I. Judul Percobaan: Kromatografi Lapis Tipis (KLT)II. Tujuan
Percobaan:1. Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode
cincin terkonsentrasi2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada
tanaman dengan menggunakan pelat KLT.III. Hari / Tanggal Percobaan:
Senin / 04 Mei 2015 pukul 13.00 WIBIV. Selesai Percobaan: Senin /
04 Mei 2015 pukul 16.00 WIBV. Dasar Teori:Kromatografi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yairu, chromos yang
berarti warna dan graphos yang berarti menulis. Jadi kromatografi
berarti penulisan dengan warna. Pemisahan secara kromatografi yang
berhasil dengan baik yaitu dengan mengkompromikan dengan berkaitan
daya pisah kromatografi, bebas cuplikan dan waktu analisis atau
kecepatan seperti daya pisah dan kecepatan kapasitas.Kromatografi
adalah istilah hukum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan
partisi cuplikan antara fase gerak dan fase diam dan berupa gas
atau zat cair, fase diam, berupa cair dan zat padat. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam sistem komponen-komponen cuplikan yang
ditahan secara selektif oleh fase diam.Semua tipe kromatografi
melibatkan interaksi zat terlarut (solut) dengan pelarut sebagai
fasa gerak dan adsorben sebagai fasa diamnya, sehingga tercapai
suatu kesetimbangan dinamis. Ditinjau dari konfigurasinya,
kromatografi dibedakan menjadi kromatografi kolom dan kromatografi
planar. Kromatografi dengan konfigurasi planar ada dua macam yaitu
kromatografi kertas (KK) dan kromatografi lapis tipis
(KLT).Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik yang
menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi
penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alumina,
selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada
lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler.
Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan
pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber). KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipidalipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan
isolasi senyawa murni skala kecil. Bahan lapisan tipis seperti
silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan
pereaksipereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.Dasar
pemisahan KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi di antara fasa
diam yang berupa padatan dan fasa gerak yang merupakan campuran
solven (eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang
campuran. Jenis eluen yang digunakan tergantung jenis sampel yang
akan dipisahkan. Cara termudah untuk memilih jenis eluen yang tepat
adalah dengan menggunakan metode cincin terkonsentrasi.
Pemilihan Pelarut Pengembangan ( Eluen )Eluent dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis
silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel
silika) (Kantasubrata, 1993).Pemilihan eluen untuk pengembang
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Eluen
yang menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada pelat naik
sampai batas atas pelat (solven front) tanpa mengalami pemisahan
berarti eluen terlalu polar. Sebaliknya jika noda ditotolkan sama
sekali tidak bergerak berarti eluen kurang polar. Untuk menguji
kesesuaian eluen dengan analit digunakan metode cicin
terkonsentrasi yang memeberikan gambar sabagai berikut :
Persiapan Chamber Chamber yang digunakan dapat berupa bejana,
gelas atau botol dari kaca dengan dasar rata. Bagian dalam chamber
diisi dengan kertas sampai seluruh dinding chamber tertutup oleh
kertas saring, bagian atas chamber tidak tertutup dengan kertas
saring sekitar 2-3 cm kemudian eluan yang digunakan dimasukkan
dalam chamber sebanyak 5 mL untuk menguji kertas saring dengan uap
eluen tersebut dan selama proses penjenuhan chamber harus ditutup
dengan plat kaca samapi kertas saring basa seluruhnya.
Tahap Penotolan Dan Tahap PengembanganUntuk pengucian cicin
terkonsentrasi, pada sebuah plat ditotolkan beberapa noda sampel
yang sama kemudian setiap noda ditotolkan eluan yang berbeda.
