PERAN NEW MEDIA DALAM PENYEBARAN KOREAN WAVE PADA
TAHUN 2012-2016
(Skripsi)
Oleh
LAPRILLA EL PRIMAYONDRI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PERAN NEW MEDIA DALAM PENYEBARAN KOREAN WAVE PADA
TAHUN 2012-2016
Oleh
LAPRILLA EL PRIMAYONDRI
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang dianggap berhasil dalam
mempromosikan produk budaya yang dimilikinya. Korea Selatan menggunakan
produk budaya dalam Korean Wave sebagai sumber soft power negaranya karena
popularitasnya yang tinggi hingga ke negara-negara di Asia, Eropa, dan Amerika
Utara. Penyebaran produk budaya dalam Korean Wave yang sampai ke negara-
negara tersebut tidak terlepas dari keberadaan new media.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Penelitian ini bertujuan
untuk membahas mengenai peran new media dalam menyebarkan produk budaya
dalam Korean Wave seperti K-drama dan K-pop. Pembahasan mengenai topik ini
dibatasi dari tahun 2012 hingga 2016. Penelitian ini menggunakan konsep new
media, soft power, dan globalisasi budaya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
new media telah membantu dalam menyebarkan Korean Wave ke beberapa negara
di dunia sehingga Korean Wave muncul sebagai popular culture dan membentuk
global village.
Kata Kunci: New Media, Korean Wave, Popular Culture, Global Village
ABSTRACT
THE ROLE OF NEW MEDIA IN THE SPREADING OF KOREAN WAVE
IN 2012-2016
BY
LAPRILLA EL PRIMAYONDRI
South Korea is one of the successful countries in promoting their cultural
products. South Korea use cultural products from Korean Wave as the source of
their soft power due to it’s high popularity within countries in Asia, Europe, and
North America. The spread of Korean Wave to those countries can not be
separated from the existence of new media.
In this research, author use qualitative descriptive research type and the
technique of data collection through literature study. This research aims to discuss
the role of new media in spreading the cultural product in Korean Wave such as
K-drama and K-pop. The explanation of this topic will be limited from 2012 to
2016. This research uses new media concept, soft power concept, and
globalization of culture concept. The results show that new media has helped in
spreading the Korean Wave to several countries in the world so that Korean Wave
emerged as a popular culture and formed a global village.
Keyword: New Media, Korean Wave, Popular Culture, Global Village
PERAN NEW MEDIA DALAM PENYEBARAN KOREAN WAVE PADA
TAHUN 2012-2016
Oleh
LAPRILLA EL PRIMAYONDRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Laprilla El Primayondri,
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 6 April
1996. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Mujiyono, M.H dan
Ibu Iin Indriati. Penulis menempuh pendidikan di
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah
Kedaton yang diselesaikan pada tahun 2001, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD)
yang diselesaikan di SD Kartika II-5 Bandar Lampung, Lampung pada tahun
2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 10
Negeri Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010 dan pada tahun 2013
penulis menyelesaikan masa pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMAN 7 Bandar Lampung.
Pada tahun 2013, penulis berhasil diterima di Universitas Lampung dan terdaftar
sebagai mahasiswi Hubungan Internasional melalui jalur SBMPTN. Selama
menjadi mahasiswa Hubungan Internasional, penulis pernah menjadi anggota
dalam kepengurusan HMJ Hubungan Internasional periode 2015-2016 di bidang
Accounting. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sindang
Pagar, Sumber Jaya, Lampung Barat pada bulan Januari 2016.
MOTTO
“Those who endure with patience will be rewarded without measure”
- Al Qur’an (39:10)
“Treat people the way you want to be treated”
- Unknown
“A victory has more meaning when it’s won by the force of our own arms and
the ingenvity of our own brain”
- Laprilla El Primayondri
PERSEMBAHAN
Kepada ayahanda, ibunda, dan adik-adikku tercinta, kupersembahkan
karya ini untuk kalian.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena di atas segala rahmat,
ridho, hidayah, dan kekuatan yang telah diberikan-Nya yang kemudian mampu
membuat penulis menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Peran New Media dalam Penyebaran Korean Wave pada
Tahun 2012-2016” adalah salah satu syarat yang harus diselesaikan untuk
memperoleh gelar sarjana Hubungan Internasional di Universitas Lampung.
Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan, motivasi,
bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku dekan FISIP UNILA;
2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku Ketua Jurusan Hubungan
Internasional UNILA, juga sebagai dosen pembimbing akademik penulis dari
semester tujuh hingga semester akhir dan sebagai dosen pembahas pada
skripsi ini. Saya ucapkan terima kasih banyak atas saran, kritik serta bantuan
yang diberikan oleh Pak Aman untuk penulis;
3. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S. IP., M. Si selaku Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional UNILA dan juga selaku pembimbing utama dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih kepada ibu Dwi atas kesediaan waktu dan tenaganya
untuk memberikan saran, kritik, ilmu, serta bimbingan yang terbaik kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
4. Ibu Astiwi Inayah, S.IP., M.A, selaku pembimbing kedua dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih kepada mba Tiwi atas waktu dan tenaga yang telah
dikeluarkan untuk memberikan saran, kritik, ilmu, dukungan serta juga
bimbingan yang terbaik kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
5. Keluargaku tercinta, ibu Iin Indriati dan ayah Mujiyono, M.H. yang selalu
mendoakan, mendukung dan menyemangati penulis selama masa perkuliahan
dan penyelesaian skripsi ini. Dan juga adik-adik penulis Rara dan Raka yang
telah mendukung dan membantu mendoakan penulis. Doa-doa yang
diucapkan serta semangat yang kalian berikanlah yang menjadi sumber
motivasi penulis;
6. Bapak Dr. Abdul Firman A., M. Si., selaku dosen pembahas pada Seminar
Usul Penelitian penulis;
7. Bapak Budi Kurniawan selaku dosen pembimbing akademik penulis pada
semester satu hingga semester enam;
8. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi di Jurusan Hubungan Internasional
yang lain;
9. Teman-teman kuliah satu jurusan penulis dari semester awal hingga akhir:
Diny, Ika, Riska yang telah membantu, mendukung, menyemangati dan
menemani penulis selama masa perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan
skripsi. Juga Vasco yang telah menemani dan membantu pada masa
perkuliahan penulis. Supran yang selalu menjadi moderator di seminar
penulis. Desma, Fia, dan Fika yang telah membantu menjadi pembahas
mahasiswi penulis pada seminar usul dan hasil penulis. Serta mahasiswa/I
Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2013 lainnya yang telah menemani
dan membantu penulis selama masa perkuliahan;
10. Teman-teman SMA penulis: Ba Sasa, Ba Marsel, Ba Mery, Ba Tari, Ba Silvi,
Ba Misi, dan Pepe yang saling mendukung dan mendoakan agar dapat
menyelesaikan skripsi dan perkuliahan dengan tepat waktu;
11. Teman-teman PHMJ 15/16: Nisrina, Saka, Jaka, Ika, Banu, Hani, Oni, Azka,
Meka, Sisil, Amel, Tia, Rima, Adam, Lidya, Wira yang sama-sama
membangun hmj HI pada masanya dan tetap saling mendukung satu sama
lainnya meskipun sudah tidak lagi menjabat bersama;
12. Teman-teman penulis: Nami, Namu, Piul yang selalu menemani penulis pada
awal perkuliahan, kemudian tetap mendukung dan mendoakan penulis agar
penulis bisa menyelesaikan perkuliahan dengan tepat waktu;
13. Teman-teman satu rumah saat KKN di Sindang Pagar: Ndew, Mba Rai, Anis,
Diah, Bang Dimas, Bang Tyo, dan Zulham;
14. Teman-teman satu bimbingan mba Tiwi dari yang tertua Fia, Dhiya Hanza,
Dwi Putri, Bang Satria, dan Ferdi. Terima kasih atas info-info dan
dukungannya;
15. Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2014: Novinka, Eka,
Binanda, Biyes, Dumora, dan Endani;
16. Dinda yang berada di Jogja, terima kasih telah membantu penulis memberikan
akses untuk mendapatkan sumber data penelitian. Kak Ica yang berada di
Malang, terima kasih telah mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi
tepat waktu di saat masa liburan. Fight for Our Way, Kak Ica! Semoga Dinda
dan Kak Ica bisa cepat menyelesaikan kuliahnya tepat waktu sesuai target;
17. Dan juga terima kasih kepada semua pihak yang belum disebutkan atas doa
dan dukungannya untuk penulis dalam bentuk apapun. Semoga Allah SWT
akan membalasnya.
Bandar Lampung, 23 Juli 2017
Laprilla El Primayondri
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… i
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. iv
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… vi
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………. 5
1.3. Tujuan Penelitian ……...…………………………………………... 5
1.4. Manfaat Penelitian ……..………………………………………….. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….... 7
2.1. Literatur Reviu …………………………………………………….. 7
2.2. Landasan Konseptual …………………………………………….... 9
2.2.1. New Media ……………………………………………….... 9
2.2.2. Komunikasi dalam New Media …………………………… 16
2.2.3. Soft Power ………………………………………….……… 18
2.2.4. Globalisasi Budaya ………………………………………... 21
2.3. Kerangka Pemikiran ………………………………………………. 26
2.4. Argumen Pokok ………………………………………………….... 27
III. METODE PENELITIAN …………………………………………… 28
3.1. Tipe Penelitian ……….…………………………………….………. 28
3.2. Fokus Penelitian …………………………………………………… 29
3.3. Jenis Sumber Data …………………………………………………. 29
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 29
3.5. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 31
IV. GAMBARAN UMUM ………………………………………………. 32
4.1. Awal Mula Kemunculan Korean Wave …………………………… 32
4.1.1. Korean Drama (K-drama) ………………………………… 36
ii
4.1.2. Korean Pop (K-pop) ………………………………………. 40
4.2. Perkembangan Korean Drama dan Korean Pop ………………….. 44
4.2.1. Perkembangan Korean Drama (K-drama) ………………... 44
4.2.2. Perkembangan Korean Pop (K-pop) ……………………... 46
4.3. Dinamika Masyarakat Korea Selatan ……………………………… 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….. 53
5.1. Korean Wave sebagai Bentuk Soft Power ………………………… 53
5.1.1. Aktor Referees …………………………………………….. 54
5.1.2. Aktor Receivers …………………………………………… 62
5.1.3. Agenda Setting …………………………………………….. 65
5.1.4. Attraction ………………………………………………….. 73
5.2. New Media dalam Proses Penyebaran Korean Wave ……………… 77
5.2.1. Penyebaran Korean Pop (K-pop) ………………………….. 78
5.2.2. Penyebaran Korean Drama (K-drama) ……………………. 84
5.3. Korean Wave Sebagai Bagian dari Globalisasi Budaya …………… 95
5.3.1. Korean Wave sebagai Pop Culture ………………………… 98
5.3.2. Korean Wave Membentuk Global Village ………………… 102
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 110
6.1. Kesimpulan ………………………………………………………... 110
6.2. Saran ………………………………………………………………. 111
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 113
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komparasi Literatur Reviu …………………………………………. 8
2.2. Perbedaan Media pada Era Pertama (Broadcast) dengan Era
Kedua (Interactivity) ……………………………………………….. 9
2.3. Sumber, Referees, dan Receivers dalam Soft Power ……………….. 20
3.1. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Sumber Data ………………... 30
4.1. Perubahan Peraturan Pemerintah pada Industri Pertelevisian
Korea Selatan ………………………………………………………. 34
5.1. Korean Wave sebagai Sumber Soft Power Korea Selatan ………….. 77
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Model Proses Komunikasi …………………………………………….. 18
2.2. Kerangka Pemikiran …………………………………………………… 26
4.1. Negara yang Menayangkan K-drama „Jewel In The Palace‟ …………. 39
4.2. Poster Promosi Tur Dunia „Diamond Edge‟ dan „The Wings Tour‟ ….. 48
4.3. Rata-Rata Kepemilikan Komputer di Korea Selatan ………………….. 50
4.4. Pengguna Internet di Korea Selatan dari Tahun 2012-2016 …………... 51
4.5. Pengguna Internet Berdasarkan Usia di Korea Selatan ………………... 52
5.1. Peringkat Indeks Perkembangan New Media dari Tahun 2013-2016 …. 56
5.2. Penetrasi Internet di Korea Selatan dari Tahun 2012-2016 …………… 60
5.3. Persebaran K-pop dari Tahun 2012 Hingga 2016
Menurut Wilayahnya ………………………………………………….. 63
5.4. Persebaran K-drama dari Tahun 2012 Hingga 2016
Menurut Wilayahnya ………………………………………………….. 64
5.5. Kontribusi Korean Wave dalam Perekonomian Korea Selatan
dari Tahun 2012-2016 (dalam Milliar USD)………………………….. 66
5.6. Transaksi Belanja Online Barang Konsumsi dari Korea Selatan
(dalam Miliar Won) …………………………………………………… 67
5.7. Angka Wisatawan Asing ke Korea Selatan Tahun 2012-2016
(dalam Jutaan Orang) …………………………………………………. 69
5.8. Angka Wisatawan Asing ke Korea Selatan karena Korean Wave
Tahun 2012-2016 (dalam Ribuan Orang) …………………………….. 70
5.9. Tampilan Akun Resmi Agensi Hiburan „WoollimEnt‟ di YouTube …... 81
v
5.10. Tampilan Akun Resmi Agensi Hiburan „WoollimEnt‟ di Twitter …... 83
5.11. Tampilan Akun Resmi Agensi Hiburan „WoollimEnt‟ di Facebook ... 83
5.12. Tampilan Akun Resmi Stasiun Televisi Korea Selatan
„KBS Drama‟ di Twitter ……………………………………………… 85
5.13. Tampilan Akun Resmi Stasiun Televisi Korea Selatan
„KBS World TV‟ di YouTube ……………………………………….... 87
5.14. Tampilan Halaman Website Dramafever (atas) dan
Myasiantv (bawah) …………………………………………………… 89
5.15. Tampilan Video K-drama „Goblin‟ di YouTube dengan
Subtitle (kiri) dan Tanpa Subtitle (kanan) ……………………………. 90
5.16. Proses Penyebaran Korean Wave Melalui New Media ……………... 92
5.17. Grafik Minat Publik Internasional terhadap K-pop di YouTube
dari Tahun 2012-2016 …………………………………….………… 94
5.18. Grafik Minat Publik Internasional terhadap K-drama di Website
dari Tahun 2012-2016 ………………………………………………. 95
5.19. Kumpulan Video Flashmob Lagu K-pop di YouTube ……………… 100
5.20. Kumpulan Video Parodi K-drama di YouTube ……………………... 101
5.21. Tampilan Halaman Website „Allkpop‟ (atas) dan
„Soompi‟ (bawah) ……………………………………………………. 104
5.22. Tampilan Forum di Halaman Internet Website „Allkpop‟ dan
„Soompi‟ ……………………………………………………………... 107
vi
DAFTAR SINGKATAN
ATV = Asia Television Ltd.
