MODEL PEMBELAJAR MAPPING SEBAGAI DAN HASIL BELAJ KEBIDANAN STI Disusun untuk memen Program UN 0 RAN PROBLEM BASED LEARNING BER UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KR JAR PADA MATA KULIAH KDK I DI PR IKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CIL TAHUN 2013/2014 TESIS nuhi sebagian persyaratan mencapai deraj m Studi Magister Kedokteran Keluarga Oleh Dwi Maryanti NIM S541208021 PROGRAM PASCASARJANA NIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 RBASIS MIND REATIVITAS RODI D III LACAP jat Magister perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
169
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MODEL ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MINDMAPPING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH KDK I DI PRODI D IIIKEBIDANAN STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2013/2014
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Oleh
Dwi Maryanti
NIM S541208021
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
0
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MINDMAPPING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH KDK I DI PRODI D IIIKEBIDANAN STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2013/2014
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Oleh
Dwi Maryanti
NIM S541208021
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
0
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MINDMAPPING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH KDK I DI PRODI D IIIKEBIDANAN STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2013/2014
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Oleh
Dwi Maryanti
NIM S541208021
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MINDMAPPING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH KDK I DI PRODI D IIIKEBIDANAN STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2013/2014
Oleh
Dwi Maryanti
NIM S541208021
TIM PENGUJI
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM .............................................NIP. 196210221995031001
Penguji I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. .............................................NIP. 194404041976031001
Penguji II Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd. .............................................NIP. 196705071992031002
Telah dipertahankan didepan pengujiDinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal......................2014
Direktur Ketua
Program Pascasarjana UNS Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, Ms Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F. MM
NIP. 196107171986011001 NIP. 196210221995031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dwi Maryanti
NIM : S541208021
Program Studi : Magister Kedokteran Keluaraga Minat Utama Pendidikan
Profesi Kesehatan.
Menyatakan dengan sesungguhya bahwa tesis berjudul MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MIND MAPPING SEBAGAI UPAYA
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA
KULIAH KDK I DI PRODI D III KEBIDANAN STIKES AL IRSYAD AL
ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN 2013 adalah benar-benar karya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis sebagai acuan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tesis ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Cilacap, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan
Dwi Maryanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ABSTRAK
Dwi Maryanti. S541208021, 2014. Model Pembelajaran Problem Based LearningBerbasis Mind Mapping Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kreativitas danHasil Belajar Pada Mata Kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES AlIrsyad Al Islamiyyah Cilacap Tahun 2013/2014. Pembimbing 1: Prof. Dr. SamsiHaryanto, MPd, Pembimbing II: Dr. Akhmad Arif Musadad, MPd. Tesis. Program StudiMagister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kreativitas dan hasil belajar pada mata kuliahKDK I melalui penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis mindmapping.Penelitian ini menggunakan class action research. Subyek penelitian: mahasiswatingkat I semester I prodi D III Kebidanan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacaptahun akademik 2013/2014, dosen dan proses belajar mengajar dengan modelpembelajaran problem based learning berbasis mind mapping. Prosedur pelaksanaandengan Planning, Acting, Observation dan Reflecting. Teknik pengumpulan datadengan observasi, wawancara dan tes. Analisis data menggunakan analisis kualitatifdeskriptif, komparatif dan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkansebagai berikut:(1).Model pembelajaran PBL berbasis mind mapping yang diterapkansecara tepat ternyata dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa ProdiD III Kebidanan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap pada mata kuliah KDK I.(2).Adapun model pembelajaran PBL berbasis mind mapping yang tepat itu terdiri darilangkah-langkah:(a).Menetapkan masalah yang relevan dari beberapa kompetensi,mereview dan menyajikan masalah.(b).Melakukan pencarian dan informasi yangrelevan untuk memecahkan masalah dan menyusun strategi dalam memecahkanmasalah.(c).Menerapkan strategi, menata data dan mengaitkan data dengan masalahtersebut.(d).Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL dengan mind mapping,membahas dan mengevaluasi hasil.
Kata kunci : Problem Based Learning, Mind Mapping, Kreativitas, Hasil Belajar..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................9
A. Kajian Pustaka .................................................................................................9
Tabel 4.1 Deskripsi Perbandingan Nilai Post test Pra Tindakan dan Siklus 1...............65
Tabel 4.2 Deskripsi Perbandingan Nilai Post test Siklus 1 dan Siklus 2 .....................100
Tabel 4.3 Deskripsi Perbandingan Nilai Post test Siklus 2 dan Siklus 3 ......................129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................................29
Gambar 3.2 Spiral PTK menurut Hopkins 1992 .............................................................32
Gambar 4.1 Dosen Posisi Di Depan Kelas Dan KolaboratorDi Belakang Mahasiswa .................................................................................................48
Gambar 4.2 Mahasiswa Sedang Melakukan Penelusuran Sumber..................................49
Gambar 4.3 Dosen Memfasilitasi Dan Memotivasi Mahasiswa .....................................50
Gambar 4.4 Hasil Mind Mapping Menunjukkan Adanya TulisanYang Menghadap Berbagai Arah ....................................................................................53
Gambar 4.5 Mahasiswa Sedang Presentasi Hasil Diskusi Mind Mapping......................55
Gambar 4.6 Mahasiswa Dalam Sesi Tanya Jawab ..........................................................55
Gambar 4.7 Diagram Bar Skor Mind Mapping Dan Kategori Kreatvitas .......................58
Gambar 4.8 Mind Mapping Dengan Konsep Link Skor 0...............................................60
Gambar 4.9 Cross Link Mind Mapping ...........................................................................61
Gambar 4.10 Hirarki Mind Mapping...............................................................................61
Gambar 4.11 Mind Mapping Dengan Mencantumkan Contoh .......................................62
Gambar 4.12 Mind Mapping Lengkap Dan Mind Mapping Dengan Gambar ..............63
Gambar 4.13. Penggunaan Warna Mind Mapping .........................................................63
Gambar 4.14 Diagram Bar Nilai Pre Test, Nilai Post Test Siklus 1Dan Persentase Indikator Keberhasilan Belajar ..............................................................65
Gambar 4.15 Suasana Proses Belajar Subyek Penelitian ................................................74
Gambar 4.16 Kolaborator Siklus 2 Posisi Dibelakang Mahasiswa
Dan Berkeliling Di Masing-Masing Kelompok Saat Diskusi .........................................87
Gambar 4.17 Nampak Anggota Kelompok Memisahkan Diri Dari Kelompoknya ........91
Gambar 4.18 Nampak Dosen Memfasilitasi Dan MemotivasiMahasiswa Kelompok 4 ..................................................................................................91
Gambar 4.19 Mind Mapping Hasil Diskusi Kelompok 1................................................93
Gambar 4.20 Mind Mapping Hasil Diskusi Kelompok 2................................................93
Gambar 4.22 Mind Mapping Hasil Diskusi Kelompok 3................................................94
Gambar 4.23 Mind Mapping Hasil Diskusi Kelompok 4................................................95
Gambar 4.24 Diagram Bar Skor Mind Mapping Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Kategori Kreativitas Berdasarkan Skor ...........................................................................96
Gambar 4.25 Konsep Link Mind Mappin........................................................................97
Gambar 4.26 Cross Link Mind Mapping .........................................................................98
Gambar 4.27 Gambar Mind Mapping Dengan Hirarki,Contoh, Gambar Dan Warna ...........................................................................................99
Gambar 4.28 Diagram Bar Nilai Pre Test, Nilai Post Test Siklus 2Dan Prosentase Indikator Keberhasilan Hasil Belajar...................................................100
Gambar 4.29 Hasil Mind Mapping Kelompok 1 ...........................................................123
Gambar 4.30 Hasil Mind Mapping Kelompok 2 ...........................................................124
Gambar 4.31 Hasil Mind Mapping Kelompok 3 ...........................................................125
Gambar 4.32 Hasil Mind Mapping Kelompok 4 ...........................................................125
Gambar 4.33 Diagram Bar Skor Mind Mapping Dan KategoriKreativitas Berdasarkan Skor ........................................................................................127
Gambar 4.34 Konsep Link, Cross Link Dan Hirarki Mind Mapping............................128
Gambar 4.35 Variabel Contoh, Gambar Dan Warna Mind Mapping............................128
Gambar 4.36 Diagram Bar Nilai Pre Test, Nilai Post Test Siklus 3 Dan IndikatorKeberhasilan Hasil Belajar ............................................................................................129
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
AKB sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Jika melihat Target MDGs tahun 2015
adalah bahwa AKI di Indonesia 102/100.000 kelahiran hidup. Media Bidan melansir,
berdasarkan tabel distribusi anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2010 sebanyak
175.124 bidan, dengan rincian sebagai berikut: Bidan yang bekerja di Rumah Sakit
(RS): 11.632; Bekerja di RS, RS Ibu dan Anak, RS Swasta sebanyak 17.133 bidan;
Bekerja di Puskesmas: 57.489 bidan; Bekerja di Pendidikan: 7.250 bidan; Bekerja di
Desa, Bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT), terpencil sebanyak: 44.738 bidan; Praktik
mandiri sebanyak : 35.333 bidan dan di Institusi lain sebanyak :1549 bidan (Media
Bidan, 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan terdapat 82,2% persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, diantaranya sebanyak 62,1% (75% persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan dilakukan oleh bidan). Dalam pelayanan KB diketahui bahwa
pencapaian peserta KB baru sebanyak 687.715 peserta, 32,2% diantaranya dilakukan
di Bidan Praktik Swasta (Media Bidan, 2013; IBI dan AIPKIND, 2012). Dari profil
diatas tampak bahwa bidan berperan penting sebagai pendamping perempuan dan
tenaga kesehatan profesional yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan
anak di Indonesia. Peran bidan sebagai penasehat, konsultan sekaligus praktisi dalam
penanganan ibu hamil sampai persalinan menjadikannya sebagai salah satu ujung
tombak pemerintah dalam menekan angka kematian ibu melahirkan dan atau bayi yang
baru dilahirkan.
