Jaras Spesifik Nyeri Traktus spinotalamikus Lateralis Axon dari
neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu
posterius substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang
menjadi serabut yang naik dan yang turun Sesudah memasuiki satu
atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus posterolateral
(lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan neuron orde
kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu
posterius Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis
tengah pada comissura anterior substantia grissea dam substantia
alba kemudian naik keatas pada sisi kontra lateral sebagai
anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut saraf baru terus
bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian
rupa sehingga pada bagian atas cervical terdapat Serabut sraf yang
datang dari sacral terletak posterolateral Serabut saraf yang
datang dari cervical terletak anteromedial (serebut saraf yang
menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang menghantarkan
sensasi suhu) Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada
dataran lateral antara nucleus olivarius inferius dengan nucleus
tractus spinalis N.Trigeminus. disini ia bergabung dengan Tractus
spinothalamicus anterius Tractus spinotectalisYang kemudian
gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis Pada pons
kemudian naik keatas dibagian belakang pons Pada mesencephalon
kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum , lateralis
dari lemniscus medialis Pada diencephalon serabut saraf dari
tractus spinothalamicus lateralis akan bersinapsis dengan neuron
orde ketiga yaitu nucleus posterolateral dari keolompok ventral
thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana disini
akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi
emosi mulai timbul. Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki
crus posterior capsula interna dan corona radiata untuk berakhi
pada gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) . dari sini informasi
rasa sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan area
asosiasi di cortex lobus parietalis. Cortex cerevri gyrus
psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit sehingga
akan muncul kesadaran terkait sensasi tersbut. Pembagian secara
fisiologisSewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri9
melewati dua jalur ke otak yaitu: Traktus neospinotalamikus Traktus
neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat.
Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui oleh
rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini
berakhir pada lamina I kornu dorsalis. Dan dari sini akan
merangsang neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron
ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di
dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan
selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateralis.
Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di
daerah retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan
langsung berakir di kompleks ventrobasal thalami. Nyeri cepat dapat
dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh Neurotransmiter A delta
umumnya adalah glutamat Traktus paleospinotalamikus Jalur ini
befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian
serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini,
serabut-serabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu
dorsalis yang secara bersama-sama disebut substansi gelatinosa,
serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu akan
berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya merangsang akson-akson
panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula
melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla spinalis
,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral Neotransmiter
nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih
lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai
terlebih dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit ganda
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di Mucleus
retikularis medula, pons dan mesensefalon Area tektal mesensefalon
sampai kolukulus usperior dan inferior Daerah periakuaduktus
substansia grisea yang mengelilingi aquaductus sylvii Kemampuan
lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan
kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas
Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri
yang disadariFisiologi NyeriNyeri adalah sensasi subjektif, rasa
yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan
mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin,
histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P
yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat
disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang
menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk).Mekanisme nyeri secara
sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan
dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf
tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan
korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah
mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan
mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan
karena trauma/inflamasi.Fenomena nyeri timbul karena adanya
kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik,
kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
system saraf pusat.Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi
dalam:1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang
timbul akibat adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor.2. Nyeri
neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada
system saraf ( neliola, et at, 2000 ).3. Nyeri idiopatik, nyeri di
mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.4. Nyeri
spikologikBerdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering
dipakai dalam istilah nyeri osteoneuromuskuler, yaitu:1. Nociceptor
mechanism.2. Nerve or root compression.3. Trauma ( deafferentation
pain ).4. Inappropiate function in the control of muscle
contraction.5. Psychosomatic mechanism.Apabila elektroterapi
ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik pada
tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah
satu cara/upaya dalam aplikasi elektroterapi terhadap
nyeri.Nociceptor:Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS
akan halhal yang berpotensial membahayakan. Sangat banyak dalam
tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:1. A delta
fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.2. C
fibres, serabut saraf tanpa myelin.Tidak semua serabut-serabut tadi
berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi terhadap
rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak
dijumpai pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta
atau group I, II. Serabut-serabut sensor besar ini berfungsi pada
propioception dan motor control.Nociceptor sangat peka tehadap
rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita terdapat algesic
chemical substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,
prostaglandin dan lain-lain.Subtansi P, suatu neuropeptide yang
dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C, mengakibatkan
peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena
ini disebut sebagai neurogenic inflammation yang pada keadaan lajut
menghasilkan noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa
sakit. Deregulasi Sistem Motorik yang Menyebabkan Rasa Sakit. Kita
ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya
otot-otot yang terlibat adalah postural system. Nosiseptif stimulus
diterima oleh serabut-serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan
kontraksi beberapa otot akibat spinal motor reflexes. Nosiseptif
stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit
visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya
bermanfaat bagi tubuh kita, misalnya withdrawal reflex merupakan
mekanisme survival dari organisme.Disamping berfungsi tersebut,
kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat meningkatkan
rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin
sering dan kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek
aktifitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini akan meningkatkan
rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan vicious circle, kondisi
ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai
akibat dari kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau
mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi
system simpatik.Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan
organ visceral, kulit, sendi, tendons, otot-otot atau impuls dan
otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan
(exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat
kontraksi otot (muscle stiffness), misalnya meningkatkan input
nosiseptif dari viscus abdominalis akan meningkatkan tonus
otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat
meningkatkan reflex excitability dan beberapa otot-otot antagonis
yang bersangkutan dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini
dapat memblok sendi tersebut, disebut juga sebagai neurogenic
block. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan
emosi dapat mengakibatkan descending excitatory pathways, sehingga
merangsang peningkatan reflek dari otot-otot postural.Perasaan
nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang
meliputi reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung
(inter neuron) di medulla spinalis dan batang otak, sel-sel di
traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di
kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan
memberikan persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan
alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri yang berbeda
menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada
kornu dorsalis medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau
ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus ascenden. Sel-sel saraf
dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan nyeri,
sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system
kontrol desenden atau pada timbulnya mekanisme
motivasi-afektif.Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus
lebih berperan dalam sensasi nyeri dibandingkan daerah kortek
serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-penelitian
lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri
dalam sensasi nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti
thalamus bagian medial, hipotalamus, amygdala dan system limbic
diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif dari
nyeri.Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi
sensori dan emosional yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi
2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi nosi
reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius
(termal , mekanik , kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri
yang timbul akibat kerusakan/perubahan patologis pada system saraf
perifer atau sentral. Pada kasus reumatik nyeri yang ditimbulkan
adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan
neuropatik.Penyebab NyeriRasa nyeri dimulai dengan adanya
perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus
nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik,
spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat
mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia
jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga
perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik.Proses
Utama Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius aktivitas
elektrik reseptor terkait. Transmisi, dalam proses ini terlibat
tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan
impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan
impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke
batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik
antara thalamus dan cortex. Modulasi yaitu aktivitas saraf utk
mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan
di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi
nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau
obat analgetika seperti morfin (Dewanto). Persepsi, Proses impuls
nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif
dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang
menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan
karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif
sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya
(Dewanto).Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh
saraf-saraf perifer, Zat kimia (substansi P, bradikinin,
prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer,
membantu mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak.
Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan sebagai impuls
elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord
(daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan
kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di mana
sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali
dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas
dan lokasi nyeri dipersepsikan.Di dalam spinal cord, ada gerbang
yang dapat terbuka atau tertutup. Saat gerbang terbuka, impuls
nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang juga bisa ditutup.
Stimulasi saraf sensoris dengan menggaruk secara perlahan di dekat
daerah nyeri dapat menutup gerbang sehingga mencegah transmisi
impuls nyeri. Impuls dari pusat juga dapat menutup gerbang,
misalnya perasaan sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya
nyeri yang dirasakan (Patricia & Walker).Termal, rasa nyeri
yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan
jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan
kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku
untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringan
jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada
sebagian besar populasi.Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat
merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion
kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya
yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang
bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings.
Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri
tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin
telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang
hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat
dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan
intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat
mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia
jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia
terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim
proteolitik.Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial
kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,
dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan
jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings
yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya
timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagai slow chronic- aching type pain.Nyeri dapat dibagi
atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut,
merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus
diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan
termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju
korda spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s.
Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga
merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada
CNS. Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam
waktu lebih dari 1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini
dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal
tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal
nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis
melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 2 m/s.
Neurotransmitter yang digunakan adalah substansi P.Jalur yang
ditempuh dapat dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain
pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah mencapai korda
spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir
pada relay neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi
menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus
itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan
paleospinotalamikus untuk slow pain.Traktus neospinotalamikus untuk
fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri
akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I
(lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi
second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini
memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir
pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2)
nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks
ventrobasal (sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian
kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah
ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan
memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan
tersebut diberikan.Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain,
traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C, traktus ini
juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini
, saraf perifer akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan
III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut dengan
substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui
sebuah atau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan
area lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf ini akan
bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.
Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal
ini ke otak pada jaras anterolateral.Ujung dari traktus
paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung
diteruskan ke talamus. Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah
satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons,
dan mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abu
abu dari peraquaductus yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga
bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri. Dari
area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan
sinyal ke arah atas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral
dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus dan bagian basal
otak.Respon Manusia Terhadap Nyeri Kozier, dkk. (1995) mengatakan
bahwa nyeri akan menyebabkan respon tubuh meliputi aspek pisiologis
dan psikologis, merangsang respon otonom. Respon Simpatis :
Peningkatan tekanan darah, Peningkatan denyut nadi, Peningkatan
pernapasan, Meningkatkan tegangan otot, Dilatasi pupil, Wajah
pucat, Diaphoresis,Respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat
,berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah,
kelemahan, kelelahan, dan pucat (Black M.J,dkk).Klasifikasi Nyeri
Menurut Long C.B (1996) mengklasifikasi nyeri berdasarkan jenisnya,
meliputi : 1. Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi
enam bulan, serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan
daerah nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri akut ditandai dengan
ketegangan otot, cemas yang keduanya akan meningkatkan persepsi
nyeri.2. Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau
lebih, sumber nyeri tidak diketahui dan tidak bisa ditentukan
lokasinya. Sifat nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu
nyeri menetap.Corwin J.E (1997) mengklasifikasikan nyeri
berdasarkan sumbernya meliputi : 1. Nyeri kulit, adalah nyeri yang
dirasakan dikulit atau jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika
tertusuk jarum atau lutut lecet, lokalisasi nyeri jelas disuatu
dermatum.2. Nyeri somatik adalah nyeri dalam yang berasal dari
tulang dan sendi, tendon, otot rangka, pembuluh darah dan tekanan
syaraf dalam, sifat nyeri lambat.3. Nyeri Viseral, adalah nyeri
dirongga abdomen atau torak terlokalisasi jelas disuatu titik tapi
bisa dirujuk kebagian-bagian tubuh lain dan biasanya parah.4. Nyeri
Psikogenik, adalah nyeri yang timbul dari pikiran pasien tanpa
diketahui adanya temuan pada fisik (Long, 1989 ; 229).5. Nyeri
Phantom limb pain, adalah nyeri yang dirasakan oleh individu pada
salah satu ekstremitas yang telah diamputasi (Long, 1996 ;
229).Nyeri KepalaDefinisiRasa nyeri atau rasa tidak mengenakan pada
seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah
tengkuk).EtiologiSakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: 1.
Vascular2. jaringan saraf3. gigi geligi, 4. orbita, 5. hidung dan
6. sinus paranasal,7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan
subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain kelainan yang telah
disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan
perubahan lokasi (cuaca, tekanan, dll.)
KlasifikasiBerdasarkan kausanya, digolongkan nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala
yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur
atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder, yaitu nyeri
kepala lebih dari tiga bulan yang mengalami pertambahan dalam
derajat berat, frekuensi dan durasinya serta dapat disertai
munculnya deficit neurologis yang lain selain nyeri kepala.
Primer, tidak terdapat penyebab dasarnya. Diantaranya:a.
Migraine, adanya vasodilatasi arteri ekstrakranial dimana pada saat
serangan terjadi vasokonstriksi intra cranialb. Nyeri kepala tipe
tegang, karena kontraksi otot leher.
Sekunder, disebabkan karena vasodilatasi akibat demam tinggi,
peningkatan tekanan darah, hipoksia, intoksikasi CO, dan keadaan
patologis lainnya. Diantaranya:a. Traction headache, karena trakdi
atau kompresi dari struktur peka nyeri intracranial akibat tumor,
hematom, dsb.b. Inflamasi, disebabkan stimulasi struktur peka nyeri
intracranial akibat perdarahan subarachnoid, meningitis, dural
sinus phlebitis, juga ekstrakranial temporal arteritis.c. Referred
head pain, disebabkan sakit mata, hidung atau sinus, gigi, dsbd.
Psikogenik, akibat depresi, delusi.
