Page 1
i
STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MADRASAH
TSANAWIYAH NU SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
oleh :
ASEP SOPYANA
NIM 111 07 170
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
Page 3
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Asep Sopyana
NIM : 11107170
Jurusan : Tarbiyah
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MADRASAH
TSANAWIYAH NU SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
telah kami setujui untuk dimonaqosahkan.
Salatiga, 14, Maret, 2013
Pembimbing
Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
NIP.19690110 199403 2 002
Page 4
iv
SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA MADRASAH TSANAWIYAH NU SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
DISUSUN OLEH
ASEP SOPYANA
NIM : 11107170
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26, Maret, 2013
dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. ______________
Sekretaris Penguji : Siti Zumrotun, M.Ag. ______________
Penguji I : Dr. Winarno, S.si, M.Pd. ______________
Penguji II : Mufiq, S.Ag. M. Phil. ______________
Penguji III : Dra. Nur Hasanah M.Pd. ______________
Salatiga, 26, Maret, 2013
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP.19580827 1983031 002
Page 5
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Asep Sopyana
NIM : 11107170
Jurusan : Tarbiyah
Progan Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiyah.
Salatiga, 14, Maret 2013
Yang menyatakan,
Asep Sopyana
Page 6
vi
MOTO
Orang-orang Mukmin yang paling utama Islamnya adalah orang yang selamat
dari lisanya dan tanganya,dan orang-orang mukmin yang paling utama imanya
adalah yang paling baik akhlakya.(H.R.Tobroni dari Ibnu Umar )
Page 7
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Ayahanda Jaid dan Ibundaku Saonah tercinta yang selalu mendo’akan, dan
memberi motivasi demi suksesnya skripsi ini.. terima kasih atas kasih sayang do’a
serta segala pengorbanan yang telah engkau berikan kepadaku..
Semua kaka-kakaku M.Yusuf, Teh Eha, Teh neng yang senantiasa memberikan
dorongan moral maupun material demi suksesnya penulisan sekripsi ini.
Nenk yanti yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan skipsi ini.
Bapak kepala Sekolah MTs NU Salatiga beserta seluruh Dewan Guru dan
komite serta siswa MTS NU Salatiga yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Seluruh teman- teman seperjuanganku, khususnya kalas PAI E 2007.
Bapak K. Ahmad Habibillah Sebagai Pengasuh Pon-Pes Salafiyah.
Seluruh temen-temen Pon-Pes Salafiyah Blotongan Salatiga.
Pembaca yang budiman
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Dalam rangka disiplin ilmu, maka setiap mahasiswa yang telah
menyelesaikan kegiatan kuliah diakhiri dengan penulisan skripsi.
Dengan ini penulis menulis skripsi dengan judul: ”STRATEGI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
MADRASAH TSANAWIYAH NU SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2013/2014”. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku Ketua STAIN Salatiga beserta
seluruh stafnya yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama
menuntut ilmu.
2. Ibu Dra. Nur Hasanah, M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat dan berharga, sehingga saya
dapat mewujudkan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu, yang telah memeberikan banyak pengorbanan dan do’anya
yang tidak terhitungkan oleh apapun.
4. Bapak kepala MTs NU Salatiga, yang telah menyediakan tempat, waktu dan
informasi serta data-data yang penulis butuhkan, dan tidak lupa kepada para
siswa yang telah banyak membantu demi selesainya skripsi ini.
Page 9
ix
5. Semua Guru yang berada di MTs NU Salatiga, yang selalu memberikan
nasehat.
6. Kakak dan adik tercinta, yang selalu menjadi sumber inspirasi penulis untuk
menjadi lebih baik.
Dalam penulisan skripsi ini tidak mustahil terdapat banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam bentuk format maupun isinya. Oleh karena itu segala saran
dan kritik dari semua pihak sangat saya butuhkan guna perbaikan dan
penyempurnaan penulisan skripsi yang saya susun ini, penulis akan menyambut
dengan lapang dada, dan berterima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Amin.
Salatiga, 14 Juli 2013
Penulis
Asep Sopyana
Page 10
x
ABSTRAK
Asep Sopyana. 2013.Strategi pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam
Pada Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2003.
Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah,M.Pd.
Kata kunci: Strategi Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam
Penelitian ini diadakan guna mengetahui tentang pengembangan
kurikulum di MTs NU Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada
penelitian ini adalah: (1) Bagaimana Kurikulum fiqih Pada Madrasah Tsanawiyah
NU Salatiga?(2) Bagaimana Strategi Pengembangan Kurikulum Fiqih di MTs NU
Salatiga? Dan (3) Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga?
Untuk menjawab pertanyaan di atas maka peneliti menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan rancangan studi serta menggunakan
metode interview dan dokumentasi.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan Kurikulum
di MTs NU Salatiga, Pada Umum nya baik. (2) Strategi Pengembangan
Kurikulum di MTs. NU Salatiga, Pada Umumnya baik. (3) Ada dua faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikuum di Mts NU Salatiga yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung yaitu, Kurikulum,
Sarana Prasarana, Guru, Murid, Dinamika Kelas. Dan Faktor Penghambat, yaitu,
Guru itu sendiri, Peserta didik, Lingkungan Keluarga, Fasilitas.
Page 11
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pokok Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ..................................................................... 5
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................... 9
2. Lokasi Penelitian .............................................................. 11
3. Sumber Data ..................................................................... 11
4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 13
5. Analisis Data .................................................................... 13
Page 12
xii
6. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 14
7. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi ................................................................. 19
B. Pengembangan Kurikulum ..................................................... 21
C. Macam-Macam Pengembangan Kurikulum ........................... 26
D. Komponen Pengembangan Kurikulum .................................. 28
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum .............................................................................. 32
F. Pengembangan Pendidikan Agama Islam .............................. 35
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs NU Salatiga ....................................... 41
1. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangannya ................ 41
2. Letak Geografis MTs NU Salatiga .................................... 42
3. Identitas Madrasah ............................................................ 43
4. Visi, Misi MTs NU Salatiga.............................................. 44
5. Struktur Organisasi MTs NU Salatiga ............................. 47
6. Kegiatan Ektrakulikuler ................................................... 52
B. Deskripsi Data ........................................................................ 53
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pengembangan Kurikulum Agama Islam di MTs NU
Salatiga ................................................................................... 60
B. Strategi Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga ....... 62
Page 13
xiii
C. Fakto-Faktor yang mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum di MTs NU Salatiga ............................................. 63
D. Manfaat Pengembangan .......................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................ 67
B. Saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL I Sarana dan Prasarana ................................................................ 48
TABEL II Data Siswa MTs NU Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013...... 49
TABEL III Data Guru dan Karyawan MTs NU Salatiga Tahun Ajaran
2012/2013 ................................................................................ 50
TABEL IV Daftar Karyawan MTs NU Salatiga ......................................... 51
TABEL V Kegiatan Ektrakulikuler MTs NU Salataiga Pada Tahun
Ajaran 2012/2013 ........................................................................... 53
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari
dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial
dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non formal, sehingga
gambaran sisitem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata
lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri.
Sejalan dengan tuntunan zaman, perkembangan masyarakat, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan sudah menginjakkan kakinya kedalam dunia
inovasi. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya, jika program pendidikan
tersebut direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan tuntunan zaman.
Sebagai implikasinya, kesadaran tentang peran guru meningkat. Sebagai tenaga
profesional, guru merupakan pintu gerbang inovasi, sekaligus gerbang menuju
pembangunan yang terintegrasi. Betapa tidak, karena pembangunan dapat terlaksana jika
dimulai dari membangun manusia terlebih dahulu. Tanpa manusia yang cakap,
berpengetahuan, trampil, cerdas, kreaktif, dan bertanggung jawab, pembangunan yang
terintegrasi dapat terselenggara dan berhasil dengan baik. Oleh karena, setiap guru dan
tenaga kependidikan lainnya bertugas dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan ketentuan
yang telah digariskan dalam kurikulum. (Hamalik, 2011:3).
Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar dan mengajar di dunia
pendidikan. Berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang anak didik dan
pendidik dalam menyerap dan memberikan pengajaran, dan sukses tidakanya suatu tujuan
pendidikan itu dicapai tentu akan sangat berpulang kepada kurikulum. Bila kurikulumnya
didesain dengan sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan
pengembangan dan pengajaran anak didik untuk mempersiapkan diri menghadapi
Page 16
2
kehidupannya, tentu hasil output pendidikan itu pun akan mampu mewujudkan harapan.
Tapi bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus membayangi dunia pendidikan.
Seperti yang sudah menjadi relitas pendidikan sekarang di negri ini, dunia pendidikan
seakan masih mencari jati diri yang tepat dan tampaknya masih kebingungan dalam
mendapatkan format yang pas untuk mengembangkan dunia pendidikan ke arah yang
lebih baik. Dampaknya, pencarian format ini terkesan menimbulkan masalah baru yang
terjadi di tataran praksis pendidikan, dimana anak didik dan pendidik dibuat bingung
dengan serangkaian kebijakan pendidikan sudah dikaitankan dengan dunia politik, setiap
ada pergantian pemerintahan, berganti pula kebijakan pendidikan yang ada. Akibatnya,
pendidikan di negri ini tentu tidak pernah mampu mencapai format yang baku dan mampu
memberikan konsistensi belajar mengajar dalam tataran praksis, yakni para pelaku
pendidikan itu sendiri.
Inkonsestensi kebijakan tentu akan berdamapak pada output pendidikan itu sendiri.
Karena kebikajan tidak pernah jelas, output pendidikan pun pasti akan semakin tidak
menentu. (Idi, 2010:5-6).
Pengembangan rencana pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian
dari isi kurikulum, isi kurikulum bukan hanya mata pelajaran saja, tetapi ditambah dengan
proses pembelajran di luar mata pelajaran misalnya kerja keras, kedisiplinan, kebiasaan
belajar, dan jujur dalam belajar. Semua itu merupakan tanggung jawab sekolah yang wajib
diberikan kepada peserta didik.
Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai plus karena
memadukan antar pendidikan umum dengan Agama. Keberadaan Madrasah sebagai
sekolah umum yang bercirikan Islam dituntut untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan sekolah umum.
Dengan latar belakang demikian, penulis perlu menganalisis lebih mendalam terhadap
kurikulum Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada tingkat Madrasah Tsanawiyah NU
Salatiga.
Page 17
3
Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis mengambil judul STRATEGI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
MADRASAH TSANAWIYAH NU SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, fokus
penelitan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kurikulum pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah NU
Salatiga?
2. Bagaimana strategi pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam pada
Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga?
3. Adakah factor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum
pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Untuk melaksanakan suatu kegiatan, perlu sekali di tentukan suatu
tujuan sebagai acuan yang akan di capai. Begitupun dalam penelitian ini
penting sekali adanya tujuan. Adapun tujuan dari penelitan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan Agama Islam di MTs. NU Salatiga.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan kurikulum pendidikan Agama
Islam pada Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum
pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Page 18
4
Secara teoritis penelitian ini di harapkan dapat memberi wawasan
keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pembaca mengenai
pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para masyarkat, guru, siswa,
juga dapat dijadikan bahan informasi atau kontribusi baru bagi pembaharuan
kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) juga untuk meningkatkan
motivasi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam menyempurnakan kemajuan
bidang pendidikan islam, serta diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran bagi perkembangan pendidikan dan pengembangan kurikulum di
sekolah-sekolah.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi ini, maka
penulis perlu memberikan penegasan atau pengertian pada istilah-istilah dalam judul
tersebut yang sekaligus menjadi batasan dalam pembahasan selanjutnya:
1. Strategi
Strategi pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer saja, tetapi kemudian
berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olah raga, catur,
ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi dan pendidikan. Sedangkan dalam
kamus Psikologi, strategi adalah (Kartono, 2000: 488).
a. Prosedur yang diterima dan dipakai dalam suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, se[erti pemecahan suatu masalah.
b. Satu metode umum untuk memecahkan permasalahan-permasalahan.
2. Pengembangan
Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah
sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan –an sehingga menjadi pengembangan
Page 19
5
yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan.( Iskandar W dan Drs. Usman
Mulyadi, 1988: 6 ) Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.
3. Kurikulum
Menurut Iskandar dan Usman Mulyadi, kurikulum adalah program pendidikan
yang disediakan oleh sekolah untuk siswa, melalui program yang direncanakan tersebut
siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan.
Melihat definisi kurikulum di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum
itu merupakan segala sesuatu maupun semua pihak yang terlibat dalam memberikan
bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang tidak terbatas pada mata
pelajaran.
4. Pendidikan Agama Islam
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari dari segi bahasa, maka kita
harus melihat kepada kata arab karena ajaran Islam itu di turunkan dalam bahsa tersebut.
Kata ”Pendidikan” yang umum kita gunakan sekaran, dalam bahasa arabnya “Tarbiyah”,
dengan kata kerja “roba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya “tal’im” dengan kata
kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahsa arabnya “tarbiyah wata’lim”
sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahsa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”.
(Proyek pembinaan perguruan tinggi Agama/IAIN, 1982: 25)
5. Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Tsanawiyah yang kemudian disingkat MTs, adalah
lembaga pendidikan islam formal yang setingkat dengan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Madrasah Tsanawiyah
merupakan sekolah yang berciri khas agama islam yang
menyelenggarakan program tiga tahun setelah Madrasah Ibtidaiyah atau
Page 20
6
Sekolah Dasar. ( Surat Keputusan Menteri Agama RI, No. 369 Tahun
1993, Tentang: Madrasah Tsanawiyah )
Dan ciri lain adalah mata pelajaran keislaman sebagai dasar
pembelajaran di MTs yang sekurang-kurangnya 30 persen, disamping itu
juga mata pelajaran umum diberikan kurang lebih 70 persen pada muatan
kurikulumnya.
Untuk menjawab permasalahan yang ada serta untuk membuktikan hipotesa yang penulis
ajukan, di perlukan data yang akurat sehingga menghasilkan data yang signifikan sebagai
jawaban yang sesungguhnya.
Adapun untuk menentukan Indikator dari strategi pengembangan kurikulum
a. Menentukan Indikator strategi pengembangan kurikulum
1) Indikator strategi Pengembangan kurikulum yaitu :
a) Strategi berdasarkan materi
(1) Bahan yang akan diajarkan
(2) Cara mengetahui hasil belajar
(3) Cara mengajar yang baik
(4) Cara pengorganisasian bahan pelajaran
(5) Buku sumber yang relevan
(6) Media
b) Strategi berdasarkan tujuan
(1) Tujuan nasional
(2) Tujuan Pendidikan nasional
(3) Tujuan Institusional
(4) Tujuan Kulikuler
(5) Tujauan instruksional
c) Strategi berdasarkan kemampuan
Page 21
7
Sebetulnya penyusunan kurikulum berdasarkan kemampuan pada
dasarnya sama dengan penyusunan kurikulum berdasarkan tujuan. Hanya
kalau kurikulum bedasarkan kemampuan itu lebih oprasional dari
kurikulum yang berdasarkan tujuan.
2) Indikator pengembangan kurikulum PAI meliputi :
Dalam strukrur program Sekolah, Pengajarajaran Agama Islam Meliputi tujuh
unsur yaitu :
1) Al-Qur’an
2) Hadist
3) Keimanan
4) Akhlak
5) Bimbingan ibadah
6) Fiqih
7) Sejarah Islam
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat
deskriptif kualitatif, Kirk dan Miller (1986:9) dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahannya.( Lexy.J.Moleong, 2011: 4).
Oleh karena itu penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, karena
dianggap dapat mengamati secara langsung objek yang dijadikan penelitian. Dan
berusaha memahami secara mendalam tentang pengembangan kurikulum pendidikan
Agama Islam kelas V11, V111, Dan 1X) Pada Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Page 22
8
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan Metode Kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.(Lexy.J.Moleong, 20011: 4).
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi
tentang apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus penelitian.
Penelitian menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara
lain, pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi.(Lexy.J.Moleong, 20011: 9).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran,
lukisan secara sistematik, faktual dan akurat, mengenal fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Ciri penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bermaksud untuk membuat pencendraan mengenai situasi atau kejadian. Penelitian
ini tergolong jenis penelitian deskriptif survei, yang merupakan penyelidikan yang ada
dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial, ekonomi
atau politik dari suatu kelompok daerah tertentu.
2. Lokasi Penelitian
MTs NU Salatiga berada di bawah naungan Departemen Agama yang berada di
tengah-tengah kota Salatiga, tepatnya di jalan Kartini No.02, Kelurahan Siderojo lor,
kec. Sidorejo. Madrasah ini berdiri di atas tanah seluas 4697 m2, dengan luas gedung
sebesar 1214 m2, halaan/taman 186 m
2, lapangan olahraga 400 m
2, kebun 600m
2, dan
untuk lain-lain 2297 m2.
3. Sumber Data
Page 23
9
Menurut Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,
menyatakan bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain
(Moleong, 2011: 157).
Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama
yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-
dokumen dan lain-lain (Moleong, 2011: 157).
Tulisan ini berangkat dari sebuah telaah kepustakaan karena sifatnya analisis kritis.
Maka pencarian sumber data didasarkan pada data primer dan sekunder. Adapun data
primer dan sekunder yang dijadikan pijakan adalah:
a. Sumber data utama (primer)
Sumber Primer adalah data yang secara langsung membahas tentang
pengembangan kurikulum yang antara lain; buku panduan pelaksanaan MTs (Depag
RI 1987), UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, GBPP dan
Kurikulum MTs 1994, dan buku pelajaran Agama Islam untuk MTs yang telah
disesuaikan dengan GBPP dan Kurikulum 1994.
b. Data skunder
Yaitu data yang dimaksudkan untuk melengkapi data primer dari kegiatan
peneliti. Data skunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan.
Meleong juga menjelaskan tentang sumber data penting lainnya adalah berbagai
sumber tertulis seperti buku disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen,
arsip-arsip, evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain itu foto dan data statistik juga
termasuk sumber data tambahan ( Moleong, 2011: 113). Sumber Sekunder juga adalah
data yang berasal dari sumber lain, seperti buku, majalah atau literatur lain yang
berhubungan dengan komponen-komponen pengembangan kurikulum pendidikan
Agama Islam di MTs.
Page 24
10
4. Metode pengumpulan Data
a. Interview atau Wawancara
Adalah metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab dengan cara lisan
dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik. (Surakhmad, 1985: 132).
Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data tentang pengembangan
kurikulum pendidikan Agama Islam pada kelas VII,VIII, dan IX. yang menjadi informan
dalam wawancara ini adalah Kepala Sekolah, Guru, Waka Kurikulum, Siswa.
b. Dokumentasi
Adalah metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, traskip buku, surat kabar, notulen, agenda dan lain sebagainya.
(Arikunto, 1998: 236).
5. Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan kualitatif deskriptif yang terdiri dari
kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verikasi. (Hebermen, 1992: 16). Pertama; setelah pengumpulan data
selesai, maka tahap selanjutnya melakukan reduksi data yaitu menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilih.
Kedua; data yang telah direduksi akan dibentuk dalam narasi. Ketiga; penarikan
kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan,
tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahap itu,
untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab
itu, jika terdapat data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan
Page 25
11
penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas
yang tinggi.
Moleong berpendapat bahwa: ” Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti
kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan yaitu dalam mengadakan observasi secara terus
menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap
berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.
b. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Sehingga perbandingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan
tentang pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam.
c. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi, bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan
sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat.
d. Analisis Kasus Negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang
tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding.
e. Pengecekan Anggota. Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek
dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analisis, penafsiran dan
kesimpulan.( Moleong, 2011: 326)
7. Tahap-tahap Penelitian
Page 26
12
Adapun prosedur atau tahap penelitian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini
secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian
lapangan. Enam tahapan tersebut antara lain yaitu menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan,
memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. (
Moleong, 2011: 127).
