perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNA TIPE NUMBERED TUGAS UNTUK PADA SISWA FAKULT AAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPE D HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN P K MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A A KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : PUTRI KUSUMANINGRUM K7408043 TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 ERATIF PEMBERIAN AKUNTANSI GANYAR KAN
119
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGGUNAAN MODEL .../Penggunaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGGUNAAN MODEL ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X .2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
PUTRI KUSUMANINGRUM
K7408043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN
TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
PUTRI KUSUMANINGRUM
K7408043
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
Program Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK Putri Kusumaningrum. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah segala kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi antara guru, peneliti, dan siswa kelas X.2. Data yang digunakan peneliti adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa sedangkan sumber data yang digunakan adalah informan, tempat atau lokasi, dan peristiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan analisis data yang meliputi teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan tindakan, dan tahap analisis data dan pelaporan. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 3x45 menit (135 menit).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan terlihat dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada proses pembelajaran pra siklus guru menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah menggunakan metode kooperatif, namun metode ini juga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar terlihat pada siklus I setelah digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Pada pelaksanaan siklus II terlihat peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa dapat teridentifikasi dari indikator peningkatan hasil belajar siswa yang dikhususkan pada peningkatan hasil belajar koginitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
siswa. Hasil belajar kognitif yang diukur peneliti diperoleh dari nilai tugas dan nilai ulangan harian akhir siswa. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 1 adalah 89,45 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 1 adalah 96,38 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 6,93 (7,75%) pada nilai rata-rata tugas 1. Pada siklus I rata-rata nilai tugas 2 adalah 92,95 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tugas 2 adalah 96,77 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 3,82 (4,11%) pada nilai rata-rata tugas 2. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 77,21 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai ulangan harian akhir adalah 91,57 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 14,36 (18,59%) pada nilai rata-rata nilai ulangan harian akhir. Pada siklus I hasil belajar siswa adalah 81,87 sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa adalah 93,23 sehingga terdapat peningkatan nilai sebesar 11,36 (13,88%) pada hasil belajar siswa.
Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, Numbered Head Together (NHT), pemberian tugas, hasil belajar akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Putri Kusumaningrum. The Use of the Cooperative Learning Model of Numbered Head Together (NHT) Type through Giving Assignment to Increase the Learning Result in Accounting of the Students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the Academic Year of 2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2012. The objective of this research is to increase the learning result in accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar through the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment. This research used the class action research method. The population of this research was the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar as many as 40 students. The object of this research was all of the activities which took place in the classroom during the teaching and learning process. This research was conducted through the collaboration among the teacher, the researcher, and the students of Class X.2. The data of this research consisted of the syllabus, the lesson plan, and the result of the students’ work while the data source consisted of the information, the place or location, and the event. The data were gathered through interview, observation, test, and documentation. The data of this research was validated by using the data source triangulation and methods triangulation. The data were analyzed through comparative descriptive techniques and critical analysis techniques. The procedure of this research consisted of the preparation, the implementation, the analysis, and the reporting stages. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of four stages, namely: planning, implementation, observation, and reflection. Each cycle was conducted in three meetings. Each meeting was conducted in 3x45 minutes (135 minutes).
Based on the results of this research, it is concluded that the use of the cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) type through giving assignment can increase the learning result in Accounting of the students of Class X.2 of SMK Negeri 1 Karanganyar in the academic year of 2011/2012. Increase in value seen from precycle stage to first stage and from the first stage to second stageI. The monotonous lecture method was used in the precycle stage and sometimes the cooperative learning method was also used but the method cannot make study result of the students increased. Improved learning results seen in first stage once used the method of learning cooperative type Numbered Head Together (NHT) through giving assignment. On the implementation second stage looks to improved student learning result when compared with the results of student learning first stage. Improved student learning result can be identified from the indicators of improved student learning result are devoted on improving the learning result of students cognitive. Study result of the cognitive researchers measured obtained from value assignment and value deuteronomy daily end students. On first stage average value first assigment are 89,45 while in second stage average value first assigment are 96,38 so there increase in value of 6.93 (7,75 %) on average value first assigment. On first stage average value second assigment is 92,95 while in second stage average value second assigment is 96,77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
so there increase in value of 3,82 (4,11 %) on average value second assigment. First stage on average value of deuteronomy is 77,21 while the daily late in second stage average daily the end is 91,57 so there increase in value of 14.36 ( 18,59 % ) on average value daily end. In first stage, the student learning result is 81,87 while in second stage student learning result is 93,23 so that there is an increase in the value of 11,36 (13,88%) on student learning result.
Keywords: cooperative learning model, Numbered Head Together (NHT), giving
assignment, and learning result in Accounting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
MOTTO
“Apabila kamu gagal berencana, maka kamu sudah merencanakan kegagalan”
(Agnes Monica)
“Berdoa, berikhtiar, dan selalu yakin bahwa Allah SWT akan selalu memberikan
yang terbaik untuk hamba-Nya”
(penulis)
“Dalam hidup juga perlu kaca spion, namun jangan terlalu lama terjebak dalam
kaca spion”
(penulis)
“Musuh terbesar dalam diri seseorang adalah keengganan untuk melakukan
sesuatu”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur pada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada :
♥ Babe, Ibu, Yoga, dan keluarga tercinta
Dukungan, doa, dan senyum kalian memberiku semangat yang hebat dalam
hidupku.
♥ Roofiudien Arroozy
Terima kasih telah membuang sepiku dengan waktu, kasih sayang, doa, dan
harapan.
♥ Lenovo Z460 & 3785 TZ
Terima kasih atas seluruh tenaga yang tercurah. Pengalaman terbaik adalah ada
bersama kalian.
♥ Amy, Norma, Martha, dan Marina
Terima kasih telah menjadi pelangi dalam hari-hari ku. Senyum dan doa kalian
menjadi motivasiku.
♥ Rukmanawati. D
Terima kasih telah menemani, mendengarkan, dan menumbuhkan keberanianku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan
tepat waktu untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melibatkan beberapa pihak untuk
membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulisan
skripsi ini.
3. Drs.Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini..
4. Prof. Dr. Siswandari,M. Stats., selaku pembimbing I dan pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan ilmu
dengan penuh kasih sayang.
5. Sri Sumaryati,S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, dorongan untuk maju, dan motivasi dengan penuh kesabaran.
6. Tenang Pranata, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Endang Mardiyati,S.Pd., selaku guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri
1 Karanganyar yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan arahan untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Guru dan karyawan SMK Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan
bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
9. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Karanganyar khususnya siswi kelas X.2 atas
bantuan dan kerja samanya dalam membantu peneliti menyelesaikan skripsi
ini.
10. Bapak, Ibu, dan adik terkasih yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang
memberikan penulis doa, semangat, dan motivasi baik moral dan spiritual
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Teman-teman PAK A 2008 yang telah mewarnai kehidupan peneliti selama
berada di Universitas Negeri Surakarta.
