Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai banyak kendala dan kekurangan- kekurangan yang menyebabkan sulit berkembangnya perindiustria. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta memperluas pasar. Usaha diversivikasi, intesifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan penyelenggaraan yang semakin terpadu. Sejalan dengan itu maka perlu ditingkatkan pula kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian terutama yang dikaitkan dengan usaha agroindustri dan agrobisnis untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi (BP-7 Pusat, 1993). Suragih (2000) menyatakan, bahwa tujuan pembangunan agribisnis adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan tingkat kemiskinan, dengan sasaran pembangunan agribisnis adalah kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong pembangunan agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya transportasi, telekomunikasi, penelitian dan sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu terdapat banyak kendala serta kekurangan-kekurangan yang menyebabkan pembangunan pertanian di Indoneisa sulit untuk diwujudkan. 1
55

Jamur

Oct 31, 2014

Download

Documents

Yan

Analisis Usahatani Jamur Merang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jamur

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian mempunyai banyak kendala dan kekurangan-

kekurangan yang menyebabkan sulit berkembangnya perindiustria. Pembangunan

pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta

memperluas pasar. Usaha diversivikasi, intesifikasi dan ekstensifikasi perlu

dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan penyelenggaraan yang semakin

terpadu. Sejalan dengan itu maka perlu ditingkatkan pula kemampuan dalam

pengelolaan usaha pertanian terutama yang dikaitkan dengan usaha agroindustri dan

agrobisnis untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai

tambah dan daya saing komoditi (BP-7 Pusat, 1993).

Suragih (2000) menyatakan, bahwa tujuan pembangunan agribisnis adalah

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan tingkat kemiskinan, dengan

sasaran pembangunan agribisnis adalah kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa

yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong pembangunan

agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya transportasi,

telekomunikasi, penelitian dan sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu

terdapat banyak kendala serta kekurangan-kekurangan yang menyebabkan

pembangunan pertanian di Indoneisa sulit untuk diwujudkan.

1

Page 2: Jamur

2

Adanya keterbatasan sector pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang

disebabkan oleh menurunnya luas lahan pertanian dan pertumbuhan penduduk yang

relatif masih tinggi menyebabkan banyak tenaga kerja di sektor pertanian yang

mencari alternatif lain di luar sektor pertanian. Alasan yang melatar belakangi

persoalan tersebut berkisar antara kesempatan kerja dan pendapatan. Menurut Sawit,

Saefudin dan Hartoyo (1984), beberapa hal yang melatar belakangi hal tersebut yaitu:

1. Tidak cukupnya pendapatan dari usahatani karena luas lahan usahatani yang

sempit sehingga diperlukan tambahan pendapatan.

2. Pekerjaan dan pendapatan usahatani umumnya musiman, sehingga diperlukan

waktu menunggu yang relatif lama sebelum hasil atau pendapatan bisa

dinikmati. Oleh karena itu peranan pekerjaan yang memberikan pendapatan di

luar sektor pertanian mempunyai peranan yang penting.

3. Usahatani banyak mengandung resiko dan ketidakpastian, yang misalnya

diakibatkan oleh kegagalan panen, produksi rendah, serangan hama penyakit,

kekeringan dan banjir. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan atau pendapatan

cadangan guna mengatasinya.

Salah satu usahatani yang sedang berkembang dan mempunyai prospek cukup

cerah adalah usahatani jamur. Hal ini diindikasikan dengan permintaan pasar yang

semakin meningkat. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan akan jamur hanya

mengandalkan pada ketersediaan jamur di alam bebas. Dengan cara tesebut jumlah

Page 3: Jamur

3

dan ketersedian jamur sangat terbatas dan tergantung pada musim. Maka timbulah

inisiatif para pelaku pasar untuk melakukan pembudidayaan jamur. Berkat

pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidup jamur, manusia berhasil

membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap

saat. Untuk lebih jelas mengenai proyeksi kebutuhan jamur dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Kebutuhan Jamur Tiram di Beberapa Kota

No Kota Kebutuhan (Kg/Hari)

1 Bekasi 3.000

2 Bogor 150

3 Semarang 350

4 Tangerang 3.000

5 Tasikmalaya 300

6 Yogyakarta 200

Sumber : Rusli, 2007

Sebagai bahan makanan, jamur memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan

bahan makanan lainnya. Kelebihan jamur terletak pada kandungan gizi yang tinggi

dan cita rasa yang lezat dan bahkan beberapa diantaranya memiliki khasiat obat.

Banyak jenis jamur yang diusahakan seperti, jamur merang, jamur kuping dan jamur

tiram.

Page 4: Jamur

4

Jamur tiram adalah jenis jamur yang rendah kolesterol sehingga dapat

mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi yang rentan terhadap

serangan jantung, serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Parjimo

dan Agus, 2007).

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang telah

membudidayakan jamur. Jenis jamur yang dibudidayakan kebanyaka adalah jenis

jamur tiram. Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat tiga kelompok usahatani jamur,

salah satunya berada di Kecamatan Cineam yang merupakan sentra usahatani jamur

tiram yang beralamat di Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

Untuk lebih jelasnya tentang kelompok usahatani jamur yang terdapat di Kabupaten

Tasikmalaya dapa dilihat pada Tabel 2.

Tabel. 2 Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Tasikmalaya

No Nama Kelompok Alamat Jumlah Produksi (kg/hari)

1 Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam

124

2 Pasir Panjang Pasirpanjang Manonjaya 112 3 Mitra II Warung Peuteuy Salawu 106

Jumlah 342 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya

Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa usahatani jamur tiram Mitra IV

merupakan kelompok dengan produksi paling tinggi yaitu 124 kg per hari diikuti olek

Page 5: Jamur

5

Kelompok Pasir Panjang dengan produksi 112 Kg per hari dan Kelompok Mitra II

dengan produksi sebesar 106 kg per hari.

Keunggulan usahatani jamur tiran pada kelompok Mitra IV Cineam adalah

ketersediaan bahan baku yang memadai, pesmasaran yang mudah dengan harga yang

relatif tinggi dan cara pembudidayaan yang tergolong sederhana.

Pada pelaksanaan kegiatan usahanya kelompok usahatani Mitra IV belum

melakukan analisis usaha secara terperinci, para pelaku usaha pada kelompok tersebut

masih mempergunakan cara sederhana untuk menganalisis usahataninya. Berdasarkan

pada hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai “

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHA

JAMUR TIRAM”, yang merupakan suatu studi kasus pada Kelompok Usahatani

Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, maka masalah yang dapat didefinisikan

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok

Tani Mitra IV dalam satu kali proses produksi?

2. Berapa besar R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam

satu kali proses produksi?

Page 6: Jamur

6

3. Berapa besar titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV

dalam satu kali proses produksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Besarnya biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani

Mitra IV dalam satu kali proses produksi?

2. Besarnya R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam

satu kali proses produksi?

3. Besarnya titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV

dalam satu kali proses produksi?

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini daiharapkan dapat berguna bagi :

1. Peneliti, sebagai sumber wawasan keilmuan khususnya pada usahatani jamur

tiram.

2. Petani jamur tiram, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan

usahataninya.

3. Pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pembentukan

kebijakan khusunya dalam masalah orientasi agroindustri.

