Top Banner
Berbicara adalah bentuk komunikasi lisan dengan menuangkan gagasan/ide/pemikiran dalam bentuk ujaran. Tujuan berbicara 1. tujuan sosial 2. tujuan ekspresif 3. tujuan ritual 4. tujuan instrumental Jenis berbicara Dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan. Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu berbicara formal dan berbicara nonformal. Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi dua yaitu berbicara individual dan berbicara kelompok. Berdasarkan alur pembicaraan dibagi menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara dialogis. 1. Berdasarkan situasi Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun kebahasaan Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan, berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan. 2. Berdasarkan situasi berbicara Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato. Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya diskusi dan debat. 3. Berdasarkan alur pembicaraan Berbicara monologis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri sendiri. Berbicara dialogis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah. Prinsip umum yang mendasari kegiatanberbicara 1. Membutuhkan paling sedikit dua orang 2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama 3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum 4. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan 5. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya
64

1. berbicara

Dec 11, 2015

Download

Documents

Juli Gud Hendri

zxczxc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1. berbicara

Berbicara adalah bentuk komunikasi lisan dengan menuangkan gagasan/ide/pemikiran dalam

bentuk ujaran. Tujuan berbicara 1.      tujuan sosial 2.      tujuan ekspresif 3.      tujuan ritual

4.      tujuan instrumental Jenis berbicara Dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi,

keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan. Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu

berbicara formal dan berbicara nonformal. Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi

dua yaitu berbicara individual dan berbicara kelompok. Berdasarkan alur pembicaraan dibagi

menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara dialogis.    1.      Berdasarkan situasi

Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun

kebahasaan Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan,

berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.    2.      Berdasarkan situasi berbicara

Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato.

Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya

diskusi dan debat.    3.      Berdasarkan alur pembicaraan Berbicara monologis yaitu kegiatan

berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri sendiri. Berbicara dialogis yaitu

kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah. Prinsip umum yang mendasari kegiatanberbicara

1.    Membutuhkan paling sedikit dua orang   2.    Mempergunakan suatu sandi linguistik

yang dipahami bersama   3.    Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum   4.   

Merupakan suatu pertukaran antara partisipan   5.    Menghubungkan setiap pembicara

dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera   6.    berhubungan atau

berkaitan dengan masa kini   7.    Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang

berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan            pendengaran  8.    Secara tidak pandang

bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima          sebagai

dalil Keterkaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lain 1.  Hubungan berbicara

dengan menyimak Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak, hubungan antara

kemampuan berbicara dengan menyimak yaitu : a.       Seseorang belajar berbicara dimulai

dengan menyimak b.      Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara c.      

Kemampuan berbicara dijadikan tolak ukur kemampuan menyimak d.      Berbicara dapat

dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak 2.   Hubungan berbicara dengan membaca

a.       Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca b.      Pada orang

dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui proses membaca c.      

Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu kegiatan berbicara    3.      Hubungan

berbicara dengan menulis a.       Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi

kemampuan berbicara b.      Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog 1.     

Pengertian Berbicara Menurut  Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk (2006:34).

Page 2: 1. berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau

menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Menurut Haryadi dan Zamzani

(2000:72) Berbicara adalah suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang

kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat

dipahami orang lain. Menurut St. Y. Slamet dan Amir (1996: 64) Berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk

menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

penyimak. Menurut Tarigan (2008 : 16) Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-

bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas

dapat disimpulkan bahwa pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata

dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan

yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang

disampaikan dapat dipahami oleh penyimak. 2.      Tujuan Berbicara Tarigan mengemukakan

bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan

melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk,

mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan

Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan

pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan

menyenangkan para pendengar. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa

tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan

atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang

utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum  ialah untuk

memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau

mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari

pendengar atau penerima informasi. 3.       Unsur Dasar Berbicara di dalam

KegiatanBerbicara Pembicara Isi pembicaraan Saluran Penyimak Tanggapan penyimak 4.

Konsep Dasar Berbicara Membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan

dapat dilakukan oleh satu orang & perihal ini sering terjadi misalnya oleh orang yg sedang

mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya atau oleh seseorang yg meninjau

kembali peryataan bank-nya atau oleh orang yg memukul ibu jarinya dgn palu. Menggunakan

salah satu sandi linguistic yg dipahami bersama, bahkan andai katapun dipergunakan dua

bahasa namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.

Page 3: 1. berbicara

Menerima atau mengakui satu daerah referensi umum, daerah referensi yg umum mungkin

tidak selalu mudah kenal, ditentukan, namun pembicara menerima kecenderungan untuk

menentukan. 5. Tahap-Tahap dalam Berbicara Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai

tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui

dengan utuh, karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.

1.  Persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang

pembicara, yaitu: a. Penentuan Topik b. Penentuan Tujuan c. Pengumpulan Referensi d.

Penyusunan Kerangka e. Berlatih 2.  Pelaksanaan Kegiatan Berbicara Secara umum

pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a.

Pembukaan b. Pembahasan Pokok c. Penutup 3. Evaluasi Adakalanya evaluasi perlu

dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang

pembicara. Dengan masukan tersebut seorang pembicara dapat menentukan kualitas

pembicaraannya.  6. Jenis Berbicara A.    Berdasarkan situasi Berbicara formal yaitu

berbicara yang terikat pada aturan-aturan, baik aturan tata krama maupun kebahasaan.

Contoh : Ceramah, Perencanaan dan penilaian, Interview, Prosedur parlementer, dan

Bercerita. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan

berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan. Contoh :Tukar Pengalaman, Percakapan,

Menyampaikan Berita, Menyampaikan Pengumuman, Bertelpon, dan  Memberi Petunjuk.

B.     Berdasarkan keterlibatan pelaku Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan

oleh seorang pelaku pembicara Contoh : Berpidato Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang

melibatkan banyak pelaku pembicara Contoh : Debat dan Diskusi C.     Berdasarkan alur

pembicaraannya Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah

Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah D.    Berbicara

Berdasarkan Tujuan Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan. Hal ini 

dilakukan jika seseorang ingin menjelaskan suatu proses,  menguraikan,menafsirkan sesuatu,

memberikan, menyebarkan atau menanamkan pengetahuan, dan menjelaskan kaitan,

hubungan atau relasi  antar benda, hal atau peristiwa. Berbicara menghibur. Berbicara untuk

menghibur memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasananya bersifat

santai dan penuh canda. Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau menggerakkan.

Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara harus pandai merayu, mempengaruhi atau

meyakinkan pendengarnya. E.     Berdasarkan Cara Penyampaian Berbicara mendadak.

Berbicara berdasarkan catatan. Berbicara berdasarkan hafalan. Berbicara berdasarkan naskah.

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Page 4: 1. berbicara

Pengertian berbicara

Berbicara adalah bentuk komunikasi lisan dengan menuangkan gagasan/ide/pemikiran dalam

bentuk ujaran.

Tujuan berbicara

1.    tujuan sosial

2.    tujuan ekspresif

3.    tujuan ritual

4.    tujuan instrumental

Jenis berbicara

Dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.

Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu berbicara formal dan berbicara nonformal.

Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi dua yaitu berbicara individual dan berbicara

kelompok.

Berdasarkan alur pembicaraan dibagi menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara

dialogis.

   1.      Berdasarkan situasi

a.       Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun

kebahasaan

b.      Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan,

berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.

   2.      Berdasarkan situasi berbicara

a.       Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato.

b.      Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya

diskusi dan debat.

   3.      Berdasarkan alur pembicaraan

a.       Berbicara monologis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri

sendiri.

b.      Berbicara dialogis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah.

