Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Skenario
Gusi Ani Membesar
Ani umur 25 tahun datang ke Bagian Periodonsia FKG Unej dengan
keluhan gusi depan bawah terasa membesar dan sulit dibersihkan. Pada
pemeriksaan klinis gigi 33,32,31,41,42,43 terdapat gingival agak kemerahan,
tidak mudah berdarah, pembesaran kea rah koronal dan fasial, konsistensi
keras dan probing depth (PD) 4mm. sedangkan pada gigi 13,12,11,21 gingiva
merah, mudah berdarah, membulat, konsistensi lunak dan probing depth (PD)
4,5 mm. Hasil foto roentgen terdapat resorbsi tulang alveolar ½ panjang akar
dengan arah horizontal.
1.2. Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada
orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan pada
gingival, tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum. Penyebab
utamanya adalah bakteri plak. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
Kunjungan berkala ke dokter gigi sangat berarti untuk mendapatkan diagnosa dini
dan perawatan penyakit periodontal. Kira-kira 15% orang dewasa usia 21 – 50
tahun dan 30% usia di atas 50 tahun mengalami penyakit ini.
Pada jaringan normal dari penyokong gigi seperti gingival umumnya
berwarna merah muda, lembut dan kenyal, bertekstur seperti kulit jeruk,
bentuknya mengikuti kontur gigi dan tepinya berbentuk seperti kulit kerang serta
tidak ada perdarahan pada saat penyikatan gigi. Pada gingival yang mengalami
peradangan disebut juga gingivitis yang umumnya ditandai dengan penumpukan
plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan
1
bengkak. Selain itu seringkali terjadi perdarahan pada waktu menyikat gigi atau
menggunakan benang gigi.
Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan
pembersihan disela - sela gigi yang baik dan benar. Sebaliknya, bila hygiene
mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis
Hiperplasia merupakan suatu keadaan patologis dimana kondisi gingiva sudah
mengalami kerusakan pada jaringan dan telah mengalami pembengkakan. Pada
gingivitis hiperplasi dapat dirawat dengan scaling, bila gingiva tampak lunak dan
ada perubahan warna, terutama bila terjadi edema dan infiltrasi seluler, dengan
syarat ukuran pembesaran tidak mengganggu pengambilan deposits pada
permukaan gigi. Apabila gingivitis hiperplasi terdiri dari komponen fibrotik yang
tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling atau ukuran pembesaran
gingiva menutupi deposits pada permukaan gigi, dan mengganggu akses
pengambilan deposits, maka perawatannya adalah pengambilan secara bedah
(gingivektomi).
Selain pada gingival juga terdapat peradangan pada jaringan periodontal
seperti Periodontitis. Periodontitis tahap awal mulai terjadi kerusakan tulang
penyanggah gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan dari karang gigi yang
terus tumbuh ke arah ujung akar gigi, akibatnya perlekatan jaringan penyanggah
gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan
menurunnya ketinggian tulang penyanggah gigi. Kerusakan ini tidak dapat
dipulihkan, tapi penjalarannya dapat dihentikan membersihkan karang gigi dan
mengangkat jaringan yang mati. Kadang-kadang, meskipun tulang penyanggah
gigi sudah menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya
terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal pocket.
Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi
tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup. Tanda – tanda periodontitis
awal seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan
2
bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal pocket yang
sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan gerakan
menghisap.
Dan apabila periodontitis tidak dilakukan perawatan biasanya akan terjadi
periodontitis yang berkelanjutan biasanya disebut dengan periodontitis lanjut.
Tanda-tanda Periodontitis tingkat lanjut adalah terjadi perubahan cara menggigit,
perubahan kecekatan gigi palsu karena berkurangnya dukungan tulang
penyanggah gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyanggah gigi, akar gigi
terbuka, sehingga sensitif terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika
menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal seringkali ditandai dengan
keluarnya nanah di antara gigi dan gusi bila gusi ditekan, bau mulut dan rasa gatal
pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyanggah akan menyebabkan gigi
akan goyang bahkan tanggal.
Semua kelainan-kelainan jaringan periodontal yang disebutkan di atas
bermula dari sisa makanan yang tidak dibersihkan sehingga memicu terbentuknya
plak. Pengendapan mineral pada plak akan membentuk karang gigi. Jangan
biarkan karang gigi merusak jaringan penyanggah gigi anda. Karena itu lakukan
pembersihan karang gigi pada dokter gigi anda sedikitnya 6 bulan sekali
1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menegakkan diagnosa di klinik periodontal ?
2. Apa diagnosa dari skenario tersebut ?
3. Apa saja rencana perawatan diagnosa pada skenario tersebut ?
4. Bagaimana prognosa rencana perawatan diagnosa pada skenario tersebut ?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui cara menegakkan diagnosa di klinik periodontal.
2. Mengetahui diagnosa dari skenario.
3
3. Mengetahui rencana perawatan diagnosa pada skenario.
4. Mengetahui prognosa rencana perawatan diagnosa pada skenario.
1.5 Mapping
1.6
4
Pemeriksaan periodontal
Subyekif Obyektif
PenunjangKlinis
Prognosis
Gingivitis Periodontitis
Rencana Perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan suatu rencana perawatan tergantung pada penegakan diagnosis
penyakit yang tepat. Diagnosis adalah identifikasi suatu penyakit atau suatu keadaan
dengan memperhatikan tanda dan gejala dan menentukan asal muasalnya (Harty dan
Ogston, 1995). Untuk menegakkan suatu diagnosa, seorang dokter gigi harus
mengumpulkan semua keterangan baik dari pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Semua keterangan yang ada kemudian dipilih dan diasimilasikan menjadi
rencana perawatan yang komprehensif. Menurut Carranza (1990), diagnosis penyakit
periodontal terdiri dari analisis sejarah kasus dan evaluasi tanda dan gejala klinis,
sebagai hasil dari beberapa pemeriksaan (misalnya, evaluasi dengan probe,
pemeriksaan kegoyahan gigi, radiografi, tes darah, biopsi) untuk mengidentifikasi
masalah pasien. Diagnosis periodontal menentukan penyakit pada saat itu,
mengidentifikasi jenis penyakitnya, dan menyediakan pemahaman proses dasar
penyakit dan penyebabnya. Diagnosis disusun dengan sistematik dan teratur untuk
tujuan tertentu. Suatu diagnosis tidaklah cukup dari pengumpulan fakta. Kepingan –
kepingan temuan harus disatukan sehingga menjadi penjelasan masalah periodontal
pasien (Carranza, 1990)
Secara umum prosedur diagnosa dapat dibagi menjadi empat bagian, antara
lain: (1) melakukan anamnesa dan mencatat riwayat pasien, (2) melakukan
pemeriksaan terhadap pasien (pemeriksaan fisik dan laboratorium), (3) Evaluasi dari
hasil anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium yang akan menuntun
ke arah perumusan suatu diagnosa, (4) Penilaian resiko medis untuk pasien-pasien
gigi (Lynch dkk, 1992). Menurut Carranza (1990), suatu diagnosis penyakit
periodontal dapat ditegakkan melalui diagnosis klinis, radiografi, dan teknik lanjutan.
5
DIAGNOSIS KLINIS
Kunjungan pertama
Pada saat kunjungan pertama ini, seorang dokter gigi perlu menilai beberapa hal
seperti:
1. Penilaian pasien secara keseluruhan
Seorang operator harus mencoba menilai pasien secara keseluruhan. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan adalah status mental dan emosional pasien, tabiat, sikap, dan
umur fisiologi (Carranza, 1990).
2. Riwayat sistemik
Menurut Carranza (1990), suatu riwayat sistemik akan menolong operator dalam hal
(1) diagnosis manifestasi oral dari penyakit sistemik, (2) penemuan kondisi sistemik
yang dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal, (3)
penemuan kondisi sistemik yang membutuhkan suatu tindakan pencegahan dan
modifikasi dalam perawatannya. Suatu riwayat sistemik harus mengacu pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Apakah pasien sedang dalam perawatan dokter; jika iya, tanyakan asal, durasi
penyakit serta terapinya. Penyidikan dapat dilakukan berdasarkan dosis dan durasi
terapi dengan antikoagulan dan kortikosteroid.
b. Riwayat rheumatic fever, rheumatic atau penyakit jantung kongenital,hipertensi,
angina pectoris, myocardial infarction, nefritis, penyakit ginjal, diabetes, dan/atau
pingsan.
c. Kecendrungan perdarahan yang abnornal seperti hidung yang berdarah, perdarahan
yang lama pada luka kecil, ecchymosis spontan, kecendrungan terhadap memar yang
berlebihan, dan perdarahan menstruasi yang berlebihan.
d. Penyakit infeksi, termasuk berkontak dengan penyakit infeksi di rumah atau di
kantor, atau baru saja mendapat rontgen di bagian dada.
e. Kemungkinan memiliki penyakit akibat pekerjaannya.
6
f. Riwayat alegi, termasuk hay fever, asma, sensitif terhadap makanan, atau sensitif
terhadap obat misalnya aspirin, codeine, barbiturat, sulfonamide, antibiotik, prokain,
dan laxatives atau terhadap bahan dental seperti eugenol atau resin akrilik.
g. Informasi onset pubertas dan menopause dan mengenai kelainan menstrual
atau hysterectomy, kehamilan, atau keguguran.
3. Riwayat kesehatan gigi
Pada saat mencari riwayat kesehatan gigi, praktisi mendapat kesempatan
untuk menulai perilaku pasien, membangun hubungan, dan mempelajari penyakit gigi
yang telah lalu serta responya terhadap perawatan. Juga penting untuk mengetahui
cara pemeliharaan kebersihan mulut yang selama ini dilakukan oleh pasien di rumah
yang mencerminkan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi (Fedi dkk, 2005).
