SKENARIO C BLOK 7Miss Z, 29 years old, an artist, came to the
Dr. Mohammad HUsein General Hospital Outpatient Clinic with chronic
oral thrush. She had come o general practitioner several time and
never got improved. She also noticed having loss of appetite, loss
of body weight, mild fever, and diarrhea since a few moment ago.
She had small oval violaceous macules that developed rapidly into
plaques and small nodules on face and trunk. There was no itch,
pain, bleeding, on the those lesions. There was no history of
allergy. She had history of intravenous drugs abuse.Physical
examination : Vital sign were normal Dermatologic status : ulcers
and pseudomembrane on an oral mucousDirect preparation using KOH
10% : pseudohypaeHistopathologic finding of specimen from punch
biopsy of lesion on trunk refer to Kaposi Sacroma.
I. KLARIFIKASI ISTILAHa. Chronic oral thrush: kandidiasis
membrane mukosa oral.b. General practitioner : praktek dokter
umum.c. Appetite: nafsu makan.d. Mild fever: demam ringan.e.
Diarrhea: pengeluaran tinja abnormal berkali-kali yang tidak
normal.f. SOVM: bercak, bintik, atau penebalan yang berwarna ungu
(menggambarkan perubahan warna pada kulit) yang berbentuk oval.g.
Plaque: lesi kulit yang superficial padat dan menonjol. h. Small
nodule : tonjolan/nodus kecil yang padat dapat dikenali melalui
sentuhan.i. Trunk: leherj. Itch: kelainan kulit yang disertai
dengan gatal.k. Pain: perasaan menderita disebabkan oleh rangsangan
pada ujung-ujung syaraf khususl. Bleeding: keluarnya darah dari
pembuluh yang terluka.m. Lesions: setiap diskontinuitas jaringan
patologis atau traumatic atau hilangnya fungsi suatu bagian.n.
Allergy: reaksi yang diperoleh akibat timbulnya kompleks antigen
antibody dalam tubuho. Intervenus drugs abuse: kondisi p. Ulcers:
kerusakan local, atau ekskavasi permukaan organ atau jaringan, yang
ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang.
II. IDENTIFIKASI MASALAHa. Miss Z 29 tahun seorang seniman
menderita Kandidiasis mukosa oral, ia tidak mendapatkan kemajuan
setelah beberapa kali datang ke praktek dokter umum.b. Miss Z,
mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, demam
ringan dan diare sejak beberapa bulan lalu.c. Miss Z memiliki small
oval violeceous macule yang berkembang dengan cepat menjadi plaque
dn nodule-nodule kecil pada wajah dan leher. (tidak gatal, sakit,
perdarahan pada lesi)d. Ia tidak memiliki riwayat alergi dan
memiliki riwayat kecanduan narkoba suntik.e. Hasil pemeriksaan
Fisik Tanda vital normal Status dermatologic : ulcers dan terdapat
pseudomembrane pada mukosa oral Preparat langsung dengan
menggunakan KOH 10% Histopathologic : adanya specimen dari lesi
biopsy punch di leher merujuk pada Kaposi Sacroma.
III. ANALISIS MASALAH1. a. bagaimana Etiologi dari Kandidiasis
Mukosa mulut?(jamur.a) Kandidiasis mukosa mulut biasanya disebabkan
oleh species dari genus ragi candida. Biasanya candida albicans.
Jamur ini adalah flora normal kulit, membrane mukosa, dan saluran
pencernaan. Mereka tidak menyebabkan infeksi ketika system imun
kita normal. Tetapi ketika system imun kita menurun, mereka akan
menjadi pathogen.Candida albicans bersifat dimorfik. Dalam arti
kata, selain menghasilkan ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa
menghasilkan hifa sejati. Temuan klinis Candidiasis kulit dan
mukosa Candidiasis sistemik Candidiasis mukokutan kronik(pada kasus
miss Z, ia menderita candidiasis kulit dan mukosa. Faktor resiko
nya adalah AIDS, diabetes, pil KB, trauma, penggunaan
kortikosteroid, dan imunodefisiensi)Untuk melawan candidiasis ini,
imun kita mempunyai sel-sel CD4. Akan tetapi, pada penderita HIV,
CD4 nya tidak cukup untuk melawan candidiasis karena CD4-nya
terinfeksi virus HIV.PenatalaksanaanDiberikan obat ketoconazol,
fluconazol, amphotericin B dibarengi dengan flucytosine oral.
b. Bagaimana patofisiologi dari kandidiasis Mukosa Mulut?
Candida adalah jamur yang dapat membentuk hifa dan pseudohifa.
Manusia dan hewan merupakan reservoir dari penyakit ini. Candida
memiliki faktor virulen. Virulen faktor memiliki kemampuan yang
bisa menyebabkan infeksi. Bagian faktor virulen penting adalah
permukaan molekul yang menyebabkan organisme ini dapat masuk ke
struktur lain, (misalnya: sel manusia, matriks ekstraseluler,
prosthetic devices), asam protease, dan kemampuan untukmengubah
bentuk hifa.Gejala singkat pada : Kulit -> gatal hebat disertai
panas seperti terbakar, terkadang nyeri apa bila mengalami infeksi.
Kuku -> gatal dan nyeri apabila ada infeksi, kuku berwarna hitam
coklat, menebal, tak bercahaya. Mukosa -> terutama mulut,
ditemukan ulkus-ulkus ringan putihkeabuan tertutup suatu
membran.
c. apa kaitan usia, jenis kelamin, profesi, terhadap munculnya
penyakit kandidiasis? Tidak ada kaitan antara Usia , jenis kelamin
dan profesi dengan timbulnya penyakit kandidiasis ini.
Mikroorganisme kandidiasis ini adalah kandidia albican merupakan
flora normal yang terdapat di dalam mulut setiap orang yang tidak
aktif. Ketika system imun tubuh menurun maka kandidia albican ini
akan aktif dan menjadi pathogen di dalam mulut dan mengakibatkan
timbulnya kandidiasis.
2. a, Bagaimana kaitan nafsu makan, turunnya berat badan, diare
dan kandidiasis? timbulnya diaretimbulnya diare pada kasus Miss Z
disebabkan oleh banyak factor, selain dari kandidiasis yang
menyebabkan teriritasinya mukosa usus, diare ini juga terjadi
akibat system imun yang turun pada Miss Z sehingga mudahnya
terjangkit mikroooganisme yang lain. Diare pada orang HIV biasanya
disebabkan oleh mikroorganisme cristosporodium dan
mikrosporodium.System imun turun infeksi oocysta crystosporodium
mukosa usus(sitosol sel epitel interstisinal) respon inflamasi
sekresi sejumlah besar air dan elektrolit tambahan selain mucus
alkali kental yang normal mengencerkan factor pengiritasian
pergerakan tinja cepat menuju anus diare
penurunan berat badanberkaitan dengan pengeluaran yang banyak
diakibatkan diare dan penurunan nafsu makan. Kesemua hal ini
berkaitan dengan infeksi yang ditimbulkan HIV terutama pada oral
(kandidiasis oral thrush), selain itu adanya perubahan metabolisme
penguraian makanan dan pembentukan protein dipengaruhi oleh
penyakit HIV. Bahkan sebelum gejala terlihat, kita membutuhkan
lebih banyak tenaga. Ini mungkin disebabkan penambahan kegiatan
sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV membutuhkan lebih banyak
kalori hanya untuk menahan berat badan
3. a. apa etiologi dari Small Oval Violeceous Mucule? SOVM
disini diakibatkan dari infeksi virus HHV-8(human herpesvirus 8).
Agen penyebab ini diperlukan & sudah cukup bagi perkembangan
SK, kendati imunosupresi merupakan kofaktor yang penting dalam
pathogenesis & ekspresi pnyakit ini. Selain itu SOVM sebagai
efek inflamasi dari virus yang merupakan manifestasi dai KS.
b. bagaimana mekanisme bercak-plak-nodule nodule kecil? State
nodul : tahap awal terjadi lesi kulit yang merupakan bentuk
inflamasi ringan, vasoformatife halus, ada ruang pembuluh darah
seperti celah agak bergerigi, ruang pembuluh darah masi sejajar
epidermis, belum ada tonjolan. State plaque : sel spindle lebih
menonjol dan sudah melibatkan retikuler dermis (lapisan bawah
dermis) dan subkutis. Telah adanya deposisi hemosiderin (warna
merah ungu) Nodular stage : pada lesi ada interlacing menonjol yang
merupakan tonjolan spindle disekitar pembuluh darah. Terjadi
dilatasi pembuluh darah tipis perifer dan luarnya eritrosit
sehingga terjadi penonjolan.
c. Bagaimana kaitan system imun dalam hal ini terhadap gejala
yang telah dialami Miss Z (kandidiasis Mukosa Mulut, dan demam,
diare, dan BB yang turun)? sintesis
d. Mengapa manifestasi klinis dari penyakit Miss Z terdapat pada
mulut, leher, wajah dan kulit? MulutPada bagian ini manifestasi
klinis timbul dikarenakan mulut merupakan organ pencernaan yang
kontak langsung dengan lingkungan luar selain itu kandidia albican
(flora normal) akan aktif pada dan menyerang mukosa mulut akibat
system imun yang turun. LeherOrgan yang berpeluang mudah terkena
infeksi karena produksi keringat yang banyak.
