BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai banyak kendala dan kekurangan- kekurangan yang menyebabkan sulit berkembangnya perindiustria. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta memperluas pasar. Usaha diversivikasi, intesifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan penyelenggaraan yang semakin terpadu. Sejalan dengan itu maka perlu ditingkatkan pula kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian terutama yang dikaitkan dengan usaha agroindustri dan agrobisnis untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi (BP-7 Pusat, 1993). Suragih (2000) menyatakan, bahwa tujuan pembangunan agribisnis adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan tingkat kemiskinan, dengan sasaran pembangunan agribisnis adalah kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong pembangunan agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya transportasi, telekomunikasi, penelitian dan sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu terdapat banyak kendala serta kekurangan-kekurangan yang menyebabkan pembangunan pertanian di Indoneisa sulit untuk diwujudkan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian mempunyai banyak kendala dan kekurangan-
kekurangan yang menyebabkan sulit berkembangnya perindiustria. Pembangunan
pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta
memperluas pasar. Usaha diversivikasi, intesifikasi dan ekstensifikasi perlu
dilanjutkan dan ditingkatkan dengan perencanaan dan penyelenggaraan yang semakin
terpadu. Sejalan dengan itu maka perlu ditingkatkan pula kemampuan dalam
pengelolaan usaha pertanian terutama yang dikaitkan dengan usaha agroindustri dan
agrobisnis untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai
tambah dan daya saing komoditi (BP-7 Pusat, 1993).
Suragih (2000) menyatakan, bahwa tujuan pembangunan agribisnis adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan tingkat kemiskinan, dengan
sasaran pembangunan agribisnis adalah kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa
yang semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong pembangunan
agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya transportasi,
telekomunikasi, penelitian dan sumber daya manusia yang mendukung. Selain itu
terdapat banyak kendala serta kekurangan-kekurangan yang menyebabkan
pembangunan pertanian di Indoneisa sulit untuk diwujudkan.
1
2
Adanya keterbatasan sector pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang
disebabkan oleh menurunnya luas lahan pertanian dan pertumbuhan penduduk yang
relatif masih tinggi menyebabkan banyak tenaga kerja di sektor pertanian yang
mencari alternatif lain di luar sektor pertanian. Alasan yang melatar belakangi
persoalan tersebut berkisar antara kesempatan kerja dan pendapatan. Menurut Sawit,
Saefudin dan Hartoyo (1984), beberapa hal yang melatar belakangi hal tersebut yaitu:
1. Tidak cukupnya pendapatan dari usahatani karena luas lahan usahatani yang
sempit sehingga diperlukan tambahan pendapatan.
2. Pekerjaan dan pendapatan usahatani umumnya musiman, sehingga diperlukan
waktu menunggu yang relatif lama sebelum hasil atau pendapatan bisa
dinikmati. Oleh karena itu peranan pekerjaan yang memberikan pendapatan di
luar sektor pertanian mempunyai peranan yang penting.
3. Usahatani banyak mengandung resiko dan ketidakpastian, yang misalnya
diakibatkan oleh kegagalan panen, produksi rendah, serangan hama penyakit,
kekeringan dan banjir. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan atau pendapatan
cadangan guna mengatasinya.
Salah satu usahatani yang sedang berkembang dan mempunyai prospek cukup
cerah adalah usahatani jamur. Hal ini diindikasikan dengan permintaan pasar yang
semakin meningkat. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan akan jamur hanya
mengandalkan pada ketersediaan jamur di alam bebas. Dengan cara tesebut jumlah
3
dan ketersedian jamur sangat terbatas dan tergantung pada musim. Maka timbulah
inisiatif para pelaku pasar untuk melakukan pembudidayaan jamur. Berkat
pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidup jamur, manusia berhasil
membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap
saat. Untuk lebih jelas mengenai proyeksi kebutuhan jamur dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Kebutuhan Jamur Tiram di Beberapa Kota
No Kota Kebutuhan (Kg/Hari)
1 Bekasi 3.000
2 Bogor 150
3 Semarang 350
4 Tangerang 3.000
5 Tasikmalaya 300
6 Yogyakarta 200
Sumber : Rusli, 2007
Sebagai bahan makanan, jamur memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan
bahan makanan lainnya. Kelebihan jamur terletak pada kandungan gizi yang tinggi
dan cita rasa yang lezat dan bahkan beberapa diantaranya memiliki khasiat obat.