Page 5: 1. berbicara

Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara

  1.    Membutuhkan paling sedikit dua orang

  2.    Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama

  3.    Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum

  4.    Merupakan suatu pertukaran antara partisipan

  5.    Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan

segera

  6.    berhubungan atau berkaitan dengan masa kini

  7.    Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa

dan pendengaran

 8.    Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang

diterima sebagai dalil

Keterkaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lain

   1.      Hubungan berbicara dengan menyimak

Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak, hubungan antara kemampuan

berbicara dengan menyimak yaitu :

a.       Seseorang belajar berbicara dimulai dengan menyimak

b.      Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara

c.       Kemampuan berbicara dijadikan tolak ukur kemampuan menyimak

d.      Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak

   2.      Hubungan berbicara dengan membaca

a.       Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca

b.      Pada orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui proses

membaca

c.        Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu kegiatan berbicara

   3.      Hubungan berbicara dengan menulis

a.       Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara

b.      Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog

Page 6: 1. berbicara

KONSEP DASAR BERBICARA

           A.     PENGERTIAN BERBICARA

Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa,

berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-

ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan, pikiran, perasaan menjadi

wujud ujaran.

Ujaran yang dimaksud ialah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.

Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahsa tersebut ingin dikategorikan

sebagai kegiatan berbicara.

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu :

1.         BERBICARA MERUPAKAN EKSPRESI DIRI

Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya, ketika seseirang

berbicara pada saat itu dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari bahsa yang

digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan,

kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat disembunyikan selama ia

masih berbicara. Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan

pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.

2.         BERBICARA MERUPAKAN KEMAMPUAN MENTAL MOTORIK

Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-alat ucap secara harmonis

unttuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi, berbicara juga melibatkan aspek mental.

Bagaimana bunyi bahsa dikaitkan dengan gagasan yang dimaksud pembicara

merupakan suatu keterampilan tersendiri. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan

antara gagasan yang ada dalam pikiran dengan kemampuan menentukan kata-kata

yang tepat, gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara memerlukan saluran

yang baik agar gagasan tersebut dapat keluar dengan sempurna.

3.         BERBICARA MERUPAKAN PROSES SIMBOLIK

Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai

simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan kesepakatan antar si pemakai bahasa.

Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya tidak mempunyai kaitan yang mengikat

artinya, penanaman sesuatu dengansebuah kata merupakan kesepakatan.

Muljana mengatakan, “lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang

meliputi kata-kata, prilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.”

Page 7: 1. berbicara

Jika penanaman suatu benda terikat oleh benda yang dirujuknya, mungkin

didunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Hambatan itu sendiri ketika seseorang akan

melakukan pembicaraan dengan orang lain yang kebetulan mempunyai bahasa yang

berbeda. Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan kata-kata pada saat itu dia

sedang melakukan simbolisai terhadap gagasan yang ada dalam pikirannya.

4.         BERBICARA TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU

Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu

terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan.

Waktu akan mempengaruhi makna ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan

makna assalamualaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu kerumah pada

siang hari dan malam hari. Pada siang hari mungkin ucapan itu dimaknai sebagai hal

yang wajar, akan tetapi jika ucapan itu terjadi pada tengah malam mungkin anda akan

memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar.

5.         BERBICARA MERUPAKAN KETERAMPILAN BERBAHASA YANG

                         PRODUKTIF

Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang

paling banyak digunakan untuk berkomunikasi, seiring dengan kemampuan berbahasa

lainya yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua

keterampilan tersebut mempunyai hubungan resiprokal. Dibandingkan dengan menulis

berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang cukup efektif, karena tidak

memerlukan persiapan dan media yang cukup rumit. Selain itu, berbicara mempunyai

kelebihan dari segi koreksi dan ralat.

Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan, yaitu :

a. Membutuhkan paling sedikit dua orang

Berbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja memerlukan pihak yang

berperan sebagai komunikator dan pihak lainya sebagai komunikan. Dua pihak ini

merupakan faktor penting terjaminnya keberlangsungan komunikasi.

b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama

Seperti disebutkan sebelumnya, berbicara merupakan proses simbolik yaitu

penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbol simbol kebahasaan yang dimaknai

bersama menurut kesepakatan antar pemakai bahasa.

c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar

Ketika pembicara menyampaikan gagasan, pendengar berperan sebagai

penyimak. Ketika pesan tersebut direspons oleh pendengar maka telah terjadi

Page 8: 1. berbicara

pergantian peran. Ketika penyimak memberikan respon, penyimak yang sebelumnya

berperan sebahai pendengar, sudah berubah perannya menjadi pembicara, sedangkan

pihak yang awal sebagai pembicara, ketika menerima respons berubak peran menjadi

penyimak. Begitu seterusnya pergantian peran antara kedua pihak.

d. Berhubungan dengan masa kini.

Wacana pembicaraan hanya berlangsung pada masa kini.

B. TUJUAN DAN JENIS BERBICARA

Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan-gagasan

kepada pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu

kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang diharapkan pembicara. MenurutMulyana

pengelompokan tujuan berbicara ada empat  tujuan yaitu :

1. tujuan sosial

2. tujuan ekspresif

3. tujuan ritual

4. tujuan instrumental

Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek

pembicaraan, yaitu :

1. berbicara dengan meyakinkan pendengar

2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar

3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar

4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek

5. berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan tersirat.

Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yang dilakukan

berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.

Page 9: 1. berbicara

Berdasarkan situasi berbicara dapat dikelompokan kedalan dua jenis yaitu :

a.         Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan aturan baik aturan

tata krama maupun kebahasaan.

b.         Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan

berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.

Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis

yaitu :

a.        Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan oleh seorang pelaku pembicara

misalnya pidato.

b.      Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara

misalnya diskusi dan debat.

Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis

yaitu :

a.         Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah

b.         Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua

arah

C.        PERANAN BERBICARA DALAM KESEHARIAN

Berbicara dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu berbicara formal dan

nonformal. Berbicara formal ialah kegiatan berbicara yang terikat secara ketat oleh

aturan aturan, baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan maupun

nonkebahasaan. Sementara berbicara nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak

begitu terikat dengan aturan. Dalam hal ini yang diutamakan adalah komunikatif,

yaitu pendengar dapat memahami pesan dengan jelas yang dimaksud pembicara.

Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbicara yang digunakan adalah

berbicara nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat berbicara formal. Jika

berbicara formal dibatasi ruang dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal tidak

terbatas ruang dan waktu. Dimanapun kegiatan berbicara dapat dilangsungkan tanpa

harus ada persiapan sebelumnya, dan waktu yang digunakan juga tidak direncanakan

sebelumnya.

D.        KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA LAINNYA

Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa dapat dikaitkan dengan

kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis.

Page 10: 1. berbicara

Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri, melainkan

keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.

1.         Hubungan Berbicara Dengan Menyimak

Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan pola yang teratur dan tetap.

Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak. Ada beberapa hal yang perlu

diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbicara dengan

menyimak, yaitu :

a. Seorang anak belajar berbicara dimulai dengan menyimak.

b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara.

c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimak.

d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak.

2.         Hubungan Berbicara Dengan Membaca

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat pemahaman, dan

membaca dalam pembahasan disini menggunakan pemahaman yaitu membaca dengan

objek huruf. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan disini berkaitan dengan

hubungan antara keterampilan berbicara dan membaca, yaitu :

a.  Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca.

b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan  melalui

proses membaca.

c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu dalam kegiatan berbicara.

3.         Hubungan Berbicara Dengan Menulis

Berbicara bukan merupakan keterampilan berbahasa yang berdiri sendiri,

melainkan keterampilan yang didukung kemampuan lainnya termasuk menulis. Ada

beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara berbicara

dan menulis, yaitu :

a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara.

b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog.