Sedangkan pada penentuan Rf pada sebuah plat ditotolkan beberapa
noda yang sama di bawah pelat, kemudian pelat dimasukkan dalam
chamber yang bersisi eluan yang dijenuhkan.Setelah eluen mencapai
batas atas pelat, maka pelat segera diangkat noda yang terbentuk
ditandai dengan pensil kemudian diukur Rf-nya. Jika tidak ada noda
yang terlihat maka pelat disemprot dengan pereaksi penimbul warna
seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, ammonium sulfide, dan
sebagainya. Atau dengan cara menyinari pelat dengan sinar ultra
violet atau menjnuhkan pelat dengan uap iodium. Data yang diperoleh
dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf
dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak
yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf
selalu lebih kecil dari 1,0. Perhitungan nilai Rf Jumlah perbedaan
warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari
lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh
pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan
dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan
sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Cara menghitung
Rf adalah sebagai berikut :Pengukuran berlangsung sebagai
berikut:
Gambar: Contoh Hasil Kromatografi
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
VI. Alat dan Bahan: AlatPelat KLT 7x2 cm dan 3x5 cm2 lembarPipa
kapilersecukupnyaGelas kimia2 buahCorong pemisah2 buahKertas
saringsecukupnyaPelat kaca (chamber)6 buahGelas ukur 10 mL2
buahPinset 1 buah
Bahan Metanol secukupnyaEtanolsecukupnyaKloroformsecukupnyaDaun
pandan suji15 gramKunyit15 gram
VII. Alur Kerja:1. Pandan BetawiPersiapan Sampel
DitumbukDiambil 15gramDitambah 10 mL metanolDiperas
Filtrat
Dimasukkan dalam corong pemisahDitambah 2 mL
kloroformDikocokDidiamkan sampai terbentuk 2 lapisan Lapisan bawah
diambil
Sampel pandan betawiKunyit
DitumbukDiambil 15gramDitambah 10 mL etanolDiperas
Dimasukkan dalam corong pemisahDitambah 2 mL
kloroformDikocokDidiamkan sampai terbentuk 2 lapisan Lapisan bawah
diambilFiltrat
Sampel kunyit
2. Persiapan Pelata. Pelat berukuran 3x5 cmUntuk cincin
terkonsentrasi
Dioven selama 10 menitDiberi 6 titik menggunakan pensil dengan
jarak antar titik 1 cm
Kunyit Pandan
b. Untuk penentuan Rf
Pelat berukuran 2x7 cmDioven selama 10 menitDiberi batas dengan
pensil, batas atas 1 cm, batas bawah 0,5 cm Pelat dengan batas atas
dan batas bawah
3. Persiapan Eluena. Etanol Kloroform Heksana Untuk cincin
terkonsentrasi
Dicampurkan ke dalam vial-vial dengan perbandingan Heksana :
Kloroform : EtanolA = 1 : 4,5 : 4,5E = 4,5 : 4,5 :1B =3 : 4 : 3F =
4,5 : 1 : 4,5C = 3 : 3 : 4D = 4 : 3 : 3
Eluen
b. Kertas SaringUntuk penentuan Rf
Dimasukkan dalam chamber hingga kertas saring menutupi seluruh
dinding chamber dan tidak melebihi atas chamberDimasukkan 5 mL
eluen yang sesuaiDitutup dengan pelat kaca chamber sampai kertas
saring basah seluruhnya
Eluen
4. Tahap penotolan dan pengembangan sampela. SampelUntuk cincin
terkonsentrasi
Ditototolkan 1 kali dengan pipa kapiler pada enam titik yang
telah diberi tanda pada pelat KLT sampai warnanya cukup jelasDiberi
kode A-F untuk setiap noda Diambil eluen pada vial A dengan pipa
kapilerDitotolkan pada noda ALakukan hal yang sama untuk noda
B-FDibandingkan bentuk cincin yang terjadiDitentukan perbandingan
eluen yang sesuai
Bentuk Cincin
b. Untuk penentuan Rf
Sampel
Ditotolkan pada batas bawah pelat KLT sebanyak 1 kali hingga
diperoleh noda yang jelas
Pelat Kaca
Dimasukkan ke dalam chamber dengan hati-hati menggunakan pinset
hingga posisi bawah pelat menyentuh dasar chamber dan tidak
miringChamber ditutup kembaliDibiarkan mengembang hingga eluen
menyentuh batas atas pelat
Eluen menyentuh batas atas eluen
