BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu mengenai kesehatan lingkungan diberi batasan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang dinamika hubungan interaktif antar
kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan
komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan, bahan, zat, atau
kekuatan disekitar manusia yang menimbulkan ancaman, atau
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat serta
berupaya mencari-cari upaya pencegahan.
Tak hanya itu, kesehatan lingkungan juga terkadang di artikan
sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan
untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat,
sejahtera, dan bahagia.
Oleh karena itu, kesehatan lingkungan dianggap penting untuk
dibahas, karena melalui pembahasan tentang kesehatan lingkungan kita
akan mengetahui hal-hal seperti dibawah ini:
- Mencegah penyakit
- Memperpanjang harapan hidup
- Meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui
usaha masyarakat yang terorganisir untuk :
1
a) Sanitasi lingkungan
b) Pengendalian penyakit menular
c) Pendidikan hygne perseorangan
d) Mengorganisir pelayanan media dan perawatan agar
dapat dilakukan, diagnosis dini, pengobatan pencegahan,
serta
e) Membangun mekanisme sosial sehingga setiap insan
dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik
untuk dapat memelihara kesehatan. Dengan demikian,
setiap warga dapat menyadari halnya atas kehidupan
yang sehat dan panjang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Sebutkan pengertian dan dasar-dasar kesehatan lingkungan?
2. Jelaskan indicator kesehatan lingkungan !
3. Jelaskan bagaimana sanitasi lingkungan yang baik !
4. Apa-apa saja masalah yang mempengaruhi kesehatan lingkungan ?
5. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi K3 !
6. Jelaskan program keselamatan kerja sebuah perusahaan !
7. Jelaskan pengertian amdal dan sebutkan manfaatnya !
8. Jelaskan bagaimana prosedur sebuah perusahaan untuk
mendapatkan amdal !
9. Apa saja dampak yang ditimbbulkan oleh limbah industri ?
10. Bagaimana cara mengatasi efek industry ?
11. Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasi bahaya dilingkungan
kerja !
12. Bagaimana cara mengevaluasi factor-faktor bahaya di lingkungan
kerja !
2
1.3. Tujuan Instruksional Umum
Setelah pembelajaran modul ini selesai mahasiswa di harapkan
dapat menjelaskan tentang kesehatan lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja.
1.4. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan tentang problematika kesehatan lingkungan
2. Menjelaskan tentang indicator kesehatan lingkungan
3. Menjelaskan tentang environmental sanitasi yang benar
4. Menjelaskan mengenai dasar-dasar environmental health
5. Menjelaskan tentang pengaruh perkembangan social ekonomi
terhadap perkembangan kesehatan lingkungan
6. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
kerja dan kesehatan kerja dilingkungan kerja.
7. Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja
8. Mengukur dan mengevaluasi factor-faktor bahaya dilingkungan
kerja.
9. Menjelaskan cara yang aman dan sehat serta menetapkan
pekerja sesuai dengan keahliannya.
10. Menjelaskan program keselamatan dan kesehatan kerja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesehatan lingkungan
2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan
Pengertian kesehatan lingkungan sangat beragam, hal ini sangat tergantung
dari latar belakang, sudut pandang masing-masing ahli yang membahasnya. Ada
beberapa pengertian kesehatan lingkungan sebagai berikut.
1. WHO Expert Committee
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin sehat dari
manusia.Keadaaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta
mampu berproduktivitas secara ekonomi.
2. Walter R. Lyn
Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan
manusia.
3. Slamet Ryadi
Kesehatan lingkungan adalah bagian integral ilmu kesehatan masyarakat
dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan
membina dan meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat
yang optimal.
4
4. Numenklatur bidang kesehatan
Kesehatan lingkungan adalah penerapan prinsip kesehatan dalam
perubahan dan penyusunan sifat-sifat fisik,kimiawi, atau biologis dari
lingkungan untuk kepentingan kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan
manusia.
5. Anwar Daud
Kesehatan lingkungan adalah semua aspek lingkungan yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
6. HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
Kesehatan lingkungan adalah Suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.”
Dapat disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah
Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang
diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat.
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya
masalah kesehatan masyarakat.
5
Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :
a. Menurut WHO
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
b. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup
kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
6
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
2.1.3 Sanitasi lingkungan yang baik
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya
(Notoadmojo, 2003).
Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air
bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan
sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah
yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta
pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
1. Diare
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
7
Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat
untuk mengamankannya, dengan tujuan:
1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya
Lalat yang hinggap disampah dan dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang
masuk kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab
penyakit. Bila lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar
kemungkinan orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan menderita
salah satu penyakit seperti yang tersebut diatas. Demikian pula dengan anak-anak
kecil yang bermain atau orang dewasa yang bekerja didekat atau mengalami kontak
8
langsung dengan air limbah dan sampah dapat terkena penyakit seperti yang tersebut
diatas, terutama bila tidak membersihkan anggota badan terlebih dahulu.
1. Air limbah dapat dikelompokkan kedalam 2 bagian, yaitu:
2. Air bekas yang berasal dari bak atau lantai cuci piring atau peralatan rumah tangga,
lantai cuci pakaian dan kamar mandi
3. Lumpur tinja yang berasal dari jamban atau water closet (WC)
Tangki septic atau unit pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna
mengolah air limbah sebelum dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah
pencemaran termasuk diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air
limbah dimaksudkan untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan
pencemar sehingga memenuhi persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu
badan air penerima.
Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas
terlarut, zat-zat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme.
Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa
organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang
kurang baik seperti:
1. Pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka
2. Dinding dan dasar saluran yang rusak karena kurang terpelihara
Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan
dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme
atau kuman-kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit
seperti lalat dan tikus.
Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian
tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa
dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian
9
limbah yang terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak
mampu lagi melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah. Kondisi
yang demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh:
1. Timbulnya bau busuk
2. Warna air yang gelap dan pekat
3. Banyaknya ikan dan organisme air lainnya yang mati atau mengapung.
Pola Hidup Bersih dan Sehat
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang
memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup
bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas
kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk
jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik.
Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan
lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal
(rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat.
2.1.4 Problematika Kesehatan Lingkungan
Pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran
lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara.
10
Pencemaran pada tanah dan air biasanya terjadi pada areal perairan seperti laut,
sungai, danau, air tanah, dan seterusnya.
Sementara pencemaran pada tanah adalah pencemaran yang terjadi pada
wilayah daratan. Prevalensi pencemaran air dan tanah berlangsung sangat massif
sehingga membuat daya dukung alam sudah tidak mampu mengembalikan pada
kondisi sediakala. Karena itu alam kehilangan kemampuan untuk memurnikan
pencemaran yang telah terjadi.
Pencemaran yang dominan dan memperparah kondisi pengrusakan lingkungan
adalah sampah dan zat seperti sampah plastik, deterjen, DDT (Dikloro Difenil
Trikloroetana) yang semuanya tidak ramah lingkungan.
Faktor-faktor penyebab pencemaran lingkungan pada tanah adalah:
1. Sampah buangan manusia dari pemukiman penduduk;
2. Zat kimia dari rumah penduduk, industry, pertanian, dan sebagainya;
3. Erosi karena curah hujan yang tinggi.
Sementara penyebab pencemaran pada air umumnya karena akibat dari
penggunaan zat kimia pemberantas hama DDT, utamanya di pedesaan. DDT banyak
digunakan oleh petani untuk memberantas hama yang menyerang tanaman pertanian.
Sementara pencemaran udara terjadi bila pada lapisan udara mengandung
unsur-unsur yang mengotori udara. Adapun bentuk pencemar udara berbagai macam
jenisnya: ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
Pencemar udara berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang (SO2 dan
H2S), senyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC).
Pencemar udara berbentuk partikel cair titik-titik air atau kabut sedang yang
berbentuk padat berupa debu atau abu vulkanik.Secara teoritis, pencemaran udara
dalam bentuk gas terjadi bila beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi
lingkungan masuk ke lingkungan udara sehingga dapat mengganggu kehidupan
makhluk hidup.
11
Misalnya kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu
udara di permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem pernapasan. Kadar
gas CO lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat
menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan
menyebabkan hujan asam. Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, kelumpuhan, dan kematian.
Sementara itu, CFC dapat menyebabkan rusaknya lapian ozon di atmosfer.
Partikel yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin yang
digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa timbal agar
pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan bereaki dengan
klor dan brom membentuk partikel PbClBr.