Wajah Bagian yang sensitive terhadap infeksi, selain mempunyai
kelenjar minyak yang luas. 4. a.bagaimana kaitan penggunaan
kecanduan narkoba suntik dalam kasus in? Kandidiasis Mukosa Mulut
Perkembangan Small Oval Violeceous menjadi plaque dan nodule Demam,
diare, nafsu mam, penurunan berat badanJawaban : Kaitan kecanduan
narkoba suntik pada penyakit yang timbul diakibatkan oleh virus HIV
pada penggunaan narkoba suntik. Yang merupakan manifestasi klinis
dari penyakit HIV.
5. a. apa interpretasi pemeriksaan fisik dari Miss Z?
Dermatologic status : ulcers and pseudomembrane on an oral
mucousMenunjukan terjadi kerusakan local, atau ekskavasi permukaan
organ atau jaringan, yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan
nekrotik radang pada mukosa mulut. Dan adanya membrane palsu pada
mukosa mulut Direct preparation using KOH 10% :
pseudohypaeMenunjukkan adanya hipa palsu pada pemeriksaan
menggunakan preparat langsung
b. bagaimana penjelasan ditemukannya pseudohypae? Menandakan
adanya infeksi jamur, pada kasus Miss Z jamur yang menginfeksi
berupa kandida albican c. bagaimana diagnosis penyakit Miss Z?
Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim
dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus tersebut.
Pemeriksaan untuk menemukan adanya antibodi tersebut menggunakan
metode Elisa (Enzyme Linked Imunosorbent Assay). Bila hasil test
Elisa positif maka dilakukan pengulangan dan bila tetap positif
setelah pengulangan maka harus dikonfirmasikan dengan test yang
lebih spesifik yaitu metode Western Blot.Dasar dalam menegakkan
diagnosa AIDS adalah :1. Adanya HIV sebagai etiologi (melalui
pemeriksaan laboratorium).2. Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.3.
Adanya gejala infeksi oportunistik.
Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah infeksi
oportunistik atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian dilakukan
uji serologis untuk mendeteksi zat anti HIV (Elisa, Western
Blot).Diagnosis laboratoriumUntuk melihat apakah kita teinfeksi HIV
atau tidak bisa dilakukan dengan 3 cara: Isolasi virus, dengan
membiakan sel-sel mononuclear darah tepi yang distimulasi dengan
mitogen. Pertumbuhan virus terdeteksi dengan mengetes cairan
supernatal biakan setelah sekitar 7-14 hari untuk melihat antigen
spesifik virus Serologi, melihat antibody terhadap protein core
virus p24 atau glikoprotein amplop gp41, gp120, gp160 dengan
teknologi ELISA deteksi asam nukleat, pengujian amlifikasi RT-PCR
dan tes bDNA digunakan untuk mengetes RNA virusf. bagaimana
patofisiology penyakit Miss Z? (sintesis)
g. Bagaimana treatment dari penyakit Miss Z?Obatobatan
Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS
tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV.
Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari
pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah
sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih
rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau
lebih AR dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi
Antiretroviral yang sangat aktif (HAART).
Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:1. Nucleoside
Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan
pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah
perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl,
ddC & 3TC).
2.Nonnucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)
memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse
transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut
sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam
selsel. Obatobatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine
(Rescripta), efavirenza (Sustiva).
3.Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV
dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada
sel tuan rumah dan dilepaskan
h. bagaimana prognosis dari penyakit Miss Z? pada pasien yang
menderita HIV, penyakit ini belum bias disembuhkan namun terdapat
terapi/pengobatan yang menekan replikasi virus HIV sehingga
memperpanjang masa hidup pasien
i. Bagaimana pencegahan penyakit miss Z? Ada 2 cara pencegahan
AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :1. Upaya Pencegahan
AIDS Jangka PendekAda 3 pola penyebaran virus HIV :1. Melalui
hubungan seksual Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara
ini sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks
merupakan kebutuhan biologis. Melakukan hubungan seksual hanya
dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV
(homogami) Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular
AIDS. Tidak melakukan hubungan anogenital. Gunakan kondom mulai
dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko
tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
2. Melalui darahPenularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
Transfusi darah yang mengandung HIV. Jarum suntik atau alat tusuk
lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang mengidap
HIV tanpa disterilkan dengan baik Pisau cukur, gunting kuku atau
sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
2. Upaya Pencegahan AIDS Jangka PanjangYang dimaksud dengan
perilaku seksual yang bertanggung jawab:a. Tidak melakukan hubungan
seksual sama sekali.b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan
mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).c.
Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.d.
Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari
satu mitra seksual.e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit
mungkin.f. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungking.
Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular
AIDS.h. Tidak melakukan hubungan anogenital.i. Gunakan kondom mulai
dari awal sampai akhir hubungan seksual.
IV. HIPOTESIS Miss Z 29 tahun seorang artis menderita Kaposi
sarcoma dan kandidiasis Mukosa Mulut karena imunodefisiensi yang di
akibatkan infeksi HIV
V. KERANGKA KONSEP
VI. SINTESIS
Kandidiasis.Candidiasis adalah bentuk umum untuk penyakit yang
disebabkan oleh spesies candida dan mencakup kolonisasi, infeksi
superficial, invasi local (dalam), dan penyebaran hematogen.
Penyebab tersering adalah dari jenis spesies C albicans, C
tropicalis dan Torulopsis glabrata. Candida albicans umumnya
menyebabkan infeksi superficial kronis pada mukosa penjamu dengan
defek pada cell-mediated immunity (CMI), terutama pada HIV-infected
pasien.(net)
1. Infeksi Kandida. Terdapat empat tipe infeksi kandida yang
berhubungan dengan infeksi HIV. Angular cheilitis memiliki
karakteristik fissura berwarna merah, bersisik, atau jaringan
ulseatif pada sudut mulut. Biasanya disebabkan oleh Candida
albicans namun dapat juga disebabkan oleh Staphylococcus aureus
saja atau bersama-sama dengan C. albicans. Lesi ulseratif mirip
dengan herpes labialis. Dan dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
sederhana.
2. Kandidiasis pseudomembranous, yang dikenal sebagai thrush,
memiliki karakteristik plak lunak dan creamy berwarna putih yang
mirip dengan dadih susu. Terkadang, lesi ini dapat diapus
menggunakan gauze, yang meninggalkan daerah eritematosus, terkadang
terjadi perdarahan pada permukaannya. Meskipun dapat menyerang
daerah rongga mulut manapun, mukosa bukal dan vestibuler, bagian
ventral lidah dan palatum lunak merupakan daerah yang paling sering
terserang. Sensasi terbakar, sulit menelan, dan bau tidak sedap
adalah keluhan utamanya.
3. Kandidiasis eritematosus memiliki karakteristik berupa makula
dan bercak halus-sampai-granuler berwarna merah, sertasensasi
terbakar. Palatum, mukosa bukal dan dorsal lidah adalah daerah yang
paling sering terkena. Bentuk kandidiasis ini mirip dengan
eritroplakia dan stomatitis kontak.
4.Leukoplakia hiperplastik, yang juga dikenal sebagai
leukoplakia kandidal, memiliki karakteristik berupa lesi putih
melekat dengan permukaan kasar yang biasanya asimptomatik. Bentuk
kandidiasis ini memiliki predileksi pada mukosa bukal anterior dan
lidah, serta seringkali disebabkan oleh kebiasaan merokok kronis.
