KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya
kami dapat menyelesaikan penulisan laporan keluarga binaan kami yang berada di
lingkungan Puskesmas Nanggalo. Kegiatan Keluarga Binaan ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti kepanitraan klinik Rotasi II di Puskesmas Nanggalo.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Handayani MP, Sp.M selaku preseptor
dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan dr. Hj. Liza Andriani M.Kes dan dr. Vitri
selaku preseptor dari Puskesmas Nanggalo dan semua staf Puskesmas Nanggalo yang telah
memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan Keluarga Binaan, serta semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan. Semoga
laporan keluarga binaan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Padang, Februari 2014
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan
teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Kelainan ini dapat bersifat akut atau pun
menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Dimana secara
epidemiologi pria lebih sering terkena daripada wanita.1
Tinea kruris lebih sering dijumpai pada daerah beriklim tropis/subtropis, dimana
Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dengan kelembapan yang tinggi
yang mempermudah timbulnya infeksi tinea kruris sehingga infeksi jamur ini banyak
ditemukan.2,3
Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah,
E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes. Pemeriksaan KOH merupakan
pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk mendiagnosis infeksi dermatofit secara
langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa di antara material keratin.5
Tatalaksana yang penting untuk penyakit ini adalah dengan menghilangkan faktor
predisposisi, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai baju yang
menyerap keringat.6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan
teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita (jamur yang menyerang kulit).Tinea kruris merupakan infeksi jamur dermatofit
didaerah inguinal, bokong, perut bagian bawah, perineum dan perianal. Kelainan ini dapat
bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup.1,3
2.2 Epidemiologi
Tinea kruris lebih sering dijumpai pada daerah beriklim tropis/subtropis, dimana
Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dengan kelembapan yang tinggi
yang mempermudah timbulnya infeksi tinea kruris sehingga infeksi jamur ini banyak
ditemukan.6,7
Tinea kruris lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Biasanya
mengenai penderita usia 18-60 tahun, tetapi paling banyak dijumpai pada usia antara 18-25
tahun serta antara 40-50 tahun. Tinea kruris mempunyai angka kekambuhan yang cukup
tinggi yaitu 20-25%.8
2.3 Etiologi
Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah,
E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes.Pria lebih sering terkena dari pada wanita.
Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit
yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari
bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu
yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.4,9
2.4 Patofisiologi Dermatofitosis bukanlah patogen endogen.Transmisi dermatofit kemanusia dapat melalui 3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal.
Karena dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit.2,10,11
3
Tipe dermatofita berdasarkan transmisi
Kategori Transmisi Tampilan klinis
Antropofilik
Zoofilik
Geofilik
Manusia ke manusia
Hewan ke manusia
Tanah ke manusia atau hewan
Ringan, tanpa inflamasi, kronik
Inflamasi hebat (mungkin
pustula dan vesikel), akut.
Inflamasi sedang
Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis
dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada
permukaan kulit yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan
bantuan panas, kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang
berlebih dan maserasi juga berpengaruh.5-7
Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat
sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak
langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat
dan lain-lain.Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi
ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.5-7
Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan
terhadap infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian
perifer kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses
proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Kondisi ini akan menciptakan bagian tepi
aktif untuk berkembang dan bagian pusat akan bersih. Eliminasi dermatofit dilakukan oleh
sistem pertahanan tubuh (imunitas) seluler.Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam
stratum korneum, kadang-kadang disertai tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit
pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur.8
2.5 Gejala
Pruritus merupakan gejala yang umum, bisa terdapat nyeri jika daerah yang terinfeksi
terkena maserasi atau terjadi infeksi skunder.Pada tinea kruris yang klasik memberi wujud
kelainan kulit yang bilateral, namun tidak selalu simetris.Lesi berbatas tegas, tepi meninggi
yang dapat berupa papulovesikel eritematosa, atau kadang terlihat pustule.Bagian tengah
menyembuh berupa daerah coklat kehitaman berskuama. Garukan kronis dapat menimbulkan
gambaran likenifikasi.10
4
Dua organisme utama penyebab tinea krusis bisa memberikan gambaran klinis yang
berbeda, pada infeksi oleh E floccosum terdapat gambaran lesi jarang melewati region
genitokrural dan pada paha atas bagian dalam, sedangkan oleh T. rubrum sering bersatu dan
menyebar meliputi daerah yang lebih luas yaitu daerah pubis.5-7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada kulit
sehingga atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat membangun diagnosis. Akan tetapi
kadang temuan efloresensi tidak khas atau tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan
penunjang. Sehingga diagnosis menjadi lebih tepat.1-4
Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan merupakan
pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk mendiagnosis infeksi
jamur.Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk
mendiagnosis infeksi dermatofit secara langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa
diantara material keratin.11-12
Pada tinea kruris, bahan untuk pemeriksaan jamur sebaiknya diambil dengan
mengerok tepi lesi yang meninggi atau aktif.Khusus untuk lesi yang berbentuk lenting-
lenting, seluruh atapnya harus diambil untuk bahan pemeriksaan. Pemeriksaan mikroskopik
(dengan menggunakan mikroskop) secara langsung menunjukkan artrospora (hifa yang
bercabang) yang khas pada infeksi dermatofita.13
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau pemeriksaan
sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur
dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih
akurat.3,6,8
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi
dapat dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan
oleh kultur jamur.10
2.8 Diagnosis Banding
Tinea kruris dapat didiagnosis banding dengan kandidiasis inguinalis, eritrasma,
psoriasis, dan dermatitis seboroik.Pada kandidiasis inguinalis terdapat lesi berwarna merah
5
terang, papul dan pustule satelit pada pinggirnya dan skrotum sering terkena. Eritrasma
terdapat lesi berupa macula eritema dan skuama halus,asimetris. Pada pemeriksaan lampu
wood menunjukkan efloresensi merah bata, sedang pada pemeriksan KOH negative tidak
ditemukan elemen jamur spora atau hifa. Psoriasis terdapat lesi berupa plakat eritema dengan
skuama tebal berlapis-lapis dan berwarna seperti mika.3,6,8Pada pemeriksan KOH tidak
ditemukan elemen jamur, spora atau hifa. Dermatitis seboroik terdapat lesi berupa eritema
dengan skuama kekuningan berminyak, tidak berbatas tegas, dapat terlihat pada tempat-
tempat predileksinya, misalnya di kulit kepala, lipatan-lipatan kulit serta pemeriksaan KOH
negative.7
2.9 Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi
selalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat.11-12
a. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup pada
jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai
formulasi dan semuanya memberikan keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal
digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan.Topikal azol
dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.
Berikut obat yang sering digunakan :
1) Topical azol terdiri atas :
a) Econazol 1 %
b) Ketoconazol 2 %
c) Clotrinazol 1%
d) Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada
pembentukan ergosterol membran sel jamur.
1) Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase
sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel
jamur.(10) yaitu aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti
inflamasi ) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari
berturut-turut.
2) Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya
bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur
6
merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan
anti bakteri serta berspektrum luas.
3) Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen
anti jamur topikal untuk menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada
beberapa hari pertama dari terapi.
b. Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakan
bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis
terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien
imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.
1) Griseofulvin
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas
pada pengobatan infeksi dermatofit genus Trichophyton, Microsporum,
Epidermophyton. Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium
metafase.
2) Ketokonazol
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk
golongan imidazol.Absorbsi optimum bila suasana asam.
3) Flukonazol
Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi
tidak dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.
4) Itrakonazol
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat
fungistatik dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur
dematiacea.Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan
makanan.
5) Amfosterin B
Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces
nodosus.Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan menghambat
pertumbuhan jamur, protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada
pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan
preparat azol.
7
BAB III
KELUARGA BINAAN
8
3.1 Pengenalan Keluarga Binaan
Keluarga Ny. I merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan
yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di Puskesmas
Nanggalo. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ny.I ke Puskesmas Nanggalo.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan
diagnosa kerja tinea kruris. Penyakit tinea kruris yang diderita pasien termasuk penyakit yang
menular sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal – hal yang
kami lakukan di antaranya adalah berupa:
a. Melakukan home visit kunjungan ke rumah.
b. Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.
c. Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang dialami
keluarga tersebut.
Tanggal 20 Januari 2014
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny I/ Perempuan / 52 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah tangga/ Tamat SMK
c. Alamat : Jl. Banjir Kanan Kurao Pagang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 4 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan Rp. 2.000.000,-/bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, kamar 3 buah, perkarangan cukup luas, luas bangunan 50
m2
- Listrik ada
- Sumber air mandi dan mencuci adalah sumur bor, air minum berasal dari air
isi ulang.
- Ventilasi dan sirkulasi : tidak semua ruangan memiliki jendela. Hanya ruanga
tamu yang memiliki 2 jendela dengan ukuran masing-masing 100 x 60 cm.