Partikel tersebut akan dihamburkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara
sehingga akan mencemari udara.Sementara pencemaran udara yang berbentuk partikel
cair berupa kabut dapat menyebabkan sesak napas jika terhiap ke dalam paru-paru.
Bila dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik merupakan sumber
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Selain debu dan abu vulkanik,
partikel padat dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus,
serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati.
Selain itu, masalah produk rekayasa genetik masih kontroversi di seluruh dunia
karena baik ilmuwan, pemerintah maupun pengembang produk rekayasa genetik
belum bisa memastikan keamanan dan efek negatifnya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Jadi masyarakat hanya ditekankan prinsip kehati-hatian
(precautionary principle) dalam menggunakan dan mengonsumsi produk rekayasa
genetik.
2.2 Kesehatan dan Keselamatan LIngkungan ( K3 )
2.2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja
Pengertian K3 menurut beberapa pendapat para ahli, yaitu :
1. Mangkunegara (2002, p.163)
12
Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Suma’mur (2001, p.104)
keselamatan kerja merupakanrangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
3. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
5. Jackson (1999, p. 222)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
13
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Faktor Individu
1. Penggunaan miras dan alcohol dalam bekerja
2. Trauma insident hidup
3. Karateristik individu
4. Merokok
5. Responsibility ( Tanggung Jawab)
Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu perusahan,
semakin besar pula tanggung jawab yang diembannya. Seorang CEO, sebagai
pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban tanggung jawab paling besar
terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi tanggung jawab yang
diemban oelh seorang, semakin tinggi pula proteksi yang diberikan oleh
perusahaan.
6. Skill (Keahlian)
Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan
karyawan yang memiliki keahlian khusus. Misalnya, untuk bidang informasi,
14
perusahaan membutuhkan tenaga akhli dibidang informasi teckhnologi yang
menguasai teknologi computer.
Keahlian mereka sangat spesifik,sehingga untuk mempertahankan agar
mereka tetap bekerja di perusahaan tersebut, perusahaan menerapkan program
proteksi yang layak dan bahkan kadang – kadang diatas rata – rata yang
mampuh diberikan pesaing. Program proteksi yang diterapkan kepada pekerja
yang memiliki keahlian khusus akan lebih tinggi dibangingkan dengan pekerja
yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi
7. Mental Effort (kerja Otak / Mental)
Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental,
misalnya analis, programmer, marketer, atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini
sering disebut dengan “White Collar” kelas pekerja ini biasanya memeperoleh
tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pekerja yang
lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar).
8. Physical Effort (Kemampuan Fisik)
Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar),
misalnya satuan pengaman (Satpam), petugas kebersihan atau pekerja
bangunan. Biasanya proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada mereka
lebih difokuskan dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja.
9. Work Condition (Kondisi Kerja)
Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri
sering kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang
perminyakan, yang bekerja di lepas pantai akan berbeda dengan kondisi kerja
di darat. Semakin berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja, semakin
tinggi program proteksi yang diterapkan.
15
Faktor Organisasi
1. Seleksi karyawan
2. Design peralatan
3. Absensi dan keselamatan
4. Komitmen managemen keselamatan
5. Pelatihan keselamatan
6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)
Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang
mengharuskan pengusaha atau perusahaan untuk memberikan perlindungan yang
memadai bagi pekerja. Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan perusahaan
memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan asuransi tenaga kerja atu
yang dikenal dengan jamsostek.
Melalui jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK, pekerja yang
mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang sakti akan memperoleh santunan
yang layak dari pihak asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan
perusahaan untuk memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental pekerja.
2.2.3 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Program kesehatan dan keselamatan kerja yang dimilik oleh suatu perusahaan
yaitu salah satunya adalah
1. Jamsostek
Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ) adalah program publik yang
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi
tertentu yang penyelenggarannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.
Sebagai program publik, JAMSOSTEK memberikan hak dan membebani
kewajiban secara pasti (compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan
16
Undang-Undang No. 3 tahun 1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis,
sedang kewajibannya adalah membayar iuran.
Program ini memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat
dan martabat manusia jika mengalami resiko-resiko sosial ekonomi dengan
pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat
terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacad, hari tua dan meninggal
dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja
atau membutuhkan perawatan medis
Dasar Hukum :
Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatus secara wajib melalui Undang-Undang
No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993, Keputusan Presdien No.
