Gejala Klinis dan Gambaran Klinis Penyakit Sifilis
Sifilis Dini1. Sifilis Primer Masa tunas biasanya dua sampai
empat minggu (2-4 minggu). T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir
atau kulit yang telah mengalami lesi/mikrolesi secara langsung,
biasanya melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak
kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.Kelainan
kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang permukaannya segera
menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut
biasanya bulat, soliter, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna
merah dan bersih , diatasnya hanya tampak serum. Dindingnya tak
bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang
akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi
karena itu disebut ulkus durum. Kelainan tersebut dinamakan afek
primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pada pria
tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius, sedangkan pada
wanita di labia minor dan mayor. Selain juga dapat di
ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus. Afek primer
tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Seminggu
setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah
bening regional di inguinalis medialis. Keseluruhannya disebut
kompleks primer. Kelenjar tersebut soliter, indolen tidak lunak,
besarnya biasanya lentikuler, tidak supuratif. Kulit diatasnya
tidak menandakan tanda-tanda radang akut.Istilah sifilis demblee
dipakai, jika tidak terdapat efek primer. Kuman masuk ke jaringan
yang lebih dalam, misalnya pada transffusi darah atau suntikan.
gambar.1. Ulkus durum pada lidah gambar.2. Ulkus durum sulcus
coronarius
2. Sifilis sekunder Biasanya timbul setelah 6-8 minggu sejak SI
dan sejumlah 1/3 kasus masih disertai sifilis primer. Lama sifilis
sekunder dapat sampai sembilan bulan. Berbeda dengan sifilis primer
yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada sifilis sekunder dapat
disertai gejala tersebut yang terjadi sebelum atau selama SII.
Gejalanya umumnya tidak berat, berupa anoreksia, turunnya berat
badan, malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan
atralgia.Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator. Selain pada kulit sifilis
sekunder juga dapat menyebabkan kelainan pada mukosa, kelenjar
getah bening, mata , hepar, tulang, dan syaraf.Kelainan kulit yang
membasah (eksudatif) pada sifilis sekunder sangat menular, kelainan
yang kering kurang menular. Kondiloma lata dan plaque muqueuses
ialah bentuk yang sangat menular. Gejala yang penting untuk
membedakan dengan penyakit kulit yang lain ialah Kelainan kulit
pada sifilis sekunder umumnya tidak gatal, sering disertai
limfadenitis generalisata, pada sifilis sekunder dini kelainan
kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki.Antara sifilis
sekunder dini dan sifilis sekunder lanjut terdapat perbedaan. Pada
sifilis sekunder dini kelainan kulit generalisata, simetrik, dan
lebih cepat hilang (beberapa hari hinggga beberapa minggu ). Pada
sifilis sekunder lanjut tidak generalisata lagi, melainkan
setempat-setempat, tidak simetris dan lebih lama bertahan (beberapa
minggu hingga beberapa bulan).
Sifilis Sekunder pada mukosaBiasanya timbul bersama-sama dengan
eksantema pada kulit, kelainan pada mukosa disebut enantem,
terutama terdapat pada mulut dan tenggorok. Umumnya berupa makula
eritematosa, yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritem
yang difus, berbatas tegas dan disebut angina sifilitika
eritematosa.Keluhannya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu
menelan. Sering faring juga diserang, sehingga memberi keluhan
suara parau. Pada eritema tersebut kadang-kadang terbentuk bercak
putih keabu-abuan, dapat erosif dan nyeri.Kelainan lain ialah yang
disebut plaque muqueuses (mucous patch), berupa papul eritematosa,
permukaannya datar, biasanya miliar atau lentikuler, timbulnya
bersama-sama dengan SII bentuk papul pada kulit. Plaque muqueuses
tersebut dapat juga terletak di selaput lendir alat genital dan
biasanya erosif. Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri,
lamanya beberapa minggu.