Pelat KLT diambil dengan hati-hatiDiamati noda yang terjadi dan
diberi tanda dengan pensilDikeringkanDitutup dengan solatip agar
noda tidak memudar warnanya
Nilai Rf
VIII. Hasil PengamatanNo. Perc.Prosedur PercobaanHasil
PengamatanDugaan/ ReaksiKesimpulan
SebelumSesudah
1.Persiapan Sampel
Daun Pandan Betawiditumbukdiambil 15 gramditambah 10 mL
metanoldiperas Filtratdimasukkan dalam corong pemisahditambah 2 mL
kloroformdikocokdidiamkan sampai terbentuk 2 lapisanlapisan bawah
diambilSampel pandan betawi
Kunyitdiparutdiambil 15 gramditambah 10 mL metanoldiperas
Filtratdimasukkan dalam corong pemisahditambah 2 mL
kloroformdikocokdidiamkan sampai terbentuk 2 lapisanlapisan bawah
diambilSampel kunyit
Daun pandan betawi : berwarna hijau Metanol : larutan tak
berwarna Kloroform : larutan tak berwarna
Kunyit : berwarna kuning Etanol : larutan tak berwarna Kloroform
: larutan tak berwarna
Setelah ditumbuk : daun pandan betawi halus Ditambah 10 mL
metanol : daun pandan betawi berwarna hijau tua Diperas : larutan
daun betawi berwarna hijau tua Diperas : larutan berwarna hijau tua
Ditambah kloroform : larutan hijau tua Setelah didiamkan, terbentuk
2 lapisan:Lapisan atas : larutan berwarna hijau mudaLapisan bawah :
larutan berwarna hijau tua Setelah diparut : kunyit betawi halus
Ditambah 10 mL etanol : kunyit berwarna kuning tua Diperas :
larutan kunyit berwarna kuning tua Diperas : larutan berwarna
kuning tua Ditambah kloroform : larutan kuning tua Setelah
didiamkan, terbentuk 2 lapisan:Lapisan atas : larutan berwarna
kuning mudaLapisan bawah : larutan berwarna kuning tuaMetanol
berfungsi untuk melarutkan zat warna atau pigmen dari daun pandan
betawi
Etanol berfungsi untuk melarutkan zat warna atau pigmen dari
kunyit
Diperoleh ekstrak daun pandan betawi berwarna hijau tua
Diperoleh ekstrak kunyit berwarna kuning tua
2.Persiapan pelata. Untuk cincin terkonsentrasi
Pelat berukuran 3x5 cm
dioven selama 10 menitdiberi 6 titik menggunakan pensil dengan
jarak antar titik 1 cm
Pelat dengan titik titik tempat penotolan noda
b. Untuk penentuan Rf
dioven selama 10 menitdiberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1
cm menggunakan pensilPelat berukuran 3x5 cmPelat dengan titik titik
tempat penotolan noda
Pelat tanpa titik-titik
Pelat tanpa titik-titik Pelat dengan titik-titik dengan jarak 1
cm
Pelat dengan titik-titik dengan jarak 1 cm
3.Persiapan Eluena. Untuk cincin terkonsentrasi
Kloroform Etanol Heksana
campurkan kedalam vial-vial dengan perbandingan Heksana :
Kloroform : Etanol sbb, A = 1 : 4,5 : 4,5B = 3 : 4 : 3C = 3 : 3 :
4D = 4 : 3 : 3E = 4,5 : 4,5 : 1F = 4,5 : 1 : 4,5
Eluen
b. Untuk penentuan Rf
Kertas Saring
dimasukkan dalam chamber hingga kertas saring menutupi seluruh
dinding chamber dan tidak melebihi atas chamberdimasukkan 5 mL
campuran eluen yang sesuai chamber ditutup sampai kertas saring
basah seluruhnya
Eluen
Heksana : larutan tak berwarna Kloroform : larutan tak berwarna
Etanol : larutan tak berwarna
Eluen : larutan tak brwarna, chamber belum jenuh
Heksana + kloroform : larutan tak berwarna Ditambah Etanol :
larutan tak berwarna
Larutan tak berwarna, hamber jenuh
Ket :a : jarak dari batas garis bawah ke nodab : jarak dari
batas garis bawah ke batas garis atas
4.Tahap penotolan dan pengembangan sampela. Untuk cincin
terkonsentrasi
Sampel
ditotolkan 1 kali dengan pipa kapiler pada enam titik yang telah
diberi tanda pada pelat KLT sampai warnanya cukup jelasdiberi kode
A-F untuk setiap noda diambil campuran pada vial A dengan pipa
kapilerditotolkan pada noda Adilakukan hal yang sama untuk noda
B-Fdibandingkan bentuk cincin yang terjadiditentukan perbandingan
eluen yang sesuai
Bentuk cincin
b. Untuk penentuan Rf
Sampel
