Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah merupakan salah satu jenis kue klasik asli Indonesia. Kuping gajah umumnya memiliki bentuk yang unik serta rasa yang cukup manis, enak dan renyah ketika dimakan. Bentuknya unik, tipis dan bermotif, sesuai dengan namanya, seperti menyerupai kuping gajah. Selain bentuknya yang istimewa, kuping gajah memiliki beberapa aneka rasa mulai dari rasa coklat, vanila hingga rasa mocca (Juangga, 2011). Kriteria kuping gajah dalam aspek warna dan rasa tidak menutup kemungkinan tergantung bahan-bahan yang digunakan yaitu tepung terigu, coklat bubuk, gula, garam, margarin, vanili dan minyak goreng. Kriteria kuping gajah yang baik juga dapat dinilai dari hasil analisa kimia dan mikrobiologi. Hasil analisa tersebut harus memenuhi atau mendekati syarat Standar Nasional Indonesia (SNI), namun SNI dari kuping gajah belum ada sehingga syarat mutu kuping gajah ini mengacu pada SNI kue kering 01-2973- 1992, karena kuping gajah termasuk dalam jenis kue kering. Syarat mutu kue kering menurut SNI 01-2973-1992 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Syarat Mutu Kue Kering (SNI 01-2973-1992) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan : 1.1 Bau - Normal 1.2 Rasa - Normal 1.3 Warna - Normal 1.4 Tekstur - Normal 2 Air, %, b/b - Maks. 5 3 Protein, %, b/b - Min. 6 4 Abu, %, b/b - Maks. 2 5 Lemak, %, b/b - Min. 9,5 6 Karbohidrat, % - Min. 70 7 Bahan tambahan makanan 7.1 Pemanis - Tidak boleh ada 8 Cemaran logam : 8.1 Tembaga (cu) mg/kg Maks. 10,0 8.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1, 0 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
28

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

Mar 05, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kuping Gajah

Kuping gajah merupakan salah satu jenis kue klasik asli Indonesia.

Kuping gajah umumnya memiliki bentuk yang unik serta rasa yang cukup

manis, enak dan renyah ketika dimakan. Bentuknya unik, tipis dan bermotif,

sesuai dengan namanya, seperti menyerupai kuping gajah. Selain bentuknya

yang istimewa, kuping gajah memiliki beberapa aneka rasa mulai dari rasa

coklat, vanila hingga rasa mocca (Juangga, 2011).

Kriteria kuping gajah dalam aspek warna dan rasa tidak menutup

kemungkinan tergantung bahan-bahan yang digunakan yaitu tepung terigu,

coklat bubuk, gula, garam, margarin, vanili dan minyak goreng. Kriteria

kuping gajah yang baik juga dapat dinilai dari hasil analisa kimia dan

mikrobiologi. Hasil analisa tersebut harus memenuhi atau mendekati syarat

Standar Nasional Indonesia (SNI), namun SNI dari kuping gajah belum ada

sehingga syarat mutu kuping gajah ini mengacu pada SNI kue kering 01-2973-

1992, karena kuping gajah termasuk dalam jenis kue kering. Syarat mutu kue

kering menurut SNI 01-2973-1992 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Syarat Mutu Kue Kering (SNI 01-2973-1992)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan :

1.1 Bau - Normal 1.2 Rasa - Normal 1.3 Warna - Normal

1.4 Tekstur - Normal

2 Air, %, b/b - Maks. 5

3 Protein, %, b/b - Min. 6

4 Abu, %, b/b - Maks. 2

5 Lemak, %, b/b - Min. 9,5

6 Karbohidrat, % - Min. 70

7 Bahan tambahan makanan

7.1 Pemanis - Tidak boleh ada

8 Cemaran logam :

8.1 Tembaga (cu) mg/kg Maks. 10,0

8.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1, 0

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

6

8.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0

8.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05

9 Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5

10 Cemaran mikroba :

10.1 Angka lempeng total koloni/g Maks. 1,0×106

10.2 Coliform APM/g Maks. 20

10.3 E. coli APM/g < 3

10.4 Kapang koloni/g Maks. 1,0×102

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992)

B. Bahan Baku Pembuatan Kuping Gajah

1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan

gandum (T. sativum) yang terdiri 67-70 % karbohidrat, 10-14 % protein,

dan 1-3 % lemak (Fitasari, 2009). Tepung terigu untuk pembuatan cookies

digunakan jenis soft wheat yaitu tepung terigu dengan kandungan protein 8-

9 % atau menggunakan tepung yang tidak mengandung protein karena tidak

memerlukan pengembang (Anova dkk., 2014).

Tepung terigu pada pembuatan kue memiliki fungsi sebagai jaringan

dan kerangka sebagai akibat dari proses pembentukan gluten karena protein

pada tepung terigu yang tidak larut dalam air akan menyerap air dan

membentuk gluten (Chendawati, 2014). Kandungan gluten merupakan

keunikan tepung terigu yang berperan dalam menentukan kualitas roti.

Gluten merupakan penyusun utama protein terigu (80-90 %), semakin tinggi

kadar protein, semakin tinggi kadar gluten dan semakin baik kualitas roti

yang dihasilkan (Ginting dan Suprapto, 2004). Syarat mutu tepung terigu

menurut SNI 01-3751-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan (SNI 01-

3751-2006)

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan :

1.1 Bentuk - Serbuk

1.2 Bau - Normal (bebas

dari bau asing)

1.3 Warna - putih, khas terigu

2 Benda asing - Tidak ada

3 Serangga dalam semua bentuk

stadia dan potongan-- Tidak ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

