LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM KIMIA FISIKA KIMIA FISIKA KIMIA FISIKA KIMIA FISIKA Percobaan : ADSORPSI ISOTHERMIS Kelompok : IIA Nama : 1. Alfian Muhammd Reza NRP 2313030071 2. Siti Kartikatul Qomariyah NRP 2313030081 3. Ayu Maulina Sugianto NRP 2313030031 4. Yosua Setiawan Roesmahardika NRP 2313030083 Tanggal Percobaan : 11 November 2013 Tanggal Penyerahan : Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, ST, MT Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2013
40
Embed
Adsorbsi Isothermis Kelompok IIA D3 Teknik Kimia Copy
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LABORATORIUMLABORATORIUMLABORATORIUMLABORATORIUM
KIMIA FISIKAKIMIA FISIKAKIMIA FISIKAKIMIA FISIKA
Percobaan : ADSORPSI ISOTHERMIS
Kelompok : IIA
Nama :
1. Alfian Muhammd Reza NRP 2313030071
2. Siti Kartikatul Qomariyah NRP 2313030081
3. Ayu Maulina Sugianto NRP 2313030031
4. Yosua Setiawan Roesmahardika NRP 2313030083
Tanggal Percobaan : 11 November 2013
Tanggal Penyerahan :
Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, ST, MT
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2013
i
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati peristiwa Adsorbsi Isotermis dan pengaruh konsentrasi dari suatu larutan pada suhu konstan. Larutan yang digunakan adalah asam asetat 0,015 N; 0,03 N; 0,06 N; 0,09 N; 0,12 N; 0,15 N dengan kecepatan pengadukan sebesar 200 rpm dan lama pengadukan selama 30 menit.
Metode percobaan Adsorbsi Isotermis ini yaitu dimulai dengan membersihkan dan mengeringkan Erlenmeyer yang dilengkapi penutup sebanyak 7 buah. Selanjutnya meletakkan 1 gram karbon aktif ke dalam 6 Erlenmeyer. Lalu, membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15 N ; 0,12 N ; 0,09 N ; 0,06 N ; 0,03 N dan 0,015 N dibuat dari larutan 0,15 N. Memasukkan 100 ml larutan 0,03 N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya, yang selanjutnya akan digunakan sebagai kontrol. Kemudian menutup semua Erlenmeyer tersebut dan mengocoknya secara periodik selama 30 menit lalu mendiamkannya paling sedikit selama 1 jam agar terjadi keseimbangan. Setelah itu, menyaaring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, membuang 10 ml pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas saring. Yang terakhir mentitrasi 25 ml larutan filtrat dengan larutan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP. Tahap ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk setiap larutan.
Pada percobaan adsorpsi isothermis ini dapat disimpulkan bahwa dapat digolongkan pada adsorpsi isothermis tipe I, grafik adsorpsi isoterm tipe I ini biasa disebut tipe Langmuir. Isoterm ini jarang ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon teraktivasi, silica gel dan zeolit yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori yang terisi seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan untuk kemisorpsi reversible. Jumlah zat yang teradsorpsi per kuantitas adsorben meningkat relatif cepat dengan pertambahan tekanan, lalu lebih lambat jika permukaan adsorben sudat tertutupi semua oleh molekul zat teradsorpsi. Dan percobaan adsorpsi isothermis ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau Van Der Waals karena kesetimbangan adsorpsinya reversible dan cepat. Contoh untuk adsorpsi fisik adalah adsorpsi gas pada charcoal.
ii
DAFTAR ISI ABSTRAKS ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................... I-1
I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... I-2
I.3 Tujuan Percobaan ...................................................................................... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ............................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ................................................................................. III-1
III.2 Bahan Yang Digunakan .......................................................................... III-1
III.3 Alat Yang Digunakan .............................................................................. III-1
1. Bersihkan dan keringkan Erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah.
2. Letakkan 1gr karbon aktif ke dalam 6 erlenmeyer.
3. Buat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15 N, 0,12 N, 0,09 N, 0,06 N,
0,03 N, 0,015 N dengan volume masing-masing 100ml. Larutan 0,12 N, 0,09 N,
0,06 N, 0,03 N, dan 0,015 N dibuat dari larutan 0,15 N.
4. Masukkan 100 ml larutan 0,03 N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak
ada karbon aktifnya yang selanjutnya akan digunakan sebagai kontrol.