B2B = Business to business
B2C = Business to communication
BTS = Bangtan Sonyeondan
CCTV = China Central Television
CD = Compact Disc
CNN = Cable News Network
DVD = Digital Video Disc
H.O.T = High Five of Teenagers
IGO = Intergovernmental Organization
JTBC = Joongang Tongyang Broadcasting Company
K-drama = Korean Drama
K-pop = Korean Pop
KBS = Korean Broadcasting System
KCIS/KOCIS = Korea Culture and Information Agency
KII = Korea Information Infrastructure
KTO = Korea Tourism Organization
MBC = Munhwa Broadcasting Corporation
MNC = Multi National Corporation
MV = Music Video
NGO = Nongovernmental Organization
NHK = Nippon Hōsō Kyōkai
NRG = New Radiancy Group
OSMU = One Source Multi Use
PC = Personal Computer
SBS = Seoul Broadcasting System
S.E.S = Sea, Eugene, Shoo
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TVN = Total Variety Network
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Korea Selatan menjadi salah satu negara di dunia yang dianggap berhasil
dalam menggunakan dan mempromosikan produk budaya yang dimiliki sebagai
bentuk kekuatan baru negaranya. Korea Selatan mulai mengenalkan,
menyebarkan, dan mempromosikan produk budaya yang dimiliki seperti film,
drama, animasi, game online, musik, fashion maupun makanan sebagai bentuk
kebijakan resmi Pemerintah Korea Selatan untuk membantu meningkatkan
perekonomian Korea Selatan.1
Untuk mendukung hal ini, Kim Daejung2 meningkatkan kualitas produk
budaya yang dimiliki oleh Korea Selatan sehingga dapat disukai dan kemudian
disebarkan ke seluruh dunia melalui pembentukan Kementerian Olahraga dan
Kebudayaan pada tahun 1994.3 Terutama dukungan terhadap kualitas produk
budaya seperti drama dan musik Korea Selatan. Hal ini karena kedua produk
budaya ini memiliki popularitas yang paling besar di antara produk budaya dari
Korea Selatan lainnya.
Fenomena Korean Wave merupakan sebuah sebutan untuk mendeskripsikan
tentang penyebaran dan popularitas produk budaya Korea Selatan yang telah
1 Hat, Chua Beng dan Iwabuchi, Koichi, 2008, East Asian Pop Culture: Analysing the Korean
Wave, Hong Kong University Press , Hong Kong, hlm. 15 2 Kim Daejung merupakan Presiden Korea Selatan pada tahun 1998 hingga 2003
3 Nastiti, Aulia D., 2010, Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme
pada Remaja, Universitas Indonesia, hlm. 2
2
mengalami peningkatan pada popularitasnya seperti sebuah gelombang (wave atau
hallyu).4 Kata Korean Wave pertama kali disebutkan oleh media China yaitu
majalah Qingnianbao.5
Korean Wave mulai dikenal sejak sekitar tahun 1990-an melalui produksi
drama-drama Korea Selatan (K-drama)6. K-drama yang mulai membawa
popularitas Korean Wave adalah drama „What Is Love All About‟. K-drama ini
ditayangkan oleh stasiun televisi di Hongkong yaitu Hong Kong‟s Asia Television
Ltd. (ATV) dan juga oleh stasiun televisi di China yaitu China Central Television
(CCTV).7 Bersamaan dengan penayangan „What Is Love All About‟ di Hongkong
dan China, Vietnam juga merasakan kepopuleran K-drama melalui drama
„Feeling‟ yang disiarkan di salah satu saluran televisi Vietnam yaitu Ho Chi Monh
City TV. Berbeda dengan China, Hongkong, dan Vietnam, kepopuleran K-drama
baru memasuki Jepang pada tahun 2003 melalui penayangan „Winter Sonata‟
yang disiarkan oleh NHK Jepang.8 Penayangan drama-drama ini menjadi sukses
dan dengan cepat menyebar ke beberapa negara di Asia lainnya.9
Saat ini, pusat perhatian dari produk budaya dalam Korean Wave telah
mengalami perubahan. Jika sebelumnya K-drama yang menjadi pusat perhatian
dari Korean Wave namun sekarang berubah menjadi musiknya atau biasa disebut
4 Dator, Jim dan Yongseok, Seo, 2004, Korea as the Wave of a Future, Journal of Futures Studies,
vol. 9, no. 1, hlm. 32 5 Kompas, PENETRASI BUDAYA: Saat “Hallyu” datang…, diakses dari
http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2011/04/29/korean‐ wave/ pada tanggal 3 November
2016 6 K-drama adalah sebutan untuk Korean drama atau drama-drama yang diproduksi oleh Korea
Selatan 7 Hat, Chua Beng dan Iwabuchi, Koichi, 2008, loc. cit.
8 Creighton, Millie, 2009, Japanese Surfing The Korean Wave : Drama Tourism, Nationalism, and
Gender via Ethnic Eroticisms, Southeast Review of Asian Studies, vol. 31, hlm. 13 9 Korea Culture and Tourism Policy Institute, 2012, Thinking of the Korean Wave, Journal of
Culture/Gaze, vol. 1, no. 1, hlm. 35
3
Korean Pop (K-pop)10
. Perubahan ini dinamakan „The Second Wave‟. Perubahan
ini dipimpin oleh penyanyi dan grup band idola seperti kelompok boyband dan
girlband yang dilatih secara profesional oleh agensi hiburan untuk menarik
perhatian tak hanya masyarakat Korea Selatan namun juga masyarakat luar
Negara Korea Selatan.11
Popularitas K-pop semakin dikenal saat lagu dari penyanyi PSY12
„Gangnam Style‟ pada tahun 2012 menjadi sebuah fenomena global. Lagu ini
telah menarik perhatian dan minat publik internasional sehingga menjadi sukses
tak hanya di Korea Selatan namun juga di berbagai belahan dunia. Music video
(MV) PSY „Gangnam Style‟ telah menyebar melalui YouTube dan ditonton
sebanyak 2.728.983.273 kali.13
„Gangnam Style‟ berhasil mencetak sejarah
YouTube dengan menjadi video pertama yang ditonton sebanyak 1 miliar dan
menjadi video YouTube yang paling banyak ditonton. Bahkan MV ini telah
mencapai batas maksimum dari batasan penonton YouTube.14
Selain meningkatnya popularitas dari „Gangnam Style‟, pada tahun 2012
juga terdapat beberapa K-drama yang populer di kalangan penggemar dan
penikmat Korean Wave seperti drama „Rooftop Prince‟ dan „Reply 1997‟. Pada
tahun-tahun selanjutnya, K-drama lainnya juga semakin menunjukan
popularitasnya, seperti drama „The Heirs‟ (2013), „You Who Come From The
Star‟ (2014), „Moon Lovers‟ (2016), „Descendant of Sun‟ (2016), dan „Goblin‟
10
Sebutan untuk industri musik Korea Selatan yang merupakan singkatan dari Korean Pop 11
Korea Culture and Tourism Policy Institute, 2012, loc. cit. 12
PSY merupakan peneliti lagu dan penyanyi asal Korea Selatan. Ia mulai dikenal dan mendunia
saat lagunya yang berjudul „Gangnam Style‟ telah disaksikan lebih dari 700 juta penonton melalui
new media, YouTube. 13
YouTube, 2012, Gangnam Style PSY MV, diakses dari https://youtu.be/9bZkp7q19f0 pada 6
Januari 2017 14
Tech Times, 2014, Gangnam Style by Psy 'Breaks' YouTube View Counter: Here's What Really
Happened, diakses dari http://www.techtimes.com/articles/21555/20141206/gangnam-style-by-
psy-breaks-YouTube-view-counter-heres-what-really-happened.htm pada 6 Januari 2017.
4
(2016). Bahkan di website China, yaitu Weibo dan Youku, drama seperti
„Descendant of Sun‟15
dan „Moon Lovers‟16
telah ditonton lebih dari 1 juta kali
dan mengalahkan jumlah penonton untuk drama produksi dari Negara China itu
sendiri.
Munculnya fenomena „Gangnam Style‟ dan semakin banyak K-drama yang
diminati oleh beberapa kalangan masyarakat luar Negara Korea Selatan pada
tahun-tahun ini telah menunjukan popularitas Korean Wave secara global semakin
meningkat. Hal-hal yang memiliki nilai Korea Selatan semakin digemari oleh
masyarakat negara-negara tetangga seperti China, Jepang, dan negara-negara di
Asia Tenggara dan pada akhirnya juga berhasil menyebar dan menjadi populer di
negara-negara bagian Eropa dan Amerika Utara.
Produk budaya dalam Korean Wave mendapatkan popularitasnya di seluruh
dunia karena adanya dukungan dari Korea Selatan itu sendiri dan juga
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).17
Perkembangan TIK
telah membawa perubahan besar pada penyebaran Korean Wave. Jika
sebelumnya penyebaran Korean Wave hanya melalui media konvensional seperti
televisi, majalah, dan radio namun sejak terjadinya perkembangan TIK, yang juga
membawa perubahan terhadap bentuk media dan memunculkan new media, maka
penyebaran Korean Wave juga mengalami perubahan. Produk budaya ini
dipromosikan, didistribusikan, dan dikonsumsi melalui new media oleh industri
15
What‟s On Weibo, 2016, Overview of China‟s 2016 Top TV Dramas, diakses dari
http://www.whatsonweibo.com/overview-of-chinas-2016-top-tv-dramas/ pada 6 Januari 2017 16
Coppamagz, 2016, Inilah 10 Drama Korea Yang Paling Banyak Ditonton Di Youku China,
diakses dari https://coppamagz.com/inilah-10-drama-korea-yang-paling-banyak-ditonton-di-
youku-china/ pada 6 Januari 2017 17
Kuwahara, Yasue, The Korean Wave: Korean Popular Culture in Global Context, Palgrave
Macmillan, New York, hlm. 1
5
hiburan dan penggemarnya.18
Seperti yang terjadi pada fenomena „Gangnam
Style‟.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis
mengambil sebuah rumusan permasalahan yaitu “bagaimana peran new media
dalam menyebarkan Korean Wave pada tahun 2012 hingga 2016?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Jika dilihat dari latar belakang dalam penelitian ini maka tujuan penulis
dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran new media dalam
menyebarkan produk budaya dalam Korean Wave terutama K-drama dan K-pop
pada tahun 2012 hingga tahun 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan referensi
bagi penelitian sejenis dan juga dapat menjadi referensi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai penggunaan popular culture sebagai soft power
sebuah negara.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat mendeskripsikan proses strategi new
media yang memiliki peran dalam mendukung penyebaran produk budaya.
18
Ibid.
6
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai panduan atau rekomendasi bagi
pemerintah atau praktisi dari suatu negara yang ingin menggunakan new media
dalam penyabaran produk budaya dari negaranya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Literatur Reviu
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian terdahulu ini
kemudian akan digunakan sebagai landasan untuk menyusun kerangka pemikiran
dari rumusan masalah yang akan diteliti. Dalam literatur reviu ini, penulis akan
menggunakan empat literatur sebagai landasan dalam penelitian ini.
Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Oh Ingyu dan Park
Gilsung pada tahun 2012 dalam bentuk jurnal dengan judul, “From B2C to B2B:
Selling Korean Pop Music in the Age of New Social Media”. Penelitian kedua
adalah penelitian yang dilakukan oleh James Lang pada tahun 2016 dalam bentuk
jurnal dengan judul “How do K-pop Spread Around the World”. Penelitian
ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Lee Suejin pada tahun 2011 dalam
bentuk jurnal dengan judul, “The Korean Wave: The Seoul of Asia”. Penelitian
yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Amelina Fauzan Lestari Putri
pada tahun 2014 dalam bentuk skripsi dengan judul, “Konsumsi Konten Media
Korea dan Pengaruhnya Terhadap Minat Mengonsumsi Produk Korea”.
Penjelasan tentang keterangan dari keempat literatur reviu tersebut dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini:
8
Tabel 2.1. Komparasi Literatur Reviu
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Skripsi 4
Oh Ingyu dan Park
Gilsung
James Lang Lee Suejin Fauzan Lestari Putri
Tu
jua
n
Menjelaskan tentang
penggunaan YouTube
yang telah mengubah
industri hiburan Korea
Selatan yang
sebelumnya
merupakan bisnis
layanan yang berbasis
dengan mengandalkan
fans (B2C) berubah
menjadi bisnis besar
yang melayani industri
(B2B)
Mengetahui faktor-
faktor kesuksesan
dari K-pop
Menganalisis Korean
Wave dan
implikasinya
terhadap negara-
negara tetangga
Korea Selatan dan
juga untuk melihat
dampak Korean
Wave terhadap
persepsi budaya dan
identitas dengan
membandingkannya
dengan media massa
di Amerika Serikat,
Asia, dan Korea
Selatan
Menjelaskan
keberhasilan Korea
Selatan dalam
mengekspor produk
budayanya melalui
liberalisasi media
dan melihat
pengaruhnya
terhadap minat
mengonsumsi
produk Korea
Selatan
Met
od
e
Metode penelitian
dengan berdasar pada
wawancara dan
sumber data dokumen
yang telah ada
Metode peneltian
dengan menganalisis
dokumen yang
berkaitan dengan
penelitiannya
Metode penelitian
kuanitatif dengan
wawancara langsung
dan telepon serta
menganalisis surat
kabar terkemuka dari
berbagai negara
Metode penelitian
kuantitatif dengan
melakukan
wawancara terhadap
konsumen produk
budaya Korean
Wave
Per
bed
aa
n
Penelitian dalam
jurnal ini lebih
membahas tentang
strategi bisnis dengan
memanfaatkan
YouTube dan Google
untuk membawa
keuntungan bagi
industri hiburan Korea
Selatan, sedangkan
dalam penelitian yang
penulis lakukan lebih
membahas
penggunaan new
media dalam
membantu
menyebarkan Korean
Wave sebagai bentuk
soft power Negara
Korea Selatan
Dalam jurnal ini
menyebutkan faktor
kesuksesan K-pop
memiliki 5 alasan
dan salah satunya
adalah internet
membantu
kesuksesan K-pop.
Meskipun demikian,
tidak ada penjelasan
yang lebih spesifik
terhadap hal ini
sedangkan
penelitian yang akan
penulis lakukan
akan membahas
peran new media
dalam menyebarkan
Korean Wave
Perbedaan antara
jurnal ini dengan
penelitian yang
penulis lakukan yaitu
dalam jurnal ini lebih
banyak membahas
penggunaan media
tradisional yaitu surat
kabar atau koran.
Jurnal ini tidak
membahas tentang
new media atau
media sosial namun
memberikan penulis
dukungan data
tentang persebaran
Korean Wave.