Diagnosis banding lesi tipe ini antara lain keratosis frictional,
leukoplakia dan lichen planus.Gambaran imunologis utama candidiasis
Sumber infeksi umumnya dari flora normal host sendiri Barier mukosa
yang intak menggambarkan mekanisme pertahanan utama host yang
nonspesifik Fagosit menelan ragi namun menyerang pseudomyselia dan
myselia Keadaan neutropenia merupakan predisposisi dari penyebaran
hematogen Defek Cmi predisposisi bagi penyaikit invasi mukosa
Sariawan ,oesofagitis dan vaginitis adalah gambaran utama pada AIDS
Candidiasis mukokutan cronik adalah sindrom spesifik pada pasien
dengan defek imunoregulator (BCI)*1. Respon imunRespon imun dimulai
sewaktu ada picuan oleh antigen yang masuk ke dalam tubuh dan
bertemu dengan macrofag sebagai APC (Antigen Presenting cel) yang
akan mensekresikan IL-1 (sitokin autocrine) yang berguna untuk dan
bergabung dengan HLA klas II sehingga membentuk MHC klas II.Komplek
ini akan dipresentasikan pada sel T helper. Sel T helper akan
mengalami aktivasi dan mulai menghasilkan sitokin yang dikenal
sebagai interleukin-2 (IL-2) dan juga mulai memperlihatkan afinitas
reseptor yang tinggi pada permukaannya. Il-2 merupakan sitokin
mitogenik yang sangat poten untuk limfosit T dan berguna untuk
proliferasi dari sel T. Il-2 juga sangat berguna untuk aktivasi sel
Tc dan untuk memicu proliferasi sel ini. Oleh karena akutoaktivasi
dari IL-2 sel Th akan mensekresi sitokin yang lain yang akan memacu
pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi dari sel B, macrofag dan sel
yang lain. Selain IL-2 sel Th juga menghasilkan Il-4 dan Il-6 yang
dapat mengaktivasi sel B sebagian untuk menjadi sel plasma yang
nantinya akan mensekresikan antibodi spesifik. (*BCI)Fungsi dari
limfosit Tc adalah untuk mengeradikasi sel yang memperlihatkan
antigeb asing pada permukaannya seperti pada sel yang terinfeksi
virus. Kebanyakan sel Tc memperlihatkan CD8 daripada CD4 oleh sebab
itu pengenalan terhadap antigen lebih kepada MHC klas 1. ketika
sebuah sel somatik terinfeksi virus, didalam sel ini mungkin tejadi
proses pembentukan protein virusakibatnya mungkin rangkaian peptida
terlihat pada permukaan dan membentuk kompleks dengan MHC klas 1.
kompleks peptida dan MHc klas1 ini kemudian dikenal oleh reseptor
sel Tc yang kemudian akan menyebabkan aktivasi dari limfosit Tc
yang memungkinkannya untuk dapat membunuh ikatan ini. (Kompleks MHC
klas 1 peptida).2. ImunocompromisImunocopromis adalah suatu
kondisidimana satu atau lebih defek terdapat pada respon imun alami
dan adaptif yang mengakibatkan kerentanan terhadap infeksi yang
dapat berubah menjadi bahaya pada pasien. Gangguan respon imun ini
dapat menyebabkan tejadinya infeksi. Berikut merupakan
kondisi-kondisi bilamana gangguan dapat terjadi:1. Defek pada
respon imun humoral; defisiensi komplemen dan antibodi, menyebabkan
gangguan pada opsonifikasi dan baktericidal.2. Defek pada sistem
imun seluler: gangguan pada sistem fagosit (neutrofil dan macrofag)
dan imun seler spesifik.3. Status imun dasar : perbedaan pada
capabilitas alami dalam memproduksi TNF 4. Penggunaan
imunosupresan5. Cancer dan penyakit autoimun, diabetes, sirosis
hepatis dan CRF.Dalam penelitian yang dilakukan Prof.Guntur dengan
membandingkan pasien dengan imunokompromis dengan yang bukan
imonokompromis menunjukan hasil bahwa TNF-alpha pada IC pasien
lebih tinggi daripada pasien NIC. TNF-alphaadalah suatu sitokin
yang yang dihasilkan macrofag. Peningkatan TNF-alpha menyebabkan
penekanan terhadap sumsum tulang, limfopenia, peningkatan sistem
koagulasi dengan cara mempengarugi keseimbangan antara procoagulan
dan anticoagulan, dan juga mengakibatkan proteolitic musculer, yang
mengarah pada kejadian cachexia yang menyebabkan
imunodefisiensi.Selain itu derejat dari IL-10 pada pasien IC juga
lebih tinggi dibanding pasien NIC. Hal ini mengindikasikan pada
pasien IC terjadi kerusakanfungsi dari limfosit Th2 (tidak lagi
fisiologis). IL-10 merupakan sitokin yang diproduksi oleh limfosit
Th2 sewsudah distimulasi oleh APC sebagai sitokin
antiinflamasi..Selain itu juga terjadi peningkatan IgG yang
mengindikasikan gangguan pada sistem imun humoral. Peningkatan IgG
menyebabkan pasien rentan terjadi kerusakan sel endotel.. pada
pasien IC terjadi penurunan konsentrasi plasma C3. C3 adalah
molekul dari sistem imun nonspesifik yang dalam keadaan inaktif
larut dalam plasma. C3 dapat diaktifkan sewaktu-waktu oleh suatu
substansi contoh antigen, toxin, imuncomplek. C3 merupakan
komplemen yang diperlukan untuk opzonifikasi, khemotaksis, dan
mengeliminir komplek antigen-antibodi, sehingga komplemen ini dapat
melisiskan dinding bakteri. Sehingga penurunan dari C3
mengakibatkan penurunan pertahananterhadap bakteri, sehingga rawan
infeksi.3. Aspek Imunologis Infeksi Candida1. Virulensi Jamur
Candida Terdapat dua faktor virulensi Candida : a. Dinding
SelFaktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel.
Dinding sel berperan penting karena merupakan bagian yang
berinteraksi langsung dengan sel pejamu. Dinding sel Candida
mengandung zat yang penting untuk virulensinya, antara lain turunan
mannoprotein yang mempunyai sifat imunosupresif sehingga
mempertinggi pertahanan jamur terhadap imunitas pejamu. 1,2Candida
tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa. Enzim
proteinase aspartil membantu Candida pada tahap awal invasi
jaringan untuk menembus lapisan mukokutan yang berkeratin. 1,3 b.
Sifat dimorfik CandidaFaktor virulensi lain adalah sifat dimorfik
Candida. Yaitu kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa.
Bahkan sebagian peneliti menyatakan sifatnya yang pleomorfik. Sifat
morfologis yang dinamis merupakan cara untuk beradaptasi dengan
keadaan sekitar. Terdapat dua bentuk utama Candida : 1, 2 Bentuk
ragi (spora) Bentuk pseudohifa ( hifa, miselium, filamen). Dalam
keadaan patogen, C. albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk
pseudohifa dibandingkan bentuk spora. Bentuk hifa mempunyai
virulensi yang lebih tinggi dibandingkan bentuk spora karena :
Ukurannya lebih besar dan lebih sulit difagositosis oleh sel
makrofag, sehingga mekanisme di luar sel untuk mengeliminasi
pseudohifa dari jaringan terinfeksi sangatlah penting. Terdapatnya
titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamen sehingga
jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar.Perubahan dari
komensal menjadi patogen merupakan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan sekitarnya. Pertumbuhan dan perubahan bentuk dari ragi
menjadi hifa yang lebih invasif juga dipengaruhi imunitas selular.
IFN- memblok transisi bentuk sel ragi menjadi bentuk pseudohifa.
12. Imunomodulasi dan Adhesi Terdapat dua aspek utama dalam
interaksi antara pejamu dan parasit, yaitu imunomodulasi respons
imun pejamu serta adesi sel jamur pada hospes. 1
a. Imunomodulasi respons imun pejamuImunomodulasi adalah
kemampuan potensial sel Candida dalam memodulasi sistem imunologi
pejamu, berupa rangsangan untuk meningkatkan atau menurunkan reaksi
imun pejamu.1Zat seperti khitin, glukan, dan mannoprotein adalah
kandungan yang terdapat dalam dinding sel yang berperan dalam
proses imunomodulasi. Respons tersebut di antaranya menyebabkan
diproduksinya sejumlah protein yang disebut sebagai heat shock
proteins (hsp). Pada Candida, hsp juga berperan dalam merangsang
respons imun pejamu, di samping perannya dalam proses pertumbuhan.
