Tentamen suicidum
Loviana
10.2009.200
Kelompok C1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana
Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Latar belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai
hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun sosial mampu mempengaruhi bagaimana
persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping
(cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah) yang bak, yang mampu
mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari
perilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat
memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.1
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut
individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive
yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat
yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.1
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa danKedokteran
Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yangmemerlukan intervensi
psikiatrik.2
Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi sasaran pembelajaran yang
berkaitan dengan manusia, material dan bahan, proses, fasilitas dan managemen dari k3.
ISI
Skenario
1
Suatu kelompok kerja diberi tugas untuk memasang kabel transmisi tegangan rendah,
mereka meminta tangga dan berbagai peralatan dari petugas gudang.
Pada saat melaksanakan pekerjaan, seorang teknisi memanjat tangga tersebut dan
menginjak bagian yang cacat, dan bagian tersebut patah, teknisi yang tidak menggunakan
sabuk pengaman tersebut terjatuh. Ternyata tangga yang diberikan petugas gudang adalah
sebuah tangga yang cacat pada anak tangga ketiga dari bawah. Tangga tersebut disimpan di
gudang perusahaan. Petugas gudang itu tidak mengetahui tangga tersebut cacat, karena itu ia
menyerahkan tangga tersebut kepada pimpinan kelompok untuk digunakan.
Pengawas gudang sudah mengetahui bahwa tangga tersebut cacat, tapi ia lupa
memasang tanda peringatan atau member perintah agar tangga tersebut diperbaiki.
K3
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.1
Isi dari Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, antara lain:
Pembebanan dan pengangkutan material yang minimal
Mempunyai ruang gerak yang aman dan tidak licin
Mempunyai ruang yang cukup luas untuk peletakan antar mesin dan
peralatan
Tersedianya fasilitas untuk efakuasi di lapangan verja
Tersedianya ruangan yang terisolasi khusus untuk pengerjaan proses yang
berbahaya
Tersedianya peralatan pencegah kebakaran disetiap mesin dan peralatan. 1
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut:
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
2
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:
kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
A. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban
fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka mungkin lebih cocok untuk beban
fisik atau mental atau sosial.
B. Beban tambahan dan lingkungan kerja
Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya.
Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan yang berakibat beban
tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja.
C. Kapasitas kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya dan sangat
tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin dan ukuran
tubuh.1
Bahaya K3:
Bahaya fisika
Bahaya fisika adalah setiap gerakan dan setiap aliran energi yang punya potensi
merugikan manusia. Masuk dalam jenis bahaya ini adalah bahaya karena aliran
3
listrik, bahaya peralatan mekanis, getaran, suara (yang memekakkan), energi
potensial gravitasi, panas dan radiasi.
Bahaya mekanik adalah bagian dari bahaya fisika yang disebabkan gerakan
mekanis seperti putaran bagian dari mesin. Bahaya ini mudah diamati. Setiap ada
gerakan dari mesin atau bagian dari mesin, entah linear ataupun radial, yang
mempunyai kemungkinan kontak dengan pekerja, maka itulah bahaya, terlepas
dari seberapa besar kemungkinan tersebut dan terlepas dari apakah mekanisme
pencegahan kontak sudah diterapkan atau belum.
Bahaya kimia
Bahaya kimia adalah bahaya karena sifat dari bahan beberapa bahan kimia yang bisa
merugikan pekerja. Bahaya kimia tidak bisa langsung diamati seperti bahaya mekanik.
Berbagai jenis solvent (pembersih pelarut), bensin, fumes (seperti pada proses
pengelasan), partikulat asbestos, siliki adalah beberapa contoh jenis bahaya ini. Cara
paling mudah untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia berbahaya atau tidak
adalah melihat MSDS (material safety datasheet) – yang menurut undang-undang
harus ada pada setiap penyimpanan bahan kimia. Dari situ dapat diketahui sifat-sifat
zat kimia (seperti mudah mengiritasi, mudah terbakar, mudah meledak, mudah
menghasilkan oksigen, menimbulkan kanker dan lain-lain).
Bahaya biologis
Yang termasuk dalam bahaya biologis adalah hewan liar, kuman, virus, jamur. Bahaya
jenis ini adalah bahaya yang umum di rumah sakit. Bahaya juga mungkin ada pada
aktifitas penyediaan makanan / katering dan pada organisasi yang area operasionalnya
memungkinkan masuknya hewan liar.