12. Anggota Gugus Depan 04.550 dan 04.555 yang telah mengajarkan penulis
arti kehidupan.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan
dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam skripsi ini tapi
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
memperkaya pengetahuan dan dapat meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………..... ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………….... iii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….... iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..... v
HALAMAN REVISI ………………………………………………... vi
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………. vii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………. xi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….. xii
KATA PENGANTAR ……………………………………………..... xiii
DAFTAR ISI ………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. xviii
DAFTAR TABEL …………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………….. 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ……………………………………….. 9
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ………... 9
a. Pengertian Model Pembelajaran ……………... 9
b. Jenis Model Pembelajaran …………………… 10
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif …. 11
d. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ……… 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Kooperatif…………………………………… 14
f. Macam-Macam Tipe dalam Model
Pembelajaran Kooperatif …………………… 15
2. Hakikat Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) …………………………………………… 18
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) ………………………. 18
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) ………………………………………. 19
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) …….. 20
3. Hakikat Metode Pemberian Tugas …………….. 21
a. Pengertian Metode Pemberian Tugas ……… 21
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian
Tugas ………………………………………. 22
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian
Tugas ………………………………………. 22
4. Hakikat hasil Belajar Akuntansi ……………….. 23
a. Hasil belajar ………………………………... 23
b. Strategi Peningkatan Hasil Belajar ………… 25
c. Pembelajaran Akuntansi …………………… 28
B. Penelitian yang Relevan ………………………….... 29
C. Kerangka Berpikir …………………………………. 34
D. Hipotesis Tindakan ………………………………… 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………... 38
B. Subjek dan Objek Penelitian ………………………. 40
C. Data dan Sumber Data …………………………….. 40
D. Pengumpulan Data ……………………………….... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
E. Uji Validitas Data …………………………………. 42
F. Analisis Data ………………………………………. 43
G. Pendekatan Penelitian …………………………….... 44
H. Indikator Kinerja Penelitian ………………………... 47
I. Prosedur Penelitian ………………………………… 47
J. Proses Penelitian ………………………………….... 48
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………... 52
B. Deskripsi Pratindakan ……………………………… 55
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………... 57
1. Siklus 1 ………………………………………… 57
2. Siklus II ………………………………………... 75
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ………… 92
E. Pembahasan ………………………………………... 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………… 104
B. Implikasi …………………………………………... 105
C. Saran ……………………………………………….. 106
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 109
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif …………….. 15
2. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) …………………………………………………. 19
3. Penelitian yang Relevan ………………………………………… 30
4. Alokasi Waktu Penelitian ……………………………………….. 39
5. Indikator Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……………………... 47
6. Hasil Tes Awal Siswa …………………………………………... 56
7. Nilai Siklus I ……………………………………………………. 71
8. Nilai Siklus II …………………………………………………… 89
9. Perbandingan Tugas 1 Tiap Siklus ……………………………… 93
10. Perbandingan Tugas 2 Tiap Siklus ……………………………… 94
11. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Akhir Tiap Siklus ………… 95
12. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Siklus ………………………… 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
22. Daftar Presensi Siswa …………………………………….......... 253
23. Observasi Mendalam …………………………………………... 255
24. Daftar Kelompok Siklus II …………………………………….. 260
25. Lembar Pengamatan Pembelajaran Guru Siklus II ………….…. 261
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
26. Tugas 1 Siklus II ……………………………………………….. 263
27. Tugas 2 Siklus II ……………………………………………….. 266
28. Ulangan Harian Akhir Siklus II …………………………........... 269
29. Hasil belajar Siklus II ………………………………..……….... 272
30. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 275
31. Gambar Pelaksanaan Siklus II …………………………………. 278
IV. Data setelah Tindakan
32. Pedoman Wawancara Guru Akuntansi dan Siswa Kelas X.2…... 281
33. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi …………………….. 282
34. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas X.2 ……………………. 284
35. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………….. 290
36. Permohonan Izin Menyusun Skripsi ………………………………... 293
37. Permohonan Izin Penelitian ……………………………………...…. 294
38. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMK
Negeri 1 Karanganyar …………………………………………...….. 296
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan
kemajuan sumber daya manusia, karena pendidikan dapat memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan untuk mengembangkan kehidupan sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan hidup dalam masyarakat. Tuntutan jaman yang semakin meningkat dapat
dihadapi dengan usaha melanjutkan pendidikan dari jenjang dasar yaitu SD dan SMP ke
jenjang yang lebih tinggi atau pendidikan menengah atas yaitu SMA dan sederajat.
Jenjang pendidikan tersebut memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk peserta didik.
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 menyatakan:
Tujuan pendidikan menengah adalah (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya (Soetjipto dan Kosasi, 1994: 124).
Upaya meningkatan kualitas dan kemajuan sumber daya manusia sangat
berkaitan erat dengan proses pembelajaran peserta didik. Metode dan sistem yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh besar dalam
mengembangkan minat dan kreativitas peserta didik dalam suatu materi pelajaran.
Dengan begitu, harus diperhatikan proses pembelajaran, metode, dan sistem yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi. Sebagaimana dikemukakan Lie
(2007), “Kita sedang mengalami krisis dalam dunia pendidikan. … . Jika kita
tidak mengubah praktik-praktik pengajaran dan pendidikan yang sudah usang, kita
akan bergerak menuju keruntuhan, bukan saja dalam dunia pendidikan, melainkan
juga dalam kehidupan bermasyarakat” (hlm. 15).
Karp dan Yoels (1988) mengatakan, “Kebanyakan siswa terpaku menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang” (Lie, 2007:
6). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kelas belum memperhatikan apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diberikan oleh guru. Dari observasi awal peneliti, kurangnya minat belajar siswa
salah satunya berasal dari metode pembelajaran yang digunakan guru. Metode
pembelajaran yang kurang menarik akan membuat siswa enggan untuk mengikuti
pelajaran sehingga hal ini akan berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang
maksimal pula.
Penggunaan suatu metode dalam proses pembelajaran harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain materi yang akan diberikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan keadaan
kelas. Banyak metode yang bisa digunakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran, antara lain metode ceramah, metode resitasi, metode laboratorium,
metode drill, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode simulasi, metode
tanya jawab, dan lain sebagainya.
Syah (2005) mengatakan:
Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. … . Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meski begitu para guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya pada sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa (hlm. 203).
Jika dilihat lebih jauh, metode ceramah satu arah yang monoton memiliki banyak
kelemahan, antara lain menimbulkan rasa jenuh pada siswa, membatasi keaktifan
siswa, informasi yang disampaikan guru sulit diingat karena hanya mengandalkan
kemampuan pendengaran, materi yang diterima siswa akan ketinggalan zaman
bila guru tidak aktif menambah wawasan dan pengetahuan, siswa menjadi bosan
dengan proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar
siwa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
jenjang pendidikan formal sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama
(SMP), MTs, atau bentuk lain yang sederajat selain menjadi pendidikan lanjutan
itu dari siswa lulusan setara SMP/MTs. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menjadi salah satu wadah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang
siap menghadapi tantangan perkembangan jaman, karena lulusan SMK
diharapkan menjadi pribadi yang mandiri dan dapat bersaing menciptakan
lapangan kerja. Namun karena berbagai faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran, penyampaian ilmu tidak terserap dengan baik oleh peserta didik
sehingga timbul hasil yang kurang maksimal dari peserta didik. Oleh karena itu
perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik
maupun peserta didik.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Karanganyar merupakan
salah satu sekolah yang memiliki tujuan menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional pada bidang Akuntansi,
Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Usaha Perjalanan Wisata dan Multimedia.
Memiliki visi mewujudkan SMK yang dipercaya oleh masyarakat sebagai
lembaga diklat yang unggul serta mampu menjawab tantangan dan perubahan di
era global. Memiliki misi membekali peserta diklat dengan kompetensi yang
mewadahi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha dan
membekali peserta agar memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi luhur.
Dalam mewujudkan tujuan, visi, dan misi SMK Negeri 1 Karanganyar
berdasarkan pengamatan awal penulis, ada beberapa kendala yang dihadapi
khususnya pada peserta didik kelas X.2 dalam pembelajaran akuntansi.
Pembelajaran akuntansi dalam dunia pendidikan mulai dikenalkan pada siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Ali (2009: 70) mengatakan, “Mata
pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang bersifat keterampilan (skill),
sehingga dalam mempelajarinya diperlukan ketekunan, ketelitian, dan kecerdasan,
keterampilan serta minat belajar”. Berdasarkan observasi awal peneliti, hasil
belajar kognitif siswa kelas X.2 masih rendah. Kendala yang dihadapi antara lain
minat belajar dan motivasi diri siswa untuk berkembang yang masih rendah.