Menurut Carranza (1990), pada saat pengumpulan riwayat kesehatan gigi, harus
ditanyakan pula keluhan utama pasien. Gejala pasien dengan penyakit gingival dan
periodontal berhubungan dengan perdarahan pada gusi, spacing pada gigi yang
sebelumnya tidak ada, bau mulut, dan rasa gatal pada gusi yang dapat berkurang
melalui pencungkilan dengan tusuk gigi. Selain itu juga terdapat rasa nyeri dengan
variasi tipe dan durasi, misalnya konstan, tumpul, gnawing pain, rasa nyeri yang
tumpul setelah makan, rasa nyeri yang dalam rahang, rasa nyeri akut, sensitif ketika
mengunyah, sensitif terhadap panas dan dingin, sensasi terbakar pada gusi, dan
sensitif terhadap udara yang dihirup. Riwayat dental harus meliputi acuan seperti:
a. Kunjungan ke dokter gigi meliputi frekuensi, tanggal terakhir kunjungan, dan
perawatannya. Profilaksis oral atau “pembersihan” oleh dokter gigi, frekuensi dan
tanggal terakhir dibersihkan.
b. Menyikat gigi – frekuensi, sebelum atau sesudah makan, metode, tipe sikat gigi
dan pasta, serta interval waktu digantinya sikat gigi.
c. Perawatan ortodontik – durasi dan perkiraan waktu selesai.
d. Rasa nyeri di gigi atau di gusi – cara rasa nyeri terpancing, asal dan durasinya, dan
cara menghilangkan rasa nyeri tersebut.
7
e. Gusi berdarah – kapan pertama kali diketahui; terjadi spontan atau tidak, terjadi
saat sikat gigi atau saat makan, terjadi pada malam hari atau pada periode yang
teratur; apakah gusi berdarah berhubungan dengan periode menstruasi atau faktor
spesifik; durasi perdarahan dan cara menghentikannya.
f. Bau mulut dan daerah impaksi makanan
g. Kegohayan gigi – apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi? Apakah
terdapat kesulitan pada saat mengunyah?
h. Riwayat masalah gusi sebelumnya
i. Kebiasaan – grinding teeth atau clenching teeth pada malam hari atau setiap waktu.
Apakah otot gigi terasa sakit pada pagi hari? Kebiasaan lainnya seperti merokok,
menggigit kuku, dan menggigit benda asing.
4. Survey radiografi intraoral
Survey lengkung gigi dan struktur sekitarnya dapat dilihat dengan mudah
melalui radiograf panoramik. Radiograf panoramik menyediakan gambar
radiografi keseluruhan yang informatif untuk melihat distribusi dan keparahan
kerusakan tulang pada penyakit periodontal, namunfilm intraoral yang lengkap
dibutuhkan untuk diagnosis periodontal dan rencana perawatan.
5. Cetakan rahang
Cetakan rahang berguna sebagai bantuan visual dalam diskusi dengan pasien
dan berguna untuk perbandingan antara sebelum dan sesudah perawatan maupun
untuk acuan pada kunjungan check-up (Carranza, 1990).
6. Foto klinis
Foto tidaklah begitu penting, namun foto berguna untuk merekam tampilan
jaringan sebelum dan setelah perawatan (Carranza, 1990).
Kunjungan kedua
1. Pemeriksaan rongga mulut
8
Menurut Carranza (1990), pemeriksaan rongga mulut meliputi oral hygiene, bau
mulut, pemeriksaan rongga mulut, dan pemeriksaan kelenjar getah bening.
Oral hygiene
Oral hygiene atau kebersihan rongga mulut dinilai dari tingkat
akumulasi debris makanan, plak, material alba, dan stain permukaan gigi.
Pemeriksaan jumlah kualitatif plak dapat membantu menegakkan diagnosis.
Bau Mulut
Halitosis atau fetor ex ore atau fetor oris, adalah bau atau aroma menyengat yang
berasal dari rongga mulut. Adanya halitosis dapat membantu dalam menegakkan
diagnosa. Halitosis berhubungan dengan penyakit penyakit tertentu, dan dapat berasal
dari faktor lokal maupun ekstraoral. Sumber lokal penyebab halitosis dapat berasal
dari impaksi makanan diantara gigi, coated tongue, acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG), dehidrasi, karies, gigi palsu, nafas perokok, dan penyembuhan
pasca operasi atau pencabutan gigi. Karakteristik bau busuk dari ANUG sangat
mudah diidentifikasi. Ekstraoral atau sumber bau mulut yang jauh berasal dari
penyakit atau struktur yang berdekatan berhubungan dengan rhinitis, sinusitis, atau
tonsillitis; penyakit pada paru-paru dan bronkus; dan bau yang dikeluarkan melalui
paru-paru dari substansi aromatik dalam aliran darah seperti metabolit dari infus
makanan atau produk eksretori dari metabolisme sel.
Pemeriksaan Rongga Mulut
Pemeriksaan rongga mulut meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum, dan daerah
oropharyngeal, serta kualitas dan kuantitas saliva. Walaupun hasil pemeriksaan tidak
berhubungan dengan penyakit peridontal, seorang dokter gigi harus mendeteksi
perubahan patologis yang terjadi.
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening dapat membesar dan/atau mengeras sebagai respon episode
infeksi, metastase malignant, atau perubahan residual fibrotik. Kelenjar yang
inflamasi menjadi membesar, terpalpasi, empuk, dan tidak bergerak. Acute herpetic
9
gingivostomatitis, ANUG, dan abses periodontal akut menghasilkan pembesaran
kelenjar getah bening.
2. Pemeriksaan gigi
Menurut Carranza (1990), aspek-aspek pada gigi yang diperiksa adalah
kariesnya, perkembangan kecacatan, anomali bentuk gigi, wasting,
hipersensitifitas, dan hubungan kontak proksimal.
Wasting disease of the teeth
Wasting diartikan sebagai pengurangan substansi gigi secara berangsur-angsur
yang terkarakteristik oleh pembentukan permukaan yang halus, dan mengkilat.
Bentuk dari wasting adalah erosi, abrasi, dan atrisi. Erosi adalah depresi berbentuk
baji pada daerah servik permukaan fasial gigi. Abrasi adalah hilangnya substansi
gigi yang disebabkan oleh penggunaan mekanis mastikasi. Atrisi adalah
terkikisnya permukaan oklusal akibat kontak fungsional dengan gigi antagonis.
Dental Stains
Dental stains adalah deposit yang terpigmentasi pada gigi. Dental stain harus
diperiksa dengan teliti untuk menentukan penyebabnya.
Hipersensitifitas
Akar gigi yang terbuka akibat resesi gingiva menjadi sensitif terhadap perubahan
suhu atau stimulasi taktil. Pasien sering menunjuk langsung lokasi yang sensitif.
Hipersensitifitas dapat diketahui melalui eksplorasi dengan probe atau udara
dingin.
Hubungan kontak proksimal
Terbukanya kontak yang tipis menyebabkan impaksi makanan. Hal ini dapat dicek
melalui obeservasi klinis dan dengan dental floss. Kegoyahan gigi Kegoyahan gigi
terjadi dalam dua tahapan:
i. Inisial atau tahap intrasoket, yakni pergerakan gigi yang masih dalambatas
ligamen periodontal. Hal ini berbungan dengan distorsi viskoelastisitas ligamen
periodontal dan redistribusi cairan peridontal, isi interbundle, dan fiber.
10
Pergerakan inisial ini terjadi dengan tekanan sekitar 100 pon dan pergerakan yang
terjadi sebesar 0.05 sampai 0.1 mm (50 hingga 100 mikro)
ii. Tahapan kedua, terjadi secara bertahap dan memerlukan deformasi elastik.
Tulang alveolar sebagai respon terhadap meningkatnya tekanan horizontal. Ketika
mahkota diberi tekanan sebesar 500 pon maka pemindahan yang terjadi sebesar
100-200 mikro untuk incisivus, 50-90 mikro untuk caninus,8-10 mikro untuk
premolar dan 40-80 mikro untuk molar.
Kegoyahan gigi dapat diperiksa secara klinis dengan cara: gigi dipegang dengan
kuat diantara dua instrumen atau dengan satu instrumen dan satu jari, dan
diberikan sebuah usaha untuk menggerakkannya ke segala arah (Carranza, 1990).
Gambar 1. Pemeriksaan Kegoyangan Gigi
(Rateitschak dkk, 1985)
Menurut Fedi dkk (2004), kegoyahan gigi dibedakan menjadi :
i. Derajat 1 – kegoyangan gigi yang sedikit lebih besar dari normal
ii. Derajat 2 – kegoyangan gigi sekitar 1 mm
iii. Derajat 3 – kegoyangan gigi lebih dari 1 mm pada segala arah atau gigi
dapat ditekan ke arah apikal.
Kegoyangan gigi yang patologis terutama disebabkan oleh (1) infamasi gingiva dan
jaringan periodontal, (2) kebiasaan parafungsi oklusal, (3) oklusi prematur, (4)
kehilangan tulang pendukung, (5) gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi
yang dijadikan pegangan cengkraman gigi, (6) terapi periodontal, terapi endodontik,
dan trauma dapat menyebabkan kegoyahan gigi sementara (Fedi dkk, 2004).
Trauma dari oklusi
11
Trauma dari oklusi mengacu pada luka jaringan yang diakibatkan tekanan oklusal.
Tanda pada jaringan periodontal yang dicurigai sebagai akibat adanya trauma dari
oklusi antara lain: kegoyangan gigi yang berlebihan; pada gambar radiografi terlihat
jarak periodontal yang melebar; kerusakan tulang vertikal atau angular; poket
infraboni; dan migrasi patologis, terutama pada gigi anterior. Tanda lainnya yang
dicurigai adanya hubungan oklusal yang abnormal adalah migrasi gigi anterior yang
patologis (Carranza, 1990).
