LAPORAN RESMI
TENSILE TEST ( UJI TARIK)
Disusun Oleh :
Eriana Lulu Nadhira (6511040019)
Rizanti Camellia (6511040021)
Febriyanti Dwi R. (6511040023)
Lutfian Aditya P. (6511040029)
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2012
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik
(tensile test) terhadap suatu material.
Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mahasiswa mampu membuat diagram
tegangan- regangan teknik dan
sebenarnya berdasarkan diagram beban-
pertambahan panjang yang di dapat dari
hasil pengujian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan,
menganalisa sifat-sifat mekanik material
yang terdiri dari kekuatan tarik
maksimum, kekuatan tarik luluh,
reduction of area, elongation dan modulus
elastisitas.
1.2. Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan
tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan
berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (Assotiation
Society Test and Material) JIS(Japan Industrial Standart), DIN (Deutches Institut
for Nurmunge).dan yang lainnya.
Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60
mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm &
B0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur
kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu
nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).
Gambar 1.1 Spesimen Plat2. Spesimen Round Bar
Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 60
mm lalu ditentukan titik tegah gauge lenghtnya. Stelah itu diukur lagi
panjang gauge length dari A ke B untuk dimasukkan kedalam penandaan
(Lo). Setelah itu ditandai dengan penitik.
Gambar 1.2 Spesimen Round Bar
3. Spesimen Beton Neser
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya
supaya dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang
dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong
logam. Setelah itu diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka
sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai dengan
menggunakan penitik.
Setelah itu ditentukan gauge lenghtnya , yaitu 70 mm sehingga A0 dan
B0 adalah masing-masing 35 mm dan juga ditandai dengan penitik. Baru
kemudian diukur lagi panjang gauge lenghtnya (A ke B) yang kemudian hasil
pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo)
Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser
Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin
besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang
(∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi
beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan
kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan
sifat bahan secara umum.
Gambar 1.4 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam
Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan
sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum
Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh
karena itu titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p
terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di hilangkan
maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali
kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan
di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni
di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban
yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana
spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di
mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan
masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut
deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p,
e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke
tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja.
Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar
atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua
logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah,
titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak
tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan
menggunakan metode offset.
Metode offset di lakukan dengan cara menarik garis lurus yang
sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari
regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan
kurva σ-ε (gambar 1.5)
Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield
Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan
semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di
tunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi
yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen.
Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan
terjadi pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun
dan akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle),
spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.
Grafik Tegangan-Regangan Teknik( )
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva tersebut
sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan
kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik
tersebut harus di konversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik
). Grafik di buat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan
selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi
yang man deformasi permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi
luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :
= P/Ao ……………………………………………………………..(1)
………………………………………………….(2)
Dimana
tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
= regangan teknik (%)
= panjang awal spesimen (mm)
= panjang spesimen setelah patah (mm)
= pertambahan panjang (mm) =
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva ke
dalam grafik adalah sebagai berikut:
1. Ubahlah kurva menjadi grafik dengan cara menambahkan
sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .
2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang pada grafik
. Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang di dapat
dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada)
dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala
pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang
pertambahan total pada kurva Dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:
a) Skala beban (P) 1mm : ........... kN
b) Skala pertambahan panjang 1mm : ........... mm
3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar
beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala
yang telah di buat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada
daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional
dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:
.........................................................................................................(3)
Dimana:
= tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3 di dapatkan
= ………………………………………………………….(4)
4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik dengan
menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke
regangan teknik dengan memakai persamaan 2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip
dengan kurva , karena pada dasarnya grafik dengan kurva
identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.
Gambar 1.6 Grafik hasil konversi grafik
Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya
Grafik tegangan-regangan sebenarnya di buat dengan kondisi
luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya
pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk
proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan
grafik terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada
grafik setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture),
sedangkan pada grafik kurva akan terus naik sampai patah di titik f.
Kenaikkan tersebut di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas
penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat
pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:
σ = ( 1 + )..........................................................................................(5)
= ℓn ( 1 + )..........................................................................................(6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik ke dalam
grafik adalah sebagai berikut:
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik yang merupakan konversi
dari grafik .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan
persamaan 5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan
6.Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum yaitu titik 1-8.
Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah
puncak kurva akan mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada
kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:
......................................................................................................(7)
= ℓn Ao/Ai)................................................................................................(8)
Dimana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10
adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya
antara A8 dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut.
Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya
Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik Yield
…………….………………………………………………...(9)
Dimana = tegangan yield (kN/mm2)
Py = beban yield (kN)
2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate
………………….……………………..........……………...(10)
Dimana = tegangan ultimate (kN/mm2)
pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan
.....................................................................................(11)
di mana = regangan (%).
= pertambahan panjang (mm)
= panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan
semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan dari persamaan
hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material
relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada garis
proporsional. Semakin besar , semakin kaku material tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0] 100%
Dimana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material.
Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Specimen uji tarik beton neser.