1) Menentukan lapangan, dengan pertimbangan bahwa di Madrasah Tsanawiyah
NU Saalatiga adalah salah satu sekolah yang dapat di teliti dari pengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam.
2) Menyusun proposal penelitian, Proposal penelitian ini digunakan untuk meminta
izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan.
3) Mengurus surat-surat perizinan, baik secara internal (Fakultas), maupun secara
eksternal (Sekolah MTs. NU Salaiga).
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
2) Pengumpulan data
Mengadakan observasi langsung ke MTs NU Salatiga dengan melibatkan
beberapa informan untuk memperoleh data, yakni:
3) Wawancara dengan Kepala Sekolah MTs. NU Salatiga.
4) Wawancara dengan Siswa terkait dengan kurikulum pengembangan pendidikan
Agama Islam yang di ajarkan.
5) Wawancara kepada bidang kurikulum
6) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
7) Menela’ah teori-teori yang relevan
Page 27
13
c. Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi
diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
d. Tahap Akhir Penelitian
Tahap ketiga merupakan analisis data, pada setiap tahap ini peneliti lakukan
dengan mengecek dan memeriksa keabsahan data dengan fenomena maupun
dokumentasi untuk membuktikan keabsahan data yang peneliti kumpulkan. Analisis
dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir
penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui
apa maknanya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis
untuk pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi, latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,manfaat
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kerangka Teori, meliputi pengertian Strtegi, Pengertian kurikulum kurikulum,
Pengembangan kurikulum, Komponen pengembangan kurikulum, Faktor-Faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum, Pengembangan Pendidikan Agama Islam.
BAB III LAPORAN PENELITIAN
Page 28
14
Dalam bab ini berisi hasil penelitan yaitu memaparkan gambaran umum situasi MTs.
NU Salatiga beserta Deskripsi data.
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data meliputi : Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam di MTs.
NU Salatiga, Strategi pengembangan kurikulum di MTs. NU Salatiga, Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurikulum di MTs NU Salatiga, manfaat pengembangan kurikulum di
MTs.
BAB V PENUTUP
Penutup meliputi, Kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan
lampiran.
Page 29
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa yunani, “strategos”, yang berasal dari
kata stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin (Purnomo,
1996: 8).
1. Menurut Alfred Chandler:
The determination of the basic long-term goals objectives of an
enterprise, and the adoption of courses of action and the alocation of
resources necessary for carrying out these goal
(http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi, di akses
tanggal 20 maret 2013 ).
Penentuan dasar sasaran jangka panjang dan tujuan perusahaan,
dan pemakaian rangkaian tindakan serta pemakaian sumber daya yang
diperlukan untuk mendapatkan tujuan-tujuan.
2. Menurut James Brian Quin
The pattern or plan that integrates an organization’s major goals,
policies, and action squences into a cohesive whole
(http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi, di akses
tanggal 20 maret 2013 ).
Pola atau rencana yang menyatukan tujuan perusahaan,
kebijaksanaan dan rangkaian kegiatan ke dalam satu paduan utuh.
3. Menurut Henry Mintzberg
A pattern a stream of decisions or actions.
(http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi, di akses
tanggal 20 maret 2013 ).
Sebuah pola dalam satu urutan keputusan atau tindakan.
Page 30
16
Menurut Mulyasa (2008: 153-165). Ada tujuh strategi pengembangan
kurikulum yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu:
a. Sosialisasi KTSP di Sekolah
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan
pelaksanaan KTSP adalah mensosialisasikan KTSP terhadap seluruh warga
sekolah, bahkan terhadap warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan
orang tua peserta didik, sosialisasi ini penting, terutama agar seluruh warga
sekolah mengenal dan memahami visi dan misi sekolah, serta KTSP yang
akan dikembangkan dan di laksanakan.
b. Menciptakan suasana yang kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan
harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta
kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang
dapat membangkitkan semangat, gairah dan semangat belajar.
c. Menyiapkan Sumber Belajar
Sumber belajar yang harus di siapkan dalam pengembangan KTSP
disekolah antara lain Laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan,
serta tenaga pengelola yang profesional.
d. Membina disiplin
Membina disiplin bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan
diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta
Page 31
17
berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.
e. Menembangkan Kemandirian Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif harus memiliki sikap
mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, mengerakan, dan
menselaraskan semua sumber daya yang pendidikan yang tersedia.
f. Membangun Karakter Guru
Guru merupakan faktor penting yang besar pengeruhnya terhadap
proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya
peserta didik dalam belajar.
g. Memberdayakan Staf
Keberhasilan pendidikan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam memberdayakan staf yang tersedia. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
meningkatkan prolaku staf disekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan
teknik menajemen personalia modern.
B. Pengembangan Kurikulum
Sebelum peneliti membahas jauh tentang pengembangan kurikulum
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) terlebih dahulu peneliti akan membahas
tentang pengertian kurikulum.
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahsa yunani kuno, yaitu dari
kata curir, artinya “pelari” dan curere, “tempat berpacu". Sehingga dari dua
Page 32
18
kata tersebut, kurikulum dapat di artikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Sedangkan secara epistimologi, kurikulum di artikan sejumlah mata
pelajaran yang harus di tempuh atau di selesaikan oleh peserta didik untuk
memperoleh ijazah, atau kurikulum sebagai program belajar bagi peserta
didik yang di susun secara sistematis dan logis yang di berikan oleh sekolah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum
adalah niat, rencana atau harapan ( Sujana, 1991:5-6 )
Dalam khazanah ilmu pendidikan terdapat banyak definisi kurikulum
yang diajukan oleh para ahli, perbedaan orientasi, cara pendekatan dan titik
berat yang ditekankan leh masing-masing ahli menyebabkan timbulnya
berbagai variasi mengenai kurikulum ini.
Hampir setiap ahli mempunyai rumusan sendiri, walaupun diantara
berbagai definisi itu terdapat aspek-aspek persamaan.
Sementara itu Oemar Hamalik memberikan definisi kurikulum sebagai
suatu rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses
belajar yang baik, karena berdasarkankan kebutuhan dan minat siswa.
Dari pengertian diatas nampak bahwa kurikulum di artikan secara
tradisional, sebab hanya melalui sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan
untuk belajar siswa. Aktivitas belajar selain mempelajari mata pelajaran
yang ditawarkan tidak termasuk ke dalam kurikulum. Padahal sebagaimana
diketahui, bahwa proses pendidikan sekolah maupun diluar sekolah
mencakup berbagai aktivitas yang diarahkan kepada pembentukan pribadi
anak, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Page 33
19
Sedangkan pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan
kurikulum yang luas dan spesifik. (Hamalik, 2011;183)
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab 1
pasal 1disebutkan bahwa; “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran ser cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar-mengajar
Unsur dalam definisi kurikulum tersebut adalah :
a. Seperangkat rencana
Seperangkat rencana, artinya bahwa didalamnya berisikan berbagai
rencana yang berhubungan dengan proses pembelajran.
b. Peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran
Bahan pelajaran ada yang diatur oleh pusat (kurnas) dan oleh daerah
setempat (karmulok).
c. Pengturan Cara yang Diginakan
Delevery sistem atau cara mengejar yang digunakan ada berbagai
macam, misalnya; ceramah, diskusi, demonstrasi, membuat laporan
dan sebagainya.
d. Sebagi Pedoman Kegiatan Belajar-Mengajar
Penyelenggara kegiatan belajar mengajar terdiri atas tenaga
kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dalam penyelenggaraan pendidikan, sedang tenaga kependidikan,
yaitu anggota masyarakat yang bertugas membimbing dan melatih
peserta didik. (Dakir 2004:3-4 )
Page 34
20
Menurut Dakir (2004:84). Ada tiga kegiatan yang satu dengan yang lain
saling terkait, yaitu: perencanaan pembinaan, kemudian pengembangan,
kembali lagi kepada perencanaan yang lebih baik, dibina dan dikembangkan
lagi,begitu seterusnya. Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah
mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkankarena adanya berbagai pengaruh yang sifat nya positif yang
datanganya dari luar atau dari dalanm sendiri, dengan harapan agar peserta
didik dapat menghadapi masa depan nya dengan baik. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum hendaknya bersifat antisipasif, adaptif, dan
aplikatif. Antisipatif dalam pengembangan kurikulum dapat diarahkan ke
hal-hal jangka pendek dan jangka panjang, seperti ada pengarahan pelita
1,11, 111 dan seterusnya.
Menurut Hafni Ladjid ada tiga tahap mengembangkan kurikulum, tahap
pengembangan program tingkat lembaga, tahap pengembangan program
setiap bidang studi, tahap pengembangan program pengajaran di kelas.
1. Tahap pengembangan tingkat lembaga
Kegiatan dalam pengembangan kurikulum tingkat lembaga ini harus
diketahui yaitu:
a. Perumusan tujuan institusional
Dalam tujuan intitusional, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
sesuai dengan suatu lembaga pendidikan tertentu, misalnya SMP, dan lain-
lainnya, adalah hal-hal yang harus diperhatikan bagi para fungsi lembaga
pendidikan itu. Artinya, apakah sekolah tersebut berfungsi mepersiapkan
Page 35
21
para lulusannya untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tingggi
ataukah untuk mempersiapkan para lulusannya terjun ke masyarakat dunia
kerja, atau mungkin ke dua-duanya dan dalam bidang apa saja.
b. Penetapan isi dan struktur program
Setelah tujuan-tujuan institusional itu dirumuskan berdasarkan fungsi
lembaga pendidikan, sumber dan ciri-penerapan tujuan institusional
tersebut, maka langkah berikutnya adalah menetapkan isi biding studi yang
akan di sajikan misalnya IPA, IPS, Bahasa, Pendidikan Agama dan lain-
lain.
2. Tahap pengembangan Setiap bidang studi
Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam mengembangkan setiap
program studi ini, meliputi:
1) Merumuskan tujuan kulikuler
2) Merumuskan tujuan pengajaran
3) Menetapkan Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
4) Menyusun Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
5) Menyusun pedoman khusus
3. Taha Pengembangan Program Pengajaran di Kelas
Dalam mengembangkan program pengembangan dikelas, GBPP bidang
studi yang ada harus dikaji dan di olah oleh para guru sehingga menjadi
satuan-satuan bahan pelajaran yang akan disajikan kepada murid. (Ladjid,
2005:16-22).
