1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian mempunyai banyak kendala dan kekurangan-
kekurangan yang menyebabkan sulit berkembangnya perindiustria. Pembangunan
pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta
memperluas pasar. Usaha diversivikasi, intesifikasi dan ekstensifikasi perlu
dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan penyelenggaraan yang semakin
terpadu. Sejalan dengan itu maka perlu ditingkatkan pula kemampuan dalam
pengelolaan usaha pertanian terutama yang dikaitkan dengan usaha agroindustri dan
agrobisnis untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai
tambah dan daya saing komoditi (BP-7 Pusat, 1993).
Suragih (2000) menyatakan, bahwa tujuan pembangunan agribisnis adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan tingkat kemiskinan, dengan
sasaran pembangunan agribisnis adalah kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa
yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong pembangunan
agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya transportasi,
telekomunikasi, penelitian dan sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu
terdapat banyak kendala serta kekurangan-kekurangan yang menyebabkan
pembangunan pertanian di Indoneisa sulit untuk diwujudkan.
1
2
Adanya keterbatasan sector pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang
disebabkan oleh menurunnya luas lahan pertanian dan pertumbuhan penduduk yang
relatif masih tinggi menyebabkan banyak tenaga kerja di sektor pertanian yang
mencari alternatif lain di luar sektor pertanian. Alasan yang melatar belakangi
persoalan tersebut berkisar antara kesempatan kerja dan pendapatan. Menurut Sawit,
Saefudin dan Hartoyo (1984), beberapa hal yang melatar belakangi hal tersebut yaitu:
1. Tidak cukupnya pendapatan dari usahatani karena luas lahan usahatani yang
sempit sehingga diperlukan tambahan pendapatan.
2. Pekerjaan dan pendapatan usahatani umumnya musiman, sehingga diperlukan
waktu menunggu yang relatif lama sebelum hasil atau pendapatan bisa
dinikmati. Oleh karena itu peranan pekerjaan yang memberikan pendapatan di
luar sektor pertanian mempunyai peranan yang penting.
3. Usahatani banyak mengandung resiko dan ketidakpastian, yang misalnya
diakibatkan oleh kegagalan panen, produksi rendah, serangan hama penyakit,
kekeringan dan banjir. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan atau pendapatan
cadangan guna mengatasinya.
Salah satu usahatani yang sedang berkembang dan mempunyai prospek cukup
cerah adalah usahatani jamur. Hal ini diindikasikan dengan permintaan pasar yang
semakin meningkat. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan akan jamur hanya
mengandalkan pada ketersediaan jamur di alam bebas. Dengan cara tesebut jumlah
3
dan ketersedian jamur sangat terbatas dan tergantung pada musim. Maka timbulah
inisiatif para pelaku pasar untuk melakukan pembudidayaan jamur. Berkat
pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidup jamur, manusia berhasil
membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap
saat. Untuk lebih jelas mengenai proyeksi kebutuhan jamur dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Kebutuhan Jamur Tiram di Beberapa Kota
No Kota Kebutuhan (Kg/Hari)
1 Bekasi 3.000
2 Bogor 150
3 Semarang 350
4 Tangerang 3.000
5 Tasikmalaya 300
6 Yogyakarta 200
Sumber : Rusli, 2007
Sebagai bahan makanan, jamur memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan
bahan makanan lainnya. Kelebihan jamur terletak pada kandungan gizi yang tinggi
dan cita rasa yang lezat dan bahkan beberapa diantaranya memiliki khasiat obat.
Banyak jenis jamur yang diusahakan seperti, jamur merang, jamur kuping dan jamur
tiram.
4
Jamur tiram adalah jenis jamur yang rendah kolesterol sehingga dapat
mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi yang rentan terhadap
serangan jantung, serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Parjimo
dan Agus, 2007).
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang telah
membudidayakan jamur. Jenis jamur yang dibudidayakan kebanyaka adalah jenis
jamur tiram. Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat tiga kelompok usahatani jamur,
salah satunya berada di Kecamatan Cineam yang merupakan sentra usahatani jamur
tiram yang beralamat di Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk lebih jelasnya tentang kelompok usahatani jamur yang terdapat di Kabupaten
Tasikmalaya dapa dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2 Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Tasikmalaya
No Nama Kelompok Alamat Jumlah Produksi (kg/hari)
1 Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam
124
2 Pasir Panjang Pasirpanjang Manonjaya 112 3 Mitra II Warung Peuteuy Salawu 106
Jumlah 342 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya
Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa usahatani jamur tiram Mitra IV
merupakan kelompok dengan produksi paling tinggi yaitu 124 kg per hari diikuti olek
5
Kelompok Pasir Panjang dengan produksi 112 Kg per hari dan Kelompok Mitra II
dengan produksi sebesar 106 kg per hari.
Keunggulan usahatani jamur tiran pada kelompok Mitra IV Cineam adalah
ketersediaan bahan baku yang memadai, pesmasaran yang mudah dengan harga yang
relatif tinggi dan cara pembudidayaan yang tergolong sederhana.
Pada pelaksanaan kegiatan usahanya kelompok usahatani Mitra IV belum
melakukan analisis usaha secara terperinci, para pelaku usaha pada kelompok tersebut
masih mempergunakan cara sederhana untuk menganalisis usahataninya. Berdasarkan
pada hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai “
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHA
JAMUR TIRAM”, yang merupakan suatu studi kasus pada Kelompok Usahatani
Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas, maka masalah yang dapat didefinisikan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok
Tani Mitra IV dalam satu kali proses produksi?
2. Berapa besar R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam
satu kali proses produksi?
6
3. Berapa besar titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV
dalam satu kali proses produksi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Besarnya biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani
Mitra IV dalam satu kali proses produksi?
2. Besarnya R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam
satu kali proses produksi?
3. Besarnya titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV
dalam satu kali proses produksi?
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini daiharapkan dapat berguna bagi :
1. Peneliti, sebagai sumber wawasan keilmuan khususnya pada usahatani jamur
tiram.
2. Petani jamur tiram, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan
usahataninya.
3. Pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pembentukan
kebijakan khusunya dalam masalah orientasi agroindustri.
7
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya seluruh kegiatan usaha berdasarkan pada hal yang paling
sederhana, yaitu hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal. Seperti yang
dikemukakan oleh Soekartawi (1993), profit maximization adalah mengalokasikan
input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimal. Sedangkan
petani kecil, seperti kebanyakan petani di Indonesia, berorientasi pada cost
minimalization, yaitu menekan biaya sekecil-kecilnya dengan tujuan memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983) yang dimaksud dengan biaya produksi
adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan pada proses
produksi yang bersangkutan. Sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian
antara jumlah produksi total dengan harga satuannya. Hubungan biaya produksi dan
penerimaan dimana semakin besar penerimaan maka akan semakin besar pendapatan,
karena pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Mosher (1977) menyatakan, bahwa peningkatan pendapatan bukan hanya
ditentukan oleh pengetahuan bercocok tanam saja tetapi ditentukan oleh pembiayaan,
pemasaran dan kepandaian petani menggunakan faktor-faktor produksi yang
jumlahnya terbatas. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), salah satu indikator untuk
menghitung besar kecilnya keuntungan usaha tani adalah dengan memperhatikan
8
besarnya perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
atau lebih dikenal dengan R/C, makin tinggi rasio ini maka usahatani tersebut
semakin menguntungkan atau layak diusahakan.
