SKENARIO
TEKNIK SAMPLING
Drg. Monad ingin melakukan penelitian epidemiologi tentang kebersihan mulut
pada siswa SD di Kecamatan Sigara. Penelitian dilakukan karena setiap pasien
anak yang datang ke puskesmas untuk berobat didapatkan tingkat kebersihan
mulut yang buruk. Kecamatan Sigara memiliki 30 SD dengan jumlah siswa 5610.
Teknik sampling yang cocok untuk penelitian tersebut adalah?
STEP 1
Epidemiologi
Epidemiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi,
penyebaran, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara pencegahan suatu
masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu teknik yang digunakan dalam suatu
penelitian untuk menentukan cara pengambilan sampel agar sampel yang
diambil dapat mewakili karakteristik dari populasi yang akan diteliti.
STEP 2
1. Apakah teknik sampling yang digunakan dalam skenario?
2. Bagaimana cara menentukan jumlah sampel?
3. Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada proses sampling di skenario?
4. Apa saja syarat sampel yang baik?
5. Apa saja macam-macam penelitian epidemiologi?
6. Apakah tujuan dilakukannya teknik sampling pada skenario?
1
STEP 3
1. Karena pada skenario jumlah siswa SD sangat banyak dan populasi homogeny
yaitu seluruhnya siswa SD, maka dapat dipilih teknik sampling Simple
Random Sampling. Dimana pada teknik sampling ini, terdapat dua macam
cara. Apabila populasi sedikit, maka ditentukan dengan cara mengundi atau
cointoss. Sedangkan apabila populasi banyak maka digunakan label random
numbers.
2. Terdapat dua macam cara untuk menentukan jumlah sampel, statistic dan non
statistic. Pada cara non statistic lebih banyak kecenderungan subyektifitas dari
peneliti sehingga jarang digunakan dan lebih baik menggunakan cara statistic.
Cara statistic ini menggunakan rumus sebagai berikut :
n =
n= jumlah sampel
N=jumlah populasi
D=0,5
Beberapa factor yang harus diperhatikan saat menentukan jumlah sampel yaitu
heterogenitas dari populasi, waktu biaya dan tenaga peneliti, serta rencana
analisi yang akan digunakan.
3. Karena menggunakan teknik simple random sampling, maka hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh peneliti yaitu peneliti membutuhkan daftar
populasi yang akan diteliti, biaya lebih besar, waktu lebih lama, dan tenaga
yang dibutuhkan lebih besar.
4. Syarat sampel yang baik yaitu :
Dapat mewakili karakteristik populasi
Valid
Sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti
Dapat diajak bekerja sama
Dipilih secara obyektif
Akurat, tepat, dan presisi
2
5. Penelitian Epidemiologi terdapat 2 macam yaitu penelitian eksperimental dan
observasional. Pada penelitian eksperimental, peneliti melakukan perlakuan
pada sampel. Sedangkan untuk penelitian observasional dibagi lagi menjadi
dua yaitu analitik dan deskriptif. Untuk penelitian analitik diteliti tentang
frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan. Sedangkan pada penelitian
deskriptif diteliti determinan atau factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
suatu masalah kesehatan tersebut.
6. Tujuan dari teknik sampling ialah memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitan. Teknik sampling diperlukan untuk membuat penelitian menjadi
lebih efisien, yakni dengan biaya yang lebih sedikit akan mendapatkan tingkat
ketelitian yang sama, atua dengan biaya yang sama akan mendapatkan tingkat
ketelitian lebih tinggi.
3
STEP 4
STEP 5
Learning Objective
1. Macam-macam teknik sampling
2. Cara menentukan jumlah sampel
3. Syarat sampel yang baik
4
Penelitian Epidemiologi
Observatif Eksperimental
Deskriptif
Populasi
Teknik Sampling
Analitik
Non RandomRandom
SyaratSampel
STEP 7
1. Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan. Menurut Margono (2004: 118), pengertian populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu
yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan
manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, maka
banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Dan
menurut Kerlinger (Furchan, 2004: 193) pengertian populasi adalah semua
anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara
jelas. Serta menurut Nazir (2005: 271) pengertian populasi adalah kumpulan
dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau
ciri tersebut dinamakan variabel.
Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi
finit. Sedangkan, jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai
jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak terhingga, disebut populasi infinit.
Margono (2010:119) mengemukakan bahwa persoalan populasi bagi
suatu penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat
golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah
saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah,
hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaaan yang bervariasi, sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya.
