PENGUMPULAN PALING LAMBAT TANGGAL 3 JANUARI 2014 PUKUL 07.30 WIB
(SEBELUM TUTORIAL) BERSAMA PPT NYA
DIKIRIM KE EMAIL [email protected]. Dwi Andari
Maharabi 04121401014
2. Rifkia Izza Maoritis 04121401028
3. Elzan Zulqad Maulana 04121401025
4. Okctavia Ukhti P 04121401052
5. Indriani Gultam 04121401057
6. Michael Sintong H. Purba 041214010777. M. Fakhri Altyan
04121401082
8. Dwi Lestari 041214010839. Ratri shintya dewi 041210109510.
Sangeethaa Kusalakumaran 0412140110111. Muhammad Adil
0412140110312. Mandeep singh 04121401104SKENARIO
Nn. L 22 tahun, karyawan honorer di sebuah perusahaan swasta,
diantar ke IGD sebuah RS karena penurunan kesadarn sejak 4 jam yang
lalu. Dari aloanamnesis, sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami
demam tinggi, batuk pilek dan sakit tenggorokan. Pasien juga sering
mengalami diare, fekuensi 3 4 kali/hari, tanpa disertai darah dan
lendir. Dalam beberapa bulan terakhir pasien juga sering gugup,
keluar keringat banyak, mudah cemas, sulit tidur dan bila
mengerjakan sesuatu secara terburu buru.Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : delirium; TD 100/80 mmHg, nadi 140x menit/regular,
RR 24x/menit, suhu 39C
Kepala : exophtalamus (+), mulut : faring hiperems, oral hygiene
buruk.
Leher : struma diffusa (+), kaku kuduk (-)
Jantung : takikardia; paru : bunyi nafas normal
Abdomen : Dinding perut lemas; hati dan limpa tak teraba, bising
usus meningkat
Ekstremitas : telapak tangan lembab, tremor (+), refleks
patologis (-)Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin : Hb : 12 g%; WBC : 17.000/mm3
Kimia darah : glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati normal,
elektrolit serum normal
Tes fungsi tiroid : TSH 0,001 mU/L, T4 bebas 7,77
ng/dlKLARIFIKASI ISTILAH1. Penurunan kesadaran : keadaan dimana
penderita tidak sadar secara utuh sehingga tidak mampu memberikan
respon yang normal terhadap stimulus 2. Aloanamnesis : wawancara
yang dilakukan oleh dokter kepada orangtua , wali atau orang yang
tederkat dengan pasien
3. Demam : peningkatan suhu tubuh diatas normal yang memicu
peningkatan tonus otot & menggigil4. Batuk : ekspulsi udara
dari dalam paru yang tiba tiba sambil mengeluarkan suara
berisik
5. Pilek : gejala yang timbul karena influenza atau biasa juga
lebih dikenal dengan nama flu dan merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari family orthomyxoviridae 6. Diare :
pengeluaran tinja berair berkali kali yang tidak normal
7. Lendir : suatu cairan yang pekat dan licin yang dihasilkan
oleh kelenjar bersel satu pada selaput lendir, menyebabkan
permukaan yang dilapisi selalu basah8. Gugup : berbuat atau berkata
dalam keadaan tidak tenang, gagap, sangat tergesa gesa, bingung
9. Keluar keringat : sekres keringat fungsional10. Cemas :
perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang
ditakutkan11. Delirium : gangguan mental yang berlangsung singkat
biasanya mencerminkan keadaan toksik yang ditandai dengan ilusi,
halusinasi, kegirangan, kurang istirahat dengan inkoherens.
12. Exophthalamus : perluasan mata melebihi batas yang
abnormal
13. Faring hiperemis : pembengkakan dan ekses darah pada daerah
faring14. Oral hygiene : perawatan mulut & gigi yang tepat15.
Struma diffusa : pembesaran menyebar ke seluruh tiroid16.