Page 36
22
C. Macam-macam pengembangan kurikulum
Dalam kurikulum nasional, semua program belajar sudah baku, dan siap
untuk digunakan oleh pendidik atau guru, Kurikulum demikian sering
bersifat resmi dan dikenal dengan nama ideal curriculum, yakni kurikulum
yang masih berbentuk cita-cita, kurikulum yang masih berbentuk cita-cita
ini masih perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang berbentuk
pelaksanaan.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas
organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi
kurikulum.
Menurut Abdullah Idi ada ermpat pola organisasi kurikulum, yang
dikenal juga sebagai sebutan jenis-jenis kurikulum atau tipe-tipe kurikulum,
jenis-jenis kurikulum tersebut adalah:
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah
satu sama yang lainnya, kurikulum mata pelajaran terpisah, berarti
kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang
kurang memunyai keterkaitan dengan mata pelajaran yang lainnya,
konsikuensinya, anak didik harus semakin banyak mengambil mata
pelajran.
Tyler dan Alexander menyebutkan bahwa jenis kurikulum ini digunakan
dengan schol subject, dan sejak beberapa abad hingga saat inipun masih
banyak didapatkan di berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri
Page 37
23
dari berbagai mata pelajaran, yang tujuan pelajarnnya adalah anak didik
harus menguasai bahan dari tiap-tiap matapelajaran yang sudah ditetukan
secara logis, sistematis, dan mendalam ( Soetopo & Soemanto, 1993: 78).
b. Correlated Curriculum
Kurikulum ini mengandung makna bahwa sejumlah matapelajaran
dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga ruang lingkup
bahan yang tercakup semakin luas, Sebagai contoh, pada matapelajaran
fiqih dapat dihubungkan dengan matapelajaran Al’qur’an dan hadits, pada
saat peserta didik mempelajari solat, dapat dihubungkan dengan pelajaran
Al’qur’an, Surat Al’fatihah, dan surat lainnya dan hadis yang dihubungkan
dengan solat dan lainnya.
c. Broad Field Curriculum
Kurikulum Broad Field Curriculum kadang-kadang disebut kurikulum
Fusi. Tayler & Alexander menyebutkan dengan sebutan The Broad Of
subject matter. Broad Field menghapuskan batas-batas dan menyatukan
matapelajaran yang berhubungan erat.
Fuadudin & karya (1992:20). mengemukakan bahwa ke unggulan
kurikulum broad Filed adalah adanya kombinasi matapelajaran sehingga
manfaatnya akan semakin dirasakan, dan memungkinkan adanya
matapelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar
serta generalisasi. Sedangkan kelemahan naya hanya memberikan
pengetahuan secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari suatu pelajaran.
Page 38
24
d. Intergrated Curriculum
Kurikulum terpadu Intergrated Curriculum merupakan suatu produk
dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran.
Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu
yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin
atau matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk
melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan adalah sumber
belajar, mementingkan individual anak didik, dan dalam perencanaan
pelajran siswa di ikutsertakan. (Idi, 2010, 142-146).
D. Komponen Pengembangan kurikulum
Apabila kurikulum penulis urai secara struktural, maka akan terdapat
empat komponen, yakni tujuan, isi dan struktur monogram, strategi
pelaksanaan dan komponen evaluasi keempat komponen juga di sebut
dengan unsur kurikulum.
1. Tujuan Kurikulum
Hakikat tujuan kurikulum adalah tujuan dari setiap program pendidikan
yang akan di berikan kepada anak didik. Dalam sistem pendidikan nasional,
tujuan umum pendidikan dijabarkansarkan dari falsafah bangsa, yakni
pancasila, Pendidikan berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa berdisiplin, bekerja
Page 39
25
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, trampil serta sehat
jasmani dan rohani (Sujana, 1991;21).
Kalau penulis lihat tujuan kurikulum di atas, maka tujuan
penegmbangan kurikulum fiqih juga tidak terlepas dari tujuan umum
pendidikan nasional, justru menurut penulis kurikulum pendidikan agama
merupakan tujuan pokok dari semua tujuan pendidikan, termasuk tujuan
umum di atas, sebab agama merupakan pokok dari semua sisi pendidikan.
Tujuan kurikulum mencakup tujuan kelembagaan pendidikan atau
tujuan institusional, tujuan mata pelajaran atau tujuan kurikuler dan tujuan
pengajaran atau tujuan intriksional. Tujuan institusioanal merupakan tujuan
yang harus di capai oleh suatu lembaga pendidikan, yang di tempuh.
Tujuan kurikulum bersifat lebih khusus di bandingkan dengan
institusional. Tujuan kurikuler merupakan rumusan kemampuan yang di
harapkan dapat di miliki anak didik setelah mereka menempuh atau
menyelesaiakn pelajaran yang di terpakan.
a. Isi dan struktur kurikulum
Isi kurikulum berkenaandengan pengetahuan ilmiah dan
pengalaman yang harus dimiliki dan di berikan kepada siswa untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nana Sudjana
(1991:30-31).
Ada beberapa alasan yang harus dilakukan pilihan dalam
menentukan isi kurikulum, antara lain :
Page 40
26
1) Tugas dan tanggung jawab setelah dalam mencerdaskan anak
didik sangat terbatas baik dari segi waktu maupun sumber-
sumber yang tersedia.
2) Tuntutan dan kebutuhan masyarakat senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu.
3) Adanya beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai
denga tujuan dan hakekat perkembangan anak.
4) Pendidikan formal di sekolah merupakan sub sistem dari
pendidikan sepanjang hayat, artinya pendidikan dalam
keluarga, di sekolah maupun di masyarakat tidak terpisahkan
satu sama lainnya.
b. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk
bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah.
Menurut Nana Sudjana Ada beberapa unsur dalam strategi
pelaksanaan kurikulum yaitu:
1) Tingkat dan jenjang pendidikan
2) Proses belajar mengajar
3) Bimbingan penyuluhan
4) Administrasi supevisi
5) Sarana kulikuler
Page 41
27
c. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum di maksudkan menilai suatu kurikulum
sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiens, efektivitas,
relavansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan
pendidikan. ( Sudjana, 1991:48-49)
Adapun menurut Oemar Hamalik (2011:191). Evaluasi adalah
suatu proses interaksi, deskripsi, dan pertimbangan (judgment) untuk
menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang di evaluasi, dalam
hal ini kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan
untuk memperbaiki subtansi kurikulum, prosedur implementasi,
metode instruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku
siswa.
Pertimbangan penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah
evaluasi formatif (untuk perbaikan program), dan , untuk
memutuskan melanjutkan program yang di evaluasi atau
menghentikan dengan program lain. Model-model evaluasi
kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan adalah model
pencapaian tujuan (goal attainment model), model pertimbangan
(judgmental evaluation model), model pengambilan keputusan
(decision fasilitative evaluation model), dan model deskripsi.
Page 42
28
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Menurut Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, yaitu
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap
kurikulum sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses
pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi
akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga
mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta
penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK,
seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama
melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang
dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi
serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi
pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang
mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni,
Page 43
29
umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program
diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar
belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka
mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui
program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di
masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada.
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya
serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat
yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan
melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan
yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha
yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal
ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai
sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis
pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang
dikembangkan dan digunakan sekolah.
Page 44
30
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan
nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang
kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu.
Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok
spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas
dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial,
ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek
tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi
pebagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah,
diantaranya :
a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c. Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
d. Menghargai nlai-nilai kelompok lain
e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
Page 45
31
Oleh karena itu Olivia (1992:39-41) Selain mengakui bahwa
pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang kompleks lebih lanjut
mengatakan
“Curriculum is product of its time, curriculum responds to and is
cenged by social forced, philosophical positions, psychological princiles,
accumulating knowledge, and aducational leadership at is momen is
history”
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam pengembangan
kurikulukm fokus awal memberi petunjuk jelas, apakah kurikulum yang
dikembangakan tersebut kurikulum dalam pandangan nasional, modern
ataukah romantisme. Suparlan, (2011:80-81).
F. Pengembangan Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
“pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran
“an” yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, sedangkan arti mendidik itu
sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran, Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahsa
Yunani paedagogie yang berati “pendidikan” dan paedagogia yang berarti
“pergaulan dengan anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya
membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri
sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos
(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin), (Arief, 2007, 15).
Page 46
32
Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukan pendidikan adalah
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, (Ramayulis
1994:1-)
Menurut Harun Nasution, ada beberapa pengertian atau definisi tentang
agama, yaitu:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
goib yang harus dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan goib yang menguasai manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yeng berada pada diri manusia dan
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan goib yang menimbulkan hidup
tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan goib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada kekuatan goib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan goib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam
alam sekitar manusia.
2. Dasar Ideal Pendidikan Agama Islam
Menurut Arifin (1991: 4) Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada
tujuan yang akan di capai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya
sesewatu, dasar ideal pendidikan islam adalah identik dengan ajaran Islam
Page 47
33
itu sendiri, keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al’Qur’an dan
Hadis. Kemudian dasar tadi di kembangkandalam pemahaman para ulama
dalam bentuk :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kaam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan
suatu ibadah dan mendapatkan pahala. Sebagian ulama menyebutkan bahwa
penanaman kitab ini dengan nama Al-Qur’an di antara kitab-kitab-Nya. Hal
ini diisyaratkan dalam firman-Nya :
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah dir.” (QS Al-Nahl;89)
Selanjutnya Allah berfirman :
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). (QS
Al-an’am [6] : 38)
Setiap mu’min yang mempercayai Al-Qur’an, mempunyai kewajiban
dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu, Di antara kewajiban dan
tanggung jawabnya itu, ia mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkan nya.