Dalam suatu kegiatan produksi, supaya tidak mengalami kerugian maka perlu
diketahui pada titik mana usaha tersebut mencapai titik batas usaha atau skala
minimum suatu usaha, sebab hal ini akan dapat menentukan posisi usaha yang sedang
dilakukan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai alat informasi tentang kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan. Untuk mengetahui skala minimum suatu usaha
dapat digunakan analisis titik impas (break even point).
Sigit (1990) mendefinisikan titik impas sebagai suatu cara atau teknik untuk
mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya
produksi, biaya variabel dan biaya tetap serta laba dan rugi. Sedangkan menurut
Riyanto (1995), analisis titik impas merupakan suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan.
Selanjutnya Riyanto (1995) menyatakan bahwa masalah break event point
(titik impas) akan terjadi apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya
variabel juga mempunyai biaya tetap. Oleh karena itu analisis titik impas sangat tepat
apabila digunakan untuk analisis jangka pendek, misalnya pada tanaman semusim
9
karena akan mudah dalam membedakan biaya variabel dan biaya tetap, maka dari itu
perlu diketahui apa yang dimaksud dengan biaya variabel dan biaya tetap tersebut.
Menurut Rangkuti (1998) biaya variabel merupakan semua biaya yang sifatnya
berubah-ubah tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan atau biaya yang habis
dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya benih, pupuk, tenaga kerja, dan lain-
lain. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relatif konstan dan sedikit sekali
dipengaruhi oleh banyaknya keluaran yang dihasilkan, atau bisa juga diartikan
sebagai biaya yang tidak habis dipergunakan dalam satu kali proses produksi,
misalnya biaya sewa, pajak, penyusutan alat, dan lain-lain.
Agar dapat menganalisis titik impas maka ada beberapa asumsi yang diperlukan
(Sigit, 1990), yaitu :
a. Biaya di dalam usaha yang bersangkutan dapat ditetapkan sebagai biaya tetap
dan biaya variabel.
b. Harga jual per unit akan tetap saja berapapun banyaknya unit yang dijual.
c. Barang yang diproduksikan habis terjual.
d. Perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis
barang.
Analisis titik impas pada suatu perusahaan dapat digunakan sebagai :
a. Dasar atau landasan untuk merencanakan kegiatan oprasional dalam usaha
mencapai laba tertentu.
10
b. Dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan oprasi yang sedang
berjalan, yaitu sebagai alat kontrol.
c. Bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d. Bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan produksi.
Menurut Sigit (1990) melalui grafik titik impas yang cukup sederhana
pengusaha dapat memperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan biaya,
garis penghasilan penjualan. Untuk lebih jelasnya grafik Break Even Point dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sigit, 1990)
Dalam gambar terlihat bahwa titik C adalah titik impas, sedangkan titik A
merupakan BEP nilai penjualan (Rp) dan titik B adalah BEP produk (kg). Daerah
11
diarsir di sebelah kiri titik C merupakan daerah rugi, sedangkan daerah diarsir sebelah
kanan titik C adalah darah laba atau untung.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Jamur
Banyak macam dan ragam usahatani yang dilakukan dewasa ini, baik itu
komoditas sayuran, tanaman tahunan ternak dan lain sebagainya. Beberapa waktu ke
belakang terjadi suatu trend pasar pertanian yang diakibatkan oleh permintaan pasar
yang meningkat, yaitu budidaya jamur. Budidaya jamur dilakukan pada beberapa
komoditas jamur, diantaranya yaitu jamur tiram. Secara botani jamur tiram
mempunyai kedudukan sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Class : Basidiomycetes
Sub-class : Homobasidomycetidae
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus Ostreatus
2.1.1 Morfologi Tanaman Jamur
Jamur merupakan tanaman yang tidak berklorofil sehingga untuk memenuhi
kebutuhan makanannya jamur mengmbil zat-zat yang sudah jadi yang dibuat dan
dihasilkan oleh organisme lain. Karena ketergantungannya terhadap organisme lain
12
13
tersebut maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotof (Alexopoulos dan Mims,
dalam Inngit dan Ucu.2002).
Menurut Moore dan Landecker dalam Inggit dan Ucu. 2002 secara umum
pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam
media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa
kompleks seperti ligin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Setelah bebrapa waktu miselium ini akan bertemu dan membentuk titik
simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya akan menjadi tubuh buah yang
selanjutnya disebut fase generatif.
2.1.2 Botani
Jamur tiram tumbuh secara berkelompok dan berjejal. Tubuh jamur tiram terdiri
dari tangkai (stipe) dan tudung (pileus). Ukuran tudungnya besar dengan diameter
sekitar 5 sampai dengan 12 cm. Saat masih muda bentuknya cembung, setelah tua
akan Mitra membentuk corong yang dangkal atau berbentuk seperti kulit kerang.
Oleh karena itu ia sereing pula disebut sebagai jamur kerang. Pada awal
pertumbuhannya tudung berwarna krem atau putih, semakin tua menjadi lebih kuning
dan akhirnya kuning kecoklatan. Bagian tepi tudung bergelombang. Batang berwarna
lebih muda dibandingkan tudungnya. Bilah (gills) berwarna putih dan tersusun rapat.
Daging buah lembut dan putih terutama pada waktu muda. Setelah tua daging
14
menjadi agak keras. Spora berwarna putih (Moon dan Lendcker dalam Inggit dan
Ucu, 2002).
Disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudung agak lonjong,
membulat dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini
tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke samping. Jamur tiram termasuk
golongan jamur kayu yang hidup sebagi saprofit dan tumbuh secara luas pada limbah
hasil hutan dan pertanian, hampir semua kayu keras, prosuk samping kayu (gergajian,
kertas dan pulp), tongkol jagung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang,
limbah biji kapas dan semua jerami serealia.
2.1.3 Siklus Hidup
Kelas basidiomycetes akan membentuk tubuh buah atau basidium. Basidiospora
bergeminasi membentuk miselium monokariotik yang haploid. Pada awalnya
monokarion tersebut tidak bersepta, namun terbagi-bagi dalam sejumlah sel berinti
tunggal dalam waktu yang cukup singkat.
Selanjutnya terjadi plasmogami dengan cara fusi 2 hifa monokariotik yang
terjadi secara timbal balik yaitu inti satu hifa mengalir ke inti yang lainnya.