Page 7: Jamur

7

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya seluruh kegiatan usaha berdasarkan pada hal yang paling

sederhana, yaitu hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal. Seperti yang

dikemukakan oleh Soekartawi (1993), profit maximization adalah mengalokasikan

input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimal. Sedangkan

petani kecil, seperti kebanyakan petani di Indonesia, berorientasi pada cost

minimalization, yaitu menekan biaya sekecil-kecilnya dengan tujuan memperoleh

keuntungan yang lebih besar.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983) yang dimaksud dengan biaya produksi

adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan pada proses

produksi yang bersangkutan. Sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian

antara jumlah produksi total dengan harga satuannya. Hubungan biaya produksi dan

penerimaan dimana semakin besar penerimaan maka akan semakin besar pendapatan,

karena pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi.

Mosher (1977) menyatakan, bahwa peningkatan pendapatan bukan hanya

ditentukan oleh pengetahuan bercocok tanam saja tetapi ditentukan oleh pembiayaan,

pemasaran dan kepandaian petani menggunakan faktor-faktor produksi yang

jumlahnya terbatas. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), salah satu indikator untuk

menghitung besar kecilnya keuntungan usaha tani adalah dengan memperhatikan

Page 8: Jamur

8

besarnya perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

atau lebih dikenal dengan R/C, makin tinggi rasio ini maka usahatani tersebut

semakin menguntungkan atau layak diusahakan.

Dalam suatu kegiatan produksi, supaya tidak mengalami kerugian maka perlu

diketahui pada titik mana usaha tersebut mencapai titik batas usaha atau skala

minimum suatu usaha, sebab hal ini akan dapat menentukan posisi usaha yang sedang

dilakukan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai alat informasi tentang kegiatan

selanjutnya yang harus dilakukan. Untuk mengetahui skala minimum suatu usaha

dapat digunakan analisis titik impas (break even point).

Sigit (1990) mendefinisikan titik impas sebagai suatu cara atau teknik untuk

mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya

produksi, biaya variabel dan biaya tetap serta laba dan rugi. Sedangkan menurut

Riyanto (1995), analisis titik impas merupakan suatu teknik analisis untuk

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

kegiatan.

Selanjutnya Riyanto (1995) menyatakan bahwa masalah break event point

(titik impas) akan terjadi apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya

variabel juga mempunyai biaya tetap. Oleh karena itu analisis titik impas sangat tepat

apabila digunakan untuk analisis jangka pendek, misalnya pada tanaman semusim

Page 9: Jamur

9

karena akan mudah dalam membedakan biaya variabel dan biaya tetap, maka dari itu

perlu diketahui apa yang dimaksud dengan biaya variabel dan biaya tetap tersebut.

Menurut Rangkuti (1998) biaya variabel merupakan semua biaya yang sifatnya

berubah-ubah tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan atau biaya yang habis

dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya benih, pupuk, tenaga kerja, dan lain-

lain. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relatif konstan dan sedikit sekali

dipengaruhi oleh banyaknya keluaran yang dihasilkan, atau bisa juga diartikan

sebagai biaya yang tidak habis dipergunakan dalam satu kali proses produksi,

misalnya biaya sewa, pajak, penyusutan alat, dan lain-lain.

Agar dapat menganalisis titik impas maka ada beberapa asumsi yang diperlukan

(Sigit, 1990), yaitu :

a. Biaya di dalam usaha yang bersangkutan dapat ditetapkan sebagai biaya tetap

dan biaya variabel.

b. Harga jual per unit akan tetap saja berapapun banyaknya unit yang dijual.

c. Barang yang diproduksikan habis terjual.

d. Perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis

barang.

Analisis titik impas pada suatu perusahaan dapat digunakan sebagai :

a. Dasar atau landasan untuk merencanakan kegiatan oprasional dalam usaha

mencapai laba tertentu.

Page 10: Jamur

10

b. Dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan oprasi yang sedang

berjalan, yaitu sebagai alat kontrol.

c. Bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.

d. Bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan produksi.

Menurut Sigit (1990) melalui grafik titik impas yang cukup sederhana

pengusaha dapat memperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan biaya,

garis penghasilan penjualan. Untuk lebih jelasnya grafik Break Even Point dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sigit, 1990)

Dalam gambar terlihat bahwa titik C adalah titik impas, sedangkan titik A

merupakan BEP nilai penjualan (Rp) dan titik B adalah BEP produk (kg). Daerah

Page 11: Jamur

11

diarsir di sebelah kiri titik C merupakan daerah rugi, sedangkan daerah diarsir sebelah

kanan titik C adalah darah laba atau untung.

Page 12: Jamur

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Jamur

Banyak macam dan ragam usahatani yang dilakukan dewasa ini, baik itu

komoditas sayuran, tanaman tahunan ternak dan lain sebagainya. Beberapa waktu ke

belakang terjadi suatu trend pasar pertanian yang diakibatkan oleh permintaan pasar

yang meningkat, yaitu budidaya jamur. Budidaya jamur dilakukan pada beberapa

komoditas jamur, diantaranya yaitu jamur tiram. Secara botani jamur tiram

mempunyai kedudukan sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Class : Basidiomycetes

Sub-class : Homobasidomycetidae

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus Ostreatus

2.1.1 Morfologi Tanaman Jamur

Jamur merupakan tanaman yang tidak berklorofil sehingga untuk memenuhi

kebutuhan makanannya jamur mengmbil zat-zat yang sudah jadi yang dibuat dan

dihasilkan oleh organisme lain. Karena ketergantungannya terhadap organisme lain

12

Page 13: Jamur

13

tersebut maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotof (Alexopoulos dan Mims,

dalam Inngit dan Ucu.2002).

Menurut Moore dan Landecker dalam Inggit dan Ucu. 2002 secara umum

pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase

vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam

media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa

kompleks seperti ligin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk

pertumbuhan. Setelah bebrapa waktu miselium ini akan bertemu dan membentuk titik

simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya akan menjadi tubuh buah yang

selanjutnya disebut fase generatif.

2.1.2 Botani

Jamur tiram tumbuh secara berkelompok dan berjejal. Tubuh jamur tiram terdiri

dari tangkai (stipe) dan tudung (pileus). Ukuran tudungnya besar dengan diameter

sekitar 5 sampai dengan 12 cm. Saat masih muda bentuknya cembung, setelah tua

akan Mitra membentuk corong yang dangkal atau berbentuk seperti kulit kerang.

Oleh karena itu ia sereing pula disebut sebagai jamur kerang. Pada awal

pertumbuhannya tudung berwarna krem atau putih, semakin tua menjadi lebih kuning

dan akhirnya kuning kecoklatan. Bagian tepi tudung bergelombang. Batang berwarna

lebih muda dibandingkan tudungnya. Bilah (gills) berwarna putih dan tersusun rapat.

Daging buah lembut dan putih terutama pada waktu muda. Setelah tua daging

Page 14: Jamur

14

menjadi agak keras. Spora berwarna putih (Moon dan Lendcker dalam Inggit dan

Ucu, 2002).

Disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudung agak lonjong,

membulat dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini

tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke samping. Jamur tiram termasuk

golongan jamur kayu yang hidup sebagi saprofit dan tumbuh secara luas pada limbah

hasil hutan dan pertanian, hampir semua kayu keras, prosuk samping kayu (gergajian,

kertas dan pulp), tongkol jagung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang,

limbah biji kapas dan semua jerami serealia.

