YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Selangkah Menuju Universal Desain?...2018/04/22  · dilengkapi piranti multimedia & LCD Proyektor dengan ketersediaan labo-ratorium Komputer. Kampus Unpand yang berada di area Tembalang

Pada beberapa bangunan publik jugamulai terlihat jalan menanjak yang tidakberundak di sebelah tangga. Tak sedikitjuga trotoar baru terpasang dengan ket-inggian dibawah 20cm di beberapa sudut

kota. Setelah fenomena-fenomena tersebut terlihat,mungkin dalam alam berpikir kita terbesit untuk mere-nungkan tentang iki jane kanggo apa toatau jika telahmengenal perancangan model seperti ini akan mulainyinyir halah digawe tapi kok ora genah babar blas ker-jaane. Ya itu mungkin disebabkan oleh perkembanganregulasi atau jika pernah berkubang di area konstruksibangunan mungkin pernah mendengar ”Desain aksesi-bilitas untuk bangunan gedung”.

Menurut UU no 8 tahun 2016 tentang penyandangdisabilitas menyebutkan setiap Warga Negara yangmenyandang disabilitas wajib dipenuhi kebutuhannyauntuk dapat mengakses fasilitas-fasilitas umum dan men-dapatkan perlakuan yang setara di segala bidang. Pada

hal lain UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anakmengisyaratkan bahwa kebutuhan anak terhadap fasili-tas umum juga perlu dipikirkan. Pada sisi Inpres tahun 29tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender meng-amanatkan tentang keadilan terhadap setiap penduduk.untuk itu Permen PU yang sudah diterbitkan Permen PUno 30 th 2006 tentang Pedoman Teknis FasilitasAksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan yangsedang berusaha mengakomodasi pedoman untukpenyediaan sarana fisik bagi penyandang disabilitas ter-sebut, diperkuat dengan permen PERMEN PUPR14/2017 ttg Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedungmemberi pedoman untuk menciptakan bangunan mau-pun lingkungan binaan yang dapat diakses mudah,aman, nyaman dan mandiri berkeadilan bagi semuaorang, termasuk penyandang cacat dan lansia. Adanyaregulasi-regulasi di Indonesia tersebut mengindikasikanbahwa ada usaha untuk memperbaiki desain.

Seperti kata pepatah Tiada gading yang tak retakmaupun perbaikan itu bermula dari kesalahanpenyediaan fasilitas tersebut, beberapa mungkin belumdiselenggarakan dengan baik sesuai filosofi pelayananterhadap masyarakat yang dituju. Hal ini mungkin kare-na desainer, kontraktor, pekerja bangunan tidak pernahmerasakan menjadi penyandang disabilitas, lansia, lin-tas gender atau memiliki orang dekat yang memiliki sta-tus kempuan berbada maupun tidak pernahmemikirkan orang dengan kemampuan yang tidaksama dengan dirinya.

Salah satu prinsip mencapai kemudahan aksesibil-itas yang berkeadilan adalah memfungsikan barangagar dapat digunakan oleh pemakai. Lalu siapa kahpemakai itu? Jika pemakainya berbeda-beda kemam-puan mengaksesnya lalu sudahkah kita mendesainagar semua pemakai dapat mengakses dan menggu-nakan kreasi kita itu?

Definisi PeruntukanMari kita ambil contoh kasus jalur pejalan kaki di jalan

Sugiyopranoto yang merupakan bagian dari jalur lingkarpejalan kaki kelurahan kidul. Kita dapat menukil dariPermenPUPR 14/2017 bahwa jalur pejalan kaki adalahjalur yang digunakan oleh pejalan kaki atau penggunakursi roda secara mandiri yang dirancang berdasarkankebutuhan orang untuk bergerak secara aman, mudah,nyaman, dan tanpa hambatan.

Dari peraturan dan beberapa tampilan gambardiatas, dapat kita temukan beberapa hal, seperti : defin-isi peruntukan yang sudah berkembang dari hanyapejalan kaki saja menjadi pejalan kaki dan penggunakursi roda, persyaratan yang diamanatkan adalahaman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan pada sisiperaturan dan hambatan-hambatan, potensi ketidaka-manan yang member pengaruh pada kemudahan-kenyamanan. Semisal berubah-ubahnya dimensi yangdapat diakses oleh pengguna, ketidakberlanjutan sis-

tem jalur pemandu, keberadaan piranti jalan yang men-jadi hambatan akses.

