Daftar Isi
Daftar
Isi .........................................................
.............................................................
........ i
Kata
Pengantar ...................................................
.............................................................
.. ii
Bab 1 :
Pendahuluan .................................................
......................................................... 2
A. Latar
Belakang ....................................................
................................................... 2
B. Rumusan
Masalah .....................................................
............................................. 2
C.
Tujuan ......................................................
.............................................................
.. 3
Bab 2 :
Pembahasan ..................................................
......................................................... 4
i
A. Pengertian
Musyarakah ............................................
........................................... 4
B. Jenis-jenis
Musyarakah ............................................
............................................ 5
C. Karakteristik
Musyarakah ............................................
....................................... 7
D. Jurnal Pembiayaan
Musyarakah ............................................
.......................... 16
Bab 3 :
Penutup .....................................................
...........................................................
19
Kesimpulan ............................................
.............................................................
. 19
Daftar
Pustaka ......................................................
..............................................................
... 20
ii
Kata Pengantar
Syukur alhamdulilah selalu saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas segala karunia yang Ia berikan, hingga sampai
saat ini saya masih dapat menjalankan segala aktivitas seperti
biasanya tanpa kekurangan satu apapun. Atas karunia itu, salah
satunya ialah selesainya tugas ke-8 mata kuliah Akuntansi
Lembaga Keuangan Syari’ah dengan judul “ Akuntansi Pendanaan atau
Pembiayaan Musyarakah “ ini dengan sebaik-baiknya. Dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai sistem pembiayaan musyarakah dan
bagaimana bentuk sistem pencatatan akuntansinya.
Akan tetapi, sebelum pembahasan ini dimulai, tak lupa
juga ucapan terima kasih saya berikan untuk pihak-pihak yang
telah membantu saya, yaitu :
1. Bapak Drs. Sugeng Widodo, MM, selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syari’ah, yang telah
iii
memberikan tambahan ilmu dan pengetahuannya pada saya
dalam perkuliahan
2. Para akademisi dan aktivis ekonomi yang telah menuangkan
ilmunya dalam buku dan artikel yang menjadi refrensi
penyusunan makalah ini.
Demikian sedikit kata sebagai salam pembuka, jika ada
kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan
saran yang membangun akan saya terima sebagai penyempurnaan
untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian yang diberkahi Allah
SWT. Aamiin....
Yogyakarta,
1 Desember 2014
Bayu Nugroho
iv
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kerja sama
dengan akad musyarakah. Kerja sama ini pada dasarnya adalah dua
orang atau dua pihak yang saling mengikatkan diri memberikan
modal yang dimilikinya demi terwujudnya tujuan usaha bersama
dengan konsekuensi untung atau rugi dibagi sesuai kesepakatan.
Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha
secara umum, ataupun pembiayaan. Sebagai salah satu dari
instrumen yang ada pada lembaga keuangan syari’ah, musyarakah
memiliki karakteristik sendiri, baik dari segi pengertian,
sumber hukum, jenis, syarat atau rukun dan pencatatnnya dalam
akuntansi. Akad kerja sama ini dalam bahasa yang lebih
sederhana, pada batasan-batasan tertentu dapat disebut dengan
usaha patungan. Hal ini karena dalam tujuan usaha tertentu,
setiap pihak memberikan kontribusi yang dimiliki.
Tentu dalam pencatatannya di laporan akuntansi,
musyarakah memiliki karakteristik dan aturan tersendiri.
Secara singkat tentang musyarakah telah disebutkan di atas,
namun penjelasan yang lebih padat tentang musyarakah masih
belum banyak diketahui. Begitu pula tantang pencatatan
akuntansi akad ini yang memiliki karakteristik sendiri,
seperti halnya akad lain dalam keuangan syariah. Dalam tulisan
ini akan dibahas dan diuraikan pengenai akad musyarakah dalam
literatur pembiayaan dan bagaimana pencatatan akuntansinya.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, persoalan yang
akan dibahas pada tulisan kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan musyarakah ?
2. Apa saja jenis-jenis musyarakah ?
3. Bagaimana karakteristik musyarakah ?
4. Bagaimana jurnal pencatatan akuntansi pada akad
pembiayaan musyarakah ?