1. Migren 1.1 Migren tanpa aura 1.2 Migren dengan aura 1.2.1
Nyeri Kepala Migren dengan aura tipikal 1.2.2 Nyeri Kepala non
migren dengan aura tipikal 1.2.3 Aura tipikal tanpa Nyeri kepala
1.2.4 Familial Hemiplegik Migren 1.2.5 Sporadik hemiplegik 1.2.6
Migren tipe Basiler 1.3 Sindroma periodik pada anak yang sering
menjadi prekursor migren 1.3.1 Cyclical vomiting 1.3.2 Migren
abdominal 1.3.3 Benigna paroksismal vertigo pada anak 1.4 Migren
Retinal 1.5 Komplikasi migren 1.5.1 Migren Kronik 1.5.2 Status
migrenosus 1.5.3 Aura persisten tanpa infark 1.5.4 Migrenous infark
1.5.5 Migraine-triggered seizures 1.6 Probable migren 1.6.1.
Probable migren tanpa aura 1.6.2. Probable migren dengan aura
1.6.5. Probable migren kronik
2. Tension-typeheadache(TTH)(G44.2) 2.1 Tension-type headache
episodik yang infrequent 2,1.1 Tension-type headache episodik yang
infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial 2.1.2
Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial. 2.2 Tension-type headache episodik
yang frequent 2.2.1 Tension-type headache episodik yang frequent
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial 2.2.2 Tension-type
headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial 2.3 Tension-type headache Kronik 2.3.1 Tension-type
headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial 2.3.2
Tension-type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial 2.4 Probable tension-type headache 2.4.1 Probable
tension-type headache episodik yang infrequent 2.4.2 Probable
tension-type headache episodik yang frequent 2.4.3 Probable
tension-type headache kronik 3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia
trigeminal-otonomik yang lainnya 3.1 Nyeri kepala Klaster 3.1.1
Nyeri kepala Klaster episodik 3.1.2 Nyeri kepala Klaster Kronik 3.2
Hemikrania paroksismal 3.2.1 Hemikrania paroksismal episodik 3.2.2
Hemikrania paroksismal Kronik 3.3 Short-lasting unilateral
neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing
(SUNCT) 3.4 Probable sefalalgia trigeminal otonomik 3.4.1 Probable
nyeri kepala klaster 3.4.2 Probable Hemikrania paroksismal 3.4.3
Probable SUNCT 4. Nyeri Kepala Primer lainnya 4.1 Primarystabbing
headache 4.2 Primary cough headache 4.3 Primary exertional headache
4.4 Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual 4.4.1
Nyeri kepala Preorgasmik 4.4.2 Nyeri kepala Orgasmik 4.5 Hypnic
headache 4.6 Primary thunderclap headache 4.7 Hemikrania kontinua
4.8.New daily-persistent headache
5. Nyeri Kepala yang berkaltan dengan trauma kepala dan/atau
leher(G44.88) 5.1 Nyeri kepala akut pasca trauma 5.1.1 Nyeri kepala
akut pasca trauma yang berkaitan dengan trauma kapitis sedang atau
berat 5.1.2 Nyeri kepala akut pasca trauma yang berkaitan dengan
dengan trauma kapitis ringan 5.2 Nyeri kepala kronik pasca trauma
5.2.1 Nyeri kepala kronik pasca trauma yang berkaitan dengan trauma
kapitis sedang atau berat 5.2.2 Nyeri kepala kronik pasca trauma
yang berkaitan dengan trauma kapitis ringan 5.3 Nyeri kepala akut
yang berkaitan dengan whiplash injuryheadache 5.4 Nyeri kepala
kronikyang berkaitan dengan whiplash injury headache 5.5 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan hematoma intrakranial traumatik 5.5.1
Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma epidural 5.5.2 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan hematoma subdural 5.6 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher yang lainnya
5.6.1 Nyeri kepala akut yang berkaitan dengan trauma kepala
dan/atau leher yang lainnya 5.6.2 Nyeri kepala kronik yang
berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher yang lainnya 5.7
Nyeri kepala pasca kraniotomi 5.7.1 Nyeri kepala pasca kraniotomi
akut 5.7.2 Nyeri kepala pasca kraniotomi kronik
6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial
dan/atau servikalis 6.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan stroke
iskemik dan transient ischemic attacks 6.1.1 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan stroke iskemik(infark serebri) 6.1.2 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan transient ischemic attacks(TIA) 6.2 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan perdarahan intrakranial nontraumatik
6.2.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan perdarahan intraserebral
6.2.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan perdarahan subarakhnoid
6.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Unruptured malformasi
vaskuler 6.3.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan aneurisma sakuler
6.3.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan arterio-venus malformasi
6.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan fistula arterio-venous
Dural 6.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan angioma kavernosus
6.3.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Ensefalotrigeminal atau
leptomeningeal angiomatosis (Sturge Weber Syndrome) 6.4 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan arteritis 6,4.1 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan Giant cell arteritis (GCA) 6.4.2 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan Angiitis sistem saraf pusat primer 6.4.3 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan Angiitis sistem saraf pusat sekunder
6.5 Nyeri arteri karotis atau vertebral 6.5.1 Nyeri kepala daripada
nyeri facial atau leher yang berkaitan dengan diseksi arterial
6.5.2 Nyeri kepala Pasca-endarterektomi 6,5.3 Nyeri kepala
angioplasti karotis 6.5.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
prosedur endovaskuler intrakranial 6,5.5 Nyeri kepala angiografi
6.6 Nyeri kepala yang berkaitan dengan trombosis venosus serebral
6.7 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler
intrakranial lainnya 6.7.1 CADASIL (Cerebral Autosomal Dominant
Arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy)
6.7.2 MELAS (Mitochondrial Encephalopathy, Lactic Acidosis and
Stroke like episodes) 6.7.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
angiopati benigna sistem saraf pusat 6.7.4 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan apopleksi hipofise
7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
(G44.82) 7.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan peninggian tekanan
cairan serebrospinal 7.1.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
hipertensi intrakranial Idiopatik 7.1.2 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan hipertensi intrakranial sekunderakibat faktor metabolik,
toksik ataupun hormonal 7.1.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
hipertensi intrakranial sekunder akibat hidrosefalus 7.2 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan penurunan tekanan cairan serebrospinal
7.2.1 Nyeri kepala pasca pungsi dural 7.2.2 Nyeri kepala fistula
likuor serebro spinaF 7.2.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
penurunan tekanan cairan serebrospinal spontan (idiopatik) 7.3
Nyeri kepala yang berkaitan dengan Penyakit Inflamasi yang non
infeksius 7.3.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Neurosarkoidosis
7.3.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Aseptik (non-infeksius)
meningitis 7.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan penyakit
inflamasi non infeksius yang lainnya 7.3.4 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan limfositik hipofisitis 7.4 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan neoplasma intracranial 7.4.1 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan peninggian tekanan intrakranial atau hidrosefalus
oleh sebab neoplasma 7,4.2 Nyeri kepala yang berkaitan langsung
dengan neoplasma 7.4.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
karsinomatous meningitis 7.4.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
hiper/hiposekresi hipotalamus atau hipofise 7.5 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan injeksi intratekal 7.6 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan epileptic seizure 7.6.1 Hemikrania epileptika 7.7 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan Chiari malformation type I (CM1) 7.8
Sindrom nyeri kepala dan defisit neurologi yang sepintas disertai
limpositosis likuo serebro spinal 7.9 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan kelainan non vaskuler intrakranial lainnya 8. Nyeri kepala
yang berkaitan dengan suatu substansi atau proses withdrawal nya
