8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
1/33
L BOR TORIUMKIMI FISIK
Percobaan : ADSORPSI ISOTERMIS
Kelompok : IIIA
Nama :
1. M. Bayu Prasetyo NRP. 2313 030 0492. Vonindya Khoirun N. M. NRP. 2313 030 0213. Maulana Adi W. NRP. 2313 030 025
Tanggal Percobaan : 21 Oktober 2013
Tanggal Pengembalian : 28 Oktober 2013
Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, S.Si., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandari W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
2/33
i
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati peristiwa adsorbsi isotermis dari suatu
larutan pada suhu konstan. Larutan yang digunakan adalah asam asetat 0,015 N; 0,03 N;
0,06 N; 0,09 N; 0,12 N; 0,15 N dengan pengadukan selama 30 menit.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalamberbagai konsentrasi, yaitu: 0,015 N, 0,03 N, 0,06 N, 0,09 N, 0,12 N, 0,15 N agar dapat
mengetahui seberapa besar hubungan antara variasi konsentrasi dengan daya adsorbsi.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan larutan asam asetat, pembuatan ini dimulai
dengan membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N yang kemudian untuk
konsentrasi selanjutnya dibuat dari pengenceran larutan asam asetat dengan konsentrasi
0,15N. Selanjutnya, ditambahkan karbon aktif dan ditutup rapat. Kemudian, larutan asam
asetat dengan karbon aktif tersebut diaduk dengan kecepatan 220 rpm selama 30 menit.
Fungsi pengocokan ini adalah meningkatkan frekuensi antara absorben (karbon aktif) dan
absorbat (asam asetat) sehingga jumlah arang yang menempel pada larutan dapat
maksimal, mempercepat proses kesetimbangan adsorpsi sehingga jumlah zat teradsorpsi
dapat ditentukan, serta mempercepat proses penghomogenan adsorbat (asam asetat).Selanjutnya, didiamkan selama 1 jam dengan tujuan agar proses penyerapan yang terjadi
pada permukaan zat bisa berlangsung sempurna dan terjadi keseimbangan. Langkah
selanjutnya, dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak dua kali.
Berdasarkan percobaan adsorbsi isotermis didapatkan volume titrasi rata-rata
NaOH pada normalitas 0,015 N sebesar 10,5, pada 0,03 N volume rata-rata NaOH
sebesar 3,5 ml, pada 0,06 N volume rata-rata NaOH sebesar 5 ml, pada 0,09 N volume
rata-rata NaOH sebesar 10,75 ml, pada 0,12 N volume rata-rata NaOH sebesar 26,65 ml,
pada 0,15 N volume rata-rata NaOH sebesar 13 ml.
Dari percobaan adsorbsi isotermis ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses adsorbsi adalah pengadukan, karakteristik adsorben, jenis
adsorbat, luas permukaan adsorbat, konsentrasi zat terlarut, dan temperatur. Pada
adsorbsi isotermis ini termasuk dalam adsorbsi isotermis kimia dan grafik yang terbentuk
sama dengan adsorbsi isotermis Freudlich.
