PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
PENERAPAN METODE VIDEO CRITIC
PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
Dewi Nurzanah
NIM 1110018300002
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
PENERAPAN METODE VIDEO CRITIC
PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh
Dewi Nurzanah
NIM 1110018300002
Menyetujui,
PEMBIMBING
Dindin Ridwanudin, M.Pd.
NIP 19771121 201101 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan
Metode Video Critic pada siswa Kelas V MI Nurul Islam disusun oleh Dewi
Nurzanah, NIM. 1110018300002, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 29 September 2014
Yang mengesahkan
Dosen Pembimbing
Dindin Ridwanudin, M.Pd
NIP. 19771121 201101 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan
Metode Video Critic pada siswa Kelas V MI Nurul Islam disusun oleh Dewi
Nurzanah. NIM. 1110018300002, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada tanggal 17 November 2014 di hadapan dewan penguji. Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta, 19 November 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI) Tanggal Tanda Tangan
Dr. Fauzan, M.A ………….. ………………..
NIP. 19761107 200701 1 003
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PGMI)
Asep Ediana Latip, M.Pd ………….. ………………..
NIP. 19810623 200912 1 003
Penguji I
Drs. E. Kusnadi ………….. ………………..
NIP. 19460201 196510 1 001
Penguji II
Nafia Wafiqni, M.Pd ………….. ………………..
NIP. 19811003 200912 2 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D
NIP. 19591020 198603 2 001
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Nurzanah
Tempat/Tgl. Lahir : Bogor, 09 April 1993
NIM : 1110018300002
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi :“Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui
Penerapan Metode Video Critic Pada Siswa Kelas
V MI Nurul Islam”.
Dosen Pembimbing : Dindin Ridwanudin, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 September 2014
Dewi Nurzanah
NIM. 1110018300002
i
ABSTRAK
Dewi Nurzanah (1110018300002). Peningkatan Keterampilan Berbicara
melalui Metode Video Critic Pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara melalui metode video critic pada siswa kelas V MI Nurul Islam pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya
untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan
dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penelitian dan refleksi.
Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan
dilakukan dengan langkah-langkah yang sama, serta difokuskan pada metode
video critic yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa melalui
metode video critic mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat
melalui siklus atau pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I diketahui dari
24 orang siswa, hanya ada dua siswa yang mencapai nilai KKM dengan rata-rata
nilai sebesar 51.67. Sedangkan pada siklus II seluruh siswa mencapai nilai KKM
70.00 dengan rata-rata nilai sebesar 79.33.
Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Metode Video Critic.
ii
ABSTRACT
Dewi Nurzanah (1110018300002). Increasing Speaking Skills through
Video Critic Methods On Student Class V of MI Nurul Islam. Thesis.
Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiyah and
Teaching Science, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
This study aims to determine the improvement of speaking skills through
video critic method in class V of MI Nurul Islam on Indonesian subjects. The
method used in this study is action research method. This method is implemented
as an attempt to overcome the problems that arise in the classroom. This method
involves four stages, namely planning, implementation, research and reflection.
The fourth stage of the cycle that takes place repeatedly and performed with the
same steps, and focused on video critic method that aims to improve students
speaking skills.
The result showed that the students speaking skills through video critic
methods have increased. This increase can be seen through a cycle or meetings
that have been conducted. In the first cycle of the 24 people known two of the
students who reached the KKM with an average value of 51.67. While all of
students in the second cycle reached the KKM 70.00 with an average value of
79.33.
Keyword : Speaking Skills, Video Critic Method.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan
Metode Video Critic Pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam”. Shalawat serta
salam semoga selalu Allah curahkan kepada junjungan besar Nabi kita
Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya hingga insya Allah sampai kepada
kita selaku umatnya yang selalu berusaha mengikuti ajarannya serta selalu
berusaha taat kepada Allah SWT. Amin ya Robbal’alamin.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, MA Ph,D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan waktunya untuk
memotivasi, dan membimbing selama menyusun skripsi.
3. Dindin Ridwanudin M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, semangat dan meluangkan waktu untuk
membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan.
5. Abdul Ghofur, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberi saran dan nasihat yang berguna bagi penulis selama
perkuliahan.
iv
6. H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I., selaku Kepala Madrasah Nurul Islam yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian dalam pembuatan skripsi ini.
7. Ibunda tercinta Sumiyati dan Ayahanda tercinta Hasyim yang selalu
memberikan doa, selalu mendidik, memberi motivasi dan dukungannya
baik moril maupun materil.
8. Rahma Setianingsih, selaku adikku yang selalu menjadi semangat dan
motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan dkripsi
9. Kedua sahabatku Septiani dan Siti Sukriyah yang selalu menjadi
semangat selama perkuliahan dan selalu memberikan saran selama
penulis menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan dalam kelompok bimbingan skripsi Alfiyah
Nurul Azizah, Irfan Sidiq, Gadies Farhana Pratitis, Rahmi Mulyati, Nur
Azizah, Siti Nurkhoyah Pelatun, dan Yeti Puspitasari yang selalu
menjadi tempat berbagi ilmu selama bimbingan skripsi.
11. Teman-teman PGMI angkatan 2010 dan khususnya kelas A yang telah
memberikan semangat dan pengaruh positif selama penulis
menyelesaikan skripsi.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya. Amin ya Rabbal’alamin
Jakarta, 29 September 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GRAFIK x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 2
C. Pembatasan Fokus Penelitian 3
D. Rumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 3
F. Manfaat penelitian 3
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN TINDAKAN
A. Kajian Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan 5
b. Pengertian Berbicara 6
c. Tujuan Berbicara 7
d. Jenis Berbicara 9
e. Teknik Berbicara 10
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara 10
g. Pengertian Keterampilan Berbicara 11
h. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara 12
i. Teknik-teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara 12
j. Penilaian Keterampilan Berbicara 13
vi
k. Kaitan Keterampilan Berbicara dengan
Keterampilan Berbahasa Lainnya 13
2. Metode
a. Pengertian Metode 14
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode 16
c. Macam-macam Metode Mengajar 17
3. Metode Video Critic
a. Pengertian Metode Video Critic 19
b. Tujuan Metode Video Critic 20
c. Prosedur Metode Video Critic 21
d. Kelebihan Metode Video Critic 21
e. Kelemahan Metode Video Critic 22
B. Hasil Penelitian Relevan 22
C. Kerangka Berpikir 23
D. Hipotesis Tindakan 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 26
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 26
C. Subjek Penelitian 29
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 29
E. Tahapan Intervensi Tindakan 29
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan 32
G. Data dan Sumber Data 33
H. Instrumen Pengumpulan Data 33
I. Teknik Pengumpulan Data 34
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan 36
K. Analisis Data dan Interpretasi Data 37
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan 39
vii
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I 40
a. Tahapan Perencanaan 40
b. Tahapan Pelaksanaan 41
c. Tahapan Pengamatan 45
d. Tahapan Refleksi 52
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II 53
a. Tahapan Perencanaan 54
b. Tahapan Pelaksanaan 54
c. Tahapan Pengamatan 58
d. Tahapan Refleksi 66
B. Analisis Data 66
C. Pembahasan 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 70
B. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 72
DAFTAR LAMPIRAN 74
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Kerangka Berpikir 23
Gambar 3.1 Gambar siklus PTK Model Kurt Lewin, hasil modifikasi
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama 26
Gambar 3.2 Alur dalam Penelitian Tindakan 27
Gambar 4.1 Aktivitas Guru dalam menerapkan metode video critic 42
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Ketika Sedang Berdiskusi
dengan Teman Kelompoknya 43
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa Ketika Sedang Mempresentasikan
Hasil Diskusinya di Depan Kelas 43
Gambar 4.4 Aktivitas Guru Ketika Menerapkan Metode Video Critic 56
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Ketika Sedang Berdiskusi
dengan Teman Kelompoknya 56
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Ketika Sedang Mempresentasikan
Hasil Diskusinya di Depan Kelas 57
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tahapan dalam Penelitian 28
Tabel 3.2 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru 33
Tabel 3.3 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa 34
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Berbicara
Berdasarkan Rangsang Visual dan Gambar 35
Tabel 3.5 Analisis Data 37
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Pertama 44
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama 45
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Kedua 46
Tabel 4.4 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua 47
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Ketiga 48
Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Ketiga 49
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus I 51
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Keempat 58
Tabel 4.9 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keempat 58
Tabel 4.10Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Kelima 59
Tabel 4.11 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kelima 60
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Keenam 61
Tabel 4.13 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keenam 62
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Siklus II 63
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa 66
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perolehan Nilai Siswa Siklus I 51
Grafik 4.2 Perolehan Nilai Siswa Siklus II 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya. Proses
pendidikan berlangsung sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat dan
pendidikan perlu dilakukan sedini mungkin. Proses perolehan ilmu pengetahuan
dapat diperoleh seseorang kapan saja dan dari mana saja, salah satunya melalui
pendidikan formal, yaitu di sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan
yang memberikan berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah pelajaran bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia adalah Bahasa Negara, demikian tertera dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai Bahasa Nasional, bahasa Indonesia menjadi
lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa
dan alat komunikasi antar warga masyarakat.
Ditinjau dari segi keberhasilan pembelajarannya, pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia seharusnya mampu membekali siswa dalam empat
keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah berbicara. Berbicara adalah alat
komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui berbicara,
seseorang dapat bertukar pikiran, perasaan, dan gagasan. Dengan demikian
kegiatan berbicara dapat membangun hubungan antara individu dengan individu
lainnya.
Namun, pada kenyataannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, sedikit
siswa yang terampil dalam berbicara. Adapun beberapa masalah yang sering
dijumpai di kelas, seperti siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan
oleh guru, siswa kurang terlibat aktif saat proses pembelajaran, keterampilan
berbicara untuk lingkup belajar siswa masih rendah, siswa tidak percaya diri saat
berbicara di depan kelas, siswa lebih banyak bermain, dan siswa kurang
2
mengembangkan kosa kata saat berbicara, sehingga mempengaruhi mutu
bicaranya.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Siswa membutuhkan guru yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-
metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari
materi pelajaran, sehingga menghasilkan lingkungan belajar yang baik dan
menyenangkan. Guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik anak. Salah satu metode pembelajaran aktif (active learning) adalah
metode video critic. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan pelajaran
melalui video yang ditampilkan oleh guru, yang dalam prosesnya siswa diminta
untuk memberi tanggapan dari apa yang ia lihat.
Metode video critic dapat mendorong siswa untuk berbicara. Tujuan
penerapan metode video critic untuk membantu terjadinya komunikasi dan
menciptakan suasana yang tidak monoton dan menjenuhkan. Dengan demikian,
pembelajaran bahasa tidak hanya mendengarkan guru menerangkan saja, tetapi
diperlukan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar. Sehingga terjalin
interaksi baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan
Metode Video Critic pada siswa Kelas V MI Nurul Islam”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan, maka ditemukan beberapa
masalah di antaranya:
1. Siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan oleh guru.
2. Siswa kurang terlibat aktif saat proses pembelajaran.
3. Keterampilan berbicara untuk lingkup belajar siswa masih rendah.
4. Siswa tidak percaya diri saat berbicara di depan kelas.
5. Siswa lebih banyak bermain.
6. Siswa kurang mengembangkan kosa kata saat berbicara.
3
7. Guru belum menggunakan metode yang menarik dan tepat untuk
memotivasi siswa agar terbiasa berbicara di depan kelas.
8. Sarana dan prasarana yang menunjang keterampilan berbicara siswa
masih terbatas.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Agar pembatasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka
dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi masalah ini pada dua hal,
yaitu: pertama, peningkatan keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi untuk mengekspresikan, menyatakan, mengungkapkan ide,
gagasan, pikiran dan persaan. Kedua, video critic adalah video yang ditampilkan
oleh guru dan siswa melihat serta mendengar, kemudian siswa diminta untuk
memberi tanggapan terhadap video yang telah ditampilkan.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
“Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V
dengan menggunakan metode video critic?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara melalui penerapan metode video critic pada siswa kelas V MI Nurul Islam.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi
pembelajaran bahasa Indonesia yang diterapkan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dan proses belajar menjadi menyenangkan.
4
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam metode
pembelajaran di sekolah, sehingga dapat menambah metode yang
variatif dan dapat menjadikan sekolah yang produktif serta berkualitas.
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN TINDAKAN
A. Kajian Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat
pokok. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah prilaku siswa menjadi cekat dan tepat
dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.
Secara sederhana, keterampilan (skill) dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu yang baik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, “keterampilan berasal dari kata terampil yang
berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, sedangkan keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas.”1 Menurut Reber, “keterampilan
adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan
tersusun rapi secara mulus dan sesuai keadaan untuk mencapai hasil
tertentu.”2
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan
keterampilan menulis. Menurut Tarigan “Setiap keterampilan selalu
berhubungan erat dengan proses berpikir. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih
keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.”3 Sedang
menurut Dunette, “keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2012), Hlm. 1447 2Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm.117
3Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), Hlm. 1
6
melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil
training dan pengalaman yang didapat.”4
Dari pendapat di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan yang membutuhkan dasar
pemikiran dan latihan untuk mencapai hasil tertentu.
b. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari
dilakukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi, sehingga hubungan sosial
dapat terus dijaga. “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”5
“Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang
bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan.”6
Menurut Jauharoti Alfin, dkk “berbicara secara umum dapat diartikan suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain.”7
“Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sang pendengar dan penyimak.”8 Berbicara merupakan
4http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/keterampilan/2118-pengertian-
ketrampilan-dan-jenisnya.html diakses tanggal 12 agustus 2014, pukul 14:21 WIB 5Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, Sri Wahyuni, Bahasa Indonesia I, (Surabaya: Learning
Assistance Program for Islamic School-Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), Paket.5-10 6Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis kompetensi. (Yogyakarta:
UNY), Hlm. 399 7Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, Sri Wahyuni, op.cit., Paket.4-9
8Henry Guntur Tarigan, op.cit., Hlm. 16
7
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. “Kaitan antara
pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat.”9
Menurut Alek dan Achmad dalam buku Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi, “berbicara ialah kemampuan yang kompleks yang
sekaligus melibatkan beberapa aspek.”10
Adapun dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia “berbicara berasal dari kata bicara yang berarti
pertimbangan pikiran, sedangkan berbicara adalah bercakap.”11
Sedangkan
menurut Novi Resmini dan Dadan Juanda dalam buku pendidikan bahasa
dan sastra di kelas tinggi “melalui kegiatan berbicara, siswa belajar tentang
apa yang mereka lihat atau pikirkan yang menyangkut berbagai topik.”12
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara dapat
diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu proses komunikasi,
yaitu pemindahan pesan dari pembicara kepada lawan bicara dengan
menggunakan bahasa lisan.
c. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka hendaknya pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan.
Menurut Djago Tarigan, tujuan umum berbicara terdapat beberapa
golongan, yaitu:
9Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS,
2007), Hlm. 60 10
Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), Cet. II, Hlm. 28 11
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., Hlm. 188 12
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung:
UPI PRESS, 2007), Cet. I, Hlm.58
8
1) Menghibur
Berbicara untuk menghibur, berarti pembicara menarik perhatian
pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas,
menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan dan sebagainya
untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.
2) Menginformasikan
Berbicara bertujuan untuk menginformasikan atau melaporkan
dilakukan bila seseorang ingin: a.menjelaskan suatu proses;
b.menguraikan, menafsirkan atau menginterpretasikan suatu hal;
c.memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan;
d.menjelaskan kaitan.
3) Menstimulasi
Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari
tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu,
mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya.
4) Menggerakkan
Dalam berbicara untuk menggerakkan, diperlukan pembicara yang
berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui
kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi,
ditambah perasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat
menggerakkan pendengarnya.13
Menurut Kundharu, berbicara mempunyai tujuan yaitu alat
berkomunikasi agar dapat menyampaikan gagasan, perasan, serta
kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan: dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.; dan lain
sebagainya dapat dimanfaatkan untuk mengontrol diri, mempunyai
kesanggupan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat,
mengungkapkan fakta-fakta dengan spontan, dan menerapkan kaidah
bahasa dengan benar secara otomatis.14
Dapat diambil kesimpulan, bahwa tujuan berbicara adalah untuk
menghibur, melaporkan, menstimulasikan dan menggerakkan. Namun
penulis akan lebih fokus pada tujuan untuk menginformasikan atau
melaporkan, sebab pada proses pembelajaran, siswa akan diminta untuk
memberi tanggapan dari apa yang telah guru tampilkan melalui video.