Rendahnya minat belajar ini diketahui peneliti berdasarkan observasi awal yang
menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa siswa yang mau mengerjakan
sendiri tugas rumah yang diberikan guru, siswa yang lain lebih senang datang ke
sekolah lebih awal untuk mencontek pekerjaan teman. Selain kendala dari dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
diri peserta didik, proses belajar yang belum bervariasi dan pembelajaran yang
terpaku pada satu buku pegangan atau buku materi juga menjadi kendala.
Pembelajaran akuntansi yang digunakan di SMK Negeri 1 Karanganyar sampai
saat ini masih menggunakan metode ceramah monoton dan terkadang sudah
menggunakan model kooperatif, namun model ini juga belum mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya
memperhatikan proses belajar siswa, selain itu masih ada beberapa peserta didik
yang mendominasi kelompoknya sehingga hasil belajar peserta didik juga rendah.
Kendala-kendala tersebut dapat menganggu proses belajar siswa yang kemudian
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
pemahaman terhadap materi dan hasil belajar siswa X.2 yang masih kurang.
Berdasarkan observasi awal peneliti, dengan nilai KKM 75, tingkat ketuntasan
siswa kelas X.2 pada mata pelajaran akuntansi hanya mencapai 20% (8 siswa)
sedangkan sisanya 80% (32 siswa) lagi belum tuntas dan harus melakukan
kegiatan remidial. Nilai rata-rata siswa kelas X.2 pada observasi awal peneliti
adalah 58,38.
Melihat rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
akuntansi di kelas X.2, peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa kelas
X.2. Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik
antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, dan model
pembelajaran berbasis masalah. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan
model pembelajaran kooperatif karena menurut Sugiyanto (2009), “Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
masyarakat” (hlm. 40).
Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa
macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a match), 2) Bertukar
pasangan, 3) Berpikir pasangan berempat, 4) Berkirim salam dan soal, 5) Kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bernomor (numbered heads), 6) Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua
tamu” (hlm. 55-71). Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), Lie (2007) menjelaskan bahwa,
“Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (hlm. 59).
Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT), peneliti juga menggunakan metode pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran dibagi menjadi berbagai
macam antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode
pemberian tugas, metode drill, dan metode karya wisata. Pada penelitian kali ini
peneliti menggunakan metode pemberian tugas karena menurut Roestiyah (2008),
“Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar
siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap” (hlm. 133).
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan pemberian tugas menjadi salah satu alternatif yang tepat
dalam memecahkan masalah yang terjadi dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi oleh peneliti, antara lain
apakah penggunaan model pembelajaran yang telah diterapkan guru telah efektif
dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, apa yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012, mengapa model pembelajaran yang diterapkan guru belum
memberikan hasil yang maksimal, dan bagaimana meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa.
Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan peneliti dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, Syah (2005) menerangkan, “Setiap guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan
dalam sasaran kegiatan PBM” (hlm. 250). Hal yang harus dilakukan adalah
dengan menggunakan metode yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat
berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah dengan kreatif, dan inovatif.
Dalam pembelajaran dikenal berbagai macam model pembelajaran, salah satunya
adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Beberapa guru berpikir
bahwa mereka telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif di dalam kelas
tiap kali guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, namun
guru belum memperhatikan adanya aktivitas kelompok yang terstruktur sehingga
peran anggota kelompok belum maksimal. Hal ini diperkuat oleh Lie (2007):
Banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. …. Namun guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, dan sebagainya (hlm. 7-8).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran akuntansi
tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan judul : ”PENGGUNAAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS
X.2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan
pemberian tugas dirasa peneliti sebagai salah satu langkah efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian sejenis, penggunaan model
pembelajaran ini juga telah menuai keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
Dalam penelitian ini definisi operasional dari perumusan masalah
tersebut difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi pada
siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 dan
objeknya meliputi mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank dengan
materi rekonsiliasi bank. Peneliti juga memberikan batasan pada hasil belajar,
yakni mengukur hasil belajar siswa melalui hasil kognitif dengan melakukan
penilaian terhadap hasil tugas yang diberikan guru dan hasil ulangan siswa.
C. Tujuan Penelitian
Sebagai suatu kegiatan yang terencana dan sistematis pasti memiliki tujuan
yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK N 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dengan pemberian tugas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat :
a. Memberikan informasi pada metode pembelajaran akuntansi yang memiliki
kendala yang sama dengan yang diteliti oleh peneliti agar dapat mencapai
hasil yang diharapkan.
b. Memberikan manfaat pada pembelajaran akuntansi yang semakin meningkat
dan bervariasi.
c. Memberikan sumber bahan kajian dan pertimbangan bagi penelitian sejenis di
masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dalam melaksanakan
proses mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan lingkungan peserta
didik dan hasil penelitian ini data dimanfaatkan guru unruk memperbaiki
pembelajaran yang dikelola yaitu melalui “metode Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas”.
b. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar,
mudah untuk memahami materi yang disampaikan, dapat belajar
bersosialisasi, dan terampil dalam mengerjakan soal latihan sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat dari sebelumnya.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran di dalam kelas sehingga akan meningkatan kualitas sekolah
yang diteliti dan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi sekolah-
sekolah lain yang melakukan metode sejenis.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang bermanfaat tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas, sehingga termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang dapat memberikan pada manfaat bagi banyak
pihak.
e. Bagi teman sejawat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menghadapi permasalahan
yang sama di dalam kelas juga dapat digunakan untuk mendorong inovasi
untuk meningkatkan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai
model pembelajaran dalam rangka mengarahkan kegiatan belajar siswa.
Meyer W.J (1985) mengartikan model sebagai, “Suatu objek atau konsep
yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal” (Trianto, 2010: 21).
Suprijono (2011) mengartikan model sebagai, “Interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem” (hlm. 45).
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah
suatu objek yang diobservasi dan diukur sehingga dapat digunakan untuk
menjelaskan sesuatu hal. Isjoni (2011) mengatakan:
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (hlm. 14). Pembelajaran diartikan Winataputra (2004) sebagai, “Kegiatan
yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru”
(hlm 4.3). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 mengartikan pembelajaran sebagai, “Proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
besar”. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa untuk membantu
proses kegiatan belajar.
Joyce (1992) menyatakan, “Setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
Fpeserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”
(Trianto, 2010: 22). Suprijono (2011) mengatakan:
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (hlm. 46).
Winataputra (2001) menyatakan:
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3).
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model
pembelajaran merupakan hal-hal yang menggambarkan prosedur yang
sistematis yang diperoleh dari observasi terhadap kelas untuk mencapai
tujuan belajar. Dengan adanya model pembelajaran guru akan lebih mampu
memberikan suasana yang diharapkan siswa sehingga tercipta kegiatan
belajar yang menyenangkan.
b. Jenis Model Pembelajaran
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Arends (2001),
“Menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan
guru dalam mengajar, yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran
konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan
diskusi kelas” (Trianto, 2010: 25). Pengetahuan tentang berbagai model
pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik karena keberhasilan
belajar dapat ditentukan dari tepat atau tidaknya model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik. Seorang pendidik harus bisa memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik sehingga dalam memilih model
pembelajaran, guru harus memperhatikan materi yang akan diberikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, keadaan siswa, dan
keadaan kelas agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara
efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran dijelaskan Sugiyanto
(2009) ada empat, yaitu, “1) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sifat/bahan materi ajar, 3) Kondisi siswa, 4) Ketersediaan sarana-prasarana
belajar” (hlm. 3).
