Niken Audi Lestari 1102011194 1. Memahami dan menjelaskan fisiologi nyeri Neuroanatomi JALAN RAYA SENSORIK Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif dari reseptor ke pusat sensorik sadar diotak. Informasi Ekstroseptif meliputi: Sakit Suhu (panas atau dingin) Sentuhan Tekanan Informasi Propioseptif meliputi: Keadaan otot sadar/otot lurik Keadaan sendi Keadaan ligamentum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Niken Audi Lestari1102011194
1. Memahami dan menjelaskan fisiologi nyeri
Neuroanatomi
JALAN RAYA SENSORIK
Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif dari
reseptor ke pusat sensorik sadar diotak.
Informasi Ekstroseptif meliputi:
Sakit
Suhu (panas atau dingin)
Sentuhan
Tekanan
Informasi Propioseptif meliputi:
Keadaan otot sadar/otot lurik
Keadaan sendi
Keadaan ligamentum
Untuk bisa mencapai pusat sadar pada GYRUS POSTCENTRALIS (area
brodmann 3,2,1) maka semua informasi sensorik harus melewati sedikitnya 3
NEURON.
1. neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion spinale(ganglion
adalah sel saraf yg terletak diluar susunan saraf pusat) dimana dendrite dari selsaraf
tersebut datang dari reseptor, sedangkan axon-nya pergi memasuki medulla
spinalisuntuk bersinapsis pada neuron orde kedua.
2. neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapatmenyilang
garis tengah atau langsung dalam columna lateralis pada sisi yang sama,selanjutnya
dari medulla spinalis naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron ordeketiga.
3. neuron orde ketiga : pada thalamus, dimana axon-nya akan menuju pusat sensorik sadar
pada gyrus postcentralis (area pusat sensorik-area brodmann 3,2,1)
Jalan raya sensorik yang mengantarkan sensasi sakit dan suhu
Nama jalan : Tractus spinothalamicus lateralis
Melewati medulla
spinalis → medulla
oblongata → pons →
mesencephalon →
diencephalon→ korteks
cerebri
1. Axon dari neuron orde
pertama (ganglion spinale)
memasuki ujung cornu
posterius substansiagrissea
medulla spinalis dan segera
bercabang
Serabut yg naik
Serabut yg turun
Setelah masuk ke
medulla spinalis, maka
akan membentuk Traktus
Posterolateral (Lissauri).
Lalu berlanjut ke neuron
orde kedua yang terletak pada kelompok selsubstansia gelatinosa pada cornu
posterius.Axon dari orde kedua menyilang garis tengah pada commisura anterior
substansia grisseadan substansia alba, kemudian naik ke atas pada sisi kotralateral
sebagai traktus spinothalamicus lateralis. Traktus tersebut berjalan medialis dari traktus
spinocerebrallis anterius. Sewaktu jalan ke atas, serabut syaraf baru terus bertambah
sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.
2
2. Saraf berlanjut pada medulla oblongata, yaitu pada dataran lateral antara
nucleus olivariusinferius dengan Nucleus tractus spinalis N. Trigeminus. Dan
nantinya bergabung dengan
Tractus spinothalamicus anterius
Tractus spinotectalis
Ketiga tractus ini bersama-sama membentuk Lemniscus Spinalis
3. Berlanjut pada pons. Lemnicus spinalis naik ke atas dibagian belakang pons
4. Berlanjut pada mesencephalon, Lemnicus spinalis jalan pada tegmentum ,
lateralis dari Lemnicus medialis.
5. Diencephalon, serabut syaraf traktus spino thalamicus lateralis akan
bersinapsis denganneuron orde ketiga yaitu: Nucleus postlateral dari kelompok
ventral thalamus (bagian darinucleus lateralis thalamus). Disinilah terjadi penilaian
kasar sensasisakit dan suhu dan reaksi emosi mulai timbul.
6. Di Korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posterior
capsula internadan Corona radiata untuk berakhir pada gyrus postcentralis (area
brodmann 3,2,1) dari sini informasi sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik
dan areaasosiasi di cortex lobus parietale.
