BAB I PENDAHULUAN 1.1. Skenario Gusi Ani Membesar Ani umur 25 tahun datang ke Bagian Periodonsia FKG Unej dengan keluhan gusi depan bawah terasa membesar dan sulit dibersihkan. Pada pemeriksaan klinis gigi 33,32,31,41,42,43 terdapat gingival agak kemerahan, tidak mudah berdarah, pembesaran kea rah koronal dan fasial, konsistensi keras dan probing depth (PD) 4mm. sedangkan pada gigi 13,12,11,21 gingiva merah, mudah berdarah, membulat, konsistensi lunak dan probing depth (PD) 4,5 mm. Hasil foto roentgen terdapat resorbsi tulang alveolar ½ panjang akar dengan arah horizontal. 1.2. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan pada gingival, tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum. Penyebab utamanya adalah bakteri plak. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Kunjungan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Skenario
Gusi Ani Membesar
Ani umur 25 tahun datang ke Bagian Periodonsia FKG Unej dengan
keluhan gusi depan bawah terasa membesar dan sulit dibersihkan. Pada
pemeriksaan klinis gigi 33,32,31,41,42,43 terdapat gingival agak kemerahan,
tidak mudah berdarah, pembesaran kea rah koronal dan fasial, konsistensi
keras dan probing depth (PD) 4mm. sedangkan pada gigi 13,12,11,21 gingiva
merah, mudah berdarah, membulat, konsistensi lunak dan probing depth (PD)
4,5 mm. Hasil foto roentgen terdapat resorbsi tulang alveolar ½ panjang akar
dengan arah horizontal.
1.2. Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada
orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan pada
gingival, tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum. Penyebab
utamanya adalah bakteri plak. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
Kunjungan berkala ke dokter gigi sangat berarti untuk mendapatkan diagnosa dini
dan perawatan penyakit periodontal. Kira-kira 15% orang dewasa usia 21 – 50
tahun dan 30% usia di atas 50 tahun mengalami penyakit ini.
Pada jaringan normal dari penyokong gigi seperti gingival umumnya
berwarna merah muda, lembut dan kenyal, bertekstur seperti kulit jeruk,
bentuknya mengikuti kontur gigi dan tepinya berbentuk seperti kulit kerang serta
tidak ada perdarahan pada saat penyikatan gigi. Pada gingival yang mengalami
peradangan disebut juga gingivitis yang umumnya ditandai dengan penumpukan
plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan
1
bengkak. Selain itu seringkali terjadi perdarahan pada waktu menyikat gigi atau
menggunakan benang gigi.
Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan
pembersihan disela - sela gigi yang baik dan benar. Sebaliknya, bila hygiene
mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis
Hiperplasia merupakan suatu keadaan patologis dimana kondisi gingiva sudah
mengalami kerusakan pada jaringan dan telah mengalami pembengkakan. Pada
gingivitis hiperplasi dapat dirawat dengan scaling, bila gingiva tampak lunak dan
ada perubahan warna, terutama bila terjadi edema dan infiltrasi seluler, dengan
syarat ukuran pembesaran tidak mengganggu pengambilan deposits pada
permukaan gigi. Apabila gingivitis hiperplasi terdiri dari komponen fibrotik yang
tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling atau ukuran pembesaran
gingiva menutupi deposits pada permukaan gigi, dan mengganggu akses
pengambilan deposits, maka perawatannya adalah pengambilan secara bedah
(gingivektomi).
Selain pada gingival juga terdapat peradangan pada jaringan periodontal
seperti Periodontitis. Periodontitis tahap awal mulai terjadi kerusakan tulang
penyanggah gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan dari karang gigi yang
terus tumbuh ke arah ujung akar gigi, akibatnya perlekatan jaringan penyanggah
gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan
menurunnya ketinggian tulang penyanggah gigi. Kerusakan ini tidak dapat
dipulihkan, tapi penjalarannya dapat dihentikan membersihkan karang gigi dan
mengangkat jaringan yang mati. Kadang-kadang, meskipun tulang penyanggah
gigi sudah menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya
terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal pocket.
Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi
tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup. Tanda – tanda periodontitis
awal seperti tanda-tanda gingivitis, ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan
2
bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal pocket yang
sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan gerakan
menghisap.
Dan apabila periodontitis tidak dilakukan perawatan biasanya akan terjadi
periodontitis yang berkelanjutan biasanya disebut dengan periodontitis lanjut.