Bidan adalah tenaga medis terdidik yang mempunyai peran dalam meningkatkan
standar kesehatan masyarakat, khususnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dalam
rangka menyiapkan bidan yang tanggap terhadap situasi terkini dan dapat mengatasi
berbagai situasi kompleks yang dihadapi perempuan, dibutuhkan bidan yang mampu
berpikir kritis, analisis-sintesis, advokasi dan kepemimpinan yang hanya dapat
dihasilkan oleh sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas dan mampu
berkembang sesuai kebutuhan kemajuan zaman. Tenaga bidan yang berkualitas
dihasilkan oleh institusi pendidikan kebidanan yang dikelola dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan regulasi. Di Indonesia sebagian besar
institusi pendidikan kebidanan masih pada level vokasi dan lulusan yang dihasilkan
oleh pendidikan vokasi lebih bersifat trained labour dengan minimnya keterampilan
clinical reasoning dan clinical judgement (Kemenkes RI, 2011; IBI&AIPKIND, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penyelenggaraan Pendidikan D-III Kebidanan mengacu pada Draft Standar
Nasional Pendidikan Diploma III Kebidanan Indonesia dan Draft Naskah Akademik
Sistem Pendidikan Kebidanan Indonesia serta menggunakan kurikulum inti Pendidikan
D-III Kebidanan yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumbar Daya Manusia Kesehatan Nomor : Hk-02.05/I/III/2/0879/2011
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Kebidanan. Meskipun masih dalam
bentuk draft, namun draft ini telah disepakati bersama antara IBI dan Asosiasi Institusi
Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND).
Kurikulum inti Pendidikan Diploma III Kebidanan merupakan penciri dari
kompetensi utama yang berlaku secara nasional dan disepakati bersama antara
penyelenggara pendidikan kebidanan, organisasi profesi dan masyarakat pengguna,
dengan beban dalam bentuk satuan kredit semester (SKS) 40%-80%. Kurikulum
Pendidikan D-III Kebidanan tahun 2011 sejumlah 96 SKS yang terdiri dari Teori
(T)=39 SKS, Praktikum (P)=34 dan Klinik (K)=23 SKS, dengan pembelajaran teori
sebanyak 40% dan pembelajaran praktek sebanyak 60%. Kompetensi pendukung dan
kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama bidan,
ditetapkan oleh institusi penyelenggara pendidikan kebidanan sampai dengan sekurang-
kurangnya 110 (seratus sepuluh) SKS dan sebanyak-banyaknya 120 (seratus dua puluh)
SKS (Kemenkes RI, 2011; IBI&AIPKIND, 2012).
Struktur program pendidikan D III Kebidanan terdiri dari Mata kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK),
Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB), Mata
kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). Salah satu mata kuliah MKK adalah
Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I. Mata kuliah KDK adalah mata kuliah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan keterampilan dasar dalam praktik
kebidanan. KDK terdiri dari KDK I diberikan di semester I dan KDK II diberikan di
semester II. Jumlah SKS KDK I yaitu 3 SKS dengan rincian 1 SKS teori dan 2 SKS
praktikum. Standar kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari KDK I adalah
pada akhir perkuliahan peserta didik mampu: Memahami tentang konsep manusia;
Memahami konsep sehat-sakit; Memahami konsep stress dan adaptasi; Menerapkan
prinsip pencegahan infeksi dalam kebidanan; Menggunakan instrumen dalam praktik
kebidanan; Melakukan pemeriksaan fisik; Memecahkan masalah yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar klien; Melakukan asuhan pada klien yang
menghadapi kehilangan dan kematian.
Sesuai garis besar mata kuliah yang terdapat dalam kurikulum inti bahwa
kompetensi tersebut dapat dicapai melalui berbagai kegiatan belajar seperti Problem
Based Learning (PBL), tutorial, diskusi, ceramah, praktikum, role play. Kompetensi ini
sangat mendukung sekali ketika mahasiswa mulai turun ke lahan, bertemu langsung
dengan klien untuk memberikan asuhan kebidanan. Dengan demikian untuk mencapai
kompetensi yang maksimal hendaknya mahasiswa memiliki nilai yang baik pada mata
kuliah KDK I.
Ketercapaian kompetensi diukur dengan berbagai bentuk dan metode penilaian.
Untuk menilai kognitif mahasiswa dengan menggunakan tes yaitu pada saat ujian
tengah semester dan ujian akhir semester. Untuk menilai afektif dan psikomotor
mahasiswa dengan menggunakan penuntun belajar berupa checklist dan observasi pada
saat diskusi. Penentuan kelulusan berdasarkan nilai batas lulus yaitu 56.
Selama ini, perkuliahan KDK I dilakukan dengan berbagai metode yang variatif
yaitu: ceramah, focus group discusion (FGD), seminar, praktikum, demonstrasi dan role
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
play. Metode ceramah dimaksudkan untuk menyajikan materi dan cenderung teacher
centered. Metode PBL belum pernah diterapkan pada KDK I. Metode FGD, seminar
dan role play, metode ini mahasiswa diberikan materi untuk ditelusuri melalui berbagai
sumber baik teks maupun web kemudian dipaparkan di depan mahasiswa lain, tanpa
trigger masalah. Dengan metode ini diharapkan merangsang mahasiswa untuk aktif
mengemukakan pendapat maupun bertanya, namun informasi dari tim dosen yang
menggunakan metode ini didapatkan informasi bahwa keaktifan mahasiswa dalam
bertanya hanya 20% saja. Metode demonstrasi dimaksudkan untuk memberikan contoh
suatu asuhan, misalnya demonstrasi tindakan pemeriksaan fisik dan diharapkan
mahasiswa mampu mengikuti dengan benar tanpa bantuan. Informasi dari semua tim
dosen pengajar KDK I, ketertarikan mahasiswa terhadap semua metode rata-rata 50%,
keaktifan mengemukakan pendapat rata-rata hanya 5%, keaktifan menjawab pertanyaan
saat diskusi 20%, dan untuk keterlibatan aktif pada saat seminar dan FGD 50%.
Hasil analisis keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah KDK I menunjukkan
belum maksimal. Nilai rata-rata KDK I pada tahun 2012 adalah 64,2 bila dikonversikan
menjadi nilai C atau setara 2,56. Ini menunjukkan adanya kesulitan mahasiswa
mencapai kompetensi. Seluruh mahasiswa tingkat I telah mendapatkan sejenis pelatihan
yang disebut dengan Kiat Jitu Sukses Belajar (KIJISUBE). Pelatihan KIJISUBE
mengajarkan strategi dan kiat belajarnya termasuk di dalamnya adalah mind mapping
sebagai cara mencatat dan materi berpikir kritis. Namun, hasil mind mapping tidak
dievaluasi. Hasil identifikasi masalah pada pra tindakan didapatkan bahwa keteraturan
membaca mahasiswa 75% tidak teratur, dengan lama membaca sebanyak 66,67%
kurang dari 1 jam dan 41,67% memilih waktu membaca saat jam kuliah. Dilihat dari
jenis bacaan, hanya 50% mahasiswa membaca buku pelajaran dan sebanyak 72,22%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
asal bacaan milik sendiri. Ditinjau dari cara mahasiswa dalam mencatat, 66,67%
merangkum apa adanya, 19,44%, 8,33% menyalin apa adanya dan 5,56% dengan mind
mapping.
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak lagi mengulang membaca materi
yang diajarkan diluar jam kuliah, dilihat dari ketidakteraturan dalam membaca dan lama
membaca. Selanjutnya dengan kepemilikkan buku sendiri menunjukkan kurangnya
frekuensi mahasiswa mengakses perpustakaan. Dengan sedikitnya waktu membaca serta
tidak teratur maka cara mencatat mahasiswa yang kurang efektif yaitu dengan
merangkum apa adanya, kemungkinan besar dengan waktu kurang dari 1 jam membaca,
seluruh hasil rangkuman tidak terbaca tuntas.
Kondisi tersebut diatas diperkirakan disebabkan karena kreativitas mahasiswa
dalam mencatat yang bermasalah sehingga hasil belajar belum maksimal. Salah satu
metode yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam mencatat adalah dengan
model pencatatan mind mapping, dan untuk meningkatkan hasil belajar dapat diterapkan
model pembelajaran dengan problem based learning (PBL). Problem Based Learning
menurut pendapat beberapa ahli dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran
dengan menggunakan masalah sebagai trigger, untuk selanjutnya mahasiswa akan
memecahkan masalah tersebut. Sedangkan mind mapping menurut Buzan, 2006 adalah
cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-
pikiran sehingga memungkinkan menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga
cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok
dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Apakah model pembelajaran PBL berbasis mind mapping mampu meningkatkan
kreativitas pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES Al Irsyad Al
Islamiyyah Cilacap tahun 2013?
2. Apakah model pembelajaran PBL berbasis mind mapping mampu meningkatkan
hasil belajar pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES Al Irsyad
Al Islamiyyah Cilacap tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Meningkatkan kreativitas melalui penerapan model pembelajaran PBL berbasis
mind mapping pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES Al
Irsyad Al Islamiyyah Cilacap tahun 2013.
2. Meningkatkan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran PBL berbasis
mind mapping pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES Al Irsyad
Al Islamiyyah Cilacap tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah :
1. Bagi STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
Memperoleh pengalaman menerapkan model pembelajaran PBL berbasis mind
mapping pada mata kuliah KDK I. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan pengalaman tentang penerapan model pembelajaran PBL
berbasis mind mapping pada mata kuliah KDK I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Bagi Mahasiswa
Memperoleh layanan pengajaran dengan penerapan model pembelajaran PBL
berbasis mind mapping pada mata kuliah KDK I dan memperoleh bekal alternatif
belajar dengan mind mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kreativitas
Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam
otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind Map adalah cara mencatat
yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran. Mind
Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita
menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami orak
dilibatkan sejak awal. Kegunaan Mind Map adalah dapat membantu dalam membuat
perencanaan, menyelesaikan masalah, belajar lebih cepat dan efisien, menjadi lebih
kreatif dan mengingat dengan lebih baik. (Buzan, 2005).
Dalam kamus bahasa Indonesia, kreatif dapat didefinisikam dengan memiliki
daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; pekerjaan yang menghendaki
kecerdasan dan imajinasi. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mencipta; daya cipta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh
mengungkapkan :
Generasi yang kreatif dan berkarakter kuat adalah generasi yang akan mampubersaing di era persaingan global di masa depan. Kreativitas seseorang dapat dilatihmelalui pendidikan. Oleh karena itu proses pendidikan harus dirancang untukmengasah rasa keingintahuan intelektual yang akan melahirkan kreativitas.
Demikian yang dilansir Kementrian Dinas Pendidikan dalam situsnya.
Kreativitas seseorang dalam hal ini mahasiswa dapat dilatih melalui pendidikan.
Dalam pendidikan tentu terdapat proses pembelajaran. Rusman, 2012 menjelaskan
bahwa model pembejaran yang kreatif merupakan proses pembelajaran yang
mengharuskan dosen dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan strategi dan metode
pembelajaran yang bervariasi salahsatunya adalah pemecahan masalah (PBL).
Kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan, perilaku,
dan proses. Kreativitas pada aspek sebuah kemampuan adalah sebuah kemampuan
untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-
gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan
kembali ide-ide yang telah ada. Kreativitas pada aspek sebuah perilaku adalah
sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-main
dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel,
dan kebiasaan menikmati sesuatu. Kreativitas pada aspek seebuah proses adalah
proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan
pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan segala
sesuatu lebih baik (Mustaji, 2013).
