Top Banner
BAB I PENDAHULUAN I. Pendahuluan Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiella. 1,2 Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis 1
37

3.ISI furunkel.doc

Jan 27, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3.ISI furunkel.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan

Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering

dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-

ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu

Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram

negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,

Escherichia coli, dan Klebsiella.1,2

Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit

ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi

terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem

imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.

Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas

dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.3

Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya

Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia.

Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain

atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis

yang dapat mrti osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. Manipulasi pada

lesi akan mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi,

komplikasi tersebut jarang terjadi. 3

1

Page 2: 3.ISI furunkel.doc

Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan

pengobatan penyakit yang mendasari. Umumnya pasien sembuh dengan terapi

adekuat tersebut, namun ada beberapa pasien yang mengalami rekurensi yang

membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.3

II. Definisi

Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan

sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari

satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai

faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh

yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di

kulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.1,3 Karbunkel adalah

satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus

aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan

dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.4

Gambar 1. Furunkel. 5

2

Page 3: 3.ISI furunkel.doc

Gambar 2. Furunkulosis. 6

Gambar 3. Karbunkel 3

III. Sinonim

Furunkel dapat disebut juga sebagai bisul.3

IV. Epidemiologi

Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik

yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak-

anak, remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.2

3

Page 4: 3.ISI furunkel.doc

V. Etiologi

Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi,

tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor

yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya

Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat

melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi pasien. Furunkulosis dapat menjadi

kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,

diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan

diabetes mellitus.3

VI. Patogenesis

Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora

residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran

hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau

paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.

Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host

terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman

tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi

oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin

TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh

sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi

dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan

sel kulit yang mati. 3

Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari

penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat

4

Page 5: 3.ISI furunkel.doc

membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut.

Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata

bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah

melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi

rontok atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.

Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman

masuk ke dalam kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya

furunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan

hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen

yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis,

anemia, dan stres emosional.2

Gambar 4. Klasifikasi dari infeksi bakterial pada folikel rambut

VII. Gejala Klinis

Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut,

kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus

keluar dengan meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa macula

5

Page 6: 3.ISI furunkel.doc

eritematosa lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular setempat,

kemudian menjadi nodula lentikuler-numular berbentuk kerucut.4

Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di

hidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,

seperti panas badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan

dapat sering kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan,

pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat, dan daerah anogenital.7,8

Gambar 5. Furunkel pada belakang telinga. 9

VIII. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis,

pemeriksaan bakteriologi dari sekret.2

a. Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul

tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan

malaise.4

b. Pemeriksaan Fisik

Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi

setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal

6

Page 7: 3.ISI furunkel.doc

(single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk

lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan

dengan granulasi.8

c. Pemeriksaan Penunjang

Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari

furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan

lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang

dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram

S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif)

bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA

(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan

manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi

kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar

(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji

sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.3

Gambar 6. Gambaran Mikroskopik S.aureus dengan Pengecatan Gram.

7

Page 8: 3.ISI furunkel.doc

Gambar 7. Hasil Kultur S. aureus dalam Medium MSA.

