Top Banner
TAFSIR AL- QUR’AN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ulumul Qur’an, Dosen Pengampu Mahbub Hefdzil Qur’an, M.A . Oleh: Nama : Irma Apriliani (1145010069) Irsyad Hanif (1145010070) Jawad Mughofar KH (1145010071) Jodi Suryana (1145010072) Khorru Sujjada S (1145010073) Kelas : SPI/1B JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2014
19

Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

Apr 25, 2023

Download

Documents

Nina Nurmila
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

TAFSIR AL- QUR’AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ulumul Qur’an,

Dosen Pengampu Mahbub Hefdzil Qur’an, M.A

.

Oleh:

Nama : Irma Apriliani (1145010069)

Irsyad Hanif (1145010070)

Jawad Mughofar KH (1145010071)

Jodi Suryana (1145010072)

Khorru Sujjada S (1145010073)

Kelas : SPI/1B

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2014

Page 2: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

i

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,

dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan

apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata

kuliah Ulumul Qur’an. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun

harapkan.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan

umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 08 Desember 2014

Penyusun,

Page 3: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Terjemah, Tafsir dan Takwil ........................................ 2

B. Urgensi Ilmu Tafsir ........................................................................ 3

C. Syarat-syarat Mufassir ................................................................... 4

D. Metode-metode Tafsir Al- Qur’an ................................................. 8

E. Mazhab-mazhab dalam Tafsir Al- Qur’an ..................................... 8

F. Kitab-kitab Tafsir dan Corak Pendekatannya ................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW,

sebab turunnya Al Qur’an melalui perantara beliau, AL Qur’an mempunyai

peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia.

Betapa tidak, semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan

jawabannya pada Al Qur’an. Oleh karenannya kemudian Al Qur’an di yakini

sebagai firman Allah yang menjadi sumber hukum Islam pertama sebelum Hadist

Al- Qur’an Al- Karim adalah sumber Tasyri’ pertama bagi umat Nabi

Muhammad SAW, kemampuan seseorang dalam memahami lafadz dan ungkapan

Al-qur’an tidaklah sama, padahal ayat-ayatnya sedemikian gamblang dan rinci.

Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak di

pertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-maknanya

yang dzahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedangkan kalangan

cerdik, cendikia dan terpelajar akan dapat menyimpulkan pula daripadanya

makna-makna yang menarik. Maka tidaklah heran jika Al-Qur’an mendapatkan

perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka

menafsirkan kata-kata garib (aneh) atau menta’wilkan takrib (susunan kalimat).

Dalam mempelajari Al- Qur’an tentu ilmu tentang Tafsir, Takwil dan

Terjemah menjadi bagian penting. Dan itulah yang akan diketengahkan oleh

penyusun dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat

perumusan masalah sebagai berikut;

a. Pengertian Terjemah, Tafsir dan Takwil

b. Urgensi Ilmu Tafsir

c. Syarat-syarat Mufassir

Page 5: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

2

d. Metode-metode Tafsir Al- Qur’an

e. Mazhab-mazhab dalam Tafsir Al- Qur’an

f. Kitab-kitab Tafsir dan Corak Pendekatannya

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:

a. Untuk Mengetahui Pengertian Terjemah, Tafsir dan Takwil

b. Untuk Mengetahui Urgensi Ilmu Tafsir

c. Untuk Mengetahui Syarat-syarat Mufassir

d. Untuk Mengetahui Metode-metode Tafsir Al- Qur’an

e. Untuk Mengetahui Mazhab-mazhab dalam Tafsir Al- Qur’an

f. Untuk Mengetahui Kitab-kitab Tafsir dan Corak Pendekatannya

Page 6: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terjemah, Tafsir dan Takwil

1. Tafsir

Kata “tafsir” diambil dari kata “fassara–yufassiru–tafsira” yang

berarti keterangan atau uraian. Tafsir menurut istilah, ialah ilmu yang

membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz Al-Qur’an, tentang

petunjuk- petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri

maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan

baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya

2. Takwil

Arti takwil menurut bahasa adalah menerangkan, menjelaskan.