Migrasi gigi yang patologis
Kontak prematur pada gigi posterior yang membelokkan mandibula ke arah anterior
ikut berperan serta terhadap rusaknya periodonsium gigi maksila bagian anterior dan
terhadap migrasi patologis. Migrasi patologis gigi anterior pada orang muda mungkin
sebagai tanda adanya localized juvenileperiodontitis (Carranza, 1990).
Sensitifitas terhadap perkusi
Sensitifitas terhadap perkusi merupakan ciri adanya inflamasi akut pada ligamen
periodontal. Perkusi yang keras pada gigi dengan sudut yang berbeda terhadap aksis
gigi membantu menentukan lokasi yang terlibat inflamasi (Carranza, 1990).
Kedaan gigi pada saat rahang tertutup.
Pemeriksaan keadaan gigi pada saat rahang tertutup tidak memberikan informansi
seperti saat pemeriksaan rahang ketika berfungsi, namun pemeriksaan ini dapat
menunjukkan kondisi peridontal. Gigi yang tersusun secara ireguler, gigi yang
ekstrusi, kontak proksimal yang tidak tepat, dan daerah impaksi makanan merupakan
faktor yang mendukung akumulasi bakteri plak. Misalnya pada kasus hubungan open
bite, dimana terdapat celah yang abnormal antara maksila dan mandibula. Kurangnya
pembersihan mekanis oleh jalan lintas makanan, dapat menyebabkan akumulasi
debris, pembentukan kalkulus, dan ekstrusi gigi (Carranza, 1990).
3. Pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan periodonsium harus sistematik, dimulai dari regio molar baik
pada maksilla maupun mandibula kemudian diteruskan ke seluruh rahang. Semua
12
temuan pada pemeriksaan periodonsium ini dicatat pada periodontal chart
sehingga berguna sebagai catatan kondisi pasien dan untuk evaluasi respon pasien
terhadap perawatan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah
pemeriksaan plak dan kalkulus, gingiva, poket periodontal, penentuan aktivitas
penyakit, jumlah gingiva cekat, alveolar bone loss, palpasi, supurasi, dan abses
peridontal (Carranza, 1990).
Plak dan Kalkulus
Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam
metode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang
mengelilingi gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial,
papilla mesiofasial, dan bagian lingual (Carranza, 1990). Visualisasi plak dapat
dilakukan dengan mengeringkan gigi denganudara. Plak adalah bagian yang tidak
memiliki stain (Rateitschak dkk, 1985)
Gambar 2. Pemeriksaan plak
(Rateitschak dkk, 1985)
Adanya kalkulus supragingiva dapat terlihat melalui observasi langsung, dan
jumlahnya dapat diukur dengan probe yang terkalibrasi. Untuk mendeteksi
kalkulus subgingiva, setiap permukaan gigi diperiksa hingga batas perlekatan
gingiva dengan menggunakan eksplorer no.17 atau no.3A. Udara yang hangat
13
dapat digunakan untuk sedikit membuka gingiva sehingga visualisasi terhadap
kalkulus lebih jelas (Carranza, 1990).
Gambar 3. Deteksi kehalusan (atas kanan) atau iregularitas
pada permukaan akar dengan pergerakan probe atau eksplorer
di luar. Kalkulus (atas tengah), karies (atas kiri), margin
restorasi yang irregular (bawah kanan dan kiri) (Carranza, 1990)
Gingiva
Gingiva harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mendapatkan observasi yang akurat.
Selain melalui pemeriksaan secara visual dan eksplorasi dengan instrumen,
pemeriksaan dilakukan dengan palpasi yang erat namun halus. Hal ini dilakukan
14
untuk mendeteksi kelainan patologis pada kelentingan normal dan mengetahui lokasi
pembentukan pus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat pemeriksaan
gingiva antara lain: warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan, posisi,
kemudahan untuk berdarah, dan rasa nyeri.
Dari pemeriksaan klinis, inflamasi gingiva menghasilkan dua respon dasar jaringan,
yaitu edematous dan fibrotik. Respon jaringan yang edematous memiliki karakteristik
halus, glossy, halus dan gingiva berwarna merah. Respon jaringan yang fibrotik
memiliki karakteristik seerti gingiva normal namun lebih kuat, berstippling, dan
opaque, walaupun terkadang lebih tebal dan marginnya terlihat membulat.
Poket Periodontal
Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan: keberadaan dan distribusi
pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas perlekatan pada akar gigi, dan
tipe poket (supraboni atau infaboni; simple, compound atau kompleks). Metode satu-
satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket peridontal adalah eksplorasi
menggunakan probe peridontal. Poket tidak terdeteksi oleh pemeriksaan radiografi.
Periodontal poket adalah perubahan jaringan lunak. Radiografi menunjukkan area
yang kehilangan tulang dimana dicurigai adanya poket. Radiografi tidak
menunjukkan kedalaman poket sehingga radiografi tidak menunjukkan perbedaan
antara sebelum dan sesudah penyisihan poket kecuali kalau tulangnya sudah
diperbaiki. Ujung gutta percha atau ujung perak yang terkalibrasi dapat digunakan
dengan radiografiuntuk menentukan tingkat perlekatan poket peridontal.
Menurut Carranza (1990), kedalaman poket dibedakan menjadi dua
jenis, antara lain:
1. Kedalaman biologis
Kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva dengan dasar
poket (ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing
15
Kedalaman klinis adalah jarak dimana sebuah instrumen ad hoc (probe) masuk
kedalam poket. Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukuran probe, gaya
yang diberikan, arah penetrasi, resistansi jaringan,
dan kecembungan mahkota.
Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium
adalah ± 0.3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat adalah
0.75 N. Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis
vertikal gigi dan “berjalan” secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap
gigi untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam (Carranza, 1990). Jika
terdapat banyak kalkulus, biasanya sulit untuk mengukur kedalaman poket karena
kalkulus menghalangi masuknya probe. Maka,dilakukan pembuangan kalkulus
terlebih dahulu secara kasar (gross scaling) sebelum dilakukan pengukuran poket
(Fedi dkk, 2004).
Gambar 6. Probe “berjalan” untuk mengetahui poket dan perluasannya
(Carranza, 1990)
Untuk mendeteksi adanya interdental craters, maka probe diletakkan secara oblique
baik dari permukaan fasial dan lingual sehingga dapat mengekplorasi titik terdalam
pada poket yang terletak dibawah titik kontak (Carranza, 1990).
16
Gambar 6. Insersi probe secara vertikal (kiri) tidak mendeteksiinterdental crater;
probe dengan posisi oblique (kanan)mencapai titik terdalam crater.(Carranza, 1990)
Pada gigi berakar jamak harus diperiksa dengan teliti adanya
keterlibatan furkasi. Probe dengan desain khusus (Nabers probe) memudahkan
dan lebih akurat untuk mengekplorasi komponen horizontal pada lesi furkasi
(Carranza, 1990).
Gambar 7. Eksplorasi dengan probe peridontal (kiri);Nabers probe (kanan)
(Carranza, 1990)
Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik adalah penentuan
tingkat perlekatan (level of attachment). Kedalaman poket adalah jarak antara dasar
poket dan margin gingiva. Kedalaman poket dapat berubah dari waktu ke waktu
walaupun pada kasus yang tidak dirawat sehingga posisi margin gingiva pun berubah.
Poket yang dangkal pada 1/3 apikal akar memiliki kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan poket dalam yang melekat pada 1/3 koronal akar. Cara untuk
17
menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin gingiva berada pada mahkota
anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket dengan
jarak antara margin gingiva hingga cemento-enamel junction (Carranza, 1990).
Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apabila gingiva mengalami
inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi. Untuk mengecek perdarahan
setelah probing, probe perlahan-lahan dumasukkan ke dasar poket dan dengan
berpindah sepanjang dinding poket. Perdarahan seringkali muncul segera setelah
penarikan probe, namun perdarahan juga sering tertunda hingga 30-60 detik setelah
probing (Carranza,1990).
Penentuan aktivitas penyakit
Penentuan kedalaman poket dan tingkat perlekatan tidak memberikaninformasi
apakah lesi tersebut berada dalam kondisi aktif atau inaktif. Suatu lesi inaktif
menunjukkan tidak sama sekali atau sedikit perdarahan pada probing dan jumlah
cairan gingiva yang minimal; flora bakteri didominasi oleh bentuk sel coccoid. Lesi
yang aktif berdarah lebih cepat saat probing dan memiliki sejumlah cairan dan
eksudat; bakteri yang dominan adalah spirochetes dan motile. Pada kasus localized
juvenile periodontitis, baik progressing dan nonprogressing, tidak memiliki
perbedaan tempat saat bleeding on probing. Penentuan aktivitas yang cermat akan
langsung mempengaruhi dignosis, prognosis, dan terapi (Carranza, 1990).
Jumlah Gingiva Cekat
Menurut Carranza (1990), lebar gingiva cekat adalah jarak antara mucogingival
junction dan proyeksi pada permukaan eksternal dari dasar sulkus gingiva atau poket
peridontal. Lebar gingiva cekat ditentukan dengan mengurangi kedalaman sulkus atau
poket dari kedalaman total gingiva (margin gingiva hingga garis mucogingi
Alveolar Bone Loss
Menurut Carranza (1990), alveolar bone loss dievaluasi melalui pemeriksaan klinis
dan radiografi. Probing berguna untuk menentukan tinggi dan kontur tulang bagian
fasial dan lingual yang kabur pada radiograf akibat kepadatan akar dan untuk
18
menentukan arsitektur tulang interdental. Pada daerah yang teranestesi, informasi
arsitektur tulang dapat diperoleh dengan melakukan transgingival probing.