2.1.3 Siklus Hidup

Kelas basidiomycetes akan membentuk tubuh buah atau basidium. Basidiospora

bergeminasi membentuk miselium monokariotik yang haploid. Pada awalnya

monokarion tersebut tidak bersepta, namun terbagi-bagi dalam sejumlah sel berinti

tunggal dalam waktu yang cukup singkat.

Selanjutnya terjadi plasmogami dengan cara fusi 2 hifa monokariotik yang

terjadi secara timbal balik yaitu inti satu hifa mengalir ke inti yang lainnya.

Selanjutnya hifa tersebut akan mempunyai 2 tipe genetik (dikariotik), dimana masing-

masing sel dikarion memiliki 2 inti haploid. Dihaploid dibentuk selama plasmogami

tersus Berlangsung, sementara nutrisi binukleat terus dipertahankan. Pada umumnya

Page 15: Jamur

15

usaha untuk mempertahankan kondisi binukleat tersebut dengan membentuk clamp

connection, yang menjadi ciri basidiomycetes.

Miselium dikariotik melakukan asimilasi tersembunyi jauh di dalam subtrat.

Saat kondisi sesuaiuntuk melakukan reproduksi, beberapa miselium dikariotik

melakukan morfogenesis yang komplwks untuk membentuk basidiokarp, yang sudah

dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa sel basidiokarp ditransformasikan

menjadi tubuh buah.

Sel-sel basidiokarp adalah dikariotik dengan 2 inti haploid. Inti-inti tersebut

akan bergabung membentuk inti diploid melalui proses meiosis. Umumnya basidium

yang membesar membentuk 4 proyeksi memanjang yaitu sterigma. Ujung setiap

sterigma mengembang membentuk basidiospora. Inti haploid tunggal dan sitoplasma

bermigrasi melalui sterigma ke dalam ujung basidiospora yang akhirnya menjadi

basidiospora. Fase diploid berlangsung singkat dibandingkan fase haploid. Fase

monokariotik cukup pendek, sedangkan fase dikariotik cukup mendominasi.

2.1.4 Faktor Tumbuh

Jamur tiram seperti halnya tanaman lain yang dibusidayakan, memerlukan

kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi lingkungan

tersebut antara lain suhu, derajat keasaman, kelembaban ruangan, cahaya serta

konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2).

Page 16: Jamur

16

a. Suhu

Pada umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran temperatur antara 220 sampai

dengan 280 C. Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi

dibandingkan pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi

jamur tiram berkisar antara 220 sampai dengan 280 C, sedangkan suhu untuk

pertumbuhan yaitu berkisar antara 160 sampai dengan 220 C.

b. Kelembaban Udara

Seperti halnya suhu, kelembaban udara pertumbuhan jamur tiram pada saat

inkubasi dan pembentukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban

yang dibutuhkan 60 sampai dengan 80 persen, sedangkan untuk pembentukan tubuh

buah 80 sampai dengan 90 persen.

c. Cahaya

Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya,

misalnya cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang diperlukan pada

saat pertumbuhan sekitar 10 persen. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting

untuk pertumbuhan miselium, proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah

jamur. Cahaya yang kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat

menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang dibentuk

oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generati, cahaya diperlukan untuk merangsang

pembentukan calon tubuh buah, pembentukan tudung dan perkembangannya.

Page 17: Jamur

17

Kekurangan cahaya akan mengakibatkan pertumbuhan tangkai lebih panjangdaripada

ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung kurang berkembang sehingga lebih kecil

dari ukuran normalnya.

d. CO2 dan O2

Miselium dari beberapa jenis Pleurotus tumbuh lebih cepat dengan

peningkatan konsentrasi karbon dioksida samapai 22 persen. Namun pembentukan

tubuh buah akan terhambat pada karbon dioksida yang tinggi. Oksigen dibutuhkan

untuk proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Kekurangan O2 atau

terlalu banyak kadar karbon dioksida di udara maka tangkai tubuh buah jamur akan

memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang.

2.1.5 Faktor Nutrisi

Selain faktor tumbuh, faktor nutrisi juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur

tiram, menurut Griffin (1994) dalam Inggit dan Ucu (2002) beberapa nutrisi tersebut,

antara lain :

a. Sumber Karbon

Sumber karbon diperlukan untuk kebutuhan energi dan struktural sel jamur.

Sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat, asam organik,

asam-asam amino, alkohol tertentu, komponen-komponen polisiklik dan produk

natural seperti ligin.

Page 18: Jamur

18

b. Sumber Nitrogen

Nitrogen sangat diperlukan oleh jamur untuk sintesis protein, purin, pirimidin

dan khitin.

c. Vitamin

Vitamin adalah komponen organik yang berfungsi sebagai koenzim atau

konstituen dari koenzim yang mengkatalisa reaksi sesifik dan tidak digunakan

sebagai sumber energi. Kebutuhan vitamin dipengaruhi oleh pH dan temperatur yang

berkaitan dengan aktifitas enzim.

d. Mineral

Kebutuhan mineral jamur pada umumnya sama dengan tumbuhan. Mineral

makro antara lain sulfur, fosfor, kalium, magnesium. Sedangkan mineral mikro

meliputi seng, besi, mangan, tembaga dan molybdenum.

2.1.6 Media Tanam

Formulasi media tanaman jamur tiram terdiri dari bahan dasar yaitu serbuk

gergaji dan bahan tambahan yaitu, bekatul gips dan kapur. Penggunaan bahan seperti

itu lebih sering efektif, mudah dan efisien dibandingkan dengn cara lain yang

diterapkan pekebun.

a. Bahan Dasar

Bahan utama media tanam jamur dapat mencapai 70 persen dari bobot total

media tanam (baglog). Bahan baku dipilih yang ramah lingkungan dan aman

Page 19: Jamur

19

dikonsumsi manusia. Bahan tersebut adalah serbuk gergaji kayu jeungjing (Albazzia

falcataria) yang mengandung selulosa, karbohidrat, serat dan lignin. Serbuk gergaji

harus bersih dari minyak dan getah, apabila mengandung keduanya maka

pertumbuhan jamur akan terhambat.

b. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang diperlukan adalah :

- Bekatul

Bekatul atau dedak ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam,

terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon (C), serta nitrogen (N).

- Kapur

Merupakan sumber kalsium (Ca). Selain itu juga untuk mengatur tingkat

keasaman (pH) media tumbuh jamur.

- Gips

Bahan ini sebagai sumber kalsium tambahan dan memperkokoh media tanam.

2.1.7 Bibit Jamur

Bibit yang ditanam berasal dari miselium jamur. Penangan bibit jamur yang

baik yaitu dengan memperhatikan sanitasi yang baik. Semua alat harus steril.

Kualitas bibit jamur yang baik diindikasikan sebagai berikut :

- Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.

- Umur bibit optimal 45 sampai dengan 60 hari.

Page 20: Jamur

20

- Warna bibit merata, tidak ada bercak-bercak lain.

- Tidak terkontaminasi.

- Belum ada buah jamur yang tumbuh pada bibit tersebut.

2.1.8 Teknik Inokulasi (Penanaman Bibit)

Terdapat 2 cara inokulasi bibit jamur pada media tanam, yaitu teknik tabur

dan teknik tusuk. Cara tabur, bibit cukup ditaburkan di bagian atas permukaan media.

