Page 1
STRATEGI METODE IQRA’ PADA PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL-
AZHAR 22 DAN SEKOLAH DASAR
MUHAMMADIYAH PLUS
KOTA SALATIGA TAHUN 2013
Oleh :
SUSRIANA WAHYU IKA LESTARI
NIM : M1.11.041
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2013
Page 3
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijasah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga atau perguruan tinggi lainya.”
Salatiga, 12 September 2013
Yang membuat pernyataan
Susriana Wahyu Ika L.
ABSTRACT
Page 4
Title “The Strategy of “ Iqra‟ Method” in Learning Qur‟an at Elementary Shool
Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus In Salatiga in the year of 2013
Pupils at Islamic Elementary School Al-Azhar 22 and Muhammadiyah
Plus Elementary School in Salatiga Municipality on an average could read koran
fluently, so both of them often reached champion in koran reading competition
but different in number of achievement especially at five last year from 2008 to
2013. Based on the data we found the problem that result of championship for
two elementary schools is different although using the same learning method.
This study use qualitative descriptive with compared both Islamic
Elementary School Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus Elementary Echool.
The purpose of this study is to take a depth review about the differences of koran
learning strategy using iqra method between Islamic Elementary School Al-Azhar
22 and Muhammadiyah Plus Elementary Echool. The research was to be
conducted on July 2013. Participants are iqra teacher, principal, curriculum
holder, managing board of foundation. The data was collected by depth interview
using open questionnaire. While data analyze used descriptive analyze.
The result of this study showed that, first : Quranic learning strategy
using iqra method has been prepared as systematic and good planning used
teaching media and certain technique method that considered effective and
efficient; second : the same strategy in curriculum guidelines, plan of learning,
identified for student in early lesson year, using method and learning media, how
to evaluate, give an extra learning for students who low in reading. While the
differences of learning method can be seen in addition curriculum, time preparing,
educational background and double burden of teacher.
Key words : strategy, Quranic learning. iqra
ABSTRAK
Page 5
Tesis ini berjudul “Strategi Metode Iqra‟ Pada Pembelajaran al-
Qur‟an Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Dan Sekolah Dasar
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013”
Keluaran atau out put dari Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 dan
Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga rata-rata dapat
membaca al-Qur‟an dengan lancar, sehingga kejuaraan lomba membaca
al-Qur‟an sering diraih kedua sekolah tersebut, namun jumlah perolehan
kejuaraan membaca al-Qur‟an lima tahun terakhir dari tahun 2008-2013
dari kedua sekolah tersebut berbeda. Dari data yang diperoleh tersebut
ditemukan masalah yaitu penggunaan metode yang sama, hasil kejuaraan
berbeda.
Penelitian ini merupakan penelitian “deskriptif kualitatif” yang
mengkomparasikan dua sekolah dengan tujuan mengkaji lebih mendalam
untuk mengetahui perbedaan strategi pembelajaran al-Qur‟an dengan
metode Iqra‟. Penelitian dilakukan di Kota Salatiga pada bulan Juli 2013.
Populasi dan subjek adalah guru yang mengajar Iqra‟, Kepala Sekolah,
pemegang kurikulum, dan pengurus yayasan. Untuk memperoleh data
menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan terbuka dengan
melakukan wawancara mendalam terhadap responden. Teknik analisis data
dengan analisis deskriptif.
Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan, pertama: Strategi
pembelajaran al-Qur‟an dengan metode Iqra‟ dipersiapkan secara
terencana dan sistematis dengan menggunakan metode, media pengajaran
dan teknik tertentu yang dianggap efektif dan efisien; kedua: kesamaan
strategi dalam hal: pedoman kurikulum, perencanaan pembelajaran,
mengidentifikasi siswa di awal tahun pelajaran, penggunaan metode dan
media pembelajaran, teknik mengevaluasi, pemberian jam tambahan bagi
siswa yang kurang lancar membaca. Sedangkan perbedaanya dapat dilihat
pada kurikulum tambahan, penyediaan waktu, latar belakang pendidikan
guru, dan tugas rangkap guru.
Kata kunci: strategi, pembelajaran al-Qur‟an, Iqra‟
PRAKATA
Page 6
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala karunia nikmatNya. Berkat pertolonganNya tesis
ini dapat terselesaikan untuk memperoleh gelar Magister pada program
Pendidikan Agama Islam, bidang Supervisi Pendidikan Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Shalawat dan salam tercurahkan
untuk Nabi Muhammad Saw, sang tauladan seluruh umat.
Penelitian untuk tesis ini mengambil judul “Strategi Metode Iqra‟
Pada Pembelajaran al-Qur‟an Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Dan
Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013”. Tidak
mungkin terlaksana dengan sempurna tanpa bantuan pihak-pihak terkait
baik dari lembaga maupun perseorangan yang berupa bimbingan,
dorongan, dan do‟a secara khusus penulis menyampaikan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. dan Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.,
adalah pembimbing dalam penelitian dan penulisan tesis. Dengan
penuh ketekunan, kesabaran dan ketajaman dalam membimbing,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
2. Bapak-bapak pimpinan Pascasarjana STAIN Salatiga, khususnya
Bapak Direktur Dr. H. Sa‟adi, M.Ag., dan Asisten Direktur bidang
Akademik, Dr. H. Zakiyuddin Baidhawi.
3. Bapak-bapak pimpinan di Sekolah Dasar dan Bapak/Ibu guru Iqra‟
yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini. Khususnya
Bapak Ubaidah, S.Ag. Kepala SD Al-Azhar 22 Salatiga dan Bapak
Sutomo, M.Ag Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga. Yang telah
membantu penulis dengan memberikan akses besar dalam
mengumpulkan data yang sangat diperlukan.
4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari Salatiga Ibu Siti Rohmini,
M.Pd.I. serta rekan-rekan se profesi di Madrasah Ibtidaiyah
Mangunsari Salatiga.
5. Segenap keluarga dan famili, khususnya suami Drs. BPH. Pramusinta,
M.Kes., atas kesabaran keikhlasan dalam mendampingi penyelesaian
Page 7
tesis ini, putra–putraku Yusuf Muhammad Al-Farih dan Ilyas
Muhammad Abbas menjadi penyemangat untuk menyelesaikan tesis
ini, orang tua Bapak Sulaiman, Ibu Susmiyati, Bapak Surat (alm), dan
Ibu karni (alm).
6. Teman-teman peserta Program Pascasarjana STAIN Salatiga angkatan
2011/2012 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut namanya
satu-persatu.
Semoga Allah menerima amal baik dan memberi balasan yang lebih
baik untuk semuanya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat dalam
upaya pengembangan dunia pendidikan, namun masih banyak kekurangan
maupun kelemahan dalam penyususnan dan penulisan. Terimakasih atas
kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan.
Salatiga, 12 September 2013
Penulis
Susriana Wahyu Ika L.
TRANSLITERASI*)
Huruf Arab Huruf Latin
Huruf Arab Huruf Latin
th ط a ا
Page 8
zh ظ b ب
„ ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
L ل d د
M م dz ذ
N ن r ر
H ه z ز
W و s س
‟ ء sy ش
Y ي sh ص
Al ال dh ض
â = a dibaca panjang
î = i dibaca panjang
û = u dibaca panjang
*) Syaikh Abu Bakar al-Jazairi, Mengenal Etika & Akhlak Islam, Jakarta: Lentera, 2003,
hlm. 7.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................
i
ii
iii
Page 9
ABSTRAK.................................................................................................
PRAKATA.................................................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
iv
vi
viii
ix
xiv
xv
xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................. 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah................................... 7
C. Signifikansi Penelitian................................................. 7
D. Kajian Pustaka............................................................. 8
E. Metode Penelitian........................................................ 10
F. Sistematika Penulisan.................................................. 15
BAB II STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN
AL-QUR‟AN...........................................................................
17
A. Strategi Pembelajaran.................................................. 17
1. Pengertian Strategi Pembelajaran.......................... 17
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran.......................... 21
3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran... 22
B. Belajar dan Pembelajaran............................................ 24
Page 10
1. Pengertian.............................................................. 24
2. Ciri-ciri Belajar...................................................... 26
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran................................. 26
4. Tujuan Pembelajaran............................................. 28
5. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar................. 29
6. Tolok Ukur Keberhasilan Proses Belajar
Mengajar...............................................................
31
7. Teori Pembelajaran................................................ 31
C. Organisasi Kurikulum................................................. 32
D. Metode Pembelajaran.................................................. 34
1. Pengertian.............................................................. 34
2. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam.... 36
3. Macam-macam Metode Pembelajaran dalam
Pendidikan Islam...................................................
36
4. Metode Membaca al-Qur‟an.................................. 37
a. Metode Baghdadiyah........................................ 37
b. Metode Qiro‟ati................................................ 38
c. Metode an-Nahdhiyah...................................... 39
d. Metode Tarsana................................................ 40
e. Metode Iqra‟..................................................... 41
Sistematika buku Iqra‟.................................... 42
Metode Pembelajaran Iqra‟............................. 45
Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqra‟....... 49
Page 11
BAB III GAMBARAN UMUM SD ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SD
MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA................................
52
A. Gambaran Umum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga............. 52
1. Sejarah ........................................................................... 52
2. Letak Geografis.............................................................. 53
3. Identitas Sekolah............................................................ 53
4. Visi, Misi dan Tujuan..................................................... 54
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan............... 55
6. Keadaan Siswa............................................................... 58
7. Fasilitas Pendukung....................................................... 59
8. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Al-Azhar 22
Salatiga...........................................................................
61
9. Prestasi Yang Pernah Diraih........................................ 62
B. Gambaran Umum Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus
Salatiga...............................................................................
64
1. Sejarah .......................................................................... 64
2. Letak Geografis.............................................................. 65
3. Identitas Sekolah............................................................ 65
4. Visi dan Misi ................................................................. 66
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan............... 67
6. Keadaan Siswa............................................................... 69
7. Fasilitas Pendukung....................................................... 70
Page 12
8. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Muhammadiyah
Plus.................................................................................
71
9. Prestasi Yang Pernah Diraih........................................ 72
BAB IV STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN
AL-QUR‟AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL-AZHAR
22 DAN SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PLUS
KOTA SALATIGA.................................................................
74
A. Tujuan Pembelajaran........................................................ 74
B. Kurikulum........................................................................ 75
C. Strategi Pembelajaran....................................................... 80
Perencanaan..................................................................... 81
Pelaksanaan...................................................................... 83
BAB V PENUTUP................................................................. 91
A. Simpulan...................................................................... 91
B. Saran............................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 95
LAMPIRAN............................................................................................... 100
BIOGRAFI PENULIS.............................................................................. 144
Page 14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut
Pendidikan ( SD Islam Al-Azhar 22)......................................
56
3.2 Keadaan guru Iqra‟ Menurut Pendidikan (SD Islam Al-
Azhar 22)................................................................................
57
3.3 Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas (SD Islam Al-
Azhar 22)................................................................................
57
3.4 Daftar Jumlah Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun
Pelajaran 2013/2014...............................................................
58
3.5 Sarana dan Prasarana SD Islam Al-Azhar 22 59
3.6 Daftar Prestasi Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun 2008-
2013.........................................................................................
62
3.7 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut
Pendidikan ( SD Muhammadiyah Plus)..................................
67
3.8 Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas ( SD
Muhammadiyah Plus).............................................................
68
3.9 Daftar Jumlah Tahun Pelajaran 2013/2014 ( SD
Muhammadiyah Plus).............................................................
69
3.10 Sarana dan Prasarana ( SD Muhammadiyah Plus)................. 70
3.11 Daftar Prestasi Siswa Tahun 2008-2013 ( SD
Muhammadiyah Plus)............................................................
72
Page 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Struktur Organisasi SD Islam Al-Azhar 22........................ 61
3.2 Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Plus.................... 71
Page 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Foto Pembelajaran Iqra‟...............................................
2 Instrumen Penelitian....................................................
3 Pedoman Wawancara..................................................
4 Hasil Wawancara.........................................................
5 Kartu Prestasi Iqra‟......................................................
6 Daftar Nilai Iqra‟.........................................................
7 Surat Keterangan Penelitian.........................................
8 Lembar Bimbingan Tesis.............................................
9 Biografi Penulis...........................................................
Page 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang telah diwahyukan kepada Rasulullah
SAW melalui beberapa cara yang dikehendaki oleh Allah SWT yang
memuat hukum-hukum Islam1 dan berisi tuntunan-tuntunan bagi ummat
manusia untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat,
lahir maupun batin.2 Dia (al-Qur‟an) adalah sumber dari segala sumber
ilmu yang menimbulkan kebaikan serta kesejahteraan bagi seluruh ummat
manusia di dunia. Di samping itu al-Qur‟an merupakan sarana yang
paling utama untuk bermunajat kepada Allah baik membaca, mempelajari,
mengajarkan, serta mendengarkanya. Kesemuanya itu merupakan ibadah
bagi setiap orang yang mengamalkanya.3 Menurut M. Quraish Shihab,
mempelajari al-Qur‟an adalah kewajiban.4 Dengan demikian belajar
membaca al-Qur‟an perlu diberikan sejak usia kanak-kanak, sehingga pada
saat dewasa penguasaan membaca al-Qur‟an sudah memenuhi kaidah-
kaidah yang ditentukan.
1 Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994, hlm. 101. 2 Azzah Zain Al-hasany, Al-Qur’an Puncak Selera Sastra, Surakarta: Zuyad
Visi Media , 2007, hlm. 97.
3 Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994, hlm. 101. 4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 33.
Page 18
Ahmad Munir dan Sudarsono berpendapat bahwa apabila
seseorang berkeinginan kuat untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan
sebaik-baiknya, maka perlu penguasaan huruf, harakat, kalimat serta ayat-
ayat yang disebut: muraah al-huruf wa al harakat dan muraah al-kalimah
wa al-ayah. Maka dari itu belajar tajwid perlu mendapatkan perhatian
khusus agar dalam membaca al-Qur‟an dapat terlaksana dengan baik dan
benar.5 Sebagaimana dalam al-Qur‟an surat al-Muzzamil ayat 4 :
6
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu
dengan perlahan-lahan”.
Untuk mendapatkan tingkat ketelitian tersebut perlu latihan-latihan
secara berkesinambungan dan sungguh-sungguh, baik secara sendirian
maupun kelompok. Di samping itu, diperlukan pula adanya kesopanan di
5 Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994, hlm. 4. 6 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: Intermasa, 1999, hlm. 988.
