1 BAB I PENDAHULUAN Dalam menjalankan praktik sehari-hari seorang dokter tidak hanya terpaku pada kewajibannya dalam menanggani pasien tetapi juga harus memperhatikan aspek lainnya seperti memastikan kelengkapan administrasi dalam setiap tindakan dan kewajibannya dalam membantu kepentingan penegakan hukum. salahnya satunya adalah dalam hal pembuatan surat keterangan medik. Dalam arti umum surat keterangan adalah surat yang dibuat sebagai bukti untuk menerangkan atau menyatakan sesuatu. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter kadang kalanya harus menerbitkan surat-surat keterangan medik. Surat keterangan medik adalah surat-surat keterangan yang dikeluarkan berdasarkan kesimpulan dari hasil pemeriksaan seorang dokter tentang keadaan tubuh dan jiwa manusia. Biasanya surat keterangan medik juga menyangkut dengan kepentingan dari pihak ketiga. 1 Surat keterangan medik mempunyai banyak kegunaan sesuai dengan jenis dan tujuan dibuatkannya surat keterangan medik tersebut. Surat keterangan medik tersebut dibuat tidak hanya untuk kepentingan pasien saja, tetapi juga berhubungan dengan instansi dan dalam kepentingan penegakan hukum. Adapun kepentingan pasien meliputi untuk perizinan, untuk mendapatkan pelayanan dan lain sebagainya. Untuk kepentingan instasi meliputi dalam memberikan perijinan, sebagai sumber dalam penyeleksi tenaga kerja, dan sebagainya. Aspek formal surat keterangan medik adalah yang berhubungan dengan penerbitan surat keterangan medik. Untuk aspek materilnya adalah yang berhubungan dengan isi yang dijelaskan di dalam surat keterangan medik tersebut. Dokter yang menerbitkannya harus betul-betul yakin apa yang dituliskan atau dinyatakannya. Karena dokter telah mengucapkan sumpah kedokterannya. Adapun Pedomannya antara lain: Bab I Pasal 7 KODEKI,” Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”, 1 MKEK IDI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Tahun 2012, Jakarta, 2012, Hal. 4
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan praktik sehari-hari seorang dokter tidak hanya terpaku
pada kewajibannya dalam menanggani pasien tetapi juga harus memperhatikan
aspek lainnya seperti memastikan kelengkapan administrasi dalam setiap tindakan
dan kewajibannya dalam membantu kepentingan penegakan hukum. salahnya
satunya adalah dalam hal pembuatan surat keterangan medik.
Dalam arti umum surat keterangan adalah surat yang dibuat sebagai bukti
untuk menerangkan atau menyatakan sesuatu. Dalam menjalankan tugas
profesinya, seorang dokter kadang kalanya harus menerbitkan surat-surat
keterangan medik. Surat keterangan medik adalah surat-surat keterangan yang
dikeluarkan berdasarkan kesimpulan dari hasil pemeriksaan seorang dokter
tentang keadaan tubuh dan jiwa manusia. Biasanya surat keterangan medik juga
menyangkut dengan kepentingan dari pihak ketiga.1
Surat keterangan medik mempunyai banyak kegunaan sesuai dengan jenis
dan tujuan dibuatkannya surat keterangan medik tersebut. Surat keterangan medik
tersebut dibuat tidak hanya untuk kepentingan pasien saja, tetapi juga
berhubungan dengan instansi dan dalam kepentingan penegakan hukum. Adapun
kepentingan pasien meliputi untuk perizinan, untuk mendapatkan pelayanan dan
lain sebagainya. Untuk kepentingan instasi meliputi dalam memberikan perijinan,
sebagai sumber dalam penyeleksi tenaga kerja, dan sebagainya.
Aspek formal surat keterangan medik adalah yang berhubungan dengan
penerbitan surat keterangan medik. Untuk aspek materilnya adalah yang
berhubungan dengan isi yang dijelaskan di dalam surat keterangan medik tersebut.
Dokter yang menerbitkannya harus betul-betul yakin apa yang dituliskan atau
dinyatakannya. Karena dokter telah mengucapkan sumpah kedokterannya.
Adapun Pedomannya antara lain: Bab I Pasal 7 KODEKI,” Setiap dokter hanya
memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”,
1 MKEK IDI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Tahun 2012, Jakarta, 2012, Hal. 4
2
Bab II Pasal 12 KODEKI, “ Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia”
dan Paragraf 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang praktik Kedokteran. Dokter
dianggap melanggar etik apabila ia mengetahui secara sadar menerbitkan surat
keterangan yang tidak mengandung kebenaran.2
Dalam praktik sehari-hari tidak menutup kemungkinan dalam penerbitan
surat keterangan medik tersebut terjadi pelanggaran. Perlanggaran ini bisa terjadi
akibat pengaruh permintaan dari pihak yang meminta contohnya dibuatkan surat
keterangan medik palsu dimana isi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
atau pun dari seorang dokter tersebut karena kesalahan dalam pemeriksaan. Oleh
karena itu penting bagi seorang dokter untuk mengetahui dan memahami dalam
pembuatan surat keterangan medik baik dalam format penulisan maupun tujuan
digunakannya surat keterangan medik tersebut.
