BAB I
PENDAHULUAN
Diare akut pada anak merupakan perubahan kebiasaan buang air
besar yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari
pada bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3
kali dalam sehari).4 Diare akut adalah diare kurang dari 7 hari.(1)
Kriteria penilaian tingkat keparahan dehidrasi menggunakan kriteria
World Health Organization (WHO), mencakup penilaian keadaan umum,
mata cowong, air mata, mukosa mulut dan lidah, rasa haus, serta
turgor kulit.(2) Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh
karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa.(3)Penyakit diare merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia,
karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat cenderung meningkat. Pada tahun
2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100
orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.) (4)Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita,
bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di
bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau
pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya
penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor
risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi
sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air
limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi
rumah.(4)Berdasarkan hasil survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic
Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/
ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT
(Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun
2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI
No: 1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui
tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF
tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan
Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di
Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT
sebagai paduan obat diare.6 kak martini Studi WHO membuktikan bahwa
pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi
diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%,
mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat
mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare
persisten sebesar 42%.(4)BAB II
LAPORAN KASUS2.1 IDENTITAS PASIEN Nama
: An. MSTanggal Lahir/Umur: 15 September 1996 / 18 tahun
Alamat
: Lamrokah Seulawah , Aceh besarAgama
: Islam
Suku
: Aceh
Nomor CM
: 1-01-64-43Jaminan: JKRATanggal Masuk: 30 Agustus 2014Tanggal
Pemeriksaan: 4 September 2014Nama Orang Tua
Ayah: UsmanIbu
: -2.2 ANAMNESA
Keluhan UtamaKuningKeluhan TambahanDemamRiwayat Penyakit
Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kuning pada mata dan tangan. Kuning
dirasakan sejak 6 minggu yang lalu. Kuning dirasakan tetap dan
tidak bertambah berat. Pasien juga mengeluhkan demam bersamaan
dengan timbulnya kuning. Demam dirasakan terus menerus dan tidak
terpengaruh oleh waktu. Demam dirasakan tidak disertai menggigil
dan berkeringat. Pasien juga mengaku lemas dan merasa pucat. Pasien
juga mengaku kehilangan nafsu makan dan terkadang mual. Pasien
menyangkal adanya nyeri di perut dan ulu hati. Pasien juga mengaku
buang air kecil seperti teh. Pasien menyangkal kencing berdarah,
tertahan dan nyeri saat buang air kecil. Pasien juga menyangkal BAB
berwarna dempul.Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mata dan badan kuning (-), kontak dengan penderita sakit
kuning (-), transfusi darah (-), suntikan (-), cabut gigi (-),
mengkonsumsi obat medis (-), mengkonsumsi alkohol (-). Riwayat
demam berdarah (-).
Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga yang
memiliki keluhan seperti pasien.Riwayat Penggunaan ObatPasien lupa
obat yang pernah diminumRiwayat Kebiasaan Social
Pasien suka makan makanan diluar Riwayat Kehamilan
Ibu ANC teratur di bidan dan dokter spesialis. Ibu menderita
hipertensi dalam kehamilan.Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak ke lima, lahir secara SC a/i PEB, BBL 4800
gr. langsung menangis dengan riwayat biru saat lahir (-)Riwayat
Pemberian Makanan dan Tumbuh Kembang
0-6 bulan ASI 6 bulan-2 tahun ASI+MPASI
2 tahun hingga sekarang tim saring dan makanan keluarga
Riwayat Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap, pasien mendapat imunisasi BCG dan
DPT.2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran: Compos Mentis E4M6V5Nadi
: 148 x/iRR
: 52 x/menitSuhu: 36, 2oC
2.4 Data AntropometriBerat Badan: 14 KgTinggi Badan: 72 cm2.5
Status GiziStatus kronologis : 3 tahun 11 bulan 8 hariBB : 8 kgTB :
118 cmBB/U : Z SCORE 3 SDBB/TB : Z SCORE Bunyi Jantung II, reguler,
bising (-)
Abdomen
Inspeksi
: simetris, distensi tidak dijumpai.Palpasi
: nyeri tekan (-) a/r epigastrium, defans muscular tidak
dijumpai
Hepar: tidak ada pembesaranLien: tidak ada pembesaranGinjal:
Ballotement (-/-)
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normalGenitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan Anus
Tidak dilakukan pemeriksaanEkstremitas
Pucat (-/-), udem (-/-), sianosis (-)
Kulit kemerahan dan terkelupas (-)2.4 ASSESMENTDiagnosis kerja
BP berat + gizi buruk tipe marasmus+ Pasca diare2.5 TERAPI O2 2L /
i via sungkop IVFD KAEN 3B Inj.Ampicilin 126 mg/6j Inj. Cefotaxim
210 mg/2j Paracetamol drip 100 mg/8jam
2.6 PLANNING Foto thorak AP EKG
Jika KU membaik (-) lakukan echocardiografi
Pemeriksaan Elektrolit, Pasang NGT
2.7 MONITORING
Pantau RR, BAK, CRT < 3 Pantau O2 Target > 95 %
Pasang NGT jika sesak bertambahHasil Pemeriksaan lab :