Bahaya rancang kerja
Bahaya ini muncul karena lemahnya perancangan cara kerja yang dapat
mengakibatkan kerugian kesehatan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan yang
dilakukan dengan sikap badan yang tidak netral secara terus menerus atau
pembebanan terus menerus pada salah satu anggota badan adalah contoh dari jenis
bahaya ini. Untuk dapat mengetahui bahaya-bahaya jenis ini diperlukan paling tidak
tidak pengetahuan dasar tentang ergonomi dan sikap netral anggota badan.
4
Gambar 1. Salah satu sikap yang salah
Manusia
Manusia sebagai makhluk individu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk
menyelesaikan tugas-tugas, pekerjaan, menggunakan peralatan, atau fungsi peralatan,
meskipun terkadang telah dilakukan pelatihan atau perekrutan secara profesional dengan
kualifikasi pekerjaan yang sama.
Para pakar di bidang psikologi telah meneliti beberapa faktor personal yang
mempengaruhi pekerjaan manusia tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:
A. Kemampuan Kognitif
Dunia kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh
seseorang. Seorang pekerja yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan
kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal
tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang
diberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaannya akan lebih baik.
Kemampuan kognitif seperti persepsi, memori, pemrosesan informasi dan
pertimbangan termasuk dalam kinerja pada hampir semua jenis pekerjaan, mulai dari
pekerja di perkantoran sampai pekerjaan mengoperasikan mesin yang sangat komplek.
Dalam sebuah penelitian terbukti bahwa IQ memberikan kontribusi sebesar
30% didalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja sesorang.
B. Kesehatan
5
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman, serta nyaman
merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Pada umumnya, kesehatan tenaga
pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional.
C. Kelelahan (fatigue)
Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi
kerja, ketrampilan, kebosanan serta peningkatan kecemasan. Kata “lelah” mempunyai
arti tersendiri bagi setiap individu dan bersifat subyektif. Istilah kelelahan mengarah
pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.
Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami tenaga kerja
dengan kinerja perusahaan. Apabila tingkat produktivitas seseorang terganggu yang
disebabkan oleh kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkan akan
terasa oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan. Tenaga kerja
sebagai aset investasi perusahaan perlu dikelola dengan baik dan benar antara lain
dengan memperhatikan faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya kelelahan.
Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor
kelelahan pada tenaga kerja dapat dilakukan hal-hal berikut :
Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan efektif
Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar
ergonomic.
Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja
Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, bagi
tenaga kerja.
Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik untuk
mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini menemukan solusi yang tepat.
Menerapkan saran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan
fleksibiltas yang tinggi.
Kelelahan juga bisa menjadi penyebab menurunnya produksi dan juga bisa
menjadi penyebab meningkatnya kecelakaan kerja. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan antara frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dengan taraf
produksi yang dihasilkan pada suatu perusahaan.
D. Pengalaman Kerja
6
Pengalaman kerja juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. Masa
kerja yang cukup lama akan membentuk pola kerja yang efektif. Dengan adanya
pengalaman kerja dari karyawan dipandang mampu melaksanakan pekerjaan atau
cepat menyesuaikan dengan pekerjaannya, sekaligus tanggung jawab yang telah
diberikan padanya. Dengan kata lain semakin sering berpengalaman menyelesaikan
tugas yang sama.
E. Karakteristik Kepribadian
Friedman dan Rosenman membedakan tipe kepribadian menjadi 2 (dua), yaitu:
Tipe Kepribadian A
Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A:
Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat
Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian terjadi
Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara terus
menerus
Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai
Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara seberapa
banyak hasil yang telah dicapai
Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka
sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu
untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa
karakteristik perilaku tertentu.
Sebagai contoh: orang-orang tipe A adalah pekerja cepat, mereka lebih
mementingkan kuantitas daripada kualitas. Dalam posisi manajerial, orang-orang
tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang
panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini
kurang memiliki kreativitas.
Tipe Kepribadian B
Kebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B.
Ciri-ciri dari orang tipe B:
Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru karena keterbatasan
waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu menyertai.
7
Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan keberhasilan mereka
kecuali dalam keadaan yang terpaksa, karena adanya permintaan dari situasi yang
ada.
Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan memperlihatkan
superioritas mereka dengan pengorbanan yang seperti apapun.
Dapat bersantai tanpa merasa bersalah.
F. Psikologi
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan
itu. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera,
atau reaksi yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya.