8.1 Nyeri kepala akibat induksi penggunaan atau pemaparan substansi
akut 8.1.1 Nyeri kepala akibat induksi Nitric oxide donor (NO)
8.1.1.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi NO donor 8.1.1.2
Nyeri kepala Delayed aki bat NO donor 8.1.2 Nyeri kepala akibat
induksi Phosphodiesterase (PDE) inhibitor 8.1.3 Nyeri kepala akibat
induksi Karbon monoxide 8.1.4 Nyeri kepala akibat induksiAlkohol
8.1.4.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi alkohol 8.1.4.2 Nyeri
kepala Delayedakibat induksi alkohol 8.1.5 Nyeri kepala akibat
induksi komponen makanan dan zat adiktif 8.1.5.1 Nyeri kepala
akibat induksi Monosodium glutamat 8.1.6 Nyeri kepala akibat
induksi kokain 8.1.7 Nyeri kepala akibat induksi Cannabis 8.1.8
Nyeri kepala akibat induksi Histamin 8.1.8.1 Nyeri kepala Immediate
akibat induksi histamin 8.1.8.2 Nyeri kepala Delayed akibat induksi
histamin 8.1.9 Nyeri kepala akibat induksi Calcitonin gene related
peptide (CGRP) 8.1.9.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi CGRP
8.1.9.2 Nyeri kepala Delayed akibat induksi CGRP 8.1,10 Nyeri
kepala akut akibat reaksi tidak baik yang dapat dikaitkan dengan
penggunaan obat2an untuk indikasi lain 8.1.11 Nyeri kepala akut
akibat induksi penggunaan substansi atau pemaparannya (berilah nama
substansi secara spesifik) 8.2 Nyeri kepala akibat penggunaan obat
yang berlebihan (Medication Overuse=MOH) 8.2.1 Nyeri kepala akibat
penggunaan berlebihan Ergotamine 8.2.2 Nyeri kepala akibat
penggunaan berlebihan Triptan 8.2.3 Nyeri kepala akibat penggunaan
berlebihan Analgesik 8.2.4 Nyeri kepala akibat penggunaan
berlebihan opioid 8.2.5 Nyeri kepala akibat penggunaan kombinasi
analgesik berlebihan 8.2.6 Nyeri kepala akibat penggunaan obat
berlebihan yang berkaitan dengan penggunaan obat kombinasi secara
akut (berilah nama substansi secara spesifik) 8.2.7 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan penggunaan obat berlebihan lainnya 8.2.8
Nyeri kepala Probable penggunaan obat berlebihan (berilah nama
substansi secara spesifik) 8.3 Nyeri kepala akibat reaksi tidak
balk yang dapat dikaitkan dengan pemberian obat- obatan kronik
(berilah nama substansi secara spesifik) 8.3.1 Nyeri kepala akibat
induksi Hormon eksogen
8.4 Nyeri kepala akibat withdrawal dari ketergantungan substansi
8.4.1 Nyeri kepala Kafein withdrawal 8.4.2 Nyeri kepala
Opioids-withdrawal 8.4,3 Nyeri kepala Oestrogen withdrawal 8.4.4
Nyeri kepala yang berkaitan dengan withdrawal penggunaan kronik
substansi lainnya. (berilah nama substansi secara spesifik)
9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi 9.1 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan infeksi intrakranial. 9.1.1 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan meningitis bakteriil 9.1.2 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan meningitis limpositik 9.1.3 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan ensefalitis 9.1.4 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan abses otak 9.1.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan empyema
subdural 9.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi sistemik
9.2.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi bakteriil sistemik
(berilah nama etiologi secara spegffik) 9.2.2 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan infeksi virus sistemik (berilah nama etiologi
secara spesifik) 9.2.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
sistemik lainnya (berilah nama etiologi secara spesifik) 9.3 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan HIV/AIDS 9.4 Nyeri kepala
pasca-infeksi kronik (berilah nama etiologi secara spesifik 9.4.1
Nyeri kepala pasca meningitis bakteriil kronik
10. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan Hemostasis
10.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipoksia dan/atau
hiperkapnia 10.1.1 Nyeri kepala High altitude 10.1.2 Nyeri kepala
Diving 10.1.3 Nyeri kepala Sleep Apnoea 10.2 Nyeri kepala Dialisis
10.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi arterial 10.3.1
Nyeri kepala yang berkaitan dengan pheochromocytoma 10.3.2 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan hipertensif krisis tanpa hipertensif
ensefalopati. 10.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensif
ensefalopati. 10.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
pre-eklampsi 10.3.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan eklampsi
10.3.6 Nyeri kepala yang berkaitan dengan respons pressor akut
terhadap agen eksogen (berilah nama etiologi secara spesifik) 10.4
Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipotiroidism 10.5 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan puasa 10.6 Cardiac Cephalalgia (berilah nama
etiologi secara spesifik) 10.7 Nyeri kepala yang berkaitan dengan
kelainan homeostasis lainnya (berilah nama etiologi secara
spesifik)
11. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher,
mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau strukturfacial atau
kranial lainnya. 11.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan tulang
kranium 11.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan leher
11.2.1 Nyeri kepala servikogenik (cervicogenic headache) 11.2.2
Nyeri kepala yang berkaitan dengan tendinitis retrofaringeal 11.2.3
Nyeri kepala yang berkaitan dengan distonia kranioservikal 11.3
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan mata 11.3.1 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan glaukoma akut 11.3.2 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan kelainan refraksi 11.3.3 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan Heteroforia or heterotropia (latent or manifest
squint) 11.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan
inflamasi okuler (berilah nama etiologi secara spesifik) 11.4 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan kelainan telinga 11.5 Nyeri kepala
yang berkaitan dengan rhinosinusitis 11.6 Nyeri kepala yang
berkaitan dengan kelainan gigi, rahang dan struktur sekitarnya 11.7
Nyeri kepala atau nyeri facial yang berkaitan dengan kelainan
artikulasi Temporomandibular 11.8 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi,
mulut atau struktur facial atau servikal lainnya. (berilah nama
etiologi secara spesifik)
12. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik 12.1
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan somatisasi 12.2 Nyeri
kepala yang berkaitan dengan kelainan psikotik (berilah nama
substansi secara spesifik)
13. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial 13.1
Neuralgia Trigeminal 13.1.1 Neuralgia Trigeminal klasik 13.1.2
Neuralgia Trigeminal simptomatik (berilah nama etiologi secara
spesifik) 13.2 Neuralgia Glossofaringeal 13.2.1. Neuralgia
glossofaringeal klasik 13.2.2 Neuralgia glossofaringeal simptomatik
(berilah nama etiologi secara spesifik) 13.3 Neuralgia Nervus
intermedius 13.4 Neuralgia laringeal superior 13.5 Neuralgia
Nasociliary 13.6 Neuralgia Supraorbital 13.7 Neuralgia cabang
terminal lainnya 13.8 Neuralgia Oksipital 13.9 Neck-tongue syndrome
13.10 Nyeri kepala kompresi eksternal 13.11 Nyeri kepala stimulus
dingin 13.11.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan aplikasi
eksternal stimulus dingin 13.11.2 Nyeri kepala yang berkaitan
dengan menghirup stimulus 13.12 Nyeri konstan akibat kompresi,
iritatif atau distorsi nervi kranialis atau radiks sen,ikalis
bagian atas oleh lesi struktural (berilah nama etiologi secara
spesifik) 13.13 Neuritis optikus 13.14 Diabetik neuropati okuler.
13.15 Nyeri di kepala atau facial yang berkaitan dengan Herpes
zoster. 13.15.1 Nyeri di kepala atau facial yang berkaitan dengan
herpes zoster akut. 13.15.2 Neuralgia Post-herpetik. 13.16
Tolosa-Huntsyndrome. 13.17 migren Oftalmoplegik. 13.18 Kausa
sentral nyeri facial. 13.18.1 Anestesia dolorosa. 13.18.2 Nyeri
Sentral post-stroke. 13.18.3 Nyeri Facial yang berkaitan dengan
Multipel sklerosis. 13.18.4 Nyeri facial idiopatik persisten
13.18.5 Burning mouita syndrome (berilah nama etiologi secara
spesifik)
13.19 Neuralgia kranial lainnya ataupun nyeri facial sentral
lainnya (berilah nama etiologi secara spesifik)
14. Nyeri kepala, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial
primer lainnya 14.1 Nyeri kepala yang tidak dapat dirnasukkan pada
klasifikasi tsb diatas 14.2 Nyeri kepala yang tidak spesifik
Secara garis besar klasifikasi nyeri kepala dibagi atas: I.