Tanda-tanda Periodontitis tingkat lanjut adalah terjadi perubahan cara menggigit,
perubahan kecekatan gigi palsu karena berkurangnya dukungan tulang
penyanggah gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyanggah gigi, akar gigi
terbuka, sehingga sensitif terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika
menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal seringkali ditandai dengan
keluarnya nanah di antara gigi dan gusi bila gusi ditekan, bau mulut dan rasa gatal
pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyanggah akan menyebabkan gigi
akan goyang bahkan tanggal.
Semua kelainan-kelainan jaringan periodontal yang disebutkan di atas
bermula dari sisa makanan yang tidak dibersihkan sehingga memicu terbentuknya
plak. Pengendapan mineral pada plak akan membentuk karang gigi. Jangan
biarkan karang gigi merusak jaringan penyanggah gigi anda. Karena itu lakukan
pembersihan karang gigi pada dokter gigi anda sedikitnya 6 bulan sekali
1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menegakkan diagnosa di klinik periodontal ?
2. Apa diagnosa dari skenario tersebut ?
3. Apa saja rencana perawatan diagnosa pada skenario tersebut ?
4. Bagaimana prognosa rencana perawatan diagnosa pada skenario tersebut ?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui cara menegakkan diagnosa di klinik periodontal.
2. Mengetahui diagnosa dari skenario.
3
3. Mengetahui rencana perawatan diagnosa pada skenario.
4. Mengetahui prognosa rencana perawatan diagnosa pada skenario.
1.5 Mapping
1.6
4
Pemeriksaan periodontal
Subyekif Obyektif
PenunjangKlinis
Prognosis
Gingivitis Periodontitis
Rencana Perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan suatu rencana perawatan tergantung pada penegakan diagnosis
penyakit yang tepat. Diagnosis adalah identifikasi suatu penyakit atau suatu keadaan
dengan memperhatikan tanda dan gejala dan menentukan asal muasalnya (Harty dan
Ogston, 1995). Untuk menegakkan suatu diagnosa, seorang dokter gigi harus
mengumpulkan semua keterangan baik dari pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Semua keterangan yang ada kemudian dipilih dan diasimilasikan menjadi
rencana perawatan yang komprehensif. Menurut Carranza (1990), diagnosis penyakit
periodontal terdiri dari analisis sejarah kasus dan evaluasi tanda dan gejala klinis,
sebagai hasil dari beberapa pemeriksaan (misalnya, evaluasi dengan probe,
pemeriksaan kegoyahan gigi, radiografi, tes darah, biopsi) untuk mengidentifikasi
masalah pasien. Diagnosis periodontal menentukan penyakit pada saat itu,
mengidentifikasi jenis penyakitnya, dan menyediakan pemahaman proses dasar
penyakit dan penyebabnya. Diagnosis disusun dengan sistematik dan teratur untuk
tujuan tertentu. Suatu diagnosis tidaklah cukup dari pengumpulan fakta. Kepingan –
kepingan temuan harus disatukan sehingga menjadi penjelasan masalah periodontal
pasien (Carranza, 1990)
Secara umum prosedur diagnosa dapat dibagi menjadi empat bagian, antara
lain: (1) melakukan anamnesa dan mencatat riwayat pasien, (2) melakukan
pemeriksaan terhadap pasien (pemeriksaan fisik dan laboratorium), (3) Evaluasi dari
hasil anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium yang akan menuntun
ke arah perumusan suatu diagnosa, (4) Penilaian resiko medis untuk pasien-pasien
gigi (Lynch dkk, 1992). Menurut Carranza (1990), suatu diagnosis penyakit
periodontal dapat ditegakkan melalui diagnosis klinis, radiografi, dan teknik lanjutan.
5
DIAGNOSIS KLINIS
Kunjungan pertama
Pada saat kunjungan pertama ini, seorang dokter gigi perlu menilai beberapa hal
seperti:
1. Penilaian pasien secara keseluruhan
Seorang operator harus mencoba menilai pasien secara keseluruhan. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan adalah status mental dan emosional pasien, tabiat, sikap, dan
umur fisiologi (Carranza, 1990).