Page 48
34
Umat Islam yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci Al-Qur;an yang
lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan
bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah
bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur’an.
Nabi Muhammad Saw. Sebagai pendidik pertama, pada masa awal
pertumbuhan Islam, telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan
Islam di samping Sunah beliau sendiri.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat di
pahami dari ayat Al’Qura’n itu sendiri sesuai Firman Allah:
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. ( QS. Al-Nahl [16]:64 )
b. Sunah ( Hadist )
Dasar yang kedua selain Al-Qur’an adalah Sunah Rasullallah, Amalan
yang dikerjakan oleh Rasullullah Saw.dalam proses perubahan hidup sehari-
hari menjadi sunah utama pendidikan Islam karena Allah Swt. Menjadikan
Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya.
Page 49
35
Firman Allah Swt.:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu. (QS. Al-Anbiya’ [21]:10).
Sunah adalah perkataan, perbutatan ataupun pengakuan Rasulallah. Di
maksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rasulallah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbutan itu
berjalan. Sunah merupakan ajaran kedua sesuadah Al-Qur’an. Seperti Al-
Qur’an Sunah juga berisi Aqidah dan syariah, sunah berisi petunjuk (
pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,
untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa, untuk itu Rasulallah enjadi Guru dan pendidik utama. ( Daradjat
1992;21).
6. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sesewatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena
merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berperoses melalui tahap-tahap
dan tingkatan tingkatan, tujuannya bartahap dan bertingkat. Tujuan
pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia
Page 50
36
merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan
dengan seluruh aspek kehidupannya ( Darajat 1992;29)
Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS. Al-An’am:
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.( QS. Al-An’am [6]:
162)
Page 51
37
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Nahdhatul Ulama Salatiga
1. Sejarah Singkat Berdirinya dan Perkembangannya
MTs NU Salatiga merupakan sekolah yang berada di bawah
naungan Yayasan Imaratul Madaris (YAIMAM). MTs NU Salatiga berdiri
pada tahun 1956 dengan NSS 212337301001 dan didirikan pada tanah hak
milik seluas 4697 m2. MTs NU Salatiga didirikan oleh tokoh agama yaitu
K.H. Khumaidi yang dibantu oleh tokoh-tokoh Islam pada waktu itu antara
lain :
a. K.H. Zubair
b. K.H. Badrudin Honggowongso
c. K.H. Ghufron
d. K.H. Kasmuni
e. K.H. Zainudin
Hingga tahun 1964 MTs NU Salatiga belum memiliki gedung
sendiri, sehingga pelaksanaan belajar mengajar dilaksanakan di rumah
bapak K.H. Badrudin Honggowongso yaitu di jalan Taman Makam
Pahlawan No.02 Salatiga.
Melalui Usaha beberapa tokoh dan pengurus YAIMAM selama 8
tahun, MTs NU Salatiga berhasil membangun gedung dan dari Kanwil
Departemen Agama Jawa Tengah memberikan ijin pendirian sekolah
dengan S.K.No.K/2035/111/75, tanggal 01 Januari 1975 di Jalan Kartini
No.02 Salatiga.
Page 52
38
Mula-mula MTs NU Salatiga kurang biasa berjalan dengan baik
disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar, sarana dan prasarana. Namun
perlahan-lahan kebutuhan-kebutuhan MTs NU Salatiga mulai terpenuhi
berkat bantuan dari para tokoh agama dan Masyarakat. Selain itu MTs NU
Salatiga juga mendapatkan bantuan dari Departemen Agama Kota Madya
Salatiga sehingga perkembangan lembaga pendidikan ini mulai membaik
dari segi kualitas tenaga pengajar dan jumlah siswanya.
Pada tanggal 30 Juni 1993 Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah
memberikan pengakuan akreditasi dari sekedar terdaftar menjadi diakui
dengan S.K.No.WK/5C/PP.CO.5/1390/1993. Sejak itulah lembaga
pendidikan ini mengalami kemajuan pesat.
Sesuai penerapan kurikulum baru tingkat satuan pendidikan, MTs
N Salatiga sebagai lembaga pendidikan formal berkomitmen
menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhan
pasar kerja dengan membentuk sumber manusia yang unggul, berdaya
sekaligus mandiri dan berwawasan ke depan.
2. Letak Geografis MTs NU Salatiga
MTs NU Salatiga berada di bawah naungan kementrian agama kota
salatiga, MTs. NU berada di tengah-tengah kota salatiga, tepatnya di jalan
Kartini No.02, Kelurahan siderojo lor, kec. Sidorejo. Madrasah ini
berdiri di atas tanah seluas 4697 m2, dengan luas gedung sebesar 1214 m
2,
halaan/taman 186 m2, lapangan olahraga 400 m
2, kebun 600m
2, dan untuk
lain-lain 2297 m2.
Page 53
39
Sedangkan batas wilayahnya sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan kartini
b. Sebelah timur berbatasan dengan toko besi Maju Jaya
c. Sebelah selatan berbatasan dengan rit
d. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Osamaliki.
Jika dilihat dari letaknya yang strategis, MTs NU Salatiga memiliki
banyak kelebihan. Keuntungan tersebut yaitu dapat dijangkau dari arah
mana saja. Di samping kelebihan, tentunya juga memiliki kekurangan
yaitu proses belajar mengajar kurang kondusif karena dekat dengan
keramaian dan suara bising jalan raya.
3. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Nahdhotul Ulama (MTs
NU) Salatiga
b. Nama Yayasan : Yayasan Imaratul Madaris (YAIMAM)
c. Alamat : Jln. Kartini No.02 Salatiga
d. Kode Pos : 50714
e. No. elepon : (0298) 324 255
f. Status Madrasah : Swasta
g. Tahun didirikan : 1956
h. Kepala Madrasah : Drs. Muh Syamsul, .PdI.
i. Kepala Urusan Tata Usaha : Iin Indah Kurniawati, Amd
4. Visi dan Misi MTs NU Salatiga
a. Visi
Page 54
40
Raih prestasi melalui pembelajaran yang Edukatif, Kreatif,
Selektif, Inovatif, dan Santun (EKSIS).
b. Misi
1) Melaksanakan pendidikan yang berpegang pada tuntunan agama
2) Membentuk pribadi yang berpendidikan
3) Menyiapkan siswa ke jenjang yang lebih tinggi
4) Membina dan mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
olah raga, keterampilan, seni, dan teknologi.
c. Dasar Pengembangan
1) Meningkatkan mutu hasil pembelajaran yang sama dengan SMP di
Salatiga
2) Penataan bangunan yang sesuai dengan konsep pembangunan.
3) Salatiga sebagai pusat pengembangan agama Kristen di Asia
Tenggara dengan lembaga-lembaga pendidikannya yang sudah
sangat maju apabila dibandingkan dengan lembaga pendidikan
Islam termasuk madrasah.
d. Arah Pengembangan
1) Mempersiapkan anak didik untuk mampu bersaing masuk ke
sekolah-sekolah favorit. Hal ini secara umum masih dipandang
sebagai ukuran bermtu atau tidaknya madrasah atau sekolah.
2) Mempersiapkan siswa:
Melanjutkan ke SMU atau MAN favorit.
Mengantarkan siswa bias hidup mandiri
Page 55
41
Membekali anak didik dengan penguasaan IPTEK yang
hasilnya sejajar dengan SMP serta penguasaannya ilmu-ilmu
keagamaan, terampil dan praktek pengalaman Ibadahnya
sebagai cirri khusus madrasahnya.
3) Memberdayakan serta meningkatkan kemampuan guru dalam
terampil melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta penguasaan
materi pelajaran dengan wawasan yang luas.
4) Melengkapi Sarana Prasarana pendidikan secara optimal mungkin
(buku-buku/perpustakaan, laboratorium/praktek sarana ibadah, seni
budaya, computer, sarana olahraga, pramuka, dan sebagainya)
5) Menanamkan minat baca pada siswa sejak dini untuk menambah
wawasan siswa.
e. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan MTs NU Salatiga
1) Menghimpun peserta didik yang memiliki bakat khusus dan
kemampuan luar biasa untuk dapat dikembangkan secara
optimal.
2) Menempatkan MTs NU Salatiga untuk dijadikan pusat
keunggulan sehingga tercapai persaingan yang sehat dan
mandiri.
3) Mengupayakan peserta didik yag mempunyai tingkat
keberhasilan ilmiah yang tinggi baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Page 56
42
4) Mengupayakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan
keterampilan berbahasa arab yang memadai.
5) Hasil yang diharapkan dari kegiatan KBM:
a) Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
secara mantab
b) Nasionalisme dan patriotism dan berkepribadian pancasila
c) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi
dan keunggulan
d) Wawasan IPTEK yang mendalam
e) Kepekaan social sifat kepemimpinan yang baik
f) Disiplin yang tinggi
g) Kondisi fisik yang prima
h) Gemar membaca dan menulis
i) Mampu berbahasa indoneia yang baik dan benar
Page 57
43
5. Struktur Organisasi MTs NU Salatiga
6. Sarana Prasarana
a. Data dan tanah bangunan
1) Luas Tanah : 4697 m2
2) Status Tanah : hak milik
3) Status hokum : hak milik
4) Konstruksi bangunan : permanen
5) Lantai : Keramik
b. Data gedung dan tanah
TABEL 1
Sarana dan Prasarana
No Ruang/Sarana Jumlah Kondisi
DATA & ADM KBM
YAYASAN DEPAG DIKNAS
KEPALA
SEKOLAH
KOMITE
WAKA
KESISWAAN
GURU/WALI KELAS
STAF TU
STAF TU
PENGAWAS KBM
SUPERVISI
PERPUSTAKAAN
SISWA
PEMBINA OSIS
BP/BK
PMR
PRAMUKA
Page 58
44
1 Ruang Kelas Belajar 7 Baik
2 Ruang TU 1 Baik
3 Ruang Kepala 1 Baik
4 Ruang Gurur 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Ruang BK 1 Baik
7 Lab. Komputer 2 Baik
8 Lab. Bahasa 1 Baik
9 Lab. IPA 1 Baik
10 Aula 1 Baik
11 Koperasi 1 Baik
12 Mushola 1 Baik
13 Ruang UKS 1 Baik
14 Ruang Keterampilan 1 Baik
15 Kamar mandi 2 Baik
16 Gudang 1 Baik
17 Lapangan Upacara 1 Baik
Melihat daftar masing-masing yang ada di MTs NU salatiga,
sebagaimana tersebut diatas maka sudah cukup memenuhi sebagai sarana
kegiatan belajar mengajar.
7. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan
a. Keadaan Siswa MTs NU Salatiga
Page 59
45
Jumlah siswa MTs NU Salatiga kelas VII sampai IX seluruhnya
ada 222 akan tetapi obyek penelitian yang kami teliti adalah kelas VII
dan kelas VIII yang terdiri dari 93 untuk kelas VII dan 80 siswa kelas
VIII
Tabel II
DATA SISWA MTs NU SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
No Kelas Jumlah Siswa
LK PR Jumlah
1 VII-A 12 17 29
2 VII-B 17 13 30
3 VII-C 15 15 30
4 VIII-A 17 12 29
5 VIII-B 10 22 32
6 VIII-C 19 9 28
7 IX-A 19 11 30
8 IX-B 10 22 32
9 IX-C 24 6 30
10 IX-D 14 27 31
Jumlah 157 144 301
b. Keadaan Guru dan karyawan MTs NU Salatiga
Page 60
46
Guru adalah merupakan seorang yang bertugas mengajar dan
mendidik peserta didik, seorang guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam interaksi edukatif yang terjadi setiap hari.
TABEL III
DATA GURU DAN KARYAWAN MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN
2013/2014
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Drs. Muh Syamsul, M. Pdi Kepala Sekolah S2
2 K.H. Nur Abdul Majid Guru ke-NU-an S1
3 Zahrah Lukluah, S,Pd. Guru
Matematika
S1
4 Siti Fatimah, S.Pdi Guru Fisika S1
5 Khurotul Aini, S.Pd Guru TIK S1
6 Buesery Guru SKI SMA
7 Kartini, Ss Guru Bahasa
Indonesia
S1
8 Iin indah Kurniawati, Amd Guru TIK dan
Kepala TU
D3
9 Uswatun Hasanah, S. Pdi Guru Bahasa
Inggris
S1
10 Arzuqoh, S. Ag. Guru Aqidah
Akhlak
S1
11 Sri Supatmi Guru SBK SMA
12 Muhammad Nur
Fatkhurohmad, S.Pdi.
Aqidah Akhalaq S1
13 Kadarwati, S. Pd. Guru Biologi S1
14 Su’udi Guru Bahasa SMA
Page 61
47
Indonesia
15 Muhtadi S.Pd. Guru IPS S1
16 Ali Munabah, S. Pdi. Guru PJOK,Bhs
Arab
S1
17 Sunarto Sri Subowo, S.Pd. Penjaskes S1
18 Roudhoh Matimatika S1
19 Tasdiqul Choiri, S.Pdi. Guru SKI S1
20 Luluk Mudiarti Penjaga
Perpustakaan
STM
21 Paini Penjaga
Perpustakaan
SMA
22 Rio Abinowo Staf TU SMA
23 Ngatman Penjaga SD
24 Mugiono Tukang Kebun SMP
c. Keadaan Karyawan MTs NU Salatiga
TABEL IV
DAFTAR KARYAWAN MTs NU Salatiga
No Tugas Jumlah Keterangan
PNS CPNS PTT PT HL
1 Koor. Administrasi 1 - - - 1 -
2 Tata Usaha 2 - - - 2 -
3 Perpustakaan 1 - - - 1 -
4 Kebersihan 1 - - - - 1
Page 62
48
5 Satpam 1 - - - 1 -
Jumlah 6 orang karyawan
Keterangan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil
PTT : Pegawai Tidak Tetap
PT : Pegawai Tetap
HL : Harian Lepas
8. Kegiatan Ekstrakulikuler MTs NU Salatiga
Adapun kegiatan eksrakulikuler adalah kegiatan yang tidak wajib
untuk diikuti, karena hanya merupakan tambahan dan waktu
pelaksanaanya diluar jam pelajaran, sehingga tidak mengganggu kegiatan
belajar mengajar intrakulikuler, Kegiatan ekstrakulikuler di MTs NU
Salatiga bertujuan untuk menambah wawasan para siswa serta
mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya masing-masing. Kegiatan
ekstrakulikuler pramuka wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas V111 MTs
NU Salatiga, karena melalui ekstra kulikuler tersebut pihak sekolah
berharap agar siswa belajar hidup mandiri dan bermasyarakat dengan baik.
Berikut tabel kegiatan ekstra kulikuler di MTs NU Salatiga.
TABEL V
Kegiatan ekstrakulikuler MTs NU Salatiga Tahun 2013/2014
Page 63
49
No Ektrakulikuler Guru Pengampu
1 Olahraga (Sepak bola, Volly, basket, dan catur Ali Munabah, S.Pdi
2 Pramuka Kartini, SS
3 Pancak Silat Hanafi
4 PMR Sri Supatmi
5 Qiro’ah Busyaeri
6 Komputer Kurutul Aini, S.Pd
B. Deskripsi Data
Untuk mendiskripsikan mengenai pemahaman strategi pengembangan
krikulum pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga berikut ini disajikan hasil
wawancara dengan beberapa informan dalam penelitian, dan dari hasil wawancara
tersebut peneliti menemukan beberapa hal yang melatar belakangi pengembangan
kurikulum tersebut.
1. Pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga
Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Drs. M. Syamsul M.Pdi
Pertanyaan:
a. Apa yang melatar belakangi pengembangan kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Lingkungan MTs NU Salatiga?
Jawaban:
“Sebenarnya yayasan Imaratul Madaris tidak hanya mempunyai tujuan
dalam mengembangkan pendidikan di daerah Salatiga khususnya dan
daerah sekitar pada umumnya, tetapi juga mempunyai tujuan dakwah yang
Page 64
50
diselenggarakan dalam bentuk formal yaitu dalam dunia pendidikan.
Masyarakat ketika itu (awal pendirian sekolah) masih belum percaya
sepenuhnya pada hal-hal yang berbau keislaman sehingga sekolah tidak
dinamakan madrasah tsanawiwah (MTs) tetapi dinamakan SMP. Dengan
begitu masyarakat mempercayakan anak-anaknya untuk menempuh
pendidikan di sana. Sedikit demi sedikit sekolah menambah atau
mengubah kurikulumnya menjadi seperti sekarang.”
Adapun Ibu Arzuqoh selaku Guru fiqih mengatakan :
Jawaban:
“Dalam pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga untuk
pengembangan nya kami selalu mengadakan evaluasi sepanjang proses
pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian ahir formatif dan sumartif
mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi
pelaksanaan kurikulum.
Adapun dari Komite Bapak Imam Muzni mengatakan :
“Dalam pengembangan kurikulum Agama Islam di MTs NU Salatiga kami
selaku orang tua selalu ikut berpastisipasi ketika ada perubahan dalam
pengembangan kurikulum serta saya juga merumuskan secara bersama
dengan semua pihak yang terkait dengan pengembangan kurikulum di
MTs NU Salatiga dengan Kepala Sekolah, Waka kurikulum serta Guru
MTs NU Salatiga tentang bagaimana kurikulum yang akan di rubah.
Page 65
51
Penelitian di atas pada hari Selasa tanggal 05-Februari-2013 dan
dari Hasil penelitian di atas dapat di buktikan dengan dokumentasi yang di
lampirkan
2. Strategi Pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga
Wawancara dengan wakil kepala sekolah Bapak Ali
Pertantayaan:
a. Strategi apa yang dilakukan dalam pengembangan KTSP pada mata
pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs?
Jawaban:
“Dalam strategi yang dikembangakan KTSP di MTs NU Salatiaga
yaitu Pertama, meningkatkan kualitas kegiatan belajar, Kedua,
Mengadakan tambahan pelajaran diluar waktu yang dibutuhkan untuk
pembelajaran, Ketiga, Melengkapi fasilitas, Keempat,
Mengembangkan kualitas guru/karyawan.
Adapun dari Ibu Bu iin pada hari Rabu tanggal 6-Februari-2013
mengatakan:
“Saya adalah salah satu penanggung jawab kurikulum pendidikan
yang ada di sekolah ini, saya tetap memberikan kurikulum yang ada
kepada guru kelas yang mengajar agama Islam untuk di kembangkan
sendiri pada waktu pembelajaran di dalam kelas, kemudian untuk
strategi pengembangan kurikulum PAI yaitu dengan melaksanakan
kegiatan untuk meningkatkan iman dan taqwa (IMTAQ) yaitu
Page 66
52
membaca surat-surat pendek dan do’a –do’a oleh siswa seti p hari
kecuali hari senin dan jum at tidak ada .”
Adapun salah satu siswa Choiril Utami kelas V11 pada Hari Sabtu
tanngal 9-Februari 2013 mengatakan:
Jawaban:
“Saya sangat senang sekali dengan pelajaran agama Islam, dan
gurunya pun juga enak kalau mengajar di kelas, meskipun hanya
memakai metode ceramah atau di terangkan saja tetapi kita di kasih
waktu untuk mencari materi yang di ajarkan selain dari buku, bisa
lewat internet, majalah, koran dan lain-lain, karena gurunya baik, sabar
dan tidak pernah marah, kemudian kita juga mengerjakan tugasnya di
rumah bukan di dalam kelas.
Penelitian di atas dapat di buktikan dengan dokumentasi yang
dilampirkan. .
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum di
MTs NU Salatiga
Wawancara dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. M. Syamsul, M.Pdi pada
hari Selasa tanggal 12 Februari 2013
Pertanyaan:
a. Faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan
kurikulum (KTSP) di MTs NU Salatiga?