Palpasi
Palpasi mukosa oral pada daerah lateral dan apikal gigi dapat membantu untuk
menunjuk tempat asal rasa nyeri yang tidak dapat ditunjukkan oleh pasien. Palpasi
juga dapat mendeteksi infeksi jauh didalam jaringan peridontal dan tahap awal abses
peridontal (Carranza, 1990).
Abses Periodontal
Abses peridontal adalah akumulasi pus yang terlokalisasi dalam dinding gingiva pada
poket peridontal. Abses periodontal dapat akut dan kronis. Peridontal abses akut
terlihat sebagai peninggian ovoid pada gingiva sepanjang aspek lateral akar. Gingiva
terlihat edematous dan merah, dengan permukaan yang halus dan mengkilat. Bentuk
dan konsistensi pada area yang meninggi bervariasi; bisa berbentuk seperti kubah,
agak keras, dan halus. Seringkali pasien memiliki gejala peridontal abses akut tanpa
tanda klinis dan radiografi yang terlihat. Peridontal abses akut memiliki gejala seperti
rasa nyeri berdenyut, sensitif terhadap palpasi gigi, kegoyangan gigi, lymphadenitis,
dan sedikit tanda sistematik seperti demam, leukositosis, dan malaise. Abses
peridontal kronis terlihat sebagai sinus yang membuka ke arah mukosa gingiva
sepanjang akar gigi. Abses peridontal kronis biasanya asimptomatik. Pasien
seringkali mengeluhkan rasa nyeri yang tumpul, sedikit peninggian pada gigi, dan
keinginan untuk menggigit dan menggesekkan gigi (Carranza, 1990).
GAMBARAN RADIOGRAFI
Radiograf merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosa penyakit periodontal, tetapi radiograf semata tidak dapat
menentukan diagnosa. Beberapa persyaratan umum dalam pemeriksaan
radiografik yang lengkap, yaitu:
19
1. Rangkaian film yang dibuat, meliputi:
a) Rangkaian foto rontgen periapikal seluruh gigi (full-mouth)
b) Empat foto rontgen sayap gigit periodontal
c) Foto panoramik sebagai tambahan
2. Kualitas foto rontgen yang baik, melipuit densitas, kontras dan pengambilan
sudut yang tepat, serta harus mencakup seluruh detail anatomi daerah yang
dimaksud
Gambaran yang diperoleh dari foto rontgen, antara lain:
1. Morfologi dan panjang akar
2. Perbandingan mahkota : akar klinis
3. Perkiraan banyaknya kerusakan tulang
4. Hubungan antara sinus maksillaris dengan kelainan bentuk jaringan
periodontal
5. Resorpsi tulang horizontal dan vertikal pada puncak tulang interproksimal.
Harus diingat bahwa tinggi tulang interseptal yang normal biasanya sejajar
dan sekitar 1-2 mm lebih ke apikal bila dibandingkan dengan garis khayal
yang ditarik melalui pertemuan sementoemail gigi-gigi.
6. Pelebaran ruang ligamen periodonsium di daerah mesial dan distal akar.
7. Keterlibatan furkasi tingkat lanjut
8. Kelaianan periapeks
9. Kalkulus
10. Restorasi yang mengemper (overhang)
11. Fraktur akar
12. Karies
13. Resorpsi akar
Radiografi tidak dapat memperlihatkan aktivitas penyakit, tetapi dapat menunjukkan
efek penyakit. Hal-hal yang tidak dapat ditunjukan rontgen adalah
20
1. Ada atau tidaknya poket
2. Morfologi kelainan bentuk tulang yang pasti, khususnya cacat uang berliikuliku,
dehisensi, dan fenestrasi
3. Kegoyangan gigi
4. Posisi dan kondisi prosesus alveolar di permukaan fasial dan lingual
5. Keterlibatan furkasi tahap awal
6. Tingkat perlekatan jaringan ikat dan epitel jungsional
PROGNOSIS
Prognosis adalah ramalan mengenai respon terhadap perawatan dan harapan untuk
mempertahankan gigi-geligi dalam waktu yang lama.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan prognosis adalah:
1.Kegoyangan gigi. Kegoyangan gigi dapat disebabkan beberapa factor:
a) Inflamasi gingiaval dan periodontal
b) Kebiasaan parafungsi
c) Kontak premature
d) Gaya gaya torsi
e) Kehilangan tulang pendukung
2. Gigi-gigi yang terletak berdekatan dengan daerah tidak bergigi. Gigi penyangga harus
menanggung kebutuhan fungsional yang meningkat. Oleh karena itu, diperlukan standart
yang lebih tinggi dalam mengevaluasi prognosis gigi di daerah ini.
3. Lokasi tulang yang masih dikaitkan dengan permukaan akar gigi. Apabila kehilangan
tulang yang hebat terjadi hanya pada satu permukaan akar gigi, pusat rotasi dari gigi
tersebut akan terletak lebih koronal disbanding apabilah seluruh permukaan akar terlibat.
4. Hubungan dengan gigi yang berdekatan.apabila suatu gigi prognosisnya diragukan,
kemungkinan keberhasilan perawatan harus dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkanya pada gigi di sebelahnya.
5. Tingkat perlekatan epitel. Letak dasar poket terhadap pertautan sementoemail berpengaruh
lebih besar terhadap prognosis gigi individual daripada kedalaman poket.
21
6. Poket infraboni.kemungkinan menghilangkan poket infrabboni dan cacat tulang yang
berkaitan denganya, dipengaruhi oleh banyaknya dinding tulang yang masih ada.
7. Keterlibatan furkasi. Keterlibatan bifurkasi dan trifurkasi tidak selalu berprognosis buruk.
Dukungan yang lebih baik pada gigi berakar ganda lebih menguntungkan dibandingkan
gigi berakar tunggal yang mengalami kehilangan tulang yang sama. Beberapa faktor yang
dapat memprngaruhi prognosis gigi pada kehilangan perlekatan gigi dan keterlibatan
furkasi adalah :
a) Derajat furkasi
b) Kemudahan untuk mencapai daerah furka pada prosedur bedah periodontal.
c) Kemudahn jangkauan dalam pengendalian plak pada daerah furka
8. Karies gigi non vital dan respon akar. Pada gigi dengan karies yang luas restorasi yang
beik dan terapi endodontic sangat mempengaruhi perawatan periodontal
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Penegakkan Diagnose dalam Periodonsia
3.1.1 Identitas
a. Nama Penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya,
di samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena
ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang
Eropa (ras Kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras
Mongoloid) cembung.
b. Pekerjaan
Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena faktor jenis
pekerjaan, seperti seorang pembuat kue/roti, yang secara rutin harus mencicipi
makanan yang sudah terbakar, pada hal insidensi kariesnya tinggi. Pada
kenyataannya, gula pada kue tadi akan diuraikan menjadi asam di bawah
pengaruh enzim yang terdapat pada air liur. Di lain pihak, seorang atlit mungkin
perlu alat pelindung bagi geligi tiruannya. Restorasi yang dibuat untuk seorang
atlit nasional yang terkenal mungkin perlu pertimbangan khusus dalam segi
estetiknya.
Begitu pula orang-orang yang dalam pelaksanaan tugasnya sering berhubungan
dengan public, seperti guru, pegawai kantor, artis, politikus dan lain-lain
membutuhkan pemenuhan faktor estetik yang baik. Sebagai tambahan, faktor
estetik dan fonetik dengan sendirinya amat penting dan dituntut begi seorang
penyanyi, misalnya.
Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya jug adapt
diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar
tuntutannya terhadap faktor estetik.
23
c. Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.
Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat
juga dapat membantu kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang
pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
d. Usia
Pengaruh lanjutnya usia selalu menjadi bahan pertimbangan. Proses menua
mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya
saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia yang menentukan
bentuk, warna serta ukuran gigi seseorang.
Pada orang lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti
hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Bila pada orang usia muda lebih sering
dijumpai karies dentis, maka pada kelompok usia lanjut penyakit periodontallah
yang lebih sering dijumpai.
Kemampuan adaptasi penderita pada usia muda terhadap geligi tiruan biasanya
leih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun,
adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi lebih sukar setelah usia
empatpuluhan.
e. Jenis Kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk
pria dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan.
Wanita pada umumnya cenderung memperhatikan faktor estetik disbanding
pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka
menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih
mementingkan rasa enak/nyaman, disamping faktor fungsional geligi tiruan
yang dipakai.
Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lingkungan/bulatannya,
disbanding gigi pria yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan
perawatan penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan
24
pertimbangan lebih teliti. Pada peroide ini, mulut biasanya terasa lebih kering
dan ada rasa seperti terbakar.
3.1.2 Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan,
berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan
pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik / dental.
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada
Auto Anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh
pasien. Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak
disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain.
Keadaan seperti ini dijumpai umpamanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa,
penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara ini disebut
Allo Anamnesis.
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula Anamnesis pasif dimana
pasien sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya,
pada Anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan dalam
menyampaikan ceritanya.
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat
diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang diutarakan pasien dengan
bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat
datang mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa
adanya menurut pasien misalnya: “Gigi saya terinfeksi dan gusinya bengkak”.
Untuk menghindari informasi yang menyesatkan , pasien hendaknya diupayakan
menyatakan secara lisan misalnya demikian rupa sehingga keinginan mereka
untuk meredakan sakitnya akan terungkap. “tolonglah saya dan hentikan
sakitnya”. Jika pasien tidak menyadari adanya masalah, atau merupakan pasien
yang dirujuk untuk diagnosis atau perawatan fakta-fakta ini harus dicatat dengan
baik (sebagai tidak ada keluhan utama) untuk acuan dimasa datang.
b. Keluhan penderita (HPC = History past complaints)
Merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien.