13
Isah Cahyani dan Hodijah, op.cit., Hlm. 60-61 14
Kundharu Sadhono dan Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung:
Karya Putra Darwati, 2012), Hlm. 37
9
d. Jenis Berbicara
Berbicara adalah alat untuk berkomunikasi, agar hubungan sosial tetap
terjaga. Berbicara memiliki banyak jenis, seperti diskusi, ceramah, tukar
pikiran dan menghibur. Berikut adalah macam-macam jenis berbicara:
1) Berdasarkan situasinya, berbicara terbagi menjadi dua bagian yaitu
berbicara formal dan informal. Berbicara formal seperti ceramah dan
intervieuw. Sedang berbicara informal seperti bercakap-cakap
dengan teman sebaya.
2) Berdasarkan tujuannya, berbicara untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan dan menggerakkan.
3) Berdasarkan metode penyampaiannya, berbicara dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu berbicara mendadak,
berbicara berdasarkan catatan kecil, berbicara berdasarkan hafalan,
dan berbicara berdasarkan naskah.
4) Berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatarbelakangi,
seperti pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan,
dan pidato perkenalan.15
Secara garis besar, berbicara terbagi menjadi dua jenis, yaitu berbicara
di muka umum dan berbicara pada konferensi. Menurut Guntur Tarigan,
jenis berbicara di muka umum meliputi:
1) Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan (informative speaking).
2) Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk dan mengajak
(persuasive speaking).
3) Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang
(deliberate speaking).16
Dilihat dari beberapa pendapat mengenai jenis berbicara di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa jenis berbicara terbagi menjadi beberapa
golongan, yaitu berbicara berdasarkan situasi, berbicara berdasarkan tujuan,
berbicara berdasarkan metode, dan berbicara berdasarkan peristiwa.
Berbicara dapat bersifat melaporkan, membujuk dan merundingkan.
15
Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri , Sri Wahyuni, op.cit., Paket.5-7 – 5-9 16
Isah Cahyani dan Hodijah, op.cit., Hlm. 61
10
e. Teknik Berbicara
Dalam berbicara, diperlukan beberapa teknik agar pendengar tidak
merasa jenuh dan bosan saat sang pembicara sedang berbicara. Berikut ini
adalah teknik dalam berbicara yang disampaikan oleh Jauharoti Alfin,
Muhammad Thohri dan Sri Wahyuni:
1) Kemampuan menggunakan bahasa lisan yang baik. Dalam hal ini,
pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa yang baik,
artikulasi yang jelas dan intonasi yang menarik.
2) Ekspresi yang menarik. Ekspresi dalam berbicara sangat penting
untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar.
3) Kemampuan memberikan penyegaran, yaitu dengan menyelipkan
hal-hal yang lucu agar tidak mengurangi nilai pembicaraan.17
Teknik yang telah dipaparkan di atas, dapat diajarkan oleh guru
kepada siswa untuk mengarahkan siswa kepada tujuan yang hendak
dicapai, yaitu siswa terampil dalam berbicara dan tidak membuat
pendengar bosan untuk mendengarkan.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara
Untuk menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus
menguasai masalah yang harus dibicarakan dan harus berbicara dengan baik
dan jelas. Faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan harus diperhatikan
oleh sang pembicara karena kedua faktor tersebut mempengaruhi efektivitas
dalam berbicara.
Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi;
ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang
sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor
non kebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,
pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai
pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan
suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.18
17
Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri , Sri Wahyuni,, op.cit., Paket 4-16 18
Isah Cahyani dan Hodijah, op.cit., Hlm. 62
11
Faktor kebahasaan dan non kebahasaan adalah faktor yang menunjang
keefektifan berbicara. Jika ingin terampil berbicara, maka kedua faktor
tersebut tidak boleh diabaikan dan harus diimbangi dengan sering berlatih.
Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik bagi
pendengarnya. Oleh karena itu berikanlah sikap positif ketika sedang
berbicara.
g. Pengertian Keterampilan Berbicara
Agar terampil berbicara, seseorang harus memiliki kompetensi
komunikatif. Menurut Guntur Tarigan yang dikutip oleh Isah Cahyani dan
Hodijah mengemukakan bahwa “keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”19
Menurut
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, “keterampilan berbicara pada
hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan
keinginan kepada orang lain.”20
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis.
Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang
dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara
tanpa melalui proses berlatih. Dalam belajar dan berlatih berbicara,
seseorang perlu dilatih: pelafalan, pengucapan, pengontrolan suara,
pengendalian diri, pengontrolan gerak-gerik tubuh, pemilihan kata,
kalimat dan intonasinya, penggunaan bahasa yang baik dan benar, dan
pengaturan atau pengorganisasian ide.21
Dari beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi untuk mengekspresikan, menyatakan, mengungkapkan
19
Isah Cahyani dan Hodijah, op.cit., Hlm.60 20
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. III, Hlm.241 21
Kundharu Sadhono, Slamet, op.cit., Hlm. 36
12
ide, gagasan, pikiran dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui
rangkaian nada dan tekanan. Jika berbicara secara langsung, pendengar juga
dapat melihat gerakan tangan dan mimik pembicara.
h. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Dalam buku strategi pembelajaran bahasa dijelaskan tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara untuk tingkat pemula, agar siswa dapat
“(1)melafalkan bunyi-bunyi bahasa, (2)menyampaikan informasi,
(3)menyatakan setuju atau tidak setuju, (4)menjelaskan identitas diri,
(5)menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, (5)menyatakan
ungkapan rasa hormat, dan (6)bermain peran.”22
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa tujuan keterampilan berbicara adalah
agar pembicara mampu berbicara dengan jelas dan tepat.
i. Teknik-teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara untuk tingkat
pemula dijelaskan dalam buku strategi pembelajaran bahasa adalah sebagai
berikut: “(1)ulang ucap, (2)lihat ucap, (3)permainan kartu kata,
(4)wawancara, (5)permainan memori, (6)reka cerita gambar, (7)biografi,
(8)manajemen kelas, (9)bermain peran, (10)permainan telepon, dan
(11)permainan alfabet”23
Teknik-teknik tersebut dapat melatih keterampilan berbicara siswa.
Seperti pada teknik kedua, yaitu lihat ucap. Contohnya guru dapat melatih
siswa dengan cara meminta siswa untuk menceritakan kembali dari apa
yang siswa lihat.
22
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. III, Hlm.286 23
Ibid., Hlm. 287
13
j. Penilaian Keterampilan Berbicara
Keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui
penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa
setelah dilakasanakan proses pembelajaran itu. Penilaian pembelajaran
Bahasa Indonesia dilaksanakan melalui berbagi cara. Menurut Suhendar
yang dikutip oleh Isah Cahyani dan Hodijah, ada enam hal yang harus
diperhatikan dalam menilai keterampilan berbicara, yaitu “(1) lafal, (2)
struktur, (3) kosakata, (4) kefasihan, (5) isi pembicaraan, dan (6)
pemahaman.”24
Penilaian merupakan proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan. Dengan
demikian, proses penilaian ini direncanakan dengan sengaja untuk
memperoleh informasi atau data-data tertentu.
k. Kaitan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Berbahasa
Lainnya
“Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan
pada masa tersebutlah kemampuan berbicara dipelajari.”25
Menurut aliran
komunikatif dan pragmatik, “keterampilan berbicara dan keterampilan
menyimak berhubungan secara kuat.”26
Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa
lainnya. Keterampilan berbicara dapat dikaitkan dengan keterampilan
menyimak, membaca dan menulis.
24
Isah Cahyani dan Hodijah, op.cit., Hlm.64 25
Henry Guntur Tarigan, op.cit., Hlm. 3 26
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., Hlm.239
14
2. Metode
a. Pengertian Metode
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru
dengan siswa dalam suatu proses pengajaran untuk mewujudkan tujuan
yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu metode
pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa jenuh dengan materi
yang diajarkan oleh guru. “Metode adalah upaya mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal.”27
Menurut Eveline Siregar dan Hartini
Nara, “metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.”28
Menurut Abuddin Nata, “metode diartikan sebagai cara-cara atau
langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan,
pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta
didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu.”29
Menurut Pupuh
Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, “metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.”30
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, “metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”31
Sedang meunurut Abdul
Majid “Bagi segala sesuatu itu ada metodenya, dan metode masuk surga
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2006), Hlm.126 28
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), Cet. II, Hlm. 80 29
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet. I, Hlm. 176 30
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar – Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2009), Cet. III, Hlm.55 31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet. IV, Hlm.46
15
adalah ilmu (HR. Dailami). Hadits tersebut menegaskan bahwa untuk
mencapai sesuatu itu harus menggunakan metode atau cara yang
ditempuh.”32
Dari pengertian metode yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa metode adalah suatu strategi atau cara yang digunakan
oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian
yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai
sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang
teratur untuk melakukan pembelajaran.33
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, “metode pembelajaran
didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, metode pembelajaran lebih
bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu.”34
Menurut
Masitoh dan Laksmi Dewi, “metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam
proses pembelajaran.”35
Dalam penerapan diperlukan kreativitas dan variasi untuk menggunakan
metode-metode pembelajaran yang tepat dengan materi pembelajaran dan
karakteristik siswa, agar menciptakan suasana yang menyenangkan serta
siswa dapat menerima materi yang disampaikan oleh guru.
Metode apapun dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran,
yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-
32
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Hlm.135 33
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. II, Hlm. 19 34
Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., Hlm. 80 35
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009), Hlm. 116
16
prinsip kegiatan belajar mengajar sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul
Majid:
1) Berpusat kepada anak didik (student oriented). Guru harus
memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua
orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar.
2) Belajar dengan melakukan (learning by doing), guru harus
menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa
yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
3) Mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan
pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan.
Juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live
together).
4) Mengembangkan keingintahuan dengan imajinasi untuk memompa
daya imajinatif anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
5) Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah
bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk
menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik.36
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka
semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Pada prinsipnya, tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang
sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi. Oleh karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta
menggunakan metode.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno:
1) Tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar.
2) Materi pelajaran
Sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
36
Abdul Majid, op.cit., Hlm. 136-137
17
3) Peserta didik
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan
akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran.
4) Situasi
Guru harus teliti dalam melihat situasi. Pada waktu tertentu, guru
bisa melakukan proses pembelajaran di alam terbuka.
5) Fasilitas
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
mengajar.
6) Guru
Untuk menjadi seorang guru, harus memiliki jiwa yang profesional.
Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan
pelajaran atau dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.37
Agar metode yang digunakan oleh guru sesuai dengan pembelajaran,
maka sebelum menentukan metode pembelajaran, guru harus menentukan
tujuan yang hendak dicapai, guru harus mengetahui materi yang akan
dipelajarkan, guru harus mengetahui karakteristik dan situasi siswa, serta
guru juga harus mengetahui apakah fasilitas di sekolah memadai.
c. Macam-macam Metode Mengajar
Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno dalam buku
strategi belajar mengajar, beberapa metode yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran, diantaranya:
1) Metode ceramah
Sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
2) Metode tanya jawab
Cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa ke guru.
37
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., Hlm. 60-61
18
3) Metode diskusi
Tujuannya adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada
siswa agar berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai
kebenaran.
4) Metode kisah atau cerita
Dalam kisah, harus tersimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang
memungkinkan anak didik mampu meresapinya.
5) Metode demonstrasi
Metode mengajar dengan cara memperagakan kejadian. Tujuannya
untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara
melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
6) Metode karyawisata
Metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang
mengandung sejarah.
7) Metode tutorial
Diberikan dengan bantuan tutor. Siswa diberikan bahan ajar dan
diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Jika ada bagian yang
merasakan sulit, siswa dapat bertanya pada tutor.
8) Metode perumpamaan
Digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari
realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan
menggambarkan sesuatu yang serupa.
9) Metode pemahaman dan penalaran
Metode ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan
berpikir anak didik secara logis.
10) Metode suri teladan
Metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik.”
Dengan adanya teladan yang baik, maka akan menumbuhkan hasrat
bagi orang lain untuk mengikutinya.
11) Metode peringatan dan pemberian motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu
untuk melakukan suatu kegiatan agar mencapai tujuan.
12) Metode praktek
Agar anak didik menjadi mudah dan jelas, sehingga dapat
mempraktikkan materi yang dimaksud.
13) Metode pemberian ampunan dan bimbingan
Dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada anak didik
untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.
14) Metode kerja sama
Agar individu satu dengan individu yang lain saling membantu guna
mewujudkan kesejahteraan bersama.
19
15) Metode tulisan
Metode mendidik dengan huruf atau simbol apapun, ini merupakan
suatu hal yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk
mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
16) Metode penugasan
Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar, baik secara
individual maupun kelompok.38
Beberapa metode yang sudah dikemukakan di atas, diantaranya adalah
metode ceramah, metode praktek, dan metode kerja sama. Metode-metode
tersebut dapat digunakan dalam proses pembelajaran agar menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, sehingga materi yang diajarkan oleh
guru dapat diterima siswa dengan baik. Salah satu metode yang dapat
digunakan oleh guru agar mengetahui keterampilan bebicara siswa, maka
dalam pembelajaran, guru menggunakan metode praktek.
3. Metode Video Critic
a. Pengertian Metode Video Critic
Dalam buku Melvin L. Silberman dijelaskan bahwa “seringkali melihat
video-video pendidikan merupakan persoalan pasif. Para peserta didik
duduk di tempat-tempat duduknya, dengan menunggu untuk dihibur. Ini
adalah suatu cara aktif untuk membuat para peserta didik menyaksikan suatu
video.”39
Video pembelajaran dapat disesuaikan sedemikian rupa agar tidak
menjadi pembelajaran yang pasif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“video adalah bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi.”40
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa “kritik
adalah kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai uraian
dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat dan
38
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, op.cit., Hlm.61-64 39
Melvin L. Silberman. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2009), Cet. VI, Hlm.124 40
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., Hlm. 1547
20
sebagainya.”41
Kritik bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang
lain, menunjukkan kelebihan dan kekurangan, memberi saran perbaikan dan
bertujuan menjembatani pemahaman pembaca maupun penonton dengan
karya yang bersangkutan.
Video juga bisa dikatakan sebagai media audio visual. Media audio
visual merupakan media perantara atau penggunaan materi dan
penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga
membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.42
Video termasuk media audio visual, karena video menampilkan suara
dan gambar. Dalam buku strategi belajar mengajar, “media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.”43
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa video critic adalah video
yang ditampilkan oleh guru dan siswa melihat serta mendengar. Kemudian
setelah video tersebut selesai ditampilkan, guru meminta siswa untuk
memberi tanggapan, berupa: komentar, saran, menyebutkan kekurangan dan
kelebihan dari video yang telah ditampilkan tersebut.
b. Tujuan Metode Video Critic
Dilihat dari pengalaman sebelumnya, siswa lebih aktif berbicara di
lingkup bermain, daripada di lingkup belajar. Tidak sedikit siswa yang
masih belum percaya diri berbicara di depan teman-temannya, sehingga
siswa yang lain tidak dapat mendengar pembicaraan dengan jelas. Oleh
karena itu, tujuan diadakannya metode video critic pada proses
pembelajaran agar metode ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.
41
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., Hlm. 742 42
http://www.sarjanaku.com/2011/05/media-audio-visual.html?m=1 diakses pada tanggal 7
September 2014, pukul 23:04 43
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1996), Cet. I, Hlm. 141
21
c. Prosedur Metode Video Critic
Pada prinsipnya guru tidak boleh sembarangan memilih serta
menggunakan metode, dalam pemilihan metode pun perlu disesuaikan
dengan karakteristik siswa. Berikut adalah penjelasan cara penggunaan
metode video critic yang dikemukakan oleh Melvin L. Silbermen:
1) Pilihlah video yang ingin anda pertunjukkan kepada siswa.
2) Katakan kepada siswa, sebelum menonton video, bahwa anda ingin
mereka kritisi apa yang akan ditayangkan.
Perintahkan mereka untuk meninjau beberapa faktor, termasuk:
a) Realisme (dari para pelakunya)
b) Relevansi
c) Saat-saat tak terlupakan
d) Penataan isi
e) Daya terapnya pada kehidupan sehari-hari mereka
3) Putarlah video.
