Top Banner

of 46

Proposal ( Bab 1,2,3 )

Apr 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    1/46

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit

    infeksi menular yang sudah ada sejak dahulu kala. Penyakit ini

    disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang

    paru-paru dan organ tubuh lainnya seperti tulang sendi, usus, kelenjar

    limfa, selaput otak dan lainnya.

    Penyakit tuberkulosis (TBC) masih tetap merupakan masalah

    kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

    Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003

    menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden

    countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India

    dan China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi

    insidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam

    (BTA) positif adalah 115 per 100.000 (WHO, 2003).

    Penyakit ini menjadi penting dibicarakan karena menurut data

    WHO bahwa pada sekitar 10 tahun yang lalu saja kuman

    mycobacterium tuberculosis(kuman Tb) telah menginveksi penduduk

    dunia. Masalah kesehatan paru, lanjutnya, merupakan masalah

    kesehatan penting di dunia. Dewasa ini sepertiga penduduk dunia

    telah terinfeksi TB. Ada sekitar delapan juta penderita baru TB di

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    2/46

    2

    seluruh dunia per tahun dan hampir tiga juta meninggal akibat TB

    setiap tahun. Artinya, setiap detik akan ada satu orang yang terinfeksi

    TB dan setiap 10 detik akan ada satu orang yang meninggal karena

    penyakit ini.

    Penyakit paru merupakan salah satu masalah kesehatan bagi

    bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan survei kesehatan rumah

    tangga (SKRT) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan,

    sekitar 30-40 persen penyakit dan penyebab kematian di Indonesia

    adalah penyakit tubercolosis paru dengan berbagai bentuknya. Buku

    SEAMIC Health Statistic 2002 menunjukan bahwa setidaknya tiga

    penyakit paru merupakan bagian dari 10 penyebab kematian utama di

    Indonesia, yakni pneumonia, tuberkolosis (TB), dan bagian dari

    neoplasma ganas.

    Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan

    masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di

    dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total

    jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun

    ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insiden kasus TB

    BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI 2008).

    Jumlah penderita tubercolosis paru di Kalimantan Timur

    diperkirakan meningkat 0,15 persen per tahun. Tahun 2006 diperkirakan

    jumlahnya meningkat 2 kali lipat, sekitar 75 persen penderita TB

    merupakan usia produktif. Sementar suspect TB 2006 / 2007 terjadi

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    3/46

    3

    peningkatan 13,5 persen. Untuk data penderita Tuberkulosis pada tahun

    2007 berjumlah 1.889 orang, kemudian penderita Tuberkulosis meningkat

    pada tahun 2008 menjadi 1.993 orang (P2MDinkes Prop. Kaltim, 2007-

    2008).

    Penderita TB paru dengan BTA positif yang terdeteksi di sarana

    pelayanan kesehatan di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006 ada

    184 penderita dan pada tahun 2007 ada 192 penderita,sedangkan di

    tahun 2008 terjadi peningkatan kasus dengan ditemukannya klinis TB

    Paru sebanyak 419 kasus dengan 318 BTA positif. Dilihat trend yang

    cukup terpola dari tahun 2004 sampai tahun 2008, yakni terjadi

    penurunan kasus pada tahun sebelumnya kemudian terjadi lagi

    peningkatan kasus pada tahun berikut. Jika dikaitkan dengan kondisi

    lingkungan perumahan dan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai

    Kartanegara saat ini, maka kasus TB paru bisa saja akan terus meningkat

    pada tahun-tahun mendatang.

    Di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2008 jumlah penderita

    Tuberkulosis klinis pada pasien paru sebanyak 419 orang Kasus dengan

    penderita Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 318 orang. Sedangkan

    pada tahun 2009 , kasus penderita Tuberkulosis klinis pada pasien paru

    adalah sebanyak 132 orang dan penderita Tuberkulosis BTA positif

    sebanyak 81 orang (Narasi profile Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai

    Kartanegara 2008-2009).

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    4/46

    4

    Pada wilayah kerja Puskesmas Loa Duri tahun 2008 jumlah

    penderita Tuberkulosis klinis sebanyak 22 orang dengan penderita

    Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 9 orang, kemudian pada tahun

    2009 kasus penderita tuberkulosis klinis 21 orang dengan penderita

    Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 10 orang, pada tahun 2010

    terjadi peningkatan kasus penderita tuberkulosis klinis 34 orang dengan

    penderita Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 18 orang (Register

    TBCPuskesmas Loa Duri , 2008, 2009 dan 2010).

    Penyakit TB berkaitan erat dengan faktor perilaku hidup bersih dan

    sehat dari masyarakat maupun individu dan didukung juga dengan

    pengetahuan, sikap dan tindakan. Seperti kita ketahui cara penularan

    kuman TB melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB (droplet)

    yang dikeluarkan lewat batuk, bersin dan meludah.

    Untuk mencegah penularan maka dianjurkan untuk menutup mulut

    dengan sapu tangan pada waktu batuk dan bersin. Penderita TB dan

    PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) serta keluarga perlu diberikan

    konseling TB agar dapat mencegah penularan, mendeteksi awal jika ada

    yang mengalami gejala TB serta mengawasi dan mendorong penderita

    agar berobat secara teratur sampai dinyatakan sembuh. Kesembuhan

    bukan hanya dengan obat saja, akan tetapi perubahan perilaku mutlak

    diperlukan.