Gambar 8. Hasil Kultur S.aureus dalam Medium Agar Darah

8

Page 9: 3.ISI furunkel.doc

IX. Diagnosis Banding

a. Kista Epidermal

Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal

yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat

dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu

atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa

banding ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya

pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan

penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak

sedap sedangkan pada furunkel mengeluarkan material purulen.6

b. Hidradenitis Suppurativa

Hidradenitis suppurativa (apokrinitis) sering membuat salah diagnosis

furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan

sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu

pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang

lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis

penyakit ini dan juga membedakannya dengan furunkel. 6

c. Sporotrikosis

Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang

berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri

tekan.2

d. Blastomikosis

Didapatkan benjolan multipel dengan beberapa pustula, daerah sekitarnya

melunak. 2

9

Page 10: 3.ISI furunkel.doc

e. Skrofuloderma

Biasanya berbentuk lonjong, livid, dan ditemukan jembatan-jembatan kulit

(skin bridges). 2

X. Penatalaksanaan

Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya

dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres

dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium

fusidat atau framycetine sulfat kassa steril. 2,4

Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib

diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik

diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan

sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.3

Tabel 1. Antibiotik Sistemik

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually

For 7 to 14 Days

Natural penicillins   

  Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days

  Penicillin G 600,000–1.2 million U IM qd for 7 days

  Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2

million units if 7 years, if compliance is a

problem

10

Page 11: 3.ISI furunkel.doc

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually

For 7 to 14 Days

Penicillinase-resistant penicillins   

  Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days

  Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days

  Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h

  Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h

Aminopenicillins   

  Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h

  Amoxicillin plus clavulanic acid

(Betha-lactamase inhibitor)

875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10

days

  Ampicillin 250–500 mg qid for 7–10 days

Cephalosporins   

  Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50

mg/kg per day (children) for 10 days

  Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50

mg/kg per day (children) for 10 days

  Cefaclor 250–500 mg q8h

  Cefprozil 250–500 mg q12h

  Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h

  Cefixime 200–400 mg q12–24h

11

Page 12: 3.ISI furunkel.doc

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually

For 7 to 14 Days

Erythromycin group   

  Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40

mg/kg per day (children) qid for 10 days

  Clarithromycin 500 mg bid for 10 days

  Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250

mg qd days 2–5

Clindamycin  150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15

mg/kg per day (children) qid for 10 days

Tetracylines   

  Minocycline 100 mg bid for 10 days

  Doxycycline 100 mg bid

  Tetracycline 250–500 mg qid

Miscellaneous agents   

  Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid

  Metronidazole 500 mg qid

  Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA)

dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah

tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk

golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada pasien yang

12

Page 13: 3.ISI furunkel.doc

alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang

alergi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin. 3

Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene

kulit harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat

diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang

mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan

adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi.2,4

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi

berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi.

Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih

komplek.2

Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren

● Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti

- Proses sistemik

- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat

kimia, minyak).

- Higiene yang buruk.

- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga

kontak seperti gulat, autoinokulasi.

- Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran

organisme ke tempat tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal

bervariasi : 10%-15% pada balita 1 tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada

dokter RS dan siswa militer.

● Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus

13

Page 14: 3.ISI furunkel.doc

pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun

adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung providone iodine atau

benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi

kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan

secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.

● Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus

digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada

seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat

menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya.

Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.

● Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren.

Kadang-kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh

pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu

dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,

idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan

istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program perawatan kulit.

● Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin

maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :

- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada

hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit,

sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara

intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan

lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70%

14

Page 15: 3.ISI furunkel.doc

pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap

mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep

asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat

pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan karier strain infeksius

S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian antibiotik anti-stafilokokus

peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti dengan beberapa

keberhasilan.

- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif

dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode

lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk

mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus berkelanjutan

dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang dengan pengobatan

lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat muncul dengan cepat

pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin bagi S.aureus

yang peka methicillin; trimethoprim-sulfametaxole, siprofloksasin, atau

minoksiklin bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk

mengurangi resistensi rifampin dan untuk mengobati furunkulosis rekuren.

XI. Prognosis

Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan

prognosis menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien

mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa

pasien mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain.

Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama pada pasien dengan penurunan

kekebalan tubuh.2

15

Page 16: 3.ISI furunkel.doc

BAB II

TINJAUAN KASUS

I. Identitas pasien

- Nama : An. NA

- Umur : 6 tahun, BB : 22 kg

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Agama : Islam

- Suku Bangsa : Jawa

- Alamat : Klampis Asri IV no 5

II. Anamnesis

- Keluhan Utama

Bisul di leher

- Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan

keluhan bisul kecil di hidung sejak 2 minggu yang lalu yang semakin lama

membesar dan nyeri serta kadang disertai gatal. Bisul tersebut sudah diberi salep

