STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia sp.) DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR) LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Disusun oleh : RUSTAM NIM : 2009330018 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun oleh :RUSTAM
NIM : 2009330018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG
2013
STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia Sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agroteknologi
Pada Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Disusun oleh :RUSTAM
NIM : 2009330018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG
2013
i
RINGKASAN
RUSTAM, 2009330018, Studi Tentang Budidaya Jamur Kuping (Auricularia sp.) diBPTP Karang Ploso Malang Jawa Timur. Dibawah bimbingan : Dra. Astutik, MP.
Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan tanaman saprofit yang saat inibanyak diminati masyarakat. Jamur banyak mengandung manfaat dan zat gizi.Manfaatatnya bisa menetralkan racun dalam tubuh, melancarkan sirkulasi darah,mencegah wasir, menyembuhkan anemia, menghentikan pendarahan, meningkatkanstamina tubuh serta mencegah radang usus dan radang tenggorokan. Sedangkankandungan gizinya meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, mineraldan vitamin.
Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di BPTP Karang Ploso, kabupatenMalang (Jawa Timur) dengan ketinggian tempat 500 meter diatas permukaan laut.Waktu pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Februari sampaiMaret 2012. Metode yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapang mulaidari pembuatan media, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.
Hasil PKL di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa teknik tentang budidayajamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan substrat tanam. Setelah itudilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan sterilisasi proses selanjutnyaadalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian dilakukan inkubasi 1-2 bulan.Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap selanjutnya yaitu masapenumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang penumbuhan ataukumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot 65 gram denganukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan. Adapun hasil panendari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau rata-rata perbaglogmenghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.
Kata Kunci : Jamur Kuping, Budidaya, dan Produksi
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan Kehadirat Allah SWT karena atas bimbinganserta tuntunanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek KerjaLapangan (PKL) dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berhasildisusun karena bantuan serta dukungan dari semua pihak, untuk itu sepantasnyapenulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Widowati, MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian UniversitasTribhuwana Tunggadewi Malang
2. Ibu Ricky Indri Hapsari, SP. MP. Selaku Ketua Program Studi AgroteknologiUniversitas Tribhuwana Tunggadewi malang
3. Ibu Dra. Astutik, MP. Selaku pembimbing PKL yang telah banyakmemberikan arahan dan bimbingan
4. Mbak Lia Mei Narti, SP. Selaku pembimbing lapangan di BPTP KarangPloso.
5. Semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidaklangsung sehingga penulis dapat menyusun laporan PKL ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa tulisan laporan PKL ini masih jauh darikesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran darisemua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL).
Malang, 16 September 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN .............................................................................................. iKATA PENGANTAR ................................................................................. iiDAFTAR ISI ............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... ivDAFTAR TABEL ....................................................................................... vI PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................... 31.3. Manfaat ......................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Jamur Kuping ................................................................................ 4
2.2. Siklus Hidup Jamur Kuping ........................................................ 92.3. Syarat Tumbuh Jamur Kuping ...................................................... 102.4. Budidaya Jamur Kuping ............................................................... 11
2.4.1. Benih ........................................................................................... 122.4.2. Media Tanam Jamur Kuping ...................................................... 122.4.3. Inokulum ..................................................................................... 132.4.4. Pemeliharaan Jamur Kuping ....................................................... 132.4.5. Penanggulangan Hama dan Penyakit .......................................... 16
III METODE3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 183.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 183.3. Metode .......................................................................................... 18
IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Profil BPTP Karang Ploso ............................................................ 194.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso .......................... 21
V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ................................................................................... 295.2. Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
1. Perbandingan Kadar Protein, Karbohidrat dan Lemak Jamur ........... 7
2. Perbandingan Lemak dan Asam Lemak Jamur .................................. 7
3. Kandungan Jumlah Mineral Jamur Kuping ....................................... 8
(steam), kumbung jamur, sendok bibit, buson, dan alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah bibit jamur kuping, serbuk gergaji, bekatul/dedak dan kapur
pertanian.
3.3 Metode
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan cara terjun
langsung ke lapang dengan melakukan kegiatan mulai dari pembuatan media,
inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil BPTP Karang Ploso, Kabupaten Malang (Jawa Timur)
Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ialah unit
pelaksanaan teknis (UPT), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Badan Litbang Pertanian) didaerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Mentri Pertanian (SK Mentan) nomor 798/Kpts/OT.210/12/94 Tanggal 19
Desember 1994. BPTP ialah fungsi unit Eselon IIIA yang secara struktural adalah
unit kerja dilingkupi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian (BBP2TP). Dalam pelaksanaan kegiatan, secara struktural Kepala Balai
dibantu oleh pejabat Eselon IV.
