BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANGLetak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
dibagian bawah kavum uteri. Letaksungsang terjadi dalam 3-4% dari
persalinanyang ada. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan
yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan yang terjadi pada minggu ke-32 dan terjadi pada
1-3%persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Ketuban pecah
dini atau spontaneous / early / premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.Data yang didapat di RSUD Kab bekasi diketahui bahwa pada tahun
2012 tercatat 1079 kelahiran dan dengan kelahiran sungsang sebanyak
6,2% kasus dan KPD 12%, lalu pada tahun 2013 hanya sampai sebatas
bulan agustus tercatat 650 kelahiran dan dengan kelahiran sungsang
sebanyak 6% kasus dan 12,8% dengan KPD.7
BAB II PEMBAHASANPERSALINAN LETAK SUNGSANG DAN KETUBAN PECAH
DINI
2.1 Definisi Letak SungsangLetak sungsang didefinisikan sebagai
letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(presentasi bokong)12.2 Klasifikasi Letak SungsangLetak sungsang
dibagi menjadi:1. Letak bokong murni(frank breech), yaitu hanya
bokong saja yang jadi bagian depan sedangkan kedua tungkai bawah
lurus ke atas.2. Letak bokong kaki(complete breech), yaitu
disamping bokong teraba kaki, baik teraba kedua kaki atau satu
kaki.3. Letak kaki(footling breech/incomplete breech), yaitu salah
satu atau kedua kaki terletak sebagai bagian yang terendah.
Gambar 3 macam presentasi bokong 12.3 Etiologi Persalinan Letak
Sungsang
Terjadinya presentasi bokong harus membuat kita waspada akan
adanya sesuatu menghalangi terjadinya presentasi kepala. Teori yang
digunakan sekarang adalah teori akomodasi, yaitu presentasi
belakang kepala merupakan hasil akomodasi janin yang berbentuk
ovoid sesuai dengan bentuk uterus. Pada kehamilan aterm akomodasi
bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada fundus
uteri. Oleh karena itu presentasi bokong terjadi apabila terdapat
gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus. Karena
berbagai sebab yang belum begitu jelas, menjelang kehamilan aterm,
kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi verteks, presentasi bokong umumnya terjadi pada
akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm 2.
Faktor predisposisi :1. Pelvis :yaitu bentuk pelvis yang
sempit.2. Akomodasi uterus:misalnya bikornu, uterus berseptum,
tumor pelvis, kelemahan dinding uterus, hidramnion3. Janin:yaitu
bentuk atau ukuran janin yang tidak sesuai dengan akomodasi uterus,
seperti prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus, kematian janin
intra uterin, trisomi kromosomal 18 dan 21 (sindrom down).4.
Plasenta: plasenta previa (1,2,3,4).
2.4 Diagnosis Letak Sungsang
SubyektifPasien pada kehamilannya mungkin akan merasakan bahwa
gerakan janin lebih terasa dibagian bawah perutnya dan beberapa
pasien mengeluh adanya rasa tekanan pada perut bagian atas akibat
tertekan oleh adanya janin
Pemeriksaan abdomenSecara klinis dapat di tegakkan diagnosis
presentasi bokong dengan cara pemeriksaan Leopold, yaitu : Leopold
I:didapatkan kepala janin yang bulat dan keras menempati fundus
uteri. Leopold II:didapatkan punggung janin pada satu sisi, bagian
kecil pada sisi lain. Leopold III:didapatkan bokong yang lunak
diatas pintu atas panggul.
Pemeriksaan luar dengan Palpasi Pemeriksaan DalamDiagnosis
presentasi bokong murni diperkuat dengan pemeriksaan vagina yaitu
dengan meraba, bagianbagian khusus. Tuberositas iskiadika, sakrum
maupun anus biasanya teraba, dan setelah turun lebih jauh,
genitalia eksterna dapat dibedakan(2). Pada presentasi bokong
lengkap, kaki dapat diraba disebelah bokong, sedangkan pada
presentasi kaki, letak salah satu kaki atau kedua kaki lebih rendah
dari bokong(2). Pemerikasaan UtrasonografiPresentasi bokong dapat
ditentukan dengan pemeriksaan USG. Ukuran kepala, diameter
biparietal, derajat fleksi janin, kelainan janin, jumlah air
ketuban, letak plasenta, kehamilan ganda, abnormalitas
uterus(2).