Page 19
dalam membaca al-Qur‟an yang meliputi adab membaca dan
mendengarkan al-Qur‟an.7
Penguasaan dan tingkat ketelitian membaca al-Qur‟an dapat
diperoleh dari proses pembelajaran. Menurut H. Douglas Brown
pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang
suatu subyek atau sebuah ketrampilan dengan belajar, pengalaman atau
instruksi.8
Belajar al-Qur‟an dapat dilakukan di mana saja dengan tidak dibatasi
oleh tempat, waktu (kapan saja), dengan berbagai sarana dan prasarana
yang tidak mengikat (termasuk karya-karya teknologi modern).
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran al-Qur‟an dapat
menjadi sistem pembelajaran yang menarik. Di era teknologi informasi
sekarang ini sebagian masyarakat memanfaatkan teknologi informasi
untuk belajar membaca al-Qur‟an secara mandiri melalui program
komputer sehingga siapapun dengan mudah dapat mempelajari cara
membaca al-Qur‟an. Namun belajar melalui program komputer hasilnya
belum memenuhi kaidah-kaidah membaca al-Qur‟an dengan benar, karena
hal-hal yang berhubungan dengan makhraj huruf, kefasihan membaca, dan
adab terhadap al-Qur‟an belum semuanya didapatkan.
7 Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994, hlm. 4. 8H. Douglas Brown , Principles of Language Learning and Teaching, New
Jersey: 1980, hlm. 7.
Page 20
Keterampilan membaca al-Qur‟an menjadi sangat penting karena
semua amalan umat Islam berpedoman kepada al-Qur‟an. Hal ini sesuai
pendapat Abdurrahman Saleh Abdullah bahwa membaca al-Qur‟an
dilakukan pada saat-saat shalat sehari semalam yang merupakan kewajiban
atas setiap muslim dan mengacu kepada kehidupan di dunia.9
Berlatih membaca al-Qur‟an bisa diperoleh dari pembelajaran, hal ini
memerlukan guru yang langsung dapat memberi contoh tempat keluarnya
huruf atau makhraj, mendengar contoh bacaan, serta melihat adab-adab
yang disampaikan oleh guru tersebut. Oleh karena itu agar bacaan al-
Qur‟an benar dan fasih perlu berguru baik secara individu maupun
kelompok karena dalam proses pembelajaran guru merupakan ujung
tombak keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Marno dan Idris berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran di
sekolah, terutama sekolah dasar, guru merupakan sumber daya edukatif
sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama. Perubahan dalam
teknologi informasi dan teknologi pembelajaran bukan penghalang bagi
guru sebagai sumber dan aktor pendidikan yang utama, melainkan menjadi
tantangan yang menuntut kompetensi profesional guru yang lebih tinggi.10
Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Salatiga yang selanjutnya disebut
SD Islam Al-Azhar 22 termasuk kedalam kategori Sekolah Umum Swasta
Islam yang memiliki kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan
9 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,
Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm. 20. 10
Marno & Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, Jogjakarta: Arruzz Media
Group, 2010, hlm, 21.
Page 21
al-Qur‟an yang merupakan kurikulum pengembangan pribadi muslim.
Tolok ukur dan indikasi keberhasilan kurikulum tersebut diantaranya
murid mampu membaca al-Qur‟an dengan benar dan mengetahui
maknanya.11
SD Islam Al-Azhar 22 menerapkan kurikulum Pendidikan al-Qur‟an
melalui metode Iqra‟ dengan tujuan menuntaskan pembelajaran al-Qur‟an
sesuai penjabaran kurikulum yang ditetapkan yaitu anak dapat menguasai
tatacara membaca al-Qur‟an dengan benar di kelas II.12
Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Salatiga yang selanjutnya
disebut SD Muhammadiyah Plus merupakan sekolah dasar yang
menyelenggarakan pembelajaran Agama Islam yang ditangani oleh bidang
khusus yaitu al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab
(ISMUBA). Pembelajaran al-Qur‟an termasuk ranah bidang ini, yang
dilaksanakan melalui metode Iqra‟ dengan menambah jam pelajaran
untuk mendukung keberhasilan mata pelajaran agama pada kurikulum
sekolah tersebut.13
Metode iqra‟ dalam pelaksanaanya mengutamakan kemampuan
pribadi masing-masing siswa, sehingga hasil pembelajaran antar siswa
satu dengan siswa yang lain bisa berbeda walaupun waktu yang disediakan
sama. Kreatifitas siswa merupakan wujud nyata dari pengakuan insan
11
Bidang Pendidikan TK-SD Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi
Muslim, Jakarta: YPI Al-Azhar, 2012, hlm. 12. 12
Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 13 Mei. 13
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 23 April.
Page 22
pendidikan akan realitas yang ada bahwa siswa tidak dapat disamakan
dalam segala hal.14
Hal ini sesuai dengan metode belajar cepat yang mengakui bahwa
masing-masing dari kita memiliki cara belajar yang cocok dengan karakter
dirinya, sehingga dapat belajar dengan cara yang alamiah, lebih mudah
dan cepat.15
Keluaran atau out put dari SD Islam Al-Azhar 22 dan SD
Muhammadiyah Plus Salatiga rata-rata dapat membaca al-Qur‟an dengan
lancar, sehingga kejuaraan lomba membaca al-Qur‟an sering diraih kedua
Sekolah tersebut, namun jumlah perolehan kejuaraan membaca al-Qur‟an
lima tahun terakhir dari tahun 2008-2013 dari kedua sekolah tersebut
berbeda. Dari data yang diperoleh tersebut ditemukan masalah yaitu
penggunaan metode yang sama, hasil kejuaraan berbeda.
Dari uraian di atas tersebut penulis mengangkat tema Strategi Metode
Iqra‟ pada Pembelajaran al-Qur‟an di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang tersebut di atas maka dapat dituangkan
rumusan masalah sebagai berikut:
14
Zamroni, dkk., Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Strategi dan
Metodologi, Yogyakarta: Idea Press, 2012, hlm. 154.
15 Colin Rose, & Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning For The 21
ST
Century, Bandung: Nuansa, 2002, hlm. 36.
Page 23
1. Bagaimana strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22
Salatiga?
2. Bagaimana strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah Plus
Salatiga?
3. Apa persamaan dan perbedaan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD
Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan di SD Muhammadiyah Plus Salatiga?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan
1.1 Menjelaskan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22
Salatiga .
1.2 Menjelaskan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah
Plus Salatiga.
1.3 Mencari persamaan dan perbedaan strategi pembelajaran Iqra‟ di
SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan di SD Muhammadiyah Plus
Salatiga.
2. Manfaat
2.1 Teoritis
Dapat dijadikan sebagai salah satu model dalam menentukan
strategi pembelajaran al-Qur‟an bagi dunia pendidikan.
2.2 Praktis
Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan solusi bagi sekolah-
sekolah dan guru-guru dalam menuntaskan pembelajaran al-
Qur‟an.
Page 24
D. Kajian Pustaka
Pembelajaran al-Qur‟an merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan
Agama Islam (PAI) di sekolah dasar. Penelitian tentang strategi
Pembelajaran Agama Islam telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
diantaranya:
Pertama, tesis Jariyah Mufidah dengan judul “Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Prestasi Siswa di SMK Ma’arif NU 01
Cilongok Banyumas”. Fokus masalahnya adalah strategi pembelajaran yang
telah diterima murid akan mempengaruhi sikap dan perilaku murid tersebut.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah deskriptif
kualitatif, dan hasil temuan pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa
strategi pembelajaran pada mata pelajaran Agama Islam menggunakan
metode ceramah, metode diskusi, dan metode praktek. Adapun perilaku
siswa terhadap metode pembelajaran tersebut beragam. Siswa ada yang
mendukung metode pembelajaran, ada yang kurang mendukung, dan ada
yang bersikap netral.16
Kedua, tesis Solihin yang berjudul ”Strategi Pembelajara PAI di SMK
Negeri 8 Mandailing Natal”. Pokok masalah bagaimanakah penerapan
strategi pembelajaran PAI pada SMK Negeri 8 Mandailing Natal.
Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PAI
16
Jariyah Mufidah, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Prestasi Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Cilongok Banyumas, Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga,
2010.
Page 25
pada SMK Negeri 8 Mandailing Natal adalah strategi pembelajaran
expositori learning.17
Ketiga, tesis Nanik Hayati dengan judul “Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu (Studi Kasus di SLB Negeri
I Bantul)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
pelaksanaan strategi serta menjelaskan faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunarungu di
SLB Negeri I Bantul. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian tersebut
adalah deskriptif, dan hasil temuan pada penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pendekatan pembelajaran
mengkombinasikan antara student centered (pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada siswa ) dengan teacher contered (pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru).18
Setelah melihat penelitian sebelumnya, materi al-Qur‟an dimasukkan
dalam mata pelajaran PAI, adapun penelitian tentang pembelajaran al-
Qur‟an belum ada. Penelitian ini berusaha mengungkap pembelajaran PAI
secara lebih spesifik lagi yaitu pembelajaran al-Qur‟an yang ruang lingkup
tentang perbedaan dua subyek sebagaimana yang penulis ketahui sebagai
sekolah unggulan di kota Salatiga yaitu SD Islam Al-Azhar 22 dan SD
17
Solihin, Strategi Pembelajara PAI di SMK Negeri 8 Mandailing Natal.
Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2011.
18
Nanik Hayati, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Tunarungu Studi Kasus di SLB Negeri I Bantul, Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2012.
Page 26
Muhammadiyah Plus tentang strategi metode iqra‟pada pembelajaran al-
Qur‟an .
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berorientasi
pada “kualitatif deskriptif”. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality
atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa. Penelitian
kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomene-
fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif.19
Senada dengan pendapat Bogdan dan Tylor yang dikutip Lexi J.
Moleong metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.20
2. Data yang Dikumpulkan
Data penelitian yang dibutuhkan adalah data primer dan sekunder.
Data primer yang diambil meliputi data guru yang mengajar al-Qur‟an
di kelas I, II, III dan siswa Kelas I, II, III. Data guru meliputi:
karakteristik dan pelaksanaan strategi pembelajaran al-Qur‟an.
Karakteristik guru meliputi: nama, umur, pendidikan terakhir, bidang
studi yang diampu, mengajar di kelas berapa; sedangkan strategi
19
Satori Djam‟an & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2011, hlm. 23. 20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013, hlm. 4.
Page 27
pembelajaran al-Qur‟an dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
Persiapan pembelajaran ; pelaksanaan pembelajaran; dan evaluasi.
Data siswa kelas I, II dan III meliputi kartu prestasi dan daftar nilai
keberhasilan. Data sekunder yang diambil adalah dokumentasi tentang
data SD Islam Al-Azhar 22 , SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
dan data pendukung lainnya.
3. Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat berupa: Pedoman observasi;
pedoman wawancara sebagai panduan untuk menggali informasi
kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an; kartu prestasi
siswa dan daftar nilai siswa untuk mengetahui keberhasilan siswa; dan
catatan lapangan yaitu catatan penelitian di lapangan untuk mencatat
hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan.
4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu bulan. Untuk
mendapatkan data yang valid, peneliti mengadakan observasi terlibat
pada saat proses pembelajaran dengan tujuan melakukan pengamatan
langsung agar mendapatkan informasi dari informan berupa: ruang/
tempat pembelajaran, pelaku pembelajaran (guru dan siswa), kegiatan
yang dilakukan pada saat pembelajaran, objek pembelajaran (benda
atau alat-alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran), perbuatan
pelaku pembelajaran (tindakan-tindakan yang berlangsung dalam
pembelajaran), kejadian atau peristiwa dalam pembelajaran, waktu
Page 28
dalam pembelajaran, tujuan yang ingin di capai dalam pembelajaran
dan perasaan, emosi dan kenyamanan dalam pembelajaran. Pengamatan
langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu
kebenaran.21
Selain itu wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti sendiri di
SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
sebagai tempat berlangsungnya penelitian. Peneliti bertemu dengan
responden untuk mengadakan wawancara secara bergantian, dengan
merekam dan mencatat keterangan dari responden, Selain wawancara
peneliti observasi langsung ke kelas untuk mengambil data pelaksanaan
pembelajaran, setelah diperoleh data dari responden, peneliti membuat
transkrip.
Data yang berasal dari siswa diambil dari kartu prestasi dan daftar
nilai siswa. Penilaian berdasarkan prestasi dan daftar nilai, sehingga
masing-masing siswa akan berbeda dalam pengambilan datanya. Data
yang diambil dicocokkan dengan standar baku keberhasilan. Apabila
siswa sesuai dengan standar baku maka dikategorikan berhasil (B) dan
apabila siswa tidak sesuai dengan standar baku maka dikategorikan
belum berhasil (BB). Strategi pembelajaran al-Qur‟an melalui metode
Iqra‟ dianggap berhasil di SD Islam Al-Azhar 22 apabila jumlah seluruh
siswa kelas I dan II 90 % siswa tamat Iqra‟ jilid VI.22
Sedangkan di
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013, hlm. 174.
22 Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 13 Mei
Page 29
SD Muhammadiyah Plus strategi dianggap berhasil apabila 90 % siswa
kelas I, II, dan III tamat Iqra‟ jilid VI.23
5. Telaah Dokumen
Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non
human resources). Studi dokumen dalam penelitian kualitatif
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan
data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah
secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan
pembuktian suatu kejadian.
Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel/ dapat
dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus
penelitian. Dalam arti luas dokumen meliputi semua sumber, baik
sumber tertulis maupun sumber lisan, sedangkan dalam arti sempit,
yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja.24
Telaah dokumen
dilakukan di SD Islam Al- Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Kota
Salatiga. Data yang diambil menyangkut informasi (data) yang
mendukung penelitian.
6. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara diskriptif dengan menggunakan
metode analisis komparatif. Menurut Lexy J. Moleong analisis
komparatif digunakan dengan tujuan untuk memperoleh ketepatan
23
Marijo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 8 Mei 24
Satori Djam‟an & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2011, hlm. 146.
Page 30
kenyataan, generalisasi empiris, dan penetapan konsep.25
Data yang
dikumpulkan dari wawancara hasilnya ditulis dalam bentuk catatan dan
disalin dalam bentuk transkrip. Pembuatan transkrip dilakukan
langsung setelah memperoleh data, karena untuk menghindari kelupaan
atau adanya sumber data yang kurang lengkap.
Setelah membuat transkrip dilakukan pengkodean dan
pengkatagorian kemudian diwujudkan dalam analisis data berupa narasi
sesuai dengan variabel penelitian dan kemudian dibahas dengan
membandingkan hasil wawancara dengan hasil trianggulasi. Kemudian
ditarik suatu kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan. Hal tersebut penting karena untuk mengawali
sesuatu pembahasan diperlukan arah yang jelas dan kerangka yang
sistematis dalam menjawab rumusan masalah. Unsur-unsur ini diuraikan
terlebih dahulu untuk mengetahui kegelisahan akademik yang melatar
belakangi dilakukanya penelitian ini. Selain itu juga diuraikan tujuan
penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terutama
bagi pemerhati pendidikan. Kajian pustaka digunakan untuk memastikan
25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013, hlm. 269-271.