7

potongannya yang tampak

4 Kehalusan, lolos ayakan 212

𝜇m No. 70 (b/b) % Min. 95

5 Kadar air (b/b) % Maks. 14,5

6 Kadar abu (b/b) % Maks. 0,6

7 Kadar protein (b/b) % Min. 7,0

8 Keasaman mg

KOH/100g Maks. 50

9 Falling number (atas dasar

kadar air 14%) detik Min. 300

10 Besi (Fe) mg/kg Min. 50

11 Seng (Zn) mg/kg Min. 30

12 Vitamin B1 (thiamin) mg/kg Min. 2,5

13 Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Min. 4

14 Asam folat mg/kg Min. 2

15 Cemaran logam : mg/kg

15.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,00

15.2 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05

15.3 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10

16 Cemaran Arsen mg/kg Maks. 0,50

17 Cemaran mikroba

17.1 Angka lempeng total koloni/g Maks. 106

17.2 E.coli APM/g Maks. 10

17.3 Kapang koloni/g Maks. 104

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2006)

2. Coklat Bubuk

Coklat bubuk atau cocoa powder terbuat dari bungkil/ ampas biji

coklat yang telah dipisahkan lemak coklatnya. Bungkil dikeringkan dan

digiling sampai halus sehingga terbentuk tepung coklat. Coklat bubuk yang

sering dijual jenis natural cocoa powder. Coklat bubuk natural dibuat dari

bahan baku bubuk coklat atau balok coklat pahit, dengan cara

menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga hanya tertinggal 18-23%.

Komponen senyawa bioaktif dalam bubuk kakao adalah senyawa polifenol

yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. (Hadi dan Nadia, 2016). Coklat

bubuk berfungsi untuk sebagai pengisian coklat dalam roti dan menentukan

kualitas warna yang dihasilkan serta citarasa pada produk (Rahmawati,

2016). Syarat mutu kakao bubuk menurut SNI 3747-2009 dapat dilihat pada

Tabel 2.3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

8

Tabel 2.3 Syarat Mutu Kakao Bubuk (SNI 3747-2009)

Parameter Uji Satuan Syarat mutu

Keadaan :

a. Bau - Khas kakao, bebas dari

bau asing

b. Rasa - Khas kakao, bebas dari

bau asing

c. Warna - Cokelat atau warna lain

akibat alkalisasi

Kehalusan (lolos ayakan mesh

200) (b/b) % Min. 99,5

Kulit (shell) dihitung dari

alkali free nib (b/b) % Maks. 1,75

Kadar air (b/b) % Maks. 5,0

Kadar lemak (b/b) % Min. 10,0

Cemaran logam :

a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0

b. Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 1,0

c. Timbal (Sn) mg/kg Maks. 40

Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0

Cemaran mikroba :

a. Angka Lempeng Total koloni/g Maks. 5×103

b. Bakteri bentuk coli APM/g < 3

c. Escherichia coli per g Negatif

d. Salmonella per 25 g Negatif

e. Kapang koloni/g Maks. 50

f. Khamir koloni/g Maks. 50

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)

3. Gula Pasir

Gula adalah suatu karbohidrat yang sederhana menjadi sumber

energi. Gula mengubah rasa menjadi manis dalam keadaan makanan atau

minuman (Santoso, 1993). Keberadaan pemanis buatan dan pemanis lainnya

sampai saat ini belum sepenuhnya dapat menggantikan keberadaan gula

pasir dikarenakan semakin penting peranan gula pasir pada kebutuhan

pangan masyarakat (Wiranata, 2013). Fungsi gula untuk pembuatan cake

adalah menghaluskan crumb, memberikan rasa manis, membantu aerasi,

menjaga kelembaban, memberi warna pada kulit dan memperpanjang umur

simpan (Ningrum, 2012). Syarat mutu gula pasir menurut SNI 3140.3-2010

dapat dilihat pada Tabel 2.4.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

9

Tabel 2.4 Syarat Mutu Gula Pasir (SNI 3140.3-2010)

No Parameter uji Satuan Persyaratan

GKP 1 GKP 2

1 Warna

1.1 Warna kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0

1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300

2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2

3 Susut pengeringan (b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1

4 Polarisasi (0 Z, 20 0C) “Z” Maks. 99,6 Maks.

99,5

5 Abu konduktivitas (b/b)

% Maks. 0,10 Maks.

0,15

6 Bahan tambahan pangan

6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks. 30 Maks. 30

7 Cemaran logam

7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Maks. 2

7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Maks. 2

7.3 Arsen (As) mg/kg Maks. 1 Maks. 1

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2010)

4. Garam

Garam merupakan salah satu bahan kimia yang sering dimanfaatkan

oleh manusia khususnya dalam bidang konsumsi. Penyusun terbesar garam

yaitu senyawa Natrium Klorida. Selain penyusun Natrium Klorida (NaCl)

terdapat pula bahan pengotor pada garam antara lain CaSO4, MgSO4, MgCl2

dan lain-lain (Maulana dkk., 2017). Garam di samping sebagai produk

sebuah industri, juga digunakan sebagai bahan bantu di berbagai industri.

Penggunaan garam selama ini terkonsentrasi pada tiga bidang, yaitu bahan

pangan, industri (sebagai bahan baku maupun bahan bantu) dan bahan

pengawet (Assadad dan Bagus, 2000).

Garam mempunyai fungsi lebih penting daripada hanya sekedar

memperbaiki rasa. Garam membantu aktifitas amilase dan menghambat

aktifitas protease pada tepung. Adonan tanpa penambahan garam akan

menjadi lengket (agak basah) dan sukar untuk dipegang. Fungsi garam

memberikan rasa gurih pada produk yang dihasilkan, mengontrol waktu saat

fermentasi dan menambah keliatan pada gluten (Koswara, 2009). Syarat

mutu garam konsumsi beriodium menurut SNI 3556-2016 dapat dilihat pada

Tabel 2.5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

10

Tabel 2.5 Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium (SNI 3556-2016)

No Parameter Uji Satuan Persyaratan

1 Kadar air fraksi massa, % Maks. 7

2 Kadar natrium klorida (NaCl),

adbk fraksi massa, % Min. 94

3 Bagian yang tidak larut dalam air fraksi massa, % Maks. 0,5

4 Kadar iodium sebagai KlO3 mg/kg Min. 30

5 Cemaran logam

5.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,5

5.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10,0

5.3 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,1

5.4 Arsen (As) mg/kg Maks. 0,1

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2016)

5. Margarin

Margarin adalah produk makanan berbentuk plastis yang merupakan

emulsi air dalam lemak. Margarin dimanfaatkan dalam pembuatan produk

bakery, serta sebagai media penggorengan pada produk makanan. Margarin

campuran antara 80% lemak dan 15-16% air, serta bahan tambahan garam,

flavor, pengemulsi, pewarna, dan vitamin (Hasibuan dan Aga, 2015). Fungsi

margarin untuk melembutkan atau memberi efek empuk (tenderizer) dalam

produk dan berfungsi memperbaiki rasa. Margarin juga berfungsi mencegah

jaringan gluten dalam adonan (Sari, 2016).