Gentamycin kemudian pecah mengeluarkan darah dan nanah sekitar 1 minggu

yang lalu. Tiga hari setalah bisul pertama, muncul bisul kedua yang lebih besar di

leher sebelah kanan. Bisul dirasakan semakin membesar, nyeri, dan gatal. Bisul

juga diolesi dengan salep yang sama. Pagi ini bisul mengeluarkan nanah dan

keluarga pasien memutuskan untuk berobat. Sebelum timbul bisul pasien sering

16

Page 17: 3.ISI furunkel.doc

menggaruk leher karena gatal terutama saat suhu panas dan berkeringat. Saat ini

pasien merasa lemas. Tidak ada bisul di tempat lain.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah terkena penyakit seperti ini sebelumnya

- Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini

- Ayah : alergi seafood gatal-gatal

- Ibu : alergi (-)

- Riwayat Psikososial

Pasien mandi 2 kali sehari dengan air PDAM. Tiap anggota keluarga,

menggunakan handuk pribadi tiap selesai mandi. Bak mandi dikuras seminggu 1

kali. Pasien senang bermain di luar rumah siang hari selama ±3 jam selepas

pulang sekolah dan kadang-kadang tidak memakai sandal serta lupa mencuci

tangan dan kaki. Baju yang dipakai bermain kadang dipakai lagi hingga tidur dan

digunakan lagi esok hari.

- Riwayat Alergi

Alergi obat, makanan, debu, perubahan suhu disangkal

III. Pemeriksaan Fisik

● Status Generalis

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaraan : Compos Mentis

- Vital sign : Dalam Batas Normal

-BB : 22 kg

17

Page 18: 3.ISI furunkel.doc

- Kepala : Lihat status dermatologis

- Leher : Dalam Batas Normal

- Thorax : Dalam Batas Normal

- Abdomen : Dalam Batas Normal

- Ekstermitas : Dalam Batas Normal

18

Page 19: 3.ISI furunkel.doc

● Status Dermatologi

Pada regio colli dextra tampak nodul eritematosa, berbatas tidak tegas, dan

di tengahnya terdapat pustula dan central necrotic plug, dengan jumlah satu

ukuran diameter 2 cm, berbentuk seperti kubah.

19

Page 20: 3.ISI furunkel.doc

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

V. Resume

Anak perempuan 6 tahun dengan bisul di hidung sejak 2 minggu yang lalu

semakin lama membesar dan nyeri serta kadang disertai gatal, tiga hari kemudian

timbul bisul kedua di leher. Sudah diobati dengan salep Garamycin, bisul pertama

keluar nanah dan mengempis, bisul kedua tidak membaik, pagi ini keluar nanah.

Sebelum timbul bisul pasien sering menggaruk leher karena gatal terutama saat

suhu panas dan berkeringat. Tidak ada bisul di tempat lain. Saat ini pasien merasa

lemas.

Pemeriksaan fisik didapatkan pada regio colli dextra tampak nodul

eritematosa, berbatas tidak tegas, dan di tengahnya terdapat pustula dan central

necrotic plug, dengan jumlah satu, ukuran diameter 2 cm, berbentuk seperti

kubah.

VI. Diagnosis

Furunkel

VII. Diagnosis Banding

Tidak ada diagnosis banding

VIII. Planning

● Planning

- Terapi

Sistemik : Sirup Eritromisin 4x1 sendok takar

Topikal : Salep Garamycin

-Monitoring

20

Page 21: 3.ISI furunkel.doc

a) Lesi pada kulit

b) Rasa gatal dan nyeri

-Edukasi

a) Kebersihan kulit harus dijaga dan ditingkatkan

b) Hindari menggaruk di daerah lesi

IX. Prognosa

Prognosis baik bila terapi dilakukan secara adekuat dan mengatasi serta

mengeliminasi faktor predisposisi.