Page 31
bahwa kajian ini berbeda dengan pembahasan serupa yang pernah ada
ataupun belum dibahas sebelumnya.
Kemudian dilanjutkan bab kedua membahas strategi pembelajaran,
belajar dan pembelajaran, organisasi Kurikulum, metode pembelajaran,
metode membaca al-Qur‟an.
Pada bab ketiga, setelah dilakukan penelitian maka didapatkan
gambaran umum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan gambaran umum SD
Muhammadiyah Plus Salatiga yang meliputi; profil SD Islam Al-Azhar 22
Salatiga dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga, struktur dan muatan
kurikulum Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan SD Muhammadiyah
Plus Salatiga, pembelajaran al-Qur‟an melalui metode Iqra‟, model
pembelajaran meliputi; perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Bab keempat tentang penyajian data yang telah diperoleh dan
dilakukan pembahasan dan analisis data untuk menjawab masalah yang
terdapat dalam rumusan masalah.
Penelitian ini diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan inti penjelasan yang ada sebelumnya,
sedangkan saran dapat menjadi semacam agenda pembahasan lebih lanjut di
masa yang akan datang.
Page 32
BAB II
LANDASAN TEORI STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN
AL-QUR‟AN
A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.26 Strategi pembelajaran dengan penggunaan berbagai
sumber daya (guru dan media) untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan strategi misalnya surat al-
Anfal ayat 60:
Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi”.27 Kekuatan dalam hal ini adalah strategi seorang
guru dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 859. 27
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: Intermasa, 1999, hlm. 271.
Page 33
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.28
Sedangkan menurut I Nyoman Sudjana Degeng dalam buku yang berjudul
Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer karya Made Wena, strategi
pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber
belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi
pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga
berbentuk bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang
pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari kemudian dapat
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagai suatu seni,
strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki seseorang
tanpa pernah belajar secara formal tentang strategi pembelajaran.29
Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rohani mengatakan
bahwa strategi mengajar adalah “taktik” yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa
mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien. Strategi
pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan
guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam
suatu pengajaran.30
Jerrold E. Kemp dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran
berorientasi Standar Proses Pendidikan karya Wina Sanjaya menjelaskan
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011,
hlm. 57. 29
Made Wena, Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011, hlm. 2.
30Ahmat Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka cipta, 2004, hlm. 34.
Page 34
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Walter Dick dan Lou
Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.31
Dalam konteks pengajaran, menurut Robert Gagne yang dikutip
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, strategi adalah kemampuan internal
seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Artinya bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik
berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah dalam
mengambil keputusan. Keseluruhan pengertian strategi di atas merujuk pada
aspek perencanaan yang cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui
mekanisme yang benar.32
Subana dan Sunarti seperti yang dikutip oleh Iskandarwassid &
Dadang Sunendar memberikan pengertian strategi pembelajaran sebagai
berikut:
a. Pola umum atau karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan pengajar
dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar (KBM).
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 126. 32
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 3.
Page 35
b. Rencana menyeluruh mengenai kegiatan pembelajaran yang serasi bagi
pencapaian tujuan pengajaran ( strategies of instruction).
c. Rancangan atau pola yang digunakan untuk menentukan proses
pembelajaran, merancang materi pembelajaran, dan memandu pengajaran
di kelas (models of teaching).
d. Pola umum kegiatan yang menggambarkan proses penentuan atau
penciptaan situasi tertentu dalam perwujudan kegiatan pembelajaran
sehingga terjadi perubahan tingkah laku.33
Menurut Hasibuan dalam buku Metodologi Pembelajaran Agama
Islam karya M. Basyiruddin Usman, bahwa strategi belajar mengajar
merupakan pola umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar.34
Dari uraian pengertian strategi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran masih bersifat konsep tentang perencanaan yang akan
diterapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Selain itu strategi adalah suatu rencana tindakan yang mengandung
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran.
Rencana tindakan tersebut dipilih dan digunakan guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam memahami dan
33
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 5. 34
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002, hlm. 22.
Page 36
menerima materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat
dikuasai dan dipraktekkan.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
a. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree
mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan exposition-
discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi
pembelajaran individual groups-individual learning.
b. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat
ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan.
c. Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Strategi kelompok
tidak memperhatikan kecepatan belajar individual.
d. Ditinjau dari penyajian dan cara pengelolaan, strategi pembelajaran
dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan startegi
pembelajaran induktif.35
3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
a. Pertimbangan yang berhubungan dengan hal yang ingin dicapai.
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi
pembelajaran.
c. Pertimbangan dari sudut siswa.
d. Pertimbangan- pertimbangan lainya.36
35
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 128-129.
Page 37
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena
untuk memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil
yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan
terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai
optimal. Dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran berguna bagi guru dan siswa. Bagi
guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis
dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaan strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses belajar, karena setiap strategi
pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.37
Ada empat stategi dasar dalam proses pembelajaran:
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh para pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk
36
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 129-130. 37
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011, hlm. 2-3.
Page 38
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.38
Di samping itu David Jacobsen, dkk., menjelaskan tentang pengajaran
sebagai berikut: “The three basic steps in the three-phase approach to
teaching are these: The planning phased, the implementing phase, and the
evaluating phased”.39
Ketiga fase tersebut saling berhubungan pada pembelajaran yakni
pembuatan program-program dan rencana pembelajaran yang kemudian
diimplementasikan dan diakhiri dengan evaluasi.
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian
Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu40
yang belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar itu manusia
menjadi tahu, memahami dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.41
Menurut Abdul Hafizh Muhammad Salamah belajar diartikan sebagai
sesuatu yang untuk membantu membuka tabir yang belum jelas atau
diketahui.42
38
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 6. 39
David Jacobsen, dkk., Methods for Teaching A Skills Approach, Melbourne:
merrill Publishing Company, 1989, hlm.9. 40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 13. 41
Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 13. 42
Abdul Hafizh Muhammad Salamah, Tasmim al-Tadris, Riyadh, Al Wali, 1423
H., hlm.15.
Page 39
Di samping itu Syeikh az-Zarnuji seperti diterjemahkan oleh Abdul
Kadir al-Jufri, menambahkan sebagai berikut: “Belajarlah! Sebab ilmu
adalah penghias dari pemiliknya, jadikan hari-harimu untuk menambah
ilmu.”43
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial dengan pengajaran adalah pada
tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara
pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan
fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Pembelajaran
berpusat pada peserta didik.44
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan program
pendidikan di sekolah. Di Sekolah Dasar, kegiatan belajar mengajar
ditekankan pada pembinaan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung
(calistung). Asumsi yang mendasari adalah bahwa kemampuan membaca,
menulis dan berhitung merupakan tiga kemampuan dasar yang pertama kali
harus diperkenalkan dan ditanamkan kepada siswa sekolah dasar. Ketiga
kemampuan ini sangat diperlukan untuk dapat mengikuti pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi maupun untuk mengikuti perkembangan zaman.45
43
Syeikh Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’allim, terjemahan Abdul Kadir al-Jufri,
Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009, hlm. 7. 44
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasinya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 13.
45
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi
aksara, 2009, hlm. 21.
Page 40
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
proses untuk memperoleh ilmu bagi individu. Dalam hal ini guru berperan
penting dalam mengorganisir dan memfasilitasi guna mencapai ketrampilan
dari ilmu tersebut.
2. Ciri-ciri Belajar
a. Ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku .Ini berarti bahwa hasil
belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak trampil menjadi
trampil.
b. Perubahan perilaku relative permanent. Perubahan tingkah laku yang
terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.46
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran
46
Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 15.
Page 41
Prinsip belajar menurut Soekamto dan Winaputra dalam buku Teori
Belajar dan Pembelajaran karya Baharudin dan Esa Nur Wahyuni adalah:
a. Apapun yang dipelajari siswa dialah yang harus belajar, oleh sebab itu
siswalah yang harus aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuan.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa
akan membuat proses belajar lebih berarti.
e. Memotivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.47
Salah satu langkah mencapai masyarakat pembelajar yaitu
melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang belajar lebih baik
dengan suatu cara, sebagian yang lain dengan cara yang lain pula, setiap
orang memiliki gaya belajar dan gaya bekerja yang unik ada yang lebih
mudah belajar secara visual, ada yang lebih mudah belajar secara
auditorial.48
Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan
terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan oleh guru
yang bertujuan mengubah siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang
47
Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 12. 48
Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian I, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 99.
Page 42
terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan menjadi siswa yang
memiliki pengetahuan.49
Sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal ini berarti pembelajaran sebagai usaha untuk
memberdayakan manusia. Dalam proses pembelajaran, pengenalan
terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri.50
Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu
membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami
kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya
memberi motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin
untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka
miliki.51
4. Tujuan Pembelajaran
a. Untuk mendapatkan pengetahuan. Ditandai dengan kemampuan berfikir,
pemilikan pengetahuan dan tidak dapat mengembangkan kemampuan
berpikir tanpa bahan pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan ketrampilan. Penanaman konsep juga
memerlukan suatu ketrampilan jasmani maupun rohani, ketrampilan
jasmani adalah ketrampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga
49
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 34. 50
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 9-
11. 51
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 13.
Page 43
menitik beratkan pada ketrampilan anggota tubuh, sedangkan
ketrampilan rohani bersifat abstrak yang menyangkut persoalan
penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.
c. Pembentukan sikap. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik
tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi
nilai-nilai itu siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauan untuk
mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.52
5. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar
Menurut Sunhaji, dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran
menyebutkan bahwa faktor-faktor Psikologi dalam belajar meliputi:53
a. Motivasi. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau dalam dirinya ada
keinginan untuk belajar, dalam hal motivasi ada dua hal yakni
mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut patut
dipelajari.
b. Konsentrasi. Memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi
belajar, unsur dalam motivasi akan sangat membantu tumbuhnya proses
pemusatan perhatian.
52
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
hlm. 3. 53 Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
hlm. 16.
Page 44
c. Reaksi. Kegiatan belajar memerlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental, sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-otot harus dapat bekerja
secara harmonis. Belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan
ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan, dan
kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana
disampaikan oleh pengajarnya.
d. Organisasi. Belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan,
menata, atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam
suatu kesatuan pengertian yang dapat membuat seseorang menjadi
mengerti lebih jelas.
e. Pemahaman. Memahami adalah suatu akhir dari setiap belajar karena
tanpa pemahaman pengetahuan dan sikap akan sia-sia.
f. Ulangan. Untuk mengatasi lupa diperlukan kegiatan ulangan, dengan
mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari,
kemampuan siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan motivasi dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang dapat membantu konsentrasi
yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar bisa
tercapai.
Page 45
6. Tolok Ukur Keberhasilan Proses Belajar Mengajar
Sunhaji mengemukakan tentang tolok ukur keberhasilan proses belajar
mengajar yang meliputi :
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai
siswa, baik secara individual maupun kelompok.54
7. Teori Pembelajaran
Beberapa teori belajar seperti dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono antara
lain:55
a. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Ia
menyatakan sebagai “ Some types of behavior are produced or elicited by
stimuli”.56 Pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik.
Sebaliknya bila ia tidak belajar responya menurun. Dalam menerapkan
teori Skinner guru perlu memperhatikan pemilihan stimulus dan
penggunaan penguatan.
b. Menurut Gagne bahwa belajar merupakan kegiatan komplek. Hasil
belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki
ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Menutut Gagne belajar terdiri
54
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
hlm. 21-22. 55 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
,hlm. 9-16. 56
George M. Gazda & Raymond J. Corsini, Theories of Learning, Itasca: F.E.
Peacock Publishers, Inc., 1980, hlm. 135.
Page 46
dari tiga komponen, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil
belajar.
c. Menurut Pandangan Piaget bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu.
Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.
Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
d. Menurut Rogers pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu
dilakukan guru.
Pandangan-pandangan di atas bisa disimpulkan hasil belajar
didapat karena adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik kepada
siswanya, hasil belajar tersebut berupa ketrampilan, pengetahuan, dan
sikap nilai. Dalam hal ini pendidik perlu memperhatikan langkah-langkah
pembelajaran dalam menentukan stimulus guna keberhasilan
pembelajaran.
C. Organisasi Kurikulum
Salah satu hal yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran adalah
organisasi kurikulum, kurikulum merupakan salah satu alat untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya organisasi
kurikulum.
Menurut Prof. Dr. Nasution dalam buku yang berjudul “Tata Laksana
Kurikulum” karya B. Suryobroto Organisasi kurikulum adalah pola atau
Page 47
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-
murid. Hal tersebut sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang
hendak dicapai.57
Pola-pola organisasi kurikulum yang dikemukakan oleh B.
Suryosubroto meliputi58:
1. Separated subject currikulum. Kurikulum ini menyajikan segala bahan
pelajaran dalam berbagai macam pelajaran yang terpisah satu sama lain,
contoh mata pelajaran Ilmu-ilmu tumbuhan, Ilmu hewan, Ilmu tubuh
manusia, Ilmu kesehatan, dan Ilmu Alam.
2. Correlated Curriculum. Kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran
satu sama lain ada hubungan walaupun batas-batas yang satu dengan
yang lain masih dipertahankan. Senada dengan pendapat H. Dakir yaitu
menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasanya
mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang
sama. Karena suatu topik dibahas dari berbagai macam pelajaran maka
pelaksanaanya dilakukan secara team teaching.59
3. Integrated curriculum. Meniadakan batas antar berbagai mata pelajaran
dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
57
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm.
1. 58 B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm.
1-5. 59
H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka
Cipta, 2004, hlm. 41.
Page 48
Kurikulum yang pelaksanaanya disusun secara menyeluruh untuk
membahas suatu pokok masalah tertentu.
D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian
Mengenai pengertian metode seperti halnya dengan pengertian-
pengertian lain, terdapat beberapa pendapat diantara para ahli.
Menurut Tayat Yusuf dan Saiful Anwar yang dikutip oleh Armai
Arief secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani “metodos” yaitu
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.60
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.61
Menurut M. Basyirudin Usman, metode pembelajaran adalah alat
yang merupakan perangkat atau bagian dari suatu strategi pengajaran.62
Endang Fauziati menambahkan pengertian tentang metode sebagai
berikut: “Method an overall plan for the orderly presentation of language
material, no part of which contradicts, and all of which is based upon the
selected approach”.63
60
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 40. 61
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 580. 62
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002, hlm. 22.