C. Tujuan
Penjelasan yang ada dalam tulisan ini, memiliki tujuan
utama yang ingin dicapai adalah :
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan musyarakah
2. Mengetahui jenis-jenis musyarakah
3. Memahami karakteristik musyarakah
4. Mengetahui jurnal pencatatan akuntansi pembiayaan
musyarakah
3
Bab 2
Pembahasan
A. Tentang Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana atau modal, dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
4
dengan kesepakatan1. Dasar hukumnya dalam Al-Qur’an adalah
Surat Shad ayat 24 dan An Nisa ayat 122.
Dalam musyarakah para pihak sama-sama menyediakan modal
untuk membiayai usaha tertentu, baik yang sudah berjalan
maupun yang baru akan dilaksanakan. Semua modal disatukan
untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-
sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Selanjutnya salah satu pihak (mitra usaha) dapat mengembalikan
modal yang diterima tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada mitra
kerjanya. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk
kas, setara kas atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak
berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
Karena setiap pihak tidak dapat menjamin modal mitra
lainya, maka setiap pihak dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja (seperti pelanggaran terhadap akad antara lain :
penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan
pendapatan operasianal, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, dll). Jika tidak ada kesepakatan antara pihak
yang bersangkutan, kesalahan yang disengaja harus dibuktikan
berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi di antara para pihak, baik secara
proprsional sesuai besarnya modal yang disetorkan (berupa kasa
maupun aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakti oleh
1 Lihat PSAK Nomor 1062 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press,2004) Hal. 93
5
para pihak. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional
sesuai dengan besarnya modal yang disetorkan.
Berdasarkan definisi musyarakah di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan
yang diberikan oleh para pihak yang membuka atau mengerjakan
suatu usaha, dan para pihak tersebut juga ikut terlibat dalam
pendanaan usaha tersebut dengan kesepakatan yang telah
diputuskan bersama.
Gambar 1 : Skema akad pembiayaan musyarakah3
B. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam
musyarakah permanen, bagian modal setiap pihak ditentukan
sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu3 Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif, (Yogyakarta :Kaukaba, 2014) Hal. 184
6
Pemoda
Nisba
Usaha /
Pemoda
ModaModa
NisbaLabaPorsi Rugi
Modal Moda
Porsi
pihak (misalkan bank) akan dialihkan secara bartahap kepada
mitra usaha sehingga bagian modal pihak pertama akan menurun
dan pada akhir masa akad pihak kedua akan menjadi pemilik
usaha tersebut4. Dalam perjanjian kemitraan pada pembiayaan
musyarakah, ada rukun-rukun yang harus dipenuhi, yaitu adanya
pihak yang berakad, objek akad (proyek atau usaha dan modal
dan kerja) serta shigat atau ucapan ijab qabul.
Menurut syariah, musyarakah dibagi menjadi dua jenis,
yaitu musyarakah al-milk (kepemilikan) dan musyarakah ‘uqud
(kontrak)5. Musyarakah kepemilikan tercipta karena suatu
kondisi (misal memperoleh warisan atau kondisi lainnya) yang
berakibat pemilikan bersama suatu asset oleh atau dua orang
atau lebih, tanpa membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi
dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang
dihasilkan aset tersebut. Sedangkan musyarakah akad tercipta
dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa
tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi
keuntungan dan kerugian. Dengan kata lain bahwa para pihak
dengan sengaja dan sukarela membuat suatu perjanjian.
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Dalam
banyak buku fiqh, syirkah ‘ukud dibagi dalam beberapa jenis6,
yaitu :
Syirkah al-‘Inan4 http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada Minggu, 30 September 2014 pukul23:00:125 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014) Hal. 3306 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014) Hal. 335
7
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, di
mana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan
dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati
antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak,
baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus
sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Mayoritas ulama membolehkan syirkah ini.
Syirkah Mufawadhah
Adalah kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana
setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian,
syarat utama dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan
dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban
utang dibagi oleh masing-masing pihak.
Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Para pihak menyumbangkan keahlian dan
tenaganya tanpa memberikan modal. Misalnya, kerja sama
dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau
kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragam sebuah kantor. Syirkah ini kadang-
kadang disebut syirkah abdan.
Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
keahlian dan reputasi yang baik serta ahli dalam bisnis.
8
Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi
dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada
penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis syirkah
ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit
berdasarkan pada jaminan tersebut.