Ditotolkan pada batas bawah pada pelat KLT sebanyak 1 kali
hingga diperoleh noda yang jelas
Chamber
dibukadimasukkan pelat kedalam chamber dengan hati-hati
menggunakan pinset hingga posisi bawah pelat menyentuh dasar
chamber dan tidak miringdibiarkan mengembang hingga eluen menyentuh
batas atas pelat
Eluen menyentuh batas atas pelat
Pelat KLT diambil hati-hatiDiamati noda yang terjadi dan diberi
tanda dengan pensilDikeringkanDitutup dengan solatip agar noda
tidak memudar warnanya
Nilai Rf
Pelat sampel dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi eluen
E
Terbentuk 1 noda pada pelat daun pandan Terbentuk 3 noda pada
pelat kunyitKurkumin dan klorofil merupakan senyawa polar
Rf standar kunyit : 0,4Rf standar pandan : 0,6
Eluen yang sesuai untuk penentuan Rf pada sampel kunyit dan daun
pandan betawi yaitu eluen E dengan perbandingan heksana : kloroform
: etanol adalah 4,5 : 4,5 :1
Didapatkan nilai Rf pada kunyit :Noda 1 = 0,4272Noda 2 =
0,4999Noda 3 = 0,5727Sedangkan nilai Rf pada pandan :Noda 1 =
0,6909
IX. Analisis dan PembahasanPada percobaan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) yang bertujuan untuk menentukan komposisi eluen yang
tepat dengan metode cincin terkonsentrasi dan menentukan nilai Rf
dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT, tanaman
yang digunakan yaitu kunyit dan daun pandan suji. Metode-metode
yang harus dilakukan untuk mencapai kedua tujuan tersebut yaitu
sebagai berikut:a. Persiapan SampelKunyit yang berwarna kuning dan
daun pandan suji (berwarna hijau) yang telah ditumbuk atau
diblender ditimbang 15 gram dan direndam selama 10 menit sampai
kunyit ataupun daun pandan terendapkan, kunyit dalam 10 mL etanol
dan daun suji dalam 10 mL metanol. Perendaman tersebut berfungsi
untuk melarutkan zat warna (pigmen-pigmen) yang terkandung dalam
kunyit dan daun pandan suji. Setelah kunyit dan daun pandan suji
terendapkan, warna dari filtrat kunyit menjadi lebih pekat yaitu
kuning tua dan daun pandan berwarna hijau tua, larutan atau filtrat
dari kunyit dan daun pandan diambil kemudian masing-masing
dimasukkan ke dalam corong pemisah. Namun pengambilan filtrat tidak
menggunakan tangan secara langsung, karena hal tersebut dapat
menyebabkan filtrat terkontaminasi dan juga tidak diperbolehkan
menggunakan kertas saring, karena zat warna atau pigmen dapat
tertinggal di kertas saring. Filtrat yang telah berada di dalam
corong pemisah selanjutnya ditambahkan dengan 2 mL kloroform
kemudian dilakukan proses ekstraksi dengan cara dikocok
berulang-ulang dan sesekali tutup dibuka untuk mengeluarkan gas
yang dihasilkan. Kloroform merupakan pelarut yang bersifat non
polar sehingga dapat melarutkan pigmen filtrat yang bersifat non
polar serta berfungsi untuk mempercepat proses pemisahan antara
fasa organik dan fasa air, dan fasa organik tersebut selanjutnya
akan dianalisis. Setelah dikocok, larutan didiamkan beberapa menit
hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan berwarna lebih jernih
daripada lapisan bawah, lapisan bawah inilah yang digunakan sebagai
pigmen sampel. Ekstrak yang diperoleh berwarna kuning tua pada
kunyit dan ekstrak pandan berwarna hijau.
b. Persiapan Pelat dan Penotolan pada Cincin
TerkonsentrasiSebelum pelat digunakan, pelat digarisi dan diberi
titik-titik sesuai aturan yang telah ditentukan dan dioven terlebih
dahulu selama 10 menit. Proses pengovenan ini bertujuan untuk
mengaktifkan pelat dan menghilangkan molekul-molekul air pada
pelat. Adanya molekul-molekul air pada pelat dapat menghambat
pengembangan sampel sehingga dapat mempengaruhi nilai Rf sampel.
Pelat yang akan digunakan untuk percobaan cincin konsentrasi yaitu
dua buah pelat berukuran 3 x 5 cm untuk kunyit dan daun pandan.