Skripsi ini lebih
banyak membahas
tentang pengaruh
dari konsumsi
konten media yang
menimbulkan minat
masyarakat untuk
mengonsumsi
produk yang
ditayangkan dalam
media tersebut. Hal
ini berbeda dengan
penelitian ini karena
akan lebih
membahas tentang
peran new media
dalam membantu
penyebaran Korean
Wave
Sumber: Data diolah oleh penulis
9
2.2. Landasan Konseptual
2.2.1. New Media
Konsep tentang new media mengemukakan bahwa new media merupakan
perkembangan dari media pada era pertama. Terdapat sejumlah perbedaan
antara new media dengan media tradisional atau konvensional. Beberapa
perbedaan antara teknologi media era pertama dan media era kedua, yaitu:
Tabel 2.2. Perbedaan Media pada Era Pertama (Broadcast) dengan Era Kedua
(Interactivity)
Era Media Pertama (Broadcast) Era Media Kedua (Interactivity)
Tersentral dan terbatas (dari satu sumber ke
banyak khalayak)
Tersebar dan banyak sumber informasi (dari
banyak sumber ke banyak khalayak)
Komunikasi terjadi satu arah Komunikasi terjadi timbal balik atau dua arah
Terbuka peluang sumber atau media untuk
dikuasai
Tertutupnya penguasaan media dan bebasnya
kontrol terhadap sumber
Media merupakan instrumen atau alat yang
melanggengkan strata dan ketidaksetaraan
kelas sosial (kekuasaan pihak tertentu)
Media memfasilitasi setiap khalayak atau
audiens untuk saling berbagi informasi tanpa
memandang kelas sosial
Khalayak atau audiens dianggap bersifat
pasif dan massal
Khalayak atau audiens bersifat aktif dan bisa
terlihat sesuai dengan karakter dan
keberagaman identitasnya masing-masing
Media dianggap dapat atau sebagai alat
memengaruhi kesadaraan sehingga respon
dan efeknya menjadi tidak berbeda satu
sama lainnya
Media melibatkan pengalaman khalayak baik
secara ruang maupun waktu sehingga respon
dan efeknya menjadi sangat bervariasi dan sulit
diprediksi
Sumber: McQuail, Dennis, 2002, Media Performance: Mass Communication and the Public
Interest, SAGE Publication, London, hlm. 312
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kini telah telah
mengubah masyarakat dan lingkungannya. Munculnya teknologi ini berdampak
pada perubahan media yang dikenal dengan istilah new media. New media
merupakan suatu media yang merupakan hasil dari integrasi maupun kombinasi
antara beberapa aspek teknologi yang digabungkan, antara lain teknologi
10
komputer dan informasi, jaringan komunikasi, serta media dan pesan informasi
yang digital.19
New media berperan sebagai infrastruktur yang digunakan sebagai
perangkat untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi, kegiatan dan
praktik sehingga orang-orang terlibat untuk berkomunikasi dan berbagi
informasi, dan pengaturan sosial yang berkembang di sekitar perangkat dan
praktik tersebut.20
New media telah mengubah cara berinteraksi manusia satu
sama lainnya yang merujuk pada perubahan yang terjadi pada aktor yang
terlibat, proses produksinya, distribusinya, konten, dan penggunaannya.21
McQuail mengelompokkan new media menjadi empat kategori. Pertama,
media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telepon, handphone maupun e-
mail. Kedua, media bermain interaktif seperti komputer dan game online.
Ketiga, media pencarian informasi yang berupa portal pencarian atau search
engine. Dan yang keempat adalah media partisipasi kolektif seperti penggunaan
internet untuk berbagi dan bertukar informasi, berpendapat, berbagi
pengalaman, dan menjalin interaksi melalui perangkat tertentu yang
penggunaannya tidak hanya sebagai alat namun juga dapat menimbulkan efek
emosional dan keterikatan.22
Di dalam penelitian ini jenis kategoti new media
yang digunakan adalah yang keempat.
Karakteristik dari new media adalah (1) mudah diubah dan diadaptasi
dalam berbagai bentuk penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan; (2) dapat
19
Flew, Terry, 2005, New Media: An Introduction, Oxford University Press, Melbourne, hlm. 2 20
Lievrouw, Leah A. dan Livingstone, Sonia, 2006, Handbook of New Media, Sage Publications,
London, hlm. 2 21
Ibid., hlm. 3 22
McQuail, Dennis, 2000, Mc Quail‟s Communication Theory, Sage Publications, London, hlm.
127
11
dibagi dan dipertukarkan secara terus-menerus oleh sejumlah besar pengguna di
seluruh dunia; (3) dapat disebarkan melalui jaringan yang bentuknya sama
dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh pemilik atau penciptanya;
(4) mempermudah dan mempercepat individu untuk mendapatkan informasi; (5)
mudah diakses dan mudah digunakan di berbagai tempat; dan (6) membentuk
sebuah jaringan komunikasi yang melibatkan penggunaan new media dalam
prosesnya.23
New media juga bersifat interaktif yang memiliki unsur audio-
visual (termasuk animasi) dan disebut interaktif karena media ini dirancang
dengan melibatkan respon pemakai secara aktif.24
New media telah
menghilangkan batasan ukuran kelompok dalam kalangan masyarakat.25
2.2.1.1. Internet
Internet adalah salah satu bentuk dari new media. Internet memiliki
teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi, dan image-nya sendiri.
Banyak dari penggunaan internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola
oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang
terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang
disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan
telekomunikasi berperan dalam operasi internet.26
Internet memiliki kemampuan untuk membantu dalam memilih dan
mengatur informasi yang diinginkan atau perlukan dengan lebih efisien.
23
Creeber, Glen dan Martin, Royston, 2009, Digital Cultures: Understanding New Media,
University Press, Berkshire, hlm. 49 24
Setiawan, Rudi, 2013, Kekuatan New Media dalam Membentuk Budaya Populer di Indonesia
(Studi Tentang Menjadi Artis Dadakan Dalam Mengunggah Video Musik Di YouTube), eJournal
Ilmu Komunikasi, vol. 1, hlm. 359 25
Lievrouw, Leah A. dan Livingstone, Sonia, 2006, Handbook of New Media, hlm. 114 26
Setiawan, Rudi, 2013, Kekuatan New Media dalam Membentuk Budaya Populer di Indonesia
(Studi Tentang Menjadi Artis Dadakan Dalam Mengunggah Video Musik Di YouTube), loc. cit.
12
Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengantarkan pesan, internet dapat
memfasilitasi taransmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia
sehingga penggunanya mendapatkan sebuah informasi terbaru.27
Sifat dari
internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat
interaksi dan partisipasi antarindividu secara intensif (terus-menerus) dan ada
umpan balik (feedback) dari setiap interaksi tersebut.
Menurut Bagdakian, internet bisa mencakup jangkauan yang sangat
luas. Satu orang khalayak bisa mengunduh kemudian menyebarkannya pada
orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian
pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya kembali pada
orang-orang dalam jaringannya, dan begitu seterusnya.28
2.2.1.2. Website
Website merupakan satu set halaman web yang memiliki topik saling
berkaitan dan terkadang disertai juga dengan fitur untuk menyertakan gambar,
video, atau jenis fitur lainnya. Website adalah keseluruhan halaman-halaman
web yang terdapat dalam sebuah domain yang mengandung informasi.
Domain sendiri adalah sebuah nama yang dimiliki oleh sebuah perusahaan
atau lembaga atau organisasi yang bisa diakses melalui internet.29
Beberapa website dipandang secara spesifik bersifat dinamis serta isi
konten yang terdapat dalam situs tersebut dapat diperbaharui secara berkala.
Hal inilah yang merupakan salah satu faktor yang memberikan daya tarik pada
audiens untuk senantiasa mengakses sebuah website. Selain itu, website dapat
27
Bagdakian, Ben H, 2004, The New Media Monopoly, Beacon Press, Boston, hlm. 114 28
Ibid. 29
Lievrouw, Leah A. dan Livingstone, Sonia, 2006, op. cit., hlm. 63
13
memberikan informasi dan menyebarkan pesan secara luas dan cepat tanpa
membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang lama.30
Hal ini memberikan
pandangan bahwa penggunaan website dapat dipandang sebagai media
komunikasi yang efektif dan efisien untuk membagi semua informasi, semua
kegiatan, serta apapun yang dibutuhkan atau diinginkan pemilik dan pengguna
website.
2.2.1.3. Twitter
Twitter merupakan salah satu bentuk dari new media yang diluncurkan
pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey. Konsep yang ada pada Twitter adalah
dengan menyebarkan pesan secara singkat, padat, dan secara langsung.
Twitter tidaklah berbayar, berisi pesan yang terdiri dari 140 karakter yang
ditampilkan pada halaman profil penguna akun, dan disebarkan kepada semua
penggunanya yang mengikuti pengguna akun tersebut.31
Terdapat beberapa istilah yang ada di dalam Twitter yaitu untuk pesan
singkat dinamakan tweet, balasan yang dibuat dari suatu percakapan agar
sesama pengguna bisa langsung menandai orang yang akan diajak bercakap
adalah mention, tweet baru yang digunakan untuk langsung membalas tweet
yang ditujukan kepada kita adalah replay, tweet yang ditandai agar tidak
hilang oleh halaman sebelumnya adalah favorite, kumpulan tweet dari akun
yang di-follow oleh pengguna adalah timeline, pesan langsung antarpengguna
yang bersifat personal adalah direct message, seseorang yang menulis tweet
adalah twitterer, pengguna yang mengikuti pengguna akun lain disebut
follower, tweet yang menarik atau penting yang akan diambil dan diteruskan
30
Ibid. 31
Twitter Explained, dikases dari http://www.nyu.edu>dam>nyu>images pada 8 Juni 2017
14
kepada semua pengguna Twitter lain adalah retweet, dan untuk komunitas dari
Twitter ini memiliki sebutan yaitu twitosphere.
Twitter juga memiliki berbagai karakteristik lain yaitu terdapat fitur
like atau suka yang digunakan ketika pengguna menyukai sebuah tweet dan
pencarian yang memungkinkan penggunanya untuk mencari tweet yang
mengandung kata tertentu. Fungsi fitur pencarian ini digunakan untuk
mencari topik atau kata (hastag) yang sedang menjadi tren di Twitter atau
hanya sekedar untuk mencari informasi atau berita yang berkaitan dengan
topik tersebut. Untuk memudahkan fitur pencarian ini dapat digunakan #
(tanda pagar).32
Ketika topik yang sedang dibicarakan dan dicari oleh banyak
pengguna dalam suatu waktu yang bersamaan tersebut menjadi tren di Twitter
maka hastag atau kata tersebut dapat menjadi sebuah trending topic.
Dengan adanya kemampuan untuk mengikuti orang (follow) ataupun
mempunyai pengikut (follower) maka Twitter pun telah menjadi semacam
new media yang memungkinkan antarpengguna untuk dapat berkomunikasi.
Dengan adanya Twitter, komunikasi dapat terjalin dan dapat juga
mengumpulkan teman-teman baru secara online.
2.2.1.4. Facebook
Facebook diluncurkan pada bulan Februari 2004 oleh Mark
Zuckerberg. Facebook merupakan new media yang menyediakan layanan
bagi penggunanya untuk berbagi informasi pribadi, pendapat, gambar, video,
dan catatan. Setiap anggota yang memiliki akun Facebook dapat mengunggah
32
Ibid.
15
informasi pribadinya di profil seperti tanggal lahir, pekerjaan, minat, dan
buku-buku favorit.33
Facebook memiliki fitur status yang merupakan pesan yang ditulis
oleh pengguna yang kemudian akan muncul di wall, lalu fitur like yang
digunakan ketika pengguna menyukai suatu status, dan juga fitur komentar
yang digunakan untuk mengomentari status. Anggota pengguna Facebook
dapat berkomunikasi satu sama lainnya melalui pesan (message) untuk konten
yang bersifat pribadi dan wall untuk yang bersifat umum. Wall yang terdapat
di Facebook memudahkan anggota atau penggunanya untuk dapat menulis
tanggapan kepada semua orang. Pesan juga memiliki kegunaan yang sama
namun lebih bersifat personal. Selain itu terdapat fitur group dan group
chatting yang memunginkan anggota dari komunitas tertentu untuk
berinteraksi satu sama lainnya sesuai minat, keyakinan atau hanya sekedar
berkumpul.34
Facebook juga memiliki fitur share link foto atau video yang
dapat memudahkan penggunanya untuk berbagi informasi yang memuat
konten dalam bentuk foto dan video.
2.2.1.5. YouTube
YouTube merupakan new media tempat berbagi video yang mulai
didirikan pada Februari 2005. YouTube hadir dengan tampilan yang menarik
dan berbeda dari bentuk new media lainnya. YouTube mengandung konten
video yang saat ini dapat diakses oleh siapapun dan penggunanya juga dapat
dengan mudah membagikan videonya melalui YouTube. Pengguna YouTube
dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video dengan hanya membuat
33
Lievrouw, Leah A. dan Livingstone, Sonia, 2006, op. cit., hlm. 47 34
Ibid.
16
channel yang dapat diregistrasi secara gratis melalui YouTube. Umumnya
video-video di YouTube adalah klip musik, film, serial televisi, serta video
lain yang diunggah oleh para penggunanya sendiri.35
YouTube memiliki beberapa fitur seperti fitur unggah video, fitur play
untuk memutar video, fitur search untuk mencari video yang ingin diputar
atau ditonton, fitur like (suka) dan dislike (tidak suka), fitur komentar yang
terdapat di dalam kolom komentar terhadap video, fitur trending yang
menampilkan pilihan video yang sedang menjadi trending, fitur subscribe
untuk memilih pengguna di YouTube yang akan diikuti unggahan videonya,
dan juga ada fitur share untuk membagikan video yang ada di YouTube ke
bentuk new media yang lainnya.
2.2.2. Komunikasi dalam New Media
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dalam proses
komunikasi diperlukan media sebagai saluran penyampaian pesan. New media
menjadi sebuah saluran atau media yang telah memberikan fasilitas untuk
berkomunikasi antara para komunikan dan komunikator.36
Terdapat 5 unsur
yang harus dipenuhi dalam komunikasi itu sendiri, yaitu:
Sumber (source) yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber sering disebut juga sebagai
pengirim (sender), penyandi (encoder), dan komunikator
(communicator).
35
Tech Times, 2014, loc. cit. 36
Effendy,Onong Uchjana, 2004, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya,
Bandung, hlm. 5
17
Pesan (message) yaitu konten isi yang disampaikan oleh sumber untuk
penerima.
Media yaitu alat atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada penerima pesan.
Penerima (receiver) yaitu pihak yang menerima pesan yang disampaikan
oleh sumber. Penerima biasa disebut juga komunikan (communicant)
atau audiens (audience).
Efek (effect) yaitu hal yang terjadi kepada penerima setelah pesan
tersebut disampaikan dari sumber dan diterima oleh penerima. Efek
biasa juga disebut sebagai dampak (impact) maupun pengaruh
(influence).
Dalam proses komunikasi dibutuhkan adanya sender, encoding, pesan,
media, decoding, receiver, kemudian response serta efek yang muncul. Pesan
(message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan tersebut
dapat terdiri atas isi (content) maupun lambang (symbol). Pertama-tama
komunikator atau sender menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan pada
komunikan atau receiver. Kemudian komunikan membuka sandi (decode) pesan
dari komunikator. Ketika komunikan membuka sandi pesan tersebut, segala
bentuk jawaban yang dilakukan oleh komunikan merupakan respon yang
diberikan terhadap proses komunikasi. Setelah respon diberikan oleh receiver
maka setelahnya akan muncul efek dari proses komunikasi ini.
