7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
1/31
1
REFERAT
CEDERA KEPALA
Disusun Oleh:
Wenny Fonda
11 2011 181
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUD TARAKAN
PERIODE 11 NOVEMBER 14 DESEMBER 2013
JAKARTA
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
2/31
2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidaklah
mudah untuk menyusun suatu referat, dimana belum ada banyak pengalaman dan literatur
yang memadai sebagai penunjang. Namun dengan usaha sungguh sungguh dan bantuan
dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu tak lupa penulis ucapakan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
dokter spesialis saraf atas bantuannya yang telah membantu menyelesaikan penulisan
referat ini. Penulis menyadari sungguh bahwa referat ini masih jauh dari batas
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
guna melengkapi segala kekurangan dari referat ini.
Harapan penulis, kiranya referat ini dapat berguna di waktu waktu yang akan
datang, dan dapat dipergunakan dalam mengkaji materi yang berkaitan dengan Cidera
Kepala
Atas perhatiannya penulis sampaikan terimakasih.
Jakarta, November 2013
Penulis
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
3/31
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul /
tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.Merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena
kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif
sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan
pertama yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat.
Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000
kasus. Dari jumlah diatas , 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari psien yang
sampai di rumah sakit , 80% dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10 % termasuk cedera
sedang dan 10% sedang, dan 10 % termasuk cedera kepala berat.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para doktermempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita. Tindakan
pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi
otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang
sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita. Sebagai tindakan selanjutnya yang
penting setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan
pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala.
Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -5% yang
memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif. Pragnosis
pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.
Adapun pembagian trauma kapitis adalah: Simple head injury, Commutio cerebri,
Contusion cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture. Simple head injury dan Commutio
cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri dan
Laceratio cerebridigolongkan sebagai cedera kepala berat.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
4/31
4
Pada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalah pernafasan,
peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik
umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus
segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
5/31
5
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
semua kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk memulihkan
efek yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan untuk
mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari iskemik,
hipoksia dan peningkatan tekanan intra cranial. Memahami epidemiologi dari cedera
kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif primer
berdasarkan populasi untuk meningkatkan penanganan yang efektif dan efisien,
termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yag terkena cedera kepala.
Perubahan neuropatologi terkait dengan sejumlah factor, termasuk tipe dan
keparahan cedera, serta bekes cedera yang dapat terjadi akibat cedera yang tumpul
maupun tajam yang dapat menyeuruh ataupun local. Patologi dari cedera kepala juga
dipengaruhi dari factor pasien seperti usia, komorbid, alcohol, hipoksia, sepsis dan
penanganan.
Penanganan klinis yang cepat dan akurat sangatlah penting. The rapid and
accurate clinical assessment of a head-injured patient is crucial. Penaganan awal harus
selalu ditujukan pada jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation) sesuai dengan prinsip-prinsip ATLS. Yang terpenting bukan hanya untuk
mengodentifikasi cedera kepala yang mengancam jiwa melainkan juga untuk mencegah
cedera kepala sejunder. Tulang cervical harus diimobilisasi karena ada kemungkinan
terjadi cedera. Level kesadaran dan ukuran serta respon pupil harus diperiksa berkala
pada pasien dengan cedera kepala ini.
Cedera kepala traumatic berdampak pada ribuan orang tiap tahunnya.
Keparahan cedera mulai yang ringan dengan gangguan fungsi kognitif yang tidak dapat
dinilai hingga gangguan kesadaran yang parah dengan prolong koma dan status
vegetative persisten. Pencitraan cedera kepala tidak hanya bergantung pada mekanisme
dan keparahan cedera, tapi juga pada waktu sejak terjadinya cedera. Tujuan dari
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
6/31
6
pencitraan ini termasuk untuk pengambilan keputusan terapi, prognosis dan penelitian
patofisiologi cedera kepala. Intracranial pressure (ICP) juga telah menjadi variable vital
pada fungsi serebral di saat fase akut cedera kepala.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
7/31
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma kapitis atau cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap
kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan
fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer
maupun permanen.1
2.2 Epidemiologi
-Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal
sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan
sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS),
dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama
terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya
karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga
dan rekreasi.7
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu
rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap,
terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB.
Angka kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan
untuk CKR tidak ada yang meninggal.
