Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Diare akut pada anak merupakan perubahan kebiasaan buang air besar yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari pada bayi dan an dan/atau penurunan konsistensi feses (>3 kali dalam sehari).4 Diare akut diarekurang dari hari. (1) !riteria penilaian tingkat keparahan dehidrasi menggunakan kriteria World Health Organization ("#$)% men&akup penilaia keadaan umum% mata &o'ong% air mata% mukosa mulut dan lidah% rasa haus% s turgor kulit. () ebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. *anyak dampak yang dapat ter+adi karena infeksi saluran &erna an pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan re &airan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi% gangguan keseimbangan elek dan gangguan keseimbangan asam basa. (3) -enyakit diaremerupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di ndonesia% karena morbiditas dan mortalitas masih tinggi. ur ei morbiditas yang dilakukan oleh ubdit Diare% Depart !esehatan dari tahun 000 s/d 010 terlihat &enderung meningkat. -ada tahu 000 penyakit Diare 301/ 1000 penduduk% tahun 003 naik men+adi 34 / penduduk% tahun 002 naik men+adi 4 3 /1000 penduduk dan tahun 010 men+a 411/1000 penduduk. !e+adian Luar *iasa (!L*) diare +uga masih sering ter+ dengan yang masih tinggi. -ada tahun 005 ter+adi !L* di 26 !e&amatan dengan +umlah kasus 5133 orang% kematian 36 orang ( %647). 8ahun 00 ter+adi !L* di 4 !e&amatan dengan +umlah kasus 9.92 orang% dengan kemati 100 orang ( 1%47)% sedangkan tahun 010 ter+adi !L* diare di 33 ke&amatan dengan +umlah penderita 4 04 dengan kematian 3 orang ( 1%4 7.) (4) -enyakit diare sering menyerang bayi dan balita% bila tidak diatasi lan+ut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terak dari Departemen !esehatanmenun+ukkan bah'a diaremen+adi penyakit pembunuh kedua bayi di ba'ah lima tahun (balita) di ndonesia se
21

Preskas Anakk

Oct 07, 2015

Download

Documents

Wira Nico S

zzzad
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut pada anak merupakan perubahan kebiasaan buang air besar yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari pada bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3 kali dalam sehari).4 Diare akut adalah diare kurang dari 7 hari.(1) Kriteria penilaian tingkat keparahan dehidrasi menggunakan kriteria World Health Organization (WHO), mencakup penilaian keadaan umum, mata cowong, air mata, mukosa mulut dan lidah, rasa haus, serta turgor kulit.(2) Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.(3)Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat cenderung meningkat. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (4)Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah.(4)Berdasarkan hasil survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/ ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare.6 kak martini Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%.(4)BAB II

LAPORAN KASUS2.1 IDENTITAS PASIEN Nama

: An. MSTanggal Lahir/Umur: 15 September 1996 / 18 tahun Alamat

: Lamrokah Seulawah , Aceh besarAgama

: Islam

Suku

: Aceh

Nomor CM

: 1-01-64-43Jaminan: JKRATanggal Masuk: 30 Agustus 2014Tanggal Pemeriksaan: 4 September 2014Nama Orang Tua

Ayah: UsmanIbu

: -2.2 ANAMNESA

Keluhan UtamaKuningKeluhan TambahanDemamRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kuning pada mata dan tangan. Kuning dirasakan sejak 6 minggu yang lalu. Kuning dirasakan tetap dan tidak bertambah berat. Pasien juga mengeluhkan demam bersamaan dengan timbulnya kuning. Demam dirasakan terus menerus dan tidak terpengaruh oleh waktu. Demam dirasakan tidak disertai menggigil dan berkeringat. Pasien juga mengaku lemas dan merasa pucat. Pasien juga mengaku kehilangan nafsu makan dan terkadang mual. Pasien menyangkal adanya nyeri di perut dan ulu hati. Pasien juga mengaku buang air kecil seperti teh. Pasien menyangkal kencing berdarah, tertahan dan nyeri saat buang air kecil. Pasien juga menyangkal BAB berwarna dempul.Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mata dan badan kuning (-), kontak dengan penderita sakit kuning (-), transfusi darah (-), suntikan (-), cabut gigi (-), mengkonsumsi obat medis (-), mengkonsumsi alkohol (-). Riwayat demam berdarah (-).