Untuk percobaan ini, pelat diberi tanda 6 buah titik dengan jarak
yang sama dengan menggunakan pensil. penggunaan pensil untuk
memberikan tanda dikarenakan noda yang dihasilkan pensil tidak akan
akan bercampur dengan sampel maupun eluen sehingga tidak
mempengaruhi hasil dari yang diperoleh.Selanjutnya sampel
ditotolkan pelat dengan menggunakan pipa kapiler. Kemudian pada
tiap noda ditotolkan dengan 6 macam eluen yang berbeda dengan
komposisi sebagai berikut :1. Eluen A terdiri dari heksana :
kloroform : etanol = 1,0 : 4,5 : 4,52. Eluen B terdiri dari heksana
: kloroform : etanol = 3,0 : 4,0 : 3,03. Eluen C terdiri dari
heksana : kloroform : etanol = 3,0 : 3,0 : 4,04. Eluen D terdiri
dari heksana : kloroform : etanol = 4,0 : 3,0 : 3,05. Eluen E
terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 4,5 : 1,06. Eluen
F terdiri dari heksana : kloroform : etanol = 4,5 : 1,0 :
4,5Berdasarkan percobaan, hasil yang diperoleh yaitu eluen yang
cukup polar untuk daun pandan dan kunyit yaitu eluen E. Kecukup
polaran tersebut ditunjukkan dengan noda sampel awal yang dapat
mengembang setelah penambahan eluen E namun pelebarannya tidak
sampai terlalu lebar dan juga tidak terlalu kecil.
c. Penentuan RfBerdasarkan percobaan dan pengamatan di pelat
pada percobaan cincin terkonsentrasi, eluen yang digunakan untuk
penentuan Rf pada kunyit dan daun pandan yaitu eluen E. Pada
penentuan Rf, tahap pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan
chamber yang telah diisi dengan eluen kemudian melapisinya dengan
kertas saring hingga meyelimuti seluruh permukaan chamber, chamber
ditutup, dan ditunggu sampai eluen jenuh. Tujuan dari penutupan
chamber untuk menyakinkan bahwa kondisi dalam chamber terjenuhkan
oleh uap dari pelarut. Selain itu, eluen yang telah jenuh juga
ditunjukkan dari basahnya seluruh bagian kertas saring dalam
chamber. Kondisi jenuh ini dapat mencegah penguapan pelarut.
Rf = Selanjutnya disiapkan 2 buah pelat berukuran 2 x 7 cm yang
telah digarisi dengan jarak batas atas yaitu 0,5 cm dan batas bawah
1 cm dengan pensil untuk sampel kunyit dan daun pandan. Kemudian
pada batas bagian bawah pada masing-masing pelat diberi tanda dua
titik dan ditotolkan sampel kunyit dan daun pandan pada
masing-masing pelat. Selanjutnya pelat dimasukkan ke dalam chamber
berisi eluen yang telah jenuh, ditutup, lalu ditunggu sampai
pergerakan eluen sampai pada batas garis atas. Setelah eluen sampai
pada batas garis atas, pelat diambil dan diamati noda yang
terbentuk kemudian diberi tanda dengan menggunakan pensil dan
dilapisi dengan selotip agar warna noda yang dihasilkan tidak
pudar, kemudian diukur nilai Rf pada masing pelat pandan dan kunyit
dengan menggunakan rumus: Keterangan: a: jarak dari batas garis
bawah ke nodab: jarak dari batas garis bawah ke batas garis
atasNoda yang dihasilkan pada pelat kunyit yaitu 3 noda dan nilai
Rf (perhitungan pada lampiran) sebagai berikut:Nilai
Rata-rata:Rf1Rf2Rf3
0,42720,49990,5727
Noda yang dihasilkan pada pelat pandan yaitu hanya 1 noda
dikarenakan penotolan sampel yang hanya dilakukan satu kali,
sehingga noda kurang kelihatan dan kurang mengembang. Nilai Rf daun
pandan (perhitungan pada lampiran) sebagai berikut:Nilai
Rata-rata:Rf1
0,6909
Nilai Rf yang diperoleh sesuai dengan nilai Rf standar, pada
kunyit yaitu 0,4 dan daun pandan 0,6. Banyaknya noda yang
dihasilkan baik pada pelat pandan dan pelat kunyit menandakan
jumlah pigmen yang terdapat pada pandan maupun kunyit.