2. Riwayat sistemik
Menurut Carranza (1990), suatu riwayat sistemik akan menolong operator dalam hal
(1) diagnosis manifestasi oral dari penyakit sistemik, (2) penemuan kondisi sistemik
yang dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal, (3)
penemuan kondisi sistemik yang membutuhkan suatu tindakan pencegahan dan
modifikasi dalam perawatannya. Suatu riwayat sistemik harus mengacu pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Apakah pasien sedang dalam perawatan dokter; jika iya, tanyakan asal, durasi
penyakit serta terapinya. Penyidikan dapat dilakukan berdasarkan dosis dan durasi
terapi dengan antikoagulan dan kortikosteroid.
b. Riwayat rheumatic fever, rheumatic atau penyakit jantung kongenital,hipertensi,
angina pectoris, myocardial infarction, nefritis, penyakit ginjal, diabetes, dan/atau
pingsan.
c. Kecendrungan perdarahan yang abnornal seperti hidung yang berdarah, perdarahan
yang lama pada luka kecil, ecchymosis spontan, kecendrungan terhadap memar yang
berlebihan, dan perdarahan menstruasi yang berlebihan.
d. Penyakit infeksi, termasuk berkontak dengan penyakit infeksi di rumah atau di
kantor, atau baru saja mendapat rontgen di bagian dada.
e. Kemungkinan memiliki penyakit akibat pekerjaannya.
6
f. Riwayat alegi, termasuk hay fever, asma, sensitif terhadap makanan, atau sensitif
terhadap obat misalnya aspirin, codeine, barbiturat, sulfonamide, antibiotik, prokain,
dan laxatives atau terhadap bahan dental seperti eugenol atau resin akrilik.
g. Informasi onset pubertas dan menopause dan mengenai kelainan menstrual
atau hysterectomy, kehamilan, atau keguguran.
3. Riwayat kesehatan gigi
Pada saat mencari riwayat kesehatan gigi, praktisi mendapat kesempatan
untuk menulai perilaku pasien, membangun hubungan, dan mempelajari penyakit gigi
yang telah lalu serta responya terhadap perawatan. Juga penting untuk mengetahui
cara pemeliharaan kebersihan mulut yang selama ini dilakukan oleh pasien di rumah
yang mencerminkan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi (Fedi dkk, 2005).
Menurut Carranza (1990), pada saat pengumpulan riwayat kesehatan gigi, harus
ditanyakan pula keluhan utama pasien. Gejala pasien dengan penyakit gingival dan
periodontal berhubungan dengan perdarahan pada gusi, spacing pada gigi yang
sebelumnya tidak ada, bau mulut, dan rasa gatal pada gusi yang dapat berkurang
melalui pencungkilan dengan tusuk gigi. Selain itu juga terdapat rasa nyeri dengan
variasi tipe dan durasi, misalnya konstan, tumpul, gnawing pain, rasa nyeri yang
tumpul setelah makan, rasa nyeri yang dalam rahang, rasa nyeri akut, sensitif ketika
mengunyah, sensitif terhadap panas dan dingin, sensasi terbakar pada gusi, dan
sensitif terhadap udara yang dihirup. Riwayat dental harus meliputi acuan seperti:
a. Kunjungan ke dokter gigi meliputi frekuensi, tanggal terakhir kunjungan, dan
perawatannya. Profilaksis oral atau “pembersihan” oleh dokter gigi, frekuensi dan
tanggal terakhir dibersihkan.
b. Menyikat gigi – frekuensi, sebelum atau sesudah makan, metode, tipe sikat gigi
dan pasta, serta interval waktu digantinya sikat gigi.
c. Perawatan ortodontik – durasi dan perkiraan waktu selesai.
d. Rasa nyeri di gigi atau di gusi – cara rasa nyeri terpancing, asal dan durasinya, dan
cara menghilangkan rasa nyeri tersebut.
7
e. Gusi berdarah – kapan pertama kali diketahui; terjadi spontan atau tidak, terjadi
saat sikat gigi atau saat makan, terjadi pada malam hari atau pada periode yang
teratur; apakah gusi berdarah berhubungan dengan periode menstruasi atau faktor
spesifik; durasi perdarahan dan cara menghentikannya.
f. Bau mulut dan daerah impaksi makanan
g. Kegohayan gigi – apakah terasa hilang atau tidak nyaman pada gigi? Apakah
terdapat kesulitan pada saat mengunyah?
h. Riwayat masalah gusi sebelumnya
i. Kebiasaan – grinding teeth atau clenching teeth pada malam hari atau setiap waktu.
Apakah otot gigi terasa sakit pada pagi hari? Kebiasaan lainnya seperti merokok,
menggigit kuku, dan menggigit benda asing.
