Top Banner
BAB III TAFSIR QS. AL-HUJURAT AYAT 1 – 18 A. Tafsir QS. Al-Hujurat Menurut Ibnu Katsir Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur’an al-‘Azim, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat Islam. Beliau telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyusunnya. Tidak mengherankan jika penfafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat (baik hadits maupun atsar), bahkan hampir seluruh hadits riwayat Imam Ahmad yang terdapat dalam Kitab al-Musnad tercantum dalam kitab ini. Beliau menggunakan rujukan-rujukan penting lainnya yang sangat banyak, sehingga sangat bermanfaat dalam berbagai disiplin ilmu agama (seperti aqidah, fiqh, dan lain sebagainya). Sangat wajar apabila Imam As-Suyuti berkata: “Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya.” 1. Biografi Pengarang Beliau adalah imam yang mulia Abdul Fida Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisy al-Busharwi yang 46
306

Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

Mar 01, 2023

Download

Documents

Samsun Ramlie
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

BAB IIITAFSIR QS. AL-HUJURAT AYAT 1 – 18

A. Tafsir QS. Al-Hujurat Menurut Ibnu Katsir

Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting

yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur’an al-‘Azim,

paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat

Islam. Beliau telah menghabiskan waktu yang sangat lama

untuk menyusunnya. Tidak mengherankan jika penfafsiran

beliau sangat kaya dengan riwayat (baik hadits maupun

atsar), bahkan hampir seluruh hadits riwayat Imam Ahmad

yang terdapat dalam Kitab al-Musnad tercantum dalam

kitab ini.

Beliau menggunakan rujukan-rujukan penting lainnya

yang sangat banyak, sehingga sangat bermanfaat dalam

berbagai disiplin ilmu agama (seperti aqidah, fiqh, dan

lain sebagainya). Sangat wajar apabila Imam As-Suyuti

berkata: “Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal

dengannya.”

1. Biografi Pengarang

Beliau adalah imam yang mulia Abdul Fida Imaduddin

Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisy al-Busharwi yang

46

Page 2: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

47

berasal dari kota Basharah, kemudian menetap di

Damascus. Beliau lahir pada tahun 705 H dan wafat pada

tahun 774 H. Beliau adalah seorang ulama yang terkenal

dalam bidang tafsir, hadits, sejarah, dan fiqh. Beliau

mendengar hadits dari ulama-ulama Hidjaz dan mendapat

ijazah dari al-Wani serta mendapat asuhan dari ahli

ilmu hadits terkenal di Suriah yaitu Jamaluddin Yusuf

bin Zaki al-Mazi mertuanya sendiri. Ayahnya meninggal

ketika beliau masih berusia 6 tahun, oleh karena itu

sejak tahun 706 H beliau hidup bersama kakaknya di

Damascus. 

Beliau juga berguru kepada Ibnu Taimiyah dan

sangat mencintai gurunya itu. Sebagian ulama menggangap

beliau sebagai salah seorang murid Ibnu Taimiyah yang

paling setia dan paling gigih mengikuti pandangan

gurunya dalam masalah fiqh dan tafsir. 

2. Latar Belakang Penulisan

ذ� ذ� وإ�� خ�� إ اق� إهلل� ث� ي� ن� م� ��ي � ذ� وإ إل�� وت�� اب! إ ث� ك� ه إل� ن�� ي' �� ث� ي( ث� اس� ل� لث�� ه ولا ل�� مون�� ت� ك وه ت�3 ذ' ث! ن� ف�'م ورإء ه�� هور� ت�روإ ظ�= ه� وإش� ا ن�!� مث� لا ث�� ث� ل� س ف�� ئ ث!� ا ف�� ت�رون� م� ش� ي��

Page 3: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

48

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambiljanji dari orang-orang yang telah diberi kitab(yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitabitu kepada manusia, dan jangan kamumenyembunyikannya." Lalu mereka melemparkanjanji itu ke belakang punggung mereka danmereka menukarnya dengan harga yang sedikit.Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”(QS.Ali Imran 187)

Dengan firman Allah di atas, maka menurut Ibnu

Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna

yang terkandung dalam firman Allah dan tafsirya.

3. Bentuk, Metode dan Coraknya

Tafsir Ibnu Katsir dipandang sebagai salah satu

tafsir bi al-ma’tsur yang terbaik, berada hanya

setingkat di bawah tafsir Ibnu Jarir at-Thabary. Ibnu

Katsir menafsirkan al-Qur’an berdasarkan hadits-hadits

dan atsar-atsar yang disanadkan kepada perawinya, yaitu

para sahabat dan tabi’in.

Dalam bidang tafsir, Ibnu Katsir mempunyai metode

tersendiri. Menurutnya jika ada yang bertanya: “Apakah

metode tafsir yang paling bagus?” maka jawabnya:

“Metode yang paling shahih dalam hal ini adalah

menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an. Dan

Page 4: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

49

perkara-perkara yang global di satu ayat dapat

ditemukan rinciannya dalam ayat lain. jika tidak

mendapatkannya maka hendaklah mencarinya dalam Sunnah

karena Sunnah adalah penjelas bagi al-Qur’an. Allah

Ta’ala berfirman:

ا ت��� ا إ�� ث� ل� ز' ن�� كO إ ث� ل� اب! إ�� ث� ك� � إل� ق�� ح ال� م ت�!� ك ح ت� ن� ل�� Xي اس� ب�! ما إل�ث�� رإك�O ث�!� إ ولا إهلل�ن� ك يXن� ت�3 ث�� ئ^[ ا لح� ما ل�� ت� ص� خ��

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamudengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antaramanusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah),karena (membela) orang-orang yang khianat.”

Jadi menurut menurut hemat penulis, Ibnu Katsir

dalam penafsirannya mempunyai metode sebagai berikut:

a. Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an.

b. Bila penafsiran al-Qur’an tidak didapatkan, maka al-

Qur’an ditafsirkan dengan hadist Nabi.

c. Kalau yang kedua tidak dapat ditafsirkan maka al-

Qur’an harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat,

karena mereka orang yang paling mengetahui konteks

sosial turunnya ayat al-Qur’an.

Page 5: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

50

d. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka

pendapat para tabi’in perlu diambil.

4. Bentuk Penafsirannya

Dari aspek bentuk penafsirannya, Tafsir al-

Qur’an al-‘Adzim karya Ibnu Katsir ini memakai

bentuk riwayat (al-ma’tsur). Hal ini dapat

dibuktikan dari hasil penafsiran Ibnu Katsir dalam

Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim yang banyak menggunakan

riwayat-riwayat baik dari para sahabat maupun para

tabi’in.

5. Metode Penafsirannya

Dari empat macam metode penafsiran yang berkembang

sepanjang sejarah tafsir al-Qur’an, berdasarkan

penelitian saya terhadap Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim

karya Ibnu Katsir, ternyata metode yang digunakan dalam

tafsir ini adalah metode analitis (tahlili).

6. Corak Penafsirannya

Dari beberapa corak penafsiran yang berkembang

sepanjang sejarah tafsir al-Qur’an, berdasarkan

penelitian saya terhadap Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim

karya Ibnu Katsir, ternyata corak yang digunakan Ibnu

Page 6: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

51

Katsir dalam tafsir al-Qur’an al-‘Adzim adalah bercorak

umum.

7. Karakteristiknya

Diantara ciri khas tafsir Ibnu Katsir adalah

perhatiannya yang besar kepada masalah tafsir al-Qur’an

bi al-Qur’an (menafsirkan ayat dengan ayat). Sepanjang

pengetahuan saya, tafsir ini merupakan tafsir yang

paling banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang

bersesuaian maknanya, kemudian diikuti dengan

penafsiran ayat dengan hadits-hadits marfu’ yang

relevan dengan ayat yang sedang ditafsirkan,

menjelaskan apa yang menjadi dalil dari ayat tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan atsar para sahabat, pendapat

tabi’in dan ulama salaf sesudahnya. 

Dalam hal ini, Rasyid Ridha berkomentar, “Tafsir

ini merupakan tafsir paling masyhur yang memberikan

perhatian besar terhadap riwayat-riwayat dari para

mufassir salaf, menjelaskan makna-makna ayat dan

hukumnya, menjauhi pembahasan masalah I’rab dan cabang-

cabang balaghah yang pada umumnya dibicarakan secara

panjang lebar oleh kebanyakan mufassir, menghindar dari

Page 7: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

52

pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak

diperlukan dalam memahami al-Qur’an secara umum atau

hukum dan nasehat-nasehatnya secara khusus.”

Keistimewaan lain dari tafsir Ibnu Katsir adalah

daya kritisnya yang tinggi terhadap cerita-cerita

Israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab

tafsir bil-ma’tsur, baik secara global maupun

mendetail.

8. Perbedaan dengan Tafsir At-Thabari

Kitab tafsir at-Thabari yaitu “Jami’ Al-Bayan fi

Tafsir Al-Qur’an”, merupakan tafsir paling besar dan

utama, menjadi rujukan penting bagi para mufassir bil-

ma’tsur. Para ulama sependapat bahwa belum pernah

sebuah kitab tafsir pun yang ditulis sepertinya.

Sehingga Ibnu Katsir pun banyak menukil darinya. Tidak

aneh lagi jika tafsir Ibnu Katsir memiliki sedikit

kemiripan dengan tafsir at-Thabari. Namun dari persaman

itu memunculkan perbedaan diantara kedua kitab tafsir

itu, yaitu diantaranya pada kitab tafsir at-Thabari

memaparkan tafsir dengan menyandarkan kepada sahabat,

tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Sehingga pada kitab tafsir

Page 8: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

53

at-Thabari terdapat cerita-cerita Israiliyat. Berbeda

dengan kitab tafsir Ibnu Katsir, beliau sangat kritis

terhadap cerita-cerita Israiliyat.

9. Tafsir Surat Al Hujurat ayat 1-18 menurut Ibnu

Katsir

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� eee��وإ إل eeeن� وإe ءإم� م� ذ� eeeق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! eee��ه� تeeeل�ه� إل ول� �eeeوإ ورس eeeق� ن�� إل�لeeeه وإت��� إ��ع إل�لeeeeeeه ي� م� �eeeeeeم} س ي� ل� ها1ع� ي^�� اإ ن� { ت�� ��ي � ذ� eeeeee��وإ إل eeeeeeن� وإ ءإم� eeeeeeع زف�� م لان�� ك 3�ت وإ �eeeeeeص وق� إ eeeeeeف�� وب� ي��� ص� ب!� هروإ إل�ي�� ج! ول�e له ولات�� ق� ال� e�!�ر� ت eه ج! م ك� ك ��eعض ت�! عض� ي! ن� ل�� ط إ e ب! ح م ت�� ك ال� eم ع� إ

م ي� ئ^� عرون� وإ �eeeش ن��2} لاي�� ن� { إ�� ��ي � ذ� eee��ون� إل ��eeeض ع� هم ت�� وإي�� �eeeص ذ إ �eeeث ول� ع�� �eeeه� رسeeeل�إلOك � ث ول� ن� إ ��ي � ذ� ن� إل�� ح ت� هم إل�له إم� لوي�! وي ف�� ق� لي�� هم ل�� ره� ل� ف�� ع� ر م�� ج�! م وإ ي� � ظ= {3} ع�

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, danjanganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yanglain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidakmenyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisiRasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka olehAllah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (QS.49 Al-Hujurat1-3)1

1 Ad-Dimasyqi Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsirul Qur’anil Adzimi, terj. Bahrun Abu Bakar dkk, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2008), Cet. II, hlm. 283-284.

Page 9: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

54

Melalui ayat-ayat ini Allah SWT mengajarkan etika

sopan santun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan

bergaul dengan Rasulullah SAW. Yaitu hendaknya mereka

menghormati, memuliakan, dan mengagungkan beliau SAW.

Untuk itu Allah SWT berfirman:

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� وإe ءإم� م� ذ� ق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! ه� إل�له� ت�� ول� ورس�Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasulnya (QS. Al-Hujurat 1)

Maksudnya, janganlah kalian tergesa-gesa dalam

segala sesuatu di hadapannya, yakni janganlah

melakukannya sebelum dia, bahkan hendaknyalah kamu

mengikuti kepadanya dalam segala urusan. Dan termasuk

kedalam pengertian umum etika yang diperintahkan Allah

ini adalah hadis Mu’az r.a. ketika diutus oleh Nabi SAW

ke negeri Yaman. Nabi SAW bertanya kepadanya, “Dengan

apa engkau putuskan hukum?” Mu’az menjawab, “Dengan

Kitabullah”. Rasul SAW bertanya. “Kalau tidak kamu temuka?”

Mu’az menjawab, “Dengan Sunnah Rasul”. Rasul SAW

bertanya, “Jika tidak kamu temukan?” Mu’az menjawab,

Page 10: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

55

“Aku akan berijtihad sendiri”. Maka Rasulullah SAW

mengusap dadanya seraya bersabda:

ول �eeي رس � �eeزض ا ن�� eeم م ل�� ل� �eeه� وس ee لن� ول� إل�لeeه� ع� �eeول رس �eeق� رس eeي وف�� � ذ� ee��ه� إلeeل�ذ ل eeم ح إل�م ل� ه� وس� لن� إل�له� ع�

Segala Puji bagi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah kepadaapa yang diridhai oleh Rasulullah.

Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, dan Imam

Ibnu Majah telah meriwayatkan hadis ini pula. Kaitannya

dengan pembahasan ini adalah Mu’az menangguhkan

pendapat dan ijtihadnya sendiri sesudah Kitabullah dan

sunnah Rasul-Nya. Sekiranya dia mendahulukan ijtihadnya

sebelum mencari sumber dalil dari keduanya, tentulah

dia termasuk orang yang mendahului Allah dan Rasul-Nya.

Ali Ibnu Talhah telah dari Ibnu Abbas r.a.sehubungan dengan makna firman-Nya:

وإ م� ذ� ق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! ه� إل�له� ت�� ول� ورس�

Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya (QS. Al-Hujurat-1)

Yakni janganlah kamu katakan hal yang bertentangan

denga Kitabullah dan sunnah. Al-Aufi telah meriwayatkan

Page 11: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

56

dari Ibnu Abbas r.a. bahwa mereka (para sahabat)

dilarang berbicara disaat Rasulullah SAW sedang

berbicara. Mujahid mengatakan “ janganlah kamu meminta

fatwaa kepada Rasulullah SAW tentang suatu perkara,

sebelum Allah SWT menyelesaikan melalui lisannya”. Ad-

Dakhlak mengatakan, “janganlah kamu memutuskan suatu

urusan yang menyangkut hukum syari’at agama kalian

sebelum Allah dan Rasul-Nya memutuskannya”.

Sufyan As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan

makna firman Allah SWT:

وإ م� ذ� ق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! ه� إل�له� ت�� ول� ورس�

Jang2anlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya (QS. Al-Hujurat-1)

Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungandengan makna firman-Nya:3

وإ م� ذ� ق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! ه� إل�له� ت�� ول� ورس�

Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya (QS. Al-Hujurat-1)

2 Ibid. Hlm. 2853 Ibid. hlm 284.

Page 12: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

57

Yaitu janganlah kamu berdo’a sebelum imam berdo’a.

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa

ada beberapa orang yang mengatakan, “seandainya saja

diturunkan mengenai hal anu dan anu. Seandainya saja

hal anu dibenarkan. Maka Allah SWT tidak menyukai hal

tersebut; karena hal tersebut berarti sama dengan

mendahului”.

وإ ق� إل�له وإت���Bertakwalah kepada Allah (QS. Al-Hujurat-1)

Dengan mengerjakan semua apa yang diperintahkan-

Nya kepada kalian.

ن�� ع إل�له إ�� ي� م� م س� ي� ل� ع�Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-

Hujurat 1)

Yakni Dia mendengar semua ucapan kalian dan

mengetahui semua niat kalian.

Firman Allah SWT:

Page 13: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

58

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� عوإ ءإم� زف�� م لان�� ك 3�ت وإ ص� وق� إ � ف� وب� ي��� ص� ب!� إل�ي��Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramumelebihi suara Nabi (QS. Al-Hujurat-2)

Ini merupakan etika lainnya yang melaluinya Allah

mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka

jangan meninggikan suaranya dihadapan Nabi SAW lebih

tinggi dari pada suaranya. Menurut suatu riwayat, ayat

ini diturunkan berkenaan dengan dua orang syekh, yakni

Abu Bakar dan Umar. Imam Bukhari mengatakan, telah

menceritakan kepada kami Busrah Ibnu Sahwan Al-Lakhami,

telah menceritakan kepada kaum Nafi’ Ibnu Umar, dari

Ibnu Abu Mulaikah yamg mengatakan bahwa hampir saja

kedua orang yang terbaik binasa (yaitu Abu Bakar dan

Umar) karena keduanya meninggikan suaranya dihadapan

Nabi SAW disaat datang kepada beliau kafilah Bani

Tamim. Lalu salah seorang dari keduanya berisyarat

kepada Al-Aqra’ ibnu Haris r.a. saudara lelaki Bani

Mujasyi’, sedangkan yang lain berisyarat kepada lelaki

yang lainnya. Nafi’ mengatakan bahwa dia tidak ingat

lagi nama lelaki itu. Maka Abu Bakar berkata, “engkau

ini tidak lain kecuali bersikap berbeda denganku”. Umar

Page 14: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

59

menjawab, “aku tidak berniat berbeda denganmu”. Maka

suara keduanya kuat sekali memperdebatkan hal tersebut,

lalu sehubungan dengan peristiwa itu Allah SWT

menurunkan firmannya:

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� وإ ءإم� eع زف�� م لان�� ك 3�ت وإ �eص وق� إ eeف� � وب� �eeي��� ص ب!� روإ إل�ي�� eه ج! ه ولات�� eeلeول� ق� ال� هر� ت�!� ج! م ك� ك عض�� ت�! عض� ي! ن� ل�� ط إ ب! ح م ت�� ك مال� ع� م إ ي� ئ^� عرون� وإ ش� ٢ لاي��

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramumelebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengansuara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadapsebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkankamu tidak menyadari (QS. Al-Hujurat 2).

Ibnu Zubair r.a. mengatakan bahwa sesudah turunnya

ayat ini Umar r.a. tidak berani lagi angkat bicara

dihadapan Rasulullah SAW melainkan mendengarnya lebih

dahulu sampai mengerti. Akan tetapi, Ibnu Zubair tidak

menyebutkan dari ayahnya tentang Abu Bakar r.a. hadis

ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.4

Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah

menceritakan kepada kami Hasan Ibnu Muhammad, telah

menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Juraij,

4 Ibid. hlm. 285-287

Page 15: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

60

telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah, bahwa

Abdullah Ibnu Zubair r.a. menceritakan kepadanya bahwa

pernah datang iringan kafilah dari Bani Tamim kepada

Nabi SAW. Maka Abu Bakar r.a. berkata, “angkatlah Al-

Qa’qa Ibnu Ma’bad sebagai pemimpin mereka”. Dan Umar

r.a. berkata, “angkatlah Al-Aqra’ Ibnu Habis sebagai

pemimpin mereka”. Maka Abu Bakar r.a. berkata, “tiada

lain tujuannya adalah untuk menentangmu”, akhirnya

keduanya perang mulut hingga suara mereka gaduh

dihadapan Nabi SAW. Maka turunlah firman Allah SWT:

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� وإe ءإم� م� ذ� ق� ت^� ن� لا Xي ذي�� ب�! ه� إل�له� ت�� ول� ورس�Hai orang0oarang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasul-Nya. (QS. Al-Hujurat 1).

Sampai dengan firman Allah SWT:

و هم ول� ي��� روإ إ ي صت! ب�� ح� خ�رج� م ت�� ه� ي� ل� إ��Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluarmenemui mereka (QS. Al-Hujurat-5).

Hal yang sama juga telah diriwayatkan pula oleh

Imam Bukhari dalam kitab tafsirnya secara munfarid

dengan sanad yang sama.5

5 Ibid. hlm. 287-288

Page 16: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

61

Al-hafidz Abu Bakat Al-Bazzar mengatakan dalam

kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl

Ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Ishaq Ibnu

Mansur, telah menceritakan kepada kami Husain Ibnu

Umar, dari mukhariq, dari Thariq Ibnu Shihab, dari Abu

Bakar As-Sidiq r.a. yang mengatakan bahwa ke6tika ayat

ini diturunkan, yaitu firmannya:

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� عوإ ءإم� زف�� م لان�� ك 3�ت وإ ص� وق� إ � ف� وب� ي��� ص� ب!� إل�ي��Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikansuaramu melebihi suara Nabi (QS. Al-Hujurat-2)Abu Bakar r.a berkata, “wahai Rasulullah, demi

Allah, aku tidak akan berbicara lagi kepadamu melainkan

dengan suara yang endah (pelan). Husain Ibnu Umar

sekalipun predikatnya dhaif, tetapi hadis ini telah kami

kemukaaka pula melalui riwayat Abdur Rahman Ibnu Auf

dan Abu Hurairah r.a. dengan lafadz yang semisal; hanya

Allah-lah yang Maha Mengetahui.

Imam Bukhari megatakan telah menceritakan kepada

kami Ali Ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami

Azar Ibnu Sa’d, telah menceritakan kepada kami Ibnu

6 Ibid. Hlm. 288

Page 17: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

62

Auf, telah menceritakan kepada kami Musa Ibnu Anas,

dari Anas Ibnu Malik r.a. bahwa Nabi SAW kehilangan

Sabit Ibnu Qais r.a. maka seorang lelaki berkata,

“wahai Rasulullah, saya mengetahui dimana ia berada”.

Lalu lelaki itu mendatanginya, dan menjumpainya

dirumahnya sedang menundukan kepalanya. Maka lelaki itu

bertanya kepadanya”, mengapa kamu?” ia menjawab, bahwa

dirinya celaka karena telah meninggikan suaranya di

hadapan Nabi SAW lebi dari suara Nabi SAW. Dan ia

beranggapan bahwa amal baiknya telah dihapuskan, maka

ia termasuk ahli neraka.

Lelaki itu kembali kepada Nabi SAW dan

menceritakan kepada beliau apa yang dikatakan oleh

orang yang dicarinya, bahwa dia telah mengatakan anu

dan anu. Musa Ibnu Anas ,elanjutkan kisahnya, bahwa

lelaki itu kembali menemuinya seraya membawa berita

gembira dari Nabi SAW yang telah besabda:

ل� ه� ن� إ ك�O م�� ث�� ك� ار� ول� ل� إل�ث�� ه� ن� إ ست� م�� كO ل� ���ب ل له إ� ق� ق� ه� ي� ل� ت! إ� ه� ذ� إ�� ه� ن�� ح! إل�

Page 18: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

63

Kemblilah kamu kepadanya dan katakanlah kepadanyasesungguhnya engkau bukan ahli neraka tetapi engkau termasukahli surga.

Imam Bukhari meriwayatkan jalur ini secara tunggal.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman

Ibnu Mugirah, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a.

yang mengatakan bahwa ayat berikut diturunkan, yaitu

firman Allah SWT:

ها ي^�� اإ ن� ت�� ��ي � ذ� وإ إل�� ن� عوإ ءإم� زف�� م لان�� ك 3�ت وإ ص� وق� إ � ف� وب� ي��� ص� ب!� إل�ي��Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramumelebihi suara Nabi (QS. Al-Hujurat 2)

Sampai dengan firman-Nya:

م ي� ئ^� عرون� وإ ش� لاي��Sedangkan kamu tidak menyadari (QS. Al-Hujurat 2)

Tersebutlah bahwa Sabit Ibnu Qais Ibnu Syammas

seorang yang memiliki suara yang keras. Maka ia

berkata, “akulah yang sering meninggikan suaraku diatas

suara Rasulullah SAW, maka aku termasuk ahli neraka,

semua amalku dihapus”. Lalu ia duduk di tempat tinggal

keluarganya dengan hati yang sedih dan tidak mau keluar

lagi.

Page 19: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

64

Maka Rasulullah SAW merasa kehilangan dia, lalu

sebagian orang berangkat untuk menemuinya di rumahnya.

Mereka berkata kepadanya bahwa Rasulullah SAW merasa

kehilangan dia, dan mereka menanyakan mengenai

penyebabnya. Sabit Ibnu Qais menjawab, “akulah yang

seriang meninggikan suaraku di atas suara Nabi SAW, dan

aku sering berkata dengan saura yang keras kepad

beliau; maka semua amalku dihapuskan dan aku termasuk

kepada ahli neraka”. Lalu mereka kembali kepada Nabi

SAW dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan

oleh Sabit Ibnu Qais. Maka Nabi SAW bersabda:

� ه� ن�� ح! ل� إل� ه� ن� إ و م�� ل ه� لا, ب�!Tidak, bahkan dia termasuk ahli surga.

Anas r.a mengatakan, “sejak saat itu kami

melihatnya berjalan diatara kami, sedangkan kami

mengetahui bahwa dia termasuk ahli surga. Ketika perang

Yamamah terjadi, kami mengalami tekanan dari pihak

musuh hingga terpukul mundur. Maka datanglah Sabit Ibnu

Qais ibnu Syammas dalam keadaan telah memakai kapur

barus dan mengenakan kain kafan, lalu berkata,

Page 20: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

65

“alangkah buruknya apa yang dianjurkan oleh teman-teman

kalia”, kemudian ia maju ke barisan musuh dan memerangi

mereka hingga ia gugur sebagai syuhada, semoga Allah

melimpahkan ridha-Nya kepadanya.

Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Bakar Ibnu Abu Asy-Syaibah, telah menceritakan

kepada kami Al-Hasan Ibnu Musa, telah menceritakan

kepada kami Hammad Ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani,

dari Anas Ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa setelah

ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah SWT:

ن�ب�� ��ي � ذ� هاإل�� ي^�� زا وإ لا ن�� ن� عوإ ءإم� مe ف�� ك 3�ت ص�و وق� إ وب� ف� ي���ص� ب!� � إل�ي��Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramumelebihi suara Nabi (QS. AL-Hujurat 2).

Sabit r.a. mengurung diri di dalam rumahnya, dan

mengatakan, “aku termasuk ahli neraka”, dan ia tidak

lagi mau keluar menemui Nabi SAW. Maka Nabi SAW

bertanya kepada Sa’d Ibnu Mu’az, “hai Abu Amr, kemana

Sabit, Apakah dia sakit?” Sa’ad r.a. menjawab, “aku

memang tetangga dia, tapi aku tidak mengetahui bahwa

dia sakit.” Lalu Sa’ad mendatanginya dan menceritakan

kepadanya perkataan Rasulullah SAW. Maka Sabit r.a.

Page 21: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

66

mengatakan, “ayat ini telah diturunkan, dan seperti

yang telah kamu ketahui bahwa aku adalah orang yang

paling tinggi nada suaranya diantara kalian melebihi

suara Nabi SAW. Karena itu, aku adalah ahli neraka.”7

Sa’ad r.a. menceritakan kepada Nabi SAW apa yang

dikatakan oleh Sabit itu. Maka Rasulullah SAW bersabda:

� ه� ن�� ح! ل� إل� ه� ن� إ و م�� ل ه� ب�!Tidak, bahkan dia termasuk ahli surga.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Ahmad Ibnu

Said Ad-Darimi, dari Hayyan Ibnu Hilal, dari Sulaiman

Ibnu Mugirah dengan sanad yang sama; tetapi dalam

riwayat ini tidak disebutkan nama Sa’d ibnu Mu’az r.a.

telah diriwayatkan dari Qatan Ibnu Basyir, dari Jafar

Ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas r.a. hal yang

semisal; Imam Muslim menyebutkan bahwa dalam riwayatnya

ini tidak disebutkan Sa’d Ibnu Mu’az r.a. Disebutkan

bahwa telah menceritakan kepadaku Hudah Ibnu Abdul A’la

Al-Asadi, telah menceritakan kepada kami Al-Mu’tamir

Ibnu Sulaiman, bahwa ia telah mendengar ayahnya

bercerita dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa ketika7 Ibid. hlm. 288-291

Page 22: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

67

turun ayat ini (al-hujuat-2), lalu disebutkan hal yang

semisal, akan tetapi tidak disebutkan nama Sa’d Ibnu

Mu’az. Ditambahkan pula bahwa kami memnyaksikannya

berjalan diantara kami dan kami beranggapan bahwa dia

termasuk ahli surga. Keetiga jalur periwayatan ini

berbeda dengan riwayat Hammad Ibnu Salamah yang

diriwayatkannya secara munfarid (tunggal) dan yang

didalamnya disebutkan nama Sa’d Ibnu Mu’az r.a.

Menurut pendapat yang benar, di saat turunnya

ayat ini Sa’d Ibnu Mu’az r.a. tidak ada lagi. Ia telah

gugur beberapa hari setelah perang dengan Bani Quraizah

karena luka yang dideritanya, yaitu pada tahun lima

hijriah. Sedangkan ayat ini berkenaan dengan delegasi

Bani Tamim. Dan menurut riwayat yang mutawatir, para

ulama menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi pada

tahun sembilan hijriah. Hanya Allah-lah Yang Maha

Mengetahui.

Ibnu Jariri mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid

Ibnu Habbab, telah menceritakan kepada kami ibnu Sabit

Ibnu Qais Ibnu Syammas, telah kepadaku pamanku Ismail

Page 23: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

68

Ibnu Muhammad Ibnu Sabit Ibnu Qais Ibnu Syammas, dari

ayahnya yang mengatakan bahwa setelah ayat ini

duturunkan, yaitu firman-Nya:

عوإلا ن��ز م ف�� ك 3�ت ص�و وق� إ � ف� وب� ج!ص� ي��� ولا ت�� ب!� وۥله هروإ إل�ي�� ال�ق� ل� ت�!�Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, danjanganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras (Qs. Al-Hujurat-2).

Maka Sabit Ibnu Qais r.a. duduk di pinggir jalan

seraya menangis. Lalu lewatlah kepadanya Asim Ibnu

Addi, dari Banil Ajlan dan bertanya kepadanya, “mengapa

kau menangis, hai Sabit?” Sabit r.a. menjawab, “ayah

inilah yang membuat aku takut, apabila ia diturunkan

berkenaan dengan diriku, karena aku adalah orang yang

tinggi suaranya”.

Asim Ibnu Addi r.a. melanjutkan perjalanannya

menemui Rasulullah SAW. Tangisan Sabit semakin menjadi-

jadi, lalu ia mendatangi istrinya (Jamilah Binti

Abdullah Ibnu Ubay Ibnu Sulul) dan berkata, “jika aku

masuk kamarku, maka gemboklah kamarku dengan paku.”

Maka istrinya melaksanakan apa yang diperintahlan

suaminya itu, lalu Sabit berkata, “aku tidak akan

Page 24: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

69

keluar sapai Allah mewafatkan diriku atau rasulullah

SAW meridhaiku.”

Asim r.a. datang kepada Rasulullah SAW, lalu

menceritakan kepadanya apa yang dialami oleh Sabit.

Maka beliau bersabda, “pergilah kepadanya dan undanglah

dia untuk datang kepadaku.” Asim r.a. datang ke tempat

ia menemui Sabit, tetapi dia tidak menjumpainya. Lalu

ia datang ke rumah keluarga Sabit, dan ia menjumpainya

berada di dalam kamar sedang mengunci dirinya, lalu ia

berkata kepadanya bahwa Rasulullah SAW memanggilnya.

Maka Sabit berkata, “patahkan saja kuncinya.”

Lalu keduanya berangkat menuju rumah Nabi SAW,

sesampainya di rumah Nabi SAW, beliau bertanya

kepadanya, “apakah yang menyebabkan kamu menangis, hai

Sabit?” Sabit menawab “saya orang yang tinggi suaranya,

dan saya khawatir ayat ini diturunkan berkenan dengan

diri saya, “ maksudnya adalah firman Allah SWT:

عوإلا ن��ز م ف�� ك 3�ت ص�و وق� إ � ف� وب� ج!ص� ي��� ولا ت�� ب!� الۥله هروإ إل�ي�� و ت�!� ل�ق�Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, danjanganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras (QS.Al-Hujurat 2)

Page 25: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

70

Maka Nabi SAW bersabda kepadanya:

؟ ه� ن�� ح! ل إل� ذخ�� ت^� ذإ, و ث� ه� ل ش�� ث� ق� ذإ وت�� ث� م� س� ح� ي� ع� ن� ت�� ي إ زض� ا ن�� م� إTidaklah kamu puas bila kamu hidup dalam keadaan terpuji,gugur sebagai syuhada, dan masuk kedalam surga?

Lalu Sabit menjawab, “aku rela dengan berita

gembira dari Allah SWT, dan Rasul-Nya, dan aku tidak

akan meninggikan suaraku lagi selamanya lebih dari

suara Nabi SAW. Kemudian Allah SWT menurunkan

firmannya:

eeص ون� إ ��eeض ع� ن� ت�� ��ي � ذ� ال�� ت��� همإ�� ي^� ذ و �eeث ول� ع�� �eeرس�ول � إ كO إهلل� � امئ ث� �Äئ � ذ� إل�� اهلل� ن� ح همت� وي�! eeل ف��و ق� لي�� ي ل��

Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisiRasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati merekaoleh Allah untuk bertakwa (QS. Al-Hujurat 3).

Kisah ini telah diriwayatkan bukan hanya oleh

seorang dari kalangan Tabi’in. Allah SWT telah melarang

orang-orang mukmin meninggikan suaranya dihadapan

Raulullah SAW. Telah diriwayatkan pula kepada kami dari

Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab r.a. bahwa ia

mendengar mendengar suara dua orang laki-laki di alam

Page 26: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

71

mesjid Nabawi sedang bertengkar hingga suara keduanya

tinggi dan gaduh. Maka datanglah Umar, lalu berkata,

“tahukah kamu berdua, di manakah kamu berada?” kemudian

umar r.a. bertanya pula, “dari manakah kamu berdua?”

keduanya menjawab, “dari Taif.” Maka Umar berkata,

“seandainya kamu besua dari kalangan penduduk Madianh,

tentu aku pukuli kalian berdua sampai kesakitan.”8

Para ulama menagtakan bahwa makruh meninggikan

suara di hadapan kuburan Nabi SAW sebagaimana hal itu

diimakruhkan saat beliau SAW masih hidup. Karena

sesungguhnya beliau SAW tetap dimuliakan, baik selama

hidupnya maupun sesudah wafatnya untuk selamanya.

Kemudian Allah SWT malarang orang-orang mukmin

berbicara kepadanya dengan suara yang keras sebagaimana

seseorang berbicara dengan temannya, bahkan dia harus

bersikap tenang, menghormati dan memuliakannya saat

berbicara kepada beliau SAW dan tentunya dengan suara

yang tidak keras. Karena itulah Allah SWT menyebutkan

alam firmannya:

8 Ibid. hlm. 291-293

Page 27: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

72

ج! الۥله هروإولا ت�� ول� ت�!� هق� ج! م ر� ك� ك عض�� ئ! ت�! عل�� ض�Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yanglain (QS. Al-Hujurat 2)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya

dalam ayat lain:

ج!ل اء علوإا ت�� ئ�ذع� ول� ب�! س� م إل�ر� ك اء� ئ� ذع� م ك� ك عض�� ع ت�! اض�ت�!Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu sepertipanggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). (QS. An-Nur63)

Adapun firman Allah SWT:

جإ طن� ت�� م ئ! ك ل ع�م م إ ي� ئ^� عر لا وإ ش� ٢ ون�ي��Supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidakmenyadari (QS. Al-Hujurat 2)Yakni sesungguhnya Kami melarang kalian

meninggikan suara di hadapan Nabi SAW lebih dari

suaranya tiada lain karena dikhawatirkan beliau akan

marah, yang karenanya Allah pun marah disebabkan

kemarahannya. Dan karenanya maka dihapuskanlah amal

baik orang yang menbuatnya marah, sedangkan dia tidak

Page 28: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

73

menyadarinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam

hadis shahih yang menyebutkan:

Sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatukalimat yang diridhai oleh Allah SWT sedangkan dia tidakmenyadarinya, hingga ditetetapkan baginya surga karenanya. Dansesungguhnya seseorang mengucapkan suatu kalimat yangdimurkai oelh Allah SWT tanpa ia sadari hingga menjerumuskandirinya keneraka karenanya,lebih jauh dari jarak antara langit danbumi.

Kemudian Allah SWT menganjurkan kepada orang-orang

mukmin agar merendahkan suaranya di hadapan Nabi SAW.

Allah SWT memberi mereka semangat dan bimbingan serta

anjuran kepada mereka untuk melakukannya. Untuk itu

Allah SWT berfirman:

eeص ون� إ ��eeض ع� ن� ت�� ��ي � ذ� ال�� ت��� همإ�� ي^� ذ و �eeث ول� ع�� �eeرس�ول � إ كO إهلل� � امئ ث� �Äئ � ذ� إل�� اهلل� ن� ح همت� وي�! eeل ف��و ق� لي�� ي ل��

Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisiRasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati merekaoleh Allah untuk bertakwa (QS. Al-Hujurat 3).

Yakni diasah untuk bertaqwa dan menjadikannya

sebagai ahli dan tempat untuk taqwa, sehingga taqwa

benar-benar meresap ke dalam hati sanubarinya.9

9 Ibid. hlm. 294-295

Page 29: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

74

ع� هم م�� ره�ل� ر ق�� ج�! م وإ ي� � ظ= ٣ ع�Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al-Hujurat 3)

Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab Zuhud-nya,

telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah

menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari

Mujahid yang mengatakan bahwa ia pernah berkirim surat

kepada Khalifah Umar r.a. yang isinya sebagai berikut:

“wahai Amirul Mukminin, seseorang tidak berselera

terhadap maksiat dan tidak mempunyai keinginan untuk

melakukannya; apakah dia lebih utama dari pada

seseorang yang ingin melakukan maksiat, tetapi dia

tidak mengerjakannya?” maka Khalifah Umar r.a.

menjawab, “bahwa sesungguhnya orang-orang yang ingin

melakukan maksiat, tetapi mereka tidak mengerjakannya.

ول� كOإ � امئ ث� �Äئ � ذ� إل�� اهلل� ن� ح هم ت� لوي�! وي ف�� ق� لي�� هم ل�� ره� ل� ف�� ع� ر م�� ج�! ظ= وإ مع� ٣ �ي�Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allahuntuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar(QS.Al-Hujurat 3)10

10 Ibid. hlm. 296

Page 30: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

75

Al-Hujurat, ayat 4-5

ن� ورإ كO م�� eeeeee'�اذوب ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� eeeeee��ال ت��� � إلء�إ�� ب� ر eeeeee ج! كج م إ عق�� لا ت�eeeeeeره� ون�ت�� eeeeeeهم ٤ ل ي��� و إ eeeeee�ولر ج�صت! ي ت�� ب�� وإ ح� م رج� ه� ي� ل� ان� إ�� ك رإ ل� ت� هم خ� ور و ل�� ق� غ�� مر�إهلل� ي� ٥ ح��

Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luarkamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalausekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui merekasesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hujurat 4-5).

Kemudain Allah SWT mencela orang-orang yang

memanggil Nabi SAW dari luar kamarnya, yakni kamar-

kamar istrinya, seperti yang dilakukan oleh kebiasaan

orang-orang Arab kampung yang keras lagi kasar

wataknya. Untuk itu Allah SWT berfirman:

مكإ لون� لا ت�ره� عق�� ت��kebanyakan mereka tidak mengerti (QS. Al-Hujurat-4)

kemudian Allah SWT memberi petunjuk kepada etika

sopan santun dalam hal tersebut. Untuk itu Allah SWT

berfirman:

هم ي��� و إ روإول� ي صت! ب�� ح� خ�رج� م ت�� ه� ي� ل� ا إ�� ك ئ�ل� ه رإن� خ�� مل��

Page 31: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

76

Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluarmenemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka (QS. Al-Hujurat 1). Yakni tentulah hal tersebut mengandung kebaikan

dan maslahat bagi di dunia dan akhiratnya. Kemudian

Allah SWT menyeru mereka untuk bertobat dan kembali

kepada-Nya:

ور ق� غ�� خوإهلل� مر� ٥ �ي�Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hujurat :

5)

Menurut riwwayat, ayat ini berkenaan dengan Al-

Iqra Ibnu Habis At-Tamimi r.a. menurut yang

diketengahkan bukan hanya oleh seorang. Imam Ahmad

mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah

menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan

kepada kami Musa Ibnu Uqbah, dari Abu Salamah Ibnu

Abdur Rahman, dari Al-Aqra Ibnu Habis r.a. bahwa ia

memanggil Nabi SAW, “hai Rasulullah,” tetapi Rasulullah

SAW tidak menyahutnya. Maka berkatalah Al-Aqra Ibnu

Habis r.a. “wahai Rasulullah, sesungguhnya pujianku

benar-benar baik dan celaanku benar-benar buruk.” Maka

Rasulullah SAW menjawab, “itu adalah Allah SWT.”

Page 32: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

77

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Abu Umar Al-Husain Ibnu Hurayyis Al-Marwazi, telah

menceritakan kepada kami Al-Fadl Ibnu Musa, dari Al-

Husain Ibnu Waqid, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra

sehubungan dengan firman-Nya:

ن� ورإ كO م�� اذوب�' ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� ال�� ت��� إلء�إ�� ج! �ج ب� رSesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luarkamar(mu) (QS. Al-Hujurat 4)Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW,

lalu berkata, “hai Muhammad, sesungguhnya pujiannku

baik dan celaanku buruk,” Rasulullah SAW menjawab, “itu

adalah Allah SWT.” Hal yang semisal telah diriwayatkan

dari Al-Hasan Al- Basri dan Qatadah secara mursal.

Sufyan As-Syauri telah meriwayatkan dari Habib

Ibnu Abu Umrah yang mengatakan bahwa Bisyr Ibnu Galib

dan Labid Ibnu Utarid atau Bisyr Ibnu Utarid dan labid

Ibnu Galib berada di sisi Al-Hajjaj duduk, maka Bisyr

Ibnu Galib berkata kepada Labid Ibnu Utarid , bahwa

ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaummu Bani Tamim,

yaitu firman Allah SWT:

Page 33: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

78

ن� ورإإ� كO م�� اذوب�' ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� ال�� ج! إلء�ت��� �ج ب� رSesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luarkamar(mu) (QS. Al-Hujurat 4)

Sufyan As-Syauri mengatakan bahwa lalu ia

menceritakan hal tersebut kepada Sa’id Ibnu Jubair.

Maka sa’id ibnu Jubair menjawab, bahwa seandainya ia

mengetahui kelanjutan dari ayat tersebut, tentulah ia

menjawabnya:

لئ� ون� ع� من�� ن� كOث�� س�لم إ وإإMereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengankeIslaman mereka (QS. Al-Hujurat 17) Mereka mengatakan, “kami masuk Islam dan Bani

Asad tidak memerangimu.”11

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan

kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr

Ibnu Ali Al-Bahilli, telah menceritakan kepada kami Al-

Mu’tamir Ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah

mendengar Daud At-Ta’i menceritakan dari Abu Muslim Al-

Bajali, dari Zaid Ibnu Arqom r.a. yang mengatakan bahwa

beberapa golongan daro orang Badui berkumpul, dan

mereka mengatakan, “marilah kita berangkat menemui

11 Ibid. hlm. 296-298

Page 34: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

79

lelaki ini. Jika memang ia seorang nabi, maka kita

adalah orang yang paling berbahagia karena ada dia, dan

jika dia seorang malaikat, berarti kita dapat hidup

dengan sayapnya.” Zaid Ibnu Arqam melanjutkan kisahnya,

bahwa ia lalu datang kepada Rasulullah SAW dan

menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh orang-

orang Badui itu.

Selanjutnya orang-orang Badui itu datang kepada

rumah Nabi SAW, dan mereka memanggil Nabi SAW yang

berada di dalam kamarnya. “hai Muhammad, hai Muhammad!”

maka Allah SWT menurunkan firman-Nya:

ن� ورإ كO م�� اذوب�' ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� ال�� ت��� � إلء�إ�� ب� ر ج! كج م إ عق�� لا ت�ره� ٤ لون�ت��Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu)kebanyakan mereka tidak mengerti (QS. Al-Hujurat 4)

Maka Rasulullah SAW memegang daun telingaku dan

menjewernya seraya bersabda:

Imam Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Al-

Hasan Ibnu Arafah, dari Al-Mu’tamir Ibnu Sulaiman

dengan sanad yang sama.12

12 Ibid. hlm. 299

Page 35: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

80

Al-Hujurat 6-8

ن�ب�� ��ي � ذ� eee��هاإل ي^�� وا ن� ن� إ ءإم� م إ�� اءك� eee ق� خ�! ��eeeاس ا� ف�� eee ث! ي' وإ ب�!� eeeن� Xي ث! ن� ن� ف�' ض� إ وت�� وإ ف� ب! ائ� ه� م� eeeل ه ج! ت�!�eوإ ح صeeب!� ب3 لي ف�� ا ع� م م� علي� ذ� ف�� ee��ن�ت ي� وإوإع ٦ م�� eeم لم ك ث� ن�� ف�� ول إ �eeو رس ee�ل � م إهلل� عك ي� ظ� ي� ت�� ف��

ر ت� eeeث� ن� ك� � مeeeر� إلم�� م ا ي�� عن�� ن�� ل� ك� ئ�ول� ل� �ت! إ�� ب! ح� م إهلل� ن� إلك م ��ث ها�� ن� �Äئ مeۥ ور� ك وت�!� eeeل ي� ف�� ف��ه ر� م وك� ك ث� ل� ر إلإ�� ق� وق� وإلك eeس ان� وإلق� ضeeئ� ول�ع� كO إ � ذون�ه ئ ���eeس ض�ee ٧ مال�ر� ن�لاف�� � م��

ع � � وت�� مو مه�إهلل� ي� ك� م خ� ي� ل� ع� ٨ إهلل�Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasikmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidakmenimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahuikeadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau iamenuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamumendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepadakeimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu sertamenjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagaikarunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana.

Allah SWT memerintahkan (orang mukmin) untuk

memeriksa dengan teliti berita dari orang fasik, dan

hendaklah mereka bersikap hati-hati dalam menerimanya

dan jangan menerimanya dengan begitu saja, yang

akibatnya akan membalikan kenyataan. Orng Yng

menerimanya dengan begitu saja berita darinya, berarti

sama dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah SWT

Page 36: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

81

telah melarang kepada kaum mukmin mengikuti jalan

orang-orang rusak.

Berangkat dari pengertian inilah, ada sejumlah

ulama yang melarang kita menerima berita (riwayat) dari

orang yang tidak dikenal, karena barangkali dia adalah

orang fasik. Tetapi sebagian ulama lainnya mau

menerimanya dengan alasan bahwa kami hanya

diperintahkan untuk meneliti kebenaran berita orang

fasik, sedangkan orang yang tidak dikenal (majhul)

masih belum terbukti kefasikannya karena dia tidak

diketahui keadaannya.13

Kami telah membahas masalah ini di dalam kitabul ‘ilmi

bagian dari Syarah Imam Bukhari (karya tulis penulis

sendiri).

Banyak ulama tafsir yang menyebutkan bahwa ayat

ini diturunkan berkenaan dengan al-Walid Ibnu Uqbah

Ibnu Abu Mu’it ketika itu diutus oleh Rasulullah SAW

untuk memungut zakat orang-orang Bani Mustaliq. Hal ini

diriwayatkan oleh berbagai jalur, dan yang terbaik

ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di

13 Ibid. hlm. 299-300

Page 37: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

82

dalam kitab musnadnya melalui riwayat pemimpin orang-

orang Bani Mustaliq, yaitu Al-Haris Ibnu Abu Dirar,

orangtua Siti Juwariyah Ummul Mukminin r.a.

Imam Ahmad mengataka, telah menceritakan kepada

kami Muhammad Ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada

kami Isa Ibnu Dinnar, telah menceritakan kepada ayahku,

bahwa ia pernah mendengar Al-Haris Ibnu Abu Dirar Al-

Khuza’i r.a. menceritakan hadis beikut: aku datang

menghadap Rasulullah SAW, beliau menyeruku untuk masuk

Islam, lalu aku masuk Islam dan menyatakan diri masuk

Islam. Beliau SAW menyeruku untuk zakat, dan aku terima

keyakinan itu dengan penuh keyakinan. Aku berkata,

“wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada mereka dan

akan ku seru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan

zakat. Maka barang siapa yang memenuhi seruanku, aku

kumpulkan harta zakatnya. Dan engkau Ya Rasulullah,

tinggal mengirimkan utusanmu kepdaku sesudah waktu anu

dan anu agar dia membawa harta zakat yang telah ku

kumpulkan kepadamu.”

Setelah Al-Haris mengumpulkan zakat dari orang-

orang yang memenuhi seruannya dan masa yang telah ia

Page 38: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

83

janjikan kepada Rasulullah SAW tennyata utusannya belum

juga tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa telah

terjadi kemarahan Allah dan Rasul-Nya terhadap dirinya.

Untuk itu Al-Haris mengumpulkan semua orang kaya

kaumnya, lalu ia berkata kepada mereka, “sesungguhnya

Rasulullah SAW telah menetapkan kepadaku waktu bagi

pengiriman utusannya kepadaku untuk mengambil harta

zakat ayang ada padaku sekarang, padahal Rasulullah

tidak pernah menyalahi janji, dan aku rela telah

menjadi suatu hal yang membuat Allah dan Rasul-Nya

murka. Karena itu marilah kita berangkat menghadap

kepada Rsulullah SAW (untuk menyampaikan harta zakat

kita sendiri).”14

Bertepatan dengan itu Rasulullah SAW mengutus Al-

Walid Ibnu Uqbah kepada Al-Haris untuk mengambil harta

zakat yang telah dikumpulkannya. Keyika Al-Walid sampai

di jalan, tiba-tiba hatinya gentar dan takut, lalu ia

kembali kepada Rasulullah SAW dan melapor kepadanya,

“Hai Rasulullah, sesungguhnya Haris tidak mau

menyerahkan zakatnya kepadaku, dan dia akan

14 Ibid. hlm. 301

Page 39: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

84

membunuhku.” Mendengar berita itu Rasulullah marah,

lalu beliau mengirimkan utusan kepada Al-Haris.