25
Terdiri atas pertanyaan sebagai berikut:
Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?
Apakah ada perubahan keluhan sejak saat itu? Apakah makin parah,
lebih baik, atau sama saja?
Apakah ada sesuatu yang menyebabkan kelainan itua timbul atau
membuatnya makin parah (misalnya, panas, dingin, atau saat makan
dan memperparah rasa sakit gigi).
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan
gejala tambahan dan keberhasaial keperawatan, atau perawatan yang
pernah diberikan sebelumnya. Gejala yang merupakan penjelas lebih lanjut.
Rasa sakit adalah suatu gejala subyektif, tidak dapat dilihat secara visual.
Oleh karena itu, riwayat penyakit menjadi sangat penting artinya. Keluhan
rasa sakit harus diketahui lokasi, kapan pertama kali sakit, bagaimana, rasa
sakitnya, berapa lama, penyebab dan usaha untuk mengurangi sakit.
Hindari pertanyaan terarah, pasien yang sudah terpengaruh akan setuju
saja dengan gejala yang tidak mereka ketahui. Jadi, jangan bertanya
“apakah andan merasa sakit bila makan makanan panas atau dingin?”
mealinkan tanyakan “Apa yang mebuat rasa sakit tersebut mudah timbul?”
Bila pertanyaan terarah tidak dapat dihindari, berikan beberapa
kemungkinan yang dapat dipilih oleh pasien”. Penting juga mencatat
trauma dan keluhan akibat pembengkakan.
c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan
sedang diderita. Riwayat ini memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta
perawatannya. Informasi demikian tidak hanya berperan penting dalam
penegakan diagnosis, melainkan berperan pula dalam rencana perawatan.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya menanyakan informasi mengenai tanda dan
26
gejala baik kini maupun di masa lalu. Riwayat dental ini merupakan langkah
awal teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.
Informasi dalam riwayat dental mengungkapkan penyakit-penyakit gigi
yang pernah dialami pasien dimasa lalu serta petunjuk mengenai masalah
psikologis yang mungkin ada dan menerangkan sejumlah temuan klinis yang
tidak jelas. Contohnya, akar yang pendek dan asimtomatik atau resorpsi akar
mungkin disebabkan oleh perawatan ortodonsia. Nyeri dapat timbul pada gigi
yang baru saja direstorasi atau setelah perawatan periodontium yang luas.
Informasi ini tidak hanya mengidentikasi sumber keluhan pasien, melainkan juga
membantu dalam memilih tes atau cara perawatannya.
Ajukan beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Seberapa seringkah Anda mengunjungi dokter gigi sebelumnya? (Berkaitan
dengan motivasi, kemungkinan kedatangan pada kunjungan berikutnya)
- Kapan terakhir bertemu dengan dokter gigi Anda dan apa yang dilakukan oleh
dokter gigi tersebut? (Dapat sedikit menunjukkan masalah yang dihadapi saat
ini).
- Pernahkah Anda mendapatkan perawatan ortodonti? (merupakan petunjuk
motivasi yang baik)
- Pernahkah Anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya/anastesi?
(Ansietas, masalah kesehatan)
- Apakah Anda menggunakan benang gigi atau Fluor? (Motivasi, pengetahuan
tentang pencegahan)
d. Riwayat medis (MH = Medical History)
Kemajuan dalam bidang kedokteran dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi telah mendorong pasien dari segala usia
untuk datang memeriksa giginya, tidak terbatas pada pasien muda dan yang tanpa
masalah medis saja. Populasi pasien sekarang, secara rata-rata, menjadi semakin
tua dengan insidens penyakit pulpa dan periradikuler yang lebih tinggi. Selain
itu, individu-individu yang lebih tua juga cenderung lebih banyak memiliki
masalah medis.
27
Hasil akhirnya adalah semakin banyak pasien tua yang datang disertai
dengan masalah-masalah khusus. Akibatnya, banyak pasien pasien (terutama
pasien tua) yang datang disertai penyakit sistemik, cidera, pembedahan, atau
sedang memakai obat yang berpengaruh pada prosedur perawatan giginya. Selain
itu, saluran akar adalah sedmacam saluran penyalur antara lingkungan eksterna
(rongga mulut) dengan system umum tubuh. Terdapat kepedulian yang
meningkat (juga ada yang semakin tambah) bahwa kondisi oral dapat
menimbulkan manifestasi sistemik. Terdapat pula kemungkinan dan sejumlah
bukti bahwa bakteri dalam saluran akar dapat memasuki sirkulasi sistemik.
Buktinya memang belum kuat namun telah banyak yang meyakininya.
Suatu riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu
penegakan diagnosis, tetapi juga menyediakan informasi mengenai kerentanan
dan reaksi pasien terhadap infeksi, hal-hal mengenai perdarahan, obat-obat yang
telah diberikan, dan di status emosionalnya. Karena riwayat medis tidak
dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, pertanyaan medis yang luas
tidak diperlukan. Cukup formulir pemeriksaan singkat yang berisi penyakit serius
yang sedang dan pernah diderita, dan cedera serta pembedahan yang pernah
dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik atau psikologis yang parah atau
penyakit yang masih diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan
perawatan, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan konsultasikan dengan profesi
kesehatan lainnya.
Tidak ada keadaan medis tertentu yang merupakan kontraindikasi bagi
perawatan saluran akar selain penyakit yang mempengaruhi setiap prosedur
dental. Kondisi tersebut antara lain iradiasi jaringan rongga mulut atau penyakit
yang mengganggu system imun pasien seperti AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit yang parah. Daerah kepedulian lain
yang mungkin memerlukan perawatan khusus adalah meningkatnya insidens
alergi terhadap lateks, terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostasis
tertunda, kondisi jantung tertentu, dan penggantian sendi.
Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis. Dapat mengubah rencana
perawatan. Riwayat medis yang tidak lengkap dapat memberikan resiko bagi
28
kesehatan pasien, dokter gigi, juga staf pendukung lainnya. Penting dicatat untuk
alasan medikolegal. Bila digunakan kuesioner untuk mendapatkan riwaat medis,
jawaban yang diberikan haris diperiksa kembali. Beberapa pertanyaan yang harus
ditanyakan:
- Pernahkan mederita penyakit berat atau pernah dirawat dirumah sakit?
Bila pernah masuk rumah sakit menunjukkan pasien punya penyakit
yang cukup berat.
- Pernakah menjalani operasi? Bila pernah menunjukkan pasien punya
penyakit yang cukup berat, bisa juga didapat informasi tentang
kepekaan anastesi. Bila pernah apakah ada masalah? Seperti perdaraha
berlebihan atau reaksi alergi terhadap obat.
- Apakah saat ini dalam perawatan seorang dokter? Menjukkan suatu
masalh yang cukup serius, juga bisa menunjukkan adanya penyakit
sistemik, sehingga perlu menggalinya lagi.
- Pernakah mengalami perdarahan setelah terluka atau setelah
pencabutan gigi?
- Pernakah ditolak menjadi donor? Kemungkinan ada virus yang
berkembang biak dalam darah.
- Apakah mempunyai masalah dengan antibiotik? Resiko reaksi alergi.
Periksa riwayat medis pada setiap kunjungan ulang, mungkin ada perubahan
yang bermakna. Bila pasien tidak yakin dengan nama atau jenis obat yang
digunakan, minta mereka untuk membawanya dalam kunjungan berikutnya.
Pemeriksaan medis mungkin diperlukan untuk pasien yang akan menjalani
anastesi umum atau sedasi dan pasien yang memiliki riwayat postif serta akan
mengalami perawatan ekstesif dibawah anastesi lokal.
e. Riwayat Kesehatan Umum
Memeriksa secara tuntas kesehatan umum pasien baru dan menelaah ulang serta
memperbaharui data riwayat kesehatan umum pasien lama merupakan langkah
pertama penegakan diagnosis. Riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi
29
pasien baru terdiri atas data demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental,
keluhan utama, dan sakit yang sekarang diderita.
3.1.3 Pemeriksaan
a. Pengamatan umum
Perhatikan bebrapa hal berikut:
Berat badan, letak baju di badan: pas atau tidaknya (hilangnya berat badan dapat
menunjukkan keadaan patologis yang berat. Misalnya kanker). Berat badan sangat
rendah dapat menandakan adanya gangguan makan. Berat badan berlebihan
memiliki resiko serangan jantung atau stroke
Napas pendek setelah olahraga ringan (dapat menunjukkan adanya gangguan
jantung atau paru-paru).
b. Pemerikssan ekstra oral
- Wajah
Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan. Perhatikan
apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang
berlebihan ataupun palsi wajah. warna kulit muka (pucat karena anemia, kuing
karena sakit kuning)
- Bentuk Muka
Leon william menyatakan adanya hubungan antara bentuk muka dengan
bentuk gigi insisivus sentral atas. Permukaan labial gigi ini sesuai dengan
bentuk muka dilihat dari depan, dalam arah terbalik.
Gambaran geometris, yaitu persegi, lonjong, lancip dan kombinasi antara
ketiganya dapat digunakan sebagai langkah awal seleksi bentuk gigi bila
dilihat dari aspek frontal. Indikator gigi trubyte dapat dipakai dengan cara
erikut ini. Tempatkan indikator pada wajajh pasien sehinggahidung
berada pada pusat segi tiga. Tempatkan pupil mata pada bagian ”eye slot”
dan peganglah indikator, sehingga garis tengahnya sesuai dengan garis
tengah wajah. Bentuk wajah dapat dengan baik dilihat dengan
memperhatikan bagian khusus wajah dibanding garis-garis vertikal pada
30
indikator. Pada wajah persegi, tepinya dapat dikatakan sesuai dengan
garis vertikal indikator. Pada wajah lancip, sisi wajah dari dahi sampai ke
sudut rahang secara diagonal akan menyudut ke dalam. Sebaliknya,
wajah lonjong dapat dikenali dari adanya garis luar wajah yang
melengkung dibandingkan garis-garis vertikal dari indikator.