X. Kesimpulan :Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1. Eluen yang sesuai untuk sampel
kunyit dan daun pandan yaitu eluen E dengan komposisi heksana,
kloroform, dan etanol dan dengan perbandingan 4,5 : 4,5 :1. 2.
Nilai Rf yang diperoleh sesuai dengan nilai Rf standar kunyit dan
pandan yaitu:Kunyit Noda 1: 0,4272Noda 2: 0,4999Noda 3: 0,5727Daun
pandan 0,6909
XI. Jawaban Pertanyaan:1. Apakah yang terjadi jika eluen yang
digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar atau
kurang polar? Mengapa?2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan
penentuan Rf?3. Mengapa permukaan plat KLT tidak boleh rusak?4.
Mengapa plat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam
oven?5. Mengapa batas atas dan bawah plat harus diberi tanda dengan
pensil?Jawaban :1. Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut
pengembang pada KLT terlalu polar maka noda yang ditotolkan pada
plat akan naik seluruhnya sampai mencapai batas atas plat tanpa
mengalami pemisahan. Begitu sebaliknya, jika eluen yang digunakan
sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar maka noda yang
telah ditotolkan pada plat tidak akan naik sedikitpun.2. Fungsi
kertas saring pada percobaan penentuan Rf yaitu untuk menjenuhkan
gelas dengan uap pelarut setelah dibasahkan dengan uap dari
campuran pelarut pengembang.3. Permukaan plat KLT tidak boleh rusak
karena ketika plat KLT rusak maka warna pada sampel tidak akan
terpisah dengan baik bahkan tidak bisa terpisah. Plat KLT yang
digunakan harus dalam keadaan baik agar warna pada sampel dapat
terpisah dengan baik.4. Sebelum digunakan, plat KLT harus
dikeringkan dulu dalam oven bertujuan agar plat bebas dari
molekul-molekul air yang terikat, jumlah air yang terikat sangat
berpengaruh pada pemisahan karena air terikat sangat kuat pada
adsorben sehingga menghambat terjadinya kesetimbangan dengan
molekul-molekul analit.5. Batas atas dan bawah plat harus diberi
tanda dengan pensil, hal ini dilakukan karena warna yang berasal
dari goresan grafit tidak dapat menyebar pada plat dan tidak
mempengaruhi warna pada sampel yang diujikan. Apabila menggunakan
bolpoin maka goresan tinta dari bolpoin akan menyebar dan
mempengaruhi warna sampel.
Daftar PustakaAnonim. 2012. Kromatografi lapis tipis. (online),
www.sribd.com; diakses pada tanggal 09 Mei 2015 pukul12.49
WIBArista, L. 2010. Tinjauan Pustaka. (online),
http://repository.usu.ac.id/bit-stream/123456789/19236/3/Chapter%20II.pdf;
diakses pada tanggal 09 Mei 2015 pukul 18.16 WIBDay.R.A, Underwood.
A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Kantasubrata, Julia. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs
Web Resmi Pusat Penelitian Kimia LIPISoebagio, Budiasih Endang,
Ibnu Sodiq.M, Widarti Retno Hayuni, Munzil. 2003. Kimia Analitik
II. Malang: Technical Cooperetion project for Development of sciens
and mathematics Teching for Primary and Scondary Education in
Indonesia (IMSTEP)
DokumentasiNo.PerlakuanGambarKeterangan
1.Persiapan sampela. Menyiapkan kunyit, menimbang kunyit yang
telah dihaluskan
15 gram kunyit yang telah dihaluskan
Merendam kunyit yang telah dihaluskan dengan 10 mL etanol Kunyit
yang telah dihaluskan + 10 mL etanol
Mengambil filtrat pada campuran dengan cara dekantasi,
memasukkan filtat kunyit ke dalam corong pisah Filtrat kunyit dalam