2.2     BERBICARA SEBAGAI PROSES

A.      PENGERTIAN BERBICARA SEBAGAI PROSES

Proses mengandung pengertian bahwa ada beberapa hal yang bergerak secara

dinamis. Dalam konteks komunikasi antar pribadi, proses menunjukkan adanya

kegiatan pengiriman pesan dari sesorang kepada orang lain.

Page 11: 1. berbicara

Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang

dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan

kepada pendengar melalui sebuah media.

B.      TAHAP-TAHAP DALAM BERBICARA

Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai tahapan-tahapan tertentu.

Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan utuh,

karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.

1.         Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang

pembicara, yaitu:

a. Penentuan Topik

b. Penentuan Tujuan

c. Pengumpulan Referensi

d. Penyusunan Kerangka

e. Berlatih

2.         Pelaksanaan Kegiatan Berbicara

Secara umum pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui

beberapa tahapan, yaitu:

a. Pembukaan

b. Pembahasan Pokok

c. Penutup

3.         Evaluasi

Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang

kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut

seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya. 

PENUTUP

Page 12: 1. berbicara

3.1    Kesimpulan

          Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk

ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang

sebelum berada pada tataran ide.

            Berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses

simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui

sebuah media.

 DAFTAR PUSTAKA

Suparno. Bustanul Arifin. Asep Supriana. 2007. Bebicara.    Universitas Terbuka.

BROWSE MORE ARTICLES

Dalam belajar bahasa ada empat aspek yang harus dikuasai siswa. Aspek tersebut adalah

kemampuan mendengarkan/ menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap kemampuan

tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Dalam meperoleh kemampuan

berbahasa, biasanya melalui suatu pola urutan yang teratur, misalnya : pada masa kecil anak

belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.

Untuk lebih mengoptimalkan kemampuan tersebut, perlu kita ketahui hakikat dari masing-

masing aspek tersebut, harapannya dalam proses pembelajaran kita mampu memilih metode

maupun media pembelajaran yang tepat.

Kali ini saya akan sedikit menguraikan hakikat berbicara.

Mari kita simak....

1. Hakikat berbicara

Menurut Tompkins (dalam Novi Resmini, 2006: 191) berbicara merupakan bentuk bahasa

ekspresif yang utama. Anak-anak maupun orang dewasa lebih sering menggunakan bahasa

lisan dibandingkan bahasa tulis. Anak-anak belajar berbicara sebelum belajar membaca

dan menulis. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara saling terkait antara satu

dengan yang lain. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan siswa yang

Page 13: 1. berbicara

beragam tersebut. Namun untuk memperbaiki hal itu perlu waktu, karena sikap berubah

secara perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik daridalam maupun luar sekolah.

Pembelajaran di sekolah dasar perlu direncanakan dan dikembangkan oleh guru. Masa

usia sekolah dasar merupakan masa yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan

berbicara siswa. 

Menurut Brown dan Yule (dalam Puji Santoso, 2007: 634) berbicara dapat diartikan

sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau

menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Berbicara sering dianggap

sebagai alat komunikasi yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara

merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor psikis,

psikologis dan neurologis dan linguistik secara luas. 

Banyak faktor yang terlibat di dalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa

berbicara merupakan kegiatan yang kompleks. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator

keberhasilan berbicara sehingga harus diperhatikan pada saat kita menentukan mampu

tidaknya seseorang berbicara. Tingkat kemampuan berbicara seseorang atau siswa tidak

hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor

psikologis saja, tetapi dengan mengukur penguasaan semua faktor tersebut secara

menyeluruh. Seseorang dapat membaca atau menulis secara mandiri, dapat menyimak

siaran radio sendiri. Tetapi sangatlah jarang, orang melakukan kegiatan berbicara tanpa

hadirnya orang kedua sebagai pemerhati atau penyimak. 

Valette (dalam Puji Santoso, 2007: 6.34) menjelaskan bahwa berbicara merupakan

kemampuan berbahasa yang bersifat sosial. Dapat dipahami orang berbicara untuk saling

berkomunikasi dengan orang lain agar tercipta kerjasama dan hubungan yang baik. 

Menurut Madsen (dalam Puji Santoso, 2007: 6.35), berbicara menuntut penggunaan

bahasa secara tepat pada tingkatan yang ideal. Untuk dapat bicara dalam suatu bahasa

yang baik, pembicara harus menguasai lafal, tata bahasa dan kosa kata dari bahasa yang

digunakan itu. Selain itu, penguasaan masalah yang akan disampaikan dan kemampuan

memahami bahasa lawan bicara diperlukan juga. 

Aristoteles (dalam Helena Olii, 2010: 30), mengungkapkan menulis retorika (kepandaian

Page 14: 1. berbicara

berbicara) yang menyatakan bahwa terdapat tiga poin utama sebagai dasar dalam

berbicara adalah topik yang dibicarakan, siapa yang diajak berbicara dan menyusun

menurut urutan awal, tengah dan akhir. 

Jadi seseorang yang pandai berbicara adalah seseorang dapat menyampaikan topik secara

jelas. Pembicara mengetahui siapa yang diajak berbicara agar dapat berbicara dengan baik

dan benar serta berbicara harus urut dari urutan awal, tengah dan akhir. Pembicara harus

menggunakan faktor psikis, psikologis dan neurologis dan linguistik dalam

menyampaikan gagasannya. 

2. Pengertian dan Tujuan Berbicara

Djago Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193) mengungkapkan bahwa berbicara

merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan

dan bahasa lisan sebagai media penyampai sangat erat. Pembelajaran kemampuan

berbicara dapat membantu siswa dalam menyampaikan pesan, informasi, gagasan, pikiran

dan ide yang dimiliki kepada orang lain. Siswa dapat berlatih berbahasa dengan baik dan

benar sesuai dengan kondisi yang dialami. 

H. G Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193), menyatakan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi–bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, serta penyampaian pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara dapat menjalin

komunikasi yang baik antara satu orang dengan orang lain agar tidak terjadi kesalah

pahaman. Dengan berbicara mampu membuat siswa lebih percaya diri dan melatih

keberanian untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. 

Menurut Maidar dan Mukti (1987:17), tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah

seharusnya pembicara memahami makna segala yang ingin dikomunikasikannya. Apabila

terjalin komunikasi yang baik maka akan tercipta hubungan kerjasama yang baik pula.

Berbicara dapat menjadi solusi utama untuk memecahkan persoalan yang terjadi. Karena

dengan berbicara yang baik seseorang akan mengetahui maksud dari apa yang telah

dibicarakan. 

Page 15: 1. berbicara

Djago Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193) mengemukakan tujuan berbicara,

yaitu:

1. Berbicara untuk menghibur

2. Berbicara untuk menginformasikan

3. Berbicara untuk menstimulasi

4. Berbicara untuk meyakinkan

5. Berbicara untuk menggerakkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah mengungkapkan pikiran, perasaan dan

gagasan kepada orang lain agar terjalin komunikasi yang baik antara satu orang dengan

orang lain. Tujuan berbicara antara lain adalah tujuan menghibur orang,

menginformasikan suatu pesan, memberikan rangsangan kepada pendengar agar

melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara. Berbicara dapat meyakinkan pendengar

agar menyakini, memahami dan menututi kebenaran dari pembicara. Berbicara dengan

tujuan menstimulasi dan meyakinkan dapat menggerakkan pendengar yang mendengarkan

untuk melakukan apa yang dikehendaki pembicara.

Itulah sedikit uraian mengenai kemampuan berbicara, untuk aspek berbahasa yang lain akan

saya uraikan pada postingan yang lain. Oya, kemampuan berbicara tersebut menjadi objek

penelitian Yustina Ari. 