Takikardia : denyut jantung yang cepat abnormal
17. Bising usus : bunyi atau murmur pada auskultasi abdomen
terutama yang abnormal 18. Tremor : getaran atau gigilan yang
involunter19. Refleks patologis : refleks abnormal yang tidak dapat
dibangkitkan pada orang orang sehat kecuali pada bayi & anak
kecil20. TSH (tiroid stimulating hormone) : hormone kelenjar
hipofisi anterior yang mempunyai afinitas untuk memacu secara
spesifik kelenjar tiroid 21. T4 : hormone yang mengandung iodium
yang disekresikan oleh kelenjar tiroid
22. Elektrolit : substansi yang berdisosiasi menjadi ion yang
mengalami fusi dalam larutan, dengan demikian mampu menghantarkan
listrik23. Serum : Bagian jernih setiap cairan yang dipisahkan dari
unsur yang lebih padatANALISIS MASALAH
1. Nn. L 22 tahun, karyawan honorer di sebuah perusahaan swasta,
diantar ke IGD sebuah RS karena penurunan kesadaran sejak 4 jam
yang lalu.
a. Apa saja sistem organ yang terlibat pada kasus ini?
(1,13,12)b. Bagaimana anatomi sistem organ tersebut? (2,1,11)c.
Bagaimana histologi sistem organ tersebut? (3,2,10)d. Bagaimana
fisiologi sistem organ tersebut? (4,3,9)e. Apa saja jenis jenis
kesadaran? (5,4,8)Jawaban:
KOMPOS MENTIS, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
APATIS, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak
acuh terhadap lingkungannya.
DELIRIUM, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik
dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
SOMNOLEN (letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan
mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang atau untuk makan
dan minum, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur
kembali.
SOPOR (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat (tidak bereaksi jika
dibangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri), misalnya rangsang
nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat
memberikan jawaban verbal yang baik.
SEMI-KOMA (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik.
Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
KOMA, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Sumber: REFERENSIBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid
If. Bagaimana etiologi penurunan kesadaran? (6,5,7)g. Apa yang
menyebabkan Nn. L mengalami penurunan kesadaran pada kasus ini?
(7,6,5)2. Dari aloanamnesis, sejak 1 minggu yang lalu pasien
mengalami demam tinggi, batuk pilek dan sakit tenggorokan. Pasien
juga sering mengalami diare, fekuensi 3 4 kali/hari, tanpa disertai
darah dan lendir.
a. Apa saja sistem organ yang terlibat pada kasus ini?
(8,7,6)Jawaban: Organ Sistem Pernapasan Atas (Hidung, faring,
laring) dan Sistem Pencernaan (terutama Intestinum crassum)
b. Bagaimana anatomi sistem organ tersebut?(9,8,4)Cavum nasi
Batas2:
Dasar: dibentuk oleh prosesus palatines os maxilla dan lamina
horizontalis os palatine
Atap: Os nasales os frontales, os ethmoidalis, os
sphenoidalis
Lateral: 3 tonjolan tulang concha nasalis superior, media,
inferior. Area di bawah setiap concha disebut meatus. Suplai Saraf:
Nervus olfactorius
Untuk sensasi umum: cabang-cabang nervus opyhalmicus (N.VI) dan
nervus maxillaris (N.V2)
Pendarahan: A. Carotis Eksterna ( A. Maxillaris
Aliran Limfe: dari vestibulm ke nodi submandibulares
Faring Lokasi: Di belakang cavum nasi, cavum oris, dan
larynx
Dibagi menjadi nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx
Aliran Limfe:
langsung ke nodi lymphoidei cervicales profundi Ke nodi
retropharyngeales atau paratracheales, baru menuju nodi lymphoidei
cervicales profundi
Vaskularisasi:
A. Pharyngica ascedens
cabang-cabang tonsilar A. fascialis
cabang A. Maxillaris
A. lingualis
Persarafan:
Nasofaring: nervus maxillaris
Orofaring: nervus gloossofaringeus
Laringofaring: ramus laringeus internus dari nervus vagus
Laring Laring adalah organ yang berperan sebagai sphincter
pelindung pada pintu masuk jalan nafas dan berperan dalam
pembentukan suara.
Laring terletak di bawah lidah dan os hyoid, di antara pembuluh
besar leher, terletak setinggi C4,5,6. Di depan laring ditutupi
oleh ikatan otot-otot infrahyoid, dan dilaterla oleh glandula
thyroidea.
Kerangka laring dibentuk oleh beberapa kartilago, yang
dihubungkan oleh membrane dan ligamentum, dan digerakkan oleh
otot.