Pada Candida terdapat dua famili hsp yang dikenal, yaitu hsp90 dan
hsp70.1b. Adhesi sel jamur pada hospesAspek interaksi yang kedua
adalah adhesi yang merupakan syarat terjadinya kolonisasi. Dengan
adhesi Candida melekat pada sel epitel, sel endotel, faktor
terlarut, dan matriks ekstraselular. Interaksi antara Candida
dengan pejamu melibatkan sel fagosit, sel organ pejamu yang
terinfeksi, matriks ekstraselular, dan protein yang terlarut dalam
serum. 1Protein yang berperan sebagai mediator adhesi dikelompokkan
sebagai berikut Protein serum (serum albumin dan transferin,
fibrinogen, fragmen komplemen C3d, fragmen komplemen iC3b). Protein
matriks ekstraselular (laminin, fibronectin, entactin, vitronectin,
kolagen). Mannan adhesins dan protein pengikat lain (mannan
adhesins, protein hidrofobik, fimbriae, plastic-binding protein,
epithelial binding lectin-like protein, aglutinin-like proteins,
adhesi pada Streptococcus spp., bakteria lain) Adhesi pada protein
saliva.3. Respon Imunologis pada Infeksi CandidaSecara umum,
percobaan pada tikus memberi kesan bahwa imunitas selular dan
humoral mempunyai peranan mayor dan minor dalam sistem pertahanan
terhadap infeksi Candida. Sistem kekebalan yang berperan terhadap
Candida adalah sistem kekebalan selular, limfosit T bertindak
selaku regulator utama. Sel CD4+ dan CD8+ mempunyai peranan dalam
respons pejamu terhadap infeksi Candida dan merupakan komponen
sentral dalam pertahanan pejamu yang memproduksi sitokin. 1Dalam
dinding sel Candida terdapat bahan polidispersi yang mempunyai
berat molekul tinggi yang menginduksi proliferasi limfosit,
produksi IL-2 dan IFN-, serta membangkitkan perlawanan sitotoksik
sel NK. 1Fungsi limfosit T dalam kekebalan terhadap Candida adalah
memproduksi sitokin yang merangsang dan meningkatkan aktivitas
kandidisidal sel efektor seperti sel MN dan PMN. Sistem imun
selular nonspesifik seperti yang diperankan oleh makrofag, PMN, dan
sel-sel NK lebih dominan pada infeksi sistemik dibandingkan infeksi
superfisial dan mukosal. 1Secara in vitro maupun in vivo diketahui
bahwa sel CD4+ adalah sel T yang terlibat dalam membangkitkan
imunitas selular terhadap Candida. Sel CD8+ juga mempunyai efek
bagi pertahanan tubuh terhadap Candida, hanya lebih kecil dan
tertutup oleh CD4. Efek yang dibutuhkan dari CD4 adalah kemampuan
memproduksi sitokin, misalnya TNF-, yang meningkatkan aktivitas
sel-sel fagositik. 1Stimulasi sel mononuklear darah perifer manusia
oleh Candida atau antigennya mengakibatkan diproduksinya beberapa
sitokin yang berbeda. Sel mononuklear wanita sehat akan memproduksi
TNF dan IL-1. 1IL-1 merupakan sitokin yang memicu produksi IL-2
oleh Th1. IL-2 akan merangsang replikasi Th1. Selain itu, Th1
memproduksi IFN- yang dapat menginhibisi pembentukan germ tube.
1Peranan CD8+ dalam patogenesis dan resolusi infeksi pada
kandidosis mungkin membantu melisis PMN yang terinfeksi,
memproduksi sitokin untuk mengaktivasi sel fagosit, dan memodulasi
aktivitas efektor sel-sel CD4+. Sitokin tidak hanya penting sebagai
penghubung antara limfosit T dan sel fagosit, namun juga penting
untuk koordinasi sel T. 14. Patologi candidiasis pada pasien
imunocompromisCandida albicans umumnya menyebabkan infeksi
superfisial kronik pada mukosa host dengan defek sistem imun
terutama pada pasien dengan infeksi HIV. Infeksi candida ini yang
sering didapatkan yaitu candidiasis oropharing. Pada infeksi jenis
ini sering ditemukan mlekul perlekatan dan invasi jaringan yang
disebut SAP (secreted aspartic proteinase) yang paling tidak ada 9
turunannya.mekanisme pertahanan pada permukaan mukosa host terhadap
C.albicans diperantarai oleh CMI oleh sel T CD4+. Mekanisme imun
ini melibatkan sitokin dari TH1,dimana yang rentan infeksi candida
adalah respon dari TH2.selain itu sekresi sistem imun terutama IgA
juga memainkan peranan.fungsi dari IgA ini telah dinpuyblikasikan
karena kemampuannya dalm menghambat perlekatan dari C.albicans pada
sell epitel buccal (Longitudinal Study of Anti-Candida albicans
Mucosal Immunity Against Aspartic Proteinases in HIV-Infected
Patients)Imunitas protektif terhadap candida melibatkan baik sel2
alami atau adaptif dan respon imn humoral.data saat ini
memperlihatkan proteksi terhadap penyakit sistemik di mediasi
secara primer oleh imunitas alami melalui mekanisme mula2
(neutrofil)dan imunitas humoral yang biasanya tidak sesuai pada
pasien yang menerima obat2an imunosupresif dan atau terapi
sitotoksik. Kesebalikannya proteksi terhadap penyakit candidiasis
mucocutan dipercayakan terhadap CMI dan sel T yang biasanya
terganggu pada pasien dengan defisiensi imunitas berat. Data saat
ini menunjukan bahwa paien CMC memiliki susunan produksi sitokin
yang berubah sebagai respon terhadap antigen candida yaitu dengan
turunnya / rendahnya produksi IL-2, peningkatan produksi IL-6dan
titer yang tinggi dari IgG dan IgA spesifik candida jumlahnya tetap
dengan jumlah produksi sitokin dati Th1 yang rendah dan Th2 yang
tinggi. Copyright 2003, American Society for Microbiology.
(deregulated-flas ).Menurut wetao huang bahwa suatu
mIL-17A/mIL-17AR yang merupakan sitokin proinflamatorydiperlukan
untuk pertahanan host invivo IL-17A dapat merupakan terapi
potensial bagi infeksi sistemik C.albicans pada pasien
imunocompromisdengan cancer atau sindrom penurunan imunitas
didapat. Requirement of Interleukin-17A for Systemic AntiCandida
albicans Host Defense in Mice HUMORAL IMMUNITY T CELL MEDIATED
IMMUNITY AND CYTOKINES Respon Antibody secara umum dan spesifik
pada candida secara berulang-ulang menunjukan hasil yang
tetap/utuh.data dari D lilic dan I Grevenor menunjukan titer dari
spesifik antibodi IgG dan IgA yang sangat tinggi pada semua pasien.
proteksi dari mucocutan candidiasis secara berulan-ulang menunjukan
ketergantungan pada imunitas seluler. Jelas bahwa pasien dengan
defek pada sel T (kombinasi defisiensi imun berat /Goerge syndrom),
dan utamanya sel T CD4+ akn mudah terinfeksi oleh candida (patients
denganAIDS).baru-baru ini teridentifikasi bahwa pasien yang
terlahir dengan defisiensi pada reseptor i (IFN-{gamma}) dan
(IL-12) menunjukan kerentanan terhadap mycobacteria serta
candidiasis persisten. Beberapa penelitian menunjukan IFN-{gamma}
dan IL-12 diperlukan untuk keberlangsungan hidup dan pembersihan
dari infeksi.
HIV (human immunodeficiency virus)Morfologi HIVHIV (Human
Immunodeficiency Virus) merupakan nama umum virus penyebab AIDS
yang telah diputuskan olh WHO. Nama lain HIV adalah HTLV III atau
LAV. HIV terdiri dari 2 serotipe yaitu HIV1 dan HIV2. Terbanyak
ditemukan adalah HIV1, sedangkan HIV2 terutama ditemukan di Afrika.
