BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPneumonia adalah salah satu infeksi saluran
napas bawah akut yang sering dijumpai. Pneumonia dapat terjadi
secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi infeksi
saluran napas bawah lainnya. Pneumonia adalah peradanganyang
mengenai parenkim paru, bagian distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasijaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal dan
atipikal berdasarkan bakteri penyebabnya. Dalam perkembangannya
pneumonia saat ini dikelompokkan menjadi pneumonia komuniti yang
didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial yang didapat di
rumah sakit atau pusat perawatan kesehatanPenyebab pneumonia
terkadang sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati. Sehingga dokter diharapkan agar
dapat menilai sesegera mungkin kebutuhan hospitalisasi pasien
dengan kecurigaan pneumonia komuniti menggunakan indeks keparahan
pneumonia yang disesuaikan dengan kondisi klinis. Berdasarkan
rekomendasi konsensus beberapa organisasi, pengobatan awal
pneumonia diberikan terapi antibiotik secara empirikdengan
memperhatikan pengalihan terapi antibiotik parenteral ke antibiotik
oraljika keluhan membaik dan pasien dapat mentoleransi pengobatan
oral.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiPneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, bagian distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.Secara klinis
pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non
mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
B. EpidemiologiBerdasarkan data SEAMIC Health Statistic 2001
influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di
Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Di Amerika
Serikat pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 dan nomor 1
sebagai penyebab kematian akibat penyakit infeksi. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Diperkirakan insiden community-acquired pneumonia (CAP)
3,5 4 juta kasus pertahun atau 5-11 kasus per 1000 populasi dewasa,
dengan insiden tertinggi pada bayi dan usia lanjut. Sekitar 20%
dari penderita tersebut memerlukan perawatan dirumah sakit dengan
angka mortalitas 5-12% dan 25-50% pada penderita yang dirawat di
ICU.
C. EtiologiSebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri,
yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.
Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia
streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus
beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian
juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh
virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia
yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme
yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan
virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome,
(AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat
jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan
ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit
pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat
mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi
lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap
pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi
itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan
mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi
peradangan.Etiologi: Bakteri : streptococus pneumoniae,
staphylococus aureus Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido
mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini Aspirasi : Makanan,
cairan, lambung Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan
gas
D. PatogenesisSuatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi
akibat adanya serangan agen infeksius yang bertransmisi atau di
tularkan melalui udara. Namun pada kenyataannya tidak semua
penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan
cara yang sama. Pada dasarnya agen infeksius memasuki saluran
pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi (melaui udara),
hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam
saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya
perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam tubuh. Pada
kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan
aspirasi. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya
mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya
infeksi penyakit. Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi
trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding
alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di
alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)Disebut
hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin
untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan
cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini
dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin.2. Stadium II (48 jam
berikutnya)Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.3. Stadium III (3 8
hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.4. Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari
rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan
kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan.
Selain adanya infeksi kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh
dapat juga di sebabkan karena adanya tindakan endotracheal dan
tracheostomy serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks
batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan
terhadap serangan kuman dan virus.
E. KlasifikasiKlasifikasi pneumonia sangat beragam dan yang
sering digunakan antara lain:1. Berdasarkan klinis dan
epidemiologis :a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial ( hospital-acqiured pneumonia/
nosocomialpneumonia)c. Pneumonia aspirasi. d. Pneumonia pada
penderita immunocompromisedPembagian ini penting untuk memudahkan
penatalaksanaan.2. Berdasarkan bakteri penyebab.a. Pneumonia
bakterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita
pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal, disebabkan
Mycoplasma, Legionella dan Chlamydiac.c. Pneumonia virusd.
Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised)3. Berdasarkan predileksi infeksia. a. Pneumonia
lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus, misalnya
pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.b. Bronkopneumoni.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang
tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.c. Pneumonia
interstisia
F. DiagnosisPenegakkan diagnosis dibuat dengan maksud megarahkan
pemberian terapi yaitu mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat
berat penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan
mikroorganisme penyebab infeksi akan mengarahkan kepada pemilihan
terapi empiris yang tepat. Diagnosis pneumonia didasarkan kepada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisikyang teliti, dan
pemeriksaan penunjang.Gambaran Klinis1. AnamnesisGambaran klinik
biasanya ditandai dengan demam, menggigil,suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.Melalui
anamnesis dievaluasi pula faktor predisposisi pasien, usia pasien
dan awitan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab.2.