Selanjutnya hifa tersebut akan mempunyai 2 tipe genetik (dikariotik), dimana masing-
masing sel dikarion memiliki 2 inti haploid. Dihaploid dibentuk selama plasmogami
tersus Berlangsung, sementara nutrisi binukleat terus dipertahankan. Pada umumnya
15
usaha untuk mempertahankan kondisi binukleat tersebut dengan membentuk clamp
connection, yang menjadi ciri basidiomycetes.
Miselium dikariotik melakukan asimilasi tersembunyi jauh di dalam subtrat.
Saat kondisi sesuaiuntuk melakukan reproduksi, beberapa miselium dikariotik
melakukan morfogenesis yang komplwks untuk membentuk basidiokarp, yang sudah
dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa sel basidiokarp ditransformasikan
menjadi tubuh buah.
Sel-sel basidiokarp adalah dikariotik dengan 2 inti haploid. Inti-inti tersebut
akan bergabung membentuk inti diploid melalui proses meiosis. Umumnya basidium
yang membesar membentuk 4 proyeksi memanjang yaitu sterigma. Ujung setiap
sterigma mengembang membentuk basidiospora. Inti haploid tunggal dan sitoplasma
bermigrasi melalui sterigma ke dalam ujung basidiospora yang akhirnya menjadi
basidiospora. Fase diploid berlangsung singkat dibandingkan fase haploid. Fase
monokariotik cukup pendek, sedangkan fase dikariotik cukup mendominasi.
2.1.4 Faktor Tumbuh
Jamur tiram seperti halnya tanaman lain yang dibusidayakan, memerlukan
kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi lingkungan
tersebut antara lain suhu, derajat keasaman, kelembaban ruangan, cahaya serta
konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2).
16
a. Suhu
Pada umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran temperatur antara 220 sampai
dengan 280 C. Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi
dibandingkan pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi
jamur tiram berkisar antara 220 sampai dengan 280 C, sedangkan suhu untuk
pertumbuhan yaitu berkisar antara 160 sampai dengan 220 C.
b. Kelembaban Udara
Seperti halnya suhu, kelembaban udara pertumbuhan jamur tiram pada saat
inkubasi dan pembentukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban
yang dibutuhkan 60 sampai dengan 80 persen, sedangkan untuk pembentukan tubuh
buah 80 sampai dengan 90 persen.
c. Cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya,
misalnya cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang diperlukan pada
saat pertumbuhan sekitar 10 persen. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting
untuk pertumbuhan miselium, proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah
jamur. Cahaya yang kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang dibentuk
oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generati, cahaya diperlukan untuk merangsang
pembentukan calon tubuh buah, pembentukan tudung dan perkembangannya.
17
Kekurangan cahaya akan mengakibatkan pertumbuhan tangkai lebih panjangdaripada
ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung kurang berkembang sehingga lebih kecil
dari ukuran normalnya.
d. CO2 dan O2
Miselium dari beberapa jenis Pleurotus tumbuh lebih cepat dengan
peningkatan konsentrasi karbon dioksida samapai 22 persen. Namun pembentukan
tubuh buah akan terhambat pada karbon dioksida yang tinggi. Oksigen dibutuhkan
untuk proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Kekurangan O2 atau
terlalu banyak kadar karbon dioksida di udara maka tangkai tubuh buah jamur akan
memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang.
2.1.5 Faktor Nutrisi
Selain faktor tumbuh, faktor nutrisi juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur
tiram, menurut Griffin (1994) dalam Inggit dan Ucu (2002) beberapa nutrisi tersebut,
antara lain :
a. Sumber Karbon
Sumber karbon diperlukan untuk kebutuhan energi dan struktural sel jamur.
Sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat, asam organik,
asam-asam amino, alkohol tertentu, komponen-komponen polisiklik dan produk
natural seperti ligin.
18
b. Sumber Nitrogen
Nitrogen sangat diperlukan oleh jamur untuk sintesis protein, purin, pirimidin
dan khitin.
c. Vitamin
Vitamin adalah komponen organik yang berfungsi sebagai koenzim atau
konstituen dari koenzim yang mengkatalisa reaksi sesifik dan tidak digunakan
sebagai sumber energi. Kebutuhan vitamin dipengaruhi oleh pH dan temperatur yang
berkaitan dengan aktifitas enzim.
d. Mineral
Kebutuhan mineral jamur pada umumnya sama dengan tumbuhan. Mineral
makro antara lain sulfur, fosfor, kalium, magnesium. Sedangkan mineral mikro
meliputi seng, besi, mangan, tembaga dan molybdenum.
2.1.6 Media Tanam
Formulasi media tanaman jamur tiram terdiri dari bahan dasar yaitu serbuk
gergaji dan bahan tambahan yaitu, bekatul gips dan kapur. Penggunaan bahan seperti
itu lebih sering efektif, mudah dan efisien dibandingkan dengn cara lain yang
diterapkan pekebun.
a. Bahan Dasar
Bahan utama media tanam jamur dapat mencapai 70 persen dari bobot total
media tanam (baglog). Bahan baku dipilih yang ramah lingkungan dan aman
19
dikonsumsi manusia. Bahan tersebut adalah serbuk gergaji kayu jeungjing (Albazzia
falcataria) yang mengandung selulosa, karbohidrat, serat dan lignin. Serbuk gergaji
harus bersih dari minyak dan getah, apabila mengandung keduanya maka
pertumbuhan jamur akan terhambat.
b. Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang diperlukan adalah :
- Bekatul
Bekatul atau dedak ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam,
terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon (C), serta nitrogen (N).
- Kapur
Merupakan sumber kalsium (Ca). Selain itu juga untuk mengatur tingkat
keasaman (pH) media tumbuh jamur.
- Gips
Bahan ini sebagai sumber kalsium tambahan dan memperkokoh media tanam.
2.1.7 Bibit Jamur
Bibit yang ditanam berasal dari miselium jamur. Penangan bibit jamur yang
baik yaitu dengan memperhatikan sanitasi yang baik. Semua alat harus steril.
Kualitas bibit jamur yang baik diindikasikan sebagai berikut :
- Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.
- Umur bibit optimal 45 sampai dengan 60 hari.
20
- Warna bibit merata, tidak ada bercak-bercak lain.
- Tidak terkontaminasi.
- Belum ada buah jamur yang tumbuh pada bibit tersebut.
2.1.8 Teknik Inokulasi (Penanaman Bibit)
Terdapat 2 cara inokulasi bibit jamur pada media tanam, yaitu teknik tabur
dan teknik tusuk. Cara tabur, bibit cukup ditaburkan di bagian atas permukaan media.
Cara tusuk, media tanam harus dibuat lubang pada bagian tengahnya sedalam ¾
bagian, dengan diameter 2,5 cm. lubang tersebut diisi bibit, kemudian ditutup dengan
menggunakan kapas. Penutupan tersebut untuk msnciptakan kondisi optimum bagi
pertumbuhan.