Kata kunci : Adsorbsi isotermis, titrasi, konsentrasi larutan.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
3/33
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... . i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... I-1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... I-2
I.3 Tujuan Percobaan ........................................................................................... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori..................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ...................................................................................... III-1
III.2 Alat yang Digunakan ................................................................................... III-1
III.3 Bahan yang Digunakan ................................................................................ III-1
III.4 Prosedur Percobaan ..................................................................................... III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan .............................................................................. III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ............................................................................... III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ........................................................................................... IV-1
IV.2 Pembahasan ................................................................................................. IV-2
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... viDAFTAR NOTASI ......................................................................................................... vii
APPENDIKS ................................................................................................................... viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara- Lembar Revisi
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
4/33
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.4.1 Pendekatan Isoterm Langmuir ................................................................ II-4
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
5/33
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Volume Titrasi NaOH Terhadap Larutan Asam Asetat dengan
Penambahan Karbon Aktif ............................................................................................. IV-1
Tabel IV.1.2 Hasil Perhitungan N akhir, Nkontrol, dan Faktor Koreksi ........................ IV-1
Tabel IV.1.3 Hasil Perhitungan Larutan Asam Asetat Sebelum dan Sesudah Teradsorbsi oleh
Karbon Aktif ................................................................................................................... IV-2
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
6/33
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.4.1 Isotermis Langmuir ..................................................................................... II-5
Grafik II.4.2 Isotermis Freudlich ..................................................................................... II-6
Grafik II.4.3 Isotermis BET ............................................................................................. II-7
Grafik II.6.1 Titrasi Asam Basa ...................................................................................... II-9
Grafik II.8.1 Kurva Asam Kuat vs Basa Kuat ................................................................ II-10
Grafik II.8.2 Kurva Asam Kuat vs Basa Lemah ............................................................. II-11
Grafik II.8.3 Kurva Asam Lemah vs Basa Kuat ............................................................. II-12
Grafik IV.2.1 HubunganNormalitasAsamAsetatdengan Volume TitrasiNaOH ............... IV-3
Grafik IV.2.2 HubunganNormalitasAsamAsetatdenganMol Asam Asetat yang teradsorpsi
........................................................................................................................................... IV-4
Grafik IV.2.3 Hubungan Faktor Koreksi dengan Normalitas ........................................... IV-5
Grafik IV.2.4 HubunganNormalitas dengan Nteori ......................................................... IV-6
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
7/33
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem penjernihan untuh menyisihkan kandungan warna maupun organik ada
beberapa macam teknik. Sistem pengolahan air limbah industri tekstil yang banyak
ditujukan untuk menghilangkan warna dan yang umum digunakan adalah kagulasi-
flokulasi. Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble)yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu ;
1.
Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakansuatu proses bolak-balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben
lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang
terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yangteradsorbsi.
Proses adsorpsi oleh karbon aktif terbukti memberikan hasil yang baik dalam
menyisihkan kandungan warna maupun organik, namun biaya menjadi sangat mahal untuk
mengganti karbon aktif yang jenuh.
Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben karena selain dapat menyerap logam,
dapat pula menarik warna dari suatu larutan. Berkurangnya intensitas warna dari
suatu larutan menandakan bahwakar bonaktif dapat menyerap warna. Karbon aktif
merupakan senyawa karbonamorf, yang dapat dihasilkan daribahan-bahan yang
mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau vo lume po ri -pori dan luas permukaan.
Meningkatnya efisiensi penyisihan zat warna dan organ iklainnya serta rendahnya
biaya pada sistem ini adalah karena berkurangnya pemakaian karbon mikroorganisme.
Walaupun demikian sampai saat ini mekanisme bioregenerasi tersebut masih belum dapat
diungkapkan dengan jelas. Energi yang dihasilkan seperti ikat an hidro gen dan
gaya Van Der Waals menyebabkan bahan yang teradsorpsi berkumpul pada permukaan
penjerap.Bila reaksi di balik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
8/33
I-2
Bab I Pendahuluan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
karbon aktif sehingga jumlah zat di ruas kanan reaksi sama dengan zat pada ruas kiri.
Adorbsi isotermis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya faktor tersebut
adalah konsentrasi zat. Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan yang dijerap sedikit,
sedang pada konsentrasi tinggi jumlah bahan yang dijerap semakin banyak. Hal inidisebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel semakin besar.
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui tentang adsorbsi isotermis oleh karbon aktif
secara mendalam maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh konsentrasi pada proses adsorbsi dengan suhu konstan?
I.3 Tujuan Percobaan
Mengamati peristiwa adsorbsi isotermis dari suatu larutan pada suhu tetap
(konstan).
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
9/33
I-3
Bab I Pendahuluan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
10/33
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Adsorbsi
Adsorbsi atau penyerapan adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari
suatu fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerapa atau adsorben.
Biasanya partike-partikel kecil dari zat penyerap dilepaskan pada adsorbsi kimia yang
merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap, sehingga tidak mungkin
terjadi proses yang bolak-balik.
Dalam adsorbsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat
adalah substansi yang terjerat atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya
sedangkan adsorban adalah suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawakarbon.
