Daftar Isi Daftar Isi ......................................................... ............................................................. ........ i Kata Pengantar ................................................... ............................................................. .. ii Bab 1 : Pendahuluan ................................................. ......................................................... 2 A. Latar Belakang .................................................... ................................................... 2 B. Rumusan Masalah ..................................................... ............................................. 2 C. Tujuan ...................................................... ............................................................. .. 3 Bab 2 : Pembahasan .................................................. ......................................................... 4 i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Syukur alhamdulilah selalu saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas segala karunia yang Ia berikan, hingga sampai
saat ini saya masih dapat menjalankan segala aktivitas seperti
biasanya tanpa kekurangan satu apapun. Atas karunia itu, salah
satunya ialah selesainya tugas ke-8 mata kuliah Akuntansi
Lembaga Keuangan Syari’ah dengan judul “ Akuntansi Pendanaan atau
Pembiayaan Musyarakah “ ini dengan sebaik-baiknya. Dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai sistem pembiayaan musyarakah dan
bagaimana bentuk sistem pencatatan akuntansinya.
Akan tetapi, sebelum pembahasan ini dimulai, tak lupa
juga ucapan terima kasih saya berikan untuk pihak-pihak yang
telah membantu saya, yaitu :
1. Bapak Drs. Sugeng Widodo, MM, selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syari’ah, yang telah
iii
memberikan tambahan ilmu dan pengetahuannya pada saya
dalam perkuliahan
2. Para akademisi dan aktivis ekonomi yang telah menuangkan
ilmunya dalam buku dan artikel yang menjadi refrensi
penyusunan makalah ini.
Demikian sedikit kata sebagai salam pembuka, jika ada
kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan
saran yang membangun akan saya terima sebagai penyempurnaan
untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian yang diberkahi Allah
SWT. Aamiin....
Yogyakarta,
1 Desember 2014
Bayu Nugroho
iv
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kerja sama
dengan akad musyarakah. Kerja sama ini pada dasarnya adalah dua
orang atau dua pihak yang saling mengikatkan diri memberikan
modal yang dimilikinya demi terwujudnya tujuan usaha bersama
dengan konsekuensi untung atau rugi dibagi sesuai kesepakatan.
Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha
secara umum, ataupun pembiayaan. Sebagai salah satu dari
instrumen yang ada pada lembaga keuangan syari’ah, musyarakah
memiliki karakteristik sendiri, baik dari segi pengertian,
sumber hukum, jenis, syarat atau rukun dan pencatatnnya dalam
akuntansi. Akad kerja sama ini dalam bahasa yang lebih
sederhana, pada batasan-batasan tertentu dapat disebut dengan
usaha patungan. Hal ini karena dalam tujuan usaha tertentu,
setiap pihak memberikan kontribusi yang dimiliki.
Tentu dalam pencatatannya di laporan akuntansi,
musyarakah memiliki karakteristik dan aturan tersendiri.
Secara singkat tentang musyarakah telah disebutkan di atas,
namun penjelasan yang lebih padat tentang musyarakah masih
belum banyak diketahui. Begitu pula tantang pencatatan
akuntansi akad ini yang memiliki karakteristik sendiri,
seperti halnya akad lain dalam keuangan syariah. Dalam tulisan
ini akan dibahas dan diuraikan pengenai akad musyarakah dalam
literatur pembiayaan dan bagaimana pencatatan akuntansinya.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, persoalan yang
akan dibahas pada tulisan kali ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan musyarakah ?
2. Apa saja jenis-jenis musyarakah ?
3. Bagaimana karakteristik musyarakah ?
4. Bagaimana jurnal pencatatan akuntansi pada akad
pembiayaan musyarakah ?
C. Tujuan
Penjelasan yang ada dalam tulisan ini, memiliki tujuan
utama yang ingin dicapai adalah :
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan musyarakah
2. Mengetahui jenis-jenis musyarakah
3. Memahami karakteristik musyarakah
4. Mengetahui jurnal pencatatan akuntansi pembiayaan
musyarakah
3
Bab 2
Pembahasan
A. Tentang Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana atau modal, dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
4
dengan kesepakatan1. Dasar hukumnya dalam Al-Qur’an adalah
Surat Shad ayat 24 dan An Nisa ayat 122.
Dalam musyarakah para pihak sama-sama menyediakan modal
untuk membiayai usaha tertentu, baik yang sudah berjalan
maupun yang baru akan dilaksanakan. Semua modal disatukan
untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-
sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Selanjutnya salah satu pihak (mitra usaha) dapat mengembalikan
modal yang diterima tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada mitra
kerjanya. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk
kas, setara kas atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak
berwujud, seperti lisensi dan hak paten.
Karena setiap pihak tidak dapat menjamin modal mitra
lainya, maka setiap pihak dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja (seperti pelanggaran terhadap akad antara lain :
penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan
pendapatan operasianal, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, dll). Jika tidak ada kesepakatan antara pihak
yang bersangkutan, kesalahan yang disengaja harus dibuktikan
berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi di antara para pihak, baik secara
proprsional sesuai besarnya modal yang disetorkan (berupa kasa
maupun aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakti oleh
1 Lihat PSAK Nomor 1062 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press,2004) Hal. 93
5
para pihak. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional
sesuai dengan besarnya modal yang disetorkan.
Berdasarkan definisi musyarakah di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan
yang diberikan oleh para pihak yang membuka atau mengerjakan
suatu usaha, dan para pihak tersebut juga ikut terlibat dalam
pendanaan usaha tersebut dengan kesepakatan yang telah
diputuskan bersama.
Gambar 1 : Skema akad pembiayaan musyarakah3
B. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam
musyarakah permanen, bagian modal setiap pihak ditentukan
sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu3 Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif, (Yogyakarta :Kaukaba, 2014) Hal. 184
6
Pemoda
Nisba
Usaha /
Pemoda
ModaModa
NisbaLabaPorsi Rugi
Modal Moda
Porsi
pihak (misalkan bank) akan dialihkan secara bartahap kepada
mitra usaha sehingga bagian modal pihak pertama akan menurun
dan pada akhir masa akad pihak kedua akan menjadi pemilik
usaha tersebut4. Dalam perjanjian kemitraan pada pembiayaan
musyarakah, ada rukun-rukun yang harus dipenuhi, yaitu adanya
pihak yang berakad, objek akad (proyek atau usaha dan modal
dan kerja) serta shigat atau ucapan ijab qabul.
Menurut syariah, musyarakah dibagi menjadi dua jenis,
yaitu musyarakah al-milk (kepemilikan) dan musyarakah ‘uqud
(kontrak)5. Musyarakah kepemilikan tercipta karena suatu
kondisi (misal memperoleh warisan atau kondisi lainnya) yang
berakibat pemilikan bersama suatu asset oleh atau dua orang
atau lebih, tanpa membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi
dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang
dihasilkan aset tersebut. Sedangkan musyarakah akad tercipta
dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa
tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi
keuntungan dan kerugian. Dengan kata lain bahwa para pihak
dengan sengaja dan sukarela membuat suatu perjanjian.
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Dalam
banyak buku fiqh, syirkah ‘ukud dibagi dalam beberapa jenis6,