 Lampiran 5.5

Page 298: peningkatan kemampuan berpikir kritis

291 Lampiran 5.5