Pemeriksaan fisikTemuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas
lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit
tertinggal waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras,
pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah
halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi. Presentasi klinis yang muncul bervariasi tergantung
etiologi, usia dan keadaan klinis penderita. Pada pneumonia
komunitas terdapat perbedaan pneumonia atipik dan tipikal yang
membantu dalam memberikan terapi empiris sesuai etiologi.TABEL.
Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipikTanda dan
GejalaPneumonia AtipikPneumonia Tipik
Onset Suhu Batuk Dahak Gejala lain
Gejala diluar paru
Pewarnaan gram
Radiologis
Laboratorium
Gangguan fungsi hati
Gradual Kurang tinggi Non produktif Mukoid Nyeri kepala,
mialgia, sakit tenggorokan, suara parau, nyeri telinga.
Sering
Flora normal atau spesifik
patchy atau normal
Leukosit normal kadang rendah
Sering Akut Tinggi, menggigil Produktif Purulen Jarang
Lebih jarang
Kokus gram (+) atau (-)
Konsolidasi lebar
Lebih tinggi
Jarang
Pemeriksaan penunjang1. Gambaran radiologisFoto toraks
(PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untukmenegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kavitas. Foto toraks saja tidak dapat
secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk
ke arah diagnosis etiologi,misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsielapneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus.2. Pemeriksaan laboratoriumPada pemeriksaan
labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas
darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.Diagnosis pneumonia komuniti
didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisisk, foto
toraks dan laboratorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti
ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau
infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah
ini : Batuk-batuk bertambah Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 38C (aksila) / riwayat demam Pemeriksaan fisik :
ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkialdan rhonki
Leukosit > 10.000 atau < 4500
G. PenatalaksanaanDalam mengobati penderita pneumonia perlu
diperhatikan keadaan klinis penderita yang dapat dinilai dengan
indeks derajat keparahan penyakit. Bila keadaan klinis baik dan
tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Selain itu
perlu diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi (tabel 2) yaitu
keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan
mikroorganisme patogen yang spesifik. Penilaian derajat keparahan
penyakit pneumonia komuniti dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem skor menurut hasil penelitian PneumoniaPatient Outcome
Research Team (PORT) seperti tabel di bawah ini.Sistem skor
berdasar PORTFaktor Demografi Usia umur (th) Usia umur (th) 10
Perawatan di rumah+ 10 Penyakit penyerta Cancer+ 30gangguan hati+
20CHF+ 10CVS+ 10Ginjal+ 10 Pemeriksaan fisis Perubahan status
mental+ 20RR 30 x/mnt+ 20Sistolik 90 mmHg+ 20Suhu < 35oC atau
> 40oC+ 10HR 125 x/mnt+ 10 Hasil laboratorium AGD arteri pH
7,35+ 30BUN > 30 mg/dL+ 20Natrium < 130 mEq/ltr+ 20Glukosa
> 250mg/dL+ 10Ht < 30 %+ 10PO2 60 mmHg+ 10Efusi pleura+
10MenurutAmerican Thoracic Society (ATS) kriteria pneumonia berat
biladijumpai 'salah satu atau lebih' kriteria di bawah ini.Kriteria
minor sebagai berikut: Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg Foto toraks paru menunjukkan kelainan
bilateral Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus Tekanan sistolik
< 90 mmHg Tekanan diastolik < 60 mmHgKriteria mayor adalah
sebagai berikut : Membutuhkan ventilasi mekanik Infiltrat bertambah
> 50% Membutuhkan vasopresor > 4 jam (syok septik) Kreatinin
serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderitan
riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan
dialisis.Berdasarkan kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah :1. Skor PORT lebih
dari 702. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu
dirawat inap biladijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini :
Frekuensi napas > 30/menit Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg Foto
toraks paru menunjukkan kelainan bilateral Foto toraks paru
melibatkan > 2 lobus Tekanan sistolik < 90 mmHg Tekanan
diastolik < 60 mmHg3.3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
Tabel Derajat Skor Risiko Pneumonia Menurut PORTKelas risiko
Total skorMortaliti (%) Perawatan
I 700,1%Rawat jalan
II 700,6Rawat jalan
III71 - 902,8Rawat jalan/rawat inap
IV91 - 1308,2Rawat inap
V> 130 29,2Rawat inap
Kriteria perawatan intensifPenderita yang memerlukan perawatan
di ruang rawat intensif adalah penderita yang mempunyai paling
sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu (membutuhkan ventalasi
mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2
dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto
toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik
< 90 mmHg). Kriteria minordan mayor yang lain bukan merupakan
indikasi untuk perawatan ruang rawatintensif.Penatalaksanaan
pneumonia komuniti dapat dibagi 3 bagian yaitu : penderita rawat
jalan, penderita rawat inap di ruang rawat biasa, penderita rawat
inap di ruang rawat intensif. Penderita rawat jalan diberikan
terapisuportif/simptomatik yaitu istirahat di tempat tidur, minum
secukupnya untukmengatasi dehidrasi, dapat diberikan mukolitik dan
ekspektoran, dan pemberian antibiotik harus diberikan kurang dari 8
jam. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa diberikan terapi
suportif berupa terapi oksigen, pemasangan infus untukrehidrasi dan
koreksi dan elektrolit, obat simptomatik seperti antipiretik,
mukolitik, dan antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam.