Nyeri Kepala Primer 1. Migren 2: Tension type Headache 3. Nyeri
kepala klasterdan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lain 4. Nyeri
kepala primer lainnya 11. Nyeri Kepala Sekunder 5. Nyeri kepala
yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher 6. Nyeri kepala
yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal 7.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intrakranial 8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau
withdrawal nya 9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi 10.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis 11. Nyeri
kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur
facial atau kranial lainnya. 12. Nyeri kepala yang berkaitan dengan
kelainan psikiatrik Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial
primer dan nyeri kepala lainnya 13. Neuralgia kranial clan penyebab
sentral nyeri facial 14. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial,
sentral atau nyeri facial primer
Nyeri kepala secara general dibagi atas: Nyeri kepala
IntrakranialDaerah sensitif nyeri tempurung kepalaJaringan otak
sendiri tidak sensitif terhadap rasa sakit, perangsangan jaringan
otak, terutama korteks akan malah menimbulkan sensai nyeri di
tempat yang jauh (misal tangan atau kaki). Sebaliknya, tekanan ,
regangan, segala bentuk cedera yang mempengaruhi sinus venosis dan
arteri di otak (terutama arteri meningea media) akan menyebabkan
nyeri kepala yang sangat hebatDaerah kepala tempat peralihan nyeri
kepala intrakranialSemua rangsangan berupa [eristiwa apapun yang
terjadi diatas tentorium cerebri akan menimbulkan manifestasi sakit
kepala separuh bagian frontal, sedangkan stimulasi-stimulasi yang
berasal dari bawah bagian bawah Tentorium (batang otak, serebelum)
akan bermanifestasi sebagai sakit kepala pada separuh belakang
kepala Nyeri kepala meningitis Peradangan selaput otak yang terjadi
pada meningitis akan bermanifestasi sebagi sakit kepala yang
terjadi di semua derah kepala Nyeri kepala akibat kekurangan CSF
Apabila seseorang dikeluarkan sebagian CSF nya maka akan timbul
nyeri hebat saat ia berdiri Nyeri kepala Migrain Nyeri ini
disebabkan oleh gangguan vaskular yang dapat juga terkait faktor
psikogenik Nyeri kepala alkoholik Hal ini ditimbulkan akibat
konsumsi alkohol berlebih, alkohol toksik terhadap jaringan otak
Nyeri kepala konstipasi Konstipasi dapat menimbulkan nyeri kepala
Nyeri kepala ekstrakranial Nyeri kepala akibat spasme otot Nyeri
ini dapat ditimbulkan oleh ketegangan emosiaonal yan gmenyebvabkan
spasme otot-oto yang melekat pad kulit kepala , leher, dan occiput.
Keadaan ini diduga merupakan penyebab umum timbulnya nyeri kepala.
Sebagai akibatmnya, nyeri akan dialihkan ke daerah kepala yang
lebih dalam, menyebabkan rasa nyeri yang ada serupa dengan nyeri
kepala intrakranial dan terasa parah. Nyeri kepala akibat iritasi
hidung dan struktur sekitarnya Peradangan [pada mukosa hidung dan
struktur terkait (misal:si9nus) akan menyebabkan nyerikepala yang
akan dialihkan kebagian belakang mata atau permukaan frontal dahi
dan kulit kepala. Nyeri kepala akibat kelainan mata. Nyeri kepala
yang timbul pada tipe ini dapat disebabkan oleh kerja muskulus
ciliaris yang berlebihan dalam upaya akomodasi saat seseorang
berusaha memfokuskan terhadap sesuatu, yang akan menimbulkan spasme
otot okuler dan otot facialis atau juga saat terpajan cahaya yang
berlebihan, cimana akan terjadi cedera retina dan menimbulkan rasa
nyeri.Faktor Resiko Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah
gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian
histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%)
atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari
45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah
tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering
terjadi pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita,
migren sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS juga
mengemukakan cluster headache 80-90% terjadi pada pria dan
prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15
tahun.PatofisiologiNyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan mengalami cedera,
atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan bahan yang dapat
menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium,
bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan
respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus
mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor
nyeri. (Taylor C. dkk).Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus
trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk
kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen nosiseptif
dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf
dari C1 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus
trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari
regio orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengan
transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars
kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu.
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini
seperti aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi
ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1
dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari
pada kepala dan leher bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat
pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang jarang
adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan
mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau
hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf
oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 ,
oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis,
duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah
yang berhubungan dengan bagian duramater ini. V2, maksilaris,
menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan
duramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis,
menginervasi daerah duramater bagian fossa cranial medial, rahang
bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah.
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang
innervasi meatus auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf
kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf
kranial IX dan X innervasi faring dan laring. Servikalis yang
terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis
dari C1 menginnervasi otot suboccipital triangle - obliquus
superior, obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan
minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke
otot leher superfisial posterior, longissimus capitis dan splenius
sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital
nerve. Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dari obliquus
inferior, dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui
semispinalis capitis, yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke
kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior
nuchal line dan the aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput,
saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana
merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala
melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus
dorsalis dari C3 memberi cabang lateral ke longissimus capitis dan
splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. Cabang superfisial
medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi
C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior.Daerah sensitif
terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
intrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus,
vena korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan
fossa tengah serta fossa posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh
darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran
mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar,
gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus
koroideus.Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab
memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut (Lance, 2000) : (1)
peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau
ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot kepala
dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum
(nyeri lokal), (4) degenerasi spina servikalis atas disertai
kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra
servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan
aktif pada endorfin).
Manifestasi Klinis
Fase I : ProdromalSebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal
ini yang berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan.
Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila
makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu
kuat, sulit/malas berbicara.
Fase II : Aura1. Gangguan penglihatan yang paling sering
dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat seperti melihat kilatan
lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata
dan hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata
(scintillating scotoma).2. Gejala sensoris yang timbul berupa rasa
kesemutan atau tusukan jarum pada lengan, dysphasia.3. Fase ini
berlangsung antara 5 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak
disertai aura.
Fase III : HeadacheNyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan
berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi kepal tetapi dapat juga
pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya
(photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering memburuk
saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap
dan ini sering berakhir antara 2 72 jam.
Fase IV : PostdromalSaat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan
berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini pasien akan merasakan
lelah, nyeri pada ototnya kadang kadang euphoria. Setelah nyeri
kepala hilang
Diagnosis dan Diagnosis BandingAnamnesis
Mula timbul Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak,
masa remaja atau dewasa muda biasanya migren; jenis ini umumnya
berhenti pada saat menopause, meskipun pada beberapa kasus justru
mulai dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe tegang dapat
mulai diderita setiap saat, Sedangkan nyeri kepala yang baru mulai
dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus diselidiki kemungkinan
penyebab organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan
peredaran darah otak atau tumor. Hati-hati terhadap nyeri kepala
yang progresif memberat karena mungkin didasari kelainan organik;
makin lama nyeri kepala diderita tanpaberubah sifat, makin besar
kemungkinan- nya disebabkan oleh faktor-faktor yang jinak
(benign).