Muka penderita juga harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya
abnormalitas seperti asimetri, pembengkakan, hemiatropi, hemihipertropi
dsb. Setiap abnormalitas hendaknya diteliti dengan cermat
- Leher
Untuk memeriksa daerah leher, mintalah pasien mengangkat dagunya keatas
sehingga daerah leher akan terlihat. Dalam posisi kepala seperti ini, setiap
pembengkakan atau keabnormalan lain akan terlihat jelas. Perhatikan saat
pasien menelan, pembengkakan pada kelenjar tiroid akan bergerak saat
menelan.
- TMJ
Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang mulus,
kasar, bunyi keletuk sendi atau keretek sendi. Periksa antara lain:
Luas pergerakan
Ukur pembukaan rahang maksimal yang bebas dari rasa sakit, kemudian ukur
pembukaan maksimal yang dapat dilakukan di tepi insisal gigi insisif tengah.
Tentukan apakah keterbatasan pembukan rahang disebabkan oleh rasa sakit
ataukah karea ada obsturasi fisik. Kemudian amati apakah ada penyimpangan
lateral.
Catatan:
- penyimpangan lateral yang terjadi pada saat pemebukaan rahang pada
umumnya bergerak ke arah daerah yang terlibat (misalnya, daerah
yang terasa sakit)
- nilai terendah untuk pembukaan inter-sisial maksimal yang normal
adalah 35 mm(wanita) 40 mm(pria)
31
- pengukuran pembukaan mulut dilakukan dalam satuan milimeter,
dengan menggunakan penggaris atau kapiler. Kedua alat pengukur
tersebu lebih disukai dibandingkan menggunakan jumlah jari tangan
pasien yang dapat dimasukkan ke dalam mulut
- trismus adalah ketidakmampuan pasien untuk membuka mulutnya
selanjutnya ukur luas ekskursi lateral, yang bebas dari rasa sakit dan
yang dipaksakan. Ukur dari garis tengah
catatan:
- nilai terendah untuk ekskursi lateral yang normal adalah 8 mm, pada
kedua arah
- bila TMJ kiri terasa sakit, ekskursi lateral kanan biasanya berkurang
- pergerakan mandibula dapat dibatasi oleh:
Trauma, misalnya operasi pada gigi molar tiga, injeksi anastesi lokal,
fraktur mandibula, sepertiga tengah daerah wajah dan arkus zigomatikus,
laserasi pada otot pengunyahan.
Infeksi, misalnya periodontitis, infeksi rongga submasseter,
pterigomandibula, infratemporal atau perafaringeal, tonsilitis,
osteomilitis.
Pembengkakan jaringan parut, misalnya pascaradiasi, luka
bakar.Gangguan SSP, misalnya tetanus, meningitis, penyakit parkinson
Nyeri tekan pada TMJ
Gunakan palpasi bimanual dengan cara menekan bagian lateral sendi. Gerakan
ini dikuti dengan palpasi intra-aurikular dengan cara meletakkan jari kelingking
ke adalam meatus akustikus eksterna dan menekannya perlahan ke arah depan.
Suara TMJ
Suara klik disebabkan oleh pergerakan relatf yang tiba-tiba menuju kondilus.
Bunyi klik tersebut dapat terjadi lebih awal (misalnya, di awal pembukaan
rahang), lebih, lambat (menunjukkan oergeseran diskus yang lebuh berat dan
sering kali suaranya lebih keras), bolak-balik (saat membuka dan menutup),
32
tunggal, ganda (pada diskus yang tidak stabil atau mengalami perforasi), keras,
lembut, sakit atau tidak sakit dan dapat disertai krepitasi. Lima puluh persen
populasi mengalami bunyi klik dalam hidup mereka. Biasanya bunyi klik
tersebut terbatas durasinya dan bila tidak menimbulkan masalah sebaiknya tidak
perlu dirawat.
Krepitasi adalah suara menggerus atau meretih yang lama dan terus-menerus.
Krepitasi terjadi bersamaan dengan penyakit degenerasi dan inflamasi akut.
TMJ yang terkunci
TMJ dapat terkunci karena malposisi atau penyimpangan diskus, sehingga
menyebabkan rotasi pada kondilus, tetapi tidak terjadi tranlasi. Rahang dapat
dibuka selebar 20 mm dan kemudian ”terkunci”. Kadang-kadang rahang dapat
dibuka tetapi sulit ditutup kembali.
TMJ yang mengalami dislokasi
Kondilus yang mengalami dislokasi melampaui eminentia artikularis. Keadaan
ini dapat terjadi akibat trauma atau yang jarang, yaitu gerakan menguap.
Sendi temporo mandibula dapat diperiksa secara:
1. Digital, dengan menempatkan jari pada kondil dan membiarkan pasien
melaksanakan semua gerakan. Pada saat ini, rasakan adanya lompatan
atau gerakan-gerakan yang tidak teratur.
2. Auskultatif atau auditoris, dengan mendengarkan ketika pasien
melakukan gerakan-gerakan. Banyak pasien dengan atau tanpa
keluhan menunjukkan bunyi keletuk atau keretek sendi yang bisa
terdengar. Hal ini menunjukkan adanya masalah pada diskus atau
ligamen sendi, sesuatu yang dapat dijadikan peringatan terhadap akan
terjadinya kesulitan
3. Visual, dengan memperhatikan/mengamati kondil ketika bagian ini
menggerakan kulit pelindungannya. Adanya hentakan pada lompatan
biasanya dapat terlihat pada regio kulit sekitar letak kondil. Bila hal ini
terjadi, biasanya menunjukkan adanya abnormalitas.
33
c. Pemeriksaa Intra Oral
1. penggunaan indeks
a. CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs)
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang adekuat bagi komunitas
tertentu, sering kali perlu ditentukan kebutuhan perawatan. CPITN
terbukti merupakan sistem yang paling sering digunakan untuk tujuan
ini dan menggunakan metode berikut ini:
1. sistem pemberian skore adalah:
kode 0 tidak ada poket atau perdarahan pada gingiva saat
penyondean
kode 1 perdarahan gingiva pada saat penyondean
kode 2 kalkulus supra – plus minus subgingiva
kode 3 poket sedalam 3,5-5,5 mm
kode 4 poket lebih dari sama dengan 6 mm
2. gigi seligi dibagi menjadi enam segmen atau sekstan ( empat gigi
posterior dan dua gigi anterior) di mana pada setiap segmen
terdapat satu atau bebrapa gigi yang tidak perlu dicabut
3. bila digunakan untuk tujuan epidemiologi, biasanya dilakukan
pemeriksaan terhadap 10 gigi tertentu. Bila digunakan untuk tujuan
perawatan enam gigi indeks diperiksa pada anak-anak dan remaja
sedangkan untuk individu dewasa semua gigi diperiksa
4. rencana perawatan ditentukan dengan berlandaskan pada:
kode 0 tidak memerlukan perawatan
kode 1 memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah
kode 2 dan 3 memerlukan perawatan skalling dan perbaikan
perawatan gigi di rumah
kode 4 memerlukan perawatan yang lebih rumit misalnya skalling,
perbaikan perawatan gigi di rumah dan operasi.
34
Semua sistem, termasuk CPITN mempunyai keterbatasan. Semua ini
mempunyai keterbatasan dasar sebagai berikut:
1. kriteria umumnya subjektif dan terdapat variasi yang cukup besar
pada penilaian oleh pemeriksa dalam derajat inflamasi dan
kedalaman poket atau kerusakan perlekatan.
2. sistem skore pada dasarnya ditenrukan secara acak. Jadi sebuah lesi
yang mendapat skore Russell P16 tidak benar-benar tiga kali lebih
parah dari pada lesi dengan skore P12; sebenarnya gingivitis dan
periodontitis tidak dapat dibandingkan secara numerik seperti ini.
3. walaupun skore gingiviti mengukur adanya inflamasi pada saat itu,
pengukuran poket merupakan cerminan dari penyakit di masa lalu;
bila kita menerima ide bahwa kerusakan poket bersifat episodik,
tentunya kedalaman poket tidak dapat memberikan indikasi dari
aktivitas pada saat pengukuran. Selain upaya mengidefinisikan
kriteria klinis dan laboratoris tentang aktivitas, sejauh ini belum ada
pemeriksan yang dapat memberikan pedoman yang dapat
diandalkan tentang aktivitas; saat ini satu-satunya pemeriksaan
yang dapat diandalkan memerlukan perbandingan longitudinal.
b. CSI (Calculus Stain Index)
Pencatatan indeks ini dimaksudkan untuk menilai status kalkulus dan
stain untuk keperluan penilaian tindakan skaling. Pemeriksaan
dilakukan pada semua gigi, baik permukaan fasial maupun pada
permukaan lingual.
Penilaian CSI
1. nilai 0 tidak ada kalkulus
2. nilai 1 terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih
dari 1/3 permukaan gigi
35
3. nilai 2 terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingival
4. nilai 3 terdapat kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 atau seluruh
permukaan gigi atu terdapat kalkulus subgingival yang melingkari
servikal
Nilai CSI: JUMLAH PENILAIAN CLCULUS
JUMLAH GIGI YANG DIPERIKSA
Range nilai: 0-3
Baik (good), nilai: 0-0,6
Sedang (fair), nilai: 0,7-1,8
Buruk (poor), nilai: 1,9-3
2. Peta keadaan gigi dan jaringan periodonisium
Keadaan gigi misalnya hilang, impaksi, karies, migrasi, dll. Hubungan
gigi geligi misalnya tidak adanya kontak oklusi, kotak proksimal tidak
baik, dll. Keadaan periodonsium misalnya terdapatnya restorasi, alat
ortodonsi, posisi dan kurvatur gingiva dan poket.