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.Adsorpsi FisikAdsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya mrmpunyai jarak jauh tapi lemah
dan energi yang dilepaskan jika partikel teradsorpsi secara fisik mempunyai orde
besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Adsorpsi ini bersifat reversible,
berlangsung pada temperature rendah, yaitu 1000 kal/mol atau kurang dan tidak
perlu aktivasi. Penerapannya antara lain pada penentuan luas permukaan,
analisis kromotografi, pemurnian gas dan pertukaran ion.
2.Adsorpsi KimiaAdsorpsi Kimia terjadi dengan adanya pembentukan ikatan kimia dengan
sifat yang spesifik karena tergantung pada jenis adsorben dan adsorbatnya.
Adsorpsi kimia bersifat irreversible, berlangsung pada temperatur tinggi, yaitu
antara 10.000 kal/mol sampai 20.000 kal/mol dan tergantung pada energi
aktivasi. Penerapannya antara lain pada proses korosi dan katalis heterogen
(Alberty dan Daniels, 1983).
II.2 Mekanisme Adsorbsi
Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses diman molekul meninggalkan
larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika.proses
adsorbsi tergantung pada sifat zat padat yang mengabsorbsi, sifat atom atau molekul
yang diserap, konsentrasi, temperatur, dan lain-lain. Pada proses adsorbsi terbagi
menjadi empat tahap, yaitu:
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
11/33
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorbsi menuju lapisan film yangmengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui lapisan film (film diffusion process).3. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui kapiler atau pori dalam adsorben (pore
diffusion process).
4. Adsorbsi zat terlarut yang teradsobsi pada dinding pori atau permukaan adsorben(proses adsorbsi sebenarnya).
Operasi dari proses adsorbsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Proses adsorbsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan, dimanapenyerap yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diaduk
dengan air dalam suatu bangunan sehingga terjadi penolakan antara partikel
penyerap dengan fluida.
2. Proses adsorbsi yang dijalannkan dalam suatu bejana dengan sistem filtrasi, dimanabejana yang berisi media penyerap aliran air dengan model pengaliran gravitasi.
Jenis media penyerap sering digunakan dalam bentuk bongkahan atau butiran atau
granular dan proses adsorbsi biasanya terjadi selama berada di dalam media
penyerap.
II.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorbsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi:
1. Agitation(pengadukan)Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori,
tergantung pada tingkat penagdukan pada sistem.
2. Karakteristik adsorban (karbon aktif)Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting
karbon aktif sesuai dengan fungsinya sebagai adsorban. Tingkat adsorbsi
naik dengan adanya penurunan ukuran partikel. Oleh karena itu adsorbsi
menggunakan karbon PAC (powdered activated carbon) lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakan karbon GAC (granular activated
carbon). Kapasitas total adsorbsi karbon tergantung pada luas permukaanya.
Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukaannya. Oleh
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
12/33
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
karena itu GAC dan PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas
adsorbsi yang sama.
3. Kelarutan adsorbatSenyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap
pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa yang tidak
larut.
4. Ukuran molekul adsorbatTingkat adsorbsi pada aldehid atau alkohol biasanya naik diikuti denagn
kenaikan ukuran molekul. Hal ini dapat dijelaskan denagn kenyataan bahwa
gaya tarik antara karbon dan molekul semakin mendekati ukuran pori
karbon. Tingkat adsorbsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar untuk
dilewati oleh molekul.
5. pHAsam organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbsi
basa organik efektif pada pH tinggi.
6. TemperaturTingkat adsorbsi naik diikuti denagn kenaikan temperatur dan turun dengan
penurunan temperatur
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorbsi, yaitu:
1. Luas permukaan adsorbenSemakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorbsi dapat bersifat efektif. Semakin kecil ukuran
diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikelSemakin kecil ukuran partikel yang digunakn maka semakin besar
kecepatan adsorbsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih
dari 0,1mm, sedangkan ukuran dalam bentuk serbuk adalah 200mesh
3. Waktu kontakWaktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses
adsorbsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat
organik akan turun apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak
berkisar 10-15 menit.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
13/33
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
K1 = K2 P (1- )
Lapisan Askorbat
Adsorben
Gambar II.4.1: Pendekatan Isotherm
Langmuir
4. Distribusi ukuran poriDistribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang
masuk kedalam partikel adsorben.