Pemeriksaan Computered Tomografi (CT Scan)Teknik
imaging/scanning ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
tentang tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi,
dan pengukuran panggul secara akurat.22.5 Penatalaksanaan
Persalinan Letak Sungsang1.Dalam KehamilanPada umur kehamilan 28 30
minggu, mencari penyebab letak sungsang yakni dengan USG ;seperti
plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus.Jika tidak ada kelainan pada hasil USG dilakukan knee chest
position jika tidak ada Kontra Indikasi. 2. Dalam Persalinan
Jenis Pimpinan persalinan sungsang PERSALINAN PERVAGINAM
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Persalinan
spontan (spontan bracht)Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga
ibu sendiri. Cara ini disebut cara bracht.Tahapan:1) Tahap pertama:
fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula
depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan
bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.2) Tahap kedua: fase
cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena fase ini kepala janin mulai masuk pintu
atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena
itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan. Bila mulutsudah lahir, janin dapat bernapas lewat
mulut.3) Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan
keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), kedunia luar
yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan
secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intrakranial.Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht 4 : (1)
Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan
vulva.(2) Ketika timbul his ibu disuruh mengejan. Pada waktu mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra
muskulus untuk merangsang rahim sehingga fase cepat dapat
diselesaikan dalam 2 his berikutnya.(3) Saat bokong membuka
dilakukan episiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara bracht yaitu kedau ibu jari penolong sejajar
sumbu panjang paha sedangkan jari jari lain memegang panggul.(4)
Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,segera kendorkan
tali pusat.(5) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
untuk mengikuti gerakan rotasi anterior dengan cara punggung janin
didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan.Bersamaan dengan dimulainya gerakan
hiperlordosis, asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus
uterus sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristellar ini
adalah: Agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi
fleksi. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus
dan kepala janin sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
(6) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, bahu dan lengan dan akhirnya kepala.4
b). Prosedur manual aid (partial breech extraction)Terdiri dari
3 tahapan :1. Tahapan pertama : Bokong sampai umbilikus lahir
secara spontan (pada frank breech) yang memakai tenaga ibu sendiri.
2. Tahapan kedua :lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong. Cara digunakan untuk melahirkan bahu dan lengan ialah
secara :a. Klasik (Deventer)b. Muellerc. Lovsetd. Bickenbach 3.
Tahapan ketiga : Lahirnya kepalaa. Mauriceau b. Prague terbalik
1) Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan
dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.2) Tahap kedua, Persalinan Bahu
: lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong
a. Klasik (Deventer)
i. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah
melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih luas (sakrum) baru kemudian melahirkan
lengan depan yang berada dibawah simfisis.
ii. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan di elevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
iii. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke
jalan lahir dan dengan jari tengah dan jari telunjuk menelusuri
bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.iv. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam
kebawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
v. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
vi. Bila lengan depan sukar dilahirkan maka harus diputar
menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir
dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga
kedua ibu jari penolong terletak di punggung dan sejajar dengan
sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran
di arahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak
dibelakang kemudian dilahirkan dengan teknik diatas.1,4
Gambar Klasik Manuverb.Persalinan bahu dengan cara Mueller
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis
melalui ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang
( depan sacrum ) Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah
Panggul
Gambar 1 (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada
bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan
untuk mengeluarkan lengan depanGambar 2 (kanan) Melahirkan lengan
belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan
kiri penolong)Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Mueller :1.
Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik.2. Dengan cara
pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin
sampai bahu depan lahir (gambar 1 ) dibawah arcus pubis dan
selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan
bagian bawah.3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan
kaki dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi
keatas (gambar 2),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah)
sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat
lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan
belakang anak (inset pada gambar 2) 1,4Keuntungan penggunaan tehnik
ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh
kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.c. Cara Lovset1.
Prinsip persalinan secara lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam
kebawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya
lahir dibawah simfisis. 2. Badan janin dipegang secara
femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan
janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar
kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran, demikian
seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak dibawah
simfisis dan lengan dapat dilahirkan.3. Bila lengan janin tidak
dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin ini dapat
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.4
Gambar . Tubuh janin dipegang dengan pegangan
femuropelvik.Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam
kebawah sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus
pubis dan dapat dilahirkan
Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800
kearah yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan
dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Gambar Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan
sehingga bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus
pubis dan dapat dilahirkan
d.Cara Bichkenbachs Prinsip persalinan secara Bickenbachs
merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.e.