5. Tutup semua Erlenmeyer tersebut dan kocok secara periodik selama 30 menit,
kemudian diamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi kesetimbangan.
6. Saring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10 ml
pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas
saring.
7. Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan la
PP, tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan.
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik
ml larutan filtrat dengan larutan 0,1 N NaOH baku dengan indikator
PP, tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan.
III-2
III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
N NaOH baku dengan indikator
PP, tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan.
III.5 Diagram Alir Percobaan
Membersihkan dan mengeringkan Erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah
Meletakkan 1gr karbon aktif
Membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N, 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
0,015N denagn volume masing
dan 0,015N dibuat dari larutan 0,15N
Menyaring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10ml pertama
dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas saring
Menutup semua Erlenmeyer tersebut dan mengocok secara periodic selama 30 menit, kemudian mendiamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi kesetimbanga
Menitrasi 25ml larutan filtrate dengan larutan 0,1N NaOH baku dengan
tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan
Masukkan 100ml larutan 0,03N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak ada
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik
Percobaan
MULAI
Membersihkan dan mengeringkan Erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah
Meletakkan 1gr karbon aktif ke dalam 6 erlenmeyer
Membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N, 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
0,015N denagn volume masing-masing 100ml. larutan 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
dan 0,015N dibuat dari larutan 0,15N
masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10ml pertama
dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas saring
Menutup semua Erlenmeyer tersebut dan mengocok secara periodic selama 30 menit, kemudian mendiamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi kesetimbanga
SELESAI
Menitrasi 25ml larutan filtrate dengan larutan 0,1N NaOH baku dengan
tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan
larutan 0,03N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya sebagai kontrol
III-3
III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Membersihkan dan mengeringkan Erlenmeyer lengkap dengan tutupnya, 7 buah
Membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15N, 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
masing 100ml. larutan 0,12N, 0,09N, 0,06N, 0,03N,
masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10ml pertama
dari filtrate untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi oleh kertas saring
Menutup semua Erlenmeyer tersebut dan mengocok secara periodic selama 30 menit, kemudian mendiamkan paling sedikit selama satu jam agar terjadi kesetimbangan
Menitrasi 25ml larutan filtrate dengan larutan 0,1N NaOH baku dengan indicator PP,
tahap ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap larutan
larutan 0,03N asam asetat ke dalam Erlenmeyer yang tidak ada
III.6 Gambar Alat Percobaan
Erlenmeyer
Pipet Tetes
Gelas Ukur
Labu Ukur
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik
Percobaan
Erlenmeyer
Beaker Glass
Pipet Tetes
Corong Kaca
Gelas Ukur
Kertas Saring
Labu Ukur
Buret, Klem Holder, Statif
Shaker
III-4
III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Beaker Glass
Corong Kaca
Kertas Saring
Buret, Klem Holder, Statif
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel 2. Hasil Percobaan Volume Titrasi 0,1 N NaOH Terhadap 25 ml Larutan Asam Asetat
dengan Penambahan Karbon Aktif
Bahan Variabel
(N)
Volume NaOH Rata-rata Volume
NaOH (ml) V1 (ml) V2 (ml)
Larutan
Asam Asetat
0,015 6 5,5 5,75
0,03 5,5 6 5,75
0,03* 10,5 9,5 10
0,06 13 12 12,5
0,09 31 31,5 31,25
0.12 34,5 40,5 37,55
0,15 37,5 36,5 37
Tabel 3. Hasil Perhitungan N akhir, N Kontrol, dan Faktor Koreksi
Bahan Variabel
(N)
NaOH
(N)
V Rata-rata
NaOH
(ml)
Nakhir Nkontrol Faktor
Koreksi
Larutan
Asam
Asetat
0,015 0,1 5,75 0,023 0,3 0,0767
0,03 0,1 5,75 0,023 0,3 0,0767
0,03* 0,1 10 0,04 0,3 0,133
0,06 0,1 12,5 0,05 0,3 1,667
0.09 0,1 31,25 0,125 0,3 0,4167
0,12 0,1 37,55 0,1502 0,3 0,50067
0,15 0,1 37 0,148 0,3 0,4933
Tabel 4. Hasil Perhitungan Larutan Asam Asetat Sebelum dan Sesudah Teradsorbsi oleh
Bahan Variabel
(N)
Faktor
Koreksi
Larutan
Asam
Asetat
0,015 0,0767
0,03 0,0767
0,03*
0,06
0.09 0,4167
0,12 0,50067
0,15 0,4933
Ket :
(*) = tanpa karbon
IV.2 Pembahasan
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul
sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya pada permukaan tersebut.