Sementara itu, pembagian populasi menurut Sastroasmoro dan Ismail
(1995) meliputi:
1. Populasi target adalah populasi yang memeuhi kriteria yang telah
disiapkan.
5
2. Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria
penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti dan kelompoknya.
Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2003).
Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:215) adalah
“sebagian dari populasi itu”. Margono (2010:121) mengemukakan bahwa
sampel adalah “sebagai bagian dari populasi. Sudjana (2005:6)
mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian yang diambil dari populasi”.
Sampel dibagi dua, yaitu sampel representatif dan sampel
nonrepresentatif. Sampel representatif adalah sampel yang bisa mewakili
keadaan populasinya, dan sampel nonrepresentatif adalah sampel yang tidak
dapat mewakili populasinya.
Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi-
populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semuanya karena adanya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu (Sugiyono : 2001).
Alasan-alasan penggunaan sampel (Margono: 2004)
1. Ukuran populasi : populasi yang tidak terbatas : jumlah sangat besar
dan tidak praktis
2. Biaya : Semakin besar jumlah objek, biaya semakin tinggi
3. Waktu : Waktu tersedia terbatas, sedangkan kesimpulan diinginkan
segera
4. Percobaan yang sifatnya merusak’Ketelitian
5. Ekonomi
Sebelum melakukan sampling pada populasi, tentunya dibutuhkan suatu
strategi untuk memudahkan dalam pengambilan sampling, salah satunya yakni
dengan kerangka sampel. Kerangka sampling ini penting untuk menjamin semua
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Kerangka sampel ditentukan oleh populasi sasaran yang sudah dibuat.
6
Ada tiga karateristik kerangka sampel yang baik:.
1. Komprehensif. Kerangka sampel disebut komprehensif jika kerangka
sampel itu memasukkan semua anggota populasi sasaran. Kerangka
sampel itu memasukkan satu demi satu anggota dari populasi sasaran.
Daftar nama mahasiswa di satu perguruan tinggi adalah salah satu contoh
kerangka sampel yang komprehensif. Daftar itu memuat secara lengkap
nama semua mahasiswa per-fakultas dan per-tahun masuk mahasiswa.
Daftar itu umumnya juga terus menerus diperbaharui. Bandingkan dengan
daftar nama penduduk di satu desa, umumnya, kantor desa tidak
mempunyai daftar nama semua penduduk. Kalaupun ada, daftar itu tidak
komprehensif. Misalnya, kantor desa tidak memasukkan nama penduduk
yang baru pindah atau baru menetap di desa tersebut. Akibatnya, tidak
semua penduduk dea masuk dalam daftar nama penduduk tersebut
sehingga berpengaruh dalam hasil penelitian.
2. Probabilitas. Kerangka sampel yang baik juga harus menjamin setiap
anggota yang masuk dalam daftar itu mempunyi kesempatan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel. Ini berarti, tidak boleh ada satu orang yang
tercatat lebih dari sekali. Misalnya, survey mengenai minat baca dengan
kerangka sampel buku daftar kunjungan perpustakaan. Jika kerangka
sampel ini yang dipakai, peneliti perlu berhati-hati. Hal ini karena bisa jadi
ada satu orang pengunjung yang mencatatkan namanya lebih dari sekali-
misalnya karena ia datang ke perpustakaan lebih dari sekali dalam satu
hari. Kerangka sampel ini tidak menjamin probabilitas yang sama dari
semua anggota populasi sasaran.
3. Eisien. Kerangka sampel yang baik juga harus efisien, dimana data yang
diperlukan mudah didapatkan dan tidak membutuhkan biaya dan tenaga
besar dalam mendapatkannya. Misalnya, Kalau kita membuat survey
mengenai pelayanan Telkom maka kerangka sampel yang baik dalam asas
efisien adalah buku petunjuk telpon (yang diterbitkan oleh yellow pages).
7
Sampling itu sendiri merupakan proses untuk menyeleksi populasi
untuk dijadikan sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Dan untuk
teknik sampling merupakan cara atau metode dalam mengambil sampel dari
populasinya sehingga didapatkan sampel yang valid dan dapat diandalkan
dalam newakili populasinya. (Maryani, L. 2010).
Teknik sampling dapat dikatakan baik untuk dilakukan ketika memiliki
syarat-syarat berikut ini, antara lain :
a. Sampel yang diperoleh harus betul-betul mewakili karakteristik dari
populasi yang sedang diteliti.
b. Prosedur sampling harus sederhana dan praktis sehingga mudah
dilaksanakan di lapangan.
c. Efisien dan ekonomis serta dapat memberikan informasi selengkap-
lengkapnya dengan biaya yang seminimal mungkin.
d. Jumlah sampel yang ada harus adekuat, sehingga dapat dipakai untuk
keperluan generalisasi parameter populasi (Chandra, 1995).