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif sudah lama dikenal di dunia
pendidikan. Sugiyanto (2009) menyatakan, “Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
secara silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat”
(hlm. 40). Sedangkan Solihatin dan Raharjo (2007) mengartikan:
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua kelompok atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (hlm. 4).
Slavin (2010) mengemukakan, “Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran” (hlm. 4). Menurut Slavin (1984):
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Johnson & Johnson (1994) juga menjelaskan:
Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2011: 23). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana
siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai
lima orang untuk dapat saling membantu dan bekerja secara maksimal dalam
mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif cocok diterapkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelas yang siswanya memiliki kemampuan yang beragam karena dapat
menggabungkan kemampuan siswa yang beragam. Melalui pembelajaran
kooperatif diharapkan suasana kelas menjadi menyenangkan dan terjalin
kerja sama juga tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Diskusi dalam kelompok maupun pembelajaran yang dilakukan oleh
teman sebaya dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran.
d. Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur yang saling
mendukung dalam tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Lie (2007)
mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur,
yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif. 2) Tanggung Jawab Perorangan. 3) Tatap Muka. 4) Komunikasi Antaranggota. 5) Evaluasi Proses Kelompok (hlm. 31).
Saling ketergantungan positif. Sugiyanto (2009) mengartikan
saling ketergantungan positif sebagai, “Hubungan yang saling
membutuhkan” (hlm. 40). Lebih jauh, Sugiyanto (2009) menjelaskan,
“Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui : 1) Saling
ketergantungan mencapai tujuan 2) Saling ketergantungan menyelesaikan
tugas 3) Saling ketergantungan bahan atau sumber, 4) Saling ketergantungan
peran, 5) Saling ketergantungan hadiah” (hlm. 40). Saling ketergantungan
positif dapat terjadi saat anggota dalam kelompok merasa memiliki
kesamaan. Dengan adanya saling ketergantungan positif diharapkan
pembelajaran dalam kelompok akan maksimal karena setiap siswa akan
menjadi guru bagi siswa lain dalam kelompoknya. Siswa yang memiliki
kemampuan kurang akan berusaha untuk memberikan pendapat bagi
kelompoknya karena penilaian dalam pembelajaran kooperatif meliputi
penilaian individu dan penilaian kelompok.
Tanggung jawab perorangan. Hal ini merupakan akibat langsung
dari saling ketergantungan positif karena dalam pembelajaran kelompok.
Saling ketergantungan positif sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Solihatin dan Raharjo (2007), “Keberhasilan
belajar dalam model pembelajaran strategi ini dipengaruhi oleh kemampuan
individu mahasiswa dalam menerima dan memberi apa yang telah
dipelajarinya” (hlm. 8). Solihatin dan Raharjo (2007) juga mengatakan,
“Secara individual mahasiswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu
mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan
juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan” (hlm. 8).
Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberi
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga siswa dapat
berbagi pengalaman kepada kelompok. Sugiyanto (2009) mengatakan,
“Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog” (hlm. 41). Lie (2007)
menyatakan, “Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing” (hlm.
34).
Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam
menyelesaikan tugas dari guru sangat bergantung pada kemauan anggota
kelompok untuk mendengar dan mengutarakan pendapat. Hal ini dimulai
dari tatap muka yang selanjutnya akan melahirkan komunikasi dalam
kelompok. Komunikasi tidak hanya dilakukan di dalam kelompok antar
anggota kelompok namun komunikasi juga dilakukan dengan orang lain di
luar kelompok. Seperti dikemukakan Sugiyanto (2009), “Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya” (hlm. 41).
Evaluasi proses kelompok. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan suatu pelaksanaan sehingga dapat memperbaiki
pada pelaksanaan berikutnya. Sama halnya dengan proses pembelajaran
kooperatif, diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan pelaksanaan proses kelompok. Fungsi evaluasi proses kelompok
ini disebutkan Lie (2007), “Agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif” (hlm. 35).
Lie (2007) menyimpulkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Untuk memenuhi ke lima unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar (hlm. 38).
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2010) menjelaskan ada enam langkah utama dalam
penggunaan pembelajaran kooperatif.
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dam memotivasi siswa belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6. Memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (hlm. 66-67).
f. Macam-Macam Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe. Hal
ini dimaksudkan untuk menyesuaikan tipe belajar dengan kondisi
siswa. Lie (2007) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi
beberapa macam tipe, antara lain, “1) Mencari pasangan (make a
Berkirim salam dan soal, 5) Kepala bernomor (numbered heads), 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kepala bernomor terstruktur, 7) Dua tinggal dua tamu” (hlm. 55-71).
Trianto (2010) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi
beberapa macam, antara lain, “1) Students Team Achievement Division
(STAD), 2) Tim ahli (jigsaw), 3) Investigasi kelompok (GI), 4)
Numbered Head Together (NHT)” (hlm. 68-83).
Mencari pasangan (make a match). Dalam teknik ini siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Biasanya digunakan kartu-kartu
sebagai medianya. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan kartu-
kartu lain yang menjadi pasangannya berisi jawaban dari pertanyaan
tersebut.
Bertukar pasangan. Teknik ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Siswa dibagi menjadi
sepasang kelompok. Kemudian siswa diminta bertukar pasangan
dengan kelompok lain. Bertukar pasangan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling bertanya dan dapat mengukuhkan jawaban
mereka. Selanjutnya mereka akan kembali pada kelompok awal untuk
membagikan hasil yang diperoleh dari bertukar pasangan.
Berpikir pasangan berempat. Teknik ini memberikan
kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja dalam kelompok.
Tahapan teknik ini adalah siswa mengerjakan secara individu tugas
dari guru sebelum mendiskusikannya dengan anggota kelompok.
Berkirim salam dan soal. Teknik ini memberi kesempatan
siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka Lie (2007:
58) mengatakan bahwa dalam teknik ini, “Siswa membuat pertanyaan
sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan
menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya”.
Kepala bernomor (numbered heads). Dalam teknik ini setiap
siswa dalam satu kelompok diberi nomor kepala yang menjadi
identitasnya kemudian setelah kelompok berdiskusi, guru akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memanggil satu nomor yang akan menjelaskan apa yang telah
didiskusikan dalam kelompoknya.
Kepala bernomor terstruktur. Teknik ini merupakan
pengembangan dari teknik kepala bernomor. Perbedaannya dengan
kepala bernomor adalah setiap siswa dalam kelompok diberikan tugas
yang jelas untuk mencapai tujuan kelompok.
Dua tinggal dua tamu. Lie (2007) mengatakan bahwa teknik
ini, “Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
dan informasi kepada kelompok lain” (hlm. 61). Dalam teknik ini
kelompok bekerja mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemudian
dua orang dalam kelompok keluar untuk bertamu di kelompok lain,
mencari informasi untuk kemudian dibahas kembali bersama
kelompok awal.
Students Team Achievement Division (STAD). Trianto (2010)
mengatakan:
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (hlm. 82).
Teknik ini menekankan pada aktivitas siswa untuk saling
memotivasi dan bekerjasama dalam kelompok untuk memahami
materi pelajaran agar mencapai hasil yang maksimal.
Tim ahli (jigsaw). Isjoni (2011) mengatakan, “Pembelajaran
kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal” (hlm. 77).
Keaktifan siswa dapat terlihat dari tahapan pelaksanaan metode ini.
Dalam teknik ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang
berdiskusi tentang materi yang diberikan guru. Ada seorang dalam
kelompok yang menjadi tutor keluar dari kelompoknya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berdiskusi dengan tutor-tutor lain dari kelompok lain. Setelah
mendapatkan hasil, para tutor kembali pada kelompok awal dan
menjelaskan hasil yang mereka peroleh kepada teman-teman dalam
kelompoknya.
