GEJALA KLINIS
1. Penyakit Rabies pada Anjing
Terdapat dua bentuk rabies yaitu rabies bentuk tenang (dumb
rabies) dan rabies bentuk ganas (furious rabies).
a. Rabies bentuk jinak (dumb rabies)
Gejala klinis klinis pada rabies bentuk tenang adalah sebagai
berikut:
Tenggorokan dan otot masseter menjadi lumpuh
sehingga hewan tidak dapat menelan dan terjadi
hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan).
Kelumpuhan pada laring menyebabkan suara hewan
menjadi berubah (menjadi parau).
Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang
bawah
Terjadi ataksia dan inkoordinasi.
Terjadi kejang-kejang yang berlangsung singkat kadang
tidak terlihat.
(Anjing mengalami hipersalivasi)
b. Rabies bentuk ganas (furious rabies)
Gejala klinis pada rabies bentuk ganas adalah sebagai berikut:
Terjadi perubahan tingkah laku dan temperamen.
Selalu bersembunyi di tempat yang gelap dan dingin.
Anjing terlihat gelisah dan hiperaktivitas terhadap
rangsangan serta terjadi dilatasi pada pupil mata.
Nafsu makan menjadi berkurang.
Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya.
Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll.
Ekor berada diantara kedua paha.
Menjadi lebih agresif.
Terjadi kejang dan kelumpuhan.
Kematian terjadi setelah 2-6 hari sebagai akibat dari
kegagalan pernafasan.
(Anjing lebih agresif)
2. Penyakit Feline Panleukopenia (FPL) pada Kucing
Gejala yang sering ditimbulkan adalah batuk, demam hingga 41°C,
nafsu makan hilang dan berat badan berkurang, pilek, bersin-bersin, mata
merah, bengkak dan berair disertai kerak-kerak pada kelopak mata.
Radang kornea juga sering timbul dan menyebabkan kucing lebih senang
pada tempat gelap. Pada kucing yang bunting jika terinfeksi akan
menyebabkan abortus, tetapi apabila tidak abortus anak kucing menderita
radang paru-paru.
Kerak pada kelopak mata
3. Penyakit Brucellosis pada Sapi
Gejala klinis dari penyakit brucellosis adalah abortus atau keluron.
Keguguran biasanya terjadi pada umur kebuntingan 6 sampai 9 bulan,
selaput fetus yang yang diaborsikan terlihat oedema, hemoragi, nekrotik
dan adanya eksudat kental serta adanya retensi plasenta, metritis dan
keluar kotoran dari vagina. Penyakit brucellosis ini juga menyebabkan
perubahan didalam ambing. Selain itu juga penyakit brucellosis ini
menimbulkan lesi higromata terutama pada daerah sekitar lutut. Lesi ini
terbentuk sebagai regangan sederhana atas bungkus sinovia pada
persendian, yang berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah.
Kemungkinan terjadinya higroma akibat adanya suatu trauma kemudian
kuman kuman brucella yang berada didalam darah membentuk koloni
didaerah persendian tersebut.
Pada pejantan penyakit brucellosis dapat menyerang pada testis
dan mengakibatkan orkhitis dan epididimitis serta gangguan pada kelenjar
vesikula seminalis dan ampula. Brucellosis juga menyebabkan abses serta
nekrosis pada buah pelir dan kelenjar kelamin tambahan sehingga semen
yang diambil dari pejantan mungkin mengandung bakteri brucella abortus.
4. Penyakit Surra pada Kuda
Pada kuda, masa inkubasi 1-4 minggu, dan kadang-kadang sampai
8 minggu, setelah itu muncul beberapa gejala seperti demam dengan
flutuasi tinggi (41,5-44 °C), lemah, lesu, anemia, penurunan berat badan
yang parah. Pada kulit terjadi letusan kulit, perdarahan petekie pada
kelopak mata, terutama membran nictitating (dapat berubah kuning ketika
mencapai tahap icteric), vulva dan mukosa vagina, perdarahan ke dalam
ruang anterior mata, aborsi, dan perubahan gerak seperti kaki belakang
yang tersandung dengan kaki depan (Mal de Caderas) dan edema
(submaxillary, kaki, briskets, perut, testis dan ambing) muncul setelah
beberapa waktu. Hewan dapat juga mati mendadak dan tak terduga atau
menunjukkan tanda-tanda delirium dan berjuang selama berjam-jam
sebelum mereka mati kelelahan. Dengan tingkat kematian pada kuda
mencapai 50 %.
