BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible dan bersifat progresif . Indikator diagnosis
PPOK adalah penderita diatas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang
progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik,
produksi sputum kronik. Biasanya terdapat riwayat pejanan rokok,
asap atau gas berbahaya didalam lingkungan kerja atau rumah.
Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien PPOK menimbulkan
berbagai tingkat gangguan yaitu impairment berupa nyeri dan sesak
nafas, oedema, terjadinya perubahan pola pernapasan, rileksasi
menurun, perubahan postur tubuh, functional limitation meliputi
gangguan aktivitas sehari-hari karena keluhan-keluhan tersebut
diatas dan pada tingkat participation retriction yaitu berat badan
menjadi menurun. Modalitas fisioterapi dapat mengurangi bahkan
mengatasi gangguan terutama yang berhubungan dengan gerak dan
fungsi diantaranya mengurangi nyeri dada dengan menggunakan terapi
latihan yang berupa breathing exercise akan mengurangi spasme otot
pernafasan, membersihkan jalan napas, membuat menjadi nyaman,
melegakan saluran pernapasan (Kusumawati,R.dalam Helmi,
2005).Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu
dari kelompok masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin
tingginya pajanan factor risiko, seperti faktor pejamu semakin
banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di
tempat kerja. Penyakit tidak menular yang telah menjadiPenyakit
Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit pernafasan yang
prevalensi, tingkat morbiditas dan mortalitasnya meningkat dari
tahun ke tahun. Angka kejadian PPOK di Indonesia diperkirakan
mencapai 4,8 juta penderita dengan prevalensi 5,6 persen. (
Khotimah,S.2013)B. Rumusan Masalah1. Apakah definisi dari PPOK?2.
Apakah etiologi dari PPOK?3. Apakah tanda dan gejala dari PPOK?4.
Bagaimana patofisiologi dari PPOK?5. Bagaimana proses fisioterapi
pada PPOK?C. Tujuan1. Untuk mengetahui definisi dari PPOK?2. Untuk
mengetahui etiologi dari PPOK?3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
dari PPOK?4. Untuk mengeahui patofisiologi dari PPOK?5. Untuk
mengetahui assessment fisioterapi pada PPOK?6. Untuk mengetahui
problem fisioterapi pada PPOK?7. Untuk mengetahui diagnose
fisioterapi pada PPOK?.8. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi
pada PPOK?9. Untuk mengetahui evaluasi fisioterapi pada PPOK?
BAB IIKERANGKA TEORIA. DEFINISI PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
Kronik) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non
reversible atau reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau gabungan dari keduanya. Bronkitis kronis
yaitu kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua bulan
berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya Emfisema yaitu
suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli (Kusumawati,R. dalam PDPI, 2003).
Proses pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Organ
yang terlibat yaitu rongga hidung, pharing, laring, trakhea dan
paru-paru. Pada paru-paru terdapat percabangan dari bronkus utama
yang bercabang menjadi bronki lobalis dan segmentalis. Bronki
terpecah lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan
generasi. Percabangan terkecil terakhir dinamakan bronkioli
terminalis. Saluran udara terminalis, berhubungan langsung dengan
bronkus terminalis, yang juga dikenal dengan parenkim
paru-paru.
Gambar 1. Saluran Pernafasan
Paru-paru berbentuk kerucut yang menempati kantong pleura
parientalis dan pleura viseralis. Antara kedua pleura ini terdapat
rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
ini hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk membasahi
pleura, membasahi paru-paru dan dinding dada saat bernafas dan
bergerak. Di dalam paru terdapat dua pasang pembuluh darah limfe
yang saling berhubungan. Bagian superfisial bagian limfe yang
terletak dalam pleura ini berukuran relative besar dan tampak hitam
karena penghisapan zat karbon. Pembuluh limfe yang lebih kecil
membentuk jala halus pada tepi lobulus. Pembuluh superfisial ini
mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju ke hilus bagian profunda
atau pulmonal berjalan bersama ke bronkus sedangkan arteri
pulmonalis dan bronki meluas hanya sampai ke duktus alveolaris
bagian tepi. Semua mengalir kebagian pusat hilus dan bertemu dengan
pembuluh limfe eferen superficial.Dalam bernapas, berperan juga
otot-otot yang membantu proses inspirasi dan ekspirasi diantaranya:
Otot inspirasi utama (diafragma, external intercostalis, levator
costalis, scalene), Otot bantu inspirasi (sternocleiomastoideus,
trapezius,seratus anterior, pectoralis mayor, pectoralis minor,
latisimus dorsi), Otot ekspirasi utama (internal intercostalis),
dan Otot bantu ekspirasi (internal obliq, eksternal obliq, rectus
abdominis, longisimus, iliocostalis lumborum)
Gambar 2. Paru-paruKeterangan:Paru kananParu Kiri Upper
lobeLower Lobe1-2. Apical- posterior1. Apical6. Superior 3.
