Top Banner
P ada beberapa bangunan publik juga mulai terlihat jalan menanjak yang tidak berundak di sebelah tangga. Tak sedikit juga trotoar baru terpasang dengan ket- inggian dibawah 20cm di beberapa sudut kota. Setelah fenomena-fenomena tersebut terlihat, mungkin dalam alam berpikir kita terbesit untuk mere- nungkan tentang iki jane kanggo apa to atau jika telah mengenal perancangan model seperti ini akan mulai nyinyir halah digawe tapi kok ora genah babar blas ker- jaane. Ya itu mungkin disebabkan oleh perkembangan regulasi atau jika pernah berkubang di area konstruksi bangunan mungkin pernah mendengar ”Desain aksesi- bilitas untuk bangunan gedung”. Menurut UU no 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas menyebutkan setiap Warga Negara yang menyandang disabilitas wajib dipenuhi kebutuhannya untuk dapat mengakses fasilitas-fasilitas umum dan men- dapatkan perlakuan yang setara di segala bidang. Pada hal lain UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak mengisyaratkan bahwa kebutuhan anak terhadap fasili- tas umum juga perlu dipikirkan. Pada sisi Inpres tahun 29 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender meng- amanatkan tentang keadilan terhadap setiap penduduk. untuk itu Permen PU yang sudah diterbitkan Permen PU no 30 th 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan yang sedang berusaha mengakomodasi pedoman untuk penyediaan sarana fisik bagi penyandang disabilitas ter- sebut, diperkuat dengan permen PERMEN PUPR 14/2017 ttg Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung memberi pedoman untuk menciptakan bangunan mau- pun lingkungan binaan yang dapat diakses mudah, aman, nyaman dan mandiri berkeadilan bagi semua orang, termasuk penyandang cacat dan lansia. Adanya regulasi-regulasi di Indonesia tersebut mengindikasikan bahwa ada usaha untuk memperbaiki desain. Seperti kata pepatah Tiada gading yang tak retak maupun perbaikan itu bermula dari kesalahan penyediaan fasilitas tersebut, beberapa mungkin belum diselenggarakan dengan baik sesuai filosofi pelayanan terhadap masyarakat yang dituju. Hal ini mungkin kare- na desainer, kontraktor, pekerja bangunan tidak pernah merasakan menjadi penyandang disabilitas, lansia, lin- tas gender atau memiliki orang dekat yang memiliki sta- tus kempuan berbada maupun tidak pernah memikirkan orang dengan kemampuan yang tidak sama dengan dirinya. Salah satu prinsip mencapai kemudahan aksesibil- itas yang berkeadilan adalah memfungsikan barang agar dapat digunakan oleh pemakai. Lalu siapa kah pemakai itu? Jika pemakainya berbeda-beda kemam- puan mengaksesnya lalu sudahkah kita mendesain agar semua pemakai dapat mengakses dan menggu- nakan kreasi kita itu? Definisi Peruntukan Mari kita ambil contoh kasus jalur pejalan kaki di jalan Sugiyopranoto yang merupakan bagian dari jalur lingkar pejalan kaki kelurahan kidul. Kita dapat menukil dari PermenPUPR 14/2017 bahwa jalur pejalan kaki adalah jalur yang digunakan oleh pejalan kaki atau pengguna kursi roda secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak secara aman, mudah, nyaman, dan tanpa hambatan. Dari peraturan dan beberapa tampilan gambar diatas, dapat kita temukan beberapa hal, seperti : defin- isi peruntukan yang sudah berkembang dari hanya pejalan kaki saja menjadi pejalan kaki dan pengguna kursi roda, persyaratan yang diamanatkan adalah aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan pada sisi peraturan dan hambatan-hambatan, potensi ketidaka- manan yang member pengaruh pada kemudahan- kenyamanan. Semisal berubah-ubahnya dimensi yang dapat diakses oleh pengguna, ketidakberlanjutan sis- tem jalur pemandu, keberadaan piranti jalan yang men- jadi hambatan akses. Keadaan tersebut dapat dikatakan kurang mene- rapkan peraturan yang berlaku. Kenapa masih kurang dan bukan tidak menerapkan??. Pertanyaan emosion- al tersebut mungkin akan terlontar, tetapi