1. HB : 13,7 mg/dl2. HT : 41 %3. Eritrosit : 5,6.106/mm34.
Leukosit : 21.103/mm35. Trombosit : 613.103U/L6. Hitung Jenis
Leukosit : Eosinofil : 1% Basofil : 0 % Netrofil segmen : 76 %
Limfosit : 20 % Monosit : 3 %
7. Elektrolit : Natrium : 146 mmol/L Kalium : 4,6 mmol/L klorida
: 111 mmol/L8. Glukosa Darah Sewaktu : 82
9. Ginjal-Hipertensi
Ureum :17 mg/dl
Kreatinin 0,13 mg/dlPROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonamTanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi
15 Juli 2014
H-0BB: 8 kg
PB: 118 cmLK : 46 cm
LILA : 10,5 cm
CATATAN
KU: BAB cair (+) sejak 4 hari yang lalu dalam 24jam,berisi
ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB.KT : sesak nafas TANDA
VITAL
N : 158 x/menit
RR : 46 x/menit
T : 35,8oC
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala: Normocephali, rambut normal Mata: Pucat (-/-) Ikterik
(-/-)
Telinga : Normotia, serumen (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)Mulut: mukosa bibir lembab (+),
bibir sianosis (-)Leher: Pembesaran KGB (-)Thorak :
Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri
Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+),
stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :
Inspeksi: Simetris, Distensi (-)
Palpasi : H/L/R tidak teraba Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Extremitas :
Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)CRT > 2ASSESSMENT:BP
berat + Gizi buruk tipe marasmus + Diare AkutTERAPI : O2 5L / i via
sungkop IVFD RL 15 gtt/i mikro Inj. Meropenem 300 mg/8jam Digoxin
2x0,045 mg pulv As.Folat 1x1 mg pulv Zink 1x20 mg pulv Resomal
100-200 cc/xMencret
Nebul ventolin 1 respul /6j Lacto B 2x1 suchet Multivitamin syr
1x cth 1 Diet susu LLM 100 cc/3j/NGT
Tanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi
15 Juli 2014
H-0
BB: 8 kg
PB: 118 cm
LK : 46 cm
LILA : 10,5 cm
CATATAN
KU: BAB cair (+) sejak 3 hari yang lalu dalam 24jam,berisi
ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB, lendir (-),
darah (-)
TANDA VITAL
N : 152 x/menit
RR : 42 x/menit
T : 36,8oC
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala: Normocephali, rambut normal
Mata: Pucat (-/-) Ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, serumen (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)
Mulut: mukosa bibir lembab (+), bibir sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri
Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+),
stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :
Inspeksi: Simetris, Distensi (-)
Palpasi : H/L/R tidak teraba
Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Extremitas :
Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)
ASSESSMENT:BP berat + Gizi buruk tipe marasmus + Diare Akut
TERAPI : O2 5L / i via sungkop IVFD KAEN 3B 25 gtt/i mikro Inj.