HIV 2 diketahui tidak seganas HIV1. HIV1 biasanya cukup disebut
sebagai HIV saja. Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang
termasuk dalam familia retrovirus yaitu kelompok virus berselubung
(envelope virus) yang mempunyai enzim reverse transcriptase, enzim
yang dapat mensintesis kopi DNA dari genon RNA. Virus ini masuk
dalam sub familia lentivirus berdasarkan kesamaan segmen genon,
morfologi dan siklus hidupnya. Sub familia lentivirus mempunyai
sifat dapat menyebabkan infeksi laten, mempunyai efek sitopatik
yang cepat, perkembangan penyakit lama dan dapat fatal. Partikel
HIV terdiri atas inner core yang mengandung 2 untai DNA identik
yang dikelilingi oleh selubung fosfolipid. Genon HIV mengandung gen
env yang mengkode selubun glikoprotein, gen gag yang mengkode
protein core yang terdiri dari protein p17 (BM 17.000) dan p24 (BM
24.000), dan gen pol yang mengkode beberapa enzim yaitu : reverse
trans-criptase, integrase dan protease. Enzim-enzim tersebut
dibutuhkan dalam proses replikasi. Selain itu HIV juga mengandung 6
gen lainnya yaitu vpr, vif, rev, nef dan vpu yang mengatur proses
reproduksi virus. Bagian paling infeksius dari HIV adalah selubung
glikoprotein gp 120 (BM 120.000) dan gp 41 (BM 41.000). Kedua
glikoprotein tersebut sangat ber-peran pada perlekatan virus HIV
dengan sel hospes pada proses infeksiHIV dikelompokkan berdasarkan
struktur genom dan antigenitasnya yaitu HIV-1 dan HIV-2
PATOGENESIS INFEKSI HIV Mekanisme utama infeksi HIV adalah
melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul
CD4. Molekul ini merupakan reseptor dengan afinitas paling tinggi
terhadap protein selubung virus.Partikel HIV yang berikatan dengan
molekul CD4 kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui fusi antara
membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang
terdapat pada permukaan membran virusMolekul CD4 banyak terdapat
pada sel limfosit T helper/ CD4+, narnun sel-sel lain seperti
makrofag, monosit, sel dendritik, sel langerhans, sel stem
hematopoetik dan sel mikrogial dapat juga terinfeksi HIV melalui
ingesti kombinasi virus-antibodi atau melalui molekul CD4 yang
diekspresikan oleh sel tersebut.Banyak bukti menunjukkan bahwa
molekul CD4 memegang peranan penting pada petogenesis dan efek
sitopatik HIV. Percobaan tranfeksi gen yang mengkode molekul CD4
pada sel tertentu yang tidak mempunyai molekul tersebut,
menunjukkan bahwa sel yang semula resisten ter-hadap HIV berubah
menjadi rentan terhadap infeksi tersebut. Efek sitopatik ini
bervariasi pada sel CD4+, narnun paling tinggi pada sel dengan
densitas molekul CD4 permukaan yang paling tinggi yaitu sel
limfosit T CD4+Sekali virion HIV masuk ke dalam sel, maka enzim
yang terdapat dalam nukleoprotein menjadi aktif dan memulai siklus
reproduksi virus. Nukleoprotein inti virus menjadi rusak dan genom
RNA virus akan ditranskripsi menjadi DNA untai ganda oleh enzim
reverse transcriptase dan kemudian masuk ke nukleus. Enzim
integrase akan mengkatalisa integrasi antara DNA virus dengan DNA
genom dari sel hospes. Bentuk DNA integrasi dari HIV disebut
provirus, yang mampu bertahan dalam bentuk inaktif selama beberapa
bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi virion baru. Itu
sebabnya infeksi HIV pada seseorang dapat bersifat laten dan virus
terhindar dari sistem imun hospes. Partikel virus yang infeksius
akan terbentuk pada saat sel limfosit T teraktivasi. Aktivasi sel T
CD4+ yang telah ter-infeksi HIV akan mengakibatkan aktivasi
provirus juga. Ak-tivasi ini diawali dengan transkripsi gen
struktural menjadi mRNA kemudian ditranslasikan menjadi protein
virus. Karena protein virus dibentuk dalam sel hospes, maka membran
plasma sel hospes akan disisipi oleh glikoprotein virus yaitu gp 41
dan gp 120. RNA virus dan protein core kemudian akan membentuk
membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah
dimodifikasi dengan glikoprotein virus, membentuk selubung virus
dalam proses yang dikenal sebagai budding. Pada beberapa kasus
aktivasi provirus HIV dan pembentukan partikel virus baru dapat
menyebabkan lisisnya sel yang terinfeksiSelama periode laten, HIV
dapat berada dalam bentuk provirus yang berintegrasi dengan genom
DNA hospes, tanpa mengadakan transkripsi. Ada beberapa faktor yang
dapat mengaktivasi proses transkripsi virus tersebut. Secara in
vitro telah dibuktikan pada sel T yang terinfeksi virus laten,
rangsangan TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL-6 dapat meningkatkan
produksi virus yang infeksius. Hal ini penting karena monosit pada
individu yang terinfeksi HIV cenderung melepaskan sitokin dalam
jumlah besar sehingga dapat me-nyebabkan meningkatnya transkripsi
virus. Infeksi beberapa virus dapat meningkatkan transkripsi
provirus DNA pada HIV sehingga berkembang menjadi AIDS yaitu;
HTLV-1, cytomegalovirus, virus herpes simplex, virus Epstein-Barr,
adeno-virus, papovirus dan virus hepatitis B
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup
ia akan tetap terinfeksi.3 Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam 3
fase, yang meliputi fase akut, fase laten dan fase klinis (fase
bergejala).12.6.1. Fase AkutFase ini terjadi setelah + 3 minggu
infeksi awal. 50-70% penderita HIV mempunyai gejala yang menyerupai
mononucleosis akut. Masa ini berhubungan dengan jumlah virus yang
tinggi dalam darah. Dalam satu minggu sampai tiga bulan akan
terbentuk respon imun terhadap HIV. HIV akan tersebar luas selama
fase infeksi, terutama di dalam organ limfoid, kemudian imunitas
spesifik HIV yang terbentuk pada fase ini berhubungan dengan
penurunan jumlah virus HIV di dalam darah secara tajam sampai
mencapai jumlah virus yang relatif konstan. 2.6.2. Fase
LatenSetelah infeksi primer, terjadi penyebaran virus, kemudian
berperan imunitas spesifik HIV. Fase laten yang berjalan dalam
hitungan tahun. Selama masa ini semua pasien mengalami penurunan
sistem imun yang dapat dideteksi dengan penurunan CD4.2.6.3. Fase
Klinis Penurunan sistem imunologis secara progresif dapat
menimbulkan penyakit yang disebut AIDS, berupa gejala dan tand
penyakit umum berat dan lama, infeksi oportunistik atau neoplasma.
Limfadenopati umum progresif pada beberapa pasien sudah terjadi
sejak tahap awal infeksi. Hal ini disebabkan respon imun terhadap
HIV yang berlebihan di dalam kelenjar getah bening. Sarkoma Karposi
dapat timbul sebelum terjadinya imunosupresi berat.DEPLESI SEL
LIMFOSIT CD4+ 1) Proses produksi virus dengan ekspresi gp 41 pada
mem-bran plasma dan budding partikel virus akan menyebabkan; a.
Kenaikan permeabilitas membran plasma b. Masuknya kalsium dalam
jumlah yang mematikan c. Lisis sel. 2) Membran plasma sel
terinfeksi HIV akan bergabung dengan sel T CD4+ lain melalui
interaksi molekul gp 120-sel T CD4+, sehingga membentuk sel raksasa
multinuklear atau sinsitia. Proses pembentukan sinsitia ini dapat
menyebabkan kematian sel yang terinfeksi HIV maupun sel yang tidak
terinfeksi. 3) DNA virus yang tidak terintegrasi dalam sitoplasma
atau sejumlah RNA yang tidak berfungsi dapat bersifat toksik
terhadap sel yang terinfeksi. 4) Produksi virus akan mengganggu
sintesis atau ekspresi protein sehingga menyebabkan kematian sel.