Kreativitas menurut Beetlestone, 2011 mengandung enam bagian utama
yakni : kreativitas sebagai sebuah bentuk pembelajaran; Representatif;
Produktivitas; Originalitas; Berpikir dengan kreatif/penyelesaian masalah; Alam
semesta/alam ciptaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa representasi dari kreativitas
yang dikemukakan Fryer, 1996 dapat berupa unsur-unsur simbolisme, menggambar,
grafis, ilustrasi, pembuatan peta maupun melukis. Aspek kreativitas dari berpikir
kreatif/menyelesaikan masalah adalah dengan kreativitas memungkinkan orang
yang sedang menyelesaikan masalah untuk memunculkan solusi-solusi yang
berbeda dan yang sebelumnya tidak nampak jelas (Beetlestone, 2011).
Representasi dari kreativitas berupa pembuatan peta, salah satunya adalah
pembuatan peta pikiran atau mind mapping. Tony Buzan adalah founder mind
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mapping, menuliskan dalam bukunya bahwa Mind Map adalah sarana untuk
menggali kreativitas. Kreativitas didefinisikan oleh Buzan sebagai kemampuan
berpikir dengan cara baru menjadi orisinil. Pemikiran kreatif termasuk kefasihan
yaitu seberapa cepat dan seberapa mudah seseorang melepaskan ide-ide baru yang
Kreativitas mind mapping dapat membantu mahasiswa membuat rencana,
menjadi lebih kreatif, meneyelesaikan masalah, mengingat dengan lebih baik,
belajar lebih cepat dan efisien. Terdapat 10 kiat kreativitas menurut Buzan, yaitu : a.
Mind Mapping; b. Menggunakan warna dalam catatan; c. Melamun dan bermimpi;
d. Berpikir secara radikal; e. Menyimpan buku catatan mind mapping; f.
Menggunakan mind mapping sebagai alat komunikasi kreatif; g. Mind mapping dan
penciptaan masa depan; h. Membuat mind mapping yang hanya menggunakan
gambar; i. Memberilah kode warna pada mind mapping; j. Jelajahi bagaimana mind
mapping bisa membantu dalam hidup (Buzan, 2006).
Kreativitas mind mapping merupakan kunci sukses mental dalam
memunculkan ide-ide cemerlang dan orisinal maupun mengingat apa yang ingin
diingat. Dalam pembuatan mind mapping diperlukan beberapa alat yang sangatlah
sedikit yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan imajinasi.
Berikut langkah-langkah membuat mind mapping, yang bersumber dari Buzan
(2006), Noer (2009), Kirmansyam (2012) dan nya :
a. Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
memanjang (landscape).
b. Tulis judul ditengah-tengah kertas, beri gambar yang sesuai dan pertegas dengan
lingkaran untuk mempermudah mengingat ide sentral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Ketika memasuki bagian-bagian penting, buat garis yang merupakan cabang
dari bagian utama dengan menggunakan warna.
d. Teruskan dengan menghubungkan cabang-cabang utama dari gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang utama ke cabang tingkat dua dan tiga dengan
menggunakan warna yang berbeda.
e. Gunakan garis-garis hubung yang melengkung dan alur yang nyaman. Tidak ada
aturan khusus dalam membuat mind mapping karena pembuat mind mapping
adalah seniman.
f. Beri label pada setiap cabang dengan menggunakan satu kata kunci.
g. Jika ada hal-hal yang berhubungan pada sub yang berbeda, bisa menarik garis
sebagai pengingat adanya kaitan antara kedua hal tersebut.
h. Menggunakan gambar.
Cara mengukur kreativitas mind mapping dengan menggunakan rubrik
penilaian mind mapping yang dimodifikasi oleh peneliti. Rubrik ini mengacu pada
hasil penelitian dari D'Antoni, et al, 2009 yang berjudul Interrater Reliability Of
The Mind Map Assessment Rubric In A Cohort Of Medical Students. Dalam penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa Rubrik penilaian mind mapping dapat diandalkan
untuk menilai mind mapping. Penilaian kreativitas mind mapping dengan
menggunakan rubrik penilaian mind mapping yang dimodifikasi peneliti akan
menghasilkan kategori seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Skor dan Kategori Penilaian Kreativitas Mind Mapping
Skor Kategori1-9 Kreativitas mind mapping rendah10-19 Kreativitas mind mapping sedang20-28 Kreativitas mind mapping tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Hasil Belajar KDK I
a. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Winkel, 1996 adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purrwanto,
2010). Sejalan dengan pendapat Winkel, Darsono, 2000 mendefinisikan hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran berupa perubahan
tingkah laku yang relatif tetap (Yusuf dan Auliya, 2011). Prestasi belajar adalah
puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar
pebelajar terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan (Olivia, 2011). Aspek
perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotor (Purwanto, 2010).
Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan
dapat berupa hasil utama pengajaran maupun hasil sampingan pengiring. Hasil
utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan
untuk diwujudkan sesuai tujuan pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah
hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai (Purwanto,
2010). Contoh hasil pengiring adalah setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa
menyukai mata kuliah KDK I yang semula tidak disukai karena mahasiswa
senang dengan model pembelajaran dari dosen.
b. Hasil Belajar KDK I
Pendidikan Diploma III Kebidanan merupakan Pendidikan Vokasional
yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan gelar Ahli Madya Kebidanan
(A. Md. Keb), dengan Beban studi sekurang-kurangnya 110 (seratus sepuluh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
SKS dan sebanyak-banyaknya 120 (seratus dua puluh) SKS yang dijadwalkan
untuk 6 (enam) semester dan dapat ditempuh dalam waktu sekurang-kurangnya
6 (enam) semester dan selama-lamanya 10 (sepuluh) semester setelah
pendidikan menengah. Kurikulum inti Pendidikan Diploma III Kebidanan
merupakan penciri dari kompetensi utama yang berlaku secara nasional dan
disepakati bersama antara penyelenggara pendidikan kebidanan, organisasi
profesi dan masyarakat pengguna, dengan beban dalam bentuk satuan kredit
semester 40%-80%.
Dengan demikian maka ditetapkan bahwa kurikulum Pendidikan D-III
Kebidanan tahun 2011 sejumlah 96 SKS yang terdiri dari Teori (T) = 39 SKS,
Praktikum (P) = 34 dan Klinik (K)= 23 SKS, dengan pembelajaran teori
sebanyak 40 % dan pembelajaran praktek sebanyak 60 %. Kompetensi
pendukung dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan
kompetensi utama bidan, ditetapkan oleh institusi penyelenggara pendidikan
kebidanan sampai dengan sekurang-kurangnya 110 (seratus sepuluh) SKS dan
sebanyak-banyaknya 120 (seratus dua puluh) SKS.
Struktur program pendidikan D III Kebidanan terdiri dari MPK, MKK,
MKB, MPB, MBB. Salah satu mata kuliah MKK adalah KDK I. Mata kuliah
KDK adalah mata kuliah memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan
keterampilan dasar dalam praktik kebidanan. KDK terdiri dari KDK I diberikan
di semester I dan KDK II diberikan di semester II. Jumlah SKS KDK I yaitu 3
SKS dengan rincian 1 SKS teori dan 2 SKS praktikum.
Standar kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari KDK I adalah
Pada akhir perkuliahan peserta didik mampu : Memahami tentang konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
manusia; Memahami konsep sehat-sakit; Memahami kosep stress dan adaptasi;
Menerapkan prinsip pencegahan infeksi dalam kebidanan; Menggunakan
instrumen dalam praktik kebidanan; Melakukan pemeriksaan fisik; Memecahkan
masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar klien;
Melakukan asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan kematian.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Mind Mapping
Definisi Model pembelajaran mengacu pada pendapat Winataputra yaitu
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan. Atas dasar pemikiran tersebut, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran ( Zuleha dan Luriawati,
2011).
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas (Joyce dan Weil, 1980 dalam Rusman, 2012).
a. Definisi PBL
Beberapa ahli berpendapat tentang definisi dari PBL, sebagai berikut :
1). PBL adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus
melakukan pencarian/penggalian informasi untuk dapat memecahkan
masalah tersebut (Dikti, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2). PBL menurut Profesor Howard Barrows dan Kelson adalah kurikulum dan
proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah
yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting,
membuat mereka mahir dalam merencanakan masalah, memiliki strategi
belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim (Amir,
2013)
3). Rumusan PBL menurut Dutch, 1994 adalah metode instruksional yang
menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata (Amir, 2013)
4). PBL adalah satu model pengajaran yang menggunakan masalah sebagai
fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi
(konten), dan pengendalian diri (Eggen dan Kauchak, 2012)
5). PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. PBL
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan
berpikir mahasiswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis sehingga mahasiswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan
berpikir secara kesinambungan (Tan, 2000, dalam Rusman, 2012).
Problem Based Learning dikembangkan berdasarkan pada teori
psikologi kognitif modern, yang menyatakan bahawa belajar adalah suatu
proses dimana pebelajar secara aktif mengkontruksikan pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungan serta belajar yang dirancang oleh fasilitator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pembelajaran, dalam hal ini adalah dosen. Menurut Gisjelairs, 1996 (Suci, 2008)
teori yang dikembangkan dalam PBL mengandung dua prinsip yaitu belajar
adalah suatu proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process) dan
belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi social dan sifat kontektual dari
pelajaran. Teori ini mengarahkan bahwa dalam proses belajar mengajar
pebelajar memproses konstruksi pengetahuan-pengetahuan dari materi-materi
yang didapat. Selain terjadi proses konstruksi pengetahuan, terjadi pula interaksi
sosial baik antar mahasiswa dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen.
Telah banyak definisi dari PBL menurut berbagai ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran dengan
menggunakan masalah sebagai trigger, untuk selanjutnya mahasiswa akan
memecahkan masalah tersebut. Sedangkan model pembelajaran PBL berbasis
mind mapping dapat didefinisikan sebagai suatu rencana belajar dengan
memanfaatkan masalah dan mahasiswa diharuskan mencari informasi untuk
memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan mind mapping sebagai
hasil diskusi.
b. Karakteristik PBL
Karakteristik yang mencakup proses PBL menurut Tan, 2003 (Rusman,
2012 dan Amir, 2013), sebagai berikut : 1). Permasalahan menjadi starting point
dalam belajar; 2).Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur; 3).Permasalahan membutuhkan perspektif
majemuk; 4). Masalah membuat pebelajar tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; 5). Sangat mengutamakan
belajar mandiri; 6). Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pencarian, evaluasi dan review pengalaman mahasiswa, proses belajar dan
penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting; 7). Belajar adalah
kolaboratif, komunikasi dan kooperatif; 8). Pengembangan ketrampilan inquiry
dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan
untuk mencari solusi sebuah permasalahan; 9). Keterbukaan proses dalam PBL
meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
Karakteristik yang membedakan PBL dengan model pembelajaran
lainnya menurut Barrows (Suci, 2008) yaitu : 1). Pembelajaran bersifat student
centered; 2). Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil; 3). Dosen
berperan sebagai fasilitator dan moderator; 4). Masalah menjadi fokus dan
merupakan sarana untuk mengembangkan ketrampilan problem solving; 5).
Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri.
Secara garis besar dapat dikemukakan disini, bahwa karakteristik PBL
dicirikan dengan adanya permasalahan yang mendekati dunia kebidanan sebagai
awal pembelajaran; dalam proses berlajar PBL bersifat student centered;
penyelesaian masalah dalam kelompok kecil dengan aktifitas berupa kolaborasi,
komunikasi, kooperatif dan inquiry; dalam memperoleh sumber pengetahuan
bersifat self directed learning dengan memanfaatkan berbagai sumber; dosen
dalam PBL berperan sebagai fasilitator dan moderator.
c. Manfaat PBL
Hasil penelitian Smith, 2005 tentang dimensi manfaat PBL menemukan
bahwa dengan PBL maka pebelajar akan meningkat kecakapan pemecahan
masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat
pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan
belajar dan memotivasi pebelajar (Amir, 2013).
Berdasarkan dimensi penelitian diatas, Amir (2013) meringkas manfaat
PBL sebagai berikut : 1). Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya
atas materi ajar; 2). Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; 3).
Mendorong untuk berpikir; 4). Membangun kerja tim, kepemimpinan dan
ketrampilan sosial; 5). Membangun kecakapan belajar; 6). Memotivasi
pebelajar.
Keunggulan dari PBL yang dapat dirasakan sebagai manfaat PBL
menurut Apriono (2011) yaitu : 1). Pebelajar lebih memahami konsep yang
diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; 2).
Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan
berpikir pebelajar yang lebih tinggi; 3). Pengetahuan tertanam berdasarkan
skema, dalam hal ini skema berupa mind mapping, yang dimiliki pebelajar
sehingga pembelajaran lebih bermakna; 4). Pebelajar dapat merasakan manfaat
pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan
dengan kehidupan nyata sehingga dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan
pebelajar terhadap bahan yang dipelajari; 5). Menjadikan pebelajar lebih
mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat
orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar; 6).
Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap pembelajar dan kelompoknya sehingga pencapaian ketuntasan belajar
dari pebelajar dapat diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Manfaat dari model pembelajaran PBL dapat disimpulkan yaitu dengan
PBL maka mahasiswa akan terdorong untuk berpikir kritis karena mahasiswa
dilibatkan secara aktif dalam memecahkan masalah; keuntungan yang didapat
mahasiswa dengan terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah maka
diharapkan materi kuliah akan lebih diingat dan lebih dikuasai; pengkondisian
dalam belajar kelompok diharapkan ketuntasan belajar tercapai.
d. Desain Masalah dalam PBL
Keunggulan model pembelajaran PBL terletak pada perancangan
‘masalah’nya. Masalah yang diberikan pada saat proses pembelajaran
seharusnya dapat merangsang dan memicu pebelajar untuk menjalankan
pembelajaran dengan baik.
1). Desain masalah
Desain masalah yang disajikan dosen dalam proses pembelajaran PBL tentu
mempunyai ciri khas, seperti pendapat Wee, et al, 2002 bahwa masalah
dalam PBL mempunyai ciri khas yaitu :
a). Punya keaslian seperti ditempat kerja.
Masalah yang disajikan merupakan cerminan masalah yang dihadapi di
dunia kerja, seperti rumah sakit, rumah bersalin maupun bidan praktik
swasta.
b). Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya.
Masalah yang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman
pebelajar atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya, sehingga
mahasiswa dapat mengaitkan dengan materi sebelumnya dengan materi
yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c). Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif
Masalah yang mampu membangun pemikiran metakognitif artinya
bahwa dengan menjalankan proses PBL mahasiswa mampu menguji
pemikirannya, mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri
sekaligus mengeksplor hal yang baru. Dengan pemikiran metakognitif
mahasiswa membangun pemahaman-pemahaman tentang materi yang
dipelajari.
d). Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran
Masalah yang relevan dengan dunia kerja akan menantang mahasiswa
untuk tergugah menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini akan
meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
e). Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang seharusnya menjadi sasaran mata
kuliah tetap dapat terliputi dengan baik (Rusman, 2012)
2). Bentuk penyajian masalah
Bentuk penyajian masalah menurut Amir (2013) dan sudah dimodifikasi
oleh penulis, sebagai berikut: a). Kinerja yang tidak sesuai; b). Situasi yang
menuntut perhatian atau peningkatan; c). Mencari cara yang lebih baik atau
hal baru; d). Fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat
dipecahkan; e). Adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; f).
Masalah pengambilan keputusan. Selain 5 ciri diatas, Amir (2013)
menambahkan ciri desain masalah ditinjau dari :
a). Karakteristik, meliputi : masalah nyata dalam kehidupan, adanya
relevansi dalam kurikulum, masalah memiliki kaitan dengan berbagai
disiplin ilmu dan keterbukaan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b). Konteks, meliputi : masalah tidak terstruktur, menantang, memotivasi,
memiliki elemen baru.
c). Sumber dan lingkungan belajar, meliputi : masalah dapat memberikan
dorongan untuk dipecahkan secara kolaboratif, independen untuk
bekerjasama, adanya bimbingan dalam proses memecahkan masalah dan
menggunakan sumber, adanya sumber informasi dan hal-hal yang
diperlukan dalam proses pemecahan masalah.
3). Penulisan Skenario masalah PBL
PBL dapat berhasil bila skenario masalah yang digunakan berkualitas
tinggi. Skenario masalah harus mengarahkan pebelajar menuju area khusus
dari pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
langkah yang bisa dilakukan dalam membuat skenario masalah yang efektif
menurut Dolman et al (1997), yaitu sebagai berikut :
a). Tujuan pembelajaran yang dicapai oleh pebelajar setelah mempelajari
skenario masalah seharusnya konsisten dengan tujuan pembelajaran yang
direncanakan dalam RPP.
b). Masalah yang diberikan sesuai dengan tahapan kurikulum dan tingkat
pemahaman pebelajar.
c). Skenario masalah menarik bagi pebelajar dan relevan dengan praktik di
masa mendatang.
d). Ilmu-ilmu dasar harus dimasukkan dalam konteks skenario masalah
klinik untuk mendorong integrasi pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e). Skenario masalah seharusnya mengandung petunjuk guna memberi
stimulus diskusi dan memotivasi pebelajar untuk mencari penjelasan dari
isu-isu yang dipresentasikan.
f). Masalah benar-benar terbuka sehingga diskusi tidak terhenti ditengah
jalan.
g). Skenario masalah seharusnya mendorong partisipasi pebelajar dalam
mencari informasi dari berbagai referensi (Nursalam dan Effendi, 2008).
e. Proses Pembelajaran PBL
1). Menurut Dikti (2008)
Bahwa langkah-langkah proses pembelajaran PBL adalah (a) Menerima
masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut
mata kuliah, dari dosennya; (b) Melakukan pencarian data dan informasi
yang relevan untuk memecahkan masalah; (c) Menata data dan mengaitkan
data dengan masalah; dan (d) Menganalis strategi pemecahan masalah PBL
adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus
melakukan pencarian/penggalian informasi untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.
2). Fase-fase proses pembelajaran PBL menurut Eggen dan Kauchak (2012)
terdiri dari :
a). Fase 1 : Mereview dan menyajikan masalah
Pada fase ini dosen mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dan memberi mahasiswa masalah spesifik dan
konkret untuk dipecahkan.
b). Fase 2 : Menyusun strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Mahasiswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan dosen
memberikan umpan balik soal strategi
c). Fase 3 : Menerapkan strategi
Mahasiswa menerapkan strategi dan dosen secara cermat memonitor
upaya mahasiswa serta memberikan umpan balik.
d). Fase 4 : Membahas dan mengevaluasi Hasil
Dosen membimbing diskusi tentang upaya mahasiswa dan hasil yang
mereka dapatkan.
3). Implementasi PBL dengan menggunakan Seven Jumps Methods (SJM). SJM
merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh
Gijselaers (1995) sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter
pada University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan PBL. Sesuai
dengan namanya, pada metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran
yang harus dialami oleh mahasiswa, yaitu :
a). Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami.
b). Mendefinisikan Permasalahan
c). Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara.
d). Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan.
e). Menformulasi tujuan belajar
f). Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri
g). Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk
permasalahan yang sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi
penguatan hasil belajar (Nurohman, 2009).
4). Alur proses pembelajaran PBL menurut Rusman (2012) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a). Menentukan masalah
b). Analisis masalah dan isu belajar
c). Pertemuan dan laporan
d). Penyajian solusi dan refleksi
e). Kesimpulan, integrasi dan evaluasi.
5). Jumlah anggota dalam kelompok diskusi PBL
Beberapa ahli berpendapat tentang jumlah anggota dalam kelompok
diskusi PBL. Menurut Alavi (2002) kelompok diskusi PBL tidak lebih dari
12-15, sedangkan menurut Rideout (2001) anggota dalam kelompok diskusi
PBL terdiri dari 5-10 anggota. Sejalan dengan pendapat ahli sebelumnya,
Borri dan Maffioli (2007) bahwa jumlah anggota kelompok diskusi PBL
berkisar antara 8 dan 12 anggota. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat
diatas bahwa anggota kelompok diskusi PBL paling sedikit adalah 5 dan
maksimal 15 anggota.
Pada kelompok dengan anggota lebih dari 15 orang biasanya kurang
sukses, dikarenakan apabila terdapat anggota yang asertif atau mempunyai
kelebihan verbal akan cenderung mendominasi, sementara anggota yang
merasa ragu-ragu dan tidak yakin dengan alasan apapun, akan lebih mudah
untuk tetap tenang dan pasif (Alavi, 2002). Dengan jumlah anggota
kelompok antara 5-15 orang dapat dikatakan ideal, dikarenakan jumlah
tersebut cenderung menjadi kohesif, lebih interaktif dan memungkinkan
untuk lebih saling peduli yang mempengaruhi dalam membangun hubungan
ketika proses diskusi memecahkan masalah (Rideout, 2001). Borri dan
Maffioli (2007) berpendapat bahwa menentukan jumlah anggota kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
diskusi mencapai ideal, dalam rangka menuju diskusi yang efektif dan
dengan kelompok ideal akan mewakili latar belakang pengetahuan dan
pandangan yang berbeda.