Margarin dibuat dari bahan baku lemak nabati seperti minyak kelapa,

minyak kelapa sawit atau minyak kedelai. Pembuatan margarin dengan cara

membuat emulsi antara fase minyak dengan fase air. Tipe emulsi dari

margarin adalah tipe W/O (emulsi air dalam minyak) (Lestari, 2010). Syarat

mutu margarin menurut SNI 01-3541-2002 dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Syarat Mutu Margarin (SNI 01-3541-2002)

No Kriteria Uji Satuan

Persyaratan

Margarin

siap makan

Margarin

industri

Margarin

krim atau

spread

1 Keadaan

1.1 Bau Dapat diterma

1.2 Warna Dapat diterma 1.3 Rasa Dapat diterma 2 Air % b/b Maks. 18 Maks. 18 -

3 Lemak % b/b Min. 80 Min. 80 62-78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

11

4 Vitamin A IU/100 g 2500-3500 -

5 Vitamin D IU/100 g 250-350 - -

6 Asam butirat* % b/b Maks. 0,2* Maks. 0,2* Maks. 0,2*

7 Bilangan asam mg

KOH/g Maks. 4 Maks. 4 Maks. 4

8 Bahan

tambahan

pangan

Sesuai peraturan yang berlaku

9 Cemaran

logam

9.1 Timbal (Pb) mg/g 0,1 0,1 0,1

9.2 Timah (Sn) mg/g Maks.

40,0/250**

Maks.

40,0/250**

Maks.

40,0/250**

9.3 Raksa (Hg) mg/g Maks. 0,03 Maks.

0,03

Maks.

0,03

10 Cemaran arsen

Arsen (As) mg/g 0,1 0,1 0,1

11 Cemaran

mikroba

11.1 Angka

Lempeng Total Koloni/g Maks. 105 Maks. 105 Maks. 105

11.2 Bakteri bentuk

Coli APM/g Maks. 10 Maks. 10 Maks. 10

11.3 E. coli APM/g < 3 < 3 < 3

11.4 S. aureus Koloni/g Maks. 102 Maks. 102 Maks. 102

11.5 Salmonella Koloni/2

5 g Negatif Negatif Negatif

11.6 Enterococci Koloni/g Maks. 102 Maks. 102 Maks. 102

*) untuk margarin yang mengandung lemak susu

**) dalam kemasan kaleng

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2002)

6. Vanili

Vanili adalah bumbu yang disertakan dalam pembuatan kue atau

dessert manis. Ada 2 macam vanili yang berada dipasaran, yang alami (buah

kering mirip vanili seperti buncis yang kering dan ekstraknya) dan vanili

sintetis (vanili bubuk dan esens vanili). Ekstrak vanili berbentuk cair,

memiliki aroma dan cita rasa paling tajam karena merupakan ekstraksi dari

batang vanili hingga tebentuk cairan vanili. Essens vanili berbentuk cair dan

hanya memberikan aroma khas vanili saja tetapi tidak memberikan rasa.

Penggunaan terlalu banyak akan mengakibatkan terasa pahit. Vanili bubuk

banyak dijumpai dipasaran. Fungsi vanili bubuk sama dengan eseens vanili,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

12

yaitu hanya memberikan aroma pada kue (Faridah dkk, 2008). Syarat mutu

vanili menurut SNI 01-0010-2002 dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Syarat Mutu Vanili menurut SNI 01-0010-2002

No Jenis Mutu Persyaratan

1 Bau Bau khas vanili

2 Warna Putih

3 Aroma Wangi khas vanili

4 Benda asing Bebas

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2002)

7. Minyak goreng

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok yang

umumnya sering digunakan oleh masyarakat saat ini, baik itu dalam skala

rumah tangga maupun skala industri atau pabrik (Hajar dan Sirril, 2016).

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau

hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak yang rusak akibat proses

oksidasi akan menghasilkan makanan berwarna kurang menarik dan rasa

yang tidak enak (Noriko dkk., 2012). Syarat mutu minyak goreng menurut

SNI 3741-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Syarat Mutu Minyak Goreng (SNI 3741-2013)

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

1.1 Bau - Normal

1.2 Warna - Normal

2 Kadar air dan bahan menguap % (b/b) Maks. 0,15

3 Bilangan asam mg KOH/g Maks. 0,6

4 Bilangan peroksida mek O2/kg Maks. 10

5 Minyak pelikat - Negatif

6 Asam linolenat (C18:3) dalam

komposisi asam lemak minyak % Maks. 2

7 Cemaran logam mg/kg

7.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2

7.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,1

7.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0/250,0*

7.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05

8 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1

Pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik

*) dalam kemasan kaleng

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

13

8. Air

Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan

manusia, hewan dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat

makanan, juga merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya

(Sasongko dkk., 2014). Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang

dimaksud adalah mikrobiologi, kimia fisika dan radio aktif (Mirza, 2014).

Fungsi air bagi manusia memiliki peranan yang sangat besar bukan hanya

untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup. Air tawar diperlukan

manusia untuk keperluan masak dan minum, mencuci, mengairi tanaman,

untuk keperluan industri dan lain sebagainya (Sulistyorini dkk., 2016).

Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen lain di dalam air, kualitas air dinyatakan dengan

beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan

terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD,

kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton,

bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Syarat mutu air menurut SNI 01-

3553-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Standar Mutu Air menurut SNI 01-3553-2006

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Air Mineral Air demineral

1 Keadaan -

1.1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau

1.2 Rasa Unit Pt-Co Normal Normal

1.3 Warna - Maks. 5 Maks. 5

2 pH NTU 6,0-8,5 5,0-7,5

3 Kekeruhan mg/l Maks. 1,5 Maks. 1,5

4 Zat yang terlarut mg/l Maks. 500 Maks. 10

5 Zat organik (angka

KmnO4) mg/l Maks. 1,0 -

6 Total organik karbon mg/l - Maks. 0,5

7 Nitrat (sebagai NO3) mg/l Maks. 45 -

8 Nitrit (sebagai NO2) mg/l Maks. 0,005 -

9 Amonium (NH4) mg/l Maks. 0,15 -

10 Sulfat (SO4) mg/l Maks. 200 -

11 Klorida (Cl) mg/l Maks. 250 -

12 Fluorida (F) mg/l Maks. 1 -

13 Sianida (CN) mg/l Maks. 0,05 -

14 Besi (Fe) mg/l Maks. 0,1 -

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

14

15 Mangan (Mn) mg/l Maks. 0,05 -

16 Klor Bebas (Cl2) mg/l Maks. 0,1 -

17 Kromium (Cr) mg/l Maks. 0,005 -

18 Barium (Ba) mg/l Maks. 0,7 -

19 Boron (B) mg/l Maks. 0,3 -

20 Selenium (Se) mg/l Maks. 0,01 -

21 Cemaran logam mg/l

21.1 Timbal (Pb) mg/l Maks. 0,005 Maks. 0,005 21.2 Tembaga (Cu) mg/l Maks. 0,5 Maks. 0,5 21.3 Kadmium (Cd) mg/l Maks. 0,003 Maks. 0,003 21.4 Raksa (Hg) mg/l Maks. 0,001 Maks. 0,001 21.5 Perak (Ag) mg/l - Maks. 0,025

21.6 Kobalt (Co) mg/l - Maks. 0,01

22 Cemaran arsen mg/l Maks. 0,01 Maks. 0,01

23 Cemaran mikroba Koloni/ml

23.1 Angka lempeng total

Awal *) Koloni/ml Maks. 1,0×102 Maks. 1,0×102

23.2 Angka lempeng total

Akhir **) Koloni/ml Maks. 1,0×105 Maks. 1,0×105

23.3 Bakteri bentuk koli APM/100

ml < 2 < 2

23.4 Salmonella - Negatif/100ml Negatif/100ml

23.5 Pseudomonas

aeruginisa Koloni/ml

Nol Nol

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2006)

C. Proses Pembuatan Kuping Gajah

Menurut Juangga (2011), proses pembuatan kuping gajah terdiri dari

beberapa tahap. Tahapan pembuatan kuping gajah yaitu pemasakan bahan,

pencampuran bahan, pengadukan adonan, penggilasan bahan, pengrolingan,

pemberian warna, pembuatan adonan kedua, penyatuan adonan I dan II,

penggulungan, pemasukan ke mesin pemotong, penggorengan, pendinginan

dan terakhir pengepakan.

1. Pemasukan 20 kg tepung terigu ke dalam mesin pemasak

2. Pencampuran tepung terigu dengan soda kue, panili dan mentega

secukupnya kemudian ditambahkan pada tepung terigu yang pertama

3. Penambahan 2,5 kg gula, essence prambos, garam dan air matang

secukupnya

4. Pencampuran dan pengadukan hingga rata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

15

5. Pemasukan ke dalam mesin rolling untuk digilas menjadi halus, padat

lebar dan tipis. Pembuatan adonan warna coklat seperti tahapan

sebelumnya dan ditambahkan pewarna coklat.

6. Penyatuan adonan putih dan coklat dengan ditumpuk sampai lengket dan

menjadi satu dengan diolesi air sedikit

7. Pemotongan dengan ukuran ukuran panjang 50 cm dan lebar 10 cm

8. Pemasukan potongan tadi ke dalam mesin rolling sampai padat dan lebar

9. Penggulungan dengan tangan sehingga menjadi bulat panjang

10. Pemasukan ke dalam mesin potong dan keluar dari mesin berbentuk bulat

tipis dengan diameter kurang lebih 2 cm

11. Penggorengan hingga matang

12. Penirisan dan dibiarkan dingin

13. Pengemasan dengan kantong plastik

D. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu adalah pengukuran kinerja produk, membandingkan

dengan standar dan spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi

apabila terdapat penyimpangan (Sonalia dan Musa, 2013). Pengendalian mutu

merupakan kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan,

standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar

pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan

sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan (Wulan, 2014).

E. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)

Menurut Badan Pengawas Obat dan Minuma Nomor

HK.03.1.23.12.2206 Tahun 2012, Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB)

merupakan salah satu faktor penting untuk memenuhi standar mutu atau

persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat

berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil,

sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPPB ini, industri pangan dapat

menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi

kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk

dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat, dan industri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

16

pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Dengan berkembangnya

industri pangan yang menghasilkan pangan bermutu dan aman untuk

dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari

penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan. CPPB

(Cara Produksi Pangan yang Baik) menurut BPOM RI Nomor

HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 mencangkup aturan-aturan sebagai berikut:

1. Lokasi dan Lingkungan Produksi

Untuk menetapkan lokasi IRTP perlu mempertimbangkan keadaan dan

kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran

potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang

mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya.

a. Lokasi IRTP

Lokasi IRTP seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap,

kotoran, dan debu.

b. Lingkungan

Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam keadaan bersih

dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Sampah dibuang dan tidak menumpuk.

2) Tempat sampah selalu tertutup.

3) Jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi

dengan baik.

2. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas IRTP seharusnya menjamin bahwa pangan tidak

tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama dalam proses

produksi serta mudah dibersihkan dan disanitasi.

a. Bangunan Ruang Produksi

1) Desain dan Tata Letak

Ruang produksi sebaiknya cukup luas dan mudah dibersihkan.

a) Ruang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi

produk lain selain pangan.

b) Konstruksi Ruangan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

17

(i) Sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama.

(ii) Seharusnya mudah dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi,

serta meliputi: lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan

langit-langit, pintu, jendela, lubang angin atau ventilasi dan

permukaan tempat kerja serta penggunaan bahan gelas.

2) Lantai

a) Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak

licin, kuat, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak

tergenang.

b) Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir,

dan kotoran lainnya serta mudah dibersihkan.

3) Dinding atau Pemisah Ruangan

a) Dinding atau pemisah ruangan sebaiknya dibuat dari bahan kedap

air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah

mengelupas, dan kuat.

b) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan

bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.

c) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya mudah dibersihkan.

4) Langit-langit

a) Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tahan

terhadap air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau

terkikis.

b) Permukaan langit-langit sebaiknya rata, berwarna terang dan jika di

ruang produksi menggunakan atau menimbulkan uap air sebaiknya

terbuat dari bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan

panas.

c) Konstruksi langit-langit sebaiknya didesain dengan baik untuk

mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,

bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi.

d) Langit-langit seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu,

sarang laba-laba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

18

5) Pintu Ruangan

a) Pintu sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah

pecah atau rusak, rata, halus, berwarna terang.

b) Pintu seharusnya dilengkapi dengan pintu kasa yang dapat dilepas

untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.

c) Pintu ruangan produksi seharusnya didesain membuka ke luar/ ke

samping sehingga debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk

melalui udara ke dalam ruangan pengolahan.

d) Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan tirai udara seharusnya

mudah ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.

6) Jendela

a) Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah

pecah atau rusak.

b) Permukaan jendela sebaiknya rata, halus, berwarna terang, dan

mudah dibersihkan.

c) Jendela seharusnya dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya

serangga yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan dan

perawatan.

d) Konstruksi jendela seharusnya didesain dengan baik untuk

mencegah penumpukan debu.

7) Lubang Angin atau Ventilasi

a) Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara segar

selalu mengalir di ruang produksi dan dapat menghilangkan uap,

gas, asap, bau dan panas yang timbul selama pengolahan.

b) Lubang angin atau ventilasi seharusnya selalu dalam keadaan

bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.

c) Lubang angin atau ventilasi seharusnya dilengkapi dengan kasa

untuk mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya

kotoran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

19

d) Kasa pada lubang angin atau ventilasi seharusnya mudah dilepas

untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.

8) Permukaan tempat kerja

a) Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan

pangan harus dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara,

dibersihkan dan disanitasi.

b) Permukaan tempat kerja harus dibuat dari bahan yang tidak

menyerap air, permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan

bahan pangan, detergen dan desinfektan.

9) Penggunaan Bahan Gelas (Glass)

Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya mempunyai kebijakan

penggunaan bahan gelas yang bertujuan mencegah kontaminasi.

b. Fasilitas

1) Kelengkapan Ruang Produksi

a) Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan dapat

mengerjakan tugasnya dengan teliti.

b) Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan

yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun

dan pengeringnya.

2) Tempat Penyimpanan

a) Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan

tambahan pangan (BTP) harus terpisah dengan produk akhir.

b) Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan

bahan-bahan bukan untuk pangan seperti bahan pencuci, pelumas,

dan oli.

c) Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari

hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau

mikroba dan ada sirkulasi udara.

3. Peralatan Produksi

Tata letak peralatan produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang.

Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan sebaiknya didesain,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

20

dikonstruksi, dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan

keamanan pangan yang dihasilkan.

a. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi

1) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama,

tidak beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga

mudah dibersihkan dan dipelihara serta memudahkan pemantauan dan

pengendalian hama.

2) Permukaan yang kontak langsung dengan pangan harus halus, tidak

bercelah atau berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak

menyerap air.

3) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk

pangan oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin/

peralatan, minyak pelumas, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang

menimbulkan bahaya; termasuk bahan kontak pangan/ zat kontak

pangan dari kemasan pangan ke dalam pangan yang menimbulkan

bahaya.

b. Tata Letak Peralatan Produksi

Peralatan produksi sebaiknya diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya

sehingga memudahkan bekerja secara higiene, memudahkan

pembersihan dan perawatan serta mencegah kontaminasi silang.

c. Pengawasan dan Pemantauan Peralatan Produksi

Semua peralatan seharusnya dipelihara, diperiksa dan dipantau agar

berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.

d. Bahan perlengkapan dan alat ukur/ timbang

1) Bahan perlengkapan peralatan yang terbuat dari kayu seharusnya

dipastikan cara pembersihannya yang dapat menjamin sanitasi.

2) Alat ukur/ timbang seharusnya dipastikan keakuratannya, terutama alat

ukur/ timbang bahan tambahan pangan (BTP).

4. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air

Sumber air bersih untuk proses produksi sebaiknya cukup dan memenuhi

persyaratan kualitas air bersih dan/ atau air minum. Air yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

21

untuk proses produksi harus air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang

cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi.

5. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi

Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar

bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah

terjadinya kontaminasi silang dari karyawan.

a. Fasilitas Higiene dan Sanitasi

1) Sarana Pembersihan/ Pencucian

a) Sarana pembersihan/ pencucian bahan pangan, peralatan,

perlengkapan dan bangunan (lantai, dinding dan lain-lain), seperti

sapu, sikat, pel, lap dan/atau kemoceng, deterjen, ember, bahan

sanitasi sebaiknya tersedia dan terawat dengan baik.

b) Sarana pembersihan harus dilengkapi dengan sumber air bersih. Air

panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu,

terutama berguna untuk melarutkan sisa-sisa lemak dan tujuan

disinfeksi, bila diperlukan.