Cara tusuk, media tanam harus dibuat lubang pada bagian tengahnya sedalam ¾

bagian, dengan diameter 2,5 cm. lubang tersebut diisi bibit, kemudian ditutup dengan

menggunakan kapas. Penutupan tersebut untuk msnciptakan kondisi optimum bagi

pertumbuhan.

2.1.9 Pemanenan

a. Penentuan Saat Panen

Biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pada saat itu ukuran

jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata 5 sampai dengan 10 cm.

pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

b. Teknik Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.

Page 21: Jamur

21

c. Penanganan Pasca Panen

Jamur yang telah dipanen dibiarkan dengan batangnya, hanya dibersihkan

kotoran yang berada pada bagian akar. Hal ini memungkinkan jamur lebih tahan lama

untuk disimpan.

2.1.10 Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Suriawiria (2000) dalam Inggit dan Ucu (2002) hama yang sering

merusak media tanam jamur dan merugikan diantaranya adalah rayap, lalat, serangga

tanah lainnya, cacing, tikus dan celurut. Beberapa kapang kontaminan yang sering

menyerang dan berkompetisi dengan jamur Pleurotus sp adalah Penicillium sp,

Aspergillus sp, Trichoderma sp dan beberapa spesies lainnya. Dua cara pengendalian

yang biasa dilakukan dalam budidaya jamur, yaitu :

a. Hama yang sering merusak media tanam, para pekebun sering mempergunakan

insektisida untuk mengendalikan serangan hama tersebut.

b. Penyakit, pada umumnya disebabkan oleh bakteri dan jenis jamur lain. Sasaran

serangan pada subtrat tanam dan pada bedengan yang dipenuhi oleh miselia

atau lendir yang merusak bedengan. Pengendaliannya yaitu dengan

membersihkan lendir tesebut atau membiarkan bedengan kering sehingga jamur

penyakit terhambat pertumbuhannya.

Page 22: Jamur

22

2.2 Analisis Usahatani

Analisis usaha dalam usahatani yaitu meliputi perhitungan biaya produksi,

pendapatan, dan R/C. Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa biaya produksi adalah

semua pengeluarann yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu

dalam satu kali proses produks. Biaya produksi dapat digolongkan atas dasar

hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, sedangkan

biaya variabel adalah jenis biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar

kecilnya produksi. Biaya tetap meliputi sewa lahan, biaya penyusutan alat dan bunga

modal. Sedangkan biaya variabel meliputi upah tenaga kerja, benih, pupuk dan lain

sebagainya.

Secara keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam

proses produksi merupakan biaya total produksi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Soeharjo dan Patong (1973) yang menyatakan, bahwa biaya total dalam suatu proses

produksi adalah jumlah biaya tetap total dan biaya variabel total.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dimana penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produsksi total dengan harga satuan produk tersebut. Sedangkan

biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan atau

dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.

Page 23: Jamur

23

Selanjutnya menurut Tjakrawiralaksana (1983), salah satu indikator untuk

menghitung besar kecilnya keuntungan usaha tani adalah dengan memperhatikan

besarnya perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

atau lebih dikenal dengan R/C, makin tinggi rasio ini maka usahatani tersebut

semakin menguntungkan atau layak diusahakan.

2.3 Break Even Point

Analisis BEP adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara

biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (Riyanto, 1995). Alwi

(1991)menyatakan, bahwa BEP dapat diartikan sebagai titik atau keadaan dimana

perusahaan di dalam menjalankan oprasinya tidak untung dan tidak rugi, atau pada

keadan dimana keuntungan perusahaan sama dengan nol. Biaya di dalam usaha yang

bersangkutan dapat ditetapkan sebagai biaya tetap dan biaya variabel.

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis BEP menurut

Riyanto (1995) adalahsebagai berikut :

1. Biaya pada perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya

tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional

dengan volume produksi atau penjualan, berarti biaya per unitnya adalah tetap

sama.

Page 24: Jamur

24

3. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis.

Penentuan BEP dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan maupun

menggunakan pendekatan grafik. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP

(Sigit, 1990) adalah:

JualHargaPenjualanNilaiBEP

ProdukVolumeBEP

PenjualanNilaiVariabelBiaya

1

TetapBiayaPenjualanNilaiBEP

jualhargaxproduksiPenjualanNilai

=

−=

=

Sedangkan secara grafis, titik BEP ditentukan oleh perpotongan antara garis

penerimaan total dengan garis biaya total. Grafik persilangan antara gagris

penerimaan total dan garis biaya total dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Break Event Point (Riyanto, 1995)

Cost/ Revenue (Rp) TR TC

TVC

TFC

Product (Unit)

Rugi

BEP

Laba

Page 25: Jamur

25

Menurut Riyanto (1995), dalam gambar BEP tersebut ditentukan oleh garis-

garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya

variabel, dan garis penghasilan penjualan atau penerimaan perusahaan, besarnya

volume produksi atau penjualan dalam unit diperlihatkan pada sumbu horizontal

(sumbu X) dan besarnya biaya dan penerimaan perusahaan diperlihatkan pada sumbu

vertikal (sumbu Y).

BEP dapat ditentukan pada titik dimana terjadi perpotongan antara garis

penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut ditarik

garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X, maka akan terlihat besarnya BEP

dalam unit. Kalau dari titik itu ditarik garis lurus ke samping kiri sumbu Y maka akan

terlihat besarnya BEP dalam rupiah.

Page 26: Jamur

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mempergunakan metode

studi kasus dengan mengambil kasus pada Kelompok Tani Jamur Mitra IV Desa

Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Menurut Danil (2007), metode

studi kasus lebih mirip dengan metode survai. Bedanya dalam studi kasus, populasi

yang diteliti lebih terarah dan terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum.

Biasanya dibatasi oleh tempat waktu dan lokasi tertentu.

3.2 Oprasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Satu kali proses produksi adalah dimulai dari pembuatan log sampai dengan

berakhirnya pemanenan jamur tiram yaitu selama 6 bulan.

2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pada usahatani jamur tiram yang

dihitung dalam satu kali proses produksi, terdiri dari :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost) , biaya tetapa dalah biaya yang besar kecilnya

tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan sifatnya tidak habis

dalam satu kali proses produksi. Biaya tetap terdiri dari :

26

Page 27: Jamur

27

1. Pajak bumi dan bangunan, dihitung dalam satuan rupiah per satu kali

proses produksi.

2. Penyusutan alat, dihitung selama satu kali proses produksi, dan

dinyatakan dalam satuan rupiah. Besarnya penyusutan alat ini

dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight line

method) dengan rumus sebagai berikut (Hadisapoetro, 1973).

EkonomisUmurHakHawD −

=

Dimana :

D : Depresiasi atau penyusutan barang

Haw : Harga awal barang

Hak : Harga akhir barang

WP : Umur Ekonomis

3. Bunga modal biaya tetap, dihitung dalam satuan persen berdasarkan

bunga bank (bunga pinjaman) yang berlaku pada saat penelitian yang

dihitung selama satu kali produksi, dan dinyatakan dalam satuan

rupiah.

b. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan bersifat habis dalam satu

kali proses produksi. Biaya variabel terdiri dari :

Page 28: Jamur

28

1. Bahan baku serbuk gergaji yang dihitung dalam satuan karung dan

dinilai dalam satuan rupiah per satu kali proses produksi.