Cartilago Thyroidea, Cricoidea, Aryotenoidea, Corniculata,
Cuneiforme, Epiglotis Saraf sensoris:
Di atas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari
nervus larugeus superior nervus vagus
Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens
Saraf motoris Nervus laryngeus recurrens (kecuali M.
cricothyroideus ( ramus laryngeus externus dari nervus laryngeus
superior nervus vagus.
Aliran Limfe: pembuluh limfe bermuara ke nodi lymphoidei
cervicales profundi Vaskularisasi Setengah bagian atas larynx:
ramus laryngeus superior arteria thyroidea superior
Setengah bagian bawah larynx: ramus laryngeus inferior arteria
thyroidea inferior
Trakea Saraf sensoris:
Nervs vagus
Nervus laryngeus
Aliran Limfe: mengalir ke nodi lymphatici pretracheales &
paratracheales dan ke nodi lymphoidei cervicales profundi
Vaskularisasi
2/3 bagian atas: A. Thyroidea Inferior
1/3 bawah: A. Bronchiales
Saluran Pencernaan:
Intestinum tenue
pylorus ileocecal junction Intestinum crasum
ileum anus Intestinum tenue 1. Duodenum
berbentuk seperti huruf C (pars superior, descenden, inferior,
ascenden), 25 cm (10 inci)
Vaskularisasi:
bagian atas: A. pancreaticoduodenalis superior (cabang A.
gastroduodenalis)
bagian bawah: A. pancreaticoduodenalis inferior (cabang A.
mesenterica superior)
Limfe:
Pembuluh limfe bermuara ke atas via nodi pancreaticoduodenales
ke nodi gastroduodenales dan nodi coeliaci.
Bermuara ke bawah via nodi pancreaticoduodenales ke nodi
mesenterici superiores.
2. Jejunum dan Ileum
panjang 6 m, 2/5 jejunum
vaskularisasi:
Cabang A. Mesenterica Superior
Vena Mesenterica Superior
Limfe:
Pembuluh limfe berjalan ke nodi mesenterici
Persarafan:
Plexus mesentericus superior
Intestinum crassum Fungsi: absorbsi air dan elektrolit dan
penyimpanan bahan tidak tercerna, sampai dikeluarkan sebagai
faeces.1. Caecum
6cm, berupa kantung di fossa illiaca dextra, intraperitoneais,
tidak punya mesenterium, melekat apendiks.
Vaskularisasi: A. Caecalis anterior & posterior dari A.
ileocolica (cabang dari A. mesenterica superior)
Vena mesenterica superior
Limfe:
Bermuara ke nodi mesenterici superior
Persarafan: Saraf simpatik dan nervus vagus dari plexus
mesentericus superior
2. Valvula ileocaecalis
- mencegah reflux isi caecum ke ileum
3. Appendix
- tabung otot sempit yang mengandung banyak jaringan
lymphoid
- intraperitonealis
- mesoappendix
4. Colon Ascendens
13 cm, di kuadran dextra inferior, retroperitoneal
Vaskularisasi:
A. ileocolica dan A. colica dextra, Vena mesenterica
superior
Limfe:
nodi colici & mesenterici superior
Saraf:
simpatik & nervus vagus dari plexus mesentericus
superior
5. Colon Transversum
38 cm, melintang abdomen menempati regio umbilicalis.
Vaskularisasi:
2/3 proksimal: A. Colica Media
1/3 distal: A. Colica Sinistra
Vena mesenterica superior & inferior
Limfe:
2/3 proksimal: nodi colici & nodi mesenterici superiores
1/3 distal: nodi colici & nodi mesenterici inferiores.
Saraf:
simpatik & parasimpatik nervi spanchnici pelvici via plexus
mesentericus inferior
6. Colon Sigmoideum
25-38 cm, di kuadran kiri atas dan bawah, retroperitonealis
Vaskularisasi:
A. sigmoideae, Vena mesenterica inferior
Limfe:
nodi colici & mesenterici inferior
Persarafan:
simpatik & parasimpatik plexus hypogastricus inferior
7. Rectum
13 cm, di depan vertebra sacralis ketiga.