2.1.9 Pemanenan
a. Penentuan Saat Panen
Biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pada saat itu ukuran
jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata 5 sampai dengan 10 cm.
pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
b. Teknik Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.
21
c. Penanganan Pasca Panen
Jamur yang telah dipanen dibiarkan dengan batangnya, hanya dibersihkan
kotoran yang berada pada bagian akar. Hal ini memungkinkan jamur lebih tahan lama
untuk disimpan.
2.1.10 Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Suriawiria (2000) dalam Inggit dan Ucu (2002) hama yang sering
merusak media tanam jamur dan merugikan diantaranya adalah rayap, lalat, serangga
tanah lainnya, cacing, tikus dan celurut. Beberapa kapang kontaminan yang sering
menyerang dan berkompetisi dengan jamur Pleurotus sp adalah Penicillium sp,
Aspergillus sp, Trichoderma sp dan beberapa spesies lainnya. Dua cara pengendalian
yang biasa dilakukan dalam budidaya jamur, yaitu :
a. Hama yang sering merusak media tanam, para pekebun sering mempergunakan
insektisida untuk mengendalikan serangan hama tersebut.
b. Penyakit, pada umumnya disebabkan oleh bakteri dan jenis jamur lain. Sasaran
serangan pada subtrat tanam dan pada bedengan yang dipenuhi oleh miselia
atau lendir yang merusak bedengan. Pengendaliannya yaitu dengan
membersihkan lendir tesebut atau membiarkan bedengan kering sehingga jamur
penyakit terhambat pertumbuhannya.
22
2.2 Analisis Usahatani
Analisis usaha dalam usahatani yaitu meliputi perhitungan biaya produksi,
pendapatan, dan R/C. Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa biaya produksi adalah
semua pengeluarann yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu
dalam satu kali proses produks. Biaya produksi dapat digolongkan atas dasar
hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, sedangkan
biaya variabel adalah jenis biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar
kecilnya produksi. Biaya tetap meliputi sewa lahan, biaya penyusutan alat dan bunga
modal. Sedangkan biaya variabel meliputi upah tenaga kerja, benih, pupuk dan lain
sebagainya.
Secara keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam
proses produksi merupakan biaya total produksi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soeharjo dan Patong (1973) yang menyatakan, bahwa biaya total dalam suatu proses
produksi adalah jumlah biaya tetap total dan biaya variabel total.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dimana penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produsksi total dengan harga satuan produk tersebut. Sedangkan
biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan atau
dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.
23
Selanjutnya menurut Tjakrawiralaksana (1983), salah satu indikator untuk
menghitung besar kecilnya keuntungan usaha tani adalah dengan memperhatikan
besarnya perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
atau lebih dikenal dengan R/C, makin tinggi rasio ini maka usahatani tersebut
semakin menguntungkan atau layak diusahakan.
2.3 Break Even Point
Analisis BEP adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (Riyanto, 1995). Alwi
(1991)menyatakan, bahwa BEP dapat diartikan sebagai titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam menjalankan oprasinya tidak untung dan tidak rugi, atau pada
keadan dimana keuntungan perusahaan sama dengan nol. Biaya di dalam usaha yang
bersangkutan dapat ditetapkan sebagai biaya tetap dan biaya variabel.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis BEP menurut
Riyanto (1995) adalahsebagai berikut :
1. Biaya pada perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya
tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi atau penjualan, berarti biaya per unitnya adalah tetap
sama.
24
3. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis.
Penentuan BEP dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan maupun
menggunakan pendekatan grafik. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP
(Sigit, 1990) adalah:
JualHargaPenjualanNilaiBEP
ProdukVolumeBEP
PenjualanNilaiVariabelBiaya
1
TetapBiayaPenjualanNilaiBEP
jualhargaxproduksiPenjualanNilai
=
−=
=
Sedangkan secara grafis, titik BEP ditentukan oleh perpotongan antara garis
penerimaan total dengan garis biaya total. Grafik persilangan antara gagris
penerimaan total dan garis biaya total dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Break Event Point (Riyanto, 1995)
Cost/ Revenue (Rp) TR TC
TVC
TFC
Product (Unit)
Rugi
BEP
Laba
25
Menurut Riyanto (1995), dalam gambar BEP tersebut ditentukan oleh garis-
garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya
variabel, dan garis penghasilan penjualan atau penerimaan perusahaan, besarnya
volume produksi atau penjualan dalam unit diperlihatkan pada sumbu horizontal
(sumbu X) dan besarnya biaya dan penerimaan perusahaan diperlihatkan pada sumbu
vertikal (sumbu Y).
BEP dapat ditentukan pada titik dimana terjadi perpotongan antara garis
penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut ditarik
garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X, maka akan terlihat besarnya BEP
dalam unit. Kalau dari titik itu ditarik garis lurus ke samping kiri sumbu Y maka akan
terlihat besarnya BEP dalam rupiah.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mempergunakan metode
studi kasus dengan mengambil kasus pada Kelompok Tani Jamur Mitra IV Desa
Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Menurut Danil (2007), metode
studi kasus lebih mirip dengan metode survai. Bedanya dalam studi kasus, populasi
yang diteliti lebih terarah dan terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum.
Biasanya dibatasi oleh tempat waktu dan lokasi tertentu.
3.2 Oprasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Satu kali proses produksi adalah dimulai dari pembuatan log sampai dengan
berakhirnya pemanenan jamur tiram yaitu selama 6 bulan.
2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pada usahatani jamur tiram yang
dihitung dalam satu kali proses produksi, terdiri dari :
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) , biaya tetapa dalah biaya yang besar kecilnya
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan sifatnya tidak habis
dalam satu kali proses produksi. Biaya tetap terdiri dari :
26
27
1. Pajak bumi dan bangunan, dihitung dalam satuan rupiah per satu kali
proses produksi.
2. Penyusutan alat, dihitung selama satu kali proses produksi, dan
dinyatakan dalam satuan rupiah. Besarnya penyusutan alat ini
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight line
method) dengan rumus sebagai berikut (Hadisapoetro, 1973).
EkonomisUmurHakHawD −
=
Dimana :
D : Depresiasi atau penyusutan barang
Haw : Harga awal barang
Hak : Harga akhir barang
WP : Umur Ekonomis
3. Bunga modal biaya tetap, dihitung dalam satuan persen berdasarkan
bunga bank (bunga pinjaman) yang berlaku pada saat penelitian yang
dihitung selama satu kali produksi, dan dinyatakan dalam satuan
rupiah.
b. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan bersifat habis dalam satu
kali proses produksi. Biaya variabel terdiri dari :
28
1. Bahan baku serbuk gergaji yang dihitung dalam satuan karung dan
dinilai dalam satuan rupiah per satu kali proses produksi.
2. Benih jamur yang merupakan miselia jamur yang dihitung dalam
satuan log dan nilai dalam satuan rupiah.
3. Tenaga kerja, sumber daya pengolah dalam proses produksi yang
dihitung dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK) dan dinilai dalam
satuan rupiah.
