PENDAHULUAN Sinusitis adalah peradangan pada jaringan yang melapisi rongga sinus baik disertai dengan atau tanpa infeksi. Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit dan jamur. Salah satu penyebab sinusitis adalah infeksi jamur. Infeksi jamur pada sinus paranasal jarang terjadi dan umumnya terjadi pada individu dengan defisiensi sistem imun. Insiden sinusitis jamur pada saat ini telah meningkat pada populasi imunokompeten. 1-4 Insiden sinusitis jamur mempunyai angka yang bervariasi di seluruh dunia. Penelitian Grigoriu et al., di Eropa mendapatkan 81 kasus infeksi yang disebabkan jamur pada 600 kasus rinosinusitis kronis maksila. Penelitian lainnya oleh Chakrabarti et al., di Asia 50 kasus (42 % ) rinosinusitis disebabkan infeksi jamur. Penelitian See Goh et al. di Malaysia memaparkan 16 kasus infeksi jamur pada 30 penderita sinusitis kronis maksila. Infeksi jamur sinus sfenoid lebih jarang terjadi hanya sekitar 2,5% dari seluruh infeksi sinus, infeksi ini terjadi disebabkan oleh anatomi dan penurunan aliran udara daerah sinus sfenoid. 1,5-7 Infeksi sinus sfenoid oleh jamur jarang terdiagnosis, karena mempunyai gejala yang tidak khas (kadang tanpa gejala) dan mempunyai gejala yang menyerupai infeksi sinusitis kronis oleh bakteri atau lainya. Gejala klinis infeksi jamur di sinus sfenoid seperti sakit kepala, nyeri retro-orbital, diplopia, dan kebutaan. Infeksi sinus oleh karena jamur dapat diklasifikasikan yaitu sinusitis jamur ekstramukosa (non invasif) dan invasif. 8-10 Diagnosis sinusitis sfenoid jamur berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Terapi diberikan untuk mengurangi inflamasi pada rongga sinus, membantu drainase, dan menurunkan tekanan pada sinus sebagai penyebab nyeri sinus. 11,12 Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) adalah teknik operasi pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang bertujuan menormalkan kembali ventilasi sinus dan “mucociliary clearance” dalam sinus. 2,3,4 Makalah ini melaporkan kasus sinusitis sfenoid jamur pada penderita wanita usia 45 tahun yang dilakukan bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF). LAPORAN KASUS Seorang wanita (Ny. N) berusia 45 tahun datang ke Unit Rawat Jalan (URJ) T.H.T.K.L. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 23 September 2015. Penderita dirujuk dari RSUD di Papua dengan nyeri kepala hebat. Anamnesis didapatkan nyeri kepala sejak tiga bulan yang lalu. Nyeri kepala awalnya ringan dan membaik dengan pemberian obat anti nyeri sejak satu tahun yang lalu. Pada tiga bulan terakhir keluhan nyeri kepala tidak membaik dengan pemberian obat anti nyeri. Nyeri kepala disertai rasa mual, rasa pusing berputar, dan kepala terasa seperti berat. Keluhan telinga, hidung, dan tenggorok tidak didapatkan. Riwayat penyakit dahulu terdapat bersin setiap pagi disertai nyeri kepala. Hipertensi dan diabetes melitus disangkal. Penderita sebelumnya berkonsultasi dan mendapat terapi di URJ Neurologi Dr. Soetomo Surabaya, nyeri kepala tidak berkurang dan dilakukan computed tomography scan (CT scan). Berdasarkan hasil CT scan penderita didapatkan perselubungan pada sinus sfenoid kanan dan dirujuk ke poli T.H.T.K.L. RSUD Dr. Soetomo. Pemeriksaan rinoskopi anterior tidak tampak sekret pada kavum nasi kiri dan kanan, kedua konka inferior dalam batas normal, tidak didapatkan massa. CT scan sinus paranasal (21 50 SINUSITIS SFENOID JAMUR (Laporan Kasus) Indah Asmara Gustarini, Irwan Kristyono Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei -Agustus 2016, hlm. 50 - 55
6
Embed
PENDAHULUAN - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklca857230d1full.pdf · yang menyerupai infeksi sinusitis kronis oleh bakteri atau lainya. Gejala klinis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Sinusitis adalah peradangan pada jaringan
yang melapisi rongga sinus baik disertai dengan
atau tanpa infeksi. Sinusitis dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, parasit dan jamur. Salah satu
penyebab sinusitis adalah infeksi jamur. Infeksi
jamur pada sinus paranasal jarang terjadi dan
umumnya terjadi pada individu dengan defisiensi
sistem imun. Insiden sinusitis jamur pada saat ini
telah meningkat pada populasi imunokompeten.1-4
Insiden sinusitis jamur mempunyai
angka yang bervariasi di seluruh dunia. Penelitian
Grigoriu et al., di Eropa mendapatkan 81 kasus
infeksi yang disebabkan jamur pada 600 kasus
rinosinusitis kronis maksila. Penelitian lainnya oleh
Chakrabarti et al., di Asia 50 kasus (42 % )
rinosinusitis disebabkan infeksi jamur. Penelitian
See Goh et al. di Malaysia memaparkan 16
kasus infeksi jamur pada 30 penderita sinusitis
kronis maksila. Infeksi jamur sinus sfenoid lebih
jarang terjadi hanya sekitar 2,5% dari seluruh
infeksi sinus, infeksi ini terjadi disebabkan oleh
anatomi dan penurunan aliran udara daerah sinus
sfenoid.1,5-7
Infeksi sinus sfenoid oleh jamur jarang
terdiagnosis, karena mempunyai gejala yang tidak
khas (kadang tanpa gejala) dan mempunyai gejala
yang menyerupai infeksi sinusitis kronis oleh
bakteri atau lainya. Gejala klinis infeksi jamur di
sinus sfenoid seperti sakit kepala, nyeri retro-orbital,
diplopia, dan kebutaan. Infeksi sinus oleh karena
jamur dapat diklasifikasikan yaitu sinusitis jamur
ekstramukosa (non invasif) dan invasif.8-10
Diagnosis sinusitis sfenoid jamur
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang. Terapi diberikan untuk mengurangi
inflamasi pada rongga sinus, membantu drainase,
dan menurunkan tekanan pada sinus sebagai
penyebab nyeri sinus.11,12 Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional (BSEF) adalah teknik operasi pada sinus
paranasal dengan menggunakan endoskop yang
bertujuan menormalkan kembali ventilasi sinus dan
“mucociliary clearance” dalam sinus.2,3,4 Makalah
ini melaporkan kasus sinusitis sfenoid jamur pada
penderita wanita usia 45 tahun yang dilakukan
bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF).