Melahirkan lengan menunjuk (nucheal arm) Yang dimaksud lengan
menunjuk ialah bila salh satu lengan janin melingkar di belakang
leher dan menunjuk ke suatu arah.
Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin
dicengkram dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari
diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedang
jari-jari lain mencengkram dada. Badan anak diputar searah dengan
arah lengan menunjuk ke arah belakang (sakrum), sehingga lengan
tersebut terletak didepan dada dan menjadi lengan belakang.
Kemudian lengan ini dilahirkan dengan cara klasik. Bila lengan
depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang sama, hanya
cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada
dan jari lain mencengkram punggung.
f. Melahirkan lengan menjungkitYang dimaksud lengan menjungkit
ialah bila lengan dalam posisi lurus keatas disamping kepala. Cara
terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara
Lovset.
3. Tahap ke III. Persalinan Kepala (after coming
head)Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang
dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Cara Mouriceau ( Viet Smellie)
Gambar 9. Tehnik Mouriceaui. Tangan penolong yang sesuai dengan
muka janin dimasukkan kedalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan
ke dalam mulut dan jari telunjuk, jari keempat mencengkram fosa
kanina, sedang jari lain mencengkram leher. Badan anak diletakkan
diatas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkram leher
janin dari arah punggung.
ii. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam kebawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresi Kristellar. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkram
leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah
simfisis, kepala janin di elevasi keatas dengan subosiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hisung,
mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirlah seluruh kepala
janin.1,2. Cara Prague Terbalik Dilakukan bila occiput dibelakang
(dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap simfisis.Satu tangan
mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan
diatas telapak tangan tersebut.Tangan penolong lain memegang
pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan
traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak
mendekati perut ibu.Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak
dilahirkan.1
Gambar 10. Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik
c). Prosedur Ekstraksi SungsangYaitu janin dilahirkan sepenuhnya
dengan menggunakan tenaga penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan
jika ada indikasi seperti gawat janin, persalinan macet, tali pusat
menumbung.41) Teknik ekstraksi kaki3a. Tangan yang searah dengan
bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke dalam
jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang
didalam mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha
sampai lurur, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong
fundus uterus kebawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari
vagina sampai batas lutut.
b. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu
jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang betis. Dan
jari-jari lain didepan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin
ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.
c. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha
dan jari-jari lain didepan paha.
d. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke
atas sehingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter
telah lahir berarti bokong lahir.
e. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu,
maka akan lahir lebih dulu ialah trokhanter belakang dan untuk
melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam
kebawah.f. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin
selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelvik. Dengan pegangan
ini badan janin ditarik curam kebawah sampai pusar lahir.
g. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan
cara persalinan yang sama seperti manual aid.
2) Teknik ekstraksi bokonga. Ekstraksi bokong dilakukan jika
jenis letak sungsang adalah letak bokong murni, dan bokong sudah
berada di dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.b.
Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil
janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan
paha depan. Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikaitkan dan
ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka
tenaga penolong yang lain mencengkram pergelangan tangan tadi dan
turut menari curam kebawah.
c. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah
simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait
pelipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
d. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks,
kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.Penyulit
anak : 1. Sufokasi / aspirasi : Bila sebagian besar tubuh janin
sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan
gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang
janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.2. Asfiksia :Selain hal diatas, anoksia juga
disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat3. Trauma
intrakranial:Terjadi sebagai akibat : Panggul sempit Dilatasi
servik belum maksimal (after coming head) Persalinan kepala terlalu
cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)1,5.