Penderita yang dirawat di ICU bila ada indikasi penderita dipasang
ventilator mekanik.Rawat jalan - Tanpa faktor modifikasi :Golongan
laktam atau laktam + anti laktamase-Dengan faktor modifikasi
:Golongan laktam + anti laktamase atau Fluorokuinolonrespirasi
(levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin)-Bila dicurigai
pneumonia atipik : makrolid baru (roksitrosin,klaritromisin,
azitromosin)
Rawat inap-Tanpa faktor modifikasi :Golongan beta laktam + anti
beta laktamase i.v atau Sefalosporin G2,G3 i.v atau Fluorokuinolon
respirasi- Dengan faktor modifikasi :Sefalosporin G2,G3 i.v atau
Fluorokuinolon respirasi i.v- Bila curiga disertai infeksi bakteri
atipik ditambah makrolid baru
RuangRawatintensif- Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas
:Sefalosporin G3 i.v non pseudomonas ditambah makrolid baruatau
fluorokuinolon respirasi i.v- Ada faktor risiko infeksi pseudomonas
: Sefalosporin G3 i.v anti pseudomonas i.v atau karbapenemi.v
ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas(siprofloksasin) i.v atau
aminoglikosida i.v. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik
:sefalosporin anti pseudomonas i.v atau carbamapenem i.vditambah
aminoglikosida i.v ditambah lagi makrolid baruatau fluorokuinolon
respirasi i.v
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan /
memburuk maka pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebab dan
uji sensitivitas.Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama
pada pneumonia termasuk atipik. Antibiotik terpilih pada pneumonia
atipik yang disebabkan olehM.pneumoniae, C.pneumoniae dan
Legionella adalah golongan : Makrolid baru (azitromisin,
klaritromisin, roksitromisin) Fluorokuinolon respiness
Doksisiklin
Terapi Sulih (switch therapy)Masa perawatan di rumah sakit
sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat suntik ke oral
dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial. Perubahan obat suntik ke
oral harus memperhatikan ketersediaan antibiotik yang diberikan
secara iv dan antibiotik oral yang efektivitasnya mampu mengimbangi
efektivitas antibiotik iv yang telah digunakan. Perubahan ini dapat
diberikan secara sequential (obat sama, potensi sama), switch over
(obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat samaatau berbeda,
potensi lebih rendah). Contoh terapi sekuensial: levofioksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin Contoh switch over : seftasidin iv ke
siprofloksasin oral Contoh step down amoksisilin, sefuroksim,
sefotaksim iv ke cefiksim oral.Obat suntik dapat diberikan 2-3
hari, paling aman 3 hari, kemudian padahari ke 4 diganti obat oral
dan penderita dapat berobat jalan. Kriteria untukperubahan obat
suntik ke oral pada pneumonia komuniti : Tidak ada indikasi untuk
pemberian suntikan lagi Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran
cerna Penderita sudah tidak panas 8 jam Gejala klinik membaik (mis
: frekuensi pernapasan, batuk) Leukosit menuju normal/normal.
H. PrognosisPada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari
faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang
tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderitayang dirawat. Angka
kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5%pada penderita
rawat jalan, sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit
menjadi 20%.
BAB 3KESIMPULAN
Pneumonia adalah sebagai peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, batuk, sesak
napas atau nyeri dada. Penegakkan diagnosis didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan penunjang serta
diperlukan penentuan derajat keparahan penyakit dengan menggunakan
skor PORT dan penilaian ada tidaknya faktor modifikasi untuk
mengarahkan penatalaksanaan pneumonia. Penatalaksanaan pneumonia
dapat dilakukan dengan rawat jalan maupun rawat inap sesuai indeks
keparahan penyakit dengan memberikan terapi suportif / simptomatik
dan pemberian antibiotik empiris sesegera mungkin sesuai panduan
PDPI serta memperhatikan peralihan antibiotik intravenake
antibiotic oral sesuai indikasi.
4