LAPORAN KASUS
Seorang wanita (Ny. N) berusia 45 tahun
datang ke Unit Rawat Jalan (URJ) T.H.T.K.L.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo
Surabaya pada tanggal 23 September 2015.
Penderita dirujuk dari RSUD di Papua dengan nyeri
kepala hebat.
Anamnesis didapatkan nyeri kepala sejak
tiga bulan yang lalu. Nyeri kepala awalnya ringan
dan membaik dengan pemberian obat anti nyeri
sejak satu tahun yang lalu. Pada tiga bulan terakhir
keluhan nyeri kepala tidak membaik dengan
pemberian obat anti nyeri. Nyeri kepala disertai rasa
mual, rasa pusing berputar, dan kepala terasa seperti
berat. Keluhan telinga, hidung, dan tenggorok tidak
didapatkan. Riwayat penyakit dahulu terdapat
bersin setiap pagi disertai nyeri kepala. Hipertensi
dan diabetes melitus disangkal. Penderita
sebelumnya berkonsultasi dan mendapat terapi di
URJ Neurologi Dr. Soetomo Surabaya, nyeri kepala
tidak berkurang dan dilakukan computedtomography scan (CT scan). Berdasarkan hasil CTscan penderita didapatkan perselubungan pada
sinus sfenoid kanan dan dirujuk ke poli T.H.T.K.L.
RSUD Dr. Soetomo.
Pemeriksaan rinoskopi anterior tidak
tampak sekret pada kavum nasi kiri dan kanan,
kedua konka inferior dalam batas normal, tidak
didapatkan massa. CT scan sinus paranasal (21
50
SINUSITIS SFENOID JAMUR
(Laporan Kasus)
Indah Asmara Gustarini, Irwan Kristyono
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jurnal THT - KL Vol.9, No.2, Mei - Agustus 2016, hlm. 50 - 55
September 2015) menunjukkan perselubungan
sinus sfenoid kanan, ekspansi ke dinding antar-
sfenoidal dengan diagnosis banding granuloma dan
tumor (Gambar 1).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang, maka penderita didiagnosis sinusitis
sfenoid kanan, pasien direncanakan menjalani
operasi Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
(BSEF) dengan pendekatan sfenoidektomi untuk
membuka drainase dan ventilasi sinus sfenoid
kanan.
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
(BSEF) dilakukan dengan anestesi umum di
Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 2 Oktober 2015.
Pada saat operasi didapatkan mukosa yang menutup
ostium sinus sfenoid kanan,
dilakukan konkotomi parsial pada
konka media kanan agar lapangan
operasi terlihat jelas dan
mempermudah evaluasi sinus
sfenoid kanan dengan
nasoendoskopi, membuka mukosa
yang menutupi ostium sinus
sfenoid kanan, ostium lalu
diperlebar.
Pada saat ostium sinus
sfenoid telah lebar, didapatkan
bentukan massa berwarna coklat,
tebal, dan sedikit pus pada sinus
sfenoid kanan dan diputuskan untuk
diekstraksi sampai bersih (Gambar
2). Massa di dalam sinus sfenoid
kanan diambil dan dikultur untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
Terapi pasca operasi
diberikan ceftriaxon 2 x 1 gram
intra vena, ranitidin 2 x 50
miligram intra vena, ketorolac 3 x
10 miligram intra vena, dan
metoclopramide 3 x 10 miligram
intra vena.
Hari pertama pasca
operasi didapatkan keluhan nyeri
kepala berkurang, tidak tampak
perdarahan baik dari anterior
maupun posterior kavum nasi, tidak tampak tampon
yang jatuh ke orofaring, terapi medikamentosa
dilanjutkan.
Hari kedua pasca operasi, keluhan nyeri
minimal dan tidak didapatkan perdarahan, terapi
sama seperti hari pertama. Hari ketiga dilakukan
nasoendoskopi di URJ THTKL dan evaluasi
sebelum penderita keluar rumah sakit.
Hasil evaluasi nasoendoskopi didapatkan
sinus sfenoid kanan tampak debris jamur, ostium
sinus sfenoid tampak lebar, terdapat sedikit bekuan
darah, lalu penderita diberikan terapi cuci hidung
larutan garam fisiologis 5 x 100 cc. Penderita
kontrol ke poli T.H.T.K.L satu minggu setelah
keluar rumah sakit.
Kontrol pertama pada tanggal 9 Oktober
2015, keluhan nyeri kepala berkurang, sedikit nyeri