Gambar 1. Kantor BPTP Karang Ploso
BPTP Karang Ploso, Malang, Jawa Timur terletak di Jalan Raya Karang
Ploso km 4 dengan ketinggian tempat 500 m dpl. BPTP Karang Ploso ialah balai
pengkajian teknologi pertanian yang akan diterapkan kepada petani. Balai
tersebut memiliki mitra kerja yaitu dikawasan sayuran prima-3 Desa Tawang
Agro, Malang, Jawa Timur. Komoditas pertanian yang ada di BPTP Karang
Ploso beragam, yaitu bawang merah, padi, jagung, tomat, cabai merah besar, cabai
20
kecil, sedap malam, krisan, kangkung, dan komoditas hortikultura lain. BPTP
Karang Ploso telah menghasilkan varietas unggul bawang merah yaitu batu ijo,
bauji, dan super philip.
Sejarah pada awal pembentukannya, BPTP Jawa Timur merupakan
gabungan (merger) dari berbagai unit kerja dijajaran badan litbang pertanian yang
ada dijawa timur (16 unit kerja), yaitu eks sub Balithorti Malang, sub Balithorti
Tlekung, sub Balitan Mojosari, sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang
berada dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, surabaya, yang
dibentuk berdasarkan SK mentan No 798/Kpts/OT.210/12/1994, desember 1994,
dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karang Ploso.
Dalam perjalanannya, BPTP Karang Ploso mengalami reorganisasi lagi dengan
keluarnya SK mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 juni 2001,
menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang bergabung
didalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan Kebun Percobaan
Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi terhadap enyempurnaan tugas dan
fungsi Balai secara keseluruhan.
BPTP Karang Ploso ialah Balai Pengkajian. Pengkajian ialah pengujian
kesesuaian beberapa teknologi yang dihasilkan balai penelitian komoditas
nasional dalam berbagai aspeknya. Kegiatan pengkajian dan diseminasi yang saat
ini dilakukan oleh BPTP Jatim adalah : Primatani (di 19 kabupaten), PUAP (31
Kabupaten), dan kerja sama dengan Diknas (SINTAN). Pada tahap berikutnya,
kegiatan pengkajian diikuti dengan diseminasi ( penyebarluasan) hasil-hasil kajian
agar dapat dikenal, diketahui, dipahami, dan pada gilirannnya diadopsi dan
21
diterapkan oleh petani secara lebih luas. Pada dasarnya seluruh lapisan
masyarakat dapat memperolehnya melalui berbagai layanan yang disediakan
BPTP Jatim.
BPTP Karang Ploso, Jawa Timur menyediakan fasilitas yang dapat
dimanfaatkan secara umum, yaitu :
1) Laboratorium Tanah, untuk analisis hara tanah dan pupuk
2) Laboratorium Kultur jaringan, untuk memproduksi benih
3) Laboratorium Hama dan Penyakit, untuk identifikasi OPT
4) Laboratorium Pasca Panen, untuk aplikasi teknologi pasca panen
5) Laboratorium Perbenihan, untuk produksi benih
6) Kebun percobaan, untuk studi dan agrowisata
7) Perpustakaan, jasapenelusuran, dan tempat Fotocopy.
4.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso
4.2.1. Pembuatan Substrat Tanam (bag log)
Gambar 2. Pencampuran media tanam (serbuk gergaji,bekatul,kapur,air)
22
Pembuatan substrat tanam terdiri dari setengah paket dan satu paket.
Setengah paket berbahan Serbuk gergaji 50 kg, 350 gr kapur, 5 kg bekatul, dan air
secukupnya. Satu paket berbahan 100 kg, 700 gr kapur, 10 kg bekatul, dan air
secukupnya. Semua bahan dicampur menjadi satu, kecuali air. Pencampuran
dilakukan sebaik mungkin, hingga semua bahan benar-benar tercampur merarata.
Pencampuran yang tidak merata menyebabkan pertumbuhan miselium jamur juga
tidak merata. Air ditambahkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air pada
semua bahan mencapai 60%. Substrat yang dibasahi harus segera dikemas,
jangan sampai ditunda. Penundaan waktu pengemasan menyebabkan substrat
tanam menjadi busuk dan berbau.