4. Fraktura / dislokasi:Terjadi akibat persalinan sungsang
secara operatif Fraktura tulang kepala Fraktura humerus Fraktura
klavikula Fraktura femur Dislokasi bahu5. Paralisa nervus
brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan
pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan
traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan
lengan.Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam
cukup berat, maka perlu dilakukan evaluasi obstetric dengan teliti,
sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Bila sudah
diputuskan melahirkan janin pervaginam, maka penolong dituntut
untuk menguasai tehnik persalinan yang terampil. Cara persalinana
dengan ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan penyulit
janin yang sangat buruk, yaitu kematian janin lebih banyak
dibandingkan persalinan spontan. Oleh karena itu cara persalinan
ini sekarang sudah tidak dianjurkan lagi pada janin hidup. Kematian
perinatal pada letak sungsang dibanding letak belakang kepala rata
rata 5 kali lebih banyak1,4,5. Prosedur persalinan sungsang per
abdominam3:1) Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea
merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin.2) Beberapa
kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan bahwa letak sungsang
harus dilahirkan perabdominam, misalnya:a. Primigravida tuab. Nilai
sosial janin tinggi (high social value baby)c. Riwayat persalinan
yang burukd. Janin besar, lebih dari 3,5 kg 4 kge. Dicurigai,
adanya kesempitan panggulf. Prematuritas
3) Indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominam disebut indeks Zatuchini
dan Andros:
012
paritasprimiMulti
Umur kehamilan>39 minggu38 minggu3630 g3629-3176 g2 kali
Pembukaan serviks4cm
station5: dilahirkan pervaginam2.6 KomplikasiKomplikasi letak
sungsang: a. Morbiditas dan mortalitas bayi tinggib. Dapat
menurunkan IQ bayic. Komplikasi segera : Ibu, trias komplikasi:
Perdarahan Trauma persalinan Infeksi Bayi, trias komplikasi :
Perdarahan : intrakranial, asfiksia, dan aspirasi air ketuban
Infeksi pasca partum: meningitis dan infeksi lainnya. Trauma
persalinan: Kerusakan alat vital di daerah medula oblongata Trauma
ekstremitas: dislokasi persendian dan fraktura ekstremitas Trauma
alat visera: lever ruptura dan lien ruptura Kematian bayi karena:
Asfiksia berat Perdarahan intrakranial Infeksi
otak-meningitis.62.7. Prognosis letak sungsang
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan
prognosis pada letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering
terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak sungsang
lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang
primigravida. Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%,
jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak dengan
letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak
letak kepala. 3Penyebab kematian anak pada letak sungsang: 31.
Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga
panggul. Diduga, bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit setelah
tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.2. Pada letak
sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan
dengan cepat.3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena
tarikan badan anak.4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali
pusat menumbung, karena bagian depan anak kurang baik menutup
bagian bawah rahim.Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga
tinggi, karena mungkin terjadi fraktur dari humerus atau clavicula
pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau
tarikan pada pleksus brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan
cara Mauriceau.
BAB IIILAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIENIstri Suami
Nama: Ny. S WUmur: 30 tahun Pendidikan: SMAPekerjaan: IRTAgama:
Islam
Nama: Tn. LUmur: 40 TahunPendidikan :
SMAPekerjaan:WirausahaAgama: Islam
Alamat: Kp. Harapan Baru Rt 03 Rw 03, Cikarang KotaNo.RM:
537154Tanggal Masuk: 8 Juni 2014 jam 11.20
B. ANAMNESISDilakukan autoanamnesis pada pasien pada tanggal 8
Juni 2014 jam 11.20
Keluhan Utama :Keluar lendir bercampur darah sejak 4 jam
SMRS
Keluhan Tambahan : Tidak ada
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke VK RSUD Kabupaten
Bekasi jam 11.00 siang atas rujukan bidan dengan keluhan keluar
lendir bercampur darah sejak 4 jam SMRS. Sebelumnya pasien juga
pernah mengeluhkan keluar air-air 3 hari yang lalu sampai membasahi
pakaian bawahnya. Pasien memeriksakan hal tersebut ke bidan dan
dilakukan pemeriksaan USG, bidan mengatakan usia kehamilan antara
34-36 minggu, jumlah cairan ketuban sedikit dengan posisi bayi
masih dalam keadaan sungsang dan pasien disarankan sering
menungging oleh bidan. Pasien mengaku pemeriksaan rutin ke bidan
setiap 1 bulan sekali sejak bulan pertama kehamilan dan rajin
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan.