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.Riwayat Penggunaan ObatPasien lupa obat yang pernah diminumRiwayat Kebiasaan Social

Pasien suka makan makanan diluar Riwayat Kehamilan

Ibu ANC teratur di bidan dan dokter spesialis. Ibu menderita hipertensi dalam kehamilan.Riwayat Persalinan

Pasien merupakan anak ke lima, lahir secara SC a/i PEB, BBL 4800 gr. langsung menangis dengan riwayat biru saat lahir (-)Riwayat Pemberian Makanan dan Tumbuh Kembang

0-6 bulan ASI 6 bulan-2 tahun ASI+MPASI

2 tahun hingga sekarang tim saring dan makanan keluarga

Riwayat Imunisasi

Imunisasi tidak lengkap, pasien mendapat imunisasi BCG dan DPT.2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran: Compos Mentis E4M6V5Nadi

: 148 x/iRR

: 52 x/menitSuhu: 36, 2oC

2.4 Data AntropometriBerat Badan: 14 KgTinggi Badan: 72 cm2.5 Status GiziStatus kronologis : 3 tahun 11 bulan 8 hariBB : 8 kgTB : 118 cmBB/U : Z SCORE 3 SDBB/TB : Z SCORE Bunyi Jantung II, reguler, bising (-)

Abdomen

Inspeksi

: simetris, distensi tidak dijumpai.Palpasi

: nyeri tekan (-) a/r epigastrium, defans muscular tidak

dijumpai

Hepar: tidak ada pembesaranLien: tidak ada pembesaranGinjal: Ballotement (-/-)

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi : peristaltik (+), kesan normalGenitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan Anus

Tidak dilakukan pemeriksaanEkstremitas

Pucat (-/-), udem (-/-), sianosis (-)

Kulit kemerahan dan terkelupas (-)2.4 ASSESMENTDiagnosis kerja BP berat + gizi buruk tipe marasmus+ Pasca diare2.5 TERAPI O2 2L / i via sungkop IVFD KAEN 3B Inj.Ampicilin 126 mg/6j Inj. Cefotaxim 210 mg/2j Paracetamol drip 100 mg/8jam

2.6 PLANNING Foto thorak AP EKG

Jika KU membaik (-) lakukan echocardiografi

Pemeriksaan Elektrolit, Pasang NGT

2.7 MONITORING

Pantau RR, BAK, CRT < 3 Pantau O2 Target > 95 %

Pasang NGT jika sesak bertambahHasil Pemeriksaan lab :

1. HB : 13,7 mg/dl2. HT : 41 %3. Eritrosit : 5,6.106/mm34. Leukosit : 21.103/mm35. Trombosit : 613.103U/L6. Hitung Jenis Leukosit : Eosinofil : 1% Basofil : 0 % Netrofil segmen : 76 % Limfosit : 20 % Monosit : 3 %

7. Elektrolit : Natrium : 146 mmol/L Kalium : 4,6 mmol/L klorida : 111 mmol/L8. Glukosa Darah Sewaktu : 82

9. Ginjal-Hipertensi

Ureum :17 mg/dl

Kreatinin 0,13 mg/dlPROGNOSIS

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanactionam

: dubia ad bonamTanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi

15 Juli 2014

H-0BB: 8 kg

PB: 118 cmLK : 46 cm

LILA : 10,5 cm

CATATAN

KU: BAB cair (+) sejak 4 hari yang lalu dalam 24jam,berisi ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB.KT : sesak nafas TANDA VITAL

N : 158 x/menit

RR : 46 x/menit

T : 35,8oC

PEMERIKSAAN FISIK :

Kepala: Normocephali, rambut normal Mata: Pucat (-/-) Ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : NCH (-), sekret (-)Mulut: mukosa bibir lembab (+), bibir sianosis (-)Leher: Pembesaran KGB (-)Thorak :

Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri

Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+), stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :

Inspeksi: Simetris, Distensi (-)

Palpasi : H/L/R tidak teraba Soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+)

Extremitas :

Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)CRT > 2ASSESSMENT:BP berat + Gizi buruk tipe marasmus + Diare AkutTERAPI : O2 5L / i via sungkop IVFD RL 15 gtt/i mikro Inj. Meropenem 300 mg/8jam Digoxin 2x0,045 mg pulv As.Folat 1x1 mg pulv Zink 1x20 mg pulv Resomal 100-200 cc/xMencret

Nebul ventolin 1 respul /6j Lacto B 2x1 suchet Multivitamin syr 1x cth 1 Diet susu LLM 100 cc/3j/NGT

Tanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi

15 Juli 2014

H-0

BB: 8 kg

PB: 118 cm

LK : 46 cm

LILA : 10,5 cm

CATATAN

KU: BAB cair (+) sejak 3 hari yang lalu dalam 24jam,berisi ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB, lendir (-),

darah (-)

TANDA VITAL

N : 152 x/menit

RR : 42 x/menit

T : 36,8oC

PEMERIKSAAN FISIK :

Kepala: Normocephali, rambut normal

Mata: Pucat (-/-) Ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : NCH (-), sekret (-)

Mulut: mukosa bibir lembab (+), bibir sianosis (-)

Leher: Pembesaran KGB (-)

Thorak :

Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri

Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+), stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :

Inspeksi: Simetris, Distensi (-)

Palpasi : H/L/R tidak teraba

Soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+)

Extremitas :

Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)

ASSESSMENT:BP berat + Gizi buruk tipe marasmus + Diare Akut

TERAPI : O2 5L / i via sungkop IVFD KAEN 3B 25 gtt/i mikro Inj. Meropenem 300 mg/8jam Digoxin 2x0,045 mg pulv As.Folat 1x1 mg pulv Zink 1x20 mg pulv Resomal 100-200 cc/x mencret Lacto B 2x1 suchet Multivitamin syr 1x cth 1 Nebul ventolon 1 respul /6j Diet susu LLM 100 cc/3j/NGT

Tanggal/Hari RawatanCatatanInstruksi

17 Juli 2014

BB: 8 kg

PB: 118 cm

LK : 46 cm

LILA : 10,5 cm

CATATAN

KU: BAB cair (+) sejak 3 hari yang lalu dalam 24jam,berisi ampas, banyaknya 1/3 aqua gelas setiap BAB, lendir (-),

darah (-)

TANDA VITAL

N : 142 x/menit

RR : 44 x/menit

T : 36,5oC

PEMERIKSAAN FISIK :

Kepala: Normocephali, rambut normal

Mata: Pucat (-/-) Ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : NCH (-), sekret (-)

Mulut: mukosa bibir lembab (+), bibir sianosis (-)

Leher: Pembesaran KGB (-)

Thorak :

Inspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi : SF kanan = SF kiri

Perkusi: tidak dilakukanAusk : Ves (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+), stridor (-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Abdomen :

Inspeksi: Simetris, Distensi (-)

Palpasi : H/L/R tidak teraba

Soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+)

Extremitas :

Pucat (-/-) sianosis (-/-) edema (-/-)CRT 10mL/kgbb/hari pada bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3 kali dalam sehari).4 Diare akut adalah diare kurang dari 7 hari.(1) Kriteria penilaian tingkat keparahan dehidrasi menggunakan kriteria World Health Organization (WHO), mencakup penilaian keadaan umum, mata cowong, air mata, mukosa mulut dan lidah, rasa haus, serta turgor kulit.(2) Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.(3).Pasien juga mengeluh sesak nafas yang tidak dipengaruhi oleh cuaca dan aktivitas. Saat sesak nafas pasien mengeluarkan bunyi mengi. Sesak nafas terjadi akibat adanya gangguan ventilasi dan pefusi pada paru atau disebut dengan ventilation perfusion missmatch. Gangguan tersebut terjadi akibat proses inflamasi pada parenkim paru yang menyebabkan penurunan volume paru secara fungsional. Hal ini dapat merangsang tubuh untuk melakukan kompensasi berupa peningkatan volume tidal dan meningkatkan frekuensi pernafasan kompensasi sehingga secara klinis dapat terlihat takipneu dan dispneu disertai dengan tanda-tanda inspiratory effort seperti nafas cuping hidungdan pengguna otot-otot bantu pernafasan.(5)Patogenesis dari diare dibagi menurut kemungkinan kelainan tinja yang timbul pada diare6,7,8 (1). Tinja cair (seperti air dan bening)

(2). Tinja lembek cair (seperti bubur tepung)

(3). Tinja berdarah dan berlendirBerdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat katagori, yaitu:

1. Diare tanpa dehidrasi

2. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 % dari berat badan.

3. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 6 10 % dari berat badan.

4. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 10 %73.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dengan nadi 158x/menit, laju pernafasan 46x/menit dan suhu 35,8OC.

3.3 Pemeriksaan PenunjangPada pasien ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan laboratorium sederhana, berupa pemeriksaan darah rutin, elektrolit dan gula darah sewaktu. Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, semua nilai yang diperoleh dalam batas normal.