Ketika Al-Haris dan teman-temannya sudah dekat

dengan kota Madinah, mereka berpapasan dengan pasukan

yang dikirim oleh Rasulullah SAW itu. Pasukan itu

melihat kedatangan Al-Haris, dan mereka engatakan, “itu

dia Al-Haris,” lalu mereka mengepunnya. Setelah Al-

Haris dan teman-temannya terkepung, ia bertanaya,

“kepada siapakah kalian dikirim?” mereka menjawab,

“kepadamu.” Al-Haris bertanya, “mengapa?” mereka

menjawab, “sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengutus

Al-Walid Ibnu Uqbah kepadamu, lalu ia memberitakan

bahwa engkau menolak bayar zakat dan bahkan akan

membunuhnya.”

Al-Haris menjawab, “tidak, demi Tuhan, yang telah

mengutus Muhammad SAW dengan membawa kebenaran. Aku

sama sekali tidak penah melihatnya dan tidak penah pula

kedatangan dia.” Ketika AL-Haris masuk menemui

Rasulullah SAW, beliau bertanya, “apakah engkau menolak

untuk membayar zakat dan hendak membunuh utusanku?’ A-

Haris menjawab, “tidak, demi Tuhan Yang telah

Page 40: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

85

mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak pernah

melihatnya, dan tiada seorangpun utusan yang datang

kepadaku.” Dan tidaklah aku datang melainkan pada saat

utusan datang terlambat kepadaku. Maka aku mersa takut

bila hal ini membuat Allah dan Rasul-Nya murka.” Al-

Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat

dalam surat Al-Hujurat ini, yaitu:

ن�ب�� ��ي � ذ� هاإل�� ي^�� وا ن� ن� إ ءإم� م إ�� اءك� ق� خ�! اس�� ا�ب�! ف�� ب! �ئ�Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasikmembawa suatu berita (QS. Al-Hujurat 6)

Sampai dengan firman-Nya:

م ي� ك� خ�Maha Bijaksana (QS. Al-Hujurat 8)

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini dari Al-

Munziir Ibnu Syazan At-Tammar, dari Muhammad Ibnu Sabiq

dengan sanad yang sama. Imam Tabrani telah

meriwayatkannya pula melaui hadis Muhammad Ibnu Sabiq

dengan sanad yang sama, hanya dalam riwayatnya

disebutkan Al-Haris Ibnu Siran, tetapi sebenarnya

adalah Al-Haris Ibnu Dirar, seperti yang disebutkan

dalam riwayat diatas.15

15 Ibid.hlm. 302-303

Page 41: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

86

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ja’far

Ibnu Aun,, dari Musa Ibnu Ubaibah, dari Sabit maula

Ummu Salamah r.a., dari Ummu Salamah yang menceritakan

bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus seorang lelaki

untuk memungut zakat dari Bani Mustaliq setelah mereka

ditaklukkan dengan jalan perang. Maka kaum Bani

Mustaliq mendengar berita tersebut, lalu mereka

menyambut kedatangannya sebagai raasa hormat mereka

kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi setelah membisikkan

kepada utusan Rasulullah SAW bahwa mereka (kaum Bani

Mustaliq itu) hendak membunuhnya. Maka lelaki itu

kembali kepada Rasulullah SAW dan berkata kepadanya,

“sesunggunhnya orang-orang Bani Mustaliq tidak mau

membayar zakatnya kepadaku.” Maka Rasulullah dan kaum

muslim marah mendengar berita itu.

Orang-orang Bani Mustaliq mendengar kepulangan

utusan tersebut, maka mereka mengahadap kepada

Rasulullah SAW dan membuat saf bermakmum kepada

Rasulullah SAW saat beliau SAW shalat lohor. Lalu

mereka berkata, “kami berlindung kepada Allah dari

Page 42: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

87

murka Allah SWT dan murka Rasul-Nya, engkau telah

mengutus seorang lelaki kepada kami sebagai penarik

zakat. Maka kami merasa gembira dan senang dengan

berita itu. Tapi sesampainnya di tengah jalan, dia

kembali; maka kami takut bila hal itu merupakan

kemurkaan dari Allah dan Rasu-Nya (terhadap kami).”

Mereka masih terus berbicara dengan Rasulullah SAW

hingga datanglah Bilal r.a. lalu mengumandangkan azan

shalat ashar. Ummu Salamh r.a. melanjutkan kisahnya,

bahwa lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:

ب�� � ذ� eee��هاإل ي^�� ا ون�ت�� ن� ن� إ ءإم� م إ�� اءك� eee ق� خ�! ��eeeاس ا� ف�� eee ث! ي' وإ ب�!� eeeن� Xي ث! ن� ن� ف�' وإ إ ن! Xي �eeeض ا ت�� وم� ه� ف� eeeل ه ج! ت�!�eوإ ح صب!� ب3 لي ف�� ا ع� م م� علي� ذ� ف�� ن� ت�� ي� ٦م��

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasikmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamutidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpamengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atasperbuatanmu itu (QS. Al-Hujurat 6)Ibnu Jarir meriwayatkan pula melaui jalur al-Aufi,

dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan ayat ini.

Disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengutus Al-Walid Ibnu

Uqbah Ibnu Abu Mu’it itu kepada orang-orang Bani

Mustaliq untuk memungut zakat dari mereka. Dan

Page 43: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

88

sesungguhnya mereka ketika mendengar berita itu merasa

bahagia, lalu mereka keluar hendak menyambut utusan

dari Rasulullah SAW.

Tetapi ketika Al-Walid melihat mereka, dalam

hatinya ia mengira bahwa mereka hendak membunuhnya,

lalu ia kembali kepada Rasulullah SAW dan berkata,

“wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Mustaliq tidak mau

membayar zakat.” Maka Rasulullah benar-benar marah

mendengar laporan itu. Dan ketika kami sedang

membicarakan perihal mereka, tiba-tiba datanglah

delegasi mereka, lalu berkata, “wahai Rasulullah,

sesunggunhnya kami telah mendapat berita bahwa utusanmu

kembali lagi di tengah jalan, maka kami merasa khawatir

bila hal yang mengembalikannya itu adalah surat darimu

karena kemarahanmu kepada kami, dan sesungguhnya kami

berlindung kepada Allah dari kemurkaan-Nya dan murka

Rasul-Nya.” Dan sesungguhnya Nabi SAW dan kaum muslim

telah mengurung mereka dan hampir saja menyerang

mereka, tetapi Allah SWT menurunkan wahyu-Nya yang

membela mereka, yaitu firman-Nya:

Page 44: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

89

ن�ب�� ��ي � ذ� هاإل�� ي^�� وا ن� ن� إ ءإم� م إ�� اءك� ق� خ�! اس�� ا� ف�� ث! ي' ئ� ب�!� � ب� ب! ب� إوف��Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasikmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (QS. Al-Hujurat 6)Mujahid dan Qatadah menceritakan bahwa Rasulullah

mengirimkan Al-Walid Ibnu Uqbah kepada Bani Mustaliq

untuk mengambil harta zakat mereka. Lalu Bani Mustaliq

menyambut kedatangannya dengan membawa zakat (yakni

berupa ternak), tetapi Al-Walid kembali lagi dan

melaporkan bahwa sesungguhnya Bani Mustaliq telah

menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah. Menurut

riwayat Qatadah, disebutkan bahwa selain itu mereka

murtad dari Islam.

Maka Rasulullah SAW mengirimkan Khalid Ibnu Walid

r.a. kepada mereka, tetapi beliau SAW berpesan kepada

Khalid agar meneliti dahulu kebenaran berita tersebut

dan jangan cepat-cepat mengambil keputusan sebelum

cukup buktinya. Khalid berangkat menuju tempat Bani

Mustaliq, ia sampai di dekat tempat mereka di malam

hari. Maka Khalid menirimkan mata-matanya untuk melihat

keadaan mereka; ketika mata-mata Khalid kembali kepada

mereka, mereka menceritakan kepadanya bahwa Bani

Page 45: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

90

Mustaliq masih berpegang teguh pada Islam, dan mereka

mendengar suara adzan di kalangan Bani Mustaliq serta

suara shalat mereka. Maka keesokan harinya Khalid r.a.

mendatangi mereka dan melihat hal yang menakjubkan

dirinya di kalangan mereka, lalu ia kembali kepada

Rasulullah, dan menceritakan apa yang disaksikannya,

lalu tidak lama kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini:

Qatadah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernahbersabda:

�ئ��ئ!س��إل�ئ� ان� ط ب� ن� إل�س�� له� م�� ن� إل�له� و إل�عح! م�Hati-hati itu dari Allah dan terburu-buru itu dari setan.

Hal yang sama telah disebutkan bukan hanya oleh

seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Ibnu Abu

Laila, Yazid Ibnu Ruman, Ad-Dakhlak, Muqattil Ibnu

Hayyan, dan lain-lainnya. Mereka mengatakan sehubungan

dengan ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan

dengan Al-Walid Ibnu Uqbah, hanya Allah-lah Yang Maha

Mengetahui.16

م لموإوإع ك ث� ن�� ف�� ول إ �رس� إهلل�Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah (QS.Al-Hujurat 7)

16 Ibid. hlm. 303-305

Page 46: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

91

Yakni ketahuilah bahwa di antara kalian terdapat

Rsaulullah SAW maka hormatilah dia, muliakanlah dia,

bersopan santunlah kamu dalam menghadapinya, dan

turutilah perintahnya. Karena sesungguhnya dia lebih

mengetahui kemaslahatan kalian dan lebih sayang kepada

kalian dari pada diri kalian sendiri. Dan pendapatnya

untuk kalian lebih sempurna dari pada pendapat kalian

untuk diri kalian sendiri. Hal yang senada di sebutkan

oleh Allah SWT melaui firman-Nya:

و ي�� إ ب!� يXن�الب�!� لىإل�ي�� ث�� م�� ن� مو ه م�� س� ق� ت�� �م إNabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin daridiri mereka sendiri (QS. Al-Ahzab 6)Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa pendapat

mereka sia-sia bila ditinjau dari kemaslahatan mereka.

Untuk itu Allah SWT berfirman:

م ي�� عن�� مر� ل� ن� إلا � ر م�� ت� ث� ي� ك� م ف�� عك ي� ظ� ل�و ت��Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlahkamu mendapat kesusahan (QS. Al-hujurat 7).

Yakni setidaknya dia menuruti kalian dalam semua

apa yang kalian pilih, niscaya hal itu akan

mengakibatkan kamu mengalami kesusahan dan merasa

Page 47: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

92

berdosa. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat

lain melaui firman Allah SWT:

eال eeeeeeع ي! ئ^�� إ و� ق��ول� هeeeeeeج م إ � وإءه� ذب� eeeeeeس ق� ب� وإلل� و م �eeeeeeس�رض� إل ن�� ا ه� ي� ن� ف�� ل وم� ب�!eهم ي� ي� ب�� م إ ه�� ك�ر� � ذ� هم ت�(� ن� ف�� م ع� ه�� ك�ر� عر� ذ�� ون�م�� ٧١ ص��

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalahlangit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kamitelah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) merekatetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu (QS. Al-Mu’minun)

Adapun firman Allah SWT:

ئ� ل� �ت! إ�� ب! ح� ن�� إهلل� ك� مول� ن� إلك م ��ث ها�� ن� �Äئ مe ۥ ور� ك لوت�!� ي� ف�� ف��Tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikankeimanan itu indah di dalam hatimu (QS. Al-Hujurat 7)

Yakni menjadikan iman itu dicintai oleh hati

kalian dan dan memperindahnya. Imam Ahmad mengatakn,

telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan

kepada kami Ali Ibnu Mas’adah, telah menceritakan

kepada kami Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan

bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

�ت!لق�ي إل� ف��ا ن�مب���اإل وه��ئ��ا ب��ل� عامل س�اإلIslam itu terang-terangan dan iman itu didalam hati.

Page 48: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

93

Anas r.a. mengatakan bahwa kemudian Rasulullah SAW

berisyarat ke arah dadanya sebanyak tiga kali, lalu

bersabda:

ائ�هي هوق�ا إل�ئ�ئ�هي هوق�إل�ئ�Taqwa itu (letaknya) di sini, taqwa itu (letaknya) disini. 17

Firman Allah SWT:

ئ� ل� ه إ�� ر� موك� ر إلك ق� سوق� وإلك ضئ� وإلق� ان�ع�Serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dankedurhakaan)QS. Al-Hujurat 7)

Yakni dan Allah menjadikan hatimu membenci

kekafiran dan kefasikan yakni dosa-dosa besar, yang

dimaksud dengan Al-Isyan ialah semua perbuatan durhaka,

ini merupakan kesempatan nikmat dari Allah SWT yang

bertingkat-tingkat:

ول� كOإ � ذون�ه ئ س��� ٧ مال�ر�Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus (QS. Al-Hujurat 7)

Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini adalah

orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, Allah-lah

yang telah menganugerahkan hal ini kepada mereka.18

17 Ibid. hlm. 303-30518 Ibid. hlm. 307-308

Page 49: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

94

Imam Ahmad mengatakan telah menceritalan kepada

kami Marwan Ibnu Mu’awiyah Al-Fazzari, telah

menceirakan kepada kami Abdul Wahid Ibnu Aiman Al-

Makki, dari Abu Rifa’ah Az-Zurqi, dari ayahnya yang

mengatakan bahwa ketika terjadi perang Uhud dan pasukan

kaum musrik telah pulang, maka Rasulullah bersabda;

و�ر�ي ع��ب�!ي رلي ع�ئ�ب��ي إ�ئ�إ خ ووئ�س�إ �لخ�!Berbarislah dengan rapi karena aku akan memanjatkan do’a kepada

Tuhanku.

Maka mereka berbaris membentuk saf-saf di belakang

beliau, lalu beliau mengucapkan doa yang artinya

sebagai berikut:

Ya Allah bagi-Mu segala puji. Ya Allah, tiada yang dapatmenggengggam apa yang engkau bukakan, dan tiada yang dapatmembuka terhadap apa yang Engkau genggamkan; dan tiadayang dapat mrmberi prtunjuk kepada orang-orang yang Engkausesatkan. Dan tiada yang dapat menyesatkan orang yang Engkautunjuki; dan tiada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkaucegah, dan tiada yang dapat mencegah terhadap apa yangEngkau beri; dan tiada yang dapat mendekatkan terhadap apayang Engkau jauhkan, dan tiada yang tiada yang dapatmemjauhkan apa yang Engkau dekatkan. Ya Allah limpahkanlahkepada kami berkah, rahmat, karunia dan rezeki-Mu. Ya Allahsesungguhnya aku memohon kepada Engkau nikmat yang kekalyang tidak berpindah dan tidak pula lenyap. Ya Allah akumemohon nikmat kepada Engkau di hari yang sulit, dan keamanandi hari yang menakutkan. Ya Allah sesungguhnya aku berlindungkepada Engkau dari keburukan apa yang telah Engkau berikan

Page 50: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

95

kepada kami dan dari keburukan apa yang Engkau cegah darikami. Ya Allah jadikanlah kami cinta kepada keimanan danjadikanlah iman itu indah dalam hati kami; dan jadikanlah kamibenci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan; danjadikanlah kami orang-orang yang mengikuti lurus. Ya Allah,waafatkanlah kami sebagai orang-orang muslim, dan hidupkanlahkami sebagai orang-orang muslim, dan himpunkanlah aku denganorang-orang yang saleh agar tidak kecewwa dan tidak pulaterfitnah. Ya Allah perangilah orang-orang kafir yangmendustakan rasul-rasul-Mu dan mencegah manusia dari jalan-Mu, dan jadikanlah siksaan dan adzab-Mu atas merekaa. Ya AllahTuhan Yang Hak, perangilah orang-oarang kafir dari kalangan ahlikitab.

Imam Nasa’i meriwayatkan hadis ini di dalam kitab

Al-Yaum wal-Lailah dari Ziad Ibnu Ayyub, dari Marwan Ibnu

Muawiyah, dari Abdul Wahid Ibnu Aiman, dari Ubaid Ibnu

Rifa’ah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.19

Di dalam hadis yang marfu disebutkan:

ن�� مو موه ف��هئ�ئ ��ئ� سهب��اءس وهاب��ئ�س خهب���ر سن�مBarang siapa yang gembira karena kebaikannya dan susah karenakeburukannya, maka dia adalah orang mukmin.

Kemudian Allah SWT berfirman:

ض� علاف�� � � وت�� ن� إهلل� � ه�م م��Sebagai karunia dan nikmat dari Allah (QS. Al-Hujurat 8)

Yakni pemberian yang telah diberikan kepada kalianini merupakan karunia dan nikmat dari-Nya:

م ي� ك� م خ� ي� ل� ع� ٨ وإهلل�Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Hujurat 8)

19 Ibid.hlm. 308-310

Page 51: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

96

Yaitu Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat

hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan, lagi

Dia Maha Bijaksana dalam semua ucapan, perbuatan,

syari’at dan takdir-Nya.20

QS. Al-Hujurat 9-10

ا ن� ط� �وإ�� ان� ث� ق� � ن� ت� لوإ إلم�� ن� ن� اف�3 ث� Xي ث�� م�� صمو ا وإ ف�� ج هما ل� ي� Xي ن� ب�( ا�� ت� ف�� غ� هما ت�! ذي� �eeخ لي إ�� ع�ريإل ��eeeeج ئ!ا ي� ب�� ب�� وإ إل�� eeeeل ث�� ق� ي� ف�� ي ع�� ب�� ء ح� ي� ف�� لى ت�� مeeeeر� إ�� اإ ن� ف�� ا�� eeee��ف � وإ ءب� إهلل� ح ل� �eeeeص ا ف��

هما ي� Xي ذل�الب�!� ب�( eeeeوع ط �eeeeس ف�� ت!� إلإ وإ ح� ت�� ن�� إهلل� س� إ�� ن� مق� ي� اإلe ٩ظ� eeeeم ث��� ون�إ�� ن� م�� خeeee��مو وه� إ��وإ ح ص�ل� ا يXن� ف�� م ب�! ك ت^� و خ�� م و إ ك عل� ل� وإإهلل� ق� ت^�� زخ�إ ١٠ مون�ن��

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperanghendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satumelanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggarperjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnyabersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara keduasaudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapatrahmat.21

Allah SWT berfirman memerintahkan kaum mukmin agar

mendamaikan diantara dua golongan yang satu sama

lainnya:

20 Ibid. hlm. 310-31121 Ibid. hlm. 311

Page 52: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

97

ا ن� ط� �وإ�� ان� ث� ق� � ن� ت� لوإ إلم�� ن� ن� اف�3 ث� Xي ث�� م�� صمو ا وإ ف�� ج ه ل� ي� Xي ماب�(Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperanghendaklah kamu damaikan antara keduanya (QS. Al-Hujurat 9)

Allah menyebutkan mereka sebagai orang-orang

mukmin, padahal mereka berperang satu sama lainnya.

Berdasarkan ayat ini Imam Bukhari dan lain-lainnya

menyimpulkan bahwa maksiat itu tidak mengeluarkan orang

yang bersangkutan dari keimanannya, betapapun besarnya

maksiat itu. Tidak seperti yang dikatakan oleh golongan

Khawarij dan para pengikutnya dari kalangan Mu’tazilah

dan lain-lainnya (yang mengatakan bahwa pelaku dosa

besar dimasukan ke neraka untuk selama-lamanya). Hal

yang sama telah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari

melaui hadis Al-Hasan, dari Abu Bakar r.a. yang

mengatakan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW

berkhotbah diatas mimbarnya, sedangkan beliau membawa

Al-Hasan Ibnu Ali r.a. Lalu beliau sesekali memandang

ke arah cucunya itu, dan pada kesempatan lain memandang

ke arah orang-orang, lalu beliau bersabda:

Page 53: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

98

ع�ن�ئ�ئ�ئ � ف��ن�ئ� ب�!�ه� ب�!ح�لض ب��ن�ي إلع ب�� إل�له�لعل وذ��ئ�إ سذ�ي ه�ئ� إب�!�ن��إ ن��ن� م�ئ�ئ�مئ��ظ=ن�ئ��م�لسمإل

Sesungguhnya anak (cucu) ku ini adalah pemimpin, mudah-mudahan dengan melauinya Allah mendamaikan diantara duagolongan besar kaum muslimin (yang berperang).

Ternyata kejadiaannya memang persisi seperti apa

yang dikataka oleh Nabi SAW sesudah beliau tiada. Allah

SWT melaui Al-Hasan telah mendamaikan antara penduduk

Irak sesudanh kedua belah pihak terlibat dalam

peperangan yang panjang lagi sangat mengerikan. 22

Firman Allah SWT:

ا ن� ط� �وإ�� ان� ث� ق� � ن� ت� لوإ إلم�� ن� ن� اف�3 ث� Xي ث�� م�� صمو ا وإ ف�� ج هما ل� ي� Xي ن� ب�( ا�� ت� ف�� غ� هما ت�! ذي� �eeخ لي إ�� ع�ريإل ج�� ئ!ا ي� ب�� ب�� لوإ إل�� ث�� ق� ي� ف�� ي ع�� ب�� ء ح� ي� ف�� لى ت�� مر� إ�� �إ إهلل�

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman ituberperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapikalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampaisurut kembali pada perintah Allah (QS. Al-hujurat 9) 23

Yakni hingga keduanya kembali taat kepada perintah

Allah SWT dan Rasul-Nya, seperti mau mendengar perkara

yang hak dan menaatinya. Seperti yang disebutkan di

22 Ibid. hlm. 311-31223 Ibid. hlm. 312

Page 54: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

99

dalam hadis sahih, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW

pernah bersabda:

موا إم�ال ظ�=اك�Oخ�� إرضب��إ امولظ=Tolonglah saudaramu, baik dalam keadaan aniaya atau teraniaya.

Aku bertanya, “wahai Rasulullah, kalau dia

teraniaya, aku pasti menolongnya. Tetapi bagaimana akau

menolongnya jika dia aniaya?” Rasulullah SAW bersabda:

اه�ب��� إك�Oرض ب��إك�Oذ� ف���مل� إل�ظ=ن�� مهعئ�مب��Engkau cegah ia dari perbuatan aniaya, itulah cara engkau

menolongnya. 24

Imam Ahmad mengatakan, “telah menceritakan kepada

kami Arim, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir yang

mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya

menceritakan bahwa Anas r.a. pernah berkata, bahwa

pernah dikatakan kepada Nabi SAW, “Sebaiknya engkau

datang kepada Abdullah Ibnu Ubay ibnu Salul (pemimpin

kaum munafik, (pent.).”Maka Rasulullah SAW berangkat

menuju ke tempatnya dan menaiki keledainya, sedangkan

orang-orang mukmin berjalan kaki mengiringinya. Jalan

24 Ibid. hlm. 313

Page 55: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

100

yang mereka tempuh adalah jalan yang terjal. Setelah

Nabi SAW sampai ditempatnya, maka ia (Abdullah Ibnu

Ubay) berkata,”menjauhlah dariku. Demi Allah, bau

keledaiku menggangguku.” Maka seseorang lelaki dari

kalangan Ansar berkata, “Demi Allah, sesungguhnya

keledai Rasulullah SAW lebih harum ketimbang baumu.”

Maka sebagian kaum Abdullah Ibnu Ubay marah,

membela pemimpin mereka; masing-masing dari kedua pihak

memiliki pendukungnya. Kemudian tersebutlah di antara

mereka terjadi perkelahian dengan memakai pelepah

kurma, pukulan tangan, dan terompah. Maka menurut

berita yang sampai kepada kami, diturunkanlah kepada

kami, diturunkanlah ayat berikut berkenaan dengan

mereka, yaitu firman Allah SWT:

ا ن� ط� �وإ�� ان� ث� ق� � ن� ت� لوإ إلم�� ن� ن� اف�3 ث� Xي ث�� م�� صمو ا وإ ف�� ج ئ� ل� ب� ۥ هماب�!Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman ituberperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya (QS. Al-Hujurat 9) 25

Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam kitab A-Sulh,

dari Musaddad; dan Muslim meriwayatkannya dalam kitab

Al-Magazi, dari Muhammad Ibnu Abdul A’la; keduanya dari

25 Ibid. hlm. 313-314

Page 56: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

101

Al-Mu’tamir Ibnu Sulaiman, dari ayahnya dengan sanad

yang sama dan lafadz yang semisal.

Sa’id Ibnu Jubair menceritakan bahwa orang-orang

Aus dan orang-orang Khazraj terlibat dalam suatu

perkelahian memakai pelepah kurma danterompah, maka

Allah SWT menurunkan ayat ini dan memerintahkan kepada

Nabi SAW untuk mendamaikan kedua belah pihak.

As-Saddi menyebutkan bahwa dahulu seorang dari

kalangan Ansar yang dikenal dengan nama Imran mempunyai

istri yang dikenal dengan nama Ummu Zaid. Istrinya itu

bermaksud mengunjungi orangtuanya, tapi suaminya

melarang dan menyekap istrinya itu dikamar atas dan

tidak boleh ada seorangpun dari keluarga istri

menjenguknya. Akhirnya si istri menyuruh seorang

suruhannya untuk menemui orangtuanya. Maka kaum si

istri datang dan menurunkannya dari kamar atas dengan

maksud akan membawanya pergi. Sedangkan suaminya

mengetahui hal itu, lalu ia keluar dan meminta bantuan

kepada keluarganya. Akhirnya datanglah saudara-saudara

sepupunya untuk menghalang-halangi keluarga si istri

agar tidak dibawa oleh kaumnya. Maka terjadilah

Page 57: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

102

perkelahian yang cukup seru diantara dua belah pihak

dengan terompah (sebagai senjatanya), maka turunlah

ayat ini berkenaan denagn mereka dan mendamaikan

mereka, akhirnya kedua belah pihak kembali kepada

perintah Allah SWT. 26

Firman Allah SWT:

ا ن� ف�� ا�� وإ ءب�ف�� ح ص�ل� ا هما ف�� ي� Xي وعذل�الب�!� ب�( ط س� ف�� ت!� إلإ وإ ح� ت�� ن�� إهلل� س� إ�� ن�مق� ي� ٩ ظ�Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurutkeadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allahmencintai orang-orang yang berlaku adil (QS. Al-Hujurat 9)

Berlaku adillah dalam menyelesaikan persengketaan

kedua belah pihak, berkaitan dengan kerugian yang

dialami oleh salah satu pihak akibat ulah pihak yang

lain, yakni putuskanlah hal itu dengan adil dan

bijaksana.

ت!� إل ح� ت�� ن�� إهلل� س�إ�� ن�مق� ي� ٩ ظ�Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil (QS.Al-Hujurat 9)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami

Muhammad Ibnu Abu Bakar Al-Maqdami, telah menceritakan

26 Ibid. hlm. 314

Page 58: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

103

kepada kami Abu A’la, dari Ma’mar dari Az-Zuhri, dari

Sa’id Ibnu Musayyab, dari Abdullah Ibnu Amr r.a. yang

mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW pernah

bersabda:

ين�ئ��ظ�سق�م إل�ن��إ ذن�ئ� ب�!�و لو لن�� مر�ا ب�!ئ�ي ملا عئ�ب��� إل�ذ� ف� �ل خ�! و�ر� ع�ان�مخ�إل�ر�ي� ت��ائ�ب���ي إل�ذ�إ ف��وظسف��ا إم�ب�!

Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di dunia berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya di sisi Tuhan Yang MahaPemurah berkat keadilan mereka sewaktu di dunia. 27

Imam Nasai meriwayatkan hadis ini dari Muhammad

Ibnu Musanna dari Abdul A’la dengan sanad yang sama.

Sanad hadis ini kuat lagi baik, tetapi para perawinya

dengan syarat Syaikhain. Telah menceritakan pula kepada

kami Muhammad Ibnu Abdullah ibnu Yazid, telah

menceritakan kepada kami Sufyan Ibnu Uyaynah, dari Amr

Ibnu Dinar, dari Amr Ibnu Aus, dari Abdullah Ibnu Amr

r.a., dari Nabi SAW yang telah berkata yang artinya:

Orang-orang yang adil kelak di ahari kaimat di sisi Allah beradadiatas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan ‘Arasymereka adalah orang-orang yang berlaku adil dalam hukumnya,dan terhadap keluarga dan kekuasaan yang dipercayakan kepadamereka.

27 Ibid. hlm. 314-315

Page 59: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

104

Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui

hadis Sufyan Ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. 28

Firman Allah SWT:

eماإل ث��� ون�إ�� ن� م�� وه�مو خ�� إ��Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara (QS. Al-Hujurat 10)

Yakni semuanya adalah saudara seagama, seperti

yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu

sabdanya yang mengatakan:

مه سل� مه ولا ي�� ل� ط= م� لا ت�� وإ إل�مسل� م إخ�� مسل� إل�Orang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, ia tidak boleh berbuataniaya terhadapnya dan tidak boleh pula menjerumuskannya.

Di dalam hadis shahih disebutkan:

له�� ث�� م� كO ث�! � ول� ن� ي� كO إم�� مل ال إل� ت!�e ف�� ب� غ� هر� إل� ظ= ه� ت�!� ن� اح��� م� ل� مسل� ا إل� إ ذع� ذ� إ�Apabila seorang muslim berdoa untuk kebaikan saudaranya tanpasepengetahuan yang bersangkutan. Maka malaikat mengamininyadan mendoakan, “semoga engkau mendapat hal yang serupa.

Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak;

dan di dalam hadis sahih disebutkan (yang artinya):

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persahabatan, kasihdan persaudaraannya sama dengan satu tubuh, apabila salahsatu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar keseluruh tubuh menimbulkan demam dan tidak dapat tidur(istirahat). Di dalam hadis shahih disebutkan pula:

28 Ibid. hlm. 315-316

Page 60: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

105

ا عض� ه ت�! عض� ذ� ت�! � ي���س� ان� ث� ي' ث! اإل� ن� ك� م�� إل�موOrang mukmin (terhadap mukmin lainnya) bagaikan satubangunan, satu sama lainnya saling kuat menguatkan. Lalu Rasulullah SAW merangkumkan jari jemarinya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Ahmad Ibnu Hajjaj, telah menceritakan kepada kami

Abdullah, telah menceritakan kepada kami, Mus’ab Ibnu

Sabit, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim yang

mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sahl Ibnu Sa’d As-

Saidi r.a. menceritakan hadis berikut dari Rasulullah

yang telah bersabda:

م ل� ا سذ� ت�� ح! ن� إل� س� م�� إ � إل�ر� � له� مت�ر� � ث�!� ان� م� ل� إلا� ن� إه� ن� م�� م�� ن�� إل�مو ال إ� ف��س� إ ي إل�ر� ما ف�� سذ ل�� ح! م إل� ال� ما ت�� � ك� ان� م� ل� إلا� ه� ا ن� ل� م�� إل�مو

Sesungguhnya orang mukmin dari kalangan ahli iman biladimisalkan sama kedudukannya dengan kepala dari suatu tubuh;orang mukmin akan merasa sakit karena derita yang dialami olehahli iman, sebgaimana tubuh merasa sakit karena derita yangdialami oleh kepala.Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid,

sedangkan sanadnya tidak mempunyai cela, yakni dapat

diterima. 29

Firman Allah SWT:

29 Ibid. hlm. 316-318

Page 61: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

106

ص ا وإف�� ج يXن� ل� م ب�! ك ت^� و خ�� إMaka damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu(QS. Al-Hujurat 10)

Yakni diantara kedua golongan yang berperang itu.

وإإهلل� ق� ت^�� وإDan bertaqwalah kepada Allah (QS. Al-Hujurat 10)

Dalam semua urusan kalian.

م ك عل� مون�ل� زح� ن��(QS. Al-Hujurat 10)supaya kamu mendapat rahmat

Ini merupakan pernyataan dari Allah SWT yang

emngandung kepastian bahwa Dia pasti memberikan rahmat-

Nya kepada orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya. 30

QS. Al-Hujurat Ayat 11

ن�ب�� ��ي � ذ� ee��هاإل ي^�� سeا وإ لا ئ�� eن� ر ءإم� وم ج� eeن� ف� � وم م�� eeي ف� eeس ن� ع� وإ إ ee��وت ك رإ ت�� ت� eeهم خ� ي� � ولا م��اء eeeس� ن� ي�� � اء م�� eeeس� ي ي��� eeeس ن� ع� ن�� إ ك رإ ت�� ت� eeeهن�� خ� ي� � وإ ولا م�� �eeeز� لم ك ت�� eeeس ق� ت�� وإإ ز' ان�! eeeث� م ولا ئ�3

ال eeee�!�ت!�ت ل�ق� ئ ا اسeeeeس ب�!� وق� إلم إل� eeeeس عeeeeق� � إلذ ت�! ن� م ��ث م ا�� ن� ل�� ب�ت! وم� كO ئ�� � ث ول� ا م ف�� ه�مون� ل� � ١١إل�ط=

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-lakimerendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebihbaik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan

30 Ibid. hlm. 318

Page 62: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

107

merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebihbaik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggildengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilanadalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yangtidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Allah SWT melarang menghina orang lain, yakni

meremehkan dan mengolok-olok mereka. Seperti yang

disebutkan pula dalam hadis sahih dari Rasulullah SAW

yang telah bersabda:

اس� مض إل�ث�� ق�� و ع�� ح ر إل� ط ر ت�! ت! ك� ي –إل� زو� ن^� اس�– و مط إل�ث�� وع��Takabut itu ialah menentang perkara hak dan meremehkan orang lain;menurut riwayat yang lain, dan menghina orang lain.

Makna yang dimaksud ialah menghina dan meremehkan

mereka. Shal ini diharamkan karena barangkali orang

yang diremehkan lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah

dan lebih di sukai oleh-Nya dari pada orang yang

meremehkannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-

Nya:

ن�ب�� ��ي � ذ� ee��هاإل ي^�� سeا وإ لا ئ�� eن� ر ءإم� وم ج� eeن� ف� � وم م�� eeي ف� eeس ن� ع� وإ إ ee��وت ك رإ ت�� ت� eeهم خ� ي� � ولا م���ساء ن� ي�� � �ساء م�� سي ي��� ن� ع� ن�� إ ك رإ ت�� ت� ه خ� ي� � ن��م��

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-lakimerendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebihbaik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuanmerendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebihbaik (QS. Al-hujurat 11)

Page 63: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

108

Secara nas larangan ditujukkan kepada kaum laki-

laki, lalu diiringi dengan larangan yang ditujukkan

kepada kaum wanita.

Firman Allah SWT:

ل وإولا ت�� ر� م م� سك ق� ت�� إDan janganlah suka mencela dirimu sendiri (QS. Al-Hujurat 11)

Makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mencela

orang lain, pengumpat dan pencela dari kalangan kaum

lelaki adalah orang-orang yang tercela lagi dilaknat,

seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-

Nya:

ه� لوب�� مز� � ه� ل� ك � م ل�� ه�ل�� ١ ر�Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela (QS. Al-Humazah 1)

Al-Hamz adalah ungkapan celaan melalui perbuatan,

sedangkan Al-Lamz adalah ungkapan celaan dengan lisan.

Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain

melalui firman-Nya:

ار� م� اء�ه� س�� م م�� ي� م� ت� ١١ ئ�!�Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah (QS. Al-

Qalam 11)

Page 64: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

109

Yakni meremehkan orang lain dan mencela mereka

berbuat melampaui batas terhadap mereka, dan berjalan

kesana kemari menghambur fitnah, mengadu domba, yaitu

mencela dengan lisan. Karena itulah dalam surat ini

disebutkan oleh firman-Nya:

ل وإولا ت�� ر� م م� سك ق� ت�� إDan janganlah suka mencela dirimu sendiri (QS. Al-Hujurat 11) 31

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

ق� لوإولا ت�� م ئ� سك ق� ت�� إ

Dan janganlah kamu membunuh dirimu (QS. An-Nisaa 29)Yakni janganlah sebagian dari kamu membunuh

sebagian yang lain, Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id Ibnu

Jubair, Qatadah dan Muqatil Ibnu Hayyan telah

mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

ل وإولا ت�� ر� م م� سك ق� ت�� إDan janganlah suka mencela dirimu sendiri (QS. Al-Hujurat 11)

Artinya, janganlah sebagian dari kamu mencela

sebagian yang lainnya. Firman Allah SWT:

31 Ibid. hlm. 318-320

Page 65: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

110

ال وإe ت�!� ز' ان�! ث� ل�ق�ولا ئ�3 ت!�اDan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan (QS.

Al-Hujurat 11)

Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan

gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang

bersangkutan. Imam Ahmad mengatakan, “telah

menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan

kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya’bi yang

mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu

Jubairah Aibnu Ad-Dakhlak yang mengatakan bahwa

berkenaan dengan kami Bani Salamah ayat berikut

diturunkan, Allah SWT berfirman:

ال وإe ت�!� ز' ان�! ث� ل�ق�ولا ئ�3 ت!�اDan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan (QS.Al-Hujurat 11)32

Ketika Rasulullah tiba di Madinah, tiada

seorangpun dari kami melainkan mempunyai dua nama atau

tiga nama. Tersebutlah pula apabila beliau memanggil

seseoramg dari mereka dengan salah satu namanya. Mereka

32 Ibid. hlm. 321

Page 66: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

111

megatakan, “wahai Rasulullah, sesungguhnya dia tidak

menyukai nama panggilan itu.” Maka turunlah firman-Nya:

ال وإe ت�!� ز' ان�! ث� ل�ق�ولا ئ�3 ت!�اDan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan (QS.

Al-Hujurat 11)

Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini dari Musa

Ibnu Ismail, dari Wahb, dari Daud dengan sanad yang

sama.

Firman Allah SWT:

ئ اسسب�!� سوق� إلم إل� عق� م إلذ ت�! ث�� �ا�� ن�Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudahiman (QS. Al-Hujurat 11)Seburuk-buruk sifat dan nama ialah yang mengandung

kefasikan, yaitu panggil memanggil dengan gelar-gelar

yang buruk, seperti yang biasa dilakukan di zaman

Jahiliah bila saling memanggil diantara sesamanya,

kemudian sesudah kalian masuk Islam dan berakal, lalu

kalian kembali kepada tradisi jahiliah itu.

م ن� ل�� ب�ت!وم� ئ��Dan barangsiapa yang tidak bertobat (QS. Al-Hujurat 11)

Yakni dari kebiasaan tersebut.

Page 67: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

112

ول� ا كOف�� � م ئ مون�ه� ل� � ١١ إل�ط=Maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. Al-Hujurat 11). 33

QS. Al-hujurat Ayat 12

هاإل��eeeeeeeب�� ي^�� وإ إخ�!ا eeeeeeeن� ن� ءإم� ��ي � وإذ� eeeeeee!ب ب�� رئ� ت� eeeeeeeث� ن� إ ك� � عم�� ن�� ت�! � إ�� ن�� � ب��ض� إل�ظ= � إ�� ن�� � لا و م إل�ظ=وإ eeeeش س� ج! ب�ت! ولا ت�� غ� م ت�� ك �eeeeعض ا ت�!� �eeeeعض ت!� ت�! ح� ت�� م إ ذك� eeee�خ ن� إ ل إ eeee�ك ا حم ت�� ه� ل� �eeeeن ح��� ا إ ث� ي� م�موه ه�ت� ز� ك إب! و ف�' و� ت�� ن�� إهلل� إ�� وإإهلل� ق� ت^�� مرإ ي� ١٢ �ح��

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlahmencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satusama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijikkepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaPenerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang beriman

dari banyak berprasangka buruk, yakni mencurigai

keluarga dan kaum kerabat serta oranglain dengan

tuduhan yang buruk yang bukan pada tempatnya. Karena

sesungguhnya sebagian dari hal tersebut merupakan hal

33 Ibid. hlm. 321-322

Page 68: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

113

yang murni dosa, untuk itu hendaklah hal tersebut

dijauhi secara keseluruhan sebagai tindakan prefentif.

Telah diriwayatkan kepada kami dari AmirulMu’minin

Umar Ibnu Khattab r.a. bahwa ia pernah berkata,

“janganlah sesekali kamu mempunyai prasangka terhadap

suatu kalimat yang keluar dari lisan saudaramu yang

mukmin melainkan hanya kebaikan belaka, sedangkan kamu

masih mempunyai jalan untuk memahaminya dengan

pemahaman yang baik.”

Abdullah Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Abu Qasim Ibnu Abu Damrah Nasr Ibnu

Muhammad Ibnu Sulaiman Al-Himsi, telah menceritakan

kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Abdullah Ibnu Abu Qais An-Nadri, telah menceritakan

kepada kami Abdullah Ibnu Amr r.a. yang mengatakan

bahwa ia pernah melihat Nabi SAW sedang tawaf di Kabah

seraya mengucapkan:

Page 69: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

114

س ق� ي ت�� ذ� كO وإل�� ث� رم� م ج� ط ع�� مكO و إ ظ= ع� ا إ كO م� ح ��ت ت! ر� ب� ط� كO وإ ث! Xن ظ� ا إ م�ن� اله وذمه وإ كO م� ث� رمه� م�� علي ج� ذ إل�له� ت�� ث� م ع�� ط= ع� � إ ن� م�� إل�مو خرمه� ه� ل�� ذ� ث� ذ ئ�(� م� ح م�

eرإ ت� اخ� ل� ه� إ� ن�� ن�!� ظ= ت��Alangkah harumnya namamu, dan alangkah harumnya baumu,dan alangkah besarnya namamu, dan alangkah besarnyakesucianmu. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalamgenggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kesuciann orangmukmin itu lebih besar di sisi Allah SWT dari pada kesucianmu;harta dan darahnya jangan sampai dituduh yang bukan-bukanmelainkan hanya baik belaka. 34

Ibnu Majah meriwayatkan melaui jalur ini secara

munfarid (tunggal). Malik r.a. telah meriwayatkan dari

Abu Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a. yang

mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

شوإ ولا س� ج شوإ ولا ت�� س� ج! � ولا ت�� �ث� �ي ذ� ح ب! إل� ذ� Äك ن�� إ � ن�� إل�ظ= ا� ن�� ف�� � إل�ظ= م و� اك� ��ت إ�eا وإت�� خ�� اذ إل�له� إ� ث! وإ ع�� وت�� زوإe وك� ذإن�! وإ ولا ت�� ط= اع�� ث! شوإ ولا ئ�3 اف�� ث� ئ�3

Janganlah kamu mempunyai perasangka buruk, karenasesungguhnya prasangka yang buruk itu adalah berita yang palingdusta, janganlah kamu saling memata-matai janganlah kamusaling mencari-cari kesalahan, janganlah kamu salingmenjatuhkan janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamusaling membenci, dan janganlah kamu saling berbuat makar,tetapi jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yangbersaudara.

34 Ibid. hlm. 322-324

Page 70: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

115

Imam Bukhari meriwayatkannya dari Abdullah ibnu

Yusuf, sedabgkan Imam Muslim meriwayatkannya dari Yahya

Ibnu Yahya. Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Al-

Atabi, dari Malik dengan sanad yang sama.

Sufyan Ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Az-

Zuhri, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah

SAW pernah bersabda:

اe ولا e��وإت خ�� اذ إل�لeه� إ� ث! وإ ع�� وت�� ذوإ وك� اس� ح وإ ولا ت�� ط= اع�� ث! زوإe ولا ئ�3 ذإن�! عوإ ولا ت�� ا ط� ق� لات��ام ت^�� ه� إ لان^� وق� ت�� اه ف� خ�� ر إ هخ! ن�� ي�� م إ� مسل� ل� ل� ح� ��

تJanganlah kalian saling memutuskan persaudaraan, janganlahkamu saling menjatuhkan, janganlah kamu saling membenci, danjanganlah kamu saling memdengki, tetapi jadilah kamu sekalianhamba-hamba Allah yang bersaudara, tidak dihalalkan bagiseorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Imam Muslim dan Imam Turmudzi meriwayatkannya

dalam kitab sahihnya masing-masing, dan Imam Turmudzi

menilainya sahih, malalui riwayat Sufyan Ibnu Uyaynah

dengan sanad yang sama.

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada

kami, Muhammad Ibnu Abdullah Al-Qurmuti Al-Adawi, telah

menceritakan kepada kami Ismail Ibnu Qais Al-Ansari,

telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman Ibnu Muhammad

Page 71: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

116

ibnu Abu Rijal, dari ayahnya, dari kakeknya Harisah

Ibnu Nu’man r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW

pernah bersabda:

� ن�� � وء إل�ظ= سذ وس� ح ره� وإل� ت� ي : إل�ط�� ب�� ام�� اب� ل� م� � لاب� لا ر� ت��Ada tiga perkara yang semuanya memastikan bagi umatku: yaitutiyarah, dengki dan buruk prasangka. Seorang lelaki berntanya, “Wahai Rasululullah,

bagaimana caranya melenyapkan bagi seseorang yang tiga-

tiganya ada pada dirinya?” Rasulullah SAW menjawab:

� ض� ام� �رب� ف�� ت� ط إ ت�� ذ� ق� وإ� ق��� ح لا ت�� ب�ت� ف�� ن� إ إظ�= ذ� ر إل�له� وإ� ف�� ع� ي� اس� سذب� ف�� إ ح� ذ� إ�Apabila kamu dengki, mohonlah ampuna kepada Allah SWT danapabila kamu buruk prasangka, maka janganlah kamu nyatakan,dan apabila kamu mempunyai tiyarah (pertanda kemalangan)maka teruskanlah niatmu. 35

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan

kepada kami Abu Muawiyyah dari Al-A’masy, dari Zaid

r.a. yang menceritakan bahwa sahabat Ibnu Mas’ud r.a.

pernah menerima seorang lelaki yang ditangkap, lalu

dihadapkan kepadanya, kemudian dikatakan keapda Ibnu

Mas’ud , “ini adalah si Fulan yang jenggotnya

meneteskan khamr (yakni dia baru saja minum khamr).”

35 Ibid. hlm. 324-325

Page 72: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

117

Maka Ibnu Mas’ud r.a. menjawab, “sesungguhnya kami

dilarang memata-matai oranglain. Tetapi jika ada bukti

yang kelihatan oleh kita, maka kita harus

menghukumnya.” Ibnu Abu Hatim menjelaskan nama lelaki

tersebut didalam riwayatnya, dia adalah Al-Walid Ibnu

uqbah ibnu Abu Mu’it.

Imam Ahmad mengatakan, “telah menceritakan kepada

kami Hayim, telah menceritakan kepada kami Lais, dari

Ibrahim ibnu Nasyit Al-Khaulani, dari Ka’ab ibnu

Alqamah, dari Abu Haisam, dari Dajin (juru tulis Uqbah)

yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Uqbah,

“sesungguhnya kami mempunyai banyak tetangga yang gemar

minum khamr, dan aku akan memanggil polisi untuk

menangkap mereka.” Uqbah menjawab, “jangan kamu lakukan

itu, tetapi nasihatilah mereka dan ancamlah mereka.”

Dajin melakukan saran Uqbah, tetapi mereka tidak mau

juga berhenti dari minumnya. Akhirnya Dajin datang

kepada Uqbah dan berkata kepadanya, “sesungguhnya telah

ku larang mereka mengulangi perbuatannya, tetapi mereka

tidak juga mau berhenti. Dan sekarang aku akan

memanggil polisi susila untuk menagkap mereka.” Maka

Page 73: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

118

Uqbah berkata kepada Dajin, “janganlah kamu lalkukan

hal itu, celakalah kamu, karena sesungguhnya pernah

mendengar Rasulullah SAW bersabda:

ا ر�ه� ت! ن� ق� وذه� م�� وو ام� ن� ح ت� س� ما إ� اث��� ك ف�� ن� م�� و ن� شت�ر عوره� م� م�Barang siapa yang menutupi aurat orang mukmin, maka seakan-akan (pahalanya) sama dengan orang yang menghidupkan bayiyang dikubur hidup-hidup dari kuburnya. 36

Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkannya

melalui hadis Al-Lais Sa’d dengan sanad dal lafadz yang

sama. Sufyan Asy-Syauri telah meriwayatkan dari Rasyid

Ibnu Sa’d dan Muawiyyah r.a. yang mengatakan bahwa ia

pernah mendengar Nabi SAW bersabda:

م ذه� س� ق� ن� ت�� ذب� إ و ك�� هم إ سذي�� ف�� اس� إ � إل�ث�� غت� عورإب� ي! � إئ��� ن� كO إ� ���ب إ�Sesungguhnya jika kamu menelusuri aurat orang lain, berartikamu rusak mereka atau kamu hampir buat mereka menjadirusak. Abu Darda mengatakan suatu kalimat yang ia dengar

dari Mu’awiyah r.a., dari Rasulullah SAW; semoga Allah

SWT menjadikannya bermanfaat. Imam Daud meriwayatkannya

secara munfarid, melalui hadis As-Sauri dengan sanad

yang sama.