4) Laksanakan diskusi yang dapat anda sebut “pojok kritikus”.
5) Lakukan jajak pendapat terhadap siswa (opsional), dengan
menggunakan semaccam sistem penilaian keseluruhan, semisal:
a) Bintang satu sampai lima
b) Jempol ke atas (bagus), jempol ke bawah (jelek)
VARIASI
1) Buatlah panel pemirsa video
2) Putar kembali video itu. Lantaran adakalanya kritikus berubah
pendirian ketika mereka menyaksikan sesuatu untuk kedua kalinya.44
d. Kelebihan Metode Video Critic
Pembelajaran dengan menggunakan metode video critic ini atau dapat
disebut dengan media audio-visual ini, selain dapat memotivasi siswa agar
siswa aktif dalam pembelajaran. Metode video critic ini juga mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan lainnya.
2) Dengan alat perekam pita video, sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari ahli atau spesialis.
44
Melvin L. Silberman. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2012), Cet. VI, Edisi Revisi, Hlm.138-139
22
3) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipkan
komentar yang akan didengar.
5) Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar
tersebut jika diperlukan.45
e. Kelemahan Metode Video Critic
Pembelajaran dengan menggunakan metode video critic ini juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang
dipraktikkan.
2) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi
dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3) Kurang mampu menampilkan detil dari objek yang disajikan secara
sempurna.
4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.46
Dilihat dari kelemahan yang ada, maka jika guru memilih menggunakan
media video, harus disesuaikan pula dengan sarana dan prasarana yang ada
di sekolah tersebut, agar metode dan media yang dipilih oleh guru akan
sesuai dengan mata pelajaran di sekolah pada hari itu.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Rokhis Rukhiyanto. Program Strata
satu, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang dalam skripsi yang berjudul “peningkatan keterampilan menulis
puisi menggunakan media audio visual dengan metode video critic pada peserta didik
kelas VII D SMPN 2 Welahan, kabupaten Jepara.” Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa metode video critic dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.
Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Rizqy Rahmat Hani. Program Strata
45
http://sakinahunpak.blogspot.com/2013/07/a_9.html?m=1 diakses pada tanggal 5 September
2014, pukul 09:24 46
http://sakinahunpak.blogspot.com/2013/07/a_9.html?m=1 diakses pada tanggal 5 September
2014, pukul 09:24
23
satu, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang dalam skripsi yang berjudul “peningkatan keterampilan
memerankan drama menggunakan metode video critic dan media musik instrumental
pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri Sragi Kabupaten Pekalongan tahun ajaran
2010/2011.” Penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode video critic dapat
meningkatkan keterampilan memerankan drama siswa.
Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Mayuli. Program Strata satu, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Jakarta dengan judul “peningkatan keterampilan berbicara
melalui metode bermain peran pada siswa kelas V MI Daarul Hikmah Cipondoh Kota
Tangerang tahun pelajaran 2012-2013.” Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
keterampilan berbicara siswa dapat meningkat melalui metode bermain peran.
C. Kerangka Berpikir
Setelah mempelajari masalah pada BAB I dan mengkaji teori-teori pada BAB II
dapat dikembangkan menjadi kerangka berpikir. Maka dapat diidentifikasi siswa
kurang tertarik dengan metode yang digunakan oleh guru, siswa kurang terlibat aktif
saat proses pembelajaran, keterampilan berbicara untuk lingkup belajar siswa masih
rendah, siswa tidak percaya diri saat berbicara di depan kelas, siswa lebih banyak
bermain, dan siswa kurang mengembangkan kosa kata saat berbicara.
Penulis berharap agar keterampilan berbicara siswa meningkat, karena terampil
berbicara itu sangat penting untuk berkomunikasi antara individu satu dengan
individu yang lain, serta pembelajaran harus menciptakan suasana yang aktif dan
menyenangkan, agar siswa dapat maksimal meningkatkan keterampilan berbicara
mereka.
Melihat dari kenyataan dan apa yang diharapkan terjadi ketidaksesuaian maka
terjadi masalah-masalah di antaranya: belum meningkatnya keterampilan berbicara
siswa, belum diterapkannya metode yang menarik pada pembelajaran, kepercayaan
diri siswa belum terlihat.
24
Agar tidak ada kesenjangan antara kenyataan dan tujuan yang diharapkan maka
penulis memberikan perlakuan menggunakan strategi PTK dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta refleksi. Yang kemudian menggunakan
metode yang menarik seperti metode video critic agar keterampilan berbicara siswa
meningkat.
Penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka berpikir, akan dijelaskan di bawah
ini:
Gambar 2.1: Siklus Kerangka Berpikir
Kondisi Nyata
1. Siswa kurang tertarik dengan metode
yang digunakan oleh guru.
2. Siswa kurang terlibat aktif saat proses
pembelajaran.
3. Keterampilan berbicara untuk lingkup
belajar siswa masih rendah.
4. Siswa tidak percaya diri saat berbicara
di depan kelas.
5. Siswa lebih banyak bermain.
6. Siswa kurang mengembangkan kosa
kata saat berbicara.
7. Guru belum menggunakan metode
yang menarik dan tepat untuk
memotivasi siswa agar terbiasa
berbicara di depan kelas.
8. Sarana dan prasarana yang menunjang
keterampilan berbicara siswa masih
terbatas.
Input Output Proses
Hasil
Keterampilan
berbicara
siswa
meningkat,
siswa
menjadi
percaya diri
dan
mendapatkan
pengalaman
belajar yang
menyenang-
kan.
Strategi
Dalam
penelitian ini
menggunakan
PTK dengan
langkah-
langkah
perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi dan
refleksi.
Dalam proses
pembelajaran,
menggunakan
metode video
critic.
Masalah
Siswa masih
belum percaya
diri ketika
diminta untuk
berbicara di
depan kelas
dan
keterampilan
berbicara
siswa masih
rendah.
Feed Back
25
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Metode video critic dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V MI Nurul Islam.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Islam, yang beralamat di Jalan
Raya Grogol No.48 Rt 01/ 07 Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota
Depok.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015. Waktu
penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, dimulai dari bulan Agustus
sampai bulan September 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan penelitian yang paling efektif yang
digunakan oleh peneliti agar dapat memperbaiki atau meningkatkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas.
Dengan metode ini, peneliti akan mengkaji atau merefleksi penerapan
metode video critic dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa melalui video yang telah ditampilkan oleh guru. Dalam penelitian tindakan
kelas ini, peneliti menggunakan dua siklus. Siklus ini dapat dikatakan selesai dan
berhenti jika telah mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Ahmad Hp yang dikutip oleh Abdul Rozak dan Maifalinda Fatra,
“secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat tahap yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting).”1 Kerangka dari setiap tahapan yang akan menjadi gambaran dari
proses penelitian ini meliputi:
1Abd Rozak dan Maifalinda Fatra, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Cet. I, Hlm. 27-28
27
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan yang akan dilakukan pada
tahapan tindakan. Mulai dari membuat rancangan pelaksanaan tindakan,
lembar observasi serta tes.
2. Tindakan (acting)
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan proses
pembelajaran di dalam kelas menggunakan rancangan metode dan RPP yang
telah dirancang pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti bekerjasama
dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
3. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat. Pelaksanaan
pengamatan ini dilakukan pada waktu proses tindakan sedang berlangsung.
Selain dilakukan oleh pengamat, guru pelaksana juga mencatat sedikit demi
sedikit yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan
siklus berikutnya.
4. Refleksi (reflecting)
Pada tahap refleksi ini, akan dikaji terhadap keberhasilan atau kegagalan
pencapai tujuan.
Tahap I Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Gambar 3.1: Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin, hasil modifikasi
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama2
2Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Edisi
Kedua, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Hlm. 28
PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
28
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya
masalah yang dirasakan mengganggu proses pembelajaran. Bertolak dari
adanya permasalahan guru, baik sendiri maupun berkolaborasi dengan
teman sejawat yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus
permaslahan secara lebih tajam dengan data lapangan ataupun kajian
pustaka yang relevan.3
Gambar 3.2: Alur dalam Penelitian Tindakan
3Abd Rozak dan Maifalinda Fatra, op.cit., Hlm. 27
Permasalahan Alternatif
pemecahan Pelaksanaan
tindakan I
Permasalahan
Observasi I Analisis data Refleksi I
Alternatif
pemecahan
Pelaksanaan
tindakan II
Observasi II Analisis data Refleksi II
Belum
terselesaikan Siklus Selanjutnya
SIK-
LUS
I
SIK-
LUS
II
29
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih kelas V karena
masih banyak siswa yang kurang percaya diri untuk berbicara di depan kelas serta
metode yang digunakan oleh guru kurang variatif.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru sekaligus
perancang. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat yang
bertindak sebagai observer atau pengamat. Peneliti merencanakan kegiatan,
melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan
hasil penelitian.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas dan
direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan
dalam siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan atau observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah
dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan pada
perencanaan dan tindakan siklus II. Jika tujuan penelitian belum tercapai, maka
akan diadakan remedial bagi siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan
tersebut.
1. Siklus I, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut:
No Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan kelas tempat penelitian
2. Membuat RPP dengan menggunakan metode video critic
30
3. Mendiskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan kolaborator
4. Menyiapkan materi ajar setiap pertemuan dan menyiapkan video
untuk setiap pertemuan
5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru
No Tahap Pelaksanaan
1. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran
2. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan
menggunakan metode video critic
3. Mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas
No Tahap Pengamatan
1. Mengamati dan mencatat secara cermat proses yang terjadi selama
pembelajaran siklus I berlangsung, pengamatan dilakukan oleh
peneliti dan dibantu oleh kolaborator
2. Mendokumentasikan semua kegiatan (foto dan rekaman) yang
diperoleh pada setiap pembelajaran selama siklus I
3. Memberikan penilaian dan komentar
No Tahap Refleksi
1. Peneliti merefleksikan hasil pengamatan untuk menentukan
keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan
tersebut
31
2. Melakukan pre test dengan cara tes performance mengacu pada
kriteria tes berbicara
3. Melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul dari
hasil observasi, hasil tes dan menentukan keberhasilan dan
kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan dasar perbaikan pada
sikus II
2. Siklus II, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut:
No Tahap Perencanaan
1. Memperbaiki kekurangan pada siklus I
2. Membuat RPP dengan menggunakan metode video critic
3. Mendiskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan kolaborator
4. Menyusun rancangan tes penugasan dan pedoman penilaian yang
pada dasarnya sama pada siklus I
5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru
No Tahap Pelaksanaan
1. Menjelaskan kembali tentang keterampilan berbicara dan hal-hal
yang belum dipahami pada siklus I
2. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan keterampilan berbicara
3. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan
menggunakan metode video critic
4. Mencatat hal-hal penting dan mengevaluasi yang terjadi di kelas.
32
No Tahap Pengamatan
1. Mengamati dan mencatat secara cermat proses yang terjadi selama
pembelajaran siklus II berlangsung, terhadap kekurangan yang
terjadi pada siklus I
2. Mendokumentasikan semua kegiatan (foto dan rekaman) yang
diperoleh pada setiap pembelajaran selama siklus II
3. Memberikan penilaian dan komentar seperti pada siklus I
No Tahap Refleksi
1. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan
untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut
2. Melakukan pre test dengan cara tes performance mengacu pada
kriteria tes berbicara.
3. Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti dan guru membuat
kesimpulan dari hasil penelitian
4. Apabila pada siklus 2 masih belum mencapai intervensi yang
diharapkan kemudian dilakukan remedial.
Tabel 3.1: Tahapan dalam Penelitian
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dengan menggunakan metode video critic. Penelitian ini
akan dihentikan apabila telah memenuhi standar yang ditentukan, yaitu:
1. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara
diperoleh rata-rata kemampuan berbicara siswa mencapai kategori baik.
2. Hasil pengukuran keterampilan berbicara siswa melalui tes pada
pelajaran bahasa Indonesia pada akhir siklus menunjukkan bahwa dalam
33
pembelajaran keterampilan berbicara mencapai nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), yaitu sebesar 70.00.
G. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa, dan diperoleh dari hasil dokumentasi
dalam bentuk rekaman serta foto jalannya proses pembelajaran.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes keterampilan berbicara pada awal
dan akhir siklus.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas V, dan guru
mata pelajaran yang sekaligus sebagai observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk
memperoleh data atau informasi tentang aktivitas mengajar guru dan
aktivitas belajar siswa.
2. Dokumentasi (Rekaman dan Foto)
Pengambilan dokumentasi dalam bentuk rekaman dan foto untuk
mempermudah jalannya proses pembelajaran, agar guru mengetahui
keterampilan berbicara dari masing-masing siswa.
3. Tes Berbicara
Tes berbicara digunakan untuk mengetahui keterampilan berbicara
siswa. Untuk memperoleh data, tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada
siklus I dan siklus II. Bentuk tes yang dilakukan berupa perintah untuk
34
menceritakan kembali cerita melalui video yang telah siswa lihat dan
dengar. Bentuk tes dan kriteria penilaian yang digunakan dalam siklus I dan
siklus II sama, yaitu berbentuk tes performance dengan metode video critic.
Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas V MI Nurul Islam.
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
antara lain:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari
langkah-langkah metode video critic, aktivitas mengajar guru dan aktivitas
belajar siswa dengan cara memberikan tanda chek list (√) pada kolom SB
(Sangat Baik) = 5, B (Baik) = 4, C (Cukup) = 3, K (kurang) = 2, dan SK
(Sangat Kurang) = 1, yang menurut observer paling sesuai dengan proses
jalannya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke dalam beberapa
kelompok.
2 Sebelum video ditayangkan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
3 Guru meminta siswa untuk menyimak video yang
ditayangkan.
4 Guru memutar video.
35
5 Guru meminta siswa untuk berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
6 Guru memberi penilaian secara langsung terhadap
siswa.
Tabel 3.2: Contoh Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke dalam beberapa kelompok.
2 Siswa akan mengomentari atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
3 Siswa menyimak video yang ditayangkan.
4 Siswa melihat video yang ditayangkan oleh guru.
5 Siswa berdiskusi bersama teman kelompoknya.
6 Siswa menerima penilaian secara langsung dari
guru.
Tabel 3.3: Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
2. Teknik Performance
Teknik performance ini menggunakan alat berupa daftar soal pedoman
penelitian, lembar penilaian, rekaman dan foto. Adapun daftar soal
digunakan untuk mengambil data, pedoman penilaian digunakan untuk
memperoleh data, sedangkan rekaman dan foto digunakan sebagai
menyimpan data.
36
Teknik performance ini digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa kelas V MI Nurul Islam dalam penguasaan keterampilan
berbicara. Hal-hal yang dinilai dalam tes keterampilan berbicara melalui
media audio visual meliputi aspek kesesuaian isi pembicara, ketepatan
logika isi pembicara, ketepatan detil peristiwa, ketepatan makna keseluruhan
bicara, ketepatan kata, ketepatan kalimat dan kelancaran.
No Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian isi pembicara
2. Ketepatan logika urutan bicara
3. Ketepatan detil peristiwa
4. Ketepatan makna keseluruhan bicara
5. Ketepatan kata
6. Ketepatan kalimat
7. Kelancaran
Jumlah skor:
Tabel 3.4: Rubrik Penilaian Berbicara Berdasarkan Rangsang
Visual dan Suara4
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Pemeriksaan keterpercayaan studi dilakukan untuk menjamin keabsahan
data. Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan. Teknik pemeriksaan keterpercayaan studi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tim ahli atau keputusan ahli. Tim ahli dalam penelitian
ini adalah dosen pembimbing yang akan melakukan pemeriksaan pada instrumen
4Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis kompetensi. (Yogyakarta:
UNY), Hlm. 409
37
berbicara. Apakah instrumen itu sudah sesuai atau valid untuk tes keterampilan
berbicara.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Data yang berupa
skor keterampilan berbicara dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif persentase dan mencari nilai rata-rata. Dalam analisis ini hasil
kemampuan berbicara diberi skor angka dan dimasukan pada tabel statistik,
kemudian dicari skor rata-rata dalam satu kelas yang digunakan sebagai objek
penelitian. Rumus perhitungan untuk mencapai prosentase sebagai berikut :
P = x 100%
Keterangan:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
N = Number of Casses (jumlah frekuensi/ banyaknya individu).