5. Kertas milimeter.
2.2. Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
2.3. Langkah Kerja
1. Menyiapkan Spesimen
a. Ambil spesimen dan jepit pada ragum.
b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan
menmyebabkan salah ukur.
c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2. Pembuatan gauge length
a. Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm.
Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
b. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
a. Ambil spesimen dan ukur dimensinya.
b. Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
a. Catat data mesin pada lembar kerja.
b. Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
c. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
d. Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
e. Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
5. Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah
sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
6. Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang
patah.
7. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
BAB IIIANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Spesimen 1 ( Plate ).Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
= 41,62 kN 86 mm
= 0,48 kN/mm
1 mm = 0,48 kN/mm
skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva
= 74,40-53,80 40 mm
= 0,62 mm/mm
1 mm = 0,62 mm/mm
No X YSkala
XSkala
YΔl
(mm)P
(KN) Lo Li Ao(mm²) A1(mm²)
σt (KN/mm²
)t
(mm/mm)
σs (KN/mm²
)s
(mm/mm)
0,00 0,00 0,00 0,62 0,48 0,00 0,00 53,80 53,80 129,98 129,98 0,00 0,00 0,00 0,00
1,00 1,50 17,00 0,62 0,48 0,94 8,23 53,80 54,74 129,98 127,76 0,06 0,02 0,06 0,02
2,00 3,00 38,00 0,62 0,48 1,87 18,39 53,80 55,67 129,98 125,61 0,14 0,03 0,15 0,03
3,00 4,00 59,00 0,62 0,48 2,50 28,55 53,80 56,30 129,98 124,21 0,22 0,05 0,23 0,05
4' 4,00 70,00 0,62 0,48 2,50 33,88 53,80 56,30 129,98 124,21 0,26 0,05 0,27 0,05
5,00 7,00 71,00 0,62 0,48 4,37 34,36 53,80 58,17 129,98 120,22 0,26 0,08 0,29 0,08
6,00 10,00 78,00 0,62 0,48 6,24 37,75 53,80 60,04 129,98 116,47 0,29 0,12 0,32 0,11
7,00 15,00 84,00 0,62 0,48 9,36 40,65 53,80 63,16 129,98 110,71 0,31 0,17 0,37 0,16
8'' 22,00 86,00 0,62 0,48 13,73 41,62 53,80 67,53 129,98 103,55 0,32 0,26 0,40 0,23
9,00 31,00 73,00 0,62 0,48 19,35 35,33 53,80 73,15 129,98 76,82 0,27 0,36 0,46 0,53
10''' 33,00 58,00 0,62 0,48 20,60 28,07 53,80 74,40 129,98 45,98 0,22 0,38 0,61 1,04
= Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah
Tabel 3.1 Spesimen 1 ( Plate )
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Plat adalah sebagai berikut :
Tegangan Tarik Yield ( ) = Py
Ao
= 32,42 kN
129,98 mm2
= 249,42 MPa
Tegangan Tarik Maksimum ( ) = Pu
Ao
= 41,62 kN
129,98 mm
= 320,20 MPa
Regangan maksimum
max = (DL/Lo)x100%
= (74,40-53,80 /53,80 mm) x 100%
= 38,29 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (Ao – A1)mm / 50,70mm x 100%
= (129,98-45,98)mm / 129,98mm x 100%
= 64,62 %
Modulus Elastisitas
E = s/
= 320,20 / 38,29
= 8,36 MPa
Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 1(Plate)
3.2. Spesimen 2 ( Round Bar)
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum
= 72,16 kN 148 mm
= 0,49 kN/mm
1 mm = 0,49 kN
skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva
= 18 mm 40 mm
= 0,45 mm/mm
1 mm = 0,45 mm
Tabel 3.2 Spesimen 2 ( Round Bar)
No X YSkala
XSkala
YΔl
(mm) P(kN) Lo Li Ao(mm²) A1(mm²)σt
(kN/mm²)t
(mm/mm)σs
(kN/mm²)s
(mm/mm)
0,00 0,00 0,00 0,45 0,49 0,00 0,00 51,70 51,70 134,78 134,78 0,00 0,00 0,00 0,00
1,00 2,00 29,00 0,45 0,49 0,90 14,14 51,70 52,60 134,78 132,47 0,10 0,02 0,11 0,02
2,00 4,00 55,00 0,45 0,49 1,80 26,82 51,70 53,50 134,78 130,25 0,20 0,03 0,21 0,03
3,00 6,00 80,00 0,45 0,49 2,70 39,01 51,70 54,40 134,78 128,09 0,29 0,05 0,30 0,05
4' 9,00 105,00 0,45 0,49 4,05 51,19 51,70 55,75 134,78 124,99 0,38 0,08 0,41 0,08
5,00 11,00 112,00 0,45 0,49 4,95 54,61 51,70 56,65 134,78 123,00 0,41 0,10 0,44 0,09
6,00 14,00 128,00 0,45 0,49 6,30 62,41 51,70 58,00 134,78 120,14 0,46 0,12 0,52 0,11
7,00 19,00 142,00 0,45 0,49 8,55 69,23 51,70 60,25 134,78 115,65 0,51 0,17 0,60 0,15