4.2.2. Pengemasan Substrat Tanam
Gambar 3. Pengemasan substrat tanam yang telah tercampur
Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam kantong plastik putih bening
dengan kapasitas 2 kg. Pengisian substrat tanam harus dibuat padat dengan cara
dipukul pelan-pelan menggunakan cedokan yang dibuat dari bambu dan di
usahakan seragam berat tiap baglog. Baglog yang optimal berkisar 800-1200 gr.
Bagian ujung di pasang cincin (ring kepala) yang sudah tersedia, atau bisa juga
23
digunakan dari paralon kecil yang dipotong-potong hingga keadaan baglog
kencang. Baglog ditutup dengan menggunakan tutup yang telah tersedia atau bisa
juga menggunakan plastik, jika menggunakan plastik ikat menggunakan karet
gelang dan usahakan benar-benar kuat setelah selesai baglog tersebut siap untuk
di sterilkan.
4.2.3. Sterilisasi Media Tanam
Gambar 4. Proses sterilisasi
Tahap sterilisasi merupakan tahap yang sangat penting karena tahap ini
sangat menentukan keberhasilan bibit jamur untuk tumbuh dan menghasilkan
badan buah. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh jasad renik atau
mikroorganisme yang terdapat pada bahan tanam atau tercampur dalam substrat.
Pada tahap ini pertama-tama kita susun baglog yang telah diisi media tadi serapi
mungkin, agar drum yang digunakan untuk sterilisasi tadi mampu menampung
sebanyak mungkin media yang telah dibuat. Setelah itu tutup atas drum
menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet dari ban dalam sepeda motor,
jika tidak ada penutup khusus. Setelah itu baru nyalakan kompor gas untuk
melakukan sterilisasi. Sterilisasi untuk jamur kuping ini dilakukan selama 6 jam.
24
4.2.4. Pendinginan Medium
Gambar 5. Proses Pendinginan Medium
Setelah selesai disterilisasi, medium didinginkan selama 24 jam. Medium
dibiarkan dalam drum sebelum dilakukan proses inokulasi bibit jamur kuping.
4.2.5. Inokulasi
Gambar 6. Proses Inokulasi
Pemindahan bibit jamur dari botol ke dalam substrat tanam (baglog)
dinamakan dengan inokulasi. Inokulasi dilakukan pada ruang khusus atau benar-
benar steril untuk mencegah terjadi kontaminasi saat inokulasi. Proses inokulasi
pertama-tama tangan disemprot menggunakan alkohol, kemudian nyalakan buson
dengan korek api, setelah itu sendok bibit dan bibit jamur juga disemprotkan
25
dengan alkohol lalu disteril diatas buson. Ambil sendok bibit, kemudian gunakan
untuk mengkorek-korek bibit yang ada dalam botol. Bagian bibit paling atas
dibuang dan bagian berikutnya dimasukkan kedalam baglog melalui lubang cincin
kepala secukupnya. Baglog yang telah dimasukkan bibit kemudian digoyang-
goyang agar bibit merata di seluruh baglog. Satu botol bibit dapat digunakan
untuk 20-25 baglog. Baglog yang sudah diinokulasi ditutup kembali
menggunakan kertas dan karet gelang dan siap untuk di inkubasi.
4.2.6. Inkubasi
Gambar 7. Proses Inkubasi
Tahap setelah proses inokulasi selesai adalah proses penumbuhan
miselium jamur yang disebut inkubasi. Penataan baglog diatur tegak sehingga
pertumbuhan miselium dapat merata kearah bawah, saat inkubasi berlangsung
tidak boleh membuka tutup baglog karena dapat menyebabkan proses oksidasi
yang mengganggu proses pemecahan serat sel jamur akibatnya bibit tidak mampu
tumbuh dan mengalami kekeringan. Masa inkubasi berkisar 1-2 bulan. Ciri-ciri
inkubasi berhasil miselium tumbuh merata dan tidak spot atau tebal tipis,
miselium berwarna putih bersih dan tebal, bila baglog berwarna hijau, kuning atau
26
berlendir keputihan tandanya baglog tersebut terjadi kontaminasi dan harus segera
dibuang jauh dari tempat inkubasi bahkan kumbung jamur, karena baglog yang
terkontaminasi bisa menyebabkan baglog yang lain terkontaminasi juga. Jenis
jamur yang sering terkontaminasi media belum teridentifikasi karena keterbatasan
sarana dan prasarana. Beberapa jenis jamur yang sering mengkontaminasi media
beserta tandanya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis-jenis Jamur Kontaminan dan Tanda Serangan
Jenis Cendawan Tanda SeranganNeurospora Spp Tepung berwarna orange pada kapas penyumbatMucor Spp Noda berwarna hitam pada substrat (media tumbuh)Penicillium Spp Adanya miselium berwarna coklat pada substratTrichoderma Spp Bintik hijau pada substrat
4.2.7. Pertumbuhan Jamur Kuping
Gambar 8. Morfologi Jamur Kuping
Hasil proses inkubasi yang ditandai baglog telah berwarna putih maka
langkah berikutnya adalah pemindahan baglog tersebut ke ruang penumbuhan.