Reaksi positif tidak perlu dibahas disini, yang perlu dibahas adalah reaksi yang
negatif.
Seorang pekerja atau karyawan yang bersikap bosan, acuh, tak bergairah
melakukan pekerjaannya ini banyak faktor yang menyebabkannya, antara lain tidak
cocok dengan pekerjaan itu, tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaan yang baik,
kurangnya insentif, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain-lainnya.
Salah satu faktor yang sering terjadi mengapa karyawan atau pekerja ini melakukan
pekerjaannya dengan sikap yang negatif adalah karena tidak mengetahui bagaimana
melakukan pekerjaannya secara baik dan efisien.
Melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada
kemampuan atau keterampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur
kerja, uraian kerja (job description) yang jelas. Peralatan kerja yang tepat atau sesuai
lingkungan kerja, dan sebagainya. Semuanya ini dicakup dalam satu istilah yakni cara
kerja yang ergonomis.
Stres di lingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat
dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres
tersebut sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat mengelola stres, pertama
sekali yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi sumber atau penyebab stres atau
stressor.
Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab stres di lingkungan kerja yakni:
Faktor internal, yakni dari dalam diri pekerja itu sendiri, misalnya kurangnya
percaya diri dalam melakukan pekerjaan, kurangnya kemampuan atau
keterampilan dalam melakukan pekerjaan dan sebagainya.
8
Faktor eksternal, yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini
mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial (masyarakat kerja).
Lingkungan fisik yang sering menimbulkan stres kerja antara lain
tempat kerja yang tidak higienis, kebisingan yang tinggi, dan
sebagainya.
Lingkungan manusia (sosial) yang sering menimbulkan stres adalah
pimpinan yang otoriter, persaingan kerja yang tidak sehat, adanya klik-
klik di lingkungan kerja, dan sebagainya.2
SOP
Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah - langkah sejumlah
instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.3
Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja &
aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan;
menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari
pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana
metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang
sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.3
Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja
(sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP
sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur
suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu
standar yang sudah baku.3
Suatu SOP harus memiliki akurasi uraian proses kejadian beserta pengendaliannya, antara
lain:
Ada daftar bahan dan komponen suatu proses dengan karakteristik kualitas minimal;
khususnya ada penjelasan jumlah komponen standar yang digunakan.
Ada deskripsi lengkap komponen (sampel) yang mesti dipersiapkan sebelum
pekerjaan dilaksanakan; terdiri dari uraian atau formulasi komponen khusus atau
acuan layak termasuk jumlah dan nomor seri komponen.
9
Ada daftar karakteristik perlengkapan (equipment), seperti: kapasitas, kepresisian,
keterbatasan, dayasuai (compatibilities), indikasi nama perlengkapan khusus.
Ada deskripsi langkah-langkah proses peristiwa termasuk skala atau kapasitas
operasi.
Ada parameter pengendalian proses, metode dan keberhasilan. Metode tes atau
observasi yang merupakan pengendalian proses yang efektif dan pengujian harus
mempunyai dokumentasi.
Ada diagram alir kerja.
Ada pengujian efektivitas baik dalam proses maupun sesudah ada produk, ini
dibatasi atau ada kriteria yang dapat diterima pihak profesional.
Ada contoh perhitungan, estimasi waktu, kartu isian.
Ada biaya, alat angkut, dan daftar faktor pengganggu.
Ada yang pelaksana dan pertanggungjawaban; siapa melaksanakan apa?
Ada akuntabilitas pimpinan.
Ada pelaporan dan dokumentasi.
10
Contoh SOP dalam proses pemasangan instalasi listrik
Bahan dan material
Keselamatan kerja adalah prioritas utama pada setiap pekerjaan. Kecelakaan listrik
dapat menyebabkan luka yang serius bahkan kematian. Kecelakaan listrik terjadi akibat
kecerobohan atau kurangnya pengertian tentang listrik. Mempelajari lebih dahulu cara
mengoperasikan rangkaian peralatan listrik dengan tepat merupakan hal utama. Pelajari
bagaimana alat itu bekerja dan cara yang tepat untuk menanganinya.