Jalan raya yang mengatur sensasi sentuhan ringan dan tekanan
1 . Ax on da r i ne u ron o rde pe r t a ma (gang l i on s p ina l e ) mema suk i
u jung co rnu pos t e r iu s s ubs t ans i a grissea medulla spinalis dan segera
bercabang 2:
Serabut yg naik
Serabut yg turun
Setelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral
(Lissauri). Lalu berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel
servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra
servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).
ManifestasiFase I : ProdromalSebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama
24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila
makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas
berbicara.
23
Fase II : Aura
• Gangguan penglihatan yang paling sering dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat seperti
melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata dan
hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating scotoma).
• Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,
dysphasia.
• Fase ini berlangsung antara 5 – 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai
aura.
Fase III : Headache
Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi
kepal tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya
(photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering memburuk saat bergerak dan
pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2 – 72 jam.
Fase IV : Postdromal
Saat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini
pasien akan merasakan lelah, nyeri pada ototnya kadang kadang euphoria. Setelah nyeri
kepala hilang
Diagnosis dan Diagnosis Banding Kwalitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepala sangat subyektif tergantung pada keadaan
psikologi pasien. Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada saat pasien tidur
sehingga sering membangunkan pasien. Tumor otak dalam ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepala pada saat tidur.
Fenomena lain yang menyertainya seperti photofobia,phonofobia, gangguan penglihatan, dizziness, kelemahan otot, febris.
Hal hal lain yang memperburuk nyeri kepala misalnya batuk.1) Pemeriksaan fisisk
– Keadaan umum pasien & mentalnya.– Tanda tanda rangsangan meningeal– Adakah kelainan saraf cranial ?– Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dankoordinasinya ?
2) Pemeriksaan penunjang– Laboratorium darah ,LED– Lumbal punksi– Elektroensefalografi
24
– CT Scan kepala , MRI
Tension Type Headache (TTH)Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang ± kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan ±sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpaimual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang ± berat, tumpul sepertiditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifikuntuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidakditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah,rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
MigrenAnamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda ± tanda
khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwaharus terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut : (1) migren dengansatu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks danatau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada satu aura yang terbentukberangsur ± angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4)sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menitKriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harusterdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhikriteria berikut : (a) berlangsung 4 ± 72 jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari :(1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk olehaktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakitlain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Sakit Kepala ClusterTidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya
terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnyaterjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkaliterjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasiterbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasitekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal,ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejalagastrointestinal
Diagnosis Banding
Gejala Tension Headache
Cluster Headache
Migren Tumor Otak
Gender PR:LK=1,4:1 LK:PR=5:1 PR:LK=5:1 ???Usia Semua usia Semua usia 20-50 tahun 20-40
tahunKronis/Akut Akut dan Akut dan Akut Kronis
25
Kronis KronisLokasi Nyeri Leher, rahang Mata, sisi
wajahSisi sebelah
atau semua sisiSeluruh kepala,
memberatWaktu Timbul Nyeri Pagi hari Setiap waktu Pagi hari Pagi hariMuntah - - + +Mual - - + +Sakit Kepala saat mengedan, BAB, batuk
- - - +
Tata LaksanaNyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala sangat
berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila perlu dapat
diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamin 0,5 mg.
Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada
saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.
Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat Bellergal
(ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 – 3 kali sehari selama
beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan pemberian ACTH (40
u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 – 4 minggu.
Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah
timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial. Tetapi
penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai efek
teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka bukan semata – mata
penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta yang tidak memiliki efek ISA (
Intrinsic Sympathomimetic Activity).
Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk varian
Cluster headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension type headache dapat
diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat digunakan sebagai
pencegahan timbulnya serangan.
Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan durasi
sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau lebih serangan
dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus digunakan setiap
26
hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker, botox, kalsium channel blokers,
dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau dopamin spesifik, dan TCA.
Tatalaksana untuk nyeri kepala tipe tegangA. Terapi
Non farmakologiso Terapi perilaku
Konseling Terapi perilaku Terapi manajemen stress Latihan relaksasi Biofeedback.
o Intervensi medis Blokade saraf occipital Ice packs Panas
Farmakologiso Terapi farmakologis yang ada adalah NSAID berupa
Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke
dalam suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan, hipermetabolisme hemisfer
nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.
Hipokondriasis : Misinterpretasi gejala-gejala tubuh, model belajar sosial, varian
gangguan depresif dan kecemasan, harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain.