permukaan dinamakan fasa adsrobs sedangkan substansi yang bersifat menyerap dinamak
adsroban. Percobaan adsorpsi isothermis
isothermis dan pengaruh konsentrasi
(konstan). Adsorpsi isothermis dapat terjadi karena adanya suatu proses pem
komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap atau
adsorben. Biasanya partikel
yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap,
terjadi proses yang bolak-balik.
tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh dalam adsorpsi, sehingga untuk
memudahkan analisis, maka temperatur dibuat tetap.
Pada percobaan adsor
oleh karbon. Variabel yang di
konsentrasi, yaitu: 0,015 N
dan digunakan sebagai kontrol) dengan volume
digunakan sebagai adsorban pada percobaan adsorpsi isothermis ini.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Hasil Perhitungan Larutan Asam Asetat Sebelum dan Sesudah Teradsorbsi oleh
Karbon Aktif
Faktor
Koreksi Nakhir NTeori
Jumlah mol
Awal Akhir
0,0767 0,023 1,1505x10-3 0,375 0,575
0,0767 0,023 2,3 x 10-3 0,75 0,575
0,133 0,04 3,99 x 10-3 0,75 1
1,667 0,05 0,10002 1,5 1,25
0,4167 0,125 0,037503 2,25 3,125
0,50067 0,150
2 0,0600804 3 3,755
0,4933 0,148 0,073995 3,75 3,7
arbon
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan baik
sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya pada permukaan tersebut. Substansi yang tertarik ke
permukaan dinamakan fasa adsrobs sedangkan substansi yang bersifat menyerap dinamak
adsorpsi isothermis ini dilakukan untuk mengamati peristiwa adsorp
dan pengaruh konsentrasi dari suatu larutan teradsorpsi pada
sothermis dapat terjadi karena adanya suatu proses pem
komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap atau
adsorben. Biasanya partikel-partikel kecil dari zat penyerap dilepaskan p
yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap, sehingga tidak mungkin
balik. Proses adsorpsi dilakukan pada keadaan isoterm (temperatur
tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh dalam adsorpsi, sehingga untuk
memudahkan analisis, maka temperatur dibuat tetap.
baan adsorpsi isothermis ini, larutan asam asetat (CH
. Variabel yang digunakan larutan asam asetat (CH3COOH)
N; 0,03 N; 0,06 N; 0,09 N; 0,12 N; 0,15 N dan
sebagai kontrol) dengan volume 100 ml. Penambahan 1 gram karbon
digunakan sebagai adsorban pada percobaan adsorpsi isothermis ini. Pengg
IV-2
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hasil Perhitungan Larutan Asam Asetat Sebelum dan Sesudah Teradsorbsi oleh
Jumlah mol
(mmol)
Akhir Teradsorbsi
0,575 -0,2
0,575 0, 175
1 -0,25
1,25 0,25
3,125 -0,875
3,755 -0,755
3,7 0,05
molekul suatu zat pada permukaan baik
Substansi yang tertarik ke
permukaan dinamakan fasa adsrobs sedangkan substansi yang bersifat menyerap dinamakan
untuk mengamati peristiwa adsorpsi
pada temperatur tetap
sothermis dapat terjadi karena adanya suatu proses pemindahan dimana
komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap atau
partikel kecil dari zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia
sehingga tidak mungkin
si dilakukan pada keadaan isoterm (temperatur
tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh dalam adsorpsi, sehingga untuk
larutan asam asetat (CH3COOH) diadsorpsi
COOH) dalam berbagai
N dan 0,03 N (tanpa karbon
ml. Penambahan 1 gram karbon
enggunaan karbon aktif
pada percobaan ini dikarenakan karbon aktif memiliki kemampuan daya serap yang tinggi
terhadap partikel-partikel teradsorpsi.
karbon dibuat berbeda agar dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara variasi
konsentrasi dengan daya adsorp
dengan kecepatan kecepatan yang sama, 200 rpm selama 30 menit agar zat
asam asetat (CH3COOH) dapat teradsorpsi dengan sempurna.