jika kita men- jawabnya setelah melihat adanya usaha untuk menyediakan. Ketersediaan fasilitas yang belum memenuhi peraturan yang ada memang menye- babkan disain perlu dievaluasi, diperbaiki dan dikem- bangkan. Melalui paparan itu diharapkan dapat memancing semua pihak terutama para desainer, kontraktor pelak- sana,dan pengguna fasilitas untuk mulai mengem- bangkan perancangan yang lebih universal. Seperti yang telah disebutkan di atas, desain yang universal itu dimulai dari keinginan untuk mendesain benda sesuai dengan kebutuhan pemakainya yang beragam dan mungkin kemampuannya berbeda dengan kita. Sehingga perlu untuk memperluas standar kebutuhan pemakai, semisal : dari yang hanya pemakai yang laki- laki berusia 25 tahun saja, diperluas dengan juga memikirkan kebutuhan untuk anak kita yang berusia 5 tahun atau nenek berusia 70tahun menggunakan tongkat/kursi roda, dan atau mulai juga menambahkan hal yang aman, nyaman bagi penyandang tuna netra. Jika kurang mampu berimajinasi tentang kebu- tuhan pengguna tersebut, mari kita mulai membi- asakan diri mengimplementasikan peraturan yang ber- laku dan menghindari pemaksaan ego sebagai desain- er. Marilah kita belajar untuk memahami diri dan orang lain sekitar kita untuk dapat melangkah menuju desain yang universal.(63) Bangun Indra Kusumo RH | Sinfar IAI Daerah Jawa Tengah MINGGU, 22 APRIL 2018 M emasuki era ekonomi berbasis pengetahuan dan globalisasi, khususnya menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sarat dengan per- saingan, peran perguruan tinggi dalam membangun daya saing bang- sa menjadi sangat vital. Kesejahteraan dan kemajuan bangsa tidak lagi ditentukan oleh melimpah- nya sumber daya alam, atau banyaknya tenaga kerja yang terse- dia, tetapi lebih ditentukan oleh pro- duktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya. Hal ini dijawab oleh Unpand dengan mencetak lulu- san yang berdaya saing tinggi. Universitas Pandanaran berdiri sejak tahun 1996 di Semarang, tepatnya tanggal 8 Agustus 1996 dengan SK Mendikbud Nomor 59/D/O/1996. Jurusan Arsitektur merupakan salah satu bidang studi yang berjalan sejak awal Unpand berdiri. Lulusan telah banyak berkiprah di bidang peren- canaan dan perancangan , baik di instansi pemerintah maupun swasta. Jurusan ini diharapkan mempu- nyai kemampuan dibidang peren- canaan, perancangan kawasan dan perkotaan, serta berorientasi kewira- usahaan, mempunyai daya saing dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada tahun 2020. Selain itu juga men- didik dan mempersiapkan sarjana arsitektur yang berkualitas serta memi- liki kemampuan perencanaan, peran- cangan kawasan dan perkotaan dengan muatan pendidikan pada penyelesaian masalah, konseptual, perencanaan dan aplikasi. Mem- persiapkan sarjana arsitektur yang mempunyai potensi kewirausahaan; dan Mengembangkan hubungan dengan lembaga pendidikan/institusi pemerintah/swastasebagai mitra kerja. Kegiatan belajar mengajar meng- gunakan metode tatap muka, dalam ruang kelas ber-LCD, pembelajaran mandiri dan berkelompok di perpusta- kaan, laboratorium, uji bahan, dan praktek komputer. Ruang Kelas dilengkapi piranti multimedia & LCD Proyektor dengan ketersediaan labo- ratorium Komputer. Kampus Unpand yang berada di area Tembalang merupakan kampus yang hijau dan sejuk, sehingga men- dukung proses belajar mengajar yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan. Kampus ini juga mudah dicapai dari pusat kota Semarang serta wilayah Semarang atas dan sekitarnya.(63) Anityas Dian Susanti, ST,MT,IAI,AA| dosen arsitektur Universitas Pandanaran Semarang Unpand mencetak Arsitek sekaligus Entrepreneur Beberapa hari ini, postingan pada linimasa media sosial maupun topik pergunjingan di grup pesan komunitas menampilkan jalur kuning pada trotoar di Indonesia yang luar biasa pesat penerapannnya. Oleh Bangun Indra Kusumo RH Selangkah Menuju Universal Desain?
1