3.4 DiagnosisPenegakan diagnosis untuk penyebab diare dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis yang perlu diperhatikan adalah, frekuensi BAB, volume, ada tidaknya lendir dan darah serta berbau amis ataupun tidak. Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda dehidrasi yang merupakan komplikasi dari diare. 3.5 Terapi

Pada kasus ini pasien tidak dehidrasi. Tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian cairan maintenance O2 5L / i via sungkop IVFD KAEN 3B 25 gtt/i mikro, Inj. Meropenem 300 mg/8jam, Digoxin 2x0,045 mg pulv, As.Folat 1x1 mg pulv, Zink 1x20 mg pulv , Resomal 100-200 cc/x mencret, Lacto B 2x1 suchet, Multivitamin syr 1x cth 1, nebul ventolin 1 respul/6jam, diet susu LLM 100 cc/3jam/NGT.Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE (lima Langkah Tuntaskan diare) yaitu:1. Rehidrasi menggunakan oralit osmoralitas rendah Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium Klorida (NaCl) kalium Klorida (KCL), sitrat dan glukosa. Manfaat oralit untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF merekomendasikan oralit dengan osmoralitas rendah. Berdasarkan penelitian, pemberian oralit dengan osmolaritas rendah pada penderita diare akan mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual muntah hingga 30% dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turutZink baik dan aman untuk pengobatan diare . berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and Adolescent Health and Depelopment, Word Health Organization manfaat zinc yaitu: lebih cepat sembuh hingga 20%, mengurangi resiko diare lebih dari 7 hari hingga 20%, mengurangi jumlah tinja, mengurangi diare berikutnya 2-3 bulan ke depan, mengobati serta mencegah diare berdarah. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat memberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.

Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kultt dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistem kekebalannya dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Selain itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih dan menigkatkan nafsu makan.3. Teruskan pemberian ASI dan makananMemberikan makanan kepada anak selama diare, sehingga akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh untuk mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang menderita diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan resiko terkena diare kembali., oleh karena itu perlu diperhatikan : 1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi 0-24 bulan), 2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering, sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut sejak bayi berumur 6 bulan, 3. Petugas kesehatan memberikan edukasi kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif, karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi, 4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.4. Antibiotik selektifJangan berikan antibiotik kecuali atas indikasi misalnya pada diare berdarah dan kolera. Pemberian antibiotik yang tidak tepat akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu flora usus.5. Edukasi kepada orang tua atau pengasuhNasehat atau edukasi diberikan kepada orang tua atau pengasuh bagaimana memberikan pengobatan dan pemberian makanan dirumah, dan segera kembali ke petugas kesehatan atau puskesmas bila terdapat tanda bahaya yang berupa demam, muntah berulang dan diare semakin kering.

BAB IV

KESIMPULAN

Diare akut pada anak merupakan perubahan kebiasaan buang air besar yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari pada bayi dan anak) dan/atau penurunan konsistensi feses (>3 kali dalam sehari).Diagnosis diare akut dapat ditegakkan dari anamnesis, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien dengan diare akut dapat diketahui adanya perubahan konsistensi tinja dimana kandungan air didalam tinja melebihi normal (10 ml/kgBB/hari). Pasien mengeluhkan berupa peningkatan frekuensi defekasi lebih dari

BAB VDAFTAR PUSTAKA1. Web A, Starr M. Acute gastroenteritis in children. Australian Fam Physician 2005;34:227-31.2. Management of the patient with cholera. World Healtd Organization Emerging and Other Communicable Disease, surveilance and control

3. Barkin RM. Fluid And Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis. Baston Little Brown and Company 1990 ; 20-23

4. Kemenkes RI.2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta. Kemenkes RI

5. Retro SA, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Surabaya : FK UNAIR RSU Dr.Soetomo Surabaya, Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan Anak ; 2006 6. Sunoto, Pendekatan diagnostik-etiologik diare akut. Dalam : Penanganan mutakhir beberapa penyakit gastrointestinal anak. Pendidikan tambahan Berkala IKA FKUI, Jakarta 30 September 10 Oktober 1988, 1-23.7. FKUI, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi ketiga , Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001, 127-1368. Lebenthal, Emanuel, Texbook of Gastroenterology and Nutrition in Infancy Second Edition, Raven Press,1185 Avenue of the Americas, New York 10036, 1989, chapter 27, 76, 77