Setelah proses adsorpsi, maka f
NaOH 0,1 N. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titer
ditambahkan pada titrant tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stokiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator. Indikator
indikator yang bekerja pada pH basa, yaitu rentang pH 8,3
adsorpsi isothermis ini yaitu NaOH (Basa)
penanda pada proses titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah
berubah warna. Percobaan adsorpsi isothermis ini
mengetahui konsentrasi sesungguhnya.
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+]
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh k
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titran, volume dan
tersebut.
Tujuan titrasi pada percobaan ini adalah m
konsentrasi dan volume yang telah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya sampai perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam
kesetimbangan kemudian konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat dihitung.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
pada percobaan ini dikarenakan karbon aktif memiliki kemampuan daya serap yang tinggi
partikel teradsorpsi. Variabel larutan teradsorpsi dibuat berbeda dan variabel
agar dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara variasi
daya adsorpsi. Campuran antara larutan dan karbon tersebut
dengan kecepatan kecepatan yang sama, 200 rpm selama 30 menit agar zat
COOH) dapat teradsorpsi dengan sempurna.
Setelah proses adsorpsi, maka filtrat dari larutan tersebut dititrasi dengan larutan
i asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titer
ditambahkan pada titrant tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
etri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini yaitu PP karena merupakan
indikator yang bekerja pada pH basa, yaitu rentang pH 8,3 – 10 dan titer pada percob
adsorpsi isothermis ini yaitu NaOH (Basa). Indikator diperlukan dalam proses titrasi sebagai
penanda pada proses titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah
Percobaan adsorpsi isothermis ini menggunakan indik
mengetahui konsentrasi sesungguhnya.Keadaan ini disebut sebagai “
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+]
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
lume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
Tujuan titrasi pada percobaan ini adalah menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
konsentrasi dan volume yang telah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan
kan konsentrasinya sampai perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam
kesetimbangan kemudian konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat dihitung.
IV-3
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
pada percobaan ini dikarenakan karbon aktif memiliki kemampuan daya serap yang tinggi
Variabel larutan teradsorpsi dibuat berbeda dan variabel
agar dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara variasi
Campuran antara larutan dan karbon tersebut diaduk
dengan kecepatan kecepatan yang sama, 200 rpm selama 30 menit agar zat-zat pada larutan
iltrat dari larutan tersebut dititrasi dengan larutan
i asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titer
ditambahkan pada titrant tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
etri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
PP karena merupakan
dan titer pada percobaan
. Indikator diperlukan dalam proses titrasi sebagai
penanda pada proses titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah
menggunakan indikator PP untuk
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
arena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
enentukan konsentrasi suatu larutan dengan
konsentrasi dan volume yang telah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan
kan konsentrasinya sampai perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam
kesetimbangan kemudian konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat dihitung.
5,75
05
10152025303540
0,015
Rat
a-ra
ta V
olum
e N
aOH
(m
l)
Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CHdengan Rata
Sesuai dengan tabel yang ada, dapat terlihat bahwa beberapa faktor mempengaruhi
peristiwa adsorbsi isothermis. Selain menentukan harga rata
tersebut, percobaan ini juga dilakukan untuk menghitung N
nakhir dan nteradsorpsi dari masing
Grafik IV.1 Grafik Hubungan
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa
normalitas 0,015 N sebesar
pada 0,03 N(*) volume rata
NaOH sebesar 12,5 ml, pada 0,09 N volume rata
volume rata-rata NaOH sebesar
Hal ini kurang sesuai dengan teori dimana nilai adsorbsi semakin meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Hal ini dik
titrasi. Dari data tersebut dapat diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut :
Nakhir
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
5,75
12,5
31,25
37,55
0,03 0,06 0,09 0,12Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N)
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan Rata-rata Volume Titrasi NaOH (ml)
Sesuai dengan tabel yang ada, dapat terlihat bahwa beberapa faktor mempengaruhi
sorbsi isothermis. Selain menentukan harga rata-rata volume NaOH dari variab
tersebut, percobaan ini juga dilakukan untuk menghitung Nakhir, Nkontrol
dari masing-masing variabel.
