perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DYAH LISTYORINI
G 0008089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DYAH LISTYORINI
G 0008089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo
Dyah Listyorini, NIM : G 0008089, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Senin, Tanggal 22 Agustus 2011
Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. H. Santoso, dr., MS., Sp.OK NIP : 19441124 197609 1 001 (.................................) Pembimbing Pendamping Nama : Vitri Widyaningsih, dr. NIP : 19820423 200801 2 011 (.................................) Penguji Utama Nama : Endang Sutisna S, dr., M.Kes NIP : 19560320 198312 1 002 (.................................) Anggota Penguji Nama : Prof.Bhisma Murti, dr.,MPH.M.Sc., Ph.D NIP : 19551021 199412 1 001 (.................................)
Surakarta,........................
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Agustus 2011
Dyah Listyorini
NIM. G0008089
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Dyah Listyorini, G0008089, 2011. Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi dan status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di SDN Baki Pandeyan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random sampling dengan mengambil sampel siswa kelas V (lima) dikarenakan mereka mudah diajak bekerjasama. Data asupan energi diukur dengan metode food recall 3 x 24 jam dan dianalisis dengan program nutrisurvey 2007. Data status gizi (TB/U) dihitung dengan pengukuran tinggi badan dan umur, kemudian diolah dalam individual anthropometric assessment. Sedangkan data bimbingan belajar didapat dari kuesioner. Diperoleh data dari 44 siswa kemudian dianalisis dengan regresi logistik ganda melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara asupan energi dengan prestasi belajar. Siswa dengan energi cukup (≥ 70 %) mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor tinggi empat setengah kali lebih besar daripada siswa dengan asupan energi kurang (< 70%) (OR = 4.43; CI 95 % = 1.09 hingga 18.01; p = 0.037). Terdapat hubungan terbalik antara status gizi dengan prestasi belajar. Siswa dengan tubuh tinggi mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi seperlima kali lebih kecil daripada siswa dengan tubuh pendek (OR = 0.21; CI 95 % = 0.04 hingga 1.05; p = 0.058). Sedangkan terdapat hubungan terbalik antara bimbingan belajar dan prestasi belajar. Siswa yang mengikuti bimbingan belajar mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi setengah kali lebih kecil daripada siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar (OR = 0.56; CI 95 % = 0.10 hingga 3.06; p = 0.503). Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara asupan energi dan prestasi belajar. Terdapat hubungan terbalik dan tidak signifikan antara status gizi dan bimbingan belajar dengan prestasi belajar di SDN Baki Pandeyan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Kata kunci: Asupan Energi, Status Gizi, Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Dyah Listyorini, G0008089, 2011. The Relationship of Energy Intake and Nutritional Status with Student Achievement at Elementary School in Baki District, Sukoharjo regency. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University. Objectives: The purpose of this research is to find out the relationship energy intake and nutritional status with student achievement at elementary school in Baki District, Sukoharjo regency. Methods: This research used analytical descriptive method with cross sectional approach. Taken place during June 2011 in the Baki Pandeyan 01 Baki district Sukoharjo regency. The sampling method in this research is purposive random sampling by taking the sample of students in grade V (five) due to their easy to cooperation. The measurement of energy intake data hold by using food recall method 3 x 24 hours and analyzed with nutrisurvey program of 2007. The nutritional status data (TB / U) was calculated by measuring height and age, then was processed in individual anthropometric assessment. While the tutoring data was obtained from questionnaires. Data from 44 students was then analyzed by using multiple logistic regression through SPSS 17.0 for Windows. Results: This study shows there is a positive relationship between energy intake and learning achievement. Students with sufficient energy (≥ 70 %) have the possibility to have high grades four and a half times greater than students with less energy intake (< 70 %) (OR = 4.43; CI 95 % = 1.09 to 18:01; p = 0037). There is an inverse relationship between nutritional status and learning achievement. Students with a tall body has the possibility to have high grades fifth times smaller than the students with a short body (OR = 0.21; CI 95 % = 0.04 to 1.05; p = 0.058). Furthermore there is an inverse relationship between tutoring and learning achievement. Students who follow the guidance of learning have the possibility to have high grades a half times smaller than students who did not follow the guidance of learning (OR = 0.56; CI 95 % = 0.10 to 3.06; p = 0.503). Conclusions: There is positive and significant relationship between energy intake and learning achievement. There is not significant and inverse relationship between nutritional status and tutoring with learning achievement in SDN Baki Pandeyan 01 Baki district Sukoharjo regency. Key words: Energy Intake, Nutritional Status, Achievement Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. H. Santoso, dr., MS.Sp.OK, selaku pembimbing utama yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dan motivasi bagi penulis.
4. Vitri Widyaningsih dr., selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dan motivasi bagi penulis.
5. Endang Sutisna S, dr., M.Kes, selaku penguji utama yang telah memberikan nasehat, dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Prof.Bhisma Murti, dr.,MPH.,M.Sc.,PhD, selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Dosen dan Staf Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Tim Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.
8. CH.A. Sri Hartini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Baki Pandeyan 01, beserta guru-guru, karyawan dan siswa-siswi yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Kedua orang tua tercinta, kakak beserta keluarga besarku yang selalu memberikan doa restu dan dukungan, baik material, moral, maupun spiritual.
10. Semua sahabat terbaikku yang telah membantu dan menemani dalam berjuang, teman-teman mahasiswa angkatan 2008 yang menemani serta selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis dalam suka maupun duka.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Agustus 2011
Dyah Listyorini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 4
1. Asupan Energi ................................................................................. 4
2. Status Gizi....... ................................................................................ 6
3. Prestasi Belajar................................................................................ 19
4. Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar 26
B. Kerangka Berpikir ...... .................................................................... . 29
C. Hipotesis ............................................................................................ 29
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 30
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 30
B. Lokasi Penelitian........................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. Subjek Penelitian .......................................................................... 30
D. Teknik Sampling .......................................................................... 31
E. Rancangan Penelitian ................................................................... 31
F. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 32
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 32
H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 33
I. Cara Kerja .................................................................................... 34
J. Teknik Analisis Data ..................................................................... 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 38
A. Deskripsi Sampel ............................................................................. 38
B. Hubungan AntarVariabel ................................................................. 39
C. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda ............................................ 41
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 44
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 48
A. Simpulan .......................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Interpretasi Odds Ratio (OR) ............................................................... 37
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel (Data Kategorikal) ............................................. 38
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel (Data Kontinu) ................................................... 39
Tabel 4.3 Hubungan antara Asupan Energi dan Nilai Rapor ............................... 39
Tabel 4.4 Hubungan antara Status Gizi dengan Nilai Rapor ............................... 40
Tabel 4.5 Hubungan antara Bimbingan Belajar dengan Nilai Rapor...……….... 41
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan antara Nilai
Rapor dengan Status Gizi, Asupan Energi dan Bimbingan
Belajar................................................................................................ 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian....................................................... 29
Gambar 3.2 Rancangan Penelitian…………………………………………......