corong pisah
Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam filtrat yang telah
dimasukkan ke dalam corong pisahFiltrat kunyit + 10 mL larutan
kloroform
Mengocok larutan yang telah dimasukkan ke dalam corong
pisahLarutan dalam corong pisah
Mendiamkan larutan sampai terbentuk 2 lapisan
Larutan dalam corong pisah membentuk 2 lapisan-Lapisan
atas-Lapisan bawah digunakan sebagai sampel
b. Memotong daun pandan menjadi potongan-potongan kecil agar
mudah ditumbukPotongan daun pandan
Menumbuk potongan daun pandan hingga halusDaun pandan yang telah
dihaluskan
Menimbang daun yang telah ditumbuk hingga halus15 gram tumbukan
daun pandan
Merendam daun pandan yang telah dihaluskan dengan 10 mL
metanol
Daun pandan yang telah dihaluskan + 10 mL metanol
Mengambil filtrat pada campuran dengan cara dekantasi,
memasukkan filtat daun pandan ke dalam corong pisah Filtrat daun
pandan dalam corong pisah
Menambahkan 5 mL kloroform ke dalam filtrat yang telah
dimasukkan ke dalam corong pisah
Filtrat daun pandan + 10 mL larutan kloroform
Mengocok larutan yang telah dimasukkan ke dalam corong
pisahLarutan dalam corong pisah
Mendiamkan larutan sampai terbentuk 2 lapisan
Larutan dalam corong pisah membentuk 2 lapisan-Lapisan
atas-Lapisan bawah digunakan sebagai sampel
2.Persiapan pelata. Cincin terkonsentrasiMembubuhkan tanda
titik-titik dengan pensil pada plat ukuran 3 x 5 cmTitik-titik noda
sebanyak 6 titik dengan arah antar titik 1 cm
Memasukkan plat ke dalam oven 5 menitPlat dalam oven
b. Penentuan RfMembubuhkan tanda titik-titik dengan pensil pada
plat ukuran 2 x 5 cm Titik-titik pada plat dengan batas bawah
sekitar 1 cm, batas sekitar 0,5 cm
Memasukkan plat ke dalam oven selama 5 menitPlat dalam oven
3.Persiapan eluena. Cincin terkonsentrasiHeksana, kloroform,
metanolDicampurkan ke vial-vial dengan perbandinganheksana :
kloroform : metanolA 1 : 4,5 : 4,5B 3 : 4 : 3C 3 : 3 : 4D 4 : 3 :
3E 4,5 : 4,5 : 1F 4,5 : 1 : 4,5
Eluenheksana : kloroform : metanolA 1 : 4,5 : 4,5B 3 : 4 : 3C 3
: 3 : 4D 4 : 3 : 3E 4,5 : 4,5 : 1F 4,5 : 1 : 4,5
b. Untuk penentuan RfMemasukkan kertas saring ke dalam chamber
yang telah dipilih (yang dianggap sesuai sebagai eluen) yaitu eluen
E yang berisiE 4,5 : 4,5 : 1heksana : kloroform : metanolEluen
jenuh (saat kertas saring sudah basah seluruhnya) dan siap
digunakan
4.Tahap penotolan dan pengembangan sampela. Untuk cincin
terkonsentrasiMenotolkan sampel 2-3 dengan pipa kapiler pada enam
titk yang telah dibuat
Hasil totolan masing-masing eluen dan eluen yang cocok dipakai
adalah eluen E
b. Untuk penentuan RfMenyiapkan plat yang telah ditotolkan
dengan ekstrak kunyit dan pandan
Plat siap dimasukkan chamber
Memasukkan plat ke dalam chamber E dan mengamati naiknya
noda
Sampel kunyitRf rata-rata 1 = 0,4272Rf rata-rata 2 = 0,4999Rf
rata-rata 1 = 0,5727
Sampel pandanRf rata-rata 1 = 0,6909
PERHITUNGAN1. Penentuan nilai Rf
ab
Pada KunyitPelat ANoda 1 a = 2,3 ; b = 5,5
Pelat BNoda 1 a = 2,4 ; b = 5,5
Pelat ANoda 2 a = 2,7 ; b = 5,5
Pelat BNoda 2 a = 2,8 ; b = 5,5
Pelat ANoda 3 a = 3,1 ; b = 5,5
Pelat BNoda 3 a = 3,2 ; b = 5,5
Pada PandanPelat ANoda 1 a = 3,8 ; b = 5,5
Pelat BNoda 1 a = 3,8 ; b = 5,5
SampelRf 1,ARf 1,BRf 2,ARf 2,BRf 3,ARf 3,A
Kunyit0,41810,43630,49090,50900,56360,5818
Rata-rata0,42720,49990,5727
SampelRf 1,ARf 1,B
Pandan0,69090,6909
Rata-rata0,6909