Lokasi Nyeri kepala migren dapat dirasakan di manapun, paling
sering di daerah temporal (pelipis), bisa unilateral, bilateral
atau berganti-ganti. Nyeri kepala unilateral di sekitar orbita
dapat disebabkan oleh nyeri kepala klaster. Nyeri kepala akibat
gangguan gigi-geligi, sinus atau mata biasanya dirasakan di daerah
frontal, dapat menjalar ke oksipital dan leher, sedangkan nyeri
bitemporal dapat disebabkan oleh tumor sella/parasella. Nyeri
kepala akibat tumor, bergantung letaknya, bila supratentorial
umumnya dirasakan di frontal atau vertex, sedangkan bila letaknya
infratentorial/fossa posterior
Frekuensi Pola serangan nyeri dapat merupakan petunjuk
diagnosis, terutama tipe klaster yang khas, berupa
serangan-serangan singkat antara 3090 menit, berulang 26 kali
sehari selama beberapa hari, kemudian dapat remisi selama beberapa
minggu sampai beberapa tahun. Migren juga dapat bersifat sporadik,
sedangkan nyeri kepala tipe tegang umumnya bersifat menetap,
berangsur-angsur memberat atau berfluktuasi selama
berhari-hari.
Sifat Nyeri berdenyut dapat disebabkan oleh demam, migren,
hipertensi atau tumor hemangioma. Nyeri kepala akibat tumor atau
meningitis biasanya menetap dan nyeri, kadang-kadang juga terasa
berdenyut. Nyeri kepala tipe tegang dirasakan menekan, persisten
dan kadang-kadang dirasakan seperti diikat. Nyeri paling hebat
disebabkan oleh pecahnya aneurisma, meningitis, demam, migren atau
yang berhubungan dengan hipentensi maligna; nyeri hebat dan
mendadak (thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan
penurunan kesadaran harus dicurigai disebabkan oleh aneunisma
intrakranial yang pecah. Nyeri kepala akibat tumor atau abses
biasanya bersifat Sedang, demikian juga dengan nyeri yang
disebabkan oleh proses di daerah sinus, gigi geligi atau mata.
Nyeri kepala migren jarang berlangsung lebih dari 14 jam, yang khas
ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan; sedangkan
nyeri kepala tipe tegang dapat berlangsung berhari- hari, bahkan
bertahun-tahun. Nyeri yang terutama dirasakan di pagi hari, selain
yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh hipertensi,
atau migren biasa. Mignen timbul di saat ketegangan emosional,
cuaca panas, kesibukan yang meningkat,sedangkan nyeri kepala yang
berhubungan dengan sinus muncul saat infeksi saluran napas, di saat
pergantian musim atau berkaitan dengan alergi
Pemeriksaan fisik :Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum,
internus dan neurologik. Pemeriksaan lokal kepala, nyeri tekan
didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi arteri
temporalis,spasme otot peri-cranial dan tengkuk, bruit orbital dan
temporal.
Pemeriksaan Penunjang :Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala seperti :1. Foto
Rongten kepela2. EEG3. CT-SCAN4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir5.
Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi)6. Pemeriksaaan
psikologi (jarang dilakukan).
DiagnosisA. Kwalitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepala sangat
subyektif tergantung pada keadaan psikologi pasien.B. Saat
timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul pada
saat pasien tidur sehingga sering membangunkan pasien. Tumor otak
dalam ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepala pada saat
tidur.C. Fenomena lain yang menyertainya seperti
photofobia,phonofobia, gangguan penglihatan, dizziness, kelemahan
otot, febris.D. Hal hal lain yang memperburuk nyeri kepala misalnya
Batuk.
Tension Type Headache (TTH)Tension Type Headache harus memenuhi
syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya
sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan sedang, (3) lokasi
bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak
dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan
fonofobia. Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat,
tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh,
nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang
leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan
kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta
temporomandibular. Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache
(TTH) Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat
dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun.
TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI.
MigrenAnamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat
tanda tanda khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren
dengan aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling tidak tiga
dari empat karakteristik berikut : (1) migren dengan satu atau
lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral
korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada
satu aura yang terbentuk berangsur angsur lebih dari 4 menit, (3)
aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4) sakit kepala mengikuti
aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit Kriteria
diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus
terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur
hidup yang memenuhi kriteria berikut : (a) berlangsung 4 72 jam,
(b) paling sedikit memenuhi dua dari : (1) unilateral , (2) sensasi
berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh
aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan
penyakit lain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan
MRI) dan punksi lumbal.
Sakit Kepala ClusterTidak seperti migraine, nyeri kepala cluster
selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara
berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari,
membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali
terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini
bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek
lateral dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi
konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal, ptosis,
photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan
gejala gastrointestinal
Diagnosis Banding
GejalaTension HeadacheCluster HeadacheMigrenTumor Otak
GenderPR:LK=1,4:1LK:PR=5:1PR:LK=5:1???
UsiaSemua usiaSemua usia20-50 tahun20-40 tahun
Kronis/AkutAkut dan KronisAkut dan KronisAkutKronis
Lokasi NyeriLeher, rahangMata, sisi wajahSisi sebelah atau semua
sisiSeluruh kepala, memberat
Waktu Timbul NyeriPagi hariSetiap waktuPagi hariPagi hari
Muntah--++
Mual--++
Sakit Kepala saat mengedan, BAB, batuk---+
TatalaksanaNyeri kepala dapat diobati dengan preparat
asetilsalisilat dan jika nyeri kepala sangat berat dapat diberikan
preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila perlu dapat
diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat
atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg
dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan
dan diulangi jam berikutnya
Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat
diberikan preparat Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan
fenobarbital 15mg) diberikan 2 3 kali sehari selama beberapa
minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan pemberian ACTH
(40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 4 minggu.
Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan
dapat mencegah timbulnya serangan migren karena mempunyai efek
mencegah vasodilatasi kranial. Tetapi penyekat beta lainnya seperti
pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai efek teraupetik
untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka bukan semata
mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta
yang tidak memiliki efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic
Activity).
Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot.
Untuk varian Cluster headache umumnya membaik dengan indometasin.
Tension type headache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau
terapi biofeedback yang dapat digunakan sebagai pencegahan
timbulnya serangan.
Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi,
keparahan, dan durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada
pasien yang menderita 4 hari atau lebih serangan dalam sebulan atau
jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus digunakan
setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta
bloker, botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake
inhibitors, SSRIs, serotonin atau dopamin spesifik, dan TCA.
Tata Laksana untuk nyeri kepala tipe tegangA. Terapi Non
farmakologis Terapi perilaku Konseling Terapi perilaku Terapi
manajemen stress Latihan relaksasi Biofeedback. Intervensi medis
Blokade saraf occipital Ice packs Panas Farmakologis Terapi
farmakologis yang ada adalah NSAID berupa Acetaminophen Aspirin
Ibuprofen Naproxen Ketoprofen KetorolacObat-obat ini tidak boleh
dikonsumsi melebihi 9 hari karena akan menyebabkan timbulnya
komplikasi berupa progresi ke tipe kronik. Kegagalan terapi dengan
Over the counter medicine menandakan perlunya obat preskripsi Dapat
juga ditambahakan butalbital dan codeine pada regimen NSAID Terapi
profilaksis dapat diberikan pada pasien yang bertipe kronik dengan
serangan lebih dari dua kali dalam satu minggu dengan durasi selama
3-4 jam. Tricyclic Anti Depressant dapat diberikan pada pasien
untuk mencegah terjadinya suatu depresi.Perlu diingat bahwa dengan
adanya resiko substance abuse, maka terapi hanya digunakan untuk
membantu pasien-pasien yang mengalami kesulitan dengan hanya
menggunakan behavioural therapy, bukan sebagai suatu lini
pertama.
KomplikasiKomplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri
kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat - obatan analgesia
seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan. Tension type
headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi
akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada
pasien. Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala
yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti
aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.Prognosis Prognosis dari
sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan
indikasi merujuk adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba
tiba dan timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam
dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah terkena trauma
mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian
mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang
sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang
rekuren pada anak.
PencegahanPencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola
hidup yaitu mengatur pola tidur yang sam setiap hari, berolahraga
secara rutin, makan makanan sehat dan teratur, kurangi stress,
menghindari pemicu sakit kepala yang telah diketahui. Terapi
Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini
adalah suatu kelainan psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu
terapi psikologis, pasien dapat mengenali jika sakit kepalanya
mulai timbul dan mulai melakukan perubahan-perubahan sikap agar
sakit kepalanya mereda.
Nyeri Somatoform
DefinisiGangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang
memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing)
di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala
dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan
penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan
penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang
besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan
somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari
atau gangguan buatan. Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah
sadar yang. mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus
ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu,
dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism
(hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan
hemisfer non dominan .
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Faktor-faktor BiologisFaktor ini berhubungan dengan
kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).b.
Faktor Lingkungan SosialSosialisasi terhadap wanita pada peran yang
lebih bergantung, seperti peran sakit yang dapat diekspresikan
dalam bentuk gangguan somatoform.c. Faktor PerilakuPada faktor
perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah: 1. Terbebas dari
tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi
yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
2. Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit 3. Perilaku
kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan
dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang
diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan
atau kerusakan fisik yang dipersepsikan. d. Faktor Emosi dan
Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan
kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut: 1.
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai
tanda dari adanya penyakit serius (hipokondriasis). 2. Dalam teori
Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-
impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom
fisik (gangguan konversi). 3. Menyalahkan kinerja buruk dari
kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu strategis
elf-handicaping (hipokondriasis).
Klasifikasi Klasifikasi Gangguan SomatoformAda 5 gangguan
somatoform yang spesifik yaitu :1. Gangguan konversiMerupakan
bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik
yang tidak dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam
konflik atau pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan
adanya penyebab psikologis.1. HipokondriasisTerpaku pada keyakinan
bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan akan adanya
penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi
atau rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala
penyakit kronis tertentu.1. Gangguan somatisasiKeluhan fisik yang
muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar organis
yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang
signifikan dalam fungsi.1. Gangguan dismorfik tubuhTerpaku pada
kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap
orang tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang
dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang
pada perilaku komplusif seperti berulang-ulang berdandan, dll.1.
Gangguan nyeriGejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau
lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan emosional
dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan sebab yang
masuk akal dengan factor psikologis.
Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi, 1.gangguan
somatisasi2.gangguan somatoform tak terperinci3.gangguan
hipokondriasis4.disfungsi otonomik somatoform5.gangguan nyeri
somatoform menetap6.gangguan somatoform lainnya7.gangguan
somayoform YTT
Manifestasi KlinisManifestasi klinis gangguan ini adalah adanya
keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan
pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada
kelainan yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa
orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan,
atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti
ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang
simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan
kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang
lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada tangan atau kaki yang
tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain,
juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang berfokus pada
keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak
ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk,
2005).Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku
mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal
karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa
keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan
fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain,
orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit
serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri: kedua bagian dari otak saya tidak dapat
berfungsi dengan baik ; saya tidak dapat menyebutkan benda di
sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal: jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira
saya akan matiGastrointestinal: saya pernah dirawat karena sakit
maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang dapat
menyembuhkannya
Genitourinaria: saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK,
sudah dilakukan pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletalsaya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan
dan kelelahan sepanjang waktuSensoris: pandangan saya kabur seperti
berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak akan membantu
Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan
konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan
somatisasi.
Gangguan somatisasi1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple
symptom) yang berulang, dimana ketika diperiksa secara fisik/medis,
tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat.
Keluhan yang umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit
dada, mestruasi tidak teratur, dll1. Pasien menunjukkan keluhan
dengan cara histrionik, berlebihan, seakan tersiksa/merana.1.
Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai
obat, dirawat di RS bahkan dilakukan operasi.1. Sering ditemukan
masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam
pernikahan.
Gangguan konversi1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot
tidak berfungsi walaupun secara fisiologis, pada sistem saraf atau
organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat gangguan/kelainan.1.
Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau
kelumpuhan total pada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi,
kulit rasanya gatal atau seperti ditusuk-tusuk, ketidak pekaan
terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk merasakan sensasi
(anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak
dapat membau, suara hanya berbisik, dll.1. Biasanya muncul
tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk
menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.1. Konsep Freud :
energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan
menghambat fungsi saluran sensorimotor.1. Kecemasan dan konflik
psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.
Hipokondriasis1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan
dan menetap bahwa dirinya memiliki suatu penyakit fisik yang
serius1. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi
fisik/tubuh (salah interpretasi terhadap gejala fisik yang
dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
berdebar-debar, kelelahan.1. Melakukan banyak tes lab, menggunakan
banyak obat, memeriksakan diri ke banyak dokter atau RS1. Keyakinan
ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan
dokter, walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya
penyakit dan sudah diyakinkan.1. Keyakinan ini menyebabkan adanya
distress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau aspek
penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh1. Keyakinan akan adanya masalah dengan
penampilan atau melebih-lebihkan kekurangan dalam hal penampilan
(misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)1.
Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan
banyak waktu, menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya
(menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah atau
pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk
operasi plastik1. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi,
kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya
rasa nyeri yang sangat dan berkepanjangan, namun tidak dapat
dijelaskan secara medis (bahkan setelah pemeriksaan yang
intensif)1. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat
dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu atau beberapa bagian
tubuh.1. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam
fungsi sosial, pekerjaan dan aspek penting lainnya.1. Faktor-faktor
psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
Faktor Resiko Gangguan Somatoform Riwayat orangtua Pola asuh
dalam keluarga yang salah Wanita lebih banyak menderita Memiliki
kepribadian yang mudah cemas Orang yang tertutup Alkoholism
Penyalahgunaan obat
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan
gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga
telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari
keluhannya. Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam
bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan.
Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang
berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat
dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul
dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada tangan
atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam
kasus- kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana
seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit
yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku
mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal
karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa
keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan
fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain,
orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit
serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.