5. Penyakit Hog Cholera pada Babi
Gejala klinis dari penyakit ini diawali dengan suhu tubuh 40-42°C,
depresi, anoreksia, lemah, hemoragi pada kulit (petechia dan echymotic),
hiperemi kulit, dan constipasi kadang-kadang berdarah. Bila berlanjut
maka babi akan mengalami diare/desentri, konjungtivitis (eksudat kuning
disekitar mata ), berjalan tanpa koordinasi (scissor walking) dan disertai
konvulsi. Masa inkubasi : 6-7 hari, babi mati hari ke-7 – 10 pasca sakit.
Mortalitas pada penyakit Hog Cholera pada babi bisa mencapai 100%.
Perubahan pasca mati pada penyakit ini terlihat hemoragi meluas terutama
pada subkutan dan permukaan serosa, hemoragi pada hampir semua
limfoglandula, infark limpa dan pembengkakan, focal colonic ulcer yaitu
button ulcer pada mukosa colon dengan diameter 0,5-1,5 cm, hemoragi
ginjal , pneumonia, dan arthritis.
Terjadi perdarahan/hemoragi
PERBEDAAN USG DAN RONTGEN
1. USG
Merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonic adalah suara atau getaran
dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bias didengar oleh mausia,
yaitu kira-kira diatas 20 kilohertz. Dalam hal ini gelombang ultrasonik
merupakan gelombang diatas frekuensi suara. Gelombang ultrasonik dapat
merambat dalam medium padat, cair dan gas. Ultrasonography adalah
salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat
ini. Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada
tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara
fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil
interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra
(image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
2. Rontgen
Pemberian radiasi ionisasi dalam jumlah kecil kepada tubuh agar
dihasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. Rontgen merupakan
cara atau treatment yang paling tua dan sering digunakan untuk pencitraan
medis. Rontgen tulang digunakan untuk pencitraan tulang dalam tubuh,
meliputi tangan, pergelangan tangan, lengan, kaki, pergelangan kaki, lutut
ataupun paha. Rontgen tulang digunakan untuk :
a. Mendiagnosa patah tulang ataupun sambungan yang lepas.
b. Menunjukkan gambaran yang tepat dan stabilisasi dari fragmen-
fragmen tulang saat perawatan atau pemulihan suatu retakan.
c. Petunjuk untuk operasi orthopedi seperti pembenaran posisi
sambungan atau perbaikan tulang yang patah ataupun retak.
d. Mencari luka, infeksi, arthritis, pertumbuhan tulang yang tidak
normal, perubahan tulang dalam metabolisme.
e. Membantu saat pendeteksian dan diagnosis kanker tulang.
f. Melihat obyek asing disekitar tulang ataupun di dalam tulang.
CARA MENGHITUNG PULSUS, NAFAS DAN SUHU
a. Pada Anjing:
1. Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri femoralis (sebelah
medial femur) dan dilakukan penghitungan selama 1 menit. Bila
mengalami kesulitan dapat dilakukan selama 15 detik kemudian
dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada anjing adalah 76-148
kali/menit.
2. Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak toraco-
abdominal dalam keadaan istirahat dan tenang atau dengan
memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung. Untuk
normalnya pada anjing adalah 24-42 kali/menit.
3. Suhu dapat diukur melalui rongga mulut dan melalui lubang anus.
Ujung thermometer diolesi dengan bahan pelicin (contoh: vaselin).
Dimasukkan ujung thermometer ke lubang anus, ditunggu sampai
angkanya terhenti (± 3 menit) dan dihitung skalanya. Jika dilakukan
pada rongga mulut (rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena
adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing adalah
37,8oC– 39,5oC.
b. Pada kucing:
1. Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial
femur (normal: 92-150/menit).
2. Nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnya dengan melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-
abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian
hidung (normal: 26-48/menit).
3. Suhu diperiksa pada rektum dengan menggunakan termometer (normal:
37,6-39,4).
CARA RESTRAIN
1. Anjing
Pada dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan
terhadap anjing dilakukan sesederhana dan seminimal mungkin
untuk dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan
yang memeriksa dan juga tidak menyebabkan hewan tertekan
akibat proses restrain tersebut. Biasanya pada hewan yang telah
jinak dan sangat tergantung pada majikan, proses restrain dapat
dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk mengurangi rasa
gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu
diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit.
Oleh karena itu, prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah
moncong dan kepala. Pada beberapa anjing, metode restrain dapat
dilakukan dengan cara menggenggam kulit leher pada dorsolateral
telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika akan
diperiksa.
2. Sapi
a. Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)
Perilaku tiap jenis sapi berbeda, sapi perah umumnya bersifat
lebih tenang dan jinak dibanding dengan sapi potong (sapi bali) hal ini
disebabkan karena sapi perah sering bertemu dengan manusia dan juga
kontak dengan manusia secara langsung. Sementara sapi potong (sapi
bali) jarang bertemu dan berkontak langsung dengan manusia
terkecuali petugas kandang pemiliknya yang menggembalakan.