Dari proses ini, komunikan dan komunikator dapat bertukar peran. Hal ini
karena dalam komunikasi pun ada proses umpan balik (feedback) yang bisa
menyebabkan komunikasi tersebut akan tetap berlangsung atau berhenti pada
18
suatu titik. Umpan balik pun bisa berasal dari luar (eksternal feedback) dan bisa
juga berasal dari dalam diri komunikator (internal feedback).37
Respon yang
diberikan oleh komunikan akan berpengaruh pada feedback. Proses komunikasi
tersebut dapat dilihat di gambar di bawah ini:
Gambar 2.1. Model Proses Komunikasi
Sumber: Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta, hlm. 551
2.2.3. Soft Power
Konsep soft power diperkenalkan oleh Joseph S. Nye pada tahun 1990. 38
Joseph S. Nye menggolongkan soft power termasuk dalam golongan prilaku
yang bersifat co-optive power atau kemampuan untuk dapat memengaruhi dan
membentuk hasil yang diinginkan dengan cara memunculkan ketertarikan
dibandingkan dengan melakukan tindak pemaksaan.39
37
Effendy,Onong Uchjana, 2004, loc.cit. 38
Nye, Joseph S., 2008, Public Diplomacy and Soft Power, The Annals of the American Academy
of Political and Social Science, vol. 616, hlm. 94 39
Nye, Joseph S., 2005, Soft Power and Higher Education, Forum for the Future of Higher
Education. Jurnal, diakses dari https://net.educause.edu/ir/library/pdf/ffpiu043.pdf pada tanggal 4
Februari 2017
Decoding Receiver
Media
Message Encoding Sender
Feedback Response
Noise
19
Untuk saat ini beberapa negara lebih cenderung menggunakan soft power
karena lebih efisien. Ketika menggunakan soft power, negara dapat
memanfaatkan daya tarik (attraction) negaranya dengan menggunakan tiga
sumber utama yaitu kebudayaan, nilai-nilai politis, serta kebijakan domestiknya
dan kebijakan luar negerinya.40
Menurut Joseph S. Nye, soft power dalam
penyebarannya lebih diutamakan untuk menyebar secara luas dibandingkan
secara mendalam.
Soft power merupakan kemampuan untuk mengubah persepsi atau
pandangan pihak lain. Saat ini, kemampuan tersebut cenderung lebih mengarah
pada penggunaan sumber daya seperti budaya. Hal ini agar soft power dapat
digunakan untuk membuat semakin banyak perubahan terhadap cara pandang
masyarakat luas terhadap negara yang menggunakan soft power. Ketika
masyarakat luas memiliki pandangan yang baik pada suatu negara yang
menggunakan soft power tersebut maka akan memudahkan negara untuk
menjalankan kepentingannya di negara lain karena telah tercipta nilai yang
positif di mata masyarakat negara tersebut.41
Soft power menjadi hal yang penting karena negara melalui beberapa
aktivitasnya melibatkan beberapa aktor yang memiliki dampak terhadap publik
secara internasional, salah satunya adalah pemerintah dan masyarakat negara itu
sendiri serta juga media (internet), industri hiburan (industri drama, televisi,
musik, film, animasi, serta games), dan industri produk komersialnya (MNC).42
Aktor-aktor ini dapat bekerja secara sinergi membentuk persepsi pihak lain agar
40
Ibid., hlm. 96 41
Nye, Joseph S., 2011, The Future Power, Public Affairs, New York, hlm. 16 42
Ibid.
20
dapat mengagumi attraction yang digunakan sebagai sumber utama dalam soft
power.
Aktor-aktor yang terlibat dalam pembentukan soft power ini diistilahkan
sebagai „referees‟ dan „receivers‟ soft power.43
„Referees‟ soft power
merupakan pihak yang menjadi sumber rujukan yang menggunakan soft power
sedangkan „receivers‟ soft power adalah target yang dituju sebagai sasaran
penerima soft power.44
Hubungan antara sumber soft power dengan „referees‟
dan „receivers‟ soft power dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3. Sumber, Referees, dan Receivers dalam Soft Power
Sumber Soft Power Referees/rujukan untuk kredibilitas dan
legitimasi Soft Power
Receivers/Penerima
Soft Power
Kebijakan luar
negeri
Media, organisasi non-pemerintah,
(Nongovernmental Organizations/NGOs),
organisasi antar-pemerintah
(Intergovernmental
Organizations/IGOs)
Pemerintah dan publik/
masyarakat negara lain
Nilai-nilai dan
kebijakan
domestik
Media, NGOs, IGOs Pemerintah dan publik/
masyarakat negara lain
High culture
Pemerintah, NGOs, IGOs Pemerintah dan publik/
masyarakat negara lain
Pop culture Media, pasar (markets) Publik/masyarakat
negara lain
Sumber: Nye, Joseph S., 2011, The Future Power, Public Affairs, New York, hlm. 16
Soft power lebih cenderung berhubungan dengan co-optive power. Soft
power yang berhubungan dengan co-optive power berarti soft power memiliki
kemampuan untuk memengaruhi dan membentuk hal yang pihak atau aktor lain
43
Ibid., hlm. 95 44
Ibid., hlm. 107
21
inginkan.45
Co-optive power dapat diperoleh melalui agenda setting dan
attraction. Jika agenda setting adalah suatu tahap yang dibuat untuk menjadi
langkah awal dari keseluruhan tahapan dalam kebijakan untuk kepentingan
suatu negara, sedangkan attraction adalah daya tarik yang dimiliki suatu negara.
Ketika negara menggunakan soft power, negara akan lebih menggunakan
ketertarikan yang ada di negaranya dan menggunakan sumber kekuatan seperti
budaya, ideologi serta kebijakan sebagai kemampuan untuk memengaruhi atau
membentuk hal yang pihak atau aktor lain inginkan.46
2.2.4. Globalisasi Budaya
Globalisasi merupakan suatu fenomena peradaban yang di dalamnya
terjadi proses perubahan di dunia. Tidak ada lagi garis batas yang kuat yang
membatasi masyarakat untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi.
Kehadiran globalisasi telah membuat negara-negara di dunia dapat saling
terhubung secara interpendensi dalam jarak yang melintasi batas wilayahnya.47
Globalisasi telah memungkinkan negara dapat saling terbuka dan dapat
menerima produk-produk yang masuk ke negaranya maupun memperkenalkan
produk dari negaranya keluar.
Seiring dengan perkembangannya, fenomena globalisasi tidak hanya
berkaitan dengan ekonomi saja tapi juga berpengaruh pada budaya. Produksi
global yang terdiri atas produk lokal dan lokalisasi produk global dalam
globalisasi adalah proses saat produk-produk lokal tersebut akan dikenalkan ke
berbagai negara lainnya ataupun sebaliknya. Produk-produk yang akan
45
Nye, Joseph S., 2005, loc. cit. 46
Ibid. 47
Globalization101, Culture and Globalization, diakses dari http://www.globalization101.org
pada tanggal 2 Januari 2017
22
diperkenalkan dari suatu negara ke negara lain tersebut bukan hanya produk
barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, dan juga
dapat berbentuk budaya.48
Masyarakat dari suatu negara dapat menerima
budaya baru dari negara lain yang masuk ke negaranya ataupun sebaliknya,
masyarakat tersebut dapat ikut menyebarkan suatu budaya.
Globalisasi budaya mulai berkembang dan saat ini negara tidak lagi
menjadi aktor yang dominan karena interaksi dan transaksi transnasional terjadi
pada tingkat subnasional, nasional, dan supranasional.49
Globalisasi budaya
mulai tumbuh seiring dengan adanya interaksi sosial yang melibatkan nilai-nilai
sosio-kultural individu maupun kelompok yang melintasi batas komunikasinya
untuk berhubungan dengan individu atau kelompok lainnya.50
Interaksi
antarbudaya di suatu wilayah menjadi gencar dengan terbukanya arus
globalisasi yang memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi.
Perkembangan teknologi telah meningkatkan interaksi antarbudaya ini menjadi
lebih memiliki kualitas dan kuantitas.51
Proses dari berkembangnya globalisasi budaya ditandai dengan adanya
konsumsi budaya yang telah tersebar melalui media, munculnya popular
culture, dan perjalanan antar negara. Hal ini kemudian memungkinkan
terjadinya sirkulasi budaya yang anggota masyarakat bisa dengan sengaja atau
tidak sengaja ikut menyebarkan suatu budaya baru atau budaya lain dalam
masyarakatnya.
48
Ibid. 49
Ibid. 50
Rahmawati, Ayu D., Nandyatama, Randy W., Cahyafitri, Raras, 2010, Globalisasi Budaya dan
Bahasa Indonesia Sebagai Indentitas Bangsa, Jurnal Multiversa, vol. 1, no. 1, hlm. 110. 51
Ibid.
23
Globalisasi telah membawa pertukaran budaya dan dapat membantu
mempromosikan keberagaman dari produk-produk dalam budaya menjadi
sangat menarik. Globalisasi telah membuat masyarakat semakin memiliki
ketergantungan dengan produk-produk budaya tersebut seperti film, musik,
acara televisi, berita, maupun buku. Masuknya berbagai produk ini kemudian
akan memperkenalkan norma dan nilai-nilai budaya pihak pengekspor produk
tersebut sehingga secara tak langsung negara pengimpor akan memperoleh
pengetahuan tentang budaya negara pengekspor.52
Terdapat tiga efek dari terjadinya globalisasi budaya, yaitu new global
proffesions, global village, dan popular culture. Di antara ketiga efek
globalisasi budaya tersebut, dua diantaranya digunakan penulis dalam
membahas tentang penelitian ini yaitu popular culture dan global village.
2.2.2.1. Popular culture
Popular culture atau biasa disebut juga dengan budaya populer
merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi dalam aspek
kebudayaan. Secara umum, popular culture dapat didefinisikan sebagai
budaya yang diketahui, diikuti, dan disukai oleh banyak orang, yang
pembentukannya berdasarkan kemauan masyarakat untuk diminati oleh
masyarakat itu sendiri.53
Secara luas, popular culture dapat diterima oleh
masyarakat di tempat budaya tersebut diperkenalkan atau disebarkan melalui
media.54
Popular culture ini biasanya terdiri dari film, musik, acara televisi,
makanan, pakaian, hal-hal yang berhubungan dengan dunia hiburan, dan hal-
52
Globalization101, Culture and Globalization, loc. cit. 53
Storey, John, 2014, Cultural Theory and Popular Culture, Routledge, New York, hlm. 28 54
Nastiti, Aulia D., 2010, loc. cit.
24
hal yang umum dan menjadi bagian dari masyarakat. Beberapa masyarakat
yang tertarik dengan budaya ini dikarenakan beberapa produk dalam budaya
tersebut telah melekat di dalam gaya hidup atau kehidupan sehari-hari
masyarakat tersebut.55
John Storey dan Reymond Williams mempunyai empat definisi yang
sama terhadap pengertian dari popular culture. Pertama, budaya tersebut
dapat dikatakan sebagai popular culture jika budaya tersebut populer atau
banyak disukai dan memiliki daya tarik untuk orang banyak.56
Kedua, budaya
tersebut merupakan budaya imperior yaitu sisa dari budaya high culture.57
Ketiga, popular culture merupakan budaya yang lahir dari masyarakat.
Masyarakatlah yang menciptakan kemudian melestarikan budaya ini.58
Kemudian pengertian keempat yaitu budaya massa. Budaya massa merujuk
pada produk budaya sebagai popular culture diciptakan untuk diproduksi
secara banyak dengan target konsumen yang luas pula.59
Produk budaya ini
sengaja dibuat agar disukai oleh banyak orang.
2.2.2.2. Global village
Kemunculan new media yang terjadi karena perkembangan TIK yang
telah melampaui pola penyebaran pesan melalui media konvensional atau
tradisional. New media telah mengaburkan batas geografis, kapasitas
interaksi, dan bisa dilakukan secara real time atau langsung. Melihat hal
tersebut, new media telah menjadi salah satu produk globalisasi, yang
55
Ibid. 56
Storey, John, 2014, op. cit., hlm. 29 57
Ibid., hlm. 30 58
Ibid., hlm. 34 59
Ibid., hlm. 37
25
menjadikan jarak dan waktu bukanlah sebuah persoalan dalam proses
komunikasi. Hal ini seakan menjadi sebuah bukti bahwa perkembangan dunia
saat ini menuju hal yang disebut sebagai global village.60
Istilah global village pertama kali dikenalkan oleh Marshall McLuhan.
Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 1960 dalam
bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Istilah
global village digunakan untuk mendeskripsikan tentang manusia yang
menjadi terhubung seperti berada dalam suatu desa berkat adanya teknologi.61
Munculnya teknologi ini membuat manusia menjadi saling terhubung
satu sama lainnya, bukan hanya dari satu wilayah saja namun terhubung ke
berbeda wilayah.62
Selain menjadi saling terhubung satu sama lainnya,
manusia juga dapat saling bertukar informasi63
dan saling berinteraksi64
meskipun berada di tempat yang berbeda.
Masyarakat dari berbagai tempat yang terhubung dengan adanya
perkembangan TIK telah dianalogikan sebagai masyarakat desa atau global
village. Masyarakat ini saling terhubung karena peristiwa, budaya maupun
permasalahan yang terjadi di suatu negara dengan cepat bisa diketahui dan
dibicarakan oleh masyarakat negara lain seolah-olah peristiwa, budaya
maupun permasalahan tersebut terjadi di negara tempat tinggal masyarakat
tersebut.
60
Globalization101, loc. cit. 61
McLuhan, Marshall, 2003, Understanding Media: Extension of A Man, Gingko Press, London
dan New York, hlm. 5 62
Ibid. 63
Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang berguna dan dapat digunakan oleh siapa saja
yang membutuhkan data-data tersebut karena informasi dapat memberikan keterangan atau
pengetahuan yang bermanfaat bagi yang menerima informasi 64
Interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang biasanya dapat
berperan saling memengaruhi antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok, dan
antara kelompok dengan kelompok
26
2.3. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, penulis mencoba membuat kerangka pemikiran yang
akan menjelaskan alur pemikiran penulis dalam menganalisis permasalahan dalam
penelitian. Bagan kerangka pemikiran untuk menjelaskan permasalahan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Sumber: Data diolah oleh penulis
Tahap pertama, penulis menjelaskan tentang kedua produk budaya dalam
Korean Wave yang paling terkenal yaitu K-drama dan K-pop dari awal
kemunculannya hingga perkembangannya pada tahun 2012 hinggan 2016.
Setelah itu, penulis menjelaskan pembentukan Korean Wave sebagai sumber soft
power Negara Korea Selatan serta dukungan yang dilakukan untuk membantu
menyebarkan Korean Wave. Beberapa diantara dukungan tersebut berkaitan
dengan new media sebagai media yang digunakan dalam menyebarkan Korean
Wave.
Korean Wave sebagai sumber soft power negara Korea Selatan
Efeknya, Korean Wave menjadi bagian dalam globalisasi budaya
Korean Wave sebagai pop culture Korean Wave membentuk global village
Awal mula kemunculan dan perkembangan Korean Wave
Peran new media dalam menyebarkan Korean Wave
New media
27
Berikutnya penulis akan menjelaskan peran new media dalam penyebaran
Korean Wave. Peran ini dapat dilihat dari proses penyebaran Korean Wave
dengan menggunakan new media. Setelah itu penulis juga akan menjelaskan
tentang efek dari penyebaran Korean Wave melalui new media yang menjadi
bukti bahwa new media telah menyebarkan Korean Wave. Penyebaran Korean
Wave melalui new media menjadikan Korean Wave sebagai bagian dari
globalisasi budaya.