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan Rata
rata Volume Titrasi NaOH (ml)
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa volume rata
normalitas 0,015 N sebesar 5,75 ml, pada 0,03 N volume rata-rata NaOH sebesar
pada 0,03 N(*) volume rata-rata NaOH sebesar 10 ml ml, pada 0,06 N volume rata
ml, pada 0,09 N volume rata-rata NaOH sebesar 31,25
rata NaOH sebesar 37,75 ml, pada 0,15 N volume rata-rata NaOH sebesar
dengan teori dimana nilai adsorbsi semakin meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Hal ini dikarenakan
Dari data tersebut dapat diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut :
akhir=N NaOH+Volume Rata-Rata NaOH
Volume Larutan CH3COOH yang dititrasi
IV-4
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
37
0,15COOH (N)
COOH (N)
Sesuai dengan tabel yang ada, dapat terlihat bahwa beberapa faktor mempengaruhi
rata volume NaOH dari variabel
kontrol, faktor koreksi, nawal,
COOH (N) dengan Rata-
volume rata-rata NaOH pada
rata NaOH sebesar 5,75 ml,
pada 0,06 N volume rata-rata
31,25 ml, pada 0,12 N
rata NaOH sebesar 37 ml.
dengan teori dimana nilai adsorbsi semakin meningkat dengan
arenakan ketidaktepatan dalam
Dari data tersebut dapat diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut :
COOH yang dititrasi
-0,2
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,015
mol
Asa
m A
seta
t CH 3C
OO
H
ysng
Ter
adso
rpsi
(m
mol
)
Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CHdengan mol Asam Asetat CH
Selain volume NaOH yang dititrasi terhadap larutan asam asetat,
juga berpengaruh dimana semakin lama waktu adsorbsi (pengadu
volume titran yang diperlukan semakin sedikit.
Grafik IV.2 Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH
Asam Asetat
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah mol asam asetat pada normalitas
0,015 N sebesar -0,2 mol, pada 0,03 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,175 mol, pada 0,03
N(*) mol yang teradsorbsi sebesar
mol, pada 0,09 N mol yang teradsorbsi sebesar
sebesar -0,755 mol, dan 0,15 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,05 mol. Hal
dengan rumus mol teradsorbsi
pada saat titrasi. Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari larutan asam
asetat awal dan larutan asam asetat setelah ditambah adsorben.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat
yaitu, sebagai berikut :
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
0,175
0,25
-0,875-0,755
0,03 0,06 0,09 0,12
Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N)
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan mol Asam Asetat CH3COOH ysng Teradsorpsi (mmol)
volume NaOH yang dititrasi terhadap larutan asam asetat,
juga berpengaruh dimana semakin lama waktu adsorbsi (pengadukan dan didiamkan), maka
volume titran yang diperlukan semakin sedikit.
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan
Asam Asetat CH3COOH yang Teradsorpsi (mmol)
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah mol asam asetat pada normalitas
0,2 mol, pada 0,03 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,175 mol, pada 0,03
N(*) mol yang teradsorbsi sebesar -0,25 mol pada 0,06 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,
mol, pada 0,09 N mol yang teradsorbsi sebesar -0,875 mol, pada 0,12 N mol yang teradsorbsi
0,755 mol, dan 0,15 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,05 mol. Hal
dengan rumus mol teradsorbsi yang disebabkan oleh rusaknya indikator pp
Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari larutan asam
asetat awal dan larutan asam asetat setelah ditambah adsorben.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat teradsorpsinya.Rumus mol teradsorbsi
n Teradsorpsi = nawal - nakhir
IV-5
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
0,755
0,05
0,12 0,15
COOH (N)
COOH (N) COOH ysng Teradsorpsi (mmol)
volume NaOH yang dititrasi terhadap larutan asam asetat, faktor pengadukan
kan dan didiamkan), maka
COOH (N) dengan mol
yang Teradsorpsi (mmol)
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah mol asam asetat pada normalitas
0,2 mol, pada 0,03 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,175 mol, pada 0,03
0,25 mol pada 0,06 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,25
0,875 mol, pada 0,12 N mol yang teradsorbsi
0,755 mol, dan 0,15 N mol yang teradsorbsi sebesar 0,05 mol. Hal ini tidak sesuai