22 tahun 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1993.
Jenis Program Jamsostek:
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 baru mengatur jemis program Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan Kecelakaan Kerja memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat mulai berangkat bekerja
sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja
Program Jaminan Hari Tua
17
Program Jaminan Hari Tua diselenggarakan dengan sistem tabungan
hari tua, yang iurannya ditanggung pengusaha dan tenaga kerja.
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua sebesar iuran yang terkumpul ditambah
hasil pengembangan.
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bersifat dasar diberikan kepada tenaga kerja dan
keluarga maksimum dengan 3 orang anak.
Program Jaminan Kematian
Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari peserta yang
meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, sebagai tambahan bagi jaminan hari
tua yang jumlahnya belum optimal.
2. Pemeriksaan Pra-Penempatan
Tujuan pemeriksaan kesehatan prapenempatan adalah untuk memastikan
bahwa pekerja memang sesuai dengan pekerjaan.
3. Program Pencegahan Penyakit dan Program Keselamatan Kerja
Layanan kesehatan kerja yang memfasilitasi aktivitas pencegahan di tempat
kerja mencakup program pencegahan penyakit dan program keselamatan.
Program Pencegahan penyakit
Awalnya, program penyakit terkait pekerjaan difokuskan pada pengendalian
penyakit terkait pekerjaan yang mungkin dialami seseorang akibat pajanan di
lingkungan pekerjaan.
Program Keselamatan
Program keselamatan merupakan bagian dari program kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja yang ditujukan untuk mengurangi jumlah dan
keparahan kasus cedera tak disengaja terkait pekerjaan.
4. Program Promosi Kesehatan
18
Program promosi kesehatan di tempat kerja biasanya mencakup “pendidikan
kesehatan,pemeriksaan dan/atau intervensi yang ditujukan untuk mengubah
perilaku pegawai menuju arah kesehatan dan mengurangi risiko yang terkait”.
5. Program bantuan Pegawai
Program bantuan pegawai (employee assistance program, EAP) adalah
program yang menbantu pegawai yang memiliki masalah penyalahgunaan
zat,masalah rumah tangga,psikologis,dan masalah sosial yang mempengaruhi
kinerja mereka.
2.2.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL )
a. Pengertian AMDAL
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah suatu kegiatan
untuk mengetahui/mengidentifikasi dampak dari suatu kegiatan/proyek terhadap
lingkungan disekitarnya sebelum kegiatan/proyek itu berjalan atau berlangsung.
AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif
dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan
apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak
positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik,
kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika
berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat
ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan
19
untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak
positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak
lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak
dapat dilanjutkan pembangunannya.
b. Tujuan AMDAL
AMDAL bertujuan untuk mengetahui / mengidentifikasi dampak negatif yang
ditimbulkandari suatu kegiatan/proyek terhadap lingkungan disekitarnya dan
kemudian memberikan solusi penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan dan
memperbesar dampak positifnya.
c. Manfaat AMDAL
Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk:
- Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan
sumber daya alam secara lebih luas.
- Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya.
- Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
- Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
- Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.
Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk:
- Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek
ekonomis, teknis dan lingkungan.
- Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).
- Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.
- Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan
masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.
20
- Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.
Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk:
- Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan
sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak
positif dari kegiatan tersebut.
- Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan
kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.
- Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang
mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.
d. Prosedur AMDAL terdiri dari:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
2. Proses pengumuman
3. Proses pelingkupan (scoping)
4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
5. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Proses Penapisan:
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah
proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL
atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu
langkah.
Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
21
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan
rencana kegiatan.
Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL:
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL;
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-
ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai
disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai.
2.2.5 Dampak yang ditimbulkan dari limbah industri maupun limbah medis /
klinik
LIMBAH INDUSTRI
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari proses-proses
dalam industri terhadap kesehatan yaitu :
a. Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas
22
b. Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah,
ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi
kerja.
c. Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang
diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran
kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat,
dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian.
d. Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit
kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya
berdenging.
e. Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan
iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi
20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.
f. Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari
sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau sawah
dan sebagainya.
g. Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila
tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang
nenbahayakan seperti yang telah diuraikan diatas.