2.4. Argumen Pokok
Melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dan didukung oleh
konsep-konsep yang akan membantu untuk menganalisis maka penulis
memberikan argumen pokok bahwa new media dapat digunakan untuk membantu
dalam menyebarluaskan Korean Wave sebagai sumber soft power Negara Korea
Selatan. Sehingga efek dari penyebarluasan ini menjadikan Korean Wave sebagai
popular culture dan membentuk global village.
28
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif digunakan untuk membahas objek yang diteliti secara mendalam.
Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh
subjek penelitian.65
Penelitian kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai macam metode ilmiah.66
Prosedur penelitian dengan cara ini menjadi suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun buatan manusia.67
Sehingga penelitian kualitatif deskriptif
dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan data-data secara sistematis,
rinci, lengkap, dan mendalam untuk menjawab masalah yang diteliti oleh
penulis.68
Tipe penelitian ini juga lebih didukung pada analisis hubungan
antarvariabel. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berusaha untuk menggali
65
Moleong, J. Lexy, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung , hlm.
4 66
Ibid., hlm. 6 67
Ibid., hlm. 17 68
Ibid., hlm. 3
29
informasi dengan melihat data dari lapangan tanpa berusaha untuk memengaruhi
data tersebut.69
3.2. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang peran new media
yaitu Facebook, Twitter, YouTube, dan website yang berkaitan tentang Korean
Wave di tahun 2012 hingga 2016. Produk budaya dalam Korean Wave yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Korean drama (K-drama) dan Korean
pop (K-pop).
3.3. Jenis Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sumber
data sekunder. Pengumpulan data dengan menggunakan jenis sumber data ini
adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan tertulis (dokumen) sebagai sumber
data. Data penelitian didapat dari dokumen-dokumen resmi atau laporan-laporan
yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Korea Selatan, serta didapat juga dari
buku, jurnal, karya ilmiah, artikel dalam media cetak, tulisan dalam internet serta
dari berbagai media online. Jenis sumber data yang digunakan selanjutnya akan
dijelaskan dalam tabel 3.1.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh penulis untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan langkah untuk memudahkan
69
Ibid., hlm. 17
30
dalam menyusun penelitian hingga sistematis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis dapat menggunakan metode melalui studi kepustakaan
(library research). Penulis mengumpulkan data yang diperoleh kemudian penulis
memilih dan mereduksi data yang dapat digunakan dalam penelitian ini.70
Teknik pengumpulan data yang dilakukan telah memberikan data yang
penulis anggap tepat dan akurat dalam penelitian ini. Setiap teknik pengumpulan
data yang digunakan memiliki sifat tersendiri. Penggunaan beberapa teknik
pengumpulan data dalam penyusunan skripsi dibuat untuk bisa saling
melengkapi.71
Di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan tentang penggunaan teknik
pengumpulan data serta jenis dan sumber data yang digunakan:
Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Sumber Data
No. Teknik Pengumpulan Data Jenis Sumber Data
1. Studi Pustaka yang Berkaitan
dengan Topik Penelitian
a. Artikel (publikasi) di media online yang
berhubungan dengan penelitian.
b. Dokumen atau laporan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Korea Selatan yang memiliki kaitan
dengan penelitian.
c. Data sekunder tertulis seperti buku, jurnal, karya
ilmiah seperti skripsi dan tugas akhir yang
memiliki relevansi dengan topik penelitian.
2. Analisis Isi Pesan-pesan yang ada di new media seperti
Facebook, Twitter, YouTube, dan Internet
Website yang dibuat oleh industri hiburan (agensi
hiburan dan stasiun televisi) maupun penggemar
atau penikmat Korean Wave.
Sumber: Data diolah oleh penulis
70
Silalahi, Ulber, 2006, Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, hlm. 32 71
Ibid.
31
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milih data menjadi satuan
yang dapat dikelola.72
Secara lebih rinci proses tersebut terbagi menjadi dua
tahap, yaitu:
3.5.1. Deskriptif
Pada tahap pertama, seluruh data yang penulis dapatkan dari pengumpulan
data sekunder dikumpulkan. Kemudian penulis menyeleksi, mereduksi serta
mengategorikan data yang berkaitan sehingga mampu memberikan gambaran
yang lebih jelas secara deskriptif tentang hal yang berkaitan dengan topik.
3.5.2. Analisis
Tahap selanjutnya, data-data yang telah direduksi dan dikategorikan
kemudian dianalisis oleh penulis. Penulis menganalisis peran new media dalam
penyebaran produk budaya dalam Korean Wave dan efek penggunaan new
media tersebut. Hasil pengaitan data dan penggunaan konsep kemudian
dipaparkan dalam bab V yaitu bab hasil dan pembahasan. Hasil penelitian ini
membahas tentang penggunaan new media yakni Facebook, Twitter, YouTube,
dan internet website dalam menyebarkan konten produk budaya dalam Korean
Wave sebagai sumber soft power Negara Korea Selatan. Kemudian penulis juga
memberikan pembahasan tentang efek dari penggunaan new media dalam
menyebarkan Korean Wave.
72
Moleong, J. Lexy, 2007, op. cit., hlm. 248
32
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Awal Mula Kemunculan Korean Wave
Pada tahun 1980 merupakan era saat tayangan televisi di Korea Selatan lebih
banyak menayangkan acara-acara asing seperti acara produksi dari Amerika
Serikat dan Jepang. Tayangan acara-acara produksi Amerika Serikat lebih banyak
menarik perhatian masyarakat Korea Selatan dan menduduki peringkat satu,
kedua, dan ketiga untuk tayangan yang banyak ditonton di Korea Selatan.73
Penayangan produk acara televisi dari Amerika Serikat di Korea Selatan
telah memberikan pengaruh terhadap konten acara televisi Korea Selatan.
Keberadaan produk acara televisi dari Amerika Serikat telah memberikan inspirasi
kepada Korea Selatan untuk mengembangkan produksi acara televisinya menjadi
unik dan menarik perhatian masyarakatnya.74
Hingga kemudian, rating audiens
yang menonton acara televisi produksi Korea Selatan terus meningkat sehingga
berhasil mengejar kepopularitasan acara televisi produksi Amerika Serikat pada
akhir tahun 1980-an.75
Selain acara televisi produksi Amerika Serikat, terdapat juga acara televisi
produksi dari Jepang berupa animasi yang telah berhasil menarik perhatian para
penyuka animasi di Korea Selatan. Tayangan animasi Jepang banyak membawa
73
Milim, Kim, 2011, The Role of Government in Cultural Industry: Some Observation from
Korea‟s Experience, Keio Communication Review, no. 33, hlm. 168 74
Korean Culture and Information Service, 2015, K-drama: A New TV Genre with Global Appeal,
Korean Culture, no. 3, hlm. 7 75
Milim, Kim, 2011, op. cit., hlm. 169
33
pengaruh di Korea Selatan yang pada saat itu sulit untuk dihilangkan.
Perkembangan acara animasi Jepang di Korea Selatan memberikan ide yang
penting untuk perencanaan dan produksi animasi Korea Selatan.76
Acara televisi produksi kedua negara ini telah memberikan pengaruh kepada
acara-acara televisi di Korea Selatan di tahun 1990-an untuk mengembangkan
acara televisi produksi negaranya sendiri. Presiden Korea Selatan pada saat itu,
Kim Daejung (1998-2002), juga memberikan perubahan terhadap industri budaya
Korea Selatan. Presiden Kim Daejung pada masa jabatannya mengalokasikan
sejumlah dana untuk mendukung Korean Wave sebagai suatu budaya global. Ia
menaikkan pengeluaran total untuk indutri budaya Korea Selatan yang meningkat
dari 0,23% di tahun 1980 menjadi 1,24% di tahun 2001.77
Kim Daejung juga
mengenalkan program The Basic Law for the Cultural Industry Promotion sebagai
sebuah kebijakan yang penting.78
The Basic Law for the Cultural Industry
Promotion ditetapkan pada tahun 1999, yang dibuat oleh pemerintah untuk
memberikan perannya dalam deregulasi dan dorongan perkembangan pada
industri budaya.79
Kebijakan pemerintah Kim Daejung lebih bersifat liberal80
seperti
menggunakan media sebagai langkah Kim Daejung untuk memperkenalkan
industri budaya. Dan dari semua industri budaya, acara televisi merupakan yang
dianggap sebagai yang paling penting karena acara televisi merupakan fondasi
76
Korean Culture and Information Service, 2015, op. cit., hlm. 6 77
Ibid. 78
Kyong D., Kim dan The Korean Herald, 2008, Social Change in Korea, Jimoondang, Paju, hlm.
282 79
Fuhr, Michael, 2015, loc. cit. 80
Sungeun, Shim, 2008, Behind the Korean Broadcasting Boom, NHK Broadcasting Studies 6,
diakses dari https://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf pada 2 Maret 2017
34
dalam Korean Wave.81
Sehingga kemudian Kim Daejung menerapkan perubahan
pada regulasi pemerintahnya terhadap industri pertelevisian Korea Selatan sebagai
media yang telah membantu mengembangkan industri hiburan Korea Selatan.82
Berikut ini merupakan perubahan yang dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan
terkait pada peraturan penayangan acara televisi di Korea Selatan:
Tabel 4.1. Perubahan Peraturan Pemerintah pada Industri Pertelevisian Korea
Selatan
Tahun Regulasi
Masuk
Regulasi
Konten
Regulasi Distribusi
secara Kuantitatif
Produk
Budaya
Jepang
1960-an Perusahaan media
asing dilarang
masuk
Masih mendiskusikan sensor
dalam tayangan televisi
Tidak ada catatan
dalam hukum
Dilarang
1970-an Perusahaan media
asing dilarang
masuk
Sensor dan regulasi sementara Tidak ada catatan
dalam hukum
Dilarang
1980-an Perusahaan media
asing dilarang
masuk
(1980-1986)
Sensor dan regulasi sementara
(1987)
Korean Broadcating
Commission dibentuk untuk
mengatur sensor
Tidak ada catatan
dalam hukum
Dilarang
1990-an Perusahaan media
asing dilarang
masuk
Pertimbangan peraturan oleh
Korean Broadcating
Commission
Distribusi kuantitatif
dari program asing
dalam jaringan
domestik meningkat
kurang lebih sebesar
20%
Dilarang
2000-an Perusahaan media
asing diizinkan
masuk
(2007)
Pertimbangan mulai ditegakkan
oleh Korean Broadcating
Commission
(2008)
Perubahan menjadi
pertimbangan dalam Korean
Communications Standards
Commission
Distribusi kuantitatif
dari program
domestik dibagi dari
jenisnya
Diizinkan
Sumber: Milim, Kim, 2011, The Role of Government in Cultural Industry: Some Observation from
Korea‟s Experience, Keio Communication Review, no. 33, hlm. 171
81
Ibid., hlm. 231 82
Milim, Kim, 2011, op. cit., hlm. 170
35
Jika dilihat dari tabel di atas, perubahan terjadi pada tahun 1990-an.
Demokratisasi yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 1993 telah memberikan
pengaruh terhadap kebijakan acara televisi di Korea Selatan. Jika sebelumnya
tujuan dari rezim regulasi tayangan televisi adalah untuk membatasi acara televisi
produksi asing dan melindungi acara televisi produksi lokal, kemudian berubah
menjadi untuk mendukung dan meningkatkan kualitas acara televisi lokal. Hal ini
dapat dilihat dari yang terjadi pada tahun 1988 hingga 1997 saat pemerintah mulai
mempertimbangkan penayangan untuk tayangan produksi yang berasal dari luar
Korea Selatan. Hal ini karena pemerintah mulai mempertimbangkan kebijakan
dengan tujuan untuk mendukung perkembangan pada industri pertelevisian bukan
untuk membatasi tayangan produksi asing.83
Dimulai pada sekitar tahun 1998, industri pertelevisian lebih memperhatikan
kualitas acara televisi Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan
kebijakan yang fokus untuk lebih meningkatkan daya saing acara televisinya
sehingga dapat memengaruhi pemasaran acara televisinya di luar negeri.84
Fokus
ini telah memikat konsumen baru dan telah membantu meningkatkan popularitas
Korean drama (K-drama) dan Korean pop (K-pop) yang menjadi produk budaya
yang utama dalam Korean Wave.
Perubahan terjadi saat stasiun televisi Korea Selatan mulai banyak
menampilkan tayangan produksi negaranya sendiri dan tayangan drama
merupakan yang paling digemari masyarakat dengan berbagai genre atau jenis
drama.85
Perubahan juga terjadi saat stasiun televisi SBS pada akhir 1990-an
83
Ibid. 84
Sungeun, Shim, op. cit., hlm. 230 85
Korean Culture and Information Service, 2011, The Korean Wave: A New Pop Culture
Phenomenon, Contemporary of Korea, no. 1, hlm. 20
36
mulai mengudara di stasiun televisi kabel dan regional. Sebanyak 30 K-drama
ditayangkan oleh SBS setiap minggunya dan dalam keadaan yang kompetitif ini
kemudian menghasilkan produk K-drama yang memiliki kualitas tinggi dan
berhasil menarik perhatian dengan jenis jalan cerita yang menarik dan banyak
disukai masyarakat. Tidak hanya masyarakat Korea Selatan saja namun juga
negara tetangga seperti China, Jepang, dan Vietnam tertarik akan tayangan acara
televisi Korea Selatan seperti drama dan musiknya.86
4.1.1. Korean Drama (K-drama)
Korean Wave mulai dikenal sejak sekitar tahun 1990-an melalui produksi
drama-drama Korea Selatan. Drama yang mulai membawa popularitas Korean
Wave adalah drama „What Is Love All About‟, drama ini ditayangkan oleh
stasiun televisi di Hongkong yaitu Hong Kong‟s Asia Television Ltd. (ATV) dan
juga oleh stasiun televisi China yaitu China Central Television (CCTV) pada
tahun 1997.87
Penayangan drama ini, khususnya di Negara China, menjadi
sukses dengan meraih rating hingga 15% di China, yang pada saat itu
merupakan rating terbesar kedua untuk acara televisi asing.88
Kepopuleran K-
drama ini kemudian membuat China menyiarkannya secara ulang di beberapa
stasiun televisinya yang lain.89
Kepopuleran K-drama yang dengan cepat menyebar di China membuat
beberapa media populer di China mulai mengunakan kata Hanryu (Hallyu atau
Korean Wave). Hanryu sendiri memiliki arti Korean Wave yang menjelaskan
86
Eunyoung, Jung, 2009, Transnational Korea: A Critical Assessment of the Korean Wave in Asia
and the United States, Southeast Review of Asian Studies, vol. 31, hlm. 73 87
Eunyoung, Jung, 2009, loc. cit. 88
Korean Culture and Information Service, 2011, op. cit., hlm. 21 89
Eunyong, Jung, 2009, loc. cit.