Banyak jenis jamur yang diusahakan seperti, jamur merang, jamur kuping dan jamur
tiram.
4
Jamur tiram adalah jenis jamur yang rendah kolesterol sehingga dapat
mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi yang rentan terhadap
serangan jantung, serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Parjimo
dan Agus, 2007).
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang telah
membudidayakan jamur. Jenis jamur yang dibudidayakan kebanyaka adalah jenis
jamur tiram. Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat tiga kelompok usahatani jamur,
salah satunya berada di Kecamatan Cineam yang merupakan sentra usahatani jamur
tiram yang beralamat di Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk lebih jelasnya tentang kelompok usahatani jamur yang terdapat di Kabupaten
Tasikmalaya dapa dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2 Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Tasikmalaya
No Nama Kelompok Alamat Jumlah Produksi (kg/hari)
1 Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam
124
2 Pasir Panjang Pasirpanjang Manonjaya 112 3 Mitra II Warung Peuteuy Salawu 106
Jumlah 342 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya
Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa usahatani jamur tiram Mitra IV
merupakan kelompok dengan produksi paling tinggi yaitu 124 kg per hari diikuti olek
5
Kelompok Pasir Panjang dengan produksi 112 Kg per hari dan Kelompok Mitra II
dengan produksi sebesar 106 kg per hari.
Keunggulan usahatani jamur tiran pada kelompok Mitra IV Cineam adalah
ketersediaan bahan baku yang memadai, pesmasaran yang mudah dengan harga yang
relatif tinggi dan cara pembudidayaan yang tergolong sederhana.
Pada pelaksanaan kegiatan usahanya kelompok usahatani Mitra IV belum
melakukan analisis usaha secara terperinci, para pelaku usaha pada kelompok tersebut
masih mempergunakan cara sederhana untuk menganalisis usahataninya. Berdasarkan
pada hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai “
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHA
JAMUR TIRAM”, yang merupakan suatu studi kasus pada Kelompok Usahatani
Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas, maka masalah yang dapat didefinisikan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok
Tani Mitra IV dalam satu kali proses produksi?
2. Berapa besar R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam
satu kali proses produksi?
6
3. Berapa besar titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV
dalam satu kali proses produksi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Besarnya biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani
Mitra IV dalam satu kali proses produksi?
2. Besarnya R/C usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV dalam
satu kali proses produksi?
3. Besarnya titik impas usahatani jamur tiram pada Kelompok Tani Mitra IV
dalam satu kali proses produksi?
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini daiharapkan dapat berguna bagi :
1. Peneliti, sebagai sumber wawasan keilmuan khususnya pada usahatani jamur
tiram.
2. Petani jamur tiram, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan
usahataninya.
3. Pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pembentukan
kebijakan khusunya dalam masalah orientasi agroindustri.
7
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya seluruh kegiatan usaha berdasarkan pada hal yang paling
sederhana, yaitu hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal. Seperti yang
dikemukakan oleh Soekartawi (1993), profit maximization adalah mengalokasikan
input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimal. Sedangkan
petani kecil, seperti kebanyakan petani di Indonesia, berorientasi pada cost
minimalization, yaitu menekan biaya sekecil-kecilnya dengan tujuan memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983) yang dimaksud dengan biaya produksi
adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan pada proses
produksi yang bersangkutan. Sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian
antara jumlah produksi total dengan harga satuannya. Hubungan biaya produksi dan
penerimaan dimana semakin besar penerimaan maka akan semakin besar pendapatan,
karena pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Mosher (1977) menyatakan, bahwa peningkatan pendapatan bukan hanya
ditentukan oleh pengetahuan bercocok tanam saja tetapi ditentukan oleh pembiayaan,
pemasaran dan kepandaian petani menggunakan faktor-faktor produksi yang
jumlahnya terbatas. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), salah satu indikator untuk
menghitung besar kecilnya keuntungan usaha tani adalah dengan memperhatikan
8
besarnya perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
atau lebih dikenal dengan R/C, makin tinggi rasio ini maka usahatani tersebut
semakin menguntungkan atau layak diusahakan.
Dalam suatu kegiatan produksi, supaya tidak mengalami kerugian maka perlu
diketahui pada titik mana usaha tersebut mencapai titik batas usaha atau skala
minimum suatu usaha, sebab hal ini akan dapat menentukan posisi usaha yang sedang
dilakukan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai alat informasi tentang kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan. Untuk mengetahui skala minimum suatu usaha
dapat digunakan analisis titik impas (break even point).