II.4 Adsorbsi Isotermis
Percobaan adsorbsi yang paling umum adalah menentukan hubungan
jumlah gas teradsorsi (pada adsorben) dan tekanan gas. Pengukuran ini
dilakukan pada suhu tetap dan dan hasil pengukuran di gambarkan dalam grafik
dan disebut adsorbsi isotermis.
Macam macam adsorbsi isotermis :
a. Adsorbsi Isotermis LangmuirPada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori Isoterm Adsorbsi dengan
menggunakan model sederhana berupa padatan yang mengadsorbsi gas pada
permukaannya. Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
1.Gas yang teradsorbsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.2.Gas yang teradsorbsi dibatasi sampai lapisan monolayer3.Permukaan adsobrbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan
untuk molekul gas sama.
4.Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.5.Molekul gas yang teradsorbsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak
pada permukaan.
Pada kesetimbangan, laju adsorbs dan desorpsi gas adalah sama. Bila
menyatakan fraksi yang ditempati oleh adsorbat dan P menyatakan tekanan
gas yang teradsorbsi maka :
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
14/33
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Dengan K1 dan K2 masing-masing merupakan tetapan laju adsorbsi dan
desorbsi. Jika didefinisikan maka :
Pada adsorbsi monolayer, jumlah gas yang teradsorbsi pada tekanan P(y)
dan jumlah gas yang diperlukan untuk membentuk lapian monolayer
dihubungkan dengan melalui persamaan :
Teori adosorbsi isoterm langmuir berlaku untuk adsorbsi kimia, dimana
terjadi reaksi yang terjadi spesifik dan umumnya membentuk lapisan monolayer.
Grafik II.4.1 Isotermis Langmuir
b. Adsorbsi Isothermis Freudlich
Adsorbsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben
merupakan hal yang penting. Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain
penghilangan warna larutan decolorizing dengan menggunakan teknik
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
15/33
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
K1 = K2 P (1- )
Log y = Log k + Log C
kromatognafi. Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan dijelaskan
oleh H.Freudlich.
Menurut Freudlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram adsorben dan
c adalah konsentasi zat terlarut dalam larutan, maka :
Dimana k dan n adalah konstanta empiris. Jika persamaan diaplikasikan
untuk gas, maka y adalah jumlah gas yang teradsorbsi dan C digantikan dengan
tekanan gas.
Grafik II.4.2 Isotermis Freudlich
c. Adsorbsi Isotermis BET
Teori adsorpsi isotermis BET merupakan hasil kerja dari S.
Brunaver, P.H. Emmet, dan E-Teller. Teori ini menganggap bahwa adsorbsi
juga dapat terjadi diatas lapisan adsorbat monolayer. Sehingga, isoterm
adsorbi BET dapat diaplikasikan untuk adsorbsi multilayer. Keseluruhan
proses adsorbsi dapat digambarkan sebagian :
a. Penempelan molekul pada permukaan padatan (adsorben) membentuklapisan monolayer
b. Penempelan molekul pada lapisan monolayer membentuk lapisanmultilayer.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
16/33
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Bila V menyatakan volume gas teradsorbsi, Vm menyatakan volume
gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan multilayer, dan X adalah
, maka isotherm adsorbsi BET dapat dinyatakan sebagai :
Grafik II.1.4.3 Isotermis BET
Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan:
1. Adsorbsi PositifApabilasoluterelatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorben.
Contoh : Zat warna oleh aluminium atau chromium
2. Adsorbsi NegatifApabila solven relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam
larutan.
Contoh : Alkaloid dengan karbon aktif.
Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorbsi :
1. Adsorbsi Fisika (Physisorpsion)Apabila adsorbsi berjalan pada temperature rendah dan prosesnya
reversible jumlah asam yang hilang karena diadsorbsi = pengurangan
konsentrasi asam dalam larutan.
2. Adsorbsi Kimia (Chemisorpsion, activated adsorbsion)
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
17/33
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Apabila adsorbs berjalan pada temparatur tinggi disertai dengan reaksi
kimia yang irreversible.