Sebaliknya, jika kelompok terlalu kecil, fasilitator akan merasa lebih
sulit untuk mendorong keragaman pendapatan maupun ide dari berbagai
sudut pandang, meskipun disisi lain dengan jumlah anggota yang kecil maka
potensi interaksi antar anggota akan meningkat (Alavi, 2002). Lain halnya
pendapat Rideout (2001) bahwa jika jumlah anggota kelompok terlalu kecil
kemungkinkan ada keragaman cukup ide dan cenderung ketergantungan
pada fasilitator serta sedikitnya anggota kelompok yang tersedia dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
f. Peran Dosen dalam PBL
Karakteristik dari PBL adalah proses belajar yang bersifat student centered,
maka peran dosen sebagai fasilitator dan moderator. Menurut Rusman (2012)
dan Tan (Amir, 2013) dosen dapat memfasilitasi mahasiswa dengan membangun
lingkungan belajar yang mengubah cara berpikir, mengembangkan ketrampilan
inquiry, menggunakan pembelajaran dengan kelompok kecil; menuntut
pebelajar dalam mendapat strategi pemecahan masalah, dengan penalaran yang
mendalam, serta berpikir metakognitif dan kritis; menjadi perantara proses
penguasaan informasi.
Peran dosen dalam PBL menurut Eggen dan Kauchak (2012) disesuaikan
dengan fase-fase pada proses pembelajaran PBL. Pada fase mereview dan
menyajikan masalah, dosen berperan menarik perhatian mahasiswa ke dalam
materi dan menilai pengetahuan awal. Pada fase menyusun strategi, peran dosen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
adalah memastikan mahasiswa menggunakan pendekatan yang berguna dalam
pemecahan masalah. Pada fase menerapkan strategi, dosen dapat berperan dalam
memonitor upaya mahasiswa dalam menyelesaikan masalah dan memberikan
umpan balik. Pada fase membahas dan mengevaluasi hasil belajar, dosen
berperan sebagai pembimbing dalam diskusi dan memberikan umpan balik.
4. Penelitian yang Relevan
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan
No Judul RumusanMasalah/Tujuan
MetodePenelitian
Hasil Peneliti
1. EfektivitasPenerapanPembelajaranBerbasis Masalahdan Teknik PetaKonsep dalamMeningkatkanProses dan HasilBelajar MataPelajaran EkonomiSiswa Kelas XSMAN 2 MalangSemester GenapTahun Ajaran2006-2007
EfektivitasPenerapanPembelajaranBerbasis Masalahdan Teknik PetaKonsep dalamMeningkatkanProses dan HasilBelajar MataPelajaran EkonomiSiswa Kelas XSMAN 2 MalangSemester GenapTahun Ajaran2006-2007
PTK Pada siklus ke2 mahasiswamemilikikreativitassedang ketinggi.
Yus danRay,2011
B. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
KondisiAwal
Tindakan
KondisiAkhir
Dosen belum pernahmenerapkan PBL
berbasis mind mappingpada matakuliah KDK I
Kreativitas mindmapping dan hasil
belajar rendah
Dosen menerapkanPBL berbasis mind
mapping dalampembelajaran KDK I
SIKLUS 1Dosen menerapkan PBLberbasis Mind Mapping
: Plan, Acting,Observing, Reflecting.
SIKLUS 2Dosen menerapkan PBLberbasis Mind Mapping :Plan, Acting, Observing,
Reflecting.
Diduga dengan menerapkanPBL berbasis mind mappingdalam pembelajaran KDK I,
dapat meningkatkankreativitas dan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
C. Hipotesis
Memperhatikan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka
hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut: dengan penerapan model pembelajaran
PBL berbasis mind mapping secara tepat dapat meningkatkan kreativitas dan hasil
belajar pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan STIKES Al Irsyad
Al Islamiyyah Cilacap tahun 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi D III Kebidanan STIKES Al
Irsyad Al Islamiyyah Cilacap yang berlokasi di Jalan Cerme Nomor 24 Cilacap.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1, tahun ajaran 2013-2014. Berikut
rincian kegiatan dalam tabel 3.1:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Kegiatan PenelitianBulan, 2013-2014
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar1. Menyusun Proposal Penelitian X X2. Menyusun Instrumen
PenelitianX X
3. Melakukan Kegiatan Siklus 1 X4. Melakukan Kegiatan Siklus 2 X5. Melakukan Kegiatasn Siklus 3 X6. Melakukan analisa data X X7. Menyusun Laporan Penelitian X X
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kreativitas, dan hasil
belajar dengan menggunakan model pembelajaran PBL berbasis mind mapping.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas / Class Room Action Research (PTK). Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh dosen di kelasnya sendiri
dengan cara : a. Merencanakan, b. Melaksanakan, c. Merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai dosen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sehingga hasil belajar mahasiswa dapat meningkat (Kusumah dan Dwitagama,
2012).
Istilah PTK sebenarnya diawali dari istilah action research atau penelitian
tindakan. Secara umum action research digunakan untuk menemukan pemecahan
masalah yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya,
baik di kantor, di rumah maupun di kelas. Action research dapat dianggap sebagai
penelitian ilmiah mikro yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Untuk
membedakan action research dengan bidang lain, para peneliti pendidikan sering
menggunakan istilah action research classroom. Dari sinilah istilah PTK muncul
(Muslich, 2012).
Nama lain dari PTK adalah Participatory Research; Collaborative
dikategorikan kreativitas sedang dan 50% dikategorikan kreativitas tinggi,
siklus 3: 25% dikategorikan kreativitas sedang dan 75% dikategorikan
kreativitas tinggi.
Kreativitas dalam kamus bahasa Indonesia dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mencipta. Kreativitas menurut Mustadji (2013) dapat dilihat
dari 3 aspek, yaitu aspek kemampuan, aspek perilaku dan aspek proses.
Kreativitas pada aspek kemampuan, tampak mahasiswa mampu
memikirkan, menemukan sesuatu yang baru dan menciptakan gagasan baru
dengan mengkombinasikan dan menerapkan ide-ide yang telah ada. Kreativitas
dari aspek perilaku, mahasiswa tampak menerima kebaruan dan mempunyai
kemampuan bermain-main dengan berbagai kemungkinan. Kemungkinan mind
mapping yang dibuat benar dan kemungkinan salah.
Kreativitas pada aspek proses, tampak mahasiswa berproses bekerja
keras dan berkesinambungan dari siklus 1 sampai siklus 3 dalam menghasilkan
gagasan dan pemecahan masalah yang lebih baik.
Menurut Beetlestone (2011), kreativitas mengandung 6 bagian utama
yaitu kreativitas sebagai bentuk pembelajaran, representatif, produktivitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
originalitas, penyelesaian masalah, dan alam ciptaan. Bentuk pembelajaran
yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran PBL berbasis mind mapping
adalah pembelajaran membuat mind mapping dengan menggunakan gambar,
garis, contoh, dan perpaduan warna. Bagian kreativitas yang lain yaitu
representatif, produktivitas, originalitas dan penyelesaian yang berupa hasil
mind mapping yang telah dibuat mahasisiwa selama siklus 1 hingga siklus 3.
Secara keseluruhan kreativitas yang didapat mahasiswa dapat
menunjukkan sebuah perilaku menerima perubahan model pembelajaran dari
yang konvensional seperti ceramah, menjadi model pembelajaran PBL berbasis
mind mapping. Mahasiswa berproses kerja keras dan berkesinambungan dari
siklus 1 hingga siklus 3 dalam memecahkan masalah menjadi lebih baik. Dari
tidak adanya rumusan masalah hingga mampu membuat rumusan masalah yang
benar sebagai pijakan dalam menyelesaikan kasus yang diberikan.
b. Penerapan PBL berbasis Mind Mapping dalam Meningkatkan
Kreativitas
Proses pembelajaran PBL menurut Dikti (2008) dan Eggen dan Kauchak
(2012) terdiri dari langkah-langkah:
1). Menerima masalah yang relevan dari beberapa kompetensi, mereview dan
menyajikan masalah.
Dalam penerapannya, masalah yang relevan dalam penelitian ini
adalah skenario kasus dengan masalah spesifik dan konkret untuk
dipecahkan yang diberikan mulai dari siklus 1 sampai siklus 3. Skenario
kasus yang dibuat peneliti berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
harus dicapai pada saat perkuliahan berlangsung. Dosen mereview
pengetahuan yang dibutuhkan pada saat apersepsi maupun ice breaker.
Pada langkah 1 ini, mahasiswa sudah dirangsang kreativitas dengan
menunjukkan perilaku menerima perubahan model pembelajaran yang
sebelumnya adalah konvensional dengan ceramah, sekarang beralih ke PBL.
2). Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan
masalah dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.
Penerapan langkah ini dalam penelitian adalah mahasiswa
merumuskan masalah, kemudian menggunakan strategi menelusur sumber
dan membagi tugas dari anggota kelompok tentang apa saja yang harus
dicari.
Pada langkah ke-2 mahasiswa dirangsang kreativitas dalam berproses
untuk memikirkan, untuk menemukan sesuatu yang baru, menciptakan dan
mengkombinasikan ide-ide baru yang ditemukan dari hasil penelusuran
sumber buku dan web.
3). Menerapkan strategi, menata data dan mengaitkan data dengan masalah
tersebut.
Penerapan fase ini mahasiswa menerapkan strategi merumuskan
masalah, membagi tugas pada anggota kelompok dan menelusur sumber.
Dosen bertugas mengamati proses diskusi dan memotivasi serta
memfasilitasi kelompok yang tampak belum aktif.
Hasil penelusuran kemudian didesain dalam bentuk gambar mind
mapping dengan memperhatikan dan mempertimbangkan ide sentral, garis
penghubung, kata kunci, hirarki pengetahuan, contoh, warna dan gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Pada langkah 3 ini, mahasiswa dirangsang untuk berkreativitas dalam
membuat mind mapping sebagai hasil pemecahan masalah dari kasus yang
diberikan. Mind mapping ini merupakan bagian dari seluruh kreativitas yang
dicapai mahasiswa.
4). Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL, membahas dan
mengevaluasi hasil.
Penerapan langkah 4 pada penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen
secara bersama-sama menganalisis hasil pemecahan masalah. Dosen
membimbing mahasiswa dalam proses diskusi dan memberikan umpan balik
atas hasil pemecahan masalah masing-masing kelompok dalam bentuk mind
mapping.