Riwayat penyakit dahulu :Penyakit darah tinggi, kencing manis,
jantung,paru, asma, alergi disangkal
Riwayat penyakit keluarga : Penyakit darah tinggi, kencing
manis, jantung, paru, asma, alergi disangkal
Riwayat menstruasi :Mens Pertama : 15 tahun Siklus : Teratur
setiap 1 bulan sekaliLama : 5-7 hari
Riwayat KB : KB suntik tiga bulan sejak lahir anak pertama 5
tahun yang lalu sekitar 3x. Setelah itu KB suntik setiap 1 bulan
sampai 2 tahun yang lalu.
Riwayat Obstetri: Paritas : G3 P2 A0 HPHT : 02 Oktober 2013 HPL
: 09 Juli 2014 Usia kehamilan: 35 minggu
No.Jenis KelaminJenis PersalinanPenolongUmur AnakBB lahir
1Perempuan NormalBidan Lahir meninggal1200 gram
2Laki-lakiNormalBidan3,5 tahun3300 gram
3HAMIL INI
C. PEMERIKSAAN FISIK1. Status generalisKeadaan umum:
baikKesadaran: compos mentisTekanan darah: 120/90 mmHgNadi: 80
x/menitSuhu: 36 oCPernafasan: 22 x/menitMata: Konjungtiva anemis
-/- ,sklera ikterik -/-Paru: SN Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing
-/-Jantung: BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Perut
yang simetris, bising usus (+), striae gravidarum (+)Ekstremitas:
Edema (-)
2. Status obstetria. Pemeriksaan luarTFU: 30 cmTBJ klinis: 155
gr x (29 cm-11) = 155 x 18 = 2.945 gramLeopold I: Teraba bagian
keras, bulat, simetris, melenting, kesan kepalaLeopold II: Teraba
bagian keras memanjang di sebelah kanan, kesan punggung di kanan
dan bagian kecil-kecil menonjol di sebelah kiri, kesan ekstremitas
di kiriLeopold III: Teraba bagian lunak, tidak melenting,
asimetris, kesan bokongHis : -DJJ: + Frekuensi: 145 x/menit,
regulerPunctum Maksimium: 2 jari di bawah umbilikus
b. Pemeriksaan dalam:
Vulva /Vagina: tidak ada kelaiananPortio: Tebal, lunakPembukaan
serviks: 2 cmSelaput ketuban : (+)Presentasi : Teraba bokong
murni
c. Score Zatuchni dan Andros : 4Pemeriksaan Laboratorium ( 8
Juni 2014)Jenis PemeriksaanHasil Nilai Rujukan
HematologiDarah Rutin Hb Hct Eritrosit Leukosit Trombosit
12,336,74,0811.400195.000
12 16 g/dL35-503,8 5,8 juta/L3500 10000/ L 150000 400000/ L
10 Juni 2014Jenis PemeriksaanHasil Nilai Rujukan
HematologiDarah Rutin Hb Hct Eritrosit Leukosit Trombosit
10,230,83,420.300198.000
12 16 g/dL35 50 %3,8 5,8 juta/L3500 10000/ L150000 400000/ L
Pemeriksaan Penunjang CTGFetal heart rate : 145 DPMBasal rate :
145 DPMHis : 20 x/m
D. DIAGNOSIS KERJAIbu: G3 P2 A0 parturient 35 minggu Kala I fase
laten dengan KPD + letak sungsang Janin: Janin tunggal hidup intra
uterin, dengan presentasi bokong murni, Djj : + 145 x/menit
reguler
E. RENCANA PENATALAKSANAAN Observasi tanda-tanda vital
Dexamethasone 2 x 2 amp selama 2 hari infus RL + bricasma 2 Amp 10
tpm Observasi BJA
F. CATATAN KEMAJUAN
Tanggal, Jam PemeriksaanTemuan Klinis dan Penatalaksanaan
8 Juni 2014Pukul 11.00
Pukul 11.20
Pukul 15.30
Pukul 19.30
Pukul 19.00
KALA IIPukul 19.50
Kala III20.10
Kala IVPukul 20.30
21.30
10 OKTOBER 2013PUKUL 05.50
PUKUL 12.15
S : Paisen mengeluhkan keluar lendir campur darah 4 jam SMRS,
sebelumnya pasien sempat keluar air-air 3 hari yang lalu.