37
tentang produk budaya Korea Selatan telah menggelombang secara dahsyat dan
secara tiba-tiba di China.90
Bersamaan dengan penayangan „What Is Love All About‟ di Hongkong dan
China, pada tahun 1997, Vietnam juga merasakan kepopuleran K-drama melalui
drama „Feeling‟ yang disiarkan di salah satu saluran televisi Vietnam yaitu Ho
Chi Monh City TV. Berbeda dengan China, Hongkong, dan Vietnam, K-drama
baru memasuki Jepang pada tahun 2003 melalui penayangan drama „Winter
Sonata‟ yang disiarkan oleh NHK Jepang.91
Setelah ditayangkan, drama ini
meraih kesuksesan yang luar biasa di Jepang. Drama ini berhasil meraih rating
hingga 20,6% di Jepang dan juga telah mengangkat beberapa nama aktor
pemainnya terutama Bae Yong Jun.92
Bae Yong Jun telah berhasil berubah menjadi seorang superstar di Jepang
bahkan memiliki sebutan khusus yaitu „Yon-sama‟ yang berarti yang terhormat
Yon (honorable Yon) dan memunculkan sebuah sindrom yaitu sindrom Yon-
sama.93
Sindrom Yon-sama merupakan sebutan untuk menggambarkan
kepopuleran Bae Yongjun yang sangat berpengaruh di Jepang sehingga
memunculkan banyak penggemar yang antusias dengan segala hal yang
memiliki nilai „Winter Sonata‟ dan Bae Yongjun. Sindrom ini juga berhasil
mengubah image atau citra masyarakat Korea Selatan di mata masyarakat
Jepang dengan melihat masyarakat Korea Selatan sebagai orang-orang yang
sopan, rendah hati, dan pintar karena masyarakat Jepang telah terhipnotis
dengan karakter yang diperankan Bae Yongjun di drama „Winter Sonata‟.
90
Bokrae, Kim, 2015, Past, Present and Future of Hallyu (Korean Wave), American International
Journal of Contemporary Research, vol. 5, no. 5, hlm. 156 91
Creighton, Millie, 2009, loc. cit. 92
Eunyong, Jung, 2009, op.cit., hlm. 74 93
Ibid.
38
Kepopuleran K-drama tidak berhenti sampai di Negara China, Hongkong,
Vietnam, dan Jepang saja namun mulai banyak dinikmati oleh masyarakat di
Asia.94
Hal ini terbukti dari munculnya sebuah drama yang berhasil menarik
perhatian masyarakat di negara tersebut selain dari drama „Winter Sonata‟.
Meskipun pada awalnya cukup sulit untuk melewati kepopuleran dari drama
„Winter Sonata‟ namun hal ini mulai terbantahkan saat drama „Jewel In The
Palace‟ muncul. Drama „Jewel In The Palace‟ atau „Daejanggeum‟ pertama
kali ditayangkan oleh MBC pada tahun 2004. „Jewel In The Palace‟ telah
membawa Korean Wave ke dalam level atau tingkat yang yang lebih baru lagi
dengan semakin meningkatnya antisipasi masyarakat dunia terhadap drama
ini.95
K-drama „Jewel In The Palace‟ sempat diragukan untuk termasuk dalam
K-drama yang populer di luar Negara Korea Selatan. Hal ini dikarenakan latar
cerita dari drama ini mengambil tema tentang sejarah dari Korea Selatan dan
dengan digunakannya latar belakang cerita ini dinilai dapat membatasi daya
tarik dari drama ini. Namun hal tersebut tidak menghalangi drama ini untuk
menjadi drama Korea Selatan pertama yang paling populer dan menjadi hit
secara regional maupun global.96
Drama inilah yang membawa popularitas K-drama menjadi mengglobal.
Terbukti dari ekspor drama „Jewel In The Palace‟ yang berhasil di ekspor ke 87
negara seperti beberapa di antaranya diekspor ke Negara Iran, Arab Saudi,
Mesir, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand,
Vietnam, India, Colombia, Peru, Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan New
94
Ibid., hlm.73 95
Korean Culture and Information Service, 2015, op. cit., hlm. 23 96
Ibid.
39
Zealand,97
sedangkan drama „Winter Sonata‟ hanya di ekspor ke 20 negara.98
Bahkan di Negara Iran, penayangan „Jewel In The Palace‟ mencetak rekor
dengan menembus rating sebesar 86% penonton.99
Persebaran popularitas K-drama „Jewel In The Palace‟ dapat dilihat dari
gambar di bawah ini yang menunjukan negara-negara yang menayangkan
„Jewel In The Palace‟:
Gambar 4.1. Negara yang Menayangkan K-drama „Jewel In The Palace‟
Sumber: Korean Culture and Information Service, 2011, The Korean Wave: A New Pop Culture
Phenomenon, Contemporary of Korea, no. 1, hlm. 20
Kepopuleran K-drama memiliki basis yang kuat di negara-negara Asia dan
terus berkembang popularitasnya. Beberapa K-drama yang tidak begitu populer
secara domestik justru masih dapat menarik perhatian masyarakat Asia. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat di beberapa negara ini memiliki antusias
terhadap drama-drama produksi Korea Selatan.
97
Korean Culture and Information Service, 2011, op. cit., hlm. 29 98
Korean Culture and Information Service, 2015, loc. cit. 99
Korean Culture and Information Service, 2011, op. cit., hlm. 12
40
4.1.2. Korean Pop (K-pop)
Pada awal 1990-an, di bawah kebijakan budaya yang lebih liberal, industri
musik pop Korea Selatan mengalami perkembangan yang pesat. Industri musik
Korea Selatan atau disebut dengan Korean pop (K-Pop) berusaha meningkatkan
kualitas musiknya dengan menggabungkan beragam genre atau jenis musik
asing yang berbeda. Hal inilah yang dilakukan oleh grup Seo Taiji and Boys
untuk membuat musik pop bisa diterima di masyarakat Korea Selatan.100
Pada tahun 1992, Seo Taiji and Boys merilis lagu pertamanya yang
berjudul, „Nan Arayo‟ (I Know) yang membuat grup idola ini menjadi populer
dengan menggabungkan jenis musik modern rap dengan musik techno.101
Seo
Taiji and Boys juga berhasil mengubah K-pop menjadi K-pop yang dikenal pada
era ini, dengan mengenalkan rap, hip-hop, fashion, dan koreografi tarian
kemudian menggabungkannya dalam sebuah penampilan yang atraktif.102
Grup idola Seo Taiji and Boys telah memberikan pengaruh terhadap
industri musik K-pop yang berhasil memunculkan grup idola baru yang
memiliki konsep penampilan yang sama dengan grup Seo Taiji and Boys.
Konsep penampilan ini kemudian diterapkan oleh Lee Sooman, pendiri dari „SM
Entertainment‟ yang merupakan salah satu agensi hiburan terbesar di Korea
Selatan.103
Setelah melihat konsep yang digunakan oleh Seo Taiji and Boys dan
kemudian melakukan survei terhadap para remaja di Korea Selatan, akhirnya
Lee Sooman membentuk boyband Korea Selatan yang pertama yaitu H.O.T
100
Eunyoung, Jung, op.cit., hlm. 76 101
Perez, Luis Antonio Vidal, 2014, POP POWER: Pop Diplomacy for a Global Society, diakses
dari http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-studies/Luis_Antonio_Vidal_Perez_-
_POP_POWER-_Pop_Diplomacy_for_a_Global_Society.pdf pada 11 Maret 2016 102
Korean Culture and Information Service, 2015, K-Pop Beyond Asia dalam Korean Culture, No.
2, hlm. 28 103
Perez, Luis Antonio Vidal, loc. cit.
41
pada tahun 1996. Kesuksesan dengan mudah diraih dengan adanya pembaruan
dalam industri musik Korea Selatan ini. Sejak saat itu konsep girlband dan
boyband (grup idola) jadi banyak digunakan oleh agensi hiburan Korea Selatan
dan menjadi ciri yang khas dari K-pop.104
K-pop sendiri mulai dikenal di Asia pada sekitar akhir tahun 1990-an.
Saat salah satu stasiun televisi musik regional yang berbasis di Hongkong, V
Channel, sering menayangkan MV musisi Korea Selatan. Beberapa penayangan
MV ini menjadi langkah awal K-pop mulai menyebar di Asia.105
Beberapa grup
idola H.O.T., NRG, Baby V.O.X., dan S.E.S. dan juga duo grup musik Clon
membawa tren musik Korea Selatan menjadi sorotan baru. Grup idola ini
memiliki tampilan panggung yang unik dan berbeda, wajah atau penampilan
yang tampan dan juga cantik, serta gerakan tarian dari lagunya juga memiliki
jenis musik yang kuat, yang membuat publik tertarik. Grup idola H.O.T., NRG,
Baby V.O.X., dan S.E.S. dan juga duo grup musik Clon merupakan grup idola
dan penyanyi yang tergabung dalam first generation dalam K-pop.
Clon menggelar penampilan debutnya di Beijing pada November 1999 di
acara ulang tahun ke-50 dari berdirinya China. Clon menjadi grup idola K-pop
pertama yang pernah diberikan hak resmi oleh Pemerintah China untuk tampil
di China. Kemudian setelah Clon, H.O.T. juga melakukan konser di hadapan
12.000 penonton di Beijing pada Februari 2001.106
104
Ibid. 105
Doobo, Shim, Hybridity and the Rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20opular%20cu
lture%20in%20Asia.pdf pada tanggal 3 November 2016 106
Hyunjoo, Shin, 2009, Have You Ever Seen the Rain? And Who‟ll Stop the Rain?: The
Globalizing Project of Korean Pop (K‐ pop), Inter-Asia Cultural Studies, vol. 10, no. 4, hlm. 513
42
Selain Clon dan H.O.T., para grup idola wanita seperti Baby V.O.X.,
S.E.S., Finkle, Lee Chonghyun, dan Um Junghwa juga mendominasi tangga
lagu musik di Korea Selatan maupun di China, Taiwan, Hong Kong, dan
beberapa negara di Asia Tenggara. Radio lokal memutar lagu grup idola dan
penyanyi wanita ini sesuai popularitas dan permintaan dari para remaja di
negara-negara tersebut. Hal ini menandakan tren baru dari Korea Selatan yaitu
musiknya.107
Berlanjut sekitar awal tahun 2000-an, kehadiran Rain dan BoA yang
merupakan dua musisi Korea Selatan telah menjadi bintang pop dari musik K-
pop. Rain dan BoA menjadi ikon dari K-pop pada masa ini dan kehadiran
kedua penyanyi ini semakin menguatkan keberadaan K-pop di Asia. Rain dan
BoA merupakan bagian dari penyanyi first generation K-pop yang paling
digemari.
Setelah kemunculan Rain dan BoA, muncul juga grup idola yang
didebutkan oleh SM Entertaiment pada tahun 2004 yaitu TVXQ. Segera setelah
debut, grup idola ini mendapatkan antusias yang tinggi di Korea Selatan,
Jepang, dan beberapa negara di Asia lainnya.108
TVXQ merupakan grup idola
yang memulai era second generation dari K-pop. Second generation K-pop
berisi beberapa grup idola ternama yang melakukan debut di tahun 2006 hingga
2011 seperti Super Junior, Big Bang, SS501, Girls Generation, Wonder Girls,
Kara, SHINee, 2NE1, 2PM, 4Minute, T-ara, F(x), B2ST, Miss A, Sistar, dan
Infinite.
107
Korean Culture and Information Service, 2011, op. cit., hlm. 31 108
Korean Culture and Information Service, 2015, øp. cit., hlm. 41
43
Beberapa lagu dari grup idola second generation K-pop telah menarik
perhatian masyarakat luar Korea Selatan. Hal ini ditunjukan dari lagu milik
grup idola Wonder Girls „Nobody‟ yang masuk ke tangga lagu Billboard Hot
100 dan mendapat peringkat ke-76. Hal ini membuat Wonder Girls menjadi
grup idola K-pop pertama yang dapat memasuki tangga lagu Amerika Serikat.
Bahkan Wonder Girls juga mengadakan konser tur dunia di Negara Amerika
Serikat dan Kanada dan berkontribusi dalam perkembangan pasar K-pop ke luar
Korea Selatan.109
Selain lagu „Nobody‟, beberapa lagu K-pop yang populer pada era ini
adalah „Ring Ding Dong‟ (SHINee), „Sorry Sorry‟ „Mr. Simple‟ (Super Junior),
dan „Gee‟ (Girls Generation) dari agensi hiburan S.M. Entertainment; „I‟m The
Best‟ (2NE1) dan „Tonight‟ (Big Bang) dari YG Entertainment; terdapat juga
lagu „Bad Girl Good Girl‟ Miss A dan „Hands Up‟ (2PM) dari JYP
Entertainment; „Fiction‟ (BEAST) dari Cube Entertaiment; DSP Entertaiment
yang memproduseri lagu „Mister‟ (KARA); „Good Day‟ (IU) dari Loen
Entertaiment, „Before the Dawn‟ „Be Mine‟ (Infinite) dari Woollim Entertaiment
dan Core Content Media Entertaiment dengan lagu „Bo Peep Bo Peep‟ „Roly
Poly‟ (T-ARA). Lagu-lagu ini menjadi hit di Korea Selatan kemudian
menyebar dan banyak diputar di radio serta televisi beberapa negara di Asia
termasuk di Negara Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, Jepang, dan
China.110
Pada era ini, grup idola menjadi pusat perhatian dari K-pop. Era ini juga
merupakan „golden era of K-pop‟ yang telah memunculkan fandom atau fanbase
109
Ibid., hlm. 50 110
Ibid,, hlm. 65
44
internasional. Pada era ini, ekspansi K-pop masih terbatas sampai di negara-
negara Asia Timur dan negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini karena
meskipun pada era ini penggunaan new media seperti YouTube dan Facebook
sudah digunakan untuk mengenalkan dan menyebarkan K-pop namun
penggunaannya tidak marak seperti sekarang.111
4.2. Perkembangan Korean Drama dan Korean Pop
4.2.1. Perkembangan Korean Drama (K-drama)
Dimulai sejak tahun 2010, K-drama secara bertahap mulai mengalami
perubahan dalam popularitasnya. K-drama kembali menjadi sorotan karena
popularitas K-pop di seluruh dunia. Tidak sedikit penggemar yang mulai
tertarik dengan K-drama karena merupakan penggemar dari K-pop begitupun
sebaliknya. Maka dari itu, beberapa K-drama seperti „Rooftop Prince‟, „Reply
1997‟, „The Heirs‟, dan „Moon Lovers‟ untuk saat ini menggunakan anggota
grup idola terkenal untuk mendongkrak popularitas K-drama. K-drama yang
menampilkan anggota grup idola sebagai salah satu pemainnya, mendapatkan
antusias yang cukup tinggi di kalangan penggemar Korean Wave.112
Selain itu, pada saat ini tema yang diangkat dalam cerita K-drama juga
sangat beraneka ragam.113
Tidak jauh berbeda dengan jalan cerita K-drama
pada awal kemunculan Korean Wave yang mengangkat tema romansa dan
drama, K-drama untuk saat ini juga menggunakan jalan cerita yang sama namun
menambahkan elemen lain di dalamnya agar bervariasi dan tidak membuat
bosan para penikmatnya.