indikator pp yang digunakan
Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari larutan asam
Rumus mol teradsorbsi
0,0767
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
0,015
Fak
tor
Kor
eksi
Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik IV.3 Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015N diperoleh faktor koreksi
sebesar 0,0767, pada 0,03N diperoleh faktor koreksi sebesar 0,
faktor koreksi sebesar 0,133
diperoleh faktor koreksi sebesar
dan pada 0,15N diperoleh faktor koreksi sebesar
6actor koreksi dalam rumus perhitungan
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
0,0767
1,667
0,4167
0,50067
0,03 0,06 0,09 0,12Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N)
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan Faktor Koreksi
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan
Koreksi
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015N diperoleh faktor koreksi
pada 0,03N diperoleh faktor koreksi sebesar 0,767 pada 0,03N* diperoleh
133, pada 0,06N diperoleh faktor koreksi sebesar
diperoleh faktor koreksi sebesar 0,4167, pada 0,12N diperoleh faktor koreksi sebesar
dan pada 0,15N diperoleh faktor koreksi sebesar 0,4933. Hal ini tidak sesuai dengan rumus
rumus perhitungan, sebagai berikut :
Faktor Koreksi =
Nakhir
Nkontrol
IV-6
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
0,50067 0,4933
0,15COOH (N)
COOH (N)
COOH (N) dengan Faktor
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015N diperoleh faktor koreksi
pada 0,03N* diperoleh
, pada 0,06N diperoleh faktor koreksi sebesar 1,667, pada 0,09N
, pada 0,12N diperoleh faktor koreksi sebesar 0,50067,
ini tidak sesuai dengan rumus
0,00115050
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,015
NT
EO
RI
Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH
Grafik IV.4 Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015 N diperoleh N
0,0011505 N, pada 0,03 N diperoleh N
sebesar 0,00399 N, pada 0,06 N diperoleh N
NTeori sebesar 0,037503 N, pada 0,12 N diperoleh N
diperoleh NTeori sebesar 0,073995
dengan rumus :
Dari grafik diatas, maka percobaan adsorpsi isothermis ini dapat digolongkan pada
adsorpsi isothermis tipe I,
Isoterm ini jarang ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon te
gel dan zeolit yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori
yang terisi seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan untuk kemisorpsi reversible.
yang teradsorpsi per kuantitas adsorben meningkat relatif cepat dengan pertambahan tekanan,
lalu lebih lambat jika permukaan adsorben sudat tertutupi semua oleh molekul zat teradsorpsi.
Dan percobaan adsorpsi isothermis ini termasuk jenis adsorps
karena kesetimbangan adsorpsinya
adsorpsi gas pada charcoal.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel
percobaan kurang tepat dan tidak
telah rusak, kurang teliti dan ukuran partikel setiap variabel tidak sama (ada yang berbentuk
bubuk dan ada pula yang berbentuk bongkahan) sehingga luas permukaan karbon tidak sama
dan selama proses pengadukan karbon tidak terlarut sempurna
shaker) sehingga tidak bisa dikatakan mendapat perlakuan yang sama. Dan menurut teori
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
0,0023
0,10002
0,037503 0,0600804
0,03 0,06 0,09 0,12Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N)
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan NTEORI
Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015 N diperoleh N
0,0011505 N, pada 0,03 N diperoleh NTeori sebesar 0,0023 N, pada 0,03 N(*) diperoleh N
0,06 N diperoleh NTeori sebesar 0,10002 N, pada 0,09 N diperoleh
, pada 0,12 N diperoleh NTeori sebesar 0,0600804 N
073995. Hal ini tidak sesuai dengan rumus N
Dari grafik diatas, maka percobaan adsorpsi isothermis ini dapat digolongkan pada
adsorpsi isothermis tipe I, grafik adsorpsi isoterm tipe I ini biasa disebut tipe Langmuir.
Isoterm ini jarang ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon te
gel dan zeolit yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori
yang terisi seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan untuk kemisorpsi reversible.
yang teradsorpsi per kuantitas adsorben meningkat relatif cepat dengan pertambahan tekanan,
lalu lebih lambat jika permukaan adsorben sudat tertutupi semua oleh molekul zat teradsorpsi.