Keadaan tersebut dapat dikatakan kurang mene-rapkan peraturan yang berlaku. Kenapa masih kurangdan bukan tidak menerapkan??. Pertanyaan emosion-al tersebut mungkin akan terlontar, tetapi jika kita men-jawabnya setelah melihat adanya usaha untukmenyediakan. Ketersediaan fasilitas yang belummemenuhi peraturan yang ada memang menye-babkan disain perlu dievaluasi, diperbaiki dan dikem-bangkan.

Melalui paparan itu diharapkan dapat memancingsemua pihak terutama para desainer, kontraktor pelak-sana,dan pengguna fasilitas untuk mulai mengem-bangkan perancangan yang lebih universal. Sepertiyang telah disebutkan di atas, desain yang universal itudimulai dari keinginan untuk mendesain benda sesuaidengan kebutuhan pemakainya yang beragam danmungkin kemampuannya berbeda dengan kita.Sehingga perlu untuk memperluas standar kebutuhanpemakai, semisal : dari yang hanya pemakai yang laki-laki berusia 25 tahun saja, diperluas dengan jugamemikirkan kebutuhan untuk anak kita yang berusia 5tahun atau nenek berusia 70tahun menggunakantongkat/kursi roda, dan atau mulai juga menambahkanhal yang aman, nyaman bagi penyandang tuna netra.

Jika kurang mampu berimajinasi tentang kebu-tuhan pengguna tersebut, mari kita mulai membi-asakan diri mengimplementasikan peraturan yang ber-laku dan menghindari pemaksaan ego sebagai desain-er. Marilah kita belajar untuk memahami diri dan oranglain sekitar kita untuk dapat melangkah menuju desainyang universal.(63)

— Bangun Indra Kusumo RH|Sinfar IAI DaerahJawa Tengah

MINGGU, 22 APRIL 2018

Memasuki era ekonomiberbasis pengetahuan danglobalisasi, khususnya

menghadapi Masyarakat EkonomiAsean (MEA) yang sarat dengan per-saingan, peran perguruan tinggidalam membangun daya saing bang-sa menjadi sangat vital.Kesejahteraan dan kemajuan bangsatidak lagi ditentukan oleh melimpah-nya sumber daya alam, ataubanyaknya tenaga kerja yang terse-dia, tetapi lebih ditentukan oleh pro-duktivitas dan kreativitas sumberdaya manusianya. Hal ini dijawaboleh Unpand dengan mencetak lulu-san yang berdaya saing tinggi.Universitas Pandanaran berdiri sejaktahun 1996 di Semarang, tepatnyatanggal 8 Agustus 1996 dengan SKMendikbud Nomor 59/D/O/1996.Jurusan Arsitektur merupakan salahsatu bidang studi yang berjalan sejak

awal Unpand berdiri. Lulusan telahbanyak berkiprah di bidang peren-canaan dan perancangan , baik diinstansi pemerintah maupun swasta.

Jurusan ini diharapkan mempu-nyai kemampuan dibidang peren-canaan, perancangan kawasan danperkotaan, serta berorientasi kewira-usahaan, mempunyai daya saingdalam ilmu pengetahuan dan teknologipada tahun 2020. Selain itu juga men-didik dan mempersiapkan sarjanaarsitektur yang berkualitas serta memi-liki kemampuan perencanaan, peran-cangan kawasan dan perkotaandengan muatan pendidikan padapenyelesaian masalah, konseptual,perencanaan dan aplikasi. Mem-persiapkan sarjana arsitektur yangmempunyai potensi kewirausahaan;dan Mengembangkan hubungandengan lembaga pendidikan/institusipemerintah/swastasebagai mitra kerja.

Kegiatan belajar mengajar meng-gunakan metode tatap muka, dalamruang kelas ber-LCD, pembelajaranmandiri dan berkelompok di perpusta-kaan, laboratorium, uji bahan, danpraktek komputer. Ruang Kelasdilengkapi piranti multimedia & LCDProyektor dengan ketersediaan labo-ratorium Komputer.

Kampus Unpand yang berada diarea Tembalang merupakan kampusyang hijau dan sejuk, sehingga men-dukung proses belajar mengajar yangmembutuhkan ketenangan dankenyamanan. Kampus ini jugamudah dicapai dari pusat kotaSemarang serta wilayah Semarangatas dan sekitarnya.(63)

— Anityas Dian Susanti,ST,MT,IAI,AA|dosen arsitektur

Universitas Pandanaran Semarang

Unpand mencetak Arsitek sekaligus Entrepreneur

Beberapa hari ini, postingan pada linimasa media sosial maupun topik pergunjingan di grup pesan komunitas menampilkan jalur kuning pada trotoar

di Indonesia yang luar biasa pesat penerapannnya.

Oleh Bangun Indra Kusumo RH

Selangkah MenujuUniversal Desain?

Related Documents