4. Kantong plastik yang dipergunakan dalam pembuatan log yang
dihitung adalam satuan kilogram dan dinilai dalam satuan rupiah per
satu kali proses produksi.
5. Kertas koran yang digunakan sebagai penutup log, dihitung dalam
satuan kilogram dan dinilai dengan satuan rupiah per satu kali proses
produksi
6. Kapur, sebagai pengatur keasaman media tanam dihitung dalam satuan
kg dan dinilai dengan satuan rupiah.
7. Dedak, sebagai media tumbuh tambahan yang dihitung dengan satuan
kg dan dinilai dengan satuan rupiah.
8. Ring, digunakan sebagai mulut baglog diukur dengan satuan buah dan
dinilai dengan satuan rupiah.
29
9. Kayu bakar, sebagai bahan bakar pada proses penguapan yang
dihitung dalam satuan ikat dan diniali dengan satuan rupiah.
4. Jumlah produksi adalah banyaknya jamur tiram yang dipanen yang dihitung
dalam satuan kg dalam satu kali proses produksi.
5. Harga produk adalah harga penjualan jamur tiram hasil produksi yang diterima
pasar dihitung dalam satuan kg dan dinilai dalam satuan rupiah.
6. Penerimaan adalah produksi total dikalikan dengan harga jual untuk satu kali
panen dan dinilai dengan rupiah .
7. R/C adalah perbandingan nilai penerimaan total dengan biaya total.
8. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.
9. Analisis Titik Impas (Break Event Point) merupakan suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
volume kegiatan.
10. Titik impas nilai penjualan ialah besarnya nilai penjualan dimana perusahaan
dalam menjalankan perusahaannya tidak untung dan tidak rugi atau pada saat
keuntungan sama dengan nol.
11. Titik impas volume produksi adalah banyaknya volume produk dimana
perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak untung dan tidak rugi.
30
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data skunder. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari pengusaha jamur tiram yang
dijadikan responden. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari
literatur-literatur dan data dari instansi atau dinas terkaityang ada hubungannya
dengan penelitian ini.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan responden dengan mempergunakan alat yang disebut interviw guide (panduan
wawancara) (Nazir, 1983).
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan sebuah set pertanayaan secara logis berhubungan dengan
masalah penelitian. Dalam menyusun pertanyaan tersebut perlu difikirkan sekurang-
kurangnya dua hal, yaitu (1) Isi dari setiap pertanyaan dan (2) hubungan antar item
dalam keseluruhan kuesioner.
31
3.4 Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik penariakn sampel
purposive sampling. Menurut William G. Cochran yang dimaksud dengan purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel untuk tujua tertentu atau berdasarkan
pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil adalah Kelompok Tani Mitra IV yang
berlokasi di Desa Rajadatu Kecamaan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
3.5 Rancangan Analisis Data
Rancangan analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui biaya total digunakan rumus Hernanto (1994) :
Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
2. Untuk mengetahui penerimaan digunakan rumus Suharjo dan Patong (1979) :
Penerimaan = Produksi Total x Harga Jual
TR = TP x HP
Keterangan :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TP = Total Penjualan
HP = Harga Satuan Produksi
32
3. Untuk mengetahui besarnya pendapatan digunakan rumus menurut Soekartawi
(1995) :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Total Biaya)
4. R/C adalah nilai perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya
Biaya TotalPenerimaan Total R/C =
Dengan ketentuan :
- Apabila R/C > 1, usaha tersebut menguntungkan
- Apabila R/C = 1, usaha tersebut dalam keadaan impas
- Apabila R/C < 1, usaha tersebut rugi
5. Untuk mengetahui skala minimum usahatani ini digunakan analisis titik impas
(break even point) sehingga dapat diketahui hubungan antara nilai penjualan,
volume produksi, harga jual dan biaya produksi serta laba ruginya digunakan
rumus (Sigit, 1990) yatu sebagai berkut :
33
JualHargaPenjualanNilaiBEPProdukVolumeBEP
PenjualanNilaiVariabelBiaya1
TetapBiayaPenjualanNilaiBEP
jualhargaxproduksiPenjualanNilai
=
−=
=
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Mitra IV Desa Rajadatu
Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Adapun jadwal penelitian selngkapnya
dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Keterangan Bulan
Mei Juni Juli Agustus
Pembuatan proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Pembuatan laporan hasil
penelitian
34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Desa rajadatu merupakan suatu wilayah di Kabupaten Tasikmalaya, dan apabila
dilihat jarak antara Desa Rajadatu dengan pusat pemerintahan maka akan terlihat
sebagai berikut :
Jarak ke ibukota kecamatan : 7 km
Jarak ke ibukota kabupaten : 25 km
Jarak ke ibukota provinsi : 120 km
Sedangkan untuk batas wilayah Desa Rajadatu adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Ancol
Sebelah Selatan : Desa Ciampanan
Sebelah Barat : Desa Madiasari
Sebelah Timur : Desa Hegarmanah Kabupaten Ciamis
4.1.1 Topografi dan Keadaan Iklim
Desa Rajadatu merupakan daerah dataran dengan ketinggian 448 meter diatas
permukaan laut. Sedangkan untuk curah huan Desa Rajadatu mempunyai kisaran
angka 620 mm per tahun.
34
35
4.1.2 Luas Lahan dan Tata Guna Lahan
Luas lahan Desa Rajadatu secara keseluruhan adalah sekitar 832.231 hektar
atau sekitar 832 hektar. Secara lebih lanjut tata guna lahan di Desa Rajadatu dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 3. Luas Lahan Desa Rajadatu Berdasarkan Tatagunanya Tahun 2009
No Penggunaan Luas (hektar)
Persentase (%)
1 Pemukiman umum 35,00 4,26 2 Perkantoran 1,22 0,15 3 Sarana ibadah 0,50 0,06 4 Kuburan 1,60 0,19 5 Jalan 1,50 0,18 6 Sawah 113,94 13,87 7 Ladang 9,63 1,17 8 Perkebunan 647,21 78,80 9 Tegalan 9,80 1,19
10 Rekreasi dan olahraga 0,99 0,12 Total 821,386 100,00
Sumber Monografi Desa Rajadatu 2009
Berdasarkan pada Tabel 3 di atas diketahui bahwa tataguna lahan terluas di
Desa Rajadatu adalah untuk perkebunan dengan luas 647,21 hektar atau 78,80 persen.
Selanjutnya sawah dengan luas 113,94 hektar atau 13,87 persen, pemukiman 35
hektar atu 4,26 persen dan sisanya sarana umum, perkantoran, ladang dan tegalan.