Anterior 2. Posterior7. Medial basal4. Superior 3. Anterior8.
Anterior basal5. Inferior Middle lobe9. Lateral basalLower lobe 4.
Lateral10. Posterior basal6. superior5. Medial7-8. Anterior basal9.
Lateral basal10. posterior basal
B. Etiologi Pada PPOK terjadi gangguan pada bronkus dan alveolus
atau gabungan dari penyakit bronchitis kronis dan emfisema.
Bronchitis kronis yaitu terdapat pembesaran kelenjar mukosa
bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos
pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Sedangkan emfisema
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.C. Tanda dan GejalaGejala dari
PPOK adalah seperti susah bernafas, batuk kronis dan terbentuknya
sputum kronis, episode yang buruk atau eksaserbasi sering muncul.
Salah satu gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak napas
(dyspnea). Orang dengan PPOK umumnya menggambarkan ini sebagai:.
"Saya merasa kehabisan napas," atau "Saya tidak bisa mendapatkan
cukup udara ".5,6 Orang dengan PPOK biasanya pertama sadar
mengalami dyspnea pada saat melakukan olahraga berat ketika
tuntutan pada paru-paru yang terbesar. Selama bertahun-tahun,
dyspnea cenderung untuk bertambah parah secara bertahap sehingga
dapat terjadi pada aktivitas yang lebih ringan, aktivitas
sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga. Pada tahap lanjutan
dari PPOK, dyspnea dapat menjadi begitu buruk yang terjadi selama
istirahat dan selalu muncul Orang dengan PPOK kadang-kadang
mengalami gagal pernafasan. Ketika ini terjadi, sianosis, perubahan
warna kebiruan pada bibir yang disebabkan oleh kekurangan oksigen
dalam darah, bisa terjadi. Kelebihan karbon dioksida dalam darah
dapat menyebabkan sakit kepala, mengantuk atau kedutan (asterixis).
Salah satu komplikasi dari PPOK parah adalah cor pulmonale, kejang
pada jantung karena pekerjaan tambahan yang diperlukan oleh jantung
untuk memompa darah melalui paru-paru yang terkena dampak.4 Gejala
cor pulmonale adalah edema perifer, dilihat sebagai pembengkakan
pada pergelangan kaki, dan dyspnea.D. Patofisiologi Pada bronkitis
kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel
goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi
akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:1. Emfisema
sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke
perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan
merokok lama2. Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh
alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah3.
Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran
napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di
septa atau dekat pleura Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat
ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran
napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.Konsep
patogenesis PPOK
Perbedaan patogenesis PPOK dan Asma
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2003)
E. Assesment Fisioterapi pada PPOKAssessment merupakan proses
pengumpulan data baik data pribadi maupun data pemeriksaan pasien.