Surat keterangan medik memengang peranan yang penting dalam
penegakan hukum diindonesia, dalam suatu penyelesaian suatu tindakan pidana
seorang penyidik dapat meminta keterangan ahli sesuai pasal 133 KUHAP. Salah
satunya adalah keterangan dari dokter, hal ini menunjukan pentingnya surat
keterangan medik tersebut. Oleh karena itu dalam pembuatan surat keterangan
medik ini harus benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada mengingat hasil
keterangan tersebut akan menentukan suatu keputusan atas hidup seseorang.
Dalam kepentingan penegakan hukum surat keterangan medik ini menjadi
barang bukti yang sah yang akan menjadi pertimbangan hakim dalam mengambil
keputusan, selain keterangan ahli, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan
petunjuk seperti yang tercantum dalam pasal 184 KUHAP. Hal ini menunjukan
pentingnya kedudukan surat keterangan medik ini dalam penegakan hukum di
indonesia.
Surat keterangan medik memiliki banyak jenis berdasarkan tujuan tersebut
maka dibuatkan surat berdasarkan hasil yang didapatkan berdasarkan pemeriksan
sendiri. adapun yang dapat membuat surat keterangan medik adalah dokter
2 Pemerintah Republik Indonesia, Paragraf 4 Pasal 48 UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, Jakarta, 2004, hal. 16
3
spesialis sesuai dengan bidangnya, dokter umum, dan dokter gigi. Hal ini
mengingat membuat surat keterangan medik merupakan salah satu kewajiban
seorang dokter.
Mengingat dalam praktiknya seorang dokter harus membuat surat
keterangan medik maka seorang dokter wajib mengetahui tata cara pembuatan
surat keterangan medik yang baik dan benar, meliputi format penulisan,
penggunaan tata bahasa, kesuaian isi, dan lain-lainnya. Selain itu dalam membuat
surat keterangan medik dokter harus mengetahui dasar dibuatkannya surat
tersebut, sehingga surat yang dibuat tepat dan sesuai. Selain itu seorang dokter
harus memastikan kebenaran setiap data yang didapatkannya, tidak terpaku
berdasarkan pendapat pasien sehingga hasil dalam surat keterangan medik dapat
dipertanggungjawabkan. Karena seorang pasien dalam menyampaikan keluhannya
dapat dipalsukan atau dibuat-buat untuk kepentingannya untuk mendapatkan
keuntungan. Jika didapatkan bukti pelanggaran berupa laporan palsu dalam
penerbitan surat keterangan medik, seorang dokter wajib
mempertanggungjawabkannya berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Mengingat setiap orang dapat meminta surat keteranggan medik ini
berdasarkan kepentingannya masing-masing, sehingga harus dipastikan bahwa
surat keterangan mediknya ini digunakan sebenar-benarnya. Pembuatan surat
keterangan medik yang benar dan setiap dokter harus dapat dapat
dipertanggungjawabkan apa yang tercantum dalam surat keterangan medik
tersebut karena hal tersebut dapat melindungi seorang dokter dalam tuntutan
hukum bila sewaktu-waktu adanya tuntutan atas pembuatan surat keterangan
medik tersebut.
Mengingat banyaknya tuntutan terhadap profesi dokter yang tidak hanya
terpaku pada pelayanan terhadap pasien saja tetapi juga kepentingan administrasi
dan kepentingan hukum. Dalam praktiknya juga sesorang dokter dituntut untuk
dapat memberikan hasil yang maksimal dan menyampaikan kebenaran
berdasarkan fakta yang didapat khususnya dalam pembuatan surat keterangan
medik sehingga setiap aspek yang berkaitan dasar pembuatan surat keterangan
4
tersebut mendapatkan hasil menguntungkan semua pihak tanpa merugikan salah
satu pihak.
Mengingat pentingnya kegunaan surat keterangan medik dalam
kepentingan pasien, instasi, dan penengakan hukum. Surat tersebut harus
digunakan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak boleh digunakan dengan
sembarangan. Sehingga dalam penerbitan surat keterangan tersebut harus baik dan
benar, sehingga menjadi dasar penulis dalam membuat referat tentang surat
keterangan medik ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SURAT KETERANGAN MEDIK
Surat keterangan medik adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh
dokter untuk tujuan tertentu tentang kesehatan atau penyakit pasien atas
permintaan pasien atau atas permintaan pihak ketiga dengan persetujuan
pasien atau atas perintah undang-undang. Pembuatan surat keterangan medik
harus berdasarkan hasil pemeriksaan, dan dokter pembuatnya harus mampu
membuktikan kebenaran keterangannya apabila diminta.