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penyaringan Penelitian
Lampiran 4. Formulir Recall Konsumsi Makan Sehari
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai
sumber daya manusia dalam upaya keberhasilan pembangunan bangsa.
Terlebih anak Sekolah Dasar (SD) perlu diperhatikan dengan baik karena di
samping jumlah anak sekolah dasar yang banyak, yaitu sekitar 30 % dari
jumlah penduduk, program gizi pada anak sekolah dasar berdampak luas tidak
saja pada aspek kesehatan, gizi dan pendidikan masa kini, tetapi juga yang
secara langsung mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa datang
(Depkes, 2005).
Namun fenomena yang dihadapi saat ini adalah masih banyaknya
kondisi prestasi anak sekolah yang tidak memuaskan. Data mengenai kondisi
prestasi belajar tersebut dapat ditunjukkan pada tingginya angka mengulang
siswa SD/MI yang berjumlah 1,51 juta pada tahun 2000/2001 (Badan Pusat
Statistik, 2002). Selain itu, data dari Depdiknas tahun 1999 menunjukkan rata-
rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) SD/MI tahun 1998/1999 yang hanya
mencapai nilai 5,99. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa SD/MI
hanya mampu menyerap 59,9 persen bahan ajar yang dipelajari.
Di samping permasalahan mengenai prestasi belajar, saat ini juga
didapatkan permasalahan gizi pada anak sekolah. Sejumlah data di Indonesia
menunjukkan masalah gizi kurang pada anak sekolah masih memprihatinkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru Sekolah (TBABS) menunjukkan
bahwa lebih dari sepertiga (36,1 %) anak usia sekolah di Indonesia tergolong
pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya
kurang gizi kronis. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun
ke tahun maka prevalensi anak pendek praktis tidak mengalami perubahan
karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali.
Berdasarkan survey Depkes tahun 1997 terhadap 600 ribu anak SD di
27 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami
gangguan masalah kurang gizi berkisar antara 13,6 % - 43,7 %. Masalah
kekurangan gizi pada usia SD terlihat dengan prevalensi kekurangan energi di
Indonesia pada siswa SD sebesar 30,1 % (Soekirman, 2000).
Jika gangguan gizi di tanah air tidak segera ditanggulangi, maka anak
akan kehilangan kesempatan untuk menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak,
asupan energi dan status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak-
anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih rendah, nantinya anak tidak akan mampu bersaing (Depkes, 2005).
Banyaknya murid yang berprestasi rendah bahkan terpaksa mengulang
kelas sebagai akibat dari kurangnya asupan energi, merupakan hambatan yang
serius bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari latar belakang
tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang hubungan asupan energi
dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan asupan energi dan status gizi dengan prestasi belajar
siswa sekolah dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan asupan energi dan status gizi dengan prestasi
belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang hubungan
asupan energi dan status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar.
b. Memberikan informasi tentang hubungan asupan energi dan status gizi
dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan bilamana penelitian ini terbukti sesuai
hipotesis adalah :
a. Memberikan manfaat bagi siswa sekolah dasar agar meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan memenuhi kebutuhan asupan energi dan
memperbaiki status gizi siswa.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dan orang tua siswa
untuk menyarankan siswa supaya memenuhi kebutuhan asupan energi
dan memperbaiki status gizinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Asupan Energi
a. Pengertian
Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam
tubuh seperti proses sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan,
pencernaan, proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau melakukan
pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya
pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, karena itu agar energi
tercukupi perlu pemasukan makanan dengan mengonsumsi makanan
yang cukup dan seimbang (Kartasapoetra, 2003).
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan,
secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk
memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan
sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga
dan masyarakat (Sediaoetama, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi
tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh
serta untuk pertumbuhan (Harper et al., 1986).
Energi diartikan dengan suatu kapasitas untuk melakukan
pekerjaan. Di mana jumlah energi yang dibutuhkan seseorang
tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, dan bentuk tubuh
(Nurachmah, 2001).
Untuk menjaga kelangsungan hidup dan menjalankan kegiatan
hidupnya. setiap manusia membutuhkan energi perhari yang
disesuaikan dengan berat badan dan tingkat aktivitas dalam tingkat
normal pria lansia membutuhkan sekitar 35 kkal/kg berat badan/hari.
Wanita membutuhkan sekitar 32 - 34 kkal/kg berat badan/hari.
Menurut Wiess dalam buku Emma Wirakusumah (2000) kecukupan
energi lansia berkurang setelah mencapai usia 50 tahun.
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi, pada
tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu
tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya
produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan
menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada
perbaikan konsumsi energi yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan
mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan
kematian (Hardinsyah, 1992).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan energi
Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek
termik, iklim dan adaptasi (Hardinsyah, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan energi pada keluarga
yaitu :
1) Tingkat pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
2) Tingkat pendapatan keluarga
3) Pantangan-pantangan yang secara tradisional masih berlaku
4) Keengganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah walaupun
diketahui banyak mengandung zat gizi (Kartasapoetra, 2003).
2. Status Gizi
a. Pengertian
Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam
menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan, yang
dipergunakan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan fungsi organ
tubuh dan produksi (Jelliffe, 1989).
Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang dan harus sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-beda
berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing.
Keseimbangan zat gizi yang tidak terpenuhi dalam jangka waktu lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dapat membuat seseorang mempunyai status gizi yang buruk (severe
malnutrition) (Supariasa, 2002).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002). Status gizi juga diartikan
sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang
ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi
tertentu (Soekirman, 2000).
Sedangkan menurut Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan
kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan
oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari
pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri,
dan dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa status
gizi merupakan suatu ukuran keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrisi yang diindikasikan oleh variabel tertentu.
Status gizi yang optimal adalah keseimbangan antara asupan zat
gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-
hari (Coitinho, 1992). Status gizi yang optimal dapat terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, dan juga status
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-
zat gizi esensial (Almatsier, 2001).
Secara umum, bentuk kelainan gizi digolongkan menjadi 2 yaitu
overnutrition (kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi).
Overnutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkonsumsi zat-zat
gizi tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang relatife lama.