Investigasi kelompok (GI). Teknik ini merupakan teknik
yang kompleks dan rumit untuk diterapkan. Seperti dijelaskan oleh
Trianto (2010), “Pendekatan ini memerlukan struktur kelas yang
lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru”
(hlm. 78). Dalam pendekatan ini juga diperlukan keterampilan
komunikasi yang baik dan proses kelompok yang baik.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Ada berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi. Salah satunya adalah model
pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT). Trianto (2011)
menjelaskan, “Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional” (hlm. 82). Thobroni dan Mustofa (2011)
mengatakan, “Model NHT adalah bagian dari metode struktural, metode
struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa” (hlm. 296). Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe NHT adalah model
pembelajaran yang menekankan pada struktur khusus untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur khusus yang dimaksud adalah dengan
memberikan nomor pada setiap siswa dalam kelompok. Dengan adanya pola
interaksi siswa yang aktif dalam kelompok, penggunaan NHT dapat
meningkatkan penguasaan akademik siswa. Penomoran yang dilakukan
berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.
Lie (2007) menjelaskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (hlm. 59).
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT)
Spenser Kagan (1993) dalam menyatakan bahwa guru
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
Tabel 2. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
FASE AKTIVITAS GURU Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok
yang terdiri dari 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Nomor inilah yang menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran.
Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Fase 3: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4. Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2011: 82-83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Banyak kelebihan yang didapatkan dari model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Huda (2011) menjelaskan, “Kepala
bernomor (Numbered Heads Together) bermanfaat memberikan kesempatan
pada siswa untuk sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat juga meningkatkan semangat kerja sama siswa” (hlm. 137).
Selain itu Lusita (2011) mengemukakan, “Kelebihan metode Numbered
Heads Together adalah 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan 3) Siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai” (hlm. 78). Meskipun banyak
kelebihan yang bisa didapatkan namun Lusita (2011) mengemukakan,
“Beberapa kelemahan Numbered Heads Together yaitu 1) Kemungkinan
Tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
FASE 1. Penomoran
FASE 2. Mengajukan/Pertanyaan Masalah
FASE 3. Berpikir Bersama
FASE 4. Menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan 2) Tidak semua anggota
kelompok dipanggil oleh guru” (hlm. 78).
3. Hakikat Metode Pemberian Tugas
a. Pengertian Metode Pemberian Tugas
Siadi, Mursiti, dan Laelly (2009) menyatakan, “Metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan oleh guru dengan memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar” (hlm. 361). Sagala
(2009) menyatakan, “Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar
murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di
Model pemberian tugas memiliki beberapa tujuan yakni memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang diterima, melatih peserta didik ke arah belajar mandiri, peserta didik dapat membagi waktu secara teratur, agar peserta didik dapat memanfaatkan waktu terluang untuk dapat menyelesaikan tugas, dan melatih peserta didik untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas (hlm. 117).
Roestiyah (2008) menambahkan, “Teknik pemberian tugas atau resitasi
biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang
lebih mantap” (hlm. 133).
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pemberian tugas adalah metode pembelajaran di mana guru mengaktifkan
siswa dengan memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan
siswa harus dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pemberian Tugas
Roestiyah (2008) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan teknik
pemberian tugas dan resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
Pertama : Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan. Kedua : Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik
resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan.
Ketiga : Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti (hlm. 136).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Tahapan Metode Pemberian Tugas
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Walaupun metode pemberian tugas dapat membantu guru dalam
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan
namun metode pemberian tugas juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
Sumantri dan Permana (2001) mengemukakan kelebihan metode penugasan
antara lain:
1) Membuat peserta didik aktif belajar, 2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, 3) Mengembangkan kemandirian peserta didik, 4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari, dan 5) Membina tanggung jawab peserta didik” (hlm. 118).
Sumantri dan Permana (2001) juga mengemukakan kelemahan metode
penugasan antara lain, “1) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar
sendiri atau dikenakan orang lain, 2) Tugas yang monoton dapat
membosankan peserta didik, dan 3) Tugas yang banyak dan sering dapat
membuat beban dan keluhan peserta didik” (hlm. 118).
Dengan adanya kelemahan tersebut, maka dalam menggunakan
metode pemberian tugas Sagala (2009) menjelaskan ada beberapa cara untuk
mengatasi kelemahan metode pemberian tugas itu, antara lain, “1) Tugas
yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa
yang harus dikerjakan, 2) Tugas yang diberikan kepada siswa dengan
Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas
Langkah 1. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
Langkah 3. Merumuskan tugas dengan jelas dan mudah dimengerti
Langkah 2. Mempertimbangkan apakah tugas dapat digunakan untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
memperlihatkan perbedaan individu masing-masing, 3) Waktu untuk
menyelesaikan tugas harus cukup” (hlm. 219-220).
4. Hakikat Hasil Belajar Akuntansi
a. Hasil belajar
Sappaile (2005) mengatakan, “Hasil adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah
melakukan suatu usaha” (hlm. 670). Gagne (1984) menyatakan, “Belajar
adalah sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman” (Syaiful Sagala, 2009: 13). Sudjana (2004)
menyebutkan, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar” (Sappaile, 2005: 671). Benjamin Bloom
(1956) menyatakan, “Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas tiga
kawasan (domain) yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain
psikomotor” (Sagala, 2009: 33). Seperti dijelaskan oleh Sudjana (1991),
“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku….
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris” (hlm. 3). Berdasarkan definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan
pendapat tersebut dalam pengertian yang luas, hasil belajar diukur melalui
tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Penilaian pada ranah kognitif dilakukan berkenaan dengan hasil
belajar intelektual. Sudjana (1995) menyatakan bahwa terdapat enam aspek
dalam ranah kognitif yakni, “Pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi” (hlm. 22). Pengetahuan atau ingatan
bertujuan agar siswa mengetahui atau hafal terhadap suatu materi.
Pemahaman bertujuan agar siswa memahami, mengerti, mampu
memperhitungkan, dan mampu menerjemahkan suatu materi ke dalam
bahasanya sendiri. Aplikasi bertujuan untuk menerapkan konsep ke dalam
kehidupan nyata dengan menggunakan teori, bagan, maupun menunjukkan
prosedur suatu materi. Analisis bertujuan agar siswa mampu mengenali hal
yang salah, membedakan dan menyimpulkan suatu materi. Sintesis bertujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
agar siswa mampu menarik kesimpulan dari berbagai hal atau konsep dalam
suatu materi. Evaluasi bertujuan agar siswa mampu menilai secara logis,
memperhitungkan, dan mengambil kesimpulan dari suatu materi.
Penilaian pada ranah afektif dilakukan berkenaan dengan tingkah
laku siswa. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah afektif terdiri dari lima
aspek yaitu, “Penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi” (hlm. 22). Penerimaan bertujuan agar menimbulkan minat
belajar dan siswa mau memusatkan perhatian pada suatu materi. Jawaban
atau reaksi bertujuan agar siswa merespon, terlibat, dan berpartisipasi dalam
suatu materi. Penilaian bertujuan agar pada diri siswa timbul pertanyaan
tentang suatu materi juga keberanian mengekspresikan atau mengambil
keputusan. Organisasi bertujuan agar siswa mampu mendemonstrasikan dan
menyatakan atau menanggapi suatu materi. Internalisasi yakni memadukan
nilai-nilai yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata siswa.
Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan berkenaan dengan
keterampilan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Sudjana (1995) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri
dari enam aspek:
Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakan dasar, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain), kemampuan di bidang fisik, (misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan), gerakan-gerakan skill (mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks), dan kemampuan yang berkenaan dengan non-decursive (seperti gerakan ekspresif dan interpretatif) (hlm. 22).
Meskipun hasil belajar diukur melalui tiga aspek tersebut namun
dalam penelitian kali ini, peneliti akan lebih fokus pada ranah kognitif.
Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian terhadap hasil ulangan siswa
dan hasil tugas yang diberikan oleh guru yang di dalamnya mengandung
aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Strategi Peningkatan Hasil Belajar
Strategi diartikan Djamarah dan Zain (2006) sebagai, “Suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan” (hlm. 3). Dihubungkan dengan
pembelajaran, Said (2006) menyatakan, “Strategi pembelajaran
berkaitan erat dengan bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran
agar seseorang bisa belajar” (hlm. 96). Pendapat lain juga
disampaikan Suparman (1995), “Strategi pembelajaran terdiri dari
empat komponen utama yakni : 1) Urutan kegiatan pembelajaran; 2)
Metode Pembelajaran; 3) Media pembelajaran; dan 4) Waktu” (Said,
2006: 96).
Hasil belajar dijelaskan Gagne dan Briggs (2001), “Hasil
belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu”
(Rivai, 2003: 130).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi
peningkatan hasil belajar merupakan cara yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan), ranah
afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Namun dalam
penelitian kali ini peneliti mengkhususkan penelitian hanya sebatas
pada ranah kognitif. Dijelaskan oleh Rivai (2002), “Dimensi kognitif
adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui,
dan memecahkan masalah” (hlm. 729). Tujuan yang ingin dicapai
dalam meningkatkan hasil belajar adalah untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar. Rivai (2002) juga menjelaskan, “keberhasilan belajar
sangat tergantung pada jenis mata pelajaran, metode belajar yang
sesuai, dan cara penyampaian materi” (hlm. 729). Ketiga hal ini
sangat erat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar karena
dengan mengetahui jenis mata pelajaran yang akan diberikan pada
peserta didik maka guru akan berusaha untuk menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
belajar yang sesuai dengan keadaaan kelas dan kemampuan peserta
didik sehingga cara penyampaian materi dari guru dapat diserap
dengan baik oleh peserta didik.
Gronlund (1985) mengemukakan:
Cara-cara yang dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu: 1) Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat, 2) Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang akan datang, 3) Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar, 4) Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan datang (Rivai, 2003: 131).
Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud pada peserta diklat.
Maksud dari kegiatan ini adalah dengan menjelaskan hasil belajar atau
tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Dengan
memberitahukan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, akan
lebih memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
dirinya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Melengkapi tujuan jangka pendek dan untuk waktu yang
akan datang. Kegiatan yang dilakukan setelah memberikan penjelasan
tentang hasil belajar yang harus dicapai peserta didik adalah dengan
memberitahukan tujuan atau alasan pencapaian hasil belajar, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Pada penelitian kali ini tujuan
jangka pendek yang didapatkan peserta didik setelah meningkatkan
hasil belajarnya adalah tercapainya kompetensi akademik yang
diharapkan oleh SMK Negeri 1 Karanganyar sedangkan tujuan jangka
panjang yang dapat diperoleh peserta didik adalah pembelajaran
akuntansi dapat memudahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.
Memberikan umpan balik terhadap kemajuan hasil belajar.
Kegiatan selanjutnya setelah memberitahukan tujuan pencapaian hasil
belajar jangka pendek dan jangka penjang pada peserta didik maka
proses belajar akan berlangsung dan setelah berlangsungnya proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
belajar, guru dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik
berupa reward, motivasi, penguatan atas materi, dan tes. Umpan balik
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik
terhadap materi, selain itu umpan balik juga berguna untuk
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajarnya pada proses belajar yang akan datang.
Memberikan informasi tentang kesulitan belajar sehingga
dapat dipergunakan dalam memilih pengalaman belajar yang akan
datang. Kegiatan selanjutnya setelah guru memberikan umpan balik
adalah memberikan informasi tentang kesulitan belajar yang dialami
siswa selama proses belajar. Informasi ini berguna untuk memilih
model dan metode yang tepat dalam melaksanakan proses belajar di
dalam kelas sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat pada
proses belajar selanjutnya. Pada penelitian kali ini, kesulitan belajar
yang dialami siswa kelas X.2 adalah rendahnya pemahaman peserta
didik pada mata pelajaran mengelola dokumen dana kas di bank
dengan materi rekonsiliasi bank yang mengakibatkan rendahnya hasil
belajar kognitif peserta didik. Dari permasalahan tersebut peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) untuk meningkatkan pemahaman materi peserta didik
melalui kerja kelompok, selain itu peneliti juga menggunakan metode
pemberian tugas untuk memberikan penguatan pemahaman materi
kepada peserta didik. Sehingga diharapkan ada peningkatan hasil
belajar kognitif pada peserta didik kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
adalah dengan mengoptimalkan pembelajaran di dalam kelas, yakni
dengan memberikan penjelasan tentang hasil belajar, menyampaikan
tujuan pembelajaran, menggunakan model dan metode belajar yang
sesuai dengan keadaaan kelas dan kemampuan peserta didik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memberikan umpan balik pada setiap proses belajar,
menginformasikan kesulitan belajar peserta didik, dan memberikan
pemecahan atas kesulitan belajar peserta didik.
c. Pembelajaran Akuntansi
Akuntansi menurut Hongren, Harrison, Robbinson, dan
Secokusumo (1997) merupakan, “Suatu sistem yang mengukur aktivitas-
aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-
laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan”
(hlm. 3). American Accounting Association (1966) mendefinisikan akuntansi
sebagai, “Proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi
ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tugas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut” (Soemarso,
2004: 3). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi
merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan suatu
informasi ke dalam laporan keuangan untuk digunakan oleh pengguna
laporan keuangan, seedangkan pembelajaran akuntansi merupakan upaya
pendidik untuk mengajarkan tentang materi yang berkaitan dengan akuntansi
sesuai dengan tingkatan umur peserta didik.
Pembelajaran akuntansi mulai diberikan dalam dunia pendidikan
pada Sekolah Menengah Atas (SMA dan sederajat). Di SMA pembelajaran
akuntansi diberikan mulai kelas XI sebagai identitas pada jurusan IPS
sedangkan di SMK pembelajaran akuntansi diberikan mulai kelas X karena
penjurusan dilakukan bersamaan dengan pendaftaran masuk SMK.
Pembelajaran akuntansi di SMK berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diajarkan oleh para pendidik
kepada peserta didik melalui proses pencatatan, pengikhtisaran transaksi
keuangan, dan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK. Tujuan
pembelajaran akuntansi di SMK adalah membekali tamatan SMK dengan
berbagai kompetensi dasar agar lulusan SMK dapat menguasai dan mampu
menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi dengan
benar sehingga dapat menerjunkan para siswa ke masyarakat dan juga dapat
memberikan manfaat bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, di antaranya adalah :
Tabel 3. Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1 Firman Kailani
dan MI
Riyadhul
Badi’ah
Penerapan
model
kooperatif NHT
(Numbered
Head Together)
untuk
meningkatkan
minat belajar
Al-Qur’an
Hadist Siswa-
Siswi Kelas IV
A SD Darul
Ulum
Bungurasih
Dari hasil
analisis belajar
terdapat
peningkatan
yang ditandai
dengan
peningkatan
ketuntasan
belajar siswa-
siswi dalam
setiap siklus,
yaitu siklus I
(73,68%),
siklus II
(86,05%.).
Kesimpulan
dari penelitian
ini adalah
melalui
pendekatan
metode
kooperatif
learning NHT
dapat
berpengaruh
positif
terhadap
minat, prestasi
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together).
Perbedaan yang
tampak adalah pada
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan
peneliti sebelumnya
(Firman Kailani)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas IV
SD, materi yang
diteliti oleh peneliti
saat ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Firman Kailani)
menggunakan materi
Al-Qur’an dan Hadist,
peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian
tugas namun peneliti
sebelumnya (Firman
Kailani) hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar serta
respon siswa-
siswi kelas IV
A SD Darul
Ulum
Bungurasih
Sidoarjo tahun
pelajaran
2009/2010.
menggunakan metode
NHT.