Hasil mind mapping yang dibuat merupakan bentuk berpikir
kreativitas mahasiswa dalam penyelesaian masalah dengan menggambar dan
mengilustrasikan dalam bentuk mind mapping.
2. Penerapan PBL Berbasis Mind Mapping dalam Meningkatkan Hasil
Belajar
a. Hasil belajar yang dapat dicapai
Hasil belajar menurut Winkel, 1996, adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah sikap dan tingkah lakunya (Purwanto, 2010).
Hasil belajar menurut Lanawati, 1999, adalah hasil penilaian pendidik terhadap
proses belajar dan hasil belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang
menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari mahasiswa (Hawadi
dan Akbar R, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan
dapat berupa hasil utama pengajaran maupun hasil sampingan pengiring. Hasil
utama adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk
diwujudkan sesuai tujuan pembelajaran. Hasil pengiring adalah hasil belajar
yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai (Purwanto, 2010).
Untuk memperoleh data hasil penilaian yang mampu menggambarkan
kompetensi yang sebenarnya, pendidik dianjurkan untuk menerapkan berbagai
teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai. Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian akan memberikan
informasi yang lebih akuran tentang kemajuan belajar peserta didik. Secara garis
besar alat penilaian evaluasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu : teknik tes dan teknik non tes
(Cahyanto, 2014).
Tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu dengan maksud membandingkan kecakapan
mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain (Sudijono, 2001). Tes diartikan
sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan
obyek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu (Djaali dan
Mulyono, 2008).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes non baku. Menurut
Djaali dan Mulyono (2008) tes non baku yang biasa disebut tes buatan dosen
yaitu tes yang dibuat oleh seseorang untuk digunakan sesaat dan hanya berlaku
intern serta hanya untuk mengukur satu jenis kemampuan. Tes non baku tidak
dilakukan pengujian dilapangan tetapi langsung dipakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis tes, yaitu tes awal dan tes akhir.
Menurut Sudijono (2001) tes awal sering dikenal dengan pre test adalah tes yang
bertujuan mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan
diajarkan telah dapat dikuasai oleh mahasiswa. Tes akhir sering dikenal dengan
post test adalah tes yang bertujuan untuk mengetahi apakah semua materi
pelajaran sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.
Teknik selanjutnya adalah teknik non tes. Teknik non tes adalah
penilaian hasil belajar dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis atau observasi,
melakukan wawancara, menyebar angket dan memeriksa dokumen-dokumen
hasil karya peserta didik (Sudijono, 2001). Dalam penelitian ini, teknik non tes
yang digunakan adalah observasi, wawancara dan memeriksa dokumen hasil
karya peserta didik.
Berikut hasil belajar yang dicapai dengan teknik tes : Hasil pre test : 1).
Siklus 1: nilai terendah adalah 30 (15,15%) dan tertinggi 80 (6%) dengan rata-
rata nilai 50,3; 2). Siklus 2: nilai terendah adalah 20 (2,8%) dan tertinggi 80
(2,8%) dengan rata-rata nilai 38,42; 3). Siklus 3: nilai terendah 10 (2,77%) dan
nilai tertinggi 75 (2,77%) dengan rata-rata nilai 37.
Berdasarkan hasil nilai pre testt diatas maka dapat dikatakan rata-rata
nilai belum mencapai nilai batas lulus yaitu ≥ 56. Artinya bahwa materi yang
akan disampaikan pada hari itu baru sebagian saja dipahami oleh mahasiswa.
Dari hasil pre test inilah, dosen menentukan dari mana pembahasan akan
dimulai dan menentukan cara menyampaikan materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Hasil post test didapatkan nilai sebagai berikut: 1). Siklus 1: nilai
terendah 70 (6%) dan nilai tertinggi adalah 100 (21,21%) dengan nilai rata-rata
88,1; 2). Siklus 2: nilai terendah 25(2,8%) dan nilai tertinggi 100 (8,3%) dengan
rata-rata nilai 81,06; 3). Siklus 3: nilai terendah 56 (11,11%) dan nilai tertinggi
100 (63,89%) dengan rata-rata nilai 90,34.
Berdasarkan perolehan nilai diatas, dapat dilihat bahwa nilai post test
lebih tinggi dibanding nilai pre test dan terjadi pada semua siklus. Nilai post test
menunjukkan sejauh mana penguasaan materi yang diberikan pada hari itu
dikuasai oleh seluruh mahasiswa. Melihat seluruh nilai post test pada semua
siklus lebih tinggi dibanding nilai pre test maka dapat disimpulkan bahwa
program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya. Dalam
penelitian ini naskah pre testt dan post testt sama.
Berikut hasil belajar yang dicapai dengan teknik non tes :
1). Hasil Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan kolaborator. Observasi partisipatif
dilakukan oleh peneliti dan observasi non partisipatif dilakukan oleh
kolaborator. Hasil observasi didapatkan sebagai berikut: pada siklus 1, kelas
dibagi menjadi 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
anggota. Jumlah kelompok tersebut sesuai pendapat dari Rideout (2001) bahwa
anggota kelompok diskusi PBL terdiri dari 5-10 anggota. Jumlah anggota dalam
penelitian ini bisa dikatakan kecil. Keuntungan dari jumlah kelompok kecil
adalah kelompok cenderung meningkat interaksinya, namun disisi lain
keragaman ide yang dimunculkan pun kecil. Kekurangan dari jumlah kelompok
kecil adalah menyulitkan peneliti sebagai fasilitator untuk mendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
keragaman pendapat. Kesulitan ini ditemui ketika peneliti menemukan
kelompok yang aktif sendiri-sendiri dalam proses penelusuran sumbernya.
Dalam hal ini diperlukan motivasi supaya ketua kelompok melibatkan seluruh
anggota untuk terlibat.
Hasil diskusi berupa mind mapping pada siklus 1 setelah diamati
menunjukkan bahwa ide sentral belum mewakili apa yang ingin disampaikan,
garis penghubung tampak tidak berwarna karena tidak ada kata kunci, domain
pengetahuan yang dituliskan terbatas sekali, mencabangkan pengetahuan dari
sentral ke perifer hanya 1 cabang saja, tidak ada yang menggunakan gambar dan
contoh. Pada siklus 1 hasil mind mapping hanya menitikberatkan pada variasi
warna. Selain mind mapping hasil diskusi tidak berdasarkan rumusan masalah,
seluruh kelompok tidak membuat rumusan masalah.
Pada siklus 2 dan 3, kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 9 orang. Menurut Borri dan Maffioli (2007) bahwa jumlah
anggota kelompok diskusi PBL berkisar antara 8-12 anggota. Jumlah anggota
pada siklus 2 dan 3 dapat dikatakan ideal.
Keuntungan dari besar anggota kelompok yang ideal adalah terjadi
kecenderungan kohesif, lebih interaktif, tugas bisa dibagi lebih merata ke
seluruh anggota dan memungkinkan menghasilkan ide yang lebih banyak
sehingga diskusi menjadi lebih efektif. Namun, terdapat pula kekurangan dari
jumlah anggota tersebut yaitu terdapat anggota kelompok yang asertif atau
mempunyai kelebihan verbal, sehingga berakibat mendominasi kelompok.
Sementara dilain pihak, anggota kelompok yang masih ragu-ragu dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
yakin dengan alasan apapun, akan lebih mudah untuk cenderung pasif dan
tenang.
Pada siklus 2 dan 3 hasil observasi ditemukan seperti kelompok 3 pada
siklus 2 didapati terdapat anggota kelompok yang mendominasi dan kelompok 1
pada siklus 3, seluruh anggota kelompok tampak mengemukakan pendapat dan
membuat ketua kelompok tidak begitu berperan.
Hasil diskusi kelompok pada siklus 2 dan 3 sudah menggunakan
rumusan masalah untuk semua kelompok, hanya saja pada siklus 2 rumusan
masalah yang dibuat belum menggunakan kalimat tanya. Sementara pada siklus
3 seluruh kelompok sudah merumuskan masalah dengan kalimat tanya.
Hasil diskusi berupa mind mapping pada siklus 2 didapatkan mayoritas
kelompok sudah benar dalam membuat ide sentral, 50% kelompok sudah
memberikan kata kunci pada garis penghubung. Domain pengetahuan dari ide
sentral ke perifer sudah lebih kaya dari sebelumnya. Hanya saja belum seluruh
kelompok memberikan contoh dan gambar.
Hasil mind mapping pada siklus 3, didapatkan seluruh kelompok sudah
benar mencantumkan ide sentral, gambar dan contoh. Untuk variabel warna dan
hirarki serta domain pengetahun sudah lebih kaya dari sebelumnya.
2). Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara sederhana atau
un-guide interview. Wawancara dilakukan pada mahasiswa dengan nilai tes
tertinggi dan nilai tes terendah serta wawancara dengan kolaborator.
Peneliti menanyakan tentang ketepatan maupun keefektifan model
pembelajaran PBL berbasis mind mapping terhadap hasil belajar, dari seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
siklus responden menjawab sudah tepat, sudah efektif dan sangat bagus untuk
meningkatkan hasil belajar.
Peneliti menggali lebih dalam lagi hal apa saja yang menyebabkan model
pembelajaran PBL berbasis mind mapping efektif terhadap hasil belajar.
Responden dari seluruh siklus menjawab mudah untuk mengingat materinya,
lebih tahan lama mengingatnya, lebih mudah untuk belajar, lebih jelas, dengan
adanya warna-warna dalam mind mapping materi lebih mudah diserap
dibandingkan dengan metode ceramah, serta dengan adanya kasus akan
merangsang subyek untuk berfikir, menentukan tujuan dan faktor sehingga
materi mudah diserap.
b. Penerapan PBL Berbasis Mind Mapping dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Proses pembelajaran PBL menurut Dikti (2008) dan Eggen dan Kauchak
(2012) terdiri dari langkah-langkah:
1). Menerima masalah yang relevan dari beberapa kompetensi, mereview dan
menyajikan masalah.
Dalam penerapan PBL berbasis mind mapping untuk meningkatkan hasil
belajar, pada fase ini mahasiswa sudah terangsang untuk berpikir bahwa
materi yang akan dipelajari adalah seputar kasus yang diberikan. Awal yang
baik untuk memulai belajar adalah mengetahui apa yang akan dipelajari.
Pada langkah ini, mahasiswa mampu merumuskan masalah.
2). Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan
masalah dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.
Penerapan langkah ini dalam penelitian adalah mahasiswa
merumuskan masalah, kemudian menggunakan strategi menelusur sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
dan membagi tugas dari anggota kelompok tentang apa saja yang harus
dicari.
Dengan menelusur sumber buku maupun web, mahasiswa belajar dari
informasi yang dicari, dibangun dan dihasilkan oleh mahasiswa sendiri.