    TBC adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh basil

    Mycobacterium tuberculosa. Dahak pasien TBC yang dibuang

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    5/46

    5

    sembarangan di tanah, mengering, terbang bersama debu, kemudian

    terhirup oleh orang yang berada di sekitarnya. Perilaku sehari-hari yang

    kurang sehat dan pengetahuan yang kurang, sikap dan tindakan yang

    tidak sehat cenderung mengakibatkan penularan dan peningkatan kasus

    Tuberkulosis paru.

    Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian tentang prilaku pencegahan penularan penyakit

    tuberkulosis Paru yang dilakukan oleh penderita di Wilayah kerja

    Puskesmas Loa Duri, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dimana pada

    wilayah Kerja puskesmas tersebut tercatat data dari Register TBC

    Puskesmas Loa Duri , 2008, 2009 dan 2010.

    B. Rumusan Masalah

    Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalahBagaimana pengetahuan, sikap dan

    tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru pada

    penderita di Wilayah kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai

    Kartanegara

    C. Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan gambaran Pengetahuan, sikap dan

    tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru pada

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    6/46

    6

    penderita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai

    Kartanegara.

    b. Tujuan khusus

    1. Memperoleh gambaran pengetahuan tentang pencegahan

    penularan penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah

    kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.

    2. Memperoleh gambaran Sikap tentang pencegahan penularan

    penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah kerja

    Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.

    3. Memperoleh gambaran Tindakan tentang pencegahan penularan

    penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah kerja

    Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman

    Dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian mahasiswa Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman selanjutnya.

    2. Manfaat Bagi Institusi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

    informasi bagi pemerintah dan instansi terkait khususnya Dinas

    Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur sebagai petunjuk dalam

    mengambil kebijakan di bidang kesehatan.

    3. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    7/46

    7

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana ilmu

    pengetahuan dan merupakan salah satu bacaan bagi peneliti

    berikutnya.

    4. Manfaat Bagi Peneliti

    Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas

    wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang perilaku pencegahan

    tubercolosis di Puskesmas melalui penelitian di lapangan.

    5. Bagi Masyarakat

    Masyarakat dapat mengetahui perilaku yang baik dalam

    pecegahan Tubercolosis khususnya di wilayah kerja Puskesmas

    Loa Duri .

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    8/46

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Tinjauan Umum Tuberculosis

    a. Defenisi Tuberkulosis Paru

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

    disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).

    Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

    mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis Paru adalah

    Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru tidak

    termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus (Depkes

    RI 2008,).

    Kuman M. Tuberkulosis pada penderita TB paru dapat

    terlihat langsung dengan mikroskop pada sedian dahaknya (BTA

    positif) dan sangat infeksius. Sedangkan penderita yang

    kumannya tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada

    sedian dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular.

    Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman-kuman di udara

    dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada saat bersin atau

    batuk. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang

    lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru orang yang

    menghirupnya, kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    9/46

    9

    terjadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB BTA

    positif adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar kuman

    Tuberkulosis (Notoatmodjo 2007,).

    b. Kuman Tuberkulosis

    Kuman penyebab Tuberkulosis ini berbentuk batang

    ramping lurus atau sedikit bengkok dengan kedua ujungnya

    membulat. Koloninya yang kering dengan permukaan berbentuk

    bunga kol dan berwarna kuning tumbuh secara lambat walaupun

    dalam kondisi normal. Diketahui bahwa pH optimal untuk

    pertumbuhannya adalah antara 6,8 - 8,0. Untuk memelihara

    virulensinya harus dipertahankan kondisi pertumbuhannya pada

    pH 6,8. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhannya

    dibutuhkan karbondioksida dengan kadar 5-10%. Umumnya koloni

    baru Nampak setelah kultur berumur 14-28 hari, tetapi biasanya

    harus ditunggu sampai berumur 8 minggu (Misnadiarly 2006,).

    M. Tuberculosis memproduksi katalase, tetapi ia akan

    berhenti memproduksi bila dipanaskan pada suhu 65oC selama 20

    menit dalam kadar fosfat. Mycobacterium Tuberkulosis yang

    resisten terhadap obat anti Tuberkulosis INH, tidak memproduksi

    katalase. Kuman ini tahan asam pada pewarnaan dan berukuran

    kira-kira 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron (Misnadiarly 2006, hal).

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    10/46

    10

    c. Gejala dan Tanda Penyakit Tuberkulosis

    Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak

    selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan

    gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,

    sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

    menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,

    demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut

    diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,

    seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru dan

    lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih

    tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala

    tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

    pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara

    mikroskopis langsung (Depkes RI 2008,).

    d. Penularan penyakit Tuberkulosis

    Kebanyakan penularan penyakit Tuberkulosis ini melalui

    inhalasi kuman Tuberkulosis yang terdapat di udara. Pada

    perjalanannya kuman ini banyak mengalami hambatan antara

    lain di hidung (terhambat oleh bulu hidung) dan lapisan lendir

    yang melapisi seluruh saluran pernafasan dari atas sampai ke

    kantong alveoli.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    11/46

    11

    Bila penderita baru pertama kali ketular kuman

    Tuberkulosis ini, terjadilah suatu proses dalam tubuhnya (paru-

    paru) yang disebut Primary Complex of Tuberkulosis (PCT).