3. Adsorbsi MolekularDikatakan adsorbsi molekuler bila molekul yang diadsorbsi tdakmengalami disosiasi.
4. Adsorbsi AsosiatifDikatakan adsorbsi asosiatif bila molekul yang diadsorbsi terurai menjadi
molekul lain yang lebih kecil.
II.5 Karbon Aktif
Karbon aktif umumnya memiliki daya adsorpsi yang rendah pada daya adsorpsi
tersebut dapat diperbesar dengan mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau
bahan kimia. Aktivasi karbon bertujuan memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup. Hidrokarbon allppkatt dapat digunakan sebagai
bahan pengaktif karbon yang mempunyai aktivasi baik (karenen,1987)
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses kartonasi dan dilanjutkan
dengan proses aktivasi cartona-cartona material berkarbon biasanya berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Adsorben yang paling baik adalah arang yang dihasilkan oleh
kayu, lignin tempurung kelapa, kulit biji kacang (Susana, 1993)
II.6 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi
ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida
sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita
dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah
asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan
menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri. Dalam
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
18/33
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH,
khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator.
Grafik II.6.1 Titrasi Asam Basa
Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik
secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7).
Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus
meningkat.
II.7 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenisbasa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutanalkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di
berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan
KOH.Ia tidak larut dalamdietil eter dan pelarut non-polar lainnya.Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Natriumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oksida_basa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkalin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bubur_kayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kertashttp://id.wikipedia.org/wiki/Tekstilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sabunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Deterjenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Etanolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Metanolhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalium_hidroksida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dietil_eterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Larutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Larutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dietil_eterhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalium_hidroksida&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Metanolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etanolhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Deterjenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sabunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tekstilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kertashttp://id.wikipedia.org/wiki/Bubur_kayuhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkalin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oksida_basa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Natriumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Natriumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Natrium8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
19/33
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II.8 Indikator Phenolphtaelin
Titik ekivalen titrasi yang mana memiliki campuran dua zat pada perbandingan
tepat sama. Dalam hal ini membutuhkan pemilihan indikator yang perubahan
warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu titrasike titrasi yang lain.
Asam kuat vs Basa kuatDiagram berikut menunjukan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada
basa kuat, bagian yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk
jingga metil dan fenolftalein.
Grafik II.8.1 Kurva Asam Kuat vs Basa Kuat
anda dapat melihat bahwatidak terdapat perubahan indikator pada titik
ekivalen. Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut
yang menunjukan tidak terdapat perbedaan pada volume asam yang
ditambahkan apapun indikator yang anda pilih. Akan tetapi, hal tersebut
berguna pada titrasi untuk memilih kemungkinan warna terbaik melalui
penggunaan tiap indikator.
Jika menggunakan fenolfatelin, anda akan mentitrasi sampai fenolfatelin
berubah menjadi tak berwarna (pada PH 8,8) karena itu adalah titik terdekat
untuk mendapatkan titik ekivalen.
Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda akan menitrasi
sampai dengan bagian pertama kali muncul warna jingga dalam larutan.
Jika lalrutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan titik yang lebih
jauh dari titik ekivalen.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
20/33
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Asam kuat vs basa lemah
Grafik II.8.2 Kurva Asam Kuat vs Basa Lemah
Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolfatelin akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga
metil berubah kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.
Asam kuat vs basa kuat
Grafik II.8.3 Kurva Asam Lemah vs Basa Kuat
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
21/33
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
22/33
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
200 rpm 30 menit
III.2 Alat Yang Digunakan
1.Beaker glass2.Buret, Klem holder, Statif3.Corong kaca4.Gelas ukur5.Kertas saring6.Shaker7.Pipet tetes
III.3 Bahan Yang Digunakan
1.Karbon aktif2.
Larutan asam asetat
3.Larutan NaOH 0,1N4.Indikator PP5.Aquadest
III.4 Prosedur Percobaan
1. Bersihkan dan keringkan Erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah.2. Letakkan 1gram karbon aktif ke dalam 6 erlenmeyer.3. Buat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N, 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
0,015N denagn volume masing-masing 100ml. larutan 0,12N, 0,09N, 0,06N,
0,03N, dan 0,015N dibuat dari larutan 0,15N.