C. Karakteristik Musyarakah
Berikut ini adalah penjelasan mengenai karakteristik
musyarakah, dalam literatur pembiayaan (misalkan bank dengan
nasabah yang mengajukan pembiayaan), yaitu :
Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha
yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal
dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh
melakukan tindakan seperti :
- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain
tanpa ijin pemilik modal lainnya
- Memberi pinjaman kepada pihak lain7
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau
digantikan oleh pihak lain. Setiap pemilik modal dianggap
mengakhiri kerja sama apabila :
7 http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada Minggu, 30 September 2014 pukul23:00:12
9
- Menarik diri dari perserikatan
- Meninggal dunia
- Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi
sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal. Proyek yang akan
dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
Persyaratan Akad
- Ijab dan Qobul
Penawaran dan penerimaan harus secara
eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat
kontrak
Akad dituangkan secara tertulis, melalui
korespondensi, atau dengan menggunakan cara-
cara komunikasi modern8.
- Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum
Kompeten dalam memberikan atau diberikan
kekuasaan perwakilan
Setiap mitra harus menyediakan dana dan
pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja
sebagai wakil
8 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAKSyariah, (Yogyakarta : P3EI Press, 2008) Hal. 287
10
Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset
musyarakah dalam proses bisnis normal
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang
lain untuk mengelola aset
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan
atau menginvestasikan dana untuk kepentingan
sendiri9.
- Obyek Akad
Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas,
perak atau yang nilainya sama. Modal dapat
terdiri dari asset perdagangan seperti barang-
barang, property dan sebagainya. Jika modal
berbentuk asset, harus lebih dulu dinilai dengan
uang tunai dan disepakati oleh para pihak
Kerja
Partisipasi para pihak dalam pekerjaan merupakan
dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi
kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat.
Salah satu pihak boleh melaksanakan kerja lebih
banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini
boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi
dirinya. Setiap pihak melaksanakan kerja dalam
musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari
mitranya. Kedudukan masing-masing dalam
organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak
Keuntungan
9 Ibid11
Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas
untuk menghindarkan pebedaan dan sengketa pada
waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian
musyarakah. Setiap keuntungan masing-masing
pihak harus dibagikan secara proporsional atas
dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah
yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi
para pihak. Seorang mitra boleh mengusulkan
bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau prosentase itu diberikan
kepadanya. Sistem pembagian keuntungan harus
tertuang dengan jelas dalam akad
Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para pihak secara
proporsional menurut saham masing-masing dalam
modal. Sedangkan biaya operasional dibebankan
pada modal bersama10.
Aplikasi dalam Perbankan
a. Pembiayaan proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek di mana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank
b. Modal Ventura
10 Ibid Hal. 28712
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan
melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan,
musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura.
Penanaman modal dilakukan jangka waktu tertentu dan
setelah dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank11.
Persyaratan Pembiayaan
Persyaratan ini harus juga dipenuhi sebagai syarat sahnya
kerja sama yang dilakukan, yaitu :
- Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan nasabah bertindak
sebagai pihak atau mitra usaha dengan bersama-sama
menyediakan dana dan atau barang untuk membiayai
suatu kegiatan usaha tertentu
- Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan LKS
sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam
pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang
yang disepakati
- LKS berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat
menunjuk nasabah untuk mengelola usaha
- Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan atau
barang
- Jika pembiayaan diberikan dalam bentuk barang maka
barang yang diserahkan harus dinilai secara tunai
berdasarkan kesepakatan
11 http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html Diakses pada Minggu, 30 November 2014 pukul 23:00:12
13
- Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara LKS dan nasabah
- Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
sesuai kesepakatan
- Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan
dalam bentuk nisbah yang disepakati
- LKS dan nasabah menanggung kerugian secara
proporsional menurut porsi modal masing-masing,
kecuali jika terjadi kecurangan, kelalaian, atau
menyalahi perjanjian dari salah satu pihak
- Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah
sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar
kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut
- Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang
yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan
pada awal akad
- Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode
bagi untung atau rugi (profit and loss sharing) atau metode
bagi hasil pendapatan (revenue sharing)
- Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai
dengan laporan keuangan nasabah
- Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir
periode akad atau dilakukan secara angsuran
berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha
- LKS dapat meminta jaminan atau agunan untuk
mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak dapat
14
memenuhi kewajiban sebagai mana dimuat dalam akad
karena kelalaian dan atau kecurangan
Dasar Akuntansi
Yaitu PSAK Nomor 106 yang mengatur tentang akuntansi
musyarakah, dan merupakan penyempurnaan dari PSAK Nomor
59 tentang akuntansi perbankan syariah yang mengatur
mengenai musyarakah. Penjelasannya adalah :
- PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan
transaksi musyarakah baik sebagai mitra aktif dan
mitra pasif
- Sistematika penulisan secara garis besar disusun
dengan memisahkan akuntansi untuk mitra aktif dan
akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi
musyarakah
- Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan
akuntansi terpisah atas usaha musyarakah yang
dilakukan
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas
sebagai mitra aktif, penyempurnaan dilakukan untuk
(1) pengukuran pada akad atas penyetoran investasi
musyarakah aset non-kas diukur sebesar nilai wajar
(2) penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif di
akui sebagai musyarakah dan di sisi lain diakui
syirkah temporer
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas
sebagai mitra pasif, penyempurnaan di lakukan untuk
(1) pengukuran pada saat akad atas penyetoran
15
investasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar
nilai wajar (2) keuntungan tangguhan dari selisih
penilaian aset non kas diserahkan pada nilai wajar
disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah
Pencatatan Akuntansi12
- Akuntansi Mitra Aktif
Pada saat Akad :
Investasi musyarakah diakui pada saat
menyisihkan kas atau aset non-kas untuk usaha
musyarakah
Pengukuran investasinya adalah :
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah
yang disisihkan
Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar
nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku aset non-
kas, maka selisih tersebut diakui sebagai
selisih penilaian aset musyarakah dalam
ekuitas
Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi
selama masa akad musyarakah. Aset tetap
musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar yang disusutkan dengan jumlah penyusutan
yang mencerminkan :
Penyusutan yang dihitung dengan historical cost
models ditambah dengan
12 Ibid Hal. 290-29116
Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena
penilaian kembali saat penyisihan aset non
kas untuk usaha musyarakah
Apabila proses penilaian pada nilai wajar
menghasilkan penurunan nilai aset, maka
penurunan nilai ini langsung diakui sebagai
kerugaian
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak
dapat diakui sebagai investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif
diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi
lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :
Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar
jumlah yang diterima
Dana dalam bentuk asset non kas di nilai
sebesarnilai wajar dan disusutkan selama
masa akad apabila aset tersebut tidak akan
dikembalikan kepada mitra pasif
Selama Akad Berlangsung :
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai
sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai
tercatat aset musyarakah non-kas
Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian
17
Nilai tercatat aset musyarakah non-kas pada
saat penyisihan untuk usaha musyarakah
setelah di kurangi penyusutan dan kerugian
Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun
dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk
usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan
jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi
kerugian
Pada saat Berkhirnya Akad :
Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang
belum dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai
kewajiban
- Akuntansi Mitra Pasif
Pada saat Akad :
Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran
kas atau penyerahan asset non kas kepada mitra
aktif musyarakah
Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan
nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang
nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
18
Selama Akad Berlangsung :
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra di akhir akad dinilai
sebesar :
Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian, atau
Nilai tercatat aset musyarakah non-kas
pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian
Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun
dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk
usaha musyarakah pada awal akad di kurangi
jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
kerugian
Pada saat Berakhirnya Akad :
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang
belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai
piutang
Dasar Pengakuan (Pengaturan dan Pengukuran)
- Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran
tunai atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra
musyarkah. Pengukuran pembiayaan musyarkah pada awal
akad adalah sebagai berikut :
19
Kas dinilai sebesar jumlah dibayarkan
Aktiva non – kas dinilai sebesar nilai wajar dan
jika terdapat selisih antara nilai wajar dan
nilai buku aktiva non-kas, maka selisih tersebut
harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian
bank pada saat penyerahan
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah,
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
- Pembiayaan Musyarakah Setelah Akad
Dalam pembiayaan musyarakah permanen, dinilai sebesar
historis setelah dikurangi kerugian (jika ada).