36 Ibid. hlm. 326

Page 74: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

119

Abu Daud mengatakan pula, telah menceritakan

kepada kami Sa’id Ibnu Amr Al-Hadrami, kepada

menceritakan kepada kami Ismail Ibnu Iyasy, telah

menceritakan kepada kami Damdam Ibnu Zur’ah, dari

Syuraih Ibnu Ubaid, dari Zubair Ibnu Nafir, Kasir Ibnu

Murrah, Amr Ibnu Aswad, Al-Miqdam ibnu Ma’di Kariba dan

Abu Umamah r.a. dari Nabi SAW yang telah bersabda:

م سذه� ف�� اس� إ ي إل�ث�� ه� ف�� ن! X�ر�� ئ�ي إل غ� ي�� ذ� إئ^( � ر إ ت� ن�� إلام� إ�Sesungguhnya seorang Amir itu apabila mencari-cari kesalahanrakyatnya, berarti dia membuat mereka rusak. Firman Allah SWT:

شوإ س� ج! و لا ت��Dan janganlah mencari-cari keburukan orang (QS. Al-Hujurat 12)Yakni sebagian dari kalian terhadap sebagian yang

lain. Lafadz tajassus pada galibnya (umumnya) menunjukkan

pengertian negatif (buruk), karena itulah mata-mata

dalam bahasa Arabnya disebut jasus. Adapun mengenai

lafadz tahassus pada umumnya ditujukkan kepada

kebaikan, seperti pengetian yang terdapat dalam firman

Allah SWT yang menceritakan perihal nabi Yakub yang

telah mengatakan kepada putera-puteranya:

Page 75: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

120

وج� إل�له� ن� ر� شوإ م�� ئ[ ب^� ا ه� ولا ت�� ن� ف� وإح��� وس� ن� ت�� شوإ م�� س� ج ت� وإ ف�� ن! ه� ي�� إذ� ب�� ي( X�بHai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentangyusuf dan saudaranya. Dan jangan kamu berputus asa dariRahmat Allah (QS. Yusuf 87)Tetapiadakalanya lafadz ini digunakan untuk

pengertian negatif, seperti pengertian yang terdapat

dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang

artinya:

Janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah pula salingmencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah pula salingmembenci dan janganlah pula saling menjatuhkan, tetapi jadilahkamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Al-Auza’I mengatakan bahwa tajassus adalah

mencari-cari kesalahan pihak lain, dan tahassus adalah

mencari-cari berita suatu kaum, sedangkan pihak yang

bersangkutan tidak mau beritanya itu terdengar atau

disadap. Tadabur artinya menjerumuskan atau menjatuhkan

atau membuat makar. Demikian menurut apa yang

diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim:

ع� ت!ولا ت�� م ئ� ك عض� ا ت�!� عض� ت�!Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain (QS. Al-Hujurat 12) 37

37 Ibid. hlm. 326-328

Page 76: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

121

Ini larangan memergunjingkan oranglain. Hal ini

ditafsirkan oleh Nabi SAW melaui sabdanya yang

mengatakan bahw gibah ialah:

زه ك ما ت�3 اك�O ث�!� خ�� رك�O إ ك� ذ��Kamu gunjingkan saudaramu, dengan hal-hal yang tidak disukainya.

Lalu ditanyakan, “bagaimanakah jika yang

dipergunjingkan itu ada padanya?” Rasulullah SAW

menjawab:

ه هن�� ذ ي�! ق� ول ف�� ق� ا ت�� ه� م� ن� ن� ف�� ك م ت��� ن� ل� ه وإ� ن� ي! ن� ذ� إع�� ق� ول ف�� ق� ات�� ه� م� ن� ان� ف�� ن� ك� إ�Jika apa yang kamu pergunjingkan itu ada padanya, berarti kamutelah mengumpatnya dan jika apa yang kamu pergunjingkan itutidak ada padanya berarti kamu telah menghasutnya. Imam Turmudzi meriwayatkannya dari Qutaibah, dari

Ad-Darawardi dengan sanad yang sama, imam Turmudzi

mengatakan bahwa hadis ini sahih. Ibnu Jarir

meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu’bah,

dari Al-A’la. Hal yamg sama telah dikatakan oleh Ibnu

Umar r.a., Masruq, Qatadah, Abu Ishaq, dan Mu’awiyah

Ibnu Qurrah.

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya,

dari Sufyan, bahwa telah menceritakan kepadaku Ali Ibnu

Page 77: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

122

Aqmar, dari Abu Huzaifah, dari Aisyah r.a. yang

mengatakan bahwa ia pernah megatakan kepada Nabi SAW

perihal keburukan Saffiyyah. Selain Musaddad

menyebutkan bahwa safiyyah itu adalah wanita yang

pendek. Maka Nabi SAW besabda:

ه ن3 ح�! مز� خر� ل� ت! ماء� إل� ت� ث�!� �ح�! ومر� مه� ل� ل� لث� ك� ذ ف�� ق� ل�Sesungguhnya kamu telah mengucapkan suatu kalimat (yangberdosa) seandainya kalimat itu dilemparkan ke dalam laut,tentulah dia dapat mencemarinya. 38

Siti Aisyah r.a. menyebutkan bahwa lalu ia

menceritakan perihal seseorang kepada Nabi SAW maka

Nabi SAW bersabda:

إ ذ� إ وك� ذ� ك� ى� ا وإن�� ل� سات�� ي�� ت� إ� ب� ك ى خ� ��� Äن ت!� إ� اإح�� م�Aku tidak suka bila aku menceritakan perihal seseorang, lalu akumendapatkan anu dan anu (yakni dosa)Imam Turmudzi meriwayatkannya melalui hadis Yahya

Al-Qattan, Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Waki’. Ketiga-

tiganya dari Sufyan As-Sauri, dari Ali Ibnu Aqmar, dari

Abu Huzaifah Salamah Ibnu Suhaib Al-Arhabi, dari Aisyah

r.a. dengan sanad yang sama. Imam Turmudzi mengatakan

bahwa hadis ini hasan sahih.

38 Ibid. hlm. 328-329

Page 78: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

123

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku

Imam Abusy Syawarib, telah menceritakan kepada kami

Abdul Walid Ibnu Ziad, telah menceritakan kepada kami,

Sulaiman Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami

Hassan Ibnu Mukhariq, bahwa pernah seorang wanita

menemui Siti Aisyah r.a. di dalam rumahnya. Ketika

wanita itu bediri dan bangkit hendak keluar, Siti

Aisyah r.a. berisyarat kepada Nabi SAW dengan tangannya

yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Maka Nabi SAW

bersabda:

ها ي� ي3 ث! ن� ع�� إ�Engkau telah mengumpatnya

Gibah atau mengumpat adalah perbuatan yang haram

menurut kesepakatan semua ulama. Tiada pengecualian

kecuali hanya terhadap hal-hal yang telah diyakini

kemaslahatannya, seperti dalam hal jarh, dan ta’dil

(yakni istilah ilmu mustalahul hadis yang menerangkan

tentang prediakt para perawi seorang demi seorang)

serta dalam masalah nasihat.

Page 79: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

124

Seperti sabda Nabi SAW ketika ada seorang lelaki

pendurhaka meminta izin masuk menemuinya, maka

bersabdalah beliau:

� ره� ت� و إل�غش�� خ�� س إ ئ وإe له ب�!� ت�� ذ' ت� إ�Izinkanlah dia masuk, dia adalah seburuk-buruk saudara satu kabilah

Juga seperti sabda Nabi SAW kepada Fatimah Binti

Qais r.a. yang dilamar oleh Mu’awiyah dan Abdul Jahm.

Maka Nabi SAW bersabda kepadanya memberinya nasihat:

ه ق�� ات�� ن� ع� اه ع� ض ع ع� ض� لا ت�� هم� ف�� وإ إل�ج! !�ت اإ م�� , وإ O�علوك ض ه�e ف�� ن�� عاو� ا م� م�� إAdapun Mu’awiyah maka dia adalah seorang yang miskin,sedangkan Abu Jahm adalah seorang yang tidak pernahmenurunkan tongkatnya dari pundaknya (uakni suka memukulistrinya) 39

Hal-hal lainnya yang bertujuan semisal

diperbolehkan pula. Sedangkan yang selain dari itu

tetap diharamkan dengan snagat, dan ada peringatan yang

keras terhadap pelakunya. Karena itulah maka Allah SWT

menyerupakan pelakunya sebagaimana memakan daging

manusia yang telah mati. Hal ini diungkapkan oleh Allah

SWT melaui firman-Nya:

39 Ibid. hlm. 329-331

Page 80: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

125

م ذك� خ� ت!�e إ ح� ت�� ن�إ ل إ ك� ا حم ت�� ه� ل� ن� ح��� ا إ ث� ي� موه م� ه�ت� ز� ك ف�'Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijikkepadanya (QS. Al-hujurat 12)Yakni sebagaimana kamu tidak menyukai hal tersebut

secara naluri, maka bencilah perbuatan tersebut demi

perintah syara’. Karena sesungguhnya hukuman yang

sebenarnya jauh lebih keeras dari pada yang

digambarkan. Ungkapan seperti ayat di atas hanyalah

untuk menimbulkan rasa antipati terhadap perbuatan

tersebut dan sebagai peringatan agar tidak dikerjakan.

Perihalnya sama seperti apa yang diakatakan oleh

Rasulullah SAW sehubungan dengan seorang yang mencabut

kembali hibahnya:

ه� � ن Xن ي ف�3 ع ف�� زج�!� م� ن�� يء ث�� ف�� X�لث!� ت ك ال� ك�Seperti anjing yang muntah lalu memakan kembali muntahannya. 40

Dan beliau SAW telah bersabda:

وء�سئ�ل ل إل�ش� ث� ا م� ث� ل�Tiada bagi kami perumpamaan yang buruk

Telah disebutkan dalam kitab-kitab sahih, hasan

dan musnad melalui berbagai jalur, bahwa Rasululllah

40 Ibid. hlm. 331

Page 81: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

126

SAW dalam haji wada’nya mengatakan dalam khitbah yang

artinya:

Sesungguhnya darah-darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian

diharamkan atas kalian sebagaimana kesucian hari, bulan, dan negeri

kalian ini.

Abu Daud mengatakan telah menceritakan kepada kami

Wasil Ibnu Andul A’la, telah menceritakan kepada kami

Asbath Ibnu Muhammad, dari Hisyam ibnu SA’d, dari Zaid

Ibnu Aslam, dari Abu Saleh dari Abu Hurairah r.a. yang

mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

ن� ست!� إمر�ي م�� ح ه وذمه, ت�!� رص� اله وع�� رإم م� م� ج� مسل� لي إل� م� ع� مسل� ل� إل� ك�م مسل� اه إل� خ�� ر إ ف��� ح ن� ت�� � إ ر� ش�� إل�

Diharamkan atas orang muslim harta, kehormatan dan darahorang muslim lainnya. Cukuplah keburukan bagi seseorang bila iamenghina saudara semuslimnya. 41

Imam Turmudzi meriwayatkan pula hadis ini dari

Ubaid ibnu Asbath ibnu Muhammad, dari Ayahnya dengan

sanad yang sama. Dan Imam Turmudzi mengatakan bahwa

hadis ini hasan gharib. Telah menceritakan pula kepada

kami Usman Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada

kami Al-Aswad Ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami

41 Ibid. hlm. 332

Page 82: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

127

Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Al-A’Masy, dari Sa’d Ibnu

Abdullah Ibnu Khadij, dari Abu Burdah Al-Balawi yang

mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda yang

artinya:

Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belummeresap kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim, dan janganlah pula kalian menelusuri auratmereka, karena barang siapa yang menelusuri aurat mereka,maka Allah akan membalas denganmenelusuri auratnya. Danbarang siapa yang ditelusuri auratnya oleh Allah maka Allah akanmempermalukannya di dalam rumahnya. Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini secara

tunggal, hal yang semisal telah diriwayatkan pula

melalui Al-Barra Ibnu Azid, untuk itu Al-Hafidz Abu

Ya’la mengatakan dalam kitab musnadnya, telah

menceritakan kepada kami Mus’ab Ibnu Salam, dari Hamzah

ibnu Habib Az-Zayyat, dari Abu Ishaq As-Suba’I dari Al-

Barra Ibnnu Azib r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah

SAW berkhotbah kepada kami sehingga suara beliau

terdengar oleh kaum wanita yang ada di dalam kemahnya

atau di dalam rumahnya masing-masing. Beliau Saw

bersabda yang artinya:

Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belummeresap kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim, dan janganlah pula kalian menelusuri auratmereka, karena barang siapa yang menelusuri aurat mereka,

Page 83: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

128

maka Allah akan membalas denganmenelusuri auratnya. Danbarang siapa yang ditelusuri auratnya oleh Allah maka Allah akanmempermalukannya di dalam rumahnya. Jalur lain ibnu Umar r.a. Abu Bakar alias Ahmad

Ibnu Ibrahim Al-Ismaili mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Abdullah Ibnu Najiyah, telah menceritakan

kepada kami Yahya Ibnu Aksam, telah menceritakan kepada

kami Al-Fadl Ibnu Musa Asy-Syaibani, dari Al-Husain

Ibnu Waqid, dari Aufa ibnu Dalham, dari Nafi’, dari

Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda yang

artinya:

Hai orang-orang yang iman dengan lisannya, tetapi iman belummeresap kedalam kalbunya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim, dan janganlah pula kalian menelusuri auratmereka, karena barang siapa yang menelusuri aurat mereka,maka Allah akan membalas denganmenelusuri auratnya. Danbarang siapa yang ditelusuri auratnya oleh Allah maka Allah akanmempermalukannya sekalipun ia berada di dalam tandunya. 42

Dan pada suatu hari ibnu Umar memandang ke arah

ka’bah, lalu berkata, “alangkah besarnya engkau dan

alangkah besarnya kehormatanmu, tetapi sesungguhnya

orang mukmin itu lebih besar kehormatannya daripada

engkau disisi Allah.”

Abu Daud emngatakan, telah menceritakan kepada

kami Haiwan Ibnu Syiraih, telah menceritakan kepada

42 Ibid. hlm. 332-334

Page 84: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

129

kami Qutaibah, dai ibnu Sauban, dari ayahnya, dari Mak-

hul, dari Waqqas ibnu Rabi’ah, dari Al-Miswar yang

menceritakan kepadanya bahwa Nabi SAW pernah bersabda

yang artinya:

Barang siapa yang memakan (daging) seorang muslim (yaknimenggunjingnya) sekali makan (gunjing), maka sesungguhnyaAllah akan memberikan makanan yang semisal di dlam nerakaJahanam. Dan barang siapa yang memakaikan kepadanya pakaianyang semisal didalam neraka Jahanam. Dan barang siapa yangberdiri karena ria dan pamer terhadap seseorang, maka Allahakan memberdirikannya di tempat pamer dan ria kelak di harikiamat. 43

Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini secara

munfarid. Telah menceritakan pula kepada kami Ibnu

Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah dan

Abdul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan,

telah menceritakan kepadaku Rasyid Ibnu Sa’d dan Abdur

Rahman Ibnu Jubair, dari Anas ibnu Malik yang

mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

م ه� � رإ ض�� ع� ي إ عون� ف�� ق� اس� وت�� وم إل�ث�� ح لون� ل� �ك ا ن� ت�� ��ي � ذ� لاء� إل�� و ما ه� .ل��Mengapa mereka memakan daging orang lain (menggunjingorang lain) dan menjatuhkan kehormatan orang-orang lain? 44

43 Ibid. hlm. 334-33544 Ibid. hlm. 335-336

Page 85: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

130

Imam Abu Daud meriwayatkan secara munfarid. Hal

yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari

Abu Mugirah Abdul Quddus Ibnu Hajjaj Asy-Syami dengan

sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, “telah menceritakan

kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Ahmad Ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Abu

Abdus Samad Ibnu Abdul Aziz Al-ummi, telah menceritakan

kepada kami Abu Harun Al-Abdi, dari Abu Said Al-Khudri

yang mengatakan bahwa kami pernah berkata, “wahai

Rasulullah, ceritakanlah kepada kami apa yang telah

engkau lihat dalam perjalanan isra (malam) mu.” Maka

diantara jawaban beliau SAW menyebutkan bahwa kemudian

aku dibawa menuju ke tempat sejumlah makhluk Allah

yang banyak terdiri dari kaum laki-laki dan wanita.

Mereka diserahkan kepada para malaikat yang berupa kaum

laki-laki yang dengan sengaja mencomot daging lambung

seorang dari mereka sekali comot sebesar terompah,

kemudoan mereka jajalkan daging itu ke mulut seorang

lainnya dari mereka. Lalu dikatakan kepadanya,

Page 86: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

131

“makanlah ini sebagaimana dahulu kamu makan,” sedangkan

ia menjumpai daging itu adalah bangkai.

Jibril mengatakan, “Hai Muhammad, tentu saja itu

menjijikannya, tetapi dipaksakan kepadanya untuk

memakannya.” Aku bertanya, “hai Jibril siapakah mereka

itu?” jibril menjawab, “mereka adalah orang-orang yang

suka menggunjing dan mencela serta mengadu domba orang-

orang lain.” Lalu dikatakan, “sukakah salah seoarang

diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah

mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” Dan

orang tersebut tidak suka memakannya (tetapi dipaksakan

kepadanya). Demikianlah hadis secara ringkasnya,

sedangkan secara panjang lebarnya telah kami kemukakan

pada permulaan tafsir surat al-isra.

Abu Daud At-Tayasili mengatakan di dalam kitab

musnadnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ar-

Rabi’ dari Yazid dari Anas bahwa Rasulullah SAW

memerintahkan kepada orang-orang untuk melakukan puasa

atu hari, tidak boleh ada satu orangpun yang berbuka

sebelum didizinkan kepadanya berbuka.

Page 87: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

132

Maka orang-orang pun melakukan puasa. Ketika

petang harinya seorang datang kepada Rasulullah SAW

lalu mengatakan, “sejak pagi hari saya berpuasa, maka

izinkanlah bagiku untuk berbuka.” Kemudian ia diberi

izin untuk berbuka. Dan datang lagi lelaki lainnya yang

juga meminta izin untuk berbuka, lalu diizinkan baginya

untuk berbuka.

Kemudian datanglah seorang lelaki melaporkan,

“wahai Rasulullah ada dua orang wanita dari kalangan

keluargamu (istri-istrimu) sejak pagi melakukan puasa,

maka berilah izin kepada keduanya untuk berbuka.”

Tetapi Rasulullah SAW berpaling darinya, lalu lelaki

itu mengulangi lagi laporannya. Akhirnya Rasulullah SAW

bersabda:

ما مزه� ت! ف�� ه� ذ� ؟ إ� اس� وم� إل�ث�� ح ن� ل� ل م�� ك� ا ل� ت�� ن� ط�= ام م� ف� ص� ي� ا وك� ث� ام� ا ص� م�eا ث ن� ق�� سي� � إن� ي�� ن� ي� مث� � ا ث� ا ص� ث� ئ^' ا ك إن��

Keduanya tidak puasa, bagaimanakah dikatakan puasa seorangyang terus-terusan memakan daaging orang lain? Pergilah dankatan kepada keduanya, bahwa jika keduanya puasa hendaklahkeduanya muntah. Lalu keduanya melakukan apa yang diperintahkan

oleh Nabi SAW. Ketika keduanya muntah, ternyata

Page 88: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

133

keduanya mengeluarkan darah kental. Kemudian lelaki itu

datang kepada Nabi SAW dan melaporkan apa yang telah

terjadi, Nabi SAW bersabda:

ار هما إل�ث�� لي� ما لا ك� ه� ي� ما ف�� ا وه� ث� 3�ئ ا وم� ل�Seandainya kedaunya mati, sedangkan darah kental itu masih adadalam rongga perut keduanya, tentulah keduanya akan dibakaroleh api neraka. Sanad hadis ini daif, sedangkan matanya garib. Hal

yang semisal telah diriwwayatkan oleh Al-hafiz Al-

Baihaqi melalui hadis Yazid ibnu Harun, telah

menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi yang

mengatakn bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki

bercerita di majlis Abu Usman An-nahdi, dari Ubaid

maula Rasulullah SAW bahwa di masa Rasulullah SAW

pernah ada dua orang wanita berpuasa, lalu seorang

lelaki datang kepada Rasulullah SAW melaporkan, “wahai

Rasulullah, di sini ada dua orang wanita berpuasa,

tetapi keduanya hampir saja mati karena kehausan,”

perawi mengatakan bahwa ia merasa yakin penyebabnya

adalah karna teriknya matahari di tengah hari.

Rasulullah SAW berpaling darinya atau diam tidak

menjawab.

Page 89: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

134

Lelaki itu kembali berkata, “wahai Nabi Allah,

demi Allah sesungguhnya keduanya sekarat atau hampir

saja sekarat.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “pergilah

keduanya,” lalu keduanya datang. Maka didatangkanlah

sebuah wadah atau mangkuk, dan Nabi SAW berkata kepada

salah satu dari wanita itu, “muntahlah!” wanita itu

mengeluarkan muntahan darah dan nanah sehingga memenuhi

separo waddah itu. Kemudian Nabi Saw berkata kepada

wanita lainnya, “muntahlah!” lalu waita itu memuntahkan

nanah, darah, muntahan darah kental, dan lainnya hingga

wadah itu penuh, kemudian Nabi SAW bersabda:

Sesungguhnya wanita itu puasa dari apa yang dihalalkan olehAllah bagi keduanya, tapi keduanya tidak puasa dari apa yangdiharamkan oleh Allah atas keduanya; salah satu ari keduanyamendatangi yang lain lalu keduanya memakan daging orang lain(menggunjingnya). 45

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad

dari Yazid ibnu Harun dan Ibnu Abu Addi, keduanya dari

Salman ibnu Sau’an At-Taimi dengan snad yang semisal

dan lafadz yang sama atau semisal. Kemudian Imam Ahmad

meriwayatkannya pula melalui hadis Musaddad, dari Yahya

Al-Qattan dari Usman Ibnu Qiyas telah menceritakan

45 Ibid. hlm. 336-338

Page 90: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

135

kepadaku seorang lelaki yang menurutku dia berada di

majelis Abu Usman, dari SA’ad maula Rasulullah SAW

bahwa mereka diperintahkan untuk puasa, lalu ditengah

hari datanglah seorang lelaki dan berkata, “wahai

Rasulullah, Fulanah dan Fulanah telah payah sekali,’

tetapi Nabi SAW berpaling darinya; hal ini berlangsung

sebanyak dua atau tiga kali. Pada akhirnya Raulullah

SAW bersabda, “panggilah keduanya.”

Maka Nabi SAW datnag membawa panci atau wadah, dan

berkata kepada salah seorang dari kedau wanita itu,

“muntahlah!” wanita itu memuntahkan daging, daah

kental, dan muntahan. Lalu Nabi SAW berakta kepada

wanita lainnya, “muntahlah!” maka wanita itu

memuntahkan hal yang sama. Kemudian Rasulullah SAW

bersaba:

Sesungguhnya wanita itu puasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah bagikeduanya, tapi keduanya tidak puasa dari apa yang diharamkan olehAllah atas keduanya; salah satu ari keduanya mendatangi yang lain lalukeduanya memakan daging orang lain (menggunjingnya) hingga perutkeduanya penuh dengan nanah. 46

46 Ibid. hlm. 338-339

Page 91: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

136

Imam Baihaqi mengatakan bahwa demikianlah bunyi

teks yang diriwayatkan dari SA’d. tetapi yang pertama

(yaitu ubaid) adalh yang paling sahih.

Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Amr Ibnu Dakhlak Ibnu Makhlad, telah

menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan

kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami

Ibnu Juraij, telah menceritakan kepada kami Abu Zubair,

dari seoranganak Abu Hurairah, bahwa Ma’iz datang

kepada Rasulullah SAW, lalu berkata, “wahai Rasulullah,

aku telah berzina.” Rasulullah SAW berpaling darinya

hingga MA’iz mengulangi ucapannya, sebanyak empat kali,

dan pada kelima kalinya Rasulullah SAW balik bertanya,

“kamu benar berziana?” MA’iz menjawab, “Ya.”

Rasulullah SAW bertanya, “tahukah kamu apakah zina

itu?” Ma’iz menjawab, “ya, aku lakukan terhadapnya

perbuatan yang haram sebagaimana layaknya seorang suami

mnedatangi istri yang halal.” Rasulullah Saw bertanya,

“apakah yang engkau maksudkan dengan pengakuanmu ini?”

Ma’iz menjawab, “aku bermaksud agar engkau menyucikan

diriku (dari dosa zina).”

Page 92: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

137

Maka Rasulullah Saw bertanya, “apakah engkau

memasukan itu mu kedalam itunya dia, sebagaimana batang

celak dimasukkan kedalam wadah celak dan sebagaimana

timba dimasukkan ke dalam sumur?” Ma’iz menjawab, “Ya,

waahai Rasulullah, “ maka Rasulullah memerintahkan agar

Ma’iz dihukum rajam, lalu Ma’iz dirajam.

Lalu Nabi SAW mendengar dua orang lelaki berkata.

Salah satu dari merka berkata kepada slah seorang dari

yang lainnya (temannya). “tidaklah engkau menyaksikan

orang yang telah ditutupi oleh Allah, tetapi dia tidak

membiarkan dirinya hingga harus dirajam seperti anjing

dirajam?” lalu Nabi SAW berjalan hingga melaui bangkai

keledai, lalu beliau SAW bersabda, “dimanakah si Fulan

dan si Fulan? Suruhlah keduanya turun dan memakan

bagkai keledai ini.”

Keduanya mmenjawab “semoga Allah mengampunimu, ya

Rasulullah, apakah bagkai ini dapat dimakan?” beliau

SAW menjawab:

Apa yang kamu berdua katakan tentang saudaramu tadi jauhmenjijikan dari pada bangkai keledai ini rasanya. Demi Tuhanyang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,sesungguhnya dia sekarang benar-benar berada di sungai-sungaisurga menyelam didalamnya.

Page 93: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

138

Imam Ahmad mengatakan, “telah menceritakan kepada

kami Abdus Samad, telah menceritakan kepadaku Wasil

maula Ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepadaku Khalid

Ibnu Urfutah dari Talhah ibnu Nafi’, dari Jabir ibnu

Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa ketika kami

bersama Nabi SAW lalu terciumlah oleh kami bau bangkai

yang sangat busuk, maka Rasulullah Saw besaba:

اس ون� إل�ث�� ات�! ث� غ� ن� ت�� ��ي � ذ� ح إل�� ت^� ه� ر� � ذ� ح؟ ه� ت^� ه� إل�ر�� � ذ� اه� ذرون� م� ت^� إTahukah kalian, bau pakah ini? Ini adalah bau orang-orang yangmenggunjing orang lain. 47

Abdu Ibnu Humaid mengatakan dalam kitab musnadnya,

telah menceritakan kepada kami Ibrahi ibnu Asy’as,

telah menceritakan kepada kami Al-Fudail ibnu Iyad,

dari Sulaiman ibnu Abu Sufyan alias Thalhah ibnu Nafi’,

dari Jubair ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa

ketika kami bersama Nabi SAW dalam satu perjalanan,

tiba-tiba terciumlah bau bangkai yang sangat busuk.

Maka Nabi SAW bersaba:

47 Ibid. hlm. 339-341

Page 94: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

139

ه� � ذ� غب�ت� ه� كO ت�! ل�� ذ� ل� ن� ف�� ي� م� مسل� ن� إل� ا م�� اس� وإ ت�� ن! ن� ع�� ن� إ� ي� ق�� � اف�� ن� إل�مث� ف�رإ م�� ن�� ت�� إ�ح ت^� إل�ر��

Sesungguhnya sejumlah orang-orang munafik telah menggunjingsesorang dari kaum muslim, maka hal tersebutlah yangmenimbulkan bau yang sangat busuk ini. Dan barangkali beliau SAW bersabda:

ح ت^� ه� إل�ر�� � ذ� ت� ه� اح�! كO ه� ل�� ذ� ل� ف��karena itulah tercium bau busuk ini.

As-saddi mengatakan sehubungan dengan firman Allah

SWT:

م ذك� خ� ت!�e إ ح� ت�� ن�إ ل إ ك� ا حم ت�� ه� ل� ن� ح��� ت� إ ب� م�Suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. (QS. Al-Hujurat 12)

48

Ia merasa yakin bahwa Salman r.a. ketika berjalan

dengan dua orang sahabat Nabi SAW dalam suatu

perjalanan sebagai pelayan keduanya dan meringankan

beban keduanya dengan imbalan mendapat makan dari

keduanya. Suatu hari ketika semua orang telah

berangkat, sedangkan Salman tidak ikut berangkat

bersama mereka melainkan tertidur, lalu kedua temannya

48 Ibid. hlm. 341

Page 95: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

140

menggunjingkannya. Kemudian keduanya mencari Salman,

tetapi kedaunya tidak menemukannya. Akhirnya kedua

teman Salman membuat kemah dan keduanya megatakan

secara menggerutu, “tiada yang dikehendaki oleh Salman

atau budak ini selain dari yang enaknya saja, yaitu

datang tinggal makan, dan kemah sudah dipasang.

Ketika Salman datang, mereka mengutus Salman

kepada Rasulullah SAW untuk meminta lauk pauk. Maka

Salman pun berabgkat hingga datang kepada Rasulullah

SAW seraya membawa lauk pauk. Lalu Salman berkata,

“wahai Rasulullah, teman-temanku telah menyuruhku unuk

meminta lauk pauk kepada engkau, jika engkau

mempunyainya.’ Rasulullah SAW bersabda:

وإ ذم� ث� إئ^[ ذ� ؟ ف�� الاذم� كO ت�!� اب�! ح ص� ع إ ي� ص ا ت�� م�Apa yang dilakukan teman-temanmu dengan lauk pauk, bukankahmereka telah memperoleh lauk pauk? 49

Maka Salman kembali kepada kedua teman-temannya

dan menceritakan kepada mereka apa yang telah dikatakan

oleh Rasulullah SAW. Kemudian keduanya berangkat hingga

ke tempat Nabi SAW lalu berkata, “demi Tuhan yang telah

49 Ibid. hlm. 341-342

Page 96: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

141

mengutusmu dengan hak, kami belum makan sejak pertama

kali kita istirahat, “Rasulullah SAW bersaba:

ما ك ول�� ق� سلمان� ت�!� ما ي�!� ت� ذم� ث� إئ^[ ذ� ماe ف�� ك ت��� إ�Sesungguhnya kamu berdua telah mendapat lauk pauk darisalman karena gunjinganmu (terhadapnya). 50

Lalu turunlah firman Allah SWT:

م ذك� خ� ت!�e إ ح� ت�� ن�إ ل إ ك� ا حم ت�� ه� ل� ن� ح��� ت� إ ب� م�Suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. (QS. Al-Hujurat 12)

Sesungguhnya pada saat itu salman sedang tidur.

Al-Hafid Ad-Diya Al-Maqdisi ttelah meriwayatkan

dalam kitab Al-Mukhtar-nya melalui jalur Hasan ibnu

Hilal, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas

ibnu Malik r.a. yang telah menceritakan bahwa dahulu

oang-orang Arab biasa melayani yang lainnya dengan

perjalanan. Dan tersebutlah Abu Bakar dan Umar r.a.

membawa serta seorang lelaki yang melayani keduanya.

Lalu kedaunya tidur dan bangun, tapi lelaki itu tidak

menyediankan makanan untuk mereka berdua, lalu mereka

kedaunya mengatakan bahwa sesungguhnya orang ini (yakni

pelayan keduanya) suka tidur. Dan keduanya membangunkan

50 Ibid. hlm. 342

Page 97: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

142

pelayannya itu dan mengatakan kepadanya, “pergilah

kepada Rasulullah SAW dan katakan kepada beliau bahwa

Abu Bakar dan Umar mengirimkan salam untuknya dan

kedaunya meminta lauk pauk dari beliau.” Ketika pelayan

itu sampai ke tempat Nabi SAW maka beliau SAW besabda,

“sesungguhnya mereka berdua telah memperoleh lauk

pauk.” 51

Maka Abu Bakar dan Umar datang menghadap kepada

Rsulullah SAW dan bertanya, “wahai Rsulullah, lauk pauk

apakah yang telah kami peroleh?’ mak Rasulullah SAW

bersabda:

ما ا ك� ات�� ث� ن� ئ�4 Xي مه ب�! ح ى� لاري ل� ��� Äن ه� إ� ذ� ث� ي� ئ�(� س� ق� ن� إل�ي�� ��ي � ذ� وإل��Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nyasesungguhnya aku melihat dagingnya berada di lambungmu.

Keduanya berkata, “wahai Rasulullah, mohonkanlah

ampunan bagi kami.” Rasulullah SAW bersabda:

ما ك ر ل� ف�� ع� سي� لئ� مرإه ف��Perintahkankah kepada lelaki itu (pelayanmu) untuk memohonkanampun bagi kamu berdua. 52

Al-hafiz abu Ya’la mengatakan, teleh menceritakan

kepada kami Al-Hakam Ibnu Musa, telah menceritakan

51 Ibid. hlm. 342-34352 Ibid. hlm. 343

Page 98: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

143

kepada kami Muhammad Ibnu Maslamah dari Muhammad Ibnu

Ishaq, dari pamannya Musa Ibnu Yasar, dari Abu Hurairah

r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah

bersabda:

ما ا ك� ن� � ي� له م� ال له ك� ق� ي� ره�� ف�� ه�� ي� إلا ه� ف�� ن� ل� ب! إ� �ر�� ا ق� ث� ئ^' ي� إل�ذ� ه� ف�� ن� ح��� حم� إ ن� ل� ل م�� ك� ن� إ م�ا � ن� ه ح� لن� �ك إ

Barang siapa yang memakan dging saudaranya sewaktu di dunia, makadisungguhkan kepadanya daging saudarany itu kelak di akhirat, laludikatakan kepadanya, “makanlah ini dalam keadaan mati sebagaimanaengkau memannya dalam keadaan hidup. 53

Abu Hurairah mengatakan, bahwa lalu dia

memakannya, sekalipun dengan rasa jijik seraya

menjerit. Hadis ini gharib sekali.

Firman Allah SWT:

وإإهلل� ق� ت^�� وإDan bertakwalah kepada Allah (QS. Al-Hujurat 12)

Dengan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh

Allah SWT kepada kalian dan mejauhi apa yang dilarang

oleh-Nya, mak merasalah diri kalian berada dalam

pengawasan-Nya dan takutlah kalian kepada-Nya.

إب! و� ت�� ن�� إهلل� مر�إ�� ي� ١٢ ح��53 Ibid. hlm. 344

Page 99: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

144

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hujurat 12)

Yakni Maha Penerima taubat terhadap oang yang mau

bertaubat kepada-Nya, lagi Maha Penyayang kepada orang

yang kembali kepada jalan-Nya dan percaya kepada-Nya.

54

Jumhur ulama mengatakan bahwa cara brtaubat dari

menggunjing orang lain ialah hendaknya yang

bersangkutan bertekad untuk tidak mengulangi lagi

perbuatannya. Akan tetapi, apakah disayratkan menyesali

perbuatannya yang telah lalu itu? Maslahahnya masih

diperselisihkan. Dan hendaknya pelakunya meminta maaf

kepada oang yang digunjingnya.

Ulama lainnya mengtakan bahwa tidak disyaratkan

meminta maaf dari orang yang digunjiingnya, karena jika

ia memberitahu kepadnya apa yang dilakukan kepadanya

barang kali hatinya lebih sakit dari pada seandainya

tidak diberitahu. Dan cara yang terbaik ialah hendaknya

pelaku yang menggujing tersebut membersihkan nama

orang-oarang yang digunjingnya di tempat yang tadinya

dia mencelanya dan berbalik memujinya. Dan hendaklah ia

54 Ibid. hlm. 344

Page 100: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

145

membela orang yang pernah digunjingnya itu dengan

segala kemampuan sebagai pelunasan dari apa yng

dilakukan terhadapnya sebelum itu. 55

Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada

kami Ahmad Ibnu Hajjaj telah menceritakan kepada kami

Abdullah, telah mneceritakan kepada kami Yahya Ibnu

Ayub dari Abdullah ibnu Sulaiman, bahwa ismail ibnu

Yahya Al-Mua’firi telah menceritakan kepadnya bahwa

Sahl ibnu Mu’az ibnu Anas Al-Juhani telah menceritakan

kepadnya dari ayahnya, dari Nabi SAW yang telah

bersabda:

Barang siapa yang membela seorang mukmin dari orang munafikyang menggunjingnya, maka Allah mengirimkan malaikatkepadanya untuk melindungi dagingnya kelak di hari kiamat dariapi jahanam. Dan barang siapa yang menuduh seorang mukmindengan tuduhan yang ia maksudkan untuk mencacinya, makaAllah menahannya di jembatan neraka jahanam hingga iamencabut kembali apa yang dituduhkannya itu.

Hal yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud melaui

hadis Abdullah ibnu Mubarok dengan sanad dan lafaz yang

semisal. 56

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Ishaq Ibnu Sabah, telah menceritakan kepada kami55 Ibid. hlm. 344-34556 Ibid hlm. 345-346

Page 101: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

146

Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Lais

telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Salim, dia

pernah mendengar Ismail ibnu Basyir mengatakan bahwa ia

pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah dan Abu Thalhah

ibnu Sal Al-Ansari mengatakan bahwa Rsulullah SAW

pernah bersabda:

Tidaklah seorang menghina seorang muslim di suatu tempat, yangmenyebabkan kehormatannya dilecehkan dan harga dirinyadirendahkan. Melainkan Allah SWT akan balas menghinanya ditempat yang sangat ia memerlukan pertolongan-Nya. Dantidaklah seorang membela seorang muslim di suatu tempat yangmeyebabkan harga diri dan kehormatannya direndahkan,melainkan Allah akan menolongnya ditempat-tempat yang sangatia memerlukan pertolongan-Nya. 57

QS. Al-Hujurat 13

اسب�� eeeeث���هاإل ي^�� لق�ا ا خ�� eeee���ت م إ�� ك ن� ئ� � ر م�� ك� ي ذ� ب4 ئ^� م وإ ك علث� ا وج�! عوت�! ��eeeeل س � اب� ن! وإe وف�� ارف� eeeeع ي� ل��ن�� م إ�� ك ك�رم� ذ إ ث� م ع�� ثك ق� ت�� � إ ن�� إهلل� رإ�� ت� ث(� م خ�� ي� ل� ع� ١٣ إهلل�

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamudisisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

57 Ibid. hlm. 346

Page 102: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

147

Allah SWT menceritakan kepada manusia bahwa Dia

telah menciptakan mereka dari diri yang satu dan

darinya Allah menciprakan istrinya, yaitu Adam dan

Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa.

Pengertian bangsa alam bahasa Arab ialah Sya’bun yang

artinya lebih besar daripada kabilah, sessudah kabilah

terdapat tingkatan-tingkatan lainnya yang lebih kecil,

seperti fasa’il, (puak), Asya’ir (Bani), ama’ir, Afkhad, dan lain

sebagainya. 58

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan

syu’ub adalah kabilah-kabilah non Arab. Sedangkan yang

dimaksud dengan kabilah-kabilah ialah khusus untuk

orang Arab, seperti halnya kabilah Bani Israil disebut

asbath. Keterangan mengenai hail ini telah kami

jabarkan dalam muqadimah terpisah yang sengaja kami

himpunn dalam suatu kitab al-Asbah karya Abu Umar ibnu

Abdul Bar, juga dalam muqadimah kitab yang berjudul Al-

Qasdu wal Umam fi Ma’rifati Ansabil Arab wal Ajam.

Pada garis besarnya manusia bila ditinjau dari

unsur kejadiannya yaitu tanah liat, sampai dengan Adam

58 Ibid. hlm. 347

Page 103: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

148

dan Hawa a.s. sama saja. Sesungguhnya perbedaan

keutamaan diantara mereka karena perkara agama, yaitu

ketaatan kepada Allah SWT dan Rsul-Nya. Karena ituah

sesudah melarang perbuatan menggunjing dan menghina

orang lain, Allah SWT berfirman, mengingatkan mereka,

bahwa mereka adalah manusia yang memiliki martabat yang

sama:

اسب�� هاإل�ث�� ي^�� لق�ا ا خ�� ت��� م إ�� ك ن� ئ� � ر م�� ك� ي ذ� ب4 ئ^� م وإ ك علث� ا وج�! عوت�! ل س�� � اب� ن! و وف�� عارف� ي� إل��Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat 13)Agar mereka saling menganal diantara sesamanya,

masing-masing dinisbatkan kepada kabilah (suku atau

bangsa)nya. Mujahid telah mengatakan sehibungan dengan

firman-Nya:

و عارف� ي� إل��Supaya kamu saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat 13)

Seperti disebutkan si Fulan bin Fulan dari kabilah

anu atau bangsa anu. Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa

orang-orang Himyar menisbatkan dirinya kepada sukunya

Page 104: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

149

masing-masing, dan orang-orang Arab Hijaz menisbatkan

dirinya kepada kabilahnya masing-masing. 59

Abu Isa Al-Turmudzi mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Ahmad ibnu Muhammad, telah menceritakan

kepada kami Abdullah ibnu Mubarak, dari Abdul Malik

ibnu Isa AS-Saqafi, dari Yazid Maula al_Mubda’is dari

Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW yang telah bersabda:

ي� ه3 ف�� eeee ن! ح م� م� ح� ر� �eeeeله� إل ��eeeeن�� ص ا� eeee��م� ف ك ام� eeee�ره ه� إ eeee�!�لوإن� ن �eeeeض ا ت�� eeee�م م ك ات�!� eeeeس ي�� ن� إ وإ م�� eeeeم عل� ت��ز� ي� إلان�� ه� ف�� سا ئ' مال� م� ي� إل� ل� مت�رإه� ف�� إلاه�

Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi(hubungan keluarga) kalian, karena sesunggihnya silaturahmi itumenanamkan rasa cinta kepada kekeluargaan memperbanyakharta dan memperpanjang uisa. Kemudian Imam At-Turmudzi mengatakan bahwa hadis

ini garib, ia tidak mengenalnya melaikan hanya melalui

jalur ini. 60

ك ن�� إ مإ�� ك ذ رم� ث� ب��ع�� � إ ئك إهلل� مق�Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disis Allahialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat 13)Yakni sesungguhnya kalian berbeda-beda dari

keutamaan di sisi Allah SWT hanyalah dengan ketaqwaan,

59 Ibid. hlm. 347-34860 Ibid. hlm. 348

Page 105: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

150

bukan karena keturunan dan kedudukan. Sehubungan dengan

hal ini banyak hadis Nabi SAW yang menerangkannya. 61

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Muhammad Ibnu Salam, telah menceritakan kepada

kami Abdah, dari Ubaidillah, dari SA’id ibnu Abu sa’id

dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW

pernah ditanya mengenai orang yang paling mulia,

siapakah dia sesungguhnya? Maka Rasulullah SAW

bersabda:

ك ب��رم�إ � إ ذ إهلل� ث� ئهم ع�� مق� كOrang yang paling mulia diantara kamu disis Allah ialah orangyang paling bertakwa. Mereka mengatakan, “bukan itu yang kami

maksudkan.” Rasulullah Saw bersabda:

ل إل�له� ث� ل� ن� خ�� ي� إل�له� إي�! ب!� ن� ئ�� ي� إل�له� إي�! � ب! ف� ئ�� وس� اس� ت�� رم إل�ث�� ك� ا ف��Oang yang paling mulai adalah Yusuf, Nabi Allah, putra Nabi Allahdan juga cucu nabi Allah yaitu kekasih Allah. Mereka mengatakan, “bukan itu yang kami

maksudkan.” Rasulullah SAW beliau bertanya, “kamu

maksudkan ialah tentang kemuliaan yang ada di kalangan

61 Ibid. hlm. 349

Page 106: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

151

orang-orang Arab?” mereka menjawab, “ya” maka

Rasulullah SAW bersabda:

هوإ ق� إ ف�� ذ� لام� إ� س� ي� إلا� م ف�� ارك� ن� � ح��� ه� � ن� ل� اه�� ي� إل�ح! م ف�� ارك� ن� ح�� ف��Orang-orang yang terhormat diantara kalian di zaman jahiliah adalahjuga orang-orang yang terhormat dikalangan masa Islam jika merekamendalami agamanya.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini bukan hanya di

satu tempat melainkan melalui berbagai jalur dari

Abdah ibnu Sulaiman, Imam Nasai mriwayatkannya dalam

kitab tafsir, dari Uabidah ibnu Umar Al-Umari dengan

sanad yang sama. 62

Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Amr An-naqid telah menceritakan kepada kami kasir

ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu

Burqan, dari Yazid ibnu Asam, dari Abu Hurairah r.a.

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

eم ك مال�� مe وإع� ك لوت�!� لى ف�� ر إ� ط= ب� ن� ئ�� ك� م ول� ك وإل�� م وإم� ك� ور� لى ص� ر إ� ط= ب� ن�� إل�له لا ئ�� إ�Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian danharta kalian tetapi Dia memandang kepda hati dan amalperbuatan kalian. Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu

Sinan, dari dari Kasir ibnu Hisyam dengan sanad yang

sama.

62 Ibid. hlm. 349-350

Page 107: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

152

Imam ahmad mengatakan, telah mneceritakan kepada

kami Waki’. Dari Abu Hilal, dari Abu Bakar dari Abu Zar

r.a. yang menagtakan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah

bersabda kepadanya:

وي إل�له� ق� ي� له ئ�!� ض� ف�� ن� ت�� ا إ ل� وذ إ� س� مز ولا إ ح� ن� إ ر م�� ت� خ� ست� ت�!� كO ل� ���ب ا� ر ف�� ط= إت��Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamudari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam. Melainkan kamuperoleh keutamaan karena taqwa kepada Allah SWT. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.

63

Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani menagatakan, telah

menceritaka kepada kami Abu Ubaidah Abdul Waris ibnu

Ibrahim Al-Askari, telah menceritakan kepada kami abdur

Rahman Ibnu Amr ibnu Jabalah, telah menceeritakan

kepada kami Ubaid Ibnu Hunain At-Ta’I bahwa ia pernah

mendengar Muhammad ibnu Habib ibnu Khirasy Al-Asri

menceritakan hadis berikut dari ayahnya yang pernah

mendengar Rasulullah Saw bersabda:

وي ق� اإل�ي�� ا ت�!� ل� ذ إ� خ� لي إ ذ ع� اخ� ل ل� ض� وإه� لا ف�� خ�� مون� إ� مسل� إل�Orang-orang muslim itu bersauara, tiada keutamaan bagisesorang atas lainnya kecuali dengan taqwa. 64

63 Ibid. hlm. 35064 Ibid. hlm. 350-351

Page 108: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

153

Al-Bazzar telah telah mengatakan di dalam kitab

musnadnya, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu

Yahya AL-Kufi, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan

Ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Qais (yakni

Ibnu Rabi’) dari Syabib ibnu Urqubah, dari Al-Mustazil

ibnu Husain, dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahw

Rasulullah SaAW pernah bersabda:

و م إ ه� � اي� ات�! خ�رون� ت�!� ف� وم ت�� ن�� ف� ي� ه� ي� ي' ث� زإب! ول� ن� ن�� ق� م�� ل� وإ إذم وإذم خ�� ن� م ئ�! ك ل� ك�� علان� ح! ن� إل� علي م�� لي إل�له� ت�� وإن� ع� ن�� إه� وي�� ك ث� ل�

Kamu sekalian adalah anak-anak Adam, dan Adam diciptakan daritanah, untuk itu hendaklah suatu kaum tidak lagi membangga-banggakan orangtuanya, atau benar-benar mereka rendah dariserangga tanah menurut Allah SWT. Kemudian Al-bazzar mengatakan bahwa kami tidak

mengenalnya bersumberkan dari Huzaifah kecuali melalui

jalur ini. 65

Ibnu abu Hatim mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Ar-Rabi’, telah menceritakan kepada kami

Yahya ibnu zakariya Al-Qattan, telah menceritakan kepad

kami Musa ibnu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Dinar, dari

ibnu Umar r.a. yang mengatakn bahwa di hari penaklukan

65 Ibid. hlm. 351

Page 109: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

154

kota Mekkah Rasulullah Saw melakukan tawaf di Baitullah

dengan mengendarai untanya yang bernama Qaswa, beliau

mengusap rukun dengan tongkat yang dipegangnya. Maka

beliau tidak menemukan ruangan bagi unta Qaswa di dalam

Masjidil Haram itu (karena penuh sesak dengan orang-

orang). Akhirnya beliau turun dari untanya dan

menyerahkan untanya kepda seseorang yang membawabya

keluar masjid, lalu mengistirahatkannya di lembah

tempat Sa’i. 66

Kemudian Rasulullah SAW berkhotbah kepada merekadi atas unta kendaraanya itu, yang dumulainya denganmembaca hamdalah dan memuji-Nya dengan pujian yangpantas untuk-Nya. Setelah itu beliau bersaba:

Hai manusia, sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kaliankeaiban masa jahiliah dan tradisinya yang selalu membangga-banggakan orang-orang tuanya. Manusia itu ada dua macam,yaitu orang yang berbakti, bertaqwa lagi mulia di sisi Allah SWTdan orang yang durhaka, celaka lagi hina manurut Allah SWT. 67

Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah SWT:

اسب�� eeeeث���هاإل ي^�� لق�ا ا خ�� eeee���ت م إ�� ك ن� ئ� � ر م�� ك� ي ذ� ب4 ئ^� م وإ ك علث� ا وج�! عوت�! ��eeeeل س � اب� ن! وإe وف�� ارف� eeeeع ي� ل��ن�� م إ�� ك ك�رم� ذ إ ث� ب��ع�� � إ م إهلل� ئك ن�� ق� رإ�� ت� ث(� م خ�� ي� ل� ع� ١٣ إهلل�

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

66 Ibid. hlm. 351-35267 Ibid. hlm. 352

Page 110: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

155

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamudisisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS.Al-Hujurat 13) 68

Setelah itu beliau SAW mengucapkan istigfar

seperti berikut:

م ك ى ول� رإل�له ل� ف�� ع� ي� إ وإس� ذ� ى ه� ول� ولe ف� ف� إAku akhiri ucapan ini seraya memohon ampun kepada Allah untuk dirikudan kalian.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdu ibnu

Humaid , dari Abu Asim Ad-Dakhlak, dari Mukhlad, dari

Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama. 69

Imam Ahmad mengatakan, telah mneceritakan kepada

kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami

ibnu Lahi’ah dari AL-Haris ibnu Yazid dari Ali Ibnu

Rubah, dari Uqbah ibnu Amir r.a. yang mengatakan bahw

sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda:

Sesungguhnya nasab kalian ini bukanlah untuk merendahkansiapa pun. Kamu sekalian adalah anak-anak Adam yangmempunyai martabat yang sama, tiada bagi seseorangkeutamaanatas yang lainnya kecuali dengan agama dan taqwa.Cukuplah bagi seseorang bila dia menjadi orang yang tercela, kikirlagi buruk kata-katanya. 70

68 Ibid. hlm. 352-35369 Ibid. hlm. 35370 Ibid. hlm. 353

Page 111: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

156

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus dari ibnu

Wahb dari ibnu Lahi’ah dengan snad yang sama, yang

bunyi teksnya sebagai berikut;

ن� م ع� ك ل� ا eeeeeس ن�� ل�لeeeeeه لاي�� وه إ� ملeeeeeو ت� م اع ل� �eeeeeض�ف�� إل eeeee�وإء ط eeeee�اس لاذم وخ eeeeeث���إلم اك� ق� ت^� ذ إل�له� إ ث� م ع�� ك رم� ن�� إك� إ� � مه� ت� وم إل�ق�� مe ت�� ك سات�! ي�� ن� إ م ولا ع� ك سات�! ح� إ

Manusia itu berasak dari Adam dan Hawa mempunyai martabatyang sama. Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan kaliandan tidak pula nasab kalian di hati kiamat nanti. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orangyang paling bertaqwa. 71

Tetapi teks hadis ini terdapat di dalam keenam

kitab sittah melalui jalur ini. Imam Ahmad mengatakan,

telah menceritakan kepada kami ibnu Abdul Malik, telah

menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari

Abdullah ibnu Umrah (suami Durrah binti Abu Lahab),

dari Durrah binti Abu Lahab yang menceritaka bahwa

seorang lelaki berdiri, lalu berjalan kepada Nabi Saw

saat itu beliau berada di atas mimbar, lalu ia

bertanya, “wahai Rasulullah manusia manakah yang

paling baik itu?” Rasulullah SAW menjawab:

� ن� م ع� اه� eeه ي�� � وإ معروف� ال� ee�!�م ت ره� eeل� وإم ee وخ�! ر�� م ع� اه� eeق� ت^� م وإ ه� �eeرو ق� اس� إ eeث���رإل ت� خ�م� ح� لز� لهم ل�� ز� وإوص� ك مث� إل�

Sebaik-baik manusia adalah yang paling pandai membaca Al-Quran, paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling gencar

71 Ibid. hlm. 353-357

Page 112: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

157

memerintahkan kepada kebajikan dan paling tekun melarangperbuatan mungkar serta paling gemar bersilaturahmi. 72

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Hasan, telah menceritakan kepad kami ibnu Lahi’ah,

telah menceritakan kepada kami Abu Aswad, dari Al-Qasim

ibnu Muhammad, dari Aisyah r.a. yang mengatakan:

ه ن! ح! اe ولا إع� ث� ئ^' ن� إل�ذ� ء م�� ي� م ش� ل� ه� وس� لن� لي إل�له ع� ول إل�له� ص� ت!e رس� ح! اإع� م��� ي� ف�� وت�� ا ذ� ل� ط� إ� ذ ف�� إخ�

Tiada sesuatupun dari duniawi ini ang dikagumi oleh Rasulullah SAW dantiada seorangpun yang dukagumi oleh beliau kecauli orang-orang yangmempunyai ketaqwaan. 73

Firman Allah SWT:

ت�ر ث(� م خ�� ي� ل� ع� ن�� إهلل� ١٣ إ��Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-

Hujurat 13)

Yakni Dia Maha Mengetahui kalian dan Maha Mengenal

semua urusan kalian, maka Dia memberi petunjuk kepada

siapa yang Dia Kehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang

Dia kehendaki-Nya, merahmati siapa yang dikehendaki-Nya

dan mengazab siapa yang Dia kehendaki-Ny, serta

mengutamakan siapa yang dikehendaki-Nya atas siapa yang

dikehendakinya. Dia Maha Bijaksana, Maha Mengetahui,

lagi Maha Mengenal dalam semuanya itu.