Selain menyebabkan menurunnya jumlah sel limfosit T CD4+, infeksi
HIV juga menyebabkan menurunnya fungsi sel tersebut, yang secara
tidak langsung berhubungan dengan efek sitopatik dan pengurangan
jumlah sel limfosit T. Respon humoral terhadap antigen terlarut dan
respon sel T sitotoksik (CTL) terhadap virus tertentu juga
terganggu, mungkin karena gagalnya sel T CD4+ mensekresi sitokin
dalam jumlah yang cukup untuk diferensiasi fungsi sel B dan
CTLPenurunan fungsi sel T CD4+ disebabkan oleh ikatan gp 120 dengan
molekul CD4 pada permukaan sel T. Ikatan ini menyebabkan molekul
CD4 yang telah berikatan dengan gp 120 tidak dapat berinteraksi
dengan molekul MHC kelas II pada APC, sehingga respon sel T
terhadap antigen terlarut dapat dihambat. Kemungkinan lain gp 120
yang berikatan dengan molekul CD4 menyebabkan fungsi pengaturan
ekspresi permukaan beberapa molekul yang dibutuhkan untuk aktivasi
sel T menurun. Selain itu protein tat HIV dapat memblok respon
imun, yang dirangsang oleh antigen melalui jalur aktivasi sel T
intra selulerSelain menginfeksi sel limfosit T CD4+, HIV dapat juga
menginfeksi monosit atau makrofag lebih rendah daripada sel
limfosit T, karena makrofag relatif lebih resisten. Hal ini
di-sebabkan karena sitotoksisitas virus membutuhkan ekspresi
molekul CD4 yang cukup tinggi. Makrofag dapat terinfeksi melalui
jalur bebas molekul CD4, yaitu melalui fagositosis sel lain yang
terinfeksi atau endositosis melalui reseptor Fc antibodi yang
mengikat HIV. Pada umumnya makrofag dapat diinfeksi oleh HIV namun
tidak dapat dibunuh oleh virus ter-sebut, sehingga sering merupakan
reservoir. Meskipun makrofag relatif resisten terhadap sitolisis
HIV, namun seringkali fungsinya juga berkurang pada individu
terinfeksi HIV. Berkurangnya fungsi makrofag tersebut meliputi
menurunnya kemokinesis dan produksi sitokin. Fungsi APC pada
makrofag juga menurun, kemungkinan disebabkan karena menurunnya
pengaturan ekspresi MHC kelas IPEMERIKSAAN SEROLOGI HIV Pemeriksaan
ELISA/EIA ELISA dari berbagai macam kit yang ada di pasaran mem
punyai cara kerja hampir sama. Pada dasarnya, diambil virus HIV
yang ditumbuhkan pada biakan sel, kemudian dirusak dan dilekatkan
pada biji-biji polistiren atau sumur microplate. Serum atau plasma
yang akan diperiksa, diinkubasikan dengan antigen tersebut selama
30 menit sampai 2 jam kemudian dicuci. Ella terdapat IgG
(immunoglobulin G) yang menempel pada bijibiji atau sumur
microplate tadi maka akan terjadi reaksi pengikatan antigen dan
antibodi. Antibodi anti-IgG tersebut terlebih dulu sudah diberi
label dengan enzim (alkali fosfatase, horseradish peroxidase)
sehingga setelah kelebihan enzim dicuci habis maka enzim yang
tinggal akan bereaksi sesuai dengankadar IgG yang ada, kemudian
akan berwarna bila ditambah dengan suatu substrat. Sekarang ada
test EIA yang menggunakan ikatan dari heavy dan light chain dari
Human Immunoglobulin sehingga reaksi dengan antibodi dapat lebih
spesifik, yaitu mampu mendeteksi IgM maupun IgG. Pada setiap tes
selalu diikutkan kontrol positif dan negatif untuk dipakai sebagai
pedoman, sehingga kadardi atas cut-off value atau di atasabsorbance
level spesimen akan dinyatakan positif. Biasanya lama pemeriksaan
adalah 4 jam. Pemeriksaan ELISA hanya menunjukkan suatu infeksi HIV
di masa lampau. Tes ELISA mulai menunjukkan hasil positif pada
bulan ke 23 masa sakit. Selama fase permulaan penyakit (fase akut)
dalam darah penderita dapat ditemukan virus HIV/partikel HIV dan
penurunan jumlah sel T4 (Gratik). Setelah beberapa hari terkena
infeksi AIDS, IgM dapat dideteksi, kemudian setelah 3 bulan IgG
mulai ditemukan. Pada fase berikutnya yaitu pada waktu gejala major
AIDS menghilang (karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam sel
tubuh) HIV sudah tidak dapat ditemukan lagi dari peredaran darah
dan jumlah $el T4 akan kembali ke normal. Hasil pemeriksan ELISA
harus diinterpretasi dengan hati-hati, karena tergantung dari fase
penyakit. Pada umumnya, hasil akan positifpada lase timbul
gejalapertama AIDS (AIDS phase) dan sebagian kecil akan negatif
pada fase dini AIDS (Pre AIDS phase). Beberapa hal tentang kebaikan
test ELISA adalah nilai sensitivitas yang tinggi : 98,1% 100%,
Western Blot memberi nilai spesifik 99,6% 100%. Walaupun begitu,
predictive value hasil test positif tergantung dari prevalensi HIV
di masyarakat. Pada kelompokpenderita AIDS,predictive positive
value adalah 100% sedangkan pada donor darah dapat antara 5% 100%.
Predictive value dari hasil negatif ELISA pada masyarakat sekitar
99,99% sampai 76,9% pada kelompok risiko tinggi. Di samping
keunggulan, beberapa kendala path test ELISA yang perlu
diperhatikan adalah : 1. Pemeriksaan ELISA hanya mendeteksi
antibodi, bukan antigen (akhir-akhir ini sudah ditemukan test ELISA
untuk antigen). Oleh karena itu test uji baru akan positif bila
penderita telah mengalami serokonversi yang lamanya 23 bulan sejak
terinfeksi HIV, bahkan ada yang 5 bulan atau lebih (pada keadaan
immunocompromised). Kasus dengan infeksi HIV laten dapat temp
negatif selama 34 bulan. 2. Pemeriksaan ELISA hanya terhadap
antigen jenis IgG. Penderita AIDS pada taraf permulaan hanya
mengandung IgM, sehingga tidak akan terdeteksi. Perubahan dari IgM
ke IgG mem-butuhkan waktu sampai 41 minggu. 3. Pada umumnya
pemeriksaan ELISA ditujukan untuk HIV1. Bila test ini digunakan
pada penderita HIV-2, nilai positifnya hanya 24%. Tetapi HIV2
paling banyak ditemukan hanya di Afrika.4. Masalah false positive
pada test ELISA. Hasil ini sering ditemukan pada keadaan positif
lemah, jarang ditemukan pada positif kuat. Hal ini disebabkan
karena morfologi HIV hasil biakan jaringan yang digunakan dalam
test kemurniannya ber-beda dengan HIV di alam. Oleh karena itu test
ELISA harus dikorfirmasi dengan test lain. Tes ELISA mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas cukup tinggi walaupun hasil negatif
tesini tidakdapatmenjamin bahwa seseorang bebas 100%dari HIV1
terutama pada kelompok resiko tinggi. Akhir-akhir ini test ELISA
telah menggunakan recombinant antigen yang sangat spesifik terhadap
envelope dan core. Antibodi terhadap envelope ditemukan pada setiap
penderita HIV stadium apa saja (Graf k). Sedangkan antibodi
terhadap p24 (proten dari core) bila positif berarti penderita
sedang mengalami kemunduran/deteriorasi
Pemeriksaan Western Blot. Cara kerja test Western Blot yaitu
dengan meletakkan HIV murni pada polyacrylamide gel yang diberi
anus elektroforesis sehingga terurai menurut berat protein yang
berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke nitrocellulose.
Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Antibodi
HIV dideteksi dengan memberikan antlbodi anti-human yang sudah
dikon-jugasi dengan enzim yang menghasilkan wama bila diberi suatu
substrat. Test ini dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan
profil berat molekul standar, kontrol positif dan negatif. Gambaran
band dari bermacam-macam protein envelope dan core dapat
mengidentifikasi macam antigen HIV. Antibodi terhadap protein core
HIV (gag) misalnya p24 dan protein precursor (p25) timbul pada
stadium awal kemudian menurun pada saat penderita mengalami
deteriorasi. Antibodi terhadap envelope (env) penghasil gen (gp160)
dan precursor-nya (gp120) dan protein transmembran (gp4l) selalu
ditemukan pada penderita AIDS pada stadium apa saja. Beberapa
protein lainnya yang sering ditemukan adalah: p3 I, p51, p66, p14,
p27, lebih jarang ditemukan p23, p15, p9, p7. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa bila serum mengan-dung antibodi HIV yang lengkap
maka Western blot akan memberi gambaran profil berbagai macam band
protein dari HIV antigen cetakannya. Definisi hasil pemeriksaan
Western Blot menurut profit dari band protein dapat bermacam-macam,
pada umumnya adalah : 1. Positif : a. Envelope : gp4l, gpl2O, gp160
b. Salah satu dari band : p 15, p 17, p24, p31, gp4l, p51, p55,
p66. 2. Negatif : Bila tidak ditemukan band protein. 3.
Indeterminate Bila ditemukan band protein yang tidak sesuai dengan
profil positif. Hasil indeterminate .diberikan setelah ditest
secara duplo dan penderita diberitahu untuk diulang setelah 23
bulan. Hal ini mungkin karena infeksi masih terlalu dini sehingga
yang ditemukan hanya sebagian dari core antigen (p17, p24, p55).
Akhir-akhir ini hasil positif diberikan bila ditemukan paling tidak
p24, p31 dan salah satu dari gp41 atau gpl60. Dengan makin ketatnya
!criteria Western Blot maka spesi-fisitas menjadi tinggi, dan
sensitifitas turun dari 100% dapat menjadi hanya 56% karena hanya
60% penderita AIDS mem-punyai p24, dan 83% mempunyai p31.