2. Benih jamur yang merupakan miselia jamur yang dihitung dalam

satuan log dan nilai dalam satuan rupiah.

3. Tenaga kerja, sumber daya pengolah dalam proses produksi yang

dihitung dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK) dan dinilai dalam

satuan rupiah.

4. Kantong plastik yang dipergunakan dalam pembuatan log yang

dihitung adalam satuan kilogram dan dinilai dalam satuan rupiah per

satu kali proses produksi.

5. Kertas koran yang digunakan sebagai penutup log, dihitung dalam

satuan kilogram dan dinilai dengan satuan rupiah per satu kali proses

produksi

6. Kapur, sebagai pengatur keasaman media tanam dihitung dalam satuan

kg dan dinilai dengan satuan rupiah.

7. Dedak, sebagai media tumbuh tambahan yang dihitung dengan satuan

kg dan dinilai dengan satuan rupiah.

8. Ring, digunakan sebagai mulut baglog diukur dengan satuan buah dan

dinilai dengan satuan rupiah.

Page 29: Jamur

29

9. Kayu bakar, sebagai bahan bakar pada proses penguapan yang

dihitung dalam satuan ikat dan diniali dengan satuan rupiah.

4. Jumlah produksi adalah banyaknya jamur tiram yang dipanen yang dihitung

dalam satuan kg dalam satu kali proses produksi.

5. Harga produk adalah harga penjualan jamur tiram hasil produksi yang diterima

pasar dihitung dalam satuan kg dan dinilai dalam satuan rupiah.

6. Penerimaan adalah produksi total dikalikan dengan harga jual untuk satu kali

panen dan dinilai dengan rupiah .

7. R/C adalah perbandingan nilai penerimaan total dengan biaya total.

8. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

9. Analisis Titik Impas (Break Event Point) merupakan suatu teknik analisis untuk

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan

volume kegiatan.

10. Titik impas nilai penjualan ialah besarnya nilai penjualan dimana perusahaan

dalam menjalankan perusahaannya tidak untung dan tidak rugi atau pada saat

keuntungan sama dengan nol.

11. Titik impas volume produksi adalah banyaknya volume produk dimana

perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak untung dan tidak rugi.

Page 30: Jamur

30

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data skunder. Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari pengusaha jamur tiram yang

dijadikan responden. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari

literatur-literatur dan data dari instansi atau dinas terkaityang ada hubungannya

dengan penelitian ini.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

dengan responden dengan mempergunakan alat yang disebut interviw guide (panduan

wawancara) (Nazir, 1983).

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan sebuah set pertanayaan secara logis berhubungan dengan

masalah penelitian. Dalam menyusun pertanyaan tersebut perlu difikirkan sekurang-

kurangnya dua hal, yaitu (1) Isi dari setiap pertanyaan dan (2) hubungan antar item

dalam keseluruhan kuesioner.

Page 31: Jamur

31

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik penariakn sampel

purposive sampling. Menurut William G. Cochran yang dimaksud dengan purposive

sampling yaitu teknik penarikan sampel untuk tujua tertentu atau berdasarkan

pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil adalah Kelompok Tani Mitra IV yang

berlokasi di Desa Rajadatu Kecamaan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

3.5 Rancangan Analisis Data

Rancangan analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui biaya total digunakan rumus Hernanto (1994) :

Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

2. Untuk mengetahui penerimaan digunakan rumus Suharjo dan Patong (1979) :

Penerimaan = Produksi Total x Harga Jual

TR = TP x HP

Keterangan :

TR = Total Revenue (Penerimaan Total)

TP = Total Penjualan

HP = Harga Satuan Produksi

Page 32: Jamur

32

3. Untuk mengetahui besarnya pendapatan digunakan rumus menurut Soekartawi

(1995) :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue (Penerimaan Total)

TC = Total Cost (Total Biaya)

4. R/C adalah nilai perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya

Biaya TotalPenerimaan Total R/C =

Dengan ketentuan :

- Apabila R/C > 1, usaha tersebut menguntungkan

- Apabila R/C = 1, usaha tersebut dalam keadaan impas

- Apabila R/C < 1, usaha tersebut rugi

5. Untuk mengetahui skala minimum usahatani ini digunakan analisis titik impas

(break even point) sehingga dapat diketahui hubungan antara nilai penjualan,

volume produksi, harga jual dan biaya produksi serta laba ruginya digunakan

rumus (Sigit, 1990) yatu sebagai berkut :

Page 33: Jamur

33

JualHargaPenjualanNilaiBEPProdukVolumeBEP

PenjualanNilaiVariabelBiaya1

TetapBiayaPenjualanNilaiBEP

jualhargaxproduksiPenjualanNilai

=

−=

=

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Mitra IV Desa Rajadatu

Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Adapun jadwal penelitian selngkapnya

dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Keterangan Bulan

Mei Juni Juli Agustus

Pembuatan proposal

Pengambilan data

Pengolahan data

Pembuatan laporan hasil

penelitian

Page 34: Jamur

34

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa rajadatu merupakan suatu wilayah di Kabupaten Tasikmalaya, dan apabila

dilihat jarak antara Desa Rajadatu dengan pusat pemerintahan maka akan terlihat

sebagai berikut :

Jarak ke ibukota kecamatan : 7 km

Jarak ke ibukota kabupaten : 25 km

Jarak ke ibukota provinsi : 120 km

Sedangkan untuk batas wilayah Desa Rajadatu adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Ancol

Sebelah Selatan : Desa Ciampanan

Sebelah Barat : Desa Madiasari

Sebelah Timur : Desa Hegarmanah Kabupaten Ciamis

4.1.1 Topografi dan Keadaan Iklim

Desa Rajadatu merupakan daerah dataran dengan ketinggian 448 meter diatas

permukaan laut. Sedangkan untuk curah huan Desa Rajadatu mempunyai kisaran

angka 620 mm per tahun.

34

Page 35: Jamur

35

4.1.2 Luas Lahan dan Tata Guna Lahan

Luas lahan Desa Rajadatu secara keseluruhan adalah sekitar 832.231 hektar

atau sekitar 832 hektar. Secara lebih lanjut tata guna lahan di Desa Rajadatu dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 3. Luas Lahan Desa Rajadatu Berdasarkan Tatagunanya Tahun 2009

No Penggunaan Luas (hektar)

Persentase (%)

1 Pemukiman umum 35,00 4,26 2 Perkantoran 1,22 0,15 3 Sarana ibadah 0,50 0,06 4 Kuburan 1,60 0,19 5 Jalan 1,50 0,18 6 Sawah 113,94 13,87 7 Ladang 9,63 1,17 8 Perkebunan 647,21 78,80 9 Tegalan 9,80 1,19

10 Rekreasi dan olahraga 0,99 0,12 Total 821,386 100,00

Sumber Monografi Desa Rajadatu 2009

Berdasarkan pada Tabel 3 di atas diketahui bahwa tataguna lahan terluas di

Desa Rajadatu adalah untuk perkebunan dengan luas 647,21 hektar atau 78,80 persen.

Selanjutnya sawah dengan luas 113,94 hektar atau 13,87 persen, pemukiman 35

hektar atu 4,26 persen dan sisanya sarana umum, perkantoran, ladang dan tegalan.

