BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBatu ginjal merupakan batu
saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia
dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai
dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian
bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra.Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli
ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.Penyakit
batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di
negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di
negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas
(gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di
seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran
kemih.Penyakit urolithiasis ini banyak disebabkan oleh berbagai
faktor penyebab, diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Untuk
itu, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dari
penyakit Urolithiasis dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
Urolithiasis.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka
didapatkanlah rumusan masalah sebagai berikut:a. Bagaimana konsep
dari penyakit Urolithiasis?b. Bagaimana asuhan keperawatan pada
klien dengan Urolithiasis ?1.3 TujuanTujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :a. Untuk mengetahui konsep dari penyakit
urolithiasis b. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien urolithiasis
BAB IIPEMBAHASAN2.1Defenisi UrolithiasisMenurut brunner and
suddart (2002) Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus
urinarius . Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari
kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke
ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).Batu
ginjal adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan
fosfat;namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu.
Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran
perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal. (Marilynn, 2000; 686) Batu ginjal adalah batu(kalkuli)
didalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat aliran urin,
terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional
(nefron) ginjal. Selain itu dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa
dan ketidaknyamanan. (Smeltzer, 1996 ; 1460) 2.2 Anatomi dan
Fisiologi Ginjal2.2.1 AnatomiGinjal merupakan salah satu bagian
saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan panjang lebih
kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra.Pada umumnya, ginjal
kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan
lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi
batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi
batas bawah vertebra lumbalis III.Pada fetus dan infan, ginjal
berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang sehingga
waktu dewasa menghilang.Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan
medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah
kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid
dipisahkan oleh kolumna bertini.Dasar piramid ini ditutup oleh
korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam
kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor
yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini
bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar
ureter. Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili,
sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli
ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari
glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal
(kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal
mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang
1,5-2 juta glomeruli.Pembentukan urin dimulai dari glomerulus,
dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah
isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus
proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya
masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah
melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat
bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama
makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas
lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat
menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma
darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun
melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat
pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan
hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih
(Price,2001 : 785).
2.2.2 Fisiologi ginjalGinjal berfungsi sebagai salah satu alat
ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk
dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi
oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac
output.
1. Faal glomerolusFungsi terpenting dari glomerolus adalah
membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan
hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik
intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap
menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate
(GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan
tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan
tubuh anak.2. Faal TubulusFungsi utama dari tubulus adalah
melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam
ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui,
GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100
ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk
urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).Pada anak-anak jumlah
urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur:a. 1-2 hari :
30-60 mlb. 3-10 hari : 100-300 mlc. 10 hari-2 bulan : 250-450 mld.
2 bulan-1 tahun : 400-500 mle. 1-3 tahun : 500-600 mlf. 3-5 tahun :
600-700 mlg. 5-8 tahun : 650-800 mlh. 8-14 tahun : 800-1400 ml
3. Faal Tubulus ProksimalTubulus proksimal merupakan bagian
nefron yang paling banyakmelakukan reabsorbsi yaitu 60-80 % dari
ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang
direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang
direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl,
Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat),
H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik.4. Faal
loop of henleLoop of henle yang terdiri atas decending thick limb,
thin limb danascending thick limb itu berfungsi untuk membuat
cairan intratubuler lebih hipotonik.5. Faal tubulus distalis dan
duktus koligentesMengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan
elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K,
Amonium dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).2.3 EtiologiAda
beberapa teori yang mendukung dalam pembentukan batu saluran
kencing (Grace, 2006) :1. Teori NukleasiTeroi ini berawal dari
prinsip atom yang memiliki inti dari partikel, maka pembentukan
batu pun berasal dari inti batu yang berbentuk kristal atau benda
asing. Dengan adanya inti, maka lambat laun akan terjadi proses
kristalisasi karena adanya senyawa jenuh, sehingga pada urin dengan
kepekatan tinggi lebih berisiko untuk terbentuknya batu karena
mudah sekali untuk terjadinya kristalisasi. 2. Teori Matriks
BatuPada pembentukan urine seringkali terbentuk matriks yang
merupakan sekresi dari sel tubulus ginjal, misalnya protein,
globulin, dan mukoprotein. Matriks ini akan berfungsi sebagai
scaffold dan memacu kristalisasi pada urine dengan kepekatan
tinggi. 3. Teori Inhibisi yang BerkurangSecara alamiah, sistem
urinary mampu mencegah endapan batu dengan cara menjaga sekresi
beberapa senyawa yang mampu menghambat kristalisasi mineral,
misalnya magnesium, sitrat, pirofosfat, dan peptida.Dari ketiga
teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kristalisasi batu
pada saluran kemih didukung oleh tingkat kepekatan urine yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena urine yang pekat akan memiliki
mobilisasi rendah, sehingga partikel di dalamnya akan bersifat
statis dan berkumpul pada sebuah titik tertentu yang akhirnya
membentuk suatu batu. Penyebab terbentuknya batu pada saluran kemih
antara lain (Corwin, 2009) :1. Peningkatan pH urinePeningkatan pH
pada urine merangsang kristalisasi pada senyawa-senyawa tertentu,
misalnya kalsium. Ketika pH meningkat (basa), maka ion-ion karbonat
akan lebih mudah mengikat kalsium, sehingga lebih mudah terjadinya
ikatan antar keduanya, yang memicu terbentuknya batu kalsium
bikarbonat.2. Penurunan pH urinepH yang rendah (asam) akan
memudahkan senyawa-senyawa yang bersifat asam untuk mengendap,
misalnya senyawa asam urat, yang akan membentuk batu asam urat.3.
Kandungan matriks batu tinggiPada kondisi dimana kandungan matriks
pembentuk batu yang konsentrasinya tinggi dalam darah maupun urin,
maka hal itu menyebabkan proses sedimentasi pada ginjal akan
semakin cepat yang lambat laun akan membentuk batu.4. Kebiasaan
makan (life style)Sumber makanan yang mengandung tinggi purin,
kolesterol, dan kalsium berpengaruh pada proses terbentuknya batu.
Hal ini dikarenakan senyawa-senyawa tersebut nantinya akan
mengalami proses filtrasi pada ginjal karena sari-sari makanan yang
telah diserap oleh villi pada mukosa intestinal akan beredar dalam
sirkulasi yang pastinya akan melewati ginjal.5.
Obat-obatanObat-obatan yang mempengaruhi filtrasi ginjal
(glomerolus filtration rate/ GFR) maupun yang mempengaruhi
keseimbangan asam basa bisa menjadi pemicu terbentuknya batu.6.
Stagnansi urineSesuai dengan prinsip cairan, bahwa mobilitas cairan
yang rendah akan mempengaruhi tingkat sedimentasi yang tinggi.
Maka, hambatan aliran urine yang diakibatkan oleh berbagai faktor
(obstruksi, input inadekuat), dapat meningkatkan risiko pembentukan
batu.7. PenyakitBeberapa penyakit seringkali menjadi penyebab
terbentuknya batu. Diantaranya infeksi saluran kemih, hiperkalsemia
(tingginya kadar kalsium dalam darah), dan asam urat.8.
ObesitasKondisi obesitas dapat meningkatkan risiko terbentuknya
batu ginjal karena terjadinya peningkatan ekskresi kalsium, oksalat
dan asam urat, sehingga menjadi bahan/matriks pembentuk batu.
Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada
saluran kemih, yaitu sebagai berikut :1) Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolic yang paling umum. Beberapa
kasus hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan
penyerapan kalsium (dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium
dan/atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa
kelebihan terkait dengan resorbsi kalsium dari tulang (yaitu
hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium
dalam filtrat glomerolus (ginjal kebocoran hiperkalsiuria).1.
Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan,
dan pH urine.2. Lamanya Kristal terbentuk di dalam urine,
dipengaruhi mobilisasi rutin.3. Gangguan reabsorpsi ginjal dan
gangguan aliran urine.4. Infeksi saluran kemih.5. Kurangnya asupan
air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu.6.
Idiopatik2.4 Manifestasi KlinisGambaran klinis pada pasien
urolitiasis tergantung pada letak batu, tingkat infeksi, dan ada
atau tidaknya obstruksi saluran kemih. Hal ini dikarenakan kondisi
penyulit yang mengakibatkan menurunya aliran urin. Berikut beberapa
gambaran klinis dari pasien urolitiasis (brooker,2009) :1. Kolik
ureter2. Hambatan miksi3. Distensi vesika urinaria4. Hematuria5.
Mual muntahManifestasi Klienis Urolithiasis (doenges,1999) ,antara
lain :1. Aktivitas/Istirahat :a. Pekerjaan monoton dimana pasien
terpajan pada lingkungan bersuhu tinggib. Keterbatasan
aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh
penyakit tak sembuh, cidera medulla spinalis)2. Sirkulasi a.
Peningkatan tekanan darah/ nadi b. Kulit hangat dan kemerahan dan
pucat3. Eliminasi a. Penurunan haluan urineb. Diarec. Oliguria,
hematuria, piuriad. Perubahan pola berkemih4. Makanan / cairana.
Mual/muntah yang dapat menyebabkan nyeri abdomenb. Diet tinggi
purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfatc. Ketidakcukupan pemasukan
cairand. Distensi abdominal5. Nyeri/kenyamanana. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut atau hebat yang tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lainb. Melindungi perilaku distraksic. Nyeri tekan
pada area ginjal saat palpasi6. Keamanana. Penggunaan alcoholb.
Demam, menggigil7. Riwayat penyakita. Adanya riwayat keluarga
dengan penyakit ginjal, hipertensi, gout bahkan ISK kronisb. Adanya
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidismePenggunaan antibiotic, antihipertensim natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin2.5 PatofisiologisMekanisme terbentuknya batu pada
saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui
secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari
intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik
akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang
untuk pembentukan batu.Supersaturasi elemen urin seperti kalsium,
fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi
: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa
terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan
kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium
akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk
tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.Batu
yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin
dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan
tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal.Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal
ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara
normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan
kematian.
1
2.6 WOC (Sumber : Prabowo, Eko. 2014. Buku ajar Asuhan
keperawatan system perkemihan. Yogyakarta: nuha medika)
Stone teoriPH urin meningkatLife stylePH urin menurunEndapan
asam uratTeori inhibisi berkurangKristalisasi matrix
batuScaffolding kristalisasikristalisasiTeori matrix batuTeori
nuklesiMatriks batuInti batusedimentasiPenurunan senyawa inhibitor
batuKristal batuU
UROLITIASIS
Ikatan CaCO3
lifestyleSedimentasiobesitas
matrix batu
Diet tinggi purin, kolesterol, kalsiumStagnansi urin
Obat obatanSedimentasi matrix
Gang. Asam basa filtrasi
infeksi
Mk : gg. Eliminasi urinMk : risiko gg. Fungsi
ginjalhidroneprosisirefluksRetensi urinKolonisasi bakteri
meningkatHaluaran inadekuatSensitivitas meningkatRegangan otot M
destrusor meningkatStagnansi urin pada vesika urinariaAbsorbs
nutrient inadekuatKebocoran plasmaMk : ketidakseimbangan nutria
kurang dari kebutuhan tubuhNausea, vomitingHCL meningkatStress
ulcerMk : risiko ketidak seimbangan vomue cairanhematuriaMk : nyeri
akutRobekan vaskulerLesi dan inflamasiIritabilitas ureterPenurunan
over flowUROLITIASIS :
Mk : risiko infeksi
Masalah keperawatan
2.7 KomplikasiKomplikasi dari urolitiasi :1) Hidronefrosis yang
terinfeksi merupakan komplikasi yang paling mematikan karena adanya
infeksi yang berdekatan dengan parenkim ginjal yang sangat vaskuler
akan menempatkan pasien pada risiko terjadinya sepsis dan
kematian2) Ruptur kaliks dengan ekstravasasi urin akibat tingginya
tekanan intrakaliks 3) Obstruksi ureter secara lengkap dapat
terjadi pada pasien dengan batu yang termampatkan. Hal ini dapat
terlihat dengan pemeriksaan BNO-IVP. Pasien dengan 2 ginjal yang
sehat dapat mentoleransi obstruksi ginjal unilateral untuk beberapa
hari tanpa efek jangka panjang. 2.8 Pemeriksaan Penunjang1. Foto
rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar urolithiasis.2.
Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan
menentukan ukuran dan lokasi batu.3. USG ginjal untuk mendeteksi
perubahan obstruksi seperti : hidronefrosis unilateral atau
bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak tampak pada foto
BNO.4. Kultur urine yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi
saluran kemih. 5. Koleksi urine 24 jam untuk menentukan tingkat
ekskresi kalsium oksalat, fosfor, dan asam dalam urine.6. Analisis
batu untuk mengetahui kandungan mineral mineralnya7. Pemeriksaan
serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum
normal.8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar
kalsium bebas yang tidak terikat dengan protein.
2.9 Penatalaksanaan Pada dasarnya penatalaksanaan batu saluran
kemih secara farmakologis meliputi dua aspek :1. Menghilangkan rasa
nyeri/kolik yang timbul akibat adanya batu, dan2. Menangani batu
yang terbentuk, yaitu dengan meluruhkan batu dan juga mencegah
terbentuknya batu lebih lanjut (atau dapat juga sebagai
pencegahan/profilaksis).Pencegahan terbentuknya batu ginjal harus
lebih diperhatikan jika pada pasien terdapat factor risiko sebagai
berikut :a. Batu terbentuk sebelum pasien berusia 30 tahunb. Adanya
riwayat batu saluran kemih pada keluarga c. Batu multipled. Gagal
ginjale. Adanya residu batu setelah dilakukan operasi
sebelumnya.Panduan umum dalam menatalaksana batu saluran kemih :1.
Setelah mendiagnosa adanya kolik ginjal/ureter, tentukan apakah ada
obstruksi dan/atau infeksi2. Obstruksi tanpa infeksi dapat di atasi
dengan analgesic dan tindakan untuk membebaskan penyebab obstruksi
(batu), sedangkan infeksi tanpa obstruksi dapat diatasi dengan
pemberian antibiotic dan merujuk pasien ke urologis3. Jika tidak
ada obstruksi (penuh) dan infeksi maka analgesic dan agen untuk
mengeluarkan batu dapat diberikan, dimana 90% batu yang berukuran
kurang dari 4mm dapat keluar dengan sendirinya (pada literature
lain disebutkan batu berukuran kurang dari 5-6 mm)4. Jika ada
obstruksi dan infeksi sekaligus maka harus segera dilakukan
tindakan bedah dan pasien dirujuk pada urologis.
Panduan khusus dalam menatalaksana batu saluran kemih :1. Pasien
dengan dehidrasi harus tetap mendapat asupan cairan yang adekuat2.
Tatalaksana untuk kolik ureter adalah analgesic, yang dapat dicapai
dengan pemberian opiod (morfin sulfat) atau NSAID/obat
antiinflamasi nonsteroid (ketorolak) dan obat antimuntah
(metoklopramid). Jika pasien dapat mengonsumsi obat secara peroral
maka dapat diberikan kombinasi dari ketiganya (narkotik, NSAID,
antimuntah).3. Pada pasien dengan kemungkinan pengeluaran batu
secara spontan, dapat diberikan regimen MET (medical expulsive
therapy). Regimen ini meliputi kortikosteroid (prednisone), calcium
channel blocker (nifedipin) untuk relaksasi otot polos urethra dan
alpha blocker (terazosin) atau alpha-1 selective blocker
(tamsulosin) yang juga bermanfaat merelaksasikan otot polos uretra
dan saluran urinary bagian bawah. Dengan demikian, batu dapat
keluar dengan mudah (85% batu yang berukuran kurang dari 3 mm dapat
keluar spontan).4. Pemberian analgesic yang dikombinasikan dengan
MET dapat mempermudah pengeluaran batu, mengurangi nyeri serta
memperkecil kemungkinan operasi. Contoh regimen yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut : 2 tablet opioid
oral/asetaminofen setiap 4 jam 600-800 mg ibuprofen setiap 8 jam 30
mg nifedipin (1x1 hari) 0,4 mg tamsulosin (1x1 hari) atau 4 mg
terazosin (1x1 hari)Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama
10-14 hari. Apabila terapi ini gagal (batu tidak keluar) maka
pasien harus dikonsultasikan lebih lanjut pada urologis.
Pada batu dengan komposisi predominan kalsium, sulit untuk
terjadi peluruhan (dissolve). Oleh sebab itu, tatalaksana lebih
mengarah pada pencegahan terbentuknya kalkulus lebih lanjut. Hal
ini dapat dicapai dengan pengaturan diet, pemberian inhibitor
pembentuk batu atau pengikat kalsium di usus, peningkatan asupan
cairan serta pengurangan konsumsi garam dan protein.Adapun batu
dengan komposisi asam urat dan/atau sistin (cystine) lebih mudah
untuk meluruh, yaitu dengan bantuan agen alkalis (untuk menciptakan
suasana basa di urin). Agen yang dapat digunakan adalah sodium
bikarbonat atau potassium sitrat. pH dijaga agar berada pada
kisaran 6.5-7.0. Dengan cara demikian maka batu yang berespons
terhadap terapi dapat meluruh, bahkan hingga 1 cm per bulan.Pada
pasien batu asam urat, jika terdapat hiperurikosurik/hiperurisemia
dapat diberikan allopurinol. Selain itu, pada pasien dengan batu
sistin, dapat diberikan D-penicillamine,
2-alpha-mercaptopropionyl-glycine yang fungsinya mengikat sistin
bebas di urin sehingga mengurangi pembentukan batu lebih
lanjut.Pengangkatan batu melalui pembedahan :a. Pielolitotomib.
Uretolitotomic. Sistolitotomid. Lithotripsy ultrasonic perkutan
(PUL).Pencegahan urolithiasis/batu ginjal :Setelah batu
dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih
rata-rata 7% per tahun atau kambuh lebih dari 50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu
yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan adalah :1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup,
upayakan produksi urin 2-3 liter per hari2. Diet rendah
zat/komponen pembentuk batu3. Aktivitas harian yang cukup4.
MedikamentosaBeberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi
kekambuhan adalah :1. Rendah protein, karena protein akan memacu
ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih
asam2. Rendah oksalat3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu
timbulnya hiperkalsiuria4. Rendah purin5. Rendah kalsium tidak
dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbsi tipe II
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 PengkajianPengkajan adalah data
dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan
klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien1.
Identitas PasienYaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis
kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR,
identitas keluarga, dll.2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit
SekarangBiasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul,
nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan
sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.b. Riwayat
Penyakit DahuluKemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang
kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan
mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari susu/
produk susu. c. Riwayat Penyakit KeluargaDikaji apakah keluarga
klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya. 3. Pemeriksaan
FisikPemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai
berikut : a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan)
normal/tidakb. Keadaan klien biasanya CMC Rambut : uraikan bentuk
rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia Kulit kepala :
kotor/tidak kotor Mata : Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis Sclera : ikterik/ tdk ikterik
Mulut dan gigi Rongga mulut : kotor/tdk Lidah : kotor/tdk Dada dan
thorakI : simetris kiri dan kanan P: tidak adanya pembengkakan dan
nyeri tekanP: normal/tdkA: normal/tdk Abdomen I : adanya pembesaran
pada abdomen bawah bagian belakangP : akan teraba massa bila
keadaan sudah lanjutP : n: tympaniA: bising usus (+) n: 5-35x/i
GenetaliaObservasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia.
Inspeksi skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk
kesimetrisan Rectum dan anusI: adanya hemoroid, lesi, kemerahanP:
merasakan adanya massa Kulit/ intagumenI: amati adanya perubhan dan
pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan, sianosis, lesi kulit,
ikterik. 4. Kebutuhan sehari-haria. Makan & minum: Makan :
Sehat : 3x sehari, komposisi nasi + lauk, sayur. Sakit : 3x sehari,
hanya menghabiskan setengh porsi. Minum: sehat : 6-8 gelas sehari,
air putih Sakit : 10-12 gelas sehari, air putihb. Eliminasi: BAK:
sehat : 5-7x sehari Sakit : BAK melalui kateter BAB: Sehat : 1x
sehari,konsistensi lembek Sakit : 4x sehari konsistensi encerc.
Personal hygiene: Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun Sakit : 1x
sehari dibantu di ats tempat tidurd. Istirahat & Tidur Tidur
siang: sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan Sakit : 6-7 jam,
gelisah Tidur malam: sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan Sakit :
7-8 jam, gelisahe. Data PsikologisPada klien dengan urolitiasis
biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi eliminasi urine
tidak teratur dan nyeri, akan menimbulkan kecemasan yang meningkat.
f. Data Social EkonomiMeliputi hubungan sosial klien dengan orang
lain dan status ekonominya, urolitiasis dapat menyerang siapa saja
baik dari golongan ekonomi rendah maupun tinggi g. Data
SpiritualMenyangkut kemampuan klien untuk dapat melakukan ibadah
dengan baik untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi adanya
keyakinan spiritual yang berhubungan dengan penyakitnya.h.
Pemeriksaan Diagnostika) Urinalisa : warna : normal
kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH :
normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau
batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20 mg/dl
tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi
protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera,
infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis. b) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia. c) Hormon Paratyroid mungkin
meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium
dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. d)
Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang uriter. e) IVP : memberikan
konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter). f) Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan
ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.g) USG Ginjal :
untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (1999) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji pada penderita Urothiliasis adalah:1)
Aktivitas/istirahat:Gejala:a. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas
fisik rendah, lebih banyak dudukb. Riwayat bekerja pada lingkungan
bersuhu tinggic. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit
sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)2)
SirkulasiTanda:a. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal
ginjal)b. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat3)
EliminasiGejala:a. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnyab.
Penrunan volume urinec. Rasa terbakar, dorongan berkemihd.
DiareTanda:a. Oliguria, hematuria, piouriab. Perubahan pola
berkemih4) Makanan dan cairan:Gejala:a. Mual/muntah, nyeri tekan
abdomenb. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau
fosfatc. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan
cukupTanda:a. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising ususb.
Muntah5) Nyeri dan kenyamanan:Gejala:a. Nyeri hebat pada fase akut
(nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)Tanda:a. Perilaku berhati-hati,
perilaku distraksib. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan:Gejala:a. Penggunaan alkoholb. Demam/menggigil7)
Penyuluhan/pembelajaran:Gejala:a. Riwayat batu saluran kemih dalam
keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronisb. Riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidismec. Penggunaan antibiotika, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium atau vitamin.Gejala : a. Riwayat batu saluran
kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis.b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme.c. Penggunaan antibiotika, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium atau vitamin.
3.2 Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut berhubungan dengan agen
ciderab. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi
anatomikc. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan dan tekanan
ureter yang tinggid. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuhe. Risiko ketidakseimbangan volume cairanf. Risiko
infeksig. Risiko gangguan fungsi ginjal
APLIKASI NANDA NOC NICNoDiagnosa
keperawatanOutcomeIntervensi
1Nyeri akut b.d agen cedera (biologis, fisik, dan psikologis)NOC
: Level nyeri Kontrol nyeri Dampak nyeri yang dibuktikan dengan
indikator (1: berat sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5:
Tidak ada)
Kriteria Hasil : Mampu menganalisa nyeri Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang secara periodik
pada tenaga kesehatan Menunjukan gejala terhadap nyeri (keluhan,
menangis, gerakan lokalisir, ekspresi wajah, gangguan istirahat
tidur, agitasi, iritabilita meningkat, diaphoresis, penurunan
konsentrasi, kehilangan napsu makan dan nausea) Tanda tanda vital
dalam rentang normal Menunjukan perubahan dampak dari nyeri, antara
lain penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur,
kerusakan mobilitas fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan
eliminasi urine dan alviNIC :Manajemen nyeri Kaji nyeri Kaji
pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya Kaji
dampak nyeri Beri lingkungan yang nyaman kepada klien Ajari klien
pola manajemen nyeri Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri Lakukan teknik PCA sesuai kebutuhan Anjurkan
klien untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi intensitas nyeri
Monitoring kepuasan klien atas pelaksanaan manajemen nyeri
Pemberian analgesik Cek kebenaran pengobatan ( obat, dosis dan
frekuensi pemberian analgesik) sesuai perintah mendis Cek riwayat
alergi obat Evaluasi kemampuan partisipatif klien dalam pengobatan
(dosis, rute pemberian) sesuai pemerintah medis Tentukan jenis
analgesik yang akan diberikan sesuai instruksi medis Pilih rute
pemberian analgesik (IV, IM atau per oral) Monitoring tanda tanda
vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik Catat respon
pemberian analgesik Evaluasidampak sedasi jika klien mendapat
opioid Ajari klien tentang penggunaan analgesik, dan cara mencegah
efek samping
2Gangguan eliminasi urin b.d dengan obstruksi anatomik dan
penyebab multipleNOC : Inkontinensia urin Eliminasi urin
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol berkemih, mengatur pola
berkemih dan toilet training denan teratur Mampu mengosongkan
bladder dengan baik (mengeluarkan urin 100-200 cc) Tidak adanya
infeksi traktus urinarus Menunjukan patensi eliminasi (bau, jumlah,
warna dan kepekatan) Intake cairan adekuat Tidak adanya komponen
gangguan dalam urin (endapan darah) Tidak ada sensasi gangguan
dalam urin (nyeri, rasa terbakar, hesistansi, frekuensi, urgensi,
retensi, nokturia, inkontinensia)
Training Urinary Bladder Kaji kemampuan klien untuk mengosongkan
kandung kemih Kaji pasien untuk terjadinya inkontinensia Buat
jadwal BAK secara periodik dan anjurkan klien untuk miksi sesuai
jadwal yang ditentukan Hindari klien berada dalam toilet lebih dari
5 menit untuk mencegah terjadinya urgensi berulang Ajari dan pantau
klien mengenai pelaksanaan bladder training
Manajemen eliminasi urin Monitoring eliminasi urin (frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna) Monitorin tanda dan gejala
retensi urin Indentifikasi faktor penyebab inkontinensia Terangkan
kepada klien tanda dan gejala infeksi traktus urinarus Catatwaktu
terakhir eliminasi urin dan instruksikan klien untuk mencatat
output urin Bantu klien untuk eliminasi urin dengan memasang
kateter Lakukan pemeriksaan urinalisis pada tengh periode miksi
(sebagai urin sample) Anjurkan klien untuk minum air putih yang
cukup sesuai diet Instruksikan klien untuk mengosongkan bladder
secara periodik
3Retensi Urin b.d sumbatan dan ureter tinggi
NOC :-Urinary Continence-Urinary EliminationKriteria Hasil :
Mampu mengontrol berkemih,mengatur pola berkemih dan toilet
training dengan teratur Mampu mengosongkan bladder dengan baik
(Mengeluarkan urine >100-200 cc) Tidak adanya traktusinfeksi
traktus urinarius Menunjukkan patensi eliminasi
(bau,jumlah,warna,kepekatan) Intake cairan adekuat Tidak adanya
komponen gangguan dalam urine (endapan,darah) Tidak ada sensasi
gangguan dalam urine (nyeri,rasa
terbakar,hesistansi,frekuensi,urgensi,retensi,nokturia,inkotinensia)Catheterisasi
Urine Siapkan alat dan bahan pemasangan kateter sesuai prosedur
Gunakan teknik septik dan aseptik dengan baik dan benar Masukkan
kateter sesuai ukuran meatus uretralis sampai pada bladder dengan
bantuan jelly Sambungan kateter dengan urine bag dan fiksasi
kateter pada kulit Monitoring secara ketat input dan output cairan
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kateter Buang urine secar
periodikMonitor Retensi Urin-Kaji status urinarius (outpu
urin,patensi,fungsi kontrol miksi,dan gangguan eliminasi uri)
BAB IVPENUTUP4.1KesimpulanUrolithiasis adalah suatu keadaan
terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter
atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu
tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar
untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala yang dirasakan seperti
kolik ureter, hambatan miksi,distensi vesika urinaria, hematuria,
dan muntah.4.2SaranDengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa
keperawatan dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki..