Top Banner

of 38

Isi modul 3

Jul 07, 2018

Download

Documents

Ainul Yaqien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Isi modul 3

    1/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 53

    1.1. 

    Sub Kompetensi

    Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan:

      Memahami peta ruang lingkup ajaran Islam

      Mendeskripsikan ciri-ciri akidah, syari’ah dan akhlaq yang benar  

      Mempraktikkan akidah, syari’ah dan akhlaq yang benar  

      Memahami hirarki sumber ajaran Islam

      Menjelaskan kedudukan al-Qur’an, al-Hadits dan ijtihad

      Menjelaskan fungsi al-Qur’an, al-Hadits dan Ijtihad

    1.2.  Uraian Materi

    A.  RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

     ل  ان ل  ه  سّ   ازر  و   ا ص 

    ا ة ل ن     

    َن   ْل  ام ل ام    ؤ و  رو   و و  و    ؤ  نَ ان 

    م رن ل  ان ل  ْو و ا ي اة 

    ؤد و ةا   و  ش ك     ا و

     

     

     

     ل

    ْ

    ا

     

     ل

     ا

     

     ل

     اك

     

     اه

     

     

     ن

     اه

     

     ا

     

     ن

    َ

     خ  ن ْا   ْا   ا ةر لو ذا   و ر ا ت ذا و  طاشَ   ك  وخ ا

     و   ا ص 

    ا     ا     {ا  ه  ا ن}ل   دَ    ا

     د سّا        ا  ل   وا ش   هودر ) ق)

    Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul

    kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya:

    "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman

    kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-

     Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam

    itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak

    menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang

    diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan

    itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah

    melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis

    salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    2/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 54

    menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan

    terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para

     penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama

    lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi shallallahu

    'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat"

    (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi

    wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka

     Nabi bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama

    mereka." (H. R. Bukhari-Muslim)

    Hadits tersebut menggambarkan dialog yang mendalam antara Nabi Saw.

    dengan malaikat Jibril (dalam redaksi lain disebut dengan tegas), tentang

     pokok- pokok ajaran Islam yang meliputi akidah, syari’ah dan akhlaq.

    1.  Akidah

    Akidah secara bahasa disadur dari istilah bahasa Arab (ة 

    يد

     

    ع

     ), yang berasal

    dari kata al-‘aqdu  (د

     

    ع ا

    ) yang berarti ikatan, al-tauthiq  (يق و ال

    ) yang berarti

    kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu (م

     

    حك

    ) yang artinya

    mengokohkan (menetapkan), dan al-rabtu bi quwwah (الربط

     وة

    ) yang berarti

    mengikat dengan kuat. Dengan demikian akidah bisa dipahami sebagai ajaran

    Islam yang menyangkut persoalan-persoalan keyakinan, yang mengikat

    antara hamba (manusia) dengan Allah Swt. sementara secara istilah akidah

    adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat

     jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari keragu-raguan. Di

    dalam al-Qur’an istilah yang menunjukkan definisi ini , dan memang lebih

     banyak dipakai, adalah istilah iman.

    أ

    نمآ

    نمآ

    ا

       

      

    ا

       

    ي  أم   م      م         

       ع[س/136]

    “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada

    Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    3/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 55

     barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-

     Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh- jauhnya”. 

    Pada dasarnya, akidah Islam merupakan landasan bagi tegaknya pola pikir

    dan pola sikap umat Islam. Keimanan yang kuat kepada Allah, malaikat, nabi,

    kitab-nYa, hari akhir dan takdir-Nya merupakan pondasi yang kokoh bagi

    kehidupan seorang Muslim. Bagaimana seseorang akan dapat mengerjakan

    satu amalan kebaikan yang ikhlas jika ia tidak benar-benar yakin bahwa Allah

    Maha Adil, Maha Menghitung dan membalas amalan manusia. Dan

     bagaimana mungkin seseorang akan mengerjakan sesuatu yang baik secara

    konsisten dan disiplin bila dia tidak yakin tentang keberadaan malaikat yangsenantiasa mencatat amal-amalnya, baik atau buruk, kecil atau besar.

    Bagaimana mungkin seseorang akan dapat menjalankan agamanya dengan

     baik dan benar tanpa seorang pemandu atau pemberi contoh yang mewujud

    dalam diri nabi. Begitu seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang

     pegawai atau pekerja harus memiliki keyakinan yang besar terhadap pemilik

     perusahaan yang menjadi tempatnya bekerja, termasuk keyakinan tentang

     baiknya kinerja staf-staf di bawahnya, atau keyakinan tentang kemampuan

     bos untuk mengelola, mengatur, mebayar gaji, memberi fasilitas dan

    seterusnya. Keyakinan akan hal seperti ini penting untuk bisa menentukan

    kehandalan serta etos kerja sang pegawai. Semakin besar kepercayaan

     pegawai terhadap perusahaan tempatnya bekerja serta kebaikan-kebaikan

    yang akan ia peroleh darinya, atau sebaliknya punishment  yang akan ia terima

     jika ia malas bekerja, maka akan semakin baik pula kinerja seorang pegawai.

    Demikian sebaliknya.

    Karenanya di dalam Islam akidah haruslah benar, tidak tercampur dengan

    syirik dan tertanam secara kuat. Kalau tidak, maka dia tidak akan

    membuahkan apapun. 

     أ   ا  م         صأ 

     

     س

    *   أ   ا  م

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    4/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 56

    ن

       ع

     *  م           م

     

     

    مم

     [ه

    إ

    /42-26]

    Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat

    yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke

    langit,

    Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah

    membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

    Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut

    dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

    Akidah Islam biasa disebut dengan akidah tauhid, di mana lawannya adalah

    akidah syirik. Pembahasan secara lebih ekstensif tentang permasalahan ini

    sudah dipaparkan di modul 1. Yang paling penting digarisbawahi adalah

    kedudukan akidah di dalam ajaran Islam, yakni sebagai media tumbuhnya

    amal kebajikan; atau seperti pondasi bagi berdirinya sebuah bangunan. Subur-

    tidaknya satu tanaman (baca: amal kebaikan), atau kokoh tidaknya sebuah

     bangunan ditentukan oleh kualitas media atau pondasinya.

    2.  Syari’ah 

    Secara bahasa syari’ah  (شريعة)  memiliki dua kemungkinan arti. Pertama,  ia

     berarti “jalan yang lurus”. Sebagaimana firman Allah: 

    ن ع عممع        ء أه   ع

    [

     

    /18]

    Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama

    itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak

    Mengetahui.

    Maknanya janganlah mengikuti jalan yang menyimpang, yakni jalan orang-

    orang yang tidak memiliki pengetahuan.

    Kedua , berarti jalan tempat keluarnya air yang dipakai manusia untuk

    memberi minum hewan ternak mereka. Sehingga ada ungkapan Arab:

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    5/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 57

    ا

     ش

     وردت

     إذا

     ا

     ش

    “onta itu mulai (minum) jika ada tempat keluar air” 

    Sementara secara istilah ada yang memaknai syari’ah sebagai “segala yangdiatur (dibuatkan jalannya) oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya, baik

    meliputi akidah, ibadah, akhlaq persoalan- persoalan mu’amalah, serta sistem

    hidup dalam semua aspeknya, untuk mengatur hubungan manusia dengan

    Tuhan mereka, hubungan manusia dengan sesamanya, dan untuk

    mewujudkan kebahagiaan manusia di dunia maupun akhirat”. 

     لا إو سا  فو اظم شؤون اة 

    Ada pula yang memaknai syari’ah sebagai penataan berbagai aspek

    kehidupan, pengelolaan kemaslahatan masyarakat dan penegakan keadilan di

    antara mereka.

    Definisi yang pertama mengisyaratkan bahwa syari’ah memiliki makna yang

    sangat luas. Ia adalah ajaran agama Islam itu sendiri. Tata nilai yang

    mengatur segala urusan manusia baik menyangkut keyakinan, ibadah,

    muamalah maupun akhlaq. Syari’ah adalah jalan hidup umat Islam. Namun

    dalam perkembangan khazanah intelektual Islam, syariah mengalami

     pematangan konsep sebagai tata nilai yang mengatur segala aspek amaliyah

    umat Islam. Syari’ah berkonotasi sebagai jalan hidup yang praktis. Shalat,

     puasa, zakat dan haji adalah bagian syari’ah  (ajaran praktis Islam). Seperti

     juga hidup bersih, disiplin, tertib, kerja keras, membantu orang lain,

     berbisnis, bertetangga yang baik, toleransi, adil juga syaria’at Islam. Konsepsi

    inilah yang terkandung di dalam definisi kedua. Meski adapula pemaknaan

    syari’ah yang bersifat peyoratif. Syari’ah dimaknai hanya sebagai hukumhadd   (hukum dera, qishas, rajam dan potong tangan). Pemaknaan ketiga ini

    tentu saja hanya akan mengkerdilkan ajaran Islam dan menampilkan kesan

    yang menakutkan bagi masyarakat karena bersifat parsial.

    Di dalam al-Qur’an kata syari’ah  dan derivasinya hanya disebut tiga kali,

    yakni:

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    6/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 58

    ن

     ع

     ع م

    م

    ع

      

          ء

    أه

      ع

    [

     

    /18] 

    ن أ  ا       م    ما   

    ن   ء     أ            م ء أه

     م

      

       ن

     ع

       من

     م

    ء

        ع

     

     أم

     

           م

     

     آ

       

     

      

        عمع ج    ن    ن       [ ئ /48]

     

       م

    صم

     

    ن

     أ

      م

    ن

     ص

      ه

    م

    س

    أ

      أ

            

        

    م

        

         مء

          م

     ن

    [

     

    /13

    ]

    Ketiga ayat tersebut menggunakan kata syari’ah untuk menunjuk makna jalan

    hidup dalam konteks umum. Jalan hidup yang diberikan oleh Allah dengan

     prinsip-prinsip yang sama, antara apa yang diterima oleh Nabi Nuh, Ibrahim,

    Musa, Isa maupun yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    7/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 59

    Atas dasar itulah maka makna syari’ah sebagai tata nilai Islam yang mengatur

    aspek amaliyah umat Islam lebih relevan dipakai dalam pembahasan bab ini.

    Dalam konteks ini, syari’ah bisa dibedakan menjadi dua hal: 

    a. 

    Ibadah; adalah segala usaha pendekatan diri kepada Allah, dengan

    menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta mengerjakan yang

    diijinkan-Nya. Ibadah sendiri biasa dibagi menjadi dua. Pertama, ibadah

    mahdhah, yakni ibadah yang segala aturan, tata cara, waktu dan tempat

     pelaksanaannya telah ditentukan oleh  syari’   (Allah dan Rasul-Nya). Dalam

    hal ini manusia hanya tinggal melaksanakan dan tidak diberi keleluasaan

    untuk mengembangkannya. Contohnya adalah ibadah shalat, puasa, zakat dan

    haji. Kedua, ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah yang dikerjakan menurut

     prinsip-prinsip umum yang diajarkan oleh agama Islam, seperti membantu

    orang lain, bersedekah, menuntut ilmu, bekerja untuk menafkahi keluarga dan

    lain sebagainya. Dalam hal ini bisa muncul perubahan-perubahan dalam

     bentuk pelaksanaan ibadah. Membantu orang bisa dengan cara yang

     bermacam-macam, begitu pula dalam bersedekah. Demikian seterusnya.

    Yang patut dicatat tentang pelaksanaan ibadah adalah niat serta kesesuaian

     pelaksanaannya dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan di dalam al-

    Qur’an dan al-Hadits. Ketentuan tersebut boleh jadi rinci manakala terkait

    dengan ibadah mahdhah, dan bisa pula bersifat umum jika berkenaan dengan

    ibadah ghairu mahdhah.

     b.  Mu’amalah; adalah ajaran Islam yang mengatur segala urusan manusia

    dengan manusia (hubungan sosial), maupun urusan yang menyangkut perkara

    dunia. Termasuk dalam kategori ini adalah perkara bisnis, utang-piutang,

    mengembangkan seni budaya, teknologi, berpolitik dan lain sebagainya.Urusan mu’amalah juga cenderung megalami perubahan-perubahan dalam

     bentuk-bentuk dan macam-macam kegiatannya.

    3.  Akhlaq

    Kataخق

    (akhlaq) merupakan bentuk  jama’   ( plural ) dariق خ

      (khuluq),

    yang secara sederhana bermakna keadaan batiniyah manusia atau karakter,

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    8/38

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    9/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 61

    Al-Qur’an menggambarkan tentang akhlaq sebagai bagian yang tak

    terpisahkan dari dua pokok ajaran Islam sebelumnya, akidah dan syari’ah.

    Akhlaq adalah buah yang muncul dari pohon dan akar yang tertentu. Jika

    akar dan pohonya baik, maka baik pula buahnya. Namun jika yang terjadi

    adalah sebaliknya, maka buah yang baik tidak akan pernah muncul:

     أ   ا  م         صأ 

     

     س

    *   أ   ا  م

     ن

       ع

     *  م

               

    م

      مم [هإ/42-26]

    Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat

    yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke

    langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.

    Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu

    ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang Telah

    dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)

    sedikitpun.

    B.  SUMBER DAN DASAR AJARAN ISLAM

    Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber berarti tempat keluar atau

    asal (munculnya) sesuatu1. Maka sumber ajaran Islam berarti asal atau tempat

    ajaran Islam itu diambil. Karenanya dapat dipahami pula bahwa ajaran Islam

     berasal dari sesuatu yang dapat digali, dan kemudian dipergunakan untuk

    menjalankan ajaran Islam dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan

    dan tantangan yang dihadapi umat Islam. Sebaliknya, setiap perilaku dan sikap

    umat Islam, baik individu maupun secara kelompok harus dilakukan

     berdasarkan sumber tersebut. Dengan demikian sumber ajaran Islam berfungsi

     pula sebagai dasar ajaran Islam. Sebagai dasar, sumber itu menjadi landasan

    1

     Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1387.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    10/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 62

    semua pemikiran, perilaku dan tindakan umat Islam, dan sekaligus sebagai

    referensi, tempat konsultasi dan tolak ukurnya.2 

    Sebagian besar umat Islam sepakat berpendapat bahwa sumber dan dasar

    ajaran Islam adalah al-Qur’an, al-Hadits dan Ijtihad. Kesepakatan itu muncul

    dari petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh al-Qur’an dan al-Hadits, misalnya:

    أ  ن     ا    أن

    ن    

    Sesungguhnya kami telah menurunkan k itab kepadamu dengan membawa

    kebenaran, supaya kamu mengadil i antara manusia dengan apa yang telah

    Al lah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang

    yang tidak bersalah) karena (membela) orang-orang yang khi anat . (Q.S. al-

    Nisa’ 105) 

    أ أء أأه

     نعمأ أ

     أ ع من

    Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menu rut apa

    yang ditur unkan al lah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.

    Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak

    memalingkan kamu dari sebagian apa yang ditur unkan allah padamu . (Q.S.

    al-Maidah 49)

    Ayat di atas dengan tegas memerintahkan Nabi Muhammad Saw., termasuk

     pula di dalamnya umat Islam, untuk menjadikan kitab Allah (al-Qur’an)

    sebagai dasar dalam mengatur urusan manusia.

    2 Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantara Studi Islam (Surabaya: IAIN

    Sunan Ampel Press, 2006), 12.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    11/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 63

    Sementara tentang kedudukan al-Hadits sebagai sumber dan dasar ajaran Islam

    kedua setelah al-Qur’an da pat dirujuk pada dalil-dalil berikut:

    م نموآ

    [

    /7]

    Artinya:

    ..dan apa-apa yang disampaikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa-apa

    yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah...

    ب       ا    َ    ل و   ا ص ا لر نَ

     

     

    ّ

    و

     ا

    Bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Aku tinggalkan kepadamu dua

    perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada

    keduanya, yakni Kitab Allah (al-Qur’an) dan sunnah nabi-Nya”. (HR.

    Malik)

    Adapun tentang penetapan ijtihad sebagai dasar ajaran Islam yang ketiga

    setelah al-Qur’an dan al-Hadits berdasarkan dalil Q.S. al- Nisa’ ayat 59 di atas,

     juga hadits riwayat Abu Dawud dari Mu’adz bin Jabal di bawah ini:

    ذا   ف  ل  ا   َن  ذا  َراد     و   ا ص ا لر نَ

     ا لر ّ  ل ا ب      ن   ل ا ب  َ    ل  ض 

    ب      و و  ا ص ا لر ّ      ن   ل و   ا ص

     

     

    ْ

    ا

     ول

     صره

     و

     

     ا

     ص

     ا

     رل

     ب

        و

      ر

     

    َ

     ل

     ا

     ا لر    ا لر لر قو ي ا

    Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika akan mengutus Mu'adz bin Jabal

    ke Yaman beliau bersabda: "Bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada

    sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?" Mu'adz menjawab, "Saya akan

    memutuskan menggunakan Kitab Allah." Beliau bersabda: "Seandainya engkau tidak

    mendapatkan dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan kembali kepada

    sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Beliau bersabda lagi: "Seandainya

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    12/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 64

    engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam serta

    dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan berijtihad menggunakan pendapat

    saya, dan saya tidak akan mengurangi." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi

    wasallam menepuk dadanya dan berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah

    memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat

    senang Rasulullah." (H. R. Ahmad,Abu Dawud dan Tirmidzi) 

    1.  Al-Qur’an: Definisi, Fungsi dan Kedudukannya 

    a. Definisi al-Qur’an 

    Secara bahasa, al-Qur’an berasal dari bahasa Arab qara`a  yang berarti

    membaca. Maka dia dapat diartikan sebagai bacaan. Inilah pendapat terkuat

    tentang definisi al-Qur’an secara bahasa. Adapula yang berpendapat bahwa

    kata al-Qur’an berasal dari qarn  yang berarti gabungan, karena al-Qur’an

    merupakan gabungan dari berbagai ayat dan surah. Sementara al-Syafi’i

     berpendapat bahwa al-Qur’an tidak berasal dari kata apapun, tetapi dia adalah

    nama kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, dan tidak

     perlu dicari akar katanya.

    Secara istilah al-Qur’an didefinisikan oleh al-Shabuni sebagai:

     ع

     

    ه

    ء

     ن

     

       ن  إ ن,م     س   ا

     ,   ع ,  س ء ,س  

    ن

    “Kalamullah yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada 

    (Muhammad) penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan

    (malaikat) yang terpercaya, Jibril as. tertulis dalam mushaf,

    sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai

    sebagai ibadah, yang diawali (susunannya) dengan surah al-

    Fatihah dan ditutup dengan surah al- Nas”. (Muhammad Ali al-

    Sabuni, al-Tibyan fi ulum al-Qur’an. Beirut:alam al-Kutub.

    1985.)

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    13/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 65

    Sementara menurut Abdul Wahab Khallaf:

    Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui ruhul

    amin (Jibril) kepada Nabi Muhammad Saw dengan bahasa Arab,

    isinya dijamin kebenarannya dan sebagai hujjah kerasulannya,

    undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam

     beribadah serta membacanya dinilai sebagai ibadah, yang

    diawali (susunannya) dengan surah al-Fatihah dan ditutup

    dengan surah al-Nas sampai kepada kita secara mutawatir”. 

    Definisi dari Departemen Agama RI menyebut:

    “Al-Qur’an ialah: “Kalam Allah s.w.t. yang merupakan

    mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi

    Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushafdan diriwayatkan

    dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah”. 

    Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa al-

    Qur’an terdiri dari sekurang-kurangnya enam ciri. Pertama , al-

    Qur’an merupakan kalam atau firman Allah, bukan ucapan

    manusia, termasuk pula bukan ucapan Nabi Muhammad seperti

    yang dituduhkan oleh para penentangnya.

    ه ;ه [/2425]

    Lalu dia berkata: "(Al Quran) Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari

    (dari orang-orang dahulu), Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".

    Kedua , bahwa ia adalah mukjizat. Maknanya, al-Qur’an

    merupakan keistimewaan atau perkara luar biasa yang

    dianugerahkan Allah kepada nabi Muhammad sebagai bukti

    kebenaran kenabiannya, sekaligus menjadi bukti bahwa ia

     bukan ucapan nabi Muhammad. Secara umum, tipikal

    kemukjizatan al-Qur’an berbeda dengan kemukjizatan para nabi

    sebelum Muhammad Saw. Mukjizat yang diperoleh nabi-nabi

    terdahulu bersifat fisik dan inderawi sesuai situasi masa masing-

    masing nabi. Mukjizat nabi Musa misalnya, terletak pada

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    14/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 66

    tongkat dan tangan beliau yang bisa berubah menjadi ular dan

    mengeluarkan cahaya putih, sesuai dengan populernya sihir

     pada masa itu. Atau seperti nabi Isa yang dapat menyembuhkan

    orang buta, sakit sopak dan menghidupkan orang mati serta

    memberitakan perkara-perkara ghaib, karena beliau diutus pada

    kaum yang banyak memilki ahli pengobatan dan filosof.

    Berbeda dengan dua contoh itu, mukjizat nabi Muhammad

     justru bersifat rasional-spiritual yang kebenarannya melintasi

    ruang dan jaman. Menurut Muhammad Ali al-Shabuni, tidak

    ada kitab suci agama yang paling banyak menarik para ahli,

    sejak diturunkannya 15 abad yang lalu, sehingga mereka

    mengkajinya, memperbandingkannya, dan mengujinya baik

    secara material maupun konseptual, kecuali kitab suci al-

    Qur’an.

    Secara umum, letak kemukjizatan al-Qur’an terletak pada dua

    aspek, yakni pada aspek form atau bahasanya dan subtance atau

    kandungannya. Pada aspek  form  atau bahasanya, al-Shabuni

    mengambil contoh bahwa seluruh bagian kalimatnya, khususnya

    di semua ayat-ayatnya, terdapat irama yang unik dan sangat

    indah:

    م(11)عمدم(12)ن

    د(13)م (14)طأأ(15)

     ن ن

    (16)

    هدعص

    (17)

    (18)

     (19)(20)(21)

      (22) ه(23)أد (24)

     ه (25)[/11-25]

    11. Biarkanlah Aku (Allah) bertindak terhadap orang yang Aku Telah

    menciptakannya sendirian.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    15/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 67

    12. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,

    13. Dan anak-anak yang selalu bersama Dia,

    14. Dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-

    lapangnya,

    15. Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.

    16. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), Karena Sesungguhnya dia

    menentang ayat-ayat kami (Al Quran).

    17. Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.

    18. Sesungguhnya dia Telah memikirkan dan menetapkan (apa yang

    ditetapkannya),

    19. Maka celakalah dia! bagaimana dia menetapkan?,

    20. Kemudian celakalah dia! bagaimanakah dia menetapkan?,

    21. Kemudian dia memikirkan,

    22. Sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,

    23. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,

    24. Lalu dia berkata: "(Al Quran) Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari

    (dari orang-orang dahulu),

    25. Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".

    Ayat-ayat ini membuat seorang penyair terkemuka bangsa Arab,

    al-Walid bin Mughiroh, terdiam dan berpikir mendalam bukanhanya karena kindahan iramanya, tapi juga ketepatannya dalam

    menggambarkan perasaan dan pikiran yang sedang

    menggelayutinya.

    Tentang kindahan irama bahasa al-Qur’an bisa juga diamati dari

    seluruh ayat-ayatnya. Bahkan pada ayat ketiga dari surah al-

    Mudatstsir, kita bisa menemukan bagaimana sebuah kalimat

    yang menyuruh kita mengagungkan kebesaran Allah disusun

    dengan susunan yang menakjubkan, sama dibaca dari depan

    maupun belakang:

    [/3]

    Kemukjizatan al-Qur’an juga bisa dilihat dari kandungan atau

    isinya. Secara umum isi al-Qur’an menjelaskan tentang aturan-

    aturan Allah yang universal dan komprehensif, karena meliputi

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    16/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 68

    semua aspek kehidupan manusia, mulai dari persoalan

    keyakinan, ibadah, etika dan kesopanan, kaedah-kaedah sosial,

    ekonomi, politik, peradaban, kehidupan keluarga. Konsep-

    konsep lain yang saat ini sedang ramai dikampanyekan secara

    global seperti kesederajatan, kebebasanatau yang biasa disebut

    HAM, keadilan dan musyawarah atau demokrasi telah dibahas

    tuntas oleh al-Qur’an dan diimplementasikan oleh Nabi dalam

    masyarakat Madinah 15 abad yang lampau.

    Sebagian ahli bahkan membuktikan kemukjizatan al-Qur’an

    dalam kaitannya dengan teori-teori ilmiah, atau setidaknya,

    meminjam pernyataan al-Shabuni, kandungan al-Qur’an tidak

    ada yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.

    Kesimpulannya al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan

    mukjizat dengan life time (masa berlaku) paling panjang, sejalan

    dengan status nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan

    rasul.

    Ketiga , al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada

    nabi Muhammad. Maknanya, firman Allah yang diturunkan

    kepada nabi-nabi lain memiliki nama dan sebutan masing-

    masing, serta memiliki masa berlaku yang terbatas baik dari sisi

    ruang maupun waktu. Yang diwahyukan oleh Allah kepada nabi

    Musa disebut Taurat, dan saat ini sudah tidak ada lagi. Begitu

     pula Zabur, Injil maupun wahyu-wahyu lain yang tidak

    dikisahkan kepada umat belakangan.

    Keempat, al-Qur’an diwahyukan melalui perantaraan malaikatJibril as. Artinya, manakala terdapat firman Allah yang

    disampaikan kepada nabi Muhammad tanpa melaui malaikat

    Jibril as. bukanlah al-Qur’an. Contohnya adalah tentang perintah

    shalat lima waktu. Perintah ini disampaikan oleh Allah secara

    langsung pada saat peristiwa isra’ mi’raj Nabi. Contoh lainnya

    adalah hadits qudsi, yakni hadits yang berisi wahyu Allah yang

    diterima oleh nabi lalu beliau menyampaikannya dengan redaksi

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    17/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 69

     beliau sendiri. Al-Qur’an sendiri men jelaskan bahwa Allah

    menggunakan cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan

    firman-firman-Nya:

    مأأم اأ

      مء[/51]

    Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

    dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau

    dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya

    dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi

    lagi Maha Bijaksana.

    Terkadang Allah menyampaikan firman-Nya kepada Nabi

    secara langsung dengan jalan tersembunyi (wahyu). Dalam hal

    ini Nabi mengalaminya pada saat isra’ mi’raj dan pada saat

    menerima hadits qudsi. Di lain waktu Allah menyampaikan dari

     belakang tabir seperti yang dialami oleh Nabi Musa di gunung

    Tursina. Sementara Allah menggunakan perantara malaikat

    Jibril pada situasi yang khas, yakni pada saat menyampaikanrisalah resmi yang kemudian tertulis dalam kitab suci. Taurat,

    Zabur, Injil dan Al-Qur’an diturunkan oleh Allah melalui

    malaikat Jibril.

    Kelima, al- Qur’an diturunkan secara mutawatir.  Artinya al-

    Qur’an sampai kepada kita dengan banyak jalan sehingga

    tertutup kemungkinan terjadinya pemalsuan atau perubahan

    sebagaimana terjadi pada kitab suci lain yang diturunkan oleh

    Allah swt. Jaminan Allah ini terdapat pada Q.S. al-Hijr ayat 9:

    ن [/9]

    Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya

    kami benar-benar memeliharanya.

    Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad saw. sampai

    sekarang, jaminan Allah tentang pemeliharaan al-Qur’an

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    18/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 70

     berlangsung melalui dua cara, yakni pencatatan yang kemudian

    disempurnakan dengan hapalan. Pada saat diturunkan, Nabi

    selalu menunjuk juru tulis khusus yang bertugas mencatat al-

    Qur’an. Di antara sahabat yang menjadi juru tulisnya adalah

    Zaid bin Tsabit, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin

    Affan. Selain mencatatnya, para juru tulis al-Qur’an ini juga

    lantas menghapalkannya di rumah mereka masing-masing.

    Secara periodik (khususnya di bulan Ramadhan), hapalan

    mereka ditera ulang oleh Nabi, sebagaimana hapalan Nabi juga

    dibacakan secara periodik di hadapan malaikat Jibril.

    Proses semacam ini terus berlangsung sampai sekarang. Bahkan

     pencatatan (sekarang penerbitan) dan penghapalan al-Qur’an

    dilakukan oleh lebih banyak umat Islam sejalan dengan

     penyebaran agama Islam, tetap menggunakan bahasa saat ia

    diturunkan pada masa Nabi. Inilah yang dimaksud dengan cara

    mutawatir.

    Kelima, membaca al- Qur’an dinilai sebagai ibadah. Jumhur

    ulama sepakat berpendapat bahwa membaca al-Qur’an

    merupakan ibadah dalam pengertian yang khas. Membaca

    hadits, buku ilmu pengetahuan atau bacaan-bacaan lain yang

     bermanfaat tentu dapat pula bernilai ibadah manakala tujuannya

    adalah untuk mencari kebaikan dan meraih ridha Allah. Tetapi

    nilai ibadah membaca al-Qur’an berbeda dengan nilai bacaan

    lainnya.

    ب

    َ

    ياو ا

     ل

     و

     

     ا

     ص

     ا

     رل

     

     ل

      ا

     

    ُ

     

    ص  ش  ْا م       ن ْا

    Dari Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al

    Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para

     pembacanya pada hari kiamat nanti. (H.R. Muslim)

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    19/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 71

        ا ب       و   ا ص ا لر ل

     ؼ  م ؼ و ف ؼ و   َل ا ؼ و      َ     ْ ا و

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa

    membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya

    satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat

    gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF

    LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf,

    LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf." (H.R. Tirmidzi)

    Keenam, al- Qur’an adalah kitab suci yang berbahasa Ar ab.

    Berbeda dengan kitab suci agama lain yang telah diterjemahkan

    ke bahasa-bahasa yang berbeda, al-Qur’an sampai ke tangan

    umat Islam dengan bahasa asalnya, bahasa Arab. Meskipun

    upaya penerjemahan dan penafsiran al-Qur’an juga dilakukan

    dengan puluhan bahasa yang berbeda, namun naskah asli al-

    Qur’an yang bebahasa Arab tetap dicantumkan. Faktor ini pula

    yang menjadikan pemeliharaan atas keotentikan al-Qur’an tetap

     berjalan sesuai janji Allah swt.

    ونأآ عع[/2]

    Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan

    berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

    عأ عس

     أهس [/103ن[م

    Dan Sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya

    Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".

     padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar

    kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab

    yang terang.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    20/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 72

    Rupanya keotentikan bahasa al-Qur’an ini penting untuk

    menjaga kemurnian ajaran Islam, setelah banyak usaha yang

    dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan

     pengaburan ajaran Islam. Bahkan di sebagian kalangan umat

    Islam juga ada yang tertarik merasionalisasi bahasa al-Qur’an

    seperti kasus shalat berbahasa jawa oleh ustadz Yusman Roy

    dari Malang, Jawa Timur, beberapa tahun yang lalu.

    b. Fungsi dan Kedudukan al-Qur’an 

    Di dalam ajaran Islam, al-Qur’an menempati kedudukan utama

    sebagai sumber utama ajaran Islam. Maka setiap apa yang

    disebut sebagai ajaran Islam tentunya diatur di dalam al-Qur’an.

    Pokok-pokok ajaran Islam seperti akidah, akhlaq, syari’ah 

    shalat, puasa, zakat, haji maupun persoalan-persoalan lain

    menyangkut kehidupan manusia diatur dalam al-Qur’an.

    Contoh:

    [[/43عمعآأ

    Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang

    yang ruku'.

    أ نمآمء س

     نم أن ع هاأ

    ع[ئ/8]

    Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

    selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

    dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,

    mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu

    lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

    Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    21/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 73

    Ayat yang pertama menjelaskan tentang perintah shalat dan

    membayar zakat. Sementara ayat kedua menjelaskan tentang

    kewajiban menegakkan keadilan di antara semua orang. Hanya

    saja apa yang disampaikan al-Qur’an dalam sebagian perkara

    memang detail, jelas dan mudah dipahami(ayat-ayat muhkamat ),

    yakni yang menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, namun

    sebagiannya masih bersifat global dan membutuhkan

     pendalaman serta penyelidikan lebih lanjut (ayat-ayat

    mutasyabihat ).

    مناأه أهمآ

    أا  مم ع م

      نمء نء مع

     ع نمآمننم

     أا  

    [

    آ

    /7]

    Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara

    (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat , Itulah pokok-pokok isi Al qur'an

    dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat . adapun orang-orang yang

    dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti

    sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat   daripadanya untuk

    menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang

    mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam

    ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,

    semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran

    (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

    Dalam konteks inilah kedudukan hadits sebagai sumber ajaran

    Islam yang kedua menjadi penting.

    Dengan kedudukan yang utama itu al-Qur’an memiliki beragam

    fungsi bagi kehidupan umat Islam. Fungsi-fungsi ini didasarkan

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    22/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 74

     pada sifat-sifat yang melekat dalam al-Qur’an sebagaimana

    disebut oleh Allah di dalam al-Qur’an sendiri, di antaranya:

      nur (cahaya) QS. Al-Syura 52 

     

    huda (petunjuk) QS. Al-Baqarah 2 

      rahmat  (rahmat) QS. Al-Isra’ 82 

      syifa’  (obat) QS. Al-Isra’ 82 

      mau’idhah (nasehat) QS. Yunus 57 

      basyir wa nadzir (pemberi kabar gembira sekaligus

    ancaman) QS Fushshilat 3-4

    2. 

    Al-Hadits: Definisi, Klasifikasi, Kedudukan dan Fungsinya

    a.  Definisi Hadits

    Secara bahasa hadits berarti ucapan atau omongan; sesuatu yang baru (lawan

    lama) dan berita atau cerita. Secara istilah hadits adalah “segala yang

    disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik perkataan, perbuatan, taqrir  dan

    sebagainya”.

    Istilah lain yang bisa dipakai untuk menyebut hadits adalah sunnah. Sunnah

    secara bahasa berarti jalan yang ditempuh, kebiasaan atau suatu cara yang

    dipakai. Adapun secara istilah sunnah memiliki makna yang serupa dengan

    hadits, yakni sesuatu yang berasal dari Rasul SAW, baik berupa perkataan,

     perbuatan dan penetapan.

      Contoh hadits berupa perkataan Nabi:

    ن

     

     

    ا

      

      

      ا

        ب

     

    ا

      

       

     ,ل

      

     

      

      ا

        ا

     ل

       

    :

     

     ا

     

     و

    َ

     

      د

     

      ه

      ك

     

      

     ى

     

     

     ائ

     

     

     ت

     ل

      ا

      

      ه     

    (را )

    Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan

    tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa

    yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    23/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 75

    digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya,

    maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan". (H.R. Bukhari)

     

    Contoh hadits berupa perbuatan Nabi:

    َن ا  ل

    ذا       و        ر ة ذا م   و   ا ص ا لر ن

         ر       و ع    ذ

    ا   ر اذ  و َن     ذ َراد 

    د 

    ا) حص(

    Bahwa Ibnu Umar berkata, "Rasululllah apabila mendirikan shalat maka

     beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua

     pundaknya, kemudian bertakbir, lalu jika beliau ingin rukuk maka beliau

    mengerjakan seperti itu, dan apabila berdiri dari rukuk maka beliau

    mengerjakan seperti itu, namun beliau tidak mengerjakannya ketika

    mengangkat kepalanya dari sujud." (H.R. Muslim) 

      Contoh hadits berupa taqrir (persetujuan) Nabi:

    ل

       

      

    ا

     

     

        

     

    ا

     ا ك

     

    ك

      ا

     

      

    ا

     

      

     ل

     

    ذ

     

      

      ا

        ا

     ل

       ع

      

      

     

     

     ل

     كا

     كا

     

     ك

     

     

    ا

     

     

     

      

      ا

        ا

     ل

       ل

     

     

     ة

      ا

     ن

     ا ك

      

     

    ا

     اب

     

     

     

     

     

     ل

      ا

     ل

       

     

     

      

    ا

     

      

    (

     

    )

    Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah Saw.,

    tiba-tiba ada salah seorang (jama’ah) yang mengucapkan (do’a iftitah): “ Allahu

    akbar kabiran....”. maka R asulullah Saw. bertanya (saat selesai shalat): “Siapakah

    yang tadi mengucapkan kalimat yang seperti ini (baca:  Allahu akbar kabiran...)?”.

    orang tersebut menjawab: saya, wahai Rasulullah. Beliau lantas bersabda: Sungguh

    aku takjub dengan bacaan tersebut, (karenanya) dibukakan pintu-pintu surga. (H.R.

    Muslim)

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    24/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 76

      Contoh hadits berupa sifat dan atau himmah  (keinginan) Nabi:

    ل

      

    ا

      

     ن

     ا

       خ

     كن

     

     

     

      

      ا

      

     ا

     ل

       ق خ

     

     

     

     

    -(أح

    )

    Dari Hasan, ia berkata: Aisyah ra. ditanya tentang akhlaq Rusulullah saw.

    maka ia menjawab: “ Akhlaq Rasul adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad) 

    b.  Klasifikasi Hadits

    Berbeda dengan al-Qur’an, periwayatan hadits tidak semuanya bersifat

    mutawatir. Hal ini disebabkan penulisan hadits pada masa Nabi masih hidup

    tidak diperbolehkan, untuk menghindari bercampurnya penulisan hadits

    dengan pencatatan al-Qur’an. Hadits disampaikan oleh para sahabat kepada

    sahabat yang lain atau kepada generasi sesudah mereka secara lisan dan

    melalui hapalan. Periwayatan secara lisan inilah yang lantas melahirkan

    resiko kekeliruan penyampaian atau bahkan pemalsuan hadits. Karenanya, di

    samping upaya pembukuan hadits, para ahli hadits juga melakukan

    standarisasi dan pembuatan kriteria kesahihan atau validitas hadits. Dengan

    kriteria-kriteria tersebut dibuatlah klasifikasi hadits dari berbagai aspeknya.

    Di sini hanya akan dibahas secara umum klasifikasi hadits, yakni dari aspek

    kualitas atau kesahihannya. Dari aspek ini hadits dibagi menjadi dua:

    Pertama, Hadits maqbul   (yang bisa diterima), yang terbagi menjadi dua

    shahih dan hasan. Hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya,

     para perawinya adil   (bukan pendosa) dan dlabith,( kuat hapalan) tidak ada

    ‘illat   (cacat) dan tidak  syadz   (bertentangan dengan hadits lain yang lebihshahih). Sementara hadits hasan adalah hadits yang tidak sampai derajat

    shahih, yang biasanya ditandai dengan kurang kuatnya hapalan rawi hadits

    itu.

    Kedua, Hadits mardud (yang tertolak). Hadits macam ini lebih dikenal

    dengan hadits dla’if (lemah), meskipun hadits dla’if terdiri dari banyak

    macam. Secara umum sebuah hadits disebut dla’if manakala tidak bisa

    memenuhi syarat-syarat hadits shahih dan hasan. Dalam konteks hukum

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    25/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 77

    Islam, mengetahui kualitas sebuah hadits adalah penting dalam usaha

    merumuskan hukum-hukum fiqh maupun dalam menyelesaikan persoalan

    umat manakala keterangan sebuah hadits dibutuhkan.

    c.  Kedudukan dan Fungsi Hadits

    أ نمآع أع أأم

        من

       ن

     و

    د

     

     ن

     نم

      

     

      س

    أ

     

       [س

    /59

    ]

    Ayat di atas tegas menjelaskan posisi hadits dalam hiraki sumber ajaran

    Islam, yakni sebagai sember kedua setelah al-Qur’an. Adapun tentang fungsi-

    fungsinya terhadap al-Qura’an para ulama sepakat untuk menyebutnya dalam

    tiga fungsi:

    Pertama, hadits berfungsi sebagai b ayan taqiri/ta’kid  (keterangan yang

    sifatnya menegaskan isi al-Qur’an). Contoh:

    ا ص ا لر ل ل  ا ر  ا 

     ا      ن   ام  خ شدة   و 

      صو 

    او ةا    اة و ن ا رل ا و و

     رن

     (ا

     رواه

    )

    Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

    "Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah

    dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan

    zakat, haji dan puasa Ramadlan".(diriwayatkan oleh yang Lima)

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    26/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 78

    Hadits di atas dengan tegas menguatkan syari’ah  Islam tentang rukun Islam

    (syhadat, shalat, zakat, puasa dan haji) yang disebutkan secara berulang di

    dalam al-Qur’an. 

    Kedua, hadits berfungsi sebagai bayan tafsir (keterangan yang sifatnya

    menjelaskan), dalam tiga bentuk, yakni tafshil al-mujmal (merinci ayat

     bermakna global); takhsis al- ‘am  (mengkhususkan ayat yang bermakna

    umum); taqyid al -mutlaq (membatasi ayat yang bermakna mutlak). Di antara

    contohnya adalah hadits berikut:

        غ     د ن  ن  ىَ  َر   ن  ن   نا 

     

     

     او

     ق او

     

     

      

    ْ

    ا

     

     

     خد

    َ

     

     ات

     ث

     

     

      ل   ر       ح    ْا      و  و 

     ا

     

      و

     

     

     و

     

     ا

     ص

      ا

     

    َ

    ر

    Dari Humran mantan budak 'Utsman bin 'Affan, bahwa ia melihat 'Utsman bin 'Affan

    minta untuk diambilkan air wudlu. Ia lalu menuang bejana itu pada kedua tangannya,

    lalu ia basuh kedua tangannya tersebut hingga tiga kali. Kemudian ia memasukkan

    tangan kanannya ke dalam air wudlunya, kemudian berkumur, memasukkan air ke

    dalam hidung dan mengeluarkannya. Kemudian membasuh mukanya tiga kali,

    membasuh kedua lengannya hingga siku tiga kali, mengusap kepalanya lalu

    membasuh setiap kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata, "Aku telah melihat Nabi

    shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu seperti wudluku ini (H.R. Bukhari)

    Hadits di atas memberi penjelasan lebih rinci tentang tata cara berwudlu di

    dalam Q.S. al-Maidah ayat 6.

    Ketiga, hadits berfungsi sebagai b ayan tasyri’  (keterangan yang sifatnya

    menetapkan aturan-aturan tambahan. Contoh:

    و

     ع

    ا

     

     ب

     ذي

     

     

     و

     

     ا

     ص

     ا

     رل

     

     ل

     س

     ا

     

      ا

     

     

     ذي

     

    Dari Ibnu Abbas dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

    melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring, dan setiap jenis

     burung yang mempunyai kuku untuk mencengkeram."(H.R. Muslim)

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    27/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 79

    Hadits di atas menetapkan hukum yang sifatnya menambahkan soal makanan

    yang haram, ditinjau dari QS. Al-Baqarah ayat 172. Ayat tersebut

    menegaskan makanan yang diharamkan adalah bangkai, darah , daging babi

    dan segala makanan yang dipersembahkan kepada selain Allah.

    3.  Ijtihad: Definisi, Metode, Kedudukan dan Fungsinya

    a. Definisi Ijtihad

    Ijtihad berasal dari akar kata jahada  –   yajhadu yang bermakna sungguh-

    sungguh; mencurahkan tenaga dan fikiran; atau bekerja semaksimal mungkin.

    Secara istilah ijtihad biasa diartikan sebagaiاستفراغ افقه اوسع حصل ه ظن بحكم

    شري

      (usaha sungguh-sungguh oleh seorang ahli fiqh untuk mendapatkan

     pengertian yang bersifat dzanny  (relatif bisa diterima) dalam sebuah

     persoalan agama). Menurut Abu Zahrah secara istilah arti ijtihad adalah:

    بذل ه وسعة فى ستاط حكام عة ن دتا تصة

    ”Upaya seseorang ahli fiqih dengan kemamapuannya dalam mewujudkan

    hukum-hukum amalaiah yang diambil dari dalil-dalil yang rinci”. 

    Maka ijtihad bisa dimaknai pula usaha maksimal seorang ahli fiqh dengan

    mencurahkan tenaga dan pikiran untuk merumuskan hukum agama yang

    sebelumnya tidak diatur dengan tegas dalam al-Qur’an maupun al-Hadits.

    Pada awalnya ijtihad dipakai untuk menunjuk praktek qiyas, dan kadangpula

    disebut dengan ra’yu. Namun karena persoalan yang dihadapi umat Islam

    semakin beragam dii satu sisi, dan sebagian ulama memberi perhatian besar

    terhadap perkembangan hukum agama di saat yang sama, maka dasar-dasar

     perumusan hukum yang dproyeksikan oleh para ulama fiqh juga berkembang

    dengan pesat. Sehingga dalam proses ijtihad muncul metode-metode yang beragam sesuai dengan kasus-kasus hukum yang dihadapi.

    b. Metode-metode Ijtihad

    Di antara metode-metode ijtihad adalah:

    1. I jma’  (konsensus), yaitu kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi

    Muhammad saw sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu

     perkara dengan cara musyawarah. Termasuk dalam kategori ini adalah

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    28/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 80

     pembukuan dan standarisasi al-Qur’an. Padahal pada masa nabi al-Qur’an

    hanya dicatat secara terpisah-pisah di media yang berbeda-beda.

    2. Qiyas (reasoning by analogy), yang secara bahasa berarti mengukur

    sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Qiyas bisa diartikan sebagai

    upaya menetapkan hukum untuk satu persoalan yang belum diatur secara

    tegas di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, dengan menyamakannya

    menggunakan persoalan lain yang sudah jelas hukumnya, karena adanya

     persamaan (‘illat ). Contoh dalam hal ini misalanya soal zakat fitrah. Di dalam

    sebuah hadits dijelaskan:

    ل

     

     ا

     ر

     

     ا

     

    :

     

     ص

     

    ْ

    ا

     زة

     و

     

     ا

     ص

     ا

     رل

     ض

    َن     َ  و ْا     ْ ا  وا  وا  وا و

    ْ

    ا  و ْا   ش   ص وَ

     اة  اّس   خوج   ىّدؤ

    Ibnu Umar ra. berkata, "Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satu  sha'  kurma

    atau satu sha'  gandum atas setiap hamba sahaya dan orang merdeka, laki-laki

    dan wanita, kecil dan besar, laki-laki dan wanita dari kalangan kaum

    muslimin. Beliau menyuruh agar zakat fitrah itu ditunaikan sebelum orang-

    orang keluar untuk shalat (Idul Fitri)."

    Berdasarkan hadits di atas, alat pembayaran zakat fitrah yang disyari’ahkan

     pada asalnya adalah gandum atau kurma. Tapi karena penyebaran agama

    Islam sampai pada wilayah-wilayah yang luas dan sebagiannya bukan

    wilayah pengasil kurma maupun gandum, maka diambillah jalan ijtihad

    dengan cara mencari alat pembayaran zakat fitrah yang serupa atau memiliki

     persamaan dengan kurma dan gandum. Di sinilah muncul hasil bahwa beras

    dan bahan makanan pokok lainnya bisa dipakai untuk membayar zakat fitrah.

    Persamaannya ada pada sifatnya sebagai bahan makanan pokok.

    3. Istihsan ( preference), yaitu suatu peroses perpindahan dari suatu qiyas

    kepada qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta

    yang dapat diterima untuk mencegah kemadharatan. atau dapat diartikan pola

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    29/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 81

     penetapan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.

    Misalnya tentang ayat berikut:

    س

     س

    عط

     

        أء

     

      س

     م

        [ ئ /38]

    “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

    keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai

    siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”  

    Menurut ayat di atas, seharusnya hukum potong tangan bagi pencuri berlaku

    di mana pun dan kapan pun. Namun Umar bin Khttab pernah tidak

    menerapkan hukum potong tangan pada satu musim paceklik. Beliau

    menggunakan pertimbangan krisis yang cukup berat dirasakan oleh

    masyarakat sebagai persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu

    daripada penerapan hukum yang membabi buta.

    4. Maslahat mursalah, yaitu perkara-perkara yang perlu dilakukan demi

    kemaslahatan manusia. Contoh pada masa sekarang adalah peraturan tentang

     pencatatan pernikahan, dibuatnya lembaga pemasyarakatan (LP) dan

    seterusnya.

    5. Sududz Dzariah yaitu tindakan memutuskan perkara yang mubah menjadi

    makruh atau haram demi kepentingan umat. Untuk contoh ini adalah

    diharamkannya pernikahan beda agama di Indonesia meskipun sebenarnya

    ada sedikit peluang melakukannya (Lihat QS. Al-Baqarah 221 dan al-Maidah

    5).

    6. Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah

    ditetapkan dimasa lalu hingga dalil yang mengubah kedudukan hukum

    tersebut. Contohnya apabila ada pertanyaan bolehkan seorang perempuan

    menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    30/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 82

     perantauan dan tidak jelas kabarnya? Maka dalam hal ini yang berlaku adalah

    keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri orang

    sehingga tidak boleh menikah (lagi) kecuali sudah jelas kematian suaminya

    atau jelas perceraian keduanya.

    7. Urf, yaitu sesuatu hal yang dilakukan terus-menerus (adat ) baik berupa

     perkataan ataupun perbuatan.

    c. Kedudukan dan Fungsi Ijtihad

    Pada prinsipnya ijtihad bukanlah sumber hukum atau sumber ajaran Islam.Atau kalau mau disebut sebagai sumber maka ijtihad bukanlah sumber

    hukum yang mandiri. Karena sebenarnya ijtihad merupakan usaha para ahli

    untuk mengambil semangat ajaran Islam yang ada di dalam al-Qur’an dan al-

    Hadits sebagai pijakan dalam berbuat di ruang dan waktu yang berbeda-beda.

    Oleh sebab itu di dalam modul ini ijtihad disebut sebagai dasar ajaran Islam,

     bukan sumbernya. Meskipun demikian ijtihad tetap menempati posisi yang

    sangat penting dalam pelaksanaan ajaran agama Islam. Dinamika kehidupan

    umat manusia yang terus berkembang dan bertambah kompleks di satu sisi,

    dan keadaan al_Qur’an yang dijaga keotentikannya oleh Allah serta ketiadaan

     Nabi sebagai pembimbimg utama umat, di sisi lain, membuat usaha-usaha

    untuk menjalankan agama Islam secara kontekstual dan up to date menjadi

    sangat penting. Nah mewujudkan situasi tersebut tidak bisa tidak kecuali

    dengan jalan ijtihad. Dari sini jelaslah bahwa ijtihad berfungsi sebagai jalan

    keluar bagi problem pelaksanaan ajaran Islam dalam situasi yang terus

     berubah.

    Sementara tentang kedudukan Ijtihad dalam agama Islam adalah sebagai

    sumber atau lebih tepatnya dasar ajaran Islam yang ketiga setelah al-Qur’an

    dan al-Hadits. Yang penting dicatat di dalam menjalankan ijtihad adalah:

    1)  Hasil ijtihad adalah relatif, mungkin berubah karena perbedaan waktu

    dan tempat. Inilah yang membedakannya dengan al-Qur’an dan hadits.

    2) 

    Hasil ijtihad tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-hadits.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    31/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 83

    3)  Ruang lingkup ijtihad adalah pada persoalan yang memang tidak

    diatur secara tegas di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, serta tidak

    menyangkut persoalan akidah dan ibadah.

    4) 

    Proses ijtihad juga harus mempertimbangkan niat, persoalan umum

    yang dihadapi masyarakat serta kemungkinan akibat dari pelaksanaan

    hasil ijtihad

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    32/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 84

    1.3. 

    Rangkuman

    Ajaran Islam meliputi semua aspek kehidupan manusia. Ajaran Islam bersifat

    sempurna dan universal. Sebagian mengatur aspek keyakinan dan menjadi kerangka

    dasar aktifitas umat Islam. Inilah yang disebut sebagai akidah. Aspek akidah ini lebih

     bersifat dogmatis dan rigid. Sementara sebagiannya mengatur aspek praktis

    kehidupan manusia, dan disebut dengan syari’ah. Dengan makna ini syari’ah

    memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan fleksibel, sesuai dengan perkembangan

     peradaban manusia. Yang terakhir adalah aspek akhlaq. Akhlaq merupakan buah dari

    akidah dan syari’ah yang dipegang erat serta dijalankan oleh seseorang. Karenanya

     baik dan buruk akhlaq tergantung dua aspek tersebut.

    Ketiga ajaran Islam tersebut tertuang dalam sumber utama ajaran Islam, yakni

    al-Qur’an dan al-Hadits. Sehingga menetukan apakah suatu keyakinan, amalan,

    ataupun ajaran tertentu masuk kategori ajaran Islam atau tidak bisa dengan cara

    melakukan konfirmasi keberadaannya di dalam kedua sumber ajaran tersebut.