P = angka persentase.5
Data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi. Hasil
observasi dari tindakan awal, siklus I dan siklus II diberi perbandingan. Dari hasil
perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan keterampilan berbicara. Data
kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa yang mengalami
kesulitan dalam berbicara. Analisis data tes kemampuan berbicara disajikan
dengan tabel seperti berikut ini :
5Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),
Cet. XXIV, Hlm. 43
38
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Kesesuai
an isi
pembi-
cara
Ketepa-
tan
logika
urutan
bicara
Ketepa-
tan detil
peristiwa
Ketepatan
makna
keseluru-
han
bicara
Ketepa-
tan kata
Ketepa-
tan
kalimat
Kelan-
caran
Jum-
lah
Skor Nilai
Jumlah
Rata-rata
Tabel 3.5: Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini menempatkan indikator keberhasilan sebagai
berikut:
1) Keterampilan berbicara: Dengan menganalisis tes berbicara siswa.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup, kurang.
2) Implementasi pembelajaran aktif dengan metode video critic: Telah
terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran yang dilihat dari
data melalui observasi atau pengamatan siswa ke arah perubahan yang
positif.
39
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan keterampilan
berbicara pada bahasa Indonesia, maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan
tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri
dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan
refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator
keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.
Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah
berhasil menguji penerapan metode video critic dalam meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
40
BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan yang sangat
penting, karena analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan
sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan, setiap
pertemuannya 2x35 menit (2 jam pelajaran). Adapun tahap-tahap pada siklus
I adalah:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pelajaran bahasa Indonesia pada kelas
V, dengan Kompetensi Dasar (KD) menanggapi persoalan atau peristiwa
dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan
kata dan santun berbahasa. Instrumen pembelajaran dibuat sendiri oleh
peneliti yang terdiri dari lembar pengamatan aktivitas belajar siswa,
lembar pengamatan aktivitas mengajar guru, lembar penilaian dan
lembar soal akhir siklus. Perangkat lainnya yang disiapkan adalah media
pembelajaran yang berjudul diantaranya: peristiwa Tanah Longsor, cerita
Bawang Merah dan Bawang Putih, legenda Sangkuriang yang dijadikan
bahan untuk penelitian di MI Nurul Islam.
Lembar soal tes akhir siklus I dibuat untuk mengetahui keterampilan
berbicara pada siswa kelas V di MI Nurul Islam dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia. Lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru
digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru saat proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode video critic.
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran
dengan menggunakan metode video critic dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia. Target
41
yang ingin dicapai peneliti pada siklus I ini yaitu siswa mampu
menceritakan kembali peristiwa yang terjadi pada legenda Sangkuriang
dengan menggunakan bahasa sendiri.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan
dengan alokasi waktu (2x35 menit) pada setiap pertemuan. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Agustus
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2x35 menit (2 jam
pelajaran) yang dimulai pukul 11:20 WIB sampai dengan 12:20
WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengusulkan
tanggapan mengenai persoalan atau peristiwa melalui video “tanah
longsor” dengan menggunakan bahasa sendiri. Pada pertemuan
pertama ini siswa yang hadir berjumlah 20 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Pembelajaran
selanjutnya, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan penjelasan kembali mengenai penerapan metode video
critic, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran hari ini, yaitu
peristiwa “Tanah Longsor” dan cara menanggulanginya. Setelah
tahap pertama dikerjakan, selanjutnya guru memperlihatkan video
tanah longsor, guru meminta siswa untuk melihat dan mendengar
video tersebut, kemudian setelah selesai, guru meminta siswa untuk
berdiskusi dengan temannya dan memberikan tanggapan dari
peristiwa tanah longsor dengan menggunakan bahasa sendiri. Selesai
berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas dan menceritakan
hasil diskusi bersama teman kelompoknya. Kemudian guru memberi
penilaian secara langsung kepada siswa.
42
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Agustus
2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
(2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08:50 WIB sampai dengan
09:50 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menyebutkan
masalah yang terjadi dan memberi kritik terhadap video “Bawang
Merah dan Bawang Putih”. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa
hadir berjumlah 22 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Pembelajaran
selanjutnya, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan penjelasan kembali mengenai penerapan metode video
critic, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran hari ini. Setelah tahap
pertama dikerjakan, selanjutnya guru memperlihatkan video
“Bawang Merah dan Bawang Putih”, guru meminta siswa untuk
melihat dan mendengar video tersebut, kemudian setelah selesai,
guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan temannya dan
menyebutkan masalah yang terjadi serta memberi kritik terhadap
video dengan menggunakan bahasa sendiri. Selesai berdiskusi
dengan teman kelompoknya, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk maju ke depan kelas dan menceritakan hasil diskusi
bersama teman kelompoknya. Kemudian guru memberi penilaian
secara langsung kepada siswa.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Agustus 2014.
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35
menit) yang dimulai pada pukul 11:20 WIB sampai dengan 12:20
WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menceritakan
kembali dan memberi saran dari legenda “Sangkuriang” yang ia lihat
dan dengar. Pada pertemuan ini seluruh siswa hadir dengan jumlah
24 siswa.
43
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Pembelajaran
selanjutnya, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan penjelasan kembali mengenai penerapan metode video
critic, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran hari ini. Setelah tahap
pertama dikerjakan, selanjutnya guru memperlihatkan video
“Sangkuriang”, guru meminta siswa untuk melihat dan mendengar
video tersebut, kemudian setelah selesai, guru meminta siswa
berdiskusi dengan temannya untuk menceritakan kembali dan
memberi saran terhadap legenda “Sangkuriang” yang telah siswa
lihat dan dengar melalui video dengan menggunakan bahasa sendiri.
Selesai berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru meminta
perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas dan
menceritakan hasil diskusi bersama teman kelompoknya. Kemudian
guru memberi penilaian secara langsung kepada siswa.
Dokumentasi selama kegiatan pembelajaran pada siklus 1 akan
dijelaskan oleh gambar-gambar berikut:
Gambar 4.1
Aktivitas guru dalam menerapkan metode video critic dan siswa
memperhatikan dengan seksama.
44
Gambar 4.2
Aktivitas siswa ketika sedang berdiskusi dengan teman
kelompoknya.
Gambar 4.3
Aktivitas siswa ketika sedang mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas.
45
c. Tahap Pengamatan
1) Observasi Aktivitas Pembelajaran
Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan di
setiap pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat
peneliti.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Agustus
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada
pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
√
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
√
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap √
46
siswa.
Tabel 4.1: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Pertama
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada beberapa aspek
sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek guru dalam
meminta siswa untuk mengomentari atau mengkritisi video dan
memberi penilaian secara langsung terhadap siswa perlu
ditingkatkan lagi.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
√
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya. √
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.2: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Pertama
Berdasarkan tabel observasi aktivitas belajar siswa di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada beberapa aspek
sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek siswa akan
47
mengomentari atau mengkritisi video dan siswa menerima
penilaian secara langsung dari guru perlu ditingkatkan lagi.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Agustus
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada
pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
√
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
√
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap
siswa.
√
Tabel 4.3: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Kedua
48
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada beberapa aspek
sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek guru dalam
membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok perlu
ditingkatkan lagi.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
√
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya. √
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.4: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Kedua
Berdasarkan tabel observasi aktivitas belajar siswa di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada beberapa aspek
sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek siswa
membentuk dalam beberapa kelompok dan siswa akan
mengomentari dan mengkritisi video yang telah ditampilkan
perlu ditingkatkan lagi.
49
c) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Agustus
2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada
pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
√
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
√
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap
siswa.
√
Tabel 4.5: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Ketiga
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan
ketiga ini sudah menunjukkan kategori baik terutama pada aspek
50
meminta siswa dalam membentuk beberapa kelompok dan
memutar video.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
√
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya. √
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.6: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Ketiga
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di
atas, pada pertemuan ketiga ini aktivitas belajar siswa sudah
menunjukkan kategori baik terutama pada aspek membentuk
kelompok dan melihat video yang ditayangkan oleh guru.
2) Penilaian Pembelajaran Siklus I
Penilaian pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengukur
keterampilan berbicara siswa setelah diberikan perlakuan dengan
metode video critic. Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Kamis,
28 Agustus 2014. Pada tes akhir siklus I ini seluruh siswa kelas V
51
hadir dengan jumlah 24 siswa. Hasil penilaian pembelajaran pada
siklus I dapat dilihat pada table berikut:
No Nama
Kesesuai-
an isi
pembicara
Ketepatan
logika
urutan
berbicara
Ketepatan
detil
peristiwa
Ketepatan
kata
Ketepatan
kalimat
Jum-
lah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 A √ √ √ √ √ 12 48
2 B √ √ √ √ √ 10 40
3 C √ √ √ √ √ 11 44
4 D √ √ √ √ √ 16 64
5 E √ √ √ √ √ 14 56
6 F √ √ √ √ √ 12 48
7 G √ √ √ √ √ 15 60
8 H √ √ √ √ √ 11 44
9 I √ √ √ √ √ 13 52
10 J √ √ √ √ √ 11 44
11 K √ √ √ √ √ 12 48
12 L √ √ √ √ √ 10 40
13 M √ √ √ √ √ 18 72
14 N √ √ √ √ √ 13 52
15 O √ √ √ √ √ 10 40
16 P √ √ √ √ √ 10 40
17 Q √ √ √ √ √ 12 48
18 R √ √ √ √ √ 16 64
19 S √ √ √ √ √ 12 48
20 T √ √ √ √ √ 11 44
21 U √ √ √ √ √ 15 60
22 V √ √ √ √ √ 20 80
52
23 W √ √ √ √ √ 14 56
24 X √ √ √ √ √ 12 48
Jumlah 310 1240
Rata-rata 12.91 51.67
Tabel 4.7: Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus I
Berdasarkan tabel penilaian pembelajaran keterampilan berbicara
siklus I di atas diperoleh rata-rata nilai siswa 51.67. Selanjutnya akan
dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
14
40-50 51-60 61-70 71-80
Grafik 4.1: Perolehan Nilai Siswa Siklus I
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari 24 siswa yang
mengikuti tes akhir siklus I ada 14 orang siswa yang mendapatkan
nilai dari 40 sampai 50, 6 orang siswa mendapatkan nilai dari 51
sampai 60, 2 orang siswa mendapatkan nilai 61 sampai 70, dan 2
orang siswa mendapatkan nilai dari 71 sampai 80.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi aktivitas
mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, serta hasil penilaian
keterampilan berbicara pada siklus I, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
53
1) Guru
a) belum maksimal dalam menggunakan meetode video critic.
b) belum maksimal dalam memfokuskan siswa untuk melihat
dan mendengar video.
c) belum menguasai kelas.
2) Siswa
a) belum terlibat dalam penggunaan metode dan media
pembelajaran.
b) belum cepat tanggap yang disampaikan oleh guru.
c) belum percaya diri untuk berbicara di depan teman-temannya.
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara, dari 24 siswa
yang mengikuti tes akhir siklus I, baru dua orang siswa yang sudah
mencapai nilai KKM, ini menunjukkan bahwa pembelajaran siklus I
belum maksimal dan masih perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan temuan kegiatan pembelajaran dan penilaian pada siklus
I, maka peneliti berencana melakukan perbaikan-perbaikan pada
kegiatan pembelajaran siklus II. Rencana perbaikan tersebut antara lain:
1) Memaksimalkan penggunaan metode dan media pembelajaran.
2) Menerapkan langkah-langkah metode video critic dengan baik.
3) Memfokuskan perhatian siswa dalam melihat dan mendengar
video yang ditampilkan oleh guru.
4) Memberikan reward kepada siswa yang berani berbicara di
depan kelas.
5) Mengatur siswa yang gaduh dan tidak disiplin saat proses
pembelajaran.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
Tindakan pembelajaran siklus II merupakan tindakan lanjutan
berdasarkan hasil refleksi pada tindakan pembelajaran siklus I. Kegiatan
penelitian pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan, setiap
54
pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap tindakan
pembelajaran pada siklus II adalah:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan
instrumen pembelajaran yang dibuat sendiri oleh peneliti, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar,
membuat soal akhir tes keterampilan berbicara siswa, menyiapkan
metode dan media pembelajaran, serta menyiapkan lembar pengamatan
aktivitas belajar siswa dan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru,
serta keperluan lainnya.
Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menceritakan
kembali, memberi tanggapan, menyebutkan masalah, memberi saran
yang terjadi dari peristiwa dongeng “Keong Mas, Timun Mas” dan
hikayat “Semut dan Belalang” yang didengar dan dilihat melalui video
yang ditampilkan oleh guru. Target yang ingin dicapai pada siklus II ini
adalah siswa mampu menceritakan kembali hikayat “Semut dan
Belalang” dengan menggunakan bahasa sendiri berdasarkan apa yang
dilihat dan didengar.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat pada siklus II ini dilaksanakan pada hari
Rabu, 03 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung
selama 2 jam pelajaran (2x35menit) yang dimulai pukul 11:20 WIB
sampai dengan 12:20 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah
menceritakan peristiwa dan memberi tanggapan dari dongeng
“Keong Mas” dari apa yang dilihat dan didengar melalui video yang
ditampilkan oleh guru. Pada pertemuan keempat ini, siswa yang
hadir berjumlah 23 siswa.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sama halnya dengan
kegiatan pembelajaran pada siklus I diawali dengan membuka
55
pelajaran, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa.
Pembelajaran selanjutnya, peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan penjelasan kembali mengenai penerapan
metode video critic, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran hari ini
tentang peristiwa dari dongeng “Keong Mas”. Setelah tahap pertama
dikerjakan, selanjutnya guru memperlihatkan video, guru meminta
siswa untuk melihat dan mendengar video tersebut, kemudian setelah
selesai, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali dan
memberi tanggapan dengan menggunakan bahasa sendiri. Selesai
berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas dan menceritakan
hasil diskusi bersama teman kelompoknya. Kemudian guru memberi
penilaian secara langsung kepada siswa.
2) Peretemuan Kelima
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Kamis, 04
September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam
pelajaran (2x35menit) yang dimulai pukul 08:50 WIB sampai
dengan 09:50 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah
menyebutkan masalah yang terjadi dan menceritakan kembali
dongeng “Timun Mas” dari apa yang dilihat dan didengar melalui
video yang ditampilkan oleh guru. Pada pertemuan kelima ini,
seluruh siswa hadir dengan jumlah 24 siswa.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kelima ini diawali
dengan membuka pelajaran, melakukan apersepsi dan
mengkondisikan siswa. Pembelajaran selanjutnya, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
kembali mengenai penerapan metode video critic, yaitu guru
menjelaskan materi pelajaran hari ini tentang peristiwa dari dongeng
“Timun Mas”. Setelah tahap pertama dikerjakan, selanjutnya guru
memperlihatkan video, guru meminta siswa untuk melihat dan
mendengar video tersebut, kemudian setelah selesai, guru meminta
56
siswa untuk menyebutkan masalah yang terjadi dan menceritakan
kembali dengan menggunakan bahasa sendiri. Selesai berdiskusi
dengan teman kelompoknya, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk maju ke depan kelas dan menceritakan hasil diskusi
bersama teman kelompoknya. Kemudian guru memberi penilaian
secara langsung kepada siswa.
3) Pertemuan Keenam
Pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10
September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam
pelajaran (2x35menit) yang dimulai pukul 11:20 WIB sampai
dengan 12:20 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah
menyebutkan masalah yang terjadi dan menceritakan kembali
dongeng “Timun Mas” dari apa yang dilihat dan didengar melalui
video yang ditampilkan oleh guru. Pada pertemuan kelima ini,
seluruh siswa hadir dengan jumlah 24 siswa.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan keenam ini diawali
dengan membuka pelajaran, melakukan apersepsi dan
mengkondisikan siswa. Pembelajaran selanjutnya, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
kembali mengenai penerapan metode video critic, yaitu guru
menjelaskan materi pelajaran hari ini tentang peristiwa dari hikayat
“Semut dan Belalang”. Setelah tahap pertama dikerjakan, selanjutnya
guru memperlihatkan video, guru meminta siswa untuk melihat dan
mendengar video tersebut, kemudian setelah selesai, guru meminta
siswa untuk menceritakan kembali dan memberi saran dengan
menggunakan bahasa sendiri. Selesai berdiskusi dengan teman
kelompoknya, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk
maju ke depan kelas dan menceritakan hasil diskusi bersama teman
kelompoknya. Kemudian guru memberi penilaian secara langsung
kepada siswa.