Dan percobaan adsorpsi isothermis ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau Van Der Waals
karena kesetimbangan adsorpsinya reversible dan cepat. Contoh untuk adsorpsi fisik adalah
charcoal.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel dan grafik, dapat dilihat bahwa
percobaan kurang tepat dan tidak sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan keadaan PP yang
, kurang teliti dan ukuran partikel setiap variabel tidak sama (ada yang berbentuk
bubuk dan ada pula yang berbentuk bongkahan) sehingga luas permukaan karbon tidak sama
pengadukan karbon tidak terlarut sempurna (walaupun telah menggunakan
tidak bisa dikatakan mendapat perlakuan yang sama. Dan menurut teori
NTeori = Nawal x Faktor Koreksi
IV-7
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
0,0600804
0,073995
0,15COOH (N)
COOH (N)
COOH (N) dengan NTEORI
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada 0,015 N diperoleh NTeori sebesar
, pada 0,03 N(*) diperoleh NTeori
, pada 0,09 N diperoleh
0600804 N,pada 0,15 N
NTeori pada perhitungan
Dari grafik diatas, maka percobaan adsorpsi isothermis ini dapat digolongkan pada
biasa disebut tipe Langmuir.
Isoterm ini jarang ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon teraktivasi, silica
gel dan zeolit yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori
yang terisi seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan untuk kemisorpsi reversible. Jumlah zat
yang teradsorpsi per kuantitas adsorben meningkat relatif cepat dengan pertambahan tekanan,
lalu lebih lambat jika permukaan adsorben sudat tertutupi semua oleh molekul zat teradsorpsi.
i fisik atau Van Der Waals
Contoh untuk adsorpsi fisik adalah
, dapat dilihat bahwa
sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan keadaan PP yang
, kurang teliti dan ukuran partikel setiap variabel tidak sama (ada yang berbentuk
bubuk dan ada pula yang berbentuk bongkahan) sehingga luas permukaan karbon tidak sama
(walaupun telah menggunakan
tidak bisa dikatakan mendapat perlakuan yang sama. Dan menurut teori
yang benar adalah semakin luas permukaan adsorban maka semakin banyak konsentrasi zat
teradsorpsi yang terserap pada permukaan adsorban.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
semakin luas permukaan adsorban maka semakin banyak konsentrasi zat
ang terserap pada permukaan adsorban.
IV-8
V Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika rogram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
semakin luas permukaan adsorban maka semakin banyak konsentrasi zat
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Pada percobaan adsorpsi isothermis ini dapat disimpulkan bahwa Dari grafik adsorpsi
isothermis, yaitu Grafik Hubungan Variabel Larutan Asam Asetat CH3COOH (N) dengan
Rata-rata Volume Titrasi NaOH (ml) dapat digolongkan pada adsorpsi isothermis tipe I,
grafik adsorpsi isoterm tipe I ini biasa disebut tipe Langmuir. Isoterm ini jarang ditemukan
untuk material nonpori, umumnya pada karbon teraktivasi, silica gel dan zeolit yang
mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini menunjukkan mikropori yang terisi
seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan untuk kemisorpsi reversible. Jumlah zat yang
teradsorpsi per kuantitas adsorben meningkat relatif cepat dengan pertambahan tekanan, lalu
lebih lambat jika permukaan adsorben sudat tertutupi semua oleh molekul zat teradsorpsi. Dan
percobaan adsorpsi isothermis ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau Van Der Waals karena
kesetimbangan adsorpsinya reversible dan cepat. Contoh untuk adsorpsi fisik adalah adsorpsi
gas pada charcoal.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel dan grafik, dapat dilihat bahwa
percobaan kurang tepat dan tidak sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan keadaan PP yang
telah rusak, kurang teliti dan ukuran partikel setiap variabel tidak sama (ada yang berbentuk
bubuk dan ada pula yang berbentuk bongkahan) sehingga luas permukaan karbon tidak sama
dan selama proses pengadukan karbon tidak terlarut sempurna (walaupun telah menggunakan
shaker) sehingga tidak bisa dikatakan mendapat perlakuan yang sama. Dan menurut teori
yang benar adalah semakin luas permukaan adsorban maka semakin banyak konsentrasi zat
teradsorpsi yang terserap pada permukaan adsorban.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Alvin. (2011). ADSORPTIVITAS BERBAGAI PERLAKUAN BENTONIT TERHADAP
HEKSAKLOROBENZENA , 3.
Anonim. (2012). ADSORPSI dengan Zeolit, Arang Kasar, Arang Halus, dan Batu bata.
Retrieved from ADSORPSI dengan Zeolit, Arang Kasar, Arang Halus, dan Batu bata
Esdikimia. (2011). Titrasi Asam Basa. Retrieved from