Jawaban:
Page 67
53
“Ada salah satu faktor pendukung dari pihak siswa mereka bisa
menggunakan internet yang bisa di gunakan siswa untuk mengakses
pelajaran, sarana dan prasarana yang memadai, komitmen bapak dan
ibu guru untuk membangun akhlak siswa yang di tandai dengan
adanya program iman dan taqwa pada pagi hari, memiliki suasana
belajar yang sejuk dan kondusif serta jauh dari jalan raya sehungga
tidak bising di saat pembelajaran berlangsng.
Adapun Bapak Ali selaku Wakil Kepala Sekolah pada hari Kamis
tanggal 14 Februari 2013 mengatakan:
Jawaban:
“Sebenarnya di dalam faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum ada dua faktor pendukung dan penghambat, dari faktor
pendukung yaitu, pertama dari kurikulum, kedua, Dari bangunan dan
sarana, ketiga, Dari Guru, Keempat, Dari Siswa, kelima, Dari
Dinamika kelas. Dan dari faktor penghambat yaitu, pertama, Guru itu
sendiri, kedua, Dari peserta didik, ketiga Lingkungan keluarga,
Keempat, Fasilitas.
Adapun dari Ibu Buesery salah satu Guru di MTs NU Salatiga pada
tanggal 15-Februari 2013 menjawab:
“Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya
bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara
bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat,
sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat
Page 68
54
sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan
kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan
dan tuntutan mereka. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin
merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah
berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di
masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah
dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan
mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak
hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga
untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan
digunakan sekolah.
Dari hasil penelitian di atas dapat dibuktikan dengan dokumentasi
yang di lampiran
Adapun hasil wawancara di atas peneliti dapat mengetahui bahwa
dalam pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam yang
dilakukan oleh MTs NU Salatiga lebih karena yayasan yang menaungi
sekolah tersebut adalah yayasan yang bercirikan keislaman yaitu
yayasan Imaratul Madaris. Yayasan tersebut bukan haya yayasan yang
menaungi pendidikan formal tetapi juga pendidikan non formal.
Adapun strategi yang digunakan di MTs NU Salatiga yakni,
pertama, meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar, kedua,
mengadakan tambahan pelajaran diluar waktu jam pelajaran, ketiga,
Page 69
55
melengkapi fasilitas, keempat, mengembangkan kualitas
guru/karyawan.
Dan faktor yang mempengaruhi strategi dalam pengembangan
kurikulum di MTs NU Salatiga dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat, adapun faktor pendukung yaitu,
kurikulum, bangunan dan sarana, Guru, siswa, dinamika kelas, serta
dari faktor penghambat yaitu, Peserta didik, lingkungan keluarga,
Fasilitas.
Page 70
56
BAB 1V
ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian bahasan sesuai dengan
temuan penelitian, sehingga dalam pembahasan ini akan mengintregasikan temuan
yang ada sekaligus akan memodifikasinya dengan teori yang ada. Sebagaimana
yang telah ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dari
data yang telah diperoleh baik melalui observasi, dokumentasi, dan interview
diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari hasil tersebut akan
dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagaimana berikut:
A. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga
Berdasarkan temuan yang peneliti dapatkan di lapangan, dapat diketahui
bahwa alasan pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU
Salatiga adalah dikarenakan yayasan yang menaungi sekolah tersebut adalah
yayasan yang bercirikan keislaman yaitu yayasan Imaratul Madaris
(YAIMAM). Yayasan ini didirikan ditengah masyarakat yang masih abangan
(masyarakat awam), sehingga satuan pendidikan yang dinaungi tidak hanya
memiliki tujuan dalam pendidikan formal tetapi juga dalam dakwah.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga
juga menyesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Siswa yang pada awalnya
hanya mendapatkan materi pelajaran Agama Islam menjadi mendapatkan
banyak tambahan materi pelajaran sehingga para siswa dapat mengetahui
banyak hal tentang agama Islam. Materi tersebut diantaranya adalah Aqidah
Akhlaq, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Fiqih serta Sejarah Kebudayaan Islam.
Sesuai dengan pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang diungkapkan
Page 71
57
oleh Muhaimin (2005: 139). dalam bukunya bahwa pendekatan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dapat menggunakan
pendekatan elektik, yaitu dapat memilih yang terbaik dari keempat pendekatan
tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistik, pendekatan teknologis,
dan pendekatan rekonstrksi sosial.
Berdasarkan data diatas, peneliti menemukan bahwa dalam melakukan
pengembangan kurikulum, MTs NU Salatiga menggunakan pendekatan
Rekonstruksi sosial dan pendekatan Subjek akademis.
Hal di atas juga sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Abdullah Idi (2010: 1790). Salah satunya adalah prinsip
relevansi. Pengembangan kurikulum yang dilakukan memiliki kesesuaian
antara (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat (the
needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan
berguna bagi kehidupan seseorang. Tujuan, isi, dan proses beajar yang
tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan,
dan perkembangan masyarakat. Komponen-komponen tersebut memiliki
relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta
tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
Page 72
58
B. Strategi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa
strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU
Salatiga diantaranya adalah dengan menambah beberapa mata pelajaran
pendidikan agama Islam diantaranya adalah: Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq,
Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa Arab. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam diganti dengan lima mata pelajaran agama yaitu
Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa
Arab.
Dalam pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45
menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu tersebut
digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam. Dari DIKNAS
terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu dipotong menjadi 40 menit
maka sekolah mempunyai 5 menit x 15 yaitu 75 menit yang akan dipakai
untuk mata pelajaran agama.
Alokasi waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125
menit jam pelajaran. Selain penambahan lima mata pelajaran untuk
pendidikan agama Islam, strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam yang biasa dipakai adalah dalam metode pengajaran. Misalnya dalam
pelajaran Qur’an Hadits adalah metode hafalan dan qiroati. Hafalan dapat
membantu siswa dalam mempelajari surat, ayat-ayat serta hadits-hadits
penting yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode qiroati dapat membantu pengajar dalam membiasakan peserta didik
Page 73
59
dalam membaca Al’Qur’an tidak hanya bisa tetapi juga dapat membaca
dengan baik dan benar.
Dalam mata pelajaran Fiqih metode yang digunakan adalah
mengimplementasikan teori Fiqih yang ada dalam praktek kehidupan sehari-
hari dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini bertujuan agar para
siswa dapat melakukan teori tersebut dengan benar. Selain itu praktek tersebut
juga bertujuan untuk memahamkan siswa makna-makna yang terkandung
dalam gerakan atau amalan-amalan yang ada pada teori.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs
NU Salatiga
Ada dua faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum pendidikan
agama islam di MTs NU Salatiga yaitu faktor pendudkung dan faktor
penghambat.
1. Faktor Pendukung Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga
Faktor pendukung dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU
Salatiga ini adalah adanya fasilitas yang berupa TV dan VCD, LCD, kartu
silih Tanya, serta tempat atau keberadaan Madrasah yang sangat strategis.
Selain itu program sekolah yang diadakan sebulan 2 kali oleh kepala
sekolah, dimana program tersebut mempertemukan para guru dalam satu
forum untuk mempresentasikan metode pembelajaran oleh para guru, sehingga
selalu terjadi inovasi metode pembelajaran. Faktor pendukung diatas sesuai
dengan teori supervisi oleh kepala sekolah. Supervisi lebih merupakan
kegiatan dalam proses pembinaan kurikulum. Program sekolah setiap bulan 2
Page 74
60
kali yang diprakarsai oleh kepala sekolah tersebut merupakan bukti bahwa
kepala sekolah di MTs NU Salatiga telah mengadakan supervisi.
Sasaran kegiatan supervisi ini menyangkut proses pelaksanaan, sarana,
maupun hasil belajar murid. Dalam supervisi ini, seorang supervisor (kepala
sekolah) langsung memberikan koreksi/pengarahan/petunjuk kepada petugas-
petugas pendidikan yang dibinanya. Di MTs NU Salatiga ini, kegiatan
supervisi dilakukan oleh Kepala Sekolah. Beliau sebagai kepala sekolah
memberikan pembinaan langsung dalam proses pengembangan kurikulum.
Kemudian jika didalam pelaksanaan lapanganya ditemui kendala-kendala
maka akan segera dicarikan solusi alternatif untuk mengatasinya.
2. Faktor Penghambat Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga
Faktor penghambat dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU
Salatiga yang paling dirasa diantaranya adalah fasilitas yang ada masih dirasa
terbatas. Sedangkan hambatan yang berasal dari siswa maupun guru,
semuanya bisa diatasi dengan baik. Dalam sebuah proses pengembangan
kurikulum memang akan dijumpai hambatan-hambatan yang menyertai proses
pengembangan kurikulum tersebut. Demikian juga hambatan yang dihadapi
MTs NU Salatiga seperti diatas.
D. Manfaat Pengembangan Kurikulum PAI di MTs NU Salatiga
Setelah Penulis mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan
kurikulum PAI di MTs NU Salatiga penulis akan mengambil manfaatnya yaitu
membentuk siswa yang beriman, bertaqwa terhadap Allah SWT, berilmu,
beramal, siswa mempunyai wawasan pendidikan agama secara luas, siswa
Page 75
61
memiliki skil terapi misalnya fiqih ibadah lebih mampu dari segi
teoritis/praktis. Sehingga anak bisa disiplin dengan ilmu yang dimiliki dan
anak terampil sekaligus paham terhadap apa yang telah dipelajari.
Dengan demikian hasil penelitian membuktikan bahwa pengembangan
kurikulum memberikan nilai yang bermanfaat bagi guru, murid dan lembaga.