    PCT ini terdiri dari fokus di paru-paru dimana terjadi eksudasi

    dari sel karena proses dimakannya kuman Tuberkulosis oleh

    sel macropag.

    Lesi dapat terjadi pada kelenjar getah bening, yang

    disebabkan karena lepasnya kuman pada saluran lymphe.

    Proses pemusnahan kuman TB oleh macropag ini akhirnya

    akan menimbulkan kekebalan spesifik terhadap kuman

    Tuberkulosis.

    PCT dapat terjadi pada semua umur. Di negara dimana

    prevalensi TB tinggi kebanyakan anak-anak sudah terinfeksi

    oleh penyakit Tuberkulosis pada tahun-tahun pertama dari

    kehidupannya. Namun yang kemudian menjadi penyakit TBC

    sedikit saja.

    Selanjutnya ada 2 kemungkinan yang terjadi menyusul

    pembentukan PCT ini, yaitu:

    1. Dapat sembuh dengan sendirinya karena adanya proses

    penutupan fokus primer oleh kapsul membran yang akhirnya

    akan terjadi perkapuran.

    2. Beberapa kuman akan ikut terlepas ke dalam pembuluh darah

    dan dapat berkembang menginfeksi organ-organ yang

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    12/46

    12

    terkena. Infeksi yang demikian disebut Post Primary

    Tuberkulosis (PTT). PTT ini akan dapat berupa: Infeksi pada

    paru-paru, larynx dan telinga tengah, kelenjar getah bening

    dileher, saluran pencernaan dan lubang dubur, saluran kemih,

    tulang dan sendi.

    Berkembangnya jumlah penderita yang terinfeksi kuman

    Tuberkulosis dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

    keadaan sosial ekonomi masyarakat, kekurangan gizi,

    rendahnya latar belakang pendidikan (buta huruf) dan

    kepadatan penduduk.(Misnadiarly 2006,)

    e. Riwayat terjadinya penyakit Tuberkulosis

    1. Infeksi Primer

    Infeksi primer terjadi saat seorang terpapar pertama kali

    dengan kuman TB, droplet yang terhirup sangat kecil

    ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan

    mukosiler bronkus dan terus menerus berjalan sehingga

    sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat

    kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah

    diri paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.

    Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di

    sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.

    Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan

    kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    13/46

    13

    2. Tuberkulosis pasca Primer (Post Primary TB)

    Ciri khas dari Tuberkulosis pasca Primer adalah

    kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitasi atau

    efusi pleura. Tuberkulosis pasca Primer biasanya terjadi

    setelah beberapa bulan atau setahun sesudah infeksi

    primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat

    terinfeksi HIV atau status gizi buruk. (Depkes RI 2002,)

    f. Penemuan penderita penyakit Tuberkulosis

    1. Penemuan penderita pada orang dewasa

    Tujuan penemuan kasus adalah untuk menentukan

    sumber infeksi dalam masyarakat yang berarti mencari orang

    yang mengeluarkan basis Tuberkulosis untuk diobati.

    Penemuan penderita pada orang dewasa dilaksakan secara

    pasif, artinya penyaringan penderita tersangka TB Paru yang

    dilaksakan pada mereka yang datang ke unit pelayanan

    kesehatan, ini sangat dipengaruhi oleh faktor individu

    penderita untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Kegiatan

    ini harus didukung oleh penyuluhan secara aktif baik oleh

    petugas kesehatan maupun oleh masyarakat untuk

    meningkatkan cakupan penemuan, cara ini disebut passive

    promotive case finding.

    2. Penemuan penderita pada anak-anak

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    14/46

    14

    Penemuan penderita pada anak sebagian besar

    didasarkan pada gambaran klinis, foto rontgen dan uji

    tuberculin (Depkes RI 2002,)

    g. Penegakan Diagnosa

    Untuk menegakkan diagnosis penyakit Tuberkulosis

    dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA

    positif. Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu dengan

    pemeriksaan kultur bakteri, namun biayanya mahal dan

    hasilnya lama (Widoyono 2008, hal. 16).

    2. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

    a. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

    besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    (Notoatmodjo,2007).

    b. Domain Pengetahuan

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

    Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6

    tingkat yakni :

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    15/46

    15

    1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

    tingkatan ini adalah mengigat kembali terhadap suatu yang

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima.

    2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu

    kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

    diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara

    benar.

    3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

    kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

    penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam

    konteks atau situasi yang lain.

    4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

    menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

    komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

    tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    5. Sintesis (syntesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    16/46

    16

    6. Evaluasi (evaluation) adalah berkaitan dengan kemampuan

    untuk melakukan justipikasi atau penilaian terhadap suatu

    materi atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan.

    Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku

    yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama atau langgeng

    daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian

    Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa

    perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap yang

    berurutan sebagai berikut :

    1. Awareness (kesadaaran), di mana orang tersebut menyadari

    dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadpa stimulus

    (objek).

    2. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek

    tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

    3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya

    stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

    sudah lebih baik lagi.

    4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

    sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    atau angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur

    dari objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    17/46

    17

    digambarkan dengan kata-kata sedangkan data yang bersifat

    kuantitatif berwujud angka-angka, hasil perhitungan atau

    pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan,

    dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh

    persentase, setelah dipersentasekan lalu ditapsirkan kedalam

    kalimat yang bersifat kualitatif.

    1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76-100 % dari yang

    diharapakan.

    2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56-75 % dari yang

    diharapakan.

    3. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56 % dari yang

    diharapakan (Notoatmodjo,2003)

    Faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan

    (deficient knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang

    daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan

    kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap

    sumber informasi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

    pengetahuan/knowledge seseorang di tentukan oleh faktor-faktor

    sebagai berikut:

    1. Keterpaparan terhadap informasi;

    2. Daya ingat;

    3. Interpretasi informasi;

    4. Kognitif;

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    18/46

    18

    5. Minat belajar;

    6. Kefamiliaran akan sumber informasi. (Nanda,2005)

    Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui

    atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan muncul ketika seseorang

    menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau

    kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

    sebelumnya. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah

    pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya

    seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk

    mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan

    kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa

    sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif

    dengan tahapan-tahapannya. (Wikipedia,2007)

    3. Tinjauan Umum Tentang Sikap

    a. Pengertian Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang

    masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Batasan sikap

    dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat

    langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

    perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2007).

    Selain itu sikap memiliki arti tokoh/bentuk tubuh, cara berdiri

    (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak), perbuatan yang

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    19/46

    19

    berdasarkan pada pendirian atau keyakinan, prilaku, gerak-gerik,

    dan pandangan hidup. Sikap merupakan reaksi atau respon

    seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

    Sikap secara nyata menunjukkan konotasi asasnya kesesuaian

    reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli

    psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

    atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana

    motif tertentu. Sikap belum suatu tindakan atau aktivitas, akan

    tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau reaksi

    terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi

    bahwa sikap merupakn reaksi terhadap objek di lingkungan

    tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,

    2003).

    b. Tingkatan Sikap

    Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terjadi dari

    berbagai tingkatan yakni :

    1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

    2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila

    ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

    adalah suatu indikasi dari sikap.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    20/46

    20

    3. Menghargai (valuing) adalah mengajak orang lain untuk

    mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap

    suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3.

    4. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang

    telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang

    paling tinggi.

    c. Faktor Utama Sikap

    Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis

    perilaku/sikap adalah konsep dari Lawrence green (1980). Menurut

    Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni :

    1. Faktor predisposisi yaitu faktor faktor yang mempermudah

    atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Factor ini

    mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

    kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

    hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut

    masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan

    sebagainya.

    2. Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau

    yang atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Mencakup

    ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

    bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    21/46

    21

    sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan

    yang bergizi dan sebagainya.

    3. Faktor faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau

    memperkuat terjadinya perilaku, meliputi faktor sikap dan

    perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku

    para petugas termasuk petugas kesehatan.

    Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa

    sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

    1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

    objek.

    2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

    objek.

    3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

    sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh

    ini , pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi sangat berpegang

    peranan penting.

    4. Tinjauan Umum Tentang Tindakan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    22/46

    22

    Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan (praktik), sebab

    untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu antara lain

    adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

    Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

    menurut kualitasnya, yaitu :

    a. Praktek terpimpin

    Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi

    masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

    Misalnya seorang anak kecil menggosok gigi namun masih

    selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktek

    atau tindakan terpimpin.

    b. Praktek secara mekanisme

    Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

    mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut

    praktek atau tindakan mekanis. Misalnya seorang anak secara

    otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh

    ibunya.

    c. Adopsi

    Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

    berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar

    rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    23/46

    23

    modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

    Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan

    dengan teknik teknik yang benar.

    Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan

    melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung.

    Pengukuran secara langsung yaitu mengamati tindakan dari subjek

    dalam rangka memelihara kesehatannya.

    Untuk mengukur pengetahuan kesehatan secara langsung

    adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

    langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis

    atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya

    pengetahuan Informan tentang kesehatan, atau besarnya

    persentase kelompok informan atau masyarakat tentang variable-

    variabel atau komponen kesehatan.(Notoadmojo,2005).

    Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan

    yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk

    rangkaian siklus kegiatan. Tindakan bisa terjadi karena seseorang

    itu memiliki motifasi yang didapat dari pengetahuan manusia itu

    sendiri. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak

    memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar

    maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua

    motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    24/46

    24

    munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi

    yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi

    dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.