63
Endang Fauziati, Introduction to Methods and Approaches in Second or
Foreign Language Teaching, Surakarta: Era Pustaka Utama, 2009, hlm. 15.
Page 49
Jika mencermati definisi metode di atas dihubungkan dengan
pembelajaran, maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ini
berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang ditetapkan,
dengan demikian bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa
metode. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan,
sedang metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach) . Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya strategi
dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu. Roy Killen mencatat ada dua pedekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches).64
2. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-
manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 127.
Page 50
Allah Swt., baik kepada Tuhanya, sesama manusia, dan sesama makhluk
lainya.65
Metode belajar ditinjau dari aspek kemampuan seseorang ada dua
cara: Pertama yaitu belajar langsung berhadapan dengan guru dengan cara
menerima materi atau penjelasan terlebih dahulu. Kedua belajar dengan cara
bertanya tentang masalah-masalah kepada orang yang lebih mengerti tanpa
memperoleh materi dulu.66
3. Macam-macam Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
a. Metode pembiasaan, adalah sebuah cara untuk membiasakan anak
berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama
Islam. Metode ini dinilai efektif jika diterapkan pada peserta didik yang
berusia kecil karena memiliki daya ingat yang kuat dan mempunyai
kepribadian yang belum matang, sehingga mudah terlarut dengan
pembiasaan.
b. Metode keteladanan, adalah hal-hal yang dapat dicontoh oleh seseorang
dari orang lain, keteladanan yang baik yang dapat dijadikan sabagai alat
pendidikan Islam.
c. Metode pemberian ganjaran, adalah pemberian hadiah kepada peserta
didik sebagai pendorong belajar.
d. Metode pemberian hukuman, hukuman merupakan jalan terakhir yang
dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik dengan tujuan
65
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 40. 66
Muhammad Husain, Muntolaqotu Tolibil ‘ilmi, Kairo: Maktabah Islamiyah,
2003, hlm. 76-77
Page 51
untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia
lakukan.67
4. Metode Membaca al-Qur‟an
a. Metode Baghdadiyah
Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan
metode alif, ba’, ta’.68 Metode ini menurut pandangan penulis adalah
metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang
di Indonesia.
1) Cara mengajarkan Metode Baghdadiyah:
a) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib
kaidah Baghdadiyah, yaitu dimulai dari huruf alif, ba’, ta’, dan
sampai ya’.
b) Kemudian diajarkan tanda-tanda baca (harakat) sekaligus bunyi
bacaanya. Dalam hal ini anak dituntun bacanya secara pelan-pelan
dan diurai/ dieja, seperti alif fathah a, alif kasrah i, alif dhammah u,
dan seterusnya.
67
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 110-131. 68
Animous, Juz’amma, Surakarta: Alwah, 1414.
Page 52
c) Setelah anak-anak mempelajari huruf hijaiyah dengan cara-caranya
itu, barulah diajarkan kepada mereka al-Qur‟an juz’amma ( Juz
yang ke-30 dari urutan juz dalam al-Qur‟an ) itu.69
2) Kelebihan
Siswa akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi sudah hafal huruf-huruf hijaiyah, siswa yang lancar akan cepat
melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang
lain, siswa diperkenalkan nama huruf hijaiyah sejak awal pelajaran.70
3) Kekurangan
Adapun kekuranganya metode ini menurut penulis,
membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja sehingga siswa merasa jenuh dan
banyak yang tidak menyelesaikan sampai bisa membaca al-Qur‟an.
b. Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati adalah pengajaran membaca al-Qur‟an dengan
langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu
tajwid , mengajar jilid 1 dan 2 sebaiknya secara perorangan sedangkan
mengajar jilid 3 sampai 6 sebaiknya secara klasikal, namun setiap
siswa diberi kesempatan membaca.71
69
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip metodologi buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur‟an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 5-6. 70
Animous, Juz’amma, Surakarta, Alwah, 1414. 71
Dachlan Salim Zarkasi, Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an,
Semarang, Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, Jilid 1.
Page 53
Pada jilid pertama huruf dibaca langsung tanpa mengeja dengan
cepat dan tidak memanjangkan suara, pada jilid dua diperkenalkan
nama harakat, angka arab, dan bacaan mad thabi’i. Jilid tiga adalah
pendalaman jilid satu dan dua, jilid empat dikenalkan nun sukun,
tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan mim bertasydid, wawu yang
tidak dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqof, mafatih al suwar dan
pendalaman jilid sebelumnya. Pada jilid enam diajarkan cara membaca
izhar halqi dan membaca al-Qur‟an juz satu.72
c. Metode An-Nahdhiyah
Metode an-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca al-
Qur‟an yang muncul di daerah Tulung agung, Jawa Timur. Materi
pembelajaran al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan
Iqra’ . Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih
ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan
atau lebih tepatnya pembelajaran al-Qur‟an pada metode ini lebih
menekankan pada kode ”ketukan” dalam pelaksanaan.
Inti pelajaran metode an-Nahdhiyah: Pada jilid pertama siswa
diperkenalkan huruf yang belum dirangkai sekaligus pengenalan tanda
baca fathah, kasrah, dan dhammah. Pada jilid kedua diajarkan
rangkaian huruf, bacaan mad thabi’i, tanda bacaan, harakat tanwin,
pengenalan angka arab. Jilid yang ketiga diajarkan , ta’ marbuthah,
huruf dengan tanda sukun, alif Fariqah, ikhfak, hamzah washal. Jilid
72 Dachlan Salim Zarkasi, Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an,
Semarang, Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, hlm. 1-6.
Page 54
keempat diajarkan bacaan izhar qomariyah, bacaan izhar syafawi,
bacaan izhar halqiyah, dan bacaan mad wajib muttasil. Jilid kelima
diajarkan bacaan lien, tanda tasydid, bacaan ghunnah, idhgam
bighunnah, idhgam bila ghunnah, dan iqlab, cara membaca lafadz
jalalah, dan bacaan ikhfa’ syafawi. Di akhir jilid 1-5 diberikan materi
do‟a harian. Jilid keenam diajarkan idhgam syamsiyah, qolqolah, mad
lazim kilmi musaqqol/ mukhaffaf, mad aridly, mad iwadh, mad lazim
harfi, tanda-tanda waqof, dan surat-surat pilhan.73
d. Metode Tarsana ( Tartil, Sari’, dan Nagham)
Belajar membaca al-Qur‟an dengan metode Tartil, Sari’, dan
Nagham (Tarsana). Tartil artinya membaca al-Qur‟an sesuai dengan
ilmu tajwid. Sari’ ( سر يع) yang dimaksud adalah cepat, dalam
mempelajari al-Qur‟an metode ini hanya membutuhkan waktu singkat (7
jam ) sudah bisa membaca al-Qur‟an. Naghom (نغم) adalah lagu dalam
al-Qur‟an. Jadi Tarsana adalah belajar membaca al-Qur‟an sesuai dengan
ilmu tajwid dalam waktu singkat dan sekaligus dapat lagu al-Qur‟an.
Cara pengajarannya yaitu:
1) Tahap pertama siswa membaca huruf tanpa mengeja. Pada halaman
ini juga dikenalkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah disambung
dengan tanda fathah.
2) Tahap kedua siswa diperkenalkan tanda kasrah dan dhammah.
73
LP. Ma‟arif NU , Cepat Tanggap Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah, Tulung
Agung: LP. Ma‟arif NU, 1992, Jilid VI.
Page 55
3) Tahap ketiga diperkenalkan bacaan mad thabi’i dan mad layin
(diftong).
4) Tahap keempat diperkenalkan tanda sukun, tasydid, dan qolqolah.
5) Tahap kelima diperkenalkan istilah-istilah bacaan tajwid.
6) Tahap keenam mempraktekkan bacaan-bacaan tajwid yang telah
diajarkan pada tahap sebelumnya.
7) Tahap terakhir yaitu membaca surat-surat pendek.
8) Diajarkan dengan lagu pada setiap tahap.74
e. Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan
iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi
tahap sampai pada tingkatan yang sempurna75.
Cara belajar membaca al-Qur‟an dengan motode Iqra’ ini pernah
dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk
mengembangkan minat baca terhadap kitab suci al-Qur‟an. Meski
demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga
kelemahanya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya konvergensi
74
Syamsuddin Mustaqim, Bimbingan Belajar Membaca al-Qur’an dengan
Metode Tarsana, (Tartil, Sari’, dan Nagham) , Sragen: Kaset, 2009. 75
As‟ad Humam, Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid 1-
6, Yogyakarta: AMM, 2000.
Page 56
dengan memodivikasi beberapa metode guna mendapatkan metode
pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan efektif.76
1) Sistematika Buku Iqra‟
Pelajaran pada jilid 1 seluruhnya berisi pengenalan bunyi huruf-
huruf tunggal berharokat fathah. Diawali dengan huruf a, ba, ta, tsa,
dan seterusnya sampai bunyi ya. Target yang dicapai anak bisa
membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai dengan makhrajnya
huruf-huruf tunggal berharakat fathah. Dalam hal ini anak belum
ditargetkan untuk mengenal nama-nama huruf itu sendiri, seperti alif,
ba’, ta’ dan seterusnya.77
Pada jilid 2 diperkenalkan dengan bunyi huruf-huruf
bersambung berharakat fathah, baik huruf sambung di awal, di
tengah, maupun di akhir kata. Mulai diperkenalkan bacaan “mad”
namun masih berharakat. Mulai halaman ini anak boleh
diperkenalkan nama huruf demikian pula nama harakat. Target jilid 2
meningkatkan kefasihan membaca bunyi huruf, anak bisa membaca
huruf-huruf sambung, anak bisa membedakan bacaan pendek dan
panjang dari fathah yang diikuti alif dan fathah berdiri.78
Pada awal jilid 3 ini anak diperkenalkan bacaan kasrah. Karena
anak telah mampu membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung,
76
Moh.Roqib , Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, keluarga, dan masyarakat), Yogyakarta: LkiS, 2009, hlm. 103. 77 H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 9. 78
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 10-11.
Page 57
maka pengenalan bacaan kasrah ini langsung huruf tunggal dan huruf
sambung sekaligus. Bacaan dhammah dikenalkan pada jilid 3 setelah
anak betul-betul mengenal bacaan kasrah dan fathah. Pada halaman
19 langsung diperkenalkan dhammah panjang karena diikuti oleh
wawu sukun. Dan disinilah anak dikenalkan huruf wawu dan tanda
dhammah, baik dhammah biasa maupun dhammah terbalik sebagai
tanda bacaan panjang. Target jilid 3 anak mengenal bacaan kasrah,
kasrah panjang karena diikuti ya’ sukun dan kasrah pajang karena
berdiri, anak mengenal bacaan dhammah , dhammah panjang karena
diikuti wawu sukun dan dhammah panjang karena terbalik. Anak
sudah mengenal nama tanda baca fathah, kasrah, dhammah dan
sukun. Anak sudah mengenal nama-nama huruf alif , ya’ dan wawu.79
Pelajaran pada jilid 4 diawali dengan bacaan fathah tanwin,
kasrah tanwin, dhammah tanwin, bunyi ya’ sukun dan wawu sukun
yang jatuh setelah harakat fathah, mim sukun, nun sukun, qolqolah
dan huruf hijaiyah lainya yang berharakat sukun, pada jilid ini anak
sudah diperkenalkan dengan nama semua huruf hijaiyah dan nama-
nama tanda bacanya. Didahulukanya bacaan qolqolah dari huruf-huruf
sukun lainya dimaksudkan agar sejak dini anak telah mampu
menghayati bacaan qolqolah sehingga terbiasa dengan bacaan yang
mestinya berqolqolah tetap dibaca qolqolah. Dalam pelajaran bacaan
tanwin, nun sukun dan mim sukun target yang ada pada jilid 4 ini baru
79
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 11-12.
Page 58
memperkenalkan bacaan-bacaan izhar, sedang bacaan yang lain belum
diperkenalkan.80
Dalam jilid 5 diajarkan bacaan alif lam qamariah, tanda waqaf,
mad far’i, alif lam syamsyiah, idgham bigunnah, lam jalalah, dan
idgam bilagunnah, tetapi belum diperkenalkan istilah-istilah yang
digunakan dalam ilmu tajwid. Isi jilid 6 sudah memuat semua
persoalan-persoalan tajwid, walaupun belum diperkenalkan teori-teori
tajwidnya. 81
2) Metode Pembelajaran Iqra‟
a) CBSA, siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok
bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun. Belajar aktif
tidak hanya diperlukan untuk menambah gairah, namun juga untuk
menghargai perbedaan individual dan keragaman kecerdasan.82
b) Privat menyimakan seorang demi seorang secara bergantian.
Pendapat Lapp, Bender, Ellenwood & John di antara model
aktivitas belajar adalah The Personilised Model, di mana proses
pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat,
pengalaman dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan
potensi-potensi individualitasnya.83
80 H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 12. 81
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 13. 82
Melvin L. Silberman & Allin Bacon, Active Learning:101 Strategiies to Teach
Any Subject, terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2004,hlm. 4. 83
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm.
147.
Page 59
c) Asistensi. Siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat membantu
menyimak santri lain. Strategi ini baik digunakan untuk
menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan materi
kepada temanya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan
bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan
kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta
didik dalam mengajarkan kepada teman sekelas.84
Mengajar adalah belajar. Jika guru berpandangan demikian,
maka ia akan selalu berkembang dan makin menguasai disiplin
atau bidang studi yang diampu.85
Salah satu langkah awal untuk belajar dengan lebih cepat,
lebih baik, dan lebih mudah yaitu dengan mengajari orang lain.
Sesuai pendapat Marian Diamond bahwasanya setiap orang dapat
menjadi guru. Berapapun usia anda, hanya ada sedikit cara yang
lebih baik untuk mengkristalisasi apa yang telah anda pelajari
daripada mengajarkanya kepada orang lain.86
Mengajari teman sebaya, bagi siswa yang bertindak sebagai
tutor dapat mengambil keuntungan mencapai kemajuan dalam
membaca.87
84
Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008, hlm. 62. 85
M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat
dan Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009, hlm. 153. 86
Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian I, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 177. 87
Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian II, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 387.
Page 60
Setiap siswa bisa menjadi guru, ini merupakan strategi mudah
untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggungjawaban individu dan memberi kesempatan bagi setiap
siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lain.88
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan
rasa”aku tahu bahwa aku tahu”, pengulangan lebih baik dalam
kontek yang berbeda dengan asalnya. Kesempatan bagi siswa untuk
mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain.89
d) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang pokok betul
membacanya.
e) Komunikatif, beri sanjungan kepada siswa apabila bacaan betul.
f) Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya
mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar
cepat selesai.90
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov,
yang berekperimen dengan apa yang disebutnya sebagai
„Sugestology” atau “Sugestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif.