Ti nd ak an op er as i pada kasus CKB hanya dilakukan pada sebagian
kecil pasien (
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
8/31
8
Lebih dari 2 juta pasien dengan cedera kepala setiap tahunnya di ruang
gawat darurat AS, dan merupakan 25% dari pasien yang dirawat di rumah sakit.
Hampir 10% dari seluruh kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh cedera, dan
sekitar separuh dari kematian traumatis melibatkan otak. Di Amerika Serikat, cedera
kepala terjadi setiap 7 detik dan kematian setiap 5 menit. Sekitar 200.000 orang
tewas atau cacat permanen setiap tahun sebagai akibatnya.1,2
Cedera kepala terjadi pada segala usia, tetapi puncak adalah pada orang
dewasa muda antara usia 15 dan 24. Cedera kepala adalah penyebab utama
kematian di antara orang di bawah usia 24 tahun. Pria tiga atau empat kali lebih
sering dibanding wanita. Penyebab utama dari cedera otak berbeda di berbagai
bagian Amerika Serikat; di semua daerah, kecelakaan kendaraan bermotor yang
menonjol, dan di daerah metropolitan kekerasan pribadi sering terjadi.1
Hubungan sebab-akibat antara mekanisme cedera
dan cedera kepala merupakan hal yang rumit Misalnya, orang tua yang memiliki
kejadian jatuh yang lebih tinggi dibandingkan usia lainnya. Mungkin faktor efek
samping obat, pendengaran dan penglihatan yang kurang, lambatnya respon
terhadap suatu kejadian, keseimbangan dan mobilitas menjadi pengaruh terjadinya
cedera.3
Gambar 1.1
Persentase penyebab cedera kepala pertahun di AS
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
9/31
9
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan:
Patologi:
Komosio serebri
Kontusio serebri
Laserasi serebri
Lokasi lesi
Lesi diffus
Lesi kerusakan vaskuler otak
Lesi fokal
Kontusio dan laserasi serebri
Hematoma intrakranial
Hematoma ekstradural (hematoma epidural)
Hematoma subdural
Hematoma intraparenkhimal
Hematoma subarakhnoid
Hematoma intraserebral
Hematoma intraserebellar
2.4 Patofisiologi Fraktur kranii
Patah tulang tengkorak dapat dibagi menjadi jenis linier, depresi, atau
comminuted. Jika kulit kepala ikut robek, itu dianggap sebagai fraktur terbuka
atau majemuk. fraktur tengkorak merupakan penanda penting dari cedera serius,
tapi jarang berpotensi menimbulkan masalah dengan sendirinya, prognosis lebih
tergantung pada sifat dan tingkat keparahan cedera pada otak dari pada beratnya
cedera tengkorak. Sekitar 80% patah tulang merupakan jenis linear. Paling
banyak terjadi di wilayah temporoparietal, di mana sisi tengkorak menipis.
Deteksi patah linier sering menimbulkan kecurigaan adanya cedera otak serius,
tapi CT pada pasien sebagian besar adalah dinyatakan normal. Patah tulang
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
10/31
10
tengkorak linier pada umumnya tidak memerlukan intervensi bedah dan dapat
dikelola konservatif. Dalam fraktur depresi dari tengkorak, satu atau lebih
fragmen tulang yang tertekan ke dalam, penekanan bagian utama otak. Dalam
fraktur comminuted ada beberapa fragmen tulang yang hancur yang mungkin
atau tidak tertekan ke dalam. Dalam 85% kasus, fraktur depresi terbuka dapat
terinfeksi, atau terjadi kebocoran CSF. Pada beberapa pasien, patah tulang
tengkorak depresi berhubungan dengan robekan, kompresi, atau trombosis dari
vena dural sinus yang mendasarinya. Patah tulang tengkorak basilar mungkin
linear, depresi, atau comminuted yang sering terlewatkan oleh X-ray tengkorak
dan paling baik diidentifikasi oleh CT. Mungkin ada saraf yang terkait dengan
luka tengkorak atau vena dural yang dapat mengakibatkan komplikasi
meningitis jika bakteri memasuki ruang subarachnoid. Tanda-tanda yang
mengarahkan kita untuk mencurigai adanya fraktur bagian tulang temporal
termasuk hemotympanum atau timpani perforasi, gangguan pendengaran, CSF
otorrhea, kelemahan saraf wajah perifer, atau ecchymosis dari kulit kepala.
Keadaan kurangnya penciuman, ecchymosis periorbital bilateral, dan rhinorrhea
CSF kemungkinan patah tulang sphenoid, frontal, atau ethmoid.
Diffuse Axonal Injury
Diffuse Axonal Injury adalah salah satu keadaan patologis umum dan
penting pada Traumatic Brain Injury (TBI). Kepekaan akson terhadap cedera
mekanis tampaknya karena sifat viskoelastik dan tekanan yang tinggi di dalam
saluran white matter. Walaupun dalam keadaan normal akson bersifat lentur
tetapi akan menjadi rapuh bila deformations langsung berhubungan dengan
trauma otak. Dengan demikian, perjalanan akson secara cepat dapat merusak
sitoskeleton aksonal yang dapat mengakibatkan hilangnya elastisitas dan
penurunan nilai transportasi aksoplasma. Selanjutnya pembengkakan akson
terjadi dalam discrete bulb formationsatau dalam varicosities yang memanjang
yang menyebabkan terjadinya penumpukan protein. Kalsium yang masuk ke
akson yang membengkak menyebabkan keadaan kerusakan menjadi lebih lanjut
akibat aktivasi protease. Pada akhirnya, akson yang membengkak dapat menjadi
putus dan berkontribusi terhadap perubahan neuropathologic tambahan dalam
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
11/31
11
jaringan otak. Diffuse Axonal Injury sebagian besar mungkin merupakan
manifestasi klinis dari trauma otak.
Coup and Contracoup Injury
Coup Injury adalah kekerasan yang terjadi secara tiba-tiba yang
menyebabkan otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam sisi
tengkorak. Contracoup injury, terjadi di sisi lain ketika otak tertekan secara
cepat ke depan dan menghantam sisi tengkorak, dan kemudian memantul dari
sisi lain tengkorak. Dalam kedua kasus, otak rusak karena terjadi benturan pada
bagian dalam tengkorak.
Luka memar pada coup injury akan timbul di lokasi benturan.
Sedangkan padacontracoup terjadi di sisi lain, memar akan tampak pada situs
berlawanan dari lokasi benturan. Sebuah otak yang mengalami benturan yang
sangat keras dan tiba-tiba dapat mengalami coupdan contracoup injury secara
bersamaan.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
12/31
12
Komosio serebri
Apabila cedera kepala mengakibatkan gangguan fungsi serebral
sementara berupa penurunan kesadaran (pingsan/koma, manesia retrograd)
tanpa adanya lesi parenkim berdarah pada otak, digolongkan sebagai komosio
serebri. Penemuan-penemuan mutakhir menyebutkan koma kurang dari 20
menit, amnesia retrograde singkat, cacat otak tidak ada, dan perawatan tumah
sakit kurang dari 48 jam termasuk pada golongan ini. Biasanya tidak
memerlukan terapi khusus, asal tidak terdapat penyulit seperti hematoma, edema
serebri traumatic dsb. Penderita sangat perlu istirahat mutlak, tenaga
keseimbangan kardiovaskuler, respirasi, cairan elektrolit dan kalori, serta
terhindar dari infeksi paru-paru atau kandung kemih. Mobilisasi hampir tidak
menjadi persoalan.4
Kontusio serebri
Apabila terjadi lesi parenkim berdarah, yang ditandai oleh kesadaran
menurun yang lebih lama. Defisit neurologis seperti hemiparese kelumpuhan
saraf otak, refleks abnormal, konvulsi,dan delirium.
Kontusio cerebri merupakan memar di jaringan otak akibat trauma.
Seperti memar pada jaringan lain, memar cerebral dapat dikaitkan dengan
beberapa microhemorrhages, terjadi akibat kebocoran PD kecil ke jaringan otak.
Memar terjadi pada 20-30% kasus dari cedera kepala berat. Cedera ini mirip
dengan laserasi otak, menurut definisi, dimana membran pia arachnoid yang
robek di atas lokasi cedera pada laserasi dan tidak memar. Cedera ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi mental dalam jangka panjang dan dalam
keadaan darurat dapat menyebabkan herniasi otak , sebuah kondisi yang
mengancam kehidupan dimana ada bagian dari otak yang menekan ke bagian
dari tulang kepala. Oleh karena itu pengobatan bertujuan untuk mencegah
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang berbahaya.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
13/31
13
Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dari memar otak (memar pada otak) tergantung pada
beratnya cedera, mulai dari ringan sampai berat. Individu mungkin mengalami
sakit kepala, kebingungan, mengantuk, pusing, kehilangan kesadaran, mual dan
muntah, kejang, dan kesulitan dengan koordinasi dan gerakan. Mereka juga
mungkin mengalami kesulitan dengan memori, visi, ucapan, pendengaran,
mengelola emosi, dan proses berpikir. Tanda memar yang tergantung pada
lokasi di otak. Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobustemporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan
cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari atau
jam mengalami evolusi membentuk perdarahan intracerebral. Apabila lesi
meluas dan terjadi penyimpangan neurologist lebih lanjut
Penyebab
Memar terjadi terutama di jaringan korteks, terutama di bawah lokasi
dampak atau di daerah-daerah otak yang terletak di bagian dalam tengkorak.
Otak mungkin Dipipis ketika bertabrakan dengan tonjolan tulang pada
permukaan dalam tengkorak. Tonjolan terletak di bagian dalam tengkorak di
bawah frontal dan lobus temporal dan pada atap orbit mata. Dengan demikian,
ujung-ujung lobus frontal dan temporal terletak di dekat pegunungan tulang di
tengkorak adalah daerah dimana sering terjadi luka memar dan yang paling
parah. Untuk alasan ini, perhatian, emosi dan masalah memori yang terkait
dengan kerusakan frontal dan lobus temporal, jauh lebih umum pada trauma
kepala daripada sindrom terkait dengan kerusakan ke area lain dari otak.
Pengobatan
Sejak pembengkakan otak bahaya kepada pasien, pengobatan memar
otak bertujuan untuk mencegah pembengkakan. Tindakan untuk menghindari
pembengkakan mencakup pencegahan hipotensi (tekanan darah rendah),
hiponatremia dan hypercapnia (peningkatan karbon dioksida dalam darah).
Karena bahaya tekanan intrakranial meningkat, operasi mungkin diperlukan
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
14/31
14
untuk mengurangi itu. Orang dengan memar otak mungkin memerlukan
perawatan intensif dan monitoring yang ketat.
Laserasi serebri
Bila terjadi robekan parenkim otak maka digolongkan kedalam laserasi
serebri.
1. Lokasi lesi Lesi diffus
Lesi kerusakan vaskuler otak
Lesi fokal
Kontusio dan laserasi serebri
Hematoma intrakranial
Hematoma ekstradural (hematoma epidural)
Perdarahan ke dalam ruang epidural umumnya disebabkan oleh robeknya
dinding salah satu arteri meningeal, biasanya arteri meningeal tengah, tapi
pada 15% dari pasien pendarahan berasal dari salah satu sinus dural.
Tujuh puluh lima persen berhubungan dengan fraktur tengkorak. dura
dipisahkan dari tulang tengkorak oleh extravasated darah, dan ukurannya
meningkat sampai pembuluh darah terkompresi atau tertutup oleh
hematoma.2,3,5
Dalam kebanyakan kasus, hematoma bersifat ipsilateral.
epidural hematoma terutama pada orang muda; itu jarang terlihat pada
orang tua karena dura menjadi semakin melekat pada tengkorak dengan
usia lanjut.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
15/31
15
Tanda dan diagnostic klinik1:
-Lucid interval (+)
-
Kesadaran makin menurun
-Late hemiparese kontralateral lesi
-Pupil anisokor
-Babinski (+) kontralateral lesi
-Fraktur didaerah temporal
Gejala dan tanda hematom epidural di fossa posterior:
-Lucid interval tidak jelas
-Fraktur kranii oksipital
-Kehilangan kesadaran cepat
-Gangguan serebellum, batang otak dan pernapasan
-Pupil isokor
Hematoma subdural
Hematoma subdural biasanya dari vena, darah mengisi ruang antara
membran dural dan arakhnoid. Dalam kebanyakan kasus, pendarahandisebabkan oleh pergerakan otak di dalam tengkorak yang dapat
mengakibatkan peregangan dan merobek pembuluh darah yang mengalir
dari permukaan otak ke sinus dural. Jarang terjadi sumber hematoma dari
arteri kecil. Kebanyakan hematoma subdural terletak di atas convexities
otak lateral, tetapi darah subdural juga dapat terkumpul di permukaan
hemisfer, antara tentorium dan lobus oksipital, antara lobus temporal dan
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
16/31
16
pangkal tengkorak, atau di fosa posterior. CT biasanya menunjukkan
kepadatan tinggi, dan seperti gambaran bulan sabit.1,2,3,6
Pasien usia lanjut atau pengguna alkohol dengan atrofi otak sangat rentan
terhadap perdarahan subdural; pada pasien ini, hematoma besar mungkin
terjadi karena trauma ringan atau bahkan cedera yang bejalan perlahan.
hematoma subdural akut, menurut definisi adalah gejala yang timbul
dalam 72 jam setelah cedera, namun kebanyakan pasien memiliki gejala
neurologis dari saat trauma. Setengah dari semua pasien dengan
hematoma subdural akut kehilangan kesadaran pada saat cedera; 25%
berada dalam keadaan koma ketika mereka tiba di rumah sakit, dan
setengahnya sadar, kehilangan kesadaran untuk kedua kalinya atau lucid
interval terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Hemiparesis
dan kelainan pupil adalah tanda-tanda neurologis fokal yang paling
umum, terjadi dalam satu setengah sampai dua pertiga pasien. Gambaran
umum berupa pelebaran pupil ipsilateral dan kontralateral hemiparesis.
Namun, salah tanda umum dengan hematoma subdural akut karena
herniasi uncal dapat menyebabkan kompresi batang otak kontralateral
atau saraf kranial ketiga.
Hematoma subdural kronis menunjukkan gejala setelah 21 hari atau lebih.
Lebih cenderung terjadi pada pasien setelah usia 50 tahun. Dalam 25%
sampai 50% kasus merupakan cedera kepala yang tidak disadari. Hampir
setengah dari pasien memiliki sejarah kecanduan alkohol atau epilepsi
dan trauma yang mungkin telah dilupakan. Faktor risiko lain untuk
hematoma subdural kronis termasuk overdrainage dari shunts
ventriculoperitoneal dan gangguan perdarahan, termasuk kondisi yang
relevan dengan obat antikoagulan. Dalam kebanyakan kasus hematoma
subdural kronis, perdarahan dari trauma ringan dengan kompresi otak
sedikit atau tidak ada, karena bersama dengan atrofi otak. Setelah 1
minggu, fibroblast pada permukaan bagian dalam dura membentuk
membran luar yang tebal; setelah 2 minggu membran tipis dalam
berkembang, menghasilkan bekuan enkapsulasi, yang mulai mencair.
Pembesaran hematoma kemudian dapat terjadi dari pendarahan yang
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
17/31
17
berulang (misalnya, hematoma subdural akut-on-kronis) atau karena efek
osmotik yang berkaitan dengan kandungan protein tinggi. CT biasanya
menunjukkan massa isodense atau hypodense, berbentuk bulan sabit di
permukaan otak, dan membran dapat meningkatkan dengan kontras
intravena. Hematoma subdural kronis akhirnya yang mencair membentuk
hygromas, dan dalam beberapa kasus mungkin berupa kalsifikasi.
Hematoma subdural akut dan kronis dengan efek massa yang signifikan
harus dievakuasi. Indikasi utama operasi adalah adanya efek massa gejala
berupa defisit neurologis fokal, atau kejang.
Pembedahan untuk evakuasi hematom tebal yang merupakan hematoma
subdural akut biasanya memerlukan craniotomy besar. Hasil setelah
bedah evakuasi tergantung pada tingkat keparahan awal, dan interval dari
cedera ke operasi. Liquefied hematoma subdural kronis sering dapat
dievakuasi dengan drainase. Reoperasi untuk hematoma subdural akut
dan kronis yang dibutuhkan dalam sekitar 15% dari kasus.2,3,4
Gambaran klinis berupa:
-Akut : interval lucid 0-5 hari
-Subakut : interval lucid 5 hari beberapa minggu
-Kronik : interval lucid > 3 bulan
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
18/31
18
- Hematoma intraparenkhimal
Perdarahan subarakhnoid
Dalam kebanyakan kasus, darah subarachnoid hanya terdeteksi olehpemeriksaan CSF, dan pemeriksaan klinis kecil. Dengan cedera yang
lebih serius, ketika vena besar yang melintasi subarahnoid robek, fokal
atau perdarahan subarachnoid luas dapat dideteksi oleh CT. Meskipun
adanya sejumlah besar darah di subarachnoid merupakan pertanda
prognosis yang buruk, komplikasi perdarahan subarachnoid aneurysmal,
seperti hidrosefalus dan iskemia dari vasospasm, tidak biasa terjadi
setelah perdarahan subarakhnoid traumatik.
Gejala dan tanda klinis berupa kaku kuduk, nyeri kepala, dapat terjadi
gangguan kesadaran.
Hematoma intraserebral
Adalah perdarahan parenkim otak, disebabkan karena pecahnya arteri
intraserebral mono atau multiple. Biasanya berhubungan dengan diffuse
axonal injury dengan gejala dan tanda klinis:
-Koma lama pasca traumatic
-Disfungsi saraf otonom
-Demam tinggi
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
19/31
19
2.5Diagnosis
- Anamnesis
Keadaan kecelakaan dan kondisi klinis pasien sebelum masuk ke ruang
darurat harus dipastikan dari pasien (jika mungkin), dan saksi mata. Kekuatan
dan lokasi cedera kepala harus ditentukan setepat mungkin. Pertanyaan khusus
juga harus dibuat mengenai gegar otak; karena pasien amnestic selama gegar
otak, hanya seorang saksi mata secara akurat dapat mengukur durasi kehilangan
kesadaran. Anamnesis mencakup; trauma kapitis dengan /atau tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid, perdarahan/otorrhea/ rinorrhea serta
amnesia traumatika.1,2
- Pemeriksaan Fisik pemeriksaan klinis neurologis
Pemeriksaan fisik secara umum dari kepala hingga kaki. Dapat
ditemukan adanya kelainan sesuai dengan dampak cedera pada otak. Tengkorak
harus teraba untuk fraktur, hematoma, dan luka. Pasien harus secara menyeluruh
diperiksa tanda-tanda eksternal trauma leher, dada, punggung, perut, dan
anggota badan. perdarahan dari hidung atau telinga mungkin menunjukkan
kebocoran CSF; CSF berdarah dapat dibedakan dari darah melalui uji halo
positif (yaitu, sebuah lingkaran CSF di bentuk darah ketika jatuh di atas
selembar kain putih). Jika tidak ada campuran darah, CSF dapat dibedakan dari
sekresi hidung karena konsentrasi glukosa CSF adalah 30 mg / dL atau lebih,
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
20/31
20
sedangkan sekresi lakrimal dan lendir hidung biasanya mengandung kurang dari
5 mg / dL glukosa.
Setelah menentukan tingkat kesadaran. Perhatian khusus harus diberikan
pada kemampuan fokus, konsentrasi (misalnya, menghitung mundur dari 20 ke
1, atau membaca secara terbalik), orientasi, dan memori. Gerakan mata, ukuran
pupil dan bentuk, dan reaksi terhadap cahaya harus dicatat. Pupil lamban reaktif
atau melebar menunjukkan herniasi transtentorial dengan kompresi saraf kranial
ketiga. Midposition pupil, kurang reaktif, tidak teratur dapat terjadi karena
cedera pada inti oculomotor di tegmentum otak tengah. Nystagmus sering
terjadi gegar otak. Pada pasien koma, refleks oculocephalic dan oculovestibular
harus diuji. Pemeriksaan motorik harus berfokus pada identifikasi kelemahan,
asimetris atau sikap. Gerakan spontan harus dinilai untuk menilai penggunaan
khusus dari anggota badan pada satu sisi. Jika pasien tidak sepenuhnya
kooperatif, kelemahan dapat dideteksi oleh penilaian dari asimetri dari tonus
atau refleks tendon, atau dengan adanya suatu pergeseran lengan, respon
lokalisasi khusus dengan menggosok sternum, atau ekstensor plantar refleks.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
21/31
21
Jika kerusakan terjadi jika terjadi di lobus frontal maka akan mengalami
penurunan fungsi intelektual, personality, dan kelemahan otot. Pada lobus
temporal akan mengalami gangguan bicara, pendengaran dan memory. Jika di
lobus parietal mengalami gangguan maka pasien akan mengalami gangguan
sensibilitas. Jika kerusakan pada lobus occipital pasien akan mengeluh adanya
gangguan penglihatan dan Pada brain stem merupakan tempat untuk mengatur
laju nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Dekortikasi menunjukkan cedera pada jalur corticospinal di tingkat
diencephalon atau otak tengah atas. Sikap decerebrasi berarti cedera pada jalur
motor di tingkat yang lebih rendah dari otak tengah, pons, atau medula.
- Pemeriksaan Penunjang trauma kepala secara umum
- Laboratorium
Pemerksaan laboratorium yang dilakukan pada saat pasien pertama kali
masuk ke RS serta saat pemantauan seperti pemeriksaan dara; Hb, leukosit,
trombosit untuk mengetahui factor pemberat yang menyertai perdrahan.
Ureum, kreatinin untuk mengetahui fungsi hati akibat perdarahan ataupun
untuk interfensi obat-obatan yang akan dieksresikan melalui ginjal. Gula
darah sewaktu juga diperlukan untuk mengetahui factor yang dapat
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
22/31
22
memperberat dampak cedera atau adanya penykit komorbid. Analisa Gas
Darah dan elektrolit juga sebaiknya diperiksa untuk menilai adanya asidosis
atau alkalosis yang dapat terjadi akibat dampak dari cedera, hipoventilasi
misalny
- Radiologi
Foto polos kepala
Foto polos kepala dengan berbagai posisi seperti AP, lateral berguna untuk
melihat adanya fraktur tengkorak, tapi tidak menunjukkan jaringan lunak di
dalam kepala.1,2
CT Scan dan MRI
CT adalah pencitraan darurat metode pilihan untuk cedera kepala. CT
lebih informatif daripada rontgen tengkorak standar dan memberikan sensitivitas
untuk mendeteksi darah intrakranial. Secara umum, semua pasien dengan cedera
kepala harus memiliki CT, kecuali bagi mereka yang diklasifikasikan sebagai
risiko rendah (misalnya, tanpa gegar otak, tanpa kelainan neurologis pada
pemeriksaan, dan tanpa bukti atau kecurigaan dari patah tengkorak, alkohol atau
keracunan obat, atau moderat-risiko kriteria lain). Kemungkinan mendeteksi
intra serebral hemoragik oleh CT pada pasien ini hanya 1 dalam 10.000. MRI
lebih baik untuk mendeteksi cedera halus otak, terutama untuk lesi fokal, tetapi
pada umumnya tidak digunakan untuk evaluasi darurat kecuali dengan cepat dan
mudah tersedia. Gambar CT harus dinilai untuk bukti adanya hematoma
epidural atau subdural, subarachnoid atau intraventricular, memar parenkim dan
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
23/31
23
perdarahan, edema otak, dan memar berhubungan dengan diffuse axonal
injury.1,2,3,4
Gambar 2.1. CT Scan Epidural Hematom Gambar 2.1. CT Scan Epidural
Hematom
Gambar 2.1. CT Scan Arahnoid Hematom
2.6Klasifikasi sesuai Glasgow Coma Scale (GCS)Cedera Kepala Ringan:1,5
GCS 13-15
Pingsan < 10 menit
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
24/31
24
Defisit neurologis (-)hanya gangguan fungsional
CT scan Normal
Cedera Kepala Sedang
GCS 9-12
Pingsan > 10 menit s/d < 6 jam
Defisit neurologis (+)
CT scan abnormal
Cedera Kepala Berat
BCS 3-8
Pingsan > 6 jam
Defisit neurologis (+)
CT scan abnormal
Glasgow Koma Scale
Mata: Motorik:
Verbal:
Nilai
4 Terbuka spontan
3 Dengan perintah verbal
2 Dengan nyeri
1 Tidak ada respon
Nilai
6 Menurut perintah
5 Depat melokalisir nyeri
4 Fleksi terhadap nyeri
3 Fleksi abnormal
(dekortikasi)
2 Ekstensi (deserebrasi)
1 Tidak ada respon
Nilai
5 Orientasi baik
4 Disorientasi tidak baik
3 Kata-kata tidak tepat,
hanya menangis
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
25/31
25
2.7PenatalaksanaanPenanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma kapitis (ringan, sedang,
berat) berdasarkan urutan:
1. Survey Primer
a. Airway (jalan napas)
Bebaskan jalan napas dengan memeriksa mulut, bila terdapat secret atau
benda asing segera dikeluarkan dengan suction atau swab. Bila perlu
dapat digunakan intubasi untuk menjaga patenisasi jalan napas.
Waspadai bila ada fraktur servikal.
b. Breathing (Pernapasan)
Pastikan pernapasan adekuat, perhatikan frekwensi, pola napas
dan pernapasan dada atau perut dan kesetaraan pengembangan dada
kanan dan kiri. Bila ada gangguan pernapasan segera cari penyebab,
gangguan terjadi pada sentral atau perifer. Bila perlu, berika oksigen
sesuai kebutuhan. Pertahankan saturasi oksigen O2> 92%
2 Mengerang
1 Tidak ada respon
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
26/31
26
c. Circulation
Jika pasien menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan
hemodinamik, jalur IV harus segera terpasang. Karena autoregulasi
aliran darah serebral sering terganggu pada cedera kepala akut, harus
terus dipantau untuk menghindari hipotensi yang dapat menyebabkan
iskemik otakatau hipertensi yang dapat memperburuk edema serebral.
Pertahankan TD sistolik > 90 mmHg, hindari pemakaian cairan
hipotonis. Vasopresor kerja pendek (misalnya, phenylephrine dan
norepinephrine) dan agen antihipertensi (misalnya, labetalol dan
nicardipine) adalah lebih baik karena kemampuan mereka untuk
menstabilkan tekanan darah dalam kisaran terapeutik yang sempit.
Nitroprusside natrium harus dihindari karena dapat melebarkan
pembuluh cerebral dan meningkatkan ICP.1.2.
d. Disability (mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dan neurologis)
Observasi:
-Tanda vital: tekanan darah, nadi. Suhu, dan pernapasan
-GCS
-Pupil: ukuran, bentuk dan reflex cahaya
-Pemeriksaan neurologis cepat: hemiparese, reflex patologis
-Luka-luka
-Anamnesa:AMPLE (allergies, Medication, Past Illness, Last Meal,
event/Environtment related to the injury)
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
27/31
27
2. Survey Sekunder
Laboratorium
Darah: Hb, leukosit, trombosit, ureum kreatinin, Gula Darah Sewaktu ,
Analisa Gas Darah dan elektrolit
Urin: perdarahan
Radiologi
Foto polos kepala
CT Scan otak
Foto lain sesuai indikasi
Managemen terapi
-Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi
-Siapkan ruangan intensif
-Penanganan luka-luka
-Pemberian obat sesuai kebutuhan
Penanganan Kasus Cedera Kepala Ringan
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka-luka
3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam.
Bila selama dirumah terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. pasien cenderung mengantuk
b. sakit kepala yang semakin berat
c. muntah proyektil
Maka pasien harus segera dibawa kembali ke RS
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
28/31
28
4. pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut ini:
a. ada gangguan orientasi (waktu dan tempat)
b. sakit kepala dan muntah
c. tidak ada yang mengawasi di rumah
d. letak rumah jauh atau sulit untk kembali ke RS
Penanganan Kasus Cedera Kepala Sedang dan Berat
1. lanjutkan penanganan ABC
2. pantau tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah), pupil GCS,
gerakan ekstremitas, sampai pasien sadar
3. pantauan dilakukan tiap 4 jam
4. lama pemantauan hingga GCS 15.
Perhatian khusus ditujukan untuk mencegah terjadinya hipotensi.
Data Traumatic Coma Data Bank (TCDB) menunjukkan bahwa hipotensi
pada pasien dengan trauma kranoserebral berat akan meningkatkan angka
kematian dari 27%50% (Wilkins, 1996). Tatalaksanan tradisional yang
meliputi pembatasan cairan dalam mengurangi terjadinya edema otak,
kemungkinan akan membahayakan pasien, terutama pada pasien yang telah
mengaami banyak kehilangan cairan.1
Hindari terjadi kondisi sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg
Suhu > 38 derajat Celcius
Frekuensi nafas > 20 x / menit
5. Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intrakranial
Posisi kepala ditinggikan 30
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
29/31
29
Bila perlu dapat diberikan Manitol 20% .Dosis awal 1 gr/kg BB, berikan
dalam waktu 1/2 - 1 jam, drip cepat. Lanjutkan pemberian dengan dosis
0,5 gr/kg BB drip cepat, 1/2- 1 jam.
Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek
Atasi komplikasi seperti kejang dengan pemberian profilaksis OAE
selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early seizure
Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii /
fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis
infeksi intrakranial selama 10-14 hari.
Gastrointestinal perdarahan lambung
Demam
DIC: pasien dengan trauma kapitis tertutup cenderung
mengalami koagulopati akut.
Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai indikasi
Indikasi Operasi
1. EDH (epidural hematoma)
>40 cc + midline shifting pada temporal / frontal / parietal dgn fungsi
batang otak masih baik
> 30 cc pada fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak
atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik
EDH progresif
EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
30/31
30
2. SDH (subdural hematoma)
SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih
baik
SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi
SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift
dengan fungsi batang otak masih baik
3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma
Penurunan kesadaran progresif
Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing
reflex)
Perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur kranii dengan laserasi serebri
5. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)
6. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK, dipertimbangan
operasi dekompresi
7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny
31/31