72 Ibid. hlm. 35473 Ibid. hlm. 354-355

Page 113: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

158

Ada sebagian ulama yang dengan berdasarkan ayat

yang mulia ini berpendapat bahwa kafa’ah (sepadan)

dalam masalah nikah bukan merupakan syarat, dan tiada

syarat dalam pernikahan kecuali hanya agama, karena

firman Allah SWT:

ك ن�� إ مإ�� ك ذ رم� ث� ب��ع�� � إ ئك إهلل� م ق�Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allahialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat 13)Sedangkan sebagian ulama lainnya berpegangan

kepada dalil-dalil lain yang keterangannya secara rinci

disebutkan di dalam kitab-kitan fikih, kami telah

mengutarakan sebagian darinya di dalam kitab kitabul

Ahkam. 74

Imam Tabrani meriwayatkan dari Abdur Rahman bahwa

ia telah mendengar seorang lelaki dari kalangan Bani

Hasyim megatakan, “aku adalah orang yang paling utama

terhadap Rasulullah Saw.” Maka orang lain mengatakan,

“aku lebih utama terhadapnya daripadamu, karena aku

memiliki hubungan terhadapnya.” 75

QS. Al-hujurat 14-18

74 Ibid. hlm. 35575 Ibid. hlm. 355-356

Page 114: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

159

� إل۞ ث� ال� eeee��رإب!ف �eeeeع ا ا eeeeث�� ل ءإم� م ف�� وإ ل�� eeeeن� م�� و ن� ت�� ك� وإ ول� eeee�ول ا ف� لمث� �eeeeس ا إ م� ول�ل� ذخ�� eeeeeeeeee��ن� إلت م ��ث مe ا�� ك وت�!� eeeeeeeeeeل ي� ف�� ن� ف�� وإ وإ�� eeeeeeeeeeع ي� ظ� ولهت�� �eeeeeeeeeeورس لئ�ۥ إهلل� X�م لا ت ن� ك � م��م ك ل� ع�م ث� ا إ ��eeeeeن�� س ور إ�� eeeeeق� غ�� مر� إهلل� ي� ماإلe ١٤ ح�� ث��� ن�إ�� ��ي � ذ� eeeee��ال وت�� ن� م�� �مو اهلل� وإ ت�!� eeeeeن� ءإم�ه� ول� �eeم ۥورس م� ل� وإe ث�� ات�! ee��زت ذوإ ن�� eeه م وج�! ه� ل�� م�و ا ee�!�م ت ه� �eeس ق� ت�� ي� وإ ل� ف�� ث� ي(� �eeس�ول � إ كO إهلل� � ئ

م ون�ه� ف� ذ� �eeض�م ١٥ إل ك ث�� X�ئ ذ� ee�)�ت ون� إهلل� eeم عل�� ت�� ل إ ee��عوف ت�� ا لمإهلل� ي� م� اف�� ee�وم � ب� و م �eeس�إل ي� إل �ف�� رض� ي�ا �eeeش � ل� eeeك ن�!� مع� ء وإهلل� ي� لئ�eee ١٦ ل� ون� ع� eeeمن�� ن� كOث�� لموإe إ �eeeس ل إ ا ف�� ل�

وإ eeeeeeeeeeمن�� � ث�� لي� م ع� مك ل �eeeeeeeeeeس ل� إ�� eeeeeeeeee!�لئ�ب من�� ع� ث�� م إهلل� ن� ك م إ ك ذت� eeeeeeeeee�ه � ن� م ��ث لا�� ن� ل�� م إ�� ي� ي� ك�ذ� ن�ص� ي� � ع ١٧ ف�� ت�� اهلل� ت��� ت! لمإ�� ب� � وإلع�� ب� و م � إل�س� رض� ر ا ت� �eض ت�! ما وإهلل� عم ث�!� ون�ت�� eل

١٨ 14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´,karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taatkepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpunpahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang"15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orangyang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian merekatidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwamereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allahtentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apayang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslamanmereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmatkepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang

Page 115: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

160

melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepadakeimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar"18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 76

Allah SWT berfirman, mengingkari orang-oarang Arab

Badui yang baru saja masuk Islam, lalu mereka

mengiklankan dirinya beriman, padahal iman masih belum

meresap ke dalam hati mereka.

� إل۞ ث� ال� eeee��رإب!ف �eeeeع ا ا eeeeث�� ل ءإم� م ف�� وإ ل�� eeeeن� م�� و ن� ت�� ك� وإ ول� eeee�ول لمئ� ف� �eeeeس اإ eeeeم� ا ول�ذ ل�ت�� ن� إلخ�� م ��ث ما�� ك لوت�!� ي� ف�� ف��

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah:"Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´, karena imanitu belum masuk ke dalam hatimu (QS. Al-Hujurat 14)

Dari makna ayat ini dapat disimpulkan bahwa iman

itu pengertiannya lebih khusus dari pada Islam, seperti

yang dikatakan oleh mazhab Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.

Pengertian ini diperkuat dengan dengan adanya hadis

Jibril a.s. ketika ia bertanya (kepada Nabi Saw)

tentang Islam, kemudian iman dan trakhir tentang ihsan.

Dalam pertanyaan itu ia memulai dari yang umum kemudian

kepad yang khusus, lalu kepada yang lebih khusus lagi.

77

76 Ibid. hlm. 356-35777 Ibid. hlm. 357

Page 116: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

161

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Abdur Razzaq. Telah menceritakan kepada kami

Ma’mar dari Az-Zuhri dari Amir ibnu Sa’d ibnu Waqas

dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw

memberi bagian kepada anak laki-laki, tetapi tidak

memberi seseorang dari meeka sedikitpun. Maka Sa’d ibnu

Abu Waqas r.a. bertanya, “wahai Rasulullah Allah telah

memberi Fulan dan Fulan tetapi engkau tidak memberi si

Fulan barang sedikitpun padahal dia seorang mukmin?”

maka Rasulullah SAW balik bertanya, “bukankah dia

seorang muslim?” Sa’d mengulani pertanyaannya sebanyak

tiga kali, dan selalu dijawab oleh Nabi SAW dengan

pernyataan “bukankah dia seorang muslim?’ kemudian Nabi

Saw bersabda:

ه� ا ق� ح� ا م� ن ي� ه� س�� ط� لم إع� هم ف�� ي� � م�� لى� ت!� إ� ح� و إ ن� ه� ذع م� الا وإ خ�! ي� ر� ط� ى� لا ع� ��� Äن إ�م ه� وه�� لي وخ�! ار� ع� ي� إل�ث�� وإ ف�� � ن! ك إن� ت��

Sesungguhnya aku benar-benar memberi bagian kepada banyak laki-lakidan aku tinggalkan sesorang yang lebih aku suaki daripada mereka(yang kuberi bagian) tanpa memberinya sesuatu pun, karena ku merasakhawatir bila kelak Allah Akan menyeret mereka kedalam neraka denganmuka di bawah. 78

78 Ibid. hlm. 357-358

Page 117: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

162

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis

ini melaui Az-Zuhri dengansanad yang sama. Dalam hadis

ini Nabi SAW membedakan antara orang mikmin dan orang

muslim. Hal ini menunjukkan bahwa pengetian imam lebih

khusus daripada Islam. Kami telah menjelaskan hal ini

beserta dalil-dalinya dalam syarah Imam Bukhari kitabul

Imam.

Hadis di atas menunjukkan pula bahwa lelaki yang

tidak diberi bagian itu adalah seorang muslim, bukan

seorang munafik, dan Nabi SAW tidak memberinya sesuatu

bagian pun karena beliau percaya dengan keIslaman dan

keimanannya yang telah meresap ke dalam hatinya. Hal

ini menunjukkan bahwa orang-oarang Badui yang disebtkan

dalam ayat ini buka pula orang-orang munafik, mereka

adalah orangorang muslim, tetapi iman masih belum

meresap kedalam hati mereka. Katika mereka mengakui

bahwa dirinya telah mencapai suatu tingatan yang pada

hakikatnya mereka belum mencapainya, maka diberi-Nya

lah kepada mereka pelajaran tentang etika. Pengertian

inilah yang dimaksudkan oleh Ibnu Abbas r.a., Ibrahim

An-Nakha’I, dan Qatadah, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.

Page 118: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

163

Sesungguhnya kami kemukakan pendapat ini untuk

meyanggah apap yang telah dikatakan oleh Imam Bukhari

rahimahullah yang berpendapat bahwa orang-orang Arab

Badui itu adalah orang munafik yang mengaku-ngaku

dirinya beriman padahal pada kenyataannya tidak

demikian.

Telah diriwayatkan dari Sa’id Ibnu Jubair, Mujahid

dan Ibnu Zaid bahwa mereka telah mengatakan sehubungan

dengan makna firmn Allah-Nya:

و ول� ن� ف� ك� ا إول� س�لمث� إtapi katakanlah ´kami telah tunduk (QS. Al-Hujurat 14)

yakni kami tunduk dan patuh karena takut dibunuh

dan ditawan. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini

diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Asad Ibnu

Khuzaifah. Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan

berkenaan dengan suatu kaum yang mengakui dirinya

berjasa kepada Rasulullah SAW karena mereka mau

beriman, padahal iman masih belum meresap ke dalam hati

mereka. Maka mereka diberi pelajaran etika dan diberi

Page 119: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

164

tahu sesungguhnya tingkatan iman sebenarnya masih belum

mereka capai. 79

Sekiranya mereka itu orang-orang munafik, tentulah

mereka diaktakan dengan nada yang keras dan

dipermalukan, seperti penuturan perihal orang-orang

munafik dalam surat at-taubah. Dan sesungguhnya

dikatakan kepada mereka hanyalah semata-mata untuk

mendidik mereka, yaitu firman-Nya:

م وإل�� ن� م�� و ن� ت�� ك� وإ ول� ول� ا ف� س�لمث� ا إ م� ل� ول� ذخ�� ن� إلت�� م ��ث مeا�� ك لوت�!� ي� ف�� ف��Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´,karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu (QS. Al-Hujurat 14)

Yaitu kalian belum mencapai hakikat iman, kemudian

Allah SWT berfirman:

وله ورس� عوإ إهلل� ي� ظ� ن� ت�� لئ�ۥوإ�� X�م لا ت ن� ك � م م�� ك ل� ع�م ئ� إ ا س�� Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akanmengurangi sedikitpun pahala amalanmu (QS. Al-Hujurat 14) 80

Dan tidak akan megurangi pahala amalanmu barabg

sedikitpun, semakna dengan apa yang dikatakan dalam

firman-Nya:

ا هموم� ي� ي3 ل� ن� إ � م م�� ه� مل� ن� ع� � ء م�� ي� ش�79 Ibid. hlm. 358-35980 Ibid. hlm. 359

Page 120: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

165

dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka (QS. At-tur 21) 81

Adapun firman Allah SWT:

ور ۥ ق� غ�� ن�� إهلل� مر�إ�� ي� ١٤ ح��sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hujurat 14)

yakni kepada orang-orang yang bertaubat dan

kembali kepada jalan-Nya. Firman Allah SWT:

eماإل ث��� ون�إ�� ن� م�� موSesungguhnya orang-orang yang (QS. Al-Hujurat 15)

Yaitu yang sempurna iman mereka.

ه� ول� � ورس� اهلل� وإ ت�!� ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� م ۥإل�� م� ل� ابe�! ث�� زت�� وإ ن��hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu (QS. Al-Hujurat 15)

Maksudnya, tidak ragu-ragu, tidak bimbang dakam

keimananya. Bahkan teguh dalam satu pendirian, yaitu

membenarkan dengan setulus-tulusnya,

م ا هذوإ ت�!� موج�! ه� ل�� م و ه� س� ق� ت�� ي� وإ ل� ف�� ث� ي(� �س� إهلل�dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka padajalan Allah (QS. Al-Hujurat 15) 82

Mereka korbankan diri dan harta benda mereka yang

disayang untuk ketaatan kepad Allah dan ridha-Nya:

81 Ibid. hlm. 359-36082 Ibid. hlm. 360

Page 121: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

166

ول� كOإ � م ئ ون�eه� ف� ذ� ١٥ إل�ض�Mereka itulah orang-orang yang benar (QS. Al-Hujurat 15)

Yakni dalam ucapannya yang mengatakan bahwa mereka

adalah orang-orang yang beriman, tidak sebagaimana yang

dikatakan oelh sebagian orang-orang Arab Badui yang

iman mereka masih belum meresap kecuali hanya sebatas

lahiriah saja. 83

Imam Ahmad mengatakan,telah menceritakan kepada

kami Yahya ibnu Gailan, telah enceritakan kepada kami

Rasyidin, telah enceritakan kepada kami Amr Ibnu Haris,

dari Abu Sumah, dari Abu Haisam, dari Abu Sa’d r.a.

yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah

bersabda:

Orang-orang mukmin di dunia ini adda tiga macam, yaitu orang-orangyang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka yang ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalanAllah; dan orang (mukmin) yang dipercayai oleh orang lain terhadapharta dan jiwa mereka; dan orang (mukmin) yang apabila mereka yangmemilki raa tamak (terhadap sesuatu) maka dia meninggalkannyakarena Allah.

Firman Allah SWT:

م ك ث�� X�ئ ذ� ت�(� مون� إهلل� عل�� ت�� ل إ ف��Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentangagamamu (QS. Al-Hujurat 16)

83 Ibid. hlm. 360-361

Page 122: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

167

Maksudnya apakah kalian akan memberitahukan

kepada-Nya apa yang tersimpan didalam hati kalian.

ع ت�� ا لموإهلل� ي� إلف�� م� ا ف�� � وم� ب� و م �را �ي� إل�س� ض�Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi (QS.Al-Hujurat 16) 84

Yakni tidak ada sesuatu pun yang sebesar zarrah di

bumi atau di langit, tiada pula yang lebih kecil dari

itu, dan tiaa pula yang lebih besar tersembunyi dari

pengetahuan Allah.

ي� � ش� ل� ك ن�!� مع� ءوإهلل� ي� ١٦ ل�Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu? (QS. Al-Hujurat 16) 85

Kemudian Allah SWT berfirman:

لئ� ون� ع� من�� ن� كOث�� س�لموإ إ ل إ ا ف�� وإ ل� من�� � ث�� لي� م ع� س�ل مإ�� كMereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslamanmereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmatkepadaku dengan keIslamanmu (QS. Al-Hujurat 17)

Kalimat ini ditujukkan kepada orang Arab Badui

yang merasa berjasa kepada keIslaman mereka dan

keikutsertaan dalam menolong Rasulullah SAW maka Allah

SWT berfirman menyanggahnya:

س لي�� إ�� وإ ع� من�� ا ث�� ل ل� مف�� مك لKatakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadakudengan keIslamanmu (QS. Al-Hujurat 17) 84 Ibid. hlm. 361-35285 Ibid. hlm. 362

Page 123: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

168

Karena sesungguhnya hal itu manfaatnya kembali

kepada dirimu sendiri, Allah-Lah yang sebenarnya

memberi nikmat kepada kalian karena Dialah yang

menunjukkan kalian kepada Islam.

لئ� من�� ع� ث�� ل� إهلل� مب�! ن� ك م إ ك ذت� � ه� ن� م ��ث لا�� ن� ل�� م إ�� ي� ي� ذ� ك� ن�ص� ي� � ١٧ ف��Sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu denganmenunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yangbenar" (QS. Al-Hujurat 17)

Yakni benar dengan pengakuanmuntentang hal

tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW

kepada orang-orang Ansar di hari perang Humain:

م ك ق�� ال� ن� ف�� ي� � ف�� ف�ر� ي� م م� ي� ي� ى؟ وك� م إل�له� ن�!� ذإك� ح لالاe ف�� م ص�� ذك� خ�!� م إ ل� ر إ ص ر إلات�� غش� ا م� ت��ى؟ م إل�له� ن�!� ا ك� ث� اع�� اله� ف�� م ع� ي� ي� ى؟ وك� إل�له� ن�!�

Hai golongan orang-oarang Anshar, bukankah aku jumpai kalian dalamkeadaan sesat, lalu Allah memberi petunjuk kepada kalian melaluiku?Dan kalian dalam keadaan berpecah belah. Lalu Allah mempersatukankelian melaluiku? Dan kalian dalam keadaan miskin, kemudian allahmenjadikan kalian berkecukupan melauiku?

Setiap kalimat yang diucapkan oleh Nabi SAW

dijawab oleh mereka dengan ucapan, “hanya kepada Allah

dan Rasul-Nya kami beriman.” 86

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah

menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu sa’id Al-Jauhari,

86 Ibid. hlm. 362-353

Page 124: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

169

telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id Al-

Umawi, dari Muhammad ibnu Qais, dari Abu Aun, dari

Sa’id ibnu ibnu Jubair dari ibnu Abbas r.a. yang

menceritakan bahwa Bani Asad datang kepada Rasulullah

SAW lalu mereka berkata, “wahai Rasulullah kami telah

Islam. Orang-orang Arab Badui memerangimu. Tetapi kami

tidak memerangimu.” Maka Rasulullah SAW bersabda,

“sesungguhnya pengetahuan mereka minim, dan

sesungguhnya setan telah memutarbalikan lisan mereka,”

lalu turunlah ayat ini, yaiti firman-Nya:

لئ� ون� ع� من�� ن� كOث�� س�لموإe إ ل إ ا ف�� وإ ل� من�� � ث�� لي� م ع� مك س�ل ل� إ�� لئ�ب�! من�� ع� ث�� م إهلل� ن� ك إم ك ذت� � ه� ن� م ��ث لا�� ن� ل�� م إ�� ي� ي� ذ� ك� ن�ص� ي� � ١٧ ف��

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keIslamanmereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmatkepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yangmelimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepadakeimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar" (QS. Al-Hujurat 17)87

Kemudian Al-Hafiz Al-Bazzar megatakan, “kami telah

mengenal hadis ini diriwayatkan melainkan hanya melalui

jalur ini, dan kami tidak mengetahui Abu Aun alias

87 Ibid. hlm. 363-354

Page 125: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

170

Muhammad ibnu Ubaidilah meriwayatkan dari Sa’id ibnu

Jubair kecuali dalam hadis ini.

Kemudian Allah SWT megulangi pemberitaann-Nya

bahwa Dia mengetahui semua makhluk dan melihat semua

amal perbuatan mereka. Untuk itu Allah befirman:

ع e ت�� اهلل� ت��� ت! لمإ�� ب� � وإلع�� ب� و م � إل�س� رض� ر ا ت� ض� ت�! ما وإهلل� عم ث�!� ١٨ لون�ت��Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hujurat 18)

BAB IIITAFSIR QS. AL-HUJURAT AYAT 1 – 18

B. Tafsir QS Al-Hujurat Menurut Al-Maraghi

Tafsir Al-Maraghi, termasuk ke dalam golongan

tafsir kontemporer. Hal ini dapat dilihat jelas selain

dari waktu penyusunan tafsirnya, dapat terlihat juga

dari cara Al-Maraghi menafsirkan ayat-ayat yang ada di

dalam Al-Qur’an. Al-Maraghi menafsirkannya dengan cara

yang lebih sistematis, sehingga mudah dicerna oleh

setiap pembacanya. Pada terbitan yang pertama, tafsir

Al-Maraghi ini terdiri dari 30 jilid, namun hal itu

terlihat sangat banyak kemudian pada terbitan

Page 126: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

171

selanjutnya diperampinglah penerbitannya sampai menjadi

10 jilid saja.

Karena disusun di Mesir, pemikiran Al-Maraghi juga

tidak lepas dari pengaruh dua ulama besar Al-Azhar,

Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha,

yang tidak lain mereka adalah guru-gurunya. Banyak ahli

tafsir yang melihat percikan-percikan Tafsir Al-Manar

yang disusun oleh dua ulama besar awal abad dua puluh

tersebut dalam Tafsir Al-Maraghi, terutama dari sisi

modernitas pemikirannya. Berbeda dengan tafsir salaf

yang sistematika penulisannya relatif sederhana, meski

pembahasannya sangat mendalam, Syaikh Ahmad Musthafa

Al-Maraghi menyusun tafsirnya dengan sistematika yang

lebih bercorak.

Dimulai dengan menyebutkan satu, dua, atau

sekelompok ayat yang akan ditafsirkan, yang

pengelompokannya berdasarkan kesatuan pokok bahasan.

Meski dikelompokkan namun urutan ayat dan surahnya

tetap seperti biasa, yakni mulai dari surah al-Fatihah

sampai surah an-Nas. Disusul kemudian dengan penjelasan

kosa kata (syarh al-mufradāt) yang secara umum dianggap

Page 127: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

172

sukar, lalu uraian pengertian global ayat (ma’na al-

Ijmali). Setelah diajak memahami maksupd ayat secara

umum, pembaca lalu disuguhi penafsiran yang lebih rinci

dan luas. Pengertian ijmali tersebut merupakan hal baru

dalam dunia tafsir, yang belum pernah dilakukan oleh

mufassir lain sebelumnya.

1. Biografi Al-Maraghi

Nama lengkap Al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa Ibn

Musthafa ibn Muhammad ibn Abd al-Mun’im al-Qadhi al-

Maraghi. Ia lahir pada tahun 1300 H/1883 M di kota Al-

Maraghah, propinsi Suhaj, kira-kira 700 km arah selatan

Kairo.88  Ahmad Musthafa Al-Maraghi berasal dari

kalangan ulama yang taat dan menguasai berbagai bidang

ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa 5 dari 8

orang putra laki-laki Syekh Musthafa Al-Maraghi (ayah

Ahmad Musthafa Al-Maraghi) adalah ulama besar yang

cukup terkenal, yaitu:

Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang pernah

menjadi Syekh Al-Azhar dua periode, tahun 1928-1930 dan

1935-1945.88 Hasan Zaini, M.A., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir

Al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 15.

Page 128: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

173

Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi, pengarang Tafsir

Al-Maraghi.

Syekh Abdul Aziz Al-Maraghi, pernah menjadi Dekan

Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar dan imam Raja

Faruq.

Syekh Abdullah Musthafa Al-Maraghi, pernah menjadi

inspektur umum pada Universitas Al-Azhar.

Syekh Abdul Wafa Musthafa Al-Maraghi, pernah menjadi

sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan

Universitas Al-Azhar.89

Al-Maraghi mula-mula belajar dari buku al-Qaryah

dan tidak lama kemudian beliau hafal Al-Qur’an. Setelah

lulus sekolah dasar dan menengah, pada tahun 1314 H

orang tuanya menyuruh Al-Maraghi untuk melanjutkan

studi di Al-Azhar. Disinilah ia mendalami bahasa arab,

tafsir, hadits, fiqih, akhlak dan ilmu falaq. Di antara

guru-gurunya, Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Hasan Al-

Adawy, Syekh Muhammad Bahis Al-Mufthi, dan Syekh Ahmad

Rifa’i Al-Fayumi. Tidak lama setelah tamat belajar, Al-

Maraghi diangkat menjadi guru di beberapa sekolah89 Hasan Zaini, M.A., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir

Al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 16.

Page 129: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

174

menengah kemudian diangkat menjadi direktur sebuah

sekolah guru di Fayum.

Pada masa selanjutnya Al-Maraghi semakin mapan,

baik sebagai birokrat maupun sebagai intelektual

muslim, menjadi Qadi Al-Qudat dan menduduki jabatan

Mahkamah Tinggi Syariah hingga tahun 1919, kemudian

kembali ke Mesir pada tahun 1920. Pada bulan Mei tahun

1928 M, Al-Maraghi diangkat menjadi rektor Al-Azhar.

Usia 47 tepatnya pada tahun 1952 M, ialah merupakan

tahun dimana Al-Maraghi meninggal dunia.

2. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tafsir Al-Maraghi ini,

dikemukakan seperti penuturannya dalam muqaddimah

tafsir tersebut, sebagai berikut:

a. Menyampaikan ayat-ayat diawal pembahasan satu atau

lebih dari ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga memberikan

pengertian yang menyatu.

b. Apabila terdapat ayat-ayat yang sulit dipahami, Al-

Maraghi menjelaskan secara mufrodat (kata-kata).

c. Menyebutkan maksud ayat secara ijmali, dengan maksud

sebelum memasuki kepada penafsiran terlebih dahulu

Page 130: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

175

mengetahui makna ayat-ayat secara ijmali, kemudian

ditafsirkan secara rinci.

d. Menyertakan bahasan asbabun nuzul, jika terdapat

riwayat shahih dari hadits yang menjadi pegangan para

mufassir.

e. Mengesampingkan istilah yang berhubungan dengan ilmu

pengetahuan, seperti: ilmu sharaf, nahwu, balaghah,

dan yang lainnya.

f. Gaya bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan

perkembangan pengetahuan masa kini.

g. Sebelum membahas, terlebih dahulu dia mengkaji tafsir

terdahulu yang beraneka kecenderungannya serta masa

penulisannya, setelah itu baru dia menyajikannya

dengan gaya bahasa yang mudah diterima.

h. Dalam pembahasannya, dia tidak memakai cerita-cerita

orang dahulu, kecuali yang tidak bertentangan dengan

agama serta tidak diperselisihkan.90

3. Karakteristik Tafsir Al-Maraghi

a. Metode

90 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz I, 1985, h. 18-22

Page 131: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

176

Metode yang digunakan Al-Maraghi dalam menafsirkan

ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan metode tahlili, hal itu

dilihat dari cara beliau menafsirkannya dengan memulai

mengelompokan ayat-ayat menjadi satu kelompok lalu

menjelaskan pengertian kata-kata, maknanya secara

ringkas, dan disertai asbabun nuzul, kemudian munasabah

ayatnya. Pada bagian akhir, beliau memberikan

penafsiran yang lebih rinci mengenai ayat tersebut.

b. Sumber

Dilihat dari sumber penafsirannya, Al-Maraghi banyak

menggunakan akal. Hal tersebut karena pengaruh dari

gurunya yaitu, Muhammad abduh. Al-Qur’an menurut

Muhammad Abduh tidak hanya berbicara kepada hati,

tetapi juga pada akal pikiran, sebab Al-Qur’an

menempatkan akal pada kedudukan tinggi. Karena itu Al-

Qur’an harus dipahami secara kritis, bukan hanya

sekedar membaca dan menghafalnya, karena itu wahyu dan

akal keduanya merupakan tanda kekuasaan Allah dalam

wujud ini. Kedua tanda kekuasaan itu tidak mungkin

berlawanan, karena (1) keduanya menjadi tanda zat yang

mutlak sempurna (2) wahyu dan akal merupakan sumber

Page 132: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

177

hidayah, disesuaikan dengan keadaan pada masa itu,

karena betapa pentingnya kedudukan akal dalam memahami

Islam.91

c. Corak

Tafsir Al-Maraghi ini dapat dikatakan kitab tafsir

yang memiliki corak Adabi Ijtima’i, hal itu disebabkan

dari uraian dalam kitab tafsirnya menggunakan bahasa

yang indah dan menarik dengan beroreintasi pada sastra,

kehidupan budaya dan kemasyarakatan.

Arti umum mengenai corak Adabi Ijtima’i ini,

dijelaskan oleh Husein Adz-Dzahabi, yaitu penafsiran

yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan

ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa

yang lugas, dengan menekankan tujuan pokok

diturunkannya Al-Qur’an, lalu mengaplikasikannya pada

tatanan sosial, seperti pemecahan-pemecahan masalah-

masalah umat islam dan bangsa pada umumnya, sejalan

dengan perkembangan masyarakat.

4. Uraian Tafsir Surat Al Hujurat ayat 1-18 menurut Al

Maraghi

91 Ensiklopedi Islam, 1997, h. 256

Page 133: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

178

La Taqaddimu: janganlah kamu mendahului.

Yakni dari perkatan Muqaddimah Jaisy, yang artinya

orang yang berada di depan mereka. Abu Ubaidah

mengatakan, orang Arab berkata, “Janganlah kamu

mendahului di hadapan pemimpin dan d hadapan ayah.”

Maksudnya, janganlah kamu tergesa-gesa melakukan

sesuatu hal sebelum dia.

Dan ada pula yang mengatakan bahwa maksudnya

adalah, janganlah kamu berkata yang bertentangan dengan

Al-Kitab dan Sunnah. Dan agaknya pendapat inilah yang

lebih kuat. Janganlah kamu meninggikan suara-suaramu

melebihi suara nabi. Maksudnya, apabila kamu berbicara

dengan dia sedang dia berkata-kata dan kamu pun

berkata-kata, janganlah sampai suara-suaramu melampaui

batas yang dicapai oleh kenyaringan suara nabi.

Yagudduna Aswataham : Mereka merendahkan dan melunakkan

suara mereka

Imtahanallah Qulubahum : Allah menguji mereka. Maksudnya

mensucikan dan membeersihkannya, sebagaimana seorang

Page 134: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

179

pengrajin emas dengan cara melebur dan membersihkannya

dari setiap kepalsuan. 92

PENGERTIAN SECARA UMUM

Surat Al-Fath disebut sesudah ayat Al-Qital.

Karena yang pertama merupakn muqodimah sedang yang

kedua merupakan hasil. Sedang surat ini disebutkan

sesudah surat Al-Fath. Karena apabila suatu umat telah

berjuang, kemudian Allah emmberi kemenangan kepada

mereka, sedang Nabi saw berada di tengah mereka dan

segala urusan pun telah stabil, maka ajib diadakan

kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antara Nabi saw.

Dan para sahabatnya, agimana cara mereka bergaul

dengannya. Dan bagaimana mereka bergaul sesamanya. Maka

mereka disuruh agar jangan sampai memutuskan sesuatu

perkara sebelum mendapat keputusan Allah dan rasull-

Nya, dan jangan sampai meninggikan suara mereka

melebihi suara Nabi saw. Juga jangan bersuara keras

kepadanya sebagaiamana sebagian mereka bersuara keras

kepada sebagian yang lain. Karena hal itu berarti

92 Al-Maragi Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, terj. Bahrun Abu Bakar dkk, (Semarang : Karya Toha Putra, 1993), Cet. II, hlm 200.

Page 135: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

180

meremehkan, yang bias menyebabkan kepada kekafiran yang

membatalkan segala amal. 93

PENJELASAN

Allah SWT. mendidik orang-orang mukmin, apabila

berhadapan dengan Rasul saw. Dengan dua kesopanan.

Yaitu, yang pertama berupa perbuatan, sedang yang kedua

berupa perkataan. Kepada yang pertama Allah

mengisyaratkan dengan firman-Nya :

هاب�� ي^�� ئ�ا وإe ب�! م� ذ� eeeق� وإ لا ت�� eeeن� ن� ءإم� ��ي � ذ� eee��ذي�� ن� إل eee��ه�ت ول� �eeeورس � ۥۥ إهلل� وإ إهلل� eeeق� ت^�� وإم ي� ل� ع ع� ي� م� س� ن�� إهلل� إ��

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

tergesa-gesa memutuskan suatu perkara sebelum mendapat

keputusan Allah dan rasull-Nya, mengenai perkara itu

untukmu. Karena barangkali kamu memutuskan dengan

keputusan yang tidak sama dengan keputusan mereka

berdua. Dan tautlah kalian kepada Allah, jangan sampai

kamu berkata tentang sesuatu yang tidak diizinkan oleh

Allah maupun rasull-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Menndengar tentang apa yang kamu ucapkan, dan Maha

93 Ibid. hlm. 201

Page 136: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

181

Tahu tentang maksud perkataanmu apabila kamu berbicara,

tidak ada sesuatu pun dari sisi dadamu yang tersembunyi

bagi Allah.

Dengan jawaban seperti inilah Mu’az bin Jabal ra

menjawab pertanyaan Rasulullah saw. Ketika beliau

mengirimkannya ke Yaman Rasul saw., bertanya kepadanya,

“Dengan apakan kamu memutuskan suatu perkara?” Mu’az

menjawab, “Dengan Kitab Allah.” Rasul saw , berkata,

“Kalau tidak kamu dapatkan?” Mu’az menjawab, “Dengan

sunnah Rasul-Nya.” Rasul saw saw. Ketika beliau

mengirimkannya ke Yaman Rasul saw., bertanya kepadanya,

“Dengan apakan kamu memutuskan suatu perkara?” Mu’az

menjawab, “Dengan Kitab Allah.” Rasul saw , berkata,

“Kalau tidak kamu dapatkan?” Mu’az menjawab, “Dengan

sunnah Rasul-Nya.” Rasul sartanya, “Kalau tidak juga

kamu dapatkan?” Mu’az menjawa, “Aku berijtihad dengan

pendapatku.” maka rasul pun menepuk dada Mu’azdengan

mengatakan, “ Segala puji Allah yang telah member

taufik kepada kepada delegasi rasul-Nya dengan taufik

yang diridai oleh rasul-Nya.” (Hais diriwayatkan oleh

Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmizi).

Page 137: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

182

Anda lihat, Mu’az ternyata mengakhirkan pendapat

ijtihadnya dan meletakannya sesudah Kitab Allah dan

sunnah rasul-Nya. Sekiranya ia mendahulukan pendapat

ijtihad dan meletakkannya sebelum kitab Allah dan

sunnah rasul-Nya, tentu ia tergolong orang-orang yang

mendahului Allah dan rasull-Nya.

Kesimpulannya, ahwa Allah menyuruh orang-orang

mukmin agar tunduk kepada perintah-perintah Allah dan

larangan-larangan-Nya, dan jangan sampai mereka

tergesa-gesa menguucapkan perkataan atau melakukan uatu

perbuatan sebelum Rasul saw. Senndiri mengucapkan atau

berbuat. Maka mereka tida menyembelih kurban pada Idul

Adha sebelum nabi sendiri menyembelih, dan tidak

seorang pun berpuasa pada hari yang meragukan (yaumusy

syak). Dan hal itu memang dilarang oleh nabi.

Selanjutnya Allah SWT. Mengisyaratkan kesopanan

yang kedua dengan firman-Nya :

هاب�� ي^�� زا وإ لا ن�� ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� عوإ إل�� م ف�� ك 3�ت ص�و وإ وب�� ق� ف� ي���ص� ب!� إل�ي��Apabila nabi berbicara dan kamu pun berbicara,

maka janganlah kamu meninggikan suara-suaramu melebihi

nabi. Dan janganlah sampai suaramu mencapai belakang

Page 138: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

183

batas yang dicapai oleh suara nabi. Karena hal itu

menunjukan kekurang ajaran dan tidak hormat.

Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanad dari Ibnu

Abi Mulaikah bahwa Adullah bin Zubair ra. Mengabarkan

kepadanya, bahwa ada serombongan dari Tamim yang datang

kepada Nabi saw. Maka Abu Bakar ra. Berkata, “Yang

jadi pemimpin Al-Qa’qa bin Ma’bad, “Sedang Umar berkata

pula, “Bahkan yang jadi pemimpin Al-Aqra’bin Habis.

Maka Abu Bakar ra. Berkata, “Kamu hanya ingin

membantahku saja.” Umar ra. Berkata, “Aku tidak hendak

membantahmu” Dan keduanya pun bertengkar hingga suara

mereka berdua menjadi keras. Maka turunlah ayat, Ya

ayyuhal Lazina amanu la tarfa u tarfa aswatakum …..al ayah.

Sesudah turun ayat tersebut mak Abu Bakar tak

pernah berbicara dengan Rasulullah saw. kecuali seperti

orang yang berbisik saja. Sedang Umar tak pernah

berbicara dengan Nabi saw. Sesudah peristiwa itu dengan

perkataan yang bias didengar, sehingga nabi perlu

bertanya kepadanya karena suarranya sangat rendah.

Page 139: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

184

ج! الۥله هروإولا ت�� ول� ت�!� هق� ج! م ر� ك� ك عض�� ت�! عض� ي! ن� ل�� ط إ حب! م ت�� ك ل ع�م م إ ي� ئ^� لا وإع ش� رون�ي��

Dan apabila kamu berbicara dengan nabi sedang ia

diam, maka jangan sampai kamu berbicara keras sekeras

suara yang kamu keluarkan dengan sesamamu, atau

janganlah kamu mengucapkan hai Muhammad, hai Ahmad.

Tetapi panggilah dia dengan panggilan nabi disertai

dengan penghormatan dan pengagungan. Karena

dikhawatirkan hal itu akan menyebabkan meremehkan

kepada yang diajak berbicara, sehingga kamu menjadi

kafir tanpa dirasakan.

Dan setelah turun ayat ini maka Sabit bin Qaiz

mundur dari majlis Rasulullah saw. Sehingga Rasul saw.

memanggilnya. Maka katanya,”Ya Rasulullah

sesungguhnya ayat ini th diturunkan. Padahal aku ini

sungguh seorang lelaki yang bersuara keras. Kemudian

aku khawatir amalku menjadi batal. Maka sabda

Rasulullah saw., “Kamu tidak berada di sana.

Page 140: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

185

Sesungguhnya kamu hidup dengan baik dan mati pun dengan

baik. Dan sesungguhnya kamu tergolong penghuni surga.”

Maka kata Sabit, “Saya rela dengan kabar gembira

dari Rasulullah saw. Aku takkan meninggalkan suaraku

terhadap Rasulullah saw. Uat selama lamanya.

Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat :

eeص ون� إ ��eeض ع� ن� ت�� ��ي � ذ� ee��ن�� إل همإ�� ي^� ذ و �eeث ول� ع�� �eeرس�ول � إ كO إهلل� � ن� إمئ ��ي � ذ� ee��ن� إل ح ت� إهلل�هم لوي�! ويف�� ق� لي�� هم ل�� ره� ل� ف�� ع� ر م�� ج�! مع� وإ ي� � ظ=

Sesungguhnya orang-orang yang hatinya diuji oleh

Allah Ta’ala dengan bermacamm-macam ujian dan beban-

beban yang berat sehingga menjadi suci dan bersih

karena sudah menempuh kesabaran yang atas yang berat-

berat, mereka akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa

mereka dan pahala yang besar dikarenakan mereka

merendahkan suara dan disebabkan ketaatan-ketaatan

mereka yang lain.

Ahmad meriwayatkan tentang zuhut sebuah riwayat

dari Mujahid ia berkata, bahwa Umar menerima surat yang

bunyinya, “Hai Amirul Mukminin ! Seorang laki-laki yang

Page 141: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

186

tidak ingin bermaksiat dan tidak melakukannya, itukah

yang lebih utama ataukah seorang lelaki yang ingin

melakukan maksiat yang tidak melakukannya?”

Maka Umar pun membalas suratnya,” Sesungguhnya

orang-orang yang ingin melakukan maksiat tetapi tidak

melakukannya itulah orang-orang yang telah diuji hati

mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan

dan pahala yang besar.” 94

Al-Hujurat : 4-5

ن� ورإ كeO م�� eee'�اذوب ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� eee��ن�� إل � إلء�إ�� ب� ر eee ج! كج م إ عق�� لا ت�eeeره� ون�ت�� eeeهم ٤ ل ي��� و إ eee�ولروإ ي صت! ب�� ح� خ�رج� م ت�� ه� ي� ل� ان� إ�� ك رإ ل� ت� هم خ� ور و ل�� ق� غ�� مر�إهلل� ي� ح��

Min Warail Hujurat : dari balik kamar-kamar. Maksudnya

dari luar kamar-kamar, baik dari belakang atau dari

depannya. Karena semua itu termasuk tempat-tempat yang

tidak kelihatan (Al-Mawarat yang artinya bertabir). Jadi

apasaja yang tidak kelihatan oleh mu, itulah Wara’a,

yang maksudnya di belakang atau didepan. Dan apasaja

yang dapat kamu lihat, berarti tidak dibalikmu

(Wara’aka). Dalam pada itu, sebagian ahli bahasa94 Ibid. hlm. 201-204

Page 142: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

187

berpendapat bahwa kata Wara’a termasuk kata yang

artinya saling berlawanan (Al-Addad). Maksudnya kadang-

kadang dartikan temmpat yang ada di depan mu dan

kadang-kadang di artikan tempat yang ada di belakangmu.

Adapun Al-Hujurat atau Al- Hujarat atau Al-Hujrat (Huruf Jim

didammahkan atau difatahkan atau di sukun) adalah jamak

dari Hujrah, yang artinya sebidang tanah yang dibatasi.

Sedang maksudnya disini adalah bilik-bilik istri-istri

Nabi saw. Mereka ada Sembilan orang yang masing-masing

mempunyai ilik sendiri-sendiri terbuat dari pelepah

kurma yang pada pintu masing-masing ditutup dengan

selembar kain dari bulu hitam. Kamar-kamar itu tidak

tinggi dan bias disentuh atapnya dengan tanggan.

Namun di masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul

Malik, bilik-bilik itu atas perintahnya dimasukan

kedalam mmesjid Rasulullah saw. Karenanya orang-orang

menangis.

Said bin Musayyab waktu itu berkata, “Sesunggunya

aku ingin sekiranya mereka membiarkan bilik-bilik itu

tetap dalam keadannya yang asli, biarlah penduduk

Madinah berkembang dan orang-orang dari mana-mana

Page 143: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

188

datang lalu melihat keadaan Rasulullah saw, dalam

hidupnya. Suaya hal itu menjadi pelajaran yang dapat

membua orang-orang untuk berzuhud, dan tidak bermegah-

megahan dan saling berlomba dalam kehidupan dunia. 95

PENGERTIAN SECARA UMUM

Allah Tabaraka wa Ta’ala mengecam orang-orang yang

memanggil Rasulullah saw dari balik kamar-kamar baliau

ketika beliau berada dalam rumah istri-istrinya,

sepeerti yang dilakukan oleh orang Arab Badui yang

masih kasar tabiatnya. Kemudian Allah SWT, menunjukkan

kepada kesopanan yang memuat kebaikan dan maslahat bagi

mereka dalam agama maupun dunia mereka, yaitu agar

mereka menunggu sampai beliau keluar kepada mereka.

Ibnu Jarir dengan sanad dari Yazid bin Arqam ra

meriwayatkan bahwa ia berkata, “Sekelompok orang Arab

berkumpul lalu ia berkata,” marilah kita berangkat

menuju laki-laki ini, Kalu ia memang seorang nabi, maka

kita akan menjadi orang-orang yang paling berbahagia

karenanya. Dan kalau ia seorang raja, maka kita akan

hidup dibawah perlindungannya.

95 Ibid. hlm. 205

Page 144: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

189

Yazid mengatakan, maka aku datang kepada

Rasulullah saw, lalu aku kabarkan kepada beliau apa

yang mereka katakana.

Orang-orang itu pun datang ke bilik Nabi saw, lalu

mulailah mereka memanggil beliau, sementara beliau

berada dalam kamarnya, “Hai Muhammad! Hai Muhammad!”

Maka Allah Ta’ala pun menuurunkan ayat Innallazina

yunaddunaka ….al ayah.

kata Yazid, maka Rasulullah saw, memegang

telingaku, lalu menjewernya dan beliau bersabda,

“Benar-benar Allah telah membuktikan kebenaran

perkatanmu, hai Yazid. Benar-benar Allah telah

membuktikan kebenaran perkataanmuu hai Yazid.”

Sedang Qatadah mengatakan, ayat ini turun mengenai

delegasi dari Tamim. Mereka ada 70 orang lelaki di

antaranya adalah Zibriqan bin Badar, Athariq bin Hajib,

Qais bin Ashim, dan Amr bin Ahtam. Mereka datang kepada

Nabi saw untuk memanggakan kemegahan mereka. Kemudian

mereka pun memanggil beliau didepan pintu. “Keluarlah

kepada kami, hai Muhammad. Sesungguhnya pujian kami

sungguh indah dan sesungguhnya kami benar-benar jelak.”

Page 145: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

190

Maka Rasulullah saw, pun keluar menemui mereka

seraya bersabda, “Sesungguhnya Allah sajalah yang

pujiannya indah daan kecaman-Nya jelek.”

Mereka berkata,”Kami adalah orang dari Tamim,

kami datang dengan penyiar kami dan orator kami. Kami

akan bersyair dan berbangga kepadamu.”

Rasulullah saw, menjawab,”Bukan dengan syair aku

di uttus dan bukan untuk berbangga aku diperintahkan.

Akan tetapi tunjukan olehmu.”

Maka bangkitlah seorang pemuda di antara mereka,

lalu dia menyebut-nyebut keunggulannya dan menyebut-

nyebut keunggulan kaumnya.

Maka Rasulullah saw, pun berkata kepada Sabitbin

Qais bin Syamas, ia adalah seorang orator Nai saw.

Bangkitlah kamu dan jawablah ia. Maka Sabit pun

menjawab. Sesudah itu, bangkit pula Az-Zibriqan bin

Badar lalu berkata,”Kami adalah orang-orang mulia. Tak

ada satu kabilah pun yan menandingi kami. Dari kamilah

raja-raja dan pada kami pula biara-biara didirika.”

Demikian seterusnya sampai dengan kata, anda tidak

melihat kami mendatangi suatu kabilah yang menandingi

kemegahan raja-raja kecuali mereka bias ambil

pelajaran. Kaena kepala mereka terpenggal. Bila ada

yang menandingi kemegahan kami dalam hal itu, kami pun

Page 146: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

191

mengakui. Namun orang-orang itu pula membawa berita-

berita kamai yang di dengar kemana-mana.”

Maka Rasulullah pun berate kepada Hasan bin Sabit,

jawablah ia. Maka Hasan pun berkata,”Sesungguhnya

tokoh-tokoh terkemuka dari Bani Fihir dan saudara-

saudaranya telah menerangkan kepada orang banyak suatu

tradisi yang menjadi anutan. Disukai oleh siapapun yang

hatinya bertakwa kepada Allah, dan mau melakukan segala

kebaikan. Merekalah kaum yang bila berperang maka

membahayakan musuh-musuh mereka dan bila melakukan

kemanfaatan kepada para pendukung-pendukungnya, maka

pasti berguna. Itulah kelakuan mereka yang tidak asing

lagi. Ketahuilah, sesungguhnya sebuuruk-buruk laku ia

yang bid’ah.”

Demikian seterusnya dalam suatu kasidah yang

panjang. Dan setelah Hasan usai dari ucapannya, maka

berkatalah Al-Aqra’ bin Habis, “Demi ayahku,

sesungguhnya laki-laki ini benar-benar dianugerahi.

Sesungguhnya orator yang mereka miliki lebih bagus dari

pada orator kita, dan sesungguhnya penyairnya lebih

pandai bersyair dari pada penyair kita. Dan

Page 147: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

192

sesungguhnya suara-suara mereka lebih nyaring dari pada

suara-suara kita.”

Sesudah itu ia pun mendekat kepada Rasulullah saw,

lalu berkat, “Aku bersaksi bahwasannya tiada Tuhan

melainkan Allah dan bahwa engkau adalah rasul Allah.”

Rasulullah saw, lalu bersabda, “Takkan

membahayakan kamu apa saja yang terjadi sebelum ini.”

Kemudian beliau member hadiah kepada mereka dengan

hadiah yang terbaik. 96

PENJELASAN

ن� ورإ كeO م�� اذوب�' ث� ن� ئ�� ��ي � ذ� ن�� إل�� � إلء�إ�� ب� ر ج! كج م إ عق� لا ت�ره� �لون�ت��Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari

balik bilik-bilik istri-istrimu, kebanyakan mereka

adalah orang-orang bodoh tak tahu tentang penghormatan

dan pengagungan yang seharusnya mereka melakukan

kepadamu.