57
Dokumentasi selama kegiatan pembelajaran pada siklus II akan
dijelaskan oleh gambar-gambar berikut ini:
Gambar 4.4
Aktivitas guru ketika menerapkan metode video critic tanpa
proyektor, namun siswa tetap memperhatikan dengan seksama.
Gambar 4.5
Aktivitas siswa ketika berdiskusi dengan teman kelompoknya.
58
Gambar 4.6
Kegiatan siswa ketika sedang mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas.
c. Tahap Pengamatan
1) Observasi Aktivitas Pembelajaran
Tahap pengamatan pada siklus II ini dilakukan bersamaan
dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini
dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan
teman sejawat peneliti.
a) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Rabu, 03
September 2014, observer memberikan penilaian terhadap
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
59
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
√
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
√
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap
siswa.
√
Tabel 4.8: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Keempat
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan
keempat dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah
menunjukkan kategori baik. Terutama untuk aspek guru meminta
siswa untuk menyimak video yang ditayangkan dan guru
memutar video.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video √
60
yang telah ditayangkan.
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya. √
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.9: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Keempat
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di
atas, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan
ini sudah menunjukkan kategori baik terutama pada aspek
menyimak dan melihat video yang ditayangkan.
b) Pertemuan Kelima
Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Kamis, 04
September 2014, observer memberikan penilaian terhadap
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
√
61
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
√
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap
siswa.
√
Tabel 4.10: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Kelima
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
pada pertemuan ini aktivitas mengajar guru sudah menunjukkan
kategori baik untuk semua aspek yang diamati.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
√
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama √
62
teman kelompoknya.
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.11: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Kelima
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di
atas, pada pertemuan ini aktivitas belajar siswa sudah
menunjukkan kategori baik untuk semua aspek yang diamati.
c) Pertemuan Keenam
Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Rabu, 10
September 2014, observer memberikan penilaian terhadap
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Sebelum video ditayang-
kan, guru meminta siswa
untuk mengomentari atau
mengkritisi video yang
akan ditayangkan.
√
3 Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
√
4 Guru memutar video. √
5 Guru meminta siswa untuk √
63
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
6 Guru memberi penilaian
secara langsung terhadap
siswa.
√
Tabel 4.12: Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Pertemuan Keenam
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan
terakhir dalam siklus II ini untuk semua aspek yang diamati
sudah menunjukkan kategori baik.
No Aspek yang dinilai Penilaian
SB B C K SK
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok. √
2 Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video
yang telah ditayangkan.
√
3 Siswa menyimak video
yang ditayangkan. √
4 Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru. √
5 Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya. √
6 Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru. √
Tabel 4.13: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan Keenam
64
Berdasarkan tabel observasi aktivitas belajar siswa di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan
terakhir dalam siklus II ini untuk semua aspek yang diamati
sudah menunjukkan kategori baik.
2) PenilaianPembelajaran Siklus II
Penilaian pembelajaran pada siklus II dilakukan untuk mengukur
keterampilan berbicara siswa setelah diberikan perlakuan dengan
metode video critic. Tes akhir siklus II dilaksanakan pada hari
Kamis, 11 September 2014. Pada tes akhir siklus II ini seluruh siswa
kelas V hadir dengan jumlah 24 siswa. Hasil penilaian pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama
Kesesuai-
an isi
pembicara
Ketepatan
logika
urutan
berbicara
Ketepatan
detil
peristiwa
Ketepatan
kata
Ketepatan
kalimat
Jum-
lah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 A √ √ √ √ √ 19 76
2 B √ √ √ √ √ 18 72
3 C √ √ √ √ √ 18 72
4 D √ √ √ √ √ 19 76
5 E √ √ √ √ √ 22 88
6 F √ √ √ √ √ 21 84
7 G √ √ √ √ √ 20 80
8 H √ √ √ √ √ 19 76
9 I √ √ √ √ √ 20 80
10 J √ √ √ √ √ 23 92
11 K √ √ √ √ √ 18 72
12 L √ √ √ √ √ 18 72
13 M √ √ √ √ √ 21 84
65
14 N √ √ √ √ √ 20 80
15 O √ √ √ √ √ 19 76
16 P √ √ √ √ √ 20 80
17 Q √ √ √ √ √ 19 76
18 R √ √ √ √ √ 18 72
19 S √ √ √ √ √ 19 76
20 T √ √ √ √ √ 22 88
21 U √ √ √ √ √ 21 84
22 V √ √ √ √ √ 23 92
23 W √ √ √ √ √ 19 76
24 X √ √ √ √ √ 20 80
Jumlah 476 1904
Rata-rata 19.83 79.33
Tabel 4.14: Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus II
Berdasarkan tabel hasil penilaian pembelajaran keterampilan
berbicara siswa di siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa 79.33.
Selanjutnya akan dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
70-75 76-80 81-85 86-90 91-95
Grafik 4.2: Perolehan Nilai Siswa Siklus II
66
Berdasarkan grafik perolehan nilai siswa di atas dapat dilihat
bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II ada 5
orang siswa mendapat nilai dari 70 sampai 75, 12 orang siswa
mendapat nilai dari 76 sampai 80, 3 orang siswa mendapat nilai
dari 81 sampai 85, 2 orang siswa mendapat nilai dari 86 sampai
90, dan 2 orang siswa mendapat nilai dari 91 sampai 95.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi guru dan
siswa pada siklus II, maka dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran
selama siklus II ini sudah berjalan dengan baik, penerapan metode video
critic pada semua tahapan dan langkah-langkah pembelajarannya sudah
dilaksanakan dengan baik. Hasil tes keterampilan berbicara siswa pada
siklus II sudah menunjukkan peningkatan, hal ini dapat dilihat dari nilai
hasil tes akhir siklus II yang menunjukkan semua siswa kelas V telah
mencapai nilai KKM 70.00.
B. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari
berbagai sumber, baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut:
1. Data Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti didampingi oleh teman
sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer tersebut diberikan lembar
observasi yang berfungsi sebagai alat pengamatan untuk mengetahui dan
mengukur keterampilan peneliti sebagai guru yang menerapkan inovasi
pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan untuk mengukur keterampilan
siswa dalam berbicara. Kegiatan pengamatan ini dilakukan dalam setiap
pertemuan pada siklus I dan siklus II.
Indikator ketercapaian keterampilan berbicara siswa dalam penelitian ini
adalah apabila lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa selama dua siklus telah menunjukkan kategori baik pada setiap aspek
yang diamati.
67
2. Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa
Dari hasil penilaian keterampilan berbicara siswa pada siklus I dan siklus
II diperoleh rata-rata nilai siswa yang digambarkan dalam table sebagai
berikut:
Tingkat Keterampilan
Berbicara Siswa
Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 80 92
Nilai terendah 40 72
Rata-rata nilai 51.67 79.33
Tabel 4.15: Rekapitulasi Hasil Penilaian
Keterampilan Berbicara Siswa
Indikator ketercapaian keterampilan berbicara siswa dalam penelitian ini
adalah jika seluruh siswa telah mencapai nilai KKM 70 maka penelitian
dihentikan. Dilihat dari tabel di atas bahwa rata-rata nilai tes akhir pada
siklus I sebesar 51.67 dan rata-rata nilai tes akhir pada siklus II sebesar
79.33, hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa
selama dua siklus ini mengalami peningkatan sebesar 27.66.
C. Pembahasan
Pada siklus I yang terdiri dari 3 pertemuan diperoleh data hasil observasi
aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada
pertemuan pertama beberapa aspek aktivitas mengajar guru sudah menunjukkan
kategori baik, tetapi pada aspek meminta siswa untuk mengomentari atau
mengkritisi dan memberi penilaian secara langsung terhadap siswa perlu
ditingkatkan lagi. Begitupun aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama
sudah menunjukkan kategori baik, namun ada dua aspek yang perlu ditingkatkan
lagi yaitu siswa mengomentari atau mengkritisi video yang telah ditayangkan dan
siswa menerima penialaian secara langsung dari guru. Pada pertemuan kedua
aspek aktivitas mengajar guru yang belum mencapai kategori baik adalah aspek
membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok, sedangkan aktivitas belajar siswa
pada pertemuan kedua ini aspek yang belum menunjukkan kategori baik adalah
68
membentuk ke dalam beberapa kelompok dan mengomentari serta mengkritisi
video yang telah ditayangkan. Selanjutnya pada pertemuan ketiga yang
merupakan pertemuan terakhir pada siklus I ini dapat dilihat bahwa aktivitas
mengajar guru untuk semua aspek sudah menunjukkan kategori baik. Demikian
halnya dengan aktivitas belajar siswa pada semua aspek sudah menunjukkan
kategori baik terutama untuk aspek membentuk ke dalam beberapa kelompok dan
melihat video yang ditayangkan oleh guru.
Pada akhir siklus I dilakukan tes untuk mengukur keterampilan berbicara
siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode video critic.
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 51.67.
Dari 24 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I hanya dua orang siswa yang
mencapai nilai KKM 70. Hal tersebut berarti masih perlu ditingkatkan lagi proses
pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Pada siklus II tindakan pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan,
selama tindakan pembelajaran siklus II ini diperoleh data hasil observasi aktivitas
mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan keempat aktivitas
mengajar guru dan aktivitas belajar siswa pada semua aspek yang diamati sudah
menunjukkan kategori baik terutama untuk aspek menyimak dan melihat video.
Pada pertemuan kelima, diperoleh data observasi aktivitas mengajar guru sudah
menunjukkan kategori baik. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa pada
pertemuan ini dapat dilihat bahwa semua aspek yang diamati sudah menunjukkan
kategori baik. Pada pertemuan keenam yang merupakan pertemuan terakhir dalam
tindakan pembelajaran siklus II diperoleh data observasi aktivitas mengajar guru
sudah menunjukkan kategori baik untuk semua aspek yang diamati. Demikian
halnya untuk data observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ini pada semua
aspek yang diamati juga sudah menunjukkan kategori baik.
Selanjutnya, pada akhir siklus II dilakukan tes untuk mengukur peningkatan
keterampilan berbicara siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan
metode video critic. Dari 24 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II seluruh siswa
sudah mencapai nilai KKM. Rata-rata nilai keterampilan menyimak siswa pada
siklus II adalah 79.33, jika dibandingkan dengan rata-rata nilai keterampilan
69
berbicara siswa pada siklus I sebesar 51.67, maka pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 27.66. Hal tersebut menunjukkan tindakan penelitian berhenti
di siklus II, karena tindakan pembelajaran pada siklus II berhasil meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa pada siklus I masih memerlukan peningkatan lagi, khususnya pada aspek
guru meminta siswa untuk mengomentari atau mengkritisi dan memberi penilaian
secara langsung terhadap siswa, serta membentuk siswa ke dalam beberapa
kelompok. Sedangkan pada siklus II hasil observasi aktivitas mengajar guru dan
aktivitas belajar siswa sudah menunjukkan kategori baik, bahkan ada beberapa
aspek yang menunjukkan kategori sangat baik. Dari data hasil observasi, telah
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian,
maka metode video critic dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Selanjutnya, pembelajaran dengan menggunakan metode video critic dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V MI Nurul Islam. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa analisis yang diperoleh dari hasil pada siklus I dan siklus
II. Perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 51.67 dari 24 siswa yang
mengikuti tes akhir siklus I terdapat dua orang siswa yang nilainya mencapai
KKM. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 79.33, pada siklus II
ini mengalami peningkatan sebesar 27.66 dan nilai seluruh siswa sudah mencapai
KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan penelitian berhenti di siklus II,
karena tindakan pembelajaran pada siklus II berhasil meningkatkan keterampilan
berbicara siswa.
B. Saran
Dari simpulan yang telah dipaparkan di atas bahwa metode video critic
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan demikian, peneliti
ingin memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Metode video critic sebagai sumber referensi dalam upaya memperbaiki
dan menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan khususnya
71
dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Bagi Siswa
Dengan metode video critic ini mampu meningkatkan keterampilan
berbahasa siswa khususnya keterampilan berbicara. Kemudian siswa
menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, berani
dalam mengungkapkan pendapat, tanggapan, saran dan kritik, sehingga
siswa mendapatkan pengalaman yang lebih berkesan dalam belajarnya.
3. Bagi Sekolah
Metode video critic ini merupakan salah satu metode yang dapat menjadi
rujukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2011.
Alfin, Jauharoti, Muhammad Thohri, dkk. Bahasa Indonesia I. Surabaya:
Learning Assistance Program for Islamic School-Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. 2008.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung:
UPI PRESS. 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2012.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Fathurrohman, Pupuh. dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar –
Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. 2009.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks. 2010.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011.
Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam. 2009.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2009.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis kompetensi.
Yogyakarta: UNY.
Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi.
Bandung: UPI PRESS. 2007.
Rozak, Abd dan Maifalinda Fatra. Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
2010.
73
Sadhono, Kundharu dan Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati. 2012.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2006.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2009.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2012.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2010.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2012.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 2008.
http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/keterampilan/2118-
pengertian-ketrampilan-dan-jenisnya.html
http://sakinahunpak.blogspot.com/2013/07/a_9.html?m=1
http://www.sarjanaku.com/2011/05/media-audio-visual.html?m=1
74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 3 : Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5 : Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Lampiran 6 : Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 7 : Instrumen Soal Keterampilan Berbicara Siklus I
Lampiran 8 : Instrumen Soal Keterampilan Berbicara Siklus II
Lampiran 9 : Transkrip Hasil Rekaman Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
Lampiran 10 : Transkrip Hasil Rekaman Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Lampiran 11 : Hasil Penilaian Siklus I
Lampiran 12 : Hasil Penilaian Siklus II
Lampiran 13 : Foto-foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 14 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 15 : Profil Madrasah
Lampiran 16 : Biografi Penulis
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : I (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Menjelaskan pengertian persoalan atau peristiwa.
Menyebutkan beberapa persoalan atau peristiwa.
Mengusulkan tanggapan mengenai persoalan atau peristiwa melalui video
tanah longsor.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menjelaskan pengertian persoalan atau peristiwa.
Siswa dapat menyebutkan beberapa persoalan atau peristiwa.
Siswa dapat mengusulkan tanggapan mengenai persoalan atau peristiwa
melalui video tanah longsor.
Materi Ajar : Memberi tanggapan terhadap peristiwa melalui
video yang ditayangkan.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran dengan
mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan ketua
kelas untuk memimpin doa
sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada siswa
materi yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang
akan dibahas pada pertemuan
ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi yang
diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan dari
guru.
Siswa mendengarkan apa yang
guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
Siswa menjawab sesuai
Disiplin
“apa yang kamu ketahui tentang
peristiwa?”.
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
pengetahuan mereka.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi dengan
teman kelompoknya, guru
bertanya kepada siswa
“sebutkan beberapa peristiwa
yang pernah kalian alami!,
sebutkan beberapa peristiwa
yang kalian ketahui!”
Guru meminta perwakilan dari
kelompok untuk menceritakan
hasil diskusi yang telah dibahas
bersama kelompoknya.
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa menceritakan
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Siswa menjawab sesuai
dengan kemampuannya.
Perwakilan dari kelompok
menceritakan hasil diskusi di
depan teman-temannya.
Siswa menceritakan hasil
diskusi dengan diperhatikan
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
peristiwa “tanah longsor”
melalui video yang telah
ditampilkan.
Guru meminta kelompok lain
untuk mengusulkan tanggapan
terhadap kelompok yang
berbicara.
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
oleh guru.
Kelompok lain mengusulkan
tanggapan sesuai dengan
kemampuannya.
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum
dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh perhatian,
serta mencatat hal-hal penting
yang disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai “Tanah Longsor”.
,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I Dewi Nurzanah
Lampiran
Uraian Materi
Peristiwa
Peristiwa adalah kejadian-kejadian luar biasa atau menarik perhatian yang
benar-benar terjadi. Misalkan bencana alam dan pertandingan olah raga.
Adapun peristiwa fiktif adalah peristiwa khayalan hasil rekaan manusia,
karangan berupa peristiwa fiktif termasuk karya non ilmiah. Seperti cerpen, novel,
drama, legenda dan dongeng.
Macam-macam peristiwa yang kita ketahui:
1. Gunung meletus
2. Tsunami
3. Tanah longsor
4. Hutan gundul
5. Kebakaran
6. Banjir
Cara Menanggulangi Tanah Longsor:
1. Menjaga kelestarian pepohonan yang berada di lereng bagian atas pemukiman.
2. Membuat drainase (gorong-gorong/ saluran air di permukaan atau bawah
tanah) untuk penyerapan air hujan, sehingga tanah tidak cepat cembung.