Page 76
62
BAB 1V
ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian bahasan sesuai dengan
temuan penelitian, sehingga dalam pembahasan ini akan mengintregasikan temuan
yang ada sekaligus akan memodifikasinya dengan teori yang ada. Sebagaimana
yang telah ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dari
data yang telah diperoleh baik melalui observasi, dokumentasi, dan interview
diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari hasil tersebut akan
dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagaimana berikut:
E. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga
Berdasarkan temuan yang peneliti dapatkan di lapangan, dapat diketahui
bahwa alasan pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU
Salatiga adalah dikarenakan yayasan yang menaungi sekolah tersebut adalah
yayasan yang bercirikan keislaman yaitu yayasan Imaratul Madaris
(YAIMAM). Yayasan ini didirikan ditengah masyarakat yang masih abangan
(masyarakat awam), sehingga satuan pendidikan yang dinaungi tidak hanya
memiliki tujuan dalam pendidikan formal tetapi juga dalam dakwah.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga
juga menyesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Siswa yang pada awalnya
hanya mendapatkan materi pelajaran Agama Islam menjadi mendapatkan
banyak tambahan materi pelajaran sehingga para siswa dapat mengetahui
banyak hal tentang agama Islam. Materi tersebut diantaranya adalah Aqidah
Akhlaq, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Fiqih serta Sejarah Kebudayaan Islam.
Sesuai dengan pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang diungkapkan
Page 77
63
oleh Muhaimin (2005: 139). dalam bukunya bahwa pendekatan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dapat menggunakan
pendekatan elektik, yaitu dapat memilih yang terbaik dari keempat pendekatan
tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistik, pendekatan teknologis,
dan pendekatan rekonstrksi sosial.
Berdasarkan data diatas, peneliti menemukan bahwa dalam melakukan
pengembangan kurikulum, MTs NU Salatiga menggunakan pendekatan
Rekonstruksi sosial dan pendekatan Subjek akademis.
Hal di atas juga sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Abdullah Idi (2010: 1790). Salah satunya adalah prinsip
relevansi. Pengembangan kurikulum yang dilakukan memiliki kesesuaian
antara (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat (the
needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan
berguna bagi kehidupan seseorang. Tujuan, isi, dan proses beajar yang
tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan,
dan perkembangan masyarakat. Komponen-komponen tersebut memiliki
relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta
tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
F. Strategi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga
Page 78
64
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa
strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU
Salatiga diantaranya adalah dengan menambah beberapa mata pelajaran
pendidikan agama Islam diantaranya adalah: Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq,
Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa Arab. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam diganti dengan lima mata pelajaran agama yaitu
Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa
Arab.
Dalam pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45
menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu tersebut
digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam. Dari DIKNAS
terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu dipotong menjadi 40 menit
maka sekolah mempunyai 5 menit x 15 yaitu 75 menit yang akan dipakai
untuk mata pelajaran agama.
Alokasi waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125
menit jam pelajaran. Selain penambahan lima mata pelajaran untuk
pendidikan agama Islam, strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam yang biasa dipakai adalah dalam metode pengajaran. Misalnya dalam
pelajaran Qur’an Hadits adalah metode hafalan dan qiroati. Hafalan dapat
membantu siswa dalam mempelajari surat, ayat-ayat serta hadits-hadits
penting yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode qiroati dapat membantu pengajar dalam membiasakan peserta didik
Page 79
65
dalam membaca Al’Qur’an tidak hanya bisa tetapi juga dapat membaca
dengan baik dan benar.
Dalam mata pelajaran Fiqih metode yang digunakan adalah
mengimplementasikan teori Fiqih yang ada dalam praktek kehidupan sehari-
hari dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini bertujuan agar para
siswa dapat melakukan teori tersebut dengan benar. Selain itu praktek tersebut
juga bertujuan untuk memahamkan siswa makna-makna yang terkandung
dalam gerakan atau amalan-amalan yang ada pada teori.
G. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs
NU Salatiga
Ada dua faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum pendidikan
agama islam di MTs NU Salatiga yaitu faktor pendudkung dan faktor
penghambat.
3. Faktor Pendukung Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga
Faktor pendukung dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU
Salatiga ini adalah adanya fasilitas yang berupa TV dan VCD, LCD, kartu
silih Tanya, serta tempat atau keberadaan Madrasah yang sangat strategis.
Selain itu program sekolah yang diadakan sebulan 2 kali oleh kepala
sekolah, dimana program tersebut mempertemukan para guru dalam satu
forum untuk mempresentasikan metode pembelajaran oleh para guru, sehingga
selalu terjadi inovasi metode pembelajaran. Faktor pendukung diatas sesuai
dengan teori supervisi oleh kepala sekolah. Supervisi lebih merupakan
kegiatan dalam proses pembinaan kurikulum. Program sekolah setiap bulan 2
Page 80
66
kali yang diprakarsai oleh kepala sekolah tersebut merupakan bukti bahwa
kepala sekolah di MTs NU Salatiga telah mengadakan supervisi.
Sasaran kegiatan supervisi ini menyangkut proses pelaksanaan, sarana,
maupun hasil belajar murid. Dalam supervisi ini, seorang supervisor (kepala
sekolah) langsung memberikan koreksi/pengarahan/petunjuk kepada petugas-
petugas pendidikan yang dibinanya. Di MTs NU Salatiga ini, kegiatan
supervisi dilakukan oleh Kepala Sekolah. Beliau sebagai kepala sekolah
memberikan pembinaan langsung dalam proses pengembangan kurikulum.
Kemudian jika didalam pelaksanaan lapanganya ditemui kendala-kendala
maka akan segera dicarikan solusi alternatif untuk mengatasinya.
4. Faktor Penghambat Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga
Faktor penghambat dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU
Salatiga yang paling dirasa diantaranya adalah fasilitas yang ada masih dirasa
terbatas. Sedangkan hambatan yang berasal dari siswa maupun guru,
semuanya bisa diatasi dengan baik. Dalam sebuah proses pengembangan
kurikulum memang akan dijumpai hambatan-hambatan yang menyertai proses
pengembangan kurikulum tersebut. Demikian juga hambatan yang dihadapi
MTs NU Salatiga seperti diatas.
H. Manfaat Pengembangan Kurikulum PAI di MTs NU Salatiga
Setelah Penulis mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan
kurikulum PAI di MTs NU Salatiga penulis akan mengambil manfaatnya yaitu
membentuk siswa yang beriman, bertaqwa terhadap Allah SWT, berilmu,
beramal, siswa mempunyai wawasan pendidikan agama secara luas, siswa
Page 81
67
memiliki skil terapi misalnya fiqih ibadah lebih mampu dari segi
teoritis/praktis. Sehingga anak bisa disiplin dengan ilmu yang dimiliki dan
anak terampil sekaligus paham terhadap apa yang telah dipelajari.
Dengan demikian hasil penelitian membuktikan bahwa pengembangan
kurikulum memberikan nilai yang bermanfaat bagi guru, murid dan lembaga.
Page 82
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan dan analisis pada bab 1V, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai strategi
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga adalah
sebagai berikut:
1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga
a. Dalam kurikulum pendidikan Agama Islam semua guru di MTs NU
Salatiga selalu mengadakan evaluasi sepanjang proses pelaksanaan
kurikulum semester serta penilaian ahir formatif dan sumartif yang
mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi
pelaksanaan kurikulum.
b. Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam di MTs. NU juga
disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Siswa yang pada awalnya
hanya mendapatkan materi pelajaran Agama Islam menjadi
mendapatkan banyak tambahan materi pelajaran sehingga para siswa
diantaranya adalah Aqidah Akhlaq, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Fiqih
serta sejarah kebudayaan Islam.
2. Strategi pengembangan kurikulum yang digunakan di MTs NU Salatiga
a. Strategi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum PAI di MTs
NU Salatiga yaitu :
Page 83
69
1) Perencanaan pembelajaran
(a) Pengembangan program
(b) Penyusunan persiapan mengajar
2) Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran
(c) Penggunaan metode atau strategi pembelajaran
(d) Penggunaan sumber belajar
3) Evaluasi hasil belajar
Penilaian KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan
komprehensip guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
b. Pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45
menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu dapat
mengetahui banyak hal tentang agama Islam. Materi tersebut tersebut
digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam.
Dari DIKNAS terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu
dipotong menjadi 40 menit maka sekolah mempunyai 5 menit x 15
yaitu 75 menit yang akan dipakai untuk mata pelajaran agama. Alokasi
waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125 menit
jam pelajaran.
3. Faktor Yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga
1) Kurikulum
2) Bangunan dan Sarana
3) Guru
Page 84
70
4) Peserta didik
5) Dinamika kelas
6) Lingkungan keluarga
7) Fasilitas
B. Saran Saran
Dengan ini, penulis mengajukan beberapa saran yang penulis harapkan
mampu memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, diantaranya:
1. Sumberdaya Manusia pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam
yang ada di MTs. NU Salatiga mulai dari pakar-pakar ilmu pendidikan,
administrasi pendidikan, guru, orang tua, serta siswa agar senantiasa
saling mendukung dan bekerja sama dalam upaya pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam, sehingga proses pengembangan
kurikulum dapat berjalan sesuai de ngan harapan dari tujuan pendidikan
bisa tercapai dengan baik.
2. MTs NU Salatiga dalam mengembangkan kurikulum pendidikan agama
Islam hendaknya mencakup empat hal yaitu tujuan, isi, metode dan
evaluasi karena keempat komponen tersebut saling berkaitan erat.
3. Sarana dan prasarana di MTs NU Salatiga penunjang proses
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam agar terus dibenahi
dan dilengkapi supaya benar-benar dapat memenuhi kebutuhan peserta
didik.
4. Penulis menyarankan kepada penulis selanjutnya, agar dapat
mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk diadakan
Page 85
71
penelitian lebih lanjut tentang strategi pengembangan kurikulum
pendidikan Islam. Serta hendaklah peneliti selanjutnya dapat memperluas
ruang lingkup yang terkait dengannya.
Page 86
72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Asep Sopyana
Tempat/tanggal lahir : Kab. Cireon, 11, Agustus, 1987
NIM : 11107170
Jurusan : Tarbiyah PAI
Alamat Asal : Dusun Pahing, Rt/Rw 01/01. Kec. Greged Kab. Cirebon
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Nama Orang Tua
a. Ayah : Jaid
b. Ibu : Saonah
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Kamarang Lebak tamat 2001
2. MTs PUI Cilimus tamat Tahun 2004
3. MAN 5 Jombang tamat Tahun 2007
4. SI Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 14 Maret 2013
Penulis
Asep Sopyana