Sigit (1990) mendefinisikan titik impas sebagai suatu cara atau teknik untuk
mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya
produksi, biaya variabel dan biaya tetap serta laba dan rugi. Sedangkan menurut
Riyanto (1995), analisis titik impas merupakan suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan.
Selanjutnya Riyanto (1995) menyatakan bahwa masalah break event point
(titik impas) akan terjadi apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya
variabel juga mempunyai biaya tetap. Oleh karena itu analisis titik impas sangat tepat
apabila digunakan untuk analisis jangka pendek, misalnya pada tanaman semusim
9
karena akan mudah dalam membedakan biaya variabel dan biaya tetap, maka dari itu
perlu diketahui apa yang dimaksud dengan biaya variabel dan biaya tetap tersebut.
Menurut Rangkuti (1998) biaya variabel merupakan semua biaya yang sifatnya
berubah-ubah tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan atau biaya yang habis
dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya benih, pupuk, tenaga kerja, dan lain-
lain. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relatif konstan dan sedikit sekali
dipengaruhi oleh banyaknya keluaran yang dihasilkan, atau bisa juga diartikan
sebagai biaya yang tidak habis dipergunakan dalam satu kali proses produksi,
misalnya biaya sewa, pajak, penyusutan alat, dan lain-lain.
Agar dapat menganalisis titik impas maka ada beberapa asumsi yang diperlukan
(Sigit, 1990), yaitu :
a. Biaya di dalam usaha yang bersangkutan dapat ditetapkan sebagai biaya tetap
dan biaya variabel.
b. Harga jual per unit akan tetap saja berapapun banyaknya unit yang dijual.
c. Barang yang diproduksikan habis terjual.
d. Perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis
barang.
Analisis titik impas pada suatu perusahaan dapat digunakan sebagai :
a. Dasar atau landasan untuk merencanakan kegiatan oprasional dalam usaha
mencapai laba tertentu.
10
b. Dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan oprasi yang sedang
berjalan, yaitu sebagai alat kontrol.
c. Bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d. Bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan produksi.
Menurut Sigit (1990) melalui grafik titik impas yang cukup sederhana
pengusaha dapat memperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan biaya,
garis penghasilan penjualan. Untuk lebih jelasnya grafik Break Even Point dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sigit, 1990)
Dalam gambar terlihat bahwa titik C adalah titik impas, sedangkan titik A
merupakan BEP nilai penjualan (Rp) dan titik B adalah BEP produk (kg). Daerah
11
diarsir di sebelah kiri titik C merupakan daerah rugi, sedangkan daerah diarsir sebelah
kanan titik C adalah darah laba atau untung.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Jamur
Banyak macam dan ragam usahatani yang dilakukan dewasa ini, baik itu
komoditas sayuran, tanaman tahunan ternak dan lain sebagainya. Beberapa waktu ke
belakang terjadi suatu trend pasar pertanian yang diakibatkan oleh permintaan pasar
yang meningkat, yaitu budidaya jamur. Budidaya jamur dilakukan pada beberapa
komoditas jamur, diantaranya yaitu jamur tiram. Secara botani jamur tiram
mempunyai kedudukan sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Class : Basidiomycetes
Sub-class : Homobasidomycetidae
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus Ostreatus
2.1.1 Morfologi Tanaman Jamur
Jamur merupakan tanaman yang tidak berklorofil sehingga untuk memenuhi
kebutuhan makanannya jamur mengmbil zat-zat yang sudah jadi yang dibuat dan
dihasilkan oleh organisme lain. Karena ketergantungannya terhadap organisme lain
12
13
tersebut maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotof (Alexopoulos dan Mims,
dalam Inngit dan Ucu.2002).
Menurut Moore dan Landecker dalam Inggit dan Ucu. 2002 secara umum
pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam
media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa
kompleks seperti ligin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Setelah bebrapa waktu miselium ini akan bertemu dan membentuk titik
simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya akan menjadi tubuh buah yang
selanjutnya disebut fase generatif.
2.1.2 Botani
Jamur tiram tumbuh secara berkelompok dan berjejal. Tubuh jamur tiram terdiri
dari tangkai (stipe) dan tudung (pileus). Ukuran tudungnya besar dengan diameter
sekitar 5 sampai dengan 12 cm. Saat masih muda bentuknya cembung, setelah tua
akan Mitra membentuk corong yang dangkal atau berbentuk seperti kulit kerang.