88
Melvin L. Silberman & Allyn Bacon, Active Learning: 101 Strategiies to
Teach Any Subject, terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2004, hlm.
196. 89
Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah inger-Nourie, Quantum Teaching
mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, terjemahan Ary Nilandari, Bandung:
Kaifa, 2008, hlm. 92. 90
H.M. Budiyanto, dkk., Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan
al-Qur’an, Yogyakarta: AMM, 2003, hlm. 38-43.
Page 61
Beberapa teknik yang digunakan untuk memberi sugesti adalah
mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di
dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan
poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam
seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat sama dengan sugestologi
adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “ memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
yang normal, dan dibarengi kegembiraan”.91 Metode belajar cepat
mengakui bahwa masing-masing dari kita memiliki cara belajar
pribadi yang cocok dengan karakter dirinya. Ketika belajar
menggunakan teknik yang cocok menjadi lebih mudah dan lebih
cepat.92
Cara membaca buku Iqra’ menurut pengamatan penulis
diperbolehkan memakai alat bantu untuk menunjuk huruf agar
lebih cepat membacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bobbi De
Porter bersama Mike Hernacki bahwa kiat-kiat untuk membaca di
antaranya menggunakan jari anda atau benda lain sebagai petunjuk.
91
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning (Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan), terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 1999, hlm. 14. 92
Colin Rose & Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning For The 21ST
Century
Cara Belajar Cepat Abad XXI, terjemahan Dedy Ahimsa, Bandung: Nuansa, 2002, hlm. 36.
Page 62
Karena mata anda secara alamiah mengikuti benda yang bergerak,
maka akan membantu anda bila ada penunjuk yang dapat diikuti
saat mata bergerak ke bagian bawah halaman. Doronglah mata
anda dengan cepat menyusuri bahan bacaan itu dengan
menggerakkan jari anda lebih cepat dari pada kecepatan membaca
anda selama ini. Bertahanlah untuk tidak berhenti ataupun
mengulang.93
Kiat membaca cepat yaitu gerakkan telunjuk anda ke
bawah di tengah-tengah halaman. Dengan mata, lihatlah tepat di
atas ujung jari. Gerakkan jari dengan cepat sehingga anda tidak
punya waktu untuk berhenti pada setiap huruf dan
mengucapkanya.94
Program Finger-phonics, Program ini
menggunakan pendekatan yang sangat sederhana tentang
pengajaran ponetik dengan menghubungkan setiap suara dalam
bahasa inggris dengan tindakan dan gerakan jari tertentu.95
3) Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan metode Iqra’:
a) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan
dan latihan guru agar buku iqra‟ ini dapat dipahami dengan baik
93
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning (Membiasakan Belajar
Nyaman Dan Menyenangkan), Bandung: Kaifa, 1999, hlm. 256. 94
Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian I, , terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm.160. 95
Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian II, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 385.
Page 63
oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik dan
benar.
b) Cara Belajar siswa aktif (CBSA). siswa diberikan contoh huruf
yang telah diberi harakat sebagai pengenalan di lembar awal dan
setiap memulai belajar siswa dituntut untuk mengenal huruf
hijaiyah tersebut. Pada permulaan, siswa langsung membaca huruf-
huruf tersebut secara terpisah-pisah untuk kemudian dilanjutkan ke
kata dan kalimat secara gradual. Jika terjadi kesalahan baca, guru
memberikan kode agar kesalahan tersebut dibenarkan sendiri
dengan cara mengulang bacaan.
c) Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru untuk
mendapatkan bimbingan langsung secara individual. Jika
pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan
menggunakan buku Iqra‟ klasikal.
d) Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi
tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya.
Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru
dengan melalui ujian.
e) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif, seperti
dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca
benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang
menyenangkan jika terjadi kesalahan.
Page 64
f) Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan cerita dan
nyanyian religius sehingga siswa tidak merasa jenuh.
g) Menggunakan bahasa secara langsung sehingga lebih mudah
diingat. Selain itu siswa tidak diperkenalkan huruf hijaiyah terlebih
dahulu dengan asumsi menyita banyak waktu, dan menyulitkan
siswa. Oleh karena itu metode Iqra‟ bersifat praktis sehingga
mudah dilakukan.
h) Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang
mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah
diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
i) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur.
Lembaganya dikenal dengan nama Taman Kanak-kanak al-Qur‟an
(TKQ) dan Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ). Yang pertama
didesain untuk anak-anak sedangkan kedua didesain untuk yang
sudah dewasa atau orang tua.96
Menurut penulis selain memiliki kelebihan, metode Iqra‟ juga
memiliki kekurangan yaitu :
a) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak diperkenalkan
dari awal pembelajaran.
b) Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
96
Moh.Roqib , Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat), Yogyakarta: LkiS, 2009, hlm. 104-105.
Page 65
BAB III
GAMBARAN UMUM SD ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SD
MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
A. Gambaran Umum SD Islam Al-Azhar 22
1. Sejarah
Gedung SD Islam Al-Azhar 22 dulunya adalah gedung Yayasan Pesantren
Luhur Nahdlatul Ulama Salatiga yang berdiri sekitar tahun 1968 yang
diprakarsai oleh para tokoh agama dan pendidikan di Kota Salatiga.
Yayasan tersebut bertujuan menyebarluaskan ajaran Islam untuk
menghasilkan ahli-ahli terdidik dan berakhlakul karimah yang dibutuhkan
dalam pembangunan negara Indonesia. Pada tahun 1998 terjadi perubahan
nama menjadi Yayasan Pesantren Luhur Salatiga dengan tujuan bidang
sosial dan keagamaan. Salah satu tujuan sosial adalah menyelenggarakan
lembaga pendidikan formal. Salah satu sekolah yang didirikan adalah SD
Islam Al-Azhar 22 atas kerjasama dengan Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar yang berpusat di Jakarta Selatan. Peletakan batu pertama oleh Bapak
Fuad Bawazier yang pada saat itu selaku menteri keuangan dan menjabat
sebagai badan pembina Yayasan Pesantren Luhur Salatiga. 97
97
H. Zarkasyi Rosyid, Wawancara Pribadi , Salatiga: Senin, 22 Juli 2013, dengan Ketua
Yayasan Pesantren Luhur Salatiga.
Page 66
2. Letak Geografis
Secara geografis SD Islam Al-Azhar 22 terletak di jalan Diponegoro No.
64 Salatiga, masuk wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi
Jawa Tengah. Dari pusat kota 1,5 Km. Karena tempatnya di pinggir jalan
raya tepatnya, di pertigaan kauman sehingga mudah dijangkau oleh
transportasi baik umum maupun pribadi.
3. Identitas sekolah
SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga adalah sekolah Islam yang
diselenggarakan oleh yayasan yang didirikan oleh beberapa orang Islam
untuk kepentingan pendidikan ummat Islam, sekolah ini bukan pesantren
dan bukan madrasah. Karena itu termasuk ke dalam kategori sekolah umum
swasta Islam, dan berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,
termasuk ke dalam kategori atau golongan sekolah jenis pendidikan umum,
bukan jenis pendidikan keagamaan Islam.
Secara rinci profil SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Nama Sekolah : SD Islam Al–Azhar 22 Salatiga
b. NIS/NPSN : 100290/20328503
c. NSS : 102036204036
d. Status Sekolah : Swasta
e. Akreditasi : A
f. Alamat Sekolah : Jl. Diponegoro N0.64 Salatiga
Page 67
Telp. (0298) 313412 Fax. 0298
313412
g. Kelurahan : Salatiga
h. Kecamatan : Sidorejo
i. Kota : Salatiga
j. Propinsi : Jawa Tengah
k. Kode Pos : 50711
l. Tahun Berdiri : 1998
m. Kelompok Sekolah : Imbas
n. Luas Bangunan : 702 x 3 ( 3 lantai)
4. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Mewujudkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia dan
unggul.
b. Misi
Mewujudkan pembelajaran yang bertumpu pada IMTAQ dan IPTEK
1. Menanamkan sikap dan perilaku Islami
2. Menanamkan dan melatih kemampuan dasar baca, tulis, dan hitung
3. Menciptakan kegiatan yang dapat memberi kesempatan murid
berekspresi
4. Membekali peserta didik untuk meguasai tehnologi
Page 68
5. Membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
6. Menciptakan guru yang profesional di bidangnya
7. Menjadi sekolah unggulan di lingkungan sekitarnya
8. Membekali guru dan murid agar mampu berbahasa Inggris aktif.
c. Tujuan
Terbentuknya manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak
mulia yang memahami dasar-dasar aqidah, syariah, dan akhlak Islam
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui pula
sumber utama ajaran Islam.
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik, meliputi seluruh potensi anak didik. Pendidik
juga merupakan pemberi pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan yang dapat
memenuhi tugasnya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk
sosial.
Dalam hal penerimaan tenaga pendidik dan kependidikan, SD
Islam Al-Azhar 22 dilakukan secara selektif sesuai dengan bidang
keahlianya.
Page 69
Gambaran tentang tenaga pendidik dan kependidikan di SD Islam
Al-Azhar 22 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Prosentase
1
2
3
4
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana ( S 1 )
1
5
4
27
2.72
13.5
10.8
72.98
Jumlah 37 100
Tabel di atas menunjukkan tenaga pendidik di SD Islam Al-Azhar 22
72.98% berijazah S1, 13.5% berijazah SLTA, 10.8% berijazah Diploma,
dan 2.72 berijazah SLTP.
Pegawai-pegawai di atas merupakan pegawai tetap yayasan, selain
pegawai tetap ada juga pegawai tidak tetap yang tuntutan kerjanya berbeda
dengan guru tetap, seperti guru Iqra‟.98
Adapun gambaran tentang guru Iqra‟ dapat dilihat pada tabel berikut:
98
Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 29 Juli 2013, selaku Kepala SD Islam Al-
Azhar 22
Page 70
Tabel 3.2
Keadaan Guru Iqra‟ Menurut Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Prosentase
1
2
3
SLTP dan Pesantren
SLTA dan Pesantren
Sarjana (S 1) dan
Pesantren
3
1
1
60
20
20
Jumlah 5 100
Ini berarti para guru Iqra‟di SD Islam Al-Azhar 22 telah memiliki
persyaratan dan kualifikasi akademik menjadi tenaga kependidikan sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran al-Qur‟an dengan kompetensinya masing-
masing. Menurut ketua Yayasan Pesantren Luhur Salatiga, salah satu
syarat menjadi guru Iqra‟ di SD Islam Al Azhar 22 minimal lulusan
pesantren dan memiliki pengalaman mengajar al-Qur‟an.99
Tabel 3.3
Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas
No Tugas Jumlah Prosentase
1
2
3
Pimpinan
Guru
TU
1
26
3
2.72
70.27
8.1
99
H. Zarkasyi Rosyid, Wawancara Pribadi , Salatiga: Senin, 22 Juli 2013, selaku Ketua
Yayasan Pesantren Luhur Salatiga
Page 71
4
5
Satpam
Tenaga Kebersihan
3
4
8.1
10.81
Jumlah 37 100
Tabel 3 menunjukkan 70.27% guru secara fungsional bertugas
mendidik siswa. 27% adalah staf yang membantu dan sebagai tenaga
pendamping bagi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif.
6. Keadaan Siswa
Siswa yang diterima di SD Islam Al-Azhar 22 berasal dari Taman
Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Sampai saat ini SD Islam Al-Azhar 22
telah meluluskan 10 angkatan.
Jumlah siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 494 siswa (253
putera dan 242 puteri). Adapun gambaran tentang data siswa SD Islam Al-
Azhar 22 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Daftar Jumlah Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun Pelajaran 2013/ 2014
Kelas L P Jumlah
IA 17 20 37
IB 18 19 37
IC 19 18 37
2A 23 18 41
2B 21 19 40
3A 18 19 37
Page 72
3B 18 20 38
4A 22 15 37
4B 22 14 36
5A 20 20 40
5B 20 20 40
6A 18 19 37
6B 17 20 37
Jumlah 253 241 494
7. Fasilitas Pendukung
Untuk menunjang fungsi SD Islam Al-Azhar 22 didukung dengan sarana
dan prasana yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Sarana dan prasarana SD Islam Al-Azhar 22
N0 Ruang Jumlah Luas Keterangan
1. R. Teori/Kelas 13 112 X 12
2. Perpustakaan 1 77
3. R.Media ( Audio
Visual)
1 77
4. R.Ibadah/Musholla 2 150
5. Komputer 1 set
(CPU+Monitor)
32 1 Kasek
2 TU
2 Perpust/AVA
4 Guru
1 Lab Bahasa
22 Lab Komp
6. TV 17
1 AVA/perpus
1 Lab Bahasa
1 Lab IPA
Page 73
1 Satpam
1 Guru
12 Kelas
7. DCD Player 16 1 TU
1 AVA
1 Lab IPA
1 Lab Bahasa
12 Kelas
8. Tape Besar 1
9. Tape Kecil/Radio
Tape
3 1 TU
1 K3
1 Lab IPA
10. OHP 1 set
11. Laptop 2 1 Baik
1 Rusak
12. Printers 12 1 Kasek
3 TU
4 Guru
1 AVA
1 Lab Komp.
1 Gudang
13. Loss Speaker 4
14. Mega Phone 1
15. Speaker Aktif 1 Ps Lab Musik
17. Pesawat Telp. 5 1 TU
1 AVA
1 YPL
18. Proyektor 4
Page 74
8. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Al-Azhar 22 Salatiga
Gambar 3.1 Struktur
Keterangan: = Garis Komando
= Garis Koordinasi
Yayasan Pesantren
Islam Al-Azhar
Komite
Sekolah/Jam‟iyyah
Disdikpora Kota
Salatiga
Kabid Sarpras
Hari Pramono,
S.Pd.
Tata Usaha
Kepala Sekolah
Ubaidah, S.Ag.
Murid
Guru
Yayasan Pesantren
Luhur Kota Salatiga
Karyawan
Kabid
Kurikulum
Lutfi R., S.Pd.
Kabid
kemuridan
Tri Nuryani,
S.Ag.
Kabid Tendik
Erma Wardani,
S.Pd.