Mules-mules (-). Hamil anak ke 3, tidak pernah keguguran. HPHT : 02
Oktober 2013O : KU : Baik Kes : CM TD : 120/90 mm Hg N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit Suhu : 36cPemeriksaan dalam V/v : t.a.k portio :
tebal, lunak Ketuban : + pembukaan : 2 cm Presentasi bokong Hodge
1A: G3 P2A0 parturient 34-36 minggu kala I fasen Laten dengan KPD +
letak sungsang P : Instruksi dr. Nandi SpOG- Observasi tanda-tanda
vital Dexamethasone 2 x 2 amp selama 2 hari infus RL + bricasma 2
Amp 10 tpm Observasi BJA
Memasang infus RL Memberikan dexamethason 2 amp
S : Pasien mengeluh mules tetapi masih jarangO : KU : baik Kes :
CMA: G3 P2A0 parturient 34-36 minggu kala I fasen Laten dengan KPD
+ letak sungsang P : Memasang infus RL + 2 amp bricasma 10 tpm
S : pasien mengatakan sudah tidak merasa mulesO : KU : Baik Kes
: CM TD : 140/100 mm Hg N : 84 x/menit RR : 20 x/menit Suhu :
36c
A: G3 P2A0 parturient 34-36 minggu kala I fasen Laten dengan KPD
+ letak sungsang P : - Memberikan nutrisi Pasien masih terpasang
infus RL + bricasma 2 amp S : Mules sering, ibu tampak kesakitan
beratO : Kes : CMA: G2 P1 A0 parturient 39 minggu kala I fasen
Laten dengan letak sungsang + KPDP : observasi kemajuan persalinan
Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan sebelum waktunya
S : Mules semakin sering, ibu mulai ingin mengedanO : Kes : CMVT
: Vulva /Vagina dalam batas normal, Pembukaan serviks: 7-8 cm,
Teraba bokong murni.A: G2 P1 A0 parturient 39 minggu kala I fase
Aktif dengan letak sungsang + KPDP: Menolong persalinan
S : Mules semakin sering , pasien sudah ingin mengedanO : Kes :
CMVT : Vulva /Vagina dalam batas normal, Pembukaan serviks lengkap
, Teraba bokong murni.Bayi lahir spontan dengan letak sungsang :
Melahirkan dengan teknik manual aid dan klasik. Bayi dengan jenis
kelamin laki-laki BBL : 2800 gram, PB : 48 cm, A/S : 6/7, Anus (+),
cacat (-)A: Partus normalP: Melakukan resusitasi, memotong tali
pusat Inj Synto 1 Amp IV, Mengosongkan kandung kemih Melahirkan
plasenta
S: Bayi sudah lahir dan perut ibu masih terasa mulasO: Ku : baik
TD: 100/70 mmHg N: 90x/menit R: 22x/menit Plasenta lahir spontan
lengkap dengan perdarahan 150cc, perineum ruptur grade II,
penjahitan robekan perineum, dan kontraksi uterus baik.A: P2 A0
Partus maturus kala IIIP: - Melakukan massage uterus dan melakukan
pengecekan kontraksi uterus . - Melakukan pengecekan robekan :
Robekan perineum ruptur grade II, Hecting 4 , luar dalam -Observasi
kala IV
S: Ibu merasa lemas dan mules sedikitO: Ku: Baik TD: 110/60mmHg
N: 81x/menit R: 22x/menit Kontraksi uterus baik Perdarahan
normal.A: Partus maturus kala IVP: - Mengobsevasi KU dan TTV -
Observasi kontraksi uterus - Observasi luka jahitan dan pantau
perdarahan
Observasi :S: Os mengaku tidak ada keluhan.O: KU : baik TD :
110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20x/menit S : 36 oC Kandung
kemih kosongKontraksi uterus : baik, 2 jari di bawah
umbilikusPerdarahan normalA: Partus maturus kala IVP: Observasi KU
dan TTV Observasi luka jahitan dan pantau perdarahan - Cefadroxil
500 mg 3x1 PCT 500 mg 3x1 Sulfous ferrous 2x1
Observasi NIFAS :S: Os mengaku tidak ada keluhan.O: KU : baik TD
: 110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20x/menit S : 36 oC Kontraksi
uterus : baik, 2 jari di bawah umbilikusPerdarahan normal, lokia
rubraA: P2 A0 Nifas hari ke I , partus maturus dengan manual aid
pada letak sungsangP: Observasi KU dan TTV Observasi luka jahitan
dan pantau perdarahan - Cefadroxil 500 mg 3x1 PCT 500 mg 3x1
Sulfous ferrous 2x1
Observasi :S: Pasien mengaku terkadang masih mules dan luka