Undernutrition adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh asupan zat
gizi sehari-hari yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh (Gibson, 2005).
b. Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Kelompok usia sekolah termasuk golongan penduduk berada
pada masa pertumbuhan yang cepat dan aktif. Dalam kondisi anak harus
mendapatkan masukan gizi dalam kuantitas dan kualitas yang cukup.
Status gizi anak sebagai cerminan kecukupan gizi merupakan salah satu
tolak ukur yang penting untuk menilai keadaan pertumbuhan dan status
kesehatannya (Moehji, 2003).
Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk
dibangku sekolah dasar. Pada masa ini anak mulai masuk ke dalam
dunia baru, anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam
kehidupannya. Pada umur ini anak lebih banyak aktifitasnya, baik di
sekolah maupun di luar sekolah, sehingga anak perlu energi lebih banyak.
Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai dengan banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
makanan yang dikonsumsi (Mochji, 2003). Selain itu, anak juga sudah
aktif memilih makanan yang disukai sehingga dapat mempengaruhi
kebiasaaan makan anak dan akhirnya dapat mempengaruhi status gizinya
(Moehji, 1992).
Dengan meningkatnya kebutuhan akan zat gizi pada usia sekolah,
misalnya untuk melaksanakan tugas atau berjalan jauh yang
membutuhkan energi yang besar, akan membuat anak usia sekolah
menjadi berisiko tinggi menderita malnutrisi atau kelaparan
dibandingkan anak usia 3 - 5 tahun (Rosner, 1990).
Anak sekolah dasar juga merupakan salah satu kelompok yang
rentan gizi selain bayi (0 - 1 tahun), balita (1 - 5 tahun), remaja (14 - 20
tahun), kelompok ibu hamil dan menyusui, dan usia lanjut. Pada
kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus
pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam
jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain (Notoatmodjo,
2003).
Berdasarkan hasil survei terhadap 600 ribu anak sekolah dasar di
27 provinsi menunjukkan bahwa anak sekolah yang mengalami
gangguan pertumbuhan berkisar antara 13,6 % dan 43,7 % (Jalal, 1998).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 juga
menunjukkan bahwa terdapat 18 % anak usia sekolah dan remaja 5 - 17
tahun berstatus gizi kurang. Prevalansi gizi kurang paling tinggi pada
anak usia sekolah dasar (21 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sedangkan dari hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru Sekolah
(TBABS) tahun 1994 dan 1999 di kota dan desa menunjukkan bahwa
tidak terlihat perubahan perbaikan gizi yang bermakna dari hasil
pengukuran tersebut. Pada tahun 1994, prevalensi gizi kurang menurut
TB/U anak usia 6 - 9 tahun (anak pendek) adalah 39,8 %, dan pada tahun
1999 prevalensi ini hanya berkurang 3,7 % yaitu menjadi 36,1 %. Dapat
disimpulkan bahwa anak Indonesia yang baru masuk sekolah keadaan
gizinya masih jauh dibandingkan dengan rujukan, masih sekitar 40 %
anak di kategorikan pendek. Selain itu masih dijumpai sekitar 9 - 10 %
anak yang di kategorikan sangat pendek.
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional
imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di
samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk dikonsumsi.
c. Penilaian Status Gizi Anak
Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dibagi menjadi 2
yaitu secara langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian status gizi tidak langsung
dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan
faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan status gizi
digunakan indeks antropometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air
dalam tubuh. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.
Variabel tersebut adalah:
1) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;
1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu, penentuan umur anak perlu
dihitung dengan cermat. Ketentuan yang dipakai yaitu 1 tahun adalah
12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Bila jumlah hari kurang dari 15,
dibulatkan ke bawah dan bila jumlah hari lebih dari 15 dibulatkan ke
atas (Depkes, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran masa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit
infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan
pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketepatan umur, sehingga kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan status gizi dari waktu ke
waktu (Abunain, 1990).
3) Tinggi badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan
yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama
yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang
gizi pada masa Balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), atau juga Indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB). Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Selain itu, indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ini dapat menggambarkan kecenderungan perubahan status gizi dari
waktu ke waktu (Depkes, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan
dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh (Khumaidi, 1994).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status
gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan
berat badan menurut tinggi badan. Dari masing-masing indeks
antropometri tersebut mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahan.
Menurut Soekirman (2000), kebaikan dan kelemahan indeks
antropometri yaitu:
a) Indikator BB/U
Indikator BB/U dapat normal, lebih rendah atau lebih tinggi
setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB/U normal
digolongkan pada status gizi baik. BB/U rendah dapat berarti berstatus
gizi kurang atau buruk, BB/U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi
lebih.
1) Kelebihan
(a) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(b) Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka
waktu pendek
(c) Dapat mendeteksi kegemukan
2) Kelemahan
(a) Interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat oedema
(b) Data umur yang akurat sering sulit diperoleh
(c) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang
tidak dilepas dan anak bergerak
(d) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua
untuk tidak menimbang anaknya karena dianggap seperti
barang dagangan (Soekirman, 2000).
b) Indikator TB/U
Indikator TB/U dapat dinyatakan TB-nya normal, kurang dan
tinggi menurut standar WHO. Bagi yang TB/U kurang menurut WHO
dikategorikan stunted yang diterjemahkan “sebagai pendek tak sesuai
umurnya”. Tingkat keparahannya dapat digolongkan menjadi ringan,
sedang dan berat. Hasil pengukuran menggambarkan status gizi masa
lampau. Seseorang yang tergolong pendek tak sesuai umur
kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda dengan berat
badan rendah yang diukur dengan BB/U yang mungkin dapat
diperbaiki dalam waktu pendek, baik pada anak maupun dewasa
(Soekirman, 2000). Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa
lampau :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Kelebihan
(a) Dapat memberikan gambaran riwayat gizi masa lampau
(b) Dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk
2) Kelemahan
(a) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada
kelompok usia balita
(b) Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini
(c) Memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh
di negara-negara berkembang
(d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur,
terutama bila dilakukan oleh petugas yang tidak profesional
(Soekirman, 2000).
c) Indikator BB/TB
Indikator BB/TB dapat menggambarkan status gizi saat ini
dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya anak yang BB/TB kurang,
dikategorikan sebagai kurus atau wasted. Indikator BB/TB ini
diperkenalkan oleh Jelliffe pada tahun 1996 dan merupakan indikator
yang baik untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila data umur
yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu indikator BB/TB
merupakan indikator independen terhadap umur.