Page 36: Jamur

36

4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Jumlah keseluruhan penduduk Desa Rajadatu adalah 4.4462 jiwa dengan

perincian tingkat usia dan jenis kelamin seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Menurut Tingkat Usia dan Jenis

Kelamin Tahun 2009

Umur (tahun)

Jenis Kelamin Jumlah (orang)

Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 0-14 15-64 64<

472 1.314

350

409 1.414

503

881 2.728

853

19,74 64,14 19,12

Jumlah 2.136 2.326 4.462 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009

Berdasarkan Tabel di atas maka terlihat komposisi penduduk Desa Raja datau

adalah, laki-laki sebanyak 2.136 orang dan perempuan adalah sebanyak 2.326 orang.

Sedangkan usia produktif yaitu sekitar umur 14-64 tahun menempati posisi paling

besar dengan angka 2.728 orang atau 64,14 persen dari keseluruhan jumlah

penduduk.

Struktur umur di Desa Rajadatu dapat diketahui dengan mempergunakan

rumus menurut Rusli (1984).

%74,91

100x4.462881

PendudukJumlahTahun140PendudukUsiaJumlah

40%Uji

=

=

−=

Page 37: Jamur

37

Menurut Rusli (1984), apabila jumlah penduduk usia 0 sampai 14 tahun

kurang dari 40 persen termasuk struktur usia kerja atau produktif dan apabila jumlah

panduduk usai 0 sampai 14 tahun lebih dari 40 persen maka termasuk struktur usia

muda. Diketahui dari perhitungan di atas bahwa jumlah penduduk Desa Rajadatu usia

0 sampai 14 tahun sebanyak 19,74 persen dari keseluruhan jumlah pendudukyang

berarti bahwa struktur umur di Desa Rajadatu merupakan struktur umur usia

produktif. Sedangkan dependency ratio dapat diketahui dengan rumus sebagai

berikut:

orang6456,36

x1002.728

853881

x1006415UmurPendudukJumlah

64UmurPendudukJumlah140UmurPendudukJumlahDR

≈=

+=

−>+−

=

Artinya dari setiap 100 orang penduduk yang produktif harus menanggung

beban 64 orang usia bukan produktif.

4.1.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu mata rantai dari cepatnya penyerapan

teknologi, dengan tingkat pendidikan yang mencukupi maka inovasi dan teknologi

dapat diadopsi dengan cepat. Struktur penduduk Desa Sukahurip berdasarkan tingkat

pendidikan tersaji dalam Tabel 5.

Page 38: Jamur

38

Tabel 5. Pendidikan Penduduk Desa Rajadatu Tahun 2009

No Keadaan Pendidikan Penduduk Jumlah Orang Persentase (%)

1 2 3 4

Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi

1.970 811 416 142

59,00 24,30 12,45 4,25

3.339 100 Sumber: Desa Rajadatu 2009

Tingkat pendidikan penduduk Desa Rajadatu paling tinggi didominasi oleh

pendidikan dasar dengan angka 59 persen sekitar 1.970 orang penduduk. Penduduk

yang menempuh pendidikan lanjutan pertama, lanjutan atas dan perguruan tinggi

masing-masing mencapai angka 24,30 persen atau sekitar 811 orang, 12,45 persen

atau sekitar 416 orang dan 4,25 persen atau sekitar 142 orang.

4.1.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Keadaan penduduk Desa Rajadatu berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat

pada Tabel 6 berikut.

Page 39: Jamur

39

Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2009

No Mata Pencaharian Jumlah

(orang) Persentase

(%) 1 2 3 4 5 6 7

Sektor Pertanian dan Peternakan Sektor Jasa Sektor Perdagangan PNS/TNI/POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha Kecil dan Menengah Pegawai Swasta

3.760 160 66

107 4

82 48

88,95 3,75 1,56 2,53 0,09 1,93 1,13

Jumlah 4.227 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009

Dari Tabel 6 di atas terlihat bahwa sektor pertanian dan peternakan merupakan

mata pencaharian mayoritas di Desa Rajadatu dengan jumlah 3.760 orang atau sekitar

88,95 persen. Selanjutnya sektor jasa sekitar 3,75 persen. Perdagangan 1,56 persen,

PNS/TNI/POLRI, 2,53 persen, Pensiunan 0,09 persen, pengusaha kecil dan

menengah 1,93 persen dan pegawai swasta 1,13 persen.

4.1.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Rajadatu sudah bisa dikategorikan

memadi, khususnya transportasi dan angkutan jalan. Hal tersebut penting terhadap

kelancaran pemasaran hasil usahatani. Sarana angkutan dan transportasi tersedia

setiap hari dengan kondisi jalan yang cukup baik.

Page 40: Jamur

40

4.2 Identitas Responden

Responden yang diambil sebagai sampel adalah suatu kelompok tani dengan

nama Kelompoktani Mitra IV yang beranggotakan 10 orang. Hal ini dikarenakan

usahatani yang dijalankan merupakan sebuah usahatani yang dikelola bersama secara

kolektif oleh anggota kelompok tersebut.

Komposisi umur responden anggota dari Kelompoktani Mitra IV merupakan

kelompok umur produktif, yang anggotanya rata-rata berusia antara 25 sampai

dengan 45 tahun. Sedangkan kondisi pendidikan anggota kelompok bervariasi, yaitu,

5 orang SLTA dan 3 Orang SLTP dan pendidikan dasar 2 orang. Untuk lebih Jelas

mengenai identitas responden dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.3 Keadaan Umum Usahatani Jamur Tiram di Kelompoktani Mitra IV

Dalam usahatani jamur yang dilakukan oleh Kelompoktani Mitra IV ada

beberapa langkah yang dilakukan untuk melaksanakan usahataninya tersebut. Yang

pertama adalah pembuatan baglog atau media tanam.

Dalam mempersiapkan media tanam prtama kali semua bahan media tanam di

timbang sesuai dengan kebutuhan. Serbuk gergaji di ayak untuk mendapatkan

keseragaman, selanjutnya bahan tambahan seperti dedak dan kapur dicampur dengan

bubuk gergaji tersebut. Pencampuran bahan tersebut dilakukan hingga merata.

Page 41: Jamur

41

Setelah pencampuran selsai bahan media tanam dimasukan dalam plastic

ukuran 2 kg, plastic diisi dengan bahan media tanam sebanyak ¾ bagiannya.

Pengisan bahan tersebut dilakukan hingga bahan yang diisikan padat. Tahap

selanjutnya adlah penst5erilisasian untuk menekan mikroba lain yang dapt

menghambat pertumbuhan jamur. Pensterilisasian dilakukan selama 12 jam sengan

suhu 80 sampai dengan 900 C. setelah baglog disterilisasikan dilakukan pendinginan

selama 8 jam, baru setelah suhu baglog mencapai 35 sampai dengan 10 0 C, baru

dilakukan inokulasi.

Inokulasi dilakukan dengan cara tusuk. Baglog ditusuk ¾ bagiannya,

kemuadian bibit dimasukan dan lubang ditutup dengan kapas. Setelah proses

inokulasi selesai dilanjutkan pada tahap inkubasi. Inkubasi tersebut dilakukan selama

40 sampai dengan suhu 22 sampai dengan280C.