2 Djoko Dwi
Kusumojanto
dan Popy
Herawati
Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif
Model
Numbered Head
Together (NHT)
untuk
Meningkatkan
Hasil Belajar
Siswa pada
Mata Diklat
Manajemen
Perkantoran
Kelas X APK di
SMK Ardjuna
01 Malang
Terjadi
peningkatan
belajar dari
siklus I ke
siklus II hal ini
dapat dilihat
dari hasil
belajar dimana
hasil pretest
siklus I yang
menunjukkan
13,63%
mengalami
peningkatan
menjadi
40,90%
sedangkan
hasil post-test
siklus II
meningkat lagi
menjadi
90,90%.
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together),
sama-sama
menggunakan
siswa kelas X
SMK sebagai
objek
penelitian.
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Djoko Dwi
Kusumojanto dan Popy
Herawati) hanya
menggunakan model
NHT, materi yang
diteliti oleh peneliti saat
ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Djoko Dwi
Kusumojanto dan Popy
Herawati) menggunakan
materi manajemen
perkantoran.
3 Mustafa,
Yusnani, dan
Penerapan
Pembelajaran
Terdapat
peningkatan
Persamaan
yang tampak
Perbedaan yang
tampak adalah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Baharuddin Kooperatif
Model
Numbered Head
Together (NHT)
untuk
Meningkatkan
Keaktifan dan
Penguasaan
Konsep
Matematika
antara siklus I
dan siklus II
yakni pada
siklus I
diperoleh rata-
rata
keberhasilan
adalah 49%
sedangkan
pada siklus II
diperoleh rata-
rata
keberhasilan
adalah 76,6%
adalah sama-
sama
menggunakan
model
kooperatif tipe
NHT
(Numbered
Head
Together).
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan
peneliti sebelumnya
(Mustafa, Yusnani,
dan Baharuddin)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas VIII
MTs, materi yang
diteliti oleh peneliti
saat ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Mustafa, Yusnani,
dan Baharuddin)
menggunakan materi
matematika, peneliti
saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian
tugas namun peneliti
sebelumnya (Mustafa,
Yusnani, dan
Baharuddin) hanya
menggunakan model
NHT.
4 Heru
Abimartono
Peningkatan
Pemahaman
Setelah
mempelajari
Persamaan
yang tampak
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Fakta Sejarah
melalui Metode
Pemberian
Tugas pada
Siswa Kelas XI
IPS 1 SMA
Islam Sultan
Agung 1
Semarang
metode
pemberian
tugas prestasi
belajar siswa
meningkat
20,43% atau
70,43% atau
26 siswa.
adalah sama-
sama
menggunakan
metode
pemberian
tugas, sama-
sama
menggunakan
siswa SMA
dan sederajat
sebagai objek
penelitian.
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Heru
Abimartono) hanya
menggunakan metode
pemberian tugas, materi
yang diteliti oleh
peneliti saat ini adalah
materi akuntansi
sedangkan peneliti
sebelumnya (Heru
Abimartono)
menggunakan materi
sejarah.
5 Hasnawati Upaya
Meningkatkan
Prestasi Belajar
Siswa dengan
Metode
Pemberian
Tugas pada
Mata Pelajaran
Matematika di
Kelas III B SD
Negeri 11 Kota
Bengkulu
Hasil analisis
data
menunjukkan
adanya
peningkatan
rata-rata hasil
tes siswa
antara
tindakan pra
siklus (4,69),
siklus I (6,65),
dan siklus II
(8,93) dengan
prosentase pra
siklus
(37,93%),
Persamaan
yang tampak
adalah sama-
sama
menggunakan
metode
pemberian
tugas.
Perbedaan yang tampak
adalah peneliti saat ini
mengkombinasikan
model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
dengan pemberian tugas
namun peneliti
sebelumnya (Hasnawati)
hanya menggunakan
metode pemberian
tugas, materi yang
diteliti oleh peneliti saat
ini adalah materi
akuntansi sedangkan
peneliti sebelumnya
(Hasnawati)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siklus I
(68,98%), dan
siklus II
(100%).
menggunakan materi
matematika, pada
penelitian kali ini,
peneliti menggunakan
objek siswa kelas X
SMK sedangkan peneliti
sebelumnya (Hasnawati)
menggunakan objek
siswa-siswa kelas III
SD.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah
pembelajaran akuntansi di kelas X.2 belum memanfaatkan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas. Guru kelas masih menerapkan
metode ceramah monoton meskipun terkadang sudah menerapkan model kooperatif,
namun belum maksimal karena ada peserta didik yang kurang memperhatikan materi
yang diberikan guru atau ada peserta didik yang mendominasi kelompok.
Untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi di kelas X.2, peneliti
memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas. Penelitian direncanakan melalui tiga siklus, yaitu:
1. Pada siklus I digunakan pada kelompok besar yang terdiri dari 5 orang tiap
kelompok. Tugas diberikan di tiap akhir pembelajaran. Dalam proses ini diprediksi
terjadi adanya peningkatan hasil pembelajaran dibandingkan dengan sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan pemberian tugas karena setiap siswa dituntut untuk memahami
pembelajaran.
2. Pada siklus II digunakan pada kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang di tiap
kelompok. Tugas diberikan tiap akhir pembelajaran. Dalam kelompok kecil, siswa
lebih aktif mengikuti pembelajaran dan lebih fokus untuk memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru. Sehingga pada siklus II akan ada peningkatan hasil
belajar dibandingkan dengan siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Siklus III digunakan hanya saat permasalahan belum terselesaikan. Pada siklus III
pembelajaran sesuai dengan siklus II karena siklus III hanya dilaksanakan untuk
memperbaiki siklus II.
Berdasarkan analisa dan kerangka berpikir tersebut maka diduga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012.
Gambaran lebih jelas dari kerangka berpikir tersebut disajikan dalam diagram alir
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 3. Diagram Alir dari Kerangka Berpikir.
SIKLUS III Memperbaiki
kekurangan pada siklus II
Guru/Peneliti : Belum
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas
Siswa : Hasil Belajar
akuntansi rendah
Guru/Peneliti : menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas
SIKLUS I Menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok
Besar, Memberikan tugas dengan prosentase
90%-10%
KONDISI AKHIR
Diduga melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
dengan pemberian tugas dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi kelas
X.2
KONDISI AWAL
TINDAKAN
SIKLUS II Menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dalam Kelompok
Kecil, Memberikan tugas dengan prosentase
85%-15%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian
tugas dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas X SMK Negeri
1 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
SMK Negeri 1 Karanganyar merupakan satu-satunya sekolah menengah
kejuruan negeri di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Jalan A.W.
Monginsidi, No.1, Karanganyar. Peneliti yang juga pernah melakukan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Karanganyar menilai sekolah ini
cocok untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dengan alasan :
a. Rendahnya hasil belajar kognitif siswa kelas X.2 pada mata pelajaran
akuntansi.
b. Kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru.
c. Penelitian berjudul penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan pemberian tugas belum pernah
diterapkan di SMK Negeri 1 Karanganyar, sehingga hasil penelitian dapat
digunakan sebagai masukan bagi guru maupun pihak sekolah dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan selama empat bulan atau satu
semester yaitu mulai bulan Januari sampai bulan April 2012. Pada bulan Januari
2012 digunakan oleh peneliti untuk mempersiapkan penelitian yang meliputi
pengajuan masalah, penyusunan proposal, dan mengajukan perijinan. Bulan
berikutnya yaitu awal bulan sampai pertengahan Februari 2012 digunakan oleh
peneliti untuk merencanakan tindakan. Implementasi tindakan dilakukan peneliti
pada akhir bulan Februari 2012 sampai awal bulan April 2012. Data yang
dikumpulkan adalah data dari Siklus I maupun data Siklus II. Pada akhir bulan
April 2012 peneliti melakukan review terhadap data yang sudah terkumpul. Pada
bulan April sampai bulan Mei 2012 peneliti juga akan melakukan penyusunan
laporan hasil penelitian. Berikut ini akan disajikan tabel alokasi waktu penelitian.