Pada penelitiannya, Yustina mencoba meningkatkan kemampuan bicara siswa dengan

menerapkan metodeProblem Based Learning. Dan hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan

bicara siswa meningkat setelah 3 siklus pembelajaran.

Semoga bermanfaat dan Wassalamu'alaikum....

Daftar Pustaka : 

Djenar. 2009. Hakikat kemampuan berbicara. http: // larungdjenar. blogspot. com/ 2009/

11/ hakikat- kemampuan- berbicara. html diakses tanggal 20 oktober 2011.

Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI Pers:

Bandung.

Page 16: 1. berbicara

Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Olii, Helena.  2010. Public Speaking. Jakarta: Indeks.

Resmini, Novi. 2006. Bahan Belajar Mandiri: Pembinaan dan Pengembangan

Pembalajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Pers.

Santoso, Puji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Cetakan ke 8.

Jakarta:  Universitas Terbuka.

Email This BlogThis!

"Keterampilan Berbicara"

 

Pengertian

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara

adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan,

dan sebagainya) atau berunding”.

 

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi

hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud

tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara

khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16),

mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-

kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan.Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

 

Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan

gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain

dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1)

berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka

pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.

Page 17: 1. berbicara

 

Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,

serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau

wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan

yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau

penyimak.

 

  Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan

pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang

dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.

 

Komponen Berbicara

 

Menurut Tarigan (1990:157), butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan

mempengaruhi pembicaraan adalah :

 

1. Pembicara;

2. Pembicaraan;

3. Penyimak;

4. Media;

5. Sarana penunjang;

6. Interaksi.

 

Tujuan Berbicara

 

Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan pesan kepada orang lain (pendengar). Tujuan

tersebut dapat diperinci lebih lanjut menjadi:

 

1.Untuk menghibur

 

Contoh : para pelawak

Page 18: 1. berbicara

 

2.Untuk menginformasikan

 

Contoh : penceramah, penyiar

 

3.Untuk menstimulasikan

 

Contoh : guru yang membangkitkan inspirasi murid, kemauan,minat, semangat.

 

4.Untuk meyakinkan

 

Contoh : pembaca iklan, pidato penyuluhan

 

5.Untuk menggerakkan

 

Contoh : juru kampanye

 

Ragam Berbicara

 

1.    Pidato

 

Pidato adalah berbicara di depan umum. Jika pidato tadi bersifat ilmiah disebut ceramah.

Teks pidao adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato/ berceramah. Bila teks tadi

di buat sendiri oleh si pemidato disebut naskah pidato.

 

2.  Diskusi

 

Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraaan

sarius tentang suatu masalah objektif. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar

pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecilatau kelompok besar.

 

Bentuk-bentuk diskusi:

 

a.    Diskusi Fak

Page 19: 1. berbicara

 

Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah

bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah

yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya diskusi fak

adalah suatu proses saling menukar pikiran dan endapat untuk mencapai suatu pengetahuan

yang lebih tinggi.

 

b.   Diskusi Podium

 

Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat

atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum.

Dalam diskusi podium, masalah-masalah bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang

harus diperhatikan dalam diskusi podium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut

pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab

diskusi podium akan menjadi lebih menarik, apabila setiap pembicaraan mewakili pendapat

yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberi kesempatan kepada para

pedengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat

atau pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.

 

c.    Forum Diskusi

 

Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang

politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog.

 

d.   Diskusi Kasualis

 

Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret atau satu situasi konkret

yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar yang tepat.

Demi kelancaran dapat di undang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk

menjadi pengarah atau pendamping.

 

e.    Diskusi Panel

 

Page 20: 1. berbicara

Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu

topik yang menjadi perhatian umum di depan penonton atau pendengar. Dapat juga berarti

sejumlah orang yang diserahi tugas melaksanakan tugas tertentu. Tujuan diskusi panel adalah

memberikan pemahaman kepada pendengar/penonton mengenai masalah yang didiskusikan.

 

3.    Menyampaikan Pengumuman

 

Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh

khalayak ramai. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri-ciri yang harus

diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya, yaitu volume suara harus lebih

keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik.

 

4.    Menyampaikan Argumentasi

 

Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mepertahankan

pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan

memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta

setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, via Mulyati, 2008:3.6).

 

5.    Bercerita

 

Melalui bercerita dapat terjalin hubungan yang akrab. Selain itu, manfaat bercerita

diantaranya, yaitu memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan

keteladanan.

 

6.     Musyawarah

 

Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai

kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai

kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang

banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.

 

7.    Wawancara

 

Page 21: 1. berbicara

Wawancara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode

pengumpulan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap muka (face to

face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak langsung seperti

melalui telepon, internet, atau surat. Semua jenis peliputan berita memerlukan proses

wawancara dengan sumber berita atau narasumber. Wawancara bertujuan pokok menggali

informasi , komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber.

Sumber: Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:

Universitas PGRI Yogyakarta

http://nannyes.blogspot.com

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak usia dini. Anak usia

dini memiliki keterampilan yang berbeda-beda itu dikarenakan stimulasi yang diterima,

lingkungan tempat tinggal, kesehatan, jenis kelamin dan masih banyak lagi.  Keterampilan

berbicara mengalami proses belajar yang unik karena berbicara tersebut digunakan sehari-

hari meskipun tanpa proses informal namun melalui proses formal.

Menurut Tarmasyah (1996) faktor yang mempengaruhi perkembangan berbahasa dan bicara

diantaranya:

Kondisi jasmani dan kemampuan motorik

Kondisi jasmaniah anak meliputi kondisi fisik sehat, tentunya mempunyai kemampuan

gerakan yang lincah, dan penuh energi. Anak demikian anak mempunyai rasa ingin tahu

tentang benda-benda disekitarnya, kemudian benda tersebut diasosikan anak menjadi sebuah

pengertian. Untuk selanjutnya pengertian tersebut dilahirkan dalam bentuk bahasa dan di

ucapakan. Anak yang mempunyai kondisi fisik yang normal  akan mempunyai kosep bahasa

yang lebih dari  anak yang kondisi fisiknya terganggu. Dengan demikian kemampuan bahasa

dan keterampilan berbicara akan berbeda.

Kesehatan umum

Kesehatan  secara umum menujang perkembangan setiap anak termasuk didalamya

kemampuan bahasa dan keterampilan berbicara. Anak yang berpenyakit tidak mempunyai

kebebasan dalam mengenal lingkungan sekitarnya secara utuh sehingga anak kurang mampu

mengekspresikannya. Namun anak yang sehat akan mampu mengenali lingkungan dan

mampu mengekspresikan secara utuh dalam bentuk bahasa dan berbicara.

Lebih lanjut Tarmansyah (1996: 53) mengatakan “…. adanya gangguan pada kesehatan anak,

akan mempengaruhi dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini terjadi sehubungan

dengan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dari lingkungan. Selain itu,

mungkin anak yang kesehatannya kurang baik tersebut menjadi berkurang minatnya untuk

ikut aktif melakukan kegiatan, sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan

untuk membentuk konsep bahasa dan perbendaharaan pengertian.