Diambil dari kata “awwala-yu’awwilu-takwila”, dan berasal dari kata

“Aul” yang berarti kembali ke asal. Takwil menurut bahasa ialah suatu

usaha untuk memahami lafadz-lafadz (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui

pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafadz

tersebut.

3. Terjemah

Arti terjemah menurut bahasa adalah ‘salinan dari sesuatu bahasa

ke bahasa lain. Adapun yang dimaksud dengan terjemah Al-qur’an

adalah seperti dikemukakan oleh Ash-Shabuni, “Memindahkan Al-

qur’an kebahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah

ini kedalam beberapa naskah agar dibaca oleh orang yang tidak

mengerti bahasa arab sehingga ia dapat memahami kitab allah SWT

dengan perantaraan terjemahan ini.

Pada dasarnya ada tiga corak penerjemahan, yaitu:

a. Terjemahan maknwiyyah tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna

atau kalimat dan mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterleknya

melainkan oleh makna dan tujuan kalimat aslinya.

Page 7: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

4

b. Terjemahan harfiyyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau

mengganti kata-kata dari bahasa asli dengan kata- sinonimnya

(muradif) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa aslinya.

c. Terjemah harfiyyah bi dzuni Al-mistli, yaitu menyalin atau

mengganti kata-kata bahasa asli ke dalam bahasa lain dengan

memperhatikan urutan makna dan segi sastranya, menurut

kemampuan bahasa baru itu dan sejauh kemampuan

penerjemahnya.

B. Urgensi Ilmu Tafsir

Tafsir termasuk disiplin ilmu islam yang paling mulia dan luas

cakupannya. Paling mulia, karena kemuliaan sebuah ilmu itu berkaitan

dengan materi yang dipelajarinya, sedangkan tafsir membahas firman-firman

Allah. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang ahli tafsir

membahas berbagai macam disiplin ilmu, seperti aqidah, fiqih, dan akhlak.

Disamping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-

ayat Al-qur’an, kecuali dengan mengetahui makna-maknanya. Dengan

urgensi tafsir seperti itu, para ulama bersepakat bahwa tafsir termasuk fardu

kifayahdan merupakan salah satu dari tiga ilmu syariat yang paling utama

setelah hadist dan fiqih. Keutamaan ilmu tafsir bukan hanya karena ilmu ini

membahas pokok-pokok ajaran yang sangat dibutuhkan, akan

tetapimempelajari ilmu ini mengandung tujuan mulia, karena pokok

kajiannya adalah kalamullah.

C. Syarat-syarat Mufassir

1. Shahihnya aqidah si mufassir

Seorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an haruslah seorang yang

lurus aqidahnya. Seorang ateis dan mubtadi’ tidak bisa diterima tafsirnya

terhadap al-Qur’an, karena yang mereka inginkan dari tafsir tersebut

Page 8: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

5

adalah fitnah bagi umat Islam dan ta’wil untuk mendukung kesesatan

mereka.

2. Menguasai ilmu bahasa Arab

Seorang yang akan menafsirkan al-Qur’an wajib menguasai ilmu

bahasa Arab, karena bahasa Arab merupakan bahasanya al-Qur’an. Tak

mungkin seseorang bisa memahami al-Qur’an, jika ia tak paham bahasa

Arab. Di sinilah relevansinya perkataan Syaikhnya para ahli tafsir dari

kalangan tabi’in, Imam Mujahid -sebagaimana dinukil oleh Dr.

Muhammad ‘Ali al-Hasan-, “Tidak halal bagi seorang yang beriman

kepada Allah dan Hari Akhir berbicara tentang Kitabullah jika ia bukan

seorang yang ‘alim dalam bahasa Arab”. Maksud beliau, terlarang bagi

seseorang yang tak menguasai bahasa Arab untuk menafsirkan al-Qur’an.

Wallahu a’lam.