Meropenem 300 mg/8jam Digoxin 2x0,045 mg pulv As.Folat 1x1 mg pulv
Zink 1x20 mg pulv Resomal 100-200 cc/x mencret Lacto B 2x1 suchet
Multivitamin syr 1x cth 1 Nebul ventolon 1 respul /6j Diet susu LLM
100 cc/3j/NGT
Tanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi
17 Juli 2014
BB: 8 kg
PB: 118 cm
LK : 46 cm
LILA : 10,5 cm
CATATAN
KU: BAB cair (+) sejak 3 hari yang lalu dalam 24jam,berisi
ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB, lendir (-),
darah (-)
TANDA VITAL
N : 142 x/menit
RR : 44 x/menit
T : 36,5oC
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala: Normocephali, rambut normal
Mata: Pucat (-/-) Ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, serumen (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)
Mulut: mukosa bibir lembab (+), bibir sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri
Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+),
stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :
Inspeksi: Simetris, Distensi (-)
Palpasi : H/L/R tidak teraba
Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Extremitas :
Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)CRT 10mL/kgbb/hari pada
bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3 kali
dalam sehari).4 Diare akut adalah diare kurang dari 7 hari.(1)
Kriteria penilaian tingkat keparahan dehidrasi menggunakan kriteria
World Health Organization (WHO), mencakup penilaian keadaan umum,
mata cowong, air mata, mukosa mulut dan lidah, rasa haus, serta
turgor kulit.(2) Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh
karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa.(3).Pasien juga mengeluh sesak
nafas yang tidak dipengaruhi oleh cuaca dan aktivitas. Saat sesak
nafas pasien mengeluarkan bunyi mengi. Sesak nafas terjadi akibat
adanya gangguan ventilasi dan pefusi pada paru atau disebut dengan
ventilation perfusion missmatch. Gangguan tersebut terjadi akibat
proses inflamasi pada parenkim paru yang menyebabkan penurunan
volume paru secara fungsional. Hal ini dapat merangsang tubuh untuk
melakukan kompensasi berupa peningkatan volume tidal dan
meningkatkan frekuensi pernafasan kompensasi sehingga secara klinis
dapat terlihat takipneu dan dispneu disertai dengan tanda-tanda
inspiratory effort seperti nafas cuping hidungdan pengguna
otot-otot bantu pernafasan.(5)Patogenesis dari diare dibagi menurut
kemungkinan kelainan tinja yang timbul pada diare6,7,8 (1). Tinja
cair (seperti air dan bening)
(2). Tinja lembek cair (seperti bubur tepung)
(3). Tinja berdarah dan berlendirBerdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat katagori, yaitu:
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 %
dari berat badan.
3. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang
berkisar 6 10 % dari berat badan.
4. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang
lebih dari 10 %73.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dengan
nadi 158x/menit, laju pernafasan 46x/menit dan suhu 35,8OC.
3.3 Pemeriksaan PenunjangPada pasien ini pemeriksaan penunjang
yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan laboratorium sederhana,
berupa pemeriksaan darah rutin, elektrolit dan gula darah sewaktu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, semua nilai yang diperoleh
dalam batas normal.
3.4 DiagnosisPenegakan diagnosis untuk penyebab diare dilihat
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis yang perlu diperhatikan adalah, frekuensi BAB, volume,
ada tidaknya lendir dan darah serta berbau amis ataupun tidak. Pada
pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda
dehidrasi yang merupakan komplikasi dari diare. 3.5 Terapi
Pada kasus ini pasien tidak dehidrasi. Tatalaksana yang
dilakukan adalah pemberian cairan maintenance O2 5L / i via sungkop
IVFD KAEN 3B 25 gtt/i mikro, Inj. Meropenem 300 mg/8jam, Digoxin
2x0,045 mg pulv, As.Folat 1x1 mg pulv, Zink 1x20 mg pulv , Resomal
100-200 cc/x mencret, Lacto B 2x1 suchet, Multivitamin syr 1x cth
1, nebul ventolin 1 respul/6jam, diet susu LLM 100
cc/3jam/NGT.Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE (lima
Langkah Tuntaskan diare) yaitu:1. Rehidrasi menggunakan oralit
osmoralitas rendah Oralit adalah campuran garam elektrolit yang
terdiri atas Natrium Klorida (NaCl) kalium Klorida (KCL), sitrat
dan glukosa. Manfaat oralit untuk mencegah dan mengobati dehidrasi
sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF merekomendasikan oralit dengan
osmoralitas rendah. Berdasarkan penelitian, pemberian oralit dengan
osmolaritas rendah pada penderita diare akan mengurangi volume
tinja hingga 25%, mengurangi mual muntah hingga 30% dan mengurangi
secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.2.