    Orang yang bertindak pada kemampuan yang dimilikinya

    (mastery oriented people), menyadari bahwa kesuksesan yang ia

    raih tergantung kepada keterampilan yang dimilikinya, lebih

    berorientasi pada kemandirian yang ia miliki, bekerja keras,

    berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam setiap penampilannya

    dan lebih tertarik pada aktivitas-aktivitas yang mendukung

    tercapainya tujuan yang diharapkan. Agar motivasi yang dimiliki itu

    lebih efektif, harus difokuskan pada tugas-tugas yang dianggap

    penting serta mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan.

    5. Tinjauan Umum Penggunaan Jendela kaca Dikamar Penderita

    Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,

    tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang

    masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya mata hari di

    samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang

    baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.

    Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan

    menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya

    dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    25/46

    25

    1. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting,

    karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam

    rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat

    harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya

    jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15

    % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan

    rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela

    diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke

    dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi

    jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan

    masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus

    diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama

    menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya

    jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).

    Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan

    genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara

    sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu

    pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.

    2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang ,tapi

    bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan

    sebagainya.

    Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan

    luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    26/46

    26

    kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.

    Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri

    patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang

    sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas

    pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih

    60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.

    Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda

    dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap

    jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak

    berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari

    pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif

    tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk

    dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar

    penghuni akan sangat berkurang.( Joko Suryo, 2010 )

    6. Tinjauan Umum Pemisahan Tempat Tidur

    Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas

    lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

    tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh

    perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum

    per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan

    fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 10

    m/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang.

    Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    27/46

    27

    istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga

    yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur

    dengan anggota keluarga lainnya.

    Kamar adalah pembagian ruangan / sekat dalam rumag

    tersebut apa bila ruamah tersebut tidak terdapat kamar atau

    ruangan, maka akan lebih mudah terjadi penularan penyakit.

    Sebagai contah bial rumah tersebut ada sumber penularan (

    penderita TBC atau pun ISPA ), maka potensi penularan akan

    penyakit tersebut dapa lebih mudah dan cepat terhadap orang

    yang tinggal bersama dalam satu ruangan tersebut. Jumlah

    ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan

    tersebut, seperti ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, ruang

    dapur dan ruang MCK.

    Banyaknya ruangan dalam rumah tergantu kepada jumlah

    penghuni. Banyaknya penghuni dalam satu rumah akan menuntut

    jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur tetapi pada

    umumnya jumlah ruangan disesuaikan dengan fungsi ruangan

    seperti ruang tidur, ruang tamu, ruangan makan, dapur gudang dan

    lain-lain. Rumah yang sehat harus memiliki ruangan khusus untuk

    tidur minimal 9 m3 untuk setiap orang berumur 5 tahun keatas atau

    dewasa dan 4,5 m3 untuk anak-anak berumur di bawah 5 tahun

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    28/46

    28

    dengan luas lantai minimal 3,5 m3 untuk setiap orang dengan tinggi

    langit-langit tidak kurang dari 2,75 m.

    Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah

    penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini

    tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi

    oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit

    infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada

    anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003).

    Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan

    (2000), didapatkan data bahwa :

    a. Rumah tangga penderita Mempunyai kebiasaan tidur dengan

    balita mempunyai resiko terkena TB 2,8 kali dibanding dengan

    yang tidur terpisah.

    b. Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup

    tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan

    kepada 2-3 orang di dalam rumahnya

    c. Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan

    penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah

    tangga dengan hanya 1 orang penderita TB.

    7. Tinjauan Umum Pemakaian Alat Makan.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    29/46

    29

    Pengertian higiene adalah upaya kesehatan dengan cara

    memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.

    Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan,

    cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian

    makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

    keseluruhan.(Depkes RI,2002)

    Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan

    yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

    membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang

    dapat menganggu atau kesehatan, mulai dari sebelum makanan

    diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

    pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman

    tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau .

    Berhubungan dengan penyakit sering dipindahkan melalui

    piring, cangkir, gelas, dan sebagainya maka sanitasi tempat-

    tempat makan pada umum sekarang ini telah dikembangkan atas

    dasar penelitian secara ilmiah. Kebanyakan restoran besar telah

    menggunakan alat pencucian piring yang sekaligus mendisinfeksi

    piring-piring itu secara mekanik. Pada restoran-restoran kecil atau

    rumah tangga pencucian dilakukan dengan air panas bersama

    deterjen yang baik. (Depkes RI,2002)

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    30/46

    30

    8. Tinjauan Umum Kebersihan Dan Penjemuran Kasur

    Memang penyakit Tb Paru adalah penyakit infeksi dan

    menular yang disebabkan oleh kuman, akan tetapi dengan hygiene

    dan sanitasi yang jelek akan lebih memperburuk orang yang

    menderita penyakit tersebut. Misalnya saja, kebiasaan membuang

    ludah sembarangan, rumah yang tidak punya ventilasi yang cukup,

    kamar tidur yang pengap, kurangnya pencahayaan di dalam

    rumah, polusi udara karena asap rokok, industri dan lainlain.