Oleh karena itu ia sereing pula disebut sebagai jamur kerang. Pada awal
pertumbuhannya tudung berwarna krem atau putih, semakin tua menjadi lebih kuning
dan akhirnya kuning kecoklatan. Bagian tepi tudung bergelombang. Batang berwarna
lebih muda dibandingkan tudungnya. Bilah (gills) berwarna putih dan tersusun rapat.
Daging buah lembut dan putih terutama pada waktu muda. Setelah tua daging
14
menjadi agak keras. Spora berwarna putih (Moon dan Lendcker dalam Inggit dan
Ucu, 2002).
Disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudung agak lonjong,
membulat dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini
tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke samping. Jamur tiram termasuk
golongan jamur kayu yang hidup sebagi saprofit dan tumbuh secara luas pada limbah
hasil hutan dan pertanian, hampir semua kayu keras, prosuk samping kayu (gergajian,
10 Rekreasi dan olahraga 0,99 0,12 Total 821,386 100,00
Sumber Monografi Desa Rajadatu 2009
Berdasarkan pada Tabel 3 di atas diketahui bahwa tataguna lahan terluas di
Desa Rajadatu adalah untuk perkebunan dengan luas 647,21 hektar atau 78,80 persen.
Selanjutnya sawah dengan luas 113,94 hektar atau 13,87 persen, pemukiman 35
hektar atu 4,26 persen dan sisanya sarana umum, perkantoran, ladang dan tegalan.
36
4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Rajadatu adalah 4.4462 jiwa dengan
perincian tingkat usia dan jenis kelamin seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Menurut Tingkat Usia dan Jenis
Kelamin Tahun 2009
Umur (tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (orang)
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan 0-14 15-64 64<
472 1.314
350
409 1.414
503
881 2.728
853
19,74 64,14 19,12
Jumlah 2.136 2.326 4.462 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009
Berdasarkan Tabel di atas maka terlihat komposisi penduduk Desa Raja datau
adalah, laki-laki sebanyak 2.136 orang dan perempuan adalah sebanyak 2.326 orang.
Sedangkan usia produktif yaitu sekitar umur 14-64 tahun menempati posisi paling
besar dengan angka 2.728 orang atau 64,14 persen dari keseluruhan jumlah
penduduk.
Struktur umur di Desa Rajadatu dapat diketahui dengan mempergunakan
rumus menurut Rusli (1984).
%74,91
100x4.462881
PendudukJumlahTahun140PendudukUsiaJumlah
40%Uji
=
=
−=
37
Menurut Rusli (1984), apabila jumlah penduduk usia 0 sampai 14 tahun
kurang dari 40 persen termasuk struktur usia kerja atau produktif dan apabila jumlah
panduduk usai 0 sampai 14 tahun lebih dari 40 persen maka termasuk struktur usia
muda. Diketahui dari perhitungan di atas bahwa jumlah penduduk Desa Rajadatu usia
0 sampai 14 tahun sebanyak 19,74 persen dari keseluruhan jumlah pendudukyang
berarti bahwa struktur umur di Desa Rajadatu merupakan struktur umur usia
produktif. Sedangkan dependency ratio dapat diketahui dengan rumus sebagai
berikut:
orang6456,36
x1002.728
853881
x1006415UmurPendudukJumlah
64UmurPendudukJumlah140UmurPendudukJumlahDR
≈=
+=
−>+−
=
Artinya dari setiap 100 orang penduduk yang produktif harus menanggung
beban 64 orang usia bukan produktif.
4.1.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu mata rantai dari cepatnya penyerapan
teknologi, dengan tingkat pendidikan yang mencukupi maka inovasi dan teknologi
dapat diadopsi dengan cepat. Struktur penduduk Desa Sukahurip berdasarkan tingkat
pendidikan tersaji dalam Tabel 5.
38
Tabel 5. Pendidikan Penduduk Desa Rajadatu Tahun 2009
No Keadaan Pendidikan Penduduk Jumlah Orang Persentase (%)
1 2 3 4
Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi
1.970 811 416 142
59,00 24,30 12,45 4,25
3.339 100 Sumber: Desa Rajadatu 2009
Tingkat pendidikan penduduk Desa Rajadatu paling tinggi didominasi oleh
pendidikan dasar dengan angka 59 persen sekitar 1.970 orang penduduk. Penduduk
yang menempuh pendidikan lanjutan pertama, lanjutan atas dan perguruan tinggi
masing-masing mencapai angka 24,30 persen atau sekitar 811 orang, 12,45 persen
atau sekitar 416 orang dan 4,25 persen atau sekitar 142 orang.