Gangguan Dismorfik Tubuh : Melibatkan metabolisme serotonin, pengaruh kultural dan
sosial.
29
Gangguan Nyeri : Ekspresi simbolik intrapsikis melalui tubuh (aleksitimia), perilaku
sakit, manipulasi untuk mendapat keuntungan hubungan interpersonal, melibatkan serotonin,
defisiensi endorfin.Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi
gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism
(hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid
dkk, 2005) :
a. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis
(biasanya pada gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih
bergantung, seperti “peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan
somatoform.
c. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
• Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi
yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
• Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
• Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan
dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang
diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau
kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi
dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
• Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari
adanya penyakit serius (hipokondriasis).
• Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impulsimpuls
yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan
konversi).
• Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan
suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).
ManifestasiManifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan
30
masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform :Neuropsikiatri: “kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ;“saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”Kardiopulmonal: “ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”Gastrointestinal: “saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang dapat menyembuhkannya”Genitourinaria: “saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”Musculoskeletal “saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu”Sensoris: “ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak akan membantu” Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.
Gangguan somatisasi1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika
diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
2. Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan tersiksa/merana.
3. Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di RS bahkan dilakukan operasi.
4. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam pernikahan.
Gangguan konversi
31
1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara fisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat gangguan/kelainan.
2. Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total pada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti ditusuk-tusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk merasakan sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak dapat membau, suara hanya berbisik, dll.
3. Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.
4. Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan menghambat fungsi saluran sensorimotor.
5. Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.
Hipokondriasis1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya
memiliki suatu penyakit fisik yang serius2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi
terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala, berdebar-debar, kelelahan.
3. Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak dokter atau RS
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter, walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)
2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu, menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi plastik
3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah pemeriksaan yang intensif)
2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu atau beberapa bagian tubuh.
3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan aspek penting lainnya.
4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan, memperburuk rasa nyeri.
32
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
Atau :
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode
beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,
−4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,
dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
−2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
-1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,
disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi
berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
-1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada
kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau
nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia;
atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
−Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
33
−Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau
pura-pura).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :
1. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum selama menstruasi, selama berhubungan seksual atau selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
4. Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, ssulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, amnesia, hilangnya kesadaran selain pingsan)
C. Salah (1) atau (2) :1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkiraannya dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau pura-pura)
34
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stressor lain
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (pura-pura)D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi umum medis atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit :
Dengan gejala atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang atau konvulsi Dengan gambaran campuran
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A. Perokupasi dengan ketakutan menderita atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan penentraman
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti gangguan dimorfik tubuh)
D. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulanF. Perokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-komplusif, gangguan panik, gangguan depresi berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain
Sebutkan jika : dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama episode
berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit
serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
35
A. Perokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B. Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi penting lain.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya ketidakpuasaan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A. Nyerii pada satu tempat atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian khusus
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buatE. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Tuliskan seperti berikut : gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis :
faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan,
eksaserbasi dan bertahannya nyeri
Sebutkan jika :
Akut : durasi kurang dari 6 bulan
Kronis : durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologis maupun kondisi medis
umum
Sebutkan jika :
Akut : durasi kurang dari 6 bulan
Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan
A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan gastrointestinal, atau saluran kemih)
B. Salah satu (1) atau (2) :1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi umum medis yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa
36
yang diperkiraan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium.
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulanE. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
F. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
Diagnosis Menurut PPDGJ :
Gangguan Somatoform
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.
Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak
Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
a. Gangguan Somatoform Tak Terinci
Pedoman diagnostik
Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya
b. Gangguan Hipokondrik
37
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :
Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
c. Gangguan Otonomik Somatoform
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu
Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas)
Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud.
Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler
F45.31 = saluran pencernaan bagian atas
F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah
F45.33 = sistem pernafasan
F45.34 = sistem genito-urinaria
F45.35 = sistem atau organ lainnya
d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Pedoman diagnostik
Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut
38
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.
e. Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu
Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan
Tata Laksana
Terapi untuk Gangguan Somatoform
Kebijakan klinis menyarankan pendekatan halus dan suportif seraya memberikan
penghargaan kepada pasien atas setiap perbaikan kondisi sekecil apa pun yang
berhasil dicapai (Simon, 1998).