Kelainan selaput lendir Mucous patch - banyak mengandung T
pallidum, Bentuk bulat, kemerahan ulkus Kelainan mukosa bibir,
pipi, laring, tonsil dan genital Gambar.3. Plaque muqueuses (mucous
patch)
Gambar.4. Interstitial glossitis
3. Sifilis Laten diniLaten berarti tidak ada gejala klinis dan
kelainan, termasuk alat-alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan
aktif. Tes serologik darah positif, sedangkan tes likuor
cerebrospinalis negatif.
4. Sifilis stadium rekurenRelaps dapat terjadi baik secara
klinis berupa kelainan kulit mirip SII, maupun serologikyang telah
negatif menjadi positif. Hal ini terjadi terutama pada sifilis yang
tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya
bentuk relaps ialah sifilis sekunder, kadang-kadang sifilis primer.
Relaps dapat memberi kelainan pada mata, tulang, alat dalam, dan
susunan saraf.
A. Sifilis Lanjut
1. Sifilis laten lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
tes serologik. Lama masa laten beberapa tahun hingga
bertahun-tahun, bahkan dapat seumur hidup.
2. Sifilis Tersier
Lesi pertama umumnya terlihat antara 3-10 tahun setelah sifilis
primer. Kelainan yang khas adalah gumma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif.Besar gumma
bervariasi dari lentikuler sampai sebesar telur ayam. Kulit di
atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan
dapat digerakkan.setelah beberapa bulan mulai melunak, biasanya
mulai dari tengah, tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi
eritematosa dan livid serta melekat terhadap gumma tersebut.
Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen,
kadang-kadang sanguinolen, pada beberapa kasus disertai jaringan
nekrotik.Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya
lonjong/bulat, dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut
terdorong ke luar. Beberapa ulkus berkonfluensi sehingga membentuk
pinggir yang polisiklik. Jika telah menjadi ulkus, maka infiltrat
yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi
datar.Tanpa pengobatan gumma tersebut akan bertahan beberapa bulan
hingga beberapa tahun. Biasanya gumma soliter, tetapi dapat pula
multiple, umumnya asimetrik. Gejala umum biasanya tidak terdapat,
tetapi jika gumma multiple dan perlunakannya cepat, dapat disertai
demam.Selain gumma, kelainan yang lain pada tersier sifilis ialah
nodus. Mula-mula di kutan kemudian ke epidermis, pertumbuhannya
lambat yakni beberapa minggu/bulan dan umumnya meninggalkan
sikatriks yang hipotrofi.Nodus tersebut dalam perkembangannya mirip
gumma., mengalami nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. Dapat
pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya dengan
gumma, nodus lebih superficial dan lebih kecil (miliar hingga
lentikuler), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk
bergerombol atau berkonfluensi, selain itu tersebar. Warnanya merah
kecoklatan.Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus.
Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti llin dan
disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional tidak
membesar. Kelainan yang jarang ialah yang disebut nodositas juxta
articularis berupa nodus-nodus subkutan yang fibrotik, tidak
melunak, indolen, biasanya pada sendi besar.
Sifilis Tersier pada mukosaGumma juga ditemukan di selaput
lendir, dapat setempat atau menyebar. Yang setempat biasanya pada
mulut dan tenggorok atau septum nasi. seperti biasanya akan melunak
dan membentuk ulkus, bersifat destruktif jadi dapt merusak tulang
rawan septum nasi atau palatum mole hingga terjadi perforasi. Pada
lidah yang tersering ialah gumma yang nyeri dengan fisur-fisur
tidak teratur serta leukoplakia.
Gambar.5. Sifilis Stadium III, Large gumma
Gambar.6. Nasal perforation ec nasal gumma gambar.7 Sifilis III,
Gumma on lower lip
Sifilis Tersier pada tulangPaling sering menyerang tibia,
tengkorak, bahu, femur, dan humerus. Gejala nyeri biasanya pada
malam hari. Terdapat dua bentuk, yakni periostitis gumatosa dan
osteitis gumatosa, kedua-duanya dapat didiagnosa dengan
sinar-x.Sifilis Tersier pada alat dalamHepar merupakan organ intra
abdominal yang paling sering diserang. Gumma bersifat multiple,
jika sembuh terjadi fibrosis, hingga hepar mengalami retraksi,
membentuk lobus-lobus tidak teratur yang disebut hepar
lobatum.Esofagus dan lambung dapat pula dikenai, meskipun jarang.