Selangkah Menuju Universal Desain?...2018/04/22  · dilengkapi piranti multimedia & LCD Proyektor dengan ketersediaan labo-ratorium Komputer. Kampus Unpand yang berada di area Tembalang

Oct 17, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Selangkah Menuju Universal Desain?...2018/04/22  · dilengkapi piranti multimedia & LCD Proyektor dengan ketersediaan labo-ratorium Komputer. Kampus Unpand yang berada di area Tembalang

Pada beberapa bangunan publik jugamulai terlihat jalan menanjak yang tidakberundak di sebelah tangga. Tak sedikitjuga trotoar baru terpasang dengan ket-inggian dibawah 20cm di beberapa sudut

kota. Setelah fenomena-fenomena tersebut terlihat,mungkin dalam alam berpikir kita terbesit untuk mere-nungkan tentang iki jane kanggo apa toatau jika telahmengenal perancangan model seperti ini akan mulainyinyir halah digawe tapi kok ora genah babar blas ker-jaane. Ya itu mungkin disebabkan oleh perkembanganregulasi atau jika pernah berkubang di area konstruksibangunan mungkin pernah mendengar ”Desain aksesi-bilitas untuk bangunan gedung”.

Menurut UU no 8 tahun 2016 tentang penyandangdisabilitas menyebutkan setiap Warga Negara yangmenyandang disabilitas wajib dipenuhi kebutuhannyauntuk dapat mengakses fasilitas-fasilitas umum dan men-dapatkan perlakuan yang setara di segala bidang. Pada

hal lain UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anakmengisyaratkan bahwa kebutuhan anak terhadap fasili-tas umum juga perlu dipikirkan. Pada sisi Inpres tahun 29tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender meng-amanatkan tentang keadilan terhadap setiap penduduk.untuk itu Permen PU yang sudah diterbitkan Permen PUno 30 th 2006 tentang Pedoman Teknis FasilitasAksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan yangsedang berusaha mengakomodasi pedoman untukpenyediaan sarana fisik bagi penyandang disabilitas ter-sebut, diperkuat dengan permen PERMEN PUPR14/2017 ttg Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedungmemberi pedoman untuk menciptakan bangunan mau-pun lingkungan binaan yang dapat diakses mudah,aman, nyaman dan mandiri berkeadilan bagi semuaorang, termasuk penyandang cacat dan lansia. Adanyaregulasi-regulasi di Indonesia tersebut mengindikasikanbahwa ada usaha untuk memperbaiki desain.

Seperti kata pepatah Tiada gading yang tak retakmaupun perbaikan itu bermula dari kesalahanpenyediaan fasilitas tersebut, beberapa mungkin belumdiselenggarakan dengan baik sesuai filosofi pelayananterhadap masyarakat yang dituju. Hal ini mungkin kare-na desainer, kontraktor, pekerja bangunan tidak pernahmerasakan menjadi penyandang disabilitas, lansia, lin-tas gender atau memiliki orang dekat yang memiliki sta-tus kempuan berbada maupun tidak pernahmemikirkan orang dengan kemampuan yang tidaksama dengan dirinya.

Salah satu prinsip mencapai kemudahan aksesibil-itas yang berkeadilan adalah memfungsikan barangagar dapat digunakan oleh pemakai. Lalu siapa kahpemakai itu? Jika pemakainya berbeda-beda kemam-puan mengaksesnya lalu sudahkah kita mendesainagar semua pemakai dapat mengakses dan menggu-nakan kreasi kita itu?

Definisi PeruntukanMari kita ambil contoh kasus jalur pejalan kaki di jalan

Sugiyopranoto yang merupakan bagian dari jalur lingkarpejalan kaki kelurahan kidul. Kita dapat menukil dariPermenPUPR 14/2017 bahwa jalur pejalan kaki adalahjalur yang digunakan oleh pejalan kaki atau penggunakursi roda secara mandiri yang dirancang berdasarkankebutuhan orang untuk bergerak secara aman, mudah,nyaman, dan tanpa hambatan.

Dari peraturan dan beberapa tampilan gambardiatas, dapat kita temukan beberapa hal, seperti : defin-isi peruntukan yang sudah berkembang dari hanyapejalan kaki saja menjadi pejalan kaki dan penggunakursi roda, persyaratan yang diamanatkan adalahaman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan pada sisiperaturan dan hambatan-hambatan, potensi ketidaka-manan yang member pengaruh pada kemudahan-kenyamanan. Semisal berubah-ubahnya dimensi yangdapat diakses oleh pengguna, ketidakberlanjutan sis-

tem jalur pemandu, keberadaan piranti jalan yang men-jadi hambatan akses.

Keadaan tersebut dapat dikatakan kurang mene-rapkan peraturan yang berlaku. Kenapa masih kurangdan bukan tidak menerapkan??. Pertanyaan emosion-al tersebut mungkin akan terlontar, tetapi jika kita men-jawabnya setelah melihat adanya usaha untukmenyediakan. Ketersediaan fasilitas yang belummemenuhi peraturan yang ada memang menye-babkan disain perlu dievaluasi, diperbaiki dan dikem-bangkan.