Dan yang dimaksud Al-Hujurat (bilik-bilik) adalah

tempat halwat nabi dan tempat tiduurnya bersama salah

seorang istrinya.

هم ي��� و إ روإول� ي صت! ب�� ح� خ�رج� م ت�� ه� ي� ل� ان� إ�� ك رإ ل� ت� همل�� خ�

96 Ibid. hlm. 205-207

Page 148: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

193

Dan sekiranya orang-orang yang memanggil kamu dari

balik bilik-bilik istrimu itu bersabar dan tidak

memanggil kamu sehingga kamu keluar menemui mereka,

niscaya itu lebih baik lagi mereka di sisi Allah.

Karena sesungguhnya Allah telah menyuruh mereka supaya

menghormati dan mengagungkan kamu.

ور ق� غ�� مر�وإهلل� ي� ح��Dan Allah memaafkan orang yang memanggil kamu dari

balik tabir jika ia mau bertaubat dari emaksiatnnya,

yang ia lakukan dengan memanggil kamu seperti itu, dan

mau kembali kepada perintah Allah dalam hal itu maupun

hal yang lain.

Dan Allah Maha Pengasih kepadanya sehingga dia

takkan menghukum dosanya seperti itu setelah dia

bertaubat dari dosa tersebut.

Kesimpulannya, sesungguhnya Allah SWT, mengecam

suara keras terhadap Rasulullah saw, pada saat beliau

menyendiri dibalik tembok, sebagimana teriakn yang

disampaikan kepada orang yang derajatnya paling rendah.

Hal itu Allah sampaikan agar menjadi perhatian tentang

Page 149: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

194

betapa kejinya keberanian yang mereka lakukan terhadap

Rasul. Karena perbuatan yang dlakukan oleh orang-orang

seperti mereka terhadap manusia yang oleh Allah

diangkat derajatnya sehingga orang tidak boleh bersuara

keras kepadanya, adalah termasuk kemungkaran yang

kekejiannya tiada terhingga. 97

AL-HUJURAT : 6-8

هاب�� ي^�� وا ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� ee��ن� إ إل م إ�� اءك� ee ق� خ�! ��eeاس ا� ف�� ee ث! ي' وإ ب�!� eeن� Xي ث! ن� ن� ف�' وإ إ ن! Xي �eeض ا ت�� وم� ه� ف� eeل ه ج! ت�!�eوإ ح صeeب!� ب3 لي ف�� ا ع� م م� علي� ذ� ف�� ee��ن� ت ي� وإوإع ٦م�� eeم لم ك ث� ن�� ف�� ول إ �eeو رس ee�ل � م إهلل� عك ي� ظ� ي� ت�� ف��

ر ت� eeeث� ن� ك� � مeeeر� إلم�� م ا ي�� عن�� ن�� ل� ك� ئ�ول� ل� �ت! إ�� ب! ح� م إهلل� ن� إلك م ��ث ها�� ن� �Äئ مeۥ ور� ك وت�!� eeeل ي� ف�� ف��ه ر� eeee�م وك ك ث� ل� ر إلإ�� �eeeeق وق� وإلك eeeeس ان� وإلق� ضeeeeئ� ول�ع� كO إ � ذون�ه ئ ���eeeeس ض�eeee ٧ م إل�ر� لاف��

ع � � وت�� ن� إهلل� � مو مه�م�� ي� ك� م خ� ي� ل� ع� ٨ إهلل�

PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

Al-Fasiq: orang yang keluar dari batas-batas agama.

Yakni dari kata Fasaqar Rutabu, yang artinya kurma itu

keluar dari kulitnya.

At-Tabayyun : mencari kejelasan.

97 Ibid. hlm. 207-208

Page 150: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

195

An-Naba’ : berita. Menurut Ar-Ragib, berita tidak

disebut Naba’ kecuali bila memuat perkara besar yang

dengan demikian diperoleh pengetahuan (ilmu) atau

persangkaan yang kuat.

Bi Jahalah : dengan kebodohan. Maksudnya dalam

keadaan tidak tahu tentang hal ihwal mereka. 98

Tusibu : kalian menjadi.

Nadimin : orang-orang yang menyesal.

Yakni orang-orang yang sedih berkepanjangan dan

berangan-angan sekiranya hal itu tidak terjadi. Karena

penyesalannya adalah kesedihan atas terjadinya sesuatu

yang disertai angan-angan sekiranya hal itu tidak

terjadi.

La’anittum: kalian mengalami kesusahan dan

kebinasaan.

Al-Kufa: menutupi nikmat-nikmat Allah Ta’ala

dengan cara mengingkarinya.

Al-fusuq: keluar dari batas sebagaimana anda tahu.

Al-Isyan: tidak patuh. Yakni dari kata ‘Asatin

Nawat, yang artinya biji itu keras dan atos.

Ar-Rasyad : menepati kebenaran dan mengikuti

jalan yang lurus. 99

PENGERTIAN SECARA UMUM

Allah SWT, mendidik hamba-hamba-Nya yang mukmin

dengan sesuatu kesopanan yang berguna bagi mereka dalam98 Ibid. hlm. 20899 Ibid. hlm. 210

Page 151: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

196

soal agama maupun dunia mereka. Yaitu bahwasannya

apabila mereka didatangi oleh seorang fasik yang

terang-terangan meninggalkan syiar-syiar agama, dengan

membawa suatu berita, maka pertama-tama hendaklah

mereka jangan membenarkannya sehingga mendapatkan

kepastian dan berusaha mengetahui ahal yang sebenarnya,

dan jangan bersandar kepada perkataannya. Karena orang

tidak peduli dalam melakukan kefasikan tentu tidak

perduli pula untuk melakukan dusta, karena dusta memang

termasuk cabang kefasikan. Hal itu perlu dilakukan agar

jangan sampai orang-orang mukmin menimpakan suatu

bencana kepada suatu kaum yang tidak mereka ketahui hal

ihwal mereka, lalu menyesal mereka atas perbuatan yang

terlanjur mereka lakukan dan berangan-angan sekiranya

hal itu tak pernah terjadi.

Ada sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini

turun mengenai Al-Wahid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Dia

telah diutus oleh Rasulullah saw, kepada Bani Al-

Musthaliq supaya memungut zakat. Ketika Bani Al-

Mustahiq mendengar berita tersebut maka mereka

bergembira dan keluar menyambut utusan nabi itu, namun

Page 152: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

197

ketika hal itu diceritakan kepada Al-Wahid, maka ia

menyangka bahwa orang-orang itu datang untuk

memeranginya. Maka ia pun pulang sebelum sempat

disambut oleh Bani Al-Mustahiq, dan ia pun

memberitahukan kepada Rasulullah saw. Bahwa merea tidak

mau berzakat. Maka Rasulullah saw, sangat marah. Dan

tatkala beliau berkata kepada diri sendri untuk

menyerang mereka, tiba-tba datanglah kepada beliau

utusan dari Bani Al-Mustahiq, mereka berkata, “Ya

Rasulullah, sesungguhnya kami mendapat berita bahwa

utusanmu pulang kembali di tengah perjalanan.dan

sesungguhnya kami khawatir jangan-janagan kembalinya

itu karena ada surat yang datang dari mu karena engkau

marah kepada kami. Dan sesungguhnya kami berlindung

kapada Allah dari murka-Nya dan kemurkaan rasul-Nya.

Maka Allah Ta’ala pun menurunkan uzur mereka itu

dalam kitab-Nya, seraya firman-Nya, “Ya ayyuhal Lazina

amanu in ja akum … al ayah.” Hadis diriwayatkan oleh Ahmad,

Ibnu Abi Hatim, At-Tabrani dan Ibnu Mardawih.

Menurut Ibnu Abi Hatim, riwayat ini adlah riwayat

yang terbaik mengenai sebab turunnya ayat ini.

Page 153: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

198

Namun demikian, Ar-Razi berkata riwayat ini daif.

Karena dia hanya berprasangka saja, yang ternyata

keliru. Padahal yang keliru itu tidak bias disebut

sebagai orang yang fasik. Bagaimana hal itu bias

diterima, padahal orang yang fasik pada kebanyakan

tempat yang dimaksud ialah orang yang keluar dari

lingkungan iman, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

Inallaha la yahdi qaumal fasiqin. (sesungguhnya Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik).” (Al-

Munafiqun, 63 : 6).

Selanjutnya Allah SWT, menerangkan bahwa para

sahabat nabi menghendaki agar pendapat mereka mengenai

berbagai peristiwadiikuti. Tapi sekiranya nabi

melakukan hal itu, niscaya mereka terjerumus dalam

kesulitan dan kebinasaan. Akan tetapi Allah menjadikan

sebagian mereka mencintai iman dan menjadikan iman itu

indah dalam hati mereka, dan menjadikan mereka membenci

kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah

orang-orang yang benar dan yang menempuh jalan lurus.

100

100 Ibid. hlm. 210-211

Page 154: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

199

PENJELASAN

هاب�� ي^�� وا ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� ن� إ إل�� م إ�� اءك� ق� خ�! اس�� ا� ف�� ث! ي' وإ ب�!� ن� Xي ث! ن� ن� ف�' ئ! إ ب� ض� وت�� اوإ ف� له� م� ه ج! ت�!�eوإ ح صب!� ب3 لي ف�� ا ع� م م� علي� ذ� ف�� ن�ت�� ي� م��

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang

kepada kalian seorang fasik dengan membawa suatu

beritta, maka janganlah kamu bertindak tyterlebih

dahulu, tetapi periksalah kejelasan utusan itu dan

berusahalah mengetahui hal yang sebenarnya. Dan

janganlah kamu bersandar kepada perkataannya. Karena

orang yang tidak perduli melakukan kefasikan, lebih-

lebih ia takkan perduli berbuat dusta dan tida menjaga

diri dari kedustaan, sangat sulit dipercaya. Hal itu

perlu dilakukan agar kamu jangan sampai melakukan

penganiayaan terhadap suatu kaum yang kamu tidak

mengetahui hal ihwal mereka, sehingga menyebabkan kamu

Page 155: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

200

menyesal atas tindakan yang terlanjur kamu lakukan dan

berangan-angan sekiranya kamu tidak berbuat demikian.

Selanjutnya Allah SWT, memberi nasihat kepada

orang-orang beriman dengan suatu nnasihat, bahwa mereka

adalah umat manusia yang paling patut mengikutinya.

Firman-Nya:

م لموإوإع ك ث� ن�� ف�� ول إ �رس� إهلل�Dan ketahuilah bahwasannya di kalangan kalian ada

Rasulullah. Maka hormatilah dia dan agungkanlah, dan

bersikaplah sopan terhadanya dan patuhilah perintahnya.

Karena ia lebih tahu tentang kemaslahatan-

kemaslahatanmu dan lebih belas kasih terrhadapmu

daripada dirimu sendiri, sebagimana Allah Ta’ala

menfirmankan, “Nabi itu lebih belas kasih terhadap orang-orang

mukmin dari pada diri mereka sendiri.” (Al-Ahzab, 16 : 6).

Kemudian Allah SWT, menerangkan bahwa pendapat

nabi lebih bermanfaat bagi mereka dan lebih patut

diperhatikan. Firman-Nya :

و مل� عك ي� ظ� ي� ت�� ر ف�� ت� ث� ن� ك� � مر� إلم�� ما ي�� عن�� ل�

Page 156: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

201

Sekiranya nabi cepat-cepat melaksanakan apa yang

kamu menghendaki sebelum urusannya menjadi jelas, dan

dia memenuhi pendapat yang kamu sarankan, niscaya kamu

terjerumus dalam kesulitan dan dosa. Akan tetapi dia

tidak mentaati kamu pada kebanyakan apa yang kamu

kehendaki sebelum masalahnya menjadi jelas baginya, dan

tidak cepat-cepat melaksanakan apa yang dia dengar

sebelum dia memikirkannya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri diriwayatkan bahwa ia

membaca ayat ini lalu berkata, inilah nabimu yang

diberi wahyu. Dan iman kamu yang terbaik sekiranya

mentaati orang banyak dalam hal, niscaya mereka

mendapat kesulitan. Maka bagamanakah halmu saat ini.

Demikian diriwayatkan oleh At-Tirmizi.

Kemudian Allah melanjutkan keterangan tersebut

dengan menggunakan kata istridak (tetapi) untuk

menerrangkan tentang lepasnya sbagian orang-orang

mukmin dari sifat-sifat mereka yyang tersebut, Firman-

Nya :

Page 157: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

202

ئ� ل� �ت! إ�� ب! ح� ن�� إهلل� ك� مول� ن� إلك م ��ث ها�� ن� �Äئ مe ۥ ور� ك وت�!� eeeeeeeeeل ي� ف�� ه ف�� ر� eeeeeeeee�م وك ك ث� ل� ر إلإ�� �eeeeeeeeeق كسوق�وإل ضئ� وإلق� ان�ع�

Akan tetapi sekelompok dari kamu bebas dari pada

membenarkan orang dusta yang kamu lakukan, maupun dari

mmenganggap baik membinasakan orang yang bersih dari

dosa, dan dari keinginan untuk mempertrutkan perkara

hak kepada hawa nafsu mereka. Karena Allah Ta’ala

menjadikan iman sebagai sesuatu yang paling mereka

cintai. Sehingga tidak terjadi dari mereka kecuali hal

yang sesuai dengan iman dan dituntut olehnya, yaitu

perkara-perkara yang saleh dan tidak cepat-cepat

menerima berita, dan Allah membuat mereka benci kepada

tiga orang berikut ini, yaitu kekafiran, kefasikan, dan

kedurhakaan.

Kesimpulannya, bahwa iman yang sempurna adalah

pengakuan dengan lidah, membenarkan dengan hati,

melaksanakan dengan anggota badan. Jadi membenci

kekafiran adalah lawan dari mencintai iman. Dan

memegang iman sebagi sesuatu yang indah dalam hati,

itulah yang disebut membenarkan dengan hati, sedang

Page 158: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

203

kefasikan, yaitu kedustaan lawan dari pengakuan iman

dengan lidah. Sedang kedurhakaan adalah lawan dari

melaksanakan dengan anggota badan.

ول� كOإ � ذون�ه ئ س��� م إل�ر�Orang-orang yang bersifat-sifat mereka seperti

itulah, termasuk orang-orang yang menempuh jalan

kebahagian dan tidak berpaling dari kelurusan.

ض� عمه�لاف�� � � وت�� ن� إهلل� � م��Pemberian yang telah Allah anugerahkan kepadamu

merupakan karunia dari-Nya kepadamu dan merupakan

anugerah dari sisi-Nya.

م ي� ك� م خ� ي� ل� ع� وإهلل�Dan Allah Mahha Tahu tentang orang-orang yang

patut memperoleh petunjuk dan orang-orang yang patut

disesatkan, Lagi Maha Bijasana dalam mengatur urusan-

urusan mahluk-Nya dan menjerumuskan mereka kepada

keputusan yang Dia kehendaki.

Kesimpulannya, bahwa Rasulullah ada di kalangan

kalian. Dan ia lebih tahu tentang kemaslahatan-

Page 159: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

204

kemaslahatanmu. Sekiranya dia mentaati kamu dalam semua

yang kamu sarankan kepadanya, niscaya hal itu aan

menyebabkan kamu mendapat kesulitan dan kamu terjerumus

ke dalam jurang kebinasaan. Akan tetapi, sebagian

mereka dijadikan oleh Allah lebih mencintai iman dalam

hati mereka, dan benci kepada kekafiran, kefasikan dan

kedurhakaan. Dan mereka itulah orang-orang yang

menepati kebenaran dan menempuh jalan lurus. 101

AL-HUJURAT : 9 – 10

ا ن� ط� �وإ�� ان� eeeث� ق� � ن� ت� يXن� إلم�� ث�� م�� و eeeم��وإ إف eeeل ب� صeeeئ� ا وإ ف�� ج هما ل� ي� Xي ن� ب�( ا�� eee��ت� ف غ� هما ت�! ذي� �eeeخ إ��لي ري إلع� ��eeeeeeeeeeeج ئ!ا ي� ب�� ب�� وإ إل�� eeeeeeeeeeeل ث�� ق� ي� ف�� ئ�� ع�� ي�خ� ف�� لى ءي ت�� مeeeeeeeeeeeر� إ�� اإ ن� ف�� ا�� eeeeeeeeeee��ف � ءب� إهلل�

وإ ح ل� �eeeeeeeeeeeeeص ا هما ف�� ي� Xي ذل�الب�!� ب�( eeeeeeeeeeeeeوع ط �eeeeeeeeeeeeeس ف�� ت!� إلإ وإ ح� ت�� ن�� إهلل� س� إ�� ن�مق� ي� ا٩ ظ� eeeeeeeeeeeeeم ث��� إ��ون�إل ن� م�� خ��مو وإ وه� إ�� ح ص�ل� ا يXن� ف�� مe ب�! ك ت^� و خ�� م و إ ك عل� ل� وإ إهلل� ق� ت^�� زخ�إ ١٠مون� ن��

PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

At-Taifah: kelompok yang berjumlah kurang dari

jumlah firqah, berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Mengapa

tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

sekelompok.” (At-Tauah, 9 : 122).

101 Ibid. hlm. 212-214

Page 160: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

205

Aslihu Bainahuma: cegahlah keduanya dari pertempuran

dengan diberi nasihat atau ancaman atau hukuman.

Bagat : menyerang dan berlaku aniaya.

Tafia : kembali.

Amrillah : perintah Allah, yaitu perdamaian. Karena

perdamaian itu perkara yang diperintahkan dalam firman

Allah Ta’ala, “Dan perbaikilah perhubungan di antara

sesamamu.” (Al-Anfal, 8 : 1).

Aslihu Bainahuma bil ‘Adli: damaikanlah di antara

keduanya dengan adil, yakni dengan menghilangkan

pengaruh-pengaruh peperangan, yaitu dengan cara

menjamin menjamin barang-barang yang dirusakkan, dimana

hokum yang diputuskan harus adil, sehingga pertengkaran

dalam hal itu tak menyebabkan pertempuran kembali.

Aqstitu : berlaku adillah dalam setiap urusan

kalian. Al-Iqsat pada asalnya berarti menghilangkan. Al-

Qast (huruf Qaf difathahkan yang berarti menyimpang dari

kebenaran). Sedang Al-Qasit, artinya orang yang menyimpang

dari kebenaran, sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala,

“Adapun orang-orang yang menyyimpang dari kebenaran,

Page 161: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

206

maka mereka menjadi kayu api bagi neraka jahanam.” (Al-

Jin, 72 : 15).

Al-Ikhwah: saudara-saudara menurut nasab. Sedang Al-

Ikhhwan, saudara-saudara dalam persahabatan. Kedua-

duanya jamak dari Akhun. Persaudaraan dalam agam

dianggap sebagai persaudaraan dalam nasab. Dan seolah-

olah islam adalah ayah mereka. 102

PENGERTIAN SECARA UMUM

Setela Allah SWT, memperingatkan kepada orang-

orang mukmin supaya wapada dalam menerima berita yang

disampaikan oleh orang fasik, maka Allah SWT.

Menerangkan disini tentang apa yang bias saja terjadi

akibat berita seperti ini. Seperti pertengkaran antara

dua kelompok yang kadang-kadang akhirnya menyebabkan

peperangan.

Oleh sebab itu Allah SWT, menyuruh orang-orang

mukmin supaya menghilangkan pengaruh dari perkataan

orang fasik itu dan agar mereka memperbaiki hubungan

antara dua kelompok tersebut. Jika salah satu di antara

keduanya berlaku aniaya terhadap yang lain, maka

102 Ibid. hlm. 215-216

Page 162: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

207

perangilah kelompok yang aniaya tersebut, sehingga

mereka mau kembali berdamai, dengan cara mencegahnya

dari kezaliman secara langsung, kalau hal itu mungkin

dilakukan, atau dengan mengajak pemerintah untuk

mendamaikannya. Namun bila yang berlaku aniaya itu

pemerintah sendiri, maka wajiblah orang-orang Islam

untuk mencegahnya dengan cara memberi nasehat atau

lebih dari itu, dengan syarat jangan sampai hal itu

menimbulkan huru-hara yang lebih parah lagi.

Kemudian Allah SWT, melanjutkan bimbingan-Nya dan

menerangkan bahwa perdamaian itu sebagaimana wajib

dilakukan antara dua kelompok, maka wajib pula antara

dua orang bersaudara. Sesudah itu, Allah menyuruh

orang-orang mukmin supaya merendahkan diri di hadapan-

Nya, dengan harapan agar Allah merahmati mereka apabila

mereka mematuhi Allah dan tidak melanggar perintah-Nya.

Qatadah meriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai

dua orang lelaki dari golongan Ansar yang terjadi di

antara keduanya pertengkaran mengenai hak. Yang seorang

berkata kepada yang lain, aku benar-benar akan

mengambil hakku darimu meski dengan kekerasa, perkataan

Page 163: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

208

mana disampaikan karena memanggakan keluarganya yang

banyak. Sedang yang lain mengajaknya agar meminta

pengadilan kepada Nabi saw. Namun orang itu tidak mau

menurutinya. Oleh karena itu pertengkaran terus

berlangsung di antara keduanya sehingga mereka saling

mendorong dan sebagian menghantam yang lain dengan

tangan atau sandal. Namun tidak sampai terjadi

pertempuran dengan pedang. 103

PENJELASAN

ا ن� ط� �وإ�� ان� ث� ق� � ن� ت� يXن� إلم�� ث�� م�� لوإ إف��مو ب� صئ� ا وإ ف�� ج ه ل� ي� Xي ماب�(Jika terjadi peperangan di antara dua golongan

orang mukmin, maka damaikanlah hai orang-orang mukmin,

di antara keduanya dengan diajak kepada hokum Allah

SWT. Dan rida menerima keputusan-Nya, baik keputusan

itu menguntungkan keduanya atau merugikan. Itulah

perdamaian antara keduanya dengan adil.

ن� ا�� ت�ف�� غ� هما ت�! خ�ذي� لي إ�� ري إلع� ج�� ئ!ا ي� ب�� ب�� لوإ إل�� ث�� ق� ي� ف�� ي ع�� ب�� ء ح� ي� ف�� لى ت�� مر� إ�� �إ إهلل�

103 Ibid. hlm. 216-217

Page 164: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

209

Kalau salah satu di antara kedua golongan itu

tidak mau menerima hokum Allah dan menerjang apa yang

oleh Allah dijadikan sebagai keadilan di antara

makhluk-Nya, sedang yang lain mau menerimanya, maka

perangilah golongan yang menerjang dan tidak mau

menerima hukum Allah itu, sehingga kembali kepada-Nya

dan tunduk patuh kepada-Nya.

ا ن� ف�� ا�� وإ ءب�ف�� ح ص�ل� ا هما ف�� ي� Xي ل�ذعالب�!� ب�(Jika golongan yang durhaka itu setelah diperangi

olehmu mau kembali kepada hokum Alah SWT, dan rela

menerimanya, maka perbaikilah hubungan di antara

keduanya dengan cara yang adil dan tdak berat sebelah,

sehingga antara keduanya tidak terjadi peperangan baru

di waktu yang lain.

Kemudian Allah SWT menyuruh orang-orang mukmin

supaya tetap berlaku adil dalam segala hal. Firman-

Nya :

و ط س� ف�� ت!� إلإوإ ح� ت�� ن�� إهلل� س� إ�� ن�مق� ي� ظ�Dan berlaku adilah kalian pada semua yang kamu

lakukan maupun yang kamu tinggalkan. Sesungguhnya

Allah mencinttai orang-orang yang adil dalam segala

Page 165: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

210

perbuatan-perbuatan mereka dan member balasan kepada

mereka dengan balasan yang baik.

Menurut hadis Sahih dari Anas ra. Nabi saw.

Bersabda, “Tolonglah saudaramu ketika berbiuat aniaya

atau dianiaya.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, orang itu

saya tolong ketika teraniaya. Maka bagaimanakah aku

harus menolong dia ketika berbuat aniaya?” Rasul

bersabda, “Kamu mencegah dia dari berbuat aniaya.

Itulah caramu menolong dia.”

ما إل ث��� ون�إ�� ن� م�� وه�مو خ�� إ��Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bernasab

kepada satu pokok, yaitu iman yang menyebabkan

diperolehnya kebahagiaan abadi.

Mmenurut sebuah hadis, orang Islam yang satu

adalah saudara orang Islam yang lain. Dia tidak boleh

menganiaya ataun menghina atau merendahkannya atau

saling mengungguli dengannya dengan membuat gedung-

gedung, sehingga ia menutupi angin terhadapnya kecuali

dengan izinya, atau menyakiti hatinya dengan tak sudi

memberikan isi pancinya kecuali penciduk untuknya satu

Page 166: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

211

cidukan, dan jangan membeli buah-buahan untuk anak-

anaknya lalu mereka keluar membawa buah-buahan tersebut

menuju anak-anak tetangganya sedang anak-anak itu tidak

berbagi memakan buah-buahhan tersebut dengan kawan-

kawannya.

Kemudian sabdanya pula, “Periharalah oleh kalian,

namun hanya sedikit saja di antara kalian yang mau

memelihara.”

Sedang menurut hadis sahih yang lain juga

dikatakan, “Apabla seorang muslim mendoakan saudaranya

di luar pengetahuan, maka berdoa malaikat, “Semoga

doamu dikabulkan dan kamu pun semoga mendapatkan yang

seperti itu.”

Oleh karena persaudaraan itu menyebabkan

terjadinya hubungan yang baik dan mau tidak mau harus

dilakukan, karenanya Allah berfirman :

ص ا وإف�� ج يXن� ل� م ب�! ك ت^� و خ�� إMaka perbaikilah hubungan di antara dua orang

saudaramu dalam agam sebagaimana kamu memperbaiki

hubungan di antara dua orang saudaramu dalam nasab.

Page 167: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

212

وإ إهلل� ق� ت^�� وإDan bertakwalah kamu kepada Allah dalam segala hal

yang kamu lakukan maupun yang kamu tinggalkan. Yang di

antaranya adalah memperbaiki hubungan di antara sesame

kamu yyang kamu disuruh melaksanakannya.

م ك عل� ل� زخ�إهلل� مون�ن��Mudah-mudahan Tuhanmu memberi rahmat kepadamu dan

memaafkan dosa-dosamu yang telah lalu apabila kamu

mematuhi Dia dan mengikuti perintah dan larangan-Nya.

104

AL-HUJURAT : 11

هاب�� ي^�� سeeا وإ لا ئ�� ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� ر إل�� وم ج� eeن� ف� � وم م�� eeي ف� eeس ن� ع� وإe إ ee��وت ك رإ ت�� ت� eeهم خ� ي� � ولا م��اء eeس� ن� ي�� � اء م�� eeس� ي ي��� eeس ن� ع� ن�� إ ك ئ�ت�� ee��هن�� رإ خ ي� � وإ ولا م�� �eeز� لم م ت�� ك eeس ق� ت�� وإ ولا إ ز' ان�! eeث� ئ�3

eeee�!�ت!�الب ل�ق� ئ ا اسeeeeس ب�!� وق� إلم إل� eeeeس عeeeeق� � إلذ ت�! ن� م ��ث م ا�� ن� ل�� ب�ت! وم� كO ئ�� � ث ول� ا م ف�� ه�مون� ل� � ١١ إل�ط=

PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

104 Ibid. hlm. 217-219

Page 168: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

213

As-Sukhriyah : mengolok-olok, menyebut-nyebut aib dan

kekurangan-kekurangan orang lain dengan cara yang

menimbulan tawa. Orang mengatakan Sakhira bihi dan Sakhira

Minhu (mengolok-olokkan). Dan Dahika bihi dan Dahika minhu

(mentertawakan dia). Dan Hizi’a bihi dan Hazi’a minhu

(mengejek).adapun isim masdarnya As-Sukhriyah dan As-Sikhriyah

(huruf sin didammahkan atau dikasrah). Sukhriyah bias juga

terjadi dengan meniru perkataan atau perbuatan atau

dengan menggunakan isyarat atau menertawakan perkataan

orang yang diolokkan apabila ia keliru perkataanya

terhadap perbuatannya atau rupanya yang buruk.

Al-Qaum : telah umum diartikan orang-orang

lelaki, bukan orang-orang perempuan. Sebagaimana pada

ayat ini juga, sebagaimana dikatakan oleh Zubair:

Wala Talmizu Anfusakum:janganlah kamu mencela dirimu

sendirimu. Maksudnya jangan sebagian kamu mencela

mencela sebagian yang lain dengan perkataan atau

isyarat tangan, mata atau semisalnya. Karena orang-

orang mukmin adalah seperti satu jiwa. Maka apabila

seorang mukmin mencel orang mikmin yang lain, maka

seolah-olah mencela dirinya sendiri.

Page 169: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

214

At-Tanabus : saling mengejak dan panggil-

memanggil dengan gelar-gelar yang tidak disukai oleh

seseorang.

Al-Ismu: nama dan kemasyhuran. Seperti orang

mengatakan Tara ismuhu bainan nasi bil karami wal lu’mi, namanya

terkenal dikalangan orang banyak baik karena

kedermawanannya atau kejelekannya. 105

PENGERTIAN SECARA UMUM

Setelah Allah SWT, menyebutkan apa yang patut

dilakukan oleh seorang mukmin terhadap Allah Ta’ala

maupun terhadap Nabi saw, dan terhadap orang yang tidak

mematuhi Allah dan nabi-Nya serta bermaksiat kepada-

Nya, yaitu orang fasik, maka Allah menerangkan pula apa

yang patut dilakukan oleh seorang mukmin terhadap orang

mukmin lainnya. Allah menyebutkan baha tidak sepatutnya

seorang mukmin mengolok-olok orang mukmin lainnya atau

mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan dan tidak

patut pula member gelar yang menyakitkan hati. Alangkah

buruknya perbuatan seperti itu.

105 Ibid. hlm. 220-221

Page 170: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

215

Dan barang siapa yang tidak bertaubat setelah ia

melakukan perbuatan seperti itu, maka berarti ia

berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan

dosa besar.

Diriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai

delegasi dari Tamim mereka mengejek orang-orang kafir

dari para sahabat Nabi saw, seperti Ammar, Shuhaeb,

Bilal, Khabbab, Ibnu Fuhairah, Salman Al-Farisi, dan

Salim bekas budak Abu Huzaifah dihadapan orang orang

lain. Sebab mereka melihat orang orang itu keadaannya

compang-camping.

Dan ada pula yang meriwayatkan bahwa ayat ini

turun mengenai Shafiyah bin Huyain Akhtab ra. Dia

datang kepada Rasulullah saw, lalu berkata,

“Sesungguhnya kaum wanita itu berkata kepadaku, “Hai

wanita Yahudi, anak perempuan orang-orang Yahudi. “Maka

Rasulullah saw pun berkata kepadanya, “Tidakkah kamu

katakana ayahu Harun, pamanku Musa, dan Suamiku

Muhammad. 106

PENJELASAN

106 Ibid. hlm. 221

Page 171: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

216

هاب�� ي^�� سا وإ لا ئ�� ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� ر إل�� وم ج� ن� ف� � موف�� م��Janganlah beberapa orang dari orang-orang mukmin

mengolok-ngolok orang-orang mukmin lainnya.

Sesudah itu Allah SWT, menyebutkan alas an mengapa

hal itu tak boleh dilakukan, dengan firman-Nya :

سي ن�ع� وإe إ وت�� ك رإ ت�� ت� هم خ� ي� � م��Karena kadang-kadang orang yang diolok-olokkan itu

lebih baik disisi Allah daripada orang-orang yang

mengolok-ngolokkannya, sebagaimana dinyatakan pada

sebuah asar.

Barangkali orang yang berambut kusut penuh debu

tidak punya apa-apa dan tidak diperdulikan, sekiranya

ia bersumpah dengan menyebut nama Allah Ta’ala maka

Allah mengabulkannya.

Maka seyogianyalah agar tidak seorang pun yang

berani mengolok-olong orang lain yang ia pandang hina

karena keadaannya yang company-camping, atau karena ia

cacat pada tubuhnya atau karena ia tidak lancer

berbicara. Karena barangkali ia lebih ikhlas nuraninya

dan lebih bersih hatinya dari pada orang yang bersifat

Page 172: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

217

tidak seperti itu. Karena dengan demikian berarti ia

menganiaya diri sendiri dengan menghina orang lain yang

dihormati oleh Allah Ta’ala :

�سا ن� ءولا ي�� � �ساء م�� سي ي��� ن� ع� ن�� إ ك رإ ت�� ت� هن�� خ� ي� � م��Dan janganlah kaum wanita mengolok-olok kaum

wanita lainnya, karena barangkali wanita-wannita yang

diolok-olokkan itu lebih baik daripada wanita-wanita

yang mengolok-olokkan.

Allah menyebutkan kata jamak pada dua tempat dalam

ayat tersebut, karena kebanyakan mengolok-olok itu

dilakukan ditengah orang banyak, sehingga sekian banyak

orang enak saja mengolok-olokkan, sementara dipihak

lain banyak pula yang sakit hati.

At-Tirmizi meriwayatkan dari ‘Aisyah berkata, di

hadapan Nabi saw, saya menirukan seorang lelaki. Maka

beliau bersabda, “Saya tidak suka sekiranya aku meniru

seorang lelaki padahal aku sendiri begini dan begini.”

‘Aisyah berkata, maka saya berkata, “Ya Rasulullah ,

sesungguhnya Safiyah itu seorang wanita …..’Aisyah

Page 173: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

218

memperagakan dengan tangannya dengan sedemikian rupa

yang maksudnya bahwa safiyah itu wanita yang pendek.

Maka Rasul saw bersabda, “Sesungguhnya kamu telah

mencampur sesuatu kata-kata yang sekiranya dicampur

dengan air laut, tentu akan bercampur dengan

seluruhnya.

Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa

ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya

Allah tidak memandang kepada rupa mu dan hartamu, akan

tetapi memandang kepada hati dan amal perbuatanmu.”

Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tak bias

dipastikan berdasarkan pujian maupun celaan orang lain

atas rupa, amal, ketaatan, atau pelanggaran yang tampak

padanya. Karena barang kali seseorang yang memelihara

amal-amal lahiriyah, ternyata Allah mengetahui sifat

yang tercela dalam hatinya, yang tidak patut amal-amal

tersebut dilakukan, disertai dengan sifat tersebut.

Dan barangkali orang yang kita lihat lalai atau

melakukan maksiat, ternyata Allah mengetahui sifat yang

terpuji dalam hatinya, sehingga ia mendapat ampunan

karenanya.

Page 174: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

219

Jadi amal merupakan tandda-tanda zanniyyah, bukan

petunjuk yang pasti.

ل وإولا ت�� ر� م م� سك ق� ت�� إDan janganlah sebagian kamu mencela sebagian yang

lain dengan ucapan atau isyarat secara tersembunyi.

Firman Allah Ta’ala Anfusakum merupakan peringatan

bahwa orang yang berakal tentu takkan mencela dirinya

sendiri. Oleh karena itu, tidak sepatutnya ia mencela

orang lain. Karena orang lain itu pun seperti dirinya

juga. Karenanya sabda Nabi saw. “Orang-orang mukmin itu

seperti halnya satu tubuh. Apabila salah satu anggota

tubuh itu menderita sakit, maka seluruh tubuh akan

merasakan tak bisa tidur dan demam.”

Dan sabda Nabi saw, pula. “Sesorang dari kalian

melihat setitik noda pada mata saudaranya, sedang ia

membiarkan batang pohon pada matanya sendiri.”

Ada pula orang mengatakan :

“adalah kebahagiaan bagi seseorang bila ia sibuk memikirkan aib dirinya sendiri sendiri sehingga tidak sampai memikirkan aib-aib orang lain”.

ل وإولا ت�� ر� م م� سك ق� ت�� وإ ولا إ ز' ان�! ث� لالب�!� ئ�3 ت!�ا ق�

Page 175: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

220

Dan janganlah sebagian kamu memanggil sebagian

yang lain dengan gelar yang menyakitidan tidak sesuai.

Seperti halnya berkata kepada sesame muslim, “Hai

fasik, hai munafik, atau berkata kepada orang yang

masuk islam, “Hai Yahudi, hai nasrani.”

Menurut Qatadah dan Ikrimah dari Abu Jabairah bin

Dhahak ia berkata, wa la tanabazu bil alqab, turun mengenai

Bani Salamah.

Bahwasannya Rasulullah saw, tiba di Madinah

sedang dikalangan kami tidak ada seorang lelaki pun

kecuali mempunyai dua atau tiga nama. Apabila memanggil

salah seorang dari mereka dengan nama yang mereka

miliki mereka menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia

menolaknya. “Maka turunlah ayat ini. (H.R. Al-Bukhari).

Telah dikeluarkan oleh Inu Jarir dan Ibnu Abbas,

bahwa yang dimaksud ddengan At-Tanabazu bil alqab ialah

seorang lelaki yang telah melakukan amal-amal buruk,

kemudian dia bertaubat dan kembali kepada kebenaran.

Maka Allah Ta’ala melarang orang itu dicela dengan

perbuatannya yang telah lalu.

Page 176: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

221

Adapun gelar-gelar yang memuat pujian dan

penghormatan. Dan merupakan gelar yang benar tidak

dusta, maka hal itu tidaklah dilarang. Sebagiman ornag

memanggil Abu Bakar dengan ‘Atiq dan Umar dengan nama

Al-Faruq, Usman dengan nama Zun Nuraini, Ali dengan Abu

Thurab dan Khalid dengan Saefullah.

ئ اسسب�!� سوق� إلم إل� عق� م إلذ ت�! ث�� �ا�� ن�Alangkah buruknya sebutan yang disampaikan kepada

orang-orang mukmin bila mereka disebut sebagi orang-

orang yang fasik setelah mereka masuk ke dalam iman dan

termasyhur dengan keimanan tersebut.

Hal ini merupakan isyarat betapa buruknya

penghimpunan antara kedua perkatan , yakni sebagaimana

kamu mengatakan, alangkah buruknya tingkah laku seperti

anak muda setelah tua. Maksudnya tingkah laku anak muda

yang dilakukan semasa sudah tua.

م ن� ل�� ب�ت!وم� كO ئ�� � ث ول� ا م ف�� مون�ه� ل� � إل�ط=Dan barang siapa tidak bertaubat dari mencela

saudara-saudara dengan gelar-gelar yang Allah melarang

Page 177: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

222

mengucapkannya atau menggunakannya sebagai ejekan atau

olok-olok terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang

yang menganiaya diri sendiri yang berarti mereka

menimpakan hukuman Allah terhadap diri sendiri karena

kemaksiatan mereka terhadap-Nya. 107

AL-HUJURAT : 12

هاب�� ي^�� وإ إخ�!ا eeeeeeن� ن� ءإم� ��ي � ذ� eeeeee��وإ إل eeeeee!ب ب�� رئ� ت� eeeeeeث� ن� إ ك� � عم�� ن�� ت�! � إ�� ن�� � ب��ض� إل�ظ= � إ�� ن�� � لا و م إل�ظ=وإ eeeeش س� ج! ب�ت! ولا ت�� غ� م ت�� ك �eeeeعض ا ت�!� �eeeeعض ت!� ت�! ح� ت�� م إ ذك� eeee�خ ن� إ ل إ eeee�ك ا حم ت�� ه� ل� �eeeeن ح��� ا إ ث� ي� م�موه ه�ت� ز� ك إب! و ف�' و� ت�� ن�� إهلل� إ�� وإ إهلل� ق� ت^�� مر�إ ي� ح��

PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT

Ijtanibu: jauhila oleh kalian. Ijtanibu aslinya

Ijtanabtuhu berarti, saya berada d tepi dari sesuatu it.

Kemudian digunakan secara luas untuk arti menjauhi yang

lazim dlakukan terhadap sesuatu iyu.

Al-Ismu : dosa.

At-Tajassus : memata-matai. Yaitu mencari

keburukan-keburukan dan catat-catat serta membuka hal

yang ditutupi oleh orang.

107 Ibid. hlm. 222-225

Page 178: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

223

Al-Gibah : menyebut-nyebut seseorang tentang

hal-hal yang tidak ia sukai, tidak sepengetahuan dia.

Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi tela meriwayatkan

bahwa Nabi saw. Pernah bersabda, “Tahukah kalian apakah

gibah itu?” para sahabat berkata, “Allah dan rasul-Nya

lebih tahu.” Sabda rasul, “Kamu menceritakan saudaramu

dengan hal-hal yang tidak ia sukai.” Seseorang

bertanya, “Bagaimanakah pendapat tuan sekiranya pada

sudaraku memang bena terdapat hal-hal yang aku

katakana?” Rasul bersabda, “Jika padanya memang

terdapat hal-hal yang kamu katakan, maka sesungguhnya

engkau telah menggunjing dia, dan jika padanya tidak

terdapat hal-hal yang kamu katakana, maka sesungguhnya

kamu telah berbuat buhtan (duusta).” 108

PENGERTIAN SECARA UMUM

Allah SWT, mendidik hamba-hamba-Nya yang mukmin

dengan kesopanan-kesopanan, yang jika mereka berpegang

teguh, maka akan langgenglah rasa cinta dan persatuan

sesame mereka. Di antaranya adalah kesopanan yang

tersebut sebelum ayat ini, dan di di antaranya lagi

108 Ibid. hlm. 226-227

Page 179: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

224

yang Allah sebutkan di sini, yaitu perkara-perkara

besar yang menambah semakin kuatnya hubungan dalam

masyarakat Islam. Yaitu :

a. Menghindari purbasangka yang buruk terhadap

sesama manusia dan menuduh mereka berhianat

pada apa pun yang mereka ucapkan dan yang

mereka lakukan. Karena sebagian dari

purbasangka dan tuduhan tersebut kadang-kadang

merupakan dosa semat-mata. Maka hendaklah

menghindari kebanyakan dari hal seperti itu.

b. Jangan mencari-cari keburukan dan aib orang

lain.

c. Jangan sebagian mereka menyebut sebagian yang

lain dengan hal-hal yang tidak mereka sukai

tanpa pengetahuan mereka. Syari’ telah

mengumpamakan orang yang melakukan gibah

(pengunjingan) sebagai orang yang memakan

daging bangkai saudaranya karena kejinya

perbuatan seperti itu.

Page 180: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

225

Menurut tafsir Qatadah, sebagaimana kamu tidak

suka memakan mayat yang terhantar sekiranya kamu

mendapatkan, maka demikian pula janganlah kamu suka

memakan daging saudaramu itu selagi ia masih hidup. 109

PENJELASAN

هاب�� ي^�� وإ إخ�!ا ن� ن� ءإم� ��ي � ذ� وإ إل�� ب! ب�� رئ� ت� ث� ن� إ ك� � �م�� ن�� � إل�ظ=Hai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian

kebanyakan purbasangka terhadap sesama orang mukmin,

yaitu kamu menyangka mereka dengan persangkaan yang

buruk selagi hal itu dapat kamu lakukan. Menurut sebuah

hadis, “Sesungguhnya Allah mengharamkan darah dan

kehormatan orang Islam, dan disangka dengan persangkaan

yang buruk.”

Namun demikian, persangkaan yang buruk itu hanya

diharamkan terhadap orang yang disaksikan sebagai orang

yang menutupi aibnya, saleh dan terkenal amanatnya.

Adapun orang yang mempertontonkan diri sebagai orang

yang gemar melakukan dosa, seperti orang yang masuk

ketempat-tempat pelacuran atau berteman dengan

109 Ibid. hlm. 227

Page 181: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

226

penyanyi-penyanyi cabul, maka tidaklah diharamkan

berburuk sangka terhadapnya.

Al-Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman mengeluarkan

sebuah riwayat dari Sa’id bin Musyyab bahwa ia berkata,

pernah saya mendapat surat dari sebagian temanku dari

kalangan para sahabat Rasulullah saw., “Letakkanlah

urusan saudaramu pada tempat yang terbaik selagi tidak

datang kepadamu berita yang kuat menurutmu. Dan jangan

sekali-kali kamu menyangka kata-kata yang keluar dari

seorang muslim sebagai sesuatu yang buruk, padahal kamu

masih mendapatkan tempat yang baik bagi kata-kata itu.

Dan barang siapa yang menempatkan dirinya untuk menjadi

sasaran persangkaan, maka jangan sekali-kali ia mencela

kecuali dirinya sendiri. Dan barang siapa yang menutupi

rahasianya, maka pilihan itu ada pada tangannya. Dan

tidaklah engkau balas seseorang yang mendurhakai Allah,

pada hari kiamat (kecuali) yang sebanding. Agar engkau

taat kepada Allah demi balasan itu.”

Senantiasalah kamu berteman dengan orang-orang

yang benar perkataannya, sehingga kamu akan masuk

kedalam usaha amal mereka. Karena, mereka adalah

Page 182: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

227

perhiasan ketika senang dan perisai ketika mengalami

bencana yang besar. Dan janganlah kamu mudah bersumpah

agar kamu tidak dihinakan oleh Allah Ta’ala. Dan jangan

sekali-kali kamu bertanya tentang sesuatu yang tidak

ada, sehingga sesuatu itu ada. Dan janganlah kamu

meletakan pembicaraanmu kecuali pada orang yang kamu

sukai.dan senantiasa salah kamu berkata benar sekalipun

hal seperti itu bisa memunuhmu. Dan jauhilah musuhmu,

waspadalah terhadap kawanmu kecuali yang terpercaya.

Dan tidak ada orang yang terpercaya ecuali orang yang

takut kepada Allah. Dan bermusyawarahlah kamu mengenai

urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Tuhan

mereka sendirian.

Selanjutnya Allah SWT. memberi alas an dari

perintah-Nya supaya menjauhi banyak purbasangka dengan

firman-Nya :

ع ن�� ت�! ب��ض�إ�� � إ�� ن�� � م إل�ظ=Sesungguhnya menyangka sesame mukmin dengan

persangkaan yang buruk adalah dosa. Karena Allah telah

Page 183: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

228

melarang perbuatan seperti itu. Jadi melakukannya

adalah dosa.

Semakna dengan ayat ini ialah firman Allah SWT.,

“Dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu

menjadi kaum yang binasa.”Al-Fath, 48 : 12).

Kata Ibnu Abbas mengenai ayat ini, Allah melarang

orang mukmin berburuk sangka kepada orang mukmin

lainnya, Selanjutnya, setelah Allah SWT, menyuruh

mereka supaya menjauhi kebanyakan purbasangka, maka Dia

melarang pula dari memata-matai orang lain. Firman –Nya

:

شوإ س� ج! و لا ت��Dan janganlah sebagian amu meneliti keburukan

sebagian lainnya dan jangan mencari-cari rahasia-

rahasianya dengan tujuan mengetahui cacat-cacatnya.

Akan tetapi puaslah kalian dengan apa yang nyata bagimu

mengenai dirinya. Lalu pujilah atau kecamlah

berdasarkan yang nyata itu, bukan berdasarkan hal yang

kamu ketahui dari yang tidak nyata.

Page 184: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

229

Menurut Al-Bukhari dan Muslim dalam As-Sahih dari

Abu Hurairah, bahwa Nabi saw.bersabda, “Hindarilah

olehmu purbasangka karena purbasangka itu berita yang

paling dusta.dan janganlah kamu memata-matai orang

lain, jangan mencari-cari berita mengenainya, jangan

saling mengungguli dalam jual beli, jangan saling

membenci dan jangan saling mendiamkan. Tidak jadikah

kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal

bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih

dari tiga hari.”

At-Tajassus (memata-matai) adalah mencari-cari apa

yang tersembunyi bagimu.

At-Tahassus (merasa-rasai) maksudnya mencari-cari

berita mengenai saudaramu.

At-Tanajusy, maksudnya berjual-beli atas jual-beli

orang lain (dengan cara saling mengungguli harga ).

At-Tadabur tidak mengajak bicara dan memutuskan

hubungan.

Dan dari Abu-Barzakh Al-Aslami, ia berkata bahwa

Rasulullah saw, bersabda, “Hai golongan orang yang

beriman dengan lidahnya tetapi iman tidak masuk kedalam

hatinya, janganlah kalian menggunjing orang-orang Islam

dan janganlah kamu meneliti cacat-cacat mereka. Karena

Page 185: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

230

barang siapa yang meneliti cacat-cacat orang islam,

maka dia akan dibukakan cacatnya di tengah rumahnya

sendiri.”

Sementara itu At-Tabrani juga meriwayatkan dari

Harisah Ibnu Nu’man ra. Ia berkata, bahwa Rasulullah

saw, bersabda, “Ada tiga hal yang lekat pada umatku,

yaitu tayyarah (berburuk sangka) dengki (hasad) dan zann

(berburuk sangka terhadap orang lain). Seorang lelaki

bertanya, “Apakah yang dapat menghilangkan hal hal

tersebut : ya Rasulullah dari orang yang mempunyai

sifat-sifat seperti itu?” Rasulullah saw, bersabda,

“Apabila kamu mendengki maka mohonlah Ampun kepada

Allah, dan apabila kamu berburuk sangka, maka janganlah

kamu memeriksa benar tidaknya, dan apabila kamu menduga

(tayyarah) maka laksanakan saja rencanamu.

Abdurahman bin Auf berkata, pernah saya meronda

pada suatu malam bersama Ummar bin Khatab di Madinah.

Tiba-tiba kami melihat sorot lampu disebuah runah yang

pintunya berpaling dari orang banyak, mereka

mengeluarkan suara-suara keras dan kegaduhan, maka

berkatalah Umar, “Ini adalah rumah Rabi’ah bin Umayyah

Page 186: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

231

bin Khalaf. Mereka sekarang sedang minum-minum, maka

bagaimanakah pendapatmu. “Saya menjawab, “Saya

berpendapat bahwa kita telah melakukan larangan Allah.

Allah Ta’ala berfirman Wala Tajassasu (janganlah kamu

memata-matai) dan itu benar-benar telah memata-matai.

Maka Umar pergi meninggalkan mereka.