Page 75
9. Prestasi Yang Pernah Diraih
SD Islam Al-Azhar 22 dalam berbagai kegiatan lomba meraih prestasi
yang bagus. Prestasi yang pernah diraih merupakan perwujudan kinerja
yang disumbang oleh guru, siswa, maupun tenaga kependidikan. Secara
riil dengan kejuaraan yang diraih oleh sekolah juga turut memberikan
semangat bagi siswa untuk belajar lebih baik dan sekaligus juga turut
memotivasi para guru untuk mendorong peserta didik belajar lebih baik
lagi. Catatan prestasi yang dicapai oleh siswa antara lain:
Tabel 3.6
Daftar Prestasi Siswa Bidang Agama Tahun SD Islam Al–Azhar 22 Salatiga 2008 – 2013
N0 Nama Siswa Jenis Lomba Tahun Prestasi
1 Yusuf Muhammad Al Farih Murotal 2008 I
2 Adityo Pandu Saputra
CCQ
2008 I
3 Hones Muslimah 2008
4 Fadhila Syahla Khairunnisa 2008
5 Thoriq Fahmi Sholat 2008 I
6 Oase Qomara Khot 2008 II
7 M.Thorif Fahmi Salat Putra 2008 I
8 Yusuf Muhammad Al Farih Tartil Qur‟an 2008 I
9 M.Yusuf Al Farih Tartil 2008 I
10 Muhammad Saiful Afif Salat Putra 2009 I
11 Kamila Nikmatul Ulya Salat Putri 2009 I
12 Yusuf Muhammad Al Farih Murotal Putra 2009 I
13 Minawati Albisanah Murotal Putri 2009 I
Page 76
14 M.Ibrahim Usman Pildacil 2009 I
15 M.Saiful Afif Salat Putra 2009 I
16 Kamila Nikmatul Ulya Salat Putri 2009 I
17 Biqi Murotal Putra 2009 I
18 Muhammad Ibrahim Usman Pildacil 2009 H III
19 Hones Muslimah Agama & Al
Qur‟an 2009 III
20 Minawati Albisanah MTQ “ Tartil “ 2009 II
21 Yusuf Muhammad Al Farih MTQ “ Tartil “ 2009 I
22 Muhammad Abiy Zain Pildacil 2011 I
23 Muhammad Abiy Zain MTQ 2011 I
24 Yusuf Muhammad Salat 2011 I
25 Muhammad Yusuf Salat 2011 II
26 Muhammad Abiy Zain Pildacil 2011 I
27 Fikri Cahya Kurniawan Agama & Al
Qur‟an 2011 II
28 Muhammad Abiy Zain Pildacil 2011 III
29 Muhammad Abiy Zain Khitobah ( Pa ) 2011 I
30 Salma Maisun Aqila Khitobah ( Pi ) 2012 I
31 Robby Amri Fauzi Khitobah (Pa) 2012 II
32 Almas Putri Muslimah Khot Putri 2012 III
33 Salma Maisun Aqila Khitobah ( Pi ) 2012 I
34 Robby Amri Fauzi Khitobah ( Pa ) III
35
Al - .Kahfi Luqman Azhar
Dyah Tri Larasati
Benazeer Zahra Fika Bilqis
CCQ 2013 H3
Page 77
B. Gambaran Umum SD Muhammadiyah Plus Salatiga
1. Sejarah
SD Muhammadiyah yang dulunya HIS Muhammadiyah merupakan
amal usaha monumental sebagai cikal bakal perkembangan Muhammadiyah
di Salatiga. Tempo dulu sekolah ini telah melahirkan banyak kader. Namun
setelah memasuki era Orde Baru, mulai tahun 80-an ketika pemerintah
mengembangkan SD Inpres sekolah tersebut mulai mundur dan secara
perlahan menuju kematian karena kehabisan atau kurang ada animo dari
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Sejak tahun
90-an Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Salatiga sudah memikirkan
solusinya tetapi selalau gagal.
Menyikapi kondisi semacam itu akhirnya pada tahun 2002 Pimpinan
Daerah Muhammadiyah bersama para mantan pimpinan mengadakan rapat
untuk mengambil keputusan di antara dua pilihan yaitu ditutup atau
dikembangkan secara revolusioner dengan mengubahnya menjadi SD
Unggulan, dengan segala konsekuensi pendanaannya. Kebijakan jatuh pada
pilihan kedua, yang selanjutnya dibentuk Tim Pengembang Pendidikan
Muhammadiyah (TTPM) Desember 2002, terdiri dari para tokoh
Muhammadiyah dan pakar pendidikan, yang diketuai oleh Prof. Dr. H.
Achmadi. Dari kerja tim kemudian diputuskan SD Muhammadiyah tersebut
menjadi SD Muhammadiyah Plus.
Page 78
Selanjutnya melihat perkembangan SD Muhammadiyah Plus selama 3
tahun terakhir cukup besarnya animo dari orang tua murid untuk dapat
diterima di SD Muhammadiyah Plus ini, dimana pada tahun pelajaran 2006
pendaftaran hanya dibuka selama lebih kurang 2 jam saja ( sudah menolak
pendaftaran ), maka Tim Pengembang merasa perlu untuk mengembangkan
lokasi baru yang cukup memadai.
Alhamdulillah saat ini harapan tersebut sudah terkabul dengan membeli
tanah di daerah Togaten, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga
seluas 1800 meter persegi dan insya Allah dalam waktu dekat akan
diperluas dengan tanah yang ada disekitar lokasi seluas 180 meter persegi.100
2. Letak Geografis
Secara geografis SD Muhammadiyah Plus terletak di Jalan. Suropati
No. 14 Telp. (0298) 322441 Togaten Salatiga, masuk wilayah kecamatan
Sidomuktio Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. tempatnya sangat strategis
yaitu dekat dengan perempatan pasar sapi, tidak terlalu dekat dengan jalan
raya mudah dijangkau, sehingga proses pembelajaran bisa kondusif.
3. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SD Muhammadiyah Plus
a. Alamat Sekolah : Jl. Suropati No. 14 Togaten Salatiga Telp. (0298)
322441
100
Dokumen SD Muhammadiyah Plus
Page 79
RT / RW : 01 / 05
Dukuh : Togaten
Kelurahan : Mangunsari
Kecamatan : Sidomukti
Kab/Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50721
b. Status Sekolah : Swasta
c. Status Akreditasi : A
d. Kurikulum : KTSP
4. Visi dan Misi
visi:
Pusat Keunggulan di bidang IMTAQ dan IPTEK
Misi :
a. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu di bidang ilmu, moral,
sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang
berkualitas di bidang IMTAQ dan IPTEK
b. Memberikan bekal dasar baca, tulis, dan berhitung serta pengetahuan
keterampilan yang bermanfaat bagi siswa
c. memberikan bekal dasar tentang agama Islam dan pengamalannya sesuai
dengan perkembangannya serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidkan di jenjang selanjutnya.
Page 80
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik, meliputi seluruh potensi anak didik. Pendidik
juga merupakan pemberi pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan yang dapat
memenuhi tugasnya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk
sosial.
Dalam hal penerimaan tenaga pendidik dan kependidikan, SD
Muhammadiyah Plus dilakukan secara selektif sesuai dengan bidang
keahlianya.
Gambaran tentang tenaga pendidik dan kependidikan di SD
Muhammadiyah Plus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Prosentase
1
2
3
4
5
6
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana ( S 1 )
Sarjana ( S 2 )
2
1
2
1
34
1
4,88
2,45
4,88
2,45
82,9
2,44
Jumlah 41 100
Page 81
Tabel di atas menunjukkan tenaga pendidik di SD Muhammadiyah Plus
Salatiga 82,9% berijazah S1, 4,88% berijazah SLTA, 4,88% berijazah SD,
2,45 berijazah Diploma, dan 2,45 berijazah SLTP. Ini berarti SD
Muhammadiyah Plus telah memiliki persyaratan dan kualifikasi akademik
menjadi tenaga pendidik sesuai dengan pendidikan yang diharapkan saat ini
dengan kompetensi masing-masing.
Menurut kepala SD Muhammadiyah Plus, ketentuan untuk menjadi
guru minimal berijazah sarjana S1 dan khusus pengampu matapelajaran
Iqra‟ adalah sarjana PAI.101 Hal ini sesuai antara kompetensi yang dimiliki
oleh guru terhadap mata pelajaran yang diampu.
Tabel 3.8
Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas
No Tugas Jumlah Prosentase
1
2
3
4
5
Pimpinan
Guru
TU
Satpam
Penjaga Sekolah
1
31
4
4
1
2,44
75,61
9,76
9,76
2,44
Jumlah 41 100
Tabel 3 menunjukkan 75,61% guru secara fungsional bertugas
mendidik siswa. 21,96% adalah staf yang membantu dan sebagai tenaga
101
Sutomo, Wawancara Pribadi , Salatiaga: Rabu, 24 Juli 2013, Seorang Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Page 82
pendamping bagi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif.
6. Keadaan Siswa
Jumlah siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 551 siswa (293
putera dan 258 puteri). Adapun gambaran tentang data siswa SD
Muhammadiyah Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 3.9
Daftar Jumlah Siswa SD Muhammadiyah Plus Tahun Pelajaran 2013/2014
NO KELAS JML SISWA
L P TOTAL JML
1
Ali Bin Abi Thalib 18 12 30
150
Ustman Bin Affan 10 19 29
Umar Bin Khatab 17 13 30
Abu Bakar Ash Shidiq 19 12 31
Hamzah Bin Abdul Mutholib 11 19 30
2
Kholid Bin Walid 19 17 36
109 Harun Al Rasyid 21 16 37
Salman Al Farizi 22 14 36
3
Al Ghozali 17 14 31
94 Ibnu Sina 18 14 32
Thoriq Bin Ziyad 17 14 31
4 Hj. Supartinah 16 15 31
61 Ali Munawar 16 14 30
5
Amin Rais 16 12 28
74 Ahmad Dahlan 16 11 27
AR Fachrudin 9 10 19
6
Al Kindi 10 14 24
63 Al Farabi 12 12 24
Al Rumi 9 6 15
Jumlah 293 258 551
Page 83
7. Fasilitas Pendukung
Untuk menunjang fungsi SD Muhammadiyah Plus Salatiga didukung
dengan sarana dan prasana yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Plus Salatiga
No Jenis Ruang Kondisi Bukan
Milik Baik RR RB Jumlah
1. Ruang Kelas 19 - - 19 -
2. Ruang
Perpustakaan
1 - - 1 -
3. Ruang Lab - - - - -
4. Ruang Kepala
Sekolah
1 - - 1 -
5. Ruang Guru 1 - - 1 -
6. Ruang Komputer 1 - - 1
7. Tempat Ibadah 1 - - - 1
8. Ruang UKS 1 - - 1 -
9. Kamar Mandi
Guru
2 - - 1 -
10. Kamar mandi
siswa
8 - - 8 -
11. Gudang 1 - - 1 -
12. Ruang sirkulasi 2 - - 2
13. Tempat
Bermain/Halaman
1 - - 1 -
14. Ruang kantin 1 - - 1 -
Page 84
8. Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Gambar 3.2 Struktur Organisasi
Keterangan = Garis Komando
= Garis Koordinasi
Kaur Kurikulum
Marijo, S.Pd.I.
Kaur Humas
Endra G, S.Si
Kaur Kesiswaan
Wiwiek W, S.Pd
Kaur Ismuba
Suharwono, S.Pd.I.
Kaur Adm. Ketenagaan
Triyono, S.Pdi
Kaur Sarpras
Buhtari, S.Si
Penelitian dan Pengembangan
Kepala Sekolah
Sutomo, M.Ag
Wakil Kepala
Ainul Huri
Guru
Siswa
Komite Sekolah
Disdikpora Kota
Salatiga
Pembina PDM
Kota Salatiga
Penyelenggara
Tim PLPM
Direktur Tk – SD
Drs. Djumadi
Page 85
9. Prestasi yang pernah diraih
SD Muhammadiyah Plus Salatiga dalam berbagai kegiatan lomba
meraih prestasi yang bagus. Prestasi yang pernah diraih merupakan
perwujudan kinerja yang disumbang oleh guru, siswa, maupun tenaga
kependidikan. Secara riil dengan kejuaraan yang diraih oleh sekolah juga
turut memberikan semangat bagi siswa untuk belajar lebih baik dan
sekaligus juga turut memotivasi para guru untuk mendorong peserta didik
belajar lebih baik lagi. Catatan prestasi yang dicapai oleh siswa antara lain:
Tabel 3.11
Data Prestasi Siswa Bidang Agama SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Tahun 2008-2013
No Juara
Jenis
Lomba/Kegiatan Tingkat Tahun Nama Peserta / Tim
1 Umum
Pekan Maulud
Nabi Muhammad Kecamatan 2010
Tim SD
Muhammadiyah
2 I Khitobah Pa Kecamatan 2010
Raka Gustian
Pratama
3 I Khitobah Pi Kecamatan 2010 Arinda Aulia Fasha
4 III Tartil Pa Kecamatan 2010
Wildan Rayhan
Pratama
5 III MTQ Pa Kecamatan 2010
Dhiya Ulhaq
Raissakari
6 II Khitobah Kecamatan 2010
Raka Gustyan
Pratama
7 I Khithobah Pa Kecamatan 2011
Raka Gustyan
Pratama
8 II Khitobah Pi Kecamatan 2011
Amalia
Tasyakurnia
Rahman
9 I MTQ Kecamatan 2011
Al Shafa Bumi
Muhammad
10 III MTQ Kota 2011
Al Shafa Bumi
Muhammad
11 I Pildacil Kota 2011
12 III MTQ Kota 2011
Page 86
13 I TIK Pa Mapsi Kota 2012 Tahun 2012 dan
14 I TIK Pi Mapsi Kota 2012 2013 tidak
15 I Khot Pa Mapsi Kota 2012 dicantumkan
16 I Khot Pi Mapsi Kota 2012 Nama pemenang
17 I Khitobah Pa Mapsi Kota 2012
18 III Khitobah Pa Mapsi Kota 2012
19 II MTQ Pa Mapsi Kota 2012
20 IV Khitibah Mapsi Provinsi 2012
21 I
Ceramah Islam
Fasi Kota 2013
Page 87
BAB IV
STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN
DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SEKOLAH DASAR
MUHAMMADIYAH PLUS KOTA SALATIGA
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebagaimana diterangkan oleh Sunhaji adalah: a).
mendapatkan pengetahuan; b). penanaman konsep dan ketrampilan; dan c).
pembentukan sikap. Supaya mendapatkan sebagaimana yang telah
disebutkan, maka masing-masing lembaga memiliki tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran.