Teknik sampling banyak menggunakan teori probabilitas sehingga
berdasarkan tekniknya dikategorikan menjadi dua disebut probability sampling
dan non-probability sampling.
1. Probability Sampling
Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau
penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas
pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias.
Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini
merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
8
Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat
diperkirakan.
Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
Kerugian pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
Sulit dalam pelaksanaan, membutuhkan biaya, waktu dan tenaga relative
lebih besar dibanding non probability sampling
Memerlukan kerangka sampel (daftar dari semua unsur dalam populasi)
Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu
sebagai berikut:
a. Simple Random Sampling
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada
setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi
rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada
yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-
perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan
kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan
merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel
secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus
mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini
proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara
random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
9
- Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi
"Cointoss".
- Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers"
Syarat Penggunaan Metode Simple Random Sampling:
Sifat populasi adalah homogen
Keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis
Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas
Keuntungan : Prosedur estimasi mudah dan sederhana
Kerugian : Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi, sampel mungkin
tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya transportasi besar.
b. Stratified Random Sampling
Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan
sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling,
maupun secara systematic random sampling. Karena unsur populasi
berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang
signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap
manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer
tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi.
Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas
paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik
pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh
manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer
menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak.
10
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara proposional dan tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan
jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Jumlah dalam setiap stratum
tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu
atau beberapa stratum sangat sedikit.
Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:
Populasi mempunyai unsure heterogenitas
Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan
sesuai dengan unsur heterogenitas yang dimiliki
Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang
akan dipilih (secara proporsional atau disproporsional)
Keuntungan : Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian : Daftar populasi setiap strata diperlukan, jika daerah geografisnya
luas biaya transportasi tinggi.
c. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang
distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki
karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B :
perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh
mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.
Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap
departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda
jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda
tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti
bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu
11
strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan
cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua
departemen saja.
Syarat Penggunaan Cluster Sampling :
Populasi heterogen dan menyebar
Sampel dalam klaster harus se heterogen mungkin
Antar klaster harus sehomogen mungkin
Keuntungan : Tidak memerlukan daftar populasi, biaya transportasi kurang
Kerugian : Prosudur estimasi sulit.
d. Systematic Sampling
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih
unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan
sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang
keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi
bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel.
Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan
diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu,
kedua, dan seterusnya adalah 25.
Syarat Penggunaan Metode Systematical Sampling:
Sifat populasi adalah homogen
Keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis
Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas
Keuntungan : biaya cukup rendah12
Kerugian : populasi yang banyak
e. Multi Stage Sampling
Merupakan proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik
bertingkat dua atau lebih.
Syarat Penggunaan Multi Stage Sampling:
Populasinya cukup homogen
Jumlah populasi sangat besar
Populasi menempati daerah yang sangat luas
Biaya penelitian kecil
Kelebihan : biaya transportasi murah
Kelemahan :
- Prosedur estimasi sulit,
- Prosedur pengambilan memerlukan perencanaan yang cermat.
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling
Jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen
populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh
peneliti.
Keuntungan dari non probability sampling adalah :13
Prosedur estimasi mudah dan sederhana
Mudah Pelaksanaannya, tidak membutuhkan biaya besar, tidak
membutuhkan waktu yang lama
Sedangkan kerugiannya adalah :
Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya
transportasi besar
Tidak obyektif
Tidak dapat mewakili populasi keseluruhan
a. Convenience Sampling
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain
kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel
karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang
tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental
sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street)
Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan,
yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara
acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,
hasilnya ternyata kurang obyektif.
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak representative karena tergantung
hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu
b. Purposive Sampling
14
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama
judgement dan quota sampling.
Kelebihan : tujuan dari peneliti dapat terpenuhi
Kekurangan : belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk
memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh
suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik
untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih
sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai
“information rich”. Dalam program pengembangan produk (product
development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri,
dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap
produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan
menerima produk itu dengan baik.
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Kelebihan : Mudah dan cepat digunakan
Kelemahan: Penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti
15
c. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih
banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang
lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin
mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti
cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan
wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut
untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita
lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa
mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan
pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang
eksklusif (tertutup).