4. Masukkan 100ml larutan 0,03N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak adakarbon aktifnya yang selanjutnya akan digunakan sebagai control.
5. Tutup semua Erlenmeyer tersebut dan kocok secara periodik selama 30 menit,kemudian diamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi kesetimbangan.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
23/33
III-2
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program D3 Teknik Kima
FTI-ITS
6. Saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10ml pertamadari larutan asam asetat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas
saring.
7. Titrasi 25ml larutan asam asetat dengan larutan 0,1N NaOH baku dengan indikatorPP, tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
24/33
III-3
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program D3 Teknik Kima
FTI-ITS
III.5 Diagram Alir
Mulai
Bersihkan dan keringkan erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah
Letakkan 1gram karbon aktif ke dalam 6 erlenmeyer
Buat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N, 0,12N,
0,09N, 0,06N, 0,03N, 0,015N denagn volume masing-masing 100ml.
larutan 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N, dan 0,015N dibuat dari
larutan 0,15N
Saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10ml
pertama dari asam asetat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi
Tutup semua erlenmeyer tersebut dan kocok secara periodik selama 30
menit, kemudian diamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi
kesetimbangan
Selesai
Titrasi 25ml larutan asam asetat dengan larutan 0,1N NaOH baku dengan
indikator PP, tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan
Masukkan 100ml larutan 0,03N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang
tidak ada karbon aktifnya sebagai kontrol
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
25/33
III-4
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program D3 Teknik Kima
FTI-ITS
III.6 Gambar Alat
Erlenmeyer Gelas ukur
Kertas saringPipet tetes Corong kaca
Buret, statif, klem holderTabung reaksi
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
26/33
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Volume Titrasi NaOH Terhadap Larutan Asam Asetat
Dengan Penambahan Karbon Aktif
Bahan Variabel
Volume NaOH Rata-rata
Volume
NaOH (ml)V1(ml) V2(ml)
Larutan
Asam Asetat
0,015 8 13 10,5
0,03 2,5 4,5 3,5
0,03* 1,5 1 1,25
0,06 5 5 5
0,09 7 7,5 10,75
0.12 17, 6 18,1 26, 65
0,15 13 10 13
Tabel IV.1.2 Hasil Perhitungan N akhir, N Kontrol, dan Faktor Koreksi
Bahan VariabelN
NaOH
V Rata-
rata (ml)Nakhir N kontrol
Faktor
Koreksi
Larutan
AsamAsetat
0,015 0,1 10,5 0,014 0,3 0,47
0,03 0,1 3,5 0,086 0,3 2,87
0,03* 0,1 1,25 0,24 0,3 8
0,06 0,1 5 0,12 0,3 4
0.09 0,1 10,75 0, 084 0,3 2,8
0,12 0,1 26, 65 0,045 0,3 1,5
0,15 0,1 13 0,12 0,3 4
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
27/33
IV-2
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.1.3 Hasil Perhitungan Larutan Asam Asetat Sebelum dan Sesudah
Teradsorbsi oleh Karbon Aktif
Bahan VariabelFaktor
KoreksiN Teori
Jumlah normalitas
Awal Akhir Terabsorbsi
Larutan
Asam
Asetat
0,015 0,47 0,007 0,015 0,014 0,001
0,03 2,87 0,0861 0,03 0,086 -0,056
0,03* 8 0,24 0,03* 0,24 -0,21
0,06 4 0,24 0,06 0,12 -0,06
0,09 2,8 0,252 0,09 0, 084 0,006
0,12 1,5 0,18 0,12 0,045 0,0750,15 4 0,60 0,15 0,12 0,03
(*) = tanpa Karbon
IV.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengamati peristiwa adsorbsi isothermis dari suatu
larutan pada suhu tetap (konstan). Pada percobaan adsorbsi larutan asam asetat diadsorbsi
oleh karbon. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalam
berbagai konsentrasi, yaitu: 0,015 N, 0,03 N, 0,06 N, 0,09 N, 0,12 N, 0,15 N agar dapat
mengetahui seberapa besar hubungan antara variasi konsentrasi dengan daya adsorbsi.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan larutan asam asetat, pembuatan ini dimulai dengan
membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N yang kemudian untuk konsentrasi
selanjutnya dibuat dari pengenceran larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N.