    Sementara ijtihad merupakan prosedur untuk memahami, memutuskan serta bisa

     juga mengembangkan suatu persoalan dalam situasi dan kondisi yang berebda, agar

     bisa tetap bisa dinilai sebagai bagian dari ajaran Islam. Karenya ijtihad tetap harus

    menggunakan dalil-dali al-Qur’an dan al-Hadits sebagai panduan.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    33/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 85

    1.4. 

    Referensi

    1.  Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-

    Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.

    2.  Al-Faruqi, Isma’il Raji, Islamization of Knowledge: General Principles and

    Workplan,diterjemahkan Anas Mahyudin, Cetakan ke-1, Pustaka, Bandung:

    1984.

    3.  Al-Qardawi, Yusuf, Berinteraksi dengan al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani

    Press, 1999.

    4. 

     ______, al-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban: DiskursusKonstektual dan Aktualisasi Sunnah Nabi SAW dalam Iptek dan Peradaban,

    Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999.

    5.  Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Cetakan Keempat, PT.

    RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2002.

    6.  Ali, H.A. Mukti, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan,

    1990.

    7.  Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat & Agama. Surabaya: Bina

    Ilmu.1979.

    8.  Bellah, Robert N., Beyond Belief esei-esei tentang Agama di dunia Modern.

    Jakarta: Penerbit Paramadina.2000. 

    9.  Geertz, Clifford, Religion as a Cultural System. In: The Interpretation of

    Cultures: selected essays, Geertz, Clifford, pp. 87 –  125. Fontana press.1993. 

    10. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta

    : 1984

    11. Hakim, Agus, Perbandingan Agama. Bandung: Diponegoro. 1996.

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    34/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 86

    12. Kartanegara, Mulyadhi, Integrasi Ilmu Sebuah rekonstruksi Holistik . Jakarta:

    UIN Jakarta Press. 2005.

    13. 

    Kuhn, Thomas S., The Structure of Scientific Revolutions(Peran Paradigmadalam Revolusi Sains terj. Tjun Suryaman). Jakarta: Remaja Rosdakarya.

    2002.

    14. Nasution, Harun, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran, Bandung : Mizan,

    1995.

    15. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    2001.

    16. Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.

     _______, Wawasan al-Qur’an, Bandung:Mizan, 1996.

    17. Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi

    Islam. Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press. 2006.

    18. 

    Wikipedia 

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    35/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 87

    1.5.  Latihan Soal 

    1.  Prinsip-prinsip ajaran Islam bersumber kepada kalimat tauhid إ هإ .

     jelaskan hubungan antara makna kalimat tauhid tersebut dengan konsep

     persamaan /kesederajatan antar umat manusia(QS. Al-Hujurat 13)!2.  Prinsip-prinsip ajaran Islam bersumber kepada kalimat tauhid

     إ هإ .

    Jelaskan hubungan antara makna kalimat tauhid tersebut dengan konsep

    keadilan(Q.S. al-Maidah 8)!

    3. 

    Ajaran Islam meliputi bidang apa saja? Jelaskan keterkaitan antar pokok2

    ajaran Islam tersebut!

    4.  Al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan ajaran Nabi-nabi sebelum

     Nabi Muhammad Saw. Apa maksudnya?

    5.  Buatlah contoh (dalam bentuk uraian) masalah ibadah dan mu’amalah yg

    tidak sesuai dengan syariat Islam, sekaligus alasannya!

    6.  Fungsi hadits terhadap al-Qur’an adalah menjelaskan, menegaskan dan 

    menetapkan hukum baru. Jelaskan menggunakan contoh!

    7.  Bagaimana kedudukan Ijtihad di dalam agama Islam, dan mengapa

    diperlukan? Jelaskan menggunakan contoh!

    8.  Jelaskan hubungan antara konsep ibadah dan ilmu menurut agama Islam!

    9.  Usia pernikahan antara Agung dengan Widya sebenarnya baru berjalan 5

    tahun. Namun belakangan perselisihan dan percekcokan kerap mewarnai

    hubungan keduanya sehari-hari. Meski sebenarnya menjadi korban, namun

    kedua anak mereka lah yang selama ini menjadi pertahanan terakhir

    hubungan mereka. Suatu hari Agung tersinggung atas ucapan istrinya karenamencurigainya telah berbuat selingkuh. Atas hal itu, ia lantas memutuskan

    untuk tidak pulang selama beberapa hari. Perselisihan ternyata tidak berhenti

    karena suami-istri tersebut meneruskannya melalui media sms. Pada saat sang

    suami sempat menulis sms “Sudah,kita bercerai saja”, si istri menjadi hancur

     perasaannya sekaligus panik dan bingung. Maka atas saran teman karibnya,

    sang istri pergi ke seorang kyai untuk lekas mendapatkan jalan keluar atas

     persoalannya, dan supaya suaminya mau pulang ke rumah. Dari sang kyai, ia

    diberi bacaan atau wirid tertentu yang harus ia baca berulang-ulang sebagai

    syarat yang harus dijalani. Pertanyaannya: Apakah pernyataan si Agung lewat

    sms telah menjadikan hubungan suami istri-putus? Kapankah perceraian

    dapat terjadi?Dari cerita di atas, di mana saja letak kesalahan si Widyamenurut pandangan agama Islam? Dan bagaimana seharusnya? Di mana pula

    letak kesalahan si Agung? Dan bagaimana seharusnya?

    10. Di antara letak kemukjizatan al-Qur'an ada pada isi atau kandungannya yang

     bersifat universal. Penjelasannya lintas batas tempat dan generasi. Serta dapat

    dijangkau oleh akal manusia dengan berbagai tingkatannya. Salah satu

    contohnya adalah ketika al-Qur'an membicarakan tentang asal-usul manusia.

    Jelaskan : a. Kemukjizatan al-Qur'an dalam membahas tentang asal-usul

    manusia! b. Bagaimana sesungguhnya asal-usul manusia menurut Q.S. 4:1;

    22:5 dan 23:12-14! c. Apa pelajaran terpenting  yang dapat diambil dari gaya

     pembahasan al-Qur'an dalam ayat-ayat tersebut?

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    36/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 88

    11. Jelaskan konsep ibadah menurut Islam! Dan hubungkan dengan tugas

    manusia di bumi!

    12. Kapankah qiyas diperlukan? Jelaskan menggunakan contoh!

    13. Jelaskan kemungkinan hukum nikah siri dengan dalil atau argumentasinya!

    14. 

    Jelaskan kedudukan, fungsi, ruang lingkup dan dalil yang mendorong perlunya ijtihad!

    15. Kapankah istihsan diperlukan? Jelaskan menggunakan contoh!

    16. Jelaskan kemungkinan hukum poligami dengan dalil atau argumentasinya!

    17. Jelaskan akar perbedaan hukum fiqh! Berikan 1 contohnya!

    18. Apa yang dimaksud dengan al-Quran sebagai sumber ajaran Islam! Berilah

    contoh!

    19. Apakah al-Hadits itu? Berilah contoh hadits qauli!

    20. Tuliskan sanad dan matan hadits di bawah ini secara terpisah!

    ار

    ( -1/3)

    ث

     

    ا

     ا 

    الث

    ن

     لث  

     

     ر

    لا

    خ

      

    ها

      

    ا ع  

     

    ص

    و

     

    ا

      ل 

      

    ب

     

    ا ر ا 

      

     

    ا

    ل 

    ل ر ا  ا 

    ول  ل 

    تا

    و

     ائ

     

      ك

      هدوة ا

     

    ه 

     

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    37/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 89

    1.6. 

    Lembar Kerja

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

    .........................................................................................................................................

  • 8/18/2019 Isi modul 3

    38/38

    MODUL 3. Ruang Lingkup dan Sumber Ajaran I slam  

    1.7. 

    Jawaban