4.1.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Keadaan penduduk Desa Rajadatu berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut.
39
Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Rajadatu Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2009
No Mata Pencaharian Jumlah
(orang) Persentase
(%) 1 2 3 4 5 6 7
Sektor Pertanian dan Peternakan Sektor Jasa Sektor Perdagangan PNS/TNI/POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha Kecil dan Menengah Pegawai Swasta
3.760 160 66
107 4
82 48
88,95 3,75 1,56 2,53 0,09 1,93 1,13
Jumlah 4.227 100 Sumber : Desa Rajadatu 2009
Dari Tabel 6 di atas terlihat bahwa sektor pertanian dan peternakan merupakan
mata pencaharian mayoritas di Desa Rajadatu dengan jumlah 3.760 orang atau sekitar
88,95 persen. Selanjutnya sektor jasa sekitar 3,75 persen. Perdagangan 1,56 persen,
PNS/TNI/POLRI, 2,53 persen, Pensiunan 0,09 persen, pengusaha kecil dan
menengah 1,93 persen dan pegawai swasta 1,13 persen.
4.1.6 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Rajadatu sudah bisa dikategorikan
memadi, khususnya transportasi dan angkutan jalan. Hal tersebut penting terhadap
kelancaran pemasaran hasil usahatani. Sarana angkutan dan transportasi tersedia
setiap hari dengan kondisi jalan yang cukup baik.
40
4.2 Identitas Responden
Responden yang diambil sebagai sampel adalah suatu kelompok tani dengan
nama Kelompoktani Mitra IV yang beranggotakan 10 orang. Hal ini dikarenakan
usahatani yang dijalankan merupakan sebuah usahatani yang dikelola bersama secara
kolektif oleh anggota kelompok tersebut.
Komposisi umur responden anggota dari Kelompoktani Mitra IV merupakan
kelompok umur produktif, yang anggotanya rata-rata berusia antara 25 sampai
dengan 45 tahun. Sedangkan kondisi pendidikan anggota kelompok bervariasi, yaitu,
5 orang SLTA dan 3 Orang SLTP dan pendidikan dasar 2 orang. Untuk lebih Jelas
mengenai identitas responden dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.3 Keadaan Umum Usahatani Jamur Tiram di Kelompoktani Mitra IV
Dalam usahatani jamur yang dilakukan oleh Kelompoktani Mitra IV ada
beberapa langkah yang dilakukan untuk melaksanakan usahataninya tersebut. Yang
pertama adalah pembuatan baglog atau media tanam.
Dalam mempersiapkan media tanam prtama kali semua bahan media tanam di
timbang sesuai dengan kebutuhan. Serbuk gergaji di ayak untuk mendapatkan
keseragaman, selanjutnya bahan tambahan seperti dedak dan kapur dicampur dengan
bubuk gergaji tersebut. Pencampuran bahan tersebut dilakukan hingga merata.
41
Setelah pencampuran selsai bahan media tanam dimasukan dalam plastic
ukuran 2 kg, plastic diisi dengan bahan media tanam sebanyak ¾ bagiannya.
Pengisan bahan tersebut dilakukan hingga bahan yang diisikan padat. Tahap
selanjutnya adlah penst5erilisasian untuk menekan mikroba lain yang dapt
menghambat pertumbuhan jamur. Pensterilisasian dilakukan selama 12 jam sengan
suhu 80 sampai dengan 900 C. setelah baglog disterilisasikan dilakukan pendinginan
selama 8 jam, baru setelah suhu baglog mencapai 35 sampai dengan 10 0 C, baru
dilakukan inokulasi.
Inokulasi dilakukan dengan cara tusuk. Baglog ditusuk ¾ bagiannya,
kemuadian bibit dimasukan dan lubang ditutup dengan kapas. Setelah proses
inokulasi selesai dilanjutkan pada tahap inkubasi. Inkubasi tersebut dilakukan selama
40 sampai dengan suhu 22 sampai dengan280C.