4. Survey radiografi intraoral
Survey lengkung gigi dan struktur sekitarnya dapat dilihat dengan mudah
melalui radiograf panoramik. Radiograf panoramik menyediakan gambar
radiografi keseluruhan yang informatif untuk melihat distribusi dan keparahan
kerusakan tulang pada penyakit periodontal, namunfilm intraoral yang lengkap
dibutuhkan untuk diagnosis periodontal dan rencana perawatan.
5. Cetakan rahang
Cetakan rahang berguna sebagai bantuan visual dalam diskusi dengan pasien
dan berguna untuk perbandingan antara sebelum dan sesudah perawatan maupun
untuk acuan pada kunjungan check-up (Carranza, 1990).
6. Foto klinis
Foto tidaklah begitu penting, namun foto berguna untuk merekam tampilan
jaringan sebelum dan setelah perawatan (Carranza, 1990).
Kunjungan kedua
1. Pemeriksaan rongga mulut
8
Menurut Carranza (1990), pemeriksaan rongga mulut meliputi oral hygiene, bau
mulut, pemeriksaan rongga mulut, dan pemeriksaan kelenjar getah bening.
Oral hygiene
Oral hygiene atau kebersihan rongga mulut dinilai dari tingkat
akumulasi debris makanan, plak, material alba, dan stain permukaan gigi.
Pemeriksaan jumlah kualitatif plak dapat membantu menegakkan diagnosis.
Bau Mulut
Halitosis atau fetor ex ore atau fetor oris, adalah bau atau aroma menyengat yang
berasal dari rongga mulut. Adanya halitosis dapat membantu dalam menegakkan
diagnosa. Halitosis berhubungan dengan penyakit penyakit tertentu, dan dapat berasal
dari faktor lokal maupun ekstraoral. Sumber lokal penyebab halitosis dapat berasal
dari impaksi makanan diantara gigi, coated tongue, acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG), dehidrasi, karies, gigi palsu, nafas perokok, dan penyembuhan
pasca operasi atau pencabutan gigi. Karakteristik bau busuk dari ANUG sangat
mudah diidentifikasi. Ekstraoral atau sumber bau mulut yang jauh berasal dari
penyakit atau struktur yang berdekatan berhubungan dengan rhinitis, sinusitis, atau
tonsillitis; penyakit pada paru-paru dan bronkus; dan bau yang dikeluarkan melalui
paru-paru dari substansi aromatik dalam aliran darah seperti metabolit dari infus
makanan atau produk eksretori dari metabolisme sel.
Pemeriksaan Rongga Mulut
Pemeriksaan rongga mulut meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum, dan daerah
oropharyngeal, serta kualitas dan kuantitas saliva. Walaupun hasil pemeriksaan tidak
berhubungan dengan penyakit peridontal, seorang dokter gigi harus mendeteksi
perubahan patologis yang terjadi.
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening dapat membesar dan/atau mengeras sebagai respon episode
infeksi, metastase malignant, atau perubahan residual fibrotik. Kelenjar yang
inflamasi menjadi membesar, terpalpasi, empuk, dan tidak bergerak. Acute herpetic
9
gingivostomatitis, ANUG, dan abses periodontal akut menghasilkan pembesaran
kelenjar getah bening.
2. Pemeriksaan gigi
Menurut Carranza (1990), aspek-aspek pada gigi yang diperiksa adalah
kariesnya, perkembangan kecacatan, anomali bentuk gigi, wasting,
hipersensitifitas, dan hubungan kontak proksimal.
Wasting disease of the teeth
Wasting diartikan sebagai pengurangan substansi gigi secara berangsur-angsur
yang terkarakteristik oleh pembentukan permukaan yang halus, dan mengkilat.
Bentuk dari wasting adalah erosi, abrasi, dan atrisi. Erosi adalah depresi berbentuk
baji pada daerah servik permukaan fasial gigi. Abrasi adalah hilangnya substansi
gigi yang disebabkan oleh penggunaan mekanis mastikasi. Atrisi adalah
terkikisnya permukaan oklusal akibat kontak fungsional dengan gigi antagonis.
Dental Stains
Dental stains adalah deposit yang terpigmentasi pada gigi. Dental stain harus
diperiksa dengan teliti untuk menentukan penyebabnya.
Hipersensitifitas
Akar gigi yang terbuka akibat resesi gingiva menjadi sensitif terhadap perubahan
suhu atau stimulasi taktil. Pasien sering menunjuk langsung lokasi yang sensitif.
Hipersensitifitas dapat diketahui melalui eksplorasi dengan probe atau udara
dingin.