Pada saat inkubasi selesai mulailah proses penumbuhan. Baglog yang telh

diinkubasi dipindahkan ke tempat penumbuhan. Tutup lubang pada plastik dibuka.

Suhu optimal untuk tanaman jamur disesuaikan dengan kebutuhan jamur yaitu sekitar

16 sampai dengan 220 dengan kelembaban sekitar 80 sampai dengan 90 persen.

tubuh buah tumbuh setelah 1 sampai dengan 2 minggu baglog dibuka dan dibiarkan

lagi selama 2 sampai dengan 3 hari untuk mencapai has il yang optimal.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian jamur dan hanya

dibersihkan bagian yang kotornya saja.

Page 42: Jamur

42

4.4 Analisis Usahatani

4.4.1 Biaya Tetap

Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi pajak bumi dan bangunan, penyusutan

alat dan bunga modal biaya tetap. Dalam biaya tetap penyusutan alat mempunyai

pengeluaran yang paling besar, hal ini dikarenakan oleh penyusutan alat dihitung

berdasarkan alat-alat yang digunakan, umur ekonomis, nilai beli alat, nilai sisa dan

jumlah alat yang digunakan. Adapun alat-alat yang digunakan petani jamur antara

lain, tungku penguapan, selang, sprayer, ember dan sekop.

Sedangkan untuk bunga modal, dihitung berdasarkan suku bunga kerdit yang

berlaku di daerah penelitian, dalam hal ini mengacu pada suku bunga BRI, yaitu

sekitar 24 persen per tahun. Untuk lebih terperinci mengenai biaya tetap dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Total Biaya Tetap Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani

Mekar IV

No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Lahan Rp 10.000,00 0,64 2 Penyusutan Alat Rp 1.378.750,00 88,64 3 Bunga Modal Rp 166.650,00 10,71 Total Rp 1.555.400,00 100

Pada Tabel..dapat terlihat bahwa biaya penyusutan alat mempunyai persentase

terbesar yaitu sekitar 88,64 persen dari keseluruhan biaya tetap, dengan nilai Rp.

Page 43: Jamur

43

1.378.750,00. Selanjutnya yaitu bunga modal dengan nilai Rp. 166.650,00 atau

sekitar 10,71 persen. Dan yang terkecil adalah pajak bumi dan bangunan yaitu senilai

Rp. 10.000,00 atau hanya 0,64 persen dari keseluruhan total biaya tetap.

4.4.2 Biaya Variabel

Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatanai jamur tiram pada

Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 3.873.000,00. Biaya variabel ini meliputi, bahan

dasar media, bahan tambahan media dan tenaga kerja, selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya Variabel Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani Mitra IV

No Komponen Unit Satuan Harga Satuan Total % 1 Bibit 200 log Rp 3.000,00 Rp 600.000,00 15,49 2 Serbuk Kayu 100 karung Rp 1.000,00 Rp 100.000,00 2,58 3 Dedak 800 kg Rp 100,00 Rp 80.000,00 2,07 4 Kapur 100 kg Rp 300,00 Rp 30.000,00 0,77 5 Alkohol 2 liter Rp 10.000,00 Rp 20.000,00 0,52 6 Plastik 2 kg 30 kg Rp 18.000,00 Rp 540.000,00 13,94 7 Koran 10 kg Rp 300,00 Rp 3.000,00 0,08 8 Kayu bakar 1 paket Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 12,91 9 Ring 5000 buah Rp 50,00 Rp 250.000,00 6,45

Tenaga Kerja

10 Pencampuran 10 HOK Rp 25.000,00 Rp 250.000,00 6,45 11 Inokulasi 20 HOK Rp 15.000,00 Rp 300.000,00 7,75 12 Pemeliharaan 120 HOK Rp 10.000,00 Rp 1.200.000,00 30,98

Total Rp 3.873.000,00 100

Page 44: Jamur

44

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa tenaga kerja mempunyai pos pengeluaran

yang paling besar yaitu sekitar Rp. 1.750.000,00 atau sekitar 45,18 persen dari

keseluruhan biaya variabel. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja luar

keluarga. Meski membutuhkan pengeluaran yang cukup besar namun penggunaan

tenaga kerja luar keluarga mempunyai dampak sosial yang baik yaitu menyediakan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Upah tenaga kerja yang digunakan

dalam penelitian ini disesuaikan dengan starata kesulitan atau ringan dan beratnya

kondisi pekerjaan, sebagaimana terlihat pada Tabel 8 terdapat tiga strata kegiatan

kerja yaitu pencampuran bahan media tanam dengan upah kerja Rp. 25.000,00 per

HOK, inokulasi Rp. 15.000,00 per HOK dan pemeliharaan Rp. 10.000,00 per HOK.

4.4.3 Total Biaya Produksi

Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tetap dan

total biaya variabel. Total biaya produksi usahatani jamur tiram pada Kelompoktani

Mitra IV adalah sekitar Rp. 5.428.400,00 dimana total biaya tetap adalah Rp.

1.555.400,00 dan total biaya variabel Rp. 3.873.00,00. Lebih jelas mengenai total

biaya produksii dapat dilihat pada Lampiran…..

4.5 Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan usahatani jamur adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dan

harga jual. Hasil produksi usahatani jamur tiram di Kelompoktani Mitra IV dalam

Page 45: Jamur

45

satu kali proses produksi adalah 2.500 kg dengan harga jual rata-rata Rp. 7.000,00 per

kg. Dengan demikian total penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani

Mitra IV adalah Rp. 17.500.000,00 sedangkan besarnya pendapatan yang diperoleh

petani adalah Rp. 12.071.600,00. Untuk lebih jelas mengenai hasil produksi,

penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran……

4.6 Revenue per Cost

Dari apa yang telah dikemukakan terdahulu R/C merupakan rasio antara

pendapatan dan biaya. Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan maka

R/C dari usaha jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV didapat angka 3,2.

Berdasarkan pada asumsi R/C lebih dari 1 yang menyatakan bahwa usahatani tersebut

menguntungkan, maka usahatani jamur tiram bisa dinyatakan sebagi suatu usahatani

yang menguntungkan. Usahatani jamur tiram yang diteliti memiliki angka R/C pada

kisaran 3,2 yang menyatakan bahwa dari investasi 1 rupiah dapat menghasilkan

keuntungan sebesar 2,2 rupiah.

4.7 Analisis Titik Impas

Page 46: Jamur

46

Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keadaan suatu usaha yang

dijalankan pada keadaan yang tidak untung dan tidak rugi. Kinerja usahatani jamur

tiram pada Kelompoktani Mitra IV dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Biaya dan Titik Impas Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani

Mitra IV No Uraian Satuan Nilai

1 Biaya Tetap Rp Rp 1.555.400,00 2 Biaya Variabel Rp Rp 3.873.000,00 3 Total Biaya Rp Rp 5.428.400,00 4 Produksi kg 2.500 5 Harga Jual Rp Rp 7.000,00 6 Penerimaan Rp Rp 17.500.000,00 7 Pendapatan Rp Rp 12.071.600,00 8 Titik Impas 9 Nilai Produksi Rp Rp 1.555.399,78

10 Volume Produksi kg 222,20

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani jamur tiram pada

Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 1.555.400,00. Sedangkan biaya variavel adalah

Page 47: Jamur

47

Rp. 3.873.000,00, maka total biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 5.428.400,00. Biaya

tersebut dikeluarkan dalam satu kali proses produksi.

Penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah

merupakan perkalian antara jumlah produksi dan harga jual. Hasil produksi jamur

tiram dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 2.500 kg, dengan demikian

penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah sebesar Rp.

17.500.000,00.

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya total. Pendapatan

usahatani jamur tiram dalam satu kali proses produksi adalah Rp. 12.071.600,00.

Titik impas usahatani jamur diketahui melalui perhitungan yang telah ditentukan

dalam rancangan analisis data. Berdasarkan formulasi tersebut titik impas usahatani

jamur tiram dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penjualan (Rp) dan produksi (kg).

Titik impas penjualan usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan

untuk volume produksinya adalah 222,20 kg.

Page 48: Jamur

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Nilai R/C yang diperoleh dalam penelitian terhadap usaha jamur tiram pada

Kelompoktani Mitra IV adalah 3,2 yang berarti bahwa usahatani tersebut

menguntungkan. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan investasi Rp. 1 maka

dapat menda tangkan keuntungan Rp. 2,2.

2. Dari hasil analisis titik impas diketahui bahwa nilai titik impas nilai penjualan

usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan titik impas volume

produksi adalah 222,20 kg.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian diketahi bahwa usahatani jamur tiram pada Kelompoktani

Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya telah

menguntungkan, maka disarankan untuk tetap mempertahankan hasil tersebut.

Selanjutnya untuk meningkatkan usahatani tersebut disarankan untuk mengadopsi

teknologi-teknologi baru dan memperluas jaringan pemasaran.

Page 49: Jamur

49

DAFTAR PUSTAKA

Danil. M. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Inggit, W dan Ucu, R. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan Bahan

Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih. Universitas Terbuka. Jakarta

Mosher, A. T. 1977. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta. Mubyarto, D. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Parjimo, H dan Agus, A. 2007. Budidaya Jamur. Agro Media. Jakarta. Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit

Gadjah Mada. Yogyakarta. Rusli. S. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta Saragih, B. 2001. Agribisnis:Paradigma Pembangunan Pertanian Berbasis

Pertanian. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor Sigit. 1995. Analisis Break Even Point. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Singarimbun, S dan Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Fakultas Pertanian IPB. Depertemen Ilmu-

Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. --------------------. 1995. Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan.

Andi. Yogyakarta --------------------. 1996. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Garfindi. Jakarta.

Page 50: Jamur

50

Lampiran 1 Peta Desa Rajadatu

Page 51: Jamur

51

Lampiran 2. Data Curah Hujan Kecamatan Cineam Selama 10 Tahun Terakhir (1999-2009)

Bulan Tahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Januar i 382 57 387 393 292 342 190 257 366 201

Februari 307 389 247 382 73 377 269 182 182 265

Maret 279 31 308 0 289 355 330 430 276 201

April 270 206 182 327 263 347 477 412 130 165

Mei 75 390 287 381 268 263 482 468 15 133

Juni 2 262 100 17 391 378 65 250 23 29

Juli 0 47 63 14 358 36 78 159 32 0

Agustus 0 11 147 38 311 14 45 131 3 44

September 0 89 34 0 57 24 39 334 5 51

Oktober 30 106 345 0 206 374 579 221 24 129

November 219 226 230 0 48 491 486 631 219 250

Desember 0 200 193 141 48 481 349 52 219 202

Jumlah 1564 2014 2523 1703 2604 3482 3389 3527 1498 1670

Rata-rata 130,33 167,83 210,25 141,92 217,00 290,17 282,42 293,92 124,83 139.17

Bulan kering 6 4 1 7 3 3 2 1 6 4 Bulan lembab 1 1 2 - 1 - 2 - - - Bulan basah 5 7 9 5 8 9 8 11 6 4

Keterangan :

- Bulan kering yaitu bulan dengan curah hujan <60 milimiter.

- Bulan lembab yaitu bulann dengan curah hujan 60 sampai 100 milimiter.

- Bulan basah yaitu bulan dengan curah hujan >100 milimiter.

7,61076basahbulanrataRata

3,71037keringbulanrataRata

==−

==−

%100basahbulanrataRatakeringbulanrataRata

Q x−−

=

56

Page 52: Jamur

52

%1006,77,3 x=

= 46,68 %

Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) bahwa tipe curah hujan dan sifatnya

yaitu sebagai berikut :

Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Sifat A 0,0 ≤ Q ≤ 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q ≤ 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q ≤ 60,0 Agak Basah D 60,0 ≤ Q ≤ 100,0 Sedang E 100,0 ≤ Q ≤ 167,0 Agak Kering F 167,0 ≤ Q ≤ 300,0 Kering G 330,0 ≤ Q ≤ 700,0 Sangat Kering H 700 ≤ Q Ekstrim Kering

Sumber Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Hanafi (1998)

Berdasarkan perhitungan, maka tipe curah hujan di Kecamatan Cineam

Kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam tipe curah hujan C (Agak Basah) yakni

dengan nilai Q berada pada 33,3 ≤ Q ≤ 60,0.

Page 53: Jamur

53

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHATANI JAMUR TIRAM

(Pleurotus Ostreatus)

(Studi Kasus pada Kelompoktani Mekar IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya)

A. Identitas Responden

Nomor : .............

Nama Responden : ......................................................................

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*

Umur : ..............tahun

Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT*

Jumlah Tanggungan Keluarga : .............. orang

B. Faktor-faktor Produksi

1. Lahan - Luas lahan : ..........................................................Ha/Bata* - Status lahan : Milik Sendiri/Sewa* - Harga Sewa : Rp......................................../(tahun/produksi)*

2. Tenaga Kerja

- Pria : ........ orang, Rp ....................../hari - Wanita : ........ orang, Rp......................./hari - Anak-anak : ........ orang, Rp ....................../hari - Jumlah hari kerja a. Pria : ..................... hari/proses produksi b. Wanita : ..................... hari/ proses produksi c. Anak-anak : ..................... hari/ proses produksi

Page 54: Jamur

54

3. Benih /Bibit* - Jumlah benih per produksi : .................... (Log) Rp ......................../Log 4. Bahan Media Tanam

No Nama Bahan Satuan Harga

C. Produksi a. Jamur Tiram : ......................... Kg/Log c. Harga jual saat panen : Rp...................../Kg D. Ketersediaan Modal : Rp....................................................................

Sumber Modal : Sendiri/Pinjaman*

E. Lain-lain a. ..................................................................................................................... b. ..................................................................................................................... c. ..................................................................................................................... d. ..................................................................................................................... e. .....................................................................................................................

Tasikmalaya,............................................... 2009 Responden

(.........................................)

)* coret yang tidak perlu

Page 55: Jamur

55

Lampiran 4. Data Responden

Nama : Kelompoktani Jamur Tiram Mitra IV

Alamat : Desa Rajadatu Kecamatan Cinean Kabupaten Tasikmalaya

No Nama Usia Pendidikan Jabatan 1 Tatang 40 SLTA Ketua 2 Rohiman 32 SLTA Sekretaris 3 Unang 37 SLTA Bendahara 4 Usman 46 SLTA Anggota 5 Dede Yana 41 SD Anggota 6 Yayat 38 SD Anggota 7 Uci 35 SLTP Anggota 8 Engkus 47 SLTP Anggota 9 Hendri 25 SLTP Anggota 10 Aris 30 SLTA Anggota