Vaskularisasi:
A. rectalis superior (cabang A. mesenterica inferior)
A. rectalis media
cabang a. iliaca interna
A. rectalis inferior
cabang A. pudenda interna
Vena rectalis superior ( V. mesenterica inferior
Vena rectalis media & inferior ( V. Iliaca interna &
pudenda interna
Limfe: ke nodi pararectales, kemudian ke atas ke nodi
mesenterici inferiores, sebagian ke nodi iliaci interni
Saraf:
simpatik & parasimpatik nervi sphlanchnici melalui plexus
hypogastricus inferior
8. Canalis Analis
Vaskularisasi: A. rectalis superior, A. rectalis inferior
v. rectalis superior ( v. mesenterica inferior
Saraf: plexus hypogastricus, n. rectalis inferior
c. Bagaimana histologi sistem organ tersebut? (10,9,3)d.
Bagaimana fisiologi sistem organ tersebut? (11,10,2)e. Apa saja
jenis jenis demam? (12,11,1)f. Bagaimana patofisiologi yang
berhubungan dengan kasus ini :
i. Demam tinggi (13,12,11)ii. Batuk (1,13,12)iii. Pilek
(2,1,13)iv. Diare tanpa darah dan lender (3,2,10)g. Apa saja jenis
anamnesis dan kapan bisa dilakukan? (4,3,9)h. Bagaimana konsistensi
dan frekuensi BAB yang normal? (5,4,8)Bristol stool chart atau
tabel tinja Bristol adalah tabel yang menunjukkan ukuran kepadatan
tinja dari yang terpadat (model yang pertama) hingga tercair (model
yang terakhir). Tabel ini dibuat oleh Universitas Bristol di
Inggris.
Model tinja 1 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat
kecil seperti kacang, sangat keras, dan sangat sulit untuk
dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita konstipasi
kronis.
Model tinja 2 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk
sosis,permukaanya menonjol-nonjol dan tidak rata, dan terlihat
seperti akan terbelah menjadi berkeping-keping. Biasanya tinja
jenis ini dapat menyumbat WC, dapat menyebabkan ambeien, dan
merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati kronis.
Model tinja 3 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan
permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit retakan. Tinja seperti
ini adalah tinja penderita konstipasi ringan.
Model tinja 4 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis
atau ular. Tinja ini adalah bentuk tinja penderita gejala awal
konstipasi.
Model tinja 5 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti
bulatan-bulatan yang lembut, permukaan yang halus, dan cukup mudah
untuk dikeluarkan. Ini adalah bentuk tinja seseorang yang ususnya
sehat.
Model tinja 6 Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat
halus, mudah mencair, dan biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan.
Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita diare.
Model tinja 7 Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah
menyerupai air) dan tidak terlihat ada bagiannya yang padat. Ini
merupakan tinja penderita diare kronis.
Interpretasi Karakteristik Feses bayi Model 1 sampai model 4
merupakan bentuk tinja penderita konstipasi.
Model 5 adalah tinja anak sehat.
Model 6 sampai model 7 merupakan bentuk tinja penderita
diare.
Model 1 dan model 7 adalah tinja seseorang yang menderita
gangguan pada saluran cerna bisa gangguan fungsional , infeksi atau
gangguan organik
Interpretasi Karakteristik FesesWarna Tinja normal kuning coklat
dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya
urobilin lebih banyak.
Selain urobilin warna tinjadipengaruhi oleh berbagai jenis
makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan
obat santonin.
Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif,
tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat
pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat
dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan
radiologik.
Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan
yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit
atau tomat.
Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian
proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat,
kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang
berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth
dan mungkin juga oleh melena.
Bau Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan
bau normal pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein
yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.
Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja
yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang
tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu
menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat
mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
Konsistensi Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai
konsistensi agak lunak dan bebentuk.
Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada
konstipasi.
Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak
dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada
penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak
menunjukkan alabsorpsi usus
Lendir Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir
dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau
radang pada dinding usus.
Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi
itu mungkin terletak pada usus besar.
Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi
terjadi pada usus halus.
Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi
dan ileokolitis .
Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan
spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan
serta peradangan rektal anal.
Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,
intestinal tbc.
Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon.
Darah dan Nanah darah dalam tinja dapat berwarna merah
muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar
tinja atau bercampur baur dengan tinja.
Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan
bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena
seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah
terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang
dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal
sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk
mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja
selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2
ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+)
tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah.
Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon ,
Fistula colon sigmoid, Lokal abses
Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam
jumlah yang banyak.
Sisa makanan Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang
tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan
melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan
sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat
elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan
larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak
seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan
III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral
terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan mikroskopik meliputi
pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel,
kristal, makrofag dan sel ragi.
Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi
tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis,
Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit
dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan
peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil
mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencenaan.
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum
atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit
telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.
Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite
lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel
yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel
inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja
normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan
asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan
setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin
dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan
kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus
saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada
perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal
hematoidin.
Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit,
lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan
Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis,
dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang
merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya
kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko
seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan
penggunaan antibiotika jangka panjang.
Makroskopis FesesInterpretasi
Butir, kecil, keras, warna tuaKonstipasi
Volume besar, berbau dan mengambangMalabsorbsi zat lemak atau
protein
Rapuh dengan lendir tanpa darahSindroma usus besar yang mudah
terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot-
jonjot
Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata)Inflamasi usus besar,
tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
Hitam, mudah melekat seperti terPerdarahan saluran cerna bagian
atas
Volume besar, cair, sisa padat sedikitInfeksi non-invasif
(kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh
stafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan
berlebihan)
Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotikDivertikulitis atau
abses lain, tumor nekrotik, parasit
Agak lunak, putih abu- abu sedikitObstruksi jaundice,
alkoholik
Cair bercampur lendir dan eritrositTifoid, kolera, amubiasis
Cair bercampur lendir dan leukositKolitis ulseratif, enteritis,
shigellosis, salmonellosis, TBC usus
Lendir dengan nanah dan darahKolitis ulseratif, disentri
basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC
Referensi: Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory
and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott Philadelphia, New York, 1998;
254-276
Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis
and Management by Laboratory Methods, Nine Ed, WB Saunder Co,
Philadelphia, 1996 ; 537-541
i. Apa saja kategori diare? (6,5,7)3. Dalam beberapa bulan
terakhir pasien juga sering gugup, keluar keringat banyak, mudah
cemas, sulit tidur dan bila mengerjakan sesuatu secara terburu
buru.
a. Apa saja sistem organ yang terlibat pada kasus ini? (7,9,6)b.
Bagaimana anatomi sistem organ tersebut? (8,7,5)Kelenjar
Pituitari
Batas-batas:
Anterior: sinus sphenoidalis
Posterior: dorsum sella, arteria basillaris, pons
Superior: diafragma sellae
Inferior: corpus spenoidalis
Lateral: sinus cavernous
Terbagi menjadi dua: Adenohypofisis dan neurohypofisis
Vaskularisasi:
Arteri hypophysialis superior dan inferior (cabang A. carotis
interna)
Vena bermuara ke sinus intercavernous
Kelenjar Tiroid
Vaskularisasi:
A. thyroidea superior (A. carotis eksterna)
A. thyroidea inferior (truncus thyrocervicalis)
A. thyroidea ima (a. brachiocephalica/arcus aorta)
V. thyroidea superior bermuara ke V. jugularis interna
c. Bagaimana histologi sistem organ tersebut? (9,6,4)d.