3. Segera menutup retakan dengan tanah lembung, agar air tidak masuk ke dalam
tanah melalui retakan.
4. Jangan menebang pepohonan di lereng, agar tanah tidak longsor.
5. Jangan mencetak sawah baru dan membuat kolam pada lereng bagian atas
pemukiman.
6. Jangan mendirikan bangunan atau pemukiman di daerah tebing yang terjal.
7. Jangan melakukan penggalian di bawah tebing yang terjal.
8. Segera mengungsi ke daerah yang aman.
9. Laporkan segera ke kepala desa atau kelurahan setempat jika terjadi bencana
tanah longsor.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Membandingkan cerita fiksi dan cerita non fiksi.
Menyebutkan masalah yang terjadi pada cerita bawang merah dan bawang
putih yang sudah ditampilkan melalui video.
Memberi kritik untuk cerita bawang merah dan bawang putih yang sudah
ditampilkan melalui video.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat membandingkan cerita fiksi dan cerita non fiksi.
Siswa dapat menyebutkan masalah yang terjadi pada cerita bawang merah
dan bawang putih yang sudah ditampilkan melalui video.
Siswa dapat memberi kritik untuk cerita bawang merah dan bawang putih
yang sudah ditampilkan melalui video.
Materi Ajar : Memberi tanggapan pemecahan terhadap peristiwa
yang ia lihat.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter Siswa :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran dengan
mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan ketua
kelas untuk memimpin doa
sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada siswa
materi yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang
akan dibahas pada pertemuan
ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi yang
diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan dari
guru.
Siswa mendengarkan apa yang
guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
“masih ingatkah kalian tentang
bencana yang kemarin
ditampilkan melalui video?”
”bagaimana cara menanggula-
nginya?”.
Guru menjelaskan perbandingan
cerita fiksi dan non fiksi.
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
Siswa menjawab sesuai
pengetahuan mereka.
Siswa memperhatikan
perbandingan cerita fiksi dan
non fiksi yang disampaikan
oleh guru.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
Disiplin
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi dengan
teman kelompoknya, guru
meminta perwakilan dari
kelompok untuk menyebutkan
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Perwakilan dari kelompok
menyebutkan masalah yang
terjadi pada cerita bawang
merah dan bawang putih.
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
masalah yang terjadi pada cerita
bawang merah dan bawang
putih.
Guru meminta kelompok lain
untuk memberi kritik mengenai
cerita bawang merah dan
bawang putih yang sudah
ditampilkan melalui video.
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa
mendemonstrasikan hasil
diskusi bersama teman
kelompoknya.
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
Kelompok lain memberi
kritik mengenai cerita
bawang merah dan bawang
putih yang sudah ditampilkan
melalui video.
Siswa mendemonstrasikan
hasil diskusi dengan
diperhatikan oleh guru.
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum
dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh perhatian,
serta mencatat hal-hal penting
yang disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”.
,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I Dewi Nurzanah
Lampiran
Uraian Materi
A. Cerita
Cerita adalah susunan dari beberapa kalimat yang mengisahkan atau
menjelaskan sesuatu. Cerita ada dua macam yakni, cerita fiksi dan cerita nonfiksi.
Cerita fiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan imajinasi atau khayalan
pengarang. Contonya; Abu Nawas, Si Kancil dan Aladin. Sedang cerita nonfiksi
adalah cerita yang isinya berdasarkan kejadian nyata. Contohnya adalah sejarah,
laporan penelitian dan karangan ilmiah.
B. Memahami Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat atau
lebih. Contoh: Dian anak orang kaya tetapi bodoh.
Kalimat di atas terdiri atas dua kalimat, yakni:
- Dian anak orang kaya
- Dian anak yang bodoh
Kedua kalimat di atas digabung dengan kata tetapi, membentuk kalimat majemuk
setara.
C. Kritik
Kritik adalah komentar, tanggapan atau kecaman. Aspek yang dikritik,
meliputi tiga hal, yaitu:
a. Kebenaran isi suatu informasi.
b. Penggunaan bahasa.
c. Cara penyajian atau struktur diskusi.
Teknik menyampaikan kritik yang baik adalah:
a. Jika berdiskusi, perhatikanlah dengan baik.
b. Catatlah pokok-pokok yang penting.
Dalam menyampaikan kritikan, kamu harus menggunakan bahasa yang
sopan. Hal ini dilakukan agar tidak menyinggung perasaan orang yang dikritik.
Contoh: “Maaf, saya kurang setuju dengan pendapatmu. Sebaiknya, ….”
Atau,
"Maaf, bukankah jadwal piket kelas seharusnya sudah ditempel, tapi mengapa
sampai sekarang belum ditempel?"
Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman dahulu kala di sebuah desa
tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari
Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang
cantik bernama Bawang putih. Mereka
adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah
Bawang putih hanya pedagang biasa, namun
mereka hidup rukun dan damai. Namun
suatu hari ibu bawang putih sakit keras.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang
Merah. Ketika Bawang putih bersama kucing kesayangannya pergi mencuci baju
ke sungai, maka datanglah ibu Bawang merah ke rumah Bawang putih dan
memaksa ibu Bawang putih untuk meminum racun yang telah dibuatnya.
Kemudian ibu Bawang putih meningggal dunia.
Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering
berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia membuatkan minuman untuk ayah
Bawang putih atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol.
Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia
menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian
lagi.
Dengan pertimbangan dari Bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah
dengan ibu Bawang merah. Awalnya ibu Bawang merah dan Bawang merah
sangat baik kepada Bawang putih. Namun ketika ayah Bawang putih pergi
meninggalkan rumah untuk berdagang, sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka
kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat. Bawang putih
harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya
hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya,
karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ketika Bawang putih sedang bernyanyi untuk menghibur ikan
mas ajaib yang ada di sungai, ada seorang pangeran tampan datang menghampiri
Bawang putih, namun belum sempat berkenalan, Bawang putih segera pulang
karena takut dimarahi oleh Bawang merah dan ibunya.
Bawang merah mengetahui persahabatan Bawang putih dengan ikan mas
ajaib, Bawang merah pun marah dan memasak ikan mas tersebut. Bawang merah
memberi ikan mas yang sudah mati dan hanya tersisa tulang kepada Bawang
putih. Bawang putih pun menangis dan mengubur ikan mas tersebut di halaman
rumahnya.
Tidak lama kemudian, pangeran datang ke rumah Bawang putih untuk
mencari daun mas yang disuruh oleh ayahnya. Ketika itu, ikan mas yang tadi
dikubur oleh Bawang putih, tumbuh menjadi pohon mas yang dicari oleh
pangeran tersebut. Ayah pangeran memberi wangsit kepada pangeran “bahwa
yang dapat mencabut pohon mas, hanyalah pemiliknya”.
Setelah pohon mas sudah tercabut, pangeran membawa Bawang putih ke
istana kerajaan. Ayah pangeran sudah sembuh, pada akhirnya Bawang putih dan
pangeran menikah, dan mereka hidup bahagia.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : 3 (Tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Menceritakan kembali isi legenda sangkuriang yang dilihat dan didengar
dengan menggunakan bahasa sendiri.
Memberi saran terhadap isi legenda sangkuriang yang sudah dilihat dan
didengar.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menceritakan kembali isi legenda sangkuriang yang dilihat
dan didengar dengan menggunakan bahasa sendiri.
Siswa dapat memberi saran terhadap isi legenda sangkuriang yang sudah
dilihat dan didengar.
Materi Ajar : Memberi tanggapan pemecahan terhadap peristiwa
yang ia lihat.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter Siswa :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran
dengan mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan
ketua kelas untuk memimpin
doa sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada
siswa materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya
dan mengaitkan dengan materi
yang akan dibahas pada
pertemuan ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi
yang diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan
dari guru.
Siswa mendengarkan apa
yang guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
“masih ingatkah kalian tentang
cerita bawang merah dan
bawang putih?” ”siapakah yang
bisa menceritakan dengan
runtut?”.
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
Siswa menjawab sesuai
pengetahuan mereka.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
Disiplin
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi
dengan teman kelompoknya,
guru menunjuk beberapa siswa
untuk menceritakan kembali isi
legenda sangkuriang yang
dilihat dan didengar dengan
menggunakan bahasa sendiri.
Guru meminta siswa lain untuk
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Siswa yang ditunjuk,
menceritakan kembali isi
legenda yang dilihat dan
didengar dengan meng-
gunakan bahasa sendiri.
Siswa lain memberi saran
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
memberi saran terhadap isi
legenda sangkuriang yang
sudah dilihat dan didengar.
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa menceritakan
kembali dan memberi saran
terhadap isi legenda
sangkuriang yang sudah dilihat
dan didengar.
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
terhadap isi legenda
sangkuriang yang sudah
dilihat dan didengar.
Siswa menceritakan kembali
dan memberi saran terhadap
isi legenda sangkuriang yang
sudah dilihat dan didengar
dengan diperhatikan oleh
guru.
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang
belum dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh
perhatian, serta mencatat hal-
hal penting yang
disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa
dan salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai legenda “Sangkuriang”.
Evaluasi (Penilaian)
Indikator Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Jenis
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh Instrumen/Soal
Menceritakan kembali
isi legenda
sangkuriang yang
dilihat dan didengar
dengan menggunakan
bahasa sendiri.
Tes Performance Siswa diperintahkan maju
ke depan kelas untuk
menceritakan kembali
legenda sangkuriang yang
dilihat dan didengar dengan
menggunakan bahasa
sendiri!
Memberi saran ter-
hadap isi legenda
sangkuriang yang
sudah dilihat dan
didengar.
Tes Performance Siswa diperintahkan maju
ke depan kelas untuk
memberi saran terhadap isi
legenda sangkuriang yang
sudah dilihat dan didengar!
Kunci Jawaban dan Skoring
No Butir-Butir Soal Kunci Jawaban Skor
1. Menceritakan kembali isi legenda
sangkuriang yang didengar dengan
bahasa sendiri.
Sesuai dengan
kemampuan siswa.
5
2. Memberi saran terhadap isi legenda
sangkuriang yang sudah dilihat dan
didengar
Sesuai dengan
kemampuan siswa.
5
Jumlah Skor Maksimal 10
,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I Dewi Nurzanah
Lampiran
Uraian Materi
Sangkuriang
Pada jaman dahulu kala, terdengarlah
kisah dari salah satu putri di Jawa Barat
bernama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi
mempunyai anak bernama Sangkuriang.
Pada suatu hari Sangkuriang pergi untuk
berburu kijang ditemani oleh seekor anjing
bernama Tumang.
Pada saat berburu, Sangkuriang tidak
bertemu dangan seekor kijang, Sangkuriang
teringat bahwa Ibunya sangat senang hati kijang. Karena Sangkuriang sangat ingin
memberikan hati kijang kepada ibunya maka Sangkuriang membunuh Tumang
untuk mengambil hatinya. Sangkuriang tidak tahu bahwa Tumang adalah titisan
dewa dan juga sekaligus Bapaknya. Sesampainya Sangkuriang di rumah ia
memberikan hati kepada Ibunya untuk dimasak. Saat memakanya Dayang Sumbi
teringat pada Tumang dan menanyakannya pada Sangkuriang, Sangkuriang
menjawab dengan wajah ketakutan "Tumang mati" Dayang Sumbi marah dan
memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi dan mengusirnya dari rumah.
Setelah kejadian itu Dayang Sumbi sangat menyesalinya, ia selalu berdoa
agar suatu saat nanti ia akan bertemu oleh Sangkuriang, dan sangat tekun bertapa
hingga suatu hari sang dewata meberikan anugerah kepada Dayang Sumbi yaitu
berupa kecantikan abadi dan tidak pernah tua. Setelah diusir Ibunya, Sangkuriang
berkelana ke berbagai tempat, akhirnya Sangkuriang menjadi laki-laki yang
tampan dan kembali lagi ke tempat Dayang Sumbi, tetapi Sangkuriang tidak
mengetahui bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya sendiri.
Sangkuriang akhirnya jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun
melamar Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat sedang
berduaan, Dayang Sumbi mengencangkan ikat kepala Sangkuriang dan melihat
bekas luka di kepala Sangkuriang dan bertanya kepada Sangkuriang, Sangkuriang
menjawab "ini bekas luka akibat dipukul dengan sendok nasi oleh Ibunya".
Mendengar pernyataan tersebut Dayang Sumbi kaget dan memberi tahu
Sangkuriang bahwa dia adalah Ibunya, Namun sangkuriang tidak percaya dan
tetap berniat menikahinya.
Dayang Sumbi mengajukan permintaan, dia minta dibuatkan perahu layar
dalam sehari dan tidak boleh lebih. Sangkuriang menyanggupinya dan
Sangkuriang membendung sungai Citarum untuk tempat perahunya. Dalam
pembuatanya, Sangkuriang mendapatkan bantuan dari jin hasil taklukanya dalam
perantauanya, karena bantuan dari jin perahu itupun hampir selesai. Dayang
Sumbi memohon kepada Dewa agar matahari terbit lebih awal dari biasanya, dan
akhirnya berhasil. Jin yang membantu Sangkuriang lari ketakutan dan
meninggalkan Sangkuriang sendirian. Karena kesal, perahu itu ditendangnya,
perahu itu terjatuh di atas gunung dan menyatu dengan gunung dan bernama
Gunung Tangkuban Perahu, Sangkuriang akhirnya meninggal karena terjatuh ke
dalam sungai Citarum.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Menceritakan peristiwa yang terjadi dalam dongeng keong mas.
Memberi tanggapan terhadap isi dongeng keong mas.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menceritakan peristiwa yang terjadi dalam dongeng keong
mas.
Siswa dapat memberi tanggapan terhadap isi dongeng keong mas.
Materi Ajar : Memberi tanggapan pemecahan terhadap peristiwa
yang ia lihat.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter Siswa :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran
dengan mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan
ketua kelas untuk memimpin
doa sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada
siswa materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya
dan mengaitkan dengan materi
yang akan dibahas pada
pertemuan ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi
yang diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan
dari guru.
Siswa mendengarkan apa
yang guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
“masih ingatkah kalian tentang
peristiwa yang ada pada pada
legenda Sangkuriang yang ibu
guru sampaikan minggu lalu?”
siapakah yang bisa
Siswa menjawab sesuai
pengetahuan mereka.
Disiplin
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
mencerikatan dengan runtut?”
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi
dengan teman kelompoknya,
guru menunjuk beberapa siswa
untuk menceritakan peristiwa
yang terjadi dalam dongeng
keong mas dan meminta siswa
untuk memberi tanggapan
terhadap isi dongeng keong
mas.
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa menceritakan
kembali dan memberi
tanggapan terhadap isi
dongeng keong mas.
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Siswa yang ditunjuk,
menceritakan kembali isi
peristiwa yang terjadi dalam
dongeng keong mas dan
memberi tanggapan terhadap
isi dongeng keong mas.
Siswa menceritakan kembali
dan memberi tanggapan
terhadap isi dongeng keong
mas. dengan diperhatikan
oleh guru.
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memerintahkan siswa
menceritakan dongeng keong
mas dengan bahasa mereka
sendiri.
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang
belum dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa maju ke depan kelas.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh
perhatian, serta mencatat hal-
hal penting yang
disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa
dan salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai dongeng “Keong Mas”.
Lampiran
Uraian Materi
Keong Mas
Di sebuah istana, akan
dilaksanakan pertunangan antara
putri Candra Kirana dengan putra
mahkota kerajaan Kahuripan, yaitu
Raden Inu. Kemudian adik putri
Candra Kirana mendengar kabar
tersebut dan mengadu kepada tukang
sihir; “Tukang sihir, mengapa
kakakku yang bertunangan dengan
Raden Inu?, kenapa bukan aku?.
Aku harus merencanakan sesuatu”. Kemudian tukang sihir menjawab, “apa
rencana tuan putri?” “Aku ingin kakakku menerima akibatnya, aku ingin kakakku
diusir dari istana, tapi bagaimana caranya tukang sihir?”, jawab adik putri Candra
Kirana. Tukang sihir berkata “begini tuan putri, aku punya ide, bagaimana jika
kita merancang Putri Candra Kirana mencuri pusaka milik ibu tuan putri. Itu
adalah pusaka kesayangan raja setelah permaisuri meninggal dunia. Dengan
begitu, pasti raja akan marah dan mengusir Candra Kirana dari istana”. “Kau
memang seorang tukang sihir yang pintar”, jawab adik Candra Kirana.