Pada saat inkubasi selesai mulailah proses penumbuhan. Baglog yang telh
diinkubasi dipindahkan ke tempat penumbuhan. Tutup lubang pada plastik dibuka.
Suhu optimal untuk tanaman jamur disesuaikan dengan kebutuhan jamur yaitu sekitar
16 sampai dengan 220 dengan kelembaban sekitar 80 sampai dengan 90 persen.
tubuh buah tumbuh setelah 1 sampai dengan 2 minggu baglog dibuka dan dibiarkan
lagi selama 2 sampai dengan 3 hari untuk mencapai has il yang optimal.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian jamur dan hanya
dibersihkan bagian yang kotornya saja.
42
4.4 Analisis Usahatani
4.4.1 Biaya Tetap
Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi pajak bumi dan bangunan, penyusutan
alat dan bunga modal biaya tetap. Dalam biaya tetap penyusutan alat mempunyai
pengeluaran yang paling besar, hal ini dikarenakan oleh penyusutan alat dihitung
berdasarkan alat-alat yang digunakan, umur ekonomis, nilai beli alat, nilai sisa dan
jumlah alat yang digunakan. Adapun alat-alat yang digunakan petani jamur antara
lain, tungku penguapan, selang, sprayer, ember dan sekop.
Sedangkan untuk bunga modal, dihitung berdasarkan suku bunga kerdit yang
berlaku di daerah penelitian, dalam hal ini mengacu pada suku bunga BRI, yaitu
sekitar 24 persen per tahun. Untuk lebih terperinci mengenai biaya tetap dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Total Biaya Tetap Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani
Mekar IV
No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Lahan Rp 10.000,00 0,64 2 Penyusutan Alat Rp 1.378.750,00 88,64 3 Bunga Modal Rp 166.650,00 10,71 Total Rp 1.555.400,00 100
Pada Tabel..dapat terlihat bahwa biaya penyusutan alat mempunyai persentase
terbesar yaitu sekitar 88,64 persen dari keseluruhan biaya tetap, dengan nilai Rp.
43
1.378.750,00. Selanjutnya yaitu bunga modal dengan nilai Rp. 166.650,00 atau
sekitar 10,71 persen. Dan yang terkecil adalah pajak bumi dan bangunan yaitu senilai
Rp. 10.000,00 atau hanya 0,64 persen dari keseluruhan total biaya tetap.
4.4.2 Biaya Variabel
Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatanai jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 3.873.000,00. Biaya variabel ini meliputi, bahan
dasar media, bahan tambahan media dan tenaga kerja, selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Variabel Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani Mitra IV
No Komponen Unit Satuan Harga Satuan Total % 1 Bibit 200 log Rp 3.000,00 Rp 600.000,00 15,49 2 Serbuk Kayu 100 karung Rp 1.000,00 Rp 100.000,00 2,58 3 Dedak 800 kg Rp 100,00 Rp 80.000,00 2,07 4 Kapur 100 kg Rp 300,00 Rp 30.000,00 0,77 5 Alkohol 2 liter Rp 10.000,00 Rp 20.000,00 0,52 6 Plastik 2 kg 30 kg Rp 18.000,00 Rp 540.000,00 13,94 7 Koran 10 kg Rp 300,00 Rp 3.000,00 0,08 8 Kayu bakar 1 paket Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 12,91 9 Ring 5000 buah Rp 50,00 Rp 250.000,00 6,45
Tenaga Kerja
10 Pencampuran 10 HOK Rp 25.000,00 Rp 250.000,00 6,45 11 Inokulasi 20 HOK Rp 15.000,00 Rp 300.000,00 7,75 12 Pemeliharaan 120 HOK Rp 10.000,00 Rp 1.200.000,00 30,98
Total Rp 3.873.000,00 100
44
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa tenaga kerja mempunyai pos pengeluaran
yang paling besar yaitu sekitar Rp. 1.750.000,00 atau sekitar 45,18 persen dari
keseluruhan biaya variabel. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja luar
keluarga. Meski membutuhkan pengeluaran yang cukup besar namun penggunaan
tenaga kerja luar keluarga mempunyai dampak sosial yang baik yaitu menyediakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Upah tenaga kerja yang digunakan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan starata kesulitan atau ringan dan beratnya
kondisi pekerjaan, sebagaimana terlihat pada Tabel 8 terdapat tiga strata kegiatan
kerja yaitu pencampuran bahan media tanam dengan upah kerja Rp. 25.000,00 per
HOK, inokulasi Rp. 15.000,00 per HOK dan pemeliharaan Rp. 10.000,00 per HOK.