Listrik
Untuk mengoperasikan peralatan pengalih daya tegangan rendah memerlukan
pengetahuan dasar tentang prosedur mengoperasikan peralatan. Pengetahuan dasar untuk
melaksanakan pengoperasian peralatan pengalih daya tegangan rendah yang dimaksud adalah:
1. Sumber energi yang digunakan
2. Komponen-komponen pengalih daya
3. Memahami rangkaian pengendali pengalih daya
4. Memahami rangkaian power pengalih daya
Arus listrik yang mengalir pada kabel tidak nampak oleh kasat mata. Arus listrik akan
mudah diketahui dengan menggunakan alat ukur. Barangkali bahaya yang paling besar
terhadap aliran listrik adalah bahaya sengatan listrik. Arus yang mengalir ke tubuh manusia
yang lebih dari 10 mA dapat melumpuhkan korban. Bahaya sengatan listrik meningkat sesuai
dengan kenaikan tegangan (voltase). Karena itu mereka yang bekerja dengan tegangan tinggi
harus dilatih dan diperlengkapi peralatan pengaman yang tepat.
Jika kulit manusia basah atau luka, maka resistansinya terhadap aliran listrik dapat
turun drastik. Jika hal itu terjadi, maka walaupun tegangan yang mengalir hanya sedang saja
arus listrik akan menyengat dengan serius. Teknisi yang berpengalaman mengetahui hal
tersebut, dan akan membuat pembagian tegangan yaitu tegangan rendah dan tegangan tinggi.
Seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, kita akan mempelajari banyak
prosedur pengamanan khusus berkaitan dengan listrik.
Penghantar dari bahan metal mudah mengalirkan arus listrik, tembaga dan aluminium
memiliki daya hantar listrik yang tinggi.
11
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi :
1) isolator jenis pasak
2) isolator jenis pos – saluran
3) isolator gantung
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi
dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-23 kV), sedangkan isolator gantung
dapat digandeng menjadi rentetan/ rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah :
1) tembaga dengan koduktivitas 100 % (Cu 100%)
2) tembaga dengan konduktivitas 97,5 % (Cu 97,5%)
3) Aluminium dengan konduktivitas 61 % (Al 61%)
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
kawat penghantar aluminium, karena conductivitas dan kuat tariknya yang lebih tinggi.
Tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih
berat dan lebih mahal dari aluminium. Oleh karena itu dewasa ini kawat penghantar
aluminium telah mulai mengantikan kedudukan kawat penghantar tembaga.
Untuk memperbesar kuwat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran
aluminium (aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana
jarak antara menara/tiang berjauhan, yang mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat
tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat tanah atau “ ground wires “ juga disebut kawat pelindung (shield wires), gunanya
untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambara pedir.
Jadi kawat tanah dipasang di atas kawat-kawat phasa, sebagai pelindung dari sambaran petir.
Sebagai kawat tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yan g lebih murah, tetapi
tidak jarang digunakan ACSR.
12
Tangga
a) Komposisi/ struktur bahan
Bila kayu yang dipakai, ukurannya harus cukup besar. Jika dipakai kayu borneo
yang baik, ukurannya kira-kira sebagai berikut:
1. Jika tinggi tanggga tidak lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran
5x7 cm dan anak tangga 2x7cm.
2. Jika tinggi tangga lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran 3x10cm
dan anak tangga 2,5x7cm.
Teras atau bentuk tidak teratur lainnya pada serat-serat kayu mungkin menjadi
sebab terjadinya patah, jika beben yang relative besar ditempatkan pada tangga atau
jika tangga tersebut terkena perubahan beban yang besar. Tenpat-tempat lemah pada
tangga mudah disembunyikan dengan pengecatan. Maka dari itu, pengecatan tidak
diperbolehkan.
b) Bentuk/ form
1. Setiap tangga yang dipakai untuk naik dan turun harus memiliki panjang
sekurang-kurangnya 1 meter diatas tempat yang tertinggi yanga akan dicapai
oleh setiap orang yang menggunakannya atau satu dari sisi tegaknya mempunyai
panjang 1 meter lebih untuk digunakan sebagai pegangan.
2. Tangga tidak boleh berdiri diatas bata-bata atau barang lain yang goyang, tetapi
harus berdiri pada dataran yang kokoh.
3. Setiap tangga harus diletakan sedemikian diatas dan dibawah tidak mungkin
bergerak. Jika di atas tidak dapat dikokohkan letaknya, bagian bawah harus kuat
dudukannya terhadap lantai. Jika kedudukannya dilantai juga tidak dapat dijamin
kekokohannya, orang lain harus memegangi tangga dibawah.