36
4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Rajadatu adalah 4.4462 jiwa dengan
perincian tingkat usia dan jenis kelamin seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Menurut Tingkat Usia dan Jenis
Kelamin Tahun 2009
Umur (tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (orang)
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan 0-14 15-64 64<
472 1.314
350
409 1.414
503
881 2.728
853
19,74 64,14 19,12
Jumlah 2.136 2.326 4.462 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009
Berdasarkan Tabel di atas maka terlihat komposisi penduduk Desa Raja datau
adalah, laki-laki sebanyak 2.136 orang dan perempuan adalah sebanyak 2.326 orang.
Sedangkan usia produktif yaitu sekitar umur 14-64 tahun menempati posisi paling
besar dengan angka 2.728 orang atau 64,14 persen dari keseluruhan jumlah
penduduk.
Struktur umur di Desa Rajadatu dapat diketahui dengan mempergunakan
rumus menurut Rusli (1984).
%74,91
100x4.462881
PendudukJumlahTahun140PendudukUsiaJumlah
40%Uji
=
=
−=
37
Menurut Rusli (1984), apabila jumlah penduduk usia 0 sampai 14 tahun
kurang dari 40 persen termasuk struktur usia kerja atau produktif dan apabila jumlah
panduduk usai 0 sampai 14 tahun lebih dari 40 persen maka termasuk struktur usia
muda. Diketahui dari perhitungan di atas bahwa jumlah penduduk Desa Rajadatu usia
0 sampai 14 tahun sebanyak 19,74 persen dari keseluruhan jumlah pendudukyang
berarti bahwa struktur umur di Desa Rajadatu merupakan struktur umur usia
produktif. Sedangkan dependency ratio dapat diketahui dengan rumus sebagai
berikut:
orang6456,36
x1002.728
853881
x1006415UmurPendudukJumlah
64UmurPendudukJumlah140UmurPendudukJumlahDR
≈=
+=
−>+−
=
Artinya dari setiap 100 orang penduduk yang produktif harus menanggung
beban 64 orang usia bukan produktif.
4.1.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu mata rantai dari cepatnya penyerapan
teknologi, dengan tingkat pendidikan yang mencukupi maka inovasi dan teknologi
dapat diadopsi dengan cepat. Struktur penduduk Desa Sukahurip berdasarkan tingkat
pendidikan tersaji dalam Tabel 5.
38
Tabel 5. Pendidikan Penduduk Desa Rajadatu Tahun 2009
No Keadaan Pendidikan Penduduk Jumlah Orang Persentase (%)
1 2 3 4
Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi
1.970 811 416 142
59,00 24,30 12,45 4,25
3.339 100 Sumber: Desa Rajadatu 2009
Tingkat pendidikan penduduk Desa Rajadatu paling tinggi didominasi oleh
pendidikan dasar dengan angka 59 persen sekitar 1.970 orang penduduk. Penduduk
yang menempuh pendidikan lanjutan pertama, lanjutan atas dan perguruan tinggi
masing-masing mencapai angka 24,30 persen atau sekitar 811 orang, 12,45 persen
atau sekitar 416 orang dan 4,25 persen atau sekitar 142 orang.
4.1.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Keadaan penduduk Desa Rajadatu berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut.
39
Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2009
No Mata Pencaharian Jumlah
(orang) Persentase
(%) 1 2 3 4 5 6 7
Sektor Pertanian dan Peternakan Sektor Jasa Sektor Perdagangan PNS/TNI/POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha Kecil dan Menengah Pegawai Swasta
3.760 160 66
107 4
82 48
88,95 3,75 1,56 2,53 0,09 1,93 1,13
Jumlah 4.227 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009
Dari Tabel 6 di atas terlihat bahwa sektor pertanian dan peternakan merupakan
mata pencaharian mayoritas di Desa Rajadatu dengan jumlah 3.760 orang atau sekitar
88,95 persen. Selanjutnya sektor jasa sekitar 3,75 persen. Perdagangan 1,56 persen,
PNS/TNI/POLRI, 2,53 persen, Pensiunan 0,09 persen, pengusaha kecil dan
menengah 1,93 persen dan pegawai swasta 1,13 persen.
4.1.6 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Rajadatu sudah bisa dikategorikan
memadi, khususnya transportasi dan angkutan jalan. Hal tersebut penting terhadap
kelancaran pemasaran hasil usahatani. Sarana angkutan dan transportasi tersedia
setiap hari dengan kondisi jalan yang cukup baik.
40
4.2 Identitas Responden
Responden yang diambil sebagai sampel adalah suatu kelompok tani dengan
nama Kelompoktani Mitra IV yang beranggotakan 10 orang. Hal ini dikarenakan
usahatani yang dijalankan merupakan sebuah usahatani yang dikelola bersama secara
kolektif oleh anggota kelompok tersebut.
Komposisi umur responden anggota dari Kelompoktani Mitra IV merupakan
kelompok umur produktif, yang anggotanya rata-rata berusia antara 25 sampai
dengan 45 tahun. Sedangkan kondisi pendidikan anggota kelompok bervariasi, yaitu,
5 orang SLTA dan 3 Orang SLTP dan pendidikan dasar 2 orang. Untuk lebih Jelas
mengenai identitas responden dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.3 Keadaan Umum Usahatani Jamur Tiram di Kelompoktani Mitra IV
Dalam usahatani jamur yang dilakukan oleh Kelompoktani Mitra IV ada
beberapa langkah yang dilakukan untuk melaksanakan usahataninya tersebut. Yang
pertama adalah pembuatan baglog atau media tanam.
Dalam mempersiapkan media tanam prtama kali semua bahan media tanam di
timbang sesuai dengan kebutuhan. Serbuk gergaji di ayak untuk mendapatkan
keseragaman, selanjutnya bahan tambahan seperti dedak dan kapur dicampur dengan
bubuk gergaji tersebut. Pencampuran bahan tersebut dilakukan hingga merata.
41
Setelah pencampuran selsai bahan media tanam dimasukan dalam plastic
ukuran 2 kg, plastic diisi dengan bahan media tanam sebanyak ¾ bagiannya.
Pengisan bahan tersebut dilakukan hingga bahan yang diisikan padat. Tahap
selanjutnya adlah penst5erilisasian untuk menekan mikroba lain yang dapt
menghambat pertumbuhan jamur. Pensterilisasian dilakukan selama 12 jam sengan
suhu 80 sampai dengan 900 C. setelah baglog disterilisasikan dilakukan pendinginan
selama 8 jam, baru setelah suhu baglog mencapai 35 sampai dengan 10 0 C, baru
dilakukan inokulasi.
Inokulasi dilakukan dengan cara tusuk. Baglog ditusuk ¾ bagiannya,
kemuadian bibit dimasukan dan lubang ditutup dengan kapas. Setelah proses
inokulasi selesai dilanjutkan pada tahap inkubasi. Inkubasi tersebut dilakukan selama
40 sampai dengan suhu 22 sampai dengan280C.
Pada saat inkubasi selesai mulailah proses penumbuhan. Baglog yang telh
diinkubasi dipindahkan ke tempat penumbuhan. Tutup lubang pada plastik dibuka.