Orang-orang yang menderita gangguan somatoform jauh lebih sering datang ke dokter
dibanding ke psikiater atau psikolog karena mereka menganggap masalah berkait
dengan kondisi fisik. Para pasien tersebut menganggap rujukan dokter ke psikolog
atau psikiater sebagai tanda bahwa dokter menganggap penyakit mereka “terletak di
kepala”; sehingga mereka tidak merasa senang dirujuk ke “ahli jiwa”. Mereka
menguji kesabaran dokter mereka, yang sering kali meresepkan berbagai macam obat
atau penanganan medis dengan harapan akan menyembuhkan keluhan somatik
tersebut.
Penyembuhan dengan berbicara yang menjadi dasar psikoanalisis dilandasi oleh
asumsi bahwa suatu represif masif telah memaksa energi psikis diubah menjadi
anestesia atau kelumpuhan yang membingungkan. Namun demikian, psikoanalisis
tradisional dengan terapi jangka panjang dan psikoterapi yang berorientasi
psikoanalisis tidak menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi gangguan konversi,
kecuali mungkin mengurangi kekhawatiran pasien atas penyakitnya. Penanganan
psikodinamika jangka pendek dapat menjadi efektif untuk menghilangkan simtom-
simtom gangguan somatoform (Junkert-Tress, 2001).
Pasien somatoform sering menderita kecemasan dan depresi. Dengan menangani
kecemasan dan depresi sering kali mengurangi kekhawatiran somatoform.
Pada kasus komorbiditas antara ganguan obsesif kompulsif dan gangguan somatoform
tertentu, seperti hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh memiliki penanganan
pilihan untuk ganguan kompulsif-pemaparan dan pencegahan respons-dapat menjadi
efektif untuk gangguan somatoform tersebut.
39
Terapis perlu memperhitungkan untuk memastikan pasien tidak kehilangan muka
ketika gangguan tersebut tidak lagi dialaminya. Terapis harus mempertimbangkan
kemungkinan pasien merasa dipermalukan ketika kondisinya menjadi lebih baik
melalui penanganan yang tidak berkaitan dengan masalah medis (fisik).
Terapi untuk gangguan somatisasi
Pemaparan atau terapi kognitif dapat digunakan untuk mengatasi ketakutan,
berkurangnya rasa takut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan
somatik.
Terapi keluarga, membantu pasien dan keluarga mengubah jaringan hubungan
yang bertujuan untuk membantu usahanya menjadi lebih mandiri.
Training asersi dan keterampilan sosial, bermanfaat untuk membantunya
manguasai atau menguasai kembali, berbagai cara untuk berhubungan dengan
orang lain dan mengatasi berbagai tantangan tanpa harus mengatakan “Saya
seorang yang malang, lemah, dan sakit.”
Dokter tidak menghindari validitas keluhan-keluhan fisik, namun
meminimalkan penggunaan berbagai tes diagnostik dan pemberian obat,
mempertahankan kontak dengan pasien. Teknik-teknik seperti training
relaksasi dan berbagai bentuk terapi kognitif juga terbukti bermanfaat.
Biofeedback, yang mencangkup pengendalian atas proses-proses fisiologis
telah terbukti efektif dalam mengurangi berbagai pikiran yang merusak pada
para pasien yang menderita gangguan somatoform-bahkan lebih efektif
dibanding teknik relaksasi.
Terapi utuk hipokondriasis
Pendekatan kognitif behavioral. Penelitian menunjukkan bahwa para pasien
hipokondrial menunjukkan penyimpanan kognitif dengan menganggap
masalah kesehatan yang muncul sebagai suatu ancaman. Terapi kognitif-
behavioral dapat ditujukan untuk merestrukturisasi pemikiran pesimistik
semacam itu.
Penanganan dapat mencangkup beberapa strategi seperti mengarahkan
perhatian selektif pasien ke simtom-simtom fisik dan tidak mendorong pasien
mencari kepastian medis bahwa ia tidak sakit.
Terapi untuk rasa nyeri
40
Nyeri mengandung dua komponen, yaitu nyeri psikogenik dan nyeri yang
benar-benar disebabkan factor medis, seperti cedera jaringan otot.