Assessment dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan urutan
masalah yang timbul pada pasien Parkinson Disease yang biasanya
terjadi pada usia lanjut, kemudian menjadi dasar dari penyusunan
program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi
pasien serta lingkungan sekitar pasien. Dalam assessment
meliputi:1. Anamnesis Anamnesis merupakan cara pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab antara terapis dengan sumber data. Dilihat
dari segi pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu:
Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada
pasien yang bersangkutan dan Alloanamnesis, merupakan anamnesis
yang dilakukan terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun
orang terdekat dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien
tersebut. Anamnesis yang akan dilakukan berupa a. Anamnesis
umumBerisi tentang identitas penderita seperti nama, umur ,jenis
kelamin, agama, alamat dan pekerjaan. b. Anamnesis khususAnamnesis
khusus yang berisi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
riwayat penyakit yang diderita oleh pasien sekarang, antara
lain:(1) Keluhan utamaTerdapat sesak nafas, batuk dengan dahak yang
sulit dikeluarkan.(2) Riwayat Penyakit Sekarang .Adanya sesak
anafas disertai batuk berdahak, biasanya timbul pada malam hari
disaat cuaca dingin. Sesak terasa lebih berat saat melakukan
aktivitas yang berat seperti mengangkat barang, cuaca dingin,dan
jalan jauh dan berkurang saat diistirahatkan.(3) Riwayat Penyakit
Dahulu.Riwayat penyakit dahulu adalah penyakit yang pernah dialami
pasien yang berhubungan dengan munculnya keluhan sekarang.(4)
Riwayat KeluargaRiwayat keluarga merupakan penelusuran adanya
penyakit yang bersifat menurun atau menular dari orang tua atau
keluarga .Pada pasien ini penyakit yang diderita bukan penyakit
menular ataupun penyakit herediter dan hanya pasien yang menderita
penyakit seperti ini.2. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan umum1)
Vital signPemeriksaan vital sign meliputi tensi, nadi, respiratory
rate dan suhu tubuh.a) Tensi atau Tekanan DarahTekanan darah adalah
tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.Tekanan sistolik
adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot
jantung.Sedangkan, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang
digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik.Menurut World Health Organization (WHO) batas
normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90
mmHg tekanan diastolik.b) Denyut NadiMengetahui denyut nadi
merupakan dasar untuk melakukan latihan fisik yang benar dan
terukur atau mengetahui seberapa keras jantung bekerja.Pengukuran
nadi dilakukan dengan durasi 1 menit.Pola nadiDeskripsi
BradikardiFrekuensi nadi lambat.
TakikardiFrekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada
ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang
menunjukan penyakit jantung.
AritmiaFrekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama
ekspirasi.
Denyut Nadi Normal:(1) Bayi= 120 sampai dengan 150 kali/
menit(2) Anak= 80 sampai dengan 150 kali/ menit(3) Dewasa= 60
sampai dengan 90 kali/ menitc) Respiratory RateRespiratory rate
atau frekuensi pernafasan adalah jumlah seseorang mengambil napas
per menit.Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam
posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama
satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.Frekuensi
pernafasan normal:(1) Bayi= 25 sampai dengan 50 kali/ menit(2)
Anak= 15 sampai dengan 30 kali/ menit(3) Dewasa= 12 sampai dengan
20 kali/ menitd) Suhu TubuhNilai hasil pemeriksaan suhu merupakan
indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila
pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan
oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain.
Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai
suhu tubuh akan menurun. Memeriksa suhu badan bisa menggunakan
punggung tangan.Afebris berarti dalam batas normal, subfebris
berarti demam yang tidak tinggi atau saat dipalpasi terasa hangat,
febris berarti demam.
2) InspeksiInspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat atau
mengamati kondisi pasien secara langsung. Inspeksi ada dua yaitu
:a) Inspeksi statis Dalam inspeksi statis perhatikan bentuk dada:
barrel chest (dada seperti tong), Terdapat purse lips breathing
(seperti orang meniup), Terlihat penggunaan dan hipertrofi
(pembesaran) otot bantu nafas.b) Inspeksi dinamisDalam inspeksi
dinamis perhatikan bagaimana pergerakan dada dan pola nafas serta
Saat berjalan pasien terlihat sedkit khyposis3) PalpasiPalpasi
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba,menekan
dan memegang organ atau bagian tubuh pasien yang mengalami
gangguan. Hal yang didapatkan adalah Suhu pada dada dan punggung
sama dengan suhu daerah lainnya. Spasme pada otot pembantu
pernafasan , terutama Upper trapezius, sternocleidomastoideus dan
pectoralis mayor dan minor,4) PerkusiYaitu suatu teknik pemeriksaan
ketukan atau pukulan dengan jari-jari tangan yang dilakukan untuk
memeriksa atau evaluasi penekanan paru-paru khususnya ratio udara
dalam paru-paru.Prosedur:a) Tempatkan jari tengah lurus di antara
space intercosta dan ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk
pelan jari yang di intercosta tersebut. Prosedur atau ketukan
diulang beberapa kali pada beberapa tempat dibagian area kiri dan
kanan pada anterior dan posterior dinding dada.b) Bunyi
resonant(normal): bervariasi bergantung ketbalan jaringan di
bawahnya.c) Bunyi dull(datar) apabila terjadi peningkatan ketebalan
jaringan yang berlebihan dalam paru-paru dibandingkan dengan udara,
misalnya tumor, atau konsolidasi cairan.d) Bunyi hiperesonanse atau
tymfani jika jumlah udara melebihi normal dalam paru-paru ,
misalnya pasien PPOK.e) Jika ditemukan bunyi yang tidak simetris
kanan dan kiri dicatat kemudian pasien harus konsultasi ke dokter
untuk melakakuakn tes objektif misalnya X-Ray..5) AuskultasiAdalah
suatu tekhnik pemeriksaaan dengan mendengar bunyi nafas menggunakan
stateskop untuk evaluasi paru-paru. a) Bunyi nafas normal dan
abnormal terjadi akibat gerakan udara pada dinding airway (jalan
nafas) selama inspirasi dan ekspirasi(sistem respirasi).b) Bunyi
nafas diidentifikasikan untuk mengetahui : (1) Area paru-paru yang
mengalami hambatan berat dan area letak sputum untuk menentukan
posisi postural darainase akan dilakukan.(2) Untuk menentukan
apakah postural drainase efektif atau tidak.(3) Untuk menentukan
apakah paru-paru telah bersih atau belum dan apakaah postural
drainase dilanjutkan atau dihentikan.Hasil auskultasi pada kasus
PPOK umumnya antara lain:Suara nafas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang, bunyi jantung menjauh, Terdapat ronki atau
mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa.b.