Sebaliknya cara ini dapat menurunkan angka false positive pada
kelompok risiko tinggi, yang biasanya ditemukan sebesar 1 di antara
200.000 test padahal test tersebut sudah didahului dengan test
ELISA. Besar false negative Western Blot belum diketahui secara
pasti, tapi tentu tidak not. False negative dapat terjadi
karenakadar antibodi HIV rendah, atau hanya timbul band protein p24
dan p34 saja (yaitu pada kasus dengan infeksi HIV2). False negative
biasanya rendah pada kelompok masyarakat tetapi dapat tinggi pada
kelompok risiko tinggi. Cara mengatasi kendala tadi adalah dengan
menggunakan recombinant HIV yang lebih murni
CARA PENULARANBanyak cara yang diduga menjadi cara penularan
virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui
adalah melalui :1. Transmisi Seksual.a. Homoseksual ital.b.
Heteroseksual
2. Transmisi Non Seksuala. Transmisi ParenralAkibat penggunaan
jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang
menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama.
Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh
petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko
tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.Darah/Produk
Darah Transmisi melalui transfusi atau produk darah Resiko tertular
infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.
b. Transmisi TransplasentalPenularan dari ibu yang mengandung
HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat
terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan
melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah
1. CD4+ Limfosit TGambaran cardinal dari infeksi HIV adal;ah
deplesi limfosit penginduksi T-helper yang menghasilkan tropoisme
HIV terhadap populasi limfosit ini, sehingga menginfeksi petanda
fenotipik CD4 pada permukaannya. Molekul CD4 adalah reseptor utama
untuk HIV; ia memiliki afinitas yang tinggi untuk amplop virus.
Koreseptor HIV pada limfosit adalah reseptor khemokin CXCR4.Pada
awal infeksi, isolat HIV primer adalah M-tropik. Tetapi semua
strain HIV menginfeksi limfosit T CD4+ primer (tetapi bukan lini
sel T yang dikekalkan secar in vitro). Sewaktu infeksi berlanjut,
virus yang dominan M-tropik digantikan oleh virus T-tropik.
Adaptasi laboratorium isolate primer dalam lini sel T yang
dikekalkan menghilangkan kemampuannya untuk menginfeksi monosit dan
makrofag.Akibat dari difungsi sel T CD4+ yang disebabkan oleh
infeksi virus HIV bersifat mematikan karenakarena limfosit T CD4+
memainkan peran yang sangat penting dalam respon imun manusia. Ia
bertanggung jawab baik secar langsung maupun tidak langsung dalam
induksi sederetan fungsi-fungsi sel limfoiddan nonlimfoid.
Efek-efek ini berupa aktivasi makrofag, induksi fungsi-fungsi
sitotoksik sel T, sel-sel natural killer, dan sel B; serta sekresi
berbagai factor terlarut , yang merangsang pertumbuhan dan
differensiasi sel-sel limfoid, serta mempengaruhi sel-sel
hematopoetik.
2. Monosit dan makrofagMonosit dan makrofag berperan penting
dalam penyebaran dan pathogenesis infeksi HIV. Subunit monosit
tetentu mengekspresi antigen permukaan CD4 dan oleh karena itu
berikatan pada amplop HIV. Koreseptor HIV pada makrofag dan monosit
adalah khemokin CCR5. Di dalam otak, tipe sel utama yang terinfeksi
oleh HIV tampaknya adalah monosit dan makrofag, dan ini merupakan
konsekuensi penting untuk perkembangan manifestasi neuropsikiatri
yang disebabkan oleh infeksi HIV. Makrofag alveolus paru yang
terinfeksi mungkin berperan dalam pneumonitis interstisial yang
dijumpai pada pasien AIDS tertentu.Strain HIV makrofag-tropik
mendominasi pada awal infeksi dan strain-strain ini bertanggung
jawab pada infeksi permulaan bahkan bila sumber penularan
mengandung virus M-tropik maupun T-Tropik.Diyakini bahwa monosit
dan makrofag berperan sebagai reservoir utama bagi HIV dalam tubuh.
Tidak seperti limfosit T CD4+, monosit relative kukuh pada efek
sitopati HIV, sehingga virus tidak hanya bertahan hidup dalam sel
ini tetapi juga dapat dipindahkan ke berbagai organ tubuh (seperti
paru-paru dan otak).
3. Organ LimfoidOrgan organ limfoid memainkan peran sentral
dalam infeksi HIV. Limfosit dalam darah tepi hanya mewakili sekitar
2 % total pool limfosit, sisanya terutama berada di dalam
organ-organ limfoid. Di dalam organ limfoid inilah respon imun
spesifik dibentuk. Jaringan sel-sel dendrite follikuler dalam
pusat-pusat germinal pada limfonodi mrnjrbak antigen dan
menstimulasi suatu respon imun. HIV bereplikasi secara aktif dalam
jaringan limfoidke seluruh perjalana infeksi yang tidak diobati
bahkan selama tahap latensi klinis. Lingkungan mikro limfonodi
ideal untuk menetap dan menyebarnya infeksi HIV. Sitokin
dilepaskan, mengaktifasi fool besar limfosit T CD4+ yang sangat
rentan terhadap infeksi HIV. Ketika tahap lanjut penyakit HIV
mengalami progresi, arsitektur limfonodi menjadi terputus.
4. Sel-sel SarafAbnormalitas neurologis lazim terjadi pada AIDS
dan pada 40-90% pasien terjadi di dalam derajat yang bervariasi.
Ini meliputi ensefalopati HIV, neuropati perifer dan yang paling
serius, kompleks demensia AIDS. Baik mekanisme pathogen langsung
maupun tidak langsung bisa menjelaskan manifestasi neuropsikiatrik
pada infeksi HIV. Tipe sel domina dalam otak yang terinfeksi oleh
HIV adalah monosit dan makrofag. Virus bisa masuk ke otak melalui
monosit yang terinfeksi dan melepaskan sitokin yang toksik terhadap
sel saraf seperti factor khemotaktik yang menyebabkan infiltrasi
sel-sel peradangan otak. HIV telah ditemukan pada neuron,
oligodendrit dan astrosit dalam jumlah yang terbatas.
5. Koinfeksi VirusSinyal aktivasi dubutuhkan untuk terjadinya
infeksi HIV yang produktif. Pada seseorang terinfeksi HIV, spectrum
luas dari stimulus in vivo tampaknya berperan sebagai activator
seluler. Sebagai contoh infeksi akut oleh Mycobacterium
tuberculosis mempengaruhi peningkatan viremia plasma. Infeksi viral
yang bersamaan oleh virus EB, cytomegalovirus, virus herpes
simpleks, atau virus hepatitis B menginduksi ekspresi HIV dan bisa
berperan sebagai kofaktor AIDS. Terdapat prevalensi infeksi
cytomegalovirus yang tinggi pada pasien yang positif HIV.
MANIFESTASI KLINIS AIDSTanda-tanda gejala-gejala (symptom)
secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi
sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula
dari gejala gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita
penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai
berikut : Rasa lelah dan lesu Berat badan menurun secara drastic
Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam Mencret dan kurang
nafsu makan Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
Pembengkakan leher dan lipatan paha Radang paru-paru Kanker
kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2
hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik : 2. Manifestadi
tumor diantaranya;a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian
kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya
terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada
heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.b. Limfoma
ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan
bertahan kurang lebih 1 tahun.3. Manifestasi Oportunistik
diantaranyaa. Manifestasi pada Paru-paru Pneumonia Pneumocystis
(PCP)--Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan
infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering,
sakit bernafas dalam dan demam. Cytomegalo Virus (CMV)--Pada
manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian
pada 30% penderita AIDS. Mycobacterium Avilum--Menimbulkan pneumoni
difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
Mycobacterium Tuberculosis--Biasanya timbul lebih dini, penyakit
cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar
paru.
b. Manifestasi pada Gastroitestinal Tidak ada nafsu makan, diare
khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
4. Manifestasi Neurologis-Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan
manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir
penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati dan neuropari perifer
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSISI AIDSHuman
Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang
berperan dalam penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan
serviks atau vagina.Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan
di laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap
virus tersebut. Pemeriksaan untuk menemukan adanya antibodi
tersebut menggunakan metode Elisa (Enzyme Linked Imunosorbent
Assay). Bila hasil test Elisa positif maka dilakukan pengulangan
dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus
dikonfirmasikan dengan test yang lebih spesifik yaitu metode
Western Blot.Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah :4. Adanya
HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium).5. Adanya
tanda-tanda Immunodeficiency.6. Adanya gejala infeksi
oportunistik.Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah
infeksi oportunistik atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian
dilakukan uji serologis untuk mendeteksi zat anti HIV (Elisa,
Western Blot).