111
Ibid., hlm. 111 112
Korean Culture and Information Service, 2015, øp. cit., hlm. 83 113
Ibid., hlm. 83
45
K-drama seperti „My Love From The Star‟, „W‟, dan „Goblin‟ merupakan
K-drama yang populer di kalangan penikmat K-drama. Persamaan ketiga K-
drama ini adalah memasukan elemen science fiction di jalan cerita dramanya.114
Meskipun K-drama yang mengandung elemen cerita modern dan science fiction
sangat populer di kalangan penikmat K-drama, K-drama yang mengangkat tema
tentang keluarga dan sejarah Korea Selatan juga tidak kalah populer. K-drama
dengan tema tentang kekeluargaan tersebut seperti „Reply 1988‟, „Reply 1994‟,
„Reply 1997‟, „Misaeng‟, dan K-drama dengan tema cerita sejarah (saeguk)
seperti „Moonlight Drawn By Cloud‟ dan „Moon Lovers‟. K-drama yang
mengandung berbagai elemen untuk memperkuat jalan ceritanya dan
menggunakan anggota grup idola sebagai salah satu pemainnya menandakan
lembaran baru dalam perkembangan K-drama.
Selain itu, perkembangan TIK saat ini juga telah membuka lembar baru
pada K-drama. Perkembangan layanan video online dan munculnya jejaring
sosial di internet menunjukan bahwa acara televisi yang ditayangkan oleh
stasiun televisi Korea Selatan serta yang ditayangkan di TV kabel Korea Selatan
seperti TvN dan JTBC juga dapat dilihat, dibagikan, dan diedit oleh penggemar
Korean Wave di Korea Selatan maupun luar Korea Selatan.115
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini telah
memunculkan bentuk baru dari K-drama yaitu web drama. Web drama
merupakan K-drama yang dapat diakses melalui komputer dan smartphone
melalui media internet website maupun YouTube.116
Mendukung
perkembangan tren web drama, salah satu stasiun televisi di Korea Selatan,
114
Ibid. 115
Ibid., hlm. 81 116
Ibid., hlm. 87
46
KBS, membuka portal internet website yang secara eksklusif menampilkan web
drama. Web ini mulai beroperasi pada Januari 2015, yaitu
kbs.co.kr/drama/webdrama Dua stasiun televisi terbesar Korea Selatan lainnya
yaitu SBS dan MBC juga mengikuti langkah KBS. Meski masih dalam tahap
awal namun sudah banyak yang mengharapkan web drama menjadi model baru
dalam hal produksi dan distribusi konten drama terutama penggemar K-drama
yang berasal dari luar Korea Selatan yang ingin menikmati drama produksi
Korea Selatan.117
4.2.2. Perkembangan Korean Pop (K-pop)
Dimulai dari tahun 2012 hingga saat ini, K-pop telah memasuki era third
generation. Grup idola dan penyanyi yang melalukan debut pada tahun 2012
hingga saat ini merupakan bagian dari third generation K-pop. Pada era ini,
grup idola dan penyanyi dari third generation melanjutkan jalur penyanyi dan
grup idola pada generasi sebelumnya. Penyanyi dan grup idola ini memulai
debutnya dengan antusias masyarakat internasional yang lebih luas. Pengenalan
dan penyebaran musik dari grup idola pada era ini juga lebih luas dengan
menggunakan teknologi yang lebih baik.
Pada era third generation, penggunaan new media sudah mulai marak
digunakan. Hal inilah yang menyebabkan adanya fenomena „Gangnam Style‟,
yang persebarannya berawal dari YouTube.118
„Gangnam Style‟ berhasil masuk
ke peringkat kedua di tangga lagu Billboard Hot 100 Amerika Serikat,
menjadikannya satu-satunya musisi Korea Selatan yang pernah mendapat
peringkat yang begitu tinggi di tangga lagu tersebut. Lagu „Gangnam Style‟
117
Ibid., hlm. 86 118
Korean Culture and Information Service, 2015, øp. cit., hlm. 86
47
menempati posisi kedua di tangga lagu Billboard selama tujuh minggu dari 17
November 2012 dan menduduki puncak tangga lagu iTunes119
di beberapa
negara lain di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Pada
tanggal 27 September 2012, PSY berada di peringkat 1 di UK Singles Chart dan
video musiknya mendapat lebih dari 2 miliar kali penayangan di YouTube. Hal
ini membuatnya masuk ke dalam World Guinness Book. PSY juga dianugerahi
beberapa penghargaan di luar negeri seperti Best Video Award di MTV Europe
Music Awards dan New Media Award di American Music Awards ke-40.120
Meskipun pada tahun 2012 merupakan tahun dari penyanyi PSY, namun
beberapa lagu dari grup idola pada second generation K-pop juga masih
mendapatkan popularitas di antara masyarakat internasional seperti lagu
„Fantastic Baby‟ „Bad Boy‟ (Big Bang), „One of a Kind‟ (G Dragon), „Lovey
Dovey‟ „Day by Day‟ (T-ara), „Alone‟ (Sistar), dan „The Chaser‟ (Infinite).121
Selain lagu-lagu dari grup idola pada second generation K-pop, lagu-lagu
yang dinyanyikan oleh para grup idola dan penyanyi dari third generation K-
pop juga mendapatkan perhatian dan menarik minat masyarakat dunia.
Penyanyi dan grup idola ini melanjutkan jalan para pendahulunya dan untuk
mendapatkan sorotan di kalangan masyarakat dan penggemar K-pop tidaklah
sesulit seperti generasi sebelumnya.
Beberapa nama grup idola dan penyanyi K-pop yang menjadi ikon dari
third generation seperti EXO, BTS, Apink, Winner, Blackpink, Seventeen, Red
119
iTunes adalah sebuah peranti lunak dari Apple Inc. yang bisa memutar, mengorganisasi dan
membeli lagu. iTunes juga bisa digunakan untuk mengelola isi di iPod, iPhone, iPod Touch dan
iPad 120
Korean Culture and Information Service, 2015, øp. cit., hlm. 78 121
Billboard, 2012, 20 Best K-pop Songs of 2012: PSY, 2NE1 and More, diakses dari
http://www.billboard.com/articles/news/1481268/20-best-k-pop-songs-of-2012-bigbang-psy-2ne1-
more pada 27 Mei 2017
48
Velvet, dan Got7. Grup idola ini menerima popularitas yang tinggi secara
global hal ini dapat dilihat dari beberapa grup idola ini yang telah mengadakan
tur dunia meskipun baru melakukan debut di Korea Selatan.
Di bawah ini merupakan poster promosi tur dunia yang akan dilakukan
oleh grup idola dari third generation yaitu Seventeen (2015) dengan judul tur
„Diamond Edge‟ dan BTS (2013) dengan judul tur „The Wings Tour‟, pada
konser tur dunia yang akan datang di tahun 2017:
Gambar 4.2. Poster Promosi Tur Dunia „Diamond Edge‟ dan „The Wings Tour‟
Sumber: Google/Poster BTS World Tour Schedule
Grup idola dan penyanyi era third generation melakukan strategi yang
sama dengan grup idola dan penyanyi pada era sebelumnya yaitu mencoba
memasuki pasar musik di negara-negara sekitarnya seperti di Jepang dan
negara-negara di Asia. Perlahan grup idola dan penyanyi pada era ini mulai
mendapatkan pengakuan di luar negeri melalui tur dunia yang dilakukan. Grup
49
idola dan penyanyi pada era ini berkembang melampaui Jepang, negara-negara
Asia hingga sampai ke Eropa dan Amerika Utara.122
4.3. Dinamika Masyarakat Korea Selatan
Korea Selatan merupakan negara yang terkemuka dalam bidang informasi
dan teknologi komunikasi. Hal ini ditunjukkan dengan produksi dan ekspor yang
beragam terkait dengan TIK, teknologi kelas dunia, dan penggunaan internet serta
perangkat komunikasi seluler secara luas di negara ini.
Adapun untuk perangkat komunikasi, hampir setiap masyarakat Korea
Selatan memiliki paling tidak satu buah smartphone.123
Hampir 86% masyarakat
Korea Selatan memiliki smartphone. Dari keseluruhan masyarakat Korea Selatan
yang memiliki smartphone, yang berusia dari 18 hingga 34 tahun hampir
semuanya memiliki smartphone. Sedangkan masyarakat Korea Selatan yang
berusia 35 tahun ke atas, sekitar 83%-nya memiliki smartphone.124
Hal ini dikarenakan masyarakat Korea Selatan telah bergerak cepat menuju
masyarakat yang eksistensinya didukung dan dikelilingi oleh teknologi informasi
dan komunikasi. Gaya hidup masyarakat Korea Selatan berputar pada mengakses
informasi berkecepatan tinggi dengan menggunakan new media, dengan
memanfaatkan jaringan internet, melalui komputer maupun smartphone.
Selain smartphone, komputer merupakan teknologi yang biasa digunakan
oleh masyarakat Korea Selatan. Meskipun rata-rata pemilik komputer di setiap
122
Korean Culture and Information Service, 2015, øp. cit., hlma. 111 123
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012, Korea: Dulu dan Sekarang, Kementerian
Budaya, Olahraga dan Pariwisata, Seoul 124
Pew Research Center, 2016, Smartphone Ownership and Internet Usage Continues to Climb in
Emerging Economies, dikases dari http://www.pewglobal.org/2016/02/22/smartphone-ownership-
and-internet-usage-continues-to-climb-in-emerging-economies/ pada 23 April 2017
50
rumah di Korea Selatan mengalami penurunan setiap tahunnya, karena banyak
masyarakat Korea Selatan yang beralih ke smartphone, namun di tahun 2016
hampir 70% masyarakat Korea Selatan memiliki komputer di setiap rumahnya.
Ini membuktikan bahwa perkembangan teknologi di Korea Selatan telah sampai
ke masyarakatnya.
Pada grafik di bawah ini menunjukan rata-rata kepemilikan komputer di
setiap rumah masyarakat Korea Selatan:
Gambar 4.3. Rata-Rata Kepemilikan Komputer di Korea Selatan
Sumber: KOSIS, 2016, Computer Ownership Rate by Household Income Level (Household
Computer Ownership Rate By Household, diakses dari
http://kosis.kr/eng/statisticsList/statisticsList_01List.jsp?vwcd=MT_ETITLE&parentId=I#SubC
ont
Selain rata-rata kepemilikan perangkat komunikasi masyarakat Korea
Selatan yang tinggi, tingkat kecepatan internet di Korea Selatan juga merupakan
yang paling tinggi di dunia. Jumlah pengguna internet juga meningkat dari 24,38
juta menjadi 37,01 juta. Selain itu, hampir tiap rumah dan wilayah di Korea
Selatan memiliki koneksi broadband125
. Korea Selatan memiliki tingkat penetrasi
125
Broadband adalah akses internet yang berkecepatan tinggi. Broadband membuat penggunanya
dapat selalu terkoneksi dengan kecepatan internet yang jauh lebih tinggi daripada layanan dial-up
yang menggunakan modem analog.
0
20
40
60
80
100
2012 2013 2014 2015 2016
51
broadband yang luas sehingga kehadiran internetnya ada di mana-mana.126
Semua sektor industri, mulai dari industri hiburan, layanan makanan sampai
transportasi umum, sangat bergantung pada komputer dan TIK.
Melalui gambar di bawah ini dapat dilihat grafik masyarakat Korea Selatan
yang menjadi pengguna internet aktif dari tahun 2012 hingga tahun 2016:
Gambar 4.4. Pengguna Internet di Korea Selatan dari Tahun 2012-2016
Sumber: Statista, 2017, Internet Usage Rate in South Korea From 2000, diakses dari
https://www.statista.com/statistics/226712/internet-penetration-in-south-korea-since-2000/
Jika dilihat dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna internet
di Korea Selatan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bahkan angka pengguna
internet pada tahun 2016 sudah mencapai 86%.127
Hal ini menunjukan bahwa
hampir keseluruhan masyarakat Korea Selatan menjadi pengguna internet dengan
aktif. Rata-rata usia pengguna internet yang menempati posisi paling tinggi
adalah yang berusia antara 10 hingga 40 tahun, sedangkan yang berusia 50 tahun-
an menempati posisi kedua. Lalu pada urutan ketiga, keempat, dan kelima
126
Division of Understranding Korea Project, Korea di Dunia, The Academy of Korean Studies,
jurnal diakses dari http://www.ikorea.ac.kr/ pada 28 Mei 2017 127
Reuters Institute for the Study of Journalism, 2017, Digital News Report 2016, diakses dari
http://digitalnewsreport.org/survey/2016/south-korea-2016/ pada 23 April 2017
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
82.00%
84.00%
86.00%
88.00%
2012 2013 2014 2015 2016
52
ditempati oleh yang berusia 3-9 tahun, 60 tahun-an, dan 70 tahun-an secara
berurutan.
Pembagian pengguna internet di Korea Selatan jika diurutkan dari jangkauan
umurnya dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.5. Pengguna Internet Berdasarkan Usia di Korea Selatan
Sumber: Statista, 2017, Percentage of Population Using the Internet in South Korea from 2000,
diakses dari https://www.statista.com/statistics/255859/internet-penetration-in-south-korea/
Tingginya angka pengguna internet yang terdiri dari berbagai kalangan
masyarakat menunjukan bahwa untuk menjadi masyarakat Korea Selatan berarti
menjadi bagian dari masyarakat yang terhubung dengan teknologi informasi dan
komunikasi. Internet dan new media telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-
hari seluruh lapisan masyarakat Korea Selatan.
3-9 Thn
12%
10 Thn
15%
20 Thn
15%
30 Thn
15%
40 Thn
15%
50 Thn
14%
60 Thn
11%
70 Thn
3%
110
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan maka
penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dalam menyebarkan konten produk budaya dalam Korean Wave, new
media merupakan sarana atau media yang tepat untuk menyebarluaskan
Korean Wave. New media memiliki peran yang penting dalam
menyebarkan produk budaya dalam Korean Wave terutama K-pop dan K-
drama. YouTube, Twitter, dan Facebook serta beberapa internet website
dapat membantu menyebarkan K-pop dan K-drama ke konsumennya di
seluruh dunia.
2. Beberapa karakteristik dari new media yang dapat menjadi alasan
penggunaannya dalam menyebarkan Korean Wave, yaitu karena:
a. New media mudah diakses dan mudah digunakan dimana saja. Adanya
new media memberikan kemudahan untuk para konsumen produk
budaya Korean Wave dalam menikmati K-pop maupun K-drama.
b. New media bersifat jaringan, yaitu dapat membentuk sebuah jaringan
komunikasi antarpenggunanya. Penggemar Korean Wave yang
mengakses konten K-drama dan K-pop melalui new media dapat
terhubung satu sama lainnya.
111
3. Korean Wave digunakan sebagai sumber soft power Negara Korea Selatan
maka dari itu penyebaran Korean Wave merupakan hal yang penting untuk
negara tersebut. Untuk mewujudkan Korean Wave sebagai sumber soft
power, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya aktor
referees dan receivers, serta agenda setting dan attraction yang
digunakan.