Penanganan yang efektif cenderung terdiri dari hal-hal berikut:
o Melakukan validasi bahwa rasa nyeri memang nyata, dan tidak hanya
dalam pikiran pasien.
o Pelatihan relaksasi
o Menghadiahi pasien karena berperilaku yang tidak sejalan dengan
rasa nyeri (menahan rasa nyeri).
Varian terapi psikodinamika jangka pendek, yang disebut terapi tubuh
psikodinamika, efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan mempertahankannya
dalam jangka waktu lama.
Dosis rendah obat antidepresan, terutama imipramine, lebih tinggi manfaatnya
dibandingkan placebo untuk mengurangi rasa nyeri dan distress kronis. Obat-
obatan tersebut tidak menghilangkan depresi terkait.
a. Secara umum tampaknya perlu disarankan untuk mengalihkan focus dari hal-hal yang
tidak dapat dilakukan pasien karena penyakitnya dan bahkan mengajarkan pada pasien
bagaimana cara mengatasi stres, mendorong aktivitas yang lebih banyak, dan
meningkatkan kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau rasa tidak nyaman yang
dialami pasien.
Komplikasi1. Kehidupan yang bergantung pada orang lain2. Suicide.
PencegahanPertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan dengan asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga metabolism tubuh. Sehingga menjadi prima.
Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada diri anda stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur aliran nafas anda.
Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan harapan dapat mengetahui kondisi fisikyang sebenarnya (membuat anda tenang), dan melakukan langkah pencegahan jika ditemukan penyakit dalam diri.
Self talk “Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja”. (katakan pada diri anda, setiap hari saat anda bercermin setiap saat, dan katakan juga “indahnya hari ini, saya bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya”
41
Prognosis Nyeri SomatoformPrognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien dan sifat
gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform prognosisnya
baik, dapatditangani secara sempurna. Sangat sedikit sekali yang mengalami eksarsebasi,
dapat bervariasidari mild-severe dan kronis. Pengobatan yang lebih awal dan menjadikan
prognosis menjadilebih baik. Secara independen tidak meningkatkan risiko kematian.
Kematian lebih disebabkankarena upaya bunuh diri. (Kaplan, 1999)
4. Memahami dan Menjelaskan Nilai Pernikahan Dalam Islam
Pengertian umum dari kalimat sakinah, mawadah wa rahmah yakni damai, tenang dan
tentram dalam rajut cinta dan kasih sayang nan sejuk dan abadi.
Secara historis-filologis, kalimat hasil rangkaian tiga kata utama:
Sakiinah artinya tenang, tentram
Mawaddah artinya cinta, harapan
Rahmah artinya kasih sayang dan satu kata sambung wa yang artinya dan
Tiga kata utama tersebut sejatinya merupakan istilah khas Arab-Islam yang dirujuk
dari :
"Di antara tanda-tanda (kemahaan-Nya) adalah Dia telah menciptakan dari jenismu
(manusia) pasangan-pasangan agar kamu memperoleh sakiinah disisinya, dan
dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kemahaan-Nya) bagi kaum yang berpikir." (QS.
Ar-Rum:21)
Dalam perkembangannya, kata sakiinah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia dengan ejaan
yang disesuaikan menjadi sakinah yang berarti kedamaian, ketentraman,
ketenangan,kebahagiaan.
Kata mawaddah juga sudah diadopsi ke Bahasa Indonesia menjadi mawadah yang b erarti
kasih sayang. Mawaddah mengandung pengertian filosofis --> adanya dorongan batin yang
kuat dalam diri sang pencinta untuk senantiasa berharap dan berusaha menghindarkan orang
yang dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Mawaddah adalah
kelapangan dada dan kehendak jiwa dari kehendak buruk.
Adapun kata rahmah, setelah diadopsi dalam Bahasa Indonesia ejaannya disesuaikan menjadi
rahmat yang berarti kelembutanhati dan perasaan empati yang mendorong seseorang
melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi.
Karena itu, kedamaian dan kesejukan berumah tangga akan terbina dengan baik, harmonis
42
serta penuh cinta kasih dan semangat berkorban bagi yang lain. Pada saat bersamaan jiwa dan
ruh rahmah tersebut akan membingkainya dengan dekap kasih dan sapaan lembut sang