13
4. Cara kerja harus menjamin tidak bergerak kesamping.
5. Tangga yang sangat panjang harus dikokohkan kedudukannya terhadap
penunjang
6. Tangga-tangga yang harus ditunjang secara sama dan tepat pada kedua sisinya.
7. Jika suatu tangga menghubungkan beberapa lantai , tangga harus dilengkapi
pasangan perancah dan suatu tempat untuk singgah di lantai yang bersangkutan
dengan lobang yang sekecil mungkin.
8. Suatu tangga yang anak tangganya cacat dan hilang tidak boleh dipakai.
9. Pasangan anak tangga harus sedemikian sehingga tidak hanya tergantung dari
paku saja, tetapi lebih kokoh lagi.
Tangga-tangga banyak dipakai diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja.
Untuk keperluan tersebut perlu diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut:
1. Tersedianya tangga dalam jumlah yang cukup menurut jenis dan panjang yang
tepat merupakan kebutuhan di perusahaan atau tempat kerja khususnya untuk
pekerja perawatan perbaikan
2. Tangga-tangga harus selalu dipelihara dalam kondisi yang sebaik-baiknya dan
harus diperiksa secara teratur oleh orang-orang yang kompeten.
3. Tangga-tangga dengan anak-anak tangga yang hilang atau cacat tidak boleh
dikeluarkan untuk dipakai atau diterima dipergunakan.
4. Tangga-tangga yang kurang sempurna harus segera diperbaiki
5. Tangga-tangga yang harus dilengkapi landasan penguat yang tidak selip, jika
landasan tersebut membantu mengurangi bahaya terselip
6. Tenaga kerja harus bertugas untuk pekerjaanperbaiki dan memerlukan tangga
atau daratan kerja harus menelaah bahaya tangga dan daratan kerja cocok untuk
pekerjaannya.
7. Tegaknya tangga harus sedemikian sehingga jarak landasan terhadap dindidng
tegak adalah seperempat dari pajang bersandarnya tangga.
8. Beramai-ramai naik tangga tidak dibenarkan
9. Tangga jangan sekali-kali ditemoatnkan di depan pintu terkecuali pintu dikunci
atau dijamin tidak akan terbuka dan menyebabkan tergelincirnya tangga.
10. Tangga-tangga tidak boleh ditempatkan saling bersandar satu dengan yang lain
sehingga timbul kerusakan padanya.
14
11. Tangga tidak boleh dipakai untuk keperluan lain dari pada maksud
pembuatannya.
12. Tangga-tangga harus disimpan sedemikian sehingga:
a. Mudah diambil untuk pemakaiannya
b. Mudah dicapai tempatnya
c. Tidak dipengaruhi cuaca seperti panas dan kelembaban
d. Tempat cukup aliran udara
e. Jika diletakan mendatar, harus dipakai penyangga agar tidak lengkung.
Lingkungan kerja
Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan 3 komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.4
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat keselamatan kerja
ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja
untuk:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
gelora.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
k) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
15
l) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang, tanaman atau
barang.
m) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
p) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Kecelakaan disebabkan oleh:
Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)
a) Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
b) Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
c) Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
d) Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.
Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)
a) Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman,
bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
b) Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi
atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata
ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).
Cara mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman:
a) Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
b) Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi
tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
c) Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control
dsb untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang
seksama terhadap lingkungan kerja.
16
Fasilitas kerja dan managemen kerja
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan Seperangkat Alat Yang Digunakan Tenaga Kerja
Untuk Melindungi Sebagian Atau Seluruh Tubuhnya Dari Adanya Potensi
Bahaya/Kecelakaan. Perusahaan diharuskan untuk menentukan bahwa APD harus
digunakan untuk melindungi pekerja dan memiliki kewajiban untuk menyediakan APD,
termasuk peralatan pelindung pribadi untuk mata, wajah, kepala, dan kaki, dan pakaian
pelindung dan penghalang (barrier). Perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawan
menggunakan dan memelihara APD dalam kondisi steril dan handal.
Syarat APD:
Dapat Memberikan Perlindungan Terhadap Bahaya
Berbobot Ringan
Dapat Dipakai Secara Fleksibel
Tidak Menimbulkan Bahaya Tambahan
Memenuhi Ketentuan Dari Standar Yang Ada
Pemeliharaan Mudah
Penggantian Suku Cadang Mudah
Tidak Membatasi Gerak
Rasa Tidak Nyaman Minimal
Bentuknya Cukup Menarik
Macam-macam APD:
Alat pelindung mata, Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan
juga dari debu.