8'' 27,00 148,00 0,45 0,49 12,15 72,16 51,70 63,85 134,78 109,13 0,54 0,24 0,66 0,21
9,00 37,00 127,00 0,45 0,49 16,65 61,92 51,70 68,35 134,78 75,89 0,46 0,32 0,82 0,57
10''' 40,00 101,00 0,45 0,49 18,00 49,24 51,70 69,70 134,78 34,73 0,37 0,35 1,42 1,36
= Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Round Bar adalah sebagai berikut :
Tegangan Tarik Yield ( ) = Py
Ao
= 50,15 kN
134,78 mm2
= 372,09 MPa
Tegangan Tarik Maksimum ( )
= Pu
Ao
= 72,16 kN
134,78 mm
= 535,39 MPa
Regangan maksimum
max = (DL/Lo)x100%
= (18 mm /51,70 mm) x 100%
= 34,81 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (134,78 – 34,73)mm / 134,78 mm x 100%
= 74,23 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = s/
= 535,39 / 34,81
= 15,38
Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 2 (Round Bar)
3.3. Spesimen 3 (Beton Neser)
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum
= 34,47 kN 77 mm
= 0,49 kN / mm
1mm = 0,49 kN
skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva
= 13,9 mm / 67 mm = 0,21
1 mm = 0,21 mm / mm
Tabel 3.3 Spesimen 3 (Beton Neser)
No X YSkala
XSkala
YΔl
(mm)P
(KN) Lo LiAo
(mm²)A1
(mm²)
σt (KN/mm²
)t
(mm/mm)
σs (KN/mm²
)s
(mm/mm)
0 0 0 0,21 0,49 0,00 0,00 83,70 83,70 69,60 69,60 0,00 0,00 0,00 0,001 1 15 0,21 0,49 0,21 7,30 83,70 83,91 69,60 69,43 0,10 0,00 0,11 0,002 2 30 0,21 0,49 0,41 14,60 83,70 84,11 69,60 69,26 0,21 0,005 0,21 0,003 4 47 0,21 0,49 0,83 22,87 83,70 84,53 69,60 68,92 0,33 0,01 0,33 0,014' 5 56 0,21 0,49 1,04 27,25 83,70 84,74 69,60 68,75 0,39 0,01 0,40 0,015 23 69 0,21 0,49 4,77 33,58 83,70 88,47 69,60 65,85 0,48 0,06 0,51 0,066 33 74 0,21 0,49 6,85 36,01 83,70 90,55 69,60 64,34 0,52 0,08 0,56 0,087 44 76 0,21 0,49 9,13 36,98 83,70 92,83 69,60 62,76 0,53 0,11 0,59 0,108'' 58 77 0,21 0,49 12,03 37,47 83,70 95,73 69,60 60,85 0,54 0,14 0,62 0,139 66 68 0,21 0,49 13,69 33,09 83,70 97,39 69,60 43,77 0,48 0,16 0,76 0,46
10''' 67 57 0,21 0,49 13,90 27,74 83,70 97,60 69,60 22,90 0,40 0,17 1,21 1,11 = Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Beton Neser adalah sebagai berikut :
Tegangan Tarik Yield ( ) = Py
Ao
= 27,57 kN
69,60 mm2
= 396,12 MPa
Tegangan Tarik Maksimum ( )
= Pu
Ao
= 37,47 kN
69,60 mm
= 538,36 Mpa
Regangan maksimum
max = (DL/Lo)x100%
= (13,9 mm/83,70 mm) x 100%
= 16,6 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (69,6 – 22,9 )mm / 69,6 mm x 100%
= 67,097 %
Modulus Elastisitas
E = s/
= 538,36 / 16.6
= 32,43 Mpa
Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 3 (Beton Neser)
BAB IVPENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sifat mekanik
No Spesimen σy(kN/mm2) σu(kN/mm2) E(kN/mm2) εmax(%) RA(%)1 Plat 0,249 0,320 8,36 18,93 55,532 Round Bar 0,372 0,535 15,38 33,33 59,83
3Beton Neser 0,396 0,538 32,43 27, 29 47,54
Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:
Spesimen 3 memiliki kekuatan elastic paling besar karena nilai tegangan
yieldnya paling besar
Spesimen 3 memiliki kekuatan tarik paling besar karena memiliki tegangan
maksimum paling besar
Spesimen 3 memiliki kekakuan paling besar karena modulus elastisitasnya
paling tinggi.
Spesimen 1 memiliki keuletan paling rendah karena memiliki elongation
paling kecil.
Ketidak tepatan hasil percobaan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pemasangan spesimen pada mesin uji tarik (anvil)
2. Sambungan benda dari hasil las-lasan
3. Pembacaan nilai hasil pengujian yang kurang tepat
4. Ketidaktelitian pengukuran material yang tidak homogen (luasan tidak sama)
5. Pembulatan bilangan desimal pada perhitungan dan hasil perhitungan itu
sendiri
6. Kesalahan pengambilan titik pada kurva hasil pengujian
Daftar Pustaka
1. Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan
Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta
2. Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan
Teknik Mesin FTI, ITS
3. Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
4. M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS
5. Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, PPNS