2) Sarana Higiene Karyawan

Sarana higiene karyawan seperti fasilitas untuk cuci tangan dan toilet/

jamban seharusnya tersedia dalam jumlah cukup dan dalam keadaan

bersih untuk menjamin kebersihan karyawan guna mencegah

kontaminasi terhadap bahan pangan.

3) Sarana Cuci Tangan seharusnya :

a) Diletakkan di dekat ruang produksi, dilengkapi air bersih dan sabun

cuci tangan

b) Dilengkapi dengan alat pengering tangan seperti handuk, lap atau

kertas serap yang bersih.

c) Dilengkapi dengan tempat sampah yang tertutup.

4) Sarana toilet / jamban seharusnya :

a) Didesain dan dikonstruksi dengan memperhatikan persyaratan

higiene, sumber air yang mengalir dan saluran pembuangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

22

b) Diberi tanda peringatan bahwa setiap karyawan harus mencuci

tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.

c) Terjaga dalam keadaan bersih dan tertutup.

d) Mempunyai pintu yang membuka ke arah luar ruang produksi.

5) Sarana pembuangan air dan limbah

Sistem pembuangan limbah seharusnya didesain dan dikonstruksi

sehingga dapat mencegah resiko pencemaran pangan dan air bersih,

Sampah harus segera dibuang ke tempat sampah untuk mencegah agar

tidak menjadi tempat berkumpulnya hama binatang pengerat, serangga

atau binatang lainnya sehingga tidak mencemari pangan maupun

sumber air. Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan

tertutup rapat untuk menghindari terjadinya tumpahan sampah yang

dapat mencemari pangan maupun sumber air.

b. Kegiatan Higiene dan Sanitasi

1) Pembersihan/ pencucian dapat dilakukan secara fisik seperti dengan

sikat atau secara kimia seperti dengan sabun/ deterjen atau gabungan

keduanya.

2) Jika diperlukan, penyucihamaan sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan kaporit sesuai petunjuk yang dianjurkan.

3) Kegiatan pembersihan/ pencucian dan penyucihamaan peralatan

produksi seharusnya dilakukan secara rutin.

4) Sebaiknya ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan

pembersihan/ pencucian dan penyucihamaan.

6. Kesehatan dan Higiene Karyawan

Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa

karyawan yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan

tidak menjadi sumber pencemaran.

a. Kesehatan Karyawan

Karyawan yang bekerja di bagian pangan harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

23

1) Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau baru sembuh dari sakit dan

diduga masih membawa penyakit tidak diperkenankan masuk ke

ruang produksi.

2) Jika menunjukkan gejala atau menderita penyakit menular, misalnya

sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam,

sakit tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis, luka, dan lain-lain),

keluarnya cairan dari telinga (congek), sakit mata (belekan), dan atau

pilek tidak diperkenankan masuk ke ruang produksi.

b. Kebersihan Karyawan

1) Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.

2) Karyawan yang menangani pangan seharusnya mengenakan pakaian

kerja yang bersih. Pakaian kerja dapat berupa celemek, penutup

kepala, sarung tangan, masker dan/ atau sepatu kerja.

3) Karyawan yang menangani pangan harus menutup luka di anggota

tubuh dengan perban khusus luka.

4) Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum

memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan

mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/

jamban;

c. Kebiasaan Karyawan

1) Karyawan yang bekerja sebaiknya tidak makan dan minum, merokok,

meludah, bersin atau batuk ke arah pangan atau melakukan tindakan

lain di tempat produksi yang dapat mengakibatkan pencemaran

produk pangan.

2) Karyawan di bagian pangan sebaiknya tidak mengenakan perhiasan

seperti giwang/ anting, cincin, gelang, kalung, arloji/ jam tangan, bros

dan peniti atau benda lainnya yang dapat membahayakan keamanan

pangan yang diolah.

7. Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi

Pemeliharaan dan program sanitasi terhadap fasilitas produksi (bangunan,

mesin/ peralatan, pengendalian hama, penanganan limbah dan lainnya)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

24

dilakukan secara berkala untuk menjamin terhindarnya kontaminasi silang

terhadap pangan yang diolah.

a. Pemeliharaan dan Pembersihan

1) Lingkungan, bangunan, peralatan dan lainnya seharusnya dalam

keadaan terawat dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya.

2) Peralatan produksi harus dibersihkan secara teratur untuk

menghilangkan sisa-sisa pangan dan kotoran.

3) Bahan kimia pencuci sebaiknya ditangani dan digunakan sesuai

prosedur dan disimpan di dalam wadah yang berlabel untuk

menghindari pencemaran terhadap bahan baku dan produk pangan.

b. Prosedur Pembersihan dan Sanitasi

Prosedur Pembersihan dan Sanitasi sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan proses fisik (penyikatan, penyemprotan dengan air

bertekanan atau penghisap vakum), proses kimia (sabun atau deterjen)

ataugabungan proses fisik dan kimia untuk menghilangkan kotoran dan

lapisan jasad renik dari lingkungan, bangunan, peralatan.

c. Program Higiene dan Sanitasi

1) Program Higiene dan Sanitasi seharusnya menjamin semua bagian dari

tempat produksi telah bersih, termasuk pencucian alat-alat pembersih.

2) Program Higiene dan Sanitasi seharusnya dilakukan secara berkala

serta dipantau ketepatan dan keefektifannya dan jika perlu dilakukan

pencatatan.

d. Program Pengendalian Hama

1) Hama (binatang pengerat, serangga, unggas dan lain-lain) merupakan

pembawa cemaran biologis yang dapat menurunkan mutu dan

keamanan dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya hama

ke ruang produksi yang akan mencemari pangan.

2) Mencegah masuknya hama

a) Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama

harus selalu dalam keadaan tertutup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

25

b) Jendela, pintu dan lubang ventilasi harus dilapisi dengan kawat

kasa untuk menghindari masuknya hama.

c) Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, domba, ayam dan lain-lain

tidak boleh berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang produksi.

d) Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang

masuknya hama.