Suhu optimal untuk tanaman jamur disesuaikan dengan kebutuhan jamur yaitu sekitar
16 sampai dengan 220 dengan kelembaban sekitar 80 sampai dengan 90 persen.
tubuh buah tumbuh setelah 1 sampai dengan 2 minggu baglog dibuka dan dibiarkan
lagi selama 2 sampai dengan 3 hari untuk mencapai has il yang optimal.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian jamur dan hanya
dibersihkan bagian yang kotornya saja.
42
4.4 Analisis Usahatani
4.4.1 Biaya Tetap
Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi pajak bumi dan bangunan, penyusutan
alat dan bunga modal biaya tetap. Dalam biaya tetap penyusutan alat mempunyai
pengeluaran yang paling besar, hal ini dikarenakan oleh penyusutan alat dihitung
berdasarkan alat-alat yang digunakan, umur ekonomis, nilai beli alat, nilai sisa dan
jumlah alat yang digunakan. Adapun alat-alat yang digunakan petani jamur antara
lain, tungku penguapan, selang, sprayer, ember dan sekop.
Sedangkan untuk bunga modal, dihitung berdasarkan suku bunga kerdit yang
berlaku di daerah penelitian, dalam hal ini mengacu pada suku bunga BRI, yaitu
sekitar 24 persen per tahun. Untuk lebih terperinci mengenai biaya tetap dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Total Biaya Tetap Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani
Mekar IV
No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Lahan Rp 10.000,00 0,64 2 Penyusutan Alat Rp 1.378.750,00 88,64 3 Bunga Modal Rp 166.650,00 10,71 Total Rp 1.555.400,00 100
Pada Tabel..dapat terlihat bahwa biaya penyusutan alat mempunyai persentase
terbesar yaitu sekitar 88,64 persen dari keseluruhan biaya tetap, dengan nilai Rp.
43
1.378.750,00. Selanjutnya yaitu bunga modal dengan nilai Rp. 166.650,00 atau
sekitar 10,71 persen. Dan yang terkecil adalah pajak bumi dan bangunan yaitu senilai
Rp. 10.000,00 atau hanya 0,64 persen dari keseluruhan total biaya tetap.
4.4.2 Biaya Variabel
Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatanai jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 3.873.000,00. Biaya variabel ini meliputi, bahan
dasar media, bahan tambahan media dan tenaga kerja, selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Variabel Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani Mitra IV
No Komponen Unit Satuan Harga Satuan Total % 1 Bibit 200 log Rp 3.000,00 Rp 600.000,00 15,49 2 Serbuk Kayu 100 karung Rp 1.000,00 Rp 100.000,00 2,58 3 Dedak 800 kg Rp 100,00 Rp 80.000,00 2,07 4 Kapur 100 kg Rp 300,00 Rp 30.000,00 0,77 5 Alkohol 2 liter Rp 10.000,00 Rp 20.000,00 0,52 6 Plastik 2 kg 30 kg Rp 18.000,00 Rp 540.000,00 13,94 7 Koran 10 kg Rp 300,00 Rp 3.000,00 0,08 8 Kayu bakar 1 paket Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 12,91 9 Ring 5000 buah Rp 50,00 Rp 250.000,00 6,45
Tenaga Kerja
10 Pencampuran 10 HOK Rp 25.000,00 Rp 250.000,00 6,45 11 Inokulasi 20 HOK Rp 15.000,00 Rp 300.000,00 7,75 12 Pemeliharaan 120 HOK Rp 10.000,00 Rp 1.200.000,00 30,98
Total Rp 3.873.000,00 100
44
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa tenaga kerja mempunyai pos pengeluaran
yang paling besar yaitu sekitar Rp. 1.750.000,00 atau sekitar 45,18 persen dari
keseluruhan biaya variabel. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja luar
keluarga. Meski membutuhkan pengeluaran yang cukup besar namun penggunaan
tenaga kerja luar keluarga mempunyai dampak sosial yang baik yaitu menyediakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Upah tenaga kerja yang digunakan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan starata kesulitan atau ringan dan beratnya
kondisi pekerjaan, sebagaimana terlihat pada Tabel 8 terdapat tiga strata kegiatan
kerja yaitu pencampuran bahan media tanam dengan upah kerja Rp. 25.000,00 per
HOK, inokulasi Rp. 15.000,00 per HOK dan pemeliharaan Rp. 10.000,00 per HOK.
4.4.3 Total Biaya Produksi
Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tetap dan
total biaya variabel. Total biaya produksi usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV adalah sekitar Rp. 5.428.400,00 dimana total biaya tetap adalah Rp.
1.555.400,00 dan total biaya variabel Rp. 3.873.00,00. Lebih jelas mengenai total
biaya produksii dapat dilihat pada Lampiran…..
4.5 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan usahatani jamur adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dan
harga jual. Hasil produksi usahatani jamur tiram di Kelompoktani Mitra IV dalam
45
satu kali proses produksi adalah 2.500 kg dengan harga jual rata-rata Rp. 7.000,00 per
kg. Dengan demikian total penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV adalah Rp. 17.500.000,00 sedangkan besarnya pendapatan yang diperoleh
petani adalah Rp. 12.071.600,00. Untuk lebih jelas mengenai hasil produksi,
penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran……
4.6 Revenue per Cost
Dari apa yang telah dikemukakan terdahulu R/C merupakan rasio antara
pendapatan dan biaya. Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan maka
R/C dari usaha jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV didapat angka 3,2.
Berdasarkan pada asumsi R/C lebih dari 1 yang menyatakan bahwa usahatani tersebut
menguntungkan, maka usahatani jamur tiram bisa dinyatakan sebagi suatu usahatani
yang menguntungkan. Usahatani jamur tiram yang diteliti memiliki angka R/C pada
kisaran 3,2 yang menyatakan bahwa dari investasi 1 rupiah dapat menghasilkan
keuntungan sebesar 2,2 rupiah.
4.7 Analisis Titik Impas
46
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keadaan suatu usaha yang
dijalankan pada keadaan yang tidak untung dan tidak rugi. Kinerja usahatani jamur
tiram pada Kelompoktani Mitra IV dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Biaya dan Titik Impas Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani
Mitra IV No Uraian Satuan Nilai
1 Biaya Tetap Rp Rp 1.555.400,00 2 Biaya Variabel Rp Rp 3.873.000,00 3 Total Biaya Rp Rp 5.428.400,00 4 Produksi kg 2.500 5 Harga Jual Rp Rp 7.000,00 6 Penerimaan Rp Rp 17.500.000,00 7 Pendapatan Rp Rp 12.071.600,00 8 Titik Impas 9 Nilai Produksi Rp Rp 1.555.399,78
10 Volume Produksi kg 222,20
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 1.555.400,00. Sedangkan biaya variavel adalah
47
Rp. 3.873.000,00, maka total biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 5.428.400,00. Biaya
tersebut dikeluarkan dalam satu kali proses produksi.
Penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah
merupakan perkalian antara jumlah produksi dan harga jual. Hasil produksi jamur
tiram dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 2.500 kg, dengan demikian
penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah sebesar Rp.
17.500.000,00.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya total. Pendapatan
usahatani jamur tiram dalam satu kali proses produksi adalah Rp. 12.071.600,00.
Titik impas usahatani jamur diketahui melalui perhitungan yang telah ditentukan
dalam rancangan analisis data. Berdasarkan formulasi tersebut titik impas usahatani
jamur tiram dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penjualan (Rp) dan produksi (kg).
Titik impas penjualan usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan
untuk volume produksinya adalah 222,20 kg.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Nilai R/C yang diperoleh dalam penelitian terhadap usaha jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah 3,2 yang berarti bahwa usahatani tersebut
menguntungkan. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan investasi Rp. 1 maka
dapat menda tangkan keuntungan Rp. 2,2.
2. Dari hasil analisis titik impas diketahui bahwa nilai titik impas nilai penjualan
usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan titik impas volume
produksi adalah 222,20 kg.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian diketahi bahwa usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya telah
menguntungkan, maka disarankan untuk tetap mempertahankan hasil tersebut.
Selanjutnya untuk meningkatkan usahatani tersebut disarankan untuk mengadopsi
teknologi-teknologi baru dan memperluas jaringan pemasaran.
49
DAFTAR PUSTAKA
Danil. M. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Inggit, W dan Ucu, R. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan Bahan
Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih. Universitas Terbuka. Jakarta
Mosher, A. T. 1977. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta. Mubyarto, D. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Parjimo, H dan Agus, A. 2007. Budidaya Jamur. Agro Media. Jakarta. Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit
Gadjah Mada. Yogyakarta. Rusli. S. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta Saragih, B. 2001. Agribisnis:Paradigma Pembangunan Pertanian Berbasis
Pertanian. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor Sigit. 1995. Analisis Break Even Point. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Singarimbun, S dan Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Fakultas Pertanian IPB. Depertemen Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. --------------------. 1995. Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan.
Andi. Yogyakarta --------------------. 1996. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Garfindi. Jakarta.
50
Lampiran 1 Peta Desa Rajadatu
51
Lampiran 2. Data Curah Hujan Kecamatan Cineam Selama 10 Tahun Terakhir (1999-2009)
Bulan Tahun
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Januar i 382 57 387 393 292 342 190 257 366 201
Februari 307 389 247 382 73 377 269 182 182 265
Maret 279 31 308 0 289 355 330 430 276 201
April 270 206 182 327 263 347 477 412 130 165
Mei 75 390 287 381 268 263 482 468 15 133
Juni 2 262 100 17 391 378 65 250 23 29
Juli 0 47 63 14 358 36 78 159 32 0
Agustus 0 11 147 38 311 14 45 131 3 44
September 0 89 34 0 57 24 39 334 5 51
Oktober 30 106 345 0 206 374 579 221 24 129
November 219 226 230 0 48 491 486 631 219 250
Desember 0 200 193 141 48 481 349 52 219 202
Jumlah 1564 2014 2523 1703 2604 3482 3389 3527 1498 1670
Rata-rata 130,33 167,83 210,25 141,92 217,00 290,17 282,42 293,92 124,83 139.17
Bulan kering 6 4 1 7 3 3 2 1 6 4 Bulan lembab 1 1 2 - 1 - 2 - - - Bulan basah 5 7 9 5 8 9 8 11 6 4
Keterangan :
- Bulan kering yaitu bulan dengan curah hujan <60 milimiter.
- Bulan lembab yaitu bulann dengan curah hujan 60 sampai 100 milimiter.
- Bulan basah yaitu bulan dengan curah hujan >100 milimiter.
7,61076basahbulanrataRata
3,71037keringbulanrataRata
==−
==−
%100basahbulanrataRatakeringbulanrataRata
Q x−−
=
56
52
%1006,77,3 x=
= 46,68 %
Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) bahwa tipe curah hujan dan sifatnya
yaitu sebagai berikut :
Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Sifat A 0,0 ≤ Q ≤ 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q ≤ 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q ≤ 60,0 Agak Basah D 60,0 ≤ Q ≤ 100,0 Sedang E 100,0 ≤ Q ≤ 167,0 Agak Kering F 167,0 ≤ Q ≤ 300,0 Kering G 330,0 ≤ Q ≤ 700,0 Sangat Kering H 700 ≤ Q Ekstrim Kering
Sumber Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Hanafi (1998)
Berdasarkan perhitungan, maka tipe curah hujan di Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam tipe curah hujan C (Agak Basah) yakni
dengan nilai Q berada pada 33,3 ≤ Q ≤ 60,0.
53
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHATANI JAMUR TIRAM
(Pleurotus Ostreatus)
(Studi Kasus pada Kelompoktani Mekar IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya)
A. Identitas Responden
Nomor : .............
Nama Responden : ......................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*
Umur : ..............tahun
Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT*
Jumlah Tanggungan Keluarga : .............. orang
B. Faktor-faktor Produksi
1. Lahan - Luas lahan : ..........................................................Ha/Bata* - Status lahan : Milik Sendiri/Sewa* - Harga Sewa : Rp......................................../(tahun/produksi)*
2. Tenaga Kerja
- Pria : ........ orang, Rp ....................../hari - Wanita : ........ orang, Rp......................./hari - Anak-anak : ........ orang, Rp ....................../hari - Jumlah hari kerja a. Pria : ..................... hari/proses produksi b. Wanita : ..................... hari/ proses produksi c. Anak-anak : ..................... hari/ proses produksi
54
3. Benih /Bibit* - Jumlah benih per produksi : .................... (Log) Rp ......................../Log 4. Bahan Media Tanam
No Nama Bahan Satuan Harga
C. Produksi a. Jamur Tiram : ......................... Kg/Log c. Harga jual saat panen : Rp...................../Kg D. Ketersediaan Modal : Rp....................................................................
Sumber Modal : Sendiri/Pinjaman*
E. Lain-lain a. ..................................................................................................................... b. ..................................................................................................................... c. ..................................................................................................................... d. ..................................................................................................................... e. .....................................................................................................................
Tasikmalaya,............................................... 2009 Responden
(.........................................)
)* coret yang tidak perlu
55
Lampiran 4. Data Responden
Nama : Kelompoktani Jamur Tiram Mitra IV
Alamat : Desa Rajadatu Kecamatan Cinean Kabupaten Tasikmalaya
No Nama Usia Pendidikan Jabatan 1 Tatang 40 SLTA Ketua 2 Rohiman 32 SLTA Sekretaris 3 Unang 37 SLTA Bendahara 4 Usman 46 SLTA Anggota 5 Dede Yana 41 SD Anggota 6 Yayat 38 SD Anggota 7 Uci 35 SLTP Anggota 8 Engkus 47 SLTP Anggota 9 Hendri 25 SLTP Anggota 10 Aris 30 SLTA Anggota