Jarak perlu diperhatikan ketika akan merestrain sapi. Sapi
mempertahankan diri atau membela dirinya dengan cara menggunakan
kepala untuk menyundul, tanduk untuk menanduk, dan kaki untuk
menendang. Temperamen sapi hanya dipengaruhi oleh faktor
breed.Bila sapi semasa pedet sering di restrain secara ramah semasa
pedet akan bermanfaat dan berpengaruh di saat dewasa. Karena sapi
juga biasanya mengingat pengalaman atau perlakuan yang buruk.
Sebagai dokter hewan, kita juga harus dapat mengerti dan dapat
membaca temprament yang ditunjukan oleh sapi dengan menggunakan
bahasa tubuh. Seperti bila sapi dalam posisi siaga, waspada, posisi
telinga tegak bisa saja sapi mengalami ketakutan. Lalu bila sapi mulai
mengangkat-angkat kaki belakang kemungkinan itu suatu peringatan
bahwa sapi akan menendang.
Sapi tidak melihat, mendengar atau membau sebagaimana pada
manusia. Matanya terletak disamping kepala, ini bisa membuat mereka
mampu melihat sampai 3600. Sapi memiliki penglihatan binokular
untuk sudut yang kecil yaitu 25-500 kedepannya sehingga mampu
merasakan kedalaman, jarak, dan kecepatan. Sedangkan mereka
memiliki penglihatan monokular pada sampingnya yang hanya bisa
mendeteksi pergerakan. Sapi sensitif untuk suara dengan frekuensi
tinggi yang tidak bisa didengar manusia. Sapi juga memiliki pembauan
yang lebih baik daripada manusia, oleh karena ini saat akan merestrain
sapi sebaiknya dokter hewan di dampingi oleh pemilik sapi.
Sapi akan lebih tenang dan tidak beringas bila kepalanya dielus
atau di usap lembut oleh pemiliknya. Sehingga dapat memudahkan
dalam tahap pengobatan.
b. Restrain Kimia (Chemical Restraining)
Alpha-2 agonis adalah obat yang saat ini paling umum
digunakan untuk menginduksi tranquilization dan/atau sedasi pada
sapi. Xylazine, detomidine, medetomidine, dan romifidine adalah
alpha-2 agonis. Dari jenis tersebut, xylazine saat ini paling sering
digunakan di Amerika Serikat untuk memberikan sedasi pada sapi.
Obat lain seperti Acepromazine, kloral hidrat, dan pentobarbital
memiliki sejarah panjang digunakan dengan ternak dan terus menjadi
tersedia secara komersial, namun, kepentingan obat-obat ini terbatas
pada keadaan khusus.
Derajat sedasi atau pembatasan yang dihasilkan oleh xylazine
tergantung pada rute injeksi, dosis yang diberikan, dan temperamen
hewan. Dosis rendah (0,015-0,025 mg/kg IV atau IM) akan
memberikan sedasi tanpa menyebabkan sapi rubuh/kehilangan
keseimbangan. Dosis tinggi xylazine (0,1 mg / kg IV atau 0,2 mg / kg
IM) akan memberikan efek hilangnya kesadaran atau teranestesi secara
umum pada sapi selama kurang lebih satu jam.
Detomidine diberikan pada 2,5-10,0 mg/kg IV pada sapi untuk
memberikan sedasi berdiri sekitar 30 - 60 menit. Detomidine pada 40
mg/kg IV akan menghasilkan sedasi mendalam dan hilangnya
kesadaran. Dosis tinggi detomidine (100 mg/kg) yang telah digunakan
untuk melumpuhkan ternak liar. Medetomidine telah diberikan pada
30,0 mg/kg IM untuk menghasilkan hilangnya kesadaran berlangsung
60-75 menit
Kombinasi xylazine dan butorfanol telah digunakan pada sapi
untuk memberikan neuroleptanalgesia. Dosis adalah 0,01 – 0,02 mg/kg
IV masing-masing obat yang diberikan secara terpisah pada sapi.
Durasi kerja adalah sekitar 1 jam. Kombinasi detomidine (0,07 mg/kg)
dan butorphanol (0,04 mg/kg) juga telah digunakan untuk
melumpuhkan mulai ternak liar.
c. Restrain Fisik (Physical Restraining)
Restrain dengan menggunakan Kandang Jepit
Restrain ini menggunakan kandang jepit sebagai alat untuk
merestrain, hal ini biasa dilakukan untuk palpasi rektal atau
ekplorasi rektal pada sapi, kawin suntik atau IB dll.
Restrain ekor (Tail Lift)
Restrain ini dilakukan bilamana perlu untuk mengalihkan perhatian
sapi dari bagian lain tubuhnya dimana pekerjaan sedang dilakukan.