Sedang Abu Qibalah mengatakan pula, seseorang

melapor pada Umar bin Khatab, bahwa Abu Mihjan As-

Saqafi meminum khamr bersama beberapa sahabatnya

dirumahnya. Maka berangkatlah Umar untuk menemui Abu

Mihjan, “Sesungguhnya ini tidak halal bagimu. Karena

Allah telah melarang dari memata-matai. Maka Umar pun

keluar meninggalkannya.

ع� ت!ولا ت�� م ئ� ك عض� ا ت�!� عض� ت�!Dan janganlah kamu menceritakan sebagian yang lain

dengan suatu yang tidak ia sukai ketika orang lain itu

tidak ada.

Adapun yang dimaksud menyebut di sini ialah

menyebut-nyebut dengan terang-terangan, atau dengan

isyarat atau dengan cara lain yang bisa diartikan

Page 187: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

232

sebagai perkataan. Karena itu, semua itu

berartimenyakiti orang yang digunjing dan memanasan

hatinya serta memecah belah jemaah. Karena menggunjing

memang merupakan api yang menyala, ia takkan membiarkan

sesuatu pun dan takan menyisakan.

Dan yang dimaksud sesuatu yang tida ia sukai

adalah hal yang berkenaan dengan agama atau dunianya,

rupa akhlak, harta, anak, istri, pembantu, akaian atau

apasaja yang lain, yang berkaitan dengan dia.

Al-Hasan berkata, gibh itu ada tiga macam yang semuanya

itu tercantum dalam kitab Allah. Yaitu ; Al-Gibah, Al-

Ikfu, dan Al-Buktam.

a. Gibah maksudnya ialah kamu berkat-kata mengenai

saudaramu tentang hal-hal yang ada pada dia.

b. Adapun Al-Ikfu kamu berkata-kata mengenai saudaramu

tentang apa-apa yang sampai kepadamu mengenai dia.

c. Adapun Al-Buhtan, kamu berkata-kata mengenai

saudaramu yang tidak terdapat pada dirinya.

d. Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama

bahwa gibah termasuk dosa besar (kabair). Dan bagi

orang-orang yang menggunjing seseorang wajib

Page 188: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

233

bertaubat kepada Allah atau memohon ampun bagi

orang yang ia gunjing atau meminta kehalalan (maaf)

dari orang yang digunjingnya tadi.

e. Diriwayatkan dari Syu’bah bahwa ia berkat pernah

Mu’awiyah bin Qurrah berkata kepadaku, sekiranya

kamu dilewati oleh seorang lelaki yang bunting

(terpotong tangannya) lalu kamu berkata, orang ini

bunting. Maka pembicaraanmu itu gibah. Syu’bah

mengatakan, hal ini kemudian saya ceritakan kepada

Abu Ishaq. Maka beliau mengatakan benar.

Selanjutnya Allah SWT. memberikan suatu

perumpamaan tentang gibah agar orang menghindari dan

berhati-hati terhadap kelakuan seperti itu. Firman-

Nya :

م ذك� خ� ت!�e إ ح� ت�� ن�إ ل إ ك� ا حم ت�� ه� ل� ن� ح��� ا إ ث� ي� موه م� ه�ت� ز� ك ف�'Apakah seorang dari kalian suka memakan daging

saudaranya setelah ia meninggal dunia. Kalaupun tidak

suka melakukan hal itu, bahkan kamu membencinya, karena

nafsumu memang jijik, maka demikian pula hendaklah kamu

tidak suka menggunjing saudaramu ketika ia hidup.

Page 189: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

234

Kesimpulannya, sesungguhnya sebagaimana kamu tidak

menyukai perbuatan seperti itu, karena tabiatmu memang

demikian. Maka janganlah kamu menyukai hal itu

berdasarkan syara’. Karena perbuatan itu menyebabkan

hukuman yang bera.

Gibah itu telah dimisalkan dengan memakan daging

karena gibah itu berarti merobek-robek kehormatan yang

serupa dengan memakan dan merobek-robek daging.

Ungkapan seperti ini sesuai dengan cara orang AArab

berbicara. Al-Muqanna Al-Qindi berkata :

“Jika mereka memakan dagingku, maka aku adakan daging

mereka dan jika mereka merobohkan kejayaanku, maka aku bangunkan

kejayaan mereka.”

Lebih dari itu, ayat ini menganggap daging yang

dimakan itu adalah daging saudara sendiri yang telah

mati, sebagai gambaran betapa kejinya perbuatan seperti

itu yang dianggap menjijikan oleh perasaan siapa pun.

Ali Husain ra, pernah mendengar seseorang

menggunjing orang lain. Maka ia berkata, “Hindarilah

oleh mu menggunjing, karena menggunjing itu lauk

anjing-anjing dari jenis manusia.”

Page 190: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

235

Pernah pula Amr bin Ubaid dilapori, Fulan telah

menggunjing engkau, sehingga aku kasihan kepadamu. Maka

jawabnya, “Justru kebaikan-kebaikanku.”

Sementara itu diceritakan pula dalam hadis sahih,

bukan hanya darhi satu sanad saja, bahwa Nabi saw,

ketika berpidato pada Haji Wada’ beliau bersabda,

“Sesungguhnya darah, harta, dan kehhormatanmu adalah

wajib dihormati sesamamu, seperti terhormatnya harimu

ini di dalam bulanmu ini di dalam negerimu ini.”

وإ إهلل� ق� ت^�� وإMaka janganlah kamu suka menggunjing, dan

bertakwalah kamu kepada Allah tentang apa yang Dia

perintahkan dan Dia larang terhadapmu, waspadalah dan

takutlah kamu kepada Allah.

Selanjutnya Allah SWT, member alas an tentang hal

ini dengan firman-Nya :

إب! ۥ و� ت�� ن�� إهلل� مر�إ�� ي� ح��Sesungguhnya Allah menerima taubat dari orang yang

mau bertaubat kepada-Nya atas dosanya yang telah

Page 191: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

236

terlanjur ia lakukan, Maha Belas kasih kepadanya

sehingga Dia takkan mengazab setelah ia bertaubat.

Bagi orang yang menggunjing wajiblah ia segera

bertaubat ketika perbuatan itu baru ia lakukan, yaitu

dengan cara berhenti dari perbuatan itu dan menyesal

atas keterlanjurannya, serta bertekad dengan kuat untuk

tidak mengulangi lagi perbuatan yang telah terlanjur

dilakukan itu.

Namun demikian, gibah tidaklah haram apabila untuk

tujuan yang benar menurut syara’ yang tak mungkin tujuan

itu tercapai kecuali dengan melakukan gibah. Dan hal

itu ringkasnya ada enam perkara :

1. Mengadakan penganiayan. Maksudnya orang yang

dianiaya boleh mengadukan halnya kepada orang

yang ia sangka dapat menghilangkan penganiayaan

tersebut atau meringanannya.

2. Meminta tolong untuk merubah kemungkaran dengan

menceritakan kemungkaran tersebut kepada orang

yang ia sangka mampu menghilangkannya.

3. Meminta fatwa. Jadi boleh bagi orang yang

meminta fatwa untuk berkata kepad mufti, fulan

Page 192: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

237

telah menganiaya aku demikian. Bolehlah ia

melakukan hal itu.

4. Member peringatan agar orang-orang Islam

waspada terhadap keburukan, seperti cacatnya

para perawi dan orang-orang yang berani member

fatwa, padahal ia tidak ahli untuk itu. Dan

contohnya lagi, member saran sekalipun tidak

diminta terhhadap orang yang akan kawin atau

akan bergaul dengan orang lain dalam persoalan

agama maupun dunia. Tetapi hendaklah terrbatas

dengan secukupnya saja. Jika perlu menyebutkan

salah satu aib atau dua macam aib, maka boleh

hal itu dilakukan.

5. Menceritakan orang yang seraya terang-terangan

melakukan kefasikan, seperti mereka yang gemar

meminum khamr dan mendatangi tempat-tempat

pelacuran, sedang mereka bangga dengan

perbuatan-perbuatannya. Memperkenalkan gelar

atau lainnya, seperti si mmata satu atau si

rabun, dan lain sebagainya, apabila orang tdak

mengenal kecuali dengan gelar seperti itu.

Page 193: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

238

Umat Islam telah sepakat tentang buruknya gibah

dan besar dosanya sekalipun orang gemar melakukannya,

sampai ada yang sebagian mengatakan gibah adalah

sabunnya hati, dan sesungguhnya gibah itu berasa

manisnya seperti kurma dan ketagihan bagai ketagihan

khamar. 110

AL-HUJURAT : 13

هاب�� ي^�� لق�ا ا خ�� eeee���ت اس إ�� eeeeث���م إل ك ن� ئ� � ر م�� ك� ي ذ� ب4 ئ^� م وإ ك علث� ا وج�! عوت�! ��eeeeل س � اب� ن! وإ وف�� ارف� eeeeع ي� ل��ن�� م إ�� ك ك�رم� ذ إ ث� ب��ع�� � إ م إهلل� ئك ن�� ق� رإ�� ت� ث(� م خ�� ي� ل� ع� ١٣ إهلل�

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamudisisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha MengenalMinzakarin wa unsa: dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan.

Maksudnya dari Adam dan Hawa., Ishaq Al-Mushilli

berkata :

110 Ibid. hlm. 227-234

Page 194: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

239

Asy—Syu’ub: jamak dari Sya’ab, yaitu suku besar yang

bernasab kepada suatu nenek moyang, seperti suku

Rabi’ah dan Muhdar. Sedang kabilah adalah lebih kecil

lagi, seperti kabilah Bakar yang merupakan bagian dari

Rabi’ah, dan kabilah Tamim yang merupakan bagian dari

Muhdar.

Abu Ubaidah mmenceritakan bahwa tingkatan-

tingkatan keturunan yang dikenal bangsa Arab ada tujuh,

yaitu Sya’ab kemudian Qabilah, kemudian Imarah, kemudian

Bath, kemudian Fakhz, kemudian Fasilah, kemudian Asyirah,

yang masing masing mencakup pada tingkatan sebelumnya.

Artinya kabilah-kabilah berada dibawah Sya’ab.’Imarah-

imarah berada di bawah kabilah. Bath-bath berada

dibawah ‘Imarah. Fakhz-fakhz berada di bawah Bath, dan

fasilah-fasilah berada di bawah Fakhz dan

‘Asyirah-‘asyirah berada di bawah Fasilah. Umpamanya

Khuzaimah adalah Sya’ab, sedang Kinanah adalah kabilah,

dan Quraisy adalah ‘Imarah atau ‘Amarah (huruf ‘Ain di

kasrahikan atau difathahkan), dan Qusyai adalah Bath,

Abdul Manaf adalah Fakhz, Hasyim adalah Fasilah, dan

Al-Abbas adalah ‘Asyirah. Sya’ban disebut demikian

Page 195: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

240

(artinya cabang, pen.) karena kemudian bercabang-cabang

menjadi kabilah-kabilah, seperti halnya bercabang—

cabangnya dalam pohon. 111

PENGERTIAN SECARA UMUM

Setelah Allah SWT, melarang pada ayat-ayat yang

lalu mengolok-olok sesama manusia mengejek serta

menghina dan panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang

buruk, maka di sini Allah menyebutkan ayat yang llebih

menegaskan lagi larangan tersebut dan memperkuat

cegahan tersebut. Allah menerangkan bahwa manusia

seluruhnya berasal dari seorang ayah dan seorang ibu.

Maka kenapakah saling mengolok-olok sesama saudara

hanya saja Allah Ta’ala menjadikan mereka bersuku-suku

dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, agar di

antara mereka terjadi saling kenal dan tolong-menolong

dalam kemaslahatan-kemaslahatan mereka yang bermacam-

macam.

Namun tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun

atas yang lain, kecuali dengan takwa dan kesalehan, di

111 Ibid. hlm. 234-235

Page 196: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

241

samping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang

bersifat keduniaan yang tiada abadi.

Abu Daud menyebutkan bahwa ayat ini turun mengenai

Abu Hindin, ia adalah seorang pembekam Nabi saw.

Katanya bahwa Rasulullah saw, menyuruh Bani Biyadah

agar mengawinkan Abu Hindin dengan seorang wanita dari

mereka. Maka mereka berkata kepada Rasulullah saw,

apakah kami harus mengawinkan anak-anak perempuan kami

dengan bekas-bekas budak kami. Maka Allah ‘Azza wa

Jalla pun menurunkan ayat :

هاب�� ي^�� لق�ا ا خ�� ت��� اس إ�� م إل�ث�� ك ن� ئ� � ر م�� ك� ي ذ� ب4 ئ^� م وإ ك علث� ا وج�! عوت�! ل س�� � اب� ن! وف��

ب���ب�� لق�ا ا خ�� ت��� اس إ�� مها إل�ث�� ك ن� ئ� � ر م�� ك� يوإ ذ� ب4 ئ��Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan

kalian dari Adam dan Hawa. Maka kenapakah kamu saling

mengolok sesama kamu, sebagian kamu mengejek sebagian

yang lain, padahal kalian bersaudara dalam nasab dan

sangat mengherankan bila saling mencela sesama

Page 197: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

242

saudaramu atau saling mengejek, atau panggil-memanggil

dengan gelar-gelar yang jelek.

Diriwayatkan dari Abu Mulaikah dia berkata, pada

peristiwa Fathu Makkah. Bilal naik ke atas Ka’bah lalu

adzan. Maka berkatalah ‘ Attab bin Said bin Abil ‘Ish,

“ Segala puji bagi Allah yang telah mencabut nyawa

ayahku, sehingga tidak menyaksikan hari ini. “ Sedang

Al-Haris bin Hisyam berkata, “ Muhammad tidak menemukan

selain burung gagak yang hitam ini untuk dijadikan

mu’azin.” Dan Suhail bin Amr berkata, “Jika Allah

menghendaki sesuatu maka bisa saja Dia merubahnya. “

Maka Jibril datang kepada Nabi saw. dan memberitahukan

kepada beliau apa yang mereka katakana. Lalu mereka pun

dipanggil datang, ditanya tentang apa yang telah mereka

katakana, dan merekapun mengaku.

Maka Allah pun menurunkan ayat ini sebagai cegahan

bagi mereka dari membanggakan nasab, mengunggul-

unggulkan harta dan menghina kepada orang-orang fakir.

Dan Allah menerangkan bahwa keutamakan itu terletak pda

takwa.

Page 198: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

243

At-Tabari mengatakan, Rasullulah saw. berkhutbah

di Mina di tengah hari-hari Tasyriq, sedang beliau

berada di atasuntanya. Katanya, “Hai manusia,

ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu dalah Esa dan ayahmu

satu. Ketahuilah tidak ada kelebihan bagi seorang Arab

atas seseorang ‘Ajam (bukan Arab) maupun bagi seseorang

‘Ajam atas seorang Arab, atau bagi orang hitam atas

orang merah, atau bagi orang merah atas orang hitam,

kecuali dengan takwa. Ketahuilah, apakah telah aku

sampaikan? “ Mereka menjawab, “Ya.” Rasul berkata,

“Maka hendaklah yang menyaksikan hari ini menyampaikan

kepada yang tidak hadir”.

Diriwayatkan pula dari Abu Malik Al-Asy’ari, ia

berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya

Allah tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan

tidak pula kepada nasab-nasabmu dan tidak pula kepada

tubuhmu, dan tidak pula kepada hartamu, akan tetapi

memandang kepada hatimu. Maka barang siapa mempunyai

hati yang saleh, maka Allah belas kasih kepadanya.

Kalian tak lain adalah anak cucu Adam. Dan yang paling

Page 199: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

244

dicintai Allah di antara kalian ialah yang paling

bertakwa di antara kalian.

عل موج�! ك ا ئ� عوت�! ل س�� � اب� ن! وإe وف�� عارف� ي� ل��Dan kami menjadikan kalian bersuku-suku dan

berkabilah-kabilah supaya kamu kenal-mengenal, yakni

saling kenal, bukan saling mengingkari. Sedangkan

mengejek, mengolok-olok dan menggunjing menyebabkan

terjadinya saling mengingkari itu.

Kemudian Allah menyebutkan sebab dilarangnya

saling membanggakan dengan firman-Nya:

عل موج�! ك ا ئ� عوت�! ل س�� � اب� ن! عارف�� وف�� ي� إول��Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah dan

yang paling tinggi kedudukannya di sisi-Nya ‘Aza wa Jalla

di akhirat maupun di dunia adalah yang paling bertakwa.

Jadi jika kamu hendak berbangga maka banggakannya

takwamu. Artinya barang siapa yang ingin memperoleh

derajat-derajat yang tinggi maka hendaklah ia bertakwa.

Ibnu Umar ra, meriwayatkan bahwa Nabi saw, pernah

berkhutbah kepada orang-orang banyak pada Fathu Makkah,

Page 200: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

245

sedang beliau berada di atas kendaraannya. Beliau

memuji dan menyanjung Allah dengan pujian dan sanjungan

yang patut diterima-Nya. Kemudian beliau bersabda, “Hai

manusia sesungguhnya Allah benar-benar telah

menghilangkan dari kalian keangkuhan dan kesombongan

jahiliyyah dengan nenek moyang mereka. Karena manusia

itu ada dua macam, yaitu orang yang baik dan bertakwa

serta mulia disisi Allah, dan orang yang berdosa,

sengsara dacn hina di sisi Allah Ta’ala. Sesungguhnya

Allah ‘Azza wa jalla berfirman, ‘Inna khalaqnakum min

zakarin wa unsa …..al-ayah.’ ”

Kemudian beliau bersabda, “Aku ucapkan kata-kataku

ini dan aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan

untuk kalian.”

ك ن�� إ مإ�� ك ذ رم� ث� ب��ع�� � إ ئ إهلل� مق� كSesungguhnya Allah Maha Tahu tentang kamu dan

tentang amal perbuatanmu juga Maha Waspada tentang

sikap-sikap hatimu. Karenanya, jadikanlah takwa itu

bekalmu untuk akhiratmu. 112

112 Ibid. hlm. 235-238

Page 201: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

246

AL-HUJURAT : 14 – 18

� إل۞ ث� ال� eeee��رإب!ف �eeeeع ا ا eeeeث�� ل ءإم� م ف�� وإ ل�� eeeeن� م�� و ن� ت�� ك� وإ ول� eeee�ول ا ف� لمث� �eeeeس ا إ م� ول�ل� ذخ�� eeeeeeeeee��ن� إلت م ��ث مe ا�� ك وت�!� eeeeeeeeeeل ي� ف�� ن� ف�� وإ وإ�� eeeeeeeeeeع ي� ظ� ولهت�� �eeeeeeeeeeورس لئ�ۥ إهلل� X�م لا ت ن� ك � م��م ك ل� ع�م ث� ا إ ن�� س�� ور إ�� ق� غ�� مر� إهلل� ي� ما إل ١٤ ح�� ث��� ون�و مإ�� eن� �م�� اهلل� وإ ت�!� eن� ن� ءإم� ��ي � ذ� e��إل ه� ول� �eeم ۥورس م� ل� وإe ث�� ات�! ee��زت ذوإ ن�� eeه م وج�! ه� ل�� م�و ا ee�!�م ت ه� �eeس ق� ت�� ي� وإ ل� ف�� ث� ي(� �eeس�ول � إ كO إهلل� � ئ

م ون� ه� ف� ذ� �eeض�م ١٥ إل ك ث�� X�ئ ذ� ee�)�ت ون� إهلل� eeم عل�� ت�� ل إ ee��عوف ت�� ا لمإهلل� ي� م� اف�� ee�وم � ب� و م �eeس�إل ي� إل �ف�� رض� ي�ا �eeeش � ل� eeeك ن�!� مع� ء وإهلل� ي� لئ�eee ١٦ ل� ون� ع� eeeمن�� ن� كOث�� لموإe إ �eeeس ل إ ا ف�� ل�

وإ eeeeeeeeeeمن�� � ث�� لي� م ع� مك ل �eeeeeeeeeeس ل� إ�� eeeeeeeeee!�لئ�ب من�� ع� ث�� م إهلل� ن� ك م إ ك ذت� eeeeeeeeee�ه � ن� م ��ث لا�� ن� ل�� م إ�� ي� ي� ك�ذ� �eeeeeeeeeن�ص ي� � ع ١٧ ف�� ت�� ن�� إهلل� ت! لمإ�� ب� � وإلع�� ب� و م �eeeeeeeeeس�إل � رض� ر ا ت� �eeeeeeeeeض ت�! ما وإهلل� ث�!�

عم ١٨ لون�ت��14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telahtunduk´, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jikakamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangisedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang"15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulahorang-orang yang benar

Page 202: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

247

16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepadaAllah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang dilangit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segalasesuatu?17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengankeislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telahmemberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnyaAllah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu denganmenunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orangyang benar"18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit danbumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 113

Arab Al-A’rab: penduduk desa di tengah padang

pasir.

Amanna: kami membenarkan syari’at-syari’at yang

telah kamu bawa dan kami mematuhi apa yang

diperintahkan kepada kami. Jadi iman adalah membenarkan

dengan hati.

Aslamna: kami patuh dan tunduk kepadamu, yaitu

lawan dari Al-Harb (melawan). Maksuudnya kami tidak

memusuhi orang-orang mukmin dan tidak pula membantu

orang-orang musyrik.

Yamunnuna ‘alaika: mereka menyebut-nyebut

keislaman itu sebagaimana orang yang telah berbuat baik

113 Ibid. hlm. 238-239

Page 203: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

248

kepadamu dan telah menganugrahkan kenikmatan kepadamu.

114

PENGERTIAN SECARA UMUM

Setelah Allah SWT, menyuruh manusia supaya

bertakwa, maka Dia mengecam orang yang imannya lemah.

Yaitu orang-orang badui yang menampakan Islam sedang

hati mereka masih lemah. Karena mereka menginginkan

harta rampasan dan harta benda dunia. Mereka datang

pada musim paceklik, lalu mereka mengatakan kepada

Rasulullah saw. kami tidak memerangi engkau sebagaimana

Bani Fulan telah memerangi engkau. Dengan menyebutkan

seperti itu mereka menginginkan sedekah dan menyebut-

nyebut perbuatan mereka yang baik kepada Nabi saw. maka

Allah memberitahukan kepada nabi-Nya atas isi hati

mereka yang tersimpan. Dan bahwa mereka sebenarnya

belum beriman dengan iman yang sebenarnya, yaitu iman

yang antara hati dan lidah terdapat kesesuaian.

Allah juga menyuruh mereka supaya mengatakan kami

menyerah dan tunduk. Sesudah itu Allah memberitahukan

kepada mereka bahwa pahala amal-amal mereka diberikan

114 Ibid. hlm. 240

Page 204: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

249

dengan sempurna tanpa dikurangi. Kemudian Allah

menerangkan juga bahwa di antara tanda iman yang

sempurna. Ialah berkorban jiwa dan harta di jalan

Allah, dan dengan membelanjakannya dalam memperkuat

sendi sendi agama dan meninggikan derajatnya, serta

melumpuhkan kekuatan musuh dengan berbagai cara yang

mungkin ditempuh.

Sesudah itu, Allah menerangkan pula bahwa Dia

mengetahui iman mereka yang lemah ataupun kuat. Karena

tidak sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah dibumi

maupun di langit, dan bahwasannya tidak sepatutnya bagi

orang yang beriman untuk menyebut-nyebut imannya kepada

rasul sebagai anugerah bagi beliau, bahkan adalah hak

bagi Rasulullah saw, untuk menyebut-nyebut anugerah-

Nya kepada dia, yaitu bahwa dia memperoleh petunjuk

lewat tangan rasul , kalau memang ia benar-benar

beriman.

Selanjutnya Allah mengakhiri ayat-ayat ini dengan

memberitahukan tentang ilmu-Nya Yang Maha Luas dan

meliputi rahasia-rahasia yang tersimpan pada mahkluk-

Nya, baik di langit maupun di bumi, tidak luput dari

Page 205: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

250

Allah apa pun, meski hanya seberat zarrah yang dilakukan

oleh hamba-hama-Nya berupa perbuatan yang baik maupun

buruk.

Mujahid berkata, ayat ini turun mengenai orang-

orang badui dari Bani Asad bin Khuzaimah saw (mereka

tinggal di sekitar Madinah). Mereka datang kepada

Rasulullah, dan menyatakan dua kalimah syahadat namun

mereka tidak benar-benar beriman.

Sedang menurut As-Suddi, ayat ini turun mengenai

orang-orang badui yang disebutkan pada surat Al-Fath,

yaitu orang-orang Badui Muzainah, Juhainah, Aslam,

Gifar, Ad-Dil dan Asyja’. Mereka berkata, kami beriman,

dengan tujuan supaya mereka aman jiwa dan harta mereka.

Namun ketika mereka dikerahkan oleh orang-orang kafir

buat memerangi Madinah, ternyata mereka ingkar dari

iman. 115

PENJELASAN

� إل ث� ال� ع�رإب!ف�� اا ث�� ءإم�Orang-orang Badui berkata, kami telah membenarkan

Allah dan rasul-Nya dan kami beriman kepada-Nya. Namun

115 Ibid. hlm. 240-241

Page 206: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

251

Allah membantah mereka dengan mendustakan mereka,

sekalipun mereka menyatakan seperti itu. Firman-Nya :

م ل ل�� وإف�� ن� م�� و ن� ت�� ك� وإ ول� ول� اe ف� س�لمث� إKatakanlah kepada mereka, sesungguhnya iman adalah

membenarkan yang disertai dengan ketentraman hati dan

kepercayaan penuh kepada Allah. Namun hal itu belum

terjadi padamu, terbukti bahwa kamu menyebut-nyebut

kepada rasaul bahwa kamu tidak memerangi dia. Akan

tetapi ucapkanlah, kami menyerah dan tunduk kepadamu

dan kami tdak ikut berperang, dan kami tidak membantuu

musuhmu untuk menyerang kamu.

Ayat ini menggunakan uslub seperti ini, dan tidak

mengatakan kepada mereka, kazabtum (kalian berdusta),

akan tetapi, Qulu Aslamna (ucapkanlah olehmu, kami

tunduk), dengan maksud mengajari Nabi saw, tentang

kesopanan dalam berdialog supaya ditiru oleh pengikut-

pengikutnya. Sehingga mereka mau melemah lembut dengan

orang yang diajak bicara.

ذ ا ت�� م� ل�ول� ن� إلخ�� م ��ث ما�� ك لوت�!� ي� ف�� ف��

Page 207: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

252

Ucapkanlah olehmu, kami telah tunduk. Itu saja,

karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Karena belum

ada kesesuaian antara hati dengan yang diucapkan dengan

lidah. Sementara syari’at-syari’at agama maupun adab-

adabnya belum berpengaruh pada amal perbuatanmu dan

belum termakan oleh ruh. Jiwamu juga belum terbentuk

dengan syari’at dan adab-adab tersebut.

As-Sajad berkata, Islam adalah menampakan

ketundukan dan menerima ajaran yang di bawa oleh Nabi

saw, yang dengan demikian maka darah akan terpelihara.

Jika hal itu dibarengi pula dengan keyakinan dan

pembenaran dengan hati, maka itulah iman dan orang yang

melakukannya disebut mukmin.

وله ورس� عوإ إهلل� ي� ظ� ن� ت�� لئ�ۥوإ�� X�م لا ت ن� ك � م م�� ك ل� ع�م ئ� إ اس�� Dan jika kamu mentaati Allah dan rasul-Nya dan

memurnikan amal untuk Allah dan kamu meninggalkan

kemunafikan, maka Allah SWT takkan mengurangi pahalamu

sedikit pun, bahkan Dia akan melipatkan pahala itu

berlipat-lipat yang banyak.

Page 208: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

253

Dan oleh karena manusia itu banyak melakukan

kekeliruan, sekalipun ia telah bersungguh-sungguh

menghindarinya, maka Allah SWT.menyebutkan bahwa Dia

Maha Pengampun atas ketergelinciran manusia. Firman-Nya

:

ور ق� غ�� ن�� إهلل� مر�إ�� ي� ح��Sesungguhnya Allah Maha menutupi kekeliruan-

kekeliruan dan Maha Pengampun atas ketergelinciran dari

orang yang mau bertaubat dan kembali kepada Tuhannya

dengan ikhlas, lagi Maha Pengasih kepadanya hingga Dia

takkan mengazabnya setelah bertaubat, bahkan Dia aan

semakin memuliakan orang yangbertaubat itu dan

memaafkan dosa-dosanya.

Selanjutnya Allah SWT, menerangkan hakikat iman

dengan firman-Nya :

ا إل ١٤ eم ث��� ون�إ�� eن� م�� ه�مو ول� �eورس � اهلل� وإ ت�!� eن� ن� ءإم� ��ي � ذ� e��زۥ إل��م ن م� ل� وإ ث�� ات�! e��ذوإ ت eه وج�!م ه� ل�� م�و ا م ت�!� ه� س� ق� ت�� ي� وإ ل� ف�� ث� ي(� ول�س� � إ كO إهلل� � م ئ ون�ه� ف� ذ� إل�ض�

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan iman

yang sebenarnya adalah orang-orang yang membenarkan

Allah dan rasul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan tidak

Page 209: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

254

goncang,bahkan mereka mantap pada satu sikap dan mau

mengorbankan jiwa dan harta benda mereka yang paling

mahal demi ketaatan kepada Allah dan mengharapkan

rida-Nya, mereka itulah orang-orang yang benar dalam

mengatakan Amanna (kami beriman). Bukan seperti

sebagian orang Badui yang iman mereka hanyalah kata-

kata yang lahir saja, sedang mereka masuk agama hanya

karena takut terhadap pedang supaya darah dan harta

mereka terpelihara.

Selanjutnya Allah SWT, lebih menegaskan lagi

firman-Nya yang lalu, yaitu Lam Tu’minu (kalian belum

beriman), dengan firman-Nya :

م ك ث�� X�ئ ذ� ت�(� مون� إهلل� عل�� ت�� ل إ ف��Katakanlah kepada mereka, apakah kalian

memberitahukan kepada Allah tentang apa yang ada dalam

hatimu dan apa yang tersimpan dalam sanubarimu, yaitu

tentang kebenaran iman kamu dengan mengucapkan, “Kami

benar-benar beriman.”

ع ت�� ا لموإهلل� ي� م� ي� إلف�� ا ف�� � وم� ب� و م �را إل�س� ض�

Page 210: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

255

Dan Allah mengetahui apa saja yang ada di langit

dan apa saja yang ada dibumi. Jadi tidak ada sesuatu

pun yang tersembunyi bagi Allahh, sekalipun hanya

seberat zarrah yang ada di langit ataupun di bumi.

Tidak diragukan, bahwa hal ini merupakan

pembodohan dan pemburukan terhadap orang-orang Badui

itu.

ي� � ش� ل� ك ن�!� مع� ءوإهلل� ي� ل�Dan Allah Maha Tahu tentang segala sesuatu. Maka

waspadalah kalian jangan sampai kamu mengucapkan kata-

kata yang bertentangan dengan apa yang diketahui oleh

Allah pada hati sanubarimu, sehingga kamu takkan

mendapatkan hukuman-Nya. Karena tidak ada sesuatu pun

yang tersembunyi bagi Allah.

لئ� ون� ع� من�� ن� كOث�� س�لم إ وإإMereka menyebut-nyebut ketundukan dan keikutan

mereka kepadamu dan pembelaan mereka kepadamu sebagai

suatu anugerah yang mereka meminta upahnya kepadamu.

Mereka berkata, kami datang kepadamu dengan membawa

beban-beban keluarga dan kami tidak memerangi kamu

Page 211: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

256

sebagaimana yang dilakukan oleh Banu Fulan dan Banu

Fulan.

Selanjutnya Allah SWT. menyuruh rasul-Nya supaya

mengatakan apayang harus beliau katakana kepada mereka,

ketika mereka menyebut-nyebut anugerah kepada beliau,

yakni ketika mereka mengaku Islam. Firman-Nya :

س لي�� إ�� وإ ع� من�� ا ث�� ل ل� مف�� مك لKatakanlah, janganlah kamu menyebut-nyebut

ketundukanmu yang kamu namakan iman itu sebagai

anugerah untukku. Kareena ketundukan itu adalah

anugerah yang pemberiannya tidak menuntut upah dari

orang yang menerimanya. Oleh karena itu kemudian Allah

SWT, berfirman :

لئ� من�� ع� ث�� ل� إهلل� مب�! ن� ك م إ ك ذت� � ه� ن� م ��ث لا�� ن� ل�� م إ�� ي� ي� ذ� ك� ن�ص� ي� � ف��Bahkan Allah-lah yang telah memberi anugerah

kepadamu. Karena telah menganugrahkan kepadamu taufik

dan hidayah-Nya sehingga kamu beriman jika kalian

benar-benar beriman.

Page 212: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

257

Hal ini merupakan isyarat bahwa mereka dusta dalam

pengakuan mereka sebagai mukmin.

Diriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berkata kepada

orang orang Anshar ketika terjadi perang Hunain “Hai

golongan Anshar, bukankah aku telah datang kepadamu

sedang kalian sesat lalau Allah member petunjuk, dan

alian melarat lalu Dia membuatmu kaya, dan kamu saling

bermusuhan, lalu Allah mengakurkan di antara hatimu ?”

Mereka berkata, “Ya, Allah dan rasul-Nya lebih nyata

anugerah dan keutamaannya.”

Kesimpulannya, bahwa Allah SWT, menamakan apa yang

telah mereka lakukan sebagai penyyerahan dan ketundukan

itu bukan iman, dengan maksud menyatakan kedustaan

mereka dalam mengucapkan, “Kami beriman.” Selanjutnya

oleh karena mereka menyebut-nyebut kepadamu tentang apa

yang tidak sepatutnya disebut-sebut. Yaitu ttentang

penyerahan mereka yang mereka sebut iman, padahal

semestinya tidak demikian. Bahkan Allah-lah yang patut

menganggap mereka sebagai orang-orang beriman jika

memang mereka benar-benar beriman. Karena Dia-lah yang

Page 213: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

258

telah menganugrahkan kepada mereka petunjuk dan taufik-

Nya.

Kemudian Allah mengulangi pemberitahuan-Nya

tentang ilmu-Nya mengenai segala makhluk dan

pengetahuan-Nya tentang perbuatan-perbuatan makhluk-

Nya. Firman-Nya :

ع ت�� ن�� إهلل� ت! لمإ�� ب� � وإلع�� ب� و م � إل�س� رض� ر ا ت� ض� ت�! ما وإهلل� عم ث�!� لون�ت��Sesungguhnya Allah mengetahui hal-hal yang gaib di

langit maupun di bumi, dan Dia Maha Tahu tentang apa

yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu terang-

terangkan, tak ada yang tersembunyi bagi Allah, apa pun

yang ada dalam hati sanubarimu.

Hal itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-

orang yang berdusta dalam keimanan mereka, juga

merupakan pernyataan kepada Nabi saw. dan para

pengikutnya yang mukmin tentang apa yang tersimpan

dalam hati manusia. 116

KESIMPULAN SURAT AL-HUJURAT

Hal-hal yang dibahas dalam surat ini dibagi dua

bagian, menerangkan tentang hubungan antara Nabi saw,

116 Ibid. hlm. 241-246

Page 214: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

259

dengan umatnya, dan yang lain menyuruh kepada umatnya

supaya meninggalkan sifat-sifat yang rendah dan

menghiasi diri dengan sifat-sifat utama.

Adapun bagian yang pertama ialah :

1. Agar orang-orang mukmin jangan mengambil

keputusan mengenai suatu hal sebelum ada

keputusan dari Allah dan rasul-Nya mengenai hal

itu.

2. Penghormatan dan pengagungan kepada Rasulullah

saw, dan agar suara mereka tidak melampaui

suara nabi.

3. Agar mereka tidak memanggil Nabi saw, dengan

menyebut namanya atau julukannya (kaniyanya)

seperti yang dilakukan di antara sesama mereka.

Akan tetapi panggilah nabi dengan sebutan nabi

atau rasul.

4. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suara

mereka dihadapan Rasulullah saw, itulah orang-

orang yang bertakwa.

5. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil rasul

dari balik kamar beliau seperti halnya Uyainah

Page 215: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

260

bin Hisn dan para pengikutnya, kebanyakan

mereka termasuk tidak berakal.

6. Kecaman atas penyebutan iman sebagai anugerah

kepada Allah dan Rasul-Nya saw.

Adapun bagian kedua ialah :

1. Agar kita tidak memperdulikan perkataan orang

fasik sehingga kita mendapat kepastian dan

mengetahui hal yang sebenarnya.

2. Apabila salah satu golongan dari orang-oorang

mukmin berbuat aniaya terhadap golongan lain,

maka wajib diperangi golongan yang aniaya itu

sehingga mau kembali kepada perintah Allah.

3. Allah menjadikan perdamaian sebagai suatu yang

lebih disukai di kalangan orang-orang beriman.

4. Larangan terhadap mengolok-olok, menghina dan

memanggil dengan gelar-gelar yang jelek.

5. Larangan terhadap berburuk sangka terhadap

sesama muslim dan agar jangan mencari-cari

keburukan-keburukan yang tertutup dan melakukan

pergunjingan dan adu domba.

Page 216: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

261

6. Seluruh manusia adalah sama, yakni diciptakan

dari seorang lelaki dan seorang perempuan,

tidak ada kelebihan lagi seseorang atas

seseorang yang lain kecuali dengan takwa. 117

C. Tafsir Surat Al Hujurat Menurut Tafsir Fi Zilalil

Qur`an

1. Bentuk Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Sudah disepakati bersama sebelumnya dalam kuliah

Ulumul Qur’an saya yang diampu Ibu Noor Rosyidah bahwa

bentuk tafsir mengacu pada sumber yang diambil dalam

penafsiran, yaitu bil ra’yi dan bil ma’tsur.

Berdasarkan studi analisis terhadap kitab Fi Zhilalil

Qur’an Jilid 1 yang memuat surat Al Fatihah dan dan Al

Baqarah, dan mempelajari keseluruhan kitab Fi Zhilalil

Qur’an dari jilid 1 hingga jilid 13, maka dapat saya

simpulkan bahwa kitab Fi Zhilalil Qur’an termasuk dalam

bentuk tafsir bil ra’yi. Alasannya adalah bahwa kitab

ini tidak menukil atau menyandarkan diri pada kitab-

kitab yang sudah ada sebelumnya, tetapi Sayyid Quthb

117 Ibid. hlm. 246-247

Page 217: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

262

yang memang berlatar belakang sastrawan dan seniman

muslim dengan hafalan Al-Qur’an yang kuat, menuliskan

tafsir dengan akal atau pendapat sendiri.

Sayyid Quthb menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan

kaidah bahasa (lughawi), ushul, konteks sosial

kemasyarakatan yang pada waktu itu ia hidup di Mesir.

Hal yang sangat meyakinkan bahwa kitab Fi Zhilalil

Qur’an merupakan tafsir bil ra’yi adalah bahwa Sayyid

Quthb samasekali tidak memakai referensi kitab lain

dalam menafsirkan Al-Qur’an. Akan tetapi di setiap

menafsirkan ayat, ia menggunakan pendapatnya secara

langsung yang kemudian dituangkan dalam tulisannya.

Contohnya dalam surat Ibrahim ayat 13 dan 14:

م ه� ل� �eeeرس ف�eeeروإ ل�� ن� ك� ��ي � ذ� eee��ال إل eee��موف ك ن�� ح�! ر� �eeeخ ت� ن� ل� � ا م�� ث� � ��eeeرض و إ وذن�� إ eeeع ي� ي� ل� ا ف�� ن� ي�3 ل� م��وحي ا eeee��م ف ه� ي� ل� هم إ�� ي^!� ن�� ر ك هل� ي� ن�ل� ي� م� ل� � سeeee ١٣ إل�ط= ي� مول� ك ث�� ي' رض� إلك� ن� ا ه�� م�� عeeeeذ� مت�!

Oك ل�� من� ذ� اف� ل�� ي� خ�� ام� ق� اف� م� ذ� و وخ�� ث� ١٤ع��Berikut penafsiran yang ditulis Sayyid Quthb tentang

ayat di atas:

Page 218: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

263

    “Sikap manusia yang mereka hadapi adalah sama,

pengalamannya sama, keyakinannya sama, ancamannya sama,

dan yang dijanjikan untuk mereka pun sama, yaitu yang

dijanjikan kepada rombongan yang terhormat itu. Dan

akibat yang dinantikan juga sama, yaitu akibat yang

dinantikan oleh orang-orang mukmin di ujung perjalanan

mereka, sedangkan mereka menghadapi kesewenang-

wenangan, teror dan ancaman.”

    Dari kalimat di atas, Sayyid Quthb menggunakan

pendapatnya sendiri dalam menafsirkan ayat di atas,

demikian juga penafsiran-penafsiran lain terhadap ayat-

ayat Al-Qur’an, ia samasekali tidak menukil dari

pendapat ulama lain. Alasan tersebut yang saya jadikan

hujjah bahwa bentuk tafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah

tafsir bil ra’yi, yaitu tafsir yang bersumber pada akal

atau pendapat sendiri tanpa menukilkan pada kitab lain.

Berbeda dengan tafsir bil ma’tsur yang menukilkan pada

kitab atau referensi lain dan menuangkannya secara utuh

tanpa melibatkan pendapat pribadi.

2. Metode Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Page 219: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

264

Metode tafsir merupakan suatu cara yang digunakan

untuk menafsirkan Al-Qur’an. Ada beberapa metode, yaitu

tahlili (analisis), ijmali (global), muqaran

(komparasi) dan maudhu’i (tematik). Dari studi analisis

terhadap kitab Fi Zhilalil Qur’an, dapat saya simpulkan

bahwa Fi Zhilalil Qur’an menggunakan metode tafsir

maudhu’i. Alasannya adalah bahwa metode yang ditempuh

oleh Sayyid Quthb untuk menjelaskan atau menafsirkan

ayat-ayat Al-Qur’an tentang suatu permasalahan atau

tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Al-

Qur’an yang membahas tema tersebut. Kemudian ayat-ayat

itu dikaji secara komprehensif dari berbagai aspek

kajiannya.

Kita bisa melihat bahwa metode yang digunakan

adalah maudhu’i pada daftar isi, sebelum jauh mendalami

isi tafsir. Di dalam daftar isi, Sayyid Quthb

menghimpun permasalahan secara tematik kemudian ia

tafsirkan ayat-ayat untuk menyelesaikan permasalahan

itu. Apabila kita kaji lebih jauh, akan membuktikan

semakin kuat bahwa Fi Zhilalil Qur’an menggunakan

metode maudhu’i. Coba kita lihat seksama dalam tema:

Page 220: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

265

Seruan Umum Kepada Umat Manusia, kitab ini menghimpun

beberapa ayat untuk membahas tema tersebut, yaitu

dengan surat al-Baqarah: 21-22, al-Anbiya’: 30, dan

hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Atau masalah

dengan tema: Golongan Munafik, yang menghimpun surat

al-Baqarah 8-16, 11-12, 13, 14, 15,16, 17-18, 19-20,

untuk membahas tema yang sama, yaitu Golongan Munafik.

Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa tafsir Fi

Zhilalil Qur’an adalah tafsir maudhu’i.

3.    Corak Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Mengkaji masalah corak, maka sudah kita sepakati

bersama bahwa corak berhubungan dengan substansi atau

isi tafsir, yakni meliputi tafsir fiqhi (membahas

masalah fiqh), tafsir falsafi (menggunakan pendekatan

filsafat termasuk ilmu kalam), tafsir ilmiy (membahas

ilmu pengetahuan umum), dan tafsir ijtima’I (masalah

sosial kemasyarakatan).

Dari membaca biografi dan latar belakang Sayyid

Quthb, kita bisa pastikan bahwa tafsir Fi Zhilalil

Qur’an membahas masalah sosial kemasyarakatan, sehingga

Fi Zhilalil Qur’an merupakan tafsir yang bercorak

Page 221: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

266

ijtima’i. Namun hal itu tidak cukup membuktikan apakah

ini tafsir ijtima’I atau tidak. Perlu penelusuran yang

cukup mendetail lagi, yaitu melihat substansi apa yang

dibahas dalam kitab tafsir ini.

Setelah menganalisis bahwa yang ditulis Sayyid

Quthb memang memuat persoalan sosial kemasyarakatan dan

kritiknya terhadap kehidupan politik, maka bisa

memperkuat landasan bahwa rafsir Fi Zhilalil Qur’an

adalah tafsir ijtima’i. sebagai contoh adalah dalam Fi

Zhilalil Qur’an membahas secara tematik tentang Thalut,

Kapabilitas, dan Profesionalitas Pemimpin, dan Kisahnya

Khatimah. Atau membahas masalah riba, zakat, tenggang

rasa, jual-beli, infak, hukum wasiat, puasa, talak, dan

masih banyak lagi yang menyoroti masalah dari aspek

sosial, bukan pada fiqh, ilmu pengetahuan atau

filsafat. Selain itu, jika ditinjau dari latar belakang

Sayyid Quthb dalam memahami Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an

diturunkan pada kaum jahiliyah sehingga dapat menata

akhlaknya, membenahi akidahnya, menyembuhkan penyakit

sosial politik. Sehingga akan semakin bisa menjadi

Page 222: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

267

hujjah bahwa tafsir Fi Zhilalil Qur’an bercorak

ijtima’i.

4.    Kritik Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Dari segi pengetahuan tentang Al-Qur’an, Sayyid

Quthb sudah tidak diragukan lagi karena dari umur 10

tahun ia sudah bisa menghafal Al-Qur’an. Perpaduan yang

luar biasa antara sastra yang dibawa oleh Quthb untuk

menafsirkan Al-Qur’an, sehingga kita bisa melihat karya

Fi Zhilalil Qur’an jika kita baca tafsir ini memiliki

gaya sastra, berbeda dengan karya-karya lain yang

terkesan kaku dan tidak enak dibaca. Sehingga ada yang

mengatakan ini merupakan tafsir bayani mengingat Quthb

sangat memperhatikan kaidah kepenulisan teks tafsir

(lughawi).

Dari segi muatan sosial dan aspek personal Quthb,

saya menilai karya ini dipengaruhi kehidupan pribadi

Quthb di mana ia dipenjara karena melontarkan gagasan-

gagasannya kepada pemerintahan. Di dalam penjara pula

Page 223: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

268

Quthb menulis karya ini, sehingga terkesan antipati

terhadap pemerintah Mesir yang saat itu antikritik.

Jika dikontekskan dalam kehidupan di luar Mesir, maka

saya kira tafsir ini perlu dikaji lebih mendalam karena

sebagaimana para ulama mengatakan bahwa pemikiran

Sayyid Quthb inilah yang memicu radikalisme melawan

pemerintah mendirikan Negara Islam secara menyeluruh.

Misalnya kita jumpai pembahasan Quthb tentang bagaimana

seorang Islam harus berIslam secara penuh meski dalam

konteks kenegaraan. Sehingga seringkali tafsir Fi

Zhilalil Qur’an dimaknai sebagai benih ideologi

radikal. Atau kita bisa rasakan bahwa tafsir ini sangat

anti dengan modernisasi barat, dan mengatakan barat

adalah jahiliah modern. Inilah rasanya bagi saya

sehingga saya mengkritik bahwa tafsir Fi Zhilalil

Qur’an sangat dipengaruhi psikologi, pribadi, kondisi

sosial kemasyarakatan Mesir pada waktu itu, sehingga

nilai-nilai universal Al-Qur’an tidak tampak dalam

tafsir ini. Meskipun demikian, Fi Zhilalil Qur’an

merupakan karya monumental yang memiliki perjalanan

besar dalam penciptaannya oleh Sayyid Quthb.

Page 224: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

269

Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb

merupakan sebuah tafsir yang memiliki bentuk tafsir bil

ra’yi karena melandaskan pada argumen pribadi, dengan

metode maudhu’i karena menghimpun ayat Al-Qur’an untuk

membahas permasalahan yang tematik, dan dengan corak

ijtima’i karena memiliki substansi tafsir yang berisi

permasalahan sosial kemasyarakatan, bukan membahas

fiqh, filsafat, atau ilmu pengetahuan.

6. Uraian Tafsir Fi Zhilalil Qur`an tentang Surat Al

Hujurat ayat 1-18

Surah yang tidak lebih dari 18 ayat ini merupakan

surah yang agung dan besar, yang mengandung aneka

hakikat akidah dan syariah yang penting; mengandung

berbagai hakikat wujud dan kemanusiaan. Hakikat ini

membukakan cakrawala yang luas dan jangkauan yang jauh

bagi akal dan kalbu. Juga menimbulkan pikiran yang

dalam dan konsep yang penting bagi jiwa dan nalar.

Hakikat itu meliputi berbagai manhaj penciptaan,

penataan, kaidah-kaidah pendidikan dan pembinaan,

Page 225: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

270

prinsip-prinsip penetapan hokum dan pengarahan. Pada

hal, kuantitas dan jumlah ayatnya kurang dari ratusan.

Surah ini menyuguhkan dua perkara yang maha

penting untuk direnungkan dan dipikirkan. Hal yang

pertama kali muncul tatkala mulai menelaah surah ini

ialah bahwa nyaris semua ayatnya menata berbagai dunia

yang sempurna. Dunia yang tinggi, mulia, bersih, dan

sehat. Dunia yang memiliki berbagai kaidah, landasan,

prinsip, dan manhaj yang menjadi fondasi bagi dunia

itu, yang menjamin tegak dan terpeliharanya dunia

tersebut. Itulah dunia yang bersumber dari Allah,

mengacu kepada Allah, dan layak untuk dinisbatkan

dengan Allah. Itulah dunia yang membuat kalbu menjadi

suci, perasaan menjadi bersih, lisan terpelihara, dan

akhirnya jiwa menjadi suci. Itulah dunia yang memiliki

etika dengan Allah, etika dengan Rasul-Nya, etika

dengan diri manusia sendiri, dan etika dengan orang

lain, etika yang ada dalam gejolak hatinya, dan etika

dalam dinamika anggota badannya.

Pada saat yang bersamaan, dunia itu memiliki aneka

tatanan yang mengatur aneka situasinya; tatanan yang

Page 226: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

271

menjamin terpeliharanya dunia tersebut. Tatanan itu

berupa syariat dan system yang menjadi landasan dan

sumber bagi etika yang selaras dengan dunia itu.

Sehingga tercapailah keserasian antara batiniah dunia

ini dan lahiriahnya. Bertautlah antara syariat dan

perasaan, seimbanglah antara dorongan dan pengendalian,

dan harmonislah antara langkah dan perasaan ketika

seseorang melangkah maju kepada Allah.

Karena itu, tegak dan terpeliharanya dunia yang

adil, mulia, bersih, dan sehat ini tidak hanya

diserahkan pada etika hati dan kebersihan rasa. Tidak

hanya diserahkan pada penataan dan pengaturan. Tetapi

juga, diserahkan pada kegiatan mempertemukan etika dan

aturan secara harmonis dan serasi. Demikian pula dunia

ini tidak hanya dipasrahkan pada system pemerintahan

dan mekanismenya. Tetapi, juga pada mekanisme

elaksanaan dan kewajiban dan aktivitas antara rakyat

dan pemerintah serta antara pemerintah dan individu

dalam rangka kerja sama dan keserasian.

Itulah dunia yang memiliki etika dengan Allah dan

dengan Rasul Allah. Etika ini terrcermin dalam emahaman

Page 227: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

272

tentang keterbatasan hamba di depan Tuhannya dan

pemahaman tentang Rasul yang menyampaikan wahyu dari

Tuhannya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Hujuraat : 1)

Hamba yang beriman tidak boleh mendahului Tuhannya

dalam masalah perintah dan larangan. Jangan member-nya

saran tentang hokum dan keputusan. Jangan melampaui apa

yang diperintahlkan dan dilarang-Nya. Dan jangan

memberikan peluang kepada dirinya (hamba yang beriman)

untuk berkehendak dan berpendapat tentang makhluk-Nya

sebagai wujud ketakwaan dan ketakutan terhadap-Nya;

wujud rasa malu dan kesopanan epada-Nya.

Seorang hamba memliliki etika khusus saat

berbicara dengan rasulullah untu menghormatinya.

“Hai orang-orang yang beriamn, janganlah kamu meninggikansuaramulebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanyadengan suara yang kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagianyang lain supaya tidak hapus (pahala) amal-amalanmu sedangnya kamusedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang yangmerendahkan suaranya rasulullah dan yang merendahkan dirinya.Sesungguuhnya orang-orang yang direndahkan kamu tidak menyadari.Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya disisiRadullulah mereka itulah orang –orang soalnya disisi seseorang orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa, bagimereka ampunan dan pahal yang besat. Sesungguhnya orang-orangyang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak

Page 228: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

273

mengerti; dan kalau mereka bersabar sampai amu keluar menemuimereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan AllahMaha pengampun lagi Maha Penyayang. “(Al-Hujurat 2-5)

Itulah dunia yang memiliki manhaj sendiri dalam

meneguhkan tutur kata dan tindakan serta dalam

menguatkannya dari sumbernya sebelum memutuskan

perkataan dan tinda118kan. Manhaj ini berlandaskan

ketakwaan kepada Allah dan kepatuhan kepada Rasulullah

tanpa mendahuluinya serta tidak menyarankannya, jika

tidak meminta atau diperintahkan,

”Hai oranr-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fask

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Ketahuilah olehmu bahwa dikalangan kamu ada Rasulullah. Kalau beliau

menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah

kamu akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta

kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu dan

menjadikan hatimu benci kepada kekafiran, kefaskan, dan kedurhakaan.

Mereka itu lah orang-orang yang mengikuti jaln yang lurus, sebagi

karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana.”(al-Hujuraat : 6-8)

Itulah dunia yang memiliki sistem dan mekanisme

praktis dalam menghadapi perselisihan, fitnah, gossip,

dan gejolak yang terjadi di dunia itu jika dibiarkan

tanpa ditangani. Seorang mukmin hendaklah menghadapinya

118 Quthb Sayyid, Fi Zhilalil-Qur’an, terj. As’ad Yasin dkk, (Jakarta : Gema Insani, 2004), Cet. I, hlm. 407.

Page 229: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

274

dengan mekanisme praktis yang bersumber dari prinsip

persaudaraan diantara kaum mukmin, dari hakikat

keadilan dan keselarasan, dan dari ketakwaan kepada

Allah serta harapan untuk mendapatkan rahmat dan

keridhaan-Nya,

“Jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperangdamaikanlah diantara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan ituberbuat aniaya terhadap golongan yang yang lain, maka perangilahgolongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepadaperintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah),maka damaikanlah diantara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.Sesungguhnya Allah menyukai orang0orang yang berlaku adil.Sesungguhnya orang-orang yang mukmin adalah bersaudara. Karena itu,damaikanlah diantara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allahsupaya kamu mendapat rfahmat.” (al-Hujuraat: 9-10)

Itulah dunia yang memiliki etka psikologis

menyangkut perasaan sebagian orang terhadap orang lain.

Itulah dunia yang memiliki etika berperilaku tatkala

berinteraksi diantara hamba, 119

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan)lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamumemangil-manggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-burukpanggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan, barang siapayang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang zalim.” (al-Hujuraat : 11)

119 Ibid. hlm. 408

Page 230: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

275

Itulah dunia yang membershkan perasaan, menjamin

segala penghormatan, dan memelihara perkara, baik saat

pemiliknya ada maupun tidak ada. Dalam dunia ini

seseorang tidak diperlakukan berdasarkan dugaan,

kerahasiaannya tdak disingkapkan, serta keselamatan,

kemuliaan dan kebebasannya, tidak boleh diganggu

sedikit pun, 120

“Hai orang-orang yang beriman , jauhilah kebanyakan dari prasangkasesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Janganlah kamumencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamumenggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamumemakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka, tentulah kamumerasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada Allah. SesungguhnyaAllah Maha Penerma tobat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat : 12)

Itulah dunia yang memiliki gagasan sempurna

tentang persatuan umat manusia yang berbeda jenis dan

berlainan suku. Dunia ini memiliki satu pertimbangan

yang berfungsi menanta seluruh umat manusia, yaitu

pertimbangan Allah yang bersih dari kepentingan hawa

nafsu dan dari kekeliruaan, hal 408

“Hai manusia, seseungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya oranag yangpaling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang palingbertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengenal.” (al-Hujurat : 13)

120 Ibid. hlm. 408

Page 231: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

276

setelah surah ini menyajikan beberapa kebenaran

agung yang melukiskan berbagai tanda dari dunia yang

adil, mulia, bersih, dan sehat, maka dikemukakan tanda-

tanda keimanan. Dengan identitas keimanan inilah kaum

mukminin diseur untuk menegakkan dunia tersebut. Dengan

identitas keimanan itulah mereka dibisiki agar

merespons seruan Allah yang mengajak mereka supaya

melaksanakan berbagai tugas dengan siffat elok yang

mendorong untuk merespons dan mematuhinya. Dia menyeru,

“Hai orang-orang yang beriaman …” 121

itulah panggilan kesayangan yang membuat seseorang

yang dipanggil merasa malu, jika dia tidak memenuhi

panggilan itu. Itulah panggilan yang membuat segala

beban menjadi midah, segala penderitaan menjadi ringan

dan semua hati menjadi rindu, lalu dia menyimak dan

menjawab,

“Orang-orang Arab Badui itu berate,’Kami telah beriman.’ Katakanlah(kepada mereka),” Kamu belum beriman, tetapi katakanlah,’Kami telahtunduk.’ Karena iman itu belum masuk kedalam hatimu. Jika kamu taatkepada Allah dan Rasul-Nya, dia tiada akan mengurangi sedikitpun(pahala) amalanmu. Sesunggunya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.’ Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Kemudia mereka tidak

121 Ibid. hlm. 408-409

Page 232: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

277

ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka padajalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepadamereka),’Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentangagamamu(keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi serta Allah Maha Mengetahui segalasesuatu?””(al-Hujuraat : 14-16)

Akhir surah menyingkapkan betapa besarnya anugerah

Tuhan yang dimiliki manusia. Yaitu, anugerah keimanan

yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya sesuai

dengan hak orang itu menurut pengetahuan-Nya,

“Mereka telah merasa member nikmat kepada mu dengan keIslaman

mereka. Katakanlah,’Janganlah kamu merasa telah member nikmat

kepadaku dengan keIslamanmu. Sebenarnya Allah Dialah yang

melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada

keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar. ‘Sesungguhnya

Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan, Dia Maha

Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Hujuraat : 17-18) 122

Persoalan kedua yang hendak ditonjolkan kepada

manusia melalui surah ini dan melalui perenungan

terhadap aneka peristiwa yang menyertai turunnya ayat

ni ialah upaya yang besar, kokoh, dan terus menerus.

Hal ini sebagaimana tercermin dari berbagai pengarahan

Al-Qur’anul-Karim dan pendidikan kenabian yang

bijaksana, dalam membangun dan membina kelompok muslim

122 Ibid. hlm. 409

Page 233: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

278

seperti yanag dilukiskan oleh dunia yang adil, mulia,

bersih, dan sehat, yang akan menjadikan kenyataan

dibumi ini pada suatu hari. Sejak itu tidak ada lagi

gagasan ideal dan angan-angan tentang dunia yang

bergejolak didalam pikiran.

Masyarakat ideal yang mencerminkan kebenaran

realistis dalam suatu periode sejarah tidaklah tumbuh

secara tiba-tiba, tidak berwujud secara kebetulan, dan

tidak dapat diciptakan dalam satu hari atau satu malam.

Demikian pula ia tidak lahir sebagai hasil sebuah

tiupan yang emudian mengubah karakter segala hal dalam

sekaligus dan sekejap mata. Namun, masyarakat itu

tumbuh secara alamiah dan perlahan sebagaimana sebatang

pohon yang tumbuh menjulang dengan akar yang menhunjam.

Pohon ini memerlukana pertumbuha dalam waktu yang lama.

Demikian pula terwujudnya masyarakat masyarakat

tersebut memerlukan upaya yang terus-menerus,

konsisten, dan berkesinambungan. Masyarakat yang

demikian memerlukan perhatian ekstra, kesabaran yang

panjang, dan upaya yang cermat dalam membina dan

memangun, mengarahkan, dan mengendalikan, serta

Page 234: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

279

menguatkan dan mengokohkan. Masyarakat demikian

mununtut adanya aneka pengalaman praktis yang berulang-

ulang serta ujian berat yang tidak sedikit, di samping

pengambilan pelajaran dari pengalaman dari ujian

tersebut.

Dalam seluruh upaya ini tercermin pemeliharaan

Allah terhadap pemilihana masyarakat tersebut,

berdasarkan pengetahuan-Nya, untuk memikul amanah yang

besar ini dan merealisasikan kehendak Allah dibumi

melalui masyarakat itu. Semua itu disertai dengan aneka

karunia yang terpendam dalam kesiapan yang tersimpan

pada generasi itu dan yang tersimpan dalam situasi

serta kondisi yang tersedia. Dengan semua ini,

terbitlah masyarakat yang menabjubkan dalam sejarah

umat manusia sebagai sebuah kenyataan yang tampak dari

kejauhan. Atau, ia hanyalah sebagai cita-cita yang

tumbuh dalam kalbu atau impian yang terbang dalam

khayalan..

Adab berbicara kepada Nabi saw.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Page 235: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

280

Mendengar janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi.Janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimanakerasnya (suara) sebagian kamu terhadap bagian yang lain, supaya tidakhapus (pahala)amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.Sesungguhnya orang-orang yangmerendahkan suaranya di sisiRasulullah, mereka itulah orang-orang yang diuji hati mereka oleh Allahuntuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu)kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan, kalau mereka bersabar sampaikamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagimereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat : 1-5)

Surah ini dimulai dengan seruan kesayangan dan

seruan yang menggetarkan kalbu, “Hai orang-orang yang

beriman.” 123

Inilah seruan dari Allah bagi orang-orang yang

beriman kepada Allah yang gaib. Seruan yang

menggetarkan kalbu mereka sehingga mengikatkannya

dengan Allah. Seruan yang memberitahukan bahwa mereka

memiliki Allah; mereka mengusung tanda-tanda-Nya;

mereka merupakan hamba dan tentara-Nya di planet ini;

mereka berada disana untuk suatu hal yang telah di

tetapkan dan di kehendaki-Nya; serta dia menjadikan

keimanan itu disukai dan dipandang indah oleh hati

mereka bagi orang-orang tertentu sebagai karunia dari-

Nya.

123 Ibid. hlm. 409-410

Page 236: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

281

Sepantasnyalah mereka berdiri di tempat yang

dikehendaki-Nya. Berdiri dihadapan Allah dalam sikap

sebagai seseorang yang menanti keputusan dan

pengarahan-Nya menyangkut dirinya dan orang lain. Lalu,

dia melaksanakan apa yang di perintahkan-Nya, rela

terhadap apa yang diberikan-Nya dan menerima serta

pasrah,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah danRasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaMmendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Hujurraat : 1) 124

Hai orang-orang yang beriman, janganlah memberikan

saran kepada Allah dan Rasul-Nya, saran menyangkut

dirimu sendiri atau menyangkut persoalan kehidupan

dilingkunganmu. Janganlah kamu mengatakan sesuatu

sebelum Allah mengatakanya melalui rasul-Nya. Dan,

janganlah kamu melakukan sesuatu yang tidak dapat kamu

rujukkan kepada firman Allah dan sabda Rasul-Nya.

Qatadah menafsirkan,”Diriwayatkan bahwa sejumlah

orang berkata,’andaikan diturunkan ayat mengenai anu

dan anu ….Andaikan demikian.’Allah tidak menyukai hal

itu.”

124 Ibid. hlm. 410

Page 237: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

282

Al-Aufi menafsirkan,”Mereka dilarang berbicara di

hadapan Allah.”

Mujahid menafsirkan,”Janganlah meminta fatwa

kepada Rasulullah tentang sesuatu sebelum Allah

memutuskan melalui lisan Nabi-Nya.”

Adh-Dhahhak menafsirkan,”Jangnlah kamu meutuskan

suatu persoalan yang menyangkut syariat agamamu tanpa

Allah dan Rasul-Nya.”

Ali bin Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa

dia menafsirkan, “Jnganlah kamu berkata dengan

menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.”

Itulah etika seorang individu dengan Allah dan

Rasul-Nya. Itulah manhaj dalam menerima dan

melaksanakan sesuatu. Itulah salah satu pokok syariat

dan cara bertindak sepanjang waktu. Etioka itu

bersumber dari ketakwaan kepada Allah dan merujuk

kepadanya. Ketakwaan ini bersumber dari perasaan bahwa

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Semua itu

disajikan dalam satu ayat yang pendek, tetapi menyentuh

dan menggambarkan segala haikikat yang pokok dan

penting.

Page 238: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

283

Demikianlah, kaum mukminin menjadi terdidik dalam

berhubungan dengan Allah dan Rasul-Nya. Maka tiada

lagis seorang pun diantara mereka yang memberi saran

kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada seorang pun

diantara mereka yang menawarkan sebuah gagasan yang

tidak diminta oleh Rasulullah. Tidak ada lagi seorang

pun di antara mereka yang menetapkan atau memutuskan

sesuatu dengan pikiran melainkan dia merujukkan kepada

firma Allah dan sabda Rasulullah.

Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah

meriwayatkan dari Mu’adz r.a. bahwa tatkala Nani saw.

Mengutusnya ke Yaman, beliau bersabda, “Dengan apakah

kamu memutuskan ?” Mu’adz menjawab, “Dengan Kitab

Allah.” Nabi saw bersabda, “Jika kamu tidak

menemukannya?” Mu’adz menjawab, “Dengan Sunnah

Rasulullah.”Nabi saw bersabda, “Jika kamu tidak

menemukannya?” Mu’adz r.a. berkata,”Aku akan berijtihad

dengan pikiranku.” Lalu Nabi saw.menepuk dada Mu’adz

seraya bersabda, “Segala puji bagi Allah Yang telah

membantu Rasul Allah dengan apa yang diridhai oleh

Rasul Allah.”

Page 239: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

284

Bahkan, Rasulullah menanyakan kepada para sahabat

tentang hari yang tengah mereka lalui dan tentang

tempat dimanamereka berada, sedang mereka benar-benar

mengetahui hari atau tempat itu, mereka merasa segan

menjawab kecuali dengan ungkapan, “Allah dan Rasul-Nya

lebih mengetahui.” Mereka khawatir jika jawabannya itu

dipandang mendahului Allah dan Rasul-Nya.

Dalah hadits Abu Bakrah Nfi’ibnu Harits ats-

Tsakafi ditegaskan bahwa pada haji wada’Nabi saw.

Bertanya, “Bulan apakah ini?” maka, dijawab,”Allah dan

Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau diam, sehingga para

sahabat mengira bawa beliau akan menamainya dengan nama

lain. Beliau bertanya kembali, “Bukankah sekarang bulan

Zulhijjah?” mereka menjawab, “Benar.” Beliau bertanya,

“Negeri pakah ini?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-

Nya lebih mengetahui.” Beliau diam, sehingga kami

mengira bahwa beliau akan menamainya dengan nama lain.

Beliau bertanya kembali, “Bukankah negeri ini adalah

tanah haram?” mereka menjawab, “Benar.” Beliau

bertanya, “Hari apakah ini?” Mereka menjaab, “Allah dan

Rasul-Nya lebih mengetahui,”Beliau diam, sehingga kami

Page 240: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

285

mengira bahwa beliau akan menamainya dengan nama lain.

Beliau bertanya kembali, “Bukankah sekarang merupakan

hari Nahar?” mereka menjawab,”Benar.”

Itulah gambaran etika. Keseganan dan ketakwaan

sebagai buah yang diraih kaum muslimin setelah mereka

mendengar seruan, pengarah, dan isyarat supaya

bertakwa. Yaitu, bertakwa kepada Allah yang Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. 125

Kedua ialah etika mereka terhadap Nai saw, dalam

berbicara, berdialog, dan dalam memberikan penghormatan

dari dalam hati bercermin dari volume dan nada suara.

Etika yang membedakan sosok Rasulullah dari selainnya

dan membedakan majelis beliau dari majelis selainya.

Allah menyerukan hal itu kepada mereka dengan seruan

kesayangan dan mewanti-wanti mereka agar tidak

menyalahi peringatan tersebut,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramulebih dari suara Nabi . janganlah kamu erkata kepadanya dengan suarakeras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagianyang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidakmenyadari.” (al-Hujuraat : 2).

125 Ibid. hlm. 410-411

Page 241: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

286

Hai orang-orang yang beriman...., hendaklah mereka

menghormati Nabi saw. Yang menyeru mereka pada keimanan

....,supaya amalmu tidak terhapus tanpa kamu

sadari .... Hendaklah kamu waspada dari kekeliruan yang

emmbuahkan terhapusnya amal, sedang kamu menyadari dan

mengetahuinya. Hendaklah kamu hati-hati.

Seruan kesayangan dan wanti-wanti yang ditakuti

itu elah menimbulka pengaruh yang kuat di dalam diri

mereka.

Al-Bukhari mengatakan bahwa Basarah bin Shafwan

al-Lakhmi menceritakan dari Nafi’bin Umar dari Ibnu Abi

Malikah bahwa dia berkata, “Dua orang pilihan, yaitu

Abu Bakar dan Umar nyaris binasa. Keduanya berkata

keras di dekat Nabi tatkala beliau ditemui oleh

rombongan penunggang bani Tamim pada tahun ke-7 Hijrah.

Salah seorang dari keduanya (Abu Bakaer atau Umar)

menunjuk Aqra bin Habis r.a. saudara bani mujasyi

supaya dia menjadi ketua bani Tamim, sedang yang satu

lagi menunjuk orang lain.

Perawi lupa nama orang yang ditunjuk oleh salah

seorang sahabat dekat Rasulullah itu. Namun, sebuah

Page 242: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

287

riwayat mengatakan bahwa dia bernama al-Qa’qa bin

Ma’bad. Maka, berkatalah Abu Bakar kepada Umar, “Kamu

selalu ingin menentangku.’ 126

Umar menjawab,’Aku tidak bermaksud menentangmu.’

Lalu terjadilah pertengkaran di antara keduanya

mengenai masalah itu. Lalu Allah menurunkan ayat,

‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikansuaramu lebih dari suara Nabi. Janganlah kamu berkatakepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara)sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus(pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.””(al-Hujuraat :2) 127

Ibnu Zubair berkata, “Sejak ayat ini turun,

tidaklah Umar mendengar sabda Rasulullah melainkan dia

berupaya memahaminya. Diriwayatkan pula dari Abu Bakar

bahwa tatkala ayat di atas turun, dia berkata, ‘Wahai

Rasulullah, demi Allah, aku tidak akan berbicara kepada

mu kecuali seperti kepada saudara yang memegang

rahasia.’ Maksudnya, berbicara dengan berbisik.”

Imam Ahmad mengatakan bahwa Hasyimmenceritakan

dari Sulaiman ibnu-Mughirah, dari Tsabit, dari Anas bin

Malik r.a., bahwa dia berkata, “Takala ayat di atas

126 Ibid. hlm. 411127 Ibid. hlm. 412

Page 243: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

288

(al-Hujurrat ayat 2) diturunkan, sedang Tsabit bin Qais

bin asy-Syamas adalah orang bersuara lantang, maka dia

berkata, ‘Akulah orang yang paling tinggi suaranya di

dekat Rasulullah. Aku termasuk penghuni neraka.

Hapuslah seluruh amalku.’ Dia pun termangu sedih di

rumahnya.

Rasulullah merasa kehilangan dia, lalu sekelompok

orang menemuinya. Mereka berkata, ‘Rasulullah merasa

kehilanganmu! Ada apa denganmu?’ Dia menjawab, ‘Akulah

orang yang mengalahkan suara Rasulullah dan yang paling

keras saat berbicara di dekat beliau. Sehingga, seluruh

amalku terhapus dan aku menjadi penghuni neraka.’

Mereka menemui Rasulullah saw. seraya menyampaikan

perkataan Tsabit bim Qais. Nabi saw. bersabda, Tidak,

justru dia merupakan ahli surga.’ Anas berkata, ‘Maka,

kami dapat melihatnya berjalan diantara kami, sedang

kami mengetahui bahwa dia merupakan ahli surge.’”

Demikianlah, hati mereka gemetar dan berguncang

karena pengaruh seruan kesayangan dan seruan supaya

wanti-wanti. Demikianlah, merek menjadi sopan di dekat

Rasulullah karena khawatir amalnya terhapus tanpa

Page 244: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

289

mereka sadari. Jika mereka menyadari, niscaya

diperbaikilah persoalannya. Namun, kekeliruan yang

takut hingga memelihara diri dari bersuara keras.

Allah mengangkat ketakwaan mereka dan perlahannya

suara mereka di dekat Rasulullah melalui ungkapan yang

menakjubkan.

“sesungguhnya orang-oraang yang merendahan suaranya di sisi

Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hai mereka oleh

Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.’”

(al-Hujurat: 3) 128

Ketakwan merupakan anugrah yang besar. Allah

memiliki kalbu yang akan menerimanya setelah ia diuji,

dicoba, dibersihkan, dan diseleksi. Maka, tidaklah

ketakwaan disimpan dalam suatu kalbu melainkan ia sudah

siap untuk menerimanya dan telah diputuskan bahwa kalbu

itu berhak menerimanya. Orang-orang yang merendahkan

suaranya di dekat Rasulullah merupakan orang yang

kalbunya telah diuji Allah dan disiapkan untuk menerima

anugerah itu. Yakni anugerah ketakwaan yang telah

diputuskan untuk diberikan kepada kalbu tersebut.

Melalui anugerah ini, diraih pula maghfirah ‘ampunan’

dan pahala yang besar.

128 Ibid. hlm. 412

Page 245: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

290

Itulah targib yang dalam setelah mereka diwanti-

wanti. Melalaui ayat itu, Allah membina kalbu hamba-

hamba-Nya yang terpilih dan mempersiapkannya untuk

menerima perkara penting guna membangkitkan dada agar

mengikuti petunjuk melalui pendidikan dan cahaya ini.

Diriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar Ibnu

Khaththab r.a bahwa dia memdengar dua laki-laki

bersuara keras di mesjid Nabi saw. . umar

menghampirinya dan berkata,”Tahukah kamu dimana kamu

berada?” Lalu Umar bertanya, “Dari mana kamu?” keduanya

menjawab, “Dari Tha’if.” Umar berkata, “Andaikan kamu

penduduk Madinah, niscaya ku pukul dengan keras.”

Para ulama umat ini menegaska bahwa dimakruhkan

mengeraskan suara di dekat pusara Nabi saw. sebagaimana

hal itu dimakruhkan tatkala beliau hidup. Hal ini untuk

memuliakannya dalam segala keadaan.

Kemudian Allah mengisayaratkan peristiwa yang

dilakukan utusan bani Tamim tatkala mereka datang untuk

menemui Rasulullah pada tahun ke 9 Hijriah yang juga

disebut tahun utusan karena banyaknya utusan masyarakat

badui yang datang dari berbagai tempat setelah jatuhnya

Page 246: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

291

kota Mekah. Mereka datang untuk masuk Islam. Mereka

adalah orang Badui yang bertabiat kasar. Sehingga

mereka memanggil istri-istri Nabi saw. dari balik

kamar-kamar para istri beliau yang menempel dengan

masjid Nabi yang mulia. Mereka berseru, “Hai Muhammad,

temuilah kami!” Nabi saw. tidak menyukai kekasaran dan

gangguan ini. Maka diturunkanlah firman Allah,

“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil amu dari luar kamar(mu)kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan, kalau mereka bersabar sampaikamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lenih baik bagimereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat: 4-5) 129

Allah menerangkan bahwa mayoritas mereka tidak

berakal. Dia tidak menyukai mereka yang memanggil

dengan cara yang bertentangan dengan etika dan

kesantunan yang sesuai dengan pribadi Nabi saw. dan

kehormatan Rasulullah sebagai panglima dan pendidik.

Allah menerangkan kepada mereka yang lebih baik dan

utama, yaitu bersabar dan menunggu sehingga beliau

menemui mereka. Allah mendorong mereka supaya bertaubat

dan kembali serta menyukai ampunan dan rahmat.

129 Ibid. hlm. 412-413

Page 247: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

292

Kaum muslimin menyadari etika yang tinggi ini.

Lalu, etika tersebut mereka tetapkan pula kepada guru

dan ulama. Mereka tidak mau mengganggu ulama sehingga

dia sendiri datang menemui dan tidak mau menjumpainya

kecuali ulama itu memanggilnya. Diceritakan dari Abu

Ubaid, seorang ulama yang zuhud, bahwa dia berkata,

“Aku tidak pernah mengetuk pintu rumah ulama, tetapi

aku menunggunya hingga dia keluar pada saatnya.”

Menykapi Kabar Burung

”Hai oranr-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang faskmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidakmenimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahuikeadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.Ketahuilah olehmu bahwa dikalangan kamu ada Rasulullah. Kalau beliaumenuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlahkamu akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cintakepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu danmenjadikan hatimu benci kepada kekafiran, kefaskan, dan kedurhakaan.Mereka itu lah orang-orang yang mengikuti jaln yang lurus, sebagikarunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana.”(al-Hujuraat : 6-8). 130

Seruan pertama untuk menegaskan pihak yang

memiliki kepemimpinan dan sumber perintah. Sedangkan,

seruan kedua untuk menegaskan etika dan kesantunan yang

patut diterapkan kepada pemimpin. Kedua seruan ini

130 Ibid. hlm. 413

Page 248: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

293

merupakan fondasi bagi seluruuh arahan dan tatanan di

dalam surah ini. Maka, sangatlah penting ada kejelasan

sumber yang menjadi rujukan kaum mukminin dan ketegasan

tentang kedudukan rujukan itu. Juga kesantunan

terhadapnya agar aneka pengarahan menjadi bernilai,

berbobot, dan dipatuhi.

Karena itu, muncullah seruan ketiga yang

menerangkan kepada kaum mukmini agaimana sepatutnya

mereka menerima berita dan bagaimana memperlakukannya.

Seruan ini menegaskan pentingnya perujukan kepada

sumber berita,

”Hai oranr-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang faskmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidakmenimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahuikeadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(al-Hujuraat : 6) 131

Allah memfokuskan orang fasik sebab ia dicurigai

sebagai sumber kebohongan dan agar keraguan tidak

menyebar dikalangan kaum muslimin karena berita yang

disebarkan oleh setiap individunya, lalu ia menodai

informasi. Pada prinsipnya, hendaklah setiap individu

kaum muslimin menjadi sumber berita yang terpercaya dan

hendaknya berita itu benar serta dapat dijadikan

131 Ibid. hlm. 413

Page 249: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

294

pegangan. Adapun orang fasik, maka dia menjadi sumber

keraguan sehingga hal ini menjadi ketetapan.

Dengan cara seperti itu, urusan umat menjadi

stabil dan moderat diantara mengambil dan menolak

berita yang sampai kepadanya. Kaum muslimin angan

tergesa-gesa bertindak berdasarkan berita dari orang

fasik. Pasalnya, ketergesa-gesaan itu bisa membuatnya

bertindak zalim kepada suatu kaum sehingga menyesal

karena melakukan perbuatan yang dimurkai Allah serta

tidak mempertahankan kebenaran dan keadilan.

Banyak mufasir yang mengemukakan bahwa ayat di

atas diturunkan berkenaan dengan Al-Wahid bin Uqbah bun

Abi Mu’ith yang diutus oleh Rosulullah untuk

mengumpulkan zakat dari bani al-Mustahiq. Ibnu Kaysir

mengatakan bahwa Mujahid dan Qatadah berkata,

“Rasulullah mengutus al-Walid bin Uqbah kepada bani

Mustahiq untuk mengambil zakat mereka. Dia menjumpai

mereka telah berkerumun dengan zakatnya. Al-Wlid

kembali seraya berkata, ‘Bani Mustahiq telah berkumpul

untuk memerangimu.’ (Dalam riwayat Qatadah dikatakan

Page 250: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

295

bahwa al-Walid menambah dengan, ‘Mereka telah keluar

dari agama Islam.’)

Maka, Rasulullah mengutus halid ibnu-Walid untuk

menemui mereka. Beliau menyuruhnya untuk berhati-hati

dan tidak tergesa-gesa. Berangkatlah Khalid dan tiba di

tempat mereka pada malam hari. Dia menyebarkan mata-

mata. Setah tiba, mereka melapor kepada Khalid bahwa

bani Mustahiq adalah orang-orang yang tetap memegang

teguh Islam. Mata-mata masih mendengar azan dan bacaan

shalat mereka.

Keesokan harinya, Khalid menemui mereka dan

melihat sesuatu yang mengesanannya. Khalid pun kembali

kepa Rasulullah seraya menyampaikan berita yang

sebenarnya. Lalu Allah menurunkan ayat di atas.

(Qatadah berkata, “Saat itu Rasulullah saw.bersabda.

‘Kehati-hatian dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaan dari setan.”).

Riwayat di atas tidak hanya dikemukakan oleh ulama

salaf. Tetapi, dikemukakn oleh yang lainnya seperti

Ibnu Abi Laila, Yazid bin Rauman, adh-Dhahhak, Muuqatil

bin Hayyann, dan ulama lainnya yang mengatakan bahwa

Page 251: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

296

ayat itu berkaitan dengan Al-Walid bin ‘Uqbah. Wallahu

a’lam.

Ayat di atas bermakna umum, yaitu mengandung

prinsip selektif dan hati-hati informasi dari orang

fasik. Adapun berita dari orang shaleh dapat diambil,

sebab dialah pangkal di dalam kelompok mukmin.

Sedangkan, berita orang fasik dikecualikan. Mengambil

berita orang sshaleh merupakan bagian dari manhaj

kehati-hatian, sebab dia merupakan salah satu sumber

berita. Adapun keraguan yang tersebar semua sumber dan

semua informasi adalah bertentangan dengan pangkal

kepercayaan yang semestinya berada dalam kelompok

mukmin. Keraguan juga dapat menghambat gerak kehidupan

dan keteraturannya di kalangan kelompok mukmin.

Islam menghendaki kehidupan itu berjalan pada

jalur yang alamiah. Islam hanya memasang pagar dan

jaminan demi memelihara kehidupan itu, bukan untuk

melantarkannya. Inilah model kebebasan untuk mengambil

berita dari sumbernya, yang disertai dengan

pengecualian.

Page 252: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

297

Dari riwayat di atas jelaskan bahwa sebagian kaum

muslimin beraksi atas berita yang disampaikan oleh al-

Walid bin Uqbah begitu mereka mendengarnya serta mereka

menyarankan agar Nabi saw.segera menindak mereka.Reaksi

sedemikian sebagian wujud pemeliharaan kelompok ini

terhadap agamanya dan wujud kemarahan kepada orang yang

menolak zakat. Kemudian ayat berikutnya tampil

mengingatkan mereka akan kebenaran yang hakiki dan

nikmat yang besar yang ada ditengah-tengah mereka.

Tujuannya supaya mereka memahami nilainya dan

senantiasa ingat terhadap keberadaan nikmat yang besar

itu, “Dan ketahuilah olehmu bahwa dikalangan kamu ada Rasulullah.”

Itulah kebenaran yang dilukiskan dengan mudah

karena ia benar-benar terjadi dan realistis. Namun,

tatkala berita itu direnungkan, tampaklah sesuatu yang

mencengangkan dan nyaris tak dapat dilukiskan. Apakah

sesuatu yang mudah bagi manusia untuk menuliskan

pertautan antara langit dan bumi secara

berkesinambungan dalam kehidupan nyata?

Langit megatakan kepada bumi dan menginformasikan

kepada penduduknya ihwal keadaan mereka dan perilakunya

Page 253: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

298

yang nyata dan bersembunyi. Langit meluruskan langkah

mereka selangkah-demi selangkah. Langit mengarahkan

mereka pada urusan pribadi dan urusan-urusan yang

lainnya. Lalu, salah satu diantara mereka melakukan

suatu tindakan dan melontarkan suatu pernyataan dan

adapula yang berjalan dengan was-was. Tiba-tiba langit

menatap.

Maka, tiba-tiba Allah yang mahaagung

memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang apa yang telah

terjadi. Kemudian mengarahkannya kepada apa yang

semestinya dilakukan dan dikatakan dalam dunia nyata

ini. Itulah suatu perkara. Itulah suatu berita yang

sangat besar. Itulah hakikat yang mengejutkan sehingga

orang yang melihat hakikat itu berada dihadapannya,

justru dia tidak mengetahui kebesarannya. Karena itu,

diingatkanlah akan keberadaan hakikat tersebut melalui

reaksi ini,

“Dan ketahuilah olehmu bahwa dikalangan kamu ada Rasulullah….”

Page 254: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

299

Kethuilah beliau dan hormatilah berliau dengan

sungguh-sungguh. Beliau merupakan perkara yang besar.

132

Salah-satu dari tuntutan dari pengetahuan tentang

adanya perkara yang besar ini ialah kaum mukminin tidak

mendahului Allah dan Rasul-Nya. Namun, pengarahan itu

semakin menambah kejelasan dan kekuatan bagi mereka.

Allah memberitahukan kepada mereka bahwa pengaturan

Rasulullah kepada mereka itu didasarkan pada wahyu

Allah atau ilham-Nya yang mengandung kebaikan, kasih

saying, dan kemudahan bagi mereka. Jika dia menaati

sesuatu yang menurut mereka itu penting, niscaya

peroalan yang dihadapinya menjadi sulit. Allah lebih

mengetahui daripada mereka mengenai apa yang terbaik

bagi mereka Rasulullah merupakan rahmat bagi mereka

melalui apa yang diatur dan dipilihkan untuk mereka,

“ ….Kalau beliau menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan,

benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan …”

Ayat diatas memberitahukan bahwa hendaklah merea

menyerahkan persoalannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

132 Ibid. hlm. 413-415

Page 255: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

300

Hendaknya mereka memasuki Islam secara kaffah serta

berserah diri kepada takdir Allah dan pengaturan-Nya.

Juga menerima apa yang disampaikan-Nya dan tidak

menyarankan apa-pun Kepada-Nya.

Kemudian Allah mengarahkan pandangan mereka pada

nikmat keimanan yang di tunjukkan oleh-Nya,

menggerakkan hatinya supaya mencintai keimanan,

menyingkapkan keindahan dan keutamaan keimanan kepada

mereka, mengaitkan ruhnya kepada keimanan, dan

membuatnya benci atas kekafiran, kefasikan, dan

kemaksiatan. Semua ini merupakan rahmat dan karunia-

Nya.

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikaniman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepadakekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yangmengikuti jalan yang lurus,sebagai karunia dan nikmat dari Allah. DanAllah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (al-Hujuraat : 7-8)133

Allah memilih sekelompok orang d antara

hamba-Nya agar kalbunya terbuka untuk menerima

keimanan, menggerakan hatinya kepada keimanan tersebut,

dan menjadikannya indah dalam pandangan mereka. Lalu,

ruhnya bertebangan menyambut keimanan serta meraih

133 Ibid. hlm. 415

Page 256: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

301

keindahan dan kebaikannya. Pemilihan ini merupakan

karunia dan nikmat dari Allah. Tidak ada karunia dan

nikmat yang lebih besar daripada itu, bahkan jika

dibandingkan dengan nikmat keberadaan dan kehidupan

sekalipun. Kenikmatan ini lebih sedikit dan lebih

rendah darpada nikmat iman.

Kami akan menerangkan firman Allah, “Tetapi Allahmemberikan anugerah kepadamu dengan menunjukkanmu kepadakeimanan.”

Inya Allah kami akan menerangkan karunia ininanti.

Suatu hal yang perlu dicermati disini ialah

peringatan kepada mereka bahwa Allahlah yang

berkehendak atas kebaikan bagi mereka dan dialah yang

membersihkan kalbu mereka dari keburukan; kekafiran,

kefasikan, dan kemakasiatan. Dialah yang menjadikan

mereka, dengan cara seperti itu, beroleh petunjuk

sebagai karunia dan nikmat dari-Nya. Semua itu

didasarkan atas pengetahuan dan nikmat-Nya.

Penegasan hakikat ini mengisayaratkan bahwa mereka

mesti pasrah atas pengarahan dan pengaturan Allah. Juga

merasa tentram atas kebaikan dan berkah atas yang ada

di pengaturan-Nya, tidak emmberikan saran.ersesa-gesa

Page 257: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

302

dan bereaksi terhadap apa yang menurut dugaanya senagai

kebaikan, sebelum Allah member pilihan. Karena Allahlah

yang memilihkan kebaikan untuk mereka, sedang

Rasulullah pun berada di tengah-tengah mereka. Allah

akan menuntut mereka kepada kebikan ini. Inilah yang

dimaksud dengan pengarahan.

Manusia itu suka tergesa-gesa, sedangkan dia tidak

mengetahui apa yang ada dibalik langkahnya. Manusia

suka memberikan saran kepada dirinya dan orang lain,

padahal dia tidak tahu apakah sarannya itu baik atau

buruk.

“Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana dia berdoa untukkebaikan, adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa.” (al-Israa : 11)134

Jika dia berserah diri kepada Allah, masu kedalam

Islam secara kaffah, rela atas kebaikan yang dipilihkan

Allah untuknya, dan merasa tentram karena pilihan Allah

itu lebih lebih baik dari pada pilihannya serta karena

Dia lebih mencintainya dan lebih banyak memberikan

kebaikan, …nisccaya dia merasa tenang dan nyaman. Dia

akan melintasi perjalanan singkat di atas planet ini

134 Ibid. hlm. 415

Page 258: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

303

dalam ketenteraman dan dan kerelaan. Namun, semua ini

pun merupakan karunia dan anugerah dari Allah yang

diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 135

Menyelesaikan Perselisihan di antara Kaum Mukminin

“Jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berrperang, makadamaikanlah diantara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan ituberbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golonganyang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintahAllah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), makadamakanlah diantara keduanya dengan adil dan berlau adillah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.Sesungguhnya orang-orang yang mukmin adalah bersaudara. Karena itu,damaikanlah diantara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allahsupaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujuraat : 9-10) 136

Inilah kaidah hokum yang praktis untuk memelihara

masyarakat mukmin dari permusuhan dan perpecahan

dibawah kekuatan dan perpecahan. Kaidah ini disajikan

setelah menerangkan berita dari orang fasik dan tidak

tergersa-gesa mempercayainya. Juga setelah menerangkan

perintah agar berlindung dibalik pemeliharaan diri dari

semangat tanpa hati-hati dalam meyakini persoalan.

Baik ayat diatas diturunkan karena alas an

tertentu seperti dikemukakan oleh sejumlah riwayat,

maupun sebagai tatanan belaka seperti pada kondisi ini,

135 Ibid. hlm. 415136 Ibid. hlm. 416

Page 259: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

304

ayat itu mencerminkan kaidah umum yang ditetapkan untuk

memelihara kelompok Islam dari perpecahan dan

perceraiberaian. Kaidah itu pun bertujuan meneguhkan

kebenaran, keadilan, dan perdamaian. Yang menjadi pilar

bagi semua ini ialah ketakwaan kepada Allah dan harapan

akan rahmat-Nya dengan menegakkan keadilan dan

perdamaian.

Al-Qur’an menghadapi atau mengantisipasi

kemungkinan terjadinya perang antara dua kelompok

mukmin. Mungkin salah satu kelompok itu berlaku zalim

atas kelompok lain, bahkan mungkin keduanya berlaku

zalim dalam salah satu segi. Namun, Allah mewajibkan

kaum mukminin lain, tentu saja bukan dari kalangan yang

bertikai supaya menciptakan perdamaian diantara kedua

kelompok yang berperang. Jika salah satunya melampaui

btas dan tidak mau kemali kepada kebanaran, misalnya

kedua kelompok itu berlaku zalim dengan menolak dengan

berdamai atau menolak untuk menerima hokum Allah dalam

menyelesaikan aneka masalah yang diperselisihkan, maka

kaum mukminin hendaknya memerangi kelompok yang zalim

Page 260: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

305

tersebut dan terus memeranginya hingga mereka kembali

kepada ‘perkara Allah”.

Adapun yang dimaksud dengan “ Perkara Allah” ialah

menghentikan permusuhan diantara kaum mikminin dan

menerima hokum Allah dalam menyelesaikan apa yang

mereka perselisihkan. Jika pihak yang zalim telah

menerima hokum Allah secara penuh, kaum mukminin

hendaknya menyelenggarakan perdamaian yang berlandaskan

keadilan yang cermat sebagai wujud kepatuhan kepada

Allah dan pencarian keridhaan-Nya.

“….Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Hujuraat : 9) 137

Seruan dan hokum diatas diikuti dengan sentuhan

atas kalbu orang-orang yang beriman dan tuntutan supaya

menghidupkan ikatan yang kuat diantara mereka. Yaitu,

ikatan yang menyatukan mereka setelah bercerai-berai,

yang menautkan kalbu mereka setelah permusuhan,

mengingatkan mereka supaya bertakwa kepada Allah, dan

mengisaratkan perolehan rahmat-Nya yang diraih dengan

ketakwaan,

137 Ibid. hlm. 416

Page 261: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

306

”Sesungguhnya orang-orang yang mukmin adalah bersaudara. Karenaitu, damaikanlah diantara kedua saudaramu dan bertakwalah kepadaAllah supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujuraat : 10) 138

Implikasi dari persaudaraan ini adalah hendaknya

rasa cinta perdamaian ,kerjasama, dan persatuan menjadi

landasan utama masyarakat muslim. Hendaklah

perselisihan atau perang merupakan anomali yang mesti

dikembalikan kepada landasan tersebut begitu suatu

kasus terjadi. Dibolehkan memerangi kaum mukminin yang

lain yang bertindak zalim kepada saudaranya agar mereka

kembali kepada barisan muslim. Juga agar mereka

melenyapkan anomali itu berdasarkan prinsip dan kaidah

Islam. Itulah penanganan yang tegas dan tepat.

Di anatara tuntutan kaidah di atas ialah tidak

bermaksud melukai orang dalam kancah penegakan hokum,

tidak membunuh kawanan, tidak menghukum orang yang

melarikan diri dari perang dan menjatuhkan senjata, dan

tidak mengambil harta pihak yang melampaui batas

sebagai ghanimah. Sebab, tujuan memerangi mereka

bukanlah untuk menghancurkannya. Tetapi, untuk

138 Ibid. hlm. 416

Page 262: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

307

mengembalikan mereka ke barisan dan merangkulnya

dibawah bendera ersaudaraan Islam.

Prinsip utama dalam system umat Islam ialah

hendaknya am muslimin diberbagai belahan dunia memiliki

satu kepemimpinan. Sehingga, jika telah berbaiat kepada

seorang imam, maka imam yang kedua wajib di bunuh,

sebab dia dan para pendukungnya dianggap sebagai

kelompok yang memberontak terhadap kelompok lain

(bughat). Kaum mukminin hendaknya memerangi kelompok

itu dibawah pimpinan imam. Berdasarkan atas prinsip

inin, imam Ali r.a. bangkit untuk memerangi bughat dalam

Peristiwa Unta dan Peristiwa Shifin.

Ali memerangi mereka bersama kelompok sahabat Nabi

saw. lainnya yang mulia. Namun, sebagian mereka tidak

ikut berperang, di antaranya Sa’ad, Muhammad bin

Malamah, Usman bin Zaid, dan Ibnu Umar. Mereka tidak

ikut serta mungkin karna bagi mereka belum jelas sisi

kebenarannya pada saat itu, sehingga mereka

memandangnya sebagai fitnah. Atau, karena mereka

beralasan seperti yang dikemukakan oleh imam al-

jashshash, ‘Mungkin karena mereka memandang cukup

Page 263: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

308

dengan Imam Ali dan tentaranya, sehingga tidak

membutuhkan kesertaan dirinya, lalu mereka memilih

berpangku tangan dari masalah itu.”

Kemungkinan pertama lebih sahih. Hal ini

ditunjukan oleh sejumlah riwayat tentang pernyataan

mereka. Juga ditunjukan oleh keterangan yang

meriwayatkan bahwa Ibnu Umar menyesal karena tidak ikut

berperang bersama Imam Ali.

Meskipun prinsip di atas telah di tegakkan, nash

Al-Qur’an memungkinkan penerapan prinsip ini dalam

berbagai situasi dengan beberapa pengecualian yang

memungkinkan adanya dua imam atau lebih diwilayah

Negara umat Islam yang berlainan dan yang berjauhan.

Ini adalah kondisi darurat dan pengecualian dari

prinsip di atas. Kewajiban kaum muslimin adalah

memerangi kelompok pemberontak jika kelompok ini

memerangi kelompok imam yang satu dan jika sekelompok

muslim membangkang kelompok muslim yang lain, tetapi

tidak memeranginga. Kewajiban kaum musimin ialah

memerangi pemberontak, jika mereka unjuk kekuatan

kepada salah seorang imam muslim lain tatkala adanya

Page 264: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

309

beberapa imam sebagai bentuk kecualian. Para imam

hendaknya bersatu untuk memerangi kelompok itu hingga

dia kembali kepada hokum Allah. Demikianlah perlakuan

nash Al-Qur’an dalam segala situasi dan kondisi.

Jelaslah bahwa system ini merupakan system

penegakan hokum dan penyerangan terhadap kelompok

pemberontak agar dia kembali kepada hukum Allah. Ia

merupakan system yang mendahului upaya-upaya manusia

lainnya dalam bidang ini. System itu memiliki

kesempurnaan dan jauh dari kekurangan dan cela yang

justru tampak jelas pada berdagai upaya manusia yang

telah di upayakannya dalam berbagai eksperimen yang

lumpuh.

Di samping itu, system ini pun bersih, amanah, dan

benar-benar adil. Sebab, penetapan keputusan kepada

hokum Allah tidaklah terkontaminasi oleh kepentingan

pribadi dan hawa nafsu, dan tidak terkait dengan

kekurangan dan keterbatasan. Tetapi umat manusia pada

ini malah mencari-cari jalan, terpincang-pincang,

tergelincir, dan tersungkur, padahal didepannya ada

jalan terang yang telah disiapkan lagi lurus.

Page 265: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

310

Haram Mengolok-olok, Mencela, dan Memanggil denganPanggilan yang Buruk “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkaum yan lain (karena) boleh jadi mereka (yang di olok-olokan) lebih baikdari pada mereka (yang mengolok-olokan). Janganlah pula wanita-wanita(mengolok-olokan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yangdiolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan), janganlahkamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu pangil-memanggildengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah(panggilan) yang buru sesudah iman. Dan, barangsiapa yang tidakbertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”(al-Hujuraat:11) 139

Masyarakat unggul yang hendak ditegakkan Islam

dengan petunjuk Al-Qur’an ialah masyarakat yang

memiliki etika yang luhur. Pada masyarakat itu setiap

individu memiliki kehormatan yang tidak boleh di

sentuh. Ia merupakan kehormatan kolektif. Mengolok-olok

individu mena pun berarti mengolok-olok pribadi umat.

Sebab, seluruh jemaah itu satu dan kehormatannya pun

satu.

Melalui umat ini, Al-Qur’an memberitahukan etika

tersebut melalui panggilan kesayangan, “Hai orang-orang

yang beriman.” Dia melarang suatu kaum mengolok-olok kaum

yang lain, sebab boleh jadi laki-laki yang diolok-olok

itu lebih baik dalam pandangan Allah dari pada yang

139 Ibid. hlm. 416-417

Page 266: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

311

menolok-olok. Mungkin juga wanita yang diolok-olok itu

lebih bai dalam pertimbangan Allah dari pada yang

mengolok-olok.

Ungkapan ayat mengisyaratkan secara halus bahwa

nilai-nilai lahiriah yang dilihat laki-laki dan wanita

pada dirinya bukanlah nilai hakiki yang dijadikan

pertimbangan oleh manusia. Disana ada sejumlah nilai

lain yang tidak mereka ketahui dan hanya diketahui

Allah serta djadikan pertimbangan oleh seagian hamba.

Karena itu, kadang-kadang orang kaya menghina orang

miskin,orang kuat menghina orang lemah, dan orang yang

sempurna menghina otang yang cacat. Kadang-kadang orang

yang professional menghina orang lugu yang hanya

menjadi pelayan. Kadang-kadang orang yang beranak

menghina orang yang mandul dan yang hanya dapat megurus

anak yatim. Kadang wanita cantik menghina wanita buruk,

pemudi menghina nenek-nenek, wanita yang sempurna

menghina wanita yang cacat, dan wanita yang kaya

menghina yang miskin. Hal-hal di atas dan perkara

lainnya merupakan nilai duniawi yang tidak dapat

Page 267: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

312

dijadikan ukuran. Timbangan Allah dapat naik dan turun

bukan oleh timbangan duniawi itu.

Al-Qur’an tida cukup dengan menyampaikan isyarat

ini, bahkan menyentuh emosi persaudaraan atas keimanan.

Al-Qur’an menceritakan bahwa orang-orang yang beriman

itu seperti satu tubuh. Barang siapa yang mengolok-

oloknya, berarti negolok-olok keseluruhannya, “Janganlah

kamu mencela dirinya sendiri.” Al-Lumzu berarti aib. Tetapi,

kata itu memiliki gaung dan cakupan yang menegaskan

bahwa ia yang bersifat lahiriah, bukan aib yang

bersifat maknawiah.

Termasuk mengolok-olok dan mencela aialah

memanggil dengan panggilan yang tidak disukai

pemiliknya serta ia merasa terhina dan ternoda dengan

panggilan itu. Di antara hak seorang mumin yang wajib

diberikan mukmin lain ialah dia tidak memanggilnya

dengan sebutan yang tidak disukai. Diantara kesantunan

seorang mukmin ialah ia tidak menyakiti saudaranya

dengan hal semacam ini. Rasulullah telah menubah

beberapa nama dan panggilan yang dimiliki orang sejak

jahiliah, karena nama atu panggilan itu menyinggung,

Page 268: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

313

dan mencela perasaannya yang lembut dan hatinya yang

mulia.

Setelah ayat di atas mengisyaratkan nilai-nilai

yang hakiki menurut pertimbangan Allah dan setelah

menyentuh rasa persaudaraanya, bahkan perasaan bersatu

dengan diri yang satu, ayat selanjutnya mengusik konsep

keimanan dan mewanti-wanti kaum mukminin agar jangan

sampai kehilangan sifat yang mulia, menodai sifat itu,

dan menyalahinya dengan melakukan olok-olok, cacian,

pemanggilan yang buruk.

“Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah

iman.” Pemanggilan itu bagaikan murtad dari keimanan.

Ayat ini mengancam dengan memandangnya sebagai

kezaliman, padahal kezaliman itu kata lain dari syirik,

“Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-

orang yang zalim.” Demikianlah ayat-ayat di atas telah

mencanangkan prinsip-prinsip kesantunan diri dari

masyarakat yang unggul dan mulia tersebut.

Haram Berburuk Sangka, Ghibah, dan Mencari-cariKesalahan Orang Lain

Page 269: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

314

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kamumencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamumenggunjing sebagaian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamumemakan daging saudaranya yang sudah mati? Maa, tentulah kamumerasa jijik kepadanya . Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya AllahMaha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat : 12).140

Ayat ini pun menegakkan jalinan lain pada

masyarakat yang utama lagi mulia ini seputar kemuliaan

individu, kehormatannya, dan kebebasannya sambil

mendidik manusia dengan ungkapan yang menyentuh dan

menakjubkan tentang cara membersihkan perasaan dan

kalbunya.

Untaian surah dimulai dengan panggilan kesayangan,

“Hai orang-orang yang beriman.” Lalu ayat menyuruh mereka

menjauhi banyak berprasangka. Sehingga, mereka tidak

membiarkan dirinya dirampas oleh setiap dugaan,

kesamaran dan keraguan yang dibisikan orang lain

disekitarnya. Ayat itu memberikan alas an,

“Sesungguhnya sebagaian prasangka itu adalah dosa.”

Tatkala larangan disadarkan atas banyak

berprasangka, sedang aturannya menyebutkan bahwa

140 Ibid. hlm. 417-418

Page 270: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

315

sebagian prasangka itu merupakan dosa, maka

pemberitahuan dengan ungkapan ini intinya agar manusia

menjauhi buruk sangka apa pun yang akan

menjerumuskannya ke dalam dosa. Sebab, dia tidak tahu

sangkaanya dengan manakah yang menimbulkan dosa.

Dengan cara inilah, Al-Qur’an membersihkan kalbu

dari dalam agar tidak terkontaminasi dengan prasangka

buruk, sehingga seseorang terjerumus kedalam dosa.

Tetapi Al-Qur’an membiarkannya agar tetap bersih dan

terbebas dari bisikan dan keraguan sehingga menjadi

putih. Dia menyayangi saudara-saudaranya tanpa

dibarengi prasangka buruk. Hatinya bersih tanpa

terkotori keraguan dan kesangsian; dan hatinya tenteram

tanpa terkotori kegelisahan dan gundah. Alangkah

nyamannya kehidupan dalam masyarakat yang terbebas dari

aneka prasangka.

Namun, persoalannya dalam Islam tidak berhenti

sampai disana pada atmosfer yang mulia dan elok tatkala

membina hati dan perasaan. Bahkan, nash diatas

menegakkan prinsip berinteraksi dan jalinan seputar

hak-hak orang lain yang hidup dalam masyarakatnya yang

Page 271: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

316

bersih. Sehingga, mereka tidak memeperlakukannya dengan

prasangka dan menghukuminya dengan keraguan.

Prasangka tidak menjadi landasan bagi keputusan

mereka. Bahkan, ia mesti lenyap dari masyarakat

tersebut dari sekitar mereka. Rasulullah bersabda,

“Jika kamu berprasangka, ia takkan terwujud.” (HR Thabrani) 141

Hadits ini berarti manusia senantiasa bebas dan

terpelihara hak-haknya, kebebasannya, sebelum nyata

benar perbuatan yang berisikoo hokum. Sangkaan yang

beredar di kalangan mereka tidaklah cukup untuk

dijadikan landasan penetapan sanksi.

Adakah pemeliharan kemanusiaan manusia.

Kebebasannya, hak-haknya, dan ungkapannya seperti yang

ditegaskan nash ini? Sejauhmanakah kekaguman orang

terhadap Negara yang paling demokratis dan bebas serta

paling menjaga hak-hak manusia, jika dibandingkan

dengan apa yang diberitahukan oleh Al-Qur’anul-Karim

kepada orang-orang yang beriman yang dijadikan landasan

dan diaktualisasikan oleh masyarakat Islam setelah

sebelumnya menjadi realitas dalam kalbu?

141 Ibid. hlm. 419

Page 272: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

317

Kemudian berkaitan dengan penjaminan terciptanya

masyarakat tersebut, disajikanlah prinsip lain yang

erkaitan dengan manjauhi prasangka, “Dan janganlah kamu

mencari-cari kesalahan orang lain.” Tajassus kadang-kadang

merupakan kegiatan yang mengiringi dugaan dan kadang-

kadang sebagai kegiatan awal untuk menyingkap aurat dan

mengetahui keburukan. Al-Qur’an memberantas praktis

yang hina ini dari segi akhlak guna membersihkan kalbu

dari kecendrungan yang buruk itu, yang hendak

nmengungkap aib dan keburukan orang lain.

Pemberantasan ini sejalan dengan tujuan Al-Qur’an

yang hendak membersihkan akhlak dan kalbu. Namun,

persoalan itu memiliki dampak yang lebih jauh daripada

hal tersebut. Yaitu, menjadi salah satu prinsip Islam

yang utama dalam system kemasyarakatan dan dalam

peneraan serta aplikasi hokum.

Manusia memiliki kebebasan, kehormatan, dan

kemuliaan yang tidak boleh dilanggar dengan cara apa

pun dan tidak boleh disentuh dalam kondisi apa pun.

Pada masyarakat Islam yang adil dan mulia, hiduplah

manusia dengan rasa aman atas dirinya, rasa aman atas

Page 273: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

318

rumahnya, rasa aman atas kerahasiaannya, dan rasa aman

atas aibnya. Tidak ada rasa satu perkara pun yang

menjustifikasi pelanggaran kehormatan diri, rumah,

rahasia, dan aib. Bahkan, jika terjadi pembunuhan yang

berimplikasi pada penegakan hukum, maka tidak

diperbolehkan mencari-cari kesalahan manusia.

Manusia hendaklah dipandang lahiriahnya. Tidak ada

seorang pun yang berhak menghukum atas batiniahnya.

Tidak ada seorang pun yang dapat menghukum manusia

kecuali berdasarkan penyimpangan dan kesalahan yang

tampak. Seseorang tidak boleh menyangka atau

mengharapkan, atau bahkan mengetahui bahwa mereka

melakukan suatu penyimpangan secara sembunyi-sembunyi,

lalu diselidiki untuk memastikannya. Yang boleh

dilakukan atass manusia ialah menghukum mereka saat

kesalahannya terjadi dan terbukti disertai jaminan lain

yang telah ditetapkan oleh nash berkaitan dengan setiap

kesalahannya.

Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abu Bakar bin Abi

Syaibah menceritakan dari Abu Mu’ awiyah, dari

al-‘Amasy, dari Zaib bin Wahab bahwa Ibnu Mas’ud

Page 274: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

319

datang. Tiba-tiba dikatakan kepadanya,” Dari janggut

orang ini menetes khamar.” Abdullah bin Mas’ud berkata,

“Kita dilarang mencari-cari kesalahan orang. Jika

jelaslah kepada kita kesalahannya, barulah kita

menghukumnya.”

Diriwayatkan dari Mujahid bahwa dia berkata,

“janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.

Peganglah apa yang terlihat olehmu dengan jelas dan

biarkanlah apa yang disembunyikan Allah.”

Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dengan

sanadnya dan Dijin, sekretaris Uqbah, ia berkata kepada

Uqbah, “Kami punya tetangga yang suka meminum khamar.

Lalu aku memunta bukti untuk dapat menghukum mereka.”

Uqbah berkata, “Jangan berbuat demikian, tetapi

nasihatilah mereka dan berilah ancaman.” Diijin

melaksanakan sarannya, tetapi mereka tetap

melakukannya. Akhirnya, diijinkan menemui Uqbah kembali

seraya berkata, “Aku telah melarang mereka, namun

mereka tidak berhenti. Karena itu, aku meminta bukti

untuk menghukumnya.” ‘Uqbah berkata, “Hus, jangan

lakukan itu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda,

Page 275: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

320

‘Barang siapa yang menutupi aib seorang mukmin, dia bagaikan

menggali anak yang di kubur hidup-hidup dari kuburnya.”

Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Rasyid bin

Sa’ad , dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwa Rasulullah

bersabda, “Jika kamu menyelidiki aib manusia, berarti kamu

mencelakakan mereka atau kamu nyaris mencelakakan mereka.” Abu

Dharda berkata, “Itulah ungkapan yang didengar

Mu’awiyah dari Rasulullah. Semoga Allah member manfaat

baginya melalui ungkapan itu.”

Demikianlah nash Al-Qur’an menggambil jalannya

dalam tatanan praktis bagi masyarakat Islam. Tatanan

itu tidak hanya membina hati dan membersihkan kalbu.

Namun, menjalin aneka kehormatan manusia, hak-haknya,

dan kemerdekaannya. Sehingga, tidak boleh disentuh,

baik dari dekat maupun dari jauh, karena suatu

kekeliruan atau kesamaran.

Alangkah jauhnya tatanan itu, alangkah tinggi

cakrawalanya, dan alangkah mengagumkannya jika

dibandingkan dengan system demokrasi dan kebebasan

Negara manapun dalam memelihara hak-hak manusia setelah

14 abad yang lalu.

Page 276: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

321

Setelah itu, ditampilkanlah larangan ghibah dalam

ungkapan yang menakjubkan yang diciptakan Al-Qur’anul-

Karim,”Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.

Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”

Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang

lain. Lalu, tergelarlah pemandangan yang mengusik diri

yang paling tebal sealipun dan mengusik perasaan yang

paling kuat sekalipun. Yaitu, pemandangan dimana

seorang saudara memakan daging saudaranya yang sudah

mati. Kemudian dengan cepatnya menyeruak bahwa mereka

tidak menyukai perbuatan yang menjijikan ini. Dan jika

demikian, berarti mereka membenci umpatan.

Kemudian rangkaian larangan berprasangka, mencari-

cari kesalahan, dan ghibah diakiri degan mengusik

perasaan ketakwaan mereka. Juga mengisyaratkan barang

siapa yang melakukan sebagian dari perbuatan ini,

hendaknya dia segera bertobat dan menjemput rahmat-Nya,

“Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerma

tobat lagi Maha Penyayang.”

Page 277: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

322

Nash ini merambat kedalam kehidupan masyarakat

muslim. Lalu, mengikat kemuliaan manusia dan

menjadikannya sebagai etika yang merasuk kedalam jiwa

dan kalbu. Kemusian Rasulullah menegaskan hal ini

sejalan dengan uslub Al-Qur’an yang menakjubkan guna

menimbulkan kebencian dan rasa jijik terhadap wujud

ghibah yang tidak disukai itu melalui hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud. Disebutkan oleh Abu Dawud

bahwa al-Qa’nabi menceritakan dari Abdul Aziz bin

Muhammad, dar al-‘Ula’, dar ayahnya, dari Abu Hurairah,

bahwa Rasulullah ditanya ,”Hai Rasulullah, apakan

ghibah itu?” Nabi saw. menjawab, “Kamu menceritakan

saudaramu mengenai apa yang tidak disukainya.”Beliau

ditanya,”Bagaimana menurut engkau jika yang dikemukakan

itu ada pada dirinya?”Nabi saw. menjawab,

“Jika yang kamu katakana itu ada pada dirinya, berarti kamumengumpatnya. Jika tidak ada pada dirinya, berarti kamu telah berdustatentang dia.” (HR Tirmidzi) 142

Abu Dawud mengatakan bahwa Musaddad dari

Yahya, dari Sufyan, Ali ibnul-Aqmar, dari Abu

Hudzaifah, dari Aisyah r.a bahwa ia berkata kepada Nabi

142 Ibid. hlm. 419-420

Page 278: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

323

saw., “Cukuplah anu dan anu untuk meninggalkan

Shafiyah.” (Menurut Musaddad, maksudnya tubuh Shafiyah

yang pendek). Makam Nabi saw. bersabda, “Engkau telah

melontarkan sebuah pernyatan yang apabila dicampurkan

dengan air samudera, niscaya berbaur dengannya.” Aisyah

berkata, “aku mengisahkan seseorang kepada beliau.” Nai

bersabda, “Aku tida suka menceritakan seseorangpadahal

diriku anu dan anu.”

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnyadari Anas

bin Malik bahwa Rassulullah bersabda, “Takala

dimikrajkan, aku melihat suatu kaum yang berkuku

tembaga. Mereka mencakari wajah dan dadanya. Aku

bertanya, ‘Jibril, siaakah mereka itu?’ Jibril

menjawab, ‘Mereka adalah orang yang suka memakan daging

manusia dan menodai kehormatannya.’”

Takala Ma’iz mengakui perzinaannya dengan al-

Ghamidiyah, Rasulullah lalu merajam keduanya setelah

pengakuan itu guna membersihkan keduany. Nabi saw.

mendengar seseorang yang berkata kepada temannya,

“Apakah kamu tidak melihat orang yang telah ditutupi

Allah, lalu tidaak menyerahkan dirinya untuk dilempari

seperti kepada anjing?” Nabi saw. melanjutkan

Page 279: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

324

perjalanannya hingga melihat bangkai keledai. Beliau

bersabda, “Di mana si Fulan dan si Fulan? Turunlah, dan

makanlah bangkai keledai itu!” Keduanya berkata, “Ya

Rasulullah, semoga Allah mengampuni engkau. Apakah ini

boleh dimakan?” Nabi saw. bersabda,

“Apa yang kamu raih dari saudaramu barusan (maksudnya ghibah, lebihburuk daripada bangkai ini. Demi Zat yang menguasai Muhammad,sungguh dia (Ma’iz)sekarang telah menyelam di salah satu sungai surga.”(HR Ibnu Katsir)

Melalui penanganan yang kokoh inilah, Al-Qur’an

membersihkan dan meninggikan masyarakat muslim.

Sehingga, berbuah dengan kehiliman yang menjalar di

muka bumi dan contoh yang mewujud dalam realitas

sejarah. 143

Islam dan Iman serta Dampaknya dan Karunia yangTerkandung di Dalamnya

Setelah menyampaikan seruan-seruan yang berulang-

ulang kepada orang yang beriman ini; membawa mereka ke

cakrawala etika individual serta social yang tinggi dan

elok; menegakkan tradisi yang kuat seputar jaminan

kemuliaan, kebebasan, dan kehormatan; dan menjamin

semua ini dengan perasaan yang ditebarkan ke dalam jiwa

mereka melalui pengharapan kepada Allah dan ketakwaan

kepada-Nya, .. maka diserulah seluruh umat manusia

143 Ibid. hlm. 421

Page 280: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

325

dengan segala ras dan warna kulitnya untuk dikembalikan

ke pangkal yang satu dan kepada timbangan yang satu.

Yaitu, timbangan yang digunakan untuk menilai kelompo

terpilih yang naik ke puncak yang tinggi,

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang wanita serta menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu salingmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamudi sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(al-Hujuraat: 13) 144

Hai manusia! Hai orang-orang yang berbeda ras dan

warna kulitnya, yang berbeda-beda suku dan kabilahnya,

sesungguhnya kalian berasal dari pokok yang satu. Maka,

janganlah berikhtilaf, janganlah bercerai-berai,

janganlah bermusuhan, dan janganlah centang-perenang.

Hai manusia, Zat yang menyerumu dengan seruan ini

adalah Zat Yang Telah menciptakan kamu dari jenis laki-

laki dan wanita. Dialah yang memperlihatkan kepadamu

tujuan dari menciptakanmu bersuku-suku dan berbangsa-

bangsa. Tujuannya bukan untuk saling menjenggal dan

bermusuhan, tetapi supaya harmonis dan saling mengenal.

144 Ibid. hlm. 421

Page 281: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

326

Adapun perbedaan bahasa dan warna kulit, perbedaan

watak dan akhlak, serta perbedaan bakat dan potensi

merupakan keragaman yang tidak perlu menimbulkan

pertentangan dan perselisihan. Namun, justru untuk

menimbulkan kerja sama supaya bangkit dan memikiul

segala tugas dan memenuhi segala kebutuhan.

Warna kulit, ras, bahasa, Negara, dan lainnya

tidak ada dalam pertimbangan Allah. Di sana hanya ada

satu timbangan untuk menguji seluruh nilai dan

mengetahui keutamaan manusia. Yaitu, “Sesungguhnya orang

yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

bertakwa di antara kamu.”Orang paling mulia yang hakiki

ialah yang mulia menurut pandangan Allah. Dialah yang

menimbangmu, berdasarkan pengetahuan dan berita dengan

aneka nilai dan timbangan. “Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dengan demikian, berguguranlah segala perbedaan,

gugurlah segala nilai. Lalu, dinaikanlah satu timbangan

dengan satu penilaian. Timbangan inilah yang digunaan

manusia untuk menetapkan hokum. Nilai inilah yang harus

dirujuk oleh umat manusia dalam menimbang.

Page 282: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

327

Demikianlah seluruh sebab pertengkaran dan

permusuhan telah dilenyapkan di bumi dan seluruh nilai

dipertahankan manusia telah dihapuskan. Lalu, tampaklah

dengan jelas sarana utama bagi terciptanya kerja sama

dan keharmonisan. Yaitu, ketuhanan Allah bagi semua dan

terciptanya mereka dari asal tang satu.

Kemudian naiklah satu panji yang diperebutkan

semua orang agar dapat bernaung di bawahnya. Yaitu,

panji ketakwaan di bawah naungan Allah. Inilah panji

yang dikerek Islam untuk menyelamatkan umat manusia

dari fanatisme ras, fanatisme daerah, fanatisme daerah,

fanatisme kabilah, dan fanatisme rumah. Semua ini

merupakan kejahiliahan yang kemudian dikemas dalam

berbagai model dan dinamai dengan berbagai istilah.

Semuanya merupakan kejahiliahan yang tidak berkaitan

dengan Islam.

Islam memerangi fanatisme jahiliah ini serta

segala sosok dan bentuknya agar sistem Islam yang

manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji,

yaitu panji Allah. Bukan panji Negara, bukan panji

nasionalisme, bukan panji keluarga, dan bukan panji

Page 283: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

328

ras. Semua itu merupakan panji palsu yang tida di kenal

Islam.

Rasulullah bersabda,“Kamu semua merupakan keturunan Adam dan Adam diciptakan daritanah. Hendaklah suatu kaum menahan diri dari membanggakan nenekmoyangnya, atau jadilah kalian makhluk yang lebih remeh bagi Allahdaripada ju’lan.” (HR Abu Bakar al-Bazzar)

Nabi saw. bersabda ihwal fanatisme jahiliah,“Tingalkanlah ia karena merupakan bangkai.” (HR Muslim)

Inilah prinsip yang menjadi pondasi masyarakat

Islam. Yaitu, masyarakat yang manusiawi dan mendunia,

yang senantiasa dibayangkan aktualisasinya dalam suatu

warna. Tetapi, kemudian ia memudar sebab tidak menempuh

satu-satunya jalan yang mengantarkan ke jalan lurus,

yaitu jalan menuju Allah. Juga karena masyarakat itu

tidak berdiri di bawah satu-satunya panji yang

mempersatukan, yaitu panji Allah. 145

Pada akhir surah disajikan penjelasan ihwal

hakikat keimanan dan nilainya dalam membantah orang-

orang badui yang berkata,”Kami beriman”, padahal mereka

tidak beriman tidak memahami hakikat keimanan. Juga

membantah orang-orang yang memberikan harapan kepada

Rasulullah bahwa mereka akan masuk Islam, padahal

145 Ibid. hlm. 421-422

Page 284: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

329

mereka tidak akan memberikan harapan itu. Karena,

Allahlah yang menganugerahkan keimanan kepada hamba-

hamba-Nya.

“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami tidakberiman.’katakanlah (kepada mereka),”Kamu belum beriman, tetapikatakanlah,’Kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk kedalamhatimu. Jika kamu tat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akanmengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu. Sesungguhnya Allah MahaPengampunlagi Maha Penyayang. ‘Sesungguhnya orang-orang yangberiman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad denganharta dan jiwa mereka pada jalan Allah, merela itulah orang-orang yangbenar. Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kamu akanmemberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu),padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi serta Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?’ mereka telah merasamemberi nikmat kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah,‘Janganlah kamu merasa telah member nikmat kepadaku dengankeIslamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmatkepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalahorang-orang yang benar. ‘Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaibdi langit dan di bumi. Dan, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,”(al-Hujuraat: 14-18) 146

Ayat itu diturunkan berkenaan dengan orang Badui

dari bani Asad. Pada awal mereka masuk Islam, mereka

berkata,”Kami beriman.”Mereka juga memberikan harapan

kepada Rasulullah. Mereka berkata, “Kami telah masuk

Islam”. Orang-orang Badui memerangimu, padahal kami

tidak memerangimu.”

146 Ibid. hlm. 422-423

Page 285: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

330

Allah hendak member tahu mereka akan hakikat

perkara yang ada dalam dirinya saat mereka melontarkan

penyataan itu. Allah menjelaskan bahwa mereka masuk

Islam karena kalah, dan Islamnya itu belum sampai ke

kalbunya hingga mencapai martabat keimanan. Hal ini

menunjukan bahwa hakikat keimanan belum lagi mengendap

dalam hati mereka dan belum terserap oleh nyawa mereka,

“…Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah,

‘Kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.’ ….”

Meskipun begitu, karunia Allah menghendaki untuk

membalas setiap amal saleh yang mereka lakukan tanpa

dikurangi sedikit pun. Inilah Islam yang nyata, yang

menyatu dengan kalbu, lalu mengendap menjadi keimanan

yang kuat dan menentramkan. Cukup Islam inilah untuk

menilai amal saleh mereka. Sehingga, tidak disia-siakan

seperti disia-siakannya amal kaum kafir dan pahalanya

yang ada di sisi Allah tidak dikurangi sedikit pun

selama mereka berada dalam ketaatan dan kepasrahan,

“…Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu….”

Hal itu karena Allah lebih dekat dengan ampunan

dan rahmat. Maka, diterimalah hamba mulai dari langkah

Page 286: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

331

pertama, diridhai pula ketaatan dan kepasrahan, hingga

kalbunya merasakan keimanan dan ketentraman,

“…Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Lagi MahaPenyayang….”(al-Hujurat: 14).

Kemudian Allah menjelaskan hakikat keimanan kepada

mereka.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yangberiman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian kepada ragu-ragu danmereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, merekaitulah orang-orang yang benar.” (al-Hujuraat: 15). 147

Iman berarti membenarkan kalbu terhadap Allah dan

Rasul-Nya; membenarkan yang tidak bercampur dengan

keraguan dan kebimbangan; membenarkan yang

menentramkan, kokoh, sempurna, dan tidak menimbulkan

kegelisahan; membenarkan yang dapat mendorong seeorang

berjihad dengan harta dan nyawanya di jalan Allah. Jika

kalbu telah merasakan lezatnya keimanan dan

kegandrungan kepadanya serta telah mengakar, niscaya

akan mendorong untuk mewujudkan kebenaran itu di luar

kalbu. Yakni, dalam aneka praktik persoalan dan dalam

realitas kehidupan.

147 Ibid. hlm. 423

Page 287: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

332

Seseorang takkan sanggup menahan pemisahan antara

gambaran keimanan yang ada dalam perasaannya dan

gambaran realitas yang ada disekitarnya. Sebab,

pemisahan ini akan menyakitinya dan menohoknya setiap

saat. Karena itu, dia pun bergerak untuk berjihad dei

jalan Allah dengan harta dan nyawa. Itulah gerakan

murni yang bersumber dari hati seorang mukmin. Gerakan

ini dimaksudkan untuk merealisasikan sosok cemerlang

yang ada dalam kalbunya agar tampak terejawantah dalam

realitas kehidupan dan di kalangan manusia.

Permusuhan antara kaum mukminin dengan kehidupan

jahiliah yang ada di sekitarnya merupakan permusuhan

yang esensial yang tumbuh dari ketidakmampuan

menciptakan kehidupan yang menyatukan sosok keimanan

dan realitas kehidupan nyata. Juga disebabkan

ketidakmampuan seseorang untuk menjabarkan sosok

keimanan yang sempurna, elok, dan lurus ke dalam

dunianya yang nyata, praktis, berkekurangan, tercela,

dan menyimpang. Karena itu, dia mesti melakukan perang

antara dirinya dan jahiliah yang ada di sekitarnya

Page 288: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

333

sehingga kejahiliahan ini menyukai sosok keimanan dan

kehidupan imani.

“mereka itulah orang-orang yang benar.” Orang-orang yang

benar akidahnya. Orang-orang yang benar takala mereka

berkata, “sesungguhnya mereka itulah orang yang

beriman.” Jika perasaan-perasaan tersebut belum

tertanam dalam kalbu dan damaknya belum terwujud dalam

realitas kehidupan, berarti keimanan itu belum ada.

Maka, kebenaran akidah dan pengakuan atasnya belum lagi

tercipta.

Kita berhenti sejenak di depan penjagan yangmelintang pada ayat.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orangyang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidakragu-ragu….”(al-hujuraat: 15) 148

Ia bukan sekedar ungkapan. Namun, merupakan

sentuhan terhadap pengalaman perasaan yang nyata dan

penanganan terhadap kondisi yang ada pada dirinya,

bahkan setelah diri itu beriman, “Kemudian mereka tidak

ragu-ragu.”

Penjagaan ini mirip dengan penjagaan pada firman

Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata,’Rabb kami adalah

148 Ibid. hlm. 423-424

Page 289: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

334

Allah…’, kemudian mereka beristiqamah.” ‘tidak adanya keraguan

dan keteguhan dalam memegang pernyataan, “Rabb kami

adalah Allah”, mengisyaratkan sesuatu yang kadang-kadang

menggoyahkan jiwa seorang mukmin yang berada di bawah

pengaruh pengalaman yang keras dan ujian yang sulit,

yaitu keagamaan dan kekacauan. Juga diisyaratkan bahwa

dalam kehidupan ini orang mukmin dihantam dengan

berbagai kesulitan yang dapat menggoyahkan dalam

peristiwa yang menggundahkan. Adapun jiwa yang kokoh,

percaya dengan penuh tanpa ragu-ragu, dan senantiasa

berjalan lurus yang mengantarkan ke tujuan, maka itulah

jiwa yang berhak meraih derajat di sisi Allah.

Pengungkapan semacam ini mengingatkan kalbu yang

beriman akan licin dan bahayanya perjalanan supaya

kalbu itu membulatkan tekadnya, penuh perhitungan, dan

konsisten. Juga agar tidak gampang tatkala ditunjukan

oleh ufuk, dibuat gelap oleh atmosfer, dan diguncang

dengan angin dan badai.

Kemudian disajikan pemberitahuan kepada orang

Badui bahwa Allah lebih mengetahui kalbu mereka dan

isinya. Allahlah yang memberitahukan sesuatu kedalam

Page 290: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

335

kalbu mereka, bukanlah Dia yang menerima pemberitahuan

dari mereka,

“Katakanlah (kepada mereka),’Apakah kamu akan memberitahukankepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allahmengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi serta AllahMaha Mengetahui segala sesuatu.’’’(al-Hujuraat: 16). 149

Manusia suka mengaku tahu. Padahal, dia tidak

mengetahui dirinya, tidak mengetahui aneka perasaannya,

tidak memahami hakikat dirinya, dan tidak mengetahui

hakikat perasaannya. Akal sendiri tidak mengetahui

bagaimana ia bekerja sebab dia tidak memiliki kemampuan

untuk memantau dirinya saat akal bekerja. Tatkala

memantau dirinya, dia menghentikan pekerjaannya yang

alamiah, sehingga di sana tiada lagi sesuatu yang

dipantaunya. Tatkala dia melakukan pemantauan pada saat

yang sama.

Karena itu, akal takkan mampu mengetahui

karakteristik dirinya dan cara kerja dirinya. Akal

hanyalah instrument yang digunakan manusia untuk meraih

sesuatu. Namun, “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gain di

langit dan di bumi.” Allah mengetahui substansinya. Allah

149 Ibid. hlm. 424

Page 291: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

336

tidak hanya mengetahui lahiriyah dan jejaknya semata.

Tetapi, mengetahui hakikat dan substansinya secara

menyeluruh dan komprehensif serta tidak terbatas dan

tidak temporer. “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dia

mengetahui keseluruhan dari semua itu secara

komprehensif dan integral.

Setelah menerangkan hakikat keimanan yang belum

diraih dan dicapai oleh kaum Badui, Allah mengerahkan

sapaan kepada Rasulullah ihwal nikmat masuk Islam yang

diberikan mereka kepadanya. Nikmat itu sendiri

menunjukan bahwa hakikat keimanan belum mengendap dalam

kalbu mereka. Juga menunjukan bahwa lezatnya keimanan

belum dirasakan oleh ruh mereka.

“mereka merasa telah member nikmat kepadamu dengan keIslamanmereka. Katakanlah, ‘Janganlah kamu merasa telah member nikmatkepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah Dialah yangmelimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepadakeimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.’’’(al-Hujuraat:17). 150

Mereka telah memberikan nikmat kepada Nabi saw.

dengan masuknya mereka ke dalam Islamdan mereka

menduganya sebagai keimanan. Lalu, datanglah bantahan

150 Ibid. hlm. 424

Page 292: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

337

bahwa tidak boleh memberikan nikmat dengan Islam. Juga

datang bantahan bahwa nikmat itu milik Allah yang

dianugrahkan kepada mereka, jika pengakuan mereka akan

keimanan itu tulus.

Kita berhenti dulu di depan bantahan yang

mengandung kebenaran yang besar ini, yang dilupakan

oleh banyak orang, bahkan dilupakan oleh sebagian

mukmin. Yaitu, bahwa keimanan merupakan anugerah

terbesar yang diberikan Allah kepada salah seorang

hamba-Nya di bumi. Nikmat keimanan lebih besar daripada

nikmat kebenaran diri yang dianugerahkan pertama kali

kepada hamba. Juga lebih besar daripada nikmat rezeki,

kesehatan, kehidupan, dan harta benda yang terkait

dengan keberadaan diri.

Keimanan merupakan karunia yang membuat wujud

manusia itu memiliki hakikat yang istimewa dan yang

memberinya peran utama yang besar pada tatanan alam

semesta ini.

Hal yang pertama kali dilakukan oleh keimanan di

alam manusia ini, tatkala hakikatnya mengendap dalam

kalbu, ialah kelapangan alam nyata ini yang dilukiskan

Page 293: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

338

kepada si pemilik kalbu karena keterkaitan dia dengan

alam ini dan karena perannya di alam ini. Keimanan akan

memberikan gambaran yang sahih tentang aneka nilai,

perkara, manusia, dan peristiwa yang ada di sekitarnya.

Keimanan akan memberikannya ketentraman tatkala

pemiliknya melakukan pelancongan di planet bumi ini

hingga dia bersua dengan Allah. Keimanan membuatnya

lupa akan segala yang ada disekitarnya; membuatnya

gandrung akan Allah Yang telah menciptakan dirinya dan

Yang menciptakan wujud ini; serta membuat dirinya

merasa bernilai dan mulia. Juga memberinya rasa mampu

untuk menjalankan peran di bawah naungan keridhaan

Allah, dan kemampuan untuk mewujudkana kebaikan di alam

nyata ini dengan segala potensi yang tersedia dan

manusia yang ada di alam ini.

Melalui gambaran yang lapang ini, seseorang dapat

keluar dari wilayah dirinya yang terkungkungoleh waktu

dan tempat, alam mikro, dan keterbatasan daya menuju

seluruh lautan wujud dengan segala potensinya yang

terpendam dan aneka rahasianya yang tersimpan. Dia

Page 294: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

339

keluar tanpa terhambat oleh batas dan ikatan apa pun

sepanjang mata memandang.

Jika dikaitkan dengan jenisnya, manusia meruakan

bagian dari kemanusiaannya yang berasal dari satu

pangkal. Pangkal ini meraih kemanusiaannya untuk

pertama kali dari ruh Allah. Yaitu, melalui tiupan

adiluhung yang mempertautkan alam tanah ini dengan nur

Ilahiah. Maksudnya, cahaya yang bebas merambat, yang

tidak terhambat oleh langit dan bumi. Rambatan cahaya

ini tidak bermula dan tidak berujung serta tidak

terbatas oleh tempat dan waktu.

Unsur yang bebas inilah yang menjadikan makhluk

manusia ini sebagai insan. Jika cahaya ini mengendap

dalam kalbu insan, dia pun memandang dirinya mulia,

merasa terhormat, dan merasa keelokan dan kebebasan.

Kedua kakinya tetap melangkah di bumi, tetapi kalbunya

mengepakkan sayap cahaya menuju sumber cahaya utama

yang telah menganugerahkan jenis kehidupan ini

kepadanya.

Jika dikaitkan dengan kelompoknya, manusia

merupakan bagian dari umat mukmin, umat yang satu, umat

Page 295: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

340

yang merentang sepanjang zaman, yang berjalan bersama

rombongan yang mulia dibawah piminan Nuh, Ibrahim,

Musa, Isa, Muhammad, dan para nabi lainnya. Semoga

rahmat Allah dilimpahkan atas mereka. Jika gambaran ini

mengendap dalam kalbu manusia, dia merasa bahwa dirinya

merupakan cabang dari pohon yang baik, rimbun,

menjulang, akarnya menghunjam, dahannya rindang, dan

menyentuh langit karena usianya yang panjang.

Jika gambaran ini mengendap dalam kalbunya,

niscaya orang itu mengecap kehidupan ini bercitarasa

lain. Kehidupan ini dirasakannya dengan cita rasa yang

baru. Dia merasakan kehidupan yang berlipatganda yang

diraihnya dari ikatan keturunannya.

Kemudian gambarannya semakin meluas dan melebar.

Sehingga, manusia itu melampaui dirinya sendiri,

umatnya, dan jenisnya yang lain. Manusia itu melihat

seluruh wujud ini sebagai wujud yang bersumber dari

Allah, yang berasal dari Dia, dari tiupan ruh-Nya, lalu

menjadi manusia. Keimanannya memberitahukan bahwa

seluruh wujud ini ada dan hidup serta tersusun dari

Page 296: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

341

wujud-wujud yang hidup pula; setiap perkara mengandung

ruh; dan seluruh alam semesta ini merupakan ruh.

Ruh segala perkara dan ruh alam yang besar ini

menuju kepada Penciptanya Yang Agung, demikian pula ruh

dirinya melalui doa dan tsbih yang bertaut dengan

pujian dan ketaatan. Lalu, berakhir dalam pengakuan dan

kepasrahan.

Tiba-tiba dia berada di ala mini sebagai bagian

dari keseluruhannya yang tak dapat dipisahkan, yang

bersumber dari Penciptanya, yang menuju kepada-Nya

dengan ruhnya, dan yang menjadi pelabuhan terakhir.

Tiba-tiba dia menjadi lebih besar daripada dirinya yang

terbatas dan lebih besar daripada gambarnya sendiri

tentang wujud raksasa yang mengharukan ini. Tiba-tiba

dia menjadi familiar dengan ruh segala benda yang ada

di sekitarnya.

Setelah itu semua, dia menjadi familiar dengan ruh

Allah yang memeliharanya. Pada saat itulah dia merasa

mampu untuk berkomunikasi dengan seluruh wujud ini;

merambah ke bidang panjang dan lebarnya alam; membuat

banyak hal dan menciptakan aneka peristiwa yang besar;

Page 297: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

342

dan mempengaruhi segala sesuatu dari menerima pengaruh

dirinya. Juga mampu untuk mengambil secara langsung

dari kekuatan besar yang telah membebaskannya serta

yang telah membebaskan segala daya dan potensi dari

seluruh perkara yang ada di alam ini. Yaitu, daya

raksasa yang tidak berkurang, melemah, dan sirna.

Dari gambaran yang luas dan lapang ini, diambilah

timangan-timbangan yang baru lagi benar untuk menimbang

segala perkara, aneka peristiwa, individu, nilai,

kepentingan dan tujuan. Dia melihat perannya yang

hakiki di alam nyata ini dan tugasnya yang hakiki dalam

kehidupan ini sebagai salah satu bagian dari takdir

Allah di alam semesta. Allah mengarahkannya agar dia

menjadi sarana bagi terwujudnya kebenaran-Nya di ala

mini. Lalu, dia meneruskan perjalanannya di palanet

bumi ini dengan langkah yang kokoh, mata terbuka, dan

kalbu yang antusias.

Melalui pengetahuan akan hakikat wujud yang ada

disekitarnya, hakikat peran yang diembannya, dan

hakikat daya yang disiapkan untuknya agar dapat

melaksanakan peran ini, dia meraih ketenanga,

Page 298: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

343

ketentraman, dan kenyamanan terhadap apa yang terjadi

dan berlangsung disekitarnya. Dia mengetahui darimana

ia datang? Mengapa dia datang? Keman dia pergi? Apa

yang dia temukan disana?

Tiba-tiba dia mengetahui bahwa dia berada disana

untuk suatu urusan. Juga mengetahui bahwa segala

sesuatu yang terjadi memiliki takdir guna menuntaskan

urusan itu. Dia mengetahui bahwa dunia itu merupakan

lading akhirat. Dia akan mendapat balasan atas

erbuatannya, baik kecil maupun besar. Dia tidak

diciptakan untuk main-main, tidak dibiarkannya

terlunta-lunta, dan tidak melintas sendirian.

Karena adanya engetahuan ini, memudarlah rasa

gamang, ragu-ragu dan bingung yang muncul dari ketidak

tahuan akan permulaan dan akhir kejadian, dari ketidak

jelasan dalam melihat jalan , dan dari ketidak

percayaan akan hikmah yang tersembunyi di balik

kedatangan dan kepergian dirinya serta di balik

penelusurannya dijalan itu. Memudarlah aneka perasaan

seperti perasaan Umar Khayyam berikut ini.

Page 299: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

344

“Kukenakan busana usia yang tak kuperintahkan,

dalam busana itu, aku etrombang ambing dalam aneka

pikiran. Busanaku kelak ‘kan using dan terlepas Aku

tidak tahu, mengapa aku datang dan kemana aku pulang.”

Orang beriman mengetahui bahwa dia mengenakan

pakaian usia dengan takdir Allah yang mengatur seluruh

wujud melalui pengaturan yang Mahabijaksana lagi Maha

Mengetahui. Dia (orang beriman tadi) mengetahui bahwa

tangan yang memakaikan pakaian kepadanya lebih

bijaksana dari pada dia dan lebih menyayanginya

sehingga tidak perlu meminta pendapatnya. Sebab, tangan

tidak dimaksudkan untuk emmberikan pendapat sebagaimana

yang diberikan oleh pemilik tangan, yaitu yang Maha

Mengetahui dan Maha Melihat.

Allah mengenakan pakaian kepadanya untuk

melaksanakan peran tertentu di alam semesta ini.

Sehingga, dia menerima pengaruh dari segala hal yang

ada di dalamnya dan memberinya pengaruh kepada

semuanya. Peran ini sejalan dengan seluruh peran yang

dilaksanakan oleh setiap perkara dan makhluk hidup

sejak awal hingga dikembalikan.

Page 300: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

345

Dengan demikian, orang beriman mengetahui mengapa

dia datang sebagaimana dia mengetahui dimana dia

menetap. Dia tidak merasa bimbang diantara berbagai

gagasan. Tetapi, dia melangkah dengan pasti dan

melaksanakan perannya dengan tenang, penuh kepercayaan,

dan penuh keyakinan. Kadang-kadang pengetahuan

keimanannya itu meningkat. Sehingga, dia dapat menempuh

jarak dan melaksanakan peran dengan ceria, bebas, dan

penuh dengan suka cita disertai perasan indahnya

anugerah dan agungnya karunia. Yaitu, anugerah usia

atau pakaian yang diberikan kepadanya dari tangan yang

Maha Pemurah, Maha Pemberi Karunia, Mahaindah,

Mahalembut, Maha Menyayangi, dan Maha Mengasihi.

Anugerah peran yang dimainkan nya, betapapun sulitnya

peran itu sehingga dengan peran itu dia sampai kepada

Rabbnya dalam kerinduan cinta.

Memudarlah aneka rasa yang pernah dialaminya di

masa ketercampakan dan kegalauan sebelum Allah

memberinya kehidupan dibawah anugerah Al-Qur’an dan

sebelumAllah menuntunya kenaungan-Nya yang mulia.

Perasaan itulah yang telah merengaut jiwaku yang penat

Page 301: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

346

dalam mengahadapi seluruh smesta ini, lalu aku

ungkapkan dengan,

“Semesta terpadu bingung, ke mana dia hendakberlalu?

Kalaulah mamu, bagaimana dan mengapa dia berlalu?Dia adalah permainan yang terlantar dan upaya sis-

siaTempat kembali yang memuaskan tidak lah disukai.”Kini aku tahu, segala puji dan karunia hanya

kepunyaan Allah bahwa di sana tidak ada upaya yang sia-

sia. Seluruh upaya pasti terbalas. Disana tidak ada

kepenatan yang disepelekan, sebab setiap kepenatan

membuahkan hasil. Tempat kembali itu laksana penyakit,

sedang si sakit berada di tangan yang Maha Adil lagi

Maha Penyayang.

Kini aku merasa bahwa alam semesta tida terhenti

dalam satu nestapa untuk selamanya. Nyawa semesta

beriman kepada Rabbnya, menuju kepadaNya, dan bertasbih

memuji-Nya. Alam semesta berlalu selaras dengan prinsip

yang dipilihkan Allah untuknya dalam ketaatan,

keridhaan, dan kepasrahan.

Inilah upaya raksasa di dunia rasa dan di dunia

perenungan. Ia pun merupakan upaya raksasa di alam raga

dan saraf yang melebihi upaya raksasa manapun dalam

Page 302: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

347

keindahan kerja, aktivitas, penerimaan pengaruh, dan

pemberian pengaruh.

Jadi, keimanan merupakan daya pendorong dan

kekuatan penyatu. Begitu hakikat keimanan mengendap

dalam kalbu, ia un bergerak untuk berkarya dan

merealisasikan esensinya dalam realita agar tercipta

keserasian antara sosok keimanan yang tersembunyi

dengan sosok keimanan yang nyata. Hakikat keimanan itu

pun menatap sumber-sumber gerakan diseluruh alam

manusia dan mendorongnya agar berjalan.

Itulah rahasia kekuatan akidah di dalam diri dan

rahasia kekuatan diri dengan adanya akidah. Rahsia yang

luar biasa itulah yang telah dilakukan akidah dibumi

ini dan yang senantiasa dilakukannya setiap hari.

Yaitu, keluar biasaan yang mengubah wajah kehidupan

dari hari ke hari dan mendorong individu serta

mendorong jamaah untuk mengorbankan usianya yang fana

lagi terbatas itu dalam lapangan kehidupan yang besar

dan tidak fana. Rahsia yang luar biasa itu menempatkan

individu yang minoritas dan sedikit di depan kekuatan

penguasa, kekuatan harta, dan kekuatan besi dan api.

Page 303: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

348

Tiba-tiba keluruh kekuatan tersebut kalah dalam

menghadapi akidah yang meletup dalam spirit individu

yang beriman. Buanlah individu yang fana lagi terbatas

itu yang mengalahkan seluruh kekuatan tersebut. Namun,

kekuatan yang besar dan mencengangkan, yang diambil

oleh run itu sebagai sumber yang memancar, yang tidak

pernah kering, yang tidak pernah berkurang, dan yang

tidak pernah melemah … itulah yang mengalahkan individu

yang fana tersebut.

Daya luar biasa yang dibawa oleh akidah agama

dalam kehidupan individu dan kehidupan kelompok itu

tidakah tegak di atas khurafah yang rumit dan tidak

bertopang pada ketakutan dan pikiran. Namun, ia

bertopang pada sarana yang nyata dan pondasi yang

kokoh. Aidah agama merupakan gagasan universal yang

mengikatkan manusia dengan kekuatan alam semesta, baik

yang nyata maupun yang tersembunyi. Gagasan yang

universal yang mengokohkan ruh nya dengan kepercayaan

dan ketenangan. Juga yang menganugerahinya kemampuan

untuk menghadapi kekuatan palsu dan situasi yang batil

Page 304: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

349

dengan kuatnya keyakinan untuk menang dan kuatnya

kepercayaan kepada Allah.

Akidah itulah yang menujelaskan kepada individu

yang ihhwal hubungannya dengan manusia, peristiwa, dan

perkara yang ada disekitarnya. Juga menjelaskan tujuan,

arah, dan jalan manusia; menghimpun kekuatannya dan

seluruh kekuatan yang lainnya; dan mendorong kekuatan

itu hingga terarah. Dari sana pun muncul kekuatan

akidah yang lain. Yaitu, kekuatan yang menghimpun

segala daya dan upaya yang memiliki satu pusat dan

mengarahkannya kearah yang satu. Kemudian kekuatan itu

membawanya kesasaran yang jelas dengan penuh kekuatan,

kepercayaan, dan keyakinan.

Kekuatan akidah it uterus bertambah. Emudian

bergerak dengan langkah mantap dan juga dimiliki oleh

seluruh alam semesta, baik yang zahir maupun yang

samar. Seluruh kekuatan yang tersimpan diseluruh bagian

alam ini bergerak dengan keimanan. Lalu, diperjalanan

bertemu dengan kekuatan akidah seorang mukmin. Maka dia

bergabung dengan rombongan alam yang menabjubkan agar

kebenaran dapat mengalahkan kebatilan, meskipun

kebatilan itu memiliki kekuatan nyata dengan mata yang

berkilat.

Page 305: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

350

Mahabenar Allah yang berfirman, “Mereka merasa telahmember nikmat kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah,‘Janganlah kamu merasa telah member nikmat kepadaku dengankeIslamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmatkepadamu dengan menunjiki kamu kepada keimanan jika kamu adalahorang-orang yang benar.” 151

Itu karunia terbesar yang tida dapat dimiliki dan

diberikan kecuali oleh Allah Yang Maha Pemurah kepada

orang yang diketahuai-Nya bahwa dia memang berhak

menerima anugerah yang besar ini.

Maha Benar Allah yang Mahaagung. Apa yang dialami

oleh orang yang telah menemukan keakraban dengan aneka

hakikat, pemahaman, makna, dan perasaan tersebut, lalu

dia hidup dengan dan bersama semua itu serta menempuh

perjalanan di planet ini di bawah anugerah dan petunjuk

hakikat tersebut? Bagaimana dengan orang yang

kehilangan hakikat, walaupun dia bergelimang dalam

limpahan nikmat, sedang dia bersenang-senang dan

bersantap seperti halnya binatang? Sebenarnya binatang

itu lebih lurus. Sebab, denga fitrahnya, ia mengetahui

keimanan dan beroleh petunjuk menuju penciptanya yang

Maha Pemurah.

151 Ibid. hlm. 424-427

Page 306: Tafsir Qur'an Surat Al-Hujurat

351

“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan dibumi. Dan, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Hujurat :18) 152

Zat yang mengetahui apa yang gaib di langit dan di

bumi, beartti Dia mengetahui apa yang Ghaib di dalam

diri, yang etrsimpan dalam hati, dan mengetahui hakikat

perasaan. Dia melihat apa yang diketahui manusia.

Pengetahuan-Nya tentang mereka tidak bersumber dari

kata-kata yang dilontarkan lidah mereka. Tetapi, dari

perasaan yang bergejolak dalam kalbu mereka dan dari

aktivitas yang membuktikan apa yang bergejolak dalam

kalbu tersebut.

Waba’du. Inilah surah yang agung. Setiap ayat yang

berjumlah 18 ini nyaris melukiskan tanda-tanda ilmuan

yang mulai bersih tinggi, dan sehat secara mandiri. Di

samping itu, masing-masing ayat pun menyingkapkan aneka

hakikat yang besar dan mengokohkan pangkalnya di lubuk

kalbu. 153

152 Ibid. hlm. 427-428153 Ibid. hlm. 428