3. Pemeriksaan klinis periodontal
- keadaan gingiva
observasi dalam beberapa parameter klinis keadaan gingiva misalnya
warna, bentuk, ukuran, konsistensi dan karakteristik permukaan.
1.1.4. Pemeriksaan Jaringan Periodontal
a. Pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan periodonsium harus sistematik, dimulai dari regio molar baik pada
maksilla maupun mandibula kemudian diteruskan ke seluruh rahang. Semua temuan
pada pemeriksaan periodonsium ini dicatat pada periodontal chart sehingga berguna
sebagai catatan kondisi pasien dan untuk evaluasi respon pasien terhadap perawatan.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah pemeriksaan plak dan kalkulus,
36
gingiva, poket periodontal, penentuan aktivitas penyakit, jumlah gingiva cekat,
alveolar bone loss, palpasi, supurasi, dan abses peridontal
b. Plak dan Kalkulus
Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam
metode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang
mengelilingi gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial,
papilla mesiofasial, dan bagian lingual. Visualisasi plak dapat dilakukan dengan
mengeringkan gigi denganudara. Plak adalah bagian yang tidak memiliki stain.
Adanya kalkulus supragingiva dapat terlihat melalui observasi langsung, dan
jumlahnya dapat diukur dengan probe yang terkalibrasi. Untuk mendeteksi kalkulus
subgingiva, setiap permukaan gigi diperiksa hingga batas perlekatan gingiva dengan
menggunakan eksplorer no.17 atau no.3A. Udara yang hangat dapat digunakan untuk
sedikit membuka gingiva sehingga visualisasi terhadap kalkulus lebih jelas.
c. Gingiva
Gingiva harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mendapatkan observasi yang akurat.
Selain melalui pemeriksaan secara visual dan eksplorasi dengan instrumen, pemeriksaan
dilakukan dengan palpasi yang erat namun halus. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi
kelainan patologis pada kelentingan normal dan mengetahui lokasi pembentukan pus.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat pemeriksaan gingiva antara lain:
warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan, posisi, kemudahan
untukberdarah, dan rasa nyeri.
Dari pemeriksaan klinis, inflamasi gingiva menghasilkan dua respon dasar jaringan,
yaitu edematous dan fibrotik. Respon jaringan yang edematous memiliki karakteristik
halus, glossy, halus dan gingiva berwarna merah. Respon jaringan yang fibrotik
memiliki karakteristik seerti gingiva normal namun lebih kuat, berstippling, dan opaque,
walaupun terkadang lebih tebal dan marginnya terlihat membulat.
d. Poket Periodontal
Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan: keberadaan dan distribusi
pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas perlekatan pada akar gigi, dan tipe
poket (supraboni atau infaboni; simple, compound atau kompleks). Metode satu-
satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket peridontal adalah eksplorasi
37
menggunakan probe peridontal. Poket tidak terdeteksi oleh pemeriksaan radiografi.
Periodontal poket adalah perubahan jaringan lunak. Radiografi menunjukkan area yang
kehilangan tulang dimana dicurigai adanya poket. Radiografi tidak menunjukkan
kedalaman poket sehingga radiografi tidak menunjukkan perbedaan antara sebelum dan
sesudah penyisihan poket kecuali kalau tulangnya sudah diperbaiki. Ujung gutta percha
atau ujung perak yang terkalibrasi dapat digunakan dengan radiografiuntuk
menentukan tingkat perlekatan poket peridontal.
Pengukuran poket harus dilakukan untuk tiap gigi dan dicatat. Idealnya, pengukuran
mesial, distal, fasial, dan lingual perlu dilakukan, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan
dimana gigi sudah tanggal, sehingga sonde dapat menjangkau permukaan-permukaan
tersebut tanpa terhalang. Bila ada gigi proksimal, pengukuran dilakukan tegak lurus
pada permukaan fasial dan lingual. Pengukuran sebanyak 6 kali untuk tiap gigi adalah
ideal, tetapi memakan waktu lama dan bila diagnosis ditentukan cukup dini pada
kerusakan periodontal, hanya perlu dilakukan satu atau dua ppengukuran pada daerah
garis sudut mesiobukal dan mesiolingual. Bila kelihatannya ada kerusakan furkasi dari
gigi molar, atau pergeseran dari gigi-gigi insisivus, perlu dilakukan pengukuran lingual
dan fasial.
Sonde untuk mengukur poket harus cukup kecil agar dapat masuk ke poket yang
sempit, tetapi harus berujung tumpul sehingga tidak merusak jaringan. Sonde berujung
tajam yang digunakan untuk deteksi karies jaringan digunakan disini. Sonde
pengukuran poket harus dimasukan ke poket sejajar terhadap aksis gigi; bila
diinsersikan oblik, dapat diperoleh hasil pengukuran yang keliru. Pengukuran harus
dilakukan dengan hati-hati agar dapat memanipulasi sonde sehingga dapat mengukur
kedalaman poket yang sebenarnya. Penanganan sonde yang cermat harus dilakukan
untuk negosiasi deposit subgingiva tanpa membentur permukaan akar. Penyondean
yang terlalu kuat tidak hanya menimbulkan rasa sakit tetapi juga dapat memberikan
hasil pengukuran yang keliru; bahnkan penyondean yang perlahan dari gingival yang
inflamasi juga dapat menimbulkan rasa sakit.
Selain mencatat kedalaman poket, perlu juga diperiksa tinggi perlekatan klinis
(pertautan amelosemental, CEJ). Bila ada hiperpalsia gingival yang cukup besar, poket
umumnya sangat dalam, misalnya 5-7 mm, tetapi kerusakan perlekatan mungkin lebih
38
kecil atau bahkan tidak ada. Bila ada resesi gingiva, poket yang dangkal berhubungan
dengan kerusakan jaringan periodontal.
Menurut Carranza (1990), kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, antara lain:
1. Kedalaman biologis: kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva
dengan dasar poket (ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing: kedalaman klinis adalah jarak
dimana sebuah instrumen ad hoc (probe) masuk kedalam poket. Kedalaman
penetrasi probe tergantung pada ukurang probe, gaya yang diberikan, arah
penetrasi, resistansi jaringan, dan kecembungan mahkota.
Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium adalah ±
0.3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat adalah 0.75 N.
Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis vertikal gigi
dan “berjalan” secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap gigi untuk
mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam. Jika terdapat banyak kalkulus, biasanya
sulit untuk mengukur kedalaman poket karena kalkulus menghalangi masuknya probe.
Maka,dilakukan pembuangan kalkulus terlebih dahulu secara kasar (gross scaling)
sebelum dilakukan pengukuran poket.
Untuk mendeteksi adanya interdental craters, maka probe diletakkan secara oblique
baik dari permukaan fasial dan lingual sehingga dapat mengekplorasi titik terdalam
pada poket yang terletak dibawah titik kontak.
Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik adalah penentuan
tingkat perlekatan (level of attachment). Kedalaman poket adalah jarak antara dasar
poket dan margin gingiva. Kedalaman poket dapat berubah dari waktu ke waktu
walaupun pada kasus yang tidak dirawat sehingga posisi margin gingiva pun berubah.
Poket yang dangkal pada 1/3 apikal akar memiliki kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan poket dalam yang melekat pada 1/3 koronal akar. Cara untuk
menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin gingiva berada pada mahkota
anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket dengan
jarak antara margin gingiva hingga cemento-enamel junction.
39
Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apabila gingiva mengalami
inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi. Untuk mengecek perdarahan
setelah probing, probe perlahan-lahan dumasukkan ke dasar poket dan dengan
berpindah sepanjang dinding poket. Perdarahan seringkali muncul segera setelah
penarikan probe, namun perdarahan juga sering tertunda hingga 30-60 detik setelah
probing.
Bleeding On Probing (Bop)
Bleeding On Probing (BOP) normal : Tidak ada perdarahan
Bleeding On Probing (+) merupakan tanda awal keradangan. Oleh karena
GCF tidak mampu menahan mikroorganisme, maka produk-produk
mikroorganisme ini akan merusak epitel sulkular sehingga epitel sulcular
menipis. Kapiler membesar (dilatasi) dan letaknya dekat dengan permukaan
dalam, maka dengan sedikit rangsangan akan menjadi mudah berdarah.
Probing Depth
40
PD yang normal = 2-3 mm (dihitung dari margin gingiva sampai dasar
sulcus).
3.2 Diagnosa pada Skenario
Diagnosa pada Rahang Bawah
Diagnosa jaringan periodontal pada gigi 33,32,31,41,42,43 adalah
gingivitis hiperplasi. Gingivitis adalah keradangan dari gingiva yang
merupakan bentuk penyakit gingiva yang paling umum terjadi. Perubahan
patologis yang menyertai gingivitis adalah berkaitan dengan adanya
mikroorganisme di sulkus gingiva. Organisme ini mensitesa produk-produk
enzim yaitu kolagenase, hyalurodinase, protease, dan kondroitin sulfatase
serta endotoksin yang merusak sel epitel dan jaringan ikat dan mastriks
intraseluler seperti kolagen, ground substance dan glikocalik.
Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva
berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler,
sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah. Gingiva menjadi
besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva spontan
atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatalgatal dan terbentuknya saku
periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam
jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan
akut. Bila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis
Gambaran klinis gingivitis:
41
a. perdarahan gingiva
perdarahan merupakan tanda terjadinya perdangan gingiva.
b. perubahan warna
gingiva menjadi merah oleh karena peningkatan vaskularisasi dan penurunan
derajat keratinisasi epitel.
c. perubahan tekstur permukaan gigiva
berkurangnya permukaan stippling merupakan tanda dari gingivitis.
d. perubahan kontur gingiva
kontur interdentall papila maupun marginal gingiva akan berubah menjadi
membulat, apabila terjadi peradangan pada gingiva.
f. perubahan posisi gingiva
penurunan marginal gingiva menyebabkan terbukanya permukaan akar.
Peristiwa ini disebut resesi gingiva.
Pembesaran Fibrotik ( gingiva hiperplasi)
Hiperplasi gingiva menunjukkan adanya pertambahan ukuran suatu jaringan
atau organ oleh karena bertambah banyaknya jumlah sel. Gingiva dapat
mengalami hiperplasi ke arah korona, fasial atau kombinasi keduanya.
Hiperplasi dapat terjadi oleh karena berbagai etiologi. Dalam skenario,
hiperplasi terjadi oleh karena adanya peradangan pada gingiva yan terjadi oleh
karena terakumulasinya bakteri plak pada sulkus gingiva yang merespon sel
radang pada gingiva.
Diagnosa Rahang Atas
Diagnosa jaringan periodontal pada gigi 13,12,11,21 adalah
periodontitis. Periodontitis berasal dari penyakit infeksius jaringan gingiva
yang terus berlanjut menyebabkan prubahan pada tulang yaitu destruksi tulang
yang akhirnya bisa mengakibatkan gigi lepas.
42
Adanya perubahan jaringan lunak membentuk dinding poket
menunjukkan kondisi inflamasi. Seringkali derajat kerusakan tulang
berhubungan dengan kedalaman poket periodontal, keparahan ulserasi dinding
poket periodontal atau ada tidaknya pus.
Poket periodontal ( Absolute/ True)
1. poket supraboni
Dasar poket terletak lebih ke korona dari alveolar crest. Poket ini
berhubungan dengan resorbsi tulang alveolar ke arah horizontal.
2. poket infraboni
Dasar poket terletak lebih ke apikal dari alveolar crest. Poket ini berhubungan
dengan resorbsi tulang alveolar ke arah vertikal.
Untuk mengidentifikasi jenis poket, dapat dilakukan pemeriksaan radiografi
dengan sebelumnya memasukkan guttap point ke dalam poket.
43
44
3.3 Rencana Perawatan pada Skenario
Rencana perawatan Gingivitis Hiperplasia
DHE (Dental Healt Education)
Hampir seluruh penyakit gingiva bermula dari plak yang menyebabkan
kerusakan dari struktur pendukung gigi. Maka dari itu, perlunya pengetahuan
pasien terhadap pembersihan material ini amatlah penting untuk
mempertahankan kesehatan gigi geligi beserta seluruh struktur pendukungnya.
Dari mulai cara menyikat gigi, durasi pembersihan gigi geligi dari sisa
makanan hingga pemeriksaan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan, diharapkan
pasien akan meningkat kesadaran kesehatan giginya dan tetap menjaga
kebersihan rongga mulutnya.
Scalling
Scalling merupakan perawatan untuk menghilangkan plak, noda,
deposit, dan kalkulus. Dalam melakukan scalling harus secara menyeluruh
karena inflamasi akan menetap jika tidak semua deposit dihilangkan.
Gingivektomi
Gingivektomi adalah penghilangan dari seluruh dinding jaringan lunak pada
poket. Prosedur gingivektomi adalah sebagai berikut:
a. Menandai poket. Untuk dapat menghilangkan seluruh dinding poket,
batas apikal harus diidentifikasi terlebih dahulu dengan tang penanda
poket atau sonde periodontal pada daerah fasial dan lingual sebagai
penanda.
b. Insisi gingivektomi. Insisi dibuat di sebelah apikal dasar poket yang
telah di beri tanda dan bersudut 45o sehingga blade dapat menembus
seluruh gingiva menuju ke dasar poket. Insisi yang berkelanjutan
dibuat mengikuti dasar poket. Insisi yang akurat haruslah dapat
menghilangkan dinding poket dan membentuk kontur jaringan yang
ramping.
45
c. Pemotongan jaringan. Bila insisi sudah dapat memisahkan seluruh
dinding poket dari jaringan dibawahnya, dinding poket dapat dengan
mudah dihilangkan menggunakan kuret atau skaler yang besar
misalnya skaler cumine. Sisa jaringan fibrosa dan jaringan granulasi
akan dibersihkan seluruhnya dengan kuret yang tajam untuk membuka
permukaan akar.
d. Skaling dan root planing. Permukaanakar harus dibersihkan untuk
melihat adanya sisa deposit kalkulus dan bila perlu permukaan akar
dilakukan skaling dan rootplaning. Kasa steril diletakkan diatas luka
untuk mengontrol perdarahan sehingga dapat dipasang dressing
periodontal pada daerah luka.
e. Dressing periodontal. Fungsinya sebagai pelindung luka dari iritasi,
menjaga agar daerah luka tetapdalam keadaan bersih, mengonrol
perdarahan, dan mengontrol jaringan granulasi yang berlebihan.
Karena itulah dressing dapat mempercepat pemulihan dan memberikan
kenyamanan pascaoperatif.
Pemeliharaan kebersihan rongga mulut
Pemeliharaan berkesinambungan merupakan keharusan untuk keberhasilan
perawatan periodontal, yang berarti bahwa perawatan periodontal tidak pernah
selesai. Pasien memerlukan pemeriksaan ulang, monitor kebersihan mulut dan
skaling setiap 3, 6, 9, atau 12 bulan, tergantung daripada penyakit dan
kerentanannya. Radiografi individual perlu dibuat bila hasil pengukuran poket
menunjukkan bahwa penyakit masih terus berlanjut. Disini juga harus
dijelaskan bahwa keberhasilan perawatan tergantung dari tanggung jawab
pasien terhadap kebersihan rongga mulutnya.
Rencana perawatan Peridontitis
46
Perawatan awal untuk periodontitis kronis adalah skaling supragingiva
yang fungsinya untuk mengurangi gingivitis dan perdarahan. Setelah itu,
dilakukan skaling subgingiva. Skaling subgingiva merupakan metode paling
konservatif dari reduksi poket dan jika poket dangkal, merupakan satu-
satunya perawatan yang perlu dilakukan. Namun, bila kedalam poket lebih
dari atau sama dengan 4 mm, diperlukan perawatan tambahan.
Perawatan periodontitis kronis selain skaling, juga diikuti dengan root
planning dan kuretase. Alasan dilakukannya root planning adalah untuk
membersihkan sementum nekrosis dan kalkulus terutama di bagian akar serta
menghaluskan permukaan akar. Tujuan skaling dan root planning adalah
untuk mendapatkan permukaan akar yang halus, bebas deposit, dan sesedikit
mungkin menghilangkan sementum.
Kuretase subgingiva berhubungan dengan pembersihan permukaan
dalam dinding jaringan lunak poket yang terdiri dari epithelium dan jaringan
ikat yang terinflamasi. Penyusutan jaringan yang terjadi setelah prosedur ini
menyebabkan poket berkurang kedalamannya. Ketiga komponen pembersihan
subgingiva yaitu skaling, root planning, dan kuretase biasanya dilakukan
bersamaan karena selama skaling subgingiva sulit untuk mencegah tidak
terjadinya kuretase jaringan lunak. Akibatnya kapasitas lesi jaringan lunak
mereda setelah iritan permukaan akar dapat dihilangkan seluruhnya.
47
3.4 Pronosis pada Skenario
Prognosis pasien pada skenario ini adalah baik, hal ini dipertimbangkan dan
dilihat dari beberapa faktor diantaranya :
- Usia pasien masih muda sehingga memungkinkan proses penyembuhan
dapat berlangsung baik karena proses regenerasi sel masih baik.
- Dari riwayat tidak disebutkan bahwa pasien mempunyai kelainan sistemik
hal ini menyebabkan tidak ada faktor-fakor yang menyebabkan kerusakan
jaringan periodontal sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung baik.
- Kerusakan hanya pada beberapa gigi sehingga hanya sebagian yang jaringan
periodontalnya terganggu.
- Resorbsi tulang alveolar masih ½ panjang akar horizontal.
48
BAB IV
KESIMPULAN
1. Langkah-langkah menegakkan diagnose dalam bidang periodonsia
a. Pemeriksaan subjektif
-Identitas pasien
-Keluhan pasien
-Riwayat dental
-Riwayat medis
-Keadaan umum pasien
b. Pemeriksaan obyektif
- Pemeriksaan klinis, meliputi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral
- Pemeriksaan jaringan periodontal
- Pemeriksaan penunjang dengan radiografi
2. Diagnosa skenario
Jaringan periodontal gigi rahang atas : periodontitis kronis
Jaringan periodontal gigi rahang bawah : gingivitis hiperplastik kronis
3. Rencana perawatan
a. Jaringan periodontal Gigi rahang atas, antara lain:
- DHE
- Skalling
- Gingivectomy
b. Jaringan periodontal gigi rahang bawah, antara lain:
- Skalling
- Root planing
- Kuretase
4. Prognosis pada skenario baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F.A. 1990. Glickman's clinical Periodontology 7th Ed, W.B Saunders
Company. Philadelphia
Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L. 2004. Silabus Periodonti, Edisi 4. Jakarta: EGC
Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : EGC
Rateitschak, K.H, Rateitschak. E.M, Wolf, H.F., Hassell, T.M., 1985. Color Atlas of
Periodontology. Georg Thieme Verlag Sturrgart. New York
Suproyo, H., 2007, Bahan Ajar Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
50
top related