4. Kemunculan new media telah membantu menyebarkan produk budaya dari
Korean Wave. Efek dari penyebaran Korean Wave melalui new media
adalah munculnya Korean Wave sebagai popular culture dan terbentuknya
Korean Wave sebagai global village.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan maka
penulis dapat memberikan saran untuk penggunaan new media dalam
menyebarkan Korean Wave ke depannya. Saran dari penulis yaitu sebaiknya
seluruh industri hiburan (agensi hiburan dan perusahaan stasiun televisi) di Korea
Selatan yang terlibat dalam meningkatkan popularitas Korean Wave dapat
menggunakan akun resmi di new media untuk mengunggah konten K-drama
maupun K-pop secara teratur dan up-to-date. Jika agensi hiburan dan stasiun
televisi di Korea Selatan tidak menggunakan keberadaan new media sebaik-
baiknya maka penggemar atau penikmat dari produk budaya ini akan merasa tidak
puas ketika mengakses konten K-drama dan K-pop dan dapat berkemungkinan
mengurangi rasa ketertarikan terhadap Korean Wave.
112
Selain itu, disarankan agar industri hiburan di Korea Selatan ketika
menyebarkan konten dalam K-drama maupun K-pop melalui new media dapat
menambahkan subtitle di dalamnya. Hanya beberapa agensi hiburan dan
perusahaan stasiun televisi Korea Selatan yang menambahkan subtitle ketika
mengunggah konten K-drama dan K-pop di new media. Penambahan subtitle
dalam konten K-drama maupun K-pop merupakan hal yang penting karena target
pengenalan dan penyebaran Korean Wave tidak hanya untuk masyarakat Korea
Selatan saja namun juga publik internasional. Dengan adanya subtitle, publik
internasional dapat terbantu dalam memahami isi konten K-drama dan K-pop.
Sehingga diharapkan ke depannya pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan
oleh Korea Selatan melalui Korean Wave dapat diterima dengan benar dan tidak
ada pemutusan dalam proses komunikasi untuk menyebarkan produk budaya
Korean Wave.
113
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alan Charlesworth. (2015). An Introduction to Social Media Marketing. New
York: Routledge.
Ben H Bagdakian. (2004). The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press.
Chua Beng Hat dan Koichi Iwabuchi. (2008). East Asian Pop Culture: Analysing
the Korean Wave. Hong Kong: Hong Kong University Press.
Dennis McQuail. (2000). Mc Quail‟s Communication Theory. London: Sage
Publication.
Dennis McQuail. (2002). Media Performance: Mass Communication and the
Public Interest. London: Sage Publication.
Don Tapscott dan Anthony D. Williams. (2007). Wikinomics: How Mass
Collaboration Changes Everything. New York: Penguin.
Glen Creeber dan Royston Martin. (2009). Digital Cultures: Understanding New
Media. Berkshire: University Press.
John Storey. (2014). Cultural Theory and Popular Culture. New York: Routledge.
Kim Kyong D. dan The Korean Herald. (2008). Social Change in Korea. Paju:
Jimoondang.
Leah A. Lievrouw dan Sonia Livingstone. (2006). Handbook of New Media.
London: Sage Publications.
Lee Sangjoon dan Abé Markus Nornes. (2015). Hallyu 2.0: The Korean Wave in
the Age of Social Media. California: University of Michigan Press.
Lexy Johannes Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Marshall McLuhan. (2003). Understanding Media: Extension of A Man. London
dan New York: Gingko Press.
Michael Fuhr. (2015). Globalization and Popular Music in South Korea:
Sounding out K-pop. New York: Routledge.
114
Onong Uchjana Effendy. (2004). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Philip Kotler. (2000). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Rulli Nasrullah. (2014.) Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Kencana Press.
Ulber Silalahi. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Yasue Kuwahara. (2014). The Korean Wave: Korean Popular Culture in Global
Context . New York: Palgrave Macmillan.
Jurnal
Ayu Diasti Rahmawati, Randy Wirasta Nandyatama & Raras Cahyafitri. (2010).
Globalisasi Budaya dan Bahasa Indonesia Sebagai Indentitas Bangsa. Jurnal
Multiversa. Vol. 1. No. 1
Jay Jordan & Justin G. Whitney. (2016). The Internet in “Their” Language: South
Korea and the Internationalizing Web. Computer and Compositions. Vol. 42
Jang Gunjoo & Park Won. (2012). Korean Wave as Tool for Korea‟s New
Cultural Diplomacy. Scientific Research. Vol. 2. No. 3
Jim Dator & Seo Yongseok. (2004). Korea as the Wave of a Future. Journal of
Futures Studies. Vol. 9. No. 1
Joseph S. Nye. (2008). Public Diplomacy and Soft Power. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science. Vol. 616
Jung Eunyoung. (2009). Transnational Korea: A Critical Assessment of the
Korean Wave in Asia and the United States. Southeast Review of Asian Studies.
Vol. 31
Kim Bokrae. (2015). Past, Present and Future of Hallyu (Korean Wave).
American International Journal of Contemporary Research. Vol. 5. No. 5
Kim Milim. (2011). The Role of Government in Cultural Industry: Some
Observation from Korea‟s Experience. Keio Communication Review. No. 33
Kim Taeyong & Dal Yongjin. (2016). Cultural Policy in the Korean Wave: An
Analysis of Cultural Diplomacy Embedded in Presidential Speeches. International
Journal of Communication. Vol. 10
Lee Suejin. (2011). The Korean Wave: The Seoul of Asia. The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications. Vol. 2. No. 1
Lee W. Jun. (2015). The Effects of the Korean Wave (Hallyu) Star and Receiver
Characteristic on T.V Drama Satisfication and Intention to Revisit. International
Journal of Service, Science, and Technology. Vol. 8. No. 11
115
Millie Creighton. (2009). Japanese Surfing The Korean Wave: Drama Tourism,
Nationalism, and Gender via Ethnic Eroticisms. Southeast Review of Asian
Studies. Vol. 31
Oh Ingyu & Park Gilsung. (2012). From B2C to B2B: Selling Korean Pop Music
in the Age of New Social Media. Journal of Korea Observer. 43: 3
Oh Ingyu & Lee Hyojung. (2013). Mass Media Technologies and Popular Music
Genres: K-pop and YouTube. Korea Jurnal. Vol. 53. No. 4
Park Cheol, Jun Jongkun & Lee Taemin. (2015). Consumer Characterisctics and
the Use of Social Networking Sites: A Comparison Between Korea and the US.
International Marketing Review. Vol. 32. No. 3
Rudi Setiawan. (2013). Kekuatan New Media dalam Membentuk Budaya Populer
di Indonesia (Studi Tentang Menjadi Artis Dadakan Dalam Mengunggah Video
Musik Di YouTube). eJournal Ilmu Komunikasi. Vol. 1.
Shin Hyunjoo. (2009). Have You Ever Seen the Rain? And Who‟ll Stop the Rain?:
The Globalizing Project of Korean Pop (K‐ pop). Inter-Asia Cultural Studies.
Vol. 10. No. 4
Huang Shuling. (2011). Nation-Branding and Transnational Consumption:
Japan-Mania and the Korean Wave in Taiwan. Media, Culture & Society. Vol.
33. No. 1
Simon Forge & Erik Bohlin. (2008). Managed Innovation in Korea in
Telecommunications: Moving Towards 4G Mobile at a National Level. Telematics
and Informatics. Vol. 25
Sun Jung. (2011). K-Pop, Indonesian Fandom, and Social Media. Transformative
Works and Cultures. Vol. 8. No. 8
Karya Ilmiah
Ahn Joongho, Oh Sehwan dan Kim Hyunjung. (2013). Korean Pop Takes Off!.
Seoul National University
Amelia Fauzan Lestari Putri. (2014). Konsumsi Konten Media Korea dan
Pengaruhnya terhadap Minat Mengonsumsi Produk Korea. Skripsi Universitas
Indonesia
Aulia D. Nastiti. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop,
Internet, dan Fanatisme pada Remaja. Tugas Akhir Universitas Indonesia
James Liang. (2016). How do K-pop Spread Around the World. Tugas Akhir
Fujen Catholic University
Yurena Kalshoven. (2014). Hallyu Power: A Focus on Soft Power in Lee Myung
Bak‟s Cultural Policy. Universiteit Leiden
116
Laporan Pemerinatah
Korean Culture and Information Service. (2011). The Korean Wave: A New Pop
Culture Phenomenon, Contemporary of Korea. No. 1
Korean Culture and Information Service. (2015). K-drama: A New TV Genre with
Global Appeal, Contemporary of Korean. No. 3
Korean Culture and Information Service. (2015). K-Pop Beyond Asia dalam
Korean Culture. No. 2
Ministry of Culture, Sports and Tourism Republic of Korea. (2009). Cultural
Industry White Paper of South Korea. Seoul
Rod Fisher. (2014). South Korea Country Report. Preparatory Action of Culture
in the EU‟s External Relations
Web
Bailey Socha dan Barbara Eber-Schmid. (2010). What is New Media?. Diakses
dari http://www.newmedia.org/what-is-new-media.html pada tanggal 16
November 2016
Brian Truong. (2014). The Korean Wave: Cultural Exports and Implications.
Diakses dari
http://resources.css.edu/academics/his/middleground/articles/taugertruongglobaliz
ationteachingfall2015themiddlegroundjournal.org.pdf pada 17 Maret 2017
Coppamagz. (2016). Inilah 10 Drama Korea Yang Paling Banyak Ditonton Di
Youku China. Diakses dari https://coppamagz.com/inilah-10-drama-korea-yang-
paling-banyak-ditonton-di-youku-china/ pada 6 Januari 2017
Facebook. (2010). Woollim Entertainment (울림엔터테인먼트). Diakses dari
https://www.facebook.com/woolliment/ pada 4 Mei 2017
Forbes. (2017). Nearly 100% of Households inSouth Korea Have Internet Access,
Thanks to Seniors. Diakses dari
https://www.forbes.com/sites/elaineramirez/2017/01/31/nearly-100-of-
households-in-south-korea-now-have-internet-access-thanks-to-
seniors/#55530e0e5572 pada 23 April 2017
Globalization101. Culture and Globalization. Jurnal diiakses dari
http://www.globalization101.org pada tanggal 2 Januari 2017
Google Trends. (2017). Penelusuran K-pop di YouTube pada Tahun 2012 Hingga
tahun 2016. Diakses dari https://trends.google.com/trends/explore?date=2012-12-
30%202016-12-30&gprop=YouTube&q=%2Fm%2F02yh8l pada 8 Mei 2017
Google Trends. (2017). Penelusura Korean drama di Web pada Tahun 2012
Hingga 2016. Diakses dari https://trends.google.com/trends/explore?date=2012-01-
01%202016-12-31&q=%2Fm%2F0740gt pada 28 Mei 2017
117
Hancinema. (2016). Korean Entertainment News. Diakses dari
http://www.hancinema.net/korea-in-the-world-seen-through-statistics-2-culture-
and-travel-35406.html pada 8 Mei 2017
Hwang Seongbin. (2010). The Current State of Korean TV Drama. Diakses dari
http://www.jamco.or.jp/en/symposium/19/5/ pada 15 Maret 2017
Indah Chartika Sari dan Ahmad Jamaan. (2014). Hallyu Sebagai Fenomena
Transnasional. Jurnal diakses dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/2258 pada 21 April 2017
Joseph S. Nye. (2005). Soft Power and Higher Education. Forum for the Future of
Higher Education. Jurnal yang diakses dari
https://net.educause.edu/ir/library/pdf/ffpiu043.pdf pada tanggal 4 Februari 2017
KDrama Stars. (2014). Which Dramas Ranked Highest In China. diakses dari
http://www.kdramastars.com/articles/31874/20140805/which-dramas-ranked-
highest-in-china.htm pada 6 Januari 2017
Korea.net. Hallyu (Korean Wave). Diakses dari
http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu pada 12 April
2017
Luis Antonio Vidal Perez. (2014). POP POWER: Pop Diplomacy for a Global
Society. Diakses dari http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-
studies/Luis_Antonio_Vidal_Perez_-_POP_POWER-
_Pop_Diplomacy_for_a_Global_Society.pdf pada 11 Maret 2016
Open Signal. (2016). The State of LTE. Diakses dari
https://opensignal.com/reports/2016/11/state-of-lte pada 23 April 2017
Pakistan Defence. (2015). Korean Drama Export Has Surpassed the US Drama
and Film Export. Diakses dari https://defence.pk/pdf/threads/korean-drama-
export-has-surpassed-the-us-drama-and-film-export.396902/ pada 19 Maret 2017
Pew Research Center. (2016). Smartphone Ownership and Internet Usage
Continues to Climb in Emerging Economies. Dikases dari
http://www.pewglobal.org/2016/02/22/smartphone-ownership-and-internet-usage-
continues-to-climb-in-emerging-economies/ pada 23 April 2017
Reuters Institute for the Study of Journalism. (2017). Digital News Report 2016.
Diakses dari http://digitalnewsreport.org/survey/2016/south-korea-2016/ pada 23
April 2017
Shim Doobo. (2006). Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia.
Diakses dari
http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean
%20opular%20culture%20in%20Asia.pdf pada tanggal 3 November 2016
Statista. (2017). Internet Usage Rate in South Korea From 2000. Diakses dari
https://www.statista.com/statistics/226712/internet-penetration-in-south-korea-
since-2000/ pada 23 April 2017
118
Statista. (2017). Percentage of Population Using the Internet in South Korea from
2000. D Diakses dari https://www.statista.com/statistics/255859/internet-
penetration-in-south-korea/ pada 23 April 2017
Shim Sungeun. (2008). Behind the Korean Broadcasting Boom. NHK
Broadcasting Studies 6. Diakses dari
https://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf pada 2 Maret
2017
Tech Times. (2014). Gangnam Style by Psy 'Breaks' YouTube View Counter:
Here's What Really Happened. Diakses dari <
http://www.techtimes.com/articles/21555/20141206/gangnam-style-by-psy-
breaks-YouTube-view-counter-heres-what-really-happened.htm > pada 6 Januari
2017
Twitter. (2017). KBS Drama @KBS_drama. Diakses dari
https://twitter.com/KBS_drama pada 4 Mei 2017
Twitter. (2012). woollim @woollim_ent. Diakses dari
https://twitter.com/woollim_ent pada 4 Mei 2017
What‟s On Weibo. (2016). Overview of China‟s 2016 Top TV Dramas. Diakses
dari http://www.whatsonweibo.com/overview-of-chinas-2016-top-tv-dramas/
pada 6 Januari 2017
YouTube. (2012). Gangnam Style PSY MV. Diakses dari
https://youtu.be/9bZkp7q19f0 pada 6 Januari 2017
YouTube. (2016). Guardian : The Lonely and Great God 공유, ′몹시
곤란′하게도 김고은에게 남친 선언! 161216 EP.5. Diakses dari
https://www.YouTube.com/watch?v=dNVX0uNs54M pada 2 Mei 2017
YouTube. (2016). GOBLIN Ep 5 – Your Boyfriend Is Right Here!. Diakses dari
https://www.YouTube.com/watch?v=VxYvAMJ-EIs pada 2 Mei 2017
YouTube. (2010). Woolliment. Diakses dari
https://www.YouTube.com/user/woolliment/videos pada 4 Mei 2017