Selanjutnya, ditambahkan karbon aktif dan ditutup rapat. Kemudian, larutan asam asetat
dengan karbon aktif tersebut diaduk dengan kecepatan 220 rpm selama 30 menit. Fungsi
pengocokan ini adalah meningkatkan frekuensi antara absorben (karbon aktif) dan absorbat
(asam asetat) sehingga jumlah arang yang menempel pada larutan dapat maksimal,
mempercepat proses kesetimbangan adsorpsi sehingga jumlah zat teradsorpsi dapat
ditentukan, serta mempercepat proses penghomogenan adsorbat (asam asetat). Selanjutnya,
didiamkan selama 1 jam dengan tujuan agar proses penyerapan yang terjadi pada
permukaan zat bisa berlangsung sempurna dan terjadi keseimbangan. Langkah selanjutnya,
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak dua kali yang bertujuan untuk mengetahui
perubahan konsentrasi pada asam asetat (CH3C00H) setelah dilakukannya proses
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
28/33
IV-3
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
penambahan karbon aktif, pengocokan, dan didiamkan selama 1 jam. Sesuai dengan tabel
yang ada, dapat terlihat bahwa beberapa faktor mempengaruhi peristiwa adsorbsi
isothermis. Selain menentukan harga rata-rata volume NaOH dari variabel tersebut,
percobaan ini juga dilakukan untuk menghitung Nakhir, Nkontrol dan faktor koreksi dari
masing-masing variabel.
0
0,05
0,1
0,15
0,2
10,5 3,5 1,25 10,75 26,65 13
Hubungan Normalitas Asam Asetat
dengan Volume Titrasi NaOH
Hubungan Normalitas Asam Asetat dengan Volume Titrasi NaOH
Grafik IV.2.1 Hubungan Normalitas Asam Asetat dengan Volume Titrasi NaOH
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa volume rata-rata NaOH pada
normalitas 0,015 N sebesar 10,5, pada 0,03 N volume rata-rata NaOH sebesar 3,5 ml, pada
0,06 N volume rata-rata NaOH sebesar 5 ml, pada 0,09 N volume rata-rata NaOH sebesar
10,75 ml, pada 0,12 N volume rata-rata NaOH sebesar 26,65 ml, pada 0,15 N volume rata-
rata NaOH sebesar 13 ml. Hal ini sesuai dengan teori dimana nilai adsorbsi semakin
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur, pada grafik ini
percobaan adsorpsi isotermis ini menunjukkan persamaan dengan grafik yang pada
adsorbsi isotermis Freudlich. Selain volume NaOH yang dititrasi terhadap larutan asam
asetat, faktor pengadukan juga berpengaruh dimana semakin lama waktu adsorbsi
(pengadukan dan didiamkan), maka volume titran yang diperlukan semakin banyak.
Volume Titrasi NaOH
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
29/33
IV-4
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.2 Hubungan Normalitas dengan Jumlah NAsam Asetat yang Teradsorbsi
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah normalitas asam asetat pada
normalitas 0,015 N sebesar 0,001, pada 0,03N normalitas yang teradsorbsi sebesar -0,056,
pada 0,06 N normalitas yang teradsorbsi sebesar -0,06, pada 0,09 N normalitas yang
teradsorbsi sebesar 0,006, pada 0,12 N normalitas yang teradsorbsi sebesar 0,075, dan 0,15
N normalitas yang teradsorbsi sebesar 0,03. Dari hasil grafik yang dibentuk, dapatdisimpulkan bahwa grafik ini sesuai dengan grafik yang terbentuk pada adsorbsi isotermis
Freudlich sehingga hasil percobaan yang didapat sesuai dengan literatur yang ada.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
30/33
IV-5
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.3 Hubungan Faktor Koreksi dengan Normalitas
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015N diperoleh faktor
koreksi sebesar 0,47, pada 0,03N diperoleh faktor koreksi sebesar 2,87, pada 0,06N
diperoleh faktor koreksi sebesar 4, pada 0,09N diperoleh faktor koreksi sebesar 2,8, pada
0,12N diperoleh faktor koreksi sebesar 1,5, dan pada 0,15N diperoleh faktor koreksi
sebesar 4. Berdasarkan grafik tersebut, faktor koreksi yang didapatkan tidak konstan yangmenunjukkan bahwa ketika faktor koreksi semakin besar maka kesalahan yang terjadi pun
semakin tinggi. Dalam grafik faktor koreksi terbesar pada konsentrasi 0,06N dan 0,15N
yang sama-sama memiliki faktor koreksi sebesar 4. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
nilai yang tinggi pada faktor koreksi ini diantara ketika pengambilan bahan praktikan
kurang teliti dalam mengambil, kemudian ketika proses titrasi berlangsung juga mengalami
kesalahan.