1) Kelebihan
(a) Independent terhadap umur dan ras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(b) Dapat menilai status “kurus” dan “gemuk” dan keadaan
marasmus atau KEP berat lain.
2) Kelemahan
(a) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak tidak
dilepas atau bergerak terus.
(b) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua
untuk tidak menimbangkan anaknya karena dianggap seperti
barang dagangan.
(c) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi
badan anak pada kelompok Balita.
(d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur
terutama bila dilakukan oleh petugas yang tidak professional.
(e) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut
pendek normal atau panjang (Soekirman, 2000).
Indikator TB/U dan BB/TB digunakan untuk membedakan
apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan gizi kronis
atau akut menggambarkan keadaan yang dihubungkan dengan masa
lalu dan waktu sekarang (Soekirman, 2000).
d) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika
terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein.
Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup
komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat
mass). Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan
indeks antropometri dan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT)
anak sekolah. Rumus IMT = BB (kg) : TB²(m) (Riyadi, 2004).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah
asupan makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang
melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi
keluarga, produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, 2003). Faktor-
faktor yang mempengaruhi status gizi:
1) Faktor Langsung
a) Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara
perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat
menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah,
golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan
lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan
tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 2003).
b) Infeksi
Infeksi mempunyai efek terhadap status gizi untuk semua
umur, tetapi lebih nyata pada kelompok anak-anak. infeksi juga
mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan
berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua
kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme basal.
Hal ini menyebabkan deplesi otot dan glikogen hati (Thaha, 1995).
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi
bolak balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui
mekanismenya. Sistematik pada katabolisme jaringan
menyebabkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2003). Penyakit
infeksi yang menyerang anak menyebabkan gizi anak menjadi
buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi
dapat menyebabkan turunnya nafsu makan, sehingga masukan zat
gizi berkurang padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih
banyak. Penyakit infeksi sering disertai oleh diare dan muntah
yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat
gizi seperti mineral, dan sebagainya (Moehji, 2003).
2) Faktor Tidak Langsung
a) Tingkat Pendapatan
Penduduk kota dan penduduk pedesaan yang berpendapatan
rendah, selain memanfaatkan pendapatan itu untuk keperluan
makan keluarga, juga harus membagi untuk keperluan lainnya.
Sehingga, tidak jarang presentase pendapatan untuk keperluan
penyediaan makanan hanya kecil saja. Pendapatan keluarga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-
hari, baik kualitas maupun jumlah makanan (Moehji, 2002).
b) Pengetahuan Gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara
di dunia. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan
untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-
hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kandungan zat gizi
dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan
keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang
harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi
(Moehji, 2002).
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Prestasi belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
oleh guru (Dekdikbud, 2000). Prestasi Belajar menurut Winkel (2004)
merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah
mendapatkan pendidikan atau latihan.
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
diketahuinya, dan hanya dengan belajar maka siswa akan dapat
mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu dengan baik. Prestasi
belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam
jangka waktu tertentu sebagai hasil belajar (Wuryani, 2002). Prestasi
belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini
sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada
manusia, termasuk kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan
(Maslow, 1994).
Tingkat prestasi siswa secara umum dapat dilihat pencapaian
siswa terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran yang
diajarkan kurang dari 65 % yang dikuasai oleh siswa peserta didik
maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut
tergolong rendah (Djamarah, dkk., 2000).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melalui
usaha belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar tersebut
ditunjukkan dalam tinggi-rendahnya nilai atau angka yang diberikan
guru sebagai hasil evaluasi atas penguasaan materi pelajaran yang telah
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang
yang belajar maupun dari luar dirinya (Dalyono, 1997).
Menurut Dalyono (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
1) Faktor internal
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,
sakit kepala, demam pilek, batuk dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar (Dalyono, 1997).
Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental adalah gizi. Tingkat keadaan gizi normal
tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi
seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh
konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa
itu (Budiyanto, 2002).
b) Inteligensi dan Bakat
Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara
abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman (Azwar,
1996). Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah
belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya. Bakat
juga mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar
(Dalyono, 1997).
c) Minat dan motivasi
Minat dan bakat merupakan aspek kejiwaan. Minat dapat
terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari.
Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong
untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi
belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002).
d) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh
hasil yang kurang memuaskan (Dalyono, 1997).
2) Faktor eksternal
a) Keluarga
Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
orang tua, besar kecilnya penghasilan, perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Di samping itu, faktor
keadaan rumah tangga dan peralatan belajar turut mempengaruhi
keberhasilan belajar (Dalyono, 1997). Alat bantu belajar
digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan
belajar. Pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah
dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih
bermakna (Ahmadi, 1998).
Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua
kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan
ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya
prestasi belajar anak (Hamalik, 2001).
b) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas
atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per
kelas, pelaksanaan tata tertib, adanya teman dan keharmonisan di
antara semua personil sekolah, semua itu turut mempengaruhi
keberhasilan belajar anak (Hakim, 2002).
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, merupakan iklim
sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa
(Slameto, 2003).
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-
rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan
mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila
tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak
bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat
belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi
belajar berkurang.
d) Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting
dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan,
bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan
sebagainya. Misalnya bila keadaan bangunan rumah penduduk
sangat rapat, akan mengganggu belajar. Tempat yang sepi dengan
iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar (Dalyono,
1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan bimbingan dalam hal
menemukan cara-cara belajar yang tepat, memilih program studi
yang sesuai, dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
Bimbingan belajar juga diartikan sebagai proses pemberian
bantuan terhadap siswa untuk dapat belajar secara optimal dan
dapat memenuhi tuntutan setiap mata pelajaran dan memperoleh
hasil belajar yang baik setelah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan kemampuan bakat, minat yang dimiliki
masing-masing siswa (Winkel, 2004).
c. Penilaian Prestasi belajar
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta
keberhasilan siswa maka dilakukan melalui tes prestasi belajar
berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar
digolongkan dalam penilaian sebagai berikut:
1) Tes formatif
Tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan
pembelajaran. Fungsinya untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap bahasan
tersebut (Purwanto, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Tes sub sumatif
Tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu
misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama catur
wulan atau semester yang bersangkutan. Tujuannya selain untuk
mengetahui gambaran daya serap materi yang telah diberikan,
hasilnya akan digabungkan dengan nilai tes sumatif yang akan
menjadi nilai rapor (Purwanto, 2002).
3) Tes sumatif
Tes ini biasa diadakan tiap catur wulan sekali atau setiap
semester. Fungsi tes tersebut untuk menilai penguasaan siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selama jangka waktu
tertentu (Purwanto, 2002).
4. Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Siswa
Kemampuan belajar anak sekolah salah satunya ditentukan oleh
asupan energi. Asupan energi dan zat gizi makro yang tidak seimbang
akan mengakibatkan sistem kekebalan tubuh terganggu. Sistem kekebalan
tubuh yang terganggu akibat dari kekurangan asupan energi ini dapat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa.
Kemampuan belajar erat kaitannya dengan peranan dendrit dalam
menghantarkan rangsangan dari luar menuju sel saraf. Lebih banyak
dendrit yang terbentuk berarti lebih banyak sinaps yang terbentuk untuk
lebih berkemampuan dalam belajar. Pada usia dua tahun, 50 % sel-sel otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sudah dilengkapi dengan dendrit, usia 6 tahun mencapai 70 %, usia 20
tahun mencapai 90 % dan sisanya terpenuhi pada usia berikutnya. Apabila
pada masa puncak pembentukan dendrit tidak tersedia cukup zat gizi,
maka jumlah sinaps yang terbentuk akan berkurang, dan selanjutnya
fungsi mental juga akan berkurang, seperti daya ingat berkurang dan
kapasitas belajar yang berkurang. Jadi kecukupan gizi mutlak diperlukan
untuk kesempurnaan pertumbuhan perkembangan dendrit (Karyadi, 1998).
Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat-
zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, maka akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan
kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu,
badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel
dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan
organisasi biokimia (neurotransmitter) dalam otak. Keadaan ini
berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).
Di samping itu, sistem penyimpanan glikogen di otot pada anak
sangat sedikit, mengakibatkan terbatasnya persediaan asam amino untuk
glikoneogenesis. Hal ini dapat berdampak pada keadaan anak yang
menjadi tidak bersemangat, lemah, dan lesu (Soetjiningsih, 2002).
Akibatnya, kurang gizi pada anak akan menyebabkan kegagalan
pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan,
meningkatkan kesakitan dan kematian (Achmad, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Depkes RI (2002) menyatakan bahwa setiap anak yang mengalami
status gizi buruk, mempunyai risiko kehilangan IQ 10 - 13 poin.
Berdasarkan studi di Filipina, Jamaika, dan negara lain, juga telah
membuktikan adanya hubungan yang sangat bermakna antara tinggi badan
dan kemampuan belajar. Bahkan berdasarkan penelitian tersebut,
pemberian makanan tambahan pada anak bertubuh pendek berusia 9 - 24
bulan akan mampu meningkatkan kemampuan belajar anak ketika berusia
7 - 8 tahun.
Dibuktikan pula dari beberapa studi bidang ekonomi di Ghana
maupun Pakistan mengenai pentingnya gizi untuk mendukung
pembangunan, dengan menurunkan prevalensi anak pendek sebesar 10 %,
akan dapat meningkatkan 2 % - 10 % proporsi anak yang mendaftar ke
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan: : variabel yang tidak diteliti : variabel yang diteliti
C.Hipotesis
Terdapat hubungan asupan energi dan status gizi dengan prestasi belajar
siswa sekolah dasar di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Status Gizi siswa
Perubahan metabolisme dalam otak
Kesehatan Inteligensi dan Bakat Minat dan motivasi Cara belajar Faktor Keluarga Faktor Sekolah Faktor Masyarakat Faktor Lingkungan sekitar
Perubahan jumlah sel, myelinisasi, pertumbuhan
dendrit dan pembentukan sinaps
Perubahan fungsi normal otak
Perkembangan kecerdasan anak
Prestasi Belajar
Infeksi Tingkat Pendapatan Pengetahuan Gizi
Bimbingan Belajar
Asupan Energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan studi potong lintang (Cross Sectional) yaitu mencuplik sebuah
sampel dari populasi dalam satu waktu, dan memeriksa status paparan dan
status penyakit pada titik waktu yang sama dari masing-masing individu
dalam sampel tersebut (Murti, 2003).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Baki Pandeyan
01 Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan di sekolah dasar ini
karena belum pernah diadakan penelitian tentang hubungan asupan energi dan
status gizi dengan prestasi belajar siswa, dan tersedianya data yang dibutuhkan
untuk penelitian.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Sumber
Populasi sumber pada penelitian adalah seluruh siswa kelas I-V. Siswa kelas
VI tidak diikutkan dalam penelitian karena telah menyelesaikan Ujian
Nasional.
2. Besar Sampel
Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15 - 20 observasi)
(Hair, et al.,1998). Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 3 x 15 = 45
orang.
D. Teknik Sampling
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dengan menggunakan
purposive random sampling yang merupakan pengambilan sampel secara
purposive didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri
(Murti, 2010). Peneliti mengambil sampel siswa kelas V dikarenakan siswa
kelas V merupakan siswa tertua di sekolah dasar sehingga dapat lebih mudah
untuk diajak berkomunikasi dan bekerjasama.
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.2 Rancangan Penelitian
Populasi Sumber Siswa/siswi kelas I-V
SDN Bakipandeyan 01 Sukoharjo
Sampel (Kelas V)
Prestasi Belajar
Status Gizi (TB/U) (Pemeriksaan Antropometri)
Analisis Data (Regresi Logistik Ganda)
Asupan Energi (Food Recall 3 x 24
jam)
Bimbingan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas : asupan energi dan status gizi
2. Variabel terikat : prestasi belajar siswa
3. Variabel luar
a. Terkendali : bimbingan belajar
b. Tidak terkendali : inteligensi, bakat minat dan motivasi, faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan faktor lingkungan sekitar
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Asupan energi : banyaknya energi yang dikonsumsi dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam satu hari. Asupan energi dihitung
dengan metode food recall 3 x 24 jam dan dianalisis dengan program
nutrisurvey 2007.
Skala : dikotomik
Kode asupan energi :
0. < 70 % dari kecukupan tubuh (kurang)
1. ≥ 70 % dari kecukupan tubuh (cukup)
b. Status Gizi : Status gizi adalah keadaan kesehatan anak sekolah dasar
yang diketahui dari data tinggi badan dengan microtoice ketelitian 0,1
cm dan data umur siswa yang diukur dengan tanggal penelitian
dikurangi tanggal lahir siswa. Indikator yang dipakai adalah TB/U
berdasar z-score karena dapat menggambarkan status gizi masa lampau.
Skala : dikotomik
Kode asupan energi :
0. Z-score < 0 (pendek)
1. Z-score ≥ 0 (tinggi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.
Ditunjukkan dengan tinggi-rendahnya nilai atau angka sebagai hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melalui usaha belajar dalam jangka
waktu tertentu. Nilai atau angka dilihat dari nilai rapor siswa satu tahun
terakhir, yaitu rata-rata nilai semester ganjil dan genap.