KAPOSI SARKOMAKaposis Sarcoma disebabkan oleh virus yang dulu
bernama KS-herpes virus, tapi sekarang bernama Human Herpes Virus-8
(HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual dan dapat melalui ibu
kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula
berwarna merah-keunguan pada mukosa mulut dan tidak menimbulkan
rasa sakit, serta tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini dapat
berkembang menjadi nodul dan membingungkan antara kelainan pada
mulut yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti hemangioma,
hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada
gingiva). Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada
mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih
sering ditemukan pada pria. Kaposis Sarcoma ditemukan pada
penderita HIV yang akan memasuki kategori C (outright AIDS).
Diagnosis lainnya yang ditemukan pada KS meliputi pyogenic
granuloma, hemangioma, atypical hyperpigmentation, sarcoidosis,
bacillary angiomatosis, angiosarcoma, pigmented nevi, dan
cat-scratch disease pada kulit.Ada 4 bentuk KS berdasarkan
epidemiologinya1. Sarkoma Kaposi kronik/klasik/eropa pada manula
keturunan Eropa Timur/ Mediterania, lesinya terdiri dari nodul dan
plak kutaneus yang multiple dan berwarna merah ungu pada extremitas
bawah, kadang lesi ini terdapat pada organ visera. Ditandai dengan
rekurensi dan remisi yang dapat menyebabkan kematian2. SK
limfadenopatik/Afrika serupa dgn bentuk klasik tetapi terjadi pada
orang yang lebih mudadi daerah ekuator Afrika. Merupakan 10% dari
semua tumor yang ada. Yang terbatas pada limfonodi dan dapat juga
bersifat agresif3. SK yang berkaitan dengan transplantasi pd pasien
yg menjalani terapi imunosupresif. Bisa terdapat baik pada kulit
maupun secara sistermik pada organ visera, regresi dapat terjadi
ketika terapi dihentikan4.SK yg berkaitan dengan AIDS, lebih sering
terjadi pada homoseksual dibandingkan resiko AIDS yg lain. Lesi
dapat ditemukan disetiap tempat pada kulit dan membrane
mukosa,limfonodi, traktus GI ataupun pd organ visera. Penyebaran yg
luas k organ visera timbul secara dini dan sering , tetapi lesi yg
terjadi bersifat responsive terhadap kemoterapi sitotoksik atau
terapi -interferonSecara mikroskopik, terlihat lesi yang khas &
terdiri dari lembaran sel yang gemuk serta berbentuk mirip
kumparan, membentuk ruang vaskuler mirip celah yang terisi o/ SDM
dengan diselingi saluran vaskuler yang dindingnya berupa sel
endotel.Kaposi yg bs dikenali secara makroskopik yaitu:
bercak(patch), plaque(plak) dan nodul1.Bercak bercak(patches)
terdiri dari macula merah muda hingga ungu & biasanya(pd pnykt
klasik) terbatas d bag distal ekstremitas bwh. Mikroskopik hnya
memperlihtkn pmbuluh drah yg mlebar, tdk beraturan, & mengalami
angulasi dgn dinding sel-sel endotel yg diselingi infiltrate
limfosit,sel plasma, serta makrofag(yg kdg mengandung
hemosiderin)---sulit dibedakan dgn jaringan granulasi2.Plak yang
menonjol mrupkan saluran vaskuler yg mlebar,berlubang ireguler dgn
dinding sel kumparan (spindle cell) yg agak gemuk & disertai
gumpalan sel kumparan yg sama di daerah perivaskuler3.Lesi noduler
lebih bersifat neoplastik. Disertai klainan limfonodi &
visceral. Khususnya pada SK Afrika / SK AIDSHampir semua SK
terinfeksi virus HHV-8(human herpesvirus 8) yg dikenal sebagai
herpes virus yg menyertai SK (KSHV KS associated herpesvirus). Agen
penyebab ini diperlukan & sudah cukup bagi perkembangan SK,
kendati imunosupresi merupakan kofaktor yang penting dalam
pathogenesis & ekspresi penyakit ini.Faktor pembantu (co
factor). Telah menjadi hipotesa bahwa penyakit menular seksual
lainnya merupakan faktor pembantu dalam meningkatkan risiko
penularan HIV baik pada wanita maupun pria; faktor pembantu utama
ialah PMS yang menimbulkan ulkus, yang disebut GUD (genital ulcer
diseases), seperti : Afek primer sifilis (ulkus durum),Sifilis
sekunder (kondilomata lata),Ulkus mole,Herpes genitalis,Afek primer
LGV,Lesi atau mikrolesi yang non-spesifik. Telah diketahui bahwa
limfosit yang mengandung HIV pada wanita seropositip ialah pada
sekret serviko-vaginal, dan tidak pada sel epite1. Hal ini penting
karena pada tiap peradangan vagina dan serviks seperti GUD, dan
juga gonore, infeksi C. trachomatis, trikomoniasis, kandidiasis
akan membantu pengeluaran limfosit yang terinfeksi, hingga akan
memberikan risiko transmisi HIV yang jauh lebih besar dibanding
dengan pada vagina dan serviks yang intak.Demikian pula dengan
uretritis pada pria. Herpes genitalismemberikan
gejalaklinisyangberat,berupa lesi yang luas, seringkali berupa
ulkus yang nyeri, waktu penyembuhan yang lama, resisten terhadap
pengobatan, serta lebih sering kambuh; pada pria homoseksual ulkus
sering dijumpai pada daerah ano-rektal. Telah dilaporkan adanya saw
kasus herpes simpleks berupa ulkus yang luas pada bokong kin yang
tidak sembuh dengan bermacam-macam pengobatanKondiloma akuminata
pada penderita AIDS tumbuh cepat, besar serta luas. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya sistim kekebalan seluler yang
sangat diperlukan untuk penyem-buhan kondiloma akuminata. Moluskum
kontagiosum di daerah ano-genital pada orang dewasa sering
ditularkan melalui hubungan seksual, pada pen-derita AIDS dapat
menjalar ke seluruh wbuh, dengan lesi yang besar bahkan sampai di
kepala berambut
Gambaran klinis
Luka KS berupa lesi dan noda yang berwarna-warni merah, ungu,
coklat, atau hitam, dan biasanya popular.Luka tersebut biasanya
ditemukan pada kulit, walau bisa juga tersebar di tempat lain
terutama mulut, gastrointestinal tract dan saluran pernafasan.
Pertumbuhan dari sangat lambat ke sangat cepat.
Infeksi pada KulitUmumnya terjadi pada wajah, mulut dan
kemaluan. Biasanya luka berbentuk seperti yang dijelaskan pada
gambaran klinis di atas, tetapi mungkin juga akan menjadi seperti
plak (pada telapak kaki), atau bahkan ikut terlibat dalam perusakan
kulit dan kematian jaringaan sel kulit. Terkait pembengkakan
(edema/swelling) yang timbul, mungkin berasal dari peradangan
setempat atau lymphoedema. Lesi-lesi pada kulit menjadikan
penampilan fisik luar penderita menjadi jelek, dan menyebabkan
banyak efek yang berhubungan dengan psikososial.
Infeksi pada mulut30% Lesi KS dalam mulut bisa jadi bersamaan
dengan infeksi candidiasis. Ini juga merupakan awal tanda bagi 15%
pengidap HIV untuk memasuki tahap AIDS yang juga mengidap KS. Dalam
mulut, langit-langit yang keras yang paling sering terkena,
kemudian diikuti pada gusi. Lesi di mulut dapat dengan mudah rusak
oleh permen, makan atau berbicara.
Infeksi pada gastrointestinal (saluran dan organ tubuh dalam
manusia dari mulut sampai usus).Hal ini banyak terkait dengan
pasien pengidap AIDS, saat kekebalan tubuhnya sangat lemah. Luka
pada Gastrointestinal tidak terlihat atau menyebabkan kehilangan
berat badan , rasa sakit, mual / muntah, diare, pendarahan (dalam
bentuk darah kental/berlendir karena gesekan usus), malabsorption
(ketidakmampuan usus menyerap nutrisi), dan kesulitan buang air
besar.
DiagnosaWalaupun KS dapat diduga dari tampilan luka pasien dan
faktor-faktor risiko, yang pasti diagnosis hanya dapat dilakukan
dengan biopsi dan pemeriksaan mikroskopis, yang akan menunjukkan
keberadaan kumparan sel. Deteksi KSHV protein LANA dalam sel tumor
mengkonfirmasikan diagnosis.
DAFTAR
PUSTAKAhttp://www.journals.uchicago.edu/JID/journal/issues/v190n3/32115/32115.html
2001 Journal of Clinical PathologyDorland, W.A. Newman. 2002. Kamus
Kedokteran Dorland. Jakarta : EGCGuyton, Arthur C. dan Hall. 2007.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGCSudoyo, Aru
W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing
13