Sedangkan dalam musyarakah menurun, kriteria
pengukurannya adalah :
Dinilai sebesar historis dikurangi bagian
pembiayaan bank yang telah dikembalikan mitra
(harga jual wajar) dan kerugian
Selisih nilai historis dan nilai wajar bagian
pembiayaan yang dikembalikan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian bank pada periode
berjalan
Dalam akad yang diakhiri sebelum jatuh tempo, saat
pengembalian seluruh atau sebagian modal, selisih
nilai historis dan nilai pengembaliannya diakui
sebagai laba sesuai nisbah yang disepakati atau rugi
20
sesuai dengan porsi modal mitra. Sedangkan akad yang
diakhiri, namun pembiayaan belum dikembalikan oleh
mitra, diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
mitra.
- Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang dibayarkan
- Pengakuan keuntungan atau pendapatan dan kerugian
musyarakah, pada pembiayaan musyarakah permanen yang
melewati satu periode, maka :
Laba diakui pada periode terjadinya sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati
Rugi diakui pada periode terjadinya kerugian
tersebut dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
Apabila dalam pembiayaan musyarakah menggunakan
metode bagi laba (profit sharing), dimana periode
sebelumnya terjadi kerugian, maka keuntungan
yang diperoleh pada periode tersebut harus
dialokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan
pengurangan modal akibat kerugian pada periode
sebelumnya
- Dalam pembiayaan musyarakah menurun yang melewati
satu periode laporan dan terdapat pengembalian
sebagian atau seluruh pembiayaan musyarakah, maka :
Laba diakui pada periode terjadinya sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati
Rugi diakui pada periode terjadinya secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal dan
mengurangi pembiayaan musyarakah
21
Apabila dalam pembiayaan musyarakah menggunakan
metode bagi laba (profit sharing), dimana periode
sebelumnya terjadi kerugian, maka keuntungan
yang diperoleh pada periode tersebut harus
dialokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan
pengurangan modal akibat kerugian pada periode
sebelumnya
- Pada saat akad pembiayaan musyarakah berakhir,
keuntungan yang belum diterima bank dari mitra
musyarakah diakui sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo
- Apabila terjadi kerugian dalam musyarakah akibat
kelalaian atau penyimpangan mitra musyarakah, mitra
yang melakukan kelalaian tersebut menanggung beban
kerugian itu. Kerugian bank yang diakibatkan
kelalaian atau penyimpangan mitra tersebut diakui
sebagai piutang musyarakah jatuh tempo
- Pada saat akad diakhiri, saldo pembiayaan musyarakah
yang belum diterima diakui sebagai piutang musyarakah
jatuh tempo
- Penyisihan kerugian pembiayaan dan piutang musyarakah
harus dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku
Laba atau Rugi Musyarakah
- Laba diakui sebesar bagian bank sesuai nisbah yang
disepakati
22
- Rugi diakui secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal
- Pada musyarakah permanen yang melewati satu periode
pelaporan, maka :
Keuntungan diakui sesuai nisbah yang
disepakati, pada periode berjalan
Kerugian diakui pada periode terjadinya
kerugian dan mengurangi pembiayaan musyarakah
- Sedangkan pada musyarakah menurun yang melewati satu
periode pelaporan, terdapat mengembalian sebagian
atau seluruh modal :
Laba diakui sesuai nisbah saat terjadinya
Rugi diakui secara proporsional sesuai
kontribusi modal dengan mengurangi pembiayaan
musyarakah, saat terjadinya
- Akad yang diakhiri dengan laba yang belum diterima
dari mitra, maka :
Musyarakah performing diakui sebagai piutang
kepada mitra
Musyarakah non-performing tidak diakui tapi
diungkapkan dalam catatan LK
- Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian mitra
kerja, maka :
Ditanggung oleh mitra usaha
Diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra
usaha, kecuali mitra mengganti dengan dana baru
23
D. Jurnal Pembiayaan Musyarakah13
Dalam pembiayaan musyarakah, pencatatan jurnal
pembiayaannya dapat dirumuskan sesuai dengan aturan di bawah
ini.