Gumma dapat menyebabkan fibrosis. Pada paru juga jarang, gumma
soliter dapat terjadi di dalam atau di luar bronkus, jika sembuh
terjadi fibrosis dan menyebabkan bronkiektasis. Gumma dapat
menyerang ginjal, vesika urinaria, dan prostat, meskipun jarang. S
III pada ovarium jarang, pada testis kadang-kadang berupa gumma
atau fibrosis interstitial, tidak nyeri, permukaanya rata dan
unilateral, kadang-kadang memecah ke bagian anterior scrotum.
Sifilis KongenitalSifilis kongenital pada bayi terjadi, jika
ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak
T.palidum beredar dalam darah. Treponema masuk secra hematogen ke
janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa
kehamilan 10 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya
ringan. Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati terdapat
kemungkinan penularan sampai 90%. Jika ibu menderita sifilis laten
dini, kemungkinan bayi sakit 80 % , bila sifilis lanjut 30%.
Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang
kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan
terjadi abortus pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada
bulan kedelapan, berikutnya janin dengan sifilis kongenital yang
akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti oleh dua sampai tiga
bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan lahir
seorang atau lebih bayi yang sehat. Keadaan ini disebut hukum
kossowitz.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini
(prekoks), sifilis kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas
antara dini dan lanjut ialah dua tahun. Yang dini bersifat menular,
jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk gumma dan
tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformitas
akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.
1. Sifilis kongenital diniKelainan kulit yang pertama kali
terlihat pada waktu lahir ialah bula bergerombol, simetris pada
telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada tempat lain di badan.
Cairan bula mngandung banyak T.pallidum. Bayi tampak sakit, bentuk
ini adakalanya disebut pemfigus sifilitika.
Kelainan lain biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa
minggu dan mirip erupsi pada S II, pada umumnya berbentuk papul
atau papula-skuamosa yang simetris dan generalisata. Dapat tersusun
teratur, misalnya anular. Pada tempat yang lembab papul dapat
mengalami erosi seperti kondiloma lata. Ragades merupakan kelainan
umum yang terdapat pada sudut mulut, lubang hidung, dan anus,
bentuknya memancar (radiating).
Wajah bayi berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan
sehingga kulit keriput. Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada
sisi dan belakang kepala. Kuku dapat terlepas akibat papul di
bawahny, disebut onikia sifilitika. Jika tumbuh kuku yang baru akan
kabur dan bentuknya berubah.
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok dapat terlihat plaques
muqueuses seperti pada sifilis sekunder . Kelainan semacam itu
sering terdapat pada daerah mukoperiosteum dalam kavum nasi yang
menyebabkan rinitis dan disebut syphilitic snuffles. Kelainan
tersebut disertai sekret yang mukopurulen atau seropurulen yang
sangat menular dan menyebabkan sumbatan. Pernafasan dengan hidung
suka. Jika plaques muqueuses terdapat pada laring suara menjadi
parau. Kelenjar getah bening dapat membesar, generalisata, tetapi
tidak sejelas pada sifilis sekunder.
Gambar.8. Sifilis Kongenital Snuffle nose
Hepar dan lien membesar akibat invavasi T.pallidum sehingga
terjadi fibrosis yang difus. Dapat terjadi udema dan sedikit
ikterik (fungsi hepar terganggu). Ginjal dapat diserang, pada urin
dapat terbentuk albumin, hialin, dan granular cast. Pada umumnya
kalainan ginjal ringan. Pada paru kadang-kadang terdapat infiltrasi
yang disebut pneumonia putih.
Gambar.9. Sifilis Kongenital Hepato-splenomegali
Tulang sering diserang pada waktu bayi berumur beberapa minggu.