Bagaimana fisiologi system organ tersebut? (10,8,3)Kelenjar Tiroid
menghasilkan 3 jenis hormon: Tri-iodotironin (T3)
Tetra-iodotironin (T4) = tiroksin
T3 & T4 mengandung yodium untuk stimulasi metabolisme dalam
sel tubuh
Kalsitonin : metabolisme kalsium tulang
Fungsi hormone tiroid:
Memacu pembentukan kalori (kalorigenik) :
Meningkatkan konsumsi O2 di semua jaringan
Meningkatkan kecepatan bernafas
Meningkatkan jumlah sel darah merah Meningkatkan cardiac
output
Meningkatkan denyut jantung
Meningkatkan kontraksi jantung Metabolisme karbohidrat
(diabetogenik) Meningkatkan absorpsi KH oleh usus
Meningkatkan glukoneogenesis
Metabolisme lemak
Meningkatkan sintesis & metabolisme kolesterol
Mobilisasi lemak meningkat
Meningkatkan lipolisasi
Metabolisme protein
Memacu pertumbuhan normal
Memacu perkembangan & pematangan sistem saraf
Khususnya 3 tahun pertama kehidupan
TAHAP SINTESIS
1. Trapping : ambilan yodium oleh kelenjar tiroid
2. Oksidasi : yodida menjadi yodium
3. Pengikatan yodium menjadi MIT & DIT
4. Coupling : iodotirosin + iodotirosin menjadi T3 &T4
5. Penimbunan & pembentukan koloid
6. Proteolisis & sekresi hormon dari kelenjar tiroid
7. Deyodinasi : yodida +residu tirosil+tiroglobulin
Dalam sirkulasi darah, hormon tiroid berikatan pada protein
plasma:
1. Globulin (TBG)
2. Pre-albumin (TBPA)
3. Albumin (TBA)
Afinitas tiroksin lebih besar vs T3 1. T3 lebih mudah pindah ke
jaringan sasaran 2. T3 mula kerja lebih cepat & masa kerja
lebih singkat
Hormon bebas aktif secara metabolik
T4 bebas : 0,3% ; T3 bebas 0,25%
e. Bagaimana mekanisme dari :i. Gugup (11,7,2)ii. Keluar
keringat (12,6,1)iii. mudah cemas (13,5,12)iv. sulit tidur
(1,4,13)v. mengerjakan sesuatu terburu buru (2,3,11)
4. Pemeriksaan fisikKesadaran : delirium; TD 100/80 mmHg, nadi
140x menit/regular, RR 24x/menit, suhu 39CKepala : exophtalamus
(+), mulut : faring hiperemis, oral hygiene buruk.
Leher : struma diffusa (+), kaku kuduk (-)Jantung : takikardia;
paru : bunyi nafas normal
Abdomen : Dinding perut lemas; hati dan limpa tak teraba, bising
usus meningkat
Ekstremitas : telapak tangan lembab, tremor (+), refleks
patologis (-)a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme hasil
pemeriksaan fisik yang abnormali. Kesadaran : delirium; TD 100/80
mmHg; nadi 140x menit/reguler (1,13)ii. Kesadaran : RR 24x/menit,
suhu 39C (2,12)iii. Kepala : exophthalamus (+) (3,11)iv. Kepala :
mulut : faring hiperemis, oral hygiene buruk (4,10)v. Leher :
strumma diffusa (+) (5,8)Interpretasi: Tanda hipertiroidisme
Mekanisme: TRAb mengikat TSH receptor ( menstimulasi sel folikel
cAMP yang analog dengan TSH sendiri ( hiperplasia klj. tiroid
secara difus ( struma diffusa
vi. Jantung : takikardia; paru : bunyi nafas normal (6,7)vii.
Abdomen : dinding perut lemas, bising usus meningkat (7,9)viii.
Abdomen : hati dan limpa tidak teraba(8,6)Normal
ix. Ekstremitas : telapak tangan lembab (9,5)x. Ekstremitas :
tremor (+), refleks patologis (-) (10,4)5. Pemeriksaan
laboratoriumDarah rutin : Hb : 12 g%; WBC : 17.000/mm3 Kimia darah
: glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati normal, elektrolit
serum normal
Tes fungsi tiroid : TSH 0,001 mU/L, T4 bebas 7,77 ng/dla.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan laboratorium
yang abnormal?i. Darah rutin : Hb : 12 g%; WBC : 17.000/mm3
(11,3)ii. Kimia darah : glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati
normal, elektrolit serum normal (12,2)iii. Tes fungsi tiroid : TSH
0,001 mU/L, T4 bebas 7,77 ng/dl (13,1)b. Bagaimana cara pemeriksaan
laboratorium : i. Darah rutin : Hb : 12 g%; WBC : 17.000/mm3
(10,5,4)ii. kimia darah : glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati
normal, elektrolit serum normal (9,6,3)iii. tes fungsi tiroid : TSH
0,001 mU/L, T4 bebas 7,77 ng/dl (8,7,2)Kadar TSH plasma normal:
0,02 5,0 mU/ml (patofisiologi)
T4 bebas serum normal: 0.8-1.8 mg/dL (mayoclinic)
Interpretasi: Kadar TSH menurun, T4 bebas serum
meningkatMekanisme: Karena produksi hormone tiroid yang berlebihan
dan tidak terkontrol, karena autoimun, negative feedback tidak
terjadi, sehingga kadar TSH tetap rendah6. Templatesa. Diagnosis
banding (1,3)b. Cara penegakan diagnosis (2,4)c. Working diagnosis
(3,5)d. Anamnesis dan pemeriksaan tambahan (fisik & penunjang)
(4,6)e. Diagnosis pasti (5,7)f. Etiologi dan faktor risiko
(6,8)Etiologi: Infeksi pada faring ( merangsang kelainan autoimun (
krisis tiroid
Faktor risiko: Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada
laki-lakiPeningkatan stress
Umumnya 60% dari penderita yang mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit thyroid.