Skala : dikotomik
Kode nilai rapor :
0. < median
1. ≥ median
Sumber : Buku Laporan Pendidikan, 2011
3. Variabel Perancu
Variabel perancu dalam penelitian ini adalah bimbingan belajar.
Ditunjukkan dengan keikutsertaan siswa dalam bimbingan belajar di luar
sekolah.
Skala : dikotomik
Kode keikutsertaan bimbingan belajar :
0. tidak
1. ya
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai adalah :
1. Microtoice dengan ketelitian 0.1 cm untuk mengukur tinggi badan siswa.
2. Kuesioner untuk mengisi identitas siswa.
3. Formulir food recall untuk mengetahui konsumsi makanan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
I. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Menjelaskan secara garis besar tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian
pada sampel serta menjelaskan bahwa penulis akan menjaga kerahasiaan
identitas dan hasil setiap sampel.
2. Sampel diminta menandatangani surat persetujuan (informed consent)
sebagai bentuk kesediaan mengikuti penelitian.
3. Sampel diminta mengisi formulir food recall 3 x 24 jam untuk mengetahui
konsumsi makanan sampel.
4. Sampel diminta mengisi lembar kuesioner untuk mengetahui kondisi siswa.
5. Selanjutnya peneliti mengukur status gizi sampel dengan mengukur tinggi
badan sampel, dengan cara sebagai berikut :
a. Menempelkan microtoise pada dinding yang lurus datar setinggi 2
meter. Angka 0 (nol) berada di lantai yang datar rata
b. Sampel diukur dengan melepaskan sepatu dan penutup kepala (siswa
perempuan yang rambutnya memakai pita dilepas bila mengganggu
pada saat pengukuran)
c. Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala
bagian belakang harus menempel pada dinding dan pandangan harus
lurus ke depan
d. Menurunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-
siku harus lurus menempel pada dinding.
e. Peneliti membaca angka pada skala yang nampak pada microtoise.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
f. Angka tersebut merupakan tinggi siswa.
6. Selanjutnya peneliti menilai umur sampel dengan cara :
Umur sampel diukur dengan mengurangi tanggal pada saat
pengambilan data dengan tanggal lahir siswa.
7. Menilai prestasi belajar sampel
Prestasi belajar diambil dari buku laporan pendidikan sekolah sesuai
dengan identitas sampel.
8. Menilai keikutsertaan bimbingan belajar sampel
9. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis data yang dipilih.
J. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Peneliti menyusun pedoman koding, yang dipergunakan sebagai
panduan dalam membuat kode terhadap data-data yang penelitian
b. Setelah diberi kode, data diolah dengan program komputer.
c. Kemudian dilakukan uji analisis data.
2. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui frekuensi,
prosentase dan rata-rata serta Standar Deviasi dari keseluruhan data
yang diteliti meliputi nilai asupan energi, status gizi, bimbingan belajar
dan nilai prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Analisis Statistik
Untuk mengetahui kandungan energi dalam makanan yang
dikonsumsi dipergunakan program Nutrisurvey 2007. Sedangkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara asupan energi, status gizi,
bimbingan belajar dengan prestasi belajar, peneliti menggunakan
analisis data dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product dan
Service Solution (SPSS) 17.0 for windows.
Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis regresi logistik
ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat
kuat untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit
(yang diukur ordinal) dan dengan serentak mengontrol pengaruh
sejumlah faktor perancu potensial. Rumus yang digunakan sebagai
berikut (Murti, 1997):
In p = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
1-p
di mana:
p = probabilitas untuk memiliki nilai tinggi
1-p = probabilitas untuk memiliki nilai tidak tinggi
a = konstanta
b = koefisien regresi
X1 = asupan energi
0. < 70 % dari kecukupan tubuh (kurang)
1. ≥ 70 % dari kecukupan tubuh (cukup)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
X2 = status gizi
0. Z-score < 0 (pendek)
1. Z-score ≥ 0 (tinggi)
X3 = bimbingan belajar
0. tidak
1. ya
Odds Ratio digunakan untuk menunjukkan kekuatan hubungan
antara variabel-variabel. Dalam model regresi logistik, rumus OR = exp
(β). Interpretasi OR disajikan dalam tabel.
Tabel 3.1 Interpretasi Odds Ratio (OR) OR Interpretasi 1 Tidak ada hubungan > 1 hingga <1.5 Terdapat hubungan lemah ≥ 1.5 hingga < 3 Terdapat hubungan sedang ≥ 3 hingga < 10 Terdapat hubungan kuat ≥ 10 Terdapat hubungan yang sangat kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas V (lima)
SDN Baki Pandeyan 01 Sukoharjo. Pada penelitian ini didapat total sampel 44
siswa.
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel (Data Kategorikal) Variabel N (%)
Status Gizi Z-score < 0 (pendek) 32 72.72 % Z-score ≥ 0 (tinggi) 12 27.27 % Total 44 100 %
Asupan Energi < 70 % (kurang) 17 38.63 % ≥ 70 % (cukup) 27 61.36 % Total 44 100 %
Bimbingan Belajar Tidak 8 18.18 % Ya 36 81.81 % Total 44 100 %
Sumber : Data primer, 2011
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan siswa dengan status gizi
tergolong pendek (z-score < 0) berjumlah 32 siswa (72.72 %) dan status gizi
tergolong tinggi berjumlah 12 siswa (27.27 %). Siswa dengan asupan energi
kurang (< 70 % kebutuhan tubuh) berjumlah 17 siswa (38.63 %) dan asupan
energi cukup (≥ 70 % kebutuhan tubuh) berjumlah 27 siswa (61.36 %).
Sedangkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar berjumlah 8 siswa
(18.18 %) dan yang mengikuti bimbingan belajar berjumlah 36 siswa
(81.81 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel (Data Kontinu) Variabel N Mean SD Min Maks
Umur (th) 44 11.27 0.55 10.50 12.93 TB (cm) 44 139.47 9.06 120.8 162.8 Z-score 44 -0.88 1.11 -3.29 1.40 Asupan Energi 44 72.41 11.53 44 101 Nilai rapor rata-rata 44 73.87 4.10 64.60 83.20
Sumber : Data primer, 2011
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan umur siswa mempunyai rata-rata
(mean) 11.27 tahun, dengan umur siswa yang paling muda 10.50 tahun dan
paling tua berumur 12.93 tahun. Tinggi badan siswa mempunyai rata-rata
139.47 cm, tinggi badan siswa paling rendah 120.8 cm dan paling tinggi 162.8
cm. Status gizi siswa menurut tinggi badan per umur (z-score) mempunyai
rata-rata -0.88 dengan nilai z-score paling rendah -3.29 dan paling tinggi 1.40.