Menurut Amir (2013) manfaat PBL adalah mendorong mahasiswa untuk
berfikir, membangun kerja tim, kepemimpinan dan ketrampilan sosial serta
membangun kecakapan belajar. Apriono (2011) menambahkan dengan PBL
mahasiswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut.
3). Menerapkan strategi, menata data dan mengaitkan data dengan masalah
tersebut.
Penerapan fase ini mahasiswa menerapkan strategi merumuskan
masalah, membagi tugas pada anggota kelompok dan menelusur sumber.
Dosen bertugas mengamati proses diskusi dan memotivasi serta
memfasilitasi kelompok yang tampak belum aktif.
Hasil penelusuran kemudian didesain dalam bentuk gambar mind
mapping dengan memperhatikan dan mempertimbangkan ide sentral, garis
penghubung, kata kunci, hirarki pengetahuan, contoh, warna dan gambar.
Pada langkah ini mahasiswa dilibatkan secara aktif untuk
memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berfikir dari mahasiswa
lebih tinggi. Mind mapping yang dibuat sebagai intepretasi hasil pemecahan
masalah dapat menyebabkan pengetahuan lebih lama tertanam dan
pembelajarn lebih bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Diskusi dalam langkah ini merupakan ciri dan keunggulan dari PBL,
bahwa pengkondisian mahasiswa dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi maka ketercapaian nilai batas lulus dapat diharapkan.
4). Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL, membahas dan
mengevaluasi hasil.
Penerapan langkah 4 pada penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen
secara bersama-sama menganalisis hasil pemecahan masalah. Dosen
membimbing mahasiswa dalam proses diskusi dan memberikan umpan balik
atas hasil pemecahan masalah masing-masing kelompok dalam bentuk mind
mapping.
Kegiatan dalam langkah 4 ini, memicu motivasi dan ketertarikan
mahasiswa terhadap materi hari itu, serta mahasiswa supaya merasakan
manfaat pembelajaran, sebab masalah dalam skenario kasus yang diberikan
diselesaikan langsung saat itu juga.
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan
adalah dugaan tentang cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah.
Hipotesis ini disusun berdasarkan kajian dari beberapa teori dan hasil penelitian
yang relevan.
Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penerapan
model pembelajaran PBL berbasis mind mapping secara tepat dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar pada mata kuliah KDK I di Prodi D III Kebidanan
STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap tahun 2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Berdasarkan uraian diatas, maka, model pembelajaran PBL berbasis mind
mapping yang tepat dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar adalah sebagai
berikut :
a. Menerima masalah yang relevan dari beberapa kompetensi, mereview dan
menyajikan masalah.
b. Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan
masalah dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.
c. Menerapkan strategi, menata data dan mengaitkan data dengan masalah
tersebut.
d. Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL, membahas dan mengevaluasi
hasil.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL berbasis Mind
Mapping
Kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran model pembelajaran
PBL berbasis mind mapping didapat dari hasil wawancara peneliti dengan subyek
penelitian. Berikut dipaparkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran PBL
berbasis mind mapping:
a. Kelebihan Model Pembelajaran PBL berbasis Mind Mapping
1). Kreativitas menjadi terasah.
2). Melatih berpikir kreatif dan pola pikir menjadi berkembang.
3). Materi lebih mudah diserap diotak dengan adanya warna-warna pada mind
mapping dan hasil presentasi mind mapping serta lebih mudah diingat
dengan daya ingat lebih tahan lama.
4). Materi menjadi lebih jelas dan mudah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
5). Kreativitas mind mapping terbangun dimulai dari permasalahan utama
dituliskan dipusat kemudian dicabangkan, dibentuk warna dan gambar.
6). Dengan diberikan kasus maka akan merangsang untuk berpikir dan
berkonsentrasi dalam menentukan tujuan, faktor dan memecahkan
masalah.
7). Pembelajaran model PBL berbasis mind mapping lebih menyenangkan
daripada ceramah.
8). Terkondisi menjalin kerjasama yang baik antar kelompok anggota.
9). Mind mapping membuat lebih praktis dalam belajar
Kelebihan-kelebihan model pembelajaran PBL berbasis mind mapping
diatas, sesuai dengan pendapat Sanjaya, 2009 bahwa kelebihan dari model
pembelajaran PBL adalah meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran,
bahwa mahasiswa merasa lebih senang dengan model pembelajaran PBL
dibandingkan dengan ceramah dan aktivitas pembelajaran meningkat, yaitu
dengan adanya aktivitas diskusi, aktivitas memecahkan masalah, aktivitas
mendesain mind mapping sebagai hasil diskusi. Kelebihan lain masih menurut
Sanjaya, 2009 adalah memudahkan mahasiswa dalam menguasai konsep-konsep
yang dipelajari (www.dragung.com).
Kelebihan model pembelajaran hasil wawancara responden didukung
oleh pendapat menurut Santoso (2011) kelebihan model pembelajaran PBL
adalah mengembangkan keterampilan kreatif, meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar, terjadi
pembelajaran yang lebih bermakna dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
b. Kelemahan Model Pembelajaran PBL berbasis Mind Mapping
1). Tidak bisa diserap baik untuk tipe mahasiswa penghafal dengan model
hapalan yang harus urut.
2). Perlu belajar lebih dan penyesuaian diri ketika membuat mind mapping
seperti dalam membuat garis penghubung antar domain dan membuat
hirarki dari ide sentral menuju ke perifer
3). Dengan banyaknya garis penghubung dalam mind mapping, terkesan
tidak rapi sehingga dirasa sulit dipelajari oleh beberapa mahasiswa.
4). Lebih mudah mendesain peta konsep, karena membuat peta konsep, ide
dimulai dari atas ke bawah. Sementara membuat mind mapping dirasa
lebih sulit diserap karena ide dimulai dari tengah dan dicabangkan ke
berbagai arah.
5). Model pembelajaran PBL dirasa tidak cocok bagi mahasiswa tidak aktif
dengan kemampuan berbicara kurang, sehingga pada saat diskusi
berlangsung, cenderung pasif, tidak memberikan saran dan lebih memilih
diam.
6). Dalam proses diskusi, apabila tidak dibatasi waktu diskusi, maka
mahasiswa akan cenderung mengulur waktu dan tidak segera
menyelesaikan tugasnya; Setiap model pembelajaran tentu mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelemahan yang model pembelajaran PBL
berbasis mind mapping ditemukan oleh peneliti maupun proses
wawancara.
Kelemahan atau kekurangan model pembelajaran PBL sesuai dengan
pendapat Santoso (2011) yaitu adanya kekurangan waktu, mengingat waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar membutuhkan waktu lebih
panjang. Selain itu, perlu penyesuaian diri dari mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Menurut Nursalam dan Effendi (2008) beberapa kekurangan model
pembelajaran PBL diantaranya adalah bahwa PBL dirasa membosankan dan
sulit, terutama pada mahasiswa yang cenderung pasif serta memang dibutuhkan
pembiasaan dalam pembelajaran PBL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran PBL berbasis mind mapping yang diterapkan secara tepat
ternyata dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa Prodi D III
Kebidanan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap pada mata kuliah KDK I.
Hasil peningkatan kreativitas setiap siklus sebagai berikut rata-rata skor mind
mapping yaitu pra siklus 3,9, siklus I: 13,2, siklus II: 18,50 dan siklus III: 20.50.
Hasil peningkatan hasil belajar setiap siklus sebagai berikut : rata-rata
peningkatan nilai dari nilai pre test dan post test yaitu siklus I rata-rata nilai pre
test 50,3 menjadi 88,1 pada post tes. Siklus II rata-rata nilai pre test 38,42
menjadi 81,06 pada post test. Siklus III rata-rata nilai pre test 37 menjadi 90,34.
2. Adapun model pembelajaran PBL berbasis mind mapping yang tepat itu terdiri
dari langkah-langkah :
a. Menetapkan masalah yang relevan dari beberapa kompetensi, mereview dan
menyajikan masalah.
b. Melakukan pencarian dan informasi yang relevan untuk memecahkan
masalah dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.
c. Menerapkan strategi, menata data dan mengaitkan data dengan masalah
tersebut.
d. Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL dengan mind mapping,
membahas dan mengevaluasi hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Strategi mind mapping yang diterapkan adalah : 1). Memulai dari bagian tengah
kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan memanjang (landscape).2). Tulis
judul ditengah-tengah kertas, beri gambar yang sesuai dan pertegas dengan
lingkaran untuk mempermudah mengingat ide sentral. 3). Ketika memasuki
bagian-bagian penting, buat garis yang merupakan cabang dari bagian utama
dengan menggunakan warna. 4). Teruskan dengan menghubungkan cabang-
cabang utama dari gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang utama ke
cabang tingkat dua dan tiga dengan menggunakan warna yang berbeda. 5).
Gunakan garis-garis hubung yang melengkung dan alur yang nyaman. Tidak ada
aturan khusus dalam membuat mind mapping. 6). Beri label pada setiap cabang
dengan menggunakan satu kata kunci. 7). Jika ada hal-hal yang berhubungan
pada sub yang berbeda, bisa menarik garis sebagai pengingat adanya kaitan
antara kedua hal tersebut. 8). Menggunakan gambar.
3. Kelebihan dari model pembelajaran PBL berbasis mind mapping adalah : a).
Kreativitas menjadi terasah; b). Melatih berpikir kreatif dan pola pikir menjadi
berkembang; c). Materi lebih mudah diserap diotak dengan adanya warna-warna
pada mind mapping dan hasil presentasi mind mapping serta lebih mudah diingat
dengan daya ingat lebih tahan lama; d). Materi menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami; e). Kreativitas mind mapping terbangun dimulai dari permasalahan
utama dituliskan dipusat kemudian dicabangkan, dibentuk warna dan gambar; f).
Dengan diberikan kasus maka akan merangsang untuk berpikir dan
berkonsentrasi dalam menentukan tujuan, faktor dan memecahkan masalah; g).
Pembelajaran model PBL berbasis mind mapping lebih menyenangkan daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
ceramah; h). Terkondisi menjalin kerjasama yang baik antar kelompok anggota,
dan i). Mind mapping membuat lebih praktis dalam belajar.