Adanya Infeksi, anastesi, pembedahan.
g. Epidemiologi (7,9)h. Patofisiologi (8,10) Merupakan kelainan
autoimmun
Penurunan fungsi T lymphocyte supressor
Produksi thyrotropin receptor stimulating antibodi (TRAb)
terhadap TSH receptor di sel folikel, dalam bentuk IgG (walau
penyebab terbentuknya antibodi ini belum jelas diketahui )
TRAb mengikat TSH receptor ( menstimulasi sel folikel cAMP yang
analog dengan TSH sendiri ( hiperplasia klj. tiroid yang difus (
hipertiroidism. Antibodi +otot extra okuler dan fibroblas orbita (
Oftalmopati
Penumpukan glycosaminoglycans (GAGs) pada jaringan ikat otot dan
lemak dari orbita.
Faktor genetik berhubungan dengan sistim HLA -DR4 dan HLA-B8
serta HLA-A1
Dipicu dari lingkungan berupa infeksi virus atau bakterial ,
bahan kimia, obat-obatan dan adanya stress emosi.
i. Penatalaksaan (farmakologi dan non farmakologi (bedah dan non
bedah (rehabilitaif))) (9,11)j. Komplikasi (10,12)k. Promotif
(11,13)l. Preventif (12,1)m. Prognosis (vitam dan fungsional)
(13,2)n. Etika (1,3)o. KDU (2,4)Hipotesis :
Nn. L 22 tahun, mengalami graves disease karena hipertiroid
sehingga mengakibatkan penurunan kesdaran dan gejala gejala
tersebut salah satunya exophthalamus.LI
1. Hipertiroid (1,2,3,4,13)2. Tsh dan T4 (5,6,7,8)Hipofisa
merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di
dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis
mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya,
sehingga disebut kelenjar pemimpin, atau master of gland. kelenjar
hipofisis terdiri dari dua lobus, yaitu lobus anterior dan lobus
posterior.
1. Fungsi hipofisis anterior ( adenohipofise )
menghasilkan sjumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi dari semua organendokrin yang lain.
Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan
tubuh (tulang, otot, dan organ-organ lain).
Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik
kelejar tiroid.
Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex suprarenal.
Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan
folikel dan sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk
merangasang pertumbhan tubulus seminiferus, dan
spermatogenesis.
Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan korpus
luteum, menebalkan dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan pada
testis, untuk sekresi testoteron
Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankan korpus
luteum selama hamil.
2. Fungsi hipofisis posterior
Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melalui
ginjal, reabsorbsi air, dan mengendalikan tekanan darah pada
arteriole
Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan
bayi dan pengeluaran air sususewaktu menyusui.
D.Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm
dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Dalam keadaan normal,
kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila
membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan
bisa tampak dibawah atau di samping jakun. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan
metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2
cara1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan
protein2.Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
lobus anterior, kelenjar tiroid dapat memproduksi hormon tiroksin.
Adapun fungsi dari hormon tiroksin adalah mengatur pertukaran zat
metabolisme tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Fungsi kelenjar tiroid sendiri adlah sebagai berikut:
Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
Mengatur penggunaan oksidasi
Mengatur pengeluara karbon dioksida
Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
Pada anak mempengaruhi fisik dan mental
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb:
Tri-iodo-tironin(T3) dan Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang
metabolisme zat, katabolisme protein, dan lemak. Juga meningkatkan
produksi panas merangsang sekresi hormon pertumbuhan, dan
mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita
danjanin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu
hormon tiroid.
Kalsitonin : menurunkan kadar kalsium plasma, denagn
meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada tulang.
3. Faringitis (9,10, 11,120