- Pada saat bank membayarkan uang tunai kepada mitra
(syirkah)
D : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K : Kas / Rekening mitra / Kliring Rp.
xxxx
- Pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada mitra
(syirkah)
Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku, maka :
D : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
D : Kerugian penyerahan aktiva Rp. xxxx
K : Aktiva non-kas Rp. xxxx
Jika nilai wajar aktiva yang diserah kan lebih tinggi atas nilai buku, maka :
D : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K : Aktiva non-kas Rp. xxxx
K : Keuntungan penyerahan aktiva Rp. xxxx
- Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah
D : Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp.
xxxx
K : Kas / Kliring Rp.
xxxx13 https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdfdiakses pada Senin, 30 September 2014 pukul 23:00:12
24
- Pengakuan biaya-biaya yang dikeluarkan atas pemberian
pembiayaan musyarakah
Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai biaya pembiayaan
musyarakah :
D : Biaya akad musyarakah Rp. xxxx
K : Uang muka dalam rangka akad musyarakah
Rp. xxxx
Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan musyarakah
D : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K : Uang muka dalam rangka akad musyarakah
Rp. xxxx
- Penerimaan pendapatan atau keuntungan musyarakah
D : Kas / Rekening mitra / Kliring Rp.
xxxx
K : Pendapatan/keuntungan musyarakah
Rp. xxxx
- Pengakuan kerugian musyarakah
D : Kerugian musyarakah Rp. xxxx
K : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
- Penurunan atau pelunasan modal musyarakah dengan
mengalihkan kepada mitra musyarakah lainnya
D : Kas / Rekening mitra Rp. xxxx
K : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
25
Pengakuan kerugian yang lebih tinggi dari modal mitra
akibat kelalaian atau penyimpangan mitra musyarakah
D : Piutang mitra jatuh tempo Rp. xxxx
K : Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar
lebih rendah dari nilai historis
D : Aktivanon-kas Rp.
xxxx
D : Kerugian penyelesaian pembiayaan musyarakah
Rp. xxxx
K : Pembiayaan musyarakah
Rp. xxxx
Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar
lebih tinggi dari nilai historis
D : Aktiva non-kas Rp. xxxx
K : Keuntungan penyelesaian pembiayaan musyarakah
Rp. xxxx
K : Pembiayaan musyarakah
Rp. xxxx
Dalam pembiayaan musyarakah, Bank syariah mengungkapkan
dasar penentuan dan besar kerugian pembiayaan musyarakah dan
piutang pada suatu periode memperhatikan hal-hal berikut ini,
yaitu :
Rincian berdasarkan aktiva kas atau non-kas, modal mitra,
jenis valuta, jenis penggunaan dan sektor ekonomi
26
Klasifikasi menurut jangka waktu akad pembiayaan,
kualitas pembiayaan dan tingkat bagi hasil rata-rata
Jumlah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Jumlah yang telah direstrukturisasi dan informasilain
tentang pembiayaan musyarakah yang direstrukturisasi
selama periode berjalan
Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko
portofolio pembiayaan musyarakah
Besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah dan
penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi
Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan
dan penanganan pembiayaan musyarakah bermasalah
Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan
mudharabah bermasalah
Ikhtisar yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal,
penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pembiayaan musyarakah yang telah dihapus bukukan dan
pembiayaan musyarakah yang telah dihapus tagih dan saldo
akhir pembiayaan musyarakah yang dihapus buku
Kerugian atas penurunan nilai pembiayaan musyarakah (bila
ada)14
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
14 Ibid27
Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak
yang bermitra untuk melakukan suatu usaha, setiap pihak
saling menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu,
baik yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankan.
Selanjutnya para pihak dapat mengembalikan modal usaha yang
diberikan tersebut berikut penerimaan bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan
musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau
aktiva non- kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti
lisensi dan hak paten.
Dalam mekanisme akuntansi pembiayaan musyarakah terbagi
kepada 2 pihak yang dinamakan sebagai pihak mitra aktif dan
pihak mitra pasif, dimana dua pihak ini mempunyai hak-hak dan
kewajiban dalam usaha bersama yang berbeda dan memiliki
klasifikasi dalam setiap laporan akuntansi yang berbeda pula.
28
Daftar Pustaka
Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil,
Yogyakarta : UII Press
Widodo, Sugeng, 2014, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif
Aplikatif, Yogyakarta : Kaukaba
Sjahdeini, Sutan Remy, 2014, Perbankan Syariah : Produk-produk
dan Aspek-aspek Hukumnya, Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group
Muhammad, Rifqi, 2008, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan
Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta : P3EI Press
https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/
pembiayaan_musyarakah.pdf
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-
akuntansi-perbankan-syariah.html
29