Osteokondrosis pada tulang panjang umumnya terjadi sebelum berumur
enam bulan dan memberi gambaran khas pada waktu pemeriksaan dengan
sinar-x. Ujung tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat
digerakan, seolah-olah terjadi paralisis dan disebut psuedo
paralisis parrot. Kadang-kadang terjadi komplikasi berupa
terlepasnya epifisis, fraktur patologik, dan arthritis supurativa.
Pada pemeriksaan dengan sinar-x terjadi gambaran yanng khas. Tanda
osteokondritis menghilang setelah 12 bulan, tetapi periostitis
menetap. Umunya tedapat anemia berat sehingga rentan terhadap
infeksi.
Gamabar.10. Sifilis kongenital periostitis
Neurosifilis aktif terdapat kira-kira 10%. Akibat invasi
T.pallidum pada otak waktu intrauterin menyebabkan perkembangan
otak terhenti. Menyebabkan pada bayi terjadi konvulsi dan
defisiensi mental.
2. Sifilis Kongenital LanjutUmumnya terjadi antara umur tujuh
sampai lima belas tahu. Gumma dapat menyerang kulit, tulang,
selaput lendir, dan alat dalam. Yang khas ialah gumma pada hidung
dan mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi
perforasi, bila meluas menjadi dekstruksi seluruhnya hingga hidung
mengalami kolaps dengan deformitas. Gumma pada palatum mole dan
durum juga sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada
palatum.
Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai 1/3tengah
tulang dan menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia.
Osteoperiotiitis setempat pada tengkorak berupa tumor bulat yang
disebut parrots nodus, umumnya terjadi pada daerah frontal dan
parietal.
Keratitis merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi
antara umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensinya 25% dari
penderita dengan sifiis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan.
Akibat diserangnya nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya
bilateral.
3. Stigmata
1. Stigmata pada lesi diniFasiesAkibat rinitis yang parah dan
terus-menerus pada bayi, akan menyababkan gangguan pertumbuhan
septum nasi dan tulang lain pada kavum nasi. Kemudian terjadi
depresi pada jembatan hidung dan disebut saddle nose. Maksilla
tumbuh secara abnormal yakni lebih kecil daripada mandibula yang
tumbuh normal dan disebut buldogjaw.
GigiGigi hutchinson merupakan kelainan yang khas, hanya terdapat
pada gigi insisiv permanen. Gigi tersebut lebih kecil daripada
normal, sisi gigi konveks, sedangkan daerah untuk menggigit
konkaf.Kelainan lain yang khas ialah pada gigi molar pertama,
biasanya yang di bawah. Pertama kali dilukiskan oleh moon dan
disebut moon:s molar.Permokaannya berbintil-bintil (tuberkula)
sehingga mirip murbai, karena itu dinamai pula mulbery molar.
Kelainan ini lebih sering terdapat daripada gigi hutchinson. Enamel
di tempat itu tipis, hingga mudah teradi karies dan cepat
tanggal.
Gambar.11. Hutchinsons teeth Hutchinsons teeth
RagadesRagades terdapat terutama pada sudut mulut, jarang pada
lubang hidung dan anus. Terbentuknya dari papul-papul yang
berkonfluensi, akibat pergerakan mulut terjadi fisur yang kemudian
mengalami infeksi sekunder, jika sembuh meninggalkan jaringan parut
linear yang memancar dari sudut mulut.
2. Stigmata pada lesi lanjutKorneaKeratitis interstitsial dapat
meninggalkan keruhan pada lapisan dalam kornea.
Gamabar 12.Keratitis interstisial
Sikatriks gumatosaGumma pada kulit meninggalkan sikatriks yang
hipotrofi seperti kertas perkamen. Pada palatum dan septum nasi
meninggalkan perforasi.
TulangOsteoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai
sabre tibia. Nodus periosteal yang menyembuh sering memberi
prominen yang abnormal dan pelebaran regio frontalis yang disebut
frontal bossing. Kalianan ini bersama dengan saddle nose dan
bulldog jaw disebut buldog facies.Trias hutchinsonTrias hutchinson
ialah sindrom yang terdiri dari keratitis intertisisal, gigi
hutchinson, dan ketulian nervus VIII.