4.4.3 Total Biaya Produksi
Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tetap dan
total biaya variabel. Total biaya produksi usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV adalah sekitar Rp. 5.428.400,00 dimana total biaya tetap adalah Rp.
1.555.400,00 dan total biaya variabel Rp. 3.873.00,00. Lebih jelas mengenai total
biaya produksii dapat dilihat pada Lampiran…..
4.5 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan usahatani jamur adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dan
harga jual. Hasil produksi usahatani jamur tiram di Kelompoktani Mitra IV dalam
45
satu kali proses produksi adalah 2.500 kg dengan harga jual rata-rata Rp. 7.000,00 per
kg. Dengan demikian total penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV adalah Rp. 17.500.000,00 sedangkan besarnya pendapatan yang diperoleh
petani adalah Rp. 12.071.600,00. Untuk lebih jelas mengenai hasil produksi,
penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran……
4.6 Revenue per Cost
Dari apa yang telah dikemukakan terdahulu R/C merupakan rasio antara
pendapatan dan biaya. Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan maka
R/C dari usaha jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV didapat angka 3,2.
Berdasarkan pada asumsi R/C lebih dari 1 yang menyatakan bahwa usahatani tersebut
menguntungkan, maka usahatani jamur tiram bisa dinyatakan sebagi suatu usahatani
yang menguntungkan. Usahatani jamur tiram yang diteliti memiliki angka R/C pada
kisaran 3,2 yang menyatakan bahwa dari investasi 1 rupiah dapat menghasilkan
keuntungan sebesar 2,2 rupiah.
4.7 Analisis Titik Impas
46
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keadaan suatu usaha yang
dijalankan pada keadaan yang tidak untung dan tidak rugi. Kinerja usahatani jamur
tiram pada Kelompoktani Mitra IV dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Biaya dan Titik Impas Usahatani Jamur Tiram pada Kelompoktani
Mitra IV No Uraian Satuan Nilai
1 Biaya Tetap Rp Rp 1.555.400,00 2 Biaya Variabel Rp Rp 3.873.000,00 3 Total Biaya Rp Rp 5.428.400,00 4 Produksi kg 2.500 5 Harga Jual Rp Rp 7.000,00 6 Penerimaan Rp Rp 17.500.000,00 7 Pendapatan Rp Rp 12.071.600,00 8 Titik Impas 9 Nilai Produksi Rp Rp 1.555.399,78
10 Volume Produksi kg 222,20
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah Rp. 1.555.400,00. Sedangkan biaya variavel adalah
47
Rp. 3.873.000,00, maka total biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 5.428.400,00. Biaya
tersebut dikeluarkan dalam satu kali proses produksi.
Penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah
merupakan perkalian antara jumlah produksi dan harga jual. Hasil produksi jamur
tiram dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 2.500 kg, dengan demikian
penerimaan usahatani jamur tiram pada Kelompoktani Mitra IV adalah sebesar Rp.
17.500.000,00.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya total. Pendapatan
usahatani jamur tiram dalam satu kali proses produksi adalah Rp. 12.071.600,00.
Titik impas usahatani jamur diketahui melalui perhitungan yang telah ditentukan
dalam rancangan analisis data. Berdasarkan formulasi tersebut titik impas usahatani
jamur tiram dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penjualan (Rp) dan produksi (kg).
Titik impas penjualan usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan
untuk volume produksinya adalah 222,20 kg.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Nilai R/C yang diperoleh dalam penelitian terhadap usaha jamur tiram pada
Kelompoktani Mitra IV adalah 3,2 yang berarti bahwa usahatani tersebut
menguntungkan. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan investasi Rp. 1 maka
dapat menda tangkan keuntungan Rp. 2,2.
2. Dari hasil analisis titik impas diketahui bahwa nilai titik impas nilai penjualan
usahatani jamur tiram adalah Rp. 1.555.399,78 sedangkan titik impas volume
produksi adalah 222,20 kg.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian diketahi bahwa usahatani jamur tiram pada Kelompoktani
Mitra IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya telah
menguntungkan, maka disarankan untuk tetap mempertahankan hasil tersebut.
Selanjutnya untuk meningkatkan usahatani tersebut disarankan untuk mengadopsi
teknologi-teknologi baru dan memperluas jaringan pemasaran.