Syarat baglog yang sudah dapat dipindahkan ke ruang penumbuhan, miselium
yang tumbuh minimal telah mencapai separuh baglog. Penataan baglog dibuat
sedemikian rupa sehingga dalam satu rak dapat digunakan meletakkan baglog
27
dalam jumlah banyak dan juga bila baglog yang tersusun rapi didalam kumbung
juga memudahkan dalam proses pemeliharaan dan pemanena. Cara peletakkan
yang efektif dan efisien adalah dengan meletakkan dalam posisi tidur. Tutup ring
kepala dari kertas dibuka, agar oksigen dapat diserap oleh miselium jamur untuk
proses pembentukan atau pertumbuhan pin head. Penyiraman ruangan harus
dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan karena air yang berlebihan akan
menyebabkan jamur menjadi busuk.
4.2.8. Panen
Gambar 9. Proses Panen
Panen dilakukan setelah jamur mencapai bobot 65 gr dengan ukuran lebar
tubuh buah 10-25 cm. Cara pemanenan menggunakan cutter, potong kira-kira 5
cm dari permukaan polibag atau baglog. Biarkan bekas potongan tersebut.
Selanjutnya polibag harus tetap terawat dengan baik. Polibag perlu disiram,
dijaga kelembaban dan suhunya sehingga dapat tumbuh jamur kembali untuk
panen berikutnya. Panen kedua dan seterusnya dapat dilakukan setiap 2-3 minggu
berikutnya. Setelah enam bulan, polibag-polibag tersebut harus diganti dengan
bibit yang baru. Sehingga, satu kali menanam bibit dapat dipanen enam kali.
28
Hasil panen dari 150 baglog di tempat PKL menghasilkan jamur kuping
seberat 6 kg atau rata-rata perbaglog menghasilkan jamur seberat 40 gram.
Rendahnya hasil panen karena kualitas nutrisi pada media (bekatul, kapur, dan
air), serta pengaruh lingkungan dan perawatan berupa kondisi suhu dan
kelembaban pada mushroom house (kumbung) yang kurang diperhatikan (Utoyo,
N ; 2010).
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapang di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa
teknik tentang budidaya jamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan
substrat tanam. Setelah itu dilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan
sterilisasi proses selanjutnya adalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian
dilakukan inkubasi1-2 bulan. Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap
selanjutnya yaitu masa penumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang
penumbuhan atau kumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot
65 gram dengan ukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan.
Adapun hasil panen dari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau
rata-rata perbaglog menghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.
5.2.Saran
Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada studi budidaya tentang jamur kuping
di BPTP karang ploso masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Kendala
tersebut berupa kebersihan tempat penyimpanan atau kumbung, tempat inokulasi
dan inkubasi yang kurang memadai dan kurang bersih sehingga terjadinya
kontaminasi yang cukup besar dan hasil panen yang tidak maksimal. Untuk itu
perlu dilakukan peninjauan kembali agar hasil panen lebih maksimal baik secara
kualitas maupun kuantitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Mudah Dengan Media Murah.http//www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Diakses Senin, 7 Juli2008.
Cahyana dan Muchroji. 2008. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta : PenebarSwadaya.
Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap PertumbuhanJamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Serbuk Kayu.Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Jurnal. http://www.google.com/pdf. Diakses 23 Januari2010
Gunawan, Agustim W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebarswadaya.
Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta : LilyPublisher.
Ismailiyati. 2006. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Blotong Kering PG TasikmaduKaranganyar Sebagai Media Pertumbuhan Jamur Merang. SkripsiUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Martina, Lola. 2004. Blotong Menambah Isi Kantong. Jakarta : Intisari.
Maryati, S. 2009. Budidaya Jamur Kuping. Laporan Magang Universitas SebelasMaret Surakarta.
Parjimo dan Andoko, A. 2007. Budidaya Jamur. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Sinaga, Meity Suradji. 2005. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta : PenebarSwadaya.
Soenanto, H. 2000. Jamur Kuping. Semarang : Aneka Ilmu