Page 22: 1. berbicara

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) faktor yang menimbulkan perbedaan dalam

belajar berbicara tentang kesehatan anak yang sehat akan cepat belajar berbicara ketimbang

anak yang tidak sehat, karena ada motivasi untuk bergabung dengan kelompok sosial dan

berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

Kecerdasan

Kecerdasan pada anak usia dini meliputi fungsi mental intelektual. Anak yang memiliki

intelegensi tinggi akan mampu berbicara lebih awal sedangkan anak yang memiliki

intelegensi rendah akan terlambat dalam kemampuan berbahasa dan berbicara. Berdasarkan

hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan atau intelegensi berpengaruh terhadap

kemampuan bahasa dan bicara.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar

berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang

anak yang tingkat kecerdasannya rendah. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa

kelancaran keterampilan berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik, umumnya

tidak mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara

menunjukan kematangan mental intelektual.

Sikap lingkungan

Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak adalah lingkungan

bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Oleh karena itu lingkungan sangat

mempengaruhi bahasa anak, maka lingkungan dari mana pun bagi anak hendaklah

lingkungan yang dapat menimbulkan minat berkomunikasi anak. Proses perolehan bahasa

anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian maniru suara yang didengar dari

lingkungan. Proses semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak

tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu

keluarga harus memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman yang pernah

didengarnya. Kemudian berangsur-angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman,

baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan kembali dalam bahasa

lisan.

Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini

dikarenakan sosial ekonomi seseorang memberikan dampak terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan berbahasa dan berbicara. Makanan dapat mempengaruhi kesehatan. Makanan yang

bergizi akan memberikan pengaruh positif untuk perkembangan sel otak. Perkembangan sel

otak inilah yang akhirnya digunakan untuk mencerna semua rangsangan dari luar sehingga

rangsangan tersebut akan melahirkan respon dalam bentuk berbahasa dan berbicara.

Gambaran tersebut menujukkan bahwa kondisi social ekonomi yang tinggi dapat memenuhi

kebutuhan makan anaknya yang memadai.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak dari kelompok sosial ekonomi tinggi lebih

mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara

ketimbang anak dari kelompok yang keadaan ekonominya  lebih rendah. Penyebab utama

Page 23: 1. berbicara

adalah anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong unutk berbicara dan lebih

banyak di bombing melakukannya.

Kedwibahasaan

Kedwibahasaan atau bilingualism adalah kondisi dimana seseorang berada di lingkungan

orang lain yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian dapatlah

mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan berbicara anak.

Meskipun ada anggapan bahwa anak usia dini dapat belajar bahasa yang berbeda sekaligus,

namun jika dalam penggunaannya bersamaan dan bahasa yang digunakan berbeda, maka hal

ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak.

Neurologi

Neuro adalah syaraf, sedangakan neurologis dalam berbicara adalah bentuk layanan yang

dapat diberikan kepada anak untuk membantu mereka yang mengalami gangguan bicara.

Oleh karena itu gangguan berbicara penyebabnya dapat dilihat dari keadaan neurologisnya.

Beberapa faktor neurologis yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak

menurut Tarmansyyah (1996) adalah meliputi:

1. Bagaimana struktur susunan syarafnya

2. Bagaimana fungsi susunan syarafnya

3. Bagaimana peranan susunan syarafnya

4. Bagaimana syaraf yang behubungan dengan organ bicaranya.Pengertian Kemampuan BerbicaraPenguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks. Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Menurut Pageyasa (2004: 43) bahwa “keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh”.

Adapun Utari dan Nababan (1993: 45) menyatakan bahwa “kemampuan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa”. Sementara itu, Ibrahim (2001: 36)memberikan pengertian bahwa “kemampuan berbicara adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya”.

Kompetensi komunikatif sebagai inti dari pengajaran berbicara juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena siswa berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham kode linguistik.

Pengertian lebih lanjut dikemukakan Moris (Novia, 2002: 67) yang menyatakan bahwa “kemampuan berbicara merupakan kemampuan menggunakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial”.

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat

Page 24: 1. berbicara

disimpulkan pengertian dalam penelitian ini bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan, baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh dengan menggunakan kalimat yang sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Menurut Samsuri dan Sadtono (1990: 34) bahwa keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk: 

1. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan;

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan BerbicaraKemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca : berdebat) ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan kita dalam berbicara.

Kemampuan berbicara dan bahasa anak erat kaitannya dengan kemampuan mendengar anak. Perkembangan bicara anak memerlukan pembinaan secara intensif, sesuai dengan taraf perkembangan fisik dan psikis yang lain. Kemampuan bahasa anak akan maksimal jika mendapat umpan balik yaitu mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya. Umpan balik yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya diperoleh secara visual, kinestetik dan gerak.

Menurut Sadjaah dan Sukarja (1995: 114) bahwa “perkembangan bahasa seseorang tak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor. Perkembangan bahasa dan bicara hanya akan berjalan dengan baik dan lancar bila didukung oleh faktor kesiapan atau kematangan”. Lanjut Sadjaah dan Sukarjamenyatakan bahwa “Faktor-faktor yang mempe¬ngaruhi adanya kesiapan adalah faktor psikologis, faktor fisiologis, dan faktor lingkungan”. Faktor Psikologis

Faktor ini menyangkut aspek inteligensi, minat akan apa yang dilihat, dirasakan, dikehendaki di dengar dan perlu dikemukakan kepada orang lain. Kesanggupan meniru dan menyimpan apa yang di dengar, kesanggupan menata pikiran dan perasaan terhadap apa yang dimaksud. Faktor Fisiologis

Faktor ini menyangkut masalah ketajaman pendengaran, susunan saraf yang berfungsi baik untuk mengendalikan gerakan otot-otot alat bica¬ra dan keadaan alat-alat bicara yang baik. Faktor Lingkungan

Page 25: 1. berbicara

Faktor ini menyangkut masalah keterlibatan orang-orang yang berbahasa dan atau berbicara dengan baik, sedia memberi rangsangan berbi-cara kepada anak yang menanggapi pembicaraan anak. Telah disampaikan terdahulu, bahwa selama perkembangan anak terus mendapat pengaruh-pengaruh dari luar maka demikian pula dengan perkembangan bicara dan bahasa, tanpa pengaruh yang mengarah kepada kesempurnaan, tak akan terjadi bicara yang benar dan teratur bagi anak. Katakan bahwa anak itu akan dapat berbicara kalau lingkungan memberi kesempatan untuk mengem-bangkan potensi bicaranya. Anak dapat berbicara dengan baik kalau ada pada lingkungan yang berbicara baik, sebaliknya bicara mereka kurang baik, bila tiap waktu hanya mendengar kata-kata yang kurang baik pula.

Seorang anak yang belum berusia lima tahun masih berbicara seperti bayi, atau tampak ucapan yang salah, itu masih dikatakan normal. Tetapi kaIau sudah berumur lima tahun lebih mengucapkan kata-kata yang tidak jelas dan dapat berbicara pun tapi tidak jelas dapat dipastikan bisa mengalami cacat bicara (speech defect). Bicara dikatakan cacat jika kata-kata yang dikeluarkan oleh alat ucap anak itu menarik perhatian, tidak mudah dipahami dan tidak enak dide¬ngar. Maksudnya bahwa bicara itu tidak sempurna kalau menyimpang sangat jauh dari model pembicaraan pada umumnya.

1)    Faktor Organik1. Kematangan alat-alat bicara, seperti lidah, langit-langit, rahang, bibir, tenggorokkan

2. Kecerdasan, anak yang cerdas akan lebih cepat menangkap pembicaraan orang lain, dan dapat me¬ngeluarkan isi hatinya dengan menggunakan kata-kata yang tepat. Sedangkan anak yang kurang cer-das akan selalu menggunakan isyarat untuk lebih menjelaskan apa yang dikatakannya.

3. Kesehatan, anak yang sehat akan banyak bicara jika dibandingkan dengan anak yang tidak sehat. Anak yang sehat akan selalu gembira dan bicara mengenai apa saja, sering bicara sendiri dengan alat permainannya.