2.2. PEDOMAN SURAT KETERANGAN MEDIK
Adapun dasar hukum yang mengatur dikeluarkannya surat
keterangan medik adalah sebagai berikut :3,
1. BAB I Pasal 7 KODEKI : “Setiap Dokter hanya memberikan keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”. Dalam
penjelasan atas pasal tersebut, hampir setiap hari kepada seorang dokter
diminta keterangan tertulis mengenai bermacam-macam hal antara lain,
tentang:
a. Cuti Sakit
b. Kelahiran dan Kematian
c. Cacat
d. Penyakit menular
e. Visum et Repertum (pro justiticia)
f. Keterangan kesehatan untuk asuransi jiwa, untuk lamaran kerja, untuk
kawin, dan sebagainya.
g. Lain-lain.
2. BAB II Pasal 12 KODEKI :”Setiap Dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah
pasien meninggal dunia”.4
3 Divisi Bioetika Dan Medikolegal FK USU, Surat Keterangan Dokter, FK USU, Medan, 2012,
hal. 3. 4 IDI Kotim, Surat Keterangan Dokter, IDI, Waringin, 2009, hal. 10.
6
3. Paragraph 4 Pasal 48 Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.
2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
2.3. DASAR PEMBUATAN SURAT KETERANGAN MEDIK
1. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) BAB I Pasal 7 :5
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
2. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 133 :6
Ayat (1)
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
Ayat (2)
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
5 MKEK IDI, Loc.cit.
6 Pemerintah Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Kuhap)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, MPRRI, Jakarta, 1981, hal 12.
7
4. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Undang Undang Nomor 8
Tahun 1981 Pasal 179 :
Ayat (1)
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli
demi keadilan.
2.4. FORMAT PENULISAN SURAT KETERANGAN MEDIK
Ada beberapa struktur komponen surat keterangan dokter yang harus
dijadikan acuan dalam membuat surat keterangan yang baik untuk informasi
penunjang, seperti dibawah ini :7
Nama Instansi Rumah Sakit
Dalam setiap contoh surat dokter harus memuat informasi mengenai
lembaga tempat dokter tersebut bernaung seperti rumah sakit atau
puskesmas. Jikalau dokter tersebut praktek sendiri di rumah atau
kliniknya, maka setidaknya dimuat alamat tempat praktek dan klinik
tersebut.
Perihal Surat
Menjelaskan mengenai untuk apa surat tersebut, contohnya adalah Surat
Keterangan, Surat Rujukan, atau Surat Keterangan Sakit.
Data pasien yang meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.
Alasan diberikan surat ini, contohnya adalah pasien mengalami koma atau
sakit.
Tindakan yang harus dilaksanakan, contohnya istirahat atau berlibur
menenangkan diri.
Mulai dan akhir dari masa istirahat tersebut.
Tempat dibuatnya surat, tanggal bulan dan tahun.
Nama jelas dokter dan tanda tangan atau stempel jika ada.
7 Rohmana Chy, Contoh Surat Keterangan Dokter, Perspektif, Jakarta, 2010, hal. 23.
8
2.5. JENIS SURAT KETERANGAN MEDIK
2.5.1. Surat Keterangan Lahir8
Surat keterangan kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam)
lahirnya bayi, kelamin, BB dan nama orang tua. Diisi sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya oleh karena sering adanya permintaan khusus
dari pasien.
Hal yang sering menjadi masalah :
1. Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor (Arteficial
Insemination by Donor = AID)
2. Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel
maninya berasal dari donor (In vitro Fertilization by Donor)
3. Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
2.5.2. Surat Keterangan Kematian
Adapun ketentuan dalam surat kematian secara umum meliputi :
1. Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan
identitas jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya.
2. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah dokter
umum maupun dokter spesialis yang telah diambil sumpahnya dan
memenuhi syarat administratif untuk menjalankan praktik kedokteran.9
3. Surat Keterangan kematian, mengenai hal ini perlu diisi sebab
kematian sesuai dengan pengetahuan dokter. Karena bedah mayat
klinik belum dapat dilakukan hingga waktu ini, sebab kematian secara
klinik saja dilaporkan. Lamanya menderita sakit hingga meninggal
dunia juga harus dicantumkan. Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau
luar negeri maka adanya kematian karena penyakit menular harus
diperhatikan.
8 Divisi Bioetika Dan Medikolegal FK USU, loc. cit.
9 Frontline Postmortem diunduh di http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/post-
mortem/things-to-know/death-certificates.html pada 27 Mei 2015.