jahitan masih terasa nyeri sedikit. Sudah bisa berjalan dan BAK ke
kamar mandi. Pasien ingin pulang.O: KU : baik TD : 110/70 mmHg Nadi
: 82 x/menit RR : 22x/menit S : 36,2 oC Kontraksi uterus : baik, 2
jari di bawah umbilikusPerdarahan normal, lokia rubraA: P2 A0 Nifas
hari ke I , partus maturus dengan manual aid pada letak sungsangP:
Pasien rencana pulang hari ini - Cefadroxil 500 mg 3x1 PCT 500 mg
3x1 Sulfous ferrous 2x1
BAB IVANALISIS KASUSPasien berumur 26 tahun, dengan G2 P1 A0
Gravida 39 minggu Inpartu kala I fase Laten dengan letak sungsang +
KPD yang ditentukan dari :
1. Suspek adanya Letak Sungsang berdasarkan :
a. Anamnesis Subjektif PasienPasien merasa gerakan janin lebih
terasa di perut bagian bawah.Menurut Kepustakaan didapatkan bahwa
:Biasanya pada kehamilan mungkin gerakan janin lebih terasa di
bagian bawah perutnya dan beberapa pasien mengeluh adanya rasa
tekanan pada perut bagian atas akibat tertekan oleh janin. 5b.
Pemeriksaan Leopold AbdomenLeopold I: Teraba bagian keras, bulat,
simetris, melenting, kesan kepalaLeopold II: Teraba bagian keras
memanjang di sebelah kiri, kesan punggung di kiri dan bagian
kecil-kecil menonjol di sebelah kanan, kesan ekstremitas di
kananLeopold III: Teraba bagian lunak, tidak melenting, asimetris,
kesan bokongLeopold IV: Belum ada bagian janin yang masuk PAP
c. Pemeriksaan DalamPada pemeriksaan dalam belum dapat diketahui
bagaimana presentasi dari janin, dikarenakan pembukaan serviks yang
masih 1 cm.
Menurut Kepustakaan :Diagnosis presentasi janin dapat dinilai
dari pemeriksaan dalam. Diagnosis presentasi bokong murni diperkuat
dengan pemeriksaan vagina yaitu dengan meraba, bagianbagian khusus.
Tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus biasanya teraba, dan
setelah turun lebih jauh, genitalia eksterna dapat dibedakan5. Pada
presentasi bokong lengkap, kaki dapat diraba disebelah bokong,
sedangkan pada presentasi kaki, letak salah satu kaki atau kedua
kaki lebih rendah dari bokong5.d. Penatalaksanaan Letak
SungsangUntuk menilai apakah pada kehamilan letak sungsang dapat
dilahirkan pervaginam atau per abdominam dapat dinilai dengan skor
indeks prognosis Zatuchni dan Andros. Dimana skor pada pasien ini
adalah 6 yang artinya dapat dilahirkan pervaginam. Walaupun
persalinan sungsang dengan perabdominam merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin.
Pada pasien ini juga dikontraindikasikan untuk dilakukan versi
luar. Dikarenakan pada pasien ini telah dicurigai adanya ketuban
pecah sebelum waktunya dimana hal tersebut merupakan kontraindikasi
dari versi luar.
Menurut Kepustakaan:Prosedur persalinan sungsang per
abdominam8:1. Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea
merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin.2. Beberapa
kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan bahwa letak sungsang
harus dilahirkan perabdominam, misalnya:a. Primigravida tuab. Nilai
sosial janin tinggi (high social value baby)c. Riwayat persalinan
yang burukd. Janin besar, lebih dari 3,5 kg 4 kge. Dicurigai,
adanya kesempitan panggulf. Prematuritas
3. Indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominam disebut indeks Zatuchini
dan Andros: 6012
paritasPrimiMulti
Umur kehamilan>39 minggu38 minggu3630 g3629-3176 g2 kali
Pembukaan serviks4cm
station5: dilahirkan pervaginam
32
Indikasi dilakukannya versi luar : 101. Letak lintang pada
kehamilan lebih dari 34 minggu2. Letak sungsang pada kehamilan
lebih dari 36 minggu
Syarat dilakukannya versi luar 1. Pada letak sungsang, bagian
terendah bayi masih dapat dimobilisasi2. Bunyi jantung janin baik3.