Melalui paparan itu diharapkan dapat memancingsemua pihak terutama para desainer, kontraktor pelak-sana,dan pengguna fasilitas untuk mulai mengem-bangkan perancangan yang lebih universal. Sepertiyang telah disebutkan di atas, desain yang universal itudimulai dari keinginan untuk mendesain benda sesuaidengan kebutuhan pemakainya yang beragam danmungkin kemampuannya berbeda dengan kita.Sehingga perlu untuk memperluas standar kebutuhanpemakai, semisal : dari yang hanya pemakai yang laki-laki berusia 25 tahun saja, diperluas dengan jugamemikirkan kebutuhan untuk anak kita yang berusia 5tahun atau nenek berusia 70tahun menggunakantongkat/kursi roda, dan atau mulai juga menambahkanhal yang aman, nyaman bagi penyandang tuna netra.

Jika kurang mampu berimajinasi tentang kebu-tuhan pengguna tersebut, mari kita mulai membi-asakan diri mengimplementasikan peraturan yang ber-laku dan menghindari pemaksaan ego sebagai desain-er. Marilah kita belajar untuk memahami diri dan oranglain sekitar kita untuk dapat melangkah menuju desainyang universal.(63)

— Bangun Indra Kusumo RH|Sinfar IAI DaerahJawa Tengah

MINGGU, 22 APRIL 2018

Memasuki era ekonomiberbasis pengetahuan danglobalisasi, khususnya

menghadapi Masyarakat EkonomiAsean (MEA) yang sarat dengan per-saingan, peran perguruan tinggidalam membangun daya saing bang-sa menjadi sangat vital.Kesejahteraan dan kemajuan bangsatidak lagi ditentukan oleh melimpah-nya sumber daya alam, ataubanyaknya tenaga kerja yang terse-dia, tetapi lebih ditentukan oleh pro-duktivitas dan kreativitas sumberdaya manusianya. Hal ini dijawaboleh Unpand dengan mencetak lulu-san yang berdaya saing tinggi.Universitas Pandanaran berdiri sejaktahun 1996 di Semarang, tepatnyatanggal 8 Agustus 1996 dengan SKMendikbud Nomor 59/D/O/1996.Jurusan Arsitektur merupakan salahsatu bidang studi yang berjalan sejak

awal Unpand berdiri. Lulusan telahbanyak berkiprah di bidang peren-canaan dan perancangan , baik diinstansi pemerintah maupun swasta.

Jurusan ini diharapkan mempu-nyai kemampuan dibidang peren-canaan, perancangan kawasan danperkotaan, serta berorientasi kewira-usahaan, mempunyai daya saingdalam ilmu pengetahuan dan teknologipada tahun 2020. Selain itu juga men-didik dan mempersiapkan sarjanaarsitektur yang berkualitas serta memi-liki kemampuan perencanaan, peran-cangan kawasan dan perkotaandengan muatan pendidikan padapenyelesaian masalah, konseptual,perencanaan dan aplikasi. Mem-persiapkan sarjana arsitektur yangmempunyai potensi kewirausahaan;dan Mengembangkan hubungandengan lembaga pendidikan/institusipemerintah/swastasebagai mitra kerja.

Kegiatan belajar mengajar meng-gunakan metode tatap muka, dalamruang kelas ber-LCD, pembelajaranmandiri dan berkelompok di perpusta-kaan, laboratorium, uji bahan, danpraktek komputer. Ruang Kelasdilengkapi piranti multimedia & LCDProyektor dengan ketersediaan labo-ratorium Komputer.

Kampus Unpand yang berada diarea Tembalang merupakan kampusyang hijau dan sejuk, sehingga men-dukung proses belajar mengajar yangmembutuhkan ketenangan dankenyamanan. Kampus ini jugamudah dicapai dari pusat kotaSemarang serta wilayah Semarangatas dan sekitarnya.(63)

— Anityas Dian Susanti,ST,MT,IAI,AA|dosen arsitektur

Universitas Pandanaran Semarang

Unpand mencetak Arsitek sekaligus Entrepreneur

Beberapa hari ini, postingan pada linimasa media sosial maupun topik pergunjingan di grup pesan komunitas menampilkan jalur kuning pada trotoar

di Indonesia yang luar biasa pesat penerapannnya.

Oleh Bangun Indra Kusumo RH

Selangkah MenujuUniversal Desain?