Zink diberikan selama 10 hari berturut-turutZink baik dan aman
untuk pengobatan diare . berdasarkan hasil penelitian Departement
of Child and Adolescent Health and Depelopment, Word Health
Organization manfaat zinc yaitu: lebih cepat sembuh hingga 20%,
mengurangi resiko diare lebih dari 7 hari hingga 20%, mengurangi
jumlah tinja, mengurangi diare berikutnya 2-3 bulan ke depan,
mengobati serta mencegah diare berdarah. Zinc merupakan salah satu
zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak.
Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika
anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama
diare, anak dapat memberikan zinc yang akan membantu penyembuhan
diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting
bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc.
Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kultt dan
mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun,
membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistem
kekebalannya dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah
sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis)
selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk terkena
penyakit infeksi, diare dan pneumonia.pemberian zinc selama 10 hari
terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Selain itu
juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih dan menigkatkan
nafsu makan.3. Teruskan pemberian ASI dan makananMemberikan makanan
kepada anak selama diare, sehingga akan membantu anak tetap kuat
dan tumbuh untuk mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang
menderita diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai
umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan resiko terkena diare kembali., oleh karena itu perlu
diperhatikan : 1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi
0-24 bulan), 2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering,
sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut sejak bayi berumur
6 bulan, 3. Petugas kesehatan memberikan edukasi kepada ibu agar
kembali menyusui eksklusif, karena ASI memiliki antibodi yang
penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi, 4. Setelah diare
berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.4. Antibiotik selektifJangan berikan
antibiotik kecuali atas indikasi misalnya pada diare berdarah dan
kolera. Pemberian antibiotik yang tidak tepat akan memperpanjang
lamanya diare karena akan mengganggu flora usus.5. Edukasi kepada
orang tua atau pengasuhNasehat atau edukasi diberikan kepada orang
tua atau pengasuh bagaimana memberikan pengobatan dan pemberian
makanan dirumah, dan segera kembali ke petugas kesehatan atau
puskesmas bila terdapat tanda bahaya yang berupa demam, muntah
berulang dan diare semakin kering.
BAB IV
KESIMPULAN
Diare akut pada anak merupakan perubahan kebiasaan buang air
besar yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari
pada bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3
kali dalam sehari).Diagnosis diare akut dapat ditegakkan dari
anamnesis, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis pasien dengan diare akut dapat diketahui
adanya perubahan konsistensi tinja dimana kandungan air didalam
tinja melebihi normal (10 ml/kgBB/hari). Pasien mengeluhkan berupa
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari
BAB VDAFTAR PUSTAKA1. Web A, Starr M. Acute gastroenteritis in
children. Australian Fam Physician 2005;34:227-31.2. Management of
the patient with cholera. World Healtd Organization Emerging and
Other Communicable Disease, surveilance and control
3. Barkin RM. Fluid And Electrolyte Problems. Problem Oriented
Pediatric Diagnosis. Baston Little Brown and Company 1990 ;
20-23
4. Kemenkes RI.2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare
Balita. Jakarta. Kemenkes RI
5. Retro SA, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Surabaya : FK
UNAIR RSU Dr.Soetomo Surabaya, Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan
Anak ; 2006 6. Sunoto, Pendekatan diagnostik-etiologik diare akut.
Dalam : Penanganan mutakhir beberapa penyakit gastrointestinal
anak. Pendidikan tambahan Berkala IKA FKUI, Jakarta 30 September 10
Oktober 1988, 1-23.7. FKUI, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
Edisi ketiga , Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001, 127-1368.
Lebenthal, Emanuel, Texbook of Gastroenterology and Nutrition in
Infancy Second Edition, Raven Press,1185 Avenue of the Americas,
New York 10036, 1989, chapter 27, 76, 77