LIMBAH MEDIS
Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa
jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum
23
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah
atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah.
2) Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
•Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif)
•Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3) Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4) Limbah sitotoksik
24
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik.
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan
dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti :
• Gangguan kenyamanan dan estetika. Ini berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bauphenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
• Kerusakan harta benda dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif,karat),air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
25
• Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
• Gangguan terhadap kesehatan manusia ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd
yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
• Gangguan genetik dan reproduksi meskipun mekanisme gangguan belum
sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan
gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
A) Limbah padat
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan
penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
1) Pemisahan
a) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan
autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga
uap panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving adalah
pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama
untuk limbah infeksius).
b) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin
bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang
aman.
26
2) Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah
tersebut hendaknya :
•Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
•Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan
frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan
secara terpisah.
•Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
•Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas
dari infestasi serangga dan tikus.
•Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin).
3) Pengangkutan
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga :
•Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
•Tidak akan menjadi sarang serangga
•Mudah dibersihkan dan dikeringkan
•Sampah tidak menempel pada alat angkut
27
•Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
.
•Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut.
Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.
•Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
kebocoran atau tumpah.
B. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-
bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan
Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena
kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk
rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang
cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
1. Pump Swap (pompa air kotor).
2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3. Bak Klorinasi
4. Control room (ruang kontrol)
5. Inlet
6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
b) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
28
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena
tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air
limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan
oksigen dari udara (aerasi).
Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan
benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi
sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap
diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur).
Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4. Chlorination Tank (bak klorinasi)
5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
6. Control Room (ruang kontrol)
c) Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan
septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan meng-
hasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang
memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya.
Oleh sebab itu, sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di
bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas,
sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
2.2.6 Cara Mengidentifikasi Bahaya Di Lingkungan Kerja
29
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah:
a) Cara mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja yang berasal dari tempat
lingkungan kerja itu sendiri, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
4. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
5. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan
penerangan.
c) Cara mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja yang dapat dilihat dari keadaan
karyawannya.
Adanya penyakit yang diderita karyawan karena pekerjaannya
Dalam jangak panjang, bahaya – bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan
dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru – paru, otak, ginjal dan lain – lain.
1.2.7 Cara mengevaluasi faktor-faktor bahaya lingkungan
1. Elimination
upaya menghilngkan bahaya dari sumber
2. Reduction
Pengurangan bahaya yang terjadi
3. Engeneering control
bahaya diisolasi
30
4. Administrative control
Penjadwalan kerja untuk mengurangi pemaparan penyakit
5. Personal protective equipment
Perlindungan diri dari bahaya.
BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang
memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku
hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek
terhadap kualitas kesehatan.
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan
hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan
31
kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi
terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
Proteksi atau perlindungan perusahan terhadap karyawan sangat penting
dilakukan proteksi atau perlindungan ini akan semakin mengingkatkan
kesejahtaraan, kesehatan dan terutama keselamatan kerja karyawan.
Peranan departemen sumber daya manusia dalam keselamatan kerja
merupakan peranan yang sangat vital dalam perusahaan, departemen inilah
yang merencanakan program keselamatan kerja karyawan sampai dangan
pelaksanaannya.
2.3 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagia berikut :
Diharapkan seluruh masyarakat dapat menerapkan hidup bersih dan sehat
yang bermula dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan
yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan
seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga
baik dan begitu sebaliknya.
Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau
membuat program yang berkesinambungan mengenai keselamatan kerja
karyawan. Perusahaan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan
terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja.
Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan bagian
dari pekerjaan, untuk perusahaan hendaknya mencegah dalam hal ini
melakukan proteksi atau perlindungan berupa kompensasi yang tidak
dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
diterapkan oleh perusahaan kepada pekerja. Proteksi atau perlindungan
pekerja merupakan keharusan bagi sebuah perusahaan.
32
Daftar Pustaka
McKenzie,James F,dkk. 2006. Kesehatan Masyarakat suatu pengantar (An
Introcuction to Community Health). Jakarta : EGC
Daud,Anwar,dkk. 2001. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas kesehatan
Msyarakat UNHAS
Sentoso,Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Prestasi Pustaka
33
http://kesehatanlingkungan.environmentalsanitationjournal.wordpress.com/
tanggal akses 30 Juni 2011
34