Pemeriksaan penunjang.Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan
modalitas lain seperti rontgen dan laboratorim. Pasien yang
dicurigai PPOK harus ditegakkan diagnosisnya menggunakan
spirometri. The National Heart, Lung, dan Darah Institute
merekomendasikan spirometri untuk semua perokok 45 tahun atau lebih
tua, terutama mereka yang dengan sesak napas, batuk, mengi, atau
dahak persisten. Meskipun spirometri merupakan gold standard dengan
prosedur sederhana yang dapat dilakukan di tempat, tetapi itu
kurang dimanfaatkan oleh praktisi kesehatan. Kunci pada pemeriksaan
spirometri ialah rasio FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 s) dan
FVC (Forced Vital Capacity).FEV1 adalah volume udara yang pasien
dapat keluarkan secara pak dalam satu detik pertama setelah
inspirasi penuh. FEV1 pada pasien dapat diprediksi dari usia, jenis
kelamin dan tinggi badan. FVC adalah volume maksimum total udara
yang pasien dapat hembuskan secara paksa setelah inspirasi
penuh.Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD) .2011 bahwa PPOK diklasifikasikan berdasarkan
derajat berikut.1) Derajat 0 (berisiko) Gejala klinis : Memiliki
satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea.
Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri : Normal2) Derajat I
(PPOK ringan) Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau
tanpa produksi sputum.Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat
sesak 1 Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 80% 3) Derajat II
(PPOK sedang) Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau
tanpa produksi sputum. Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul
pada saat aktivitas). Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1
< 80%4) Derajat III (PPOK berat) Gejala klinis : Sesak napas
derajat sesak 3 dan 4.Eksaserbasi lebih sering terjadi Spirometri
:FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50% 5) Derajat IV (PPOK
sangat berat) Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas
kronik. Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%.
c. Pemeriksaan kusus 1) SpasmeAdanya spasme otot diketahui
melalui palpasi yaitu: dengan cara menekan dan memegang organ atau
bagian tubuh pasien untuk mengetahui kelenturan otot punggung,
misal: terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk kriteria penilaiannya
sebagai berikut:Nilai 0: tidak spasmeNilai 1: spasme ringanNilai 2:
spasme sedangNilai 3: spasme berat2) Sesak nafas dengan Skala
Borgskala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10
dan tiap nilai mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita
menderajatkan intensitas sesak dari derajat ringan sampai berat.
Nilai tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor sehingga tingkat
aktivitas dan derajat sesak dapat dibandingkan antar individu.
Skala ini memiliki reproduksibilitas yang baik pada individu sehat
dan dapat diterapkan untuk menentukan dispnea pada penderita
penyakit kardiopulmoner serta untuk parameter statistik.PERINGKAT
INTENSITAS0 Tidak sesak sama sekali0,5 Sesak sangat ringan sekali1
Sesak sangat ringan2 Sesak ringan3 Sesak sedang4 Sesak kadang
berat5 Sesak berat67 Sesak sangat berat8910 Sesak sangat berat
sekali, hampir maksimal3) Pemeriksaan Activities of Daily Living(
ADL) dengan six minute walking test a) Pemanasan sebelum uji tidak
harus dikerjakan b) Pasien duduk istirahat di kursi dekat tempat
start 10 menit sebelum dilakukan uji. Perhatikan ulang adakah
kontraindikasi, ukur nadi & tekanan darah, serta membuat nyaman
pakaian & sepatu yang dipakai. c) Tentukan derajat sesak
penderita sesuai dengan skala Borg sebelum latihan. d) Set stop
watch untuk 6 menit. e) Pasien diperintahkan untuk : - Berjalan di
koridor sepanjang 30 m bolak-balik. - Menempuh jarak sejauh mungkin
yg dpt dikerjakan selama 6 mnt. - Lakukan penilaian skala Borg
selama melakukan uji Penderita harus dpt mengatur sendiri kecepatan
jalannya agar nyaman & tidak kelelahan/sesak (skala Borg 3-6)
(1) Jika sesak/lelah (Skala Borg 7-8), penderita dapat menurunkan
langkahnya, istirahat bersandar dinding & dapat meneruskan
kembali jika sesak berkurang. (2) Sebelumnya penderita
diperlihatkan cara jalan dari tempat start sampai kembali ke tempat
start lagi. f) Posisikan pasien pada garis start kemudian mulai
berjalan bersamaan dengan stop watch dihidupkan. Awasi penderita
& jangan jalan disebelahnya.d. Pemeriksaan penunjang
lainSpirometri adalah tes utama untuk mendiagnosis PPOK, namun
beberapa tes tambahan berguna untuk menyingkirkan penyakit
bersamaan. Radiografi dada harus dilakukan untuk mencari bukti
nodul paru, massa, atau perubahan fibrosis. Radiografi berulang
atau tahunan dan computed tomography untuk memonitor kanker
paru-paru. Hitung darah lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan
anemia atau polisitemia.Hal ini wajar untuk melakukan
elektrokardiografi dan ekokardiografi pada pasien dengan
tanda-tanda corpulmonale untuk mengevaluasi tekanan sirkulasi paru.
Pulse oksimetri saat istirahat, dengan pengerahan tenaga, dan
selama tidur harus dilakukan untuk mengevaluasi hipoksemia dan
kebutuhan oksigen tambahan.F. Problema fisioterapi pada PPOK1.
Sesak Nafas2. Nyeri Dada3. Spasme Otot pernafasan4. Adanya Sputum5.
Kelemahan fisik
G. Diagnosa Fisioterapi1. Impairmant : Batuk, sesak napas,
spasme m. sternocleidomasdoideus dan m.trapezius.2. Functional
Limitation : Gangguan saat melakukan aktivitas berat separti
mengangkat beban berat dan berjalan jauh.3. Disability :
Keterbatasan saat beraktivitas sehari hari.H. Intervensi
Fisioterapi1. Heating dg
MWD/IRBertujuanutkmerileksasidanmenghilangkankelelahanotot2pernapasan.2.
Nebulizer3. Chest fisioterapia. Breathing exercise (Deep breathing
& Diafragma breathing)4. Postural drainage, perkusi dan batuk
efektif5. Active exerciseEdukasi1. Pasien dianjurkan melakukan
aktivitas yang ringan.2. Pasien dianjurkan banyak minum air putih
hangat.3. Pasien diminta untuk selalu memakai masker jika berada di
tempat kerja/ terpapar polusi.4. Pasien diminta untuk tidak merokok
lagi.I. Evaluasi Setelah dilakukan intervensi maka dilakukan lagi
evaluasi seperti Evaluasi sesak napas dengan Skala borg, Auskultasi
sputum dengan stetoskop, Evaluasi tingkat spasme dengan palpasi dan
ADL dengan six minute walking test.
BAB IIIPENUTUPKesimpulanPPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran nafas yang bersifat progresif non reversible atau
reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan dari keduanya.Tanda khas dari PPOK adalah susah
bernafas, batuk kronis dan terbentuknya sputum kronis, episode yang
buruk atau eksaserbasi sering muncul. Penyakit Paru Obstruksi
Kronik dapat menyerang siapa saja. Pemberian tindakan rehabilitasi
napas pada penderita PPOK dapat memperbaiki ventilasi dan
memperbaiki kapasitas fungsional pernapasan. Latihan rehabilitasi
napas secara teratur dan berkesinambungan dapat menurunkan angka
eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan PPOK.
1