4. Kekurangan dari model pembelajaran PBL berbasis mind mapping adalah: a).
Tidak bisa diserap baik untuk tipe mahasiswa penghafal dengan model hapalan
yang harus urut; b). Perlu belajar lebih dan penyesuaian diri ketika membuat
mind mapping seperti dalam membuat garis penghubung antar domain dan
membuat hirarki dari ide sentral menuju ke perifer; c). Dengan banyaknya garis
penghubung dalam mind mapping, terkesan tidak rapi sehingga dirasa sulit
dipelajari oleh beberapa mahasiswa; d) Lebih mudah mendesain peta konsep,
karena membuat peta konsep, ide dimulai dari atas ke bawah. Sementara
membuat mind mapping dirasa lebih sulit diserap karena ide dimulai dari tengah
dan dicabangkan ke berbagai arah; e.). Model pembelajaran PBL dirasa tidak
cocok bagi mahasiswa tidak aktif dengan kemampuan berbicara kurang,
sehingga pada saat diskusi berlangsung, cenderung pasif, tidak memberikan
saran dan lebih memilih diam; f). Dalam proses diskusi, apabila tidak dibatasi
waktu diskusi, maka mahasiswa akan cenderung mengulur waktu dan tidak
segera menyelesaikan tugasnya.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teori
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai referensi tentang class
action research (CAR) atau penelitian tindakan kelas dan memberikan referensi
bahwa model pembelajaran PBL berbasis mind mapping.
2. Implikasi Praktis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
a. Bagi dosen
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran
KDK I dalam rangka meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa.
b. Bagi Program Studi D III Kebidanan
Menjadi salah satu referensi model mengajar dalam rangka mengembangkan
kurikulum.
C. SARAN
1. Bagi Dosen
a. Disarankan untuk menggunakan model pembelajaran PBL berbasis mind
mapping pada mata kuliah lain.
b. Disarankan agar memahami sintaks model pembelajaran PBL berbasis mind
mapping agar dapat menerapkan model ini didalam kelas.
c. Disarankan untuk memperhatikan penggunaan waktu dengan baik,
mengingat penerapan model pembelajaran PBL berbasis mind mapping
membutuhkan waktu yang sangat banyak.
d. Disarankan adanya workshop tentang model pembelajaran PBL berbasis
mind mapping
2. Bagi Peneliti Lain
Melakukan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang sesuai
dengan karakteristik model pembelajaran PBL dengan pendekatan mind
mapping sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model ini terhadap
kreativitas dan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis. re-searchengines.com/1007arief3.html. Diunduh tanggal 18 September 2013Alavi, C. 2002. Problem Based Learning in a Health Sciences Curriculum. New York.The Taylor And Franchis Library.Amir, M.T. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Edisi III.
Jakarta. Prenada Media Group
Apriono, J. 2011. Problem Based Learning (Pbl) :Definisi, Karakteristik, DanImplementasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila.http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/public/2.%20Djoko%20A.pdf. Diunduh tanggal 19 September 2013
Beetlestone. 2011. Creative Learning: StrategiPembelajaran Untuk MelesatkanKreativitas Siswa. Bandung. Nusa Medika
Borri dan Maffioli. 2007. Re-engineering Engineering Education in Europe. Italy.
Firenze University Press
Buzan. 2006. Buku Pintar Mind Map. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Cahyanto, Indra. 2014. Bentuk Penilaian Hasil Belajar.http://www.academia.edu/5129154/BENTUK_PENILAIAN_HASIL_BELAJAR.Diunduh tanggal 21 April 2014.
D'Antoni, et al. 2009. Interrater Reliability Of The Mind Map Assessment Rubric In ACohort Of Medical Students. http://www.biomedcentral.com/1472-6920/9/19.Diunduh tanggal 17 September 2013
D'Antoni, et al, 2010. Does The Mind Map Learning Strategy Facilitate InformationRetrieval Dan Critical Thinking In Medical Student?.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2949690/. Diunduh tanggal 17September 2013
DIKTI. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis KompetensiPendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum). Jakarta
Eggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Edisi VI. Jakarta. PTIndeks Permata Puri Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Erlina. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Peta PikiranTerhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri I Marbau Medan Tahun 2010.http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-907/907. Diunduh tanggal 23September 2013
Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.Jakarta. PT. Elek Media Computindo
Hawadi dan Reni A. 2008. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar danAnak Berbakat Intelektual). Jakarta. PT. Grasindo.
IBI dan AIPKIND. 2012. Naskah Akademik sistem Pendidikan Kebidanan DIIndonesia. Jakarta. http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/DRAF-NASKAH-AKADEMIK-PENDIDIKAN-KEBIDANAN.pdf. Diunduh tanggal 25 September2013
. 2012 Standar Nasional Pendidikan Diploma III KebidananIndonesia. Jakarta. http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/19.4.1-DRAF-STANDAR-PENDIDIKAN-DIPLOMA-III-KEBIDANA-12-Sept-2012.pdf.Diunduh tanggal 25 September 2013
Ihsan. 2013. Pengaruh model pembelajaran kolaborasi problem-based learning danmind mapping, motivasi berprestasi terhadap hasil belajar ekonomi siswa (StudiQuasi Eksperimen pada Madrasah Aliyah Al-Istiqomah NW Suralaga KabupatenLombok Timur. http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pengaruh-model-pembelajaran-kolaborasi-problem-based-learning-dan-mind-mapping-motivasi-berprestasi-terhadap-hasil-belajar-ekonomi-siswa-studi-quasi-eksperimen-pada-madrasah-aliyah-al-istiqomah-nw-suralaga-kabupaten-lombok-timur-ihsan-60493.html. diunduh tanggal 22September 2013
Kemenkes RI. 2011. Kurikulum Inti Pendidikan Pendidikan D III Kebidanan. Jakarta
Kirmansyah. 2012. Cara Membuat Mind Mapping. http://www.kirmansyam.com/cara-membuat-mind-map. Diunduh tanggal 1 Juni 2014.
Kusumah dan Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PTIndeks Permata Puri Media.
Marsigit. 2013. Berbagai Metode Pembelajaranyang Cocok Untuk Kurikulum 2013.http://www.academia.edu/3854314/Metode_Pembelajaran_yang_cocok_untuk_Kurikulum_2013. Diundih tanggal 4 April 2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Martiningrum. 2013. Penerapan Model PBL dalam Pembelajaran Sejarah untukMeningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar.http://pasca.uns.ac.id/?p=3092. Diunduh tanggal 24 September 2013
Media Bidan. 2012. Indonesia Akan Mengalami Surplus Bidan pada 2015.http://mediabidan.com/indonesia-akan-mengalami-surplus-bidan-pada-2015/.Diunduh tanggal 27 September 2013
Moleong, Lexi J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya
Muslich, M. 2012. Melaksanakan PTK itu Mudah (classroom action research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Ed. 1, Cet.6. Jakarta. Bumi Aksara
Mustaji. 2013. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalamPembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran. Diunduh tanggal 21 September 2013
Noer, M. 2009. Teknik Mencatat Kreatif dengan Mind Mapping,http://www.muhammadnoer.com/2009/03/teknik-mencatat-kreatif-dengan-mind-mapping/. Diunduh tanggal 1 Juni 2014
Nurohman. 2009. Seven-Jump-Methods. http://shobru.wordpress.com/publikasi/seven-jump-methods/. Diunduh tanggal 21 Juni 2013
Nursalam dan Effendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta. SalembaMedika
Olivia, F. 2011. Tools For Study Skills Teknik Uian Efektif. Jakarta. Elex MediaKomputindo.http://books.google.co.id/books?id=n5G9H731fb8C&pg=PA131&dq=tools+for+study+skills+femi+olivia&hl=en&sa=X&ei=XQJUUs-wG47IrQfg0YHYAQ&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage&q=tools%20for%20study%20skills%20femi%20olivia&f=false. Diunduh tanggal 17 September 2013
Pardamean, B. 2007. Problem Based Learning In A Dental School: Measuring Changein Student Critical Thinking Skill.http://books.google.co.id/books?id=Ta89re8EbVIC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false. Diunduh tanggal 28 September 2013
. 2012, Measuring Change in Critical Thinking Skillsof Dental StudentsEducated in a PBL Curriculum. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22473556.Diunduh tanggal 28 September 2013
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Puspita, E, 2011, Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Motivasidan Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (Studi Kasusdi Akper Bahrul Ulum Jombang). Tesis. UNS.http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=17946. Diunduh tanggal20 April 2014.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta. Rajawali Press.
Rideout, Elizabeth. 2001. Transforming Nursing Education Through Problem-BasedLearning. Canada. Jones And Bartlets Publishers Canada
Sanjaya, W, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana, Perdana Media Group.http://www.dragung.com/2013/02/metode-pembelajaran-modern-problem.html.Diunduh tanggal 8 Mei 2014
Santoso, Eko B. 2011. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedIntroduction). http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html. Diunduh tanggal 6 April 2014.
Santrock, J.W. 2003. Adolesce Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.
Sari dan Nasikh. 2009. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah danTeknik Peta Konsep dalam Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar MataPelajaran Ekonomi Siswa Kelas X6 SMAN 2 Malang Semester Genap TahunAjaran 2006-2007. http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/Nur-Fatimah-Edit.pdf. Diunduh Tanggal 21 September 2013
Suci, N.M. 2008. Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan PartisipasiBelajar dan Hasil Belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha.Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol 2, No. 1, hlm 74-86,http://freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/PENDIDIKAN/APRIL_2008/Ni_Made_Suci.pdf. Diunduh tanggal 19 September 2013
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. RajaGrafindoPersada.
Widyasari, LE. 2013. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model AcceleratedLearningmelaluiconcept Mapping Dan Mind Mapping Ditinjau Dari KreativitasDan Kemampuan Verbal siswa. Tesis. UNS.http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=32040. Diunduh tanggal20 April 2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Yusuf dan Auliya. 2011. Sirkuit Pintar: Melejitkan Kemampuan MenghafalMatematika dan Bahasa Inggris Dengan Metode Ular Tangga. Jakarta.Visimedia.http://books.google.co.id/books?id=0EKlxTOwY9kC&pg=PR2&dq=Sirkuit+Pintar:+Melejitkan+Kemampuan+Menghafal+Matematika+dan+Bahasa+Inggris+Dengan+Metode+Ular+Tangga&hl=en&sa=X&ei=hgFUUsLYH8aNrQfT0IGgDg&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=Sirkuit%20Pintar%3A%20Melejitkan%20Kemampuan%20Menghafal%20Matematika%20dan%20Bahasa%20Inggris%20Dengan%20Metode%20Ular%20Tangga&f=false. Diunduh tanggal 17 September2013
Yus dan Ray. 2011. Penggunaan Mind Mapping Berbasis Information TechnologyDalam Mata Kuliah Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran Aud UntukMeningkatkan Kreativitas. http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-370-Pen-Y/23079. Diunduh tanggal 19 September 2013
Uno, et al. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Cet.2. Jakarta. Bumi Aksara
Zulaeha dan Luriawati. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Mikro Inovatif BagiPeningkatan Kompetensi Pedagogik Calon Guru Bahasa Indonesia.http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/download/873/814.Diunduh tanggal 17 September 2013