Di SD Islam Al-Azhar 22 tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
berdasarkan Indikator utama dalam Kurikulum Pengembangan Pribadi
Muslim (Agama dan al-Qur‟an) adalah siswa mampu membaca al-Qur‟an
dengan benar. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, supaya siswa dapat
membaca al-Qur‟an lebih terarah dan teliti maka metode yang digunakan
adalah metode Iqra‟, sebagaimana diungkapkan oleh Nuril bahwa tujuan
pembelajaran dengan menggunakan metode Iqra‟ sebagai dasar
pembelajaran supaya anak lebih terarah dan teliti dalam membaca al-
Page 88
Qur‟an.102
Guru Iqra‟ aktif mendampingi siswa di kelas bersama guru kelas
saling berkordinasi dalam pengaturan waktu (pembelajaran Iqra‟ bersamaan
waktunya dengan pembelajaran yang lain) sehingga tercipta suasana
kondusif. Satu persatu siswa diajari membaca, menulis dan hafalan.103
Tujuan pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah Plus dimaksudkan
untuk menjadikan anak berakhlak mulia. Salah satu akhlak mulia adalah
siswa-siswi trampil dalam membaca al-Qur‟an104
pendapat kepala sekolah
tersebut diperkuat oleh guru Iqra‟ yaitu mampu membaca al-Qur‟an dengan
lancar sesuai tajwid dan fasih.105
Praktek sehari-hari pembelajaran Iqra‟
dilaksanakan diawal pelajaran jam 07.00-08.00 di kelas masing-masing.106
B. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu, salah satunya adalah pendidikan al-Qur‟an.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada
102
Nuril, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-
Azhar 22 Salatiga. 103
M. Ashab, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam
Al-Azhar 22 Salatiga 104
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga. 105
Rahayu omami, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli 2013, guru Iqra‟ SD
Muhammadiyah Plus Salatiga.
106
Ainul Huri, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli2013, guru Iqra‟ danWakil
KepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 89
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik. Oleh karena itu di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah
Plus dalam menentukan kurikulum tetap mengacu pada perundang-
undangan yang berlaku yang disesuaikan dengan potensi organisasi dan
peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
SD Islam Al-Azhar 22 pada mata pelajaran umum memadukan
kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Kurikulum dari Yayasan Pesantren
Islam Al-Azhar Pusat, sedangkan untuk mata pelajaran Agama dan al-Qur‟an
menggunakan kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim dari Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar Pusat. Kurikulum agama dibagi menjadi dua yaitu
mata pelajaran agama Islam yang diajarkan seminggu 3 jam, dan mata
pelajaran al-Qur‟an diajarkan seminggu 3 jam. Sebagai pendukung pelajaran
al-Qur‟an materi hafalan surat-surat pendek dilaksanakan setiap pagi saat
ikrar, adapun materi membaca al-Qur‟an didukung oleh pembelajaran Iqra‟.
107
Nur Hayati selaku koordinator ekstrakurikuler Iqra‟ di SD Islam Al-
Azhar 22 menyatakan untuk pembelajaran Iqra‟ termuat dalam kurikulum
Angkatan Muda Masjid (AMM) Yogyakarta yang kemudian digabungkan
dengan kurikulum pembiasaan akhlakul karimah yang diterbitkanoleh
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar pusat Jakarta. Dalam kurikulum
107
Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang
Kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
Page 90
tersebut memuat target pencapaian Iqra‟yaitu di akhir kelas I siswa minimal
mampu membaca Iqra‟ jilid 4 dan di akhir kelas II siswa minimal mampu
membaca Iqra‟ jilid 6.108
Evaluasi kurikulum Iqra‟ dilakukan secara berkala
tiap 3 bulan, tiap semester, dan di akhir tahun pelajaran.109
Pelaksanan kurikulum di SD Islam Al-Azhar 22 menggunakan 5
(lima) pendekatan,110
meliputi: 1) pendekatan pengalaman, yang dimaksud
adalah dengan pemberian pengalaman keagamaan pada siswa dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini siswa diberi
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara
individual maupun kelompok. Untuk ini metode mengajarnya antara lain
adalah pemberian tugas (resitasi) dan tanya jawab pengalaman siswa dalam
belajar al Qur‟an; 2) pendekatan pembiasaan, yang dimaksud adalah dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan
ajaran agamanya yaitu membaca al-Qur‟an. dengan pendekatan ini siswa
dibiasakan mengamalkan agamanya yaitu mengamalkan al-Qur‟an, baik
secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah pelatihan, pelaksanaan
tugas, demonstrasi dan pengalaman langsung di lapangan; 3) pendekatan
emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam
meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan
108
Nur Hayati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Koordinator
ekstrakurikuler Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga. 109
Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang
Kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga. 110
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al
Qur’an SD Islam Al-Azhar, Jakarta: 2012, hlm. 28-29.
Page 91
ini selalu diusahakan mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar
semakin kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT, dan kebenaran
ajaran agama Islam. Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah
ceramah, bercerita, tanya jawab, demonstrasi, menirukan, diskusi, sosio
drama, dan pelaksanaan tugas; 4) pendekatan rasional, yaitu usaha
memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran ajaran agama. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan
menggunakan akalnya dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran
agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.
Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah ceramah, tanya jawab,
diskusi, kerja kelompok, pelatihan, dan pemberian tugas; 5) pendekatan
fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan
kepada segi kemanfaatanya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Materi yang dibahas dipilih sedemikian
rupa sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat. Untuk itu metode
mengajarnya antara lain adalah pelatihan, pemberian tugas, ceramah, tanya
jawab, dan demonstrasi.
Kurikulum di SD Muhammadiyah Plus memadukan antara
kurikulum Dinas Pendidikan, kurikulum Kementerian Agama, dan
kurikulum Pesantren. Selain mata pelajaran umum diberikan mata pelajaran
Page 92
keislaman diantaranya akidah, akhlak, fikih, dan sejarah Islam. Untuk
mendukung materi keislaman maka dilaksanakan pembelajaran Iqra‟.111
Target kurikulum Iqra‟ yang ditetapkan pada tahun pelajaran
2012/2013 di akhir kelas 3 minimal harus sudah menyelesaikan Iqra‟ jilid
6. Mulai kelas 4 anak sudah tadarus dengan al-Qur‟an dan di akhir kelas 6
menghatamkan al-Qur‟an.112
Evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap tahun di akhir tahun
pelajaran. Karena ketrampilan membaca al-Qur‟an bagi siswa SD
Muhammadiyah Plus menjadi program penting, maka di tahun pelajaran
2013/2014 diadakan perubahan target kurikulum, yakni di akhir kelas 1
minimal siswa sudah menyelesaikan Iqra‟ jilid 6.113
Dari pengamatan dan dokumen yang diperoleh di dua sekolah
tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum yang dipakai adalah sama
Correlated Curriculum yaitu menggabungkan antara kurikulum dari
Angkatan Muda Masjid (AMM) Yogyakarta dan kurikulum sekolah. Namun
dalam menyiapkan pembelajaran SD Islam Al-Azhar 22 ditemukan
kurikulum tertulis, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus tidak ditemukan
kurikulum secara tertulis.
111
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga. 112
Suharwono, Wawancara Pribadi , Salatiga: 26 Juli 2013, Guru Iqra‟ dan Kaur
Ismuba SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 113
Sutomo Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 93
Pelaksanaan kurikulum di dua sekolah tersebut di atas
menggabungkan antara Dinas Pendidikan, Yayasan/organisasi dan AMM
Yogyakarta. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh B.
Suryosubroto bahwa pola-pola organisasi kurikulum meliputi: 1. Separated
subject currikulum (menyajikan segala bahan terpisah antara mata pelajaran
satu dengan yang lainya); 2. Correlated Curriculum (menggabungkan dua
atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasanya mempunyai tujuan
pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama); dan 3. Integrated
curriculum (menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan).
C. Strategi Pembelajaran
Strategi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini
memberikan dukungan keberhasilan pembelajaran yang optimal dalam arti
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Penetapan
strategi pembelajaran berguna bagi guru dan siswa untuk mempermudah
proses belajar, karena didalam strategi ada rancangan yang disiapkan oleh
guru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Di sisi lain siswa memiliki potensi yang siap untuk berkembang,
misalnya: kebutuhan, minat, tujuan, dan emosi. Tiap siswa mampu
berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan
berbagai aktifitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya.
Aktivitas belajar bersumber dari guru dan siswa. Guru berkewajiban
Page 94
menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kearah
tujuan yang diinginkan, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara
optimal.
Fase-fase pembelajaran sebagaimana yang diterangkan oleh David
Jacobsen, dkk.,dapat dijabarkan di dua sekolahan sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. SD Islam Al-Azhar 22
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD Islam Al-
Azhar 22 dibuat oleh guru sebelum memulai pelajaran berupa
rencana mingguan dan skenario pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran bukan hanya mempersiapkan materi pelajaran yang
akan disajikan, tetapi juga merumuskan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar mengajar.114
RPP meliputi rencana mingguan dan skenario pembelajaran
yang berisi uraian standar kompetesi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan belajar serta evaluasi yang
digunakan. Rencana program pengajaran disusun mengikuti pola dan
cara-cara yang dikembangkan yaitu: standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, imtaq dan karakter, materi
pelajaran, alokasi waktu, metode dan pendekatan pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber belajar, penilaian
114
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al
Qur’an SD Islam Al-Azhar, Jakarta:2012, hlm. 29.
Page 95
dan tindak lanjut, dan catatan.115
Menurut Ubaidah116
bahwa rencana
mengajar untuk guru Iqra‟ dalam setiap tahunnya ada target-
targetnya dalam pembelajaran mereka sudah mempunyai persiapan
masing-masing, sedangkan menurut Amin 117
menyebutkan persiapan
mengajar, hari ini menguasai bacaan tertentu atau minggu ini
membuat semacam target harus hafal surat pendek dan
menggunakan metode ceramah di awal tentang materi yang
disesuaikan dengan pelajaran agama atau al-Qur‟an saat itu (jadwal
pelajaran berlangsung hari itu).
b. SD Muhammadiyah Plus salatiga
SD Muhammadiyah Plus rencana pembelajaran sebagaimana
dijelaskan oleh Sutomo118
bahwa persiapan mengajar sebelum tahun
ajaran baru mengadakan rapat kerja. Iqra‟ menjadi program wajib
yang harus dilaksanakan disetiap level. Sedangkan menurut Marijo119
persiapan mengajar, guru menyiapkan buku pegangan Iqra‟ dan kartu
prestasi santri untuk memberikan catatan hasil kegiatan belajar
mengajar.
115
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al
Qur’an SD Islam Al-Azhar, , Jakarta: 2012, hal. 29. 116
Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga:30 Juli 2013, Kepala SD Islam Al-
Azhar 22 Salatiga. 117
Amin, Wawancara Pribadi, Salatiga: 22 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-
Azhar 22 Salatiga. 118
Sutomo, Wawancara Pribadi , Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga. 119
Marijo, Wawancara Pribadi, Salatiga:26 Juli 2013, guru Iqra‟
danWakilKepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 96
2. Pelaksanaan
a. SD Islam Al-Azhar 22
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Kurikulum
Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur‟an SD Islam al-
Azhar120
tentang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada 2 (dua)
komponen penting yaitu guru dan siswa beriteraksi yang
berpengaruh timbal balik, artinya bukan hanya siswa belajar dari
gurunya tetapi juga guru akan banyak belajar dari kegiatan yang
berlangsung yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
Langkah yang dilakukan untuk pembelajaran Iqra‟ meliputi
beberapa tahapan yaitu pertama: uji kemampuan siswa secara
individu; kedua: pelaksanaan pembelajaran di kelas secara individu
dan kelompok; dan ketiga: evaluasi akhir pembelajaran berdasar
pada kemampuan dengan alat ukur ebta tiap-tiap kenaikan jilid yang
dibantu dengan catatan harian berupa kartu prestasi santri.
Pelaksanaan pembelajaran Iqra‟ dikemas dalam kegiatan
ekstrakurikuler bersamaan dengan kegiatan belajar mata pelajaran
yang lain di kelas dari jam 07.05-12.00, di sela-sela mengerjakan
tugas mata pelajaran dari guru kelas siswa dipanggil untuk mengaji
sekitar 7-10 menit. Masing-masing kelas jumlah guru 2 sebagai
120
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al
Qur’an SD Islam al-Azhar , Jakarta: 2012, hlm. 29.
Page 97
team teaching dan ditambah 1 guru khusus Iqra‟, hal ini untuk
mengantisipasi keterbatasan jam pelajaran yang tersedia.121
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa: untuk mendukung
mata pelajaran agama dan al-Qur‟an setiap pagi jam 06.50 diadakan
do‟abersama dan dilanjutkan dengan hafalan surat pendek, kemudian
siswa masuk kelas dilanjutkan dengan tadarus sekitar 15 menit bagi
kelas III- VI. Kelas I dan II mengaji Iqra‟ atau al-Qur‟an secara
privat: guru kelas membuka pelajaran dan menjelaskan materi
pelajaran (selain Iqra‟), kemudian guru kelas memberi tugas,
dilanjutkan guru Iqra‟ memberikan materi secara klasikal seperti
menulis huruf hijaiyah dan menghafal surat pendek, lalu memanggil
siswa satu-persatu untuk mengaji di tempat yang sudah disediakan.
b. SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Pembelajaran Iqra‟ diampu oleh guru kelas masing-masing
yang bekerjasama dengan guru luar (mahasiswa STAIN) untuk
teaching klinis dimaksudkan menuntaskan anak-anak yang kurang
cepat memenuhi target kurikulum. Pembelajaranya dilaksanakan
pagi sebelum pelajaran yang lain dimulai, yang dijadualkan setiap
pukul 07.00 - 08.00, akan tetapi pelaksanaanya fleksibel bagi bapak
atau ibu guru yang pagi ada waktu luang maka anak-anak yang
121
Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang
kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
Page 98
kurang diberitahu dulu agar berangkat lebih pagi utuk mendapat
tambahan materi Iqra‟ yang dimulai 06.30 - 07.00.122
Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa: untuk
mendukung matapelajaran keislaman dijadualkan setiap pagi pukul
07.00-08.00 diadakan do‟a bersama, hafalan surat pendek, hafalan
hadis, shalat dhuha dan tadarus. Kelas IV-VI tadarus klasikal. Kelas
I-III: sebagian guru kelas memberi tambahan jam kepada anak yang
kurang untuk belajar mata pelajaran umum ada juga yang mengajar
Iqra‟ dibantu oleh guru bantu dari STAIN. Jumlah guru bantu
bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan siswa, jika di satu kelas
masih banyak yang lambat membaca maka guru bantu lebih banyak
dibanding dengan kelas yang hanya sedikit yang lambat membaca.