Kelebihan : Mudah digunakan
Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama
Menurut literatur lain, metode sampling dapat dikelompokkan menjadi empat
yaitu probability sampling, purposive sampling, convenience sampling, danmixed
method sampling dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut:
1. Teknik probability sampling seringkali digunakan dalam penelitian
kuantitatif, yaitu dengan cara memilih jumlah yang relatif besar dalam unit
dari suatu populasi atau dari suatu sub-kelompok yang spesifik (strata) dari
suatu populasi, secara acak dimana penggabungan dari tiap anggota populasi
dapat ditentukan (Tashakkori & Teddlie, 2003 dalam Teddlie & Yu, 2007).
2. Teknik purposive sampling (sampel bertujuan), biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif, yaitu ditentukan dengan cara pemilihan unit terlebih
dahulu (misal individual, kelompok individu, atau institusi) didasarkan pada
16
tujuan spesifik terkait dengan jeawaban dari pertanyaan penelitian. Purposive
method sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang melibatkan pemilihan
unit/permasalahan tertentu (didasarkan pada tujuan spesifik) (Teddlie & Yu,
2007).
3. Convenience sampling melibatkan penggambaran sampel yang baik dan
mudah diakses serta bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, baik yang
dipilih (captive) maupun relawan (volunteer).
4. Mixed method sampling (metode campuran), melibatkan pemilihan satuan
unit atau kasus penelitian menggunakan sampling probabilitas untuk
meningkatkan validitas eksternal serta strategi purposive sampling untuk
meningkatkan transferabilitas. Mixed method sampling adalah penggabungan
teknik kualitatif dan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan oleh desain penelitian metode campuran (Teddlie & Yu, 2007).
2. Cara menentukan jumlah sampel
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran ( 1992: 252 ) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel sebagai berikut:
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan,
SD/SLTP/SMU, dsb),jumlah minimum subsampel harus 30
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate)
ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah
variable yang akan dianalisis.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang
ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
17
Selain tingkat kesalahan, beberapa faktor lain yang perlu memperoleh
pertimbangan dalam menentukan jumlah sampel yaitu:
(1) derajat keseragaman,
(2) rencana analisis,
(3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.
Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin
banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau
rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin
mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga
bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan.
Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai
jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu,
biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa
diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat
dikelola dengan baik (manageable).
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10%
dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi,
penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian
eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992)
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan
umum untuk menentukan ukuran sampel :
a) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
b) Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
18
c) Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
d) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Berdasarkan Gay dan Diehl, ukuran sampel dalam suatu penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Penelitian deskriptif, sampel minimumnya adalah 10% dari populasi
b. Penelitian korelasi, sampel minimumnya adalah 30 subjek
c. Penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
d. Penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group
Berdasarkan Frankel dan Wallen ukuran sampel minimum untuk :
a. Penelitian deskriptif sebanyak 100
b. Penelitian korelasional sebanyak 50
c. Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
d. Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal
tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya
adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah
sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel
(semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah
populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
BEBERAPA CARA UNTUK MENENTUKAN JUMLAH SAMPEL
1. Sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, sebaiknya
diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi atau
sensus. Tetapi jika jumlah subjeknya (populasi) besar, jumlah sampel
19
dapat ditentukan dengan persentase, seperti 10%, 15%, 20%, 25% atau
lebih. Pilihan ini sangat tergantung dari: 1) kemampuan peneliti (waktu,
tenaga, dan biaya), 2) sempit dan luasnya wilayah pengamatan, karena
menyangkut banyak sedikitnya data yang diperoleh, 3) besar kecilnya
resiko yang ditanggung peneliti (Suharsimi Arikonto, 2006: 134).
2. Dengan teori Jacob Cohen dan tabel L (1977: 439- 442)
Contoh populasi 300 orang, berapa sampelnya? Misalnya : Power (p) = 0,95
dan effect size (f2) = 0,1 Harga L dalam tabel t.s 5%, power 0,95 dan u = 5
adalah 19,78 Maka dengan rumus di atas diperoleh jumlah sampel:
3. Dengan tabel yang dikembangkan oleh Isac dan Michael (1981: 192).
Isac dan Michael mengembangkan tabel penentual jumlah sampel dari
populasi tertentu dengan tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Formula yang
dianjurkan, untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah:
20
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi
mulai dari 10 sampai 1.000.000. Tabel 2.1 di halaman 9, terlihat bahwa makin
besar taraf kesalahan maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh
(lihat tabel) untuk populasi 1.000, pada taraf kesalahan 1% jumlah sampelnya
399, untuk taraf kesalahan 5%, jumlah sampelnya 258, dan untuk taraf
kesalahan 10%, jumlah sampelnya 213. dari tabel 2.1 juga terlihat bahwa bila
jumlah populasi tak terhingga maka jumlah anggota sampelnya berturut-turut
untuk kesalahan 1% = 664, untuk kesalahan 5% = 349, dan untuk kesalahan
10% = 272. Demikian pula untuk jumlah populasi 10, jumlah anggota sampel
sebanyak 9,56 dan dibulatkan menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti ini, didasarkan atas asumsi bahwa
sampel berdistribusi normal (populasi heterogen). Bila sampel tidak
berdistribusi normal atau populasi homogen maka cara tersebut tidak perlu
dipakai. Misalnya untuk benda (logam) homogen, ukuran sampel sekecil
apapun sudah bisa mewakili.
Contoh menentukan ukuran sampel, adapun penelitian yang dilakukan
adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.
Kelompok masyarakat itu terdiri 1.000 orang, yang dapat dikelompokan
berdasarkan jenjang pendidikan yaitu: lulusan S1 = 50 orang, Diploma = 300
orang, SMA/SMK = 500 orang, SMP = 100 orang, dan SD = 50 orang
(populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 2.1, bila jumlah populasi 1.000 orang,
kesalahan yang dipilih 5%, maka jumlah sampel 258. Karena Populasi
berstrata maka sampel juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat
pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi ukuran sampel
dapat ditentukan sebagai berikut:
21
Jadi ukuran sampelnya adalah 12,90 + 77,40 + 129,0 + 25,80 + 12,90 = 258.
Jumlah yang pecahannya dibulatkan ke atas, maka ukuran sampelnya mnjadi:
13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
4. Dengan Nomogram Herry King.
Dalam Nomogram Herry King, jumlah populasi maksimum 2.000, dengan
taraf kesalahan yang bervariasi, mulai 0.3% sampai dengan 15%, dan faktor
pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan yang ditentukan (lihat
grafik). Dalam nomogram terlihat confident interval (interval kepercayaan)
22
untuk 80% faktor pengali 0,780; untuk 85% faktor pengali 0,785; untuk 95%
faktor pengali 1,195; dan untuk 99% faktor pengali 1,573.
Contoh jika populasi berjumlah 200, dan dikehendaki tingkat kepercayaan
sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka
jumlah/ukuran sampel yang diambil adalah 0,58 x 200 x 1,195 = 19,12 orang
atau dibulatkan 20 orang.
Untuk lebih jelas, lihat grafik nomogram Herry King.
3. Syarat sampel yang baik
a) Harus Representatif
Pengambilan sampel harus direncanakan dan jangan asal mengambil.
Misal ingin meneliti hubungan pengetahuan pasien dengan perilaku dalam
23
pencegahan karies. Pengetahuan ini berkaitan dengan pendidikan dimana
dasar pendidikan pasien ada yang tidak sekolah, lulusan SD, SMP, SMA,
Perguruan tinggi sehingga ketika mengambil sampel yang dapat mewakili
populasi maka semua pasien dalam setiap tingkat pendidikan tersebut diambil
menjadi sampel.
b) Harus cukup banyak
Menurut Polit dan Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar
sample semakin baik sehingga semakin mengurangi angka kesalahan.
(Maryani, L. 2010).
c) Sesuai dengan variable yang ditentukan oleh peneliti
Sampel yang diambil harus memiliki karakteristik populasi dan sesuai
dengan variable yang diinginkan oleh peneliti. Apabila tidak sesuai, maka
tidak dapat dijadikan sampel karena tidak ada variable yang bisa diteliti oleh
peneliti.
d) Harus kooperatif
Subyek yang dijadikan sampel harus mau bekerja sama dengan peneliti.
Sampel yang diambil harus setuju dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti padanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar.
Jakarta: EGC
Chandra, Budiman. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.
Churchill, Gilbert A. 2005. “Dasar-Dasar Riset Pemasaran”, Edisi 4, Jilid I, Alih
Bahasa Oleh Andriani, Dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lidya, Maryani dan Muliani, Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
R. Soedijono. 2008. Suplemen Kuliah: “Metode Riset Bisnis”. Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2001. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Teddlie, C. & Yu, F. 2007. Mixed Methods Sampling: A Typology With
Examples.Journal of Mixed Method Research, 2007; 1; 77. Sage
Publication.
25