3) Mencegah timbulnya sarang hama di dalam ruang produksi

a) Pangan seharusnya disimpan dengan baik, tidak langsung

bersentuhan dengan lantai, dinding dan langit-langit.

b) Ruang produksi harus dalam keadaan bersih.

c) Tempat sampah harus dalam keadaan tertutup dan dari bahan yang

tahan lama.

d) IRTP seharusnya memeriksa lingkungan dan ruang produksinya

dari kemungkinan timbulnya sarang hama.

e. Pemberantasan Hama

1) Sarang hama seharusnya segera dimusnahkan.

2) Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu

dan keamanan pangan.

3) Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan

perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus.

4) Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan

tidak mencemari pangan.

5) Penanganan Sampah

Penanganan dan pembuangan sampah dilakukan dengan cara yang

tepat dan cepat: sampah seharusnya tidak dibiarkan menumpuk di

lingkungan dan ruang produksi, segera ditangani dan dibuang.

8. Penyimpanan

Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku,

bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga

tidak mengakibatkan penurunan mutu dan keamanan pangan.

a. Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

26

1) Bahan dan produk akhir harus disimpan terpisah dalam ruangan yang

bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, bebas hama, penerangannya

cukup.

2) Penyimpanan bahan baku tidak boleh menyentuh lantai, menempel ke

dinding maupun langit-langit.

3) Penyimpanan bahan dan produk akhir harus diberi tanda dan

menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan sistem First

Expired First Out (FEFO), yaitu bahan yang lebih dahulu masuk dan/

atau memilki tanggal kadaluwarsa lebih awal harus digunakan terlebih

dahulu dan produk akhir yang lebih dahulu diproduksi harus

digunakan/ diedarkan terlebih dahulu.

4) Bahan-bahan yang mudah menyerap air harus disimpan di tempat

kering, misalnya garam, gula, dan rempah-rempah bubuk.

b. Penyimpanan Bahan Berbahaya

Bahan berbahaya seperti sabun pembersih, bahan sanitasi, racun serangga,

umpan tikus, dll harus disimpan dalam ruang tersendiri dan diawasi agar

tidak mencemari pangan.

c. Penyimpanan Wadah dan Pengemas

1) Penyimpanan wadah dan pengemas harus rapih, di tempat bersih dan

terlindung agar saat digunakan tidak mencemari produk pangan.

2) Bahan pengemas harus disimpan terpisah dari bahan baku dan produk

akhir.

d. Penyimpanan Label Pangan

1) Label pangan seharusnya disimpan secara rapih dan teratur agar tidak

terjadi kesalahan dalam penggunaannya dan tidak mencemari produk

pangan.

2) Label pangan harus disimpan di tempat yang bersih dan jauh dari

pencemaran.

e. Penyimpanan Peralatan Produksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

27

Penyimpanan mesin/ peralatan produksi yang telah dibersihkan tetapi

belum digunakan harus di tempat bersih dan dalam kondisi baik,

sebaiknya permukaan peralatan menghadap ke bawah, supaya terlindung

dari debu, kotoran atau pencemaran lainnya.

9. Pengendalian Proses

Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus

dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri

rumah tangga pangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penetapan Spesifikasi Bahan

1) Persyaratan Bahan

a) Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan,

bahan penolong termasuk air dan bahan tambahan pangan (BTP).

b) Harus menerima dan menggunakan bahan yang tidak rusak, tidak

busuk, tidak mengandung bahan-bahan berbahaya, tidak merugikan

atau membahayakan kesehatan dan memenuhi standar mutu atau

persyaratan yang ditetapkan.

c) Harus menentukan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan untuk

memproduksi pangan yang akan dihasilkan.

d) Tidak menerima dan menggunakan bahan pangan yang rusak.

e) Jika menggunakan bahan tambahan pangan (BTP), harus

menggunakan BTP yang diizinkan sesuai batas maksimum

penggunaannya.

f) Penggunaan BTP yang standar mutu dan persyaratannya belum

ditetapkan harus memiliki izin dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).

g) Bahan yang digunakan seharusnya dituangkan dalam bentuk

formula dasar yang menyebutkan jenis dan persyaratan mutu bahan.

h) Tidak menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan.

2) Persyaratan Air

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

28

a) Air yang merupakan bagian dari pangan seharusnya memenuhi

persyaratan air minum atau air bersih sesuai peraturan

perundangundangan.

b) Air yang digunakan untuk mencuci/ kontak langsung dengan bahan

pangan, seharusnya memenuhi persyaratan air bersih sesuai

peraturan perundang-undangan.

c) Air, es dan uap panas (steam) harus dijaga jangan sampai tercemar

oleh bahan-bahan dari luar.

d) Uap panas (steam) yang kontak langsung dengan bahan pangan

atau mesin/ peralatan harus tidak mengandung bahan-bahan yang

berbahaya bagi keamanan pangan.

e) Air yang digunakan berkali-kali (resirkulasi) seharusnya dilakukan

penanganan dan pemeliharaan agar tetap aman terhadap pangan

yang diolah.

b. Penetapan komposisi dan formulasi bahan

1) Harus menentukan komposisi bahan yang digunakan dan formula

untuk memproduksi jenis pangan yang akan dihasilkan.

2) Harus mencatat dan menggunakan komposisi yang telah ditentukan

secara baku setiap saat secara konsisten.

3) Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan harus diukur atau

ditimbang dengan alat ukur atau alat timbang yang akurat.

c. Penetapan Cara Produksi yang Baku

1) Seharusnya menentukan proses produksi pangan yang baku.

2) Seharusnya membuat bagan alir atau urut-urutan proses secara jelas.

3) Seharusnya menentukan kondisi baku dari setiap tahap proses

produksi, seperti misalnya berapa menit lama pengadukan, berapa

suhu pemanasan dan berapa lama bahan dipanaskan.