Hubungan kontak proksimal
Terbukanya kontak yang tipis menyebabkan impaksi makanan. Hal ini dapat dicek
melalui obeservasi klinis dan dengan dental floss. Kegoyahan gigi Kegoyahan gigi
terjadi dalam dua tahapan:
i. Inisial atau tahap intrasoket, yakni pergerakan gigi yang masih dalambatas
ligamen periodontal. Hal ini berbungan dengan distorsi viskoelastisitas ligamen
periodontal dan redistribusi cairan peridontal, isi interbundle, dan fiber.
10
Pergerakan inisial ini terjadi dengan tekanan sekitar 100 pon dan pergerakan yang
terjadi sebesar 0.05 sampai 0.1 mm (50 hingga 100 mikro)
ii. Tahapan kedua, terjadi secara bertahap dan memerlukan deformasi elastik.
Tulang alveolar sebagai respon terhadap meningkatnya tekanan horizontal. Ketika
mahkota diberi tekanan sebesar 500 pon maka pemindahan yang terjadi sebesar
100-200 mikro untuk incisivus, 50-90 mikro untuk caninus,8-10 mikro untuk
premolar dan 40-80 mikro untuk molar.
Kegoyahan gigi dapat diperiksa secara klinis dengan cara: gigi dipegang dengan
kuat diantara dua instrumen atau dengan satu instrumen dan satu jari, dan
diberikan sebuah usaha untuk menggerakkannya ke segala arah (Carranza, 1990).
Gambar 1. Pemeriksaan Kegoyangan Gigi
(Rateitschak dkk, 1985)
Menurut Fedi dkk (2004), kegoyahan gigi dibedakan menjadi :
i. Derajat 1 – kegoyangan gigi yang sedikit lebih besar dari normal
ii. Derajat 2 – kegoyangan gigi sekitar 1 mm
iii. Derajat 3 – kegoyangan gigi lebih dari 1 mm pada segala arah atau gigi
dapat ditekan ke arah apikal.
Kegoyangan gigi yang patologis terutama disebabkan oleh (1) infamasi gingiva dan
jaringan periodontal, (2) kebiasaan parafungsi oklusal, (3) oklusi prematur, (4)
kehilangan tulang pendukung, (5) gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi
yang dijadikan pegangan cengkraman gigi, (6) terapi periodontal, terapi endodontik,
dan trauma dapat menyebabkan kegoyahan gigi sementara (Fedi dkk, 2004).
Trauma dari oklusi
11
Trauma dari oklusi mengacu pada luka jaringan yang diakibatkan tekanan oklusal.
Tanda pada jaringan periodontal yang dicurigai sebagai akibat adanya trauma dari
oklusi antara lain: kegoyangan gigi yang berlebihan; pada gambar radiografi terlihat
jarak periodontal yang melebar; kerusakan tulang vertikal atau angular; poket
infraboni; dan migrasi patologis, terutama pada gigi anterior. Tanda lainnya yang
dicurigai adanya hubungan oklusal yang abnormal adalah migrasi gigi anterior yang
patologis (Carranza, 1990).
Migrasi gigi yang patologis
Kontak prematur pada gigi posterior yang membelokkan mandibula ke arah anterior
ikut berperan serta terhadap rusaknya periodonsium gigi maksila bagian anterior dan
terhadap migrasi patologis. Migrasi patologis gigi anterior pada orang muda mungkin
sebagai tanda adanya localized juvenileperiodontitis (Carranza, 1990).
Sensitifitas terhadap perkusi
Sensitifitas terhadap perkusi merupakan ciri adanya inflamasi akut pada ligamen
periodontal. Perkusi yang keras pada gigi dengan sudut yang berbeda terhadap aksis
gigi membantu menentukan lokasi yang terlibat inflamasi (Carranza, 1990).
Kedaan gigi pada saat rahang tertutup.
Pemeriksaan keadaan gigi pada saat rahang tertutup tidak memberikan informansi
seperti saat pemeriksaan rahang ketika berfungsi, namun pemeriksaan ini dapat
menunjukkan kondisi peridontal. Gigi yang tersusun secara ireguler, gigi yang
ekstrusi, kontak proksimal yang tidak tepat, dan daerah impaksi makanan merupakan
faktor yang mendukung akumulasi bakteri plak. Misalnya pada kasus hubungan open
bite, dimana terdapat celah yang abnormal antara maksila dan mandibula. Kurangnya
pembersihan mekanis oleh jalan lintas makanan, dapat menyebabkan akumulasi
debris, pembentukan kalkulus, dan ekstrusi gigi (Carranza, 1990).
3. Pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan periodonsium harus sistematik, dimulai dari regio molar baik
pada maksilla maupun mandibula kemudian diteruskan ke seluruh rahang. Semua
12
temuan pada pemeriksaan periodonsium ini dicatat pada periodontal chart
sehingga berguna sebagai catatan kondisi pasien dan untuk evaluasi respon pasien
terhadap perawatan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah
pemeriksaan plak dan kalkulus, gingiva, poket periodontal, penentuan aktivitas
penyakit, jumlah gingiva cekat, alveolar bone loss, palpasi, supurasi, dan abses
peridontal (Carranza, 1990).
Plak dan Kalkulus
Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam
metode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang
mengelilingi gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial,
papilla mesiofasial, dan bagian lingual (Carranza, 1990). Visualisasi plak dapat
dilakukan dengan mengeringkan gigi denganudara. Plak adalah bagian yang tidak
memiliki stain (Rateitschak dkk, 1985)
Gambar 2. Pemeriksaan plak
(Rateitschak dkk, 1985)
Adanya kalkulus supragingiva dapat terlihat melalui observasi langsung, dan
jumlahnya dapat diukur dengan probe yang terkalibrasi. Untuk mendeteksi
kalkulus subgingiva, setiap permukaan gigi diperiksa hingga batas perlekatan
gingiva dengan menggunakan eksplorer no.17 atau no.3A. Udara yang hangat
13
dapat digunakan untuk sedikit membuka gingiva sehingga visualisasi terhadap
kalkulus lebih jelas (Carranza, 1990).
Gambar 3. Deteksi kehalusan (atas kanan) atau iregularitas
pada permukaan akar dengan pergerakan probe atau eksplorer
di luar. Kalkulus (atas tengah), karies (atas kiri), margin
restorasi yang irregular (bawah kanan dan kiri) (Carranza, 1990)
Gingiva
Gingiva harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mendapatkan observasi yang akurat.
Selain melalui pemeriksaan secara visual dan eksplorasi dengan instrumen,
pemeriksaan dilakukan dengan palpasi yang erat namun halus. Hal ini dilakukan
14
untuk mendeteksi kelainan patologis pada kelentingan normal dan mengetahui lokasi
pembentukan pus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat pemeriksaan
gingiva antara lain: warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan, posisi,
kemudahan untuk berdarah, dan rasa nyeri.
Dari pemeriksaan klinis, inflamasi gingiva menghasilkan dua respon dasar jaringan,
yaitu edematous dan fibrotik. Respon jaringan yang edematous memiliki karakteristik
halus, glossy, halus dan gingiva berwarna merah. Respon jaringan yang fibrotik
memiliki karakteristik seerti gingiva normal namun lebih kuat, berstippling, dan
opaque, walaupun terkadang lebih tebal dan marginnya terlihat membulat.
Poket Periodontal
Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan: keberadaan dan distribusi
pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas perlekatan pada akar gigi, dan
tipe poket (supraboni atau infaboni; simple, compound atau kompleks). Metode satu-
satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket peridontal adalah eksplorasi
menggunakan probe peridontal. Poket tidak terdeteksi oleh pemeriksaan radiografi.
Periodontal poket adalah perubahan jaringan lunak. Radiografi menunjukkan area
yang kehilangan tulang dimana dicurigai adanya poket. Radiografi tidak
menunjukkan kedalaman poket sehingga radiografi tidak menunjukkan perbedaan
antara sebelum dan sesudah penyisihan poket kecuali kalau tulangnya sudah
diperbaiki. Ujung gutta percha atau ujung perak yang terkalibrasi dapat digunakan
dengan radiografiuntuk menentukan tingkat perlekatan poket peridontal.
Menurut Carranza (1990), kedalaman poket dibedakan menjadi dua
jenis, antara lain:
1. Kedalaman biologis
Kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva dengan dasar
poket (ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing
15
Kedalaman klinis adalah jarak dimana sebuah instrumen ad hoc (probe) masuk
kedalam poket. Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukuran probe, gaya
yang diberikan, arah penetrasi, resistansi jaringan,
dan kecembungan mahkota.
Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium
adalah ± 0.3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat adalah
0.75 N. Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis
vertikal gigi dan “berjalan” secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap
gigi untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam (Carranza, 1990). Jika
terdapat banyak kalkulus, biasanya sulit untuk mengukur kedalaman poket karena