Tabel 4. Alokasi Waktu Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kegiatan Penelitian Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan
kepala sekolah dan guru pelajaran terkait
b. Diskusi untuk mengidentifikasi masalah dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian
2. Implementasi Tindakan a.
b.
Siklus I � Perencanaan � Pelaksanaan tindakan � Observasi � Refleksi Siklus II
� Perencanaan � Pelaksanaan tindakan � Observasi � Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data b. Menyusun laporan/skripsi
c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan orang-orang yang berkaitan dalam
penelitian. Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah guru mata pelajaran
akuntansi dengan materi Mengelola Dokumen Dana Kas di Bank yakni ibu Endang
Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012 dengan jumlah 40 siswa yang seluruhnya terdiri dari siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hubungan kegiatan yang terjadi di dalam
kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Objek penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
digunakan peneliti adalah mata pelajaran akuntansi mengelola dokumen dana kas
di bank dengan materi rekonsiliasi bank.
C. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Data dan sumber data memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
untuk menyelesaikan penelitiannya. Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan segala hal yang bersifat
tertulis yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Dokumen atau arsip yang digunakan
dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil
pekerjaan siswa.
Pada penelitian kali ini, selain menggunakan data peneliti juga menggunakan
sumber data. Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi :
1. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi lebih rinci tentang hal-hal yang
diperlukan oleh peneliti dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan yang
digunakan oleh peneliti adalah guru akuntansi dengan materi mengelola dokumen
dana kas di bank yaitu ibu Endang Mardiyati dan siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
2. Tempat atau lokasi
Tempat atau lokasi adalah tempat yang digunakan peneliti sebagai sasaran dalam
suatu penelitian. Tempat atau lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ruang kelas X.2 dan SMK Negeri 1 Karanganyar.
3. Peristiwa
Peristiwa merupakan segala hal yang terjadi. Peristiwa sebagai sumber data
mempunyai jenis yang beragam dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara
sengaja maupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau hanya satu kali terjadi,
dan aktivitas yang formal maupun non formal. Peristiwa dalam penelitian ini
adalah proses belajar mengajar akuntansi pada siswa kelas X.2 SMK Negeri 1
Karanganyar.
D. Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Wawancara
Arikunto (2006) menjelaskan:
Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang” (hlm.155). Peneliti melakukan wawancara kepada peserta didik kelas X.2 untuk
mengetahui tanggapan mereka tentang proses pembelajaran di kelas, selain itu
peneliti juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran terkait untuk
mengetahui proses belajar mengajar yang diterapkan guru tersebut di dalam kelas.
Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin di mana
peneliti tidak mengambil waktu resmi namun tetap memiliki tanggung jawab
sebagai pengumpul data yang relevan, selain itu arah pembicaraan juga jelas.
b. Observasi
Arikunto (2006) menjelaskan:
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. …. Di dalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara (hlm. 157).
Peneliti secara langsung menjadi anggota penuh dan turut ambil bagian
dalam kehidupan hal yang diobservasi. Peneliti juga berinteraksi dengan subjek
yang dipelajari dan melakukan penelitian dalam interaksi tersebut.
c. Tes
Arikunto (2006) mengemukakan, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(hlm. 150).
Peneliti memberikan tes pada akhir siklus untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menyerap materi pelajaran. Tes yang digunakan berbentuk soal
pilihan ganda dan soal essai.
d. Dokumentasi
Arikunto (2006) mengemukakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya” (hlm. 158). Dokumentasi yang diambil peneliti adalah RPP, silabus, dan buku
pegangan mengajar.
E. Uji Validitas Data
Wiriaatmaja (2006) mengemukakan tujuan dilakukannya uji validitas yakni,
“Mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian” (hlm. 164). Uji
validitas yang dilakukan peneliti pada penelitian kali ini adalah melakukan validasi
dengan triangulasi. Patton (1984) juga menyatakan, “Terdapat empat macam teknik
triangulasi, yaitu 1. triangulasi data (data triangulation), 2. triangulasi peneliti
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data/triangulasi sumber
dan triangulasi metodologis/triangulasi metode untuk mengetahui kebenaran dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi sumber
mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan
sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda” (hlm. 79). Dari pernyataan
tersebut maka peneliti menggunakan dua observer untuk melakukan observasi kemudian
hasilnya akan dibandingkan dan ditarik kesimpulan. Uji validitas lain yang digunakan
peneliti adalah triangulasi metode, Sutopo (2002) menyatakan, “Triangulasi metode bisa
dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda” (hlm. 80). Dari
pernyataan tersebut maka peneliti mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan data
nilai siswa untuk dicocokkan dan ditarik kesimpulan mengenai pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
F. Analisis Data
Suwandi (2011) mengatakan, ”Teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik
deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) menyatakan cara untuk
menganalisis data adalah dengan, “Mencari nilai rerata, prosentase keberhasilan
hasil belajar, dan lain lain” (hlm. 131) sedangkan Suwandi (2011) menyatakan,
“Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni
dengan membandingkan hasil antar siklus” (hlm.66). Pada penelitian ini, peneliti
menganalisis data kuantitatif berupa nilai siswa selama penelitian yang terdiri dari
nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir siswa, dan nilai hasil belajar siswa
dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif yakni dengan membandingkan
rata-rata dan prosentase keberhasilan nilai tugas siswa, nilai ulangan harian akhir
siswa, dan nilai hasil belajar siswa pada pra siklus ke siklus 1 dan siklus 1 ke
siklus selanjutnya. Hasil dari analisis data ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang terjadi dari siklus 1 ke siklus
selanjutnya.
Pada teknik analisis kritis, Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis
berkaitan dengan data kualitatif” (hlm. 66). Arikunto, Suhardjono, & Supardi
(2011) menyatakan bahwa data kualitatif yaitu data yang berupa, “Hasil
wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal hasil angkat/kuesioner” (hlm.
132). Suwandi menyatakan, “Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar” (hlm. 66). Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data
kuantitatif berupa hasil observasi/pengamatan terhadap proses belajar mengajar
yang dilakukan guru dan hasil wawancara dengan guru dan siswa. Hasil dari
analisis data ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan dan memperbaiki
proses pembelajaran selanjutnya.
G. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dalam literatur berbahasa inggris PTK sering disebut
dengan Classroom Action Research. Ditinjau dari arti per katanya, Arikunto
(2006) menyatakan, “Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas” (hlm. 91). Penelitian menunjuk pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjuk
pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula. Dengan demikian Arikunto, Suhardjono, & Supardi
(2011) menyimpulkan, “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas seara bersama” (hlm. 3).
Mc Niff (1992) menegaskan, “Dasar utama bagi dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan” (Arikunto, Suhardjono, &
Supardi, 2011: 106). Lebih jauh lagi, Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011)
merinci tujuan PTK antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable) (hlm.61).
Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah, ”1. Inovasi
pembelajaran, 2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, 3. Peningkatan
profesionalitas guru (Subyantoro, 2009: 24). Hopkins (1993) menyebutkan ada lima
prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas
1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
3. Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
4. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
5. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. (Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2011: 115).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2011) mengemukakan bahwa, “Ada empat rincian kegiatan pelasanaan PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan. Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan. Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
c. Pengamatan atau observasi. Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
d. Refleksi. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul. Kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya” (hlm.74).