Kelas IV-VI tadarus klasikal dibimbing guru kelas masing-masing.
c. Persamaan dan perbedaan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam
Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga
Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran di SD Islam Al-
Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus memiliki kesamaan,
sebagaimana diterangkan oleh Iskandar Wassid & Dadang
Sunendar, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Identifikasi peserta didik dan penentuan tingkatan baca Iqra‟ SD
Islam Al-Azhar 22 Salatiga, identifikasi terhadap siswa dilakukan
122
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 99
dengan melakukan tes sesuai panduan buku Iqra‟ untuk
mengetahui tingkat penguasaan membaca Iqra‟ dari masing-
masing siswa yang bertujuan untuk memetakan siswa. Ada
perbedaan satu dengan yang lain dari seluruh siswa. Untuk
memudahkan awal memulai membaca Iqra‟ maka dikelompokkan
(hasil pemetaan) sesuai dengan hasil tes. Sebagaimana
dikemukakan oleh Asep Wijaya, “Sebelum mulai ada tes dulu,
walau di rumah materi ngajinya lebih jauh jika kita tes belum
lancar maka kita turunkan ke materi yang lebih bawah, kemudian
dipeta-petakan menurut kemampuan membacanya”,123
dan Zaenal
Muhtarochim, “Ya karena melihat kemampuan dan daya pikir
anak yang berbeda-beda”.124
Demikian halnya di SD
Muhammdiyah Plus menurut Triyono,”Ya untuk klasifikasi dan
pemetaan”125
2) Memilih pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang digunakan di SD Islam Al-Azhar
22 dan SD Muhammadiyah Plus adalah pendekatan Individual.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik/siswa (student-centred
approaches). Setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuannya.
Siswa aktif dan guru bersifat memfasilitasi dan mengarahkan
123
Asep Wijaya, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam
Al-Azhar 22 Salatiga 124
Zaenal Muhtarochim, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟
SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga 125
Triyono, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli 2013, Kaur Ketenagaan
danguru Iqra‟ SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 100
sesuai dengan yang dihadapinya. Satu-persatu siswa maju
(sorogan) untuk membaca al-Qur‟an. Guru
menyimak/mendengarkan. Apabila terjadi kesalahan pada siswa,
guru (pada saat itu) langsung mengingatkan pada bacaan yang
salah, sehingga siswa harus mengulangi bacaannya dari yang
salah ke yang benar.
Pendekatan ini sangat efektif, karena masig-masing siswa dapat
menerima ilmu pengetahuan langsung dan mempraktekkannya
tanpa meninggalkan kemampuan yang dimilikinya secara
pribadi. Antara guru dan siswa dapat berkomunikasi secara
sempurna tanpa ada pembatas, artinya siswa dan guru dapat
saling berhadapan. Pembelajaran dapat berlangsung secara efektif
dan maksimal. Sebagaimana menurut Ainul Huri, “proses
pembelajaran dilaksanakan di awal pelajaran yang sebelumnya
siswa-siswa dengan didampingi guru menghafal surat pendek
dan hadits secara klasikal, selanjutnya materi membaca dengan
pendekatan individual.126
Pendekatan yang digunakan secara
individual dengan harapan siswa dapat membaca Iqra‟ sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Persiapan yang dilakukan
sebelum mengajar tidak ditulis secara khusus seperti mata
126
Ainul Huri, Wawancara Pribadi, Salatiga:20 Agustus 2013, guru Iqra‟
danWakil KepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
Page 101
pelajaran yang lain, karena masing-masing siswa berbeda materi
yang didapati pada hari tersebut.
3) Memilih dan menetapkan metode pembelajaran
Metode pembelajaran Iqra‟ menurut Moh Roqib yaitu: Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA), siswa aktif membaca sendiri
setelah dijelaskan pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak
menuntun; Privat menyimakan seorang demi seorang secara
bergantian; dan Asistensi. Siswa yang lebih tinggi pelajaranya
dapat membantu menyimak santri lain.
Untuk memudahkan siswa dapat membaca al-Qur‟an, metode
yang dipakai oleh SD Islam Al-Azhar 22 dan SD
Muhammadiyah Plus adalah accelerated learning dan Active
Learnig, ceramah di awal pelajaran dan dilanjutkan individual
ketika membaca Iqra‟.
Metode ini menekankan pada aspek latihan membaca al-Qur‟an
secara langsung, bukan hafalan. Metode Iqra‟ dalam
pelaksanaanya adalah sistematis dan mudah diikuti, yaitu
pembelajaran dilakukan dari yang paling mudah, kemudian
bertahap pada yang agak sulit dan ke jenjang berikutnya yang
sulit; dari yang sering didengar , mudah diingat dan mudah
dilafalkan.
Page 102
4) Menetapkan standar keberhasilan
Sunhaji mengemukakan tentang tolok ukur keberhasilan proses
belajar mengajar yang meliputi: a) daya serap terhadap bahan
pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok; b) perilaku yang digariskan dalam
tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa-siswa adalah adanya
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak terampil
menjadi terampil. Zaenal Muhtarochim mengemukakan,
“Penilaian membaca Iqra‟ dilakukan di setiap selesai membaca,
yang kemudian setiap semester dirata-rata dan dilaporkan kepada
wali siswa berupa lembaran yang terpisah dengan raport. Dari
target yang ditetapkan dalam kurikulum siswa dianggap tuntas
jika sudah bagus secara tajwidnya dan memenuhi target
kurikulum”.127
Demikian halnya dikemukakan oleh Suharwono,
“Penilaian membaca Iqra‟ diadakan setiap selesai membaca yang
dituliskan dalam buku prestasi. Buku ini akan terus diisi sampai
anak lulus jilid 6, pelaporan nilai kepada orang tua melalui buku
tersebut. Dari target yang ditetapkan dalam kurikulum siswa
127
Zaenal Muhtarochim, WawancaraPribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟
SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga
Page 103
dianggap tuntas jika sudah bagus secara tajwidnya dan memenuhi
target kurikulum”.128
5) Evaluasi
Di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus evaluasi
yang didapatkan adalah dengan diketahuinya siswa-siswa dapat
membaca al-Qur‟an pada kurun waktu yang ditentukan. Apabila
mereka dirasa ada kekurangan maka diberikan jam tambahn untuk
membaca Iqra‟, sehingga mereka dapat memenuhi sesuai tujuan
yang telah ditetapkan.
Perbedaan yang dapat dilihat antara kedua sekolah adalah
jadwal pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran Iqra‟ di
SD Islam Al-Azhar 22 bersamaan dengan pelajaran yang lain
dimulai pukul 07.00 – 12.00, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus
Salatiga ada jadwal tersendiri dimulai pukul 07.00 – 08.15.
128
Suharwono, Wawancara Pribadi, Salatiga:26 Juli 2013, KaurIsmuba dan guru
Iqra‟ SD MuhammadiyahPlusSalatiga.
Page 104
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tujuan Pembelajaran
Upaya meningkatkan ketrampilan membaca al-Qur‟an sesuai tajwid
menjadi tujuan dari belajar membaca al-Qur‟an. Hal ini sebagaimana
dituangkan secara jelas dalam tujuan pembelajaran al-Qur‟an di SD
Islam al-Azhar 22 Salatiga yaitu siswa mampu membaca al-Qur‟an
dengan benar. Supaya siswa dapat membaca al-Qur‟an lebih terarah
dan teliti maka metode yang digunakan adalah metode Iqra‟. Demikian
halnya di SD Muhammadiyah Plus Salatiga, tujuan pembelajaran al-
Qur‟an adalah siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan lancar sesuai
tajwid dan fasih, metode yang digunakan adalah metode Iqra‟.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kemampuan guru
pendamping belajar al-Qur‟an sangat berarti dan mengambil peran
utama. Di SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga guru pendamping memiliki
latar belakang dari pesantren, sedangkan SD Muhammadiyah Plus
Salatiga mengambil pendamping dari STAIN Salatiga dari jurusan
Pendidikan Agama Islam.
Di samping itu kemauan dan kesadaran siswa yang didukung
peran orang tua murid juga ikut mempengaruhi keberhasilan. Selain
Page 105
itu penyediaan sarana, metode dan perangkat pembelajaran juga
sangat penting.
2. Kurikulum
SD Islam al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga
dalam menentukan kurikulum mengacu pada perundang-undangan
yang berlaku disesuaikan dengan potensi organisasi dan peserta didik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil pengamatan dan
dokumen yang diperoleh di ke dua sekolah tersebut dapat dikatakan
bahwa kurikulum yang dipakai adalah sama Correlated Curriculum
yaitu menggabungkan antara kurikulum dari Angkatan Muda Masjid
(AMM) Yogyakarta dan kurikulum sekolah. Namun dalam
menyiapkan pembelajaran SD Islam Al-Azhar 22 ditemukan
kurikulum tertulis, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus tidak
ditemukan kurikulum secara tertulis.
Target pencapaian Iqra‟ada perbedaan. Di SD Islam al-Azhar
22 Salatiga target yang akan dicapai adalah siswa akhir kelas I mampu
membaca Iqra jilid 4, siswa akhir kelas II mampu membaca Iqra‟ jilid
6. Sedangkan di SD Muhammadiyah Plus target yang akan dicapai
adalah di akhir kelas III siswa menyelesaikan Iqra‟ jilid 6 di tahun
pelajaran 2012/2013.
Page 106
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh kedua sekolahan
memiliki kesamaan mulai dari perencanaan mengajar, pelaksanaan,
memilih dan menetapkan metode, menetapkan standar keberhasilan
dan evaluasi.
Khusus dalam pelaksaan strategi kegiatan yang dilakukan adalah
1) identifikasi peserta didik dan penentuan tingkatan bacaan
Iqra‟masing-masing siswa sesuai kemampuannya; 2) memilih
pendekatan pembelajaran; 3) memilih dan menetapkan metode
pembelajaran; 4) menetapkan standar keberhasilan sesuai panduan
Iqra‟ bahwa siswa dapat naik jilid diatasnya apabila telah selesai
membaca keseluruhan dengan benar; 5) evaluasi, sekaligus bahan
laporan tahunan dan pertanggungjawaban kepada sekolah dan orang
tua murid.
Ada perbedaan strategi pembelajaran yaitu pada waktu
pelaksanaan tidak terjadwal secara khusus di SD Islam Al-Azhar 22
dan terjadwal secara khusus di SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
B. Saran
Setelah mempertimbangkan jalannya penelitian, hasil penelitian
dan simpulan, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1) Penyedian guru Iqra‟di SD Islam Al-Azhar 22 yang berlatar belakang
pendidikan pesantren sudah sesuai dengan mata pelajaran yang
Page 107
diampu. Akan lebih baik jika masing-masing pengajar diberi bekal
tambahan tentang kependidikan yang di dalamnya ada muatan materi
metode mengajar dan psikologi pendidikan anak. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kuaitas pembelajaran dan kenyamanan belajar
Iqra‟ bagi siswa.
2) Di SD Muhammadiyah Plus Salatiga, dalam upaya meningkatkan hasil
pembelajaran perlu adanya kurikulum tertulis sebagai pedoman
pembelajaran.
3) Bagi peneliti dan pemerhati baca tulis al-Qur‟an, penelitian ini dapat
digunakan untuk mengawali penelitian sejenis dengan
mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti peran orang tua dalam
mendukung keberhasilan baca tulis al-Qur‟an anaknya dengan
melakukan wawancara mendalam dengan orang tua murid.
Page 108
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an.
Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Al-Hasany, Zain. Al-Qur’an Puncak Selera Sastra. Surakarta: Zuyad Visi
Media, 2007.
Animous. Juz’amma, Surakarta, al-Waah, 1414.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers, 2002.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.
Az-Zarnuji, Syeikh. Ta’lim Muta’allim. Terjemahan Abdul Kadir al-Jufri,
Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009.
Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Baharudin & Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2008.
Bidang Pendidikan TK-SD Al-Azhar. Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim.
Jakarta: YPI Al-Azhar, 2012.
Brown , H. Douglas. Principles of Language Learning and Teaching. : New
Jersey: 1980.
Budiyanto,H. M. Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar
Membaca al-Qur‟an). Yogyakarta: “AMM”, 1995.
Page 109
Budiyanto, H.M. dkk., Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami,
Mengamalakan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an. Yogyakarta:
AMM, 2003.
Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
De Porter, Bobbi.dkk. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari, Bandung: Kaifa,
2008.
De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. Quantum Learning (Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan). terjemahan Alwiyah Abdurrahman,
Bandung: Kaifa, 1999.
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
Dryden, Gordon & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning
Revolution) bagian I. terjemahan Word++ Translation Service,
Bandung: Kaifa, 2003.
___________. Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian II.
terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003.
Fauziati, Endang. Introduction to Methods and Approaches in Second or Foreign
Language Teaching. Surakarta: Era Pustaka Utama, 2009.
Page 110
Gazda , George M. & Raymond J. Corsini, Theories of Learning. Itasca: F.E.
Peacock Publishers, Inc., 1980.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Hayati, Nanik. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Tunarungu Studi Kasus di SLB Negeri I Bantul. Yogyakarta: UIN
Sunan Kali Jaga, 2012.
Hidayatullah, M. Furqon. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan
Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2009.
Humam, As‟ad. Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an Jilid 1-6.
Yogyakarta: AMM, 2000.
Husain, Muhammad. Munthalaqotu Tolibil ‘Ilmi. Kairo: Maktabah Islamiyah,
2003.
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008.
Jacobsen, David., dkk. Methods for Teaching A Skills Approach. Melbourne:
merrill Publishing Company, 1989.
LP. Ma‟arif NU. Cepat Tanggap Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah. Tulung
Agung: 1992, Jilid VI.
Marno & Idris. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Arruzz Media
Group, 2010.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Page 111
Mufidah, Jariyah. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Prestasi
Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Cilongok Banyumas. Yogyakarta: UIN
Sunan Kali Jaga, 2010.
Munir, Ahmad & Sudarsono. Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an.
Jakarta:Rineka Cipta, 1994.
Rohani, Ahmat. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka cipta, 2004.
Roqib , Moh. Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat). Yogyakarta: LkiS, 2009.
Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl. Accelerated Learning for The 21ST
Century.
Bandung: Nuansa,2002.
Salamah, Abdul Hafizh Muhammad. Tashmim al-Tadris. Riyadh: al-Wali, 1423H.
Sanjaya,Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2012.
Satori, Djam‟an & Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung:Alfabeta, 2011.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1996.
Silberman, Melvin L. Allin Bacon, Active Learning:101 Strategiies to Teach Any
Subject. terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia &
Nuansa, 2004.
Solihin. Strategi Pembelajara PAI di SMK Negeri 8 mandailing Natal.
Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2011.
Sunhaji. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012.
Page 112
Suprijono,Agus. Cooperative Learning Teori & Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
Suryosubroto, B. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers, 2002.
Wena, Made. Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Intermasa, 1999.
Zaini, Hisyam. dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
Zamroni, dkk. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Strategi dan
Metodologi. Yogyakarta: Idea Press, 2012.
Zarkasi, Dachlan Salim. Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an. Semarang:
Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, jilid 1.