Itu dapat digunakan saat memberikan injeksi ambing ke syaraf
sapi. Jaga kedua tangan dekat dengan pangkal ekor sedapat
mungkin. Berdiri disamping sapi untuk menghindari tendangan,
dan lakukan mengangkat ekor dengan kekuatan. Itu harus lembut
tetapi tegas.
Restrain hidung
Teknik restrain kali ini biasa di kenal dengan tali ketuh atau tali
telusuk. Caranya: angkat kepala hewan hampir tinggi dan tarik ke
arah sisi yang berlawanan dengan tempat bekerja. Lakukan tekanan
pada jembatan batas antara lubang hidung untuk menyebabkan
sakit pada jaringan sensitif diantara lubang hidung.
Restrain Kepala
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari
posisi menangkap dan menghindarkan dari tendangan dan
membuat beberapa langkah khusus yang mungkin.
Restrain Leher
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari
posisi menangkap. Sealain itu restrain ini bertujuan untuk menahan
sapi agar tidak berlari kemana-mana saat akan diobati atau
diperiksa.
Restrain pada anak sapi (pedet)
Raih seluruh punggung hewan dan tarik kaki pada samping
terdekat dari luar. Pedet kemudian diturunkan kebawah pada lantai
dengan berat melawan kaki. Sehingga jatuh ke tanah secara lembut.
Jangan menjatuhkan anak sapi dengan menarik kakinya secara
cepat dari bawah tubuhnya sehingga ia jatuh keras pada
sampingnya. Pada hewan yang sangat muda, dengan cara ini
mungkin bisa melukainya.
3. Kuda
a. Restrain Fisik
Ada beberapa cara melakukan restrain fisik pada kuda yaitu :
Mengangkat salah satu kaki kuda
Dengan mengangkat salah satu kaki kuda umumnya dilakukan
pada kaki depan kuda akan kehilangan keseimbangan apabila mau
menendang, karena kuda menendang dengan kedua kaki belakang
secara bersamaan. Cara ini sering dilakukan untuk tujuan
pemeriksaan ataupun dalam melakukan pengobatan.
Metode haltering (menggunakan halter)
Metode ini dengan menggunakan halter (pakaian kuda) atau dapat
juga dengan menggunakan tali yang diikatkan dibelakang telinga
lalu dimasukkan kedalam mulut dan kemudian ditarik kedepan.
Metode paksaan
Metode ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian kuda, dapat
dilakukan dengan menutup matanya dengan menggunakan
kain/handuk atau dengan menggunakan alat (pram/twitch). Pram
dipasang pada bibir atas lalu diputar sedemikian ruoa sehingga
timbul rasa sakit untuk mengalihkan perhatian kuda. Metode ini
dilakukan terutama pada kuda-kuda yang memiliki temperamen
yang tinggi apabila dengan cara yang pertama dan kedua sulit
dilakukan untuk menguasai hewan.
b. Restrain Verbal
Berbicara dengan kuda memiliki pengaruh besar. Berbicara dengan
nada yang menenangkan dan menyakinkan akan lebih baik
dibandingkan dengan nada yang keras dan kasar.
c. Restrain Chemical
Chemical restrain adalah pengendalian hewan dengan bahan-bahan
kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan antara lain yaitu
acepromazine maleat dan xylazine hidroklorida yang dianggap sebagai
obat penenang paling berguna dalam restrain kuda.
4. Kambing
Restrain pada kambing di lakukan dengan cara meresrtrain kakinya pada
tendo acilesh. Apabila tendo acilesh di penggang maka tendo tersebut
tidak berkontraksi. Usahakan kaki yang terangkat adalah kaki bagian
belakang. Setelah tertangkap kakinya kita berada di samping kanan
kambing.
5. Kucing
a. Restrain fisik
Crush cage
Memudahkan untuk intramuscular injeksi. Dinding dalam kandang
yang dapat digerakan memudahkan untuk menahan pasien pada
salah satu sisi kandang.
Cat restaining bag
Terdapat retsleting disepanjang kantung sehingga hanya kepala
kucing yang dapat terlihat.
Cat grabbers
Hampir semua tindakan handling menggunakan kekuatan tangan,
karena itu pelaksana harus melindungi tangannya. Pelaksana harus
tahu di mana harus mencekal bagian tubuh hewan yang aman
sekaligus melindungi tangannya sendiri dari cedera
b. Restraint Kimiawi
Dengan ditemukannya obat-obatan yang mempunyai efek
sedasi, mauscle relaxant, transquilizer, anasthesia, maka teknik
menguasai hewan dengan menggunakan obat-obatan tersebut
disebut chemical restraint. Restraint kimia (sedasi) dapat digunakan
pada kucing. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk kucing dapat
dikombinasikan yaitu xylazine dan ketamine, atau midzolam dan
ketamine.