49
DAFTAR PUSTAKA
Danil. M. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Inggit, W dan Ucu, R. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan Bahan
Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih. Universitas Terbuka. Jakarta
Mosher, A. T. 1977. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta. Mubyarto, D. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Parjimo, H dan Agus, A. 2007. Budidaya Jamur. Agro Media. Jakarta. Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit
Gadjah Mada. Yogyakarta. Rusli. S. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta Saragih, B. 2001. Agribisnis:Paradigma Pembangunan Pertanian Berbasis
Pertanian. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor Sigit. 1995. Analisis Break Even Point. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Singarimbun, S dan Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Fakultas Pertanian IPB. Depertemen Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. --------------------. 1995. Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan.
Andi. Yogyakarta --------------------. 1996. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Garfindi. Jakarta.
50
Lampiran 1 Peta Desa Rajadatu
51
Lampiran 2. Data Curah Hujan Kecamatan Cineam Selama 10 Tahun Terakhir (1999-2009)
- Bulan kering yaitu bulan dengan curah hujan <60 milimiter.
- Bulan lembab yaitu bulann dengan curah hujan 60 sampai 100 milimiter.
- Bulan basah yaitu bulan dengan curah hujan >100 milimiter.
7,61076basahbulanrataRata
3,71037keringbulanrataRata
==−
==−
%100basahbulanrataRatakeringbulanrataRata
Q x−−
=
56
52
%1006,77,3 x=
= 46,68 %
Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) bahwa tipe curah hujan dan sifatnya
yaitu sebagai berikut :
Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Sifat A 0,0 ≤ Q ≤ 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q ≤ 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q ≤ 60,0 Agak Basah D 60,0 ≤ Q ≤ 100,0 Sedang E 100,0 ≤ Q ≤ 167,0 Agak Kering F 167,0 ≤ Q ≤ 300,0 Kering G 330,0 ≤ Q ≤ 700,0 Sangat Kering H 700 ≤ Q Ekstrim Kering
Sumber Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Hanafi (1998)
Berdasarkan perhitungan, maka tipe curah hujan di Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasikmalaya termasuk dalam tipe curah hujan C (Agak Basah) yakni
dengan nilai Q berada pada 33,3 ≤ Q ≤ 60,0.
53
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS PADA USAHATANI JAMUR TIRAM
(Pleurotus Ostreatus)
(Studi Kasus pada Kelompoktani Mekar IV Desa Rajadatu Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya)
A. Identitas Responden
Nomor : .............
Nama Responden : ......................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*
Umur : ..............tahun
Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT*
Jumlah Tanggungan Keluarga : .............. orang
B. Faktor-faktor Produksi
1. Lahan - Luas lahan : ..........................................................Ha/Bata* - Status lahan : Milik Sendiri/Sewa* - Harga Sewa : Rp......................................../(tahun/produksi)*
2. Tenaga Kerja
- Pria : ........ orang, Rp ....................../hari - Wanita : ........ orang, Rp......................./hari - Anak-anak : ........ orang, Rp ....................../hari - Jumlah hari kerja a. Pria : ..................... hari/proses produksi b. Wanita : ..................... hari/ proses produksi c. Anak-anak : ..................... hari/ proses produksi
54
3. Benih /Bibit* - Jumlah benih per produksi : .................... (Log) Rp ......................../Log 4. Bahan Media Tanam
No Nama Bahan Satuan Harga
C. Produksi a. Jamur Tiram : ......................... Kg/Log c. Harga jual saat panen : Rp...................../Kg D. Ketersediaan Modal : Rp....................................................................
Sumber Modal : Sendiri/Pinjaman*
E. Lain-lain a. ..................................................................................................................... b. ..................................................................................................................... c. ..................................................................................................................... d. ..................................................................................................................... e. .....................................................................................................................
Alamat : Desa Rajadatu Kecamatan Cinean Kabupaten Tasikmalaya
No Nama Usia Pendidikan Jabatan 1 Tatang 40 SLTA Ketua 2 Rohiman 32 SLTA Sekretaris 3 Unang 37 SLTA Bendahara 4 Usman 46 SLTA Anggota 5 Dede Yana 41 SD Anggota 6 Yayat 38 SD Anggota 7 Uci 35 SLTP Anggota 8 Engkus 47 SLTP Anggota 9 Hendri 25 SLTP Anggota 10 Aris 30 SLTA Anggota