Asupan energi siswa mempunyai rata-rata 72.41 % dari kebutuhan tubuh,
siswa dengan asupan terendah 44 % dan asupan tertinggi 101 %. Sedangkan
nilai rapor rata-rata siswa 73.87 dengan nilai terendah 64.60 dan nilai tertinggi
83.20.
B. Hubungan Antar Variabel
Tabel 4.3 Hubungan antara Asupan Energi dan Nilai Rapor
Asupan Energi Nilai Rapor
X2 p Rendah Tinggi Total
< 70 % kebutuhan (kurang)
12 (70.6 %)
5 (29.4 %)
17 (100.0 %)
3.72 0.05 ≥ 70 % kebutuhan (cukup)
11 (40.7 %)
16 (59.3 %)
27 (100 %)
Total 23 (52.3 %)
21 (47.7 %)
44 (100.0 %)
Tabel 4.3 menyajikan perbandingan antara nilai rapor siswa
berdasarkan asupan energi. Berdasarkan persentase asupan energi sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kebutuhannya menunjukkan siswa dengan asupan gizi kurang (< 70 %)
memiliki nilai rapor tinggi sebanyak 5 siswa (29.4 %) lebih sedikit daripada
siswa dengan asupan gizi kurang dengan nilai rapor rendah sebanyak 12 siswa
(70.6 %). Sebaliknya berdasarkan asupan energi cukup (≥ 70 %) yang
memiliki nilai rapor tinggi sebanyak 16 siswa (59.3 %) lebih banyak daripada
siswa dengan asupan gizi cukup yang memiliki nilai rapor rendah sebanyak 11
siswa (40.7 %).
Tabel 4.4 Hubungan antara Status Gizi dan Nilai Rapor
Status Gizi Nilai Rapor
X2 p Rendah Tinggi Total
Z-score < 0 (pendek)
14 (43.8 %)
18 (56.3 %)
32 (100.0 %)
3.42 0.065 Z-score ≥ 0 (tinggi)
9 (75.0 %)
3 (25.0 %)
12 (100.0 %)
Total 23 (52.3 %)
21 (47.7 %)
44 (100.0 %)
Tabel 4.4 menyajikan perbandingan antara nilai rapor siswa
berdasarkan status gizi. Berdasarkan status gizi (z-score) menunjukkan siswa
dengan status gizi tergolong pendek memiliki nilai rapor tinggi sebanyak 18
siswa (56.3 %) lebih banyak daripada siswa dengan status gizi pendek yang
memiliki nilai rapor rendah sebanyak 14 siswa (43.8 %). Sebaliknya
berdasarkan status gizi tergolong tinggi yang memiliki nilai rapor tinggi
sebanyak 3 siswa (25.0 %) lebih sedikit daripada siswa dengan status gizi
tergolong tinggi yang memiliki nilai rapor rendah sebanyak 9 siswa (75.0 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.5 Hubungan antara Bimbingan Belajar dan Nilai Rapor
Bimbingan Belajar Nilai Rapor
X2 p Rendah Tinggi Total
Tidak 3 (37.5 %)
5 (62.5 %)
8 (100.0 %)
0.85 0.35 Ya 20
(55.6 %) 16 (44.4 %)
36 (100 %)
Total 23 (52.3 %)
21 (47.7 %)
44 (100.0 %)
Tabel 4.5 menyajikan perbandingan antara siswa berdasarkan
bimbingan belajar. Berdasarkan keikutsertaan siswa dalam bimbingan belajar
menunjukkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki nilai
rapor tinggi sebanyak 5 siswa (62.5 %) lebih banyak daripada siswa yang
tidak mengikuti bimbingan belajar dengan nilai rapor rendah sebanyak 3 siswa
(37.5 %). Sebaliknya berdasarkan siswa yang mengikuti bimbingan belajar
memiliki nilai rapor tinggi sebanyak 16 siswa (44.4 %) lebih sedikit daripada
siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki nilai rapor rendah sebanyak
20 siswa (55.6 %).
C. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan antara Nilai Rapor dengan Status Gizi, Asupan Energi dan Bimbingan Belajar
Variabel OR p CI 95 %
Batas bawah Batas atas Z-score ≥ 0 (tinggi)
0.21 0.058 0.04 1.05
Asupan energi ≥ 70 % (cukup)
4.43 0.037 1.09 18.01
Bimbingan belajar 0.56 0.503 0.10 3.06 n observasi = 44 -2 log likelihood = 52.17 Nagelkerke R Square = 0.24
OR = Odds Ratio 95% CI = 95% Confidence Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh:
1. Odds Ratio (OR)
a. Asupan Energi
Tabel 4.6 menunjukkan asupan energi berhubungan positif
dengan nilai rapor. Siswa dengan asupan energi cukup (≥ 70 %)
mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi empat
setengah kali lebih besar daripada siswa dengan asupan energi kurang (<
70 %) (OR = 4.43; CI 95 % = 1.09 hingga 18.01; p = 0.037).
b. Status Gizi (Z-score)
Tabel 4.6 menunjukkan status gizi (tinggi badan menurut umur)
berhubungan terbalik dengan nilai rapor. Siswa dengan tubuh yang tinggi
mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi
seperlima kali lebih kecil daripada siswa dengan tubuh yang pendek (OR
= 0.21; CI 95 % = 0.04 hingga 1.05; p = 0.058).
c. Bimbingan Belajar
Tabel 4.6 menunjukkan keikutsertaan siswa dalam bimbingan
belajar berhubungan terbalik dengan nilai rapor, tetapi secara statistik
tidak signifikan. Siswa yang mengikuti bimbingan belajar mempunyai
kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi setengah kali lebih
kecil daripada siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar (OR = 0.56;
CI 95 % = 0.10 hingga 3.06; p = 0.503).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Koefisien Determinasi (R2 Nagelkerke)
Pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai koefisien determinasi R2
Nagelkerke = 0,24. Artinya, variabel-variabel independen seperti asupan
energi, status gizi, dan bimbingan belajar mampu menjelaskan sebesar
24 % dari variasi prestasi belajar yang ditunjukkan dengan nilai rapor.
Dengan demikian 76 % prestasi belajar dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak diteliti dan diukur dalam penelitian ini.