Ilmu bahasa Arab memiliki beberapa cabang, dan yang terpenting di

antaranya adalah:

a. Ilmu nahwu

Makna kalimat bahasa Arab bisa berubah karena perbedaan posisi

i’rabnya. Bahkan, iman bisa menjadi kufur, dan kufur bisa menjadi

iman, hanya karena perubahan i’rabnya. Menguasai ilmu nahwu

akan menghindarkan seorang mufassir dari kekeliruan yang fatal

dalam memahami al-Qur’an.

b. Ilmu sharaf

Dengan ilmu ini seseorang bisa memahami bentuk dan bangunan

suatu kata. Dan jika seorang yang akan menafsirkan al-Qur’an tak

memahami ilmu ini, ia akan terjatuh pada kesalahan dan bid’ah.

az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya -sebagaimana disebutkan Dr.

Muhammad ‘Ali al-Hasan- mengkritik orang yang menafsirkan kata

imam dalam ayat: مهمامإب سانأ لك اوعدن موي sebagai jamak dari kata

Page 9: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

6

umm (ibu). Beliau mengkritik hal ini dan menegaskan bahwa

pernyataan tersebut tak dikenal dalam bahasa Arab. Beliau tegaskan

bahwa bentuk jamak dari umm adalah ummahat, bukan imam.

c. Isytiqaq

Pengetahuan tentang isytiqaq ini penting bagi seorang mufassir. Hal

ini karena perbedaan dalam menentukan akar suatu kata

mengakibatkan perbedaan dalam memahami makna kata tersebut.

Misalnya, kata ‘al-masih’ untuk Nabi ‘Isa ‘alaihis salam, apakah ia

berasal dari kata ‘as-siyahah’ atau ‘al-mashu’. Jika ia berasal dari

kata ‘as-siyahah’, maka penamaan ini menunjukkan banyaknya

pengembaraan (untuk tujuan ibadah) yang dilakukan oleh beliau.

Jika ia berasal dari kata ‘al-mashu’, maka ia menunjukkan bahwa

Nabi ‘Isa dapat menyembuhkan penyakit pada seseorang dengan

cara mengusapkan tangan pada si sakit dengan izin Allah ta’ala.

d. Ilmu balaghah

Ilmu balaghah memiliki tiga cabang, yaitu ilmu ma’ani, bayan dan

badi’. Dengan ilmu ma’ani dapat diketahui keistimewaan susunan-

susunan kalimat dilihat dari segi maknanya. Dengan ilmu bayan

dapat diketahui keistimewaan susunan-susunan kalimat ditinjau dari

perbedaan bentuknya sesuai dengan jelas atau samarnya dalalah.

Dengan ilmu badi’ dapat diketahui sisi-sisi keindahan suatu kalimat.

Ilmu balaghah ini digunakan oleh mufassir untuk mengetahui i’jaz

Qur’ani, kemukjizatan al-Qur’an. Bahasa al-Qur’an begitu indah dan

menakjubkan, hingga ia mampu melemahkan setiap makhluk, baik

manusia dan jin, yang ingin membuat yang serupa dengannya. Dan

i’jaz Qur’ani ini hanya bisa dirasakan oleh yang menguasai ilmu

balaghah.

Page 10: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

7

3. Menguasai ilmu ushul fiqih

Ilmu ini merupakan ilmu yang wajib dikuasai oleh seorang

mujtahid. Ilmu ini juga wajib bagi mufassir yang ingin menggali hukum

dari ayat-ayat al-Qur’an. Dengan ilmu ini, dapat diketahui bagaimana

cara menggunakan dalil (dalam hal ini adalah al-Qur’an), yang dari dalil

tersebut bisa diambil kesimpulan hukum tentang suatu perkara.

Jadi, mengambil suatu kesimpulan hukum dari al-Qur’an (dan juga as-

Sunnah) tidak bisa hanya dengan membaca satu-dua ayat al-Qur’an,

kemudian langsung ambil kesimpulan hukum dari sana, apalagi jika ia

hanya memahaminya dari terjemahan. Yang tak mengerti ushul fiqih,

tidak usah bermain-main dengan al-Qur’an, mengira dirinya berdalil

dengan al-Qur’an, padahal ternyata hanya menggunakan al-Qur’an untuk

memenangkan hawa nafsunya, wal ‘iyaadzu billah.

4. Menguasai ilmu ushuluddin

Ilmu ini wajib dikuasai oleh setiap mufassir, agar ia tidak keliru

dan tergelincir dalam aqidahnya. Dengan aqidah yang shahih, ia bisa

memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam semesta,

manusia dan kehidupan dengan pemahaman yang benar dan lurus.

Seorang mufassir juga wajib mengenal perkara-perkara yang

menjadi ‘ushul i’tiqadiyyah’, seperti apa yang wajib bagi Allah dan apa

yang mustahil, serta yang wajib bagi para Rasul dan yang mustahil bagi

mereka.

Abu Hayyan -sebagaimana disebutkan oleh Dr. Muhammad ‘Ali

al-Hasan- menyatakan tentang ilmu ini: “Para ulama umat Islam dari

seluruh kelompok telah menulis ilmu ini dalam banyak kitab, dan ia

adalah ilmu yang sulit, yang jika tergelincir di dalamnya, wal ‘iyadzu

billah, maka orang tersebut akan mendapatkan kebinasaan di dunia dan

akhirat.”

Page 11: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

8

5. Menguasai ulumul Qur’an

Untuk memahami al-Qur’an dengan benar, mau tidak mau seorang

mufassir harus menguasai ulumul Qur’an. Di antara cabang ulumul

Qur’an yang wajib dikuasai oleh seorang mufassir adalah:

a. Ilmu qiraat, dengan ilmu ini dapat diketahui tatacara pengucapan

lafazh-lafazh al-Qur’an dengan benar. Makna dan tafsir al-Qur’an

bisa berbeda-beda jika lafazh-lafazh di dalamnya dibaca secara

berbeda pula. Dan jika kita baca kitab-kitab tafsir mu’tabar, kita

akan temukan banyak pembahasan terkait ilmu ini saat mufassir

ingin menunjukkan makna atau tafsir yang paling tepat atas suatu

lafazh atau ayat.

b. Ilmu asbabun nuzul, Sebagian ayat al-Qur’an diturunkan terkait

peristiwa yang terjadi di masa turunnya ayat tersebut, sebagian lagi

diturunkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepada

Rasulullah. Untuk mengetahui makna yang benar atas suatu ayat,

tentu kita harus mengetahui apa yang menyebabkan ayat itu

diturunkan. Di sinilah pentingnya seorang mufassir menguasai ilmu

asbabun nuzul.

c. Ilmu nasikh-mansukh, di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam masih hidup, kadang turun ayat al-Qur’an yang menyebutkan

hukum suatu perbuatan, dan di masa berikutnya turun ayat yang lain

lagi yang menghapus hukum dari ayat sebelumnya. Inilah

pembahasan nasikh-mansukh. Sebagaimana dalam Hadits, dalam al-

Qur’an pun ia ada. Jika seseorang tidak mengetahui nasikh-mansukh

dalam al-Qur’an, bisa jadi ia menyimpulkan hukum dari suatu ayat

al-Qur’an, padahal hukum dari ayat tersebut sudah mansukh oleh

ayat yang lain.

d. Ilmu qashashul Qur’an, Sebagaimana kita ketahui, banyak cerita

dalam al-Qur’an, namun ia bukanlah seperti buku sejarah atau

Page 12: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

9

biografi yang memuat cerita tersebut secara runut. Al-Qur’an

memuat cerita-cerita tersebut lebih sebagai pelajaran bagi umat

Islam, sehingga pemuatan cerita-cerita tersebut kadang terpisah-

pisah di berbagai surah al-Qur’an. Seorang mufassir perlu

mengetahui gambaran global dari masing-masing cerita tersebut,

agar ia bisa menafsirkan penggalan-penggalan cerita di tiap surah

secara tepat.

6. Mengetahui hadits-hadits Nabi yang berisi tafsir terhadap ayat-

ayat al-Qur’an

Orang yang paling memahami al-Qur’an adalah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, agar seorang mufassir tidak

menyimpang tafsirnya, ia wajib mengetahui hadits-hadits Nabi yang

terkait dengan ayat yang ingin ia tafsirkan.

7. Mengetahui tafsir shahabat

Setelah Nabi, para shahabatlah yang paling mengetahui al-Qur’an,

karena mereka hidup di masa turunnya al-Qur’an, hari-hari mereka

dihabiskan dengan membersamai Rasul, sang penerima wahyu. Jadi,

seorang mufassir wajib mengetahui tafsir para shahabat, dan

menjadikannya sumber ketiga dalam penafsiran al-Qur’an setelah al-

Qur’an itu sendiri dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

D. Metode-metode Tafsir Al- Qur’an

Jenis metode tafsir al-qur’an, yaitu:

1. Metode At-Tahlili

Secara harfiah, at-tahlili berarti terlepas atau terurai. Jadi, at-tafsir

at-tahlili adalah adalah metode penafsiran ayat-ayat Alquran melalui

pendeskripsian (menguraikan) makna yang terkandung dalam ayata-ayat

Al-qur’an dengan mengikuti tata tertib susunan atau urutan surat-surat

dan ayat-ayat Alquran yang diikuti oleh sedikit-banyak analisis tentang

kandungan ayat itu.

Page 13: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

10

2. Metode Al-Ijmali

Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global

dan penjumlah. Jadi, tafsir al-ijmali ialah penafsiran Alquran dengan cara

mengemukakan isi dan kandungan Alquran melalui pembahasan yang

panjang dan luas, tidak secra rinci. Pembahasan tafsie al-ijmali hanya

meliputi beberapa aspek dan dalam bahasa yang sangat singkat.

Misalnya, Tafsir Al-Farid Al-qur’an Al-madjid hanya mengedepankan

arti kata-kata (al-mufrodah), sebab an-nuzul dn penje.lasannya sangat

singkat.

3. Metode Al-Muqaran

Tafsir al-muqaran ialah tafsir yang menggunakan pendekatan

perbandingan antara ayat-ayat Alquran yang redaksinya berbeda, padahal

isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinya mirip

padahal artinya berlainan. Metode komparasi (manhaj al-muqaram) ialah

menafsirkan ayat-ayat yang selintas tampak berlawanan dengan hadist

padahal sebenarnya sama sekali tidak bertentangan.

4. Metode maudu’i

Nama dan istilah tafsir maudu’i ini, dalam bentuknya yang kedua,

adalah istilah baru dari ulama zaman sekarang dengan pengertian

menghimpun ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai maksud yang sama

dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah dan

menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat Al-

qur’an tersebut, kemudian penafsir memberiakn keterangan dan

penjelasan serta mengambil kesimpulan.

E. Mazhab-mazhab dalam Tafsir Al- Qur’an

1. Madzhab Tafsir bi al-Riwayah

Madzhab tafsir ini sering disebut juga sebagai madzhab bi al-

manqul. Kata al-matsur adalah bentuk isim maf’ul (objek) dari kata atsara-

ya’tsuru-atsran-atsaratan yang secara emitologi berarti menyebutkan atau

Page 14: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

11

mengutip (naqala) dan memuliakan atau menghormati (akrama) Al-atsar

juga berarti sunnh, hadist, jejak, bekas pengaruh, dan kesan.

Tafsir al-riwayah ialah tafsir yang terdapat dalam Al-qur’an atau

as-sunnah atau pendapat para sahabat, dalam rangaka apa yang

dikehendaki Allah tentang penafsiran Al-qur’an berdasarkan as-sunnah an-

Nabawiyyah. jadi tafsir bi al-riwayah adakalanya menafsirkan al-qur’an

dengan al-qur’an, atau menafsirkan al-qur’an dengan as sunnah an-

Nabawiyyah, atau menafsirkan Al-qur’an dengan yang dikutip dari

pendapat sahabat.

a. Tafsir al-qur’an dengan Al-qur’an

Tafsir Al-qur’an denagn Al-qur’an ada yang berbentuk

penafsiran bagian (kosakata) dari ayat Al-qur’an dengan bagian ayat

Al-qur’an lainnya pada ayat dan surat yang sama, contoh dalam surat

Al-baqarah ayat 187. Ada yang berbentuk penafsiran ayat yang satu

dengan ayat yang lainya dalam surat yang sama, contoh dalam surat

Al-fatiha ayat 7. Ada pula yang yang berbentuk penafsiran ayat yang

satu dengan ayat dan surat lain yng berbeda surat. Contoh dalam

surat Al-Baqarah ayat 3-5 yang menafsirkan ayat 2 dari surat yang

sama.

b. Tafsir Al-qur’an dengan sunnah nabawiyyah

Tafrir Al-qur’an dengan sunnah nabawiyyah ialah penafsiran

Al-qur’an dengan hadist Nabi Muhammad SAW. misalnya, Nabi

Muhammad SAW menafsirkan kata al-maghdub (orang-orang yang

terkutuk) dengan orang-orang Yahudi dan adh-dhallin (orang-orang

yang sesat) dengan orang-orang Nasrani pada ayat berikut:

“ Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang

telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan)

mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.

(Q.S. AL-Fatihah:6-7).

c. Tafsir Al-qur’an dengan pendapat sahabat

Page 15: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

12

Tafsir Al-qur’an dengan pendapat para sahabat oleh sebgian

ulama digolongkan sebagai tafsir bi al-riwayyah. Misalnya, al-

Hakim dalam kitab al-mustadrak mengatakan bahwa tafsir sahabat

yang menyaksikan proses turunnya wahyu Al-qur’an layak untuk

diposisikan sebagai hadist marfu’. Ada pula ulam yang membatasi

bahwa tafsir sahbat itu bias digolongkan kedalam kelompok tafsir bi

al-riwayyah ketika yang diambil dari mereka adalah hal-hal yang

berkenaan dengan ilmu-ilmu sima’i seperti asbab an-nuzul dan kisah

yang tidak berkaitan denagan lapangan ijtihad. sebaliknya, hal-hal

yang mereka peroleh karena pemahaman dan ijtihad lebih tepat

digolongkan sebagai hadist mauquf, dan tidak tepat sebagai hadist

marfu’.

2. Madzhab Tafsir bi ad-Dirayyah

Kata dirayyah berakar dari kata dara-yadri-daryatan-diryatan-

dirayatan yang artinya mengetahui dan memahami. Kata dirayyah

merupakan sinonim dari kata ra’yun yang berasal dari kata ra’ya-yar’i-

ra’yan-wa ru’yatan yang berarti melihat (bashara), mengerti (adraka),

menyangka, mengira atau menduga (hasiba).Tafsir bi ar-ra’yi disebut juga

tafsir bi al-ma’qul, tafsir bi al- ijtihadatau tafsir bi al-istimbath.

Jenis Tafsir ad-Dirayah

a. Tafsir bi ar-ra’yi yang tercela(al-madzmum)

b. Tafsir bi ar-ra’yi yang terpuji (al-mahmud)

3. Madzhab Tafsir bi al-isyarah

Kata al-isyarah merupakan bentuk sinonim dari kata ad-dalil yanr

berarti tanda, petunjuk, indikasi, syarat, sinyal, perintah, panggilan,

nasihat, dan saran. Jadi tafsir bi al-isyarah adalah penakwilan al-qur’an

dengan mengesampingkan (makna) lahiriah karena ada isyarat (indikator)

tersembunyi yang hanya bias disimak oleh orang-orang yang memiliki

ilmu suluk dan tasawuf.

Page 16: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

13

F. Kitab-kitab Tafsir dan Corak Pendekatannya

1. Kitab-kitab tafsir

a. Buhuts fi ushul at-Tafsir wa Manahijuhu

Kitab ini ditulis oleh Fadh bin Abdurrahman ar-Rumi, seorang

professor pada dirasah Al-qur’an di Riyadh. Kitab ini terdiri dari 12

pembahasan, diantaranya membahas tentang ilmu tafsir, ikhtilaf para

mufassir, asalib, thuruk, dan manhaj mufassir serta pembagian tafsir

menjadi tafsir bi al-matsur dan tafsir bi al- ra’yi.

b. At-Tahbir fi al-ilm al-tafsir

Kitab ini ditulis oleh imam Jalaluddin As-suyuthi, tertulis dalam

kitab ini sekitar 102 cabang limu yang harus dikuasai oleh seseorang

yang ingin belajar Al-qur’an.

c. Al- iksir fi al-ilmu at-tafsir

Kitab ini ditulis oleh Sulaiman bin Abdul Qawi as-Sharshari at-

Thufi, pembahasan dalam kitab ini diantaranya ialah pembahasan

tentang lafadz yang mesti ditafsirkan dan makna yang tidak mesti

ditafsirkan karena maknanya sendiri telah jelas dan pembahasan

ilmu al-mani dan al-bayan.

d. Tafsir al-jalalain

Tafsir al-jalalain adalah tafsir ringkas yang ditulis oleh dua orang

Al- hafidz, yaitu Al-hafidz Al mahali dan hafidz As suyuthi.

e. Tafsir ibnu Katsir

Tafsir ibnu katsir merupakan sa;ah satu kitab tafsir yang paling

banyak diterima dan tersebar ditengah umat ini.

f. Tafsir Al-Maraghi

Tafsir ini ditulis oleh Syaikh Ahmad Al-Maraghi yang merupakan

seorang ulama besar dari universits Al-Azhar Mesir.

g. Tafsir Al-Kasyaf

Penafsiran yang ditempuh al-Zamakhsyari dalam karyanya ini

sangat menarik, karena uraiannya singkat dan jelas sehingga para

Page 17: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

14

ulama Mu’tazilah mengusulkan agar tafsir tersebut dipresentasikan

p[ada para ulama Mu’tazilah dan mengusulkan agar penafsirannya

dilakukan dengan corak I’tizali.

h. Tafsir Al-mizan

Tafsir Al-mizan disusun oleh Allamah Sayyid Muhammad Husain

Thabathabai, seorang ulama Iran.

2. Corak pendekatan ilmu tafsir

a. Tafsir Fiqhy (corak hokum)

b. Tafsir falsafi(corak filsafat)

c. Tafsir ilmi (corak ilmiah)

d. Tafsir tarbawy (corak pendidikan)

e. Tafsir akhlaqy (corak akhlak)

f. Tafsir I’tiqadi (corak teologis)

g. Tafsir sufy (corak tasawwuf).

Page 18: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

15

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang patut kita pelajari. Metodologi

tafsir Al Qur’an adalah salah satu cara untuk mengkaji, memahami dan

menguak lebih jauh maksud dan kandungan dari ayat-ayat Al Qur’an. Metode

tafsir yang adapun sangat beragam model, bentuk dan pendekatannya.

Adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan

memahami macam-macam metode tafsir ayat Al Qur’an yang ada dengan

berbagai macam pendekatannya, jika hal ini telah kita ketahui, maka ayat-ayat

Al Qur’an semakin hidup dan mampu untuk menjawab segala persoalan

masyarakat yang berkembang begitu cepat. Hal ini semakin mempertegas

bahwa Al Qur’an adalah wahyu Allah yang menjadi rujukan dan sumber

utama semua umat Islam.

Page 19: Ulumul Qur'an: Tafsir Al- Qur'an

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Prof. Dr. M.Ag, 2013. Ulum Al-qur’an. Bandung: Pustaka Setia

AS, Mudzakir, DRS, 2013. Studi ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta: PT. Pustaka Litera

AntarNusa

Izzan, Ahnad, Drs, M. Ag, 2009. Metodologi Ilmu Tafsir, Bndung: Tafakur.