Spectacles : Partikel Kecil & Bahaya Tk Rendah
Goglles : Gas, Uap, Percikan Zat Kimia
Perisai Muka
Gambar 2. Kacamata Debu Gambar 3. Kacamata Las Listrik Alat pelindung kepala, pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet. Pelindung
kepala yang dikenal afa 4 jenis yaitu:
17
a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan
melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan
melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak
melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.
d. Bump cap
Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungi
kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. Bump cap tidak
menggunakan system suspense, tidak melindungi kepala dari beda yang jauh
dan tidak melindungi dari kejutan listrik. karenanya bump cap tidak boleh
digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.5
Gambar 4. Alat Pelindung Kepala Alat pelindung telinga, Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang
sangat bising juga penahan bising dari letupan-letupan.
1. Ear Glug ( Sumbat Telinga )
Disposible Plugs
Reusable Plug
2. Ear Muff (Tutup Telinga ) : Cup Pelindung Telinga
Gambar 5. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung hidung/pernafasan, Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan
terhisapnya gas-gas beracun.
1. Masker : Partikel Yg Lebih Besar
18
2. Respirator : Debu, Kabut, Uap Logam
Pemurni Udara
Penyalur Udara : SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)
Gambar 6. Alat Pelindung Hidung Alat pelindung tangan, Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan
dengan kebutuhannya, antara lain:
Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak
meleset.
Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap
bahaya panas.
Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda
tajam pada saat mengangkat suatu barang.
Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam,
seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya
pembakaran asam atau kepedasan cairan.
Gambar 7. Macam-macam Sarung Tangan Alat pelindung kaki, untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh
zat kimia. Terdapat dua jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya
sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan
untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.
19
Gambar 8. Alat Pelindung Kaki (Sepatu) Dengan Plat Besi Pelindung Alat pelindung badan, Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian
biasa atau badan terhindar dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan
mengelas. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan
melindungi tangan dari sinar api.
Gambar 9. Alat Pelindung Badan Sabuk Pengaman
Digunakan Untuk Melindungi Tubuh Dari Kemungkinan Jatuh
Pekerjaan Kontruksi & Tempat Tinggi
Bisa Menahan Beban Minimal 80 Kg
Jenis sabuk pengaman:
Penggantung unifilar
Penggantung berbentuk U
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U
Penunjang dada (chest harness)
Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
Ingat semua APD tidak boleh basah Harus kering
Managemen
Adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
20
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.6
Mengembangkan kesadaran K3 pada setiap karyawan tidak cukup dengan satu dua
kali briefing K3, setumpuk prosedur dan aturan kerja, bahkan tak cukup dengan
penggunaan kekuasaan yang berupa ancaman dan hukuman. Pengembangan kesadaran
K3, sama dengan kesadaran untuk untuk lain, membutuhkan proses persuasi rasional
dan pembentukan kesan pentingnya nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Disinilah
peran kunci setiap atasan, mulai dari line manajer sampai pucuk pimpinan.
Peran tersebut dapat dijabarkan dalam 5 peran kunci setiap atasan dalam
pengembangan kesadaran K3:
Memberi Pesan berkelanjutan
Yang penting selalu diulang-ulang. Yang tidak penting hanya muncul sekali
lalu hilang. Pengulangan pesan-pesan secara persuasif tentang kesehatan dan
keselamatan kerja secara terus menerus akan membawa dampak meningkatnya
skala kepentingan K3 didalam pikiran setiap karyawan.
Memberi Keteladanan
Didepan memberi keteladanan, perilaku baku seorang pemimpin.
Memberi dukungan
Pemberian dukungan bukan hanya menghindari kembalinya cara lama
dilakukan, tetapi sekaligus penyampaian pentingnya K3. Dengan memberi
dukungan, mencari solusi bersama untuk mengatasi hambatan dalam penerapan
cara kerja yang aman.
Melakukan Pemantauan
Pesan yang disampaikan bisa salah diterima. Itu potensi kegagalan komunikasi
umum yang harus dicermati. Maka pemantauan dimaksudkan untuk memberi
umpan balik apakah pesan yang diterima seusai dengan yang dimaksud?
Apakah sudah cukup tertanam dalam pikiran karyawan? Pemantauan juga
21
memungkinkan masalah teridentifikasi secara dini, mencegah kekeruhan sampai
kemuara, dimana perbaikan sudah terlambat untuk dilakukan.