4. Pendengaran, hendaknya sejak kecil sudah diperhatikan, apakah anak itu memiliki pendengaran yang baik atau tidak. Sebab anak yang kurang pendengarannya akan terhambat belajar secara lisan, sebab tidak pernah mendengar rangsangan suara dari luar.

5. Jenis kelamin, beberapa ahli perkembangan anak terdahulu mengatakan bahwa anak perempuan lebih cepat berbicara daripada anak laki-laki.

2)    Faktor Lingkungan1. Motivasi, yaitu dorongan agar anak mau bicara. Dorongan itu dapat berupa permainan, gerakan atau sikap lainnya yang dapat memberikan pengaruh serta dorongan kepada anak untuk berusaha berbicara dengan kata-kata.

2. Kesempatan mendapatkan pengalaman, misalnya diajak bertamu atau menemui tamu, diajak bertamasya dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi kesiapan dan kematangan anak lebih memungkinkan perkembangan kemampuan bicara dan bahasanya dengan baik, sehingga tidak mengalami kelainan atau gangguan bicara.

Melatih Kemampuan BerbicaraTak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan tersebut, asalkan siswa tersebut mau belajar. Bagaimana cara melatihnya?. Oetomo, I (2008: 1-2) menguraikan ”cara melatih kemampuan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik berbicara yaitu: 1) teknik berbicara

Page 26: 1. berbicara

yang baik, 2) teknik berbicara di depan umum, 3) teknik berbicara profesio-nal, dan 4) teknik membuka dan menutup pembicaraan”. Teknik Berbicara yang Baik

Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi miscommunication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara.  Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara diplomatis. Teknik Berbicara Di Depan Umum

Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut bisa dilatih. Seorang siswa yang pendiam bisa tampil memikat di depan umum, asalkan mau belajar. Miliki kepercayaan diri dan kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:1. Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.

2. Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus bekeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara.

3. Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.

4. Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan, namun hindari humor yang berbau porno.

5. Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita punya, karena akan menunjukan kita sok pintar.

6. Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.

Teknik Berbicara Profesional

Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif, seperti yang disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:1. Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang kita ucapkan.

2. Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.

3. Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.

Jadi, jangan menyepelekan penampilan dan suara, sehingga orang yang mendengarkan tidak bosan. Kita harus pintar mengaturnya sehingga menciptakan suasana yang “hidup” dan dinamis. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan

Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing perha-tian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau intisari pembicaraan.Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Semua hal tersebut dapat dipelajari asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan berkembang mencapai keberhasilan yang diinginkan.

Page 27: 1. berbicara

DAFTAR  PUSTAKA

Ibrahim, A.S. 2001. Pengantar Sosiolinguistik; Sajian Bunga Rampai. Malang: Universitas Negeri Malang.

Novia, T. 2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Oetomo, I. 2008. Melatih Kemampuan Berbicara. (www.bahana-magazine.coms, diakses tanggal 29 November 2008).

Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas I MTs Sunan Kalijogo Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Sadjaah, E. dan Sukarja, D. 1995. Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Dirjen Dikti Proyek Tenaga Guru Depdikbud.

Samsuri, dan Sadtono. 1990. Strategi Belajar Berbicara. Surakarta: Pusat Universitas Sebelas Maret.

Utari, S. & Nababan, S. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara

1.      Faktor kebahasaanMenurut Maidar G Arsjad dan Mukti U S ( 1988:17 ), faktor-faktor kabahasaan

yang menunjang kemampuan berbicara adalah sebagai berikut :a). Ketepatan Ucapan

                       Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar, kebosanan dan kurang menyenangkan. Sudah tentu pula ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaran, perasaan dan sasaranb). Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

           Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor-faktor penentu walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai. Akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar-datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.c). Pilihan kata /Diksi

           Dalam pemilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi: jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar, misalnya kata-kata populer tertentu lebih efektif dari pada kata-kata muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi.

Page 28: 1. berbicara

Selain itu hendaknya pilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar.d). Ketepatan sasaran pembicara

           Semua ini menyangkut kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.

                  Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri kebutuhan, pertautan, pemusatan perhatian dan kehematan. Kebutuhan kalimat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian dari sebuah kalimat, bisa juga rusak karena ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Pertautan pertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian dalam kalimat dapat ditempatkan pada bagian awal atau akhir kalimat. Selain itu kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga kata yang tidak berfungsi perlu disingkirkan.

2.      Faktor nonkebahasaanMenurut Maidar G Arsjad dan Mukti U S (1988:20-22), keefektifan berbicara tidak

hanya didukung oleh faktor kebahasaan, dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehinga kalau faktor non kebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan.Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah sebagai berikut :a). Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.

      Sikap yang wajar oleh pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik, akan menghilangkan kegugupan dan sikap ini juga memerlukan latihan.b). Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.

      Banyak pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat keatas, kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.c). Kesediaan menghargai pendapat orang lain.

      Seorang pembicara hendaknya dalam menyampaikan isi pembicaraan memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Selain itu juga harus mampu mempertahankan pendapatnya yang mana mengandung argumentasi yang kuat dan betul-betul diyakini kebenarannya.

d). Gerakan-gerakan dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik hal ini dapat menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara sehingga kesan kurang dipahami.e). Kenyaringan suara juga sangat menentukan.

      Tingkat kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita antara kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga memuat kemungkinan gangguan dari luar.f). Kelancaran

      Kelancaran berbicara akan memudahkan pendengaran menangkap isi pembicaraannya. Selain itu berbicara yang terputus-putus bahkan menyelipkan bunyi

Page 29: 1. berbicara

ee, oo, aa dapat mengganggu penangkapan pendengaran, dan sebalikya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pembicaraanya.g). Relevansi atau Penalaran

      Proses berfikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis yang meliputi berbagai gagasan. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.h). Penguasaan topik

      Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Pengusaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

D.    Hambatan berbicara efektif1.      Terlalu banyak pengulangan kata2.      Tempo bicara yang cepat3.      Teknik yang buruk4.      Mengkopi pembicaraan orang lain5.      Tidak jelas (artikulasi, relevan suku kata)6.      Terlalu banyak eu, a, euh...7.      Tekanan yang salah atu buruk pada kata-kata

Tujuan berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan-gagasan pembicara kepada pendengar. Menurut Mulyana mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat tujuan, yaitu tujuan sosial, ekspresif, ritual, dan instrumental.Ini dia penjelasannya simak ya heheheh

a. Tujuan Sosial                manusia sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana untukmembangun konsep diri (dengan bahasa orang dapat mengetahui kepribadian orang lain),eksistensi diri (dengan berbicara, seseorang akan dipandang sebagai orang yang eksis),kelangsungan hidup (dengan berbicara orang dapat mengungkapkan keinginannya kepada orang lain), memperoleh kebahagiaan, dan menghindari tekanan serta ketegangan.

b.Tujuan Ekspresif                dalam tujuan ekspresif, berbicara digunakan manusia sebagai alat untuk menyampaikan perasaannya. Contohnya   Dengan bahasa yang penuh kasih sayang, seorang mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada seorang mahasiswi, kadang-kadang didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya dengan bunga. c. Tujuan Ritualkegiatan ritual sering menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual penganutnya. Seperti Doa.  Doa yang digunakan oleh umat beragama dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini menggambarkan bahwa bahasa sebagai media berbicara digunakan juga untuk tujuan-tujuan yang bersifat ritual. d.Tujuan Instrumentalkegiatan berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu (jabatan, pekerjaan, dan lain-lain).Tujuan Berbicara

Page 30: 1. berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud

dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara

harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga

mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk

memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta

untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara

diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik

pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya

menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan,  menghibur,

namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1)

memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar,

dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-

pendapat yang telah diuraikan di atas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara

umum  ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi,

meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki

reaksi dari pendengar atau penerima informasi.