Jendela dibuka setiap hari mulai dari pukul 06.00 – 18.00. Pencahayaan
9
kurang baik karena sinar matahari hanya masuk ke dalam ruang tamu saja.
Kamar tidur gelap dan butuh lampu di siang hari.
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah dibakar
Kesan : higiene dan sanitasi kurang baik.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 4 orang, pasien, suami pasien, 2 anak pasien. Anak pasien
yang pertama dan kedua telah menikah dan tinggal di rumah mereka masing –
masing. Anak pasien yang ketiga adalah seorang mahasiswa. Anak pasien
yang keempat adalah seorang pelajar SD
- Tinggal di daerah pinggiran kota.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
- Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
5. Keluhan Utama
Bercak merah pada kedua paha yang bertambah gatal sejak ± 1 minggu yang
lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak merah pada kedua paha yang bertambah gatal sejak ± 1 minggu yang
lalu.
Bercak awalnya tidak disadari. Dan disadari setelah bercak besar dan semakin
gatal.
Bercak dirasakan bertambah gatal jika pasien berkeringat.
Riwayat menggunakan pakaian berlapis-lapis ada
10
Pasien memiliki kebiasaan mandi sekali sehari, namun jika cuaca panas pasien
mandi 2 kali sehari.
Riwayat menggunakan handuk bersama ada.
Riwayat kontak dengan binatang peliharaan yaitu kucing ada.
Riwayat berkebun atau kontak dengan tanah tidak ada.
Keluhan kuku dan rambut tidak ada
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Ringan
Kesadaran : CMC
Nadi : 87x/ menit
Nafas : 23x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 65 Kg
TB : 157 cm
BMI : 26,4 (overweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada :
Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
11
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status Dermatologikus :
Lokasi : Pada kedua paha
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Numular, plakat
Efloresensi : Makula eritema dengan skuama halus dan pinggir aktif.
12
8. Laboratorium Anjuran : Kerokan kulit dengan KOH 20%
9. Diagnosis Kerja
Tinea Kruris
10. Diagnosis Banding : -
11. Manajemen
a. Preventif :
13
- Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari
- Sering mengganti pakaian jika lembab
- Memakai pakaian yang menyerap keringat
- Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis
- Menganjurkan pasien agar memakai celana dengan bahan yang mudah
menyerap keringat.
b. Promotif :
- Hentikan penggunaan handuk bersama.
c. Kuratif :
- Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) selama 2-3 minggu
- Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi)
- CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas karena pengobatan memerlukan waktu yang
lama.
14
15
16
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Nanggalo
Dokter: Dwi Aine, Wulan, Dinda, Dandi, Khai
Tanggal : 20 Januari 2014
R/ Griseofulvin tab 125 mg No. XXVIII
S 1 dd tab 4 £
R/ Ketokonazole 2 % cream No. I
S u e (sesudah mandi) £
R/ CTM tab 4 mg No. X
S 3 dd tab 1 £
Pro : Ny. I
Umur : 52 tahun
Alamat : Nanggalo, Padang.
A. Menetapkan Masalah Kesehatan dalam Keluarga
Faktor risiko:
- Setiap kamar tidak memiiki ventilasi dan sirkulasi yang memadai
- Pasien dan keluarga pasien meiliki kebiasaan berganti-ganti peralatan
mandi seperti handuk.
- Kontak yang erat dengan binatang peliharaan seperti kucing.
B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan
komprehensif dan holistik
a. Preventif :
Menjaga kebersihan badan dengan mandi minimal 2x sehari, menggunakan sabun
dan air bersih.
Tidak memakai pakaian terutama pakaian dalam yang belum dicuci berulang-
ulang.
Mengganti pakaian setiap kali mandi dengan pakaian yang bersih.
Memakain handuk, alat mandi, dan pakaian tidak bergantian dengan anggota
keluarga lain.
Sering mengganti pakaian jika lembab dan berkeringat.
Memakai pakaian terutama pakaian dalam yang menyerap keringat
Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis.
Hindari pemakain pakaian yang ketat.
Jika berkeringat banyak, segera mandi dan mengganti pakaian.
Menggunakan pakaian yang dicuci bersih, dijemur dibawah sinar matahari sampai
kering dan disetrika.
Mengganti sprei secara teratur minimal 1 kali per minggu.
Selalu memakai alas kaki tiap keluar rumah.