Klasifikasi PENGGOLONGAN GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ
IIIPenggolongan Gangguan Jiwa (PPDGJ III) F0 : GMO, termasuk
Gangguan Mental Simptomatik F1 : Ggn Mental & Perilaku Akibat
Zat Psikoaktif F2 : Skizofrenia, Ggn Skizotipal dan Ggn Waham F3 :
Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) F4 : Ggn Neurotik, Ggn
Somatoform dan Ggn ~ Stres F5 : Sind Tingkah Laku yg Berhub dg Ggn
Fisiologis & Fisik F6 : Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa
Dewasa F7 : Retardasi Mental F8 : Gangguan Perkembangan Psikologis
F9 : Ggn Perilaku & Emosional dg Onset Biasanya pd Masa kanak
dan Remaja
Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi, F.45.0 gangguan
somatisasiF.45.1 gangguan somatoform tak terperinciF.45.2 gangguan
hipokondriasisF.45.3 disfungsi otonomik somatoformF.45.4 gangguan
nyeri somatoform menetapF.45.5 gangguan somatoform lainnyaF.45.6
gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal
dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, gangguan dismorfik
tubuh.
Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik
adalah gangguian somatisasi dan hipokondriasis.
Diagnosis dan Diagnosis BandingKriteria diagnostik untuk
Gangguan SomatisasiA. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai
sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun
dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.B. Tiap kriteria
berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:1. Empat gejala
nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama miksi)2. Dua gejala
gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis
makanan)3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala
seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi
seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya
satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis
yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan
koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat,
sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin,
halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).C. Salah satu (1)atau (2):1.
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum
yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek
cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis
umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.D. Gejala
tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan KonversiA. Satu atau lebih
gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi
medis lain.B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan
gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau
defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.C. Gejala
atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).D. Gejala atau
defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu
zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara
kultural.E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan
medis.F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau
disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan
gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lain.Sebutkan tipe gejala atau defisit:1.
Dengan gejata atau defisit motorik 2. Dengan gejala atau defisit
sensorik 3. Dengan kejang atau konvulsi4. Dengan gambaran
campuran
Kriteria Diagnostik untuk HipokondriasisA. Pereokupasi dengan
ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap
gejalagejala tubuh.B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan
pemeriksaan medis yang tepat dan penentraman.C. Keyakinan dalam
kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).D.
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain.E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.F. Preokupasi tidak dapat
diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar
waktu selama episode berakhir, orang tidak menyadari bahwa
kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan
atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik TubuhA. Preokupasi
dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit
anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan
nyat.B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik
oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk
dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan NyeriA. Nyeri pada satu atau
lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup
parah untuk memerlukan perhatian klinis.B. Nyeri menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.C. Faktor psikologis
dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.D. Gejala atau defisit tidak
ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih
baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan
tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Tuliskan seperti berikut: Gangguan nyeri berhubungan dengan
faktor psikologis: faktor psikologis dianggap memiliki peranan
besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya
nyeri.Sebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6 bulanKronis: durasi
6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun
kondisi medis umumSebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6
bulanKronis: durasi 6 bulan atau lebihCatatan: yang berikut ini
tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan untuk
mempermudah diagnosis banding.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
DigolongkanA. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan,
hilangnya nafsu makan, keluhangastrointestinal atau saluran
kemih)B. Salah satu (1)atau (2)1. Setelah pemeriksaan yang tepat,
gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum
yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek
cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis
umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratonium.C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.E.
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan
psikotik).F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau
dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura)
DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ :Gangguan Somatoform Ciri utama gangguan
ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang
disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ditemukan keluhan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita
juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan
antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan
yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas
dan depresi. Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan
pasien mengenai kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya yang
menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak
Gangguan SomatisasiPedoman diagnostikDiagnosis pasti memerlukan
semua hal berikut : Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang
bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar kelainan
fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun Tidak mau menerima
nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya Terdapat
disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya
a. Gangguan Somatoform Tak TerinciPedoman diagnostik
Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap,
akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan
somatisasi tidak terpenuhi Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor
penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada
penyebab fisik dan keluhan-keluhannya
b. Gangguan HipokondrikPedoman diagnostikUntuk diagnostik pasti,
kedua hal ini harus ada : Keyakinan yang menetap adanya
sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang dilandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya
preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan
bentuk penampakan fisik Tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
c. Gangguan Otonomik SomatoformPedoman diagnostikDiagnosis pasti
memerlukan semua hal berikut : Adanya gejala-gejala bangkitan
otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka
panas/flushing, yang menetap dan mengganggu Gejala subjektif
tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak
khas) Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai
kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas)
dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil
pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter Tidak terbukti
adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem
atau organ yang dimaksud.Karakter kelima : F45.30 = jantung dan
sistem kardiovaskulerF45.31 = saluran pencernaan bagian atasF45.32
= saluran pencernaan bagian bawahF45.33 = sistem pernafasanF45.34 =
sistem genito-urinariaF45.35 = sistem atau organ lainnya
d. Gangguan Nyeri Somatoform MenetapPedoman diagnostik Keluhan
utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya
gangguan fisik Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik
emosional atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat
dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.
e. Gangguan Somatoform LainnyaPedoman diagnostik Pada gangguan
ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu Tidak ada
kaitannya dengan kerusakan jaringan
Tatalaksana
Gangguan somatoformTujuan pengobatanStrategi dan teknik
psikoterapi dan psikososialStrategi dan teknik farmakologikal dan
fisik
1. mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak
membenrakan pemikiran/meyakinkan nahwa gejala hanya ada dlam
pikiran tidak untuk kehidupan nyata2. meminimalisir biaya dan
komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan
obat-obatan yang tidak perlu 3. melakukan kontrol farmakologis
terhadap sindrom comorbid (memperparah kondisi)1. pengobatan yang
konsisiten, ditangani oleh dokter yang sama2. buat jadwal regular
ddengan interval waktu kedatangan yang memadai3. memfokuskan terapi
secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial1.
diberikan hanya bila indikasinya jelas2. hindari obat-obatan yang
bersifat addiksi
Gangguan somatisasi1,2,31,2,31,2- anti anxietas dan
antidepressan
Gangguan somatisasi tak terperinci1,2,31,2,31 dan 2- obat anti
anxietas dan anti depresan (jika perlu)
hipokondriasi1,2,31,2,3Therapi kognitiv- behaviour2Usahakan
untuk mengurangi gejala hipokondriacal dengan SSRI (Fluoxetine
60-80 mg/ hari)dibandingkan dengan obat lain
Gangguan nyeri menetap1,2,3Jika nyeri nya akut (< 6 bulan),
tambahkan obt simptomatik untuk gejala yang timbulJika nyeri
bersifat kronik (>6 bulan ), fokus pada pertahankan fungsi dan
motilitas tubuh daripada fokus pada penyembuhan nyeri1,2,3Nyeri
kronik : pertimbangkan terapi fisik dan pekerjaan, serta terapi
kognitif-behavioural1 dan 2Akut : acetaminophen dan NSAIDS (tidak
dicampur) atau sebagai yambahan pda opioidKronik : Trisiklik anti
depresan, acetaminophen dan NSAIDPertimbangkan akupunnktur
Gangguan konversi1,2,3Akut : yakinkan, sugesti pasien untuk
mengurangi gejalaPertimbangkan narcoanalisis (sedativ hipnotis),
hipnoterapi, behavioural terapiKronik : 1,2, dan 3Eksplorasi lebih
lanjut mengenai konflik yang bersifat unterpersonal pada pasien1
dan 2Pertimbangkan narcoanalisis (sedative hipnotic)
Gangguan dismorfik tubuh1,2,3Khususnya menghindari pembedahan
1,2,3Terapi kogn