Ketuban belum pecah4. Pada persalinan, pembukaan serviks kurang
dari 3 cm
Kontraindikasi dilakukan versi luar 51. Kepala sudah masuk pintu
atas panggul2. Oligohidroamnion3. Plasenta previa4. Anomali
uterus5. Gestasi multipel6. Ketuban pecah sebelum waktunya.7.
Riwayat operasi pada uterus sebelumnya (miomektomi atau
metroplasti).8. Suspek malformasi kongenital atau abnormalitas
(IUGR)Komplikasi dilakukannya versi luar : 51. Solusio plasenta2.
Ruptura uteri3. Emboli cairan amnion4. Kelahiran preterm5. Gawat
janin6. Lilitan tali pusat7. Ketuban pecah
4. Suspek adanya Ketuban Pecah Dinia. AnamnesisPada kasus ini
Pasien mengeluh adanya cairan yang keluar sejak 9 jam SMRS. cairan
dirasakan keluar terus-menerus dan merembes. Cairan berwarna
bening, tidak ada darah maupun lendir. Pasien juga mengeluh adanya
mulas.Menurut Kepustakaan :Dari anamnesis 90% sudah dapat
mendiagnosa KPD secara benar. Penderita merasa basah pada vagina,
atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir, terus menerus atau tidak. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.b. Pemeriksaan
Inspeksi : Ditemukan adanya cairan yang merembes keluar melalui
vagina.Tanda-tanda Vital :Tekanan darah: 100/60 mmHgNadi: 84
x/menitSuhu: 36,5 oCPernafasan: 24 x/menitPemeriksaan Dalam:
ditemukan Selaput ketuban yang masih ada.Pemeriksaan Inspekulo :
Tidak dilakukanPemeriksaan Laboratorium: Tidak dilakukanTes Lakmus
: Tidak DilakukanTes Ferming: Tidak Dilakukan Menurut Kepustakaan
:Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1. AnamnesaPenderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, terus menerus
atau tidak. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna
keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan
belum ada pengeluaran lendir darah.Dari anamnesis 90% sudah dapat
mendiagnosa KPD secara benar.
2. Pemeriksaan fisikPeriksa tanda-tanda vital pasien yaitu
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu badan. Apakah
ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi cepat.
Inspeksi: Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum.Pemeriksaan inspekulo secara
steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap kecurigaan
KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum (OUE).
4. Pemeriksaan dalamDidapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina
dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang
bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yangnormal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi
sedikit mungkin.5. Pemeriksaan PenunjangCairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan
yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina.1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).yaitu dengan
memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang
sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan
bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH
cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin
pada mata pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina, jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
Gambar. Alat Tes Nitrazin2. Mikroskopik (tes ferning), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
Gambar. Tes Ferning
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus
KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion. a. Persalinan
sungsangPenyebab persalinan sungsang karena ANC yang kurang baik.
Pasien rutin memeriksakan kandungannya setiap 1 bulan sekali sejak
awal kehamilan sampai akhir kehamilan. Pasien mengetahui janin yang
ada dalam kandungannya sungsang sejak usia kehamilan 5 bulan, dan
disarankan menungging oleh bidan namun janin tidak berubah posisi
sampai minggu ke 37 tapi tidak ada tindak lanjut dari bidan untuk
merujuk ke RS. Selain itu pasien mendapat penanganan yang kurang
baik karena sering diurut didukun.Seharusnya untuk melakukan
pencegahan persalinan sungsang pada umur kehamilan 28-30 minggu
,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan USG; seperti
plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position.
Gambar posisi knee chest position
d. Penentuan Mekanisme Persalinan Pada pasien ini dilakukan
persalinan pervaginam berdasarkan penilaian sebagai berikut :
012
ParitasPrimigravidaMultigravida-
Taksiran Berat Janin>3630 g3629-3176 g39 minggu38 minggu<
37 minggu
Pernah letak sungsangTidak1 kali>2 kali
Pembukaan Serviks 4cm
Station