4) Seharusnya menggunakan bagan alir produksi pangan yang sudah

baku ini sebagai acuan dalam kegiatan produksi sehari-hari.

d. Penetapan Jenis, Ukuran dan Spesifikasi Kemasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

29

Penggunaan pengemas yang sesuai dan memenuhi persyaratan akan

mempertahankan keamanan dan mutu pangan yang dikemas serta

melindungi produk terhadap pengaruh dari luar seperti: sinar matahari,

panas, kelembaban, kotoran, benturan dan lain-lain.

1) Seharusnya menggunakan bahan kemasan yang sesuai untuk pangan,

sesuai peraturan perundang-undangan.

2) Desain dan bahan kemasan seharusnya memberikan perlindungan

terhadap produk dalam memperkecil kontaminasi, mencegah

kerusakan dan memungkinkan pelabelan yang baik.

3) Kemasan yang dipakai kembali seperti botol minuman harus kuat,

mudah dibersihkan dan didesinfeksi jika diperlukan, serta tidak

digunakan untuk mengemas produk non-pangan.

e. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan

seharusnya menentukan karakteristik produk pangan yang dihasilkan.

1) Harus menentukan tanggal kadaluwarsa.

2) Harus mencatat tanggal produksi.

3) Dapat menentukan kode produksi. Kode produksi diperlukan untuk

penarikan produk, jika diperlukan.

10. Pelabelan Pangan

Kemasan pangan IRT diberi label yang jelas dan informatif untuk

memudahkan konsumen dalam memilih, menangani, menyimpan,

mengolah dan mengonsumsi pangan IRT. Label pangan IRT harus

memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan atau perubahannya, dan

peraturan lainnya tentang label dan iklan pangan. Label pangan IRT tidak

boleh mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi. Label pangan

sekurang-kurangnya memuat:

a) Nama produk sesuai dengan jenis pangan IRT yang ada di Peraturan

Kepala Badan POM HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

b) Daftar bahan atau komposisi yang digunakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

30

c) Berat bersih atau isi bersih.

d) Nama dan alamat IRTP.

e) Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

f) Kode produksi.

g) Nomor P-IRT.

11. Pengawasan Oleh Penanggungjawab

Seorang penanggung jawab diperlukan untuk mengawasi seluruh tahap

proses produksi serta pengendaliannya untuk menjamin dihasilkannya

produk pangan yang bermutu dan aman.

a. Penanggung jawab minimal harus mempunyai pengetahuan tentang

prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses

produksi pangan yang ditanganinya dengan pembuktian kepemilikan

Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (Sertifikat PKP).

b. Penanggungjawab seharusnya melakukan pengawasan secara rutin yang

mencakup:

1) Pengawasan Bahan.

a) Bahan yang digunakan dalam proses produksi seharusnya

memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan.

b) IRTP dapat memelihara catatan mengenai bahan yang digunakan.

2) Pengawasan Proses

a) Pengawasan proses seharusnya dilakukan dengan

memformulasikan persyaratan-persyaratan yang berhubungan

dengan bahan baku, komposisi, proses pengolahan dan distribusi.

b) Untuk setiap satuan pengolahan (satu kali proses) seharusnya

dilengkapi petunjuk yang menyebutkan tentang nama produk,

tanggal pembuatan dan kode produksi, jenis dan jumlah seluruh

bahan yang digunakan dalam satu kali proses pengolahan,

jumlah produksi yang diolah, dan lain-lain informasi yang

diperlukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

31

c. Penanggungjawab seharusnya melakukan tindakan koreksi atau

pengendalian jika ditemukan adanya penyimpangan atau

ketidaksesuaian terhadap persyaratan yang ditetapkan.

12. Penarikan Produk

Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan

karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit/keracunan pangan

atau karena tidak memenuhi persyaratan/ peraturan perundang-undangan

di bidang pangan.

a. Pemilik IRTP harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga

menimbulkan penyakit / keracunan pangan dan / atau tidak memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan di bidang pangan.

b. Pemilik IRTP harus menghentikan produksinya sampai masalah terkait

diatasi.

c. Produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk

penyebab bahaya seharusnya ditarik dari peredaran/ pasaran.

d. Pemilik IRTP seharusnya melaporkan penarikan produknya, khususnya

yang terkait dengan keamanan pangan ke Pemerintah Kabupaten/ Kota

setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/ Balai Pengawas Obat

dan Makanan setempat.

e. Pangan yang terbukti berbahaya bagi konsumen harus dimusnahkan

dengan disaksikan oleh DFI (Distric Food Inspection).

f. Penanggung jawab IRTP dapat mempersiapkan prosedur penarikan

produk pangan.

13. Pencatatan dan Dokumentasi

Pencatatan dan dokumentasi yang baik diperlukan untuk memudahkan

penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi dan distribusi,

mencegah produk melampaui batas kadaluwarsa, meningkatkan

keefektifan sistem pengawasan pangan. Pemilik seharusnya mencatat dan

mendokumentasikan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kuping Gajah Kuping gajah ...

32

a. Penerimaan bahan baku, bahan tambahan pangan (BTP), dan bahan

penolong sekurang-kurangnya memuat nama bahan, jumlah, tanggal

pembelian, nama dan alamat pemasok.

b. Produk akhir sekurang-kurangnya memuat nama jenis produk, tanggal

produksi, kode produksi, jumlah produksi dan tempat distribusi/

penjualan.

c. Penyimpanan, pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan

karyawan, pelatihan, distribusi dan penarikan produk dan lainnya yang

dianggap penting.

14. Pelatihan Karyawan

Pimpinan dan karyawan IRTP harus mempunyai pengetahuan dasar

mengenai prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta

proses pengolahan pangan yang ditanganinya agar dapat memproduksi

pangan yang bermutu dan aman.

a. Pemilik/ penanggung jawab harus sudah pernah mengikuti penyuluhan

tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

(CPPB-IRT).

b. Pemilik/ penanggung jawab tersebut harus menerapkannya serta

mengajarkan pengetahuan dan ketrampilannya kepada karyawan lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user