Tujuan Berbicara

Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur dan ingin

mendapatkan responsi atau reaksi. Responsi atau reaksi itu merupakan suatu hal yang

menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan

keinginan pembicara. Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut:

a. mendorong atau menstimulasi,

b. meyakinkan,

c. menggerakkan,

d. menginformasikan, dan

e. menghibur.1

Page 31: 1. berbicara

Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicara

berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar, menginformasi-kan,

menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.

Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi itu tercakup dalam empat

bagian pokok yaitu :

1.      Pertama, Mata Kuliah Berbicara yang meliputi rasional, tujuan dan cakupan, fungsi, dan

relevansi Mata Kuliah Berbicara.

2.      Hakikat berbicara yang meliputi pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar

berbicara, dan jenis-jenis berbicara.

3.       faktor yang mempengaruhi efektivias berbicara meliputi kecemasan berbicara, bahasa

tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicara ideal, dan merencanakan pembicaraan.

4.       Pengembangan keterampilan berbicara yang meliputi pengajaran berbicara, dan praktik

berbicara dengan berbagai tema.

Tujuan Keterampilan Berbicara Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu

mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah

untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang

pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu

mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-

prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun

perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan

atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4)

meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam

komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki

keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun

profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.

Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat

pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan

mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan peserta didik

berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Ragam Berbicara

1.      Pidato Pidato adalah berbicara di depan umum. Jika pidato tadi bersifat ilmiah disebut

ceramah. Teks pidao adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato/ berceramah. Bila

teks tadi di buat sendiri oleh si pemidato disebut naskah pidato. 2.      Diskusi Diskusi berarti

memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraaan sarius tentang suatu masalah

objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan,

dan hubungan antarmasalah. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang

Page 32: 1. berbicara

terjadi di dalam kelompok kecilatau kelompok besar. Bentuk-bentuk diskusi: a.      Diskusi

Fak Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah

bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah

yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya diskusi fak

adalah suatu proses saling menukar pikiran dan endapat untuk mencapai suatu pengetahuan

yang lebih tinggi. Diskusi ini dapat membimbing para peserta kepada proses berpikir secara

jelas untuk menemukan argumentasiyang tepat dan jitu. Lamanya waktu untuk berbicara

dalam ceramah umumnya sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini untuk menghindarkan

kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa para peserta agar

mengungkapkan pikirannya secara singkat, tetap, padat, dan efektif. b.      Diskusi Podium

Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat

atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum.

Dalam diskusi podium, masalah-masalah bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang

harus diperhatikan dalam diskusi podium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut

pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab

diskusi podium akan menjadi lebih menarik, apabila setiap pembicaraan mewakili pendapat

yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberi kesempatan kepada para

pedengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat

atau pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.

c.       Forum Diskusi Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering

dipergunakan dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari

beberapa bentuk dialog. Forum diskusi ini memiliki kadar deokratis yang tinggi. Yang perlu

diperhatikan adalah bahwa orang yang harus tetap berpegang pada tema yang sedang

didiskusikan. Disamping itu, orang tua juga harus membedakan masalah pribadi  dari

masalah yang dibicarakan. Masalah pribadi tidak boleh dimasukkan dalam forum diskusi.

d.      Diskusi Kasualis Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret

atau satu situasi konkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari

jalan keluar yang tepat. Demi kelancaran dapat di undang seorang ahli atau yang mengetahui

masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping. e.       Diskusi Panel Diskusi panel

adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu topic yang

menjadi perhatian umum di depan penonton atau pendengar. Dapat juga berarti sejumlah

orang yang diserahi tugas melaksanakan tugas tertentu. Tujuan diskusi panel adalah

memberikan pemahaman kepada penddengar/penonton mengenai masalah yang didiskusikan.

3.      Menyampaikan Pengumuman Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan

Page 33: 1. berbicara

sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk

pidato. Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya, yaitu

volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik.

4.      Menyampaikan Argumentasi Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan

argumentasi karena harus mepertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat

akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau

peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono,

via Mulyati, 2008:3.6). 5.      Bercerita Melalui bercerita dapat terjalin hubungan yang akrab.

Selain itu, manfaat bercerita diantaranya, yaitu memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran,

dan memberikan keteladanan. Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia

dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan

daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya pendongeng mempersiapkan diri dengan cara

memahami pendengar, menguasai materi cerita, menguasai oleh suara, menguasai berbagai

macam karakter, luwes dalam berolah tubuh, dan menjaga daya tahan tubuh. 6.     

Musyawarah Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu

supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang

mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan

orang banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.

7.      Wawancara Wawancara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan

sebagai metode pengumpulan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap

muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak

langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat. Semua jenis peliputan berita

memerlukan proses wawancara dengan sumber berita atau narasumber. Wawancara bertujuan

pokok menggali informasi , komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau

peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Sumber :

http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/hakikat-pengembangan-ketrampilan.html

Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:

Universitas PGRI Yogyakarta. 

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

JENIS-JENIS BERBICARABila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis

berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.

Page 34: 1. berbicara

Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu:

a)          SituasiAktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan

lingkungan itu dapat  bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari, Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.

v   Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :Ø Tukar pengalaman,Ø Percakapan,Ø Menyampaikan berita,Ø Menyampaikan pengumuman,Ø Bertelepon danØ memberi petunjuk (Logan,  dkk., 1972 :108).

v   Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal  meliputi :Ø Perencanaan dan penilainØ CeramahØ InterviewØ Prosedur parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)

b)          TujuanAkhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya

tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:

a.      Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.

Contoh: Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.

b.     Berbicara menginformasikan. Dalam  suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.

Contoh:1.  Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang kabinet2.  Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan

sebagainya.3.  Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan4.  Penjelasan instruktur pada siswanya.

c.      Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh

Page 35: 1. berbicara

wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.

Contoh:1.        Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya2.        Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh3.        Nasehat dokter pada pasiennya4.        Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan5.        Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati

d.              Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.Contoh:

1.     Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana2.     Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,3.     Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,4.     Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya5.     Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.

e.               Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.Misal:

-         Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabay

f.            Metode penyampainBila belum, perhatikan empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam

menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:v Penyampaian secara mendadak, terjadi karena  seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus

berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.Misal:Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.

v Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.

v Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa  akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.

Page 36: 1. berbicara

v Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan umum.

g.           Jumlah penyimakKomunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah

peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, babarapa orang  (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:

a.      Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.

b.     Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang

c.      Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa.

h.          Peristiwa khususDalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.

Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam jenis.

v Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiahv Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.v Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahanv Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan,

pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.v Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.

(Logan, dkk;1972: 127)Jenis-jenis Berbicara

Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis berbicara:a.    Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan

Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara infomal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalama, percakapan, penyampaian berita, dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.

b.    Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan PembicaraTujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1)

berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira. Saat menginformasikan sesuatu kepada khalayak, pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks daripada berbicara menghibur dan menginformasikan. Disini pembicara harus pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya.  Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.

Page 37: 1. berbicara

Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Disini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta,contoh, dan ilustr asi yang tepat.Adapun jenis berbicara menggerakkan meupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar bertujuan menggerakkan pendengar agar mereka berbuat dan bertindak, seperti yang dikehendaki pembicara. Disini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi, kepintarannya memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.

c.    Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah PendengarBerdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara ini dibedakan atas berbicara

antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalm pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak. 

d.    Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari PembicaraanJenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu pidato

presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi. Contoh pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan untuk tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).

e.    Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian BerbicaraBerdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara yaitu metode

mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono, 1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25).Penyajian dengan metode mendadak, terjadi bila ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.

Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, dsb. Metode membaca naskah yang paling banyak digunakan.Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.

Page 38: 1. berbicara

F. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan BerbicaraBerbicara di depan umum memerlukan teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik

yang digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembicara. Beberapa syarat yang dimaksud dalah sebagai berikut :

1.     Memiliki Keberanian dan Tekad yang KuatKeberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian

yang setengah-setengah akan megakibatkan kacaunya pembicaraan. Hal lain yang perlu dimiliki pembicara adalah keyakinan atau tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan menghilangkan keraguan dan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.

2.    Memiliki Pengetahuan yang LuasSeorang pembicara harus menguasai materi yang akan dibicarakan sehingga dapat

menyampaikan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur.3.    Memahami Proses Komunikasi Massa

Untuk memahami proses komunikasi massa, pembicara dapat mengawali dengan analisis pendengar dan situasi yang akan membantu pembicara agar dapat bereaksi dengan cepat dan tepat.

4.    Menguasai Bahasa yang Baik dan LancarJika pembicara menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan mempunyai

perbendaharaan kosakata yang memadai dengan kosakata yang memadai, pembicara akan mampu berimprovisasi dengan baik pula. Tanpa bahasa yang baik dan lancar, seseorang akan gagal berbicara karena bahasa yang kacau dan tidak mampu mewakili gagasan-gagasan akan mengganggu penyampaian pesan dalam pidato. Penguasaan bahasa tersebut termasuk lafal, singkatan, istilah, dan sebagainya.

5.    Pelatihan yang MemadaiPelatihan merupakan syarat yang mutlak dalam berbicara di muka umum, khususnya

untuk para pemula. Pelatihan yang memadai akan semakin meninggikan nilai pembicaraan karena secara umum dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang terencana menghasilkan kualitas yang lebih baik.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengklasifikasian tersebut.a.      Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan

Berdasarkan situasi pembicara, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi ceramah, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.

b.      Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan PembicaraTujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1)

berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan.            Bila anda menyaksikan pelawak beraksi, Anda akan tahu bahwa para pemain mempunyai tujuan untuk menghibur. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira.            Bila kita menerangkan cara kerja komputer kepada orang lain atau menjelaskan kaitan antara pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu seminar, berarti kita bertujuan menginformasikan sesuatu kepada khalayak. Di sini pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 39: 1. berbicara

            Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks dari pada berbicara menghibur dan menginformasikan. Di sini pembicara harus pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik. Contohnya kita menasihati seorang siswa yang malas dan melalaikan tugasnya.            Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Di sini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta, contoh, dan ilustrasi yang tepat.            Adapun jenis berbicara menggerakkan merupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar mereka berbuat dan bertindak seperti yang dikehendaki pembicara. Di sini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi, kepintaran memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.

c.       Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar1.      Berbicara Antar Pribadi. Jenis berbicara ini terjadi apabila seseorang berbicara dengan satu

pendengar (empat mata).2.      Berbicara Dalam Kelompok Kecil. Jenis berbicara ini terjadi apabila ada sekelompok kecil

(3-5 orang) dalam pembicaraan itu.3.      Berbicara Dalam Kelompok Besar. Terjadi apabila pembicara berhadapan dengan

pendengar dalam jumlah besar. Misalnya, saat menjadi pemandu acara.d.      Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan1.      Situasi presentasi. Contohnya pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.2.      Situasi penyambutan. Contohnya pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti

acara.3.      Situasi perpisahan. Contohnya pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara

perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara.4.      Situasi jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan buat tamu, dsb.5.      Situasi perkenalan. Pidato yang berisi pihak yang memperkenalkan diri kepada khalayak.6.      Situasi nominasi. Pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa suatu itu dinominasikan.e.       Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara

Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara, yaitu:1.      Metode mendadak (impromptu), terjadi bila secara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di

depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali).2.      Metode tanpa persiapan (ekstemporan), dalam metode ini pembicara masih mempunyai

waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan oleh pembicara yang berpengalaman karena metode ini membutuhkan pembicara yang mampu mengembangkan pembicaraan dengan bebas.

Page 40: 1. berbicara

3.      Metode membaca naskah. Metode ini cocok digunakan apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato keneragaan, pidato radio, dan sebagainya.

4.      Metode menghafal. Metode ini menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Agar berhasil dengan metode ini hendaknya pembicara dapat menghayati dan menjiawi apa yang diucapkan serta berusaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan itu.

 Ciri-ciri Pembicara Ideal

Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang

baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri

tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.

1.      Memilih topik yang tepat.

Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik,

aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat,

kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.

2.      Menguasai materi.

Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai

materi yang akan disampaikannya.

3.      Memahami latar belakang pendengar.

Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi

tentang pendengarnya.

4.      Mengetahui situasi.

Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.

5.      Tujuan jelas.

Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang tegas, jelas, dan

gambling.

6.      Kontak dengan pendengar.

Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan

kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau

senyuman.

7.      Kemampuan linguistiknya tinggi.

Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk

menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif,

sederhana, dan mudah dipahami.

8.      Menguasai pendengar.

Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, dapat mengarahkan dan

menggerakkan pendengarnya ke arah pembicaraannya.

9.      Memanfaatkan alat bantu.

10.  Penampilannya meyakinkan.

11.  Berencana.

G.    Hambatan-Hambatan dalam Berbicara

Page 41: 1. berbicara

Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun,

keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara

berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa

mendapatkan hasil yang memuaskan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan

berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas

hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari

luar pembicara (eksternal).

Hambatan Internal

Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal

yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.

1) Ketidaksempurnaan alat ucap

Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan

dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

2) Penguasaan komponen kebahasaan

Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.

a.       Lafal dan intonasi,

b.      Pilihan kata (diksi),

c.       Struktur bahasa,

d.      Gaya bahasa.

3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.

a.       Hubungan isi dengan topik,

b.      Struktur isi,

c.       Kualitas isi,

d.      Kuantitas isi.

4)      Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental

     Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di

atas akan menghambat keefektifan berbicara.

Hambatan Eksternal

            Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari

luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh

pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.

a. Suara atau bunyi

b. Kondisi ruangan

c. Media

d. Pengetahuan pendengar

H.    Sikap Mental dalam Berbicara

Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan

dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental

yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara dijelaskan berikut ini.

Page 42: 1. berbicara

a)      Rasa Komunikasi

Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar. Jika rasa

keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi yang timpang.

Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat,

seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah

komunikasi yang aktif.

b)      Rasa Percaya Diri

Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya ini

akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan apa yang

disampaikannya.

c)      Rasa Kepemimpinan

Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan

dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu

mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu

menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan

mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi

terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.

Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menyimak

Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang secara praktis berbeda,

namun saling kait erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan

berbicara sehingga kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi

komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi. Orang

berbicara membutuhkan orang yang menyimak. Begitu juga sebaliknya, orang bisa

menyimak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak kita mengenal ucapan kata,

struktur kata, dan struktur kalimat, dan bahkan logika seseorang.

3.2 Korelasi Keteramlpian Berbicara dengan Membaca

Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan

berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai

penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa

tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.

Namun, kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui

kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh

seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk

mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.

3.2 Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis

Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua

Page 43: 1. berbicara

kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ide.

Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui

kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam

kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh

melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Dalam praktinya, kedua keterampilan tersebut

tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam menerapkan kaidah

berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam pemilihan Miss Universe

gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak

contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui media maupun

tatap muka.