21

Page 22: 3.ISI furunkel.doc

BAB III

PEMBAHASAN

IDENTITAS PASIEN

Pada kasus ini, pasien An. MZA usia 6 tahun tinggal di Surabaya. Hal ini

sesuai dengan literatur bahwa furunkel umumnya terjadi pada anak-anak, remaja,

sampai dewasa muda. Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh

karena iritasi, tekanan, gesekan, hiperhideosis, dermatitis, dermatofitosis, dan

beberapa faktor lain sehingga kerusakan kulit tersebut dapat menjadi jalan

masuknya Staphilococcus aureus. Penularan dapat melalui kontak atau

autoinokulasi dari lesi pasien. 2,3

ANAMNESIS dan PEMERIKSAAN FISIK

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan

keluhan bisul kecil di hidung sejak 2 minggu yang lalu yang semakin lama

membesar dan nyeri serta kadang disertai gatal. Bisul tersebut sudah diberi salep

Gentamycin kemudian pecah mengeluarkan darah dan nanah sekitar 1 minggu

yang lalu. Tiga hari setelah bisul pertama, muncul bisul kedua yang lebih besar di

leher sebelah kanan. Bisul dirasakan semakin membesar, nyeri, dan gatal. Bisul

juga diolesi dengan salep yang sama. Pagi ini bisul mengeluarkan nanah dan

keluarga pasien memutuskan untuk berobat. Sebelum timbul bisul pasien sering

menggaruk leher karena gatal terutama saat suhu panas dan berkeringat. Tidak ada

bisul di tempat lain.

22

Page 23: 3.ISI furunkel.doc

Pemeriksaan fisik untuk status dermatologis didapatkan pada regio colli

dextra tampak nodul eritematosa, berbatas tidak tegas, dan di tengahnya terdapat

pustula dan central necrotic plug, dengan jumlah satu, ukuran diameter 2 cm,

berbentuk seperti kubah. Effloresensi lesi pada kulit pasien sesuai dengan

effloresensi suatu furunkel, yang berupa nodul eritematous berbentuk kerucut,

berbatas tidak tegas, dimana pada bagian tengahnya akan dijumpai adanya puncak

(core) yang biasanya berupa pustul (central necrotic).

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa predileksi

terbesar penyakit ini adalah wajah, leher, ketiak, pantat, atau paha. Perjalanan

penyakit dimulai dengan munculnya nodul dengan diameter 1-2 cm disertai rasa

nyeri yang mula-mula berupa infiltrat kecil dan dalam waktu singkat membesar

kemudian membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut. Nodul tadi akan

melunak (supurasi) menjadi abses. Demikian halnya dengan bisul kecil yang

muncul di hidung oleh kaena peradangan, kemudian menjadi pustula dan

selanjutnya mengalami nekrosis serta sembuh setelah pus keluar.2

DIAGNOSIS

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil diagnosis yaitu

furunkel. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan, meliputi:

pemeriksaan gram, darah lengkap, pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas. Pada

pasien, tidak dikerjakan pemeriksaan penunjang karena dilakukan pada kasus-

kasus dengan manifestasi klinis yang berat atau kasus-kasus rekuren.

PENATALAKSANAAN

Pasien mendapat terapi medikamentosa berupa sirup Eritromisin 4x1

sendok takar dan terapi topikal salep Garamycin. Pemberian terapi ini sudah

23

Page 24: 3.ISI furunkel.doc

sesuai dengan teori, dimana jika lesi kulit sudah terbentuk pus perlu diberikan

juga antibiotik sistemik untuk mempercepat resolusi penyembuhan, disamping

antibiotik topical untuk mencegah terjadinya furunkulosis sekunder. Terapi

diberikan untuk jangka waktu 5 hari, sesudah itu pasien dianjurkan untuk kontrol

kembali agar dapat dievaluasi respon pengobatannya.