Memotong kuku dan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai
sabun dibawah air mengalir setelah BAK dan BAB, sebelum makan.
Menyimpan alat mandi ditempat yang bersih.
Tetap membuka jendela sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk
cukup.
Mengurangi kontak dengan anggota keluarga yang sehat selama masih ada
keluhan gatal-gatal dan bercak merah.
17
b. Promotif :
Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa penyakit gatal-
gatal dan bercak merah diselangkangan kanan dan kiri serta kedua bokong
yang dideritanya disebabkan oleh infeksi jamur yang menyerang kulit
yaitu tinea kruris. Penyakit ini terutama menyerang daerah-daerah yang
lembab dan banyak berkeringat oleh karena itu disarankan untuk
mengganti pakaian ketika berkeringat banyak, tidak menggunakan pakaian
berlapis-lapis, tidak menggunakan pakaian ketat, membuka jendela
sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk cukup dan
lingkungan tidak menjadi lembab.
Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-gatal dan
bercak merah yang dideritanya mudah menular melalui kontak langsung
atau pun tidak langsung misalnya melalui benda-benda yang
terkontaminasi jamur seperti pakaian, handuk, alat mandi atau sprei.
Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa tinea ini dapat
ditularkan melalui manusia, binatang, maupun tanah yang mengandung
unsur jamur, oleh sebab itu pasien dilarang untuk menggaruk kulitnya
karena unsur jamur tersebut bisa menempel di kulit sehingga dapat
menularkan ke bagian tubuh yang lain. Selain itu beritahukan kepada
pasien bahwa penggunaan pakaian dan handuk bersamaan dengan pasien
tinea dapat menularkan tinea. Untuk binatang, diterangkan bahwa
penularannya pada binatang peliharaan seperti anjing, kucing yang
mempunyai kelainan kulit dengan gambaran bulu-bulu rontok dan ada
bintik-bintik pada kulit atau kurap. Untuk tanah, diterangkan untuk
menggunakan sandal atau alas kaki jika berjalan ditanah atau jika
mempunyai hobi berkebun, anjurkan untuk menggunakan sarung tangan
dan setelah berkebun cuci tangan dengan sabun.
Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-gatal dan
bercak merah yang dideritanya sangat berhubungan dengan faktor
kebersihan diri maupun lingkungan, sehingga diperlukan untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi minimal 2 kali sehari, tidak
menggunkan pakaian kotor berulang-ulang, mencuci pakaian yang
digunakan secara bersih dan dijemur dibawah sinar matahari hingga kering
serta disetrika, memakai alas kaki tiap keluar rumah. Menjaga kebersihan
18
lingkungan dengan membuang sampah ditempat pembuangan sampah,
tidak menggantung banyak pakaian di dinding rumah.
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk-garuk bagian yang
gatal, diusahakan hanya ditepuk-tepuk atau ditekan-tekan bagian yang
gatal, karena dengan menggaruk bisa menyebabkan timbul luka yang baru
dan menjadi tempat masuk kuman sehingga pengobatan bisa lebih lama.
Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa untuk pengobatan penyakit
kulit yang dideritanya memerlukan waktu yang lama 2 sampai 4 minggu
dan kontrol teratur.
c. Kuratif :
Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) selama 2-3 minggu
Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi)
CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)
d. Rehabilitatif :
Kontrol teratur ke puskesmas dan rutin minum obat yang didapat dari
puskesmas.
Mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur dan istirahat cukup untuk
mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit lainnya.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dengan membuka jendela/
ventilasi cukup dalam rumah, untuk melancarkan sirkulasi udara dalam rumah.
Home Visit Tanggal 25 Januari 2014
Riwayat penyakit sekarang :
- Bercak merah dipaha sudah mulai menghilang.
- Gatal juga tidak dirasakan lagi.
- Bercak merah yang gatal tidak ada dibagian tubuh lainnya.
Pemeriksaan fisik :
19
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/ menit
Nafas : 20x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
BB : 65 Kg
TB : 157 cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada :
Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
20
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status Dermatologikus :
Lokasi : Pada kedua paha
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Numular, plakat
Efloresensi : Makula hipopigmentasi dengan skuama halus.
21
Pengobatan :
- Griseofulvin tablet 125 mg (1 x 4 tablet/hari) dilanjutkan selama 7 hari
- Ketokonazole cream 2 % (sesudah mandi) dilanjutkan selama 7 hari
- CTM tablet 4 mg (3 x 1 tablet/hari)
22