Ayahanda mengetahui hal tersebut, ayahanda pun marah kepada putri. Putri
Candra Kirana mencoba menjelaskan kepada ayah, “tidak ayahanda, aku tidak
mengambil emas itu.” Sudahlah, aku tidak mau dengar alasanmu, keluar dari
istana ini!!!. Pengawal, bawa anak tidak tahu berbalas budi ini keluar dari istana!.”
Putri Candra Kirana pun pergi dari istana, sesampainya di bawah pohon yang
sedang dihinggapi oleh burung-burung, putri itu berkata: “Kenapa nasibku begitu
buruk seperti ini wahai burung?, kenapa ayahanda begitu mudah percaya pada
mereka?”. Muncullah si tukang sihir dihadapan Putri Candra Kirana dan berkata
“hehehehe, kasian sekali kau Candra Kirana menerima hukuman atas perbuatan
saudara kandungmu sendiri”. “apakah benar yang kau katakan itu?, putri Dewi
Galuh? Adik kandungku sendiri yang memfitnahku?”. Jawab putri Candra Kirana.
“Hehehe memang benar, adikmu sendiri yang berniat jahat kepadamu, tetapi putri
Dewi Galuh belum merasa puas selama kau belum menerima akibatnya. Sekarang
terimalah ini sebagai balasan (tukang sihir merubah putri Candra Kirana menjadi
keong mas) dan kutukan ini akan hilang jika kau bertemu dengan tunanganmu.”
Jawab tukang sihir. Kemudian keong mas tersebut dibuang ke laut oleh tukang
sihir.
Matahari telah terbit, seorang nenek sedang menjaring di laut dan
didapatkannyalah keong mas di dalam jaring nenek itu dan nenek tersebut
menyimpan keong mas di rumahnya. Ia taruh keong mas tersebut di dalam kendi
tanah liat. Pada malam hari saat nenek itu tidur, keong mas keluar dari kendi dan
berubah menjadi seorang putri yang cantik, keong mas menuju dapur dan
membuat makanan untuk sang nenek. Ketika matahari terbit dan nenek pun
terbangun, sang nenek terkejut karena di meja makan sudah banyak makanan
yang keong mas masak. Tiga hari berturut-turut selalu terulang seperti itu. Sang
nenek sangat penasaran, sang nenek ingin mengetahui siapa yang selama ini
menghidangkan makanan sebanyak itu di meja makan. Suatu ketika, nenek itu
berpura-pura tidur, ketika keong mas keluar dari kendi dan berubah menjadi putri
yang sangat cantik, nenek itupun berkata “ya ampun, apa aku tidak salah liat,
keong mas itu berubah menjadi gadis yang sangat cantik”. Nenek itu langsung
bertanya kepada putri Candra Kirana “maafkan aku, kalau aku boleh tahu,
siapakah tuan putri yang cantik ini?” Putri menjawab “aku adalah putri dari
kerajaan Dahan, namaku adalah Candra Kirana, aku sebenaranya telah dikutuk
oleh si tukang sihir yang disuruh oleh saudara kandungku sendiri, dia memfitnah
aku sampai aku diusir keluar istana”. Putri itu berubah menjadi keong mas
kembali.
Raden Inu mengkhawatirkan keadaan tunangannya itu dan ingin mencarinya
sampai pelosok desa hingga dapat bertemu dengan tunangannya. Dewi Galuh
yang mengetahui tujuan Raden Inu, segera menyuruh tukang sihir untuk
mencegahnya, tetapi Raden Inu ditolong oleh seorang kakek dan kakek itu
menunjukkan arah kemana Raden Inu harus bertemu dengan tunangannya. Sedang
dalam perjalanan menuju untuk menemui putri Candra Kirana, Raden Inu merasa
haus. Ketika Raden Inu melihat rumah, ia segera memutuskan untuk meminta
segelas air kepada tuan rumah. Raden Inu terkejut ketika melihat Candra Kirana
dan berkata “benarkah itu kau Adinda Candra Kirana?”. Candra Kirana pun
terkejut “kanda Inu (kutukan itu hilang)”. Raden Inu berkata “akhirnya aku dapat
menemuimu dinda, bagaimana keadaanmu dinda?, apakah baik-baik saja?” “aku
baik-baik saja kanda, selama dinda di sini dinda diperlakukan sangat baik oleh
seorang nenek, dia sangat baik hati kanda”, jawab Candra Kirana. Putri Candra
Kirana memperkenalkan Raden Inu sebagai tunangannya dan memberitahu bahwa
kutukannya telah berakhir dan tidak akan berubah lagi menjadi keong mas. Nenek
pun menjawab “syukurlah kalau kalian bisa bertemu lagi, nenek sangat gembira”.
Raden Inu segera mengajak Putri Candra Kirana ke istana dan meminta agar
Putri Candra Kirana menceritakan kejadian ini ke ayahanda dan Dewi Galuh harus
mendapat hukuman akibat perbuatan jahatnya. Sesampainya di istana dan Candra
Kirana sudah menjelaskan ke ayahanda mengenai semua kejadian yang terjadi,
ayahanda sangat marah kepada Dewi Galuh dan meminta pengawal untuk
membawa Dewi Galuh keluar dari istana. Ayahanda meminta maaf kepada Putri
Candra Kirana dan Putri Candra Kirana merasa senang karena bisa bersama lagi
dengan ayah dan tunangannya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Menyebutkan masalah yang terjadi pada cerita timun mas yang sudah
ditampilkan melalui video.
Menceritakan kembali isi dongeng timun mas yang dilihat dan didengar
dengan menggunakan bahasa sendiri.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menyebutkan masalah yang terjadi pada cerita timun mas
yang sudah ditampilkan melalui video.
Siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng timun mas yang dilihat dan
didengar dengan menggunakan bahasa sendiri.
Materi Ajar : menceritakan kembali terhadap peristiwa
yang ia lihat.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter Siswa :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran
dengan mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan
ketua kelas untuk memimpin
doa sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada
siswa materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya
dan mengaitkan dengan materi
yang akan dibahas pada
pertemuan ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi
yang diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan
dari guru.
Siswa mendengarkan apa
yang guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
Siswa menjawab sesuai
Disiplin
“masih ingatkah kalian tentang
peristiwa yang ada pada pada
dongeng keong mas yang ibu
guru sampaikan pada
pertemuan sebelumnya?”
siapakah yang bisa
mencerikatan dengan runtut?”
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
pengetahuan mereka.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi
dengan teman kelompoknya,
guru menunjuk beberapa siswa
untuk menyebutkan masalah
yang terjadi dalam dongeng
timun mas dan meminta siswa
untuk menceritakan kembali
cerita tersebut.
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Siswa yang ditunjuk,
menyebutkan masalah yang
terjadi dalam dongeng timun
mas dan meminta siswa
untuk menceritakan kembali
cerita tersebut.
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa menyebutkan
masalah dan menceritakan
kembali isi dongeng timun
mas.
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
Siswa menyebutkan masalah
dan menceritakan kembali
isi dongeng timun mas
dengan diperhatikan oleh
guru.
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memerintahkan siswa
menceritakan dongeng timun
mas dengan bahasa mereka
sendiri.
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang
belum dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa maju ke depan kelas.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh
perhatian, serta mencatat hal-
hal penting yang
disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa
dan salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai dongeng “Timun Mas”.
,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I Dewi Nurzanah
Lampiran
Uraian Materi
Timun Mas
Pada zaman dahulu, tinggallah seorang
perempuan yang berada di sebuah desa
di dekat hutan. Ia sangat menginginkan
seorang anak agar tidak kesepian.
Setiap hari ia berdoa pada Yang Maha
Kuasa agar segera diberi seorang anak.
Doa tersebut didengar oleh
raksasa. Suatu hari raksasa datang ke
rumah menemui perempuan itu.
Kemudian raksasa memberi biji mentimun kepada perempuan tersebut, dan terjadi
percakapan:
Raksasa : Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak
perempuan
Perempuan : Terima kasih, Raksasa
Raksasa : Tapi ada syaratnya. Pada usia 12 tahun anak itu harus kamu
serahkan padaku.
Tanpa berpikir panjang permpuan tersebut setuju, karena ia sangat merindukan
seorang anak.
Perempuan itu kemudian menanam biji mentimun di halaman rumahnya.
Setiap hari ia merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin.
Setelah berbulan-bulan, tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan. Buah
mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, ia
memetiknya. Dengan hati-hati, ia memotong buah itu. Betapa terkejutnya ia,
bahwa ucapan raksasa itu benar, di dalam buah timun yang berwarna keemasan
itu, ia menemukan bayi perempuan yang sangat cantik dan lucu. Perempuan
tersebut sangat bahagia. Ia memberi nama bayi itu dengan nama Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Perempuan itu sangat bangga pada Timun Mas. Tapi ia menjadi sangat takut.
Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-12, sang raksasa datang kembali.
Raksasa itu menagih janji untuk mengambil Timun Mas. Permpuan itu mencoba
tenang dan berkata kepada raksasa “tolong aku wahai raksasa, jangan ambil
anakku ini. Lihat keadaan anakku ini, ia masih belum enak untuk dimakan karena
daging dan tulangnya masih kecil. Apa tidak sebaiknya kau datang dua tahun
lagi?. Saat itu pasti badan anakku sudah tumbuh besar dan lebih enak untuk
dimakan”. Kemudian raksasa menjawab “baiklah aku turuti kata-katamu, aku
akan kembali lagi nanti. Tapi jika ini tipu muslihatmu, bersiap-siaplah menerima
akibatnya nanti!!”
Kemudian setelah raksasa pergi, datanglah seorang kakek dan berkata pada
perempuan itu “jangan bersedih hati, aku akan membantumu. Datanglah ke
gunung, temui aku!”. Kemudian kakek tersebut menghilang. Keesokan harinya,
perempuan itu pergi ke gunung untuk menemui kakek itu. Sesampainya di sana,
kakek itu berkata “dengar baik-baik, aku tahu anakmu ada dalam bahaya, ambillah
empat bungkusan kecil ini dan berikan pada anakmu (memberikan bungkusan
tersebut kepada perempuan itu). Bungkusan-bungkusan tersebut, akan membantu
anakmu”. Kemudian perempuan tersebut menjawab “Terima kasih kakek, terima
kasih sudah membantuku”
Setelah dua tahun, raksasa itu datang lagi untuk menagih janjinya.
Kemudian perempuan itu meminta Timun Mas untuk pergi. Perempuan itu sedih
atas kepergian Timun Mas. Tapi ia tidak rela kalau anaknya menjadi santapan
raksasa. Raksasa menunggu cukup lama, ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah
dibohongi perempuan itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun
Mas segera mengambil biji-biji mentimun dari kantung kainnya. Lalu biji-biji
mentimun dilemparkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba raksasa terjatuh dan memakan
mentimun-mentimun itu.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil
menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia
mengambil jarum-jarum. Jarum-jarum itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika
pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa
berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas.
Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia melemparkan garam
ke arah raksasa, berharap raksasa akan binasa
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama
kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa tetap mengejar
Timun Mas. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat
ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang.
Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa
merasa kepanasan. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur
itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang
tuanya. Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Ia
menyambutnya. Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama ibunya.
Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : MI Nurul Islam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ Ganjil
Pertemuan Ke - : 6 (Enam)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
wawancara.
Kompetensi Dasar :
2.1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
Indikator :
Menceritakan kembali isi hikayat semut dan belalang yang dilihat dan
didengar dengan bahasa sendiri.
Menjelaskan amanah yang ada dalam hikayat belalang yang dilihat dan
didengar dengan bahasa sendiri.
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menceritakan kembali isi hikayat semut dan belalang yang
dilihat dan didengar dengan bahasa sendiri.
Siswa dapat menjelaskan amanah yang ada dalam hikayat belalang yang
dilihat dan didengar dengan bahasa sendiri.
Materi Ajar : Memberi tanggapan pemecahan terhadap peristiwa
yang ia lihat.
Metode Pembelajaran : Diskusi , Tanya Jawab, dan video critic (memberi
kritik terhadap video yang ditayangkan).
Nilai Karakter Siswa :
Aktif
Kerjasama
Kreatif
Disiplin
Percaya Diri
Tanggap
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Nilai
Karakter
Kegiatan
Awal
Guru memulai pelajaran
dengan mengucap salam.
Guru menanyakan kabar siswa,
kemudian memerintahkan
ketua kelas untuk memimpin
doa sebelum belajar.
Guru melakukan kegiatan
motivasi melalui Ice Breaking.
Guru menanyakan kepada
siswa materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya
dan mengaitkan dengan materi
yang akan dibahas pada
pertemuan ini.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi yang
diharapkan.
Siswa menjawab salam.
Siswa berdoa bersama-sama.
Siswa melakukan intruksi
yang diberikan oleh guru.
Siswa menjawab pertanyaan
dan menyimak penjelasan
dari guru.
Siswa mendengarkan apa
yang guru sampaikan.
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa:
Siswa menjawab sesuai
Disiplin
“masih ingatkah kalian tentang
cerita timun mas?” ”siapakah
yang bisa menceritakan dengan
runtut?”.
Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok.
Sebelum video ditayangkan,
guru meminta siswa untuk
mengomentari atau mengkritisi
video yang akan ditayangkan.
Guru meminta siswa untuk
menyimak video yang
ditayangkan.
Guru memutar video.
pengetahuan mereka.
Siswa membentuk ke dalam
beberapa kelompok.
Siswa akan mengomentari
atau mengkritisi video yang
telah ditayangkan.
Siswa menyimak video yang
ditayangkan oleh guru.
Siswa melihat video yang
ditayangkan oleh guru.
Aktif
Berani
Tanggap
Percaya
diri
Kerjasama
Kreatif
Elaborasi
Guru meminta siswa untuk
berdiskusi bersama teman
kelompoknya.
Setelah siswa berdiskusi
dengan teman kelompoknya,
guru menunjuk beberapa siswa
untuk menceritakan kembali
dan amanah apa yang dapat
diambil dari isi hikayat semut
dan belalang yang dilihat dan
didengar dengan menggunakan
bahasa sendiri.
Guru memperhatikan siswa
pada saat siswa menceritakan
Siswa berdiskusi bersama
teman kelompoknya.
Siswa yang ditunjuk,
menceritakan kembali dan
memberi amanah tentang
hikayat yang dilihat dan
didengar dengan meng-
gunakan bahasa sendiri.
Siswa menceritakan kembali
dan menjelaskan amanah
Aktif
Berani
Percaya
diri
Tanggap
kembali dan menjelaskan
amanah yang dapat diambil
terhadap isi hikayat semut dan
belalang yang sudah dilihat
dan didengar.
Guru memberi penilaian secara
langsung terhadap siswa..
yang dapat diambil dari
hikayat semut dan belalang
yang sudah dilihat dan
didengar dengan
diperhatikan oleh guru.
Siswa menerima penilaian
secara langsung dari guru.
Konfirmasi
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan materi yang
belum dimengerti.
Guru memberikan penjelasan
mengenai materi hari ini dan
melakukan pelurusan apabila
terjadi salah pemahaman siswa.
Siswa menanyakan materi
yang belum dimengerti.
Siswa menyimak dengan
seksama dan penuh
perhatian, serta mencatat hal-
hal penting yang
disampaikan guru.
Aktif
Percaya
diri
Tanggap
Kegiatan
Penutup
Guru bersama siswa bersama-
sama memberikan kesimpulan
kegiatan pembelajaran hari ini.
Guru dan siswa menutup
pembelajaran dengan doa dan
salam.
Siswa menyimak kesimpulan
dari guru.
Siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan doa
dan salam.
Aktif
Objektif
Percaya
diri
Berani
Religius
Alat dan Sumber Belajar :
1. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Pegangan Guru.
2. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V untuk Siswa.
3. Video mengenai hikayat “Semut dan Belalang”.
Evaluasi (Penilaian)
Indikator Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Jenis
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh Instrumen/Soal
Menceritakan kembali
isi hikayat semut dan
belalang yang dilihat
dan didengar dengan
bahasa sendiri.