Dalam kasus ini, pasien harus diberi edukasi berupa menghindari

menyentuh daerah luka terlalu sering apalagi menggaruk serta menjaga kebersihan

kulit seperti mengganti baju yang digunakan bermain, mencuci tangan dan kaki

sehabis bermain. Hal ini sesuai literatur yang mengatakan bahwa salah satu faktor

predisposisi pioderma atau infeksi bakteri adalah higiene yang kurang sehigga

pasien harus benar-benar memperhatikan kebersihan dirinya.

Masalah utama dari suatu furunkel, furunkulosis dan karbunkel adalah

risiko terjadinya bakteremia serta rekurensi. Pada pasien dapat terjadi risiko

rekurensi karena kurangnya menjaga higienitas sehingga ditekankan untuk lebih

menjaga kebersihan diri. Pasien sudah mendapat terapi yang adekuat agar terjadi

resolusi serta untuk mencegah berkembangnya infeksi lokal ini menjadi suatu

bacteremia. Berdasarkan analisa tersebut, prognosis penyakit pasien ini tergolong

baik.

24

Page 25: 3.ISI furunkel.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus furunkel pada anak permpuan, 6 tahun. Diagnosis

ditegakkan berdasar anamnesis bisul di hidung sejak 2 minggu yang lalu semakin

lama membesar dan nyeri serta kadang disertai gatal, tiga hari kemudian timbul

bisul kedua, keduanya mengeluarkan nanah. Pemeriksaan fisik untuk status

dermatologis didapatkan pada regio colli dextra tampak nodul eritematosa,

berbatas tidak tegas, dan di tengahnya terdapat pustula dan central necrotic plug,

dengan jumlah satu, ukuran diameter 2 cm, berbentuk seperti kubah.

Pasien mendapat terapi medikamentosa sistemik untuk mempercepat

resolusi penyembuhan berupa sirup Eritromisin 4x1 sendok takar dan terapi

topikal untuk mencegah terjadinya furunkulosis sekunder salep Garamycin.

Pada pasien dapat terjadi risiko rekurensi karena kurangnya menjaga

higienitas sehingga ditekankan untuk lebih menjaga kebersihan diri. Pasien sudah

mendapat terapi yang adekuat agar terjadi resolusi serta untuk mencegah

berkembangnya infeksi lokal ini menjadi suatu bacteremia. Berdasarkan analisa

tersebut, prognosis penyakit pasien ini tergolong baik.

Masalah utama dari furunkel adalah bakteremia dan infeksi yang rekuren.

Lesi yang terdapat disekitar mulut dan hidung dapat menyebar ke dalam darah

melalui vena emisari angular dan fasial, yang akan bermuara ke sinus kavernosus

selanjutnya dapat menimbulkan infeksi seperti: osteomyelitis, endokarditis akut,

hingga abses otak. Tindakan memanipulasi lesi berbahaya, karena dapat

meningkatkan risiko terjadinya bakteremia. Furunkulosis yang berulang perlu

digali sejumlah faktor predisposisi, misalnya diabetes mellitus di keluarga.

25

Page 26: 3.ISI furunkel.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.

2. Abdullah, Benny. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan

Kasus di Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU

Haji.Surabaya. 2009. hal 113-115.

3. Timothy G. Bacterial Infection. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill

Companies. 2008. pp 1689-1702.

4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran

Unair. 2005. Hal 29-32.

5. Sterry, Wolfram et al. Bacterial Desease. In: Thieme Clinical

Companions Dermatology. 5th edition. New York: Georg Thieme Veriag.

2006. pp 73-75.

6. http://www.dermis.net/dermisroot/en/26832/image.htm diakses pada

tanggal 12 Juli 2014.

7. Murtiastutik Dwi (editor), dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

ke-2 Cetakan kedua. Surabaya: Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK

UNAIR/RSUD dr.Soetomo. 2010. Hal 30-32.

8. Cohen P.R et al. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews

Disease of The Skin: Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphia: W.B.

Saunders Company. 2006. pp 253-254

26

Page 27: 3.ISI furunkel.doc

9. Ray J. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fifth Edition.

London: BMJ Publishing Group Ltd. 2008. pp 90.

27