Memberi penghargaan
Keberhasilan, walaupun kecil, bisa membangkitkan kepercayaan diri dan tekad
yang lebih besar untuk mencapai keberhasilan selanjutnya.7
Ergonamis
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tubuh manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan dengan memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup
dan bekerja pada sistem dengan baik, dengan demikian manusia dapat melakukan pekerjaan
dengan nyaman, aman, dan efektif sehingga mencapai produktifitas yang optimal.
Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap produk,
alat dan ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral, sehingga
mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
interaksi manusia dengan technology dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan
rancangan sistem manusia (technology) dapat menjadi optimal.
Terdapat beberapa aspek dari ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain adalah:
Sikap dan posisi kerja
Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang terkadang-
kadang cenderung tidak mengenakkan dan kadang-kadang juga harus berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pekerja cepat lelah, membuat
banyak kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari hal tersebut di atas
terdapat beberapa pertimbangan ergonomis, seperti:
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi yang sering atau jangka waktu lama.
Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau
posisi miring.
Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang
lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level siku yang
normal.
22
Anthropometri dan dimensi ruang kerja
Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam segala hal
yang memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai perancangan area,
alat, produk, maupun stasiun kerja, yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan
dimensi yang tepat, sehingga para pengguna alat atau ruangan fisik tersebut cocok,
dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal:
Perancangan area kerja
Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.
Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja
komputer
Perncangan lingkungan kerja fisik
Beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia yang secara otomatis
akan mempengaruhi tingkat kenyamanan pengguna fasilitas kerja, yaitu:
Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Setelah itu tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berbah menjadi penurunan
ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
Jenis kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
Suku/bangsa
Setiap suku bangsa memiliki kekhasan dimensi fisik tersendiri.
Posisi tubuh
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran, yaitu:
o Pengukuran dimensi struktur tubuh ( structural body dimension )
23
Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak
( tetap tegak sempurna ). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi
tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri
maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat
berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya.
o Pengukuran dimensi fungsional tubuh ( functional body dimensions )
Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran
dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Selain faktor-faktor tersebut di atas masih terdapat pula beberapa faktor, seperti:
Cacat tubuh
Data Anthropometri di sini diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-
orang cacat.
Kehamilan
Data anthropometri di sini diperlukan untuk perancangan produk yang sesuai
dengan bentuk dan ukuran tubuh saat hamil.
Tebal-tipisnya pakaian
Iklim yang berbeda memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian.
Dengan menciptakan ruang kerja yang ergonomis, maka akan dapat mengurangi
kelelahan yang dapat menurunkan kinerja dari pekerja itu sendiri. Kelelahan yang mungkin
terjadi dapat dibagi menjadi 4 macam: kelelahan visual, kelelahan monoton, kelelahan fisik
dan kelelahan mental.
24
PENUTUP
Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan
karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses. Kecelakaan ini sendiri secara garis besar dapat digolongkan disebabkan
karena factor fisik dan factor manusia.
Untuk menegakkan apakah suatu penyakit perlu dilakukan diagnosis untuk
menentukan apakah penyakit ini merupakan sakit akibat kerja atau bukan akibat kerja. Jika
kesakitan diakibatkan pekerjaan, maka dapat dilakukan klaim asuransi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pranianto L.E. Keperawatan medical bedah “Aspek gadar percobaan bunuh diri”.
Puwekerto: Kementerian kesehatan republik Indonesia politeknik kesehatan KEMENKES
Semarang. 2011.
2. Anggraini Y. Kegawat daruratan psikriatri. April 2012. h.1
3. Rachmawati R. Human factor dalam K3. Semarang: Fakultas kesehatan masyarakat
Diponegoro. Nov 2011. h.3-9.
4. Atmoko T. Standar operasional prosedur (SOP) dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. 2012. h.8.
5. Buchari: managemen kesehatan kerja dan alat pelindung diri. USU repository; 2007. h.2
6. Manguneh A, Nuraeni L, Julianty R, Stevanus T. K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja):
Alat pelindung diri. Pusat pengembangan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidika
vedca joint program politeknik negeri Jember. 2007.
7. Hasan M.R Makalah teknik sipil ”K3 mekanikal dan elektrikal”. Agustus.
8. Ibrohim L. Peran atasan dalam pengembangan kesadaran K3. Nov 2011.
25