Berdasarkan hasil percobaan adsorbsi isotermis ini termasuk dalam adsorbsi kimia
yang merupakan terjadi dengan adanya pembentukan ikatan kimia dengan sifat yang
spesifik karena tergantung pada jenis adsorben dan adsorbatnya. Adsorpsi kimia bersifat
irreversible hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
31/33
IV-6
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
K1 = K2 P (1- )
Log y = Log k + Log C
Grafik IV.2.4 Hubungan Normalitas dengan NTeori
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015 N diperoleh NTeori
sebesar 0,007, pada 0,03 N diperoleh NTeori sebesar 0,0861, pada 0,06 N diperoleh NTeori
sebesar 0,24, pada 0,09 N diperoleh NTeori sebesar 0,252, pada 0,12 N diperoleh NTeori
sebesar 0,18, pada 0,15 N diperoleh NTeorisebesar 0,60. Berdasarkan grafik ini hasil grafik
yang dibentuk sesuai dengan grafik pada adsorbsi isotermis Freudlich. Dimana menurutfreudlich, adsorbsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben merupakan hal
yang penting. Menurut Freudlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram adsorben dan c
adalah konsentasi zat terlarut dalam larutan, maka :
Dimana k dan n adalah konstanta empiris. Jika persamaan diaplikasikan untuk
gas, maka y adalah jumlah gas yang teradsorbsi dan C digantikan dengan tekanan gas.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
32/33
V-1
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan percobaan adsorbsi isotermis didapatkan volume titrasi rata-rataNaOH pada normalitas 0,015 N sebesar 10,5, pada 0,03 N volume rata-rata NaOH
sebesar 3,5 ml, pada 0,06 N volume rata-rata NaOH sebesar 5 ml, pada 0,09 N
volume rata-rata NaOH sebesar 10,75 ml, pada 0,12 N volume rata-rata NaOH
sebesar 26,65 ml, pada 0,15 N volume rata-rata NaOH sebesar 13 ml.
2. Berdasarkan percobaan adsorbsi isotermis diketahui bahwa jumlah normalitas asamasetat pada normalitas 0,015 N sebesar 0,001, pada 0,03N normalitas yang
teradsorbsi sebesar -0,056, pada 0,06 N normalitas yang teradsorbsi sebesar -0,06,
pada 0,09 N normalitas yang teradsorbsi sebesar 0,006, pada 0,12 N normalitas
yang teradsorbsi sebesar 0,075, dan 0,15 N normalitas yang teradsorbsi sebesar
0,03.
3. Berdasarkan grafik yang dibentuk oleh percobaan ini sesuai dengan grafik padaadsorbsi isotermis Freudlich.
4. Pada percobaan adsorbsi isotermis ini sama termasuk dalam adsorbsi kimiadikarenakan terjadi dengan adanya pembentukan ikatan kimia dengan sifat yangspesifik karena tergantung pada jenis adsorben dan adsorbatnya. Adsorpsi kimia
bersifat irreversible hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan.
8/13/2019 Adsorbsi Isotermis Kelompok Iiia
33/33
APPENDIKS
Perhitungan N CH3COOH
= 15 M
N = M.e
= 15.1
=15 N
Menghitung pengenceran1 15.x = 0,15. 300
x = 3ml
2 0,15.x= 0,12.100x= 80 ml.
3 0,15.x = 0,09.100X = 60 ml
4 0,15.x =0,06. 100X =40 ml
5 0,15.x = 0,03 100X = 20 ml
6 0,15 x = 0,015.100X = 10 ml