Tes Performance Siswa diperintahkan maju
ke depan kelas untuk
menceritakan kembali isi
hikayat semut dan belalang
yang dilihat dan didengar
dengan menggunakan
bahasa sendiri!
Menjelaskan amanah
yang ada dalam
hikayat belalang yang
dilihat dan didengar
dengan bahasa sendiri.
Tes Performance Siswa diperintahkan maju
ke depan kelas untuk
meenjelaskan amanah yang
ada dalam hikayat belalang
yang yang sudah dilihat dan
didengar!
Kunci Jawaban dan Skoring
No Butir-Butir Soal Kunci Jawaban Skor
1. Menceritakan kembali isi hikayat
semut dan belalang yang dilihat dan
didengar dengan bahasa sendiri.
Sesuai dengan
kemampuan siswa.
5
2. Menjelaskan amanah yang ada
dalam hikayat belalang yang dilihat
dan didengar dengan bahasa sendiri.
Sesuai dengan
kemampuan siswa.
5
Jumlah Skor Maksimal 10
Lampiran
Uraian Materi
Semut dan Belalang
Pada siang hari, satu
keluarga semut bekerja keras untuk
mengumpulkan makanan, menge-
ringkan butiran-butiran gandum,
mengumpulkan persediaan air
untuk musim kemarau tiba.
Kemudian sedang asik-
asiknya keluarga semut bekerja
keras mengumpulkan persediaan
untuk musim panas. Tiba-tiba salah
satu anggota semut pergi
menghampiri merdunya lagu yang dibawakan oleh belalang melalui biola
miliknya. Pada saat itu, ketua semutpun menghampiri satu anggotanya dan
meminta untuk tetap kembali bekerja. Belalang pun merasa terganggu karena
seekor semut sudah mengganggu dirinya dari kesenangannya. Seekor semut
Nampak kesal melihat sikap belalang yang terlalu santai menghadapi datangnya
musim kemarau.
Musim kemarau pun tiba dan belalang merasa haus dan lapar karena tidak
ada persediaan yang ia miliki. Sedangkan keuarga semut sudah merasa aman
karena mereka memiliki persediaan makanan dan minuman yang sangat banyak.
Saat itu belalang yang kelaparan dan kehausan, dengan sebuah biola di tangannya
datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit
makan untuk dirinya.
"Apa?!" teriak sang semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah
mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim kemarau yang akan
datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan?. Belalang pun menjawab:
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan, saya sangat sibuk
membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim kemarau pun tiba."
Semut tersebut kemudian berkata, "Membuat lagu katamu ya?, baiklah,
sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan, sekarang saatnya kamu
menari!". Semut berkata seperti itu, semut ingin agar belalang tidak mengulangi
kesalahannya lagi yang terlalu menggampangkan sesuatu. Kemudian belalang
meminta maaf kepada keluarga semut dan berjanji untuk memulai hari ini dengan
lebih rajin lagi seperti kalian para semut.
TRANSKRIP REKAMAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
SIKLUS I
Soal : Ceritakanlah kembali peristiwa pada cerita legenda “Sangkuriang” yang
kalian lihat dan dengar dengan menggunakan bahasa sendiri!
Nama Transkrip Rekaman
A Hehe pada suatu hari hehe hiduplah seorang yang bernama Sangkuriang
hehe yang bernama sangkuriang (diam), tau ah, hehe.
B
Pada zaman dahulu hiduplah seorang putra raja yang bernama Dayang
Sumbi (diam) lalu dia memiliki anak yang bernama Sangkuriang, lalu
Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang memburu hati rusa, lalu (diam)
hehe tanpa sengaja mengenai Tumang, hehe lupa lagi hehe.
C
Pada zaman dahulu tinggalah seorang wanita yang bernama Dayang
Sumbi, ia hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Sangkuriang.
Peliharaannya bernama Tumang, suatu hari Sangkuriang disuruh oleh
ibunya ke hutan untuk berburu rusa. Pada sampai di hutan Sangkuriang
tidak menemukan rusa dan dia membunuh peliharaannya (nyengir)
hehe.
D
(diam) mmmm pada zaman dahulu hiduplah (diam) anak, ibunya
bernama Duyung, Dayang Sumbi, anaknya bernama Sangkuriang. Suatu
hari Sangkuriang disuruh oleh ibunya berburu rusa, Sangkuriang tidak
bertemu rusa, Sangkuriang membunuh Tumang.
TRANSKRIP REKAMAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
SIKLUS II
Soal : Ceritakanlah kembali isi hikayat semut dan belalang yang kalian lihat dan
dengar dengan menggunakan bahasa sendiri!
Nama Transkrip Rekaman
A
Pada siang hari ada seekor semut yang sedang mempersiapkan makanan
dan minuman untuk musim kemarau dan ada satu anggota semut, ia
menghampiri belalang dengan merdunya suara biola miliknya dan
belalangpun kesel pada semut karena sudah merusak kesenangannya dan
keluarga semutpun tampak kesal karena keluarga belalang santai dalam
menghadapi musim kemarau, dan belalangpun akhirnya musim kemarau
tiba dan belalang merasa haus dan lapar dan belalang memohon-mohon
kepada semut untuk memberikan sedikit makanan. Keluarga semut pun
berkata “apakah kamu tidak mempersiapkan makanan dan minuman
untuk musim kemarau?.” “Tidak, karena aku tidak ada waktu, karena aku
sibuk membuat lagu.” Jawab belalang. Tanya semut, “sudahkah kamu
membuat lagu?, sekarang saatnya kamu menari!”. Si keluarga semut pun
tidak suka pada belalang karena suka menggampangkan sesuatu dan
belalang berjanji agar tidak membuat kesalahan lagi dan berjanji untuk
rajin.
B
Pada suatu hari ada seekor ada keluarga semut sedang mengumpulkan
makanan dan minuman untuk persediaan musim kemarau. Tiba-tiba lagi
asik bekerja satu ekor smeut menghampiri lagu yang dibawakan oleh
belalang, lalu ketua semut menjemput temannya dan meminta untuk tetap
kembali bekerja. Belalangpun merasa terganggu karena semut itu sudah
mengganggu kesenangannya. Musim kemarau pun tiba, belalang merasa
kelaparan dan kehausan , belalang minta makan dan minum tersebut dan
berjanji untuk lebih rajin lagi.
C
Pada siang hari keluarga semut bekerja keras untuk mengumpulkan
makanan dan untuk mengumpulkan butiran-butiran gandum dan
mengumpulkan persediaan air. Tiba-tiba seekor semut, salah satu anggota
semut pergi menghampiri suara merdunya yang dimainkan oleh belalang.
Ketua semutpun menghampiri anggota semut dan untuk kembali kerja
keras lagi. Belalang merasa terganggu, semut merasa kesal karena
belalang terlalu santai. Kemarau musim kemarau pun tiba, belalang
merasa kehausan dan kelaparan kehausan dan kelaparan. Belalang
meminta mohon kepada semut karena belalang merasa kehausan.
“Apa?!”, semut terkejut, belalang (diam) untuk tidak mengulangi tidak
mengulangi kesalahan lagi. Belalang berjanji untuk tidak mengulangi
kesalahan lagi.
D
Pada siang hari satu keluarga semut mengumpulkan dan bekerja keras
untuk mengumpulkan butiran-butiran makanan, eh butiran-butiran
gandum dan mengumpulkan persediaan air untuk musim kemarau tiba
dan sedang asik-asiknya keluarga semut bekerja keras untuk
mengumpulkan persediaan untuk musim panas, tiba-tiba salah satu
keluarga semut pergi mengikuti merdunya lagu yang dibawakan oleh
ketua belalang melalui biola miliknya. Pada saat itu, ketua semut
menghampiri salah satu anggotanya dan untuk meminta tetap bekerra.
E
Pada siang hari satu keluarga semut bekerja keras untuk emngumpulkan
makanan dan mengeringkan butiran-butiran gandum, me me
mengumpulkan persediaan air untuk musim kemarau tiba. Kemudian
sedang asyik-asyiknya keluarga semut bekerjas keras untuk
mengumpulkan makanan tiba-tiba satu ekor semut menghampiri
merdunya lagu yang dibawakan oleh belalang. Ketua semutpun
menghampiri salah satu anggotanya dan meminta untuk kembali bekerja.
Belalangpun merasa terganggu karena seekor semut sudah mengganggu
dirinya dan kesenangannya. Semutpun merasa kesal karena melihat
belalang yang terlalu santai (diam). Musim kemarau pun tiba dan
belalang merasa kehausan dan kelaparan karena ia tidak memiliki
persediaan, sedangkan keluarga semut sedang merasa santai karena ia
memiliki persediaan yang sangat banyak. Belalangpun meminta dengan
sangat agar diberikan makanan sedikit saja, semutpun berkata “apa?!”
dengan terkejut “apakah kamu tidak mengumpulkan makanan?, apa saja
yang kamu lakukan waktu itu?” eeeeh eeeeh eeeeh kemudian belalang
berjanji lebih rajin seperti kalian para semut.
Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus I
No Nama
Kesesuai-
an isi
pembicara
Ketepatan
logika
urutan
berbicara
Ketepatan
detil
peristiwa
Ketepatan
kata
Ketepatan
kalimat
Jum-
lah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 A √ √ √ √ √ 12 48
2 B √ √ √ √ √ 10 40
3 C √ √ √ √ √ 11 44
4 D √ √ √ √ √ 16 64
5 E √ √ √ √ √ 14 56
6 F √ √ √ √ √ 12 48
7 G √ √ √ √ √ 15 60
8 H √ √ √ √ √ 11 44
9 I √ √ √ √ √ 13 52
10 J √ √ √ √ √ 11 44
11 K √ √ √ √ √ 12 48
12 L √ √ √ √ √ 10 40
13 M √ √ √ √ √ 18 72
14 N √ √ √ √ √ 13 52
15 O √ √ √ √ √ 10 40
16 P √ √ √ √ √ 10 40
17 Q √ √ √ √ √ 12 48
18 R √ √ √ √ √ 16 64
19 S √ √ √ √ √ 12 48
20 T √ √ √ √ √ 11 44
21 U √ √ √ √ √ 15 60
22 V √ √ √ √ √ 20 80
Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus II
No Nama
Kesesuai-
an isi
pembicara
Ketepatan
logika
urutan
berbicara
Ketepatan
detil
peristiwa
Ketepatan
kata
Ketepatan
kalimat
Jum-
lah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 A √ √ √ √ √ 19 76
2 B √ √ √ √ √ 18 72
3 C √ √ √ √ √ 18 72
4 D √ √ √ √ √ 19 76
5 E √ √ √ √ √ 22 88
6 F √ √ √ √ √ 21 84
7 G √ √ √ √ √ 20 80
8 H √ √ √ √ √ 19 76
9 I √ √ √ √ √ 20 80
10 J √ √ √ √ √ 23 92
11 K √ √ √ √ √ 18 72
12 L √ √ √ √ √ 18 72
13 M √ √ √ √ √ 21 84
14 N √ √ √ √ √ 20 80
15 O √ √ √ √ √ 19 76
16 P √ √ √ √ √ 20 80
17 Q √ √ √ √ √ 19 76
18 R √ √ √ √ √ 18 72
19 S √ √ √ √ √ 19 76
20 T √ √ √ √ √ 22 88
21 U √ √ √ √ √ 21 84
22 V √ √ √ √ √ 23 92
23 W √ √ √ √ √ 19 76
PROFIL MADRASAH
1. Nama Madrasah : MI Nurul Islam
2. Nomor Statistik Madrasah : 111.2.32.76.0064
3. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi B
4. Alamat Lengkap Madrasah :
Jalan : Raya Grogol No. 48 Rt. 01/07
Kelurahan : Grogol
Kecamatan : Limo
Kota : Depok
Provinsi : Jawa Barat
No. Telp/HP : 021-98287411
5. NPWP Madrasah : 02.461.904.1-412.000
6. Nama Kepala Madrasah : H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I
7. No. Telp/ HP : 087878744563
8. Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan dan Yatim Nurul
Islam
9. Alamat Yayasan : Jl. Raya Grogol No.48 Rt. 01/07
Kel.Grogol Kec. Limo Kota Depok 16512
10. No. Telp Yayasan : 021-77201078
11. No. Akte Pendirian Yayasan : Ny. Endang Irawati, SH
Tanggal 18 Maret 1996 Nomor: 71
12. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan
a. Status tanah : Wakaf
b. Luas Tanah : 1.290 m2
13. Status Bangunan : Milik Yayasan
14. Luas Seluruhnya Bangunan : 560 m2
15. Nomor Rekening Sekolah : 0809-01-022427-53-5
BRI. Sawangan Depok
a. Pemegang Rekening : H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I
b. Jabatan : Kepala Madrasah
16. Data Siswa dalam 4 (empat) tahun terakhir MI. Nurul Islam
No Jumlah Siswa Pada
Tahun Pelajaran
Jenis kelamin Jumlah
siswa
Jumlah
Rombel Laki-laki Perempuan
1 2012/2013 97 Orang 96 Orang 193 Orang 6
2 2013/2014 99 Orang 101 Orang 200 Orang 7
3 2014/2015 120 Orang 130 Orang 240 Orang 8
17. Guru dan Tenaga Kependidikan
No Nama Jabatan
1 H. Taufiq Hidayat, S.Pd.I Kepala Sekolah
2 Siti Maryam, S.Pd.I Wali Kelas I
3 Solihah, S.Pd.I Wali Kelas II
4 Siti Rohmah, S.Pd.I Wali Kelas III
5 Nurmaliyah Agustina, SE Wali Kelas IV
6 Wawan, S.Ag Wali Kelas V
7 Nuraini Malik, S.Pd.I Wali Kelas VI
8 Dadang Sulaeman, S.Pd Waka.Bid.Kurikulum
9 Sukirman, S.Pd.I Waka.Bid.Kesiswaan
10 Yati, S.Pd.I Bendahara
11 Dede Kurnia Rhomadlona, S.Pd Tata Usaha
12 Fatin Syafdalia Unit Perpustakaan
13 Mursin Staf
18. Sarana dan Prasarana
No
Jenis
Prasarana
Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Kategori Kerusakan
Ket
Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1 Ruang Kelas 6 6 - - - -
2 Perpustakaan 1 1 - - - -
3 R. Lab IPA - - - - - -
4 R.Lab
Komputer
1 1 - - - -
5 Koperasi 1 1 - - - -
6 Mushola 1 1 - - - -
7 Ruang Guru 1 1 - - - -
8 Ruang Kepala
Sekolah
1 1 - - - -
9 Toilet Guru 1 1 - - - -
10 Toilet siswa 2 2 - - - -
11 R. UKS 1 1 - - - -
12 Lap. Olah Raga 1 1 - - - -
13 Lap. Upacara 1 1 - - - -
VISI DAN MISI MADRASAH NURUL ISLAM
1. Visi MI Nurul Islam
“Terwujudnya generasi yang mencintai IPTEK dan berkarakter Islami.”
2. Misi MI Nurul Islam
a. Menyelengarakan pendidikan berbasis PAKEM serta mewujudkan suasana
madrasah yang mendukung pada pengembangan potensi peserta didik.
b. Mewujudkan penghayatan terhadap nilai-nilai islami.
c. Mengembangkan manajemen berbasis madrasah.
BIOGRAFI PENULIS
Dewi Nurzanah, lahir di Bogor, 09
April 1993. Merupakan putri pertama
dari dua bersaudara dari pasangan
Hasyim dan Sumiyati yang
beralamatkan di Jalan Jatijajar II Rt 06/
05 Kecamatan Tapos, Kota Depok.
Penulis memiliki seorang adik yang
bernama Rahma Setianingsih. Penulis
memulai Pendidikan di SDN RRI
Nasional pada tahun 1998 dan selesai
pada tahun 2004. Kemudian penulis
melanjutkan ke MTs Al-Hamidiyah
lulus pada tahun 2007. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikannya ke SMA Plus Daarul Fudlola dan lulus tepat
waktu pada tahun 2010. Tamat dari SMA penulis mendaftarkan diri untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun 2010, melalui jalur PMDK penulis
berhasil lulus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Proses belajar mengajar di kelas harus mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Melalui skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Penerapan Metode Video Critic Pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam” di
bawah bimbingan Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd. Penulis berupaya
mengembangkan metode pembelajaran yang ada menjadi menarik dan mampu
meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran inti di setiap jenjang pendidikan.
Semoga bermanfaat, Aamiin…..