    Semua itu tentunya akan berdampak tidak baik bagi kesehatan

    manusia, apalagi kuman penyakit ini sangat senang dengan

    kondisi-kondisi seperti itu. Oleh karena itu menjaga kesehatan diri

    dan lingkungan merupakan hal yang mutlak bagi setiap manusia

    sehingga penyakit-penyakit menular akibat lingkungan bisa

    diminimalisasi dan bahkan bisa dieliminasi, termasuk penyakit Tb

    Paru.

    Sinar matahari langsung membunuh TB dalam waktu lima

    menit, maka pemanfaatan sinar matahari adalah cara yang paling

    cocok untuk dilakukan didaerah tropis. Penjemuran kasur, bantal

    dan seprai dapat membunuh TB, panas dapat memusnahkan TB

    dalam waktu 20 menit pada suhu 60 C dan 5 menit dalam suhu

    70 C. (Tetapi kuman-kuman dapat bertahan hidup selama

    bertahun-tahun di tempat gelap : mungkin dapat terjadi di rumah

    atau gubuk yang gelap). Menjemur diudara dan dibawah sinar

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    31/46

    31

    matahari semua bahan-bahan selimut, wol, katun dan lain-lain.

    Merupakan metode yang baik dan sederhana, terutama didaerah

    tropis .( John Crofton. 2001)

    9. Tinjauan Umum Tentang Penampungan Dahak

    a. Pengertian Dahak Secara Umum

    Dahak manusia adalah sumber yang paling penting.

    Batuk, berbicara dan meludah memproduksi percikan sangat

    kecil berisi TB yang melayang-layang di udara. Kuman ini dapat

    terhirup napas dan menyebabkan penyakit. Pasien-pasien

    dengan dahak positif pada hapusan langsung (d.h.i TB tampak

    dibawah mikroscop) jauh lebih menular, karena mereka lebih

    banyak memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan

    meraka yang hanya positif pada pembiakan. Makin dekat

    seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis Tb yang

    mungkin akan dihirupnya.( John Crofton. 2001)

    Biakan dahak dapat meningkatkan jumlah yang

    positif, tetapi mungkin memerlukan 4-8 minggu sebelum anda

    mendapatkan hasilnya. Pada penyakit yang lebih ringan dan

    sedikit TB, hapusan mungkin negatif, tetapi biakan positif.

    Namun, biakan membutuhkan fasilitas laboraturium lebih

    terampil yang mungkin tidak anda miliki. Ketika menunggu hasil

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    32/46

    32

    biakan. Anda harus memutuskan pengobatan berdasarkan

    keadaan klinis.

    b. Penampungan Dahak

    Wadah hendaknya kokoh untuk menghindarkan ketika

    dibawa. Wadah hendaknya bermulut lebar, hendaknya bertutup

    ulir yang kuat untuk menghindarkan dahak mengering atau

    merembes keluar. Metode sterilisasi sesudah pakai, tergantung

    pada bahan tempat itu, beberapa bisa dibakar. Wadah dari

    bahan gelas harus direbus selama 10 menit kemudian

    dibersihkan dengan seksama.( John Crofton. 2001)

    c. Petunjuk Bagi Petugas Pengumpulan Dahak

    2. Bila mungkin laksanakan tugas tersebut di udara terbuka.

    Bila tidak mungkin, gunakan sebuah ruangan terpisah untuk

    keperluan ini.

    3. Jelaskan mengapa pemeriksaan ini penting. Jelaskan

    bagaimana cara batuk untuk menghasilkan dahak yang

    berasal dari dalam dada.

    4. Periksalah apakah dahak mengandung bagian-bagian kental

    atau bernanah.

    10. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Menutup Mulut

    a. Kebiasaan Menutup Mulut

    Sumber penularan adalah penderita Tb paru pada waktu

    batuk atau bersin, penderita menyabarkan kuman ke udara dalam

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    33/46

    33

    bentuk droplet ( percikan Dahak ). Orang disekeliling penderita

    dapat tertular karena menghirup udara yang mengandung kuman

    TB. Oleh karena itu, penderita harus menutup mulut saat batuk

    atau bersin dan jangan membuang dahak disembarang tempat.

    Jelaskan pula bila ada anggota keluarga yang menujukan gejala

    TB (batuk berat, badan menurun, demam berkeringan malam hari,

    batuk dengan dahak campur darah). Sebaiknya segera

    memeriksakan diri ke unit pelayanan puskesmas.

    Alat yang digunakan saat menutup mulut yaitu :

    1. masker

    2. Saputangan atau Kain

    3. Tisu kering

    Seperti kita ketahui cara penularan kuman TB melalui

    percikan dahak yang mengandung kuman TB (droplet) yang

    dikeluarkan lewat batuk, bersin dan meludah. Untuk mencegah

    penularan maka dianjurkan untuk menutup mulut dengan sapu

    tangan pada waktu batuk dan bersin. Penderita TB dan PMO

    (pengawasan menelan obat) serta keluarga perlu diberikan

    konseling TB agar dapat mencegah penularan, mendeteksi awal

    jika ada yang mengalami gejala TB serta mengawasi dan

    mendorong penderita agar berobat secara teratur sampai

    dinyatakan sembuh. Kesebuhan bukan hanya dengan obat saja,

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    34/46

    34

    akan tetapi perubahan perilaku mutlak diperlukan. (Home Artikel

    Kesehatan Paru)

    11. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

    Pengertian Perilaku

    Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang

    dilakukan oleh mahluk hidup. Dari segi biologis, perilaku adalah

    suatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup yang

    bersangkutan). Oleh sebab itu semua mahluk hidup mulai dari

    tumbuh-tumbuhan sampai dengan manusia berperilaku, oleh

    karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmojo

    2007).

    Menurut Skiner dalam Notoatmojo, perilaku merupakan

    respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

    luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

    stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

    merespon. Teori Skiner ini lebih dikenal dengan teori S-O-R

    (stimulus-organisme-respon). Skiner membedakan adanya dua

    respon :

    1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang di

    timbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu, stimulus

    semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    35/46

    35

    respon-respon yang relatif tetap. Hal ini juga berlaku untuk

    perilaku emosi seseorang.

    2. O perant respon atau instrumental respons, yakni proses yang

    timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

    perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcer karena

    memperkuat respons.

    Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku

    dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1. Perilaku tertutup, respons seseorang terhadap stimulus dalam

    bentuk terselubung/ tertutup. Respons ini masih terbatas pada

    perhatian, presepsi, kesadaran dan sikap yang terjadi pada

    seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum bisa

    diamati secara jelas oleh orang lain (cover behavior).

    2. Perilaku terbuka, respon seseorang terhadap stimulus dalam

    bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

    tersebut sudah jelas dalam bentuk tindajan atau praktek yang

    dengan mudah dapat diamati oleh orang lain (over behavior)

    (Notoatmojo 2007).

    Perilaku Kesehatan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    36/46

    36

    Perilaku kesehatan adalah segala respon seseorang atau

    orgainsme atau stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

    penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman

    serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

    diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :

    1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah

    perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

    menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

    penyembuhan bilamana sakit.

    2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasil itas

    pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian

    pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah

    menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

    menderita penyakit dan atau kecelakaan.

    3. Perilaku kesehatan lingkungan. Yaitu bagaimana seseorang

    merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial

    budaya dan lainnya, sehingga lingkungan tersebut tidak

    mempengaruhi kesehatannya. (Notoatmojo 2000)

    B. Kerangka Teori

    Berdasarkan teori tentang Perilaku, maka perilaku

    seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    37/46

    37

    pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, niat dan sebagainya dari

    orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu

    ketersediaan fasilitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan

    seperti puskesmas atau Rumah Sakit , obat obatan maupun

    tindakan (perilaku) dan sikap petugas kesehatan, tokoh masyarakat

    serta peran keluarga juga akan mendukung dan memperkuat

    terbentuknya perilaku seseorang.

    Adapun kerangka teori dari penelitian ini dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    (Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2005)

    Faktor Predisposisi

    Pengetahuan

    Sikap

    Kepercayaan

    Keyakinan

    Niat

    Nilai Nilai

    Perilaku

    Faktor Pendukung

    Fasilitas / Sarana

    Kesehatan

    Lingkungan Fisik

    Faktor Pendorong

    Sikap dan Perilaku

    Petugas Kesehatan

    Tokoh Masyarakat

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    38/46

    38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong

    (2000) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

    atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

    Dari kajian tentang definisi-definisi penelitian kualitatif, maka

    dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

    bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

    subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

    lain sebagainya. (Moleong, 2006)

    Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kualitatif karena

    penelitian ini bermaksud melihat perilaku pencegahan penularan

    penyakit tubercolosis yang dilakukan oleh penderita.

    B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Penelitian Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan Penularan

    Penyakit Tuberkulosis Paru Yang Dilakukan Oleh Penderita yang

    berada di wilayah kerja Puskesmas Loa Duri dengan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    39/46

    39

    menggunakan Metode Kualitatif akan dilakukan pada bulan April

    2011.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada masyarakat yang

    berkedudukan di wilayah kerja Puskesmas Loa Duri, Khususnya

    masyrakat yang menderita Tuberkulosis Paru yang terdaftar di

    buku register Puskesmas Loa Duri dalam proses pengobatan.

    C. Informan

    a. Informan

    Pengambilan informan dilakukan dengan tehnik Perposive

    Sampling (Non Random) yakni jumlah penderita TB Paru yang

    diambil sebanyak 34 orang penderita TB paru klinis dengan

    penderita 18 orang TB paru BTA positif yang terdaftar pada buku

    register TBC tahun 2011 di Puskesmas Loa Duri, Kabupaten Kuati

    kartanegara

    D. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori yang digunakan maka disusunlah

    pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :

    Perialku pencegahan penularan

    penyakit Tubercolosis yang

    dilakukan oleh penderita

    Pengetahuan

    Sikap

    Tindakan

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    40/46

    40

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    E. Definisi konsep

    Definisi konsep dari beberapa variabel yang diteliti, yaitu

    sebagai berikut :

    1. Pengetahuan, informan tentang pencegahan TB Paru

    Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil

    tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki ( mata,

    hidung, telinga, dan sebagainya ). Dengan sendirinya pada waktu

    penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

    dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

    ( Notoatmojo, 2005 )

    2. Sikap informan tentang pencegahan TB Paru

    Sikap adalah Juga respon tertutup seseorang terhadap

    stimulus atau ojek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat

    atau emosi yang bersangkutan ( senang - tidak senang, setuju

    tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya ) Yakni

    Andifiduals attitude is syndrome of response consistensy with

    regard to object Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu

    sindroma atau kumpulan gejala dan merespons stimulus atau

    objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

    perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain. ( Allport, 1954 )

    3. Tindakan informan tentang pencegahan TB Paru

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    41/46

    41

    Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah

    cenderung bertindak ( praktik ). Sikap belum tentu terwujud dalam

    tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu

    adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

    Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan

    yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk

    rangkaian siklus kegiatan. Tindakan bisa terjadi karena seseorang

    itu memiliki motifasi yang didapat dari pengetahuan manusia itu

    sendiri. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak

    memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar

    maupun dari dalam diri. ( Notoatmojo, 2005 )

    F. Sumber Data

    1. Data primer didapat dari informan melalui wawancara mendalam

    dengan orang-orang tertentu atau telah ditentukan sebelumnya

    yang dapat memberikan keterangan dari data yang diinginkan.

    Pengumpul data juga dapat menggunakan alat Bantu seperti tape

    recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu

    pelaksanaan wawancara menjadi lancar. (Esterberg, 2002)

    2. Data sekunder meliputi :

    a. Dokumen

    Dokumen adalah cara memperoleh data dengan mengambil

    hasil dari dokumentasi yang tersedia (arsip, laporan, dan

    sebagainya) saat penelitian berlangsung.

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    42/46

    42

    b. Kepustakaan

    Pengumpulan data melalui buku-buku dan sumber bacaan

    lainnya sebagai tinjauan pustaka yang memuat tentang

    beberapa pendapat pakar yang berkaitan dengan penelitian

    guna mendukung penulisan maupun pembahasan skripsi ini.

    G. Teknik Pengambilan Data

    Ada empat macam teknik yang digunakan untuk

    mengumpulkan data yaitu sebagai berikut :

    a. Wawancara Mendalam

    Jenis wawancara yang akan dilakukan yaitu wawancara terstruktur,

    karena dalam melakukan wawancara, selain harus membawa

    instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul

    data juga dapat menggunakan alat Bantu seperti tape recorder,

    gambar, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan

    wawancara menjadi lancar. (Esterberg, 2002)

    Wawancara dilakukan secara mendalam dengan orang-

    menggunakan bantuan pertanyaan-pertanyaan (panduan

    wawancara). Wawancara pendahuluan dilakukan dengan

    mewawancarai orang yang dinilai dapat memeberikan informasi

    yang diperlukan kemudian diteruskan dengan informan-informan

    berikutnya sesuai dengan permasalahan.

    b. Panduan Wawancara

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    43/46

    43

    Panduan wawancara telah disiapkan untuk informan yang dipilih

    yaitu penderita/keluarga dari penderita tersebut dan beberapa

    masyarakat, dan petugas kesehatan.

    e. Dokumentasi

    Gambaran-gambaran nyata mengenai proses serta

    kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan saat penelitian

    berlangsung.

    H. Proses Analisis Data

    Analisis data sangat penting dalam suatu penelitian karena didalam

    analisis data dilakukan pengorganisiran terhadap data yang terkumpul

    dilapangan. Menurut Patton (dalam Moleong 2000) bahwa analisis data

    adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam

    satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data yang digunakan

    disini adalah analisis data sesuai dengan yang dikemukanan oleh Miles

    dan Hubermen (1992) bahwa analisis data kualitatif terdiri atas empat

    komponen yaitu :

    1. Pengumpulan data

    Pengumpulan data merupakan proses awal yang berusaha

    mengumpulkan data awal atau data mentah yang diperoleh di

    lapangan untuk diteliti.

    2. Penyederhanaan data

    Yaitu proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan dengan

    membuat abstraksi. Mengubah data mentah yang dikumpulkan dari

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    44/46

    44

    penelitian kedalam catatan yang telah disortir atau diperiksa.

    Tahap ini merupakan tahap analisis data yang mempertajam atau

    memusatkan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.

    3. Penyajian Data

    Yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga

    diperlukan atau memungkinkan penarikan kesimpulan atau

    pengambilan tindakan. Penyajian data ini membantu memahami

    peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa atau tindakan

    lebih lanjut berdasarkan pemahaman.

    4. Penarikan kesimpulan

    Yaitu merupakan langkah ketiga meliputi makna yang telah

    disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara

    mencatat keteraturan, pola - pola penjelasan hubungan sebab

    akibat melalui hukum - hukum empiris. Seperti pada gambar

    berikut: Gambar 3 : Analisa Model Interaktif

    Sumber : Miles dan Huberman (1992)

    PengumpulanData

    ReduksiData

    Penarikankesimpulan

    PenyajianData

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    45/46

  • 8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )

    46/46

    46

    membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.

    (Moleong, 2006)