3. -2 Log Likelihood
Log likehood merupakan parameter dalam analisis regresi logistik
yang menunjukkan kesesuaian antara model regresi dan data sampel. Jika
terdapat kesesuaian yang sempurna, maka log likehood = 0. Pada sampel
penelitian ini, log likehood = 52.17, yang berarti cukup besar perbedaan
antara model regresi dan data sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh analisis regresi ganda logistik
(Tabel 4.6) menunjukkan bahwa variabel yang signifikan dan mempengaruhi
prestasi belajar adalah asupan energi siswa. Diketahui bahwa siswa dengan asupan
energi cukup (≥ 70 %) mempunyai kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang
tinggi empat setengah kali lebih besar daripada siswa dengan asupan energi
kurang (< 70 %) (OR = 4.43; CI 95 % = 1.09 hingga 18.01; p = 0.037).
Nilai p untuk hubungan antara asupan energi dan prestasi belajar adalah p
= 0.037. Artinya, probabilitas untuk membuat simpulan yang salah bahwa siswa
dengan asupan energi cukup meningkatkan prestasi belajar sebesar empat
setengah kali dibanding dengan siswa dengan asupan energi kurang adalah 3 dari
100 kali kesempatan. Jadi, probabilitas membuat simpulan salah tersebut sangat
kecil, dengan kata lain hubungan antara asupan energi dan prestasi belajar siswa
secara statistik bermakna.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Karyadi tahun 1998 yang
menyebutkan bahwa asupan energi mempengaruhi jumlah sinaps syaraf di otak
yang selanjutnya akan mempengaruhi daya ingat, fungsi mental, dan prestasi
belajar. Begitu juga sesuai dengan teori Anwar tahun 2008 yang menyebutkan
bahwa asupan energi mempengaruhi perubahan metabolisme, jumlah sel dan
kematangan neurotransmitter dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap
perkembangan kecerdasan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Data yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi
siswa yang tergolong pendek (z-score < 0) sebanyak 32 siswa (72.72 %) lebih
besar dibanding proporsi siswa yang tergolong tinggi (27.27 %). Hasil penelitian
yang diperoleh analisis regresi ganda logistik menunjukkan siswa dengan tubuh
tinggi (z-score ≥ 0) memiliki kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi
seperlima lebih kecil daripada siswa dengan tubuh yang pendek.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
siswa yang memiliki tubuh pendek kemungkinan berprestasi lebih rendah.
Menurut Soekirman tahun 2000 menyebutkan bahwa siswa dengan tubuh pendek
mengindikasikan keadaan gizi pada masa lampau yang tidak baik. Dengan
keadaan gizi masa lampau yang tidak baik, dapat mempengaruhi perkembangan
otak siswa dan akhirnya prestasi belajar menjadi buruk.
Hasil penelitian tentang status gizi (TB/U) terhadap prestasi belajar ini
tidak sesuai teori tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi badan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi
badan adalah factor keturunan. Hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Bock
pada tahun 1986 (cit Bogin 1988). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
adanya variasi pertumbuhan yang diwarisi dari orang tuanya dalam pola
pertumbuhan seorang anak. Variasi tersebut mengindikasikan suatu major genetik
component dalam penentuan ukuran dan kecepatan pertumbuhan seseorang.
Menurut Soetjiningsih (1995) pertumbuhan tinggi badan juga dipengaruhi
oleh lingkungan pra natal dan lingkungan post natal. Disamping itu faktor lain
yang mempengaruhi tinggi badan adalah lingkungan sosial, penyakit sistemik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
aktivitas fisik, dan hormonal (Susanto, 2008). Faktor-faktor tersebut yang dapat
mempengaruhi tinggi pendeknya seseorang tidak dikendalikan dalam penelitian
ini.
Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa proporsi siswa yang
mengikuti bimbingan belajar sebanyak 36 siswa (81.81 %) lebih besar dibanding
proporsi siswa tidak mengikuti belajar (18.18 %). Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh analisis regresi ganda logistik menunjukkan hasil yang tidak
signifikan yaitu p = 0.503 dan OR = 0.56. Tidak signifikan hasil ini dapat
dikarenakan jumlah sampel yang kurang. Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
45 sampel, namun peneliti hanya mendapat 44 sampel.
Faktor dari bimbingan belajar terhadap prestasi belajar tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa siswa yang mengikuti bimbingan belajar lebih
dapat mengikuti proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut kemungkinan dapat
disebabkan karena siswa mengalami berbagai kesulitan atau hambatan dalam
belajar. Kesulitan atau hambatan ini dapat dimanifestasikan dalam kebiasaan
siswa dalam belajar. Kebiasaan siswa yang buruk dalam belajar seperti menunda-
nunda tugas, mengulur-ngulur waktu, membenci guru, dan tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahuinya.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar yaitu faktor
dari luar dan faktor dari dalam individu. Faktor dari luar individu seperti sikap
guru, keadaan ekonomi orang tua, kasih sayang dan perhatian orang tua, serta
layanan bimbingan dan konseling. Faktor dari dalam individu seperti minat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
motivasi, cita-cita, pengendalian diri dan emosi, kelemahan fisik dan kelemahan
mental (Sularti, 2008).
Perkembangan belajar siswa yang tidak berjalan lancer atau tidak sesuai
dengan harapan ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti konsentrasi
dalam mengikuti bimbingan belajar. Di samping itu, hal ini juga dapat
dipengaruhi oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar
(Syamsuddin. 2003), dimana faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan dalam
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan prestasi
belajar siswa di SDN Baki Pandeyan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Siswa dengan asupan energi cukup (≥ 70 % kebutuhan tubuh) mempunyai
kemungkinan untuk memiliki nilai rapor yang tinggi empat setengah kali lebih
besar daripada siswa dengan asupan energi kurang (< 70 %).
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
status gizi (TB/U) siswa terhadap prestasi belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Siswa, Keluarga siswa dan Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi dasar pemikiran bagi siswa, keluarga siswa dan
pihak sekolah untuk memperhatikan asupan energi sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa juga diharapkan rutin untuk
melakukan pengukuran status gizi, sehingga gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi dapat diketahui secara dini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Bagi Petugas Kesehatan
Usaha perbaikan gizi sebaiknya dapat lebih dioptimalkan, sehingga
mengurangi risiko terjadinya kurang gizi pada siswa.
3. Bagi Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar, lokasi cakupan penelitian yang lebih luas, termasuk juga
dilakukannya analisis